• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERPRETASI MAKNA DAN SIMBOL PERHIASAN PENGANTIN SUKU ANGKOLA PADA PESTA PERKAWINAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERPRETASI MAKNA DAN SIMBOL PERHIASAN PENGANTIN SUKU ANGKOLA PADA PESTA PERKAWINAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

INTERPRETASI MAKNA DAN SIMBOL PERHIASAN

PENGANTIN SUKU ANGKOLA PADA PESTA PERKAWINAN

DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

SRI ASYANTI

NIM. 2121151010

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

SRI ASYANTI, NIM : 2121151010 Interpretasi Makna Dan Simbol Perhiasan Pengantin Suku Angkola Pada Pesta Perkawinan Di Kota Padangsidimpuan. Jurusan : Seni Rupa Program Studi : Pendidikan Seni Rupa. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan simbol yang terkandung pada perhiasan yang dikenakan oleh pengantin suku Angkola di Kota Padangsidimpuan. Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu pada awal April sampai dengan Mei 2016. Lokasi penelitian adalah daerah Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Populasi pada penelitian ini berjumlah 17 perhiasan pengantin. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.

Perhiasan yang dikenakan oleh kedua pengantin pada upacara pesta perkawinan berjumlah 17 jenis perhiasan. Pada pengantin laki-laki terdapat 3 jenis perhiasan yaitu Hampu, Puttu, dan Keris. Sedangkan pada pengantin perempuan terdapat 16 jenis perhiasan antara lain: Bulang, Jarunjung, Jagar-jagar, Tarojak, Suri sere, Tusuk sanggul, Tabur sanggul, Anting-anting, Puttu, Rumbung, Gaja meong, Sori bulan/tapak kuda, Pamontang, Sisilon sere, dan Keris.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada setiap perhiasan yang dikenakan oleh pengantin dalam upacara adat perkawinan mengadung nilai-nilai yang menjunjung tinggi budaya suku Angkola. nilai-nilai yang terdapat di masing-masing jenis perhiasan adalah untuk saling melengkapi peran pasangan pengantin perempuan dan laki-laki dalam memasuki kehidupan rumah tangga.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa atas segala rahmat, berkah dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga

penyusunan Skripsi berjudul “Interpretasi Makna Dan Simbol Perhiasan

Pengantin Suku Angkola Pada Pesta Perkawinan Di Kota

Padangsidimpuan” dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan.

3. Drs. Mesra M.Sn Ketua Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

4. Drs. Gamal Kartono, M.Si Sekretaris Jurusan Seni Rupa

5. Drs. Dermawan Sembiring, M.Hum Pembimbing Skripsi

6. Drs. Mangatas Pasaribu, M.Sn Dosen Pembimbing Akademik

7. Drs. Syahruddin Harahap, M.Si Dosen Penguji

8. Drs. Sugito, M.Pd Dosen Penguji

9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa yang telah

memberikan ilmunya selama masa perkuliahan.

10. Orang tua penulis Ibunda Sahara Siregar dan Ayahanda Basri Koto. Terima kasih atas bantuan moril, materil, do’a, dukungan, kesabaran dan perhatian yang tak henti-hentinya sehingga penulis mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

11. Sahala siregar Glr. Sutan Orang Kaya, Opung Ch. Sutan Tinggi Barani

perkasa Alam, dan Baginda Simatoktong yang telah banyak membantu

(8)

12. Kakak dan abang tercinta Gusnita Warni S.Pd, Elfi S.Pd, Hendra, Helmiati

S.Pd, Rahmat Hidayat S.Pd terima kasih atas doa dan kasih sayang yang

diberikan dan membantu penulis.

13. Kakak Sheila Roisyah Hutasuhut S.Pd, terimakasih atas motivasi dan

support yang diberikan kepada penulis.

14. Teman terbaik Muhammad Rizali. Terima kasih atas kontribusi yang telah

diberikan dalam membantu penulis.

15. Keluarga Besar PPLT Batang Kuis khususnya Dita Nadhila Gurusinga, Silvi

Wulandika, Ratna Dewi, dan Siti Annisa. Terima kasih atas semangat dan

dukungan kepada penulis.

16. Seluruh teman Program Studi Pendidikan Seni Rupa Angkatan 2012

khususnya kelas B yang selalu memberikan kenangan-kenangan terindah

untuk penulis.

Medan, Juni 2016

Penulis

Sri Asyanti

(9)

DAFTAR ISI

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Teoritis ... 7

7. Perkawinan Dalam Masyarakat Suku Angkola... 15

10. Benda-Benda Perhiasan Pengantin Suku Angkola ... 16

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

1. Sistem kekerabatan Pada Masyarakat Suku Angkola ... 29

2. Proses Perkawinan Masyarakat Suku Angkola ... 31

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

1. Kesimpulan ... 65

2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keterangan Perhiasan Pengantin Perempuan ... 17

Gambar 2.2 Keterangan Perhiasan Pengantin Laki-laki ... 18

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data ... 28

Gambar 4.1 Hampu ... 33

Gambar 4.2 Bulang ... 35

Gambar 4.3 Jagar-jagar ... 37

Gambar 4.4 Tarojak ... 38

Gambar 4.5 Jarunjung ... 39

Gambar 4.6 Suri Sere ... 40

Gambar 4.7 Tusuk Sanggul ... 40

Gambar 4.8 Tabur Sanggul ... 41

Gambar 4.9 Borgok Lambing ... 42

Gambar 4.10 Gaja Meong ... 43

Gambar 4.11 Sori Bolan/ Tapak Kuda ... 44

Gambar 4.12 Puttu pada Pengantin Wanita ... 45

Gambar 4.13 Puttu Pada Pengantin Laki-laki ... 45

Gambar 4.14 Rumbung ... 46

Gambar 4.15 Sisilon Sere ... 47

Gambar 4.16 Pamontang (Ikat Pinggang) ... 48

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 21

Tabel 4.1 Sistem Kekerabatan Masyarakat Angkola ... 30

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suku Angkola atau batak Angkola adalah salah satu suku yang terbesar di

wilayah Angkola Tapanuli Selatan. Suku ini berdiam dan tersebar di seluruh

wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dan daerah kota Padangsidimpuan, Provinsi

Sumatera Utara. Angkola adalah suatu kelompok masyarakat dari etnis Batak

yang menduduki wilayah Angkola sejak berabad-abad yang lalu. Masyarakat

Angkola memiliki berbagai macam seni budaya yang diwariskan oleh Nenek

Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa:

Berbagai macam seni yang dapat kita warisi sampai sekarang ini :

a. Seni suara yang disebut ende

b. Seni tari yang disebut tortor

c. Seni musik yang disebut gondang

d. Seni ukir, lukis, pahat yang disebut gorga (seni rupa)

e. Seni Sastra Bahasa yang disebut hata hapantunon

f. Seni Olahraga yang disebut uti-utian

g. Seni Bela diri yang disebut partahanan.

Selain beberapa macam seni budaya di atas, suku Angkola juga dikenal

memiliki banyak peninggalan artefak seperti arsitektur rumah adat, benda-benda

pakai, kain, senjata, pakaian daerah, ornamen, serta perhiasan pengantin

masyarakat Angkola. Salah satu hasil kebudayaan suku Angkola terus dilakukan

(15)

2

dalam kehidupan masyarakat adalah benda-benda perhiasan yang di pakai pada

saat melangsungkan upacara pesta perkawinan. Melalui pengamatan peneliti,

upacara perkawinan setiap pengantin suku Angkola diwajibkan mengenakan

perhiasan-perhiasan pada pakaian adatnya. Perhiasan pengantin tersebut akan

dikenakan oleh kedua pengantin selama mengikuti proses pesta adat. Di era

sekarang kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai adat istiadat budaya suku

Angkola khususnya pengetahuan tentang perhiasan-perhiasan pengantin suku

Angkola. Sehingga kedua pengantin yang mengenakan perhiasan tersebut tidak

mengetahui makna yang terdapat pada perhiasan-perhiasan yang mereka kenakan

sendiri.

Pada umumnya kelihatan perhiasan pengantin adalah berwarna keemasan

yang terbuat dari kuningan. Jenis-jenis perhiasan perkawinan terdiri dari beberapa

bagian yaitu: bagian kepala, leher, tangan, dada, pinggang dan kaki. Pada bagian

kepala terdapat perhiasan berupa hampu, bulang, Jarunjung, Jagar-jagar,

Tarojak, Simbora Ni Pinggol, Suri Sere, Tusuk Sanggul, Tabur Sanggul. Pada

bagian leher dan dada berupa perhiasan Borgok Lambing, Gaja Meong, dan Sori

Bulan. Pada bagian tangan berupa perhiasan Puttu, Rumbung, dan Sisilon Sere.

Pada bagian pinggang berupa perhiasan Pamontang dan Keris, sedangkan pada

bagian kaki berupa sepatu pengantin. Jenis-jenis perhiasan yang dikenakan pada

setiap bagian tubuh pengantin suku Angkola memiliki makna yang berbeda, tetapi

pengantin maupun yang hadir pada pesta perkawinan umumnya belum

(16)

3

Benda-benda perhiasan pada setiap pengantin suku Angkola memiliki

nilai-nilai estetika, etika dan pesan budaya yang di pakai pada acara pesta

perkawinan. Perhiasan yang dikenakan pengantin memberikan pesan tersirat yang

memiliki keterkaitan erat dengan tatanan budaya masyarakat suku Angkola.

Makna dari setiap perhiasan yang dikenakan pengantin suku Angkola memiliki

hubungan dengan harapan pengantin dalam membentuk keluarga baru. Makna

perhiasan yang dikenakan pengantin tidak hanya sebagai hiasan tetapi juga

dipercaya sebagai simbol status dan penolak bala dalam rumah tangga.

Penelitian yang terkait dengan perhiasan pengantin suku Angkola melalui

penelusuran literatur penelitian masih rendah atau kurangnya literatur penelitian

yang membahas mengenai perhiasan pengantin suku Angkola. Buku-buku yang

terkait dengan perhiasan pengantin suku Angkola juga masih kurang dan sulit

ditemukan di perpustakaan, maupun toko buku. Sehingga perhiasan yang

dikenakan pada upacara pesta perkawinan suku Angkola hanya berupa

perlengkapan seremonial saja.

Melalui uraian di atas yang terkait dengan perhiasan suku Angkola peneliti

tertarik untuk menelaah lebih jauh makna yang terkandung pada perhiasan yang

dikenakan pengantin suku Angkola. Penelitian dilakukan untuk mengangkat

kembali budaya masyarakat suku Angkola khususnya pada makna perhiasan

pengantin suku Angkola makna yang saat ini kurang diketahui oleh masyarakat

Angkola, terutama generasi muda sebagai penerus kebudayaan suku Angkola

pada umumnya dan Padangsidimpuan khususnya. Setiap perhiasan yang

(17)

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

dibuat identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Setiap pengantin suku Angkola wajib mengenakan perhiasan-perhiasan

pada pakaian adatnya, walaupun mereka sendiri tidak mengetahui apa

makna perhiasan tersebut.

2. Jenis-jenis perhiasan yang dikenakan pada setiap bagian tubuh memiliki

makna yang berbeda, tetapi pengantin maupun yang hadir pada pesta

umumnya belum mengetahui jenis-jenis perhiasan tersebut.

3. Makna dari setiap perhiasan yang dikenakan pengantin suku Angkola

memiliki hubungan dengan harapan pengantin dalam membentuk keluarga

baru, tetapi pada umumnya para pengantin belum mengetahui dan para

orang tua pun belum sepenuhnya dapat menjelaskan.

4. Makna Perhiasan yang dikenakan pengantin suku Angkola tidak saja

sebagai hiasan tetapi juga dipercaya sebagai simbol status dan penolak

bala.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah di atas penulis membuat batasan atau

fokus masalah hanya pada masalah jenis-jenis perhiasan dan makna yang terdapat

di setiap bagian perhiasan pengantin suku Angkola khususnya di daerah kota

Padangsidimpuan. Batasan masalah ini untuk menghindari agar penelitian jangan

(18)

5

D. Rumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan dan memusatkan masalah dalam penelitian

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Jenis-jenis perhiasan apa sajakah yang dikenakan pengantin Angkola?

2. Apakah ada makna dari bentuk-bentuk simbol perhiasan yang

dikenakan pengantin Angkola tersebut?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk menginventarisasi jenis-jenis perhiasan yang dikenakan

pengantin suku Angkola.

2. Untuk menjelaskan kembali makna simbolis yang terkandung pada

jenis-jenis perhiasan pengantin suku Angkola.

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentu memliki manfaat baik bagi penulis maupun

pembaca. Adapun manfaat penelitian ini dapat bermanfaat untuk :

1. Bagi penulis kiranya bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai makna simbolis perhiasan yang dikenakan pengantin

(19)

6

2. Bagi Program Studi Pendidikan Seni Rupa, hasil penelitian ini diharapkan

sebagai sumber ilmiah dan kajian akademik, khususnya di lembaga

pendidikan seni.

3. Mengenal kebudayaan masyarakat Angkola tentang perhiasan Pengantin

suku Angkola.

4. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber acuan referensi bagi peneliti

lainnya yang hendak meneliti lebih jauh.

5. Memberi sumbangan kepada dunia pendidikan mengenai kebudayaan

masyarakat suku Angkola khususnya kota Padangsidimpuan bidang seni

(20)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan berdasarkan uraian

yang telah dijabarkan mulai dari latar belakang sampai kepada pembahasan.

Penulis memperoleh kesimpulan

1. Masyarakat Angkola di Kota Padangsidimpuan masih menjunjung tinggi

adat dan kebudayaannya. Perhiasan pengantin Angkola jumlah yang

dipakai oleh pengantin laki-laki sebanyak 3 jenis perhiasan yang berbahan

kuningan yang disepuh dengan emas. Perhiasan tersebut adalah Hampu,

Puttu, dan Keris. Perhiasan hampu di gunakan sebagai penutup kepala

pengantin laki-laki. Pada kedua lengan terdapat Puttu, dan terdapat keris

jantan dan betina yang diselipkan pada pinggang pengantin laki-laki.

Pengantin perempuan terdapat 16 jenis perhiasan yang disepuh dengan

emas. Pada bagian kepala terdapat 8 perhiasan bagian kepala, yang terdiri

dari Bulang, Jarunjung, Jagar-jagar, Anting-anting, Tarojak, Suri Sere,

Tusuk Sanggul dan Tabur Sanggul. Pada bagian leher terdapat kalung

yaitu Borgok Lambing, Gajah Meong dan Sori Bulan. Pada bagian tangan

terdapat 3 perhiasan yaitu Puttu, Rumbung serta Sisilon Sere. Perhiasan

Puttu dan Rumbung dikenakan pada tangan kanan dan kiri. Dan pada

bagian pinggang terdapat Pamontang atau ikat pinggang dan dua buah

keris betina dan jantan.

(21)

2. Perhiasan yang dikenakan oleh pengantin suku Angkola memiliki makna

dan simbol. Setiap perhiasan yang dikenakan oleh kedua pengantin

memiliki hubungan yang erat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai budaya

masyarakat suku Angkola, sehingga nilai-nilai yang terdapat di

masing-masing jenis perhiasan saling melengkapi peran pasangan pengantin dalam

memasuki kehidupan rumah tangga. Perlengkapan perhiasan upacara

perkawinan hanya disewa bersamaan dengan tata rias di salon.

Kebanyakan pihak pengelolah salon yang mengoleksi perhiasan tersebut

sekaligus menawarkan jasa tata rias pengantin kepada masyarakat yang

membutuhkan. Akibatnya masyarakat banyak kurang peduli tentang

bagaimana bentuk, arti dan makna perhiasan tersebut karena hanya

dianggap sebagai perlengkapan pengantin.

(22)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan diatas, maka penulis dapat

memberi beberapa saran, anatara lain sebagai berikut :

1. Disarankan kepada seluruh masyarakat Angkola di kota Padangsidimpuan

untuk tetap konsisten dalam menjalankan dan mempertahankan adat

istiadat unsur Dalihan Na Tolu.

2. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah Kota Padangsidimpuan untuk lebih

memperhatikan hasil kebudayaan daerah, agar nilai-nilai yang terdapat

pada setiap benda peninggalan sejarah khususnya pada pemakaian

perhiasan pengantin agar tetap terpelihara dan wajib dilestarikan agar tidak

memudar seiring perkembangan zaman.

3. Perlu adanya pendokumentasian serta penelitian lebih lanjut tentang

perhiasan-perhiasan yang dikenakan oleh pengantin suku Angkola dengan

instrumen yang ada sehingga dapat menjadi bukti nyata dan memperluas

ilmu pengetahuan tentang kebudayaan masyarakat Angkola.

4. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan masyarakat tentang adat kebudayaan masyarakat Angkola

khususnya perhiasan pengantin yang mempunyai makna erat dalam

menjunjung tinggi nilai-nilai budaya masyarakat suku Angkola.

5. Pemerintah setempat diharapkan agar membuat program sosialisasi

dengan salon-salon yang ada di Kota Padangsidimpuan, sehingga tidak

sembarangan memakaikan perhiasan tersebut. Sehingga nilai-nilai budaya

suku Angkola tetap dilestarikan.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul. A Aziz Hidayat, 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta

Azmi. 2008. Memahami Karya Seni Rupa Kontemporer Melalui Pendekatan Semiotika. Medan : Jurnal Seni Rupa, Vol 5. No.2 Hal:2-3. FBS-UNIMED

Barani Ch. Sutan Tinggi. 2012. Happu-Bulang Costum Adat. Medan: Penerbit Mitra.

Cassier, Ernest. 1989. An Essay on Man, An Introduction to Philosophy of Human Cultur. Terjemahan. Alois A. Nugroho. New Heaven Connectient: University Press

Danesi, Marcel. 2012. Pesan Tanda dan Makna. Yogyakarta : Salasutra

Dilistone, F.W. 2002. The Power Of Symbol. Yogyakarta: Kanisius

Herusatoto, Budiono. 2001. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta. Hanindita Graha Widia

Idris Muhammad. 2012. Metode Penelitian Ilmu Sosial ( pendekatan kualitatif dan kuantitatif ). Jakarta : Erlangga

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Balai Pustaka.

Parsadaan Marga Harahap Dohot Anak Boruna Di Jakarta Sahumaliangna. 1993, Horja Adat Istiadat Dalihan Na Tolu. Jakarta : PT Grafiti.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Ricoeur, Paul. 2003. Dalam Josef Bleicher, Hermeneutika Kontemporer, Terjemah: Ahmad Norma Permata. Yogyakarta: Fajar Pustaka

(24)

Saragih, Daulat. 2007. Dimensi Simbolis Patung Primitif Batak Menurut Susanne Knauth Langer. Medan : Jurnal Seni Rupa. Vol 1.No 1. Hal: 30-36. FBS-UNIMED

Sartika BR. Sembiring. 2014. Analisis Makna Simbolis Perhiasan Yang Dikenakan Pengantin Karo Dalam Upacara Pesta Perkawinan

Silalahi Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Sumaryono, E. 1999. Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta :

Kanisius , 1999.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Balai Pustaka

Suharso, dan Ana Retnoningsih, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Widya Karya, Bandung

Suprayitno, Edi, 2009. “Makna Simbolis Bunga Mawar Dalam Lukisan” Fakultas

Bahasa Dan Seni

Ahmad Fauzi. Seni Sastra Dan Budaya. 2010. http:fauziteater76.blogspot.com. (Diakses 25 Januari 2016)

Saiful, Pengertian Interpretasi. 2012. https://library.binus.ac.id/eColls/.pdf.

(Diakses 3 Februari 2016)

Gambar

Tabel 3.1 Waktu Penelitian .............................................................................

Referensi

Dokumen terkait

(3) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah sebagai berikut:.. menetapkan

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang

Tetilik puniki matetujon nelatarang indik (1) Sapunapi soroh campuh kode (campur kode) sane wenten ring wayang kulit inovatif Cenk Blonk sane mamurda Lata Mahosadhi, (2)

Aliran kas tersebut dikelompokkan menjadi aliran kas pada titik awal proyek yang meliputi besaran biaya kapital (investasi), selama tahap operasional yang

 b$  Hazard O$era%ility St&dy HA'OPS), merupakan metode yang banyak  digunakan oleh industri proses untuk mengidenti&ikasi bahaya pada tahap desain rekayasa 'Mannan,

Teknik yang digunakan penulis adalah teknik seni grafis cetak tinggi karena teknik ini merupakan teknik yang membuat penulis puas dalam menciptakan karya seni grafis.. Prosses

Parameter yang berperan dalam preferensi masyarakat dalam membeli jeruk di Kota Denpasar terdapat 17 parameter.Peranan parameter terbesar terhadap preferensi masyarakat

(1) Kepala Bidang Kepemudaan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas melalui Sekretaris melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan Bidang