• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pemasaran Bunga Potong (Studi Kasus : Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Povinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pemasaran Bunga Potong (Studi Kasus : Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Povinsi Sumatera Utara)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

63

Lampiran 1. Karakteristik Petani

No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha)

1 42 SMA 0.12

2 48 SMP 0.04

3 48 SD 0.04

4 49 D3 0.04

5 48 S1 0.04

6 43 SMA 0.04

7 51 SMA 0.2

8 58 SMA 0.3

9 44 SD 0.2

10 31 SMK 0.2

11 22 SMA 0.01

12 61 SMA 0.12

13 42 SMP 0.32

14 31 SMA 0.2

15 46 SMA 0.04

16 37 SMK 0.2

(2)

64

Lampiran 2. Karakteristik Pedagang dan Reseller

No. Umur (Tahun) Pendidikan Komoditi yang biasa dijual Pedagang

1 40 SMA Krisan

2 58 SMA Krisan dan Gladiol

3 53 D3 Krisan dan Gladiol

4 56 SMP Krisan dan Gladiol

Reseller

1 49 SMP Krisan, Anggrek, mawar,

sedap malam, Ester

2 40 SMA Krisan, mawar, anggrek,

sedap malam, Gladiol

3 37 STM Krisan

4 53 SD Krisan, mawar, sedap malam,

anggrek, gladiol

5 35 SMA Krisan, anggrek, mawar,

(3)

65

Lampiran 3. Parameter Penilaian SWOT Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemasaran Bunga Potong

No. Parameter Pernyataan Skor

Strategis 4

1. Lokasi Pasar Cukup Strategis 3

Kurang Strategis 2

Tidak Strategis 1

Harga rata-rata yang berlaku di pasar

4

2. Harga yang diterima

80% ≤ x < 100% Harga rata-rata yang berlaku di pasar

3 petani 50% ≤ x < 80% Harga rata-rata

yang berlaku di pasar

2 x < 50% Harga rata-rata yang

berlaku di pasar

1

3. Harga yang diterima

≥ Harga rata-rata yang berlaku di pasar

4 pedagang dan reseller di

Pasar Bunga

80% ≤ x < 100% Harga rata-rata yang berlaku di pasar

3 50% ≤ x < 80% Harga rata-rata

yang berlaku di pasar

2 x < 50% Harga rata-rata yang

berlaku di pasar

1

Tinggi dan Kontinue 4

4. Jumlah permintaan pasar Tinggi dan Tidak Kontinue 3

Rendah dan Kontinue 2

Rendah dan Tidak Kontinue 1

5. Penetapan Sudah ditetapkan 4

GAP dan SOP Masih diperkenalkan 3

Program perencanaan 2

Tidak ditetapkan 1

Setiap satu kali seminggu 4 6. Pengawasan pelaksanaan Setiap satu bulan sekali 3

GAP dan SOP Sesuai dengan jadwal yang ditentukan

2 Tidak dilakukan pengawasan 1 7 Pelaksanaan GAP dan Semua jenis tanaman 4

SOP Hanya tanaman tertentu 3

Sesuai dengan keinginan 2

Tidak dilaksanakan 1

8. Dukungan Pemerintah Mendukung 4

dalam penyediaan sarana Cukup mendukung 3

dan prasarana Kurang mendukung 2

Tidak mendukung 1

Ekspor Internasional 4

(4)

66

Ekspor Regional 2

Lokal 1

100% modal sendiri 4

10. Permodalan 75% modal sendiri 3

50% modal sendiri 2

seluruh modal pinjaman 1

Selalu berubah 4

11. Variasi permintaan 75% berubah 3

pasar tujuan 50% berubah 2

Tidak berubah 1

Mengikuti pangsa pasar 4

12 Jadwal tanam Rutin 3

Berubah-ubah 2

Sesuai keinginan 1

Baik 4

13. Keahlian Pascapanen Cukup 3

Kurang 2

Tidak Baik 1

Ada dan Pelaksanaanya rutin 4 14. Pembinaan tenaga Ada tapi pelaksanaanya tidak rutin 3

penyuluh Masih dalam program 2

Tidak ada pembinaan penyuluh 1

Sangat efektif 4

15. Leaflet (selebaran) Efektif 3

Kurang efektif 2

Tidak efektif 1

Ada dan Pelaksanaanya rutin 4 16. Pameran Ada tapi pelaksanaanya tidak rutin 3

Masih dalam program 2

Tidak ada pembinaan penyuluh 1

Keterangan

1. Strategis : Dijalan lintas, berada pada sentra produksi

Cukup Strategis : tidak jauh dari jalan lintas, berada pada sentra produksi Kurang Strategis: Jauh dari jalan lintas, berada pada sentra produksi Tidak Strategis : Jauh dari jalan lintas, jauh dari sentra produksi

2.. Indikator Pelanggan Tetap: Hotel, restaurant, florist, reseller, dan Rumah tangga

Tinggi dan : 70%≤Produksi<100%,/minggu, Memiliki semua indikator Kontinue indikator pelangga tetap

(5)

67

Rendah dan : Produksi <70%,/minggu ,tidak memiliki pelanggan tetap Tidak Kontinue

3. Indikator Pelaksanaan GAP dan SOP

Ada, terlaksana : sudah ada penerapan GAP dan SOP, petani yang melasanakan ≥80%

Ada, cukup : sudah ada, petani yang melaksanakan 40%-80% Ada : sudah ada, petani yang melaksanankan <40% Tidak terlaksana : tidak ada penerapan GAP dan SOP

4. Indikator dukungan Pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana,: bantuan permodalan, bantuan alsintan, dan bantuan bibit

Mendukung : Semua indikator diatas terpenuhi Cukup : Salah satu indikator diatas tidak terpenuhi Kurang : dua indikator diatas tidak terpenuhi Tidak : <3 indikator diatas tidak terpenuhi

5. Indikator keahlian pascapanen: Melakukan seleksi kultivar, penentuan saat panen yang tepat, cara panen yang tepat, perlakuan kimiawi, teknik peyimpanan dan pengangkutan yang tepat.

(6)

68

Lampiran 4. Rata-rata harga bunga di Pasar Bunga/Juni 2015

No. Jenis Krisan Rata-rata Harga/Ikat Jumlah Batang

1. Kuning Rp 25.000 10

2. Putih Rp 20.000 10

(7)

69

Lampiran 5. Rata-rata harga yang diterima Petani

Sampel

Rata harga yang diterima/jenis bunga

(Rp/ikat)

Rasio harga yang diterima dengan rata harga pasar

(%)

Rata-rata (%)

1 2 3 1 2 3

1 10.000 15.000 15.000 40 75 100 71,66

2 10.000 15.000 10.000 40 75 66,6 60,55

3 15.000 15.000 15.000 60 75 100 78,33

4 15.000 15.000 10.000 60 75 66,6 67,22 5 10.000 10.000 10.000 40 50 66,6 52,22 6 25.000 10.000 10.000 100 50 66,6 72,22 7 10.000 20.000 10.000 40 100 66,6 68,88 8 20.000 20.000 15.000 80 100 100 93,33 9 20.000 20.000 15.000 80 100 100 93,33 10 20.000 15.000 10.000 80 75 66,6 73,88 11 15.000 20.000 15.000 60 100 100 86,66 12 25.000 10.000 10.000 100 50 66,6 72,22 13 10.000 10.000 10.000 40 50 66,6 53,33

14 15.000 10.000 7.500 60 50 50 53,33

15 10.000 10.000 7.500 40 50 50 46,66

16 15.000 10.000 5.000 60 50 33,3 47,77

17 15.000 15.000 10.000 60 75 66,6 67,22

Rata-rata

15.294 14.117 10.882 61,17 70,58 72,55 68,10

Keterangan:

(8)

70

Lampiran 6. Rata-rata harga yang diterima Pedagang dan Reseller

Sampel

Rata-rata harga yang diterima (Rp/ikat)

Rasio Harga yang diterima (%)

Rata-rata (%)

1 2 3 1 2 3

Pedagang

1 30.000 20.000 15.000 >100 100 100 100 2 25.000 25.000 10.000 100 >100 66 90 3 25.000 20.000 20.000 100 100 >100 100 4 35.000 20.000 20.000 >100 100 >100 100

Rata-rata

28.750 21.250 16.250 100 100 100 Reseller

1 30.000 20.000 15.000 >100 100 100 100 2 30.000 25.000 20.000 >100 >100 >100 100 3 40.000 25.000 25.000 >100 >100 >100 100 4 25.000 25.000 20.000 100 >100 >100 100 5 30.000 20.000 15.000 >100 100 100 100

Rata-rata

(9)

71

Lampiran 7. Penilaian skor Parameter Faktor Internal

Sampel Parameter

1 2 3 4 5 6 7

Distan

1 4 2 2 2 3 2 2

2 4 2 2 2 3 2 2

3 4 2 2 2 3 2 2

4 4 2 2 2 3 2 2

Rata-rata

4 2 2 2 3 2 2

Keterangan:

Parameter 1 : Penetapan GAP dan SOP

Parameter 2 : Pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP Parameter 3 : Dukungan Pemerintah

Parameter 4 : Jaringan pemasaran

Parameter 5 : Pembinaan tenaga penyuluh Parameter 6 : Leaflet (selebaran)

(10)

72

Lampiran 8. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal

Sampel Parameter

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Petani

1 3 2 4 3 4 1

2 3 2 4 3 4 1

3 3 2 4 3 4 1

4 3 2 4 3 4 1

5 3 2 4 3 4 1

6 3 2 4 3 4 1

7 3 2 4 3 4 1

8 3 3 4 3 4 1

9 3 3 4 3 4 1

10 3 2 1 3 4 1

11 3 3 4 3 4 1

12 3 3 4 3 4 1

13 3 2 4 3 4 1

14 3 2 4 3 4 1

15 3 1 4 3 4 1

16 3 1 2 3 4 1

17 3 2 4 3 4 1

Pedagang

1 4 4 3 2

2 4 4 3 2

3 4 4 4 2

4 4 4 3 2

Reseller

1 4 3 2

2 4 4 3

3 4 3 2

4 4 2 2

5 4 2 3

Total 67 35 36 27 63 20 51 68 17

(11)

73

Keterangan:

Parameter 1 : Lokasi Pasar

Parameter 2 : Harga yang diterima petani

Parameter 3 : Harga yang diterima pedagang dan reseller Parameter 4 : Jumlah permintaan pasar

Parameter 5 : Permodalan

(12)

74

Lampiran 9. Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Internal (IFAS)

No. Faktor Skala Nilai Faktor

1. Penetapan GAP dan SOP

3 2 1 2 3 Pengawasan GAP dan SOP

2. Penetapan GAP dan

SOP 3 2 1 2 3

Dukungan Dinas Pertanian dalam sarana dan prasarana

3. Penetapan GAP dan

SOP 3 2 1 2 3 Jaringan pemasaran

4. Penetapan GAP dan

SOP 3 2 1 2 3

Pembinaan tenaga penyuluh

5. Penetapan GAP dan

SOP 3 2 1 2 3 Leaflet (selebaran) 6. Penetapan GAP dan

SOP 3 2 1 2 3 Pameran

7. Pengawasan

pelaksanaan GAP dan SOP

3 2 1 2 3

Dukungan Dinas Pertanian dalam sarana dan prasarana

8. Pengawasan

pelaksanaan GAP dan SOP

3 2 1 2 3 Jaringan pemasaran

9. Pengawasan

pelaksanaan GAP dan SOP

3 2 1 2 3

Pembinaan tenaga penyuluh

10. Pengawasan

pelaksanaan GAP dan SOP

3 2 1 2 3 Leaflet (selebaran)

11 Pengawasan

pelaksanaan GAP dan SOP

3 2 1 2 3 Pameran

12. Dukungan Dinas Pertanian

3 2 1 2 3 Jaringan pemasaran

13. Dukungan Dinas Pertanian

(13)

75

14. Dukungan Dinas Pertanian

3 2 1 2 3

Leaflet (selebaran)

15. Dukungan Dinas Pertanian

3 2 1 2 3

Pameran

16. Jaringan pemasaran 3 2 1 2 3 Pembinaan tenaga penyuluh

17. Jaringan pemasaran 3 2 1 2 3 Leaflet (selebaran) 18. Jaringan pemasaran 3 2 1 2 3 Pameran

19. Pembinaan tenaga penyuluh

3 2 1 2 3 Leaflet (selebaran)

20. Pembinaan tenaga penyuluh

3 2 1 2 3 Pameran

(14)

76

Lampiran 10. Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal (EFAS)

No. Faktor Skala Nilai Faktor

1. Lokasi pasar 3 2 1 2 3 Harga yang diterima petani

2. Lokasi pasar 3 2 1 2 3 Harga yang diterima pedagang dan reseller di pasar

3. Lokasi pasar 3 2 1 2 3 Jumlah permintaan pasar 4. Lokasi pasar 3 2 1 2 3 Permodalan

5. Lokasi pasar 3 2 1 2 3 Variasi permintaan pasar 6. Lokasi pasar 3 2 1 2 3 Jadwal tanam

7. Lokasi pasar 3 2 1 2 3 Keahlian pascapanen 8. Lokasi pasar 3 2 1 2 3 Pelaksanaan GAP dan

SOP 9. Harga yang diterima

petani

3 2 1 2 3 Harga yang diterima pedagang dan reseller di pasar

10. Harga yang diterima petani

3 2 1 2 3 Jumlah permintaan pasar

11. Harga yang diterima petani

3 2 1 2 3 Permodalan

12. Harga yang diterima petani

3 2 1 2 3 Variasi permintaan pasar

13. Harga yang diterima petani

3 2 1 2 3 Jadwal tanam

14. Harga yang diterima petani

3 2 1 2 3 Keahlian pascapanen

15. Harga yang diterima petani

3 2 1 2 3 Pelaksanaan GAP dan SOP

16. Harga yang diterima

(15)

77

No. Faktor Skala Nilai Faktor

17. Harga yang diterima pedagang dan reseller di pasar

3 2 1 2 3 Permodalan

18. Harga yang diterima pedagang dan reseller di pasar

3 2 1 2 3

Variasi permintaan pasar

19. Harga yang diterima pedagang dan reseller di pasar

3 2 1 2 3

Jadwal tanam

20 Harga yang diterima pedagang dan reseller di pasar

3 2 1 2 3

Keahlian pascapanen

21. Harga yang diterima pedagang dan reseller di pasar

3 2 1 2 1 Pelaksanaan GAP dan SOP

22. Jumlah permintaan pasar

3 2 1 2 3 Permodalan

23. Jumlah permintaan pasar

3 2 1 2 3 Variasi permintaan pasar

24. Jumlah permintaan pasar

3 2 1 2 3 Jadwal tanam

25. Jumlah permintaan pasar

3 2 1 2 3 Keahlian pascapanen

26 Jumlah permintaan pasar

3 2 1 2 3 Pelaksanaan GAP dan SOP

27. Permodalan 3 2 1 2 3 Variasi permintaan pasar 28. Permodalan 3 2 1 2 3 Jadwal tanam

29. Permodalan 3 2 1 2 3 Keahlian pascapanen 30. Permodalan 3 2 1 2 3 Pelaksanaan GAP dan

SOP

(16)

78

No. Faktor Skala Nilai Faktor

32. Variasi permintaan pasar

3 2 1 2 3 Keahlian pascapanen

33. Variasi permintaan pasar

3 2 1 2 3 Pelaksanaan GAP dan SOP

34. Jadwal tanam 3 2 1 2 3 Keahlian pascapanen 35. Jadwal tanam 3 2 1 2 3 Pelaksanaan GAP dan

SOP

(17)

79

Lampiran 11. Hasil Penilaian Faktor Internal Responsen 1 (Penyuluh)

Parameter A B C D E F G

A 1 1 1 1 1 3 3

B 1 1 1 1 1 3 3

C 1 1 1 1 1 3 3

D 1 1 1 1 1 3 3

E 1 1 1 1 1 3 3

F 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1 1

G 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1 1

Total 5,66 5,66 5,66 5,66 5,66 17 17

Responden 2 (Pejabat Dinas Pertanian Karo)

Parameter A B C D E F G

A 1 3 1 1/3 1 3 3

B 1/3 1 1 3 3 3 3

C 1 1 1 3 3 3 3

D 3 1/3 1/3 1 3 1 3

E 1 1/3 1/3 1/3 1 3 3

F 1/3 1/3 1/3 1 1/3 1 1

G 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1 1

Total 7 6,33 4,33 9 11,66 15 17

Keterangan:

A : Penetapan GAP dan SOP

B : Pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP

C : Dukungan Dinas Pertanian dalam sarana prasarana D : Jaringan pemasaran

E : Pembinaan tenaga penyuluh F : Leaflet (selebaran)

(18)

80

Lampiran 12. Hasil Penilaian Faktor Eksternal Responden 1 (Penyuluh)

Parameter A B C D E F G H I

A 1 1/3 1/3 1/3 1/3 1/2 1/3 3 3

B 3 1 1 3 2 1 1 2 3

C 3 1 1 3 2 1 1 2 3

D 3 1/3 1/3 1 2 3 2 2 3

E 3 1/2 1/2 1/2 1 3 2 3 3

F 2 1 1 1/3 1/3 1 1/3 1/3 3

G 3 1 1 1/2 1/2 3 1 3 3

H 1/3 1/2 1/2 1/2 1/3 3 1/3 1 3

I 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1

Total 18,66 5,99 5,99 9,49 8,82 15,83 8,32 16,66 25

Responden 2 (Pejabat Dinas Pertanian)

Parameter A B C D E F G H I

A 1 1/3 1/3 1 1/3 3 1/3 1/3 1/3

B 3 1 3 1 3 3 1/3 1/3 1/3

C 3 1/3 1 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3

D 1 1 3 1 3 1/3 1/3 1/3 1/3

E 3 1/3 3 1/3 1 3 1/3 1/3 1/3

F 1/3 1/3 3 3 1/3 1 1/3 1/3 1/3

G 3 3 3 3 3 3 1 1 1

H 3 3 3 3 3 3 1 1 1

I 3 3 3 3 3 3 1 1 1

Total 20,33 12,32 22,33 15,66 17 19,33 5 5 5

Keterangan

A : Lokasi pasar

B : Harga yang diterima petani

C : Harga yang diterima pedagang dan reseller D : Jumlah permintaan pasar

E : Permodalan

F : Variasi permintaan pasar G : Jadwal tanam

(19)

81

Lampiran 13. Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Internal (IFAS)

Parameter A B C D E F G

Rata-rata

A 1 1,7 1 0,57 1 3 3 1,61

B 0,57 1 1 1,7 1,7 3 3 1,71

C 1 1 1 1,7 1,7 3 3 1,77

D 1,7 0,57 0,57 1 1,7 1,7 3 1,46

E 1 0,57 0,57 0,57 1 3 3 1,3

F 0,33 0,33 0,33 0,57 0,33 1 1 0,55 G 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 1 1 0,52 Total 5,93 5,5 4,8 6,11 7,76 15,7 17 8,91

Rumus: n

n

x

x

x

x

G

=

1

2

3

.

...

Ket : X1 X

= Nilai sel i untuk sampel 1 2

X

= Nilai sel i untuk sampel 2

3

X

= Nilai sel i untuk sampel 3 n

Contoh perhitungan mencari nilai rata - rata geometris :

= Nilai sel i untuk sampel n

1

1

*

1

=

=

AB
(20)

82

Lampiran 14. Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS)

Para meter

A B C D E F G H I

Rata-rata A 1 0,33 0,33 1,7 0,33 1,2 0,33 0,99 0,99 0,8 B 3 1 1,7 1,7 2,4 1,7 0,57 0,81 0,99 1,54 C 3 0,57 1 0,99 0,81 0,57 0,57 0,81 0,99 1,03 D 1,7 0,57 0,99 1 2,4 0,99 0,81 0,81 0,99 1,14

E 3 0,4 1,22 1,4 1 3 0,81 0,99 0,99 1,42

F 0,81 0,57 1,7 0,99 0,33 1 0,33 0,33 0,99 0,78

G 3 1,7 1,7 1,22 1,22 3 1 1,7 1,7 1,8

H 0,99 0,81 0,81 0,81 0,99 3 0,57 1 1,7 1,18 I 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,57 0,57 1 0,89 Total 17,49 6,94 10,44 10,8 10,47 15,45 5,56 8,01 10,34 10,6

n n

x

x

x

x

G

=

1

2

3

.

...

Ket : X1 X

= Nilai sel i untuk sampel 1 2

X

= Nilai sel i untuk sampel 2

3

X

= Nilai sel i untuk sampel 3

n = Nilai sel i untuk sampel n

Contoh perhitungan mencari nilai rata - rata geometris :

(21)

83

Lampiran 15. Normalisasi Bobot Faktor Internal

Parameter A B C D E F G

Rata-rata A 0,16 0,3 0,2 0,09 0,12 0,19 0,17 0,18 B 0,09 0,18 0,2 0,27 0,21 0,19 0,17 0,19 C 0,16 0,18 0,2 0,27 0,21 0,19 0,17 0,2 D 0,16 0,1 0,11 0,16 0,21 0,1 0,17 0,15 E 0,16 0,1 0,11 0,09 0,12 0,19 0,17 0,14 F 0,05 0,06 0,06 0,09 0,04 0,06 0,05 0,06 G 0,05 0,06 0,06 0,05 0,04 0,06 0,05 0,05 Total 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Keterangan:

A : Penetapan GAP dan SOP

B : Pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP

C : Dukungan Dinas Pertanian dalam penyedia sarana prasarana D : Jaringan pemasaran

E : Pembinaan tenaga penyuluh F : Leaflet (selebaran)

(22)

84

Lampiran 16. Normalisasi Bobot Faktor Eksternal Para

meter

A B C D E F G H I

Rata-rata A 0,05 0,04 0,03 0,15 0,03 0,07 0,05 0,12 0,09 0,08 B 0,17 0,14 0,16 0,15 0,22 0,11 0,1 0,1 0,09 0,14 C 0,17 0,18 0,09 0,09 0,07 0,03 0,1 0,1 0,09 0,1 D 0,09 0,08 0,09 0,09 0,22 0,06 0,14 0,1 0,09 0,11 E 0,17 0,05 0,11 0,12 0,09 0,19 0,14 0,12 0,09 0,13 F 0,04 0,08 0,16 0,09 0,03 0,06 0,05 0,04 0,09 0,08 G 0,17 0,24 0,16 0,11 0,11 0,19 0,17 0,21 0,16 0,16 H 0,05 0,11 0,07 0,07 0,09 0,19 0,1 0,12 0,16 0,11 I 0,05 0,14 0,09 0,09 0,09 0,06 0,1 0.07 0,09 0,09 Total 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Keterangan

A : Lokasi pasar

B : Harga yang diterima petani

C : Harga yang diterima pedagang dan reseller D : Jumlah permintaan pasar

E : Permodalan

F : Variasi permintaan pasar G : Jadwal tanam

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2005. Aspek Pemasaran Bunga Potong.

permintaan-bunga-potong-dunia/Stok). Diakses pada 18 Maret 2015 . 2008. Potensi Pasar Tanaman Krisan.

(https//aneka-wordpress.com/bunga/potong/krisan). Diakses pada 18 Maret 2015 . 2013. Prospek Usaha Bunga Potong.

Assauri. S. (2008). Manajemen Produksi dan Operasi (Edisi Revisi). Depok-Jawa Barat : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi universitas Indonesia.

Dinas Pertanian Kabupaten Karo. 2013. Produksi Hortikultura. Kabupaten Karo. Endah, J. 2007. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Jakarta : Agromedia

Pustaka.

Kotler P. A. 2005. Prinsip-Prinsip Pemasaran. jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Novianthi,V. 2011. Analisis Strategi Pemasaran pada Wid Florist Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Nurmalinda & Hayati. 2014. Preferensi Konsumen Terhadap Krisan Bunga Potong dan Pot. Cianjur : J. Hort. Vol 24 No. 4, hal 363 – 371.

Pangemanan, L & Kapantow. 2011. Analisis Pendapatan usaha tani bunga Potong (Studi Kasus Petani Bunga Krisan Putih Kelurahan kakaskasen Dua Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon). ASE. VOL. 7 No. 2. Mei 2011 : 5-14

Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rosita, S. 2008. Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada RR Organic Farm Kabupaten Cianjur. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sawitri, P. 2005. Manajemen Strategi. Lembaga Penerbit Universitas Guna Darma: Jakarta.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive (sengaja). Tempat yang menjadi daerah penelitian yaitu Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Sumatera Utara. Pertimbangan ini didasarkan karena Desa Raya merupakan desa yang terkenal akan tanaman hiasnya terkhusus jenis tanaman hias bunga potong, diantaranya bunga potong jenis Krisan, Gladiol, dan Sedap Malam (Dinas Pertanian Karo, 2014). Dimana hasil penelitian dilokasi tersebut dapat bermanfaat untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi usaha bunga potong.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Responden penelitian ini terdiri dari 4 komponen yaitu: pejabat Dinas Pertanian Karo, penyuluh, pedagang bunga potong, dan petani bunga potong. Prosedur yang digunakan dalam penentuan sampel adalah prosedur Nonprobability Sampling. Pengambilan sampel untuk petani dan pedagang menggunakan teknik snowball sampling yaitu cara pengambilan sampel secara berantai, dimulai dari satu

responden dan selanjutnya responden tersebut menunjukkan responden yang lain, demikian seterusnya, sehingga dapat ditentukan responden untuk petani sebanyak 17 orang dan pedagang dan reseller 9 orang , sedangkan untuk pengambilan sampel untuk Dinas Pertanian Karo dan penyuluh menggunakan teknik purpossive sampling yaitu pertimbangan bahwa Dinas Pertanian Karo dan

(25)

21

3.3 Metode Pengumpulan Data

Analisis strategi pemasaran bunga potong dalam penelitian ini memerlukan sejumlah data-data pendukung yang berasal dari petani, pedagang, penyuluh, dan pejabat Dinas Pertanian Karo. Data-data yang diperlukan dapat diperoleh dengan menggunakan dua macam cara pengumpulan data, yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan diskusi dengan petani, pedagang, penyuluh, dan dinas Pertanian Karo dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan guna penilaian dan pembahasan ide yang berkenan dengan faktor internal dan eksternal. Data Primer merupakan faktor lingkungan internal dan eksternal Dinas Pertanian Karo.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelusuran literatur-literatur terkait seperti buku, internet, skripsi, data dari Badan Pusat Statistika (BPS Sumatera Utara),data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karo yang berhunbungn dengan Penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan mencakup antara lain:

a. Data luas tanam, luas panen, produktivitas, dan poduksi, serta harga bunga potong.

(26)

22

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam menjelaskan identifikasi masalah adalah analisis deskriptif, yaitu dengan metode SWOT yang merupakan metode penyusunan strategi dengan mengevaluasi kekuatan (strengh), kelemahan (weaknes), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis tentang hubungan suatu organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan terciptanya strategi yang dapat memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan kelemahan dan ancaman yang ada. Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis berada diposisi mana, dapat dilihat pada gambar berikut ini

PELUANG

3. Mendukung 1. Mendukung Strategi Turn-around Strategi Growth

KELEMAHAN KEKUATAN

4. Mendukung 2. Mendukung Strategi Defensif Diversifikasi

ANCAMAN

Sumber : Fredy Rangkuty (2009) Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT

(27)

23

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, usaha ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka pangjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

Kuadran 3 : Usaha menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal usaha sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih. Misalnya, Apple menggunakan stratregi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri micro computer

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, usaha tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan penelitian/objek penelitian

Langkah yang paling awal dalam membuat SWOT adalah dengan menentukan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peran Dinas Pertanian Karo dalam pemasaran bunga potong. 2. Menentukan faktor-faktor lingkungan/pengaruh

(28)

24

peningkatan pemasaran dan produksi bunga potong. Faktor-faktor tersebut dapat diperoleh dari hasil studi literatur.

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh yaitu: 1. Lokasi pasar

2. Harga yang diterima petani dan pedagang 3. Permintaan pasar

4. Ketersediaan infrastruktur dasar

5. Pemetaan kawasan agribisnis bunga potong 6. Pemetaan GAP dan SOP

7. Dukungan pemerintah 8. Pelanggan tetap

9. Ketersediaan bibit unggul 10. Jaringan pemasaran

11. Modal usaha tani lembaga pendukung permodalan yang menyediakan bantunan seperti pemberian kredit, simpan pinjam, penyediaan pupuk, bibit, dan pestisida

12. Keragaman bunga potong

13. Kontribusi pemetaan produk unggulan 14. Peran assosiasi/kelembagaan tani 15. Jadwal tanam

(29)

25

20. Pameran

21. Fasilitas penelitian 3. Menentukan faktor strategis

Setelah diperoleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemasaran dan produksi bunga potong, kemudian dipilih faktor-faktor yang secara signifikan dapat mempengaruhi peningkatan pemasaran dan produksi bunga potong. Faktor ini disebut sebagai faktor strategis. Pemilihannya ditentukan berdasarkan pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan diperoleh dari hasil wawancara dengan 17 orang petani, 9 orang pedagang dan reseller, 1 orang penyuluh, dan 3 orang pejabat Dinas Pertanian Karo

4. Klasifikasi faktor strategis menjadi faktor internal dan faktor eksternal Setelah diketahui faktor-faktor strategis, selanjutnya diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh Dinas Pertanian Karo atau faktor yang dimiliki oleh petani, pedagang, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam pemasaran dan produksi bunga potong, sedangkan faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh Dinas Pertanian Karo.

5. Penentuan faktor S,W,O, dan, T berdasarkan Skor

(30)

26

atau faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Pada internal 1 dan 2 termasuk kelemahan, 3 dan 4 adalah kekuatan. Pada eksternal 1 dan 2 termasuk ancaman, 3 dan 4 termasuk peluang.

6. Penentuan bobot

Setelah diperoleh skor tiap faktor kemudian dilakukan pembobotan setiap faktor. Pembobotan ini dilakukan dengan cara teknik komparasi berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1998). Metode ini menggunakan model Pairwise Comparision Scale yaitu dengan membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu hirarki berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor. Rincian nilai kepentingan tersebut ditentukan berdasarkan kemampuan responden untuk membedakan nilai antar faktor yang dipasangkan. Semakin besar kemampuan responden untuk membedakan, maka akan semakin rinci juga pembagian nilanya. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang ditemukan oleh Saaty (1998) dengan skala nilai yang dimodifikasi hanya menggunakan skala nilai 1 sampai 3 sebagai berikut:

1 = kedua faktor sama pentingnya

2 = satu faktor lebih penting dari pada faktor lainnya

3 = satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya 7. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk tiap responden

(31)

27

8. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk seluruh responden

Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari seluruh responden dengan rumus:

G= �√�1.�2.�3 …��

Dimana : n = Jumlah responden X1

X

= Nilai faktor ke-i untuk responden 1 2

X

= Nilai faktor ke-i untuk responden 2

3

X

= Nilai faktor ke-i untuk responden 3

n

9. Normalisasi dan rata-rata bobot

= Nilai faktor ke-i untuk responden n

Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis Dinas Pertanian Karo. 10. Menentukan skor terbobot dan prioritas

Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang akan diperoleh dalam tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana reaksi Dinas Pertanian Karo terhadap faktor strategis eksternal dan faktor strategis internalnya.

11. Penyusunan strategi dengan menggunakan matriks SWOT

(32)
[image:32.595.106.517.93.325.2]

28

Tabel 3.1 Matriks SWOT INTERNAL

EKSTERNAL

STRENGHTS (S)

• Tentukan faktor-faktor kekuatan internal

WEAKNESS (W)

• Tentukan faktor- faktor kekuatan internal

OPPORTUNITIES (O)

• Tentukan faktor peluang eksternal

STRATEGI S-O

• Ciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

STRATEGI W-O

• Ciptakan Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan

peluang TREAT (T)

• Tentukan faktor ancaman eksternal

STRATEGI S-T

• Ciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI W-T

• Ciptakan Strategi yang meminimalkan

kelemahan & menghindari peluang

Sumber : Rangkuti, 2009

Keterangan : • Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

• Strategi ST

Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

• Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

• Strategi WT

(33)

29

3.5 Definisi & Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat Definisi dan Batasan Operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Tanaman Hias adalah tanaman yang mempunyai nilai keindahan baik karena bentuk, warna, dan tajuk, maupun bunganya.

2. Bunga potong adalah sebutan untuk tanaman hias yang ditanam untuk diambil bunga beserta tangkainya.

3. Pemasaran adalah kegiatan untuk menyampaikan barang dan jasa mulai dari titik produksi ke titik konsumsi.

4. Strategi pemasaran bunga potong adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan bunga potong yang selalu berubah .

5. Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan strategi peningkatan pemasaran dan produksi, dilakukan dengan cara identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan melalui analisis kondisi internal, serta mengidentifikasi peluang dan ancaman melalui analisis kondisi eksternal

6. Faktor internal merupakan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan dapat dikontrol oleh Dinas Pertanian Karo

(34)

30

petani dan pedagang bunga potong serta pihak-pihak lain yang terkait dengan pemasaran bunga potong.

8. Kekuatan (Strength) adalah situasi dan kemamapuan dari faktor internal yang bersifat positif terhadap peningkatan pemasaran dan produksi bunga potong.

9. Kelemahan (Weaknes) adalah situasi dan kelemahan dari faktor internal yang bersifat negatif terhadap peningkatan pemasaran dan produksi bunga potong.

10. Peluang (Oportunity) adalah situasi dari faktor eksternal yang bersifat positif, yang mendorong peningkatan pemasaran dan produksi bunga potong.

11. Ancaman (Threat) adalah situasi dari faktor eksternal yang bersifat negatif, yang menjadi penghalang peningkatan pemasaran dan produksi bunga potong.

12. GAP (Good Agricultural Practices) dan SOP (Standard Operasional Procedure) yang merupakan pedoman budidaya dan standard yang baik

untuk suatu komoditi pertanian.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel adalah petani dan pedagang dan reseller Bunga Potong Krisan, penyuluh, dan Dinas Pertanian Karo.

(35)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, berikut ini adalah deskripsi daerah penelitian:

4.1.1 Keadaan Umum Wilayah

Desa Raya terletak pada ketinggian 1.192 m dpl dengan luas lahan 500 ha, suhu udara rata-rata berkisar antara suhu siang 18°C dan malam 24°C. Curah hujan antara rata-rata 8,93 m dan jenis tanah andosol. Terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan April sampai dengan bulan Mei dan musim hujan kedua mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Arah angin terbagi dua yaitu angin yang berhembus dari arah Barat kira-kira bulan Agustus sampai dengan bulan Mei. Dari arah Timur dan Tenggara antara bulan Juni sampai dengan bulan Desember.

Desa Raya Kecamatan Berastagi mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Tigapanah

Sebelah Selatan : Kecamatan Berastagi Sebelah Timur : Desa Gurusinga

(36)

32

4.1.2 Tata Guna Lahan

Raya mempunyai luas lahan 500 ha, untuk lahan kering 362 ha, lahan bangunan/pekarangan 126 ha, lainnya 12 ha.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Raya pada akhir tahun 2013 adalah sebanyak 5.262 jiwa dan jumlah rumah tangga 1.284, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.579 jiwa atau 48,9% dan jumlah penduduk perempuan 2.683 jiwa atau 51,1%. Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Desa Raya sebesar 96,12%, yang berarti dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki. Rata-rata kepadatan penduduk Desa Raya mencapai 1.052 jiwa/km2. Hal ini berarti dalam setiap 1 km2

4.1.4 Penduduk menurut Mata Pencaharian

terdapat 1.052 jiwa (Karo dalam angka, 2014).

[image:36.595.106.520.456.561.2]

Mata pencaharian penduduk di Desa Raya ada bermacam-macam, yaitu Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Bidang Pertanian 2.530 78

PNS/ABRI 68 2

Industri Rumah Tangga 269 8,3

Lainnya 380 11,7

Jumlah 3.239 100

Sumber: Karo dalam angka (2014)

Dari Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa mata pencaharian terbanyak di Desa Raya adalah di bidang pertanian yaitu sebanyak 2.530 jiwa atau 78%, sedangkan mata pencaharian terkecil adalah PNS/ABRI sebanyak 68 jiwa atau 2%.

4.2 Karakteristik Responden

(37)

33

responden yang diambil untuk petani sebanayak 17, pedagang 4, reseller 5, dan pejabat Dinas pertanian 3, dan penyuluh 1. Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, dan, pengalaman berusaha.

4.2.1 Karakteristik Petani

[image:37.595.111.519.294.370.2]

Dari hasil wawancara dengan petani bunga Desa Raya Kabupaten Karo maka didapat karakteristik petani sebagai berikut:

Tabel 4.2 Karakteristik Petani

No. Karakteristik Rentang Rata-rata

1. Umur (Tahun) 22-61 43

2. Pendidikan SD-S1 SMA

3. Luas Lahan (Ha) 0,01-0,32 0,14

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 1 (2015)

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata umur petani adalah 43 tahun. Hal ini menunjukkan petani Bunga Krisan di Desa Raya masih tergolong usia produktif (15 tahun – 65 tahun) yaitu masih potensial dalam melakukan kegiatan usahanya.

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dari tingkat SD sampai sarjana. Rata-rata pendidikan petani adalah 11 tahun yaitu setingkat dengan SLTA, denga tingkat pendidikan yang paling rendah adalah SD dan yang paling tinggi adalah setingkat S1 (sarjana).

4.2.2 Karakteristik Pedagang

(38)
[image:38.595.111.515.88.165.2]

34

Tabel 4.3. Karakteristik Pedagang

No. Karakteristik Rentang Rata-rata

1. Umur (Tahun) 40-58 52

2. Pendidikan SMP-D3 SMA

3. Komoditi yang dijual Krisan dan Gladiol Krisan Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 2 (2015)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pedagang adalah 52 tahun. Hal ini menunjukkan pedagang bunga potong di Desa Raya masih tergolong usia produktif yaitu masih potensial dalam melakukan kegiatan usahanya.

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dari tingkat SD sampai sarjana. Rata-rata pendidikan pedagang adalah 12 tahun yaitu setingkat dengan SLTA, denga tingkat pendidikan yang paling rendah adalah SMP dan yang paling tinggi adalah setingkat D3.

4.2.3 Karakteristik Pejabat Dinas Pertanian

Pejabat dinas pertanian yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki jabatan yang berbeda-beda, yaitu KUPT Dinas Pertanian Kecamatan Berastagi, Kabid Perencanaan Dinas Pertanian Kabupaten Karo, dan Kepala seksi Pemasaran Kabupaten Karo. KUPT Dinas Pertanian Kecamatan Berastagi berusia 52 tahun dan pendidikan terakhir S1, Kabid Perencanaan Dinas Pertanian Kabupaten Karo berusia 52 tahun dan pendidikan terahir S2, dan Kepala Seksi Pemasaran Kabupaten Karo berusia 44 tahun dan pendidikan terakhir S1.

4.2.4 Karakteristik Penyuluh

(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kondisi Eksisting dari Faktor-faktor Strategis Dianalisis dengan Menggunakan Skor

Faktor strategis yang mempengaruhi pemasaran bunga potong dibagi atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Dinas Pertanian Karo, sedangkan faktor eksternal merupakan peluang dan ancaman yang diluar kendali dari Dinas Pertanian Karo.

[image:39.595.112.515.509.747.2]

5.1.1 Analisis Kondisi Eksisting Faktor Internal Dianalisis dengan Skor Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam pemasaran bunga potong yang dilakukan oleh Dinas Pertanian seperti; penetapan GAP dan SOP, pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP, dukungan Dinas Pertanian, jaringan pemasaran, pembinaan tenaga penyuluh, leaflet (selebaran), dan pameran. Berikut hasil penelitian melalui kuisioner dan observasi yang dilakukan untuk menunjukkan skor faktor internal tersebut:

Tabel 5.1. Penentuan Skor Faktor Internal

No. Uraian Rata-rata

skor

Hasil Penilaian

Sumber Keterangan (Orang) 1 Penetapan GAP dan

SOP

4 Kekuatan Dinas Pertanian dan penyuluh (4) 2. Pengawasan

pelaksanaan GAP dan SOP

2 Kelemahan Dinas Pertanian dan penyuluh (4) 3. Dukungan Dinas

Pertanian dalam penyedian sarana dan prasarana

2 Kelemahan Dinas Pertanian (3)

4. Jaringan pemasaran 2 Kelemahan Dinas Pertanian (3) 5. Pembinaan tenaga

penyuluh

3,25 Kekuatan Dinas Pertanian dan penyuluh (4) 6. Leaflet (selebaran) 2 Kelemahan Dinas Pertanian (3)

7. Pameran 2 Kelemahan Dinas Pertanian (3)

(40)

36

Tabel 5.1 Menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor internal yang mempengaruhi pemasaran bunga potong terdapat 2 kekutan dan 5 kelemahan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penetapan GAP dan SOP

Untuk menghasilkan produk bermutu yang mencakup penerapan teknologi ramah lingkungan, pencegahan penularan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), penjagaan kesehatan, dan meningkatkan kesejahteraan pekerja maka perlu penerapan GAP (Good Agricultural Practices) dan SOP (Standard Operasional Procedure) yang merupakan pedoman budidaya yang dan standard produk yang

(41)

37

2. Pengawasan Pelaksanaan GAP dan SOP

Dinas Pertanian sudah mengenalkan dan menetapkan GAP dan SOP kepada petani dalam usaha tani yang dilakukan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pejabat Dinas Pertanian dan penyuluh, penyuluh pertanian selalu melakukan pertemuan minimal 3 kali dalam sebulan dengan perwakilan dari masing-masing 11 kelompok tani (kepala setiap kelompok tani) untuk membahas permasalahan yang dialami petani dalam usaha taninya, pengawasan terhadap pelaksanaan GAP dan SOP juga terdapat didalamnya. Perwakilan petani yang mengikuti pertemuan tersebut akan menjelaskan kembali kepada anggotanya. Dengan jumlah pertemuan dan cara penyampaian kepada anggota kelompok tani tersebut, pengawasan terhadap pelaksanaan GAP dan SOP masih sangat kurang untuk mengajak dan menyadarkan petani mengikuti GAP dan SOP dalam pelaksanaan usaha tani bunga potong.

3. Kurangnya Dukungan Dinas Pertanian dalam Penyediaan Sarana dan Prasaranana

(42)

38

dengan Dinas Pertanian Karo bantuan yang saat ini diberikan kepada petani hanya penyediaan balai pembibitan bunga oleh instansi swasta yang dibawah pengawasan Dinas Pertanian Karo, hal ini karena anggaran Pemerintah Karo dan Dinas Pertanian lebih dialihkan pada bencana Ginung Sinabung yang terjadi. Tetapi Dinas Pertanian Karo memiliki perencanaan program 2016 untuk menyediakan bibit unggul bunga potong dengan varietas baru.

4. Jaringan Pemasaran Regional

Pemasaran bunga potong untuk wilayah Karo masih bersifat regional, yang berarti pemasaran masih sekitar Sumatera Utara seperti Pematang Siantar, Sidikalang, Balige, dan Medan. Hal ini terjadi karena fasilitas seperti bentuk kontak bisnis, koordianasi pemasaran dan inisiasi kemitraan pemasaran setelah kerja sama dengan pihak Amarta sudah selesai, belum kembali dilakukan kerja sama dengan pihak-pihak lain oleh Dinas Pertanian Kabupaten Karo, meskipun produk florikultura khususnya bunga potong memiliki potensi ekspor nasional.

(43)

39

5. Pembinaan Tenaga Penyuluh Baik

Introduksi teknologi inovatif membutuhkan tenaga penyuluhan yang handal agar transfer teknologi kepada petani dapat dilakukan tanpa mengalami distorsi lapangan. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para penyuluh pertanian, Dinas Pertanian Pusat pernah memberikan pembinaan (2014) kepada penyuluh khusus bunga potong. Pembinaan diarahkan pada pemberian pelatihan teknik dan manajerial budidaya seperti aturan pemberian pupuk, penggunaan pestisida dan herbisida sesuai dengan aturan dan dosis yang tepat, pascapanen, dan pemasaran tanaman hias seperti perlakuan yang tepat dalam pengiriman produk, teknik pendampingan kelompok tani, dan prinsip-prinsip penyuluhan. Melalui program pembinaan dan pemberdayaan secara berkelanjutan yang diharapkan dapat diperoleh tenaga penyuluh handal di bidang pengembangan industri dan pemasaran tanaman hias.

6. Leaflet (Selebaran) masih kurang efektif

Promosi merupakan media yang efektif untuk komunikasi antar pelaku usaha florikultura untuk mendorong peningkatan pasar yang berdampak terhadap peningkatan kegiatan produksi yang akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan peningkatan pemasaran agar dapat menembus pasar Internasional. Salah satu jenis sarana promosi adalah leaflet (selebaran)

(44)

40

berkunjung ke Dinas Pertanian Karo karena diletakkan di Dinas Pertanian Karo. Selain itu, leafltet tidak dengan khusus menjelaskan bunga potong yang ada di daerah penelitian. Dengan kondisi tersebut, leaflet yang disediakan masih kurang efektif digunakan sebagai sarana meningkatkan pemasaran bunga potong, faktor ini merupakan suatu kelemahan.

7. Pameran Kurang Tersedia

Pameran salah satu kegiatan untuk menunjukkan atau memperkenalkan produk secara langsung. Lima tahun lalu sebelum Gunung Sinabung meletus, setiap satu kali dalam satu tahun Dinas Pertanian Karo melakukan kegiatan Pesta Bunga dan Buah dimana seluruh bunga dan buah akan dipamerkan di acara tersebut, produk utama yang dipamerkan adalah bunga dan untuk tahun ini akan kembali diadakan Pesta Bunga dan Buah yang berada di Berastagi pada bulan September.

(45)

41

5.1.2 Analisis Kondisi Eksisting Faktor Eksternal Dianalisis dengan Menggunakan Skor

[image:45.595.112.510.264.540.2]

Faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman dalam pemasaran bunga potong yang dilakukan oleh Dinas Pertanian terdiri dari lokasi pasar, harga yang diterima petani, pedagang dan reseller, permintaan pasar, pelanggan tetap, jaringan pemasaran, variasi bunga potong, pembuatan jadwal tanam, dan keahlian pascapanen.

Tabel 5.2 Penentuan Skor Faktor Eksternal

Sumber: Lampiran 8

Tabel 5.2 Menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor eksternal yang mempengaruhi pemasaran bunga potong terdapat 6 peluang dan 3 ancaman. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Lokasi Pasar Strategis

Dalam penelitian ini, terdapat dua pasar bunga di Desa Raya, pasar bunga yang pertama bertempat di Jambur Desa Raya yang berada di ujung Gang Desa Raya,

No. Uraian Rata-rata

skor

Hasil Penilaian

Sumber Keterangan (Orang)

1. Lokasi pasar 3,2 Peluang Petani dan pedagang (21) 2. Harga yang

diterima petani

2 Ancaman Petani (17)

3. Harga yang diterima pedagang dan reseller

4

Peluang Pedagang dan reseller (9)

4. Jumlah permintaan pasar

3 Peluang Pedagang dan reseller (9)

5. Permodalan 3,7 Peluang Petani (17)

6. Variasi permintaan pasar

2,22 Ancaman Pedagang dan reseller (9) 7. Jadwal tanam

bunga potong

3 Peluang Petani (17)

8. Keahlian pascapanen

4 Peluang Petani (17)

9. Pelaksanaan GAP dan SOP

(46)

42

penjual bunga di pasar ini adalah petani yang berasal dari desa ini sendiri, pasar ini buka pada hari Senin dan Kamis mulai pukul 08.00-11.00 WIB, lokasi pasar bunga Desa Raya ini cukup strategis dilihat dari jarak ke jalan lintas tidak terlalu jauh dan berada pada sentra produksi. Selain berada di Jambur Desa Raya, pasar bunga juga terdapat tidak jauh dari jambur, masyarakat setempat sering menyebutnya sebagai Pasar PU. Lokasi Pasar PU strategis, diukur dari jarak dengan jalan lintas dan sentra produksi. Di pasar ini, setiap hari selalu ada 3 pedagang yang berjualan bunga potong. Tetapi untuk hari Rabu dan Sabtu pedagang bunga akan semakin bertambah karena petani bunga yang ada di Desa Raya akan menjual produksi bunga di pasar ini. Kedua pasar ini terbentuk dari inisiatif warga Desa Raya yang menanam bunga untuk memudahkan menjual atau memasarkan bunga.

Pada Tabel 5.2 diperoleh skor lokasi pasar 3,2. Skor ini diperoleh dari penelitian dan observasi yang dilakukan kepada 21 responden yang memasarkan produknya yang terdiri dari 17 petani dan 4 pedagang. Responden petani memasarkan produknya di Jambur Desa Raya yang letaknya kurang lebih 200 m dari jalan lintas dan berada pada sentra produksi, sementara 4 pedagang memasarkan produknya di Pasar PU yang berada pada jalan lintas dan sentra produksi. Dengan lokasi pasar tersebut, konsumen akan lebih mudah melakukan transaksi dan pengiriman produk. Hal ini merupakan suatu peluang untuk meningkatkan pemasaran bunga potong.

2. Harga yang diterima Petani Rendah

(47)

43

menunjukkan nilai rata-rata harga yang diterima petani dari penjualan di pasar 68,10% dari rata-rata harga pasar dengan rentang 44,66% sampai 93,33% (Lampiran 4). Salah satu penyebab rendahnya harga yang diterima petani adalah produk yang dihasilkan petani lebih banyak berada pada Grade 2 dan 3 yang biasa mereka sebut sedang dan rengge. Grade 2 memiliki ciri-ciri, bunga yang dihasilkan kurang mekar, bunga tidak terlalu besar, ada beberapa daun yang dihasilkan kurang baik, dan batang tidak terlalu tinggi. Sedangkan Grade 3 memiliki ciri-ciri bunga tidak mekar sempurna, bunga kecil dan bayak kuntum bunga yang rontok, banyak daun yang busuk, dan batang pendek. Hal ini cenderung disebabkan oleh penanganan yang kurang baik dalam pemeliharaan dan panen sebelum waktunya. Selain itu, banyak petani tidak memiliki pelanggan tetap dan hanya menjual bunganya di pasar yang telah ada. Sehingga sangat dibutuhkan dukungan pemerintah baik dalam usaha tani maupun dalam pemasaran bunga, kondisi ini merupakan suatu ancaman bagi peningkatan pemasaran bunga potong.

3. Harga yang diterima Pedagang dan Reseller di pasar tinggi

(48)

44

sangat tinggi, seperti; produk akan dibuang jika tidak habis terjual selama 7-10 hari dan harga yang diterima akan jatuh apabila produk sudah tidak segar (tidak terjual selama 5 hari) . Bunga potong dapat bertahan dengan kualitas dan harga yang masih baik hingga 5 hari apabila dilakukan penanganan pascapanen yang baik.

Harga yang diterima pedagang lebih besar dari harga rata-rata yang diterima petani 68,10% dan rentang harga yang diterima oleh pedagang dan reseller tidak terlalu jauh yaitu 90%-100%. Salah satunya disebabkan oleh kemampuan pedagang dan reseller melihat pangsa pasar di berbagai wilayah, yang berarti pedagang dan reseller mengetahui pasar potensial untuk memasarkan produknya, selain itu pedagang dan reseller juga sudah membangun jaringan diberbagai daerah yang diprediksi permintaan akan bunga potong tinggi. Hal ini merupakan peluang bagi Dinas Pertanian Kabupaten Karo untuk meningkatkan pemasaran.

4. Jumlah Permintaan Pasar Cukup Tinggi

(49)

45

Berbeda dengan pasar bunga di Jambur Desa Raya, di Pasar PU terdapat empat pedagang tetap yang setiap hari selalu menjual bunga potong. Hal ini karena pedagang Pasar PU cenderung hanya sebagai penjual bunga tidak seperti pedagang bunga di Jambur Desa Raya yang juga sebagai petani bunga. Salah satu pedagang di Pasar PU mampu menjual 10.000 ikat bunga potong baik bunga Krisan, Gladiol, dan Sedap Malam dalam satu hari. Hal ini disebakan penjual bunga ini sudah memiliki pelanggan tetap di berbagai wilayah yang ada di Indonesia khususnya di kepulauan Riau. Berbeda dengan pedagang bunga yang lain di Pasar PU, dimana produk bunga potong lebih cenderung diminta oleh reseller dan konsumen akhir.

5. Permodalan Usaha Pribadi

(50)

46

6. Variasi Permintaan Pasar yang Kurang Berubah

Bunga potong yang dapat tumbuh dengan baik di Desa Raya yaitu Bunga Krisan, Gladiol, dan Sedap Malam. Tetapi petani di Desa ini cenderung menanam Bunga Krisan dengan berbagai warna dan jenisnya, hal ini dikarenakan Bunga Gladiol dan Sedap Malam membutuhkan penanganan yang cukup intens mulai dari praproduksi hingga pemanenan, seperti Bunga Gladiol. Ketersediaan bibit Bunga Gladiol yang baik masih sangat sukar diperoleh, bibit yang digunakan kebanyakan berasal dari tunas baru bunga, tunas (umbi) tersebut tidak dapat langsung ditanam melainkan diistirahatkan selama 2-4 bulan, selama diistirahatkan umbi bunga mudah terserang penyakit yang menyebabkan bibit bunga rusak, selain itu lahan untuk budidaya tanaman ini sebaiknya tanah kosong, tetapi jika sudah pernah ditanami gladiol atau sefamily sebelumnya, maka sebaiknya tanah tersebut didiamkan selama 1 tahun, tidak jauh berbeda dengan penanganan bunga gladiol bunga sedap malam juga memakan waktu 4-5 bulan dalam mendiamkan bibit bunga untuk ditanam, dan terkadang kualitas bunga yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan karena terdapat serangan hama yang belum dapat secara optimal diatasi, sehingga petani kurang berminat membudidayakan jenis bunga tersebut. Selain itu, bunga potong yang lebih banyak diminta oleh reseller maupun konsumen adalah bunga Krisan, hal ini karena kebanyakan konsumen dan reseller sudah mengetahui produk terbaik untuk bunga potong yang berasal adalah Bunga Krisan dengan berbagai jenis warnanya.

7. Kesesuaian Jadwal Tanam dengan Permintaan Pasar

(51)

47

permintaan dan harga bunga tinggi. Petani di Desa ini, dalam menanam bunga cenderung mengikuti keinginan pribadi dan ketersediaan lahan yang kosong, tetapi untuk menyambut hari-hari besar, petani akan menanam bunga 4 bulan sebelum menyambut hari-hari besar tersebut seperti Natal, Tahun Baru, Paskah, dan Hari Raya Cina, dikarenakan pada hari-hari besar tersebut permintaan bunga mengalami peningakatan yang cukup besar atau produksi bunga akan habis terjual bahkan hingga permintaan tidak dapat terpenuhi, dibandingkan dengan hari-hari biasa.

8. Keahlian Pascapanen Baik

Untuk mendapatkan harga yang tinggi dipasar, bunga yang dihasilkan harus bermutu tinggi dan tahan lama. Oleh karena itu, petani harus mampu melakukan kegiatan pascapanen dengan tepat agar bunga yang dihasilkan memiliki nilai tinggi di pasar. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan pascapanen yang dilakukan oleh petani di Desa Raya, petani di desa ini sudah banyak melakukan kegitan pascapanen yang tepat. Kegiatan tersebut mencakup pemotongan tangkai bunga yang tepat untuk menghasilkan tinggi tangkai yang optimal, melakukan seleksi pembuangan daun dan pucuk yang busuk, penyortiran bunga, perendaman yang baik dengan air tanpa campuran kimia, dan pengikatan yang tepat.

9. Kurangnya Pelaksanaan GAP dan SOP

(52)

48

mengikuti prosedur tersebut, dikarenakan beberapa dari pedoman tersebut tidak sesuai apabila dilaksanakan di lapangan terbuka. Selain itu, petani merasa produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan ketika dipasarkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

5.2 Pembobotan Faktor-faktor Strategis

[image:52.595.111.516.349.504.2]

Nilai penting dari faktor-faktor strategis dianalisis dengan menggunakan pembobotan. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan teknik komparasi berpasangan, berikut hasil pembobotan faktor - faktor internal disajikan dalam Tabel 5.3

Tabel 5.3 Tabel IFAS

Faktor-faktor Internal Bobot

1. Penetapan GAP dan SOP 0,18

2. Pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP 0,19

2. Dukungan Dinas Pertanian dalam penyediaan sarana dan prasarana

0,2

3. Jaringan pemasaran 0,15

4. Pembinaan tenaga penyuluh 0,14

5. Leaflet (selebaran) 0,06

6. Pameran 0,05

Total 1

Sumber: Lampiran 9,11,13

(53)

49

kemudian dapat meningkatkan jaringan pemasaran, jaringan pemasaran memiliki bobot sebesar 0,15.

Faktor pembinaan tenaga penyuluh khusus bunga potong dengan bobot sebesar 0,14 dapat mendorong petani untuk melaksanakan GAP dan SOP dalam usaha taninya. Untuk promosi yang dilakukan melalui leaflet dengan bobot sebesar 0,06 dan pameran dengan bobot 0,05 masih dianggap sebagai faktor yang kurang penting, ini terlihat dari bobot yang sangat kecil untuk kedua faktor tersebut

[image:53.595.110.516.360.528.2]

Perhitungan bobot faktor eksternal pemasaran bunga potong dapat dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Tabel EFAS

Faktor-faktor Eksternal Bobot

1. Lokasi pasar 0,08

2. Harga yang diterima petani 0,14

3. Harga yang diterima pedagang dan reseller 0,1

4. Jumlah permintaan pasar 0,11

5. Permodalan 0,13

6. Variasi permintaan pasar 0,08

7. Jadwal tanam bunga 0,16

8. Keahlian pascapanen 0,11

9. Pelaksanaan GAP dan SOP 0,09

Total 1

Sumber: Lampiran 10,12,14

(54)

50

Pelaksanaan GAP dan SOP dengan bobot 0,09, lokasi pasar, serta variasi permintaan pasar dengan bobot 0,08 menunjukan bahwa kedua faktor yang memiliki bobot 0,08 merupakan faktor eksternal yang dianggap kurang penting dari faktor lain dalam peningkatan pemasaran bunga potong.

5.3 Penentuan Strategi Pemasaran Bunga Potong

[image:54.595.110.517.347.586.2]

Selanjutnya dilakukan matriks evaluasi pemasaran bunga potong dengan menghitung perkalian antara skor dan bobot pada faktor internal yang bertujuan untuk memperoleh skor terbobot. Perkalian antara skor dan bobot pada faktor internal dalam peningkatan pemasaran bunga potong disajikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal

Faktor Internal Bobot Skor Skor Terbobot 1. Kekuatan

A Pembinaan Tenaga Penyuluh 0,14 3 0,42

B Penetapan GAP dan SOP 0,18 4 0,72

Jumlah 0,32 1,14

2. Kelemahan

A Pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP

0,19 2 0,38

B Dukungan Dinas Pertanian dalam penyediaan sarana prasarana

0,2 2 0,4

C Jaringan Pemasaran 0,15 2 0,3

D Leaflet (Selebaran) 0,06 2 0,12

E Pameran 0,05 2 0,1

Jumlah 0,68 1,3

Selisih skor Peluang dan Ancaman -0,16

Sumber: Lampiran 7-14

(55)

51

SOP. Adanya penetapan GAP dan SOP dalam usaha tani bunga potong dapat mendorong peningkatan permintaan hingga keluar negri, karena tuntutan masyarakat global untuk produk hortikultura, salah satunya sudah menerapkan GAP dan SOP dalam usaha tani. Penetapan GAP dan SOP harus diikuti oleh pembinaan yang dilakukan kepada tenaga penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan yang kemudian dapat ditransfer kepada petani, pembinaan tenaga penyuluh memiliki skor terbobot sebesar 0,42. GAP dan SOP yang sudah ditetapkan harus tetap diawasi pelaksanaannya oleh Dinas Pertanian melalui penyuluh agar petani benar-benar mengaplikasikan GAP dan SOP dalam untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman bagi lingkungan dan konsumen. Pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP memiliki skor terbobot sebesar 0,38.

Saat ini, dukungan Dinas Pertanian Karo dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk usaha tani bunga potong masih sangat kurang. Hal ini menyebabkan jaringan pemasaran bunga potong masih bersifat regional dengan skor terbobot 0,3. Selain itu, leaflet dengan skor terbobot masing-masing 0,12 yang tersedia juga masih kurang efektif dan pameran dengan skor terbobot 0,1 yang biasa dilakukan dalam satu tahun sekali, namun dalam 5 tahun terakhir sudah tidak pernah diadakan merupakan suatu kelemahan. Kedua faktor ini adalah faktor terakhir yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan pemasaran bunga potong.

(56)
[image:56.595.109.514.86.330.2]

52

Tabel 5.6 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal

Faktor Eksternal Bobot Skor Skor Terbobot 1. Peluang

A Lokasi pasar 0,08 3,2 0,25

B Harga yang diterima pedagang dan reseller

0,1 4 0,4

C Jumlah permintaan pasar 0,11 3 0,33

D Permodalan 0,13 3,7 0,48

E Jadwal tanam bunga 0,16 3 0,48

F Keahlian pascapanen 0,11 4 0,44

Jumlah 0,69 2,38

2. Ancaman

A Harga yang diterima petani 0,14 2 0,28

B Variasi permintaan pasar 0,08 2,22 0,17

C Pelaksanaan GAP dan SOP 0,09 1 0,09

Jumlah 0,31 0,54

Selisih skor Peluang dan Ancaman 1,84

Hasil pembobotan faktor eksternal yang paling tinggi adalah permodalan dan jadwal tanam bunga (peluang) dengan skor terbobot 0,48 dan harga yang diterima petani (ancaman) dengan skor terbobot 0,28. Jadwal tanam bunga dan keahlian pascapanen dengan skor terbobot sebesar 0,44 merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga yang diterima pedagang dan reseller. Harga yang diterima pedagang dan reseller cenderung tinggi, salah satu penyebabnya yaitu pedagang dan reseller sudah memiliki pelanggan tetap seperti restaurant, florist, dan rumah tangga, yang merupakan suatu peluang untuk meningkatkan pemasaran bunga potong. Harga yang diterima pedagang dan reseller memiliki skor terbobot sebesar 0,4.

(57)

53

terbobot sebesar 0,42 merupakan suatu peluang untuk mendorong peningkatan pemasaran bunga potong.

Selalu adanya permintaan pasar untuk bunga potong, mengharuskan petani memiliki keahlian pascapanen yang baik agar bunga tetap dapat segar dan bertahan lama pada saat pengangkutan hingga sampai ketangan konsumen akhir. Keahlian pasca panen merupakan suatu peluang dengan skor terbobot sebesar 0,28. Namun pada kenyataannya saat dipasarkan, harga yang diterima petani rendah. Salah satu penyebabnya adalah pemasaran yang dilakukan petani masih bersifat lokal. Rendahnya harga yang diterima petani merupakan suatu ancaman dalam peningkatan pemasaran bunga potong dengan skor terbobot sebesar 0,3.

(58)

54

Dari penjelasan diatas dapat dilihat pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa selisih skor terbobot faktor strategis internal (kekuatan-kelemahan) sebesar -0,16 artinya pengaruh kelemahan lebih besar dibandingkan dengan kekuatan dalam peningkatan pemasaran bunga potong. Dan dari Tabel 5.6 menunjukkan bahwa selisih skor terbobot faktor strategis eksternal (peluang-ancaman) sebesar 21,84, artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan dengan ancaman dalam peningkatan pemasaran bunga potong.

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor eksternal dan internal tersebut maka dapat diketahui posisi strategis peningkatan pemasaran bunga potong. Posisi strategis peningkatan pemasaran bunga potong dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang-ancaman). Posisi titik koordinat Cartesisus pada Gambar 5.1

O

III 2 I

1

W S

-2 -1 1 2

-1

IV -2 II

[image:58.595.194.442.468.698.2]

T

(59)

55

Gambar 5.1 menunjukkan nilai x<0 yaitu -0,16 dan nilai y>0 yaitu 1,84. Hal ini berarti posisi strategi peningkatan pemasaran bunga potong berada pada kuadran III yang menandakan kelemahan yang dimiliki Dinas Pertanian Karo dalam pemasaran bunga potong lebih besar dari pada kekuatan, tetapi memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan pemasaran. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi Turn-around, artinya Dinas Pertanian menghadapi banyak kendala atau kelemahan internal namun memiliki peluang yang sangat besar sehingga sangat memungkinkan untuk merebut pasar yang lebih baik dan meningkatkan kemajuan secara maksimal dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada serta memperbaiki kelemahan. Kekuatan Dinas Pertanian terdapat pada penetapan GAP dan SOP dan pembinaan tenaga penyuluh yang dapat menghasilkan bunga potong yang sesuai dengan tuntutan masyarakat global, dan peluang yang dimanfaatkan yaitu jumlah permintaan pasar yang tinggi khususnya pada hari-hari tertentu, serta jadwal tanam yang disesuaikan panen khusunya pada saat permintaan tinggi.

(60)
[image:60.595.112.515.86.672.2]

56

Tabel 5.7 Penentuan strategi Peningkatan Pemasaran Bunga Potong

Internal

Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Sudah ditetapkan

GAP dan SOP 2. Pembinaan tenaga

penyuluh baik

1.Kurangnya pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP

2.Kurangnya dukungan Dinas Pertanian Karo dalam penyediaan sarana prasarana 3.Jaringan Pemasaran regional 4.Kurang efektifnya leaflet 5. Pameran kurang tersedia Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O

1.Lokasi pasar strategis 2.Harga yang

diterima pedagang dan reseller tinggi 3.Jumlah permintaan

pasar cukup tinggi 4.Permodalan usaha

pribadi

5. Jadwal tanam bunga yang sudah mampu melihat pangsa pasar 6.Keahlian pascapanen baik 1. Memanfaatkan pembinaan penyuluh dalam penentuan jadwal tanam bunga dan peningkatkan keahlian pascapanen (S2,O5,O6)

1. Meningkatkan pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP dalam jadwal tanam hingga perlakuan dalam pascapanen (W1,O5,O6)

2. Meningkatkan dukungan Dinas Pertanian dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk mendorong peningkatan jumlah

permintaan pasar (W2,O3) 3. Meningkatkan promosi

melalui pengefektifan penggunaan leaflet dan pameran untuk mendorong peningkatan jumlah

permintaan bunga (W4,W5,O3) Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T 1.Harga yang diterima petani rendah 2.Variasi permintaan pasar kurang berubah 3. Tidak dilaksanakan GAP dan SOP dalam usaha tani

1. Melaksanakan penetapan GAP dan SOP dalam usahatani (S1,T3) 2. Menggunakan pembinaan tenaga penyuluh untuk mendorong peningkatan harga yang diterima petani (S2,T1)

1. Meningkatkan pengawasan pelaksanaan GAP dan SOP agar dilaksanakan dalam usaha tani (W1,T3) 2. Meningkatkan dukungan

Dinas Pertanian untuk meningkatkan harga yang diterima petani (W2,T1) 3. Mengefektifkan penggunaan

leaflet dan pameran untuk meningkatkan harga yang diterima petani (W4,W5,T1)

(61)

57

Strategi S-O

Adapun strategi yang dijelaskan untuk meningkatkan pemasaran bunga dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan pembinaan penyuluh dalam penentuan jadwal tanam bunga dan peningkatan keahlian pascapanen (S2,O5,O6).

Strategi ini perlu dilakukan agar dapat menjaga keberlanjutan usaha bunga melalui pemanfaataan pembinaan tenaga penyuluh yang akan membantu untuk meningkatkan kualitas dan produksi bunga potong.

Strategi W-O

Strategi yang dapat dilaksanakan Dinas Pertanian dalam memasarkan bunga potong dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, sebagai berikut:

Gambar

Tabel 3.1 Matriks SWOT
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian Pekerjaan  Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Tabel 4.2 Karakteristik Petani No. Karakteristik
Tabel 4.3. Karakteristik Pedagang No. Karakteristik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Normal P-P Plot of Unstandardized Residual..

TES KATEGORI

Kalau aturan pemerintah yang larang se’i dengan tatobi sonde ada, hanya pas melahirkan itu ada kayak sosialisasi, tenaga kesehatan dong kasi tahu boleh panggang tapi

Manajer Pendidikan dan Kemahasiswaan,.

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015

Depok, Mengetahui Pemohon, Manajer Pendidikan dan Kemahasiswaan,.

Tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan mengukur jarak horizontal, jarak vertikal, jarak lintasan dari tempat awal ketempat kerja, sudut putar pada saat memindahkan