• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Gulma Rumput belulang (Eleusine indicaL. Gaertn )Resisten-Glifosat dan Parakuat di Perkebunan Kelapa Sawit Adolina PTPN IV Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Distribusi Gulma Rumput belulang (Eleusine indicaL. Gaertn )Resisten-Glifosat dan Parakuat di Perkebunan Kelapa Sawit Adolina PTPN IV Serdang Bedagai"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Bagan Penelitian

ESU1.9.07 AY ESU1.9.07 AY

ESU1.9.07 AZ ESU1.9.07 AZ

ESU1.9.07 AS ESU1.9.07 AS ESU1.1.93 A ESU1.1.93 A

ESU1.3.08 AO ESU1.3.08 AO

ESU1.3. 95 F ESU1.3. 95 F

ESU1.3. 08 T ESU1.3. 08 T

ESU1.3. 10 H ESU1.3. 10 H

ESU1.3.08 AV ESU1.3.08 AV

ESU1.3.K Benih ESU1.3.K Benih

ESU1.3.10 M ESU1.3.10 M

ESU1.3.08 A ESU1.3.08 A

ESU1.4.08 BB ESU1.4.08 BB

ESU1.5.99 AG ESU1.5.99 AG

ESU1 5. 99 V ESU1 5. 99 V

ESU1.5. 98 R ESU1.5. 98 R

ESU1.5. 10 AB ESU1.5. 10 AB

ESU1.6.95 O ESU1.6.95 O

ESU1.6.98 AE ESU1.6.98 AE

ESU1.6.97 BC ESU1.6.97 BC

ESU1.6.2011 ESU1.6.2011

ESU1.6.2013 ESU1.6.2013

ESU1.6.97 BM ESU1.6.97 BM

ESU1.7.04 A ESU1.7.04 A

ESU1.8.07 AE ESU1.8.07 AE

ESU1.8.99 AO ESU1.8.99 AO

ESU1.8.01 L ESU1.8.01 L

ESU1.8.06.X ESU1.8.06.X

ESU0 ESU0

Afdeling 7 Afdeling 8

Afdeling 9

Afdeling 4 Afdeling 5

Kampus

(2)

Lampiran 2. Kalibrasi Alat Semprot Herbisida Yang digunakan

1. Gramoxone 276 SL : 300 g b.a/ha 2. Round up 486 SL : 360 g s.a/ha Parakuat 300 g b.a/ha

= 300 200

x 1 L Gramoxone

= 1,5 L/Ha

Glifosat 360 g s.a/ha = 360

360

x 1,5 L Round-up

= 1,5 L/ha

(3)

Lampiran 3. E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA pada

aplikasi glifosat (480 g b.a/ha)

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

(4)

Lanjutan Lampiran 3. E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA pada aplikasi glifosat (480 g b.a/ha)

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

(5)

Lampiran 4. E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA pada aplikasi parakuat (300 g b.a/ha)

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

(6)

Lanjutan lampiran 4. E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA pada aplikasi parakuat (300 g b.a/ha)

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

(7)

Lampiran 5. Bobot kering E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA pada aplikasi glifosat (480 g b.a/ha)

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

(8)

Lanjutan lampiran 5. Bobot kering E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA pada aplikasi glifosat (480 g b.a/ha) Blok

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

* = berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = ada perbedaan nyata (R≠S) tn= tidak berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = tidak ada perbedaan nyata(R=S)

(9)

Lampiran 6. Bobot kering E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA pada aplikasi parakuat (300 g b.a/ha)

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

(10)

Lanjutan lampiran 6. Bobot kering E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA pada aplikasi parakuat (300 g b.a/ha)

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

(11)

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Gambar 5. Lahan Penelitian

Gambar 6. E. indicabertahan hidup pada populasi blok 93 A terhadap herbisida glifosat dan parakuat

(12)

Gambar 7. E. indicabertahan hidup pada populasi 10 D terhadap herbisida glifosat dan parakuat

Gambar 8. E. indicabertahan hidup pada populasi sensitif terhadap herbisida glifosat dan parakuat.

(13)

Lampiran 8. Peta Kebun Adolina PTPN IV.

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

DAFTAR PUSTAKA

Ashigh, J and T. M. Sterling. 2009. Herbicide Resistance: Development and Management. http://aces.nmsu.edu. Diakses tanggal 25 Februari 2015

Asikin. 2013. Formula Campuran Herbisida Berbahan Parakuat. Balai Penelitian Pertanian Lahan Raw tanggal 09 februari 2015

Beyond Pesticides.2014. Glyphosate. Diakses dari http://www.beyond pesticides. org pada tanggal 17 Maret 2014.

Cox, C. 2004. Glyphosate. Journal of Pesticide Reform 4:10-15.

Ditjenbun. 2014.Pertumbuhan Areal Kelapa Sawit Meningk

Fadhly, A. F. dan F. Tabri. 2007. Pengendalian Gulma Pada Pertanaman Jagung.BalaiPenelitianTanahttp://balitsereal.litbang.deptan.go.id/jagung/sat ulima.pdf.manSerealia, Maros. Diakses Tanggal 15 Januari 2015.

Hager, A. G dan D. Refsell. 2008. Weed Resistance to Herbicides. Department ofCrop Sciences, Ameri Desember 2014.

Heap, I. 2012. International Survey of Herbicide Resistant Weeds. http://www.weedscience.com. Diakses tanggal 26 Januari 2015.

2015.

Lee, L. J. dan J. Ngim. 2000. A First Report of Glyphosate-Resistant Goosegrass (Eleusine indica (L.) Gaertn) in Malaysia. Melaka, Malaysia. http://ag.udel.edu.Diakses tanggal 30 Januari 2015.

Lubis, L. A., E. Purba dan R. Sipayung. 2012. Respons Dosis Biotip Eleusine indica Resisten-Glifosat terhadap Glifosat, Parakuat, Dan

Glufosinat.Jurnal Online Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU 1(1) : 109 – 123

Mathers, H. M. 2002. Herbicide Resistance: Development, Prevention and

Recognition. Diakses pada tanggal

10 Januari 2015.

Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

(32)

Nasution, U. 1984. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Tanjung Morawa.

Owen, M. J dan S.B. Powles. 2009.Distribution and frequency of herbicide-resistant wild oat (Avena spp.) across the Western Australian grain belt.Crop & Pasture Science. 60 : 25–31

Purba, E. 2009. Keanekaragaman Herbisida Dalam Pengendalian Gulma

Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara, Medan.

Preston, C., V. Stewart., A. Storrie., S. Walker., dan A. Hashem. 2008. Herbicide Resistance. CRC For Australian Weed Management, Australia.

Riadi,M. R. Sjahril dan E. Syam’un. 2011. Bahan ajar mata kuliah herbisida dan aplikasinya.Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian UNHAS.Makassar

Soerjani, M., M. Soendaru dan C. Anwar. 1996. Present Status of Weed Problems and Their Control in Indonesia. Biotrop. Special Publication.

Steckel, L. 2005. Goosegrass (Eleusine indica L. Gaertn.). Programs in agriculture and natural resources Departement of agriculture.University of tennesse Santhakumar, N. T. 2002. Mechanism of Herbicide Resistance in Weeds University

of Massachussets, Amherst Februari 2015.

Tjitrosoedirdjo,S., I.H. Utomo dan J. Wiroatmodjo. 1984 .Pengelolaan Gulma di perkebunan. PT.Gramedia. Jakarta.

Vencill,W., T. Grey and Stanley Culpepper Department of Crop & Soil

Sciences.2011. Resistance of Weeds to Herbicides.University of Georgia. USA

Watts, M. 2011. Paraquat. PANAP, New Yor Diakses pada tanggal 10 Februari 2015.

Yulivi,T.A., E.Purba dan N. Rahmawati. 2014.Dose Response Satu Biotip Eleusine Indica Resisten-Parakuat Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Ammonium Glufosinat.Jurnal Online Agroekoteknologi Fakultas pertanian USU. 2(4): 1339- 1346

(33)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Percobaan pot ini dilaksanakan di kebun percobaanFakultas Pertanian USU, Medan pada ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2015

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas biji E. indica yang diduga resisten-glifosat dan parakuat yang diambil dari 58 blok

afdeling kebun Adolina PTPN IV Serdang Bedagai.E.indica di kebun Adolina dilaporkan telah resisten terhadap glifosat dan parakuat dan disebut sebagai populasi ESU11(Afdeling 1), ESU12(Afdeling 2), ESU13 (Afdeling 3), ESU14(Afdeling 4), ESU15 (Afdeling 5), ESU16 (Afdeling 6), ESU17(Afdeling7), ESU18(Afdeling 8), ESU19 (Afdeling 9) (E.indica Adolina). Populasi ESU0adalah populasi E.indica dari Lapangan Bola Jl. Dr. Sofyan USUsebagai populasi sensitif herbisida dan disebut juga populasi ESU0 dimana glifosat dan herbisida lain tidak pernah digunakan untuk pengendaliannya yang digunakan sebagai populasi pembanding

Herbisida yang digunakan adalah glifosat (Roundup 486 SL),Parakuat (Gramoxone 276 SL) top soil, pasir, kompos, boks perkecambahan dan pot penelitian berukuran 23 cm x 17 cm

Alat yang digunakan meliputi knapsack sprayer “Solo”, meteran, pacak sampel, label nama, amplop, ember, pot, cangkul, gelas ukur, kalkulator, kamera, alat tulis, timbangan dan oven

(34)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan aplikasi herbisida dengan dosis anjuran herbisida Glyphosat : 480 g.ba./Ha dan Parakuat: 300 g.ba./Ha

Setiap perlakuan dibuat 3 ulangan, Untuk membandingkan gulma resisten-glifosat dan parakuat maka dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Pengambilan sampel gulma berdasarkan umur tanaman kelapa sawit yang ada di afdeling kemudian umur tanaman kelapa sawit dibagi lagi berdasarkan sejarah penggunaan lahan. Banyaknya jumlah titik sampel adalah 10% dari total blok afdeling. Pada PTPN IV kebun adolina memiliki tanaman Kelapa sawit dengan tahun tanam sebagai berikut: 1993, 1994, 1995, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 ,2008, 2010, 2011, 2013. Dengan sejarah penggunaan lahan Sawit – kakao – sawit, kakao-sawit, kelapa - sawit dan sawit-sawit (replanting sawit-sawit).

Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan Biji

Pada populasi ESU1(R),biji diambil dari sampel beberapa Blok Afdeling Kebun Adolina PTPN IV Serdang Bedagai,Pada areal tersebut telah disemprot dengan glyphosat dan parakuat secara terus-menerus. Metode pengambilan bijiE. indicapada setiap area blok dilakukan dengan metode Zig zag. Biji yang diambil

adalah biji yang telah matang yang ditandai pada bagian buahnya telah berwarna coklat dan biji mudah rontok, diambil sebanyak-banyaknya dari induk minimal 50 induk /blok afedinguntuk dijadikan sumber biji, biji dimasukkan kedalam amplop dan diberi label kemudian dibawa ke lahan Fakultas Pertanian USU untuk proses pengujian.Sedangkan populasi sensitif (S) disebut sebagai ESU0 merupakan

(35)

populasi pembanding, biji diambil dari kompleks Universitas Sumatera Utara. Populasi E. indica pembanding ini tidak pernah disemprot dengan herbisida parakuat dan herbisida lainnya. Jumlah populasi ESU0 (S) yang menjadi sumber biji ± 300 induk E. indica.

Blok areal kebun adolina pengambilan biji populasi E.indicadapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi E.indica berasal dari kebun adolina yang di uji resistensinya terhadap herbisida

Populasi Blok Afdeling Tahun Tanam Sejarah Lahan Banyak Populasi

(36)
(37)

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah topsoil, pasir, dan kompos berdasarkan volume dengan perbandingan 2:1:1. Media tersebut diaduk merata dan dimasukkan ke dalam pot penelitian yang berdiameter 23 cm dan disiapkan juga untuk media tanam perkecambahan berukuran 30 cm × 20 cm x 5 cm.

Penyemaian

Penyemaian biji dengan tanam – pindah, biji populasi ESU0 dan biji dari 58 blok kebun adolina (Populasi ESU11, ESU12, ESU13, ESU14, ESU15, ESU16, ESU17, ESU18, ESU19), Biji kedua populasi tersebut disemaikan pada hari yang sama di dalam boks perkecambahan berukuran 30 cm × 20 cm x 5 cm secara terpisah dan diberi label untuk setiap boks perkecambahan untuk membedakan sampel gulma yang diambil dari beberapa blok afdeling.

Pindah Tanam

Pindah tanam dari boks perkecambahan ke dalam pot dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam (HST) saat tumbuhan pada fase pertumbuhan berdaun 2-3 helai yang dipindahkan dari boks perkecambahan. Penanaman dilakukan dengan menggunakan alat bantu papan yang memiliki pembentuk lubang tanah di dalam pot, penanaman dilakukan secara hati-hati dan terdiri dari 20 bibit untuk tiap pot.

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor setiap hari, yang dilakukan pada pagi dan sore hari, jika hujan penyiramana tidak dilakukan.

(38)

Penyiangan

Penyiangan dilakukan ketika ada gulma lain yang tumbuh pada polybag. penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma lain yang tumbuh di media polybag.

Aplikasi Herbisida

Sebelum aplikasi herbisida dilakukan terlebih dahulu kalibrasi alat semprot untuk menentukan volume semprot. Tanaman disemprotpada fase pertumbuhan berdaun 4-5 helai pada umur 4 minggu setelah tanam (MST). Penyemprotan menggunakan herbisida glifosat dengan taraf dosis 480g b.a/Ha dan herbisida parakuat dengan taraf dosis 300 g b.a/Ha,penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat semprot punggung (knapsack sprayer ‘SOLO’). Ketinggian nozel pada saat penyemprotan ditentukan 40 cm dari tanaman E. indica. Aplikasi herbisida dilaksanakan pada kondisi cuaca hari cerah.Untuk

menghindari kemungkinan kena hujan, tanaman yang telah disemprot ditutupi dengan naungan plastik selama satu malam lalu dibuka kembali pada pagi hari berikutnya.

Analisis Data

(39)

Pengamatan Parameter

Persentase gulma bertahan hidup

Persentase gulma yang bertahan hidup dihitung untuk masing-masing polybag pada 3 minggu setelah aplikasi (MSA).

Bobot Kering

Gulma yang hidup sampai minggu keenam setelah aplikasi, dipotong tepat pada leher akar (permukaan tanah) dari masing-masing pot. Gulma dari satu pot dimasukkan ke dalam satu amplop. Kemudian diovenkan pada temperatur 70ºC selama 24 jam, untuk memperoleh bobot kering yang konstan. Lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Lalu diambil datanya. Pengambilan data untuk tiap parameter diambil dari setiap pot yang kemudian dirata-ratakan.

Kategori/Tingkat Resisten

Resisten

Populasi gulma digolongkan sebagai resisten jika 20% atau lebih Persentase populasi bertahan hidup terhadap aplikasi herbisida.

Berkembang resisten (Moderate resistant)

Populasi gulma digolongkan berkembang resisten jika 2-19% Persentase populasi bertahan hidup terhadap aplikasi herbisida

Rentan/Sensitif

Populasi gulma digolongkan sensitif jika kurang dari 2% Persentase populasi bertahan hidupterhadap aplikasi herbisida.

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Persentase Gulma Bertahan Hidup

Tabel rataan dan hasil uji t yang bertahan hidup terhadap aplikasi glifosat (Lampiran 3) menunjukkan bahwa populasi ESU1.1, ESU1.2, ESU1.3, ESU1.4, ESU1.5, ESU1.6, ESU1.7, ESU1.8, ESU1.9 untuk masing-masing blok Afdeling memiliki kemampuan bertahan hidup yang berbeda dibandingkan dengan populasi ESU0. Tabel rataan dan Hasil uji t di tampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2.Pengaruh aplikasi glifosat (480 g b.a/ha) terhadap kemampuan bertahan hidup rumput belulang dari 58 blok kebun Adolina dan populasi sensitif (ESU0) pada 3 MSA.

Sumber Biji Tahun Tanam

Bertahan Hidup Hasil uji t Blok Kebun Kelapa Sawit

...%...

ESU0 (Pembanding) 0

(41)

Lanjutan Tabel 2.

Sumber Biji Tahun Tanam

Bertahan Hidup Hasil uji t Blok Kebun Kelapa Sawit

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

* = berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = ada perbedaan nyata (R≠S) tn= tidak berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = tidak ada perbedaan nyata(R=S)

(42)

Tabel 2. Menunjukkan bahwa populasi ESU1berbeda nyata dibandingkan dengan populasi ESU0 pada blok areal 93 A, 94 C, 95 A, 95 O, 97 Y, 97 I, 97 AO, 97 BC, 97 BM, 98 D, 98 R, 99 A, 99 P, 99 AG, 99 AO, 01 L, 03 D, 03 AE, 03 T, 03 AL, 04 A, 05 B, 05 D, 05 H, 06 A, 06 J, 06 X, 07 X, 07 P, 07 AY, 07 AS, 08 T, 08 AV, 08 A, 08 BB, 10 D, 10 H, 10 M, 10 W, 10 AB, Kebun Benih PPKS, 2011 (ESU1.4), 2011 (AFD1.6) dan 2013. Dari data tersebut blok areal 99 P memiliki kemampuan bertahan hidup tertinggi yaitu 92% pada aplikasi glifosat 480 g b.a/ha. Dari tabel tersebut dapat diketahui ada 58 populasi ESU1 yang diambil dari blok areal kebun adolina jika di klasifikasikan tingkat resisten 57 blok areal dikategorikan resisten dan 1 blok areal moderate resistant /resisten sedang. Yaitu pada blok areal 10 D.

(43)

87

Blok Areal PTPN IV Adolina

Gambar 1. Persentase gulma bertahan hidup rumput belulang 3 MSA glifosat (480 g b.a/ha ) padapopulasi 58 blok kebun Adolina dan populasi sensitif

(44)

Tabel rataan dan hasil uji t yang bertahan hidup terhadap aplikasi parakuat (Lampiran 4) terhadap kemampuan bertahan hidup rumput belulang populasi resisten (ESU1) dan populasi sensitif (ESU0) 3 MSA di blok areal Afdeling dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh aplikasi parakuat (300 g b.a/ha) terhadap kemampuan bertahan hidup rumput belulang dari 58 blok kebun Adolina dan populasi sensitif (ESU0) pada 3 MSA.

Sumber Biji Tahun Tanam

(45)

Lanjutan Tabel 3.

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

* = berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = ada perbedaan nyata (R≠S) tn= tidak berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = tidak ada perbedaan nyata(R=S)

Sumber Biji Tahun Tanam

Bertahan Hidup Hasil uji t Blok Kebun Kelapa Sawit

...%...

(46)

Tabel 3. Menunjukkan bahwa populasi ESU1berbeda nyata dibandingkan dengan populasi ESU0 pada blok areal 93 A, 94 A, 94 C, 95 A, 95 O, 97 I, 97 AD, 97 AO, 97 BC, 97 BM, 98 D, 98 J, 98 R, 99 A, 99 P, 99 AG, 99 AO, 01, L, 03 D, 03 AE, 03 T, 03 AL, 03 R, 04 A, 05 B, 05 D, 05 H, 06 A, 06 V, 06 X, 07 X, 07 P, 07 AZ, 07AS, 08 T, 08 AV, 08 A, 08 BB, 10 D, 10 H, 10 M, 10 AB, Kebun Benih PPKS, 2011(ESU1.4), 2011(ESU1.6)dan 2013. Dari data tersebut blok areal 93 A, 03 D dan 06 X memiliki kemampuan bertahan hidup yang paling tinggi yaitu 78 % pada aplikasi Parakuat 300 g b.a/ha. Dari tabel tersebut dapat diketahui ada 58 populasi ESU1 yang diambil dari blok areal kebun Adolina jika di klasifikasikan tingkat resisten sebanyak 55 blok areal resisten dan 3 blok areal moderate

resistant /resisten sedang. Yaitu pada blok areal 06 A, 06 V dan 10 M.

.

(47)

78

Blok areal PTPN IV adolina

Gambar 2. Persentase gulma bertahan hidup rumput belulang 3 MSA parakuat (300 g b.a/ha ) padapopulasi 58 blok kebun Adolina dan populasi sensitif

(48)

Bobot Kering

Tabel rataan dan hasil uji t bobot kering terhadap aplikasi glifosat ( 480 g b.a/ha) (Lampiran 5), menunjukkan bahwa populasi ESU1 setiap blok areal Afdeling memiliki respon yang berbeda terhdap hasil bobot kering gulma dibandingkan dengan populasi ESU0

Tabel rataan hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh aplikasi glifosat (480 g b.a/ha) terhadap bobot kering rumput belulang dari 58 blok kebun Adolina dan populasi sensitif (ESU0) pada 3 MSA.

Sumber Biji Tahun Tanam

Kelapa sawit Bobot Kering Hasil uji t

Blok Kebun

...g/pot...

ESU0 (Pembanding) 0

(49)

Lanjutan Tabel 4.

Sumber Biji

Tahun Tanam Bobot Kering Hasil uji t

Blok Kebun

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

* = berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = ada perbedaan nyata (R≠S) tn= tidak berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = tidak ada perbedaan nyata(R=S)

(50)

Tabel 4 Menunjukkan bahwa populasi ESU1 berbeda nyata terhadap bobot kering dibandingkan dengan populasi ESU0 pada blok areal 93 A, 94 C, 95 A, 95 O, 97 BC, 97 BM, 98 D, 99 P, 99 AO, 00 H, 01 L, 03 T, 03 AL, 05 B, 06 J, 07 P, 07 AE, 10 M, 2011(ESU1.4)dan 2013. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa

blok areal 93 A dan 2013 memiliki bobot kering tertinggi yaitu 3,2 gram pada aplikasi glifosat 480 g b.a/ha.

(51)

3,2

Blok Areal PTPN IV Adolina

Gambar 3. Bobot kering rumput belulang 3 MSA glifosat (480 g b.a/ha ) padapopulasi 58 blok kebun Adolina dan populasi sensitif Keterangan warna histogram(tahun tanam) :

(52)

Tabel rataan dan hasil uji t bobot kering terhadap aplikasi parakuat (Lampiran 6), menunjukkan bahwa populasi ESU1 blok areal Afdeling memiliki respon yang berbeda terhdap hasil bobot kering gulma dibandingkan dengan populasi ESU0

Tabel 5. Pengaruh aplikasi parakuat (300 g b.a/ha) terhadap bobot kering rumput belulang dari 58 blok kebun Adolina dan populasi sensitif (ESU0) pada 3 MSA.

Sumber Biji Tahun Tanam

Kelapa Sawit Bobot Kering Hasil uji t

Blok Kebun

...g/pot...

ESU0 (Pembanding) 0

(53)

Lanjutan Tabel 5.

Sumber Biji Tahun Tanam

Kelapa Sawit Bobot Kering Hasil uji t

Blok Kebun

Keterangan : Hasil Uji t dengan populasi S (ESU0) sebagai pembanding

* = berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = ada perbedaan nyata (R≠S) tn= tidak berbeda nyata menurut uji t 0,05(2) = tidak ada perbedaan nyata(R=S)

Tabel 5 Menunjukkan bahwa populasi ESU1 berbeda nyata terhadap bobot kering dibandingkan dengan populasi ESU0 pada blok areal 93 A, 94 C, 95 A, 95 O, 97 V, 97 BC, 97 BM, 98 R, 99 A, 99 AG, 01 L, 03 D, 03 AL, 06 X, 07 X, 07 P, 07 AY, 07 AZ dan 2013. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa blok areal 93 A memiliki bobot kering tertinggi yaitu 4,2 gram pada aplikasi parakuat 300 g b.a/ha.

(54)

4,2

Blok Areal PTPN IV Adolina

Gambar 3. Bobot kering rumput belulang 3 MSA parakuat (300 g b.a/ha ) padapopulasi 58 blok kebun Adolina dan populasi sensitif Keterangan warna histogram(tahun tanam) :

(55)

Tabel 5. Klasifikasi tingkat resisten berdasarkan persentase bertahan hidup dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 E. indica populasi ESU1 PTPN IV Adolina.

Blok Afdeling Glifosat Parakuat R MR S R MR S

(56)

Pembahasan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa populasi ESU1 memiliki kemampuan bertahan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan populasi ESU0 pada penyemprotan penyemprotan glifosat (480 g b.a/ha) hasil penelitian bahwa blok areal 93 A, 94 C, 95 A, 95 O, 97 Y, 97 I, 97 AO, 97 BC, 97 BM, 98 D, 98 R, 99 A, 99 P, 99 AG, 99 AO, 01 L, 03 D, 03 AE, 03 T, 03 AL, 04 A, 05 B, 05 D, 05 H, 06 A, 06 J, 06 X, 07 X, 07 P, 07 AY, 07 AS, 08 T, 08 AV, 08 A, 08 BB, 10 D, 10 H, 10 M, 10 W, 10 AB, Kebun Benih PPKS, 2011(ESU1.4), 2011(ESU1.6) dan 2013 berbeda nyata kemampuan bertahan hidupnya dibandingkan dengan populasi sensitif. Hal ini didasarkan pada uji pebanding (uji t) dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa blok areal tersebut sudah berkembang menjadipopulasi resisten. Hal ini dikarenakan pemakaian herbisida yang berbahan aktif glifosat dan parakuat sangat intens digunakan dalam pengendalian gulma di areal perkebunan sehingga menyebabkan terjadinyaa resistensi pada gulma di areal blok kelapa sawit hal ini sesuai dengan literatur Lubis et al. (2012) yang menyatakan Pemakaian glifosat secara terus-menerus selama ± 26 tahun di kebun Adolina sebanyak enam kali penyemprotan per tahun untuk mengendalikan gulma E. indica pada kebun kelapa sawit telah menyebabkan terjadinya resistensi pada gulma tersebut terhadap herbisida tersebut. Chaudhry (2008) yang menyatakan bahwa pemakaian herbisida dalam jangka panjang perlu mempertimbangkan kemungkinan resistensi gulma terhadap aplikasi herbisida.

Pada populasi ESU1 memiliki kemampuan bertahan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan populasi ESU0 pada penyemprotan parakuat (300 g b.a/ha) hal ini tidak berbeda jauh dengan penyemprotan glifosat, hasil penelitian bahwa

(57)

blok areal 93 A, 94 A, 94 C, 95 A, 95 O, 97 I, 97 AD, 97 AO, 97 BC, 97 BM, 98 D, 98 J, 98 R, 99 A, 99 P, 99 AG, 99 AO, 01, L, 03 D, 03 AE, 03 T, 03 AL, 03 R, 04 A, 05 B, 05 D, 05 H, 06 A, 06 V, 06 X, 07 X, 07 P, 07 AZ, 07AS, 08 T, 08 AV, 08 A, 08 BB, 10 D, 10 H, 10 M, 10 AB, Kebun Benih PPKS, 2011(ESU1.4), 2011 (ESU1.4)dan 2013 berbeda nyata kemampuan bertahan hidupnya dibandingkan dengan populasi sensitif. Ini didasarkan pada uji pebanding (uji t) dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa blok areal tersebut sudah berkembang menjadi populasi resisten. Hal ini dikarenakan selama beberapa tahun terpapar herbisida dengan bahan aktif dan dosis yang sama hal ini sesuai dengan literatur Purba (2009) yang menyatakan bahwa konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktif atau sama cara kerja) secara berulang-ulang dalam periode yang lama pada suatu areal memungkinan masalah yang timbul pada areal tersebut yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten-herbisida atau dominansi gulma toleran herbisida.

Sejarah penggunaan lahan dan lamanya waktu penggunaan lahan tidak berpengaruh terhadap tingkat resistensi gulma di areal kebun adolina, hal ini dapat dilihat dari beberapa blok kebun Adolina, walaupun sudah lama penggunaan untuk lahan kelapa sawit selama beberapa periode penanaman kelapa sawit, tingkat resistensi gulma pada areal blok tersebut tidak berbeda jauh dengan areal yang baru ditanami dengan tanaman kelapa sawit. Dapat dilihat dari blok areal 97 Y jika dilihat dari tahun tanam dan sejarah penggunaan lahan, blok areal tersebut mulai ditanam pada tahun 1997 dengan sejarah penggunaan lahan dua kali periode penanaman kelapa sawit. Bila dibandingkan dengan blok areal 2013, lahan tersebut

(58)

baru ditanam kelapa sawit pada tahun 2013 memiliki tingkat resistensi herbisida glifosat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun tanam 1997

Kategori resisten gulma di kebun Adolina dibagi menjadi tiga kategori yaitu resisten, moderate resistant/resisten sedang, dan sensitif dari tabel hasil tersebut dapat diketahui ada 58 populasi ESU1 yang diambil dari blok areal kebun Adolina jika di klasifikasikan tingkat resisten 57 blok areal dikategorikan resisten terhadap glifosat dan 1 blok areal dikategorikan moderate resistant/resisten sedang terhadap glifosat yaitu pada blok areal 10 D. Sedangkan resisten terhadap herbisida parakuat diketahui ada 58 populasi ESU1 yang diambil dari blok areal kebun Adolina jika di klasifikasikan tingkat resisten sebanyak 55 blok areal dikategorikan resisten dan 3 blok areal dikategorikan moderate resistant /resisten sedang. Yaitu pada blok areal 06 A, 06 V dan 10 M. Pembagian kategori resisten dilihat dari persentase bertahan hidup gulma jika dikatakan resisten persentase bertahan hidupnya diatas 20 %, dikatakan moderate resistant / resisten sedang persentase bertahan hidupnya 2 % – 19 % hal ini sesuai dengan literatur owen dan powles (2009) yang menyatakan bahwa yang digolongkan sebagai resisten jika 20% atau lebih dariindividu dalam populasi bertahan hidup herbisida. Dimanaada 2-19% kelangsungan hidup, penduduk digolongkan sebagaimengembangkan resistensi. Di mana ada kurang dari 2% bertahan hidup,populasi digolongkan sebagai rentan.

(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Seluruh Populasi gulma E. indica di blok afdeling pertanaman kelapa sawit di Kebun Adolina PTPN IV Serdang Bedagai sudah berkembang resisten terhadap glifosat dan parakuat.

2. Tingkat resistensi populasi gulma di masing-masing blok afdeling kebun Adolina terhdap herbisida glifosat dan parakuat adalah berbeda. Populasi gulma E.indica, resisten terhadap glifosat 57 blok moderate resistant 1 blok. Populasi

gulma E.indica, resisten terhadap parakuat 55 blok , dan moderate resistant 3 blok.

Saran

Pengendalian gulma E.indica di blok afdeling Kebun Adolina PTPN IV sebaiknya berdasarkan kepada distribusi tingkat resistensi gulma terhadap herbisida glifosat dan parakuat. gulma terhadap herbisida glifosat dan parakuat.

(60)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Eleusine indicaL. Gaertn

Dalam dunia tumbuhan rumput belulang termasuk ke dalam kingdom : Plantae ; divisio : Spermatophyta ; subdivisio : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Poales ; famili : Poaceae; genus : Eleusine. Deskripsinya yaitu merupakan rumput semusim berdaun pita, membentuk rumpun yang rapat agak melebar dan rendah. Perakarannya tidak dalam tetapi lebat dan kuat menjangkar tanah sehingga sukar untuk mencabutnya. Berkembang biak

terutama dengan biji, bijinya banyak dan kecil serta mudah terbawa (Lee dan Ngim, 2000).

Gulma ini tumbuh pada tanah yang lembab atau tidak terlalu kering dan terbuka atau sedikit ternaung. Daerah penyebarannya meliputi 0-1600 meter diatas permukaan laut. Pembabatan sukar untuk memberantasnya karena buku-buku batang terutama pada bagian bawah potensial menumbuhkan tunas baru. Aplikasi herbisida baik kontak maupun sistemik umumnya lebih efektif untuk mengendalikannya (Nasution, 1984).

E.indicaadalah anggota keluarga Poaceae dan tumbuh musim panas

tahunan. Karakteristik yang paling jelasE.indicaadalah terlihat di batang. Karakteristik E.indica bila dibandingkan dengan rumput-rumputan lainnyapada warna mahkota sangat putih dan batang bawah seperti tanaman matang. E.indicadapat tumbuh hingga ketinggian2½ kaki.E.indicamemiliki warna hijau

gelap, dengan warna keputih-putihan, dan warna perak pada pangkal batang. E.indica merupakan memproduksi benih bulan April sampai September (Steckel,

2005).

(61)

Pengertian Resisten

Resisten terhadap herbisida merupakan kemampuan suatu tumbuhan untuk bertahan hidup dan berkembang meskipun pada dosis herbisida yang umumnya mematikan spesies tersebut. Pada beberapa negara, biotip gulma yang resisten herbisida terus mengganggu aktifitas para petani. Biotip adalah populasi dengan spesies yang memiliki karakteristik yang luar biasa dari spesies pada umumnya, karakteristik yang luar biasa itu dapat berupa ketahanan/resistensi spesies terhadap suatu herbisida. Munculnya resistensi herbisida pada suatu populasi merupakan suatu contoh terjadinya evolusi gulma yang sangat cepat (Hager dan Refsell, 2008).

Gulma yang resisten terhadap herbisida bukan suatu keunikan. Gulma resisten herbisida adalah suatu daya tahan genetik dari populasi gulma yang bertahan terhadap pemberian dosis herbisida yang dianjurkan untuk mengendalikan populasi gulma. Beberapa pengendalian dapat meningkatkan resitensi terhadap herbisida. Resisten dapat muncul karena penggunaan herbisida yang sama atau penggunaan herbisida yang memiliki mekanisme kerja yang sama secara berulang-ulang (Mathers, 2002).

Dalam beberapa kasus, gulma resisten juga mampu bertahan hidup bila diaplikasikan dengan herbisida lain dibandingkan dengan herbisida yang menyebabkan gulma ini resisten. Gulma resisten dapat dikelompokkan lagi menjadi cross resistant (resistensi silang) dan multiple resistant (resistensi ganda). Cross resistant adalah suatu populasi gulma mengalami resistensi terhadap

herbisida lain yang belum pernah diaplikasikan pada gulma tersebut. Sedangkan

(62)

multiple resistant adalah suatu populasi gulma yang awalnya mengalami resistensi

dengan satu herbisida maka ketika diaplikasikan dengan herbisida lainnya selama beberapa tahun akan menjadi resisten (Ashigh dan Sterling, 2009).

Resisten herbisida bukan karena lemahnya pengaruh herbisida. Terkadang gulma yang resisten dapat bertahan pada aplikasi herbisida berdosis tinggi daripada dosis yang direkomendasikan. Dengan memahami implikasi dan proses evolusi dari resisten herbisida, pengendalian gulma yang tepat dapat digunakan untuk meminimalisasi akibat dari gulma yang resisten terhadap herbisida dan menunda terjadinya peningkatan kasus resisten (Preston et al., 2008).

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Resistensi Gulma

Faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya resistensi meliputi faktor genetik, biologi dan operasional. Faktor genetik antara lain meliputi frekuensi, jumlah dan dominansi alel resisten. Faktor biologi-ekologi meliputi jumlah generasi per tahun, mobilitas dan migrasi. Faktor operasional meliputi jenis dan sifat Herbisida yang digunakan, jenis-jenis Herbisida yag digunakan sebelumnya, persistensi, jumlah aplikasi dan stadium sasaran, dosis, frekuensi dan cara aplikasi, bentuk formulasi (Vencill et al., 2011).

Penggunaan herbisida juga dapat berakibat akan terjadinya resistensi dan resurgensi, terhadap gulma yang dikendalikan. Selain itu, perubahan iklim memberikan dampak tersendiri terhadap dinamika pertumbuhan gulma yang semakin kuat akibat intensitas dan distribusi curah hujan yang makin besar di masa yang datang. Pertumbuhan gulma yang tidak terkendali tersebut mengakibatkan usaha tani padi tidak maksimal, baik dari sisi produksi maupun keuntungan yang diperoleh oleh petani. Untuk mengatasi hal tersebut di atas perlu

(63)

dicari alternatif pengendalian gulma yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan tumbuhan sebagai bahan campuran untuk efesiensi herbisida tersebut (Asikin, 2013).

Mekanisme Resistensi Herbisida

Penggunaan alternatif herbisida tidak akan menghalangi masalah gulma resisten.Inimembutuhkan pentingnya untuk lebih memahami mekanisme resistensi herbisida sehingga kita bisa mengatasiresisten ini dengan cara yang lebih baik. Sifat tahan dapat digunakan sebagai alat untuk memahami biokimia tanaman dan mekanisme dasar dimana tanaman mempertahankan diri dari bahan kimia beracun xenobiotik. Dengan demikian untuk mengendalikan gulma resisten mungkin dikembangkan (Santhakumar, 2002).

Tiga sistem Enzim yang dikenal terlibat dalam resisten karena meningkatnya Herbisida detoksifikasi (mengurangi kadar racun).

• Resistensi untuk atrazine beberapa populasi Abutilion theophrasti karena peningkatan aktivitas glutathione-s-transferase yang mendetoksifikasi atrazine.

Resistensi terhadap propanil pada spesies Echinochloa colona adalah karena peningkatan aktivitas enzim Aril-acylamidase yang mendetoksifikasi propanil.

• Meningkatnya metabolisme herbisida karena sitokrom P450 monoxygenase Yang bertanggung jawab resisten terhadap inhibitor ACCase, ALS dan PSII di Jumlah spesies rumput (Santhakumar, 2002).

(64)

Glifosat

Nama Umum : Glifosat

Nama Kimia : [(phosphonomethyl) amino] acetic acid Rumus Bangun :

N-phosphonomethyl glycine (glyphosate, Roundup) adalah suatu herbisida non-selektif yang diserap oleh daun yang di angkut perlahan-lahan ke seluruh bagian tumbuhan. Jadi, ia dapat mengendalikanImperata cylindrica, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus,dan Chloromolaena odorata.Pemakaian herbisida

glyphosate 2 -3 minggu sebelum menanam untuk membunuh teki. Glifosat dapat juga dipakai untuk membunuh sisa alang-alang (Riadi et al., 2011).

Herbisida glifosat adalah herbisida yang paling banyak digunakan di dunia. Dan glifosat adalah agrokimia terkemuka di dunia. Meskipun glifosat herbisida telah populer sejak pertama kali dipasarkan pada tahun 1974, penggunaannya dalam pertanian telah berkembang baru-baru ini dengan peningkatan penggunaan tanaman yang telah dimodifikasi secara genetik untuk mentolerir perlakuan glifosat (Cox, 2004).

Tumbuhanyang diberi perlakuanglifosatakan mentranslokasikanherbisida secarasistemikke akar, menyerang berbagai daerahdan buah, di manaitu mengganggukemampuantanamanuntuk membentukasam amino yang diperlukan untuk sintesisprotein.Tanaman yang diberi perlakuanumumnyamatidalam dua

(65)

sampai tigahari. Karenatanaman yang menyerapglifosattidak bisa

Parakuat terikat kuat pada partikel tanah dan cenderung bertahan dalam waktu yang lama dalam keadaan tidak aktif. Akan tetapi, ini dapat diserap kembali dan menjadi aktif, keberadaannya dalam tanah dapat mencapai 20 tahun. Parakuat diserap melalui daun yang merusak jaringan tanaman dengan mengganggu fotosintesis dan memecahkan membran sel, yang mengakibatkan keluarnya air sehingga daun menjadi kering. Bahan ini juga dapat ditranslokasikan alam tanaman dan memungkinkan meningkatnya residu (Watts, 2011).

Herbisida pascatumbuh yang cukup luas penggunaannya untuk

mengendalikan gulma adalah parakuat (1,1-dimethyl-4,4 bypiridinium) yang

merupakan herbisida kontak nonselektif. Setelah penetrasi ke dalam daun atau bagian

lain yang hijau, bila terkena sinar matahari, molekul herbisida ini bereaksi

menghasilkan hydrogen peroksida yang merusak membran sel dan seluruh organ

tanaman, sehingga tanaman seperti terbakar. Herbisida ini baik digunakan untuk

mengendalikan gulma golongan rumputan dan berdaun lebar.Parakuat merupakan

herbisida kontak dan menjadi tidak aktif bila bersentuhan dengan tanah. Parakuat

(66)

tidak ditranslokasikan ke titik tumbuh, residunya tidak tertimbun dalam tanah, dan

tidak diserap oleh akar tanaman(Fadhly danTabri, 2007).

Parakuat sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat menghasilkan hydrogen

peroksida radikal yang dapat memecahkan membrane sel, akhirnya seluruh sel juga

rusak. Herbsida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan tidak

ditranslokasikan ke bagian lain (Moenandir, 1993).

Gambaran Umum Gulma Resisten Herbisida

E. indica yang resisten terhadap glifosat baru-baru ini ditemukan di

pertanaman kapas USA Mississippi pada tahun 2010. Sebelum penemuan ini, telah ada dua kasus resistensi untuk biotip ini di dua region lainnya yaitu di perkebunan buah-buahan di Malaka dan di Teluk Intan Perak, Malaysia pada tahun 1997 dimana diketahui bahwa E. indica pada wilayah ini telah mengalami resisten berganda (multiple resistance) serta di perkebunan kopi di Colombia, Caldas pada tahun 2006. Sedangkan E. indica yang resisten parakuat ditemukan di kebun sayuran di Malaysia, Penang pada tahun 1990. Wilayah tempat penemuannya meliputi Pahang, Trengganu, Perak, Johore, Kedah, Selandar, dan Penang. Selain itu juga ditemukan di USA, Florida pada pertanaman tomat pada tahun 1996( Heap, 2012).

Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida yang terus menerus dapat mengakibatkan gulma menjadi toleran pada suatu jenis herbisida tertentu dan bahkan dapat menjadi resisten (Moenandir, 1993). Populasi resisten terbentuk akibat adanya tekanan seleksi oleh penggunaan herbisida sejenis secara berulang-ulang dalam periode yang lama. Sedangkan gulma toleran herbisida tidak melalui proses tekanan seleksi (Purba, 2009).

(67)

Kasus resistensi terjadi di Balai Benih Induk (BBI) Tanjung Selamat yang memiliki luas lahan produktif 12 Ha, yang ditanami dengan berbagai tanaman pangan dan palawija seperti jagung, kedelai,ubi, dan kacang tanah, telah diketahui bahwa telah terjadi resisten parakuat terhadap gulma E. indica yang dominan tumbuh di lahan BBI. Alasan yang mendasari pemakaian parakuat dengan merk dagang Gramoxone di BBI ini adalah herbisida yang digunakan tidak mempengaruhi tanaman pokok sehingga pertumbuhan tanaman pokok tetap terus berlanjut dan herbisida ini juga tidak diserap oleh tanah sehingga tidak merusak perakaran tanaman. Akan tetapi, penggunaan parakuat selama 11 tahun tanpa diadakan pergantian produk menyebabkan adanya populasi gulma yang resisten terhadap herbisida tersebut (Yulivi et al., 2014).

Setelah 26 tahun menggunakan glifosat pada areal kelapa sawit dimana terjadi bahwa glifosat tidak lagi efektif untuk mengendalikan E. indica. Pada areal kebun sawit Adolina (Afdeling 3) telah ditutupi E. indica sekitar 60 %. Dua jenis herbisida, parakuat dan glifosat, merupakan herbisida yang paling umum digunakan di perkebunan, khususnya kelapa sawit. E. indica yang terdapat di kebun Adolina PTPN IV yang disemprot dengan glifosat pada tahun 2011 kemarin tidak menunjukkan keberhasilan penyemprotan kematian E. indica pada areal TM kelapa sawit. Sehingga kemudian biji E. indica yang berasal dari induk pada areal TM tersebut ditanam di Medan untuk dilakukan pengujian awal. Setelah berumur 8 MST dilakukan penyemprotan dengan glifosat 486 g b.a./ha dan E. indica tetap dapat bertahan hidup (Lubis et al., 2012).

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Lubis et al., 2012) besarnya persentasen E. indica yang bertahan hidup (survival) pada 3 MSA terkecil yang

(68)

disemprot dengan 720 g b.a per hektar glifosat pada populasi Adolina (EAD) yaitu 71,7 % dan untuk pembandingnya dari populasi sensitif (EFP) tidak ada yang mampu bertahan hidup. Demikian juga dengan aplikasi parakuat pada populasi EAD jumlah yang bertahan hidup adalah sebesar 88,4 % sedangkan pada populasi EFP hanya sebesar 2,7 % sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi E. indica yang berasal dari kebun Adolina resisten terhadap glifosat dan parakuat.

Tingkat resistensi populasi resisten-glifosat (EAD) terhadap glifosat dan parakuat masing-masing adalah berturut-turut sebesar tujuh dan 56 kali ketahanan populasi sensitif-glifosat (EFP).

Dalam semua percobaan,dengan semua herbisida, angka kematian 100% terjadi jika populasi yang rentan, sedangkan dikenal populasi resisten selalu ada kelangsungan hidup yang sangat tinggi (> 90%) dengansemua herbisida yang digunakan. Efek herbisida adalahdinilai dengan menentukan kematian bibit 21 hari setelah aplikasi herbisida.Populasi oat liaryang digolongkan sebagai resisten jika 20% atau lebih dariindividu dalam populasi bertahan hidup terhadap herbisida. Jika 2-19% bertahan hidup, populasi digolongkan sebagaimengembangkan resistensi/multiple resistant dan jika ada kurang dari 2% bertahan hidup,populasi digolongkan sebagai rentan

(Owen dan powles, 2009).

(69)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan komoditas ekspor kelapa sawit terus meningkat dari tahun ke tahun, terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2004 - 2014 sebesar 7,67%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat rata-rata 11,09% per tahun. Peningkatan luas areal tersebut disebabkan oleh harga CPO yang relatif stabil di pasar internasional dan memberikan pendapatan produsen, khususnya petani, yang cukup menguntungkan.Tahun 2014 luas areal kelapa

sawit mencapai 10,9 juta Ha dengan produksi 29,3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2014).

Dalam budidaya kelapa sawit gangguan gulma merupakan salah satu kendala produksi. Gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan agar secara ekonomi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Keberadaan gulma menjadi masalah besar karena membutuhkan tenaga, biaya dan waktu yang terus menerus untuk mengendalikan gulma pada perkebunan

Untuk meningkatkan hasil produksi kelapa sawit maka perlu pengelolaan gulma. Dalam usaha perkebunan keberadaan gulma menjadi masalah karena membutuhkan tenaga, biaya dan waktu yang terus menerus untuk mengendalikannya. Beberapa metode dapat diterapkan untuk mengendalikan gulma pada perkebunan. Salah satu metode pengendalian gulma yang umum dan utama pada perkebunan kelapa sawit adalah pengendalian secara kimia dengan menggunakan herbisida, karena cara ini lebih efektif,efisien,hemat tenaga, biaya dan waktu (Tjitrosoedirdjo et al.,1984).

(70)

Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma lebih besar (32%) dibandingkan dengan hama (18%) dan penyakit (15%). Namun, apabila tidak dilakukan pengendalian, baik secara fisik, kimia maupun biologi, maka angka kerugian bisa mencapai 69,8% (Oerke dan Dehne, 2004). Biaya pengendalian OPT termasuk sangat besar, yaitu sekitar 27.6-47,6% dari total produksi. Revolusi hijau yang bertumpu pada teknis budidaya tanaman secara intensif, mekanisasi dan pemupukan serta pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tepat, tidak terlepas dari pemakaian pestisida secara besar besaran termasuk herbisida untuk mengendalikan gulma, sehingga memberikan hasil yang meningkat secara signifikan.

Kerugian yang ditimbulkan gulma di perkebunan kelapa sawit, antara lain (1) pertumbuhan tanaman kelapa sawit muda terhambat sehingga biaya pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) meningkat, (2) produksi tandan buah segar (TBS) menurun karena kompetisi tanaman dengan gulma sehingga menyulitkan kegiatan operasional kebun seperti pemupukan dan panen, (3) ancaman bahaya kebakaran, serta (4) keberadaan gulma di piringan atau menempel pada pokok sawit akan menyulitkan pengamatan jatuhnya brondolan sehingga terlambat pane

Eleusine indica merupakan salah satu contoh gulma yang keberadaannya

dapat ditemukan hampir di semua pertanaman ataupun budidaya tanaman, terutama pada areal perkebunan tanaman tahunan seperti kelapa sawit. Keberadaan gulma ini cukup mengganggu pada areal produksi yang meliputi tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) serta pada areal pembibitannya.

(71)

Salah satu areal kebun areal kelapa sawit kebun adolina di sumatera utara telah dilaporkan berkembang E.indica resisten terhadap herbisida glifosat dan parakuat setelah digunakan secara berulang-ulang selama 26 tahun. Dominansi gulma tersebut cukup berdampak negatif terhadap produksi Kebun Adolina, misalnya pada tahun 2012 produksi Afdeling III kebun induk Adolina PTPN IV sebesar 506.250 kg TBS sedangkan tahun 2013 produksi turun sekitar 6% menjadi 504.450 kg TBS.

Teknik pengendalian gulma yang umum dilakukan di PTPN IV Kebun Adolina adalah pengendalian manual, yaitu dengan memakai garuk dan pembabatan dan pengendalian kimiawi dengan menggunakan herbisida sistemik pada TBM dan TM. Dengan cara kimiawi pengendalian gulma pada areal tanaman dilakukan secara menyeluruh, sehingga semua areal disemprot. Hal ini dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan gulma pada areal pertanaman.

Kebun Adolina terdiri dari 9 afdeling (unit manajemen lapangan) yang luasnya 8.965,69 Ha, dan Afdeling 1 memiliki 42 Blok, afdeling 2 memiliki 47 blok, afdeling 3 memiliki 56 blok, afdeling 4 memiliki 63 blok, afdeling 5 memiliki 65 blok, afdeling 6 memiliki 55 blok, afdeling 7 memiliki 40 blok, afdeling 8 memiliki 46 blok dan afdeling 9 memiliki 23 blok. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan kajian distribusiE. indicaresisten-glifosat dan parakuat disekitar Blok Afdeling pertanaman kelapa sawit di Kebun Adolina PTPN IV, Serdang Begadai.

(72)

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk menentukan distribusi E. indica resisten-glifosat dan parakuatpada unitBlok Afdeling pertanaman kelapa sawit Kebun Adolina PTPN IV, Serdang Bedagai.

Hipotesis Penelitian

Di kebun Adolina yang dikelola dalam unit –unit yang berbeda tahun tanam kelapa sawit terdapat gulma E.indica diduga bahwa :

1. Seluruh populasi E. indica pada unit blok setiap afdeling kebun Adolina telah berkembang resisten terhadap glifosat dan parakuat.

2. Ketahanan setiap populasi E. indica di blok afdeling kebun Adolina berbeda satu dengan yang lain.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai dasar untuk menentukan distribusi E. indica resisten-glifosat dan parakuat disekitar Blok Afdeling kelapa sawit dan guna memperoleh data sebagai bahan penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(73)

ABSTRAK

Ahmad Bayu Syahputra : Distribusi Gulma Rumput Belulang

(Eleusine indicaL.Gaertn) Resisten-Glifosat Dan Parakuat Di Perkebunan Kelapa

Sawit Adolina PTPN IV Serdang Bedagai, dibimbing oleh Edison Purba dan Yaya Hasanah.

Pengendalian rumput belulang (E. indica) pada areal Blok afdeling Kebun Adolina PTPN IV denganmenggunakanparakuatdanglifosattelahberlangsung secara terus-menerus .Belakanganinidilaporkanbahwa keduabahanaktif herbisida tersebuttidaklagiefektifuntukmengendalikanE.indica pada areal tersebut.Penelitian bertujuan untuk menentukan distribusi E. indica resisten-glifosat dan parakuatdisekitar Blok Afdeling pertanaman kelapa sawit di Kebun Adolina PTPN IV Serdang Bedagai. Pengambilan sampel gulma berdasarkan umur tanaman kelapa sawit yang ada di afdeling kemudian umur tanaman kelapa sawit dibagi lagi berdasarkan sejarah penggunaan lahan dan disebut dengan populasi ESU1(dari kebun Adolina) dan populasi ESU0(dari Lapangan Bola Jl. Dr. Sofyan USU) sebagai pembanding. Percobaan menggunakan uji t, setiap perlakuan menggunakan 3 ulangan, dengan perlakuan penyemprotan herbisida glifosat (480 g b.a/ha) dan parakuat (300 g b.a/ha).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 58 populasi dari kebun Adolina sebanyak 57 populasi resisten glifosat dan 1 populasi moderate resistant terhadap glifosat. Dan 55 populasi resisten parakuat dan 3 populasi moderate resistant terhadap parakuat

Kata kunci : Eleusine indica, resisten, distribusi, glifosat, parakuat

(74)

ABSTRACT

Ahmad Bayu Syahputra : Distribution weed of goosegras (Eleusine indica L. Gaertn. Resistance of glyphosate and paraquat in the oil palm

PTPN IV Adolina Estate Serdang Bedagai, supervised by Edison Purba and Yaya Hasanah

Goosegrass (Eleusine indica) at oil palm nursery at PTPN IV Adolina Estate had been controlled using glyphosate and paraquat. Recently, it had been reported that the two herbicides failed to control the population. The objective of this study was to determine the distribution of Eleusine indicaResistance of glyphosate and paraquat in the oil palm PTPN IV adolina estate serdang bedagai.

Sampling of weeds based on the age of oil palm trees that exist in the afdeling then aged oil palm plantations subdivided based on the history of land use and called with a population of ESU1(from Adolina estate) and population ESU0(from

field at dr.sofyan street campus USU) as comparison population. experiment using t test, experiment using 3 replicates, with the treatment of spraying herbicide glyphosate (480 g ba / ha) and paraquat (300 g ba / ha).

Results showed that 58 populations from the Adolina estate. 57 populations resistant of glyphosate and 1 population moderate resistant of glyphosate. And 55 populations resistant to paraquat and 3 populations moderate resistant to paraquat

Keywords : Eleusine indica, resistance, distribution, glyphosate, paraquat

(75)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan penelitian ... 42 2. Kalibrasi alat semprot ... 43 3. E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA

pada aplikasi glifosat (480 g b.a/ha) ... 44 4. E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup hingga 3 MSA

pada aplikasi parakuat (300 g b.a/ha)... 46 5. Bobot kering E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup

hingga 3 MSA pada aplikasi glifosat (480 g b.a/ha) ... 48 6. Bobot kering E.indica populasi ESU1 dan ESU0 yang bertahan Hidup

hingga 3 MSA pada aplikasi parakuat (300 g b.a/ha) ... 50 7. Dokumentasi Penelitian ... 53 8. Peta Kebun Adolina PTPN IV ... 55

Gambar

∑R ∑S R S 3 hitung tabel
Gambar 5. Lahan Penelitian
Gambar 7. E. indicabertahan hidup pada populasi 10 D terhadap herbisida glifosat dan parakuat
Tabel 1. Populasi E.indica berasal dari kebun adolina yang di uji resistensinya   terhadap herbisida
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada Perusahaan yang dinyatakan sebagai pemenang, diharapkan menghubungi Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Advokasi dan KIE, Satuan Kerja Direktorat Advokasi

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Asia Afrika No.114 Bandung, mengundang penyedia untuk mengikuti pelelangan umum dengan pasca kualifikasi melalui LPSE Kementerian Keuangan sebagai berikut :.

2 Kepada Perusahaan yang dinyatakan sebagai pemenang, diharapkan menghubungi Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah, Satuan

845.381.790,- (delapan ratus empat puluh lima juta tiga ratus delapan puluh satu ribu tujuh ratus sembilan puluh rupiah). Hasil Evaluasi

▪ UU No 39 Tahun 1999 tentang hak Asasai Manusia khususnya Pasal 49 (2) yang menyatakan bahwa Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan.. pekerjaan

dilakukan oleh masyarakat yang sadar akan manfaat dari melakukan program.

[r]