PERBANDINGAN KADAR Fe ANTARA AIR BAKU
DENGAN AIR RESERVOIR
DI PDAM TIRTANADI SUNGGAL
TUGAS AKHIR
Oleh:
SARI INDAH ULWANI SIREGAR 042410017
PROGRAM DIPLOMA III ANALISA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
LEMBAR PENGESAHAN
PERBANDINGAN KADAR Fe ANTARA AIR BAKU
DENGAN AIR RESERVOIR
DI PDAM TIRTANADI SUNGGAL
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Diploma III Analis Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
SARI INDAH ULWANI SIREGAR 042410017
Medan, Juni 2007 Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 130 872 286
Disahkan Oleh: Dekan,
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya serta selawat dan seiring salam atas junjungan rasulullah
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
Sembah sujud dan terima kasih terbesar dari penulis kepada ayahanda, Zul Aswan
Siregar, SP dan Zuhijani, yang tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan memberi
motivasi baik materil maupun moril kepada penulis. Juga kepada Adinda Sari Bulan
Siregar dan Baginda Ramadhan Siregar yang juga telah banyak membantu dan memberi
motivasi kepada penulis serta semua keluarga yang penulis sayangi, Terima kasih atas doa,
dorongan dan kasih sayang yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan
tugas akhir dengan baik.
Penyusunan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Ahli Madya D III Analis Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1) Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisyahputra, Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2) Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini selesai.
3) Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App, Sc, Apt, selaku koordinator Program
4) Seluruh Stap yang membimbing dan memberikan saran selama pelaksanaan PKL
di Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal.
5) Seluruh Stap pengajar dan pegawai program studi D III Analis Farmasi, Fakultas
Farmasi Sumatera Utara.
6) Sahabat-sahabat terbaikku, Reni, Irus, Rani, Puji, Lisa, Dewi, Fera, Riza, Ira,
Rika, Riki, Baginda, Subhan, Difa, Atas perhatian doa dan dorongan serta
kebersamaannya dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
7) Seluruh sobat-sobatku Mahasiswa Program Diploma III Analis Farmasi dan
semua pihak yang telah membantu dan berjasa kepada penulis yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh sempurna, oleh karena itu
dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun dan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan
dan mencapai kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga hasil dari Tugas Akhir ini
dapat memberi manfaat yang besar bagi penulis dan kita semua.
Medan, Juni 2007
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ... 2
1.2.1. Tujuan ... 2
1.2.2. Manfaat ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air ... 3
2.2. Kegunaan Air Bagi Manusia ... 4
2.3. Standart Kualitas Air Minum ... 4
2.4. Logam Dalam Air ... 6
2.4.1. Besi ... 7
2.4.2. Pengaruh Fe Pada Manusia... 7
2.4.3. Metode Penghilang Besi ... 8
2.5. Defenisi Kolorimetri ... 9
2.5.1. Prinsip Analisa Fe ... 10
3.1.1. Alat ... 11
3.1.2. Bahan ... 11
3.1.3. Prosedur ... 11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ... 13
4.2. Pembahasan ... 13
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 15
5.2. Saran ... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air adalah materi didalam kehidupan. Tidak ada satupun mahluk hidup
yang ada di planet ini yang tidak membutuhkan air. Didalam sel hidup baik pada
sel tumbuh-tumbuhan pada hewan (termasuk didalamnya pada manusia) akan
terkandung sejumlah air yaitu lebih dari 75% pada sel tumbuhan atau lebih dari
67% pada hewan terdiri dari air.
Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah
tangga ternyata berbeda-beda untuk tiap tempat, tempat lingkungan atau tiap
bangsa atau negara. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula
kebutuhan manusia terhadap air.
Penyediaan air bersih untuk dikonsumsi oleh masyarakat merupakan peran
yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan lingkungan atau
masyarakat yakni mempunyai peran dalam menurunkan angka penderita penyakit
khususnya yang berhubungan dengan air dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Pentingnya kualitas air bersih dewasa ini perlu dikaji lebih intensif
lagi, karena kualitas air khususnya di wilayah perkotaan sudah tidak memenuhi
syarat golongan air B yakni untuk air minum. PDAM merupakan satu-satunya
badan yang berfungsi untuk menyediakan air minum bagi masyarakat.
Logam besi juga terdapat didalam air, baik yang bersifat terlarut sebagai
Fe2+ atau Fe3+, tersuspensi sebagai butir koloid dan tergabung dengan zat organik
atau zat anorganik seperti tanah liat. Logam besi berasal dari tanah, bukit-bukit
yang dilaluinya ataupun dalam proses erosi alamiah. Kandungan besi dalam air
rasa yang amis, menimbulkan gangguan pada hati serta noda-noda pada pakaian
yang berwarna putih jika digunakan untuk mencuci.
Sehubungan dengan berbagai gangguan yang dihasilkan dalam proses
pengolahannya haruslah memenuh standart kualitas air yang telah ditetapkan oleh
keputusan MENKES, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam tugas
akhir yang berjudul “Perbandingan kadar Fe antara air Baku dengan air Reservoir
di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal”.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Untuk mengetahui kadar Fe dalam air Baku dan air Reservoir di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal sesuai dengan standart mutu air.
1.2.2. Manfaat
Memberikan informasi kepada pihak pengguna air tentang bagaimana
kadar besi yang terdapat dalam air Baku dan air Reservoir di PDAM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Air
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang kita ketahui bahwa penyakit
perut yang paling banyak terjadi di Indonesia.
Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya
di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit
perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin, penurunan penyakit perut ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai
penularan penyakit perut.
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolahan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan
terutama air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa
dimulai dari sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang lengkap sesuai
dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin
berat pengolahan yang dibutuhkan dan semakin banyak ragam zat pencemar akan
semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut
agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu dalam praktek
sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk
menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau
tidak.
Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas
keperluan minum maka dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan
secara keseluruhan kebutuhan akan air di suatu rumah tangga untuk masyarakat
Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari. (Sutrisno, T, 2004)
2.2. Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia
Tubuh manusia sebagai terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat
badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang
jumlahnya antara lain tergantung berat badan.
Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk: proses pencernaan,
metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan
suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh
kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. Sebagai contoh
penderita penyakit kolera.
Untuk menjaga kebersihan tubuh, diperlukan juga air. Mandi
menggunakan air bersih, diharapkan orang akan bebas dari penyakir seperti kudis,
dermatitis dan penyakit-penyakit yang disebabkan karena fungsi. (Sutrisno, T,
2004).
2.3. Standar Kualitas Air Minum
Mengingat bahwa pada dasarnya tidak air yang seratus persen murni
dalam arti sesuai benar dengan kualitas air yang tepat untuk kesehatan, maka
walau bagaimanapun harus diusahakan air yang ada sedemikian rupa sehingga
kualitas yang dibutuhkan tersebut memenuhi atau paling tidak mendekati
syarat-syarat yang dikehendaki. Kadar maksimum yang diperbolehkan dalam kualitas air
Tabel 1. Syarat-syarat air minum
No Unsur
Kadar maksimum Yang diperbolehkan
Satuan WHO Menkes RI No. Zat organic sebagai
KmnO4
Karbon Oksida sebagai CO2
Kesadahan Kalsium sebagai Ca Magnesium sebagai Mg
Besi/jumlah Fe
Pada saat ini tersusun syarat-syarat air yang dipandang baik yang secara
A. Syarat-syarat fisik
1. Air tidak boleh berwarna
2. Air tidak boleh berasa
3. Air tidak boleh berbau
4. Air harus jernih
5. Suhu air hendaknya dibawah suhu udara (sejuk 250
B. Syarat-syarat kimia ( organik dan anorganik)
C)
Air minum tidak boleh mengandung senyawa-senyawa beracun dalam
jumlah melampaui batas yang telah ditentukan (standar air minum Indonesia
menurut peraturan MENKES RI, terlampir).
C. Syarat-syarat bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen)
sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi
batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air.
2.4. Logam Dalam Air
Beberapa macam logam biasanya dominant daripada logam lainnya.
Dalam air, hal ini sangat bergantung pada sumber air (air tanah dan air sungai).
Disamping itu, jenis air juga mempengaruhi kandungan logam didalamnya (air
tawar dan air laut). Air sungai di daerah hulu mungkin kandungan logamnya akan
berbeda dengan air sungai dekat muara. Hal ini disebabkan dalam perjalannya, air
tersebut mengalami beberapa kontaminasi, naik karena erosi maupun pencemaran
2.4.1. Besi
Besi (Fe) mempunyai bobot atom 55,85. Besi yang murni adalah logam
berwarna putih-perak yang kuat, kokoh, dan liat, yang melebur pada 15350
a) Terlarut sebagai Fe
C. Besi
adalah salah satu elemen kimiawi yang ditemukan pada hampir setiap tempat di
bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi
yang ada di dalam air dapat bersifat :
2+
(fero) atau Fe3+
b) Tersuspensi sebagai butir koloid, seperti Fe (feri)
2O3, FeO, Fe(OH)3
c) Tergabung dengan zat organik atau zat padat anorganik (seperti tanah liat) dan
sebagainya
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/liter,
tetapi di dalam air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut,
sedangkan pada air sungai terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+.
2.4.2. Pengaruh Fe pada Manusia
Adanya unsur-unsur besi (Fe) dalam air diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Besi (Fe) merupakan suatu unsur yang
penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh
membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut per hari, yang tidak hanya diperoleh dari
air. Besi dalam tubuh makhluk hidup berperan penting dalam sel darah merah
dimana besi berikatan dengan Haemoglobin (Hb) mengandung besi 3,4 gr/kg.
Karena itu, kekurangan logam ini dapat menyebabkan anemia. Di sisi lain besi
juga memberikan pengaruh negatif bagi kehidupan manusia jika konsentrasi unsur
ini melebihi ± 2 mg/L, seperti menyebabkan gangguan fungsi hati karena
Besi yang terlarut berbentuk Fe2+ dari bahan-bahan organik dalam air
bersih dapat menimbulkan berbagai pengaruh negatif seperti:
1. Menyebabkan bau dan rasa logam yang amis
2. Menimbulkan noda pada produk-produk industri seperti kertas, tekstil
3. Menimbulkan noda berwarna kuning atau cokelat kekuningan terhadap
pakaian
4. Menimbulkan warna merah karat pada air
2.4.3. Metode Penghilangan
Metode-metode yang digunakan untuk menghilangkan atau menurunkan
kadar besi (Fe) dalam air adalah :
1. Oksidasi
Penghilangan Fe 2+ (fero) di dalam air yang sangat mudah larut,
yaitu dengan jalan oksidasi ion-ion menjadi Fe3+ (feri) yang
berbentuk endapan.
2. Aerasi
Aerasi yang mengandung oksigen terlarut rendah dan CO2 yang
tinggi akan menghasilkan penambahan oksigen terlarut untuk
oksidasi dan menaikkan pH. Dengan penurunan konsentrasi CO2
dapat menurunkan larutan Fe karena terbentuknya endapan Fe3+
3. Penambahan bahan kimia dan pengendapan
.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan
koloid, termasuk didalamnya besi dalam air yang bersifat sebagai
butir koloidal dan besi yang tergabung dengan zt organis dan
inorganic (seperti tanah liat) dengan pembubuhan atau penambahan
umumnya dipakai yaitu Aluminium sufat ( AI2(SO4)3
4. Filtrasi
) dalam
bentuk larutan. Selain pembubuhan flokulan diperlukan
pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok ini mengumpulkan
partikel kecil tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama
mengendap.
Bahan padat sisa yang tetap berada di dalam air setelah
pengendapan difiltrasi dengan media filter sehingga
partikel-partikel serapan dan bahan flokulan akan bersentuhan dengan
media filter (seperti pasir atau krikil) dan melekat padanya.
2.5. Defenisi Kolorimetri
Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan
mengukur absorpsi relative cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat itu
dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya
digunakan sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan
suatu instrument sederhana yang disebut kolorimetri atau pembanding
(Komparator) warna bila mata digantikan oleh sel foto listrik (jadi sebagian besar
sesatan yang disebabkan karakteristik pribadi tiap pengamat dapat dihilangkan)
2.5.1. Prinsip analisa Fe
Besi (II) bereaksi dengan 1,10-fenantrolina membentuk kompleks jingga
merah [C12H8N2)3Fe]2+ Intensitas warnanya tidak bergantung pada keasaman
dalam jangka PH 2-9 dan stabil untuk waktu yang lama. Besi (III) dapat direduksi
dengan hidroksilamonium klorida atau dengan hidrokuinon perak, Bismuth,
Tembaga, Nikel dan Cobalt menganggu dengan serius seperti juga perklorat,
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat-alat
• Kolorimeter 980 Hach
• Kuvet 25 ml
• Pipet volum 10 ml
• Pro pipet
3.1.2. Bahan
- Air baku
- Air reservoir
- Reagen Fe Hatch (iron fenatrolin)
3.2. Prosedur
- Dihidupkan alat kolorimeter 980, lalu tekan “PRGM” dan tekan “33”
untuk analisis besi
- Tekan enter layar akan menunjukkan mg/liter Fe
- Diisikan botol sampel pertama dengan 10 ml air sampel (sebagai blanko)
- Dimasukkan blanko ke tempat sel dan tutup, tekan zero dan layar akan
menunjukkan 0,00 mg/liter.
- Diisikan botol kedua dengan 10 ml air sampel (sebagai sampel)
- Ditambahkan satu pillow ferro ver iron ke dalam botol sampel kedua, aduk
hingga larut
- Masukkan botol sampel kedua ke tempat sel, kemudian ditutup.
- Ditekan “Read” catat hasil analisis besi yang ditunjukkan layar
- Ditampung sisa sampel yang telah tercema bahan-bahan kimia dan sisa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil percobaan kadar Fe pada air baku dan air reservoir pada tanggal 24
Januari 2007 pukul 08.30 WIB dan tanggal 28 Maret 2007 pukul 09.00 WIB.
Tabel 2. Data Hasil Percobaan Kadar Besi pada Sampel Air Baku, Air
Reservoir I dan Air Reservoir II
No Tanggal/Waktu
Kadar Besi (mg/L) Pada sampel Kadar
Maksimum Besi (mg/L) Dalam
Air Minum
Air Baku Air
Reservoir I
Air Reservoir II
1. 24 Januari
2007/08.30
0,87 0,06 0,08 0,3
2. 28 Maret
2007/09.00
0,47 0,18 0,02 0,3
Pembahasan
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa kadar Fe pada air baku, air
reservoir I dan air reservoir II pada tangga 24 Januari 2007 adalah 0,87 (mg/L),
0,06 (mg/L) dan 0,08 (mg/L). sedangkan kadar Fe pada air baku, air reservoir I
dan air reservoir II pada tanggal 28 Maret 2007 adalah 0,47 (mg/L), 0,18 (mg/L)
dan 0,02 (mg/L). Kadar Fe pada kedua sampel berbeda dan memenuhi standar
mutu air minum yang telah ditetapkan pleh peraturan Menkes No..
Kadar Fe ini pada air baku tanggal 24 Januari 2007 sebesar 0,87 mg/L
dan 28 Maret 2007 sebesar 0,47 mg/L. Kadar besi pada air tersebut mengalami
penurunan, kemungkinan turunnya kadar besi pada air baku tersebut adalah
karena air baku telah mengalami proses pengolahan seperti oksidasi,aerasi,
pembubuhan atau penambahan bahan kimia, pengendapan dan filtrasi. Dimana
Fe2+ yang menjadi Fe3+ berbentuk endapan dibuang pada stasiun clerator. Kadar
Fe pada sampel air baku reservoir I dan reservoir I pada tanggal 24 Januari 2007
dan 28 Maret 2007 berbeda karena pada penampungan pada air tersebut berbeda
sehingga mempengaruhi kadar Fe dalam sampel. (Depkes RI, 1993).
Air reservoir I dan air reservoir II pada tanggal 24 Januari dan 28 Maret
2007. kemungkinan turunnya kadar besi tersebut adalah karena air Reservoir
sudah terjadi proses pengolahan. Dimana kadar tawas yang terlalu rendah maupun
terlalu tinggi dapat menyebabkan proses pembentukan flok-flok yang tidak baik
dan menyebabkan flok-flok itu pecah sehingga sukar mengikat atau bersentuhan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kadar Fe pada air baku dan air reservoir yang diperoleh pada percobaan
pada tanggal 24 Januari adalah air baku sebesar 0,87 mg/L, air reservoir I sebesar
0,06 mg/l, dan air reservoir II sebesar 0,08 mg/l, sedangkan pada percobaan pada
tanggal 28 Maret 2007 adalah air baku sebesar 0,47 mg/l, air reservoir I sebesar
0,18 mg/l dan air reservoir II sebesar 0,02 mg/l, memenuhi standar mutu air
minum yang ditetapkan oleh peraturan Menkes 907/Menkes/SK/VII/2002.
Saran
Pada penentuan Fe khususnya untuk air bersih perlu dilakukan analisa
secara rutin, sehingga penggunaan air bersih tersebut dapat terpantau yaitu berada
DAFTAR PUSTAKA
Alaert, S, (1984), “Metode Penelitian Air”, Usaha Nasional, Surabaya.
Bassett, J, (1994), “Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik”, Cetakan Pertama,
Penerbit Buku Kedokteraan EGC, Jakarta.
Darmno, (1995), “Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup”, Penerbit
UI-Press Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, (1993), “Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air”,
Edisi Kedua, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyediaan Lingkungan Pemukiman, Direktorat penyehatan air, Jakarta.
Effendi, H, (2003) “Telaah Kualitas Air”, Cetakan Kelima, Penerbit Kansius
Yogyakarta.
Suriawan, U, (1993), “Mikrobiologi Air”, Cetakan Kedua, Penerbit Alumni,
Bandung
Totok, S, (2004), “Teknologi Penyediaan Air Bersih”, Cetakan Kelima, Penerbit