• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotika Eksploitasi Anak Dalam Sinetron Buku Harian Baim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Semiotika Eksploitasi Anak Dalam Sinetron Buku Harian Baim"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEMIOTIKA EKSPLOITASI ANAK

DALAM SINETRON BUKU HARIAN BAIM

SKRIPSI

Disusun Oleh

JOHANES GINTING

(060904026)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Analisis Semiotika Eksploitasi Anak Dalam Sinetron Buku Harian Baim yang tayang setiap hari senin hingga jumat pukul 15:30 WIB tayangan berdurasi 60 menit ini menggunakan Balita sebagai aktor utama sinetron tersebut, yaitu Ibrahim Khalil Alkariti yang biasa dipanggil Baim (lahir 7 juni 2005; umur 5 tahun) adalah aktor cilik Indonesia yang sudah membintangi beberapa judul sinetron yang terbilang sukses atau yang biasa di panggil Baim. nama Baim melejit sejak bermain dalam sinetron Cerita SMS. Sebelumnya, Baim juga pernah bermain dalam sinetron Doo Bee Doo, Buku harian baim, Tarzan cilik, Baim Anak Soleh dan beberapa judul sinetron lainnya. Keterlibatan Baim dalam dunia hiburan berawal saat Baim mengantarkan kakaknya , Akbar Khalil Alkariti untuk syuting sinetronnya singkat cerita akhirnya Baim juga ikut bermain sinetron dan sinetron terakhir Baim adalah Gara-Gara Baim. Yang ditayangkan di SCTV.

Objek penelitian ini adalah sinetron Buku Harian Baim yang diperankan oleh Ibrahim Alkariti sebagai aktor utama dalam sinetron ini, anak berusia 4 tahun ini bermain dengan professional walaupun seharusnya anak seusianya seharusnya bermain bukan bekerja layaknya orang dewasa. Sinetron Buku Harian Baim yang disiarkan setiap hari di stasiun televisi SCTV ukul 18.00 19.00 WIB, namunsequence yang akan diteliti aleh peneliti adalah 2 potongan gambar dari setiap video yang telah di unduh oleh peneliti sebanyak 6 video sehingga potongan gambar yang akan diteliti adalah sebanyak 12 gambar. Karakteristik gambar yang akan diteliti tentunya sangat berkaitan dengan adegan Baim dalam sinetron tersebut sehingga kita mudah menganalisis makna dari pemaknaan yang disampaikan lewat gambar tersebut. Dipilihnya sinetron Buku Harian Baim ini menjadi subjek penelitian peneliti karena sinetron ini adalah sinetron Streaping dimana pemain harus bekerja keras syuting sepanjang hari dan setiap hari untuk memenuhi stok episode sinetron yang akan ditayangkan hari berikutnya,jadi secara tidak langsung pemeran utama dalam sinetron ini yaitu Baim sudah tidak lagi bekeja dalam porsinya sebagai anak yang masih dibawah umur bekerja dengan waktu kerja seperti itu.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji Syukur saya ucapakan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan kelimpahan Kasihnya bagi saya hari lepas hari, penyertaanNya yang senantiasa membawaku ke air Tenang membuatku smakin kagum akan Kemurahan dan Kasih setiaMu padaku.

Maksud dan tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan S-1 di Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Penulis sangat menyadari bahwa masi banyak kesalahan dan kekurangan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini. Dan melalui karya ilmiah inilah juga penulis dapat melihat kemampuan dan kelemahan penulis dalam banyak hal. Untuk itu, penulis mohon maaf dari hati yang paling dalam dan terimakasih atas semuapengalaman dan pelajaran yang telah diberikan kepada penulis.

Selama proses perkuliahan dan mengerjakan skripsi ini banyak pihak yang sudah memberikan kontribusi dalam berbagai bentuk. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin juga mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan kesempatan, bantuan, dorongan, dan dukungan moral mapun moril kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin,Msi selaku Dekan FISIP USU;

2. IbuDra. Fatma Wardy Lbs,MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi;

(4)

4. Untuk bapak Drs Humaizi, M.si selaku dosen wali yang sudah memberikan nasehat dan masukan untuk menggambil matakuliah setiap semesternya, terimakasih pak untk semangat dan snyuman yang selalu bapak berikan.

5. Kepada seluruh dosen dan pegawai Ilmu Komunikasi, penulis mengucapakan banyak terimakasih, yang telah banyak membantu penulis selama proses perkuliahan sampai penyelesaian skripsi.

6. Untuk keluarga keluarga besar Ginting di Langkat terimakasih untuk kesabaran Bapak dan ketekunan mamak yang selalu member semangat kepada saya, dukungan dan kasih saying yang kalian beri terlalu besar untuk bias saya balas, kiranya Tuhan yang Maha kasih senantiasa melimpahkan kesehatan untuk kalian berdua, untuk keenam saudara kandungku, ketiga abang iparku dank keenam keponakanku kalian adalah motivasi terbesarku untuk tetap semangat menyelesaikan pendidikan.

7. Untuk keluargaku di medan Euodeya Benaya, Buat kak Ibet, kak Cisna, Bang Monang f na,Tiwi, Guteng, Uthi, N cy , hana. Kalian adalah orang yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan imanku dengan kalian aku semakin mengenal Dia, tawa, tangis dan banyak rasa yang kita lalui, terimakasih buat semangatnya ya.

Medan, 23 Maret 2011

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

2. Signifikasi: Denotasi, Konotasi, Mitos . .36

B. Analisis Semiologi Roland Barthes .. . 38

(6)

5. Operasional Konsep . .54

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA .. 55

1. Teknik Analisis Data ...55

BAB IV PEMBAHASAN DATA

A.Analisis Sinetron Buku Harian Baim . ... 56

1. Analisis Kunci Pertama .. . .. ..57

2. Analisis Kunci kedua ... . 61

3. Analisis Kunci Ketiga ... 64

4. Analisis Kunci Keempat ... ... .70

5. Analisis Kunci Kelima . ... . .73

6. Analisis Kunci Keenam . ... .78

7. Analisis Kunci Ketujuh ... ..82

8. Analisis Kunci Kedelapan ... .... ..84

9. Analisi Kunci Kesembilan . 86

10. Analisis Kunci Kesepuluh .89

11. Analisi Kunci kesebelas . ..90

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 93

B. Saran ..97

DAFTAR PUSTAKA . .101

(7)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Analisis Semiotika Eksploitasi Anak Dalam Sinetron Buku Harian Baim yang tayang setiap hari senin hingga jumat pukul 15:30 WIB tayangan berdurasi 60 menit ini menggunakan Balita sebagai aktor utama sinetron tersebut, yaitu Ibrahim Khalil Alkariti yang biasa dipanggil Baim (lahir 7 juni 2005; umur 5 tahun) adalah aktor cilik Indonesia yang sudah membintangi beberapa judul sinetron yang terbilang sukses atau yang biasa di panggil Baim. nama Baim melejit sejak bermain dalam sinetron Cerita SMS. Sebelumnya, Baim juga pernah bermain dalam sinetron Doo Bee Doo, Buku harian baim, Tarzan cilik, Baim Anak Soleh dan beberapa judul sinetron lainnya. Keterlibatan Baim dalam dunia hiburan berawal saat Baim mengantarkan kakaknya , Akbar Khalil Alkariti untuk syuting sinetronnya singkat cerita akhirnya Baim juga ikut bermain sinetron dan sinetron terakhir Baim adalah Gara-Gara Baim. Yang ditayangkan di SCTV.

Objek penelitian ini adalah sinetron Buku Harian Baim yang diperankan oleh Ibrahim Alkariti sebagai aktor utama dalam sinetron ini, anak berusia 4 tahun ini bermain dengan professional walaupun seharusnya anak seusianya seharusnya bermain bukan bekerja layaknya orang dewasa. Sinetron Buku Harian Baim yang disiarkan setiap hari di stasiun televisi SCTV ukul 18.00 19.00 WIB, namunsequence yang akan diteliti aleh peneliti adalah 2 potongan gambar dari setiap video yang telah di unduh oleh peneliti sebanyak 6 video sehingga potongan gambar yang akan diteliti adalah sebanyak 12 gambar. Karakteristik gambar yang akan diteliti tentunya sangat berkaitan dengan adegan Baim dalam sinetron tersebut sehingga kita mudah menganalisis makna dari pemaknaan yang disampaikan lewat gambar tersebut. Dipilihnya sinetron Buku Harian Baim ini menjadi subjek penelitian peneliti karena sinetron ini adalah sinetron Streaping dimana pemain harus bekerja keras syuting sepanjang hari dan setiap hari untuk memenuhi stok episode sinetron yang akan ditayangkan hari berikutnya,jadi secara tidak langsung pemeran utama dalam sinetron ini yaitu Baim sudah tidak lagi bekeja dalam porsinya sebagai anak yang masih dibawah umur bekerja dengan waktu kerja seperti itu.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media massa adalah sarana terpenting untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan, dan televisi adalah alat komunikasi terbaik yang dimiliki manusia saat ini. Lewat televisi publikasi informasi secara cepat dan menarik secara visual diharapkan masyarakat yang menerima informasi tersebut memberikan tanggapan atau respon yang baik. Artinya media massa sebagai media penyebarluas informasi mengharapkan tanggapan dari khalayak untuk membuktikan bahwa tayangan memang berguna untuk disiarkan ataupun bermanfaat bagi khalayak yang menyaksikan siaran tersebut.

(9)

Kebutuhan masyarakat akan acara yang menarik dan menghibur menuntut para produsen acara televisi bekerja ekstra dan menggunakan segala cara untuk menarik perhatian penonton agar menonton acara mereka. Mulai dari membuat acara reality show yang menceritakan aib seseorang, kuis yang menarik, sinetron dengan jalan cerita yang sudah hamper bisa kita tebak jalan ceritanya, bahkan memasang pemain-pemain yang dapat menarik perhatin yaitu dengan pemeran yang berwajah pas-pasan, pemain yang tua, bahkan anak balita juga sudah diajak main sinetron dan tujuan semua strategi ini adalah untuk menghasilkan karya yang menghibur dan membuat penontonnya betah berlama-lama di depan televisi sehingga akan mengundang pengiklan untuk beriklan di stasiun televisi tersebut.

(10)

Kontroversi pekerja anak dalam undang-undang dan Konvensi ILO (Konvensi Hak Ank PBB). Menurut UU No. 1/1951 , anak (8-14 tahun ) dilarang bekerja .namun ketentuan ini masih belum berlaku karena belumada peraturan pelakanaannya . Oleh karena itu untuk mengisi kekosongan hokum ini dengan terpaksa diberlakukan lah ketentuan lama yaitu : Stbl.1925 No.647 tentang pembatasan pekerjaan anak dan wanita pada malam hari Menurut ketentuan ini , anak dapat di pekerjaan dengan bernagai syarat yang menyangkut :

Jenis pekerjaan

Umur

Waktu kerja dan lamanya kerja

Hal-hal tersebut diatas tercermin dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Anak yang berumur antara 8-14 tahun tidak boleh melakukan pekerjaan kecuali pada malam hari antara jam 20.00 -05 .00

Anak-anak yang berumur dibawah 12 tahun tidak boleh melekukan pekerjaan terutama di :

1. Pabrik yang tertutup

2. Ditempat kerja dimana dipekerjaan secara bersama-sma lebih dari 10 orang 3. Ditempat kerja dimana dilakukan pembuatan pemeliharaan pembetulan ,pembongkaran , air, dan gedung

4. Pada perusahaan kereta api trem

Selanjutnya ketentuan pembatasan pekerjaan anak ini diatur lebih lanjut dalam peraturan mentri tenaga kerja 1/1987 tentang perlindungan anak yang terpaksa bekerja . ketentuan ini menentukan hal-hal sebagai berikut:

(11)

Wajib membayar upah sesuai dengan peraturan yag berlaku

Mewajibkan pada pengusaha untuk mengupayakan agar buruh anak di beri kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar PTMK ini juga di lengkapi dengan ancaman sanksi pidana bagi pelanggarnya maksimum tiga bulan kurungan UUNo. 20 /1999 tentang pengesahan konvensi ILO Nomor 138 mengenai usia minimum untuk di perbolehkan menyatakan bahwa batas usia minimumuntuk di perbolehkan bekerja yang diberlakukan diwilayah RI adalah usia 15 tahun Pemerintah Indonesia tampak masih belum konsisten dalam melaksanakan konvensi hak anak PBB yang telah menjadi hokum internasional sejak 2 septemer 1990 umur pekerja anak yamg menuerut ketentuan dunia berumur minimal 18 tahun tidak ditaati ,sejumlah anak masih dieksploitasi dan di pekerjakan secara tidak mnusiawi Persatuan buruh dunia (ILO No. 139 tahun 1973)pun telah membuat konvensi mengenai usia minimum buruh anak yang menyebutkan anak tidak boleh di pekerjakan dalam sector ekonomi mana pun dibawah umur yang sedang berada dalam penyelsaian wajib sekolah dan tidak kurang dari 15 tahun . Umur minimum untuk masuk angkatan kerja yang tidak membahyakan kesehatan ,keslamatan dan moral adalah 18 tahun

Sejumlah tindakan khusus perlu di ambil pemerintah agar bangsa Indonesia tidak dinilai buruk oleh dunia internasional karena melakukan pelanggaran konvensi hak anak PBB. Maka yang harus dilakukan adalah :

Pertama : menghapus segera pekerjaan yang menghamabat fisik social , kognitif , emosional ataupun moral anak tidak boleh di toleransi .pemerintah harus tegas menindak pengusaha yang mempekerjakan anak secara manusiawi .

(12)

Ketiga : adanya perlindungan hokum yang lebih luas bagi anak .Perundang-undangan mengenai pekerja anak dan pendidikan anak harus konsisten dalam tujuannya dan dilaksanakan dengan cara sling mendukung..Undang-undang mengenai pekerja anak harus selaras dengan konvensi hak anak PBBdan konvensi ILO

Keempat : pemerintah harus melakukan pencatatan kelahiran semua anak . semua anak harus di catat saat lahir ,hak ini penting untuk memungkinkan penerapan hak anak , seperti memperoleh pendidikan, perawatan kesehatan dan pelayanan dari pemerintah lainnya.

Kelima: pengumpulan data

(HUKUM KETENAGAKERJAAN DILENGKAPI SKB 4 MENTRI, IMAN SAPUTRATUNGGAL ,SH.,CN.,LLM, HARVARINDO 2009)

B. Perumusan Masalah

SBerdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana makna dan bahasa visual sinetron Buku Harian Baim di stasiun Televisi SCTV dalam kegiatan Eksploitasi anak

C. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelititan tidak terlalu luas dan pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

(13)

2. Perangkat analisis yang digunakan adalah semiologi Barthes signifikasi dua tahap (two order of signification) denotasi dan konotasi

3. Subjek yang diteliti adalah video sinetron Buku Harian Baim yang ditayangkan di situs video youtube yang ditayangkan bulan januari dan februari

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan September oktober 2010

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanda yang melingkupi pemaknaan dan bahasa visual yang terdapat dalam sinetron Buku Harian Baim

2. Untuk mengetahui makna denotasi dan konotasi sampai tahap peranda konotatf yang terkandung dalam visualisasi sinetron Buku Harian Baim

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah penelitiantentang makna dan bahasa visual sinetron televisi melalui analisis semiotika

2. Secara praktis, hasil analisisi ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca agar lebih kritis dalam memaknai pesan yang disampaikan pembuat sinetron di televisi

(14)

F. Review Beberapa Hasil Penelitian Semiotik

1. Sebuah penelitian Kualitatif dengan metode Analisis Semiotika yang disusun oleh Gathi Restu Astuti (D.0202055) dengan judul Media dan stereotype terhadap perempuan (analisis semiotika tentang stereotype terhadap perempuan yang direpresentasikan dalam sitkom OB di RCTI)

a. Isi

Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) adalah stasiun televisi swasta nasional pertama di Indonesia yang lahir dari gagasan dua perusahaan besar, yaitu Bimantara Citra. Tbk, dan Rajawali Corporation. Sejak berdiri tahun 1988, RCTI identik dengan berbagai macam program populer yangmerupakan trend setter dari program-program televisi swasta lainnya. Memiliki 47 stasiun pemancar di seluruh Indonesia, RCTI selalu menjadi pilihan bagi para pemasang iklan, karena RCTI merupakan media televise yang mempunyai covereage area yang terluas.

(15)

Sayuti juga kerap berhubungan kerja dengan karyawan HRD OKTV dengan tingkah dan kebiasaan masing-masing. Ada Pak Taka (Marlon Renaldy), manajer yang galak dan suka memberi hukuman fisik, dia diamdiam jatuh cinta kepada Saschya (Winda Viska) sekretaris yang cantik. Kemudian ada Gusti (Bayu Oktara) pria playboy bertampang cool dan Hendra (M.Ridwan) seorang karyawan yang selalu disiplin, pelit, dan suka heboh sendiri kalau melihat artis datang. Kisah-kisah mereka juga semakin berwarna dengan kehadiran para bintang tamu yang sedang naik daun. Sejak ditayangkan perdana pada 17 April 2006, OB ternyata cukup diminati oleh para pemirsa TV. Terbukti dengan ratingnya yang selalu tinggi, ditambah lagi jumlah episode di periode 1 yang mencapai 623 episode.

b. Penokohan dalam Sitkom OB 1. Pak Taka

Manager bagian HRD. Pak Taka sebenarnya menyukai Sascya, sekertarisnya. Meskipun ia tidak merasa tapi semua pegawai di bagian HRD sudah mengetahui perasaan Pak Taka yang jelas-jelas ditolak oleh Sascya. Bila pegawainya membuat kesalahan yang membuatnya marah, Pak Taka tidak segan-segan memberikan hukuman fisik seperti push up, berdiri satu kaki, dan banyak lagi.

2. Gusti

Playboy sejati di bagian HRD. Kepalanya botak tapi disukai banyak wanita dan gombal. Ia mulai menyukai Sascya ketika mereka berada di Bali dan menembaknya di tempat yang sama ketika mereka akan balik ke Jakarta. Mereka berdua putus setelah hubungan mereka diketahui oleh Pak Taka.

3. Sascya

(16)

sudah besar, Sascya masih memiliki Baby Sitter. Ia masih menyukai Gusti meski telah putus dan seringkali cemburu kalau melihat Gusti bersama cewek lain.

4. Hendra

Karyawan bagian keuangan HRD yang sangat teliti. Gayanya yang 'jadul' (jaman dulu) alias tidak trendy, membuatnya sulit memiliki hubungan dengan seorang wanita. Jika melihat artis datang ke OKTV, sifat fanatic sering kumat, yang membuat seluruh kantor gempar. Jika bertemu dengan artis yang paling dia idolakan,maka ia akan histeris dan mengejar artis yang dimaksud Pak Hendra.

5. Sayuti

Seorang OB yang berasal dari Jawa. Bahasa Jawanya yang kental membuatnya mendapat julukan anak kampung. Akibat keluguannya, ia seringkali tidak mengenali artis-artis yang datang ke OKE TV.

6. Ismail

Mail, begitulah ia dipanggil, sebenarnya adalah anak juragan. Tapi karena belum ingin menikah dan ia dalam posisi dijodohkan oleh orang tuanya makanya ia minggat dan bekerja di OKTV. Ciri-ciri dari Mail adalah suaranya yang nyaring dan cempreng. Setiap kali melihat perempuan cantik pasti ia akan mengatakan "waw..." dan menaikan rambutnya.

7. Sa'Odah

Odah bagaikan penguasa di Pantry HRD karena ialah yang paling tua. Ia seringkali menyuruh Mail, Sayuti, atau Susi untuk membelikannya makanan (dengan catatan memakai uang mereka).Kadang Ia memalak semua OB HRD untuk maksud tertentu. Tapi di depan suaminya, Odah bersikap sebagai istri yang baik dan perhatian.

(17)

Pegawai Cleaning Service yang terkenal cerewet dan biang gosip. Susi tergila-gila pada Sayuti sehingga rela melakukan apa saja.

Berikut adalah salah satu Episode Sitkom OB yang di Analisis oleh peneliti, Episode 12 (Titip Absen Membawa Sengsara), ditayangkan 2 Mei 2006.

Para karyawan OK TV tampak mulai berdatangan di kantor OK TV dan sebagian telah antri di depan mesin absen termasuk Saschya dan Pak Hendra. Pak Hendra telihat kesal pada Saschya yang berada pada urutan paling depan namun tak kunjung memasukkan kartu pada mesin absen dan justru sibuk berdebat dengan pacarnya lewat telepon. Setelah absen, Pak Hendra segera ke ruang HRD untuk memulai bekerja. Saschya menyusul kemudian dengan sedikit cemberut dan mengomel pada Pak Hendra yang tidak mau menunggunya. Hari sudah semakain siang namun Gusti masih belum hadir di kantor. Pak Taka pun memanggil Pak Hendra ke ruangannya untuk dimintai keterangan perihal Gusti. Pukul 10.30, Gusti baru tiba di ruang HRD dengan wajah yang ceria dan bersenandung.

(18)

tanpa ketahuan adalah dengan titip absen pada Susi. Namun kali ini Susi menolak dengan alasan takut pada Pak Taka. Tidak berhasil pada Susi, Gusti pun mencari sasaran lain untuk titip absen. Ia melihat Sayuti di pantry dan segera mendatanginya. Namun lagi-lagi Sayuti menolak. Saodah yang kebetulan masuk pantry dan berpapasan dengan Gusti yang keluar dengan wajah kecewa menanyakan sebabnya pada Sayuti. Sayuti menjelaskan bahwa Gusti bermaksud untuk titip absen dan untuk itu ia memberikan imbalan RP. 10.000. Mendengar kata uang, Saodah segera mengejar Gusti, dan kembali ke pantrydengan uang Rp. 10.000 di tangan. Saodah yang mata duitan pun mendapat ide untuk mendapat uang tambahan. Tak berapa lama kemudian, Saodah terlihat sedang menghitung lembaran Rp. 10.000-an sambil mendiktekan pada Sayuti nama-nama karyawan yang titip absen. Rupanya Saodah menawarkan untuk mengabsenkan pada karyawan-karyawan OK TV dengan syarat diberi imbalan sebesar Rp. 10.000. Namun lagi-lagi ia menggunakan kuasanya dan menyuruh Sayuti yang mengabsenkan. Hari itu juga Sayuti tampak sibuk memilih-milih kartu di mesinabsensi.

Gusti yang mengetahui hal itu menanyakan untuk apa Sayuti memilih kartu-kartu tersebut. Dengan lugu Sayuti menjawab bahwa ia diberi tugas oleh Saodah untuk mengabsenkan dan agar tidak lupa maka ia memilih kartu-kartu tersebut lebih dulu. Gusti tidak menyadari kehadiran Pak Taka hingga saat Sayuti beranjak pergi dan berpamitan pada Pak Taka. Sayuti masuk toilet pria dan tiba-tiba mendengar suara ribut-ribut dari dalam kamar mandi. Ia terkejut saat membuka pintu kamar mandi ternyata di dalamnya penuh dengan para karyawan yang sebelumnya titip absen. Mereka merasa takut dan bersembunyi dikarenakan Pak Taka yang marah karena mengetahui perihal titip absen tersebut dan menghukum Gusti. Sayuti merasa lebih terkejut lagi saat membuka kamar mandi yang satunya dan medapati Saodah yang juga bersembunyi dari Pak Taka berada di dalamnya.

(19)

Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian kualitatif yang menggunakan metode analisis Semiotika diatas adalah bahwa penokohan yang di perankan oleh ketiga wanita dalam SITKOM OB tersebut adalah Steryotipe wanita yang sangat jelas dipresentasikan pada setiap peran wanita yang dilakonkan oleh Tika Panggabean bagaikan penguasa di Pantry HRD karena ialah yang paling tua. Ia seringkali menyuruh Mail, Sayuti, atau Susi untuk membelikannya makanan (dengan catatan memakai uang mereka).Kadang Ia memalak semua OB HRD untuk maksud tertentu. Tapi di depan suaminya, Odah bersikap sebagai istri yang baik dan perhatian, begitu juga dengan Winda viska sebagai Sascya Sekertaris Pak Taka yang kelewat polos. Meskipun ia sama sekali tidak bekerja dan hanya mengecat kuku ataupun menulis sesuatu yang tidak berguna dengan pulpen ungu kesayanganya, Pak Taka sama sekali tidak marah karena ia menyukai gadis ini. Meskipun sudah besar, Sascya masih memiliki Baby Sitter. Ia masih menyukai Gusti meski telah putus dan seringkali cemburu kalau melihat Gusti bersama cewek lain dan peran wanita teerakhir di lakoni oleh Olin mendeng sebagai Pegawai Cleaning Service yang terkenal cerewet dan biang gosip. Susi tergila-gila pada Sayuti sehingga rela melakukan apa saja. Dari ketiga peran wanita tersebut citra negatif wanita sangat jelas terlihat. Sitkom OB ini menggambarkan sebagai seorang yang kasar, ingin menang sendiri, bodoh, malas bekerja, dan wanita yang sangat mencintai pria sehingga lupa daratan dan rela menggunakan segala sesuatu untuk mndapatkan pria idamannya.

(20)

a. Isi

Karya desain komunikasi visual mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, serta merujuk bahwa teks desain komunikasi visual dan penyajian visualnya juga mengandung ikon terutama berfungsi dalam sistem non kebahasaan untuk mendukung pesan kebahasaan, maka pendekatan semiotika sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas karya desain komunikasi visual layak diterapkan dan disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya. Kata kunci: Semiotika, Analisis Tanda, Desain Komunikasi Visual. Sebagai bahasa, maka efektivitas penyampaian pesan tersebut menjadi pemikiran utama seorang pendesain komunikasi visual. Untuk itu, sang desainer haruslah: pertama, memahami betul seluk beluk pesan yang ingin disampaikannya. Kedua, mengetahui kemampuan menafsir, kecenderungan dan kondisi, baik fisik maupun jiwa dari manusia kelompok masyarakat yang menjadi sasarannya. Ketiga, harus dapat memilih jenis bahasa dan gaya bahasa yang serasi dengan pesan yang dibawakannya, dan tepat untuk dapat dibicarakan secara efektif (jelas, mudah, dan mengesankan) bagi si penerima pesan. Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di bidang informasi visual melalui lambang-lambang kasat mata, dewasa ini mengalami perkembangan sangat pesat. Hampir di segala sektor kegiatan, lambang-lambang, atau simbol-simbol visual hadir dalam bentuk gambar, sistem tanda, corporate identity, sampai berbagai display produk di pusat pertokoan dengan aneka daya tarik. Gambar merupakan salah satu wujud lambang atau bahasa visual yang di dalamnya terkandung struktur rupa seperti: garis, warna, dan komposisi.

(21)

memiliki karakteristik yang bersifat khas bahkan sangat istimewa untuk menimbulkan efek tertentu pada pengamatnya. Hal demikian ada kalanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa verbal. Dikatakan Umar Hadi (1993), sebagai bahasa, desain komunikasi visual adalah ungkapan ide, dan pesan dari perancang kepada publik yang dituju melalui symbol berujud gambar, warna, tulisan dan lainnya. Ia akan komunikatif apabila bahasa yang disampaikan itu dapat dimengerti oleh publik. Ia juga akan berkesan apabila dalam penyajiannya itu terdapat suatu kekhasan atau keunikan sehingga ia tampil secara istimewa, mudah dibedakan dengan yang lain. Maka dalam berkomunikasi, diperlukan sejumlah pengetahuan yang memadai seputar siapa publik yang dituju, dan bagaimana cara sebaik-baiknya berkomunikasi dengan mereka. Semakin baik dan lengkap pemahaman kita terhadap hal-hal tersebut maka akan semakin mudah untuk menciptakan bahasa yang komunikatif.

SEMIOTIKA/ILMU TANDA

(22)

juga dipandang sebagai tanda-tanda. Hal itu dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.

Ferdinand de Saussure merumuskan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak bisa dipisahkan - seperti halnya selembar kertas - yaitu bidang penanda (signifier) atau bentuk dan bidang petanda (signified): konsep atau makna. Berkaitan dengan piramida pertandaan ini (tanda-penanda-petanda), Saussure menekankan dalam teori semiotika perlunya konvensi sosial, di antaranya komunitas bahasa tentang makna satu tanda. Jadi kesimpulan Yasraf berdasar rumusan Saussure adalah satu kata mempunyai makna tertentu disebabkan adanya kesepakatan sosial di antara komunitas pengguna bahasa tentang makna tersebut. Sementara itu, Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar berbentuk rambu lalulintas, dan masih banyak ragamnya. Merujuk teori Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan Hamangkubuwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah ikon dari Pak Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Pak Sultan adalah ikon dari ibu jari Pak Sultan.

ANALISIS TANDA KARYA DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

(23)

indeks, simbol), teori Barthes untuk melihat kode: kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi dan kode kebudayaan, serta teori Saussure untuk melihat makna denotatif dan makna konotatif. Kemudian Judith Williamson dengan teori semiotika iklan terkait dengan peminjaman tanda dan kode sosial juga dimanfaatkan untuk memahami karya desain komunikasi visual yang menjadi contoh kasus dalam tulisan ini.

Di samping itu, tentunya penggunaan semiotika struktural dan semiotika pasca struktural menjadi pertimbangan khusus dalam pembahasan ini. Hal itu menjadi penting karena untuk kasus tertentu, semiotika struktural tidak bisa untuk menganalisa teks (karya desain komunikasi visual), ketika teks tersebut keluar dari kode yang berlaku. Dengan demikian, semiotika struktural yang stabil tidak bisa menjelaskan teks yang labil, untuk itu diperlukan semiotika pasca struktural.

Berikut ini pembahasan sebuah karya desain komunikasi visual dengan menggunakan semiotika sebagai metode analisis tanda:

Tanda verbal,

Teks berbunyi : Sebatang lidi menjadi kuat bila menjadi sapu. Sebuah bangsa menjadi kuat bila tetap bersatu.

(24)
(25)

berupa sapu lidi yang terdiri dari kumpulan berpuluh-puluh lidi yang dijalin menjadi sebuah sapu lidi dan berfungsi untuk membersihkan sesuatu dlm hal ini kotoran atau sampah- untuk dipinjamkan kepada ILM ini sebagai penegasan bahwa sebatang lidi jadi kuat bila menjadi sapu, maka sebuah bangsa pun menjadi kuat bila tetap bersatu.

Tanda visual berupa ikon sapu lidi juga menggunakan prinsip metafora. Arti dari prinsip metafora adalah meminjam tanda pada satu bidang ke bidang lain secara langsung. Dalam hal ini terlihat bahwa peminjaman tanda ikon sapu lidi memberikan arti bahwa sapu lidi merupakan jalinan atau bersatunya puluhan batang lidi. Bersatunya lidi tersebut dipinjam sebagai tanda yang memberikan arti kiasan dari bersatunya berbagai macam manusia yang bernaung dalam sebuah bangsa. Dengan demikian, bersatunya lidi dipinjam kodenya untuk menjelaskan bersatunya manusia. Tanda verbal berupa teks bergaya pantun mengandung makna konotasi. Struktur sintaksis berupa sintaksis kalimat bernada ajakan atau himbauan. Artinya, dengan mengacu pada bersatunya batang-batang lidi menjadi sapu dan mampu menyapu atau membersihkan segala kotoran yang ada di lingkungan kita, maka diharapkan kita sebagai sebuah bangsa selalu berupaya bersatupadu agar bangsa ini senantiasa kuat. Dalam konteks Pemilu (Pemilihan Umum), pesan ILM tersebut adalah, jika rakyat bersatu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warganegara, maka Pemilu yang bermuara pada pemilihan wakil rakyat di DPR-MPR yang dipercaya untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dapat dilaksanakan dengan baik.

(26)

tanda tersebut. Dengan demikian, kesimpulan dari ILM ini adalah tanda bermakna sebagai metafora persatuan.

b. Kesimpulan

Pesan yang terdapat pada berbagai karya desain komunikasi visual adalah pesan yang disampaikan kepada khalayak sasaran dalam bentuk tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal didekati dari ragam bahasa, gaya penulisan, tema dan pengertian yang didapatkan. Tanda visual dilihat dari cara menggambarkannya, apakah secaraikonis, indeksikal, atau simbolis. Penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuandalam hal ini desain komunikasi visual - dimungkinkan, karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Artinya, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana social.

Bertolak dari pandangan semiotika tersebut, jika sebuah praktik social dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya termasuk karya desain komunikasi visual dapat juga dilihat sebagai tanda-tanda. Hal itu menurut Yasraf Amir Piliang dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. Mengingat karya desain komunikasi visual mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, serta merujuk bahwa teks desain komunikasi visual serta penyajian visualnya juga mengandung ikon terutama berfungsi dalam sistem-sistem non kebahasaan untuk mendukung pesan kebahasaan, maka pendekatan semiotika sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas karya desain komunikasi visual layak diterapkan dan disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya.

3. Semiotika Iklan Sosial (bagian III) Analisis Semiotika Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Membaca versi Seekor Unta (Kompas, 31 Desember 1996)

(27)

Tanda Verbal:

Headline :Mau pintar tanpa perlu membaca? Jadilah seekor unta.

Teks : Sebuah perumpamaan klasik mengatakan: Membaca adalah sumber pengetahuan. Nilainya ibarat seteguk air bagi tubuh kita . Memang benar. Dan tak ada satu manusia pun di dunia ini bisa jadi pintar tanpa membaca. Termasuk mereka yang tergolong jenius sekali pun. Hanya dengan memiliki kebiasaan membaca seperti kebiasaan minum air setiap hari, kita bisa membuat pikiran kita terus hidup dengan pengetahuan. Kecuali, bila kita adalah seekor unta yang sanggup bertahan hidup berhari-hari tanpa minum.

Closing Word :Membaca setiap hari, seteguk pengetahuan bagi kehidupan kita.

Tanda Visual : Ikon seekor unta yang memakai kacamata dan berdasi. Idiom estetik yang digunakan adalah idiom estetik parodi dan personifikasi.

(28)
(29)

ILM yang dicetak dengan warna hitam putih dengan teknik positif negatif ini mampu bersaing di antara deretan kolom surat kabar harian Kompas yang berisi susunan huruf. Dengan dominasi blok hitam sebagai latar ILM dan headline berwarna putih mampu menarik perhatian pembaca untuk mencermati ILM yang dikemas dengan idiom estetik parodi. Berdasarkan tanda verbal dan tanda visual maka bisa dicermati pesan ILM tersebut dengan bantuan kode hermeneutik, kode simbolik, kode narasi, dan kode kebudayaan.

Kode hermeneutik terlihatpada aspek pertanyaan, teka-teki, dan enigma. Ketiga aspek kode hermeneutik itu tampak pada headline yang berbunyi: Mau pintar tanpa perlu membaca? . Kalimat tersebut bernada pertanyaan, sekaligus teka-teki, dan enigma. Sebab jika headline itu dikupas lebih jauh, akan menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin kita bisa pintar tanpa membaca. Kemudian kalimat di bawahnya seolah-olah berbentuk jawaban tetapi masih merupakan teka-teki: Jadilah seekor unta . Kalimat tanya yang dimunculkan oleh headline dan jawaban dari kalimat tanya itu masih merupakan enigma dan tidak ada korelasi antara yang satu dengan lainnya.

Kegamangan dari enigma headline tersebut baru terjawab ketika menyimak teks berbunyi: Hanya dengan memiliki kebiasaan membaca seperti kebiasaan minum air setiap hari, kita bisa membuat pikiran kita terus hidup dengan pengetahuan. Kecuali, bila kita adalah seekor unta yang sanggup bertahan hidup berhari-hari tanpa minum . Makna konotasi dari tanda verbal tersebut, wawasan dan tingkat intelektualitas kita rendah ketika tidak mempunyai kebiasaan membaca.

(30)

dahulu, bersenang-senang kemudian. Visualisasi ikon seekor unta tersebut merupakan personifikasi dari seorang intelektual, kaum profesional yang mempunyai wawasan dan kepandaian yang mumpuni. Kacamata dan dasi yang dijadikan atribut unta merupakan parodi dari mitos kepandaian, intelektualitas, modern, dan profesionalisme.

Kode simbolik terlihat pada aspek kemenduaan, pertentangan dua unsur dan kontradiksi. Ketiga aspek kode simbolik itu bisa diterapkan pada sifat kontradiksi dari headline berbunyi: Mau pintar tanpa perlu membaca? . Pertentangan dua unsur atau kontradiksi ini terlihat pada kata mau pintar , dengan kata tanpa perlu membaca .

Kode narasi yaitu kode yang mengandung cerita, terlihat dari keseluruhan tanda verbal ILM tersebut, terutama pada teks.

Kode visual narasi terkandung pada tanda visual berupa ikon seekor unta. Keberadaannya menceritakan tentang mitos unta yang diyakini sebagai binatang yang bodoh, tetapi ia mau belajar dari pengalaman. Ketika ia berjalan di belantara padang pasir, ia tidak akan terperosok pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Makna konotatifnya, ia mau belajar dengan mata batinnya. Ketika mitos unta itu diparalelkan dengan manusia yang mempunyai akal dan budi, akankah hal itu terjadi?

Kode kebudayaan nampak pada aspek mitos dan pengetahuan. Mitos unta diyakini oleh masyarakat Timur Tengah sebagai binatang padang pasir yang selalu belajar dari pengalaman. Sebab sebodoh-bodohnya unta, ia tidak akan pernah terperosok dalam lubang yang sama. Makna konotasinya, jika manusia dalam kehidupan kesehariannya selalu mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan, berarti ia lebih tolol dari seekor unta. Makna konotasi dari mitos unta tersebut sebenarnya sudah tersirat dalam headline yang berbunyi:

(31)

Aspek pengetahuan tersirat pada closing word: Membaca setiap hari, seteguk pengetahuan bagi kehidupan kita yang diperjelas dengan teks yang terdapat pada ILM tersebut.

Tanda visual yang ditampilkan dalam ILM ini adalah ikon seekor unta. Visualisasi tanda visual tersebut menggunakan idiom estetik parodi dan personifikasi. Ikon seekor unta itu memparodi manusia yang terjebak budaya jalan pintas, dan budaya yang menisbikan proses, termasuk di antaranya budaya membaca. Meski pun si unta itu didandani dengan kacamata dan berdasi yang merupakan personifikasi dari mitos kepandaian, modern, profesionalisme, dan wawasan yang jembar, tetapi ia tetap kelihatan bodoh dari ekspresi wajahnya yang nyengir dan melongo. Tanda visual tersebut mempertegas teks yang berkonotasi pembenaran bahwa tidak ada satu manusia pun di dunia ini bisa pintar tanpa membaca.

b. Kesimpulan

(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang meneggambarkan dari mana sudut masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995 : 189)

Adapun kerangka teori yang relevan dengan penelitian ini adalah : Analisisi Semiotika, Analisis Semiologi Roland Barthes, komunikasi Massa, Media Massa Televisi, Eksploitasi anak.

G. Analisis semiotika

Secara etimologis istilah semiotika berasal dari kata yunanisemeionyang artinya tanda . Tanda itu sendiri didefenisikan sebagai suat atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya , dapat dianggab mewakili sesuatu yang lain. Secara terminologis semiotic dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.

(33)

hendaknya menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan umum tentang tanda, yang disebut semiologi.

Saussure dalamm Sobur (2004:96) berpandangan bahwa fenomena (sosial) ada diluar individu. Ketika individu lahir berarti ia terlempar dalam suatu fenomena yang sudah ada, yang bukan ciptaanya, sesuatu yang diterima begitu saja dan mengendalikan perilaku individu agar sesuai dengan standard masyarakat. Gagasan ini mendasari penelitian Saussure tentang bahasa dapat dilihat sebagai fenomena yang terlepas dari penggunaan penuturannya karena bahasa tersebut adalah sesuatu yang diterima begitiu saja dari generasi yang sudah ada. Bahasa bukan ciptaan individu itu. bahasa adalah fakta sosial yang mau atau tidak mau harus diarungi individu. Individu terperangkap dalam sistem bahasa, terperangkap karena tidak ada piihan lain lagi bagi pemakai untuk berkomunikasi. Saussure membayangkan ada suatu ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam masyarakat. Di dalamnya akan dipelajari elemen-elemen tanda serta kaidah-kaidah yang mengaturnya, ilmu ini disebut semiologi. Semiologi didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna dan berfungsi sebagai tanda, maka hal itu berarti berada dalam suatu sitem pembedaan dan konvnsi yang melatar belakanginya.

(34)

manusia adalah (juga) sebuah tanda . Walaupun pernyataan awal Pierce ini cukup provokatif tetapi pengembangan teori tanda selanjutnya justru lebih membumi. Kalau Sassure menghindari apa yang disebutreferenatau objek (materi) dalam system signifikasinya, Pierce menerima referen sebagai bagian dari teori tandanya . pierce menawarkan model tradic dalam menguraikan tanda(action of sign).Proses ini meliputiRepresentamenatau objek yang dapat diserap. Tokoh-tokoh lain menyebutkan Symbol (langer) atau signifier (Saussure). Object, sebagai sesuatu yang direpresentasikan oleh tanda (Preminger, 2001dalam sobur 2004:96).

Berikutnya adalahinterpretant,istilah Pierce untuk makna sebuah tanda. Pada dasarnya, semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat diperekan dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan antara lima istilah:

S adalah untuk semiotic relation ( hubungan semiotik); s untuk sign (tanda); i untuk interpreter (penafsir); e untuk effect atau (misalnya suatu dispossisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap terhadap r pada kondisi-kondisi tertentu c karena s); r untuk reference (rujukan); dan c unutuk context ( konteks) atau conditions (kondisi). Begitulah semiotika berusaha menjelaskan esensi, cirri-ciri, dan bentuk suatu tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya (Sobur, 2004:17).

1. Tanda

Tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara sesuatu dbjek atau ide dan

(35)

berurusan dengan symbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, study tentang semiotika merujuk kepada semiotika.

Daniel Chandler dalam Semiotics for Beginner menguraikan pemahaman tanda :

Kita adalah spesies yang digerakkan oleh hasrat untuk membuat makna. Kita adalah homo significans-sang pembuat makna. Kita membuat makna dengan kreasi dan interpretasi kita terhadap tanda. Bahkan menurut Pierce: kita berfikir hanya dalam tanda . Tanda bisa berbentuk kata-kata, gambar-gambar, suara-suara, aroma, gerakan, atau objek, namun kesemuanya tidak memilliki makna didalamnya hanya akan menjadi tanda jika kita memberikan makna. tidak ada tanda sampai ia ditafsirkan sebagai tanda cetus pierce. Semua bisa menjadi tanda sejauh seseorang menafsirkannya sebagai sesuatu yang menandai suatu objek merujuk pada atau mewakili yang lain diluar dirinya. Kita menafsirkan sesuatu sebagai tanda umumnya secara tidak sadar dengan menghubungkannya dengan suatu sistem yang paling kita akrabi hasil konvensi. Arti tanda inilah yang menjadi inti perhatian semiotika (Birowo, 2004:44).

Kajian semiotika melakukan penafsiran terhadap tanda itu dalam suatu system makna yang ada disekitarnya (bisa disebut sebagai budaya dimana tanda itu tumbuh dan berada). Dengan demikian ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam kajian semiotic, yakni : (1) tanda, (2) system tanda, (3) budaya dimana system tanda itu beroperasi.

(36)

(significant) norma atau citra tanda tersebut, misalnya: tulisan di kertas, atau suara di udara, dan the signified (signifie)-konsep yang direpresintasikan atau konsep mental (Fiske, 2008:65).

Sebuah tanda pastilah memiliki penanda dan petanda. Bagi Saussure, penanda dan petanda adalah murni psikologis. Psikologis dalam arti: tanda linguistic bukanlah penghubung antara sebuah nama, tetapi antara sebuah konsep dengan sebuah pola suara (sound-pattern atau image acoustique). Pola suara adalah kesan psikologis dari sang pendengar terhadap suatu suara. Saussure lebih fokus pada tanda linguistik (misalnya kata ) dan dia lebih mengutamakan suara sebagai sentral (phonecentricaly) kata yang diucapkan (spoken word). Saussure memandang tulisan sebagai sistem tanda yang nomor dua, artinya sebagai tanda turunan atau bukan yang utama. Yang utama adalah pola suara. Model tanda Saussure menunda kehadiran referen, dimana modl tanda ini hanya merujuk pada konsep bukan benda.

Saussure dalam Birowo (2004:48) menyatakan bahwa istilah penanda dan petanda bisa membantu menengarai distingsi yang memisahkan satu dengan yang lainnya. Namun Saussure juga menekankan bahwa suara dan pikiran tersebut (atau penanda dan petanda) sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan seperti dua sisi selembar kertas yang terkait intim dan saling tergantung. Berikut ini adalah contoh hubungan penanda dan petanda dalam tampilan gambar yang dihasilkan melalui kerja di televisi:

Penanda (Pengambilan Gambar) Definisi Petanda

Close up Hanya wajah Keintiman

(37)

Long Shot Setting dan karakter Kontes, skope, jarak, public

Full Shot Seluruh tubuh Hubungan

Sumber: Media analysis Technique, Arthur Asa Berger (2000) dalam Birowo, (2004:48)

Sebuah teks, apakah itu surat cinta, makalah, iklan, cerpen, puisi, pidato, poster politik, komik, kartun, dan semua hal yang mungkin menjadi tanda bisa dilihat dalam aktifitas penanda: yakni suatu proses signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan interpretasi. Tanda, dalam pandangan Pierce, adalah sesuatu yang hidup dan dihidupi (Cultivated). Ia hadir sebagai proses interpretasi (semiosis) yang mengalir.

Berdasarkan objeknya Pierce (Fiske, 2008:69) membagi tanda atasicon (ikon),index (indeks), dan symbol (simbol). Icon adalah tanda yang dihubungkan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk ilmiahnya. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya, potret dan peta. Index adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanada yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tanda adaya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti ini adalah tanda konvensional yang biasa disebut symbol. Jadi, symbol adalah tanda yang menunjukkan hugungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi perjanjian) masyarakat.

2. Signifikasi: Denotasi, Konotasi, Mitos

(38)

First order of signification adalah denotasi, sedangkan konotasi adalah two order signification. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda tersebut muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada tanda (yang kemudian dianggap sebagai penanda). Pemaknaan baru inilah yang kemudian menjadi konotasi.

a. Denotasi

Interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan antasa sign dengan referen dalam realitas eksternal. Denotasi dijelaskan sebagai makna sebuah tanda yang defesional, literal, jelas (mudah dilihat dan dipahami) atau Commonsense . Dalam kasusu tanda linguistic, makna denotasi adalah apa yang dijelaskan dalam kamus.

b. Konotasi

Interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca/pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif . Istilah konotasi, merujuk pada tanda yang memiliki asosiai sosio-kultural dan personal. Ini biasanya berkaitan dengan kelas, umur, gender, etnik, dan sebagainya dari sang penafsir. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi.

(39)

menggunakan alas kaki. Foto ini dicetak dalam dua bentuk, yang pertama dicetak dengan warna sedangkan yang satu dicetak dengan hitam putih. Dalam hubungan denotasi, makna yang diterima dari kedua foto tersebut sama karena objeknya sama. Sedangkan konotasi, makna yang muncul berbeda antara foto satu dengan yang lainnya. Foto yang menampilkan warna-warna cerah mengesankan keceriaan, keriangan masa kanak-kanak. Sedangkan foto hitam putih terkesan klasik, suram, sepi dan penderitaan.

Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri. Selain denotasi dan konotasi dalam tatanan simbolik menurut Barthes, ada satu bentuk penandaan yang disebut sebagai mitos. Mitos muncul pada tatanan konsep mental suat tanda. Mitos bisa dikatakan sebagai ideology domain pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi memiliki potensi untuk menjadi ideology, Barthes menyebut konsep ini sebagai myth(mitos)

c. Mitos

(40)

H. Analisis Semiologi Roland Barthes

Salah satu pengikut Saussure, Roland Barthes adalah orang pertama kali yang menyusun model skematik untuk menganalisis negosiasi dan gagasan makna interaktif antara pembaca, penulis dan teks. Ketika Saussure menekankan pada teks semata, Barthes menekankan pada cara tanda-tanda di dalam teks berinteraksi dengan pengalaman personal dan cultural penggunanya dan memperhatikan konvensi pada teks yang berinteraksi dengan konvensi pada teks yang berinterakasi dengan konvensi yang dialami (Kriyanto,2006:268). Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of sifnification) seperti terlihat dalam gambar tersebut :

1. Signifer 2. Signified

3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)

4. Connotative Signified (Penanda Konotatif)

5. Connotative Signified ( Petanda Konotatif)

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)

Gambar 1 Peta Tanda Roland Barthes

(41)

kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan dan emosi pembacanya serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya. Jika teori ini dikaitkan dengan sinetron Buku Harian Baim yang ditayangkan dalam televisi maka lewat setiap tanda dalam iklan tersebut akan diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna konotatif yang didaptkan pada signifikasi tahap kedua.

Dalam kerangka Barthes (Sobur, 2004:71) konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos , dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai domain yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Ia memanfaatkan ideologi dengan mitos karena, baik di dalam mitos maupun ideology, hubungan antar penanda konotatif dengan petanda konotatif terjadi secara termotivasi. Barthes juga memahami ideology sebagai kesadaran palsu yang membuat orang hidup di dalam dunia imajiner dan ideal, meski realitas hidupnya yang sesungguhnya tidaklah demikian. Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya Barthes berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan mewujudkan dalam teks-teks dan dengan demikian ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting, seperti tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Teks yang dimaksud adalah dalam arti luas. Teks tidak hanya berartti berkaitan dengan aspek linguistik saja. Semiotika dapat meneliti teks dimana tanda-tanda terkondisifikasi dalam sebuah system. Dengan demikian, semiotika dapat meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi, dan drama.

(42)

mitos-mitos dan ideologi yang dibangun melalui sinetron Buku Harian Baim yang ditayangkan di televisi.

I. Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media massa tersebut menjadi media utama dalam proses komunikasi antara komunikator dengan komunikannya.

Joseph A Devito (Nurudin, 2004:10) merumuskan bahwa komunikasi massa yaitu: pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa atau barangkali akan lebih mudah atau lebih logis bila di defenisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film,buku dan vita film. Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (Nurudin, 2004:10) disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonym, dan heterogen.

Berdasarkan defenisi komunikasi masaa yang ditemukan oleh para ahli komunikasi diatas tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan defenisi satu dengan yang lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai komunikasi massa. Bahkan secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula cirri-ciri komunikasi massa yaitu:

(43)

3. Pesanya bersifat umum;

4. Komunikasinya berlangsung satu arah;

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan;

6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis; dan

7. Komunkasi massa dikontrol olehgatekeeper(Nurudin,2004)

Saat ini suatu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam masyarakat modern adalah keberadaan media massa. Media massa telah menjadi segalanya bagi masyarakat kebanyakan media massa digunakan sebagai sumber hiburan dan informasi utama karena mudah di dapat dan praktis, cukup pilih stasiun media massa yang kita suka dan berbagai informasi sudah bisa kita dapat mulai dari politik, kriminallitas, acara music, sinetron, kuis, gosip dan masih banyak lagi acara di televisi yang membuat masyarakat ketergantungan terhadap media massa.

Ketergantungan yang tinggi pada media massa tersebut akan mendudukkan media sebagai alat yang akan ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat. Misalnya bagaimana corak pakaian yang harus dipakai masyarakat, atau bagaimana cara berbelanja yang baik dan efisien, semua itu ditentukan media massa. Akan arti penting dari media massa, dennis McQuail (1987, dalam Nurudin,2003:31) pernah menyodorkan beberapa asumsi pokok:

(44)

2. Media massa adalah sumber kekuatan, alat control, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan dan sumberdaya lainnya.

3. Media merupakan lokaso (atau norma) yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bersifat nasional maupun internasional.

4. Media sering berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber domain bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai penilaian normative yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Inilah beberapa asumsi yang dikemukakan Dennis McQuail tentang peran media ditengah kehidupan masyarakat saat ini.

J. Media Massa Televisi

(45)

dan bisa dilihat di tempat lain melalui sebuah alat atau perangkat meskipun dalm keadaan jauh.

Televisi ditemukan pada tanggal 25 Agusstus 1900 di kota Paris saat terjadi pertemuan para ahli bidang elektronikadari beberapa Negara. Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik. Dan televisi juga dilengkapi dengan stasiun yang sangat menarik dan sajian acara yang di hadirkan juga menarik dan beragam yang dapat memanjakan mata penontonnya.

Peran Televisi sekarang ini sangat penting, karena kebanyakan masyarakat menggunakan TV sebagai alat pemenuhan kebutuhan akan informasi. Televis sekarang bukan lagi barang mewah yang sulit dijumpai di rumah penduduk yang sederhana sekalipun. Karna TV sudah menjadi kebutuhan primer dalam pemenuhan Informasi dan hiburan. Fungsi Televisi hampir sama dengan fungsi media massa lainnya(Surat kabar dan Radio). Fungsi utama televise adalah sebagai alat informasi, mendidik,menghibur, dan membujuk. Media Televisi memiliki karakteristik yang mampu membedakannya dengan media massa lainnya, yaitu :

1. Bersifat Audiovisual 2. Berfikir dalam gambar

(46)

Televisi adalah media massa yang paling menarik secara penampilan, harganya murah, bisa dilihat dan didengar, dan yang paling penting informasi yang didapat cepat dan sangt beragam.

Televisi merupakan salah satu media massa yang paling efektif dan mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesan-pesan dibandingkan media massa lainnya karena:

1. Medium telefisi selain menyampaikan suara juga gambar secara bersamaan/sinkron

2. Siaran televisi merupakan perpaduan antara medium radio dan medium film yang sama-sama telah merebut hati dunia.

3. Sebagai produk teknologi elektronika/teknologi mutahir, perkembangan televisi sangat didukung oleh kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh teknologi elektronika itu sendiri, yang akhir-akhir ini berkembang dengan sangat cepat.

4. Sebagai media audio visual, televisi mempunyai nilai aktualitas sangat tinggi, yang memungkinkan segala kejadian di muka bumi bahkan di ruang angkasa dapat berlangsung dilihat oleh penonton televisi di berbagai tempat di bumi ini atau di ruang angkasa.

(47)

Televise sebagai media massa memiliki 5 (lima) fungsi utama, yaitu :

1. Pendidikan

Televisi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menyiarkan acara-acara pendidikan kepada khalayak. Bentuk tayangan disajikakn dalam bentuk dan simltan.

2. Informasi

Telebisi dianggap mampu sebagai media yang menyampaikan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini disebabkan pula oleh dua faktor yang terdapat pada media massa audio visual. Pertama adalah faktor langsung dan dekat dan kedua faktor kenyataan

3. Hiburan

Selain dari kedua fungsi diatas, fungsi lain yang melekat pada televisi yang erat dan dominan adalah fungsi hiburan (Effendy, 1991 : 24). Masyarakat masih beranggapan televise sebagai media mempererat keintiman keluarga

4. Iklan

Televisi sebagai mediaperiklanan. Fungsi televisi sebagai media iklan adalah media yang berfungsi tentang produk-produk baru atau hal-hal baru, baik yang bersifat komersil atau non komersil (jeffkins, 1997:46)

(48)

Televisi berfungsi sebagai media pengawasan atau seleksi menuju pada pengumpilan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita (Nurdin,2003:75)

Pengaruh media massa khususnya televisi terhadap masyarakat tidak terlepas dari pengaruh dan kodisi lingkungan dan sosial juga apa yang sering ditonton dalam keluarga dan apa yang ditonton tentu akan berdampak sedikit demi sedikit dalam keluarga tersebut dan pada akhirnya televisi akan berdampak bagi masyarakat penonton baik pengaruh positif atau pengaruh negatifnya.

Siaran televisi secara umum dapat dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu : siaran berita (news), siaran non berita (non news) seperti talk show, kuis, reality show dan lain sebagainya dan siaran iklan (advertising). Televisi sebagai media yang sangat efektif untuk sosialisasi masih berkutat pada kegiatan kegiatan yang bersifat karitas dan fundraising. Walaupun televisi mengusung kebebasan pers, nsmun tetap memiliki tanggung jawab moral untuk menyelaraskan produksi kreativitas daengan kebutuhan pembangunan watak masyarakat dan bangsa secar umum. Kebebasan pers yang diusung oleh televisi tidak boleh bertentangan dengan moralitas, karena Negara kita berazaskan pancasila yang memuat nilai religious dan moraltas (Irvan, 2006:9).

K. Eksploitasi anak

Mengenai hak-hak anak telah tercantum dalam konverensi PBB Tahun 1989, khususnya dalam butir 22 yaitu Hak atas Perlindungan dari Eksploitasi Ekonomi .

(49)

atau pihak lain maupun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan :

a. Diskriminasi, adanya tindakan tidak adil pada diri anak tersebut, misalnya tidak memberikan pendidikan yang layak minimal sekolah Dasar (SD)

b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual. Bentuk eksploitasi ini seperti mempekerjakan anak yang dibawah umur dan juga mencabuli anak dibawah umur.

c. Penelantaran yaitu bentuk tidak bertanggung jawabnya seorang orangtua atau wali anak tersebut sehingga anak tersebut tidak mendapatakan kehidupan yang layak, bahkan kebuatuhan pokok seperti rmah dan makanan pun tidak tersedia.

d. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan. Ini adalah tindakan kriminal yang kerap menimpa anak-anak. Sehingga dapat mengganggu perkembangan fisik bahkan mental seorang anak.

e. Ketidakadilan, dimana seorang anak tidak dipenuhi kebutuhan pokoknya, seperti makana, rumah bahkan pendidikan.

f. Perlakuan salah lainya.

Menurut Undang-Undang ini, perlakuan eksploitasi, misalnya tindakan atau perbuatan memperalat, memanfaatkan, atau memeras anak untuk memperoleh keuntungan pribadi, keluarga, atau golongan.

(50)

a. Anak di bawah umur tidak boleh ditanya mengenai hal-hal di luar kapasitas anak untuk menjawabnya (misal: tentang kematian orangtua, tentang perceraian orangtua, dan sebagainya).

b. Izin dari orang tua atau wali harus didapat sebelum mewawancarai anak.

c. Materi siaran yang menyangkut anak-anak harus mempertimbangkan keamanan anak dan masa depan anak.

d. Anak yang terkait permasalahan dengan polisi atau proses pengadilan, terlibat dengan kejahatan seksual atau korban dari kejahatan seksual harus disamarkan atau dilindungi identitasnya.

Dalam P3SPS sangat tidak memberi jawaban bagi persoalan penggunaan anak sebagai pemeran dalam sinetron khususnya karena dalam P3SPS hanya mengatur pedoman penyiaran bagi anak yang menjadi narasumber dalam acara televisi, sedangkan ketrerlibatan anak dalam acara televisi sudah jauh dari yang diperkirakan pemerintah dimana anak sudah dijadikan pemeran utama dalam sebuah film, yang tentunya sangat berdampak bagi kondisi anak dari segi apapun.

(51)

L.

Dalam sebuah keluarga, anak adalah calon generasi penerus yang harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin. Pribadi seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh pola asuh keluarga yang diberikan sejak dini. Karena itulah, orang tua harus berhati-hati dalam memberikan pendidikan apapun terhadap anak-anak.

1. Macam-Macam Pola Asuh Keluarga pada Anak

Menurut beberapa ahli, pola asuh anak dibagi menjadi beberapa bagian :

Otoriter

Pola asuh keluarga otoriter cenderung memiliki banyak peraturan. Orang tua umumnya sangat membatasi anak-anak mereka dalam segala hal. Tak hanya dalam hal negatif, kadang untuk hal yang positif pun, gerakan anak-anak benar-benar dibatasi. Dalam pola asuh seperti ini, komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu dari orang tua pada anak, sedangkan si anak tidak diperkenankan bicara atau mengeluarkan pendapat. Orang tua kerap memberikan banyak aturan yang bersifat memaksa, bila dilanggar maka akan ada hukuman. Akibat dari pola asuh keluarga seperti ini adalah anak menjadi tidak bebas, suatu saat akan menjadi pemberontak. Bahkan, bukan tidak mungkin pribadi anak akan menjadi kacau, negatif, dan bisa meniru orang tuanya.

Demokratis

(52)

kebebasan tapi tidak bersifat mutlak, peran orang tua masih sangat tinggi sehingga anak-anak pun tidak akan kebablasan dalam bertindak.

Tidak seperti tipe otoriter, komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dua arah. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya kesalah pahaman antara orang tua dan anak. Anak mengerti apa keinginan orang tua, orang tua pun mengerti tentang sejauh mana kebutuhan dan kemampuan anaknya.

Permisif

Pola asuh keluarga tipe ini benar-benar sangat longgar. Anak-anak diberi kebebasan untuk melakukan apa saja dan orang tua hampir tidak melakukan pengawasan terhadap mereka.

Sekalipun anak melakukan kesalahan atau mendekati hal yang berbahaya, orang tua cenderung tidak menegur mereka.Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa macam hal, misalnya orang tua yang terlalu sibuk bekerja, atau orang tua yang terlalu sayang hingga memanjakan anaknya.

Anak memang suka kebebasan, namun pola asuh seperti ini jelas tidak terlalu baik untuk membentuk pribadi seorang anak, karena anak umumnya masih sangat labil dan butuh tuntunan orang tua. Bila terlalu dibebaskan, mereka akan tumbuh menjadi anak manja, tidak suka bekerja keras, dan tidak akan sukses di tengah-tengah masyarakat.

Menelantarkan

(53)

kebutuhan anaknya, sehingga anak benar-benar ditelantarkan bahkan seperti orang lain saja. Anak yang mendapat pola asuh keluarga seperti ini tidak akan memiliki masa depan yang baik, kecuali mereka memberontak dan mencari jalan hidup sendiri sesuai kebutuhan mereka dengan bantuan orang lain.

2. Tips Mendidik Anak

 Usahakan untuk selalu menanamkan ajaran agama pada anak-anak sejak dini. Pola

asuh keluarga berbasis agama dinilai sebagai pendidikan paling baik sampai saat ini.

 Anak akan meniru orang tua, jadi sebaiknya orang tua pun harus menjadi teladan yang

baik. Jika ingin memiliki anak yang berperilaku positif, orang tua pun harus menjauhi segala hal yang negatif.

 Menjalin komunikasi antara orang tua dan anak adalah hal yang sangat penting. Hal

ini agar terjadi saling pengertian dan tidak menimbulkan salah paham.

 Orang tua wajib memberikan aturan-aturan tertentu agar anak tidak terlalu

dibebaskan, namun aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan atau kebutuhan anak, sehingga anak pun tidak merasa berat dan terbebani.

 Hukuman memang boleh diberikan, bahkan dianjurkan agar si anak menjadi jera.

(54)

BAB III

METODOLOGI

A. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Sesuai dengan paradigm kritis, analisis semiotika bersifat kualitatif. Jenis penelitian ini memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasiinterpretasi alternative (sobur, 2004:147). Selain itu penelitian ini juga bersifat subjektif dan sangat mengandalkan kemampuan peneliti dalam menafsirkan teks yang dikaitkan dengan nilai-nilaiideologi, budaya, moral, dan spiritual.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelin ini adalah sinetron Buku Harian Baim yang diperankan oleh Ibrahim Alkariti sebagai aktor utama dalam sinetron ini, anak berusia 4 tahun ini bermain dengan professional walaupun seharusnya anak seusianya seharusnya bermain bukan bekerja layaknya orang dewasa. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif . Tipe penelitian ini diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan informasi, dari kondisi yang sewajarnya dalam kehidupan suatu objek yang dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis (Nawawi, 1995:209).

(55)

akan diteliti tentunya sangat berkaitan dengan adegan Baim dalam sinetron tersebut sehingga kita mudah menganalisis makna dari pemaknaan yang disampaikan lewat gambar tersebut.

Dipilihnya sinetron Buku Harian Baim ini menjadi subjek penelitian peneliti karena sinetron ini adalah sinetron Streaping dimana pemain harus bekerja keras syuting sepanjang hari dan setiap hari untuk memenuhi stok episode sinetron yang akan ditayangkan hari berikutnya,jadi secara tidak langsung pemeran utama dalam sinetron ini yaitu Baim sudah tidak lagi bekeja dalam porsinya bagaiman yang sudah diatur pemerintah dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pada pasal 13 tercantum setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain maupun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan. Meskipun sinetron ini mendapatkan share tinggi karena kelucuan acting Baim namun kondisi psikologis Baim sebagai balita juga harus diperhatikan karena belum saatnya anak sekecil itu dituntut untuk bekerja sepanjang hari. Dan dalam hal ini juga membuat penulis semakin tertarik untuk meneliti sinetron ini untuk melihat adakah indikasi eksploitasi didalamnya.

3. Unit dan Level Analisis

Unit yang dianalisis adalah gambar-gambar potongan sinetron Buku Harian Baim yang terpilih yaitu sebanyak tiga puluh potongan gambar. Dan selanjutnya akan dianalisis dalam llevel denotasi dan konotasi sesuai dengan konsep Roland Barthes yaitu signifikasi dua tahap (two order of signification).

4. Kerangka Konsep

Gambar

gambar yang dihasilkan melalui kerja di televisi:
Gambar 1 Peta Tanda Roland Barthes
Gambar 2 : gambar potongan sinetron Buku Harian Baim pada  Jum�at 26-2-2010
Gambar 2 : gambar potongan sinetron Buku Harian Baim pada Jum�at 29-1-2010
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan simpulan yang diperoleh meliputi jenis kesulitan siswa dalam materi persamaan garis lurus adalah (1) kesulitan dalam kemampuan menerjemahkan (linguistic

Dalam hal ini peneliti ingin memberikan gambaran tentang persepsi pengguna terhadap perpustakaan sebagai jasa penyedia informasi khususnya Perpustakaan Kelurahan Ngagel Rejo

Ketujuh ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi pernah diteliti oleh Wigati (2014) dimana hasil penelitian yang didapat adalah ukuran perusahaan memperkuat hubungan antara

Dari hasil pengamatan mikroskopis dengan menggunakan mikroskop cahaya menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terlihat adanya penumpukan darah (hiperemi) di dalam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada tanah sawah Kelurahan Paccinongan Kecamatan Sombaopu Gowa, mengandung logam berat yang melebihi

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Mengenai nilai kepercayaan dan tolong menolong dalam Alqur’an surah Al-Baqarah ayat 282 pada sistem akad wadiah di BMT Manarul Qur’an Lumajang,

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan data primer dengan memberikan kuesioner kepada masyarakat di kecamatan Rappocini Kota Makassar, dengan

Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami ISPA dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Ruang Anak RSU Bangil