UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA DAN PENDAPATAN PER KAPITA TERHADAP KREDIT KONSUMSI PADA BANK UMUM PEMERINTAH DI
SUMATERA UTARA.
DIAJUKAN OLEH :
NAMA : RAHMAD KHADAFI NIM : 040501078
JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
This research titled is “Analyze Influence of Interest Rate of Credit and Income Per Capita to Consumption Credit In General Bank of Government In North Sumatera”. This research uses annual data during 1992 until 2006 which employ econometric model and using statistical analyze tools, named Ordinary Least of Square (OLS). The purpose of this research is to know how big the influence of interest rate of credit and income per capita to consumption credit in general bank of government in North Sumatera. The variable used are rate of interest consumption credit (X1) and income per capita (X2).
The result from estimation of two variables shows that variables significant to consumption credit in general bank of government in North Sumatera. Determinan cooficient value equal to 0.90 describe that independent variable together give an influence to dependent variable equal 90% and 10% describe by other variable which not include in to the model or caused by disturbance error.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ”Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Per Kapita terhadap Jumlah Kredit Konsumsi Pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data tahunan dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 yang menggunakan model ekonometrik dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistic yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suku bunga kerdit dan pendapatan perkapita tersebut. Variabel-variabel yang digunakan adalah Suku Bunga Kredit (X1) dan Pendapatan Per Kapita (X2).
Hasil estimasi dari kedua varibel menyatakan bahwa variabel X1 dan X2 signifikan atau berpengaruh nyata terhadap jumlah kredit konsumsi pada bank umum pemerintah di Sumatera Utara. Nilai koofisien determinasi (R-Square) sebesar 0,90. hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 90% sedangkan sisanya 10% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance error.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala atas
limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dan
shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah shalallahu’alaihi
wa sallam, keluarga beliau, sahabat serta orang-orang yang mengikuti beliau hingga
hari akhir.
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Dan Pendapatan Per
Kapita Terhadap Kredit Konsumsi Pada Bank Umum Di Sumatera Utara” ditujukan
sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program
pendidikan Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Sebagaimana ada pepatah yang berbunyi “Tak ada gading yang tak retak, Tak
ada Sungai yang tak beriak” sehingga penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini tentu belum sempurna. Karena penulis hanyalah manusia yang tidak luput
dari kekhilafan dan kesalahan oleh karena itu penulis mohon maaf dan berharap
dalam kesempatan lain akan lebih baik lagi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan serta
dorongan dari pihak lain. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Alm. Anwar Sani dan Ibunda Juslina
Zakir, yang telah mendidik, mengasihi, dan membimbing serta mendukung
Kepada ketiga Kakanda Julita Anuvia, Ans Reni dan Ans Rina yang memberi
inspirasi dan motivasi bagi penulis serta ketiga ipar Rizaldi, Ian Harries dan
Akhyar Helmi untuk segala dukungannya.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga,M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. A. Samad Zaino,MS selaku dosen pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran didalam membantu penulisan skripsi ini.
5. Bapak Rahmad Sumanjaya,SE,M.Si selaku dosen penguji I yang telah banyak
memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Arifin Siregar,M.Sp selaku dosen penguji II yang juga telah
banyak memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Kasyful Mahalli,SE,M.Si selaku dosen wali yang telah memberikan
semangat dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
9. Kepada sahabat-sahabatku (Momon, Hera, Ema, Sonya, Hikmah, Windy,
Champol, Mitha, Zia, Lindy, Irfan, Adi, Putra, Andi, Andre, Rahmat, Woko,
Novrido) yang telah memberikan dukungan serta semangatnya kepada
penulis.
10. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan 2004 yang juga
11. Kakak-kakak Senior dan Adik-adik Junior (Fahmi, Dedi, Alm. Helmi, Riri,
Rini,) di Ekonomi Pembangunan yang juga telah mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah membalas segala budi dan pengorbanan yang telah diberikan.
Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu
semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi
Pembangunan.
Medan, July 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Hipotesis ... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
BAB II URAIAN TEORITIS ... 9
2.1 Bank ... 9
2.1.1 Pengertian Bank ... 9
2.1.2 Fungsi Bank ... 10
2.1.3 Sumber-sumber Dana Bank ... 11
2.2 Kredit ... 13
2.2.1 Pengertian Kredit ... 13
2.2.2 Unsur-unsur Kredit ... 14
2.2.4 Jenis-jenis Kredit ... 17
2.2.5 Jaminan Kredit ... 20
2.2.6 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 22
2.3 Suku Bunga ... 26
2.3.1 Pengertian Suku Bunga ... 26
2.3.2 Fungsi Tingkat Suku Bunga ... 27
2.3.3 Jenis Suku Bunga ... 27
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga ... 30
2.4 Pendapatan Per Kapita ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Lokasi Penelitian . ... 35
3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 35
3.3 Metode dan Pengumpulan Data ... 35
3.4 Pengolahan Data ... 36
3.5 Model Analisis Data ... 36
3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 38
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 40
3.8 Defenisi Operasional ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1.1 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara ... 43
4.1.2 Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara ... 47
4.1.3 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara.. ... 53
4.1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara ... 55
4.1.5 Perkembangan Tingkat Bunga Kredit pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara ... 57
4.1.6 Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Sumatera Utara.. .. 59
4.2 Hasil Penelitian ... 62
4.2.1 Interpretasi Model ... 63
4.2.2 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness of Fit) ... 64
4.2.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Saran ... 73
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum di Sumatera Utara 49
2 Posisi Dana yang Dihimpun oleh Bank di Sumatera Utara
Menurut Jenis Bank
51
3 Total Kredit yang Disalurkan Menurut Sektor Ekonomi 52
4 Jumlah Kantor Bank Umum Pemerintah yang Beroperasi
di Sumatera Utara
54
5 Perkembangan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah,
Suku Bunga Kredit Konsumsi, Pendapatan Per Kapita Atas
Harga Berlaku di Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
3.1 Kurva Uji t-Statistik 41
4.1 Uji-t variabel Suku Bunga Kredit 65
4.2 Uji-t variabel Pendapatan Per Kapita (X2) 66
4.3 Uji F-statistik 67
DAFTAR LAMPIRAN
No. LAMPIRAN
1
2
3
4
: Hasil Regresi Variabel Jumlah Kredit Konsumsi (Y) terhadap
Suku Bunga Kredit (X1 ) dan Pendapatan Per Kapita (X2) : Hasil Regresi Variabel Suku Bunga Kredit (X1 ) terhadap Suku
Pendapatan Per Kapita (X2)
: Hasil Regresi Variabel Pendapatan Per Kapita (X2) terhadap Suku Bunga Kredit (X1 )
ABSTRACT
This research titled is “Analyze Influence of Interest Rate of Credit and Income Per Capita to Consumption Credit In General Bank of Government In North Sumatera”. This research uses annual data during 1992 until 2006 which employ econometric model and using statistical analyze tools, named Ordinary Least of Square (OLS). The purpose of this research is to know how big the influence of interest rate of credit and income per capita to consumption credit in general bank of government in North Sumatera. The variable used are rate of interest consumption credit (X1) and income per capita (X2).
The result from estimation of two variables shows that variables significant to consumption credit in general bank of government in North Sumatera. Determinan cooficient value equal to 0.90 describe that independent variable together give an influence to dependent variable equal 90% and 10% describe by other variable which not include in to the model or caused by disturbance error.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ”Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Per Kapita terhadap Jumlah Kredit Konsumsi Pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data tahunan dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 yang menggunakan model ekonometrik dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistic yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suku bunga kerdit dan pendapatan perkapita tersebut. Variabel-variabel yang digunakan adalah Suku Bunga Kredit (X1) dan Pendapatan Per Kapita (X2).
Hasil estimasi dari kedua varibel menyatakan bahwa variabel X1 dan X2 signifikan atau berpengaruh nyata terhadap jumlah kredit konsumsi pada bank umum pemerintah di Sumatera Utara. Nilai koofisien determinasi (R-Square) sebesar 0,90. hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 90% sedangkan sisanya 10% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance error.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Indonesia pada dasarnya melakukan pembangunan bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai yang tertuang dalam
Pancasila dan UUD 1945. Salah satu penentu keberhasilan pembangunan adalah
sumber pembiayaan pembangunan. Pemerintah dapat menggunakan dana yang
berasal dari dalam maupun luar negeri sebagai sumber dana untuk pembiayaan
pembangunan tersebut. Pemerintah telah menggariskan bahwa pelaksanaan
pembangunan yang dijalankan diupayakan dengan pembiayaan kemampuan sendiri
tanpa mengabaikan peranan bantuan dari luar negeri.
Upaya pemenuhan dana pembiayaan pembangunan yang berasal dari dalam
negeri diperoleh dari berbagai alternatif antara lain pungutan pajak, devisa dari
ekspor barang/jasa, serta simpanan masyarakat.
Lembaga keuangan perbankan mempunyai peran amat penting dalam
pembangunan yang dilakukan pemerintah. Perbankan mempunyai kegiatan yang
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang
mempunyai kelebihan dana (saver). Melalui kegiatan perkreditan, bank berusaha
memenuhi kebutuhan masyarakat bagi kelancaran usahanya untuk memperoleh dana
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan serta berbagai pilihan jangka waktu pelunasan
berusaha menawarkan akan likuidasi, keamanan dananya, dan meningkatkan berbagai
pilihan bentuk penyimpanan dana dan sistem balas jasanya.
Dengan adanya lembaga keuangan perbankan dapat meningkatkan
kemampuan individu, rumah tangga dan perusahaan, dalam mengoptimalisasi diri
dengan memanfaatkan sumber daya keuangan. Bagi pemerintah, lembaga keuangan
merupakan sarana dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi dan moneter. Karena
dengan adanya keberadaan lembaga keuangan masyarakat dapat lebih mudah
merespon setiap kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah, agar
kebijakan-kebijakan tersebut dapat melakukan perbaikan kesejahteraan, meningkatkan efisiensi
dan aktifitas perekonomian.
Perbankan merupakan lembaga keuangan yang paling besar di Indonesia,
yang memiliki posisi yang penting dan strategis dalam kehidupan perekonomian dan
dalam upaya pembangunan yang dilakukan pemerintah. Hal ini dapat dibuktikan
dengan fungsi bank antara lain, menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang
lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, menciptakan uang, menghimpun dana dan
menyalurkannya kepada masyarakat serta menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya.
Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan
jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan disamping
menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan (tabungan, giro,
deposito) juga menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) kepada
masyarakat. Kemudian usaha bank lainya memberikan jasa-jasa keuangan yang
Dengan kata lain bank beroprasi sebagai perantara dalam memobilsasi dana
dari masyarakat yang mempunyai daya beli dalam bentuk kredit. Hal ini sesuai
dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau badan-badan lainnya dalam rangka peningkatan taraf hidup
masyarakat banyak.
2. Bank umum dalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan prisip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dimana pengertian kredit dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankan adalah:
Penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan.
Kredit adalah istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia.
Perkataan kredit bukan hanya dikenal masyarakat perkotaan, tetapi juga di kenal oleh
masyarakat pedesaan. Para karyawan, ibu-ibu rumah tangga, bahkan masyarakat
sekarang ini, banyak melakukan kegiatan konsumsi melalui kegiatan perkreditan. Hal
ini menandakan kegiatan kredit sudah menyatu dengan pola dan gaya hidup
Dalam pelaksanaan fungsinya, bank menempuh berbagai upaya dalam
menarik nasabah, antara lain memberikan pelayanan yang memuaskan pada
masyarakat (excellent service), memberikan rangsangan berupa bunga yang menarik,
meningkatkan penggunaan teknologi yang canggih dan menawarkan berbagai produk
yang menarik dan diminati masyarakat.
Konsekuensi bank sebagai lembaga intermediasi yang bermotivasikan laba
adalah meyalurkan dana dalam bentuk pinjaman (kredit) demi meraih keuntungan
yang ditargetkan. Karena bagi bank, kredit adalah aset yang dapat menghasilkan
pendapatan. Keuntungan bank yang diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank dan juga untuk membesarkan
usaha bank.
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha para nasabah yang memerlukan
dana untuk investasi, modal kerja maupun dana untuk konsumsi. Dengan dana
tersebut debitur akan dapat mengembangkan usahanya atau memenuhi kebutuhannya.
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak bank maka
semakin baik, berarti semain banyak kucuran dana dalam rangka peningkatan taraf
hidup masyarakat dan peningkatan serta pemerataan pembangunan di berbagai sektor.
Pengelolaan kredit sangat perlu diperhatikan karena kredit merupakan produk
pebankan yang penting dan sangat strategis. Tujuan utama pengelolaan kredit adalah
agar bank dapat meningkatkan kesehatan dan kinerja dengan peningkatan kuantitas
yang disalurkan. Kualitas kredit secara sederhana dan ringkas dapat diukur dari
jumlah dan porsi kredit macet atau bermasalah (non performing loans).
Penyaluran kredit harus dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang objektif.
Penilaian kredit berorientasi pada resiko kredit (credit risk) yang besarnya sangat
tergantung pada kemampuan membayar (ability to pay) dan keinginan membayar
(willingness to pay). Untuk mengetahui kemampuan dan keinginan membayar, maka
bank harus menganalisis nasabah berdasarkan karakter, kapasitas, modal yang
dimiliki calon debitur, jaminan yang diberikan, dan kondisi ekonomi yang dijalani.
Jika kredit telah diterima maka besarnya pembayaran atau tingkat bunga (loan
pricing) ditetapkan berdasarkan pertimbangan resiko kredit (risk) dan tingkat
pengembaliannya (return).
Pinjaman atau kredit yang disalurkan tersebut terdiri dari beberapa jenis,
tergantung dengan yang diinginkan atau dibutuhkan masyarakat, salah satunya adalah
kredit konsumsi. Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
secara pribadi. Dalam kredit ini bagi konsumen tidak ada pertambahan barang dan
jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh sesorang
atau badan usaha. Sebagai contoh kredit pemilikan rumahan (KPR), kredit mobil
pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumsi lainnya.
Dengan adanya kredit konsumsi tersebut, maka dapat meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya
keuangan, yang nantinya akan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat
Pada tahun 2006, jumlah kredit yang disalurkan perbankan di Sumatera Utara
sebesar 42,119 milyar rupiah, yaitu dari bank umum pemerintah sebesar 51,05 %,
bank swasta nasional 39,89 % dari bank perkreditan rakyat 0,70 % ,dan dari bank
asing dan campuran 8,35%. Kredit konsumsi di Sumatera Utara khususnya pada bank
umum pemerintah selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat
dilihat dari tahun 2002 kredit konsumsi terus mengalami peningkatan sampai pada
tahun 2006 hingga mencapai 4.408.674 triliun rupiah.
Kredit perbankan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah
tingkat suku bunga kredit dan pendapatan per kapita. Secara teori bila terjadi
peningkatan pada suku bunga kredit maka jumlah kredit yang diminta masyarakat
akan turun atau berkurang. Dan bila terjadi kenaikan pada tingkat pendapatan
perkapita maka kredit yang disalurkan akan meningkat. Dari uraian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa peran perbankan dalam memajukan perekonomian suatu
negara sangat besar. Begitu besarnya peran dunia perbankan sehingga ada anggapan
bahwa perbankan merupakan nyawa untuk menggerakan roda perekonomian suatu
negara. Anggapan ini tidaklah berlebihan karena fungsi bank sebagai lembaga
keuangan sangatlah vital.
Dalam perekonomian suatu negara, kredit merupakan produk perbankan yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan kredit merupakan produk perbankan dalam
penyaluran dana dan peningkatan taraf hidup masyarakat serta merupakan sumber
utama pendapatan bank. Dengan demikian, kredit merupakan salah satu upaya dalam
bunga dan pendapatan per kapita terhadap konsumsi. Untuk itu penulisan memberi
judul skripsi ini “ Analisis Pengaruh Suku Bunga dan Pendapatan Per Kapita
Terhadap Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka ada beberapa perumusan masalah yang dapat
diambil sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan, antara lain:
1. Berapa besar pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan per kapita terhadap
kredit konsumsi pada bank umum pemerintah di Sumatera Utara?
1.3 Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara tehadap permasalahan yang masih
menjadi objek penelitian, di mana tingkat kebenaranya masih perlu dibuktikan atau
diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penulis membuat
hipotesa sebagai berikut:
1. Apabila suku bunga kredit meningkat maka kredit konsumsi akan berkurang,
demikian pula sebaliknya.
2. Apabila pendapatan perkapita meningkat maka kredit konsumsi yang diminta
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bunga kredit dan
pendapatan per kapita terhadap kredit konsumsi pada bank umum pemerintah
di Sumatera Utara.
2. Untuk memberikan sumbangan pikiran tentang pengaruh perkembangan
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
3. Untuk menambah pengetahuan penulis serta sebagai salah satu syarat bagi
penulis dalam menyelesaikan perkuliahaan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan sebagai bahan studi atau tambahan literature bagi
mahasiswa/i Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi
Pembangunan.
2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa/i yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Untuk menambah dan memperkaya wawasan ilmiah penulis dalam disiplin
ilmu yang penulis tekuni khususnya mengenai kredit konsumsi pada Bank
BAB II
URAIAN PUSTAKA
2.1 BANK
2.1.1 Pengertian bank
Menurut Undang-Undang RI nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998 :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank umum adalah bank yang melakasanakan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian
bank adalah:
Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya dibidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan
Dari pengertian di atas dapat diartikan secara luas lagi bahwa bank merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya perbankan selalu berkaitan
dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan pertama adalah mehimpun dana dalam
penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan
yang sebesar-bersarnya bagi pemilik bank tapi juga kegiatan itu harus pula diarahkan
pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Defenisi tersebut merupakan komitmen
bagi setiap bank yang menjalani usahanya di Indonesia. Seperti halnya tugas dan
fungsi Perbankan Indonesia, Bank Umum juga merupakan agen of development, yang
bertujuan meningkatan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
2.1.2 Fungsi Bank Umum
Fungsi dan tujuan utama dari pembentukan bank di Indonesia adalah sebagai
Agent of Development (terutama bagi bank-bank milik Negara) dan Financial intermediary.
Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank memberikan jasa-jasa
keuangan baik kepada unit yang surplus maupun unit yang defisit. Bank melakukan
beberapa fungsi dasar.
Bank umum memiliki fungsi pokok sebagai berikut:
♦ Menciptakan uang dalam bentuk uang giral.
♦ Menghimpun dana dari masyarakat melalui giro, tabungan, dan deposito.
♦ Menyalurkan dana ke masyarakat melalui pemberian kredit.
♦ Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.
2.1.3 Sumber-Sumber Dana Bank
Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya
bahwa bank dalah lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-hari adalah dalam
bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang (memberikan pinjaman) bank
harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dai selisih bunga
tersebutlah bank mencari keuntungan.
Adapun sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri
sering disebut juga dana pihak I, yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
Modal inti terdiri atas modal disetor, agio saham, modal sumbangan,
cadangan-cadangan dan laba operasional yang terdiri atas laba ditahan, laba tahun lalu dan laba
berjalan. Sedangkan modal pelengkap terdiri atas cadangan revaluasi aktiva tetap,
penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman dan modal subordinasi.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas.
Adapun dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk:
• Simpanan Giro (demand deposit)
Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pememindahbukuan. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui suatu
rekening yang disebut dengan rekening koran. Rekening ini juga digunakan untuk
• Simpanan Deposito (time deposit)
Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan.
Deposito ini dibedakan dengan jangka waktu temponya, masing masing bank
mempunyai pembagian jangka waktu yang berbeda-beda tetapi pada umumnya waktu
tersebut diatur dalam bentuk satu bulan, tiga bulan, enam bulan, satu tahun, dua tahun
dan seterusnya. Tingkat suku bunga deposito berjangka juga berbeda-beda sesuai
dengan jangka waktu jatuh temponya. Biasanya suku bunga deposito berjangka yang
jangka waktunya lebih panjang, maka suku bunganya lebih tinggi.
• Simpanan Tabungan (saving deposit)
Yaitu simpanan pada bank yang penyetorannya dan penarikan dananya dapat
dilakukan sewaktu-waktu dengan tidak perlu memperhatikan jatuh temponya seperti
pada deposito berjangka. Motif masyarakat adalah untuk menanamkan dananya dan
untuk berjaga-jaga atau untuk menghimpun dana untuk tujuan tertentu kemudian
ditarik kembali.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya.
Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam
pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Dana ini sering disebut dengan
dana pihak II. Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya
untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari
sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:
• Kredit likuiditas dari Bank Indonesia.
• Pinjaman antar bank (Call money).
• Pinjaman dari bank-bank luar negeri.
• Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).
2.2 KREDIT
2.2.1 Pengertian Kredit
Menurut pasal 1 ayat 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU
No.7/1992 tentang perbankan; kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjaman antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu setelah pemberian bunga.
Kredit berasal dari kata Yunani, credere, yang berarti kepercayaan. Dengan
demikian istilah kredit memiliki arti khusus, yaitu meminjamkan uang (atau
penundaan pembayaran). Apabila orang mengatakan membeli secara kredit maka hal
itu berarti si pembeli tidak harus membayarnya pada saat itu juga. Pada sisi
penyaluran dana (landing of fund), kredit merupakan pembiayaan yang potensial
menghasilkan pendapatan dibanding alternatif pendapatan lainnya. Sedangkan bagi
penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban
Dalam mekanisme kerja bank berkaitan dengan perannya sebagai lembaga
perantara keuangan, penyaluran dana kepada masyarakat merupakan aktivitas yang
dilakukan setelah penghimpunana dana dari masyarakat. Penyaluran dana yang
dilakukan adalah dalam bentuk kredit (pinjaman kepada debitur). Melalui penyaluran
kerdit bank memperoleh bunga sebagai pendapatan bagi bank.
Terdapat beberapa alasan bank melakukan penyaluran kredit. Menurut Dahlan
Siamat (1995 : 94-95) alasan atau kondisi yang mendorong hal tersebut adalah :
1. Sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit
surplus dan unit defisit.
2. Penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya
pendapatan dapat diperkirakan.
3. Melihat posisinya dalam bidang pelaksanaan kebijakan moneter, perbankan
merupakan sektor usaha yang paling diatur oleh pemerintah sehingga
bank-bank di beberapa negara kegiatannya dibatasi.
4. Sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara modal
mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
2.2.2 Unsur-Unsur Kredit
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa
uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu
dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya
maupun dari ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu
dan sekarang terhadap nasabah pemihin kredit.
b. Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan
ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang.
d. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko
tidak tertagihnya / macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit
semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi
tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun
resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam tanpa ada unsur
kesengajaan lainnya.
e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank
2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit
Tujuan kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian
kredit tersebut tidak terlepas dari misi bank tersebut didirikan.
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain:
a. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian krdit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan
biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
b. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasbah yang memerlukan dana,
baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka
pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
c. Membantu pemerintah
Bagi Pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya
peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan tersebut antara lain:
- Penerimaan pajak
- Membuka kesempatan kerja
- Meningkatkan jumlah barang dan jasa
- Menghemat devisa negara
Fungsi kredit
Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dalam siklus
perekonomian, perdagangan lalu lintas moneter. Fungsi-fungsi itu dalam garis
besarnya adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan daya guna uang.
b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c. Meningkatkan daya guna dan perederan barang.
d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.
e. Meningkatkan kegairahan berusaha.
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan.
g. Meningkatkan hubungan nasional.
2.2.4 Jenis-Jenis Kredit
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyrakat terdiri dari berbagai jenis.
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain:
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi
misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata masa
b. Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar
gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi
perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contoh
kreditnya untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit
pertanian yang akan menghasilkan produk pertanian atau kredit tambang yang
menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan secara pribadi yaitu untuk pembelian barang
tertentu bukan keperluan usaha (aktivitas produktif) melainkan untuk pemakaian
(konsumsi). Dalam kredit ini bagi konsumen tidak ada pertambahan barang dan jasa
yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau
badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit
perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya. Dua kredit konsumsi yang
biasanya cukup laris adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan.
Tentunya, karena uang itu oleh nasabah akan digunakan untuk tujuan konsumtif,
nasabah untuk Kredit Konsumsi akan lebih besar ketimbang bunga kredit untuk
tujuan usaha.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut.
Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan
membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan
impor.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya
untuk perternakan misalnya kredit perternakan ayam atau jika untuk pertanian
misalnya tanaman padi atau palawija.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
biasanya untk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau
perternakan kambing.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit
jangka waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk
investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap
kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon
debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan charakter serta loyalitas
atau nama baik si calon debitur selama ini.
2.2.5 Jaminan Kredit
Seperti yang sudah dibahas bahwa kredit dapat diberikan dengan jaminan
atau tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahyakan posisi bank,
mengingat jika nasabah mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk menutupi
kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya dengan jaminan kredit relatif
lebih aman mengingat setiap kredit macet akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut.
Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur
adalah sebagai berikut.
1. Dengan jaminan
a. Jaminan benda berwujud
yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti:
- kendaraan bermotor
- mesin-mesin / peralatan
- barang dagangan
- tanaman / kebun / sawah
- dan lainnya
b. Jaminan benda tidak berwujud
yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang jaminan seperti:
- Sertifikat Saham
- Sertifikat Obligasi
- Sertifikat Tanah
- Sertifikat Deposito
- Rekening Tabungan yang dibekukan
- Rekening Giro yang dibekukan
- Promes
- Wesel
- dan surat tagihan lainnya
2. Tanpa Jaminan
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan
dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang
memang benar-benar bonafid dan profesional, sehingga kemungkinan kredit
penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk
pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.
2.2.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa
kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari
hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank
dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang
nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar.
Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap
sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standart
penilaian setiap bank. Biasanya penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisa 5
C dan 7 P.
Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai berikut:
a. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit dapat dipercaya, hali ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik
yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun bersifat pribadi seperti : cara hidup
atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobby dan sosial standingnya. Ini
semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.
b. Capacity
kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu
pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya
akan terlihat “kemampuan” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan
(neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari
sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
d. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga harus diteiliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
e. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik
sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek
usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek di bidang usaha yang dibiayai
hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit
Kemudian penilaian kredit dengan metode 7 P adalah sebagai berikut :
a. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkahlakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup emosi, sikap, tingkah laku dan
tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
b. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga
nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas yang
berbeda dari bank.
c. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk
jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat
bermacam-macam. Sebagai contoh apakah modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif
dan lain sebagainya.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan
atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting
mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan
hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.
e. Payment
sumber penghasilan debitur maka semain baik. Sehingga jika salah satu usahanya
merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
f. Profitability
Untuk menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
g. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan
asuransi.
Tujuh unsur dalam konsep 7P sebenarnya mempunyai kesamaan dengan lima
unsur dalam 5C. Misalnya unsur kepribadian memilki kesamaan dengan unsur
karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek, dan pembayaran dapat memperjelas unsur
kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan
dengan kollateral dalam konsep 5C.
Prinsip 3R
Tiga komponen dalam prinsip 3R adalah :
a. Tingkat pengembalian usaha (return)
b. Kemampuan membayar kembali (repayment)
c. Kemampuan menanggung resiko (risk bearing ability)
Unsur-unsur yang dibahas dalam konsep 3R telah dibahas dalam analisis
aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit. Hanya saja konsep
2.3 SUKU BUNGA
2.3.1 Pengertian Suku Bunga
Bunga merupakan hal penting bagi bank dalam penarikan tabungan dan
penyaluran kreditnya. Penarikan tabungan dan penyaluran kredit selalu dihubungkan
dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya (cost of fund)
yang harus dibayar kepada penabung, tetapi dilain pihak, bunga dapat juga
merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan
bank.
Beberapa defenisi mengenai pengertian bunga :
- Menurut Kasmir (2002 : 121) bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah
yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai
harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh
pinjaman).
- Menurut Fabozzi et.al. suku bunga adalah harga yang harus dibayar
“peminjam” (debitur) kepada “pihak yang meminjamkan” (kreditur) untuk
pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu. Jumlah pinjaman
yang diberikan disebut prinsipal dan harga yang dibayar biasanya
diekspresikan sebagai persentase dari prinsipal per unit waktu (umumnya
Bagi dunia perbankan, suku bunga dapat dinyatakan sebagai harga yang harus
dikeluarkan bank kepada nasabah yang menyimpan dananya atau uangnya di bank
(yang memiliki simpanan), dan di sisi lain dapat dikatakan sebagai harga yang
dibayar nasabah kepada bank atas dana yang telah dipinjamkan (nasabah yang
memperoleh pinjaman).
2.3.2 Fungsi Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga terbentuk di pasar sebagai akibat interaksi kekuatan pasar
uang dan modal. Sunariyah (2004) menguraikan fungsi-fungsi tingkat bunga pada
suatu perekonomian negara yaitu :
1. Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, institusi atau lembaga
yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
2. Tingkat bunga dapat dipergunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah
terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi.
3. Tingkat bunga dapat dipergunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk mengendalikan produksi,
sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengkontrol tingkat
inflasi.
2.3.3 Jenis Suku Bunga Bank
Dalam realitas sehari-hari terdapat beragam jenis suku bunga. Jenis-jenis suku
a. Suku Bunga Dasar (Bank Rate)
Suku Bunga Dasar (Bank Rate) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan
oleh bank sentral atas kredit yang diberikan oleh perbankan, dan tingkat suku bunga
yang ditetapkan bank sentral untuk mendiskonto surat-surat berharga yang ditarik
atau diambil oleh bank sentral. Dasar perhitungan tingkat suku bunga ini juga dipakai
oleh bank komersial untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan kepada
nasabahnya.
b. Suku Bunga Efektif (Effective Rate)
Suku Bunga Efektif (Effective Rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayar
atas harga beli suatu obligasi (BOND). Semakin rendah harga pembelian obligasi
dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga
efektifnya, dan semakin tinggi harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga
nominal tertentu, maka semakin rendah tingkat bunga efektifnya. Jadi ada hubungan
terbalik antara harga yang dibayar untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya.
c. Suku Bunga Nominal (Nominal Rate)
Suku Bunga Nominal (Nominal Rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayar
tanpa dilakukan penyesuaian terhadap akibat-akibat inflasi.
d. Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate)
Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate) adalah suku bunga yang besarnya
dihitung setiap hari (bunga harian), setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan
(bunga bulanan) dan setiap tahun (bunga tahunan), untuk sejumlah pinjaman atau
Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari
masyarakat (dalam hubungannya dengan nasabah), maka suku bunga yang
dikelompokan dalam 2 (dua) jenis yaitu :
a. Bunga Simpanan
Bunga Simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atas balas
jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank yang merupakan harga yang
harus dibayar bank kepada nasabahnya.
b. Bunga Pinjaman
Jika menurut sejarah falsafahnya, perkreditan berasal dari ungkapan jiwa
tolong-menolong tanpa pamrih, akhirnya perkembangan ekonomi modern menjurus
orang untuk berfikir pada penghargaan uang, waktu dan jasa. Timbullah perhitungan
sewa modal berupa bunga yang tinggi rendahnya mengikuti dalil ekonomi, yaitu
penawaran dan permintaan.
Perkreditan dijadikan objek pencarian keuntungan dengan jalan memutarkan
uang atau dana sebagai potensi yang dimiliki oleh pihak yang dibutuhkan oleh pihak
lain karena bersedia memberi jasa modal berupa bunga menurut ukuran jangka waktu
pemakaian.
Batas tinggi rendahnya suku bunga bergantung pada sumber pemberi kredit.
Kredit swasta atau liar menghitung suku bunga atas dasar penwaran dan kesanggupan
masing-masing pihak. Suku bunga untuk perkreditan dari sumber tersebut
Jadi dapat diartikan bunga pinjaman adalah bunga atau harga yang diberikan
oleh nasabah (peminjam) kepada bank atas dana atau pinjaman yang diperolehnya.
Contoh : bunga kredit.
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Kredit
Tingkat bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah debitur dipengaruhi
oleh berbagai faktor, beberapa faktor yang mempengaruhi suku bunga adalah :
1. Kebijakan Pemerintah
Untuk suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan yang ditetapkan oleh
bank tidak boleh melebihi tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Target laba yang diinginkan
Apabila laba yang ingin dicapai (spread) besar maka bunga yang ditetapkan
juga semakin besar dan demikian pula sebaliknya.
3. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka semakin tinggi tingkat suku
bunganya, hal ini disebabkan besarnya resiko kerugian dimasa mendatang. Demikian
pula sebaliknya semakin pendek jangka waktu pinjaman maka suku bunganya relatif
lebih rendah.
4. Persaingan
Dalam perebutan dana simpanan maka disamping faktor promosi, yang paling
utama pihak perbankan harus memperhatikan persaingan. Dalam arti jika
membutuhkan dana secepat sebaiknya bunga simpanan dinaikan di atas bunga
5. Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan maka semakin rendah bunga kredit
yang dibebankan kepada debitur dan semakin tidak likuid jaminan yang diberikan
maka semakin besar pula bunga kredit yang dibebankan. Alasan ini berhubungan
dengan pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Jaminan yang
likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro akan lebih mudah untuk dicairkan
dibanding dengan jaminan tanah.
6. Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberi jaminan kepada penerima kredit, biasanya
jika pihak yang memberikan kredit bonafid, baik dari segi kemampuan membayar,
nama baik maupun loyalitas terhadap bank maka bunag yang ditetapkan juga
berbeda.
7. Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer)
dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta
loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya
mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga dalam penentuan suku
bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
8. Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan suku bunga yang akan dibebankan. Karena biasanya perusahaan yang
bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa yang akan datang relatif lebih kecil
9. Produk yang kompetitif
Artinya produk yang akan dibiayai tersebut adalah produk yang laku
dipasaran. Untuk produk yang kompetitif bunga kredit yang dibebankan relatif lebih
rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.
10. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat
maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut dapat dipenuhi adalah dengan
meningkatkan bunga simpanan. Namun apabila dana yang ada banyak sementara
permohonan pinjaman sedikit maka bunga simpanan akan turun.
2.4 PENDAPATAN PERKAPITA
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk, oleh sebab itu
untuk memperoleh pendapatan per kapita pada suatu tahun, yang harus dilakukan
adalah membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk pada
tahun yang sama. Dengan demikian besarnya pendapatan nasional akan menentukan
besarnya pendapatan per kapita. Pendapatan perkapita selalu digunakan untuk
menentukan lajunya tingkat perkembangan ekonomi suatu negara. Tingkat
perkembangan pendapatan perkapita yang dicapai sering sekali digunakan sebagai
ukuran dari kesuksesan suatu negara dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan
pembangunan ekonomi yang pesat. Di samping kegunaannya ini, data pendapatan per
- Untuk membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
- Untuk membandingkan lajunya perkembangan ekonomi yang dicapai oleh
berbagai negara di dunia dari masa ke masa.
Pendapatan perkapita sangat erat hubungannya dengan pertambahan
penduduk. Apabila pertambahan pendapatan nasional lebih besar daripada
pertambahan penduduk maka tingkat pendapatan perkapita meningkat. Sebaliknya
apabila pertambahan nasional lebih kecil daripada pertambahan penduduk maka
pendapatan perkapita mengalami penurunan. Untuk mempertahankan tingkat per
kapita relatif perlu dicapai tingkat pertambahan nasional yang sama dengan tingkat
pertambahan penduduk.
Pendapatan nasional dan pendapatan per kapita itu sendiri akan naik apabila
produktifitas per kapita mengalami kenaikan. Untuk menaikan produksi per kapita
berarti harus ada perubahan-perubahan dalam perekonomian misalnya perubahan
struktur ekonomi, teknik produksi, struktur produksi dan masyarakat statis
berkembang menjadi masyarakat dinamis.
Menurut Hasibuan (1987 : 42-43), faktor-faktor ekonomis dan nonekonomis
yang mempengaruhi produksivitas :
a. Jumlah dan mutu faktor produksi. Semakin banyak jumlah semakin baik mutu
modal, tenaga, alam, skill oleh suatu negara produktivitas akan semakin besar.
b. Alokasi dari sumber-sumber. Artinya perimbangan-perimbangan cara
pemakian faktor-faktor produksi di antara berbagai faktor ekonomi dalam
c. Distribusi pendapatan yang adil. Artinya adanya distribusi pendapatan yang
adil akan mendorong semangat kerja dan apabila semangat kerja meningkat
otomatis produktivitas pun akan meningkat.
d. Aspek-aspek masyarakat. Kegiatan ekonomi selalu berlangsung dalam suatu
masyarakat, karena itu dalam pembanganan tidak lepas dan harus
memperhitungkan corak hidup, kebudayaan, politik dan nilai-nilai sosial
masyarakat. Pertumbuhan cara berfikir masyarakat merupakan prakondisi
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan
dan menguji hipotesis penelitian.
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bank umum pemerintah Sumatera Utara dan kantor
Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara.
3.2 Jenis dan Sumber data
Jenis data yang dipergunakan adalah data sekunder, yaitu berupa data
yang berbentuk angka-angka (kuantitatif). Sumber datanya adalah data dari Kantor
Bank Indonesia (KBI) Kota Medan. Di samping itu, data lainnya yang mendukung
penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti, buletin penelitian, jurnal, majalah,
dan buku bacaan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Medan.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode kepustakaan (library research), yaitu
dengan menelaah berbagai bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan
ilmiah, jurnal, artikel, majalah dan laporan yang berkaitan dengan topic yang
akan diteliti.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan pencatatan
langsung berupa data seri waktu (time series) yaitu tahun 1992-2006 (sampel
data selama 15 tahun) yang diperoleh dari laporan tahunan yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia(BI).
3.4 Pengolahan Data
Dalam pengolahan data penulis menggunakan program komputer E-views 4.1.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dimulai dengan pembentukan model
matematis, yaitu suatu pernyataan yang berhubungan matematis yang digunakan
dalam menentukan hubungan yang berlaku di antara suku bunga kredit, dan
pendapatan per kapita terhadap kredit konsumsi pada bank umum pemerintah di
Sumatera Utara.
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisa statistik yaitu
persamaan regresi linear berganda.
Model persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = f ( X1, X2,
Dengan model spesifikasi model sebagai berikut:
)...( I )
Y = α + β1X1 + β2X2
Dimana:
+ µ………...(II)
Y = kredit konsumsi (juta rupiah)
α = Intercept/konstanta
= pendapatan per kapita (rupiah)
1, β2
µ = variabel pengganggu (term of error) = koefisien
bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
0 1
< ∂∂X
Y
Artinya jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga kredit, maka
kredit konsumsi akan berkurang dan sebaliknya, ceteris paribus.
0 2
> ∂∂X
Y
Artinya jika terjadi kenaikan pendapatan per kapita maka
3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1 Uji t-statistik
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk melihat signifikan dari
pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan
menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini dilakukan hipotesa
sebagai berikut :
i adalah koefesien variabel independen ke-I nilai parameter hipotesa, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. Bila
nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0
Sbi
berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan)
terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :
Dimana :
bi
b : nilai hipotesis nol
: koefisien variabel independen ke-i
3.6.2 Uji F-statistik
Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel
independent secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini di
gunakan hipotesa sebagai berikut :
H0 : bi = b2
H
= bk……….. bk = 0 (tidak ada pengaruh)
0 : bi
Pengujian ini dilakukan dengan membandingan nilai F-hitung dengan F-tabel. = 0……… ...i = 1 (ada pengaruh)
Jika F-hitung > F-tabel maka H0
k)
ditolak, yang berarti variabel independent secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh
dengan rumus :
Dimana:
R2
k : jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan. : koefisien determinasi (residual)
n : jumlah sampel
hipotesis : H0 : H0: β1: β2 : β3
H
= 0
a: Ha : β1 : β2 : β3
KPK (Kriteria Pengambilan Keputusan)
≠ 0
H0
H
diterima jika F-hitung < F-tabel
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity
Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
kuat (kombinasi linear) diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearity dapat dilihat dari R-square, F-hitung, t-hitung serta standart error.
Kemungkinan adanya multikolinearity jika R2
3.7.2 Autokolerasi (Serial Correlation)
dan F-hitung tinggi sedangkan nilai
t-hitungnya banyak yang tidak yang signifikan (uji tanda berubah tidak sesuai dengan
yang diharapkan).
Serial correlation didefenisikan sebagai kolerasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model relasi linear klasik
mengasumsikan autokolerasi terdapat di dalamnya distribusi atau gangguan µ i
dilambangkan dengan
E (µ1 : µ2) = 0 i ≠ j
Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokolerasi, yaitu :
1. Dengan menggunakan atau memplot grafik.
2. Dengan D-W Test (Uji Durbin-Watson)
Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :
Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut :
H0
H
: p = 0, artinya tidak ada autokolerasi
0
Dengan jumlah sampel tertentu dan julah variabel independen tertentu
diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai
nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
: p ≠ 0, artinya ada autokolerasi
Gambar 3.1 Kurva Uji t statistic
Dimana:
H0
DW < dl : Tolak H
: Tidak ada autokorelasi.
0
DW > 4-dl : Tolak H
(ada korelasi positif).
0 du < DW < 4-du : Terima H
(ada korelasi negatif).
0
dl ≤ DW ≤ du : Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive).
(tidak ada autokolerasi).
3.8 Defenisi Varaiabel Operasional
a. Kredit konsumsi yaitu, kredit yang dipergunakan untuk pembelian barang
tertentu bukan keperluan usaha (aktifitas produktif) melainkan untuk
pemakain (konsumsi), dimana satuan hitungnya dinyatakan dalam rupiah
(Rp).
b. Tingkat bunga adalah rata-rata bunga pinjaman pada Bank Umum Pemerintah
di Sumatera Utara yang ditetapkan sebagai kewajiban nasabah (peminjam)
kepada bank sebagai balas jasa atas dana atau pinjama yang diperolehnya,
dimana satuan hitungnya dinyatakan dalam persen (%).
c. Pendapatan per kapita adalah pendapatan perkapita dengan harga berlaku
yang dapat diketahui dengan cara pembagian jumlah pendapatan nasional
terhadap jumlah penduduk, dimana satuan hitungnya dinyatakan dalam rupiah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN 4.1.1 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara
Gambaran perekonomian Sumatera Utara selain dipengaruhi oleh faktor
internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.. Terjadinya bencana alam gempa
bumi dan gelombang tsunami di penghujung tahun 2004 yang melanda Nanggroe
Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara telah memberikan dampak yang
cukup berarti bagi perekonomian Sumatera Utara. Demikian pula dengan kebijakan
kenaikan BBM pada bulan Maret dan Oktober 2005 yang disertai peristiwa Bom Bali
II memberikan andil dalam situasi perekonomian Sumatera Utara. Beberapa indikator
menunjukkan indikasi yang kurang menggembirakan, seperti inflasi dan nilai tukar
rupiah. Namun laju perekonomian Sumatera Utara tetap menunjukkan pertumbuhan
yang positif. Meningkatnya perekonomian Sumatera Utara memberikan dampak yang
cukup berarti pada kondisi sosial masyarakatnya. Meskipun belum seluruhnya
membaik seperti yang diharapkan, namun beberapa indikator setidaknya telah
menunjukkan adanya perbaikan.
Pada tahun 1992 sampai tahun 1993 perekonomian sumatera utara terus
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya PDRB dari
tahun ke tahun. Struktur perekonomian Sumatera Utara sejak tahun 1994 telah
bergeser dari dominasi sektor pertanian ke sektor industri pengolahan. Hal ini
yang cenderung mengecil, sebaliknya peranan sektor industri semakin besar. Akan
tetapi pada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998 ternyata peranan sektor
pertanian kembali meningkat dimana tahun 1997 peranan sektor pertanian 24,71%
dan hingga tahun 2002 cenderung meningkat menjadi 30,23%, di mana PDRB
mencapai Rp. 24.156.699. Kemudian tahun 2003 meningkat kembali sebesar Rp.
25.789.491.
Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara naik menjadi 4,81 %.
Hal ini tidak terlepas dari peranan sektor perbankan, sebagai sektor yang paling
terpengaruh dengan adanya krisis ekonomi, mulai menunjukan perbaikan. Hal ini
tercermin dari meningkatnya dana yang dihimpun dari masyarakat dan juga kredit
yang disalurkan. Pulihnya sektor perbankan memberikan peluang dan harapan pada
sektor riil untuk mengembangkan usahanya dan pada akhirnya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2003. Pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari
pertumbuhan nasional. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Sumatera Utara
pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,74 % yaitu meningkat dari Rp. 78,81 triliun pada
tahun 2003 menjadi Rp. 83,33 triliun pada tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi
tertinggi dicapai oleh sektor transportasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 13,49
%. Pertumbuhan yang cukup tinggi juga dicapai oleh sektor kontruksi sebesar 7,65
Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari 83,33
triliun rupiah pada tahun 2004 menjadi Rp. 87,9 triliun. Pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara tahun 2005 mencapai 5,48 %. Namun laju pertumbuhan tersebut
lebih rendah dari tahun 2004 yang sebesar 5,74 %.
Beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi, yaitu: sektor
konstruksi sebesar 16,91 %, sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 9,04 % dan
sektor pengangkutan & komunikasi sebesar 8,70 %. Pertumbuhan ketiga sektor ini
berindikasi sangat baik pada perekonomian Sumatera Utara, baik dalam hal
pendistribusian dan pemasaran hasil produksi maupun penyediaan energi dalam
proses berproduksi. Selain itu, makin baiknya kinerja perbankan sebagai penyedia
dana ke sector riil juga menjadi alasan makin baiknya ekonomi Sumatera Utara.
Berdasarkan harga berlaku, PDRB Sumatera Utara meningkat dari Rp. 118,1
triliun pada tahun 2004 menjadi Rp. 136,9 triliun rupiah pada tahun 2005.
Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk secara
makro yang dapat dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDRB perkapita. PDRB
perkapita harga berlaku penduduk Sumatera Utara pada tahun 2005 tercatat sebesar
Rp. 11,11 juta, lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 yang sebesar Rp. 9,74 juta.
Sedangkan PDRB perkapita harga konstan 2000 naik dari Rp. 6,87 juta pada tahun
2004 menjadi Rp. 7,13 juta pada tahun 2005.
Perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2006, secara makro berhasil
tumbuh sebesar 6,18 %. Pencapaian pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dari