• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Pekerja Pada Bagian Produksi Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Pekerja Pada Bagian Produksi Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) OHSAS 18001:2007 DI PT. SOCFINDO KEBUN AEK PAMIENKE

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh : 061000027

EVA LUSIANA MUNTHE

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) OHSAS 18001:2007 DI PT. SOCFINDO KEBUN AEK PAMIENKE

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000027 EVA LUSIANA MUNTHE

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PEKERJA PADA BAGIAN PRODUKSI TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (SMK3) OHSAS 18001:2007 DI PT. SOCFINDO KEBUN AEK PAMIENKE

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 061000027 EVA LUSIANA MUNTHE

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Desember 2010 dan

Dinyatakan Telah memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S.

NIP. 195908061988112001 NIP. 198203012008122002 Arfah Mardiana Lubis, M.Psi

Penguji II Penguji III

dr. Halinda Sari Lubis, MKKK

NIP. 196506151996012001 NIP. 197305232008122002 Umi Salmah, SKM, M.Kes

(4)

A B S T R A K Eva Lusiana Munthe

Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Pekerja Pada Bagian Produksi Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010.

X + 59 halaman + 6 tabel + 1 bagan + 3 lampiran

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Diterbitkan tahun 2007, menggantikan OHSAS 18001:1999, dan dimaksudkan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) daripada keamanan produk.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan pekerja pada bagian produksi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke dengan desain penelitian bersifat deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di pabrik PT. Socfindo sebanyak 101 orang dan yang menjadi sampelnya adalah pekerja yang bekerja pada bagian produksi sebanyak 27 orang.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan pekerja terbanyak pada kategori baik yakni 23 orang (85%) dan tindakan pekerja terbanyak pada kategori baik yakni 22 orang (81,48%). Disarankan untuk lebih meningkatkan pengawasan dan pembinaan dalam pelaksanaan SMK3 OHSAS 18001:2007 dan memberikan sanksi yang tegas kepada pekerja yang tidak taat/patuh dalam melaksanakan SMK3 dan memberikan penghargaan (reward) bagi pekerja yang taat/patuh terhadap SMK3 OHSAS 18001:2007.

(5)

A B S T R A C T

Eva Lusiana Munthe

A Review of Knowledge and Workers Action on The Production Department About The Implementation of Worker Safety and Health Management System (SMK3) OHSAS 18001:2007 in PT. Socfindo, Aek Pamienke Plantation, Year 2010.

X + 59 pages + 6 tables + 1 + 3 attachments

The Occupational Safety and Health Management System (SMK3) OHSAS 18001:2007 is an international standard for Health and Safety Management System. Published in 2007, replacing the OHSAS 18001:1999, and is intended to manage product health and safety aspects (K3).

This research aims to know the description of knowledge, and workers practices on the production departement about the implementation of Occupational Safety and Health Management System (SMK3) OHSAS 18001:2007 in PT. Socfindo, Aek Pamienke Plantation with descriptive research design. The population of this research was all workers who work in the factory of PT. Socfindo as many as 101 people and the samples are all workers on the production departement as many as 27 people.

Provided that the level of knowledge of most workers in fair categories is 23 people (85%) and most workers practices in fair categories are 22 people (81.48%). It is recommended to improve the supervision and guidance in the implementation of OHSAS 18001:2007 SMK3 by applying firm penalties to all workers who do not obey the SMK3 and provide rewards to workers who obey the SMK3 OHSAS 18001:2007.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eva Lusiana Munthe

Tempat/Tanggal Lahir : Simonis/ 24 Juni 1988

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Ramli Munthe

Ibu : Suharnani

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Jl. Brigjend. Zein Hamid Gang Family No. 9 B Kampung Baru Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1994 – 2000 : SD Negeri No. 116260 Desa Simonis Aek Natas 2. Tahun 2000 – 2003 : SMP Negeri I Aek Natas

3. Tahun 2003 – 2006 : SMA Negeri I Aek Natas

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana karena rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penelitian ini dilakukan di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke dengan Judul : “Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Pekerja Pada Bagian Produksi Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010”.

Dalam penulisan skripisi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, sebagai Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dan sebagai dosen pembimbing pertama

3. Ibu Arfah Mardiana Lubis, M.Psi, sebagai dosen pembimbing kedua

4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK dan Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kes, sebagai dosen penguji

5. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes, sebagai Dosen Penasehat Akademik

(8)

7. Bapak pimpinan dan seluruh karyawan PT. Socfindo Pusat dan Kebun Aek Pamienke yang telah membantu penulis dalam penelitian ini

8. Orang tua tercinta, Ayahanda Ramli Munthe dan Ibunda Suharnani yang selalu mendukung, memberi semangat dan memberikan pengertian kepada penulis baik materil maupun moril sampai selesainya skripsi ini

9. Kakanda Feri Novrizal, SH dan Kak Yanti serta keponakan tercinta Rashad Riyantama yang selalu menyemangati penulis.

10. Kakanda Riko Ramdan Abdi S., S.P. yang selalu mendampingi, memberi semangat dan memotivasi serta membantu penulis sampai selesainya skripsi ini.

11. Adik-adik tercinta, Eko Arnanda Munthe dan Ade Diva Ramadhani Putri Munthe, serta buat Arif Sahdan yang selalu menguatkan penulis

Semoga Allah SWT melimpahkan berkatNya kepada kita semua. Akhir kata penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010

(9)
(10)

2.2.6.1. Pengukuran dan Pemantauan Kinerja ... 24

(11)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan I. Langkah-langkah dalam melakukan Identifikasi Bahaya,

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di PT. Socfindo

Kebun Aek Pamienke Tahun 2010 ... 52 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke TAhun 2010 ... 53 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di PT.

Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010 ... 53 Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001 :2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke

Tahun 2010... 53 Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Tindakan Responden Tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke

(13)

A B S T R A K Eva Lusiana Munthe

Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Pekerja Pada Bagian Produksi Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010.

X + 59 halaman + 6 tabel + 1 bagan + 3 lampiran

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Diterbitkan tahun 2007, menggantikan OHSAS 18001:1999, dan dimaksudkan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) daripada keamanan produk.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan pekerja pada bagian produksi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke dengan desain penelitian bersifat deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di pabrik PT. Socfindo sebanyak 101 orang dan yang menjadi sampelnya adalah pekerja yang bekerja pada bagian produksi sebanyak 27 orang.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan pekerja terbanyak pada kategori baik yakni 23 orang (85%) dan tindakan pekerja terbanyak pada kategori baik yakni 22 orang (81,48%). Disarankan untuk lebih meningkatkan pengawasan dan pembinaan dalam pelaksanaan SMK3 OHSAS 18001:2007 dan memberikan sanksi yang tegas kepada pekerja yang tidak taat/patuh dalam melaksanakan SMK3 dan memberikan penghargaan (reward) bagi pekerja yang taat/patuh terhadap SMK3 OHSAS 18001:2007.

(14)

A B S T R A C T

Eva Lusiana Munthe

A Review of Knowledge and Workers Action on The Production Department About The Implementation of Worker Safety and Health Management System (SMK3) OHSAS 18001:2007 in PT. Socfindo, Aek Pamienke Plantation, Year 2010.

X + 59 pages + 6 tables + 1 + 3 attachments

The Occupational Safety and Health Management System (SMK3) OHSAS 18001:2007 is an international standard for Health and Safety Management System. Published in 2007, replacing the OHSAS 18001:1999, and is intended to manage product health and safety aspects (K3).

This research aims to know the description of knowledge, and workers practices on the production departement about the implementation of Occupational Safety and Health Management System (SMK3) OHSAS 18001:2007 in PT. Socfindo, Aek Pamienke Plantation with descriptive research design. The population of this research was all workers who work in the factory of PT. Socfindo as many as 101 people and the samples are all workers on the production departement as many as 27 people.

Provided that the level of knowledge of most workers in fair categories is 23 people (85%) and most workers practices in fair categories are 22 people (81.48%). It is recommended to improve the supervision and guidance in the implementation of OHSAS 18001:2007 SMK3 by applying firm penalties to all workers who do not obey the SMK3 and provide rewards to workers who obey the SMK3 OHSAS 18001:2007.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan Nasional dewasa ini berjalan seiring dengan perkembangan industri yang pesat dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi yang ditandai dengan mekanisme, elektrifikasi, dan modernisasi. Dengan demikian maka terjadi peningkatan penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern dan berteknologi tinggi serta bahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut disamping memberikan kemudahan proses produksi, dapat pula menambah jumlah dan ragam bahaya di tempat kerja. Selain itu akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses, dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan (Depnaker, 2009).

Pemerintah mencatat sepanjang 2009 terjadi 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut mengalami penurunan sejak 2007 yang sempat mencapai 83.714 kasus dan melorot pada 2008 yang hanya 58.600 kasus. Lebih dari 50 ribu kasus kecelakaan kerja tahun lalu, sebanyak 20.086 kasus tergolong pelanggaran K3 dan sebanyak 107 kasus dalam proses penyidikan (Jamsostek, 2009).

(16)

terbanyak tercatat di Tanjung Morawa dengan 954 kasus, diikuti Kisaran 489 kasus, Pematang Siantar 299 kasus, Binjai 321 kasus dan Sibolga 71 kasus.

Seluruh kasus kecelakaan kerja di Sumatera Utara pada semester I tahun 2009 dibagi berdasarkan empat klasifikasi, yaitu lokasi kerja, cedera, kondisi kerja dan sumber kecelakaan. Berdasarkan lokasi kerja, jumlah kecelakaan mencapai 76,93 %, kecelakaan lalu lintas 14,59 % dan di luar lokasi kerja 8,48 %. Sedangkan berdasarkan klasifikasi cedera, pada bagian kaki mencapai angka dominan sebesar 20,80 %, kemudian kecelakaan pada jari tangan sebesar 19,28 %, pada mata sebesar 13,45 % dan kepala 12,58 %. Untuk klasifikasi kondisi kerja, alat pengaman tidak sempurna mencapai angka yang cukup dominan yaitu 78,87 % dan kecelakaan dengan menggunakan peralatan tidak seharusnya mencapai 6,21%. Sementara untuk klasifikasi berdasarkan sumber kecelakaan, tertinggi dengan menggunakan mesin (press, bor, gergaji) atau 39,88 % dan dengan perkakas kerja tangan mencapai 14,44 % (Jamsostek, 2009).

Dari data kasus kecelakaan di atas, industri seperti bahan kimia, jasa konstruksi, nuklir, plastik, besi baja, dan sebagainya yang berdampak bagi pekerja harus mengelola lingkungan kerja agar dapat menurunkan dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan pekerjanya. Sikap kritis dari masyarakat dunia juga mendorong industri yang berisiko ke pekerja untuk menerapkan suatu sistem pengelolaan yang aman bagi pekerjanya.

(17)

tenaga kerja. Mengingat tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 87. Undang-Undang tersebut mewajibkan setiap perusahaan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) (Menaker, 1996).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Suardi, 2005). Pencegahan kecelakaan kerja melalui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dilakukan pada dua komponen penting dalam industri yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja. Hal ini karena penyebab kecelakaan kerja yang paling banyak adalah oleh perilaku tidak aman (Unsafe Action) pekerja dan lingkungan atau kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa 85% sebab kecelakaan kecil bersumber kepada faktor manusia (Suma’mur, 1996).

(18)

Kita berada pada situasi yang menuntut kita mengerti tentang perilaku manusia. Bila pencegahan kecelakaan yang dilakukan, maka yang penting adalah pengendalian perilaku manusia dalam hal ini tenaga kerja, sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan perilaku aman (Suma’mur, 1996).

Perkebunan Aek Pamienke merupakan unit Perusahaan PT. Socfindo, yang berlokasi di Desa Aek Pamienke, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara ± 235 Km dari Medan. Perkebunan Aek Pamienke didirikan pada tahun 1928, bergerak dibidang perkebunan karet dan pabrik pengolahan karet dengan luas areal kebun 3.960 Ha dan pabrik pengolahan karet dengan kapasitas ± 18 Ton/hari.

(19)

kerja di PT. Socfindo. PT. Socfindo menyadari bahwa sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, PT. Socfindo menjunjung tinggi hak-hak pekerja, baik hak untuk mendapat upah yang layak, hak untuk berpendapat, dan hak-hak lainnya termasuk hak untuk bekerja dengan aman dan sehat. Sebagai bentuk kepedulian perusahaan akan keselamatan dan kesehatan para pekerjanya, PT. Socfindo menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007.

Dari hasil survei pendahuluan di PT. Socfindo, ternyata masih banyak masalah-masalah yang terjadi berkaitan dengan kegiatan perusahaan yang berdampak negatif baik bagi tenaga kerja maupun lingkungan kerjanya. Berdasarkan data kasus kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Socfindo, kecelakaan kerja kebanyakan terjadi dibagian produksi (32,22%) karena perilaku pekerja yang tidak aman. Hal ini disebabkan karena masih banyak pekerja yang belum mengerti tentang SMK3 OHSAS dan bagaimana seharusnya pekerja melaksanakan SMK3 OHSAS di tempat kerja. Sementara di PT. Socfindo telah dibentuk pengurus P2K3 pada masing-masing divisi yang bertugas mengurus masalah Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) para pekerjanya. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pengetahuan dan tindakan pekerja pada bagian produksi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke.

1.2. Perumusan Masalah

(20)

bagian produksi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan pekerja pada bagian produksi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pekerja tentang SMK3 OHSAS 18001:2007

2. Untuk Mengetahui gambaran tindakan pekerja tentang SMK3 OHSAS 18001:2007.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai pentingnya penerapan SMK3 OHSAS 18001:2007

2. Bagi tenaga kerja, agar lebih mengetahui manfaat dan kegunaan SMK3 OHSAS 18001:2007

3. Kepada peneliti sebagai sarana untuk memperdalam pengetahuan serta mengembangkan teori yang telah didapat didalam perkuliahan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Manusia

Keselamatan dan kesehatan kerja sangat erat kaitannya dengan perilaku di tempat kerja. Banyak kecelakaan terjadi karena ketidaktahuan, rasa kurang peduli terhadap risiko, terlalu percaya diri, kurang kesungguhan dan berkelakar di tempat kerja. Semua itu berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman pekerja yang bersangkutan.

Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari pengertian ini, maka dapat diuraikan bahwa reaksi psikis dapat berbentuk beraneka ragam yang pada hakekatnya digolongkan menjadi dua, yakni dalam bentuk pasif (berupa tindakan tidak nyata atau konkrit) dan dalam bentuk aktif (berupa tindakan nyata) (Notoatmodjo, 2003).

Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Namun perilaku juga dapat bersifat potensial yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Bloom (1908) membedakan menjadi tiga macam bentuk perilaku yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa perilaku terdiri dari unsur-unsur knowledge (pengetahuan), attitude (sikap), dan practise (tindakan) atau peri cipta, peri rasa, dan peri tindakan (Notoatmodjo, 2003).

(22)

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) ( Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang telah diketahui tersebut.

3. Aplikasi (application)

(23)

4. Analisis (analisys)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk menerangkan atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu ( Notoatmodjo, 2003 ).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2.1.2. Sikap

Sikap adalah kesiapan, kesediaan untuk bertindak dan bukan sebagai pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan suatu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi yang akhirnya berintegrasi ke dalam pola yang lebih luas (Gerungan, 1983). Sikap menurut Notoatmodjo (2003) memiliki beberapa komponen, yaitu :

(24)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Disebutkan juga bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan tidak harus berupa pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Gerungan (1983), sikap didasarkan pada konsep evaluasi berkenaan dengan objek tertentu, motif untuk bertingkah laku yang digambarkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontinu dari positif melalui area netral ke arah negatif dan dipandang sebagai hasil belajar dari daripada perkembangan atau sesuatu yang diturunkan dan memiliki sasaran tertentu dengan tingkat keterpaduan yang berbeda. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi, berarti segi dinamis menuju kesuatu tujuan (Gerungan, 1983).

Sikap menyatakan bahwa kita memiliki perasaan atau fikiran suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, tertarik atau menolak, percaya atau tidak percaya pada apa yang kita lakukan atau katakan dan bagaimana kita bereaksi terhadap apa yang orang lain katakan atau lakukan (Eiser, 1986).

Tingkat sikap menurut Notoatmodjo yaitu :

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2. Merespon, dapat diartikan memberikan jawaban untuk menyelesaikan pertanyaan yang diberikan, terlepas dari apakah jawaban itu benar atau salah dilakukan

(25)

4. Bertanggung jawab (responsible), dapat diartikan sebagai sikap yang paling tinggi, yaitu melakukan sesuatu yang dipilih dengan menerima segala risiko. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsug dapat dinyatakan dengan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Tambunan, 2007).

2.1.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kuantitasnya, yaitu : a. Praktik terpimpin (guided response), apabila subjek atau seseorang telah

melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan

b. Praktik secara mekanisme (mechanism), apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis

(26)

2.2. SMK3 OHSAS 18001:2007 2.2.1. Sejarah SMK3 OHSAS 18001

Dibandingkan dua kerabat dekatnya, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004, Sistem Manajemen K3 memang begitu populer. Standar yang sekarang kita kenal seperti OHSAS 18001:1999 pun tidak diterbitkan oleh Lembaga Standardisasi Dunia (ISO), tapi melalui kesepakatan badan-badan sertifikasi yang ada di beberapa negara. Pada tahun 1998, The Occupational Safety and Health Branch (Sekarang : Safe Work) ILO bekerja sama dengan The International Occupational Hygiene Association (IOHA)

melakukan identifikasi elemen-elemen kunci dari sebuah Sistem Manajemen K3. Kemudian pada akhir tahun 1999, anggota Lembaga ISO yaitu British Institution (BSI) meluncurkan sebuah proposal resmi (Ballot document

(27)

2.2.2. Pengertian OHSAS 18001:2007

OHSAS 18001:2007 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Diterbitkan tahun 2007, menggantikan OHSAS 18001:1999, dan dimaksudkan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) daripada keamanan produk. OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada aktivitas-aktivitas dan mengenali adanya bahaya-bahaya yang timbul.

Standar tersebut dapat diterapkan pada setiap organisasi yang berkemauan untuk menghapuskan atau meminimalkan risiko bagi para karyawan dan pemegang kepentingan lainnya yang berhubungan langsung dengan risiko K3 menyertai aktivitas-aktivitas yang ada. Banyak organisasi memiliki elemen-elemen yang dipersyaratkan oleh OHSAS 18001 tersedia di tempat penggunaan yang dapat saling melengkapi untuk membuat lebih baik sistem manajemen terpadu sesuai dengan persyaratan standar ini.

(28)

2.2.3. Penetapan Kebijakan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001

Harus ada kebijakan K3 yang di sahkan oleh manajemen puncak, yang secara jelas memberikan kerangka sasaran K3 dan komitmen dalam memperbaiki kinerja K3. Kebijakan K3 ini berupa :

1. Sesuai dengan sifat dan skala risiko K3 dari organisasi 2. Mencakup komitmen untuk perbaikan berkelanjutan

3. Mencakup komitmen ketaatan untuk memenuhi peraturan K3 dan persyaratan lainnya yang berhubungan dengan organisasi

4. Terdokumentasi, diterapkan dan dipelihara

5. Dikomunikasikan pada seluruh personel dengan menekankan karyawan untuk peduli dengan kewajiban K3-nya.

6. Tersedia pada pihak terkait

7. Ditinjau secara periodik untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut masih relevan dan sesuai dengan organisasi.

Dalam menyusun sebuah kebijakan K3 yang baik, manajemen puncak dapat mempertimbangkan hal-hal berikut :

a. Aspek bahaya yang terjadi b. Persyaratan perundang-undangan c. Sejarah dan kinerja K3 organisasi d. Kebutuhan pihak terkait

e. Peluang dan kebutuhan perbaikan berkelanjutan

(29)

2.2.4. Perencanaan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001 2.2.4.1. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko

Pengelolaan risiko merupakan dasar dari penerapan Sistem Manajemen K3. Karena itu setiap oraganisasi harus memiliki apresiasi yang menyeluruh pada setiap kegiatan yang terkait dengan aspek-aspek K3. Untuk itu, sebuah organisasi harus mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan risiko K3 di semua aktivitas-aktivitasnya, dan semua tahapan ini menjadi dasar dalam pengembangan dan penerapan Sistem Manajemen K3.

Tinjauan awal harus mencakup empat hal berikut, yaitu : 1. Persyaratan peraturan dan perundang-undangan

2. Identifikasi risiko K3 yang dihadapi organisasi 3. Rekaman-rekaman dari semua proses dan prosedur

4. Evaluasi umpan balik dari investigasi insiden sebelumnya, kecelakaan dan keadaan darurat.

Kondisi normal, tidak normal dan kondisi darurat yang potensial juga harus mendapatkan perhatian. Serta yang tidak kalah penting yang harus kita ingat adalah ketika kita melakukan identifikasi bahaya potensial kita tidak saja melakukannya pada pekerjaan operasional saja, tapi juga pada segala aspek lainnya yang masih termasuk didalam lingkup penerapan Sistem Manajemen K3, seperti pemeliharaan,

house keeping, dan lain sebagainya.

Sumber data yang dapat digunakan adalah : a. Persyaratan dan peraturan K3

(30)

c. Rekaman insiden dan kecelakaan kerja d. Laporan ketidaksesuaian

e. Hasil audit

f. Komunikasi pada karyawan dan pihak terkait g. Informasi dan tinjauan aktivitas K3 karyawan

h. Informasi dari perusahaan sejenis berupa insiden dan kecelakaan kerja yang terjadi

i. Informasi pada fasilitas, proses, dan kegiatan organisasi, mencakup prosedur, data pemantauan, data lingkungan dan tempat kerja.

Dalam melakukan identifikasi bahaya, pengukuran, dan pengendalian risiko dapat menggunakan lima langkah seperti dalam bagan berikut ini :

Bagan I. Langkah-langkah dalam melakukan Identifikasi bahaya, Pengukuran dan Pengendalian Risiko

Sumber : Rudi Suardi, 2005

Step 1:

Sudah adakah peraturan, standar, kode industri atau materi panduan tentang bahaya yang harus

(31)

2.2.4.2. Persyaratan Peraturan dan Undang-Undang

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses persyaratan perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang sesuai. Organisasi harus menjaga informasi yang tersedia tetap up to date. Organisasi harus mengkomunikasikan informasi yang relevan tentang persyaratan lainnya pada karyawannya dan pihak yang terkait. Persyaratan ini dimaksudkan untuk mematuhi persyaratan peraturan dan perundangan, bukan untuk membuat perpustakaan yang menyimpan buku-buku peraturan (Suardi, 2005).

2.2.4.3. Pembuatan Sasaran K3

1. Menentukan skala prioritas penetapan sasaran K3

Setelah kita melakukan identifikasi bahaya potensial dan memilih poin penting untuk dilakukan tindak lanjut, maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah menetapkan sasaran K3, dimana sasaran harus terkait dengan kebijakan K3 yang dibuat.

Input dalam menetapkan sasaran K3 adalah :

1. Kebijakan K3, mencakup komitmen untuk melakukan perbaikan berkelanjutan

2. Hasil dari identifikasi bahaya potensial, penilaian, dan pengendalian risiko 3. Persyaratan hukum dan perundang-undangan

4. Pilihan teknologi

5. Persyaratan keuangan, operasional dan bisnis 6. Pandangan dari pekerja dan pihak terkait

(32)

8. Rekaman-rekaman terdahulu terhadap ketidaksesuaian K3, kecelakaan, insiden, dan kerusakan fasilitas/sarana kerja

9. Hasil dari tinjauan manajemen

10. Komunikasi bersama antara pihak manajemen dengan karyawan. 2. Seleksi Prioritas

Dalam menyeleksi prioritas, kita mempertimbangkan :

a. Keberadaan peraturan, undang-undang dan persyaratan lainnya b. Pengendalian risiko yang ada.

Untuk beberapa organisasi, mereka memerlukan sebuah dokumen yang menjelaskan bagaimana membuat sasaran K3. Tetapi indikator kinerja setiap sasaran harus dibuat dan dipantau sejauh mana pencapaiannya. Untuk itu, dalam menetapkan dan mendokumentasikan sasaran mutu sebaiknya memiliki nilai-nilai SMART, yaitu :

1. Spesific

2. Measurable (terukur dan terhitung) 3. Achievable (dapat tercapai)

4. Realistic

5. Time frame (jangka waktu)

2.2.4.4. Program Manajemen K3

Organisasi harus menetapkan dan memelihara program manajemen K3 untuk mencapai sasaran K3 nya. Program ini harus mencakup dokumentasi dari :

1. Penunjukan tanggung jawab dan wewenang untuk pencapaian sasaran pada fungsi yang relevan dari organisasi

(33)

3. Program K3 harus ditinjau secara berkala. Bila diperlukan program manajemen K3 harus diamandemen sesuai dengan perubahan aktivitas, kondisi produk, servis, dan operasi organisasi (Santoso, 2004).

2.2.5. Operasi dan Penerapan Sistem Manajemen K3 2.2.5.1. Struktur dan Tanggung Jawab

Aturan, tanggung jawab dan wewenang personel yang mengelola, melakukan dan memverifikasi aktivitas, fasilitas, dan proses organisasi yang memiliki pengaruh pada risiko K3 harus didefinisikan dalam prosedur dan dikomunikasikan dalam rangka memfasilitasi manajemen K3. Tanggung jawab utama dari K3 terletak pada manajemen puncak. Organisasi harus menunjuk anggota manajemen puncak dengan tanggung jawab terpisah untuk memastikan bahwa Sistem Manajemen K3 diterapkan dan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan disemua lokasi dan lingkungan operasi organisasi.

Anggota manajemen yang ditunjuk harus memiliki aturan, tanggung jawab dan wewenang, antara lain :

1. Memastikan persyaratan Sistem Manajemen K3 diterapkan dan dipelihara sesuai dengan spesifikasi K3

(34)

2.2.5.2. Pelatihan, kepedulian dan Kompetensi

Personel harus memiliki kompetensi dalam melakukan kegiatan yang dapat mempengaruhi K3 ditempat kerja. Kompetensi harus didefinisikan berdasarkan pendidikan, pelatihan atau pengalaman. Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk memastikan bahwa personel bekerja pada setiap fungsi dan tingkat yang relevan pada :

1. Pentingnya kesesuaian pada kebijakan K3 dan prosedur dan persyaratan Sistem Manajemen K3

2. Konsekuensi, aktual atau potensi K3 dari aktivitas kerjanya dan keuntungan K3 dari perbaikan kinerja personel

3. Tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai kesesuaian kebijakan K3 dan prosedur dan untuk persyaratan Sistem Manajemen K3, mencakup persyaratan tanggap darurat

4. Konsekuensi potensi awal dari prosedur operasi yang spesifik.

Setelah penilaian kemampuan gambaran kompetensi kerja yang dibutuhkan dilaksanakan, program pelatihan harus dikembangkan sesuai dengan hasil penilaiannya. Prosedur dokumentasi pelatihan yang telah dilaksanakan dan dievaluasi efektivitasnya harus ditetapkan. Kompetensi kerja harus diintegrasikan ke dalam rangkaian kegiatan perusahaan mulai dari penerimaan, seleksi dan penilaian kerja serta pelatihan.

Dalam menetapkan persyaratan kompetensi, seorang personel sebaiknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

(35)

2. Dapat ditunjukkan (bisa menunjukkan kompetensinya)

3. Forward looking (prediksi atau pertimbangan kebutuhan yang akan datang) 4. Didokumentasikan.

2.2.5.3. Konsultasi dan Komunikasi

Organisasi harus mempunyai prosedur untuk memastikan bahwa informasi yang berhubungan dengan K3 dikomunikasikan pada karyawan dan dari karyawan dan pihak terkait lainnya. Susunan keterlibatan dan konsultasi karyawan harus didokumentasikan dan diberitahukan ke pihak terkait. Tujuannya adalah agar semua personel yang ada dalam perusahaan memahami dan mendukung Sistem Manajemen K3. Sebagai bentuk partisipasi perusahaan dalam Sistem Manajemen K3, konsultasi dan komunikasi adalah salah satu media yang sangat penting. Dengan konsultasi dan komunikasi maka segala ketidaktahuan, kesalahpahaman, dan permasalahan di dalam organisasi bisa diatasi (Suardi, 2005).

2.2.5.4. Sistem Dokumentasi SMK3

Dokumentasi merupakan bentuk dasar untuk memahami sistem, mengkomunikasikan proses dan persyaratan pada organisasi, serta menentukan keefektifan penerapannya. Dokumentasi sistem haruslah merefleksikan aktivitas yang benar-benar dilakukan di organisasi untuk memastikan kesesuaian dengan persyaratan. Dokumen yang merupakan bagian dari Sistem Manajemen K3 harus dikendalikan. Dokumentasi dapat dibedakan berdasarkan tingkatannya yaitu :

1. Manual

(36)

menjelaskan proses-proses. Dalam manual K3 kita dapat menentukan ruang lingkup penerapan dan referensi dari prosedur-prosedur yang diterbitkan.

2. Prosedur

Prosedur merupakan penjelasan detail dari aktivitas-aktivitas di perusahaan. Sebuah proses dalam Sistem Manajemen K3 harus mendefinisikan aturan-aturannya, ruang lingkup pelaksanaannya dan pelaksana dari aktivitas-aktivitas tersebut.

3. Instruksi Kerja

Instruksi Kerja biasanya digunakan oleh operator dalam mengerjakan aktivitasnya, seperti pengoperasian mesin, penggunaan alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Instruksi kerja bersifat lebih teknis dibandingkan dengan prosedur (Silalahi dan Silalahi, 1995).

2.2.5.5. Pengendalian Dokumen

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen dan data yang dipersyaratkan oleh spesifikasi OHSAS untuk memastikan, bahwa :

1. Dokumen-dokumen dapat ditunjukkan

2. Dokumen-dokumen ditinjau secara periodik, direvisi, sesuai kebutuhan dan disetujui penggunaannya oleh personel yang berwewenang

(37)

4. Dokumen dan data yang sudah tidak berlaku lagi harus dipisahkan dari semua tempat penggunaan atau dengan kata lain memastikan adanya penggunaan yang tidak disengaja

5. Tempat penyimpanan dokumen dan data untuk tujuan pengawetan peraturan dan pengetahuan, atau keduanya, teridentifikasi (Salawati, 2009).

2.2.5.6. Pengendalian Operasi

Organisasi harus mengidentifikasi keseluruhan operasi dan aktivitas yang terkait dengan risiko yang diidentifikasi, dimana pengendalian perlu diterapkan. Organisasi harus merencanakan aktivitas tersebut, termasuk pemeliharaan, dalam rangka memastikan bahwa aktivitas –aktivitas tersebut dilakukan dalam kondisi yang ditetapkan, dengan :

1. Menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk mengakomodasi situasi dimana ketiadaan prosedur tersebut dapat membuat terjadinya deviasi dari kebijakan dan sasaran K3

2. Ketentuan kriteria operasi dalam prosedur

3. Menetapkan dan memelihara prosedur terkait untuk risiko-risiko K3 yang diidentifikasi terhadap barang-barang, peralatan, dan jasa yang dibeli dan/atau digunakan oleh organisasi dan mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan yang relevan pada pemasok dan rekanan

(38)

2.2.5.7. Persiapan dan Tanggap Darurat

Sesuai dengan sifat penerapan Sistem Manajemen K3, maka organisasi harus secara aktif melakukan penilaian terhadap kecelakaan yang berpotensi terjadi dan menyiapkan keperluan tanggap darurat, membuat prosedur dan proses untuk mengatasinya. Organisasi juga harus melakukan pengujian sebagai sarana latihan untuk kondisi sebenarnya serta melakukan perbaikan terhadap hasil yang dicapai (Suardi, 2005).

2.2.6. Pemantauan dan Pengukuran

2.2.6.1. Pengukuran dan Pemantauan Kinerja

Organisasi menetapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3 pada selang waktu terencana. Untuk itu organisasi harus menetapkan monitoring, pengukuran, analisis dan perbaikan yang diperlukan. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja K3. Data kecelakaan kerja dapat digunakan sebagai indikator langsung kinerja K3, meskipun sebaiknya dalam mengukur kinerja K3 tidak hanya menggunakan data kecelakaan saja, tetapi juga menggunakan indikator lainnya seperti standar house keeping, penggunaan APD, dan ketentuan Ambang Batas.

2.2.6.2. Kecelakaan, Insiden, Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Organisasi harus menetapkan dan memlihara prosedur untuk mendefinisikan tanggung jawab dan wewenang untuk :

(39)

b. Insiden

c. Ketidaksesuaian

2. Tindakan yang diambil untuk mengurangi berbagai konsekuensi yang timbul dari kecelakaan, insiden atau ketidaksesuaian

3. Inisiatif dan penyelesaian dari tindakan perbaikan dan pencegahan 4. Konfirmasi dari keefektifan tindakan dan pencegahan yang diambil.

Pada keseluruhan proses penilaian risiko, prosedur ini harus mempersyaratkan semua usulan tindakan perbaikan dan pencegahan harus ditinjau terlebih dahulu dalam penerapannya. Berbagai tindakan atau pencegahan yang diambil untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian aktual dan berpotensi harus sesuai pada besarnya masalah dan sepadan dengan risiko K3 yang ditemukan (Cahyono, 2004). 2.2.6.3. Pengendalian Rekaman

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk identifikasi pemeliharaan dan disposisi rekaman K3 sebagai hasil audit dan tinjauan. Rekaman-rekaman K3 harus dapat dibaca, dapat diidentifikasi dan ditelusuri sesuai aktivitas terkait, kemudian disimpan dan dipelihara untuk sewaktu-waktu siap ditunjukkan. 2.2.6.4. Audit Sistem Manajemen K3

Organisasi harus menetapkan dan memelihara program dan prosedur audit secara periodik. Audit Sistem Manajemen K3 dilakukan dalam rangka untuk :

1. Menentukan apakah Sistem Manajemen K3 :

a. Sesuai perencanaan Sistem Manajemen K3 mencakup persyaratan dari spesifikasi K3 ini

(40)

c. Efektif dalam memenuhi kebijakan dan sasaran K3. 2. Meninjau hasil audit sebelumnya

3. Menyediakan informasi hasil audit manajemen. Program audit, mencakup berbagai jadwal, harus berdasarkan pada hasil penilaian risiko dari aktivitas organisasi, dan hasil audit sebelumnya. Prosedur audit harus mencakup lingkup, frekuensi, metodologi dan kompetensi, juga tanggung jawab dan persyaratan untuk melakukan audit dan pelaporan audit.

Audit merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengevaluasi Sistem Manajemen K3, kesesuaian dengan persyaratan, dan keefektifan penerapan sistem. Hasil audit dapat digunakan untuk mengidentifikasi peluang perbaikan.

Sesuai sifat audit, maka personel yang melakukan audit tidak boleh mengaudit pekerjaannya sendiri. Jadi harus dilakukan oleh personel dari aktivitas yang berbeda. Pelaksana audit internal dapat dilakukan dengan menggunakan jasa eksternal seperti konsultan. Akan tetapi jika menggunakan jasa eksternal hanya dapat digunakan sebagai pelengkap/pendamping bagi pelaksana eksternal (Suardi, 2005).

2.2.7. Tinjauan Manajemen

(41)

lainnya, hasil audit Sistem Manajemen K3, perubahan organisasi, dan komitmen untuk perbaikan berkelanjutan.

Pokok-pokok permasalahan yang dapat dibahas dalam tinjauan manajemen, antara lain :

1. Kesesuaian kebijakan K3 2. Pencapaian sasaran K3

3. Kesesuaian proses identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko 4. Kecukupan proses identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko

5. Kecukupan sumber daya 6. Keefektifan proses inspeksi

7. Keefektifan proses pelaporan bahaya

8. Data yang berhubungan dengan kecelakaan dan insiden yang terjadi 9. Rekaman prosedur yang tidak efektif

10. Hasil internal dan eksternal audit yang dilakukan sejak tinjauan sebelumnya dan keefektifannya

11. Ketetapan kesiapan keadaan darurat 12. Perbaikan untuk Sistem Manajemen K3

13. Keluaran dari berbagai investigasi dari kecelakaan dan insiden (Suardi, 2005). 2.2.8. Kerangka Konsep

Tenaga Kerja 1. Pengetahuan 2. Tindakan

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan tindakan pekerja pada bagian produksi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001:2007 di PT. Socfindo kebun Aek Pamienke tahun 2010.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Maret sampai Oktober 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja di lingkungan pabrik PT. Socfindo kebun Aek Pamienke tahun 2010 yaitu sebanyak 101 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah pekerja yang bekerja pada bagian produksi di PT. Socfindo kebun Aek Pamienke tahun 2010 sebanyak 27 orang, yaitu :

(43)

3. Pengolahan crumb rubber lower sebanyak 7 orang

4. Overheads/Mekanik/Electrics GW, TW, CW sebanyak 5 orang 3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari pekerja dengan menggunakan kuesioner pada aspek pengetahuan dan tindakan pekerja.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder mencakup data umum perusahaan yang diperoleh dari bagian personalia PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Tahun 2010.

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah :

1. Pekerja adalah seluruh karyawan yang bekerja pada bagian produksi di PT. Socfindo kebun Aek Pamienke tahun 2010

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tenaga kerja mengenai SMK3 OHSAS 18001:2007 di pabrik PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke. 3. Tindakan adalah segala praktik/perbuatan tenaga kerja untuk melaksanakan

SMK3 OHSAS 18001:2007 sesuai dengan peraturan yang ditetapkan di pabrik PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke.

(44)

3.6. Aspek Pengukuran

Pengukuran aspek perilaku didasarkan pada jawaban responden dari seluruh pertanyaan yang diberikan (Pratomo dan Sudarti, 1986).

1. Penilaian pengetahuan diukur berdasarkan jumlah skor dari 8 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan yang tepat memiliki bobot nilai 3, untuk jawaban yang kurang tepat dengan bobot nilai 2 dan jawaban yang salah dengan bobot nilai 1. Dengan total skor (tertinggi) 24.

2. Penilaian tindakan dilakukan terhadap 8 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan yang tepat memiliki bobot nilai 3, untuk jawaban yang kurang tepat dengan bobot nilai 2 dan jawaban yang salah dengan bobot nilai 1. Dengan total skor (tertinggi) 24.

Menurut Pratomo (1986), berdasarkan skor yang diperoleh diklasifikasikan kedalam 3 kategori, yaitu :

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75 % dari nilai maksimum (>18)

2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 40 – 75 % dari nilai maksimum (> 9 – 18 )

3. Nilai buruk, apabila responden hanya mendapat nilai < 40 % dari nilai maksimum (<9).

3.7. Tehnik Pengolahan Data

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Socfindo didirikan pada tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caoutchoucs Medan Societe Anonyme). Perusahaan ini didirikan berdasarkan Akte Notaris William Leo No. 45 tanggal 07 Desember 1930 dan merupakan perusahaan yang mengelola perusahaan perkebunan di daerah Sumatera Utara, Aceh Barat dan Aceh Timur.

Pada tahun 1965 berdasarkan penetapan Presiden No. 06 Tahun 1965, Keputusan Presiden Kabinet Dwikora No. A/d/50/1965, Instruksi Menteri Perkebunan No. 20/MPR/M.Perk/65 dan No. 29/Mtr/M.Perk/65. No. SK 100/M.Perk/1965 maka perkebunan yang dikelola perusahaan PT. Socfindo Medan SA berada dibawah pengawasan Pemerintah RI.

Pada tahun 1966 diadakan serah terima hak milik perusahaan oleh Pimpinan PT. Socfindo Medan SA kepada Pemerintah RI sesuai naskah serah terima pada tanggal 11 Januari 1960 No. 01/Dept/66 dan dasar penjualan perkebunan dan harta PT. Socfindo Medan SA tersebut.

(46)

Pada tanggal 17 Juni 1968, Presiden (dengan Keputusan No. 68/Pres/6/1968 tanggal 13 Juni 1968) dan Menteri Pertanian (dengan Keputusan No. 94/Kpts/OP/6/1968 tanggal 13 Juni 1968) menyetujui terbentuknya perusahaan patungan antara Pemerintah RI dengan perusahaan Belgia.

Perusahaan patungan ini dinamai PT. Socfin Indonesia atau disingkat dengan PT. Socfindo. Pendirian perusahaan ini dikukuhkan dengan Akte Notaris Chairil Bahri di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1968 dan Akte Perubahan tanggal 12 Mei 1968 No. 64 yang kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan ketetapan No. J.A. 05/1202/1 tanggal 13 September 1969, lalu didaftarkan di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 17 September 1969 No. 68/69 Surat tanggal 31 Oktober 1969 diumumkan dalam tambahan Berita Negara RI No. 17.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami perubahan berdasarkan Akte No. 10 tanggal 03 September 2001 oleh Notaris Ny. R. Arie Soetardjo mengenai perubahan pemegang saham dengan komposisi modal menjadi 90% pengusaha Belgia dan 10% Pemerintah Indonesia.

Perkebunan PT. Socfin Indonesia yang berkantor di Jl. K.L. Yos Sudarso No. 106 Medan memiliki usaha perkebunan seluas lebih kurang 50.000 Ha yang berada di dua propinsi, yaitu :

1. Wilayah propinsi Sumatera Utara terdiri dari : Mata Pao, Bangun Bandar, Pusat Seleksi Bangun Bandar, Tanjung Maria, Tanah Besi, Lima Puluh, Tanah Gambus, Aek Loba, Padang Pulo, Aek Pamienke, Negeri Lama dan Halimbe.

(47)

4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Socfin Indonesia merupakan sebuah perkebunan, dimana komoditi utamanya adalah kelapa sawit dan karet. Perusahaan ini dipimpin oleh seorang

Principal Director dan dibantu oleh General Manager.

Struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi menggambarkan hubungan, wewenang dan tanggung jawab setiap tingkatan yang ada dalam organisasi tersebut untuk melaksanakan kegiatannya ke arah tercapainya tujuan perusahaan.

Struktur organisasi pada umumnya disusun dengan tujuan untuk mendapatkan sistem kerjasama yang baik antara pegawai perusahaan tersebut. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya struktur organisasi adalah :

1. Memperinci tugas masing-masing bagian sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan penumpukan tugas di suatu bidang

2. Mempermudah pelaksanaan tugas atau pekerjaan 3. Mempermudah pengawasan oleh atasan

4. Mempermudah jalinan kerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan seperti yang telah direncanakan.

PT. Socfindo terdiri dari beberapa departemen dan kebun-kebun yang tersebar di wilayah Sumatera Utara dan Aceh. Departemen-departemen tersebut adalah :

(48)

4. Agriculture Departement (Bahagian Tanaman) 5. Technic/Technology Departement (Bahagian Tehnik) 6. Sales Departement (Bahagian Penjualan)

7. IT Departement (Bahagian Informasi Teknologi)

Untuk lebih jelasnya, kedudukan tugas dan fungsi dapat dilihat dari struktur organisasi PT. Socfindo Medan seperti yang terlampir pada bagian lampiran di halaman belakang. Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab pada PT. Socfindo Medan adalah sebagai berikut :

1. Principal Director

a. Memimpin dan mengurus perusahaan

b. Mewakili perusahaan baik ke luar maupun ke dalam

c. Bertanggung jawab atas seluruh keputusan dan ketetapan-ketetapan dalam kebijakan perusahaan

2. General Manager

a. Mewakili Principal Director

b. Mengkoordinir seluruh kegiatan perusahaan 3. Estate Advisor

Memberikan pendapat, atau saran langsung kepada Principal Director

4. General Departement (Bahagian Umum)

Dipimpin oleh seorang Kepala Bahagian yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Urusan Law dan Agrarian Affair

(49)

2. Mengurus masalah hukum, peraturan yang berhubungan dengan kegiatan PT. Socfindo

3. Menangani masalah keuangan yang timbul serta mengatur penjagaan asset perusahaan.

b. Urusan Personil dan General Accounting

1. Menangani masalah kepegawaian

2. Menghitung dan mengontrol biaya umum

3. Membuat daftar gaji dan budget

c. Urusan General Affair dan HRD 1. Menangani masalah umum

2. Membuat daftar dan perincian bangunan rumah staff dan karyawan kantor besar Medan

3. Menyusun anggaran perabot dan inventaris

4. Membuat daftar inventaris kebun dan kantor besar d. Urusan ISO

1. Menangani dokumentasi sistem manajemen mutu (ISO 9001), lingkungan (ISO 14001) dan K3 (OHSAS 18001)

2. Menangani aplikasi sistem manajemen mutu (ISO 9001), lingkungan (ISO 14001) dan K3 (OHSAS 18001).

e. Urusan Secretary Principal Director/General Manager/Advisor

1. Menyeleksi surat masuk/keluar termasuk Filling

(50)

3. Menyiapkan data, laporan untuk komisaris

4. Menyiapkan data tender bahagian pembelian dan bahagian Teknik/Teknologi.

f. Urusan Liasion Office (Jakarta dan Banda Aceh)

1. Mengurus izin yang diperlukan perusahaan dari BPKM, Deptan, Deperindag dan Depkeu

2. Menyiapkan rapat komisaris

3. Mengurus seluruh keperluan dan kepentingan perusahaan di wilayah masing-masing

4. Mengantar dan menjemput tamu. 5. Agricultural Departement (Bahagian Tanaman)

Dipimpin oleh seorang Kepala Bahagian dan bertanggung jawab kepada Direksi dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Urusan Agricultural

1. Membuat rekomendasi mengenai kultur teknis kelapa sawit dan karet 2. Mengecek dan mereview program pemupukan kelapa sawit dan karet yang

dibuat oleh staff urusan administrasi kelapa sawit dan karet

3. Mengecek dan mereview program sadap, stimulasi dan rencana klon serta panel deres yang dibuat oleh staff urusan administrasi karet

4. Mengambil contoh daun dan contoh LD

5. Mengecek dan mereview produksi karet dan kelapa sawit yang dibuat oleh staff produksi

(51)

b. Urusan Seed Marketing

1. Membuat budget produksi 2. Membuat laporan tahunan

3. Laporan statistik, komputerisasi perkebunan 4. Laporan produksi permintaan uang/tagihan 5. Pemakaian biaya bibit

6. Analisa biaya kapital.

c. Urusan Selection Oil Palm, Vegetatif, Propogation, Laboratorium (PSBB) 1. Memeriksa seluruh aspek panen kelapa sawit

2. Memeriksa seluruh aspek eksploitasi atau deresan, stimulasi semua kebun karet

3. Melaksanakan pengendalian hama penyakit kelapa sawit dan karet urusan CIRAD-CP PROJECT.

6. Technical/Technology Departement (Bahagian Teknik)

Dipimpin oleh seorang Kepala Bahagian yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Urusan Plant, Building, Machinery and Processing Instalation Maintanance

1. Membuat desain, kalkulus dan mengawasi pekerjaan bangunan pabrik dan seluruh instansi

2. Memeriksa dan memberi petunjuk mengenai perawatan bangunan, instansi pabrik dan mesin pengolahan

(52)

5. Mengawasi pesanan barang dan mengevaluasi biaya perawatan bangunan, instansi pabrik dan mesin

6. Memeriksa pengoperasian boiler, bejana uap dan mesin-mesin pengolahan 7. Memberikan petunjuk perawatan boiler, bejana uap dan mesin-mesin

pengolahan

8. Mengawasi perbaikan mesin-mesin dan instansi pabrik. b. Urusan Building dan Civil Work

1. Mempersiapkan gambar dan bestek pekerjaan bangunan dan mesin-mesin 2. Memeriksa dan mengawasi perbaikan/perawatan bangunan pabrik dan

perumahan

3. Mengevaluasi biaya pekerjaan sipil 4. Survey titi plat beton

5. Kunjungan rutin ke semua kebun. c. Urusan Administration

1. Menerima dan memeriksa surat masuk, faktur 2. Mempersiapkan surat tender, kontrak kerja

3. Membuat surat permintaan pembayaran serta memo dan lainnya

4. Memonitor biaya eksploitasi pengolahan pemeliharaan mesin dan alat transport

5. Mempersiapkan laporan tahunan

6. Mengkoordinir administrasi bahagian teknik dan teknologi. d. Urusan Processing FFB, Quality Control, 3RD Party

(53)

2. Mengawasi mutu TBS, MKS, IKS 3. Mengawasi air limbah

4. Membuat statistik pengolahan dan biaya pengolahan 5. Mengawasi kerugian semua proses produksi

6. Mengawasi ekstraksi.

e. Urusan Processing, Rubber Quality dan Influent Treatment

1. Mengawasi mutu produksi karet

2. Mengawasi serta menganalisa mutu air limbah pabrik karet

3. Memeriksa analisa pengolahan dan membuat statistik pengolahan karet 4. Memeriksa biaya pengolahan karet

5. Sertifikasi produksi karet 6. ISO 9001-2000.

f. Urusan Processing FRF, PKOF, Amdal, ISO, Transportasi Produksi 1. Mengawasi mutu produksi harian FRF, PKOF

2. Mengawasi pengangkutan semua produksi 3. Memonitor harga pembelian TBS pihak ketiga 4. Mengawasi, memeriksa mutu air limbah 5. Mengurus semua urusan amdal

6. ISO 9001-2000.

g. Urusan Transport dan Heavy Equipment Maintenance

1. Mengawasi pengangkutan semua produksi

(54)

3. Memberikan petunjuk perawatan pengoperasian alat transport dan alat-alat berat

4. Memeriksa biaya pengoperasian dan perbaikan alat transport dan alat-alat berat.

7. Sales Departement (Bahagian Penjualan)

Dipimpin oleh seorang Kepala Bahagian yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Administration and Local Sales

1. Membuat anggaran dan realisasi penjualan dan penerimaan 2. Membuat dan memeriksa dokumen penjualan lokal

3. Membuat dan memeriksa laporan administrasi penjualan 4. Membuat faktur pajak penjualan lokal.

b. Export Oil

1. Membuat dan memeriksa dokumen export CPO dan turunannya 2. Pembayaran pajak export

3. Memeriksa rekening pengangkutan CPO dan turunannya 4. Memeriksa rekening PT. Socfindo.

c. Export Rubber/Seeds and Local Seeds

1. Membuat dan memeriksa dokumen export karet dan kecambah 2. Membuat dan memeriksa dokumen penjualan kecambah 3. Memeriksa rekening pengangkutan dan ekspedisi karet. d. Tank Instalasi Belawan

(55)

2. Membuat dan memeriksa laporan kegiatan TIB 3. Penyimpanan produksi karet di gudang TIB

4. Membuat dan memeriksa rekening penyimpanan produksi karet. 8. Finance Departement (Bahagian Perbelanjaan)

Dipimpin oleh seorang Kepala Bahagian yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Urusan Head Office Accounting and Verification Accounting Section

1. Mempersiapkan slip jurnal untuk mutasi neraca dan laba rugi kebun-kebun

2. Mempersiapkan slip jurnal hutang-hutang staff, pegawai dan pensiunan 3. Memeriksa jurnal transaksi pembukuan kantor besar

4. Mempersiapkan financial result

5. Mempersiapkan daftar sisa hutang dan pemotongan hutang pegawai 6. Mempersiapkan laporan keuangan

7. Memeriksa laporan-laporan. b. Urusan Payment Verification Section

1. Koordinasi Payment Verification

2. Memeriksa kembali seluruh dokumen pengajuan pembayaran sesuai syarat-syarat pembayaran yang sah

3. Mempersiapkan pembayaran, baik gaji ataupun pembayaran kepada pihak ke-III melalui transfer Bank

(56)

c. Urusan Taxes/Jamsostek Section

1. Mempersiapkan SPT Masa PPh Pasal 21, 23, 24, PPN, PBDR, dan PBB 2. Memeriksa pencatatan pajak penghasilan (PPh) 21 pada general ledger

dan membandingkannya dengan jumlah yang telah disetor ke kantor pajak 3. Melaporkan semua pajak yang terhitung (PPh 21, 23, 25 dan 26)

4. Mempersiapkan SPOP PBB koordinasi dengan Bahagian Teknik dan Bahagian Tanaman

5. Memeriksa kebenaran pengkreditan faktur pajak masukan yang berasal dari Bahagian Pembelian dan Bahagian lainnya

6. Mempersiapkan rekonsiliasi PPN (bekerjasama dengan Bahagian Pembelian dan Bahagian Penjualan)

7. Memeriksa SPT Tahunan PPh 21 karyawan kebun-kebun sebelum Bahagian Penjualan dan Bahagian Pembelian

8. Membuat perincian Jamsostek terhutang untuk kantor besar. d. Urusan Estate Accounting Section

1. Memeriksa kembali seluruh nota-nota tata buku kebun-kebun yang dipersiapkan oleh Verificator

2. Memeriksa kembali statistik dan laporan sebagai berikut : a. Daftar Klasifikasi Biaya Ex-Factory

b. Realisasi pembelian TBS pihak ke-III c. Perincian biaya pengolahan MKS dan IKS d. Stock pupuk

(57)

3. Memeriksa kembali statistik dan laporan sebagai berikut : a. Permintaan uang bulanan

b. Produksi

c. Jurnal Cost Price

d. Estate Trial Balance

e. Perkiraan sementara kebun-kebun yang belum selesai f. Stock posisi

g. Persentase lembur

4. Membuat perbandingan realisasi biaya eksploitasi dengan anggaran biaya kebun-kebun sekaligus membuat analisanya (Cost Price Analysis)

5. Membuat daftar realisasi biaya dan anggaran per jenis produksi 6. Memeriksa tata buku kebun

7. Mempersiapkan dan memeriksa kembali pembukuan supplement

sebahagian kebun-kebun

8. Membuat analisa biaya anggaran kebun-kebun. 9. Purchase Departement (Bahagian Pembelian)

Dipimpin oleh seorang Kepala Bahagian yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Urusan Import Purchase

1. Memeriksa seluruh proses import

2. Memeriksa permintaan uang dan pertanggungjawabannya 3. Melaksanakan proses import

(58)

5. Laporan bulanan import.

b. Urusan Local and Cash Purchasing

1. Memeriksa kontrak-kontrak pembelian barang lokal

2. Memeriksa pembayaran dan faktor-faktor pembelian lokal dan pembayaran kontan

3. Memeriksa jurnal-jurnal supplier 4. Membuat budget dan progress report

5. Rekonsiliasi stock gudang

6. Mengatur dan mengawasi pembelian dan pemakaian alat-alat kantor 7. Melakukan pembelian kontan

8. Membuat perbandingan harga

9. Rekonsiliasi purchase ledger dengan stock ledger.

c. Gudang Pusat (Central Godown) 1. Menerima barang dari supplier

2. Mengirim barang kebutuhan kebun

3. Menyimpan barang sebelum dikirim ke kebun 4. Membuat laporan stock

5. Mempersiapkan dokumen pembayaran supplier.

10. IT Departement

a. Mempersiapkan dan memelihara sistem komputerisasi yang terintegrasi (SAP Sistem untuk kantor besar dan Harvest IT Plus untuk kebun-kebun)

(59)

c. Memelihara dan menyimpan data-data perusahaan yang ada di server. 11. Internal Audit

Dipimpin oleh seorang Kepala Internal Audit dan bertanggung jawab langsung kepada Principal Director dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Kepala Internal Audit

1. Menyusun Audit Plan dan anggaran 2. Membuat dan mereview program audit

3. Melakukan pemeriksaan di kantor besar Medan dan kebun 4. Membuat dan memeriksa Draft Audit Report

5. Memeriksa kertas kerja yang dibuat staff audit 6. Memonitor tindak lanjut

7. Mengkoordinir, mengevaluasi dan membina staff Internal Audit 8. Menentukan semua keputusan dari Internal Audit

b. Staff Internal Audit

1. Menyiapkan Draft pemeriksaan dan audit program 2. Melakukan pemeriksaan sesuai audit program 3. Menyusun kertas kerja pemeriksaan

4. Memonitor tindak lanjut hasil pemeriksaan. 4.1.3. Aktivitas Perusahaan

(60)

sifatnya tidak bisa terlalu lama disimpan, jumlah produksinya tergantung pada alam, sifat permintaannya elastis, maka perusahaan selalu berusaha mencipatakan sistem penjualan yang efektif dan bersifat non spekulatif, dimana setiap produksi diusahakan dapat segera terjual agar diperoleh dana untuk keperluan operasional perusahaan ekspansi dan investasi.

Adapun produksi yang dihasilkan PT. Socfindo dari komoditinya dan lokasi perkebunannya adalah sebagai berikut :

1. Kelapa Sawit

Dari hasil pengolahan buah kelapa sawit akan diperoleh minyak sawit dalam bentuk :

a. CPO (Crude Palm Oil) atau disebut juga Minyak Kelapa Sawit (MKS)

CPO ini sebagian besar diolah sendiri dan 25% dijual secara lokal. CPO ini bila diproses di FRF (Fractination and Refining Factory) akan menjadi minyak yang siap pakai. Dari CPO ini dapat dihasilkan produksi turunan yaitu :

1. RBD Olein (Reffening Bleaching and Deodorized Olein)

RBD adalah minyak kelapa sawit kualitas tinggi yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Dan saat ini produk tersebut terjual 100% secara lokal. 2. RBD Stearin

(61)

3. Fatty Acid

Bahan ini diproses di FRF untuk menghasilkan bahan baku untuk pembuatan sabun mandi, sabun cuci dan kosmetik. Seluruh produk ini dijual secara lokal. b. Palm Kernel (Inti Kelapa Sawit)

Komoditi lainnya yang dapat dihasilkan dari buah kelapa sawit adalah inti kelapa sawit atau disebut juga palm kernel. Bila palm kernel diproses di PKOF (Palm Kernel Oil Factory) akan diperoleh turunannya yaitu :

1. PKO (Palm Kernel Oil)

PKO ini dijual secara lokal maupun ekspor. Dari PKO ini juga diperoleh produk turunan, yaitu :

a. CPKO, minyak goreng siap pakai b. RBD PKO, minyak mentah 2. Cake PKE (Palm Kernel Expeller)

Produk ini adalah ampas dari pemerasan. Palm kernel yang biasanya digunakan untuk makanan ternak dijual secara lokal.

Pengadaan minyak kelapa yang diusahakan perusahaan merupakan hasil dari perkebunan kelapa sawit yang diusahakan perusahaan yang tersebar di daerah Sumatera Utara dan Aceh.

2. Karet

Dari hasil pengolahan karet maka akan diperoleh komoditi : a. Ex Latex

(62)

Kedua komoditi ini diolah menjadi crumb rubber dengan berbagai mutu yang merupakan bahan baku untuk membuat ban dan lain-lain, dimana orientasi pasarnya adalah ke luar negeri.

4.1.4. PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke

Perkebunan Aek Pamienke terletak di kecamatan Aek Natas, kabupaten Labuhan Batu Utara ± 235 Km dari Medan. Kegiatan kebun adalah Perkebunan Karet dan pabrik pengolahan karet di kebun Aek Pamienke yang merupakan satu unit perusahaan PT. Socfindo.

1. Detail Tata Ruang

Luas areal pemanfaatan lahan pada perkebunan Aek Pamienke adalah : a. Areal Karet : 3.984,40 Ha

b. Emplasmen : 56,86 Ha c. Pembibitan : 1,09 Ha d. Reservasi : 152,89 Ha e. Rawa : -

f. Dan lain-lain : 62,45 Ha 2. Tahap Pembangunan Fisik

a. Pembangunan Sarana Jalan

(63)

b. Pembangunan Sarana Pendukung dan Pabrik

Pabrik crumb rubber dengan kapasitas 19 ton KK/hari. Sarana pendukung meliputi perumahan staff, kantor, perumahan karyawan, gudang, garasi dan bengkel. Sarana olah raga dan hiburan, sarana air bersih, bangunan sekolah, sarana pembangkit listrik, poliklinik dan rumah ibadah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

c. Kebutuhan dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan untuk kebun Aek Pamienke adalah sebanyak 970 orang laki-laki dan 250 orang perempuan.

3. Tahap Produksi a. Pembibitan

Pembibitan dilakukan di dalam kantong-kantong plastik yang berwarna hitam (polybag). Luas areal pembibitan 1 Ha. Biji dikecambahkan di persemaian, biji yang telah berkecambah dipindahkan ke polybag dengan jarak tanam 20x20 cm. Pemupukan dilakukan 1 bulan sekali dengan pupuk compound

yang diberikan di sekeliling batang dengan jarak 3-5 cm dari batang. Setelah bibit berumur 5 bulan, dilakukan okulasi. 4 minggu setelah okulasi dilakukan pemotongan dan setelah tumbuh ± 2 bulan bibit ditanam ke lapangan.

b. Penanaman

Setelah bibit polybag ± 2 bulan dipindahkan ke lapangan yang sebelumnya sudah ditanami dengan tanaman penutup tanah dari berbagai jenis

(64)

tanam 3x6,5m. Jenis klon yang digunakan adalah RRIC 100, PB 330, RRIM 921, PB 235, PB 260, PR 261 dan PB 217 yang dibibitkan di kebun PT. Socfindo.

c. Pemeliharaan Tanaman 1. Penyakit

Penyakit yang menyerang tanaman karet yang umum dijumpai adalah jamur akar putih (JAP).

2. Pemupukan

Pada tanaman yang menghasilkan, pupuk diberikan 1 kali setahun dengan cara menaburkan pupuk pada larikan berjarak kira-kira 1 m dari pangkal batang sepanjang barisan pohon. Pupuk yang diberikan adalah pupuk N (Urea), pupuk P (TSP), pupuk K (Kel) dan Kieserit.

d. Pemanenan

Penyadapan pohon karet dilakukan pada saat tanaman berumur ± 5 tahun. Lateks yang keluar dari kulit batang yang disadap ditampung pada mangkok plastik, kemudian setelah penuh dimasukkan ke dalam ember pengumpul dan dibawa ke tangki pengumpul.

e. Pengangkutan

Hasil penyadapan pohon karet yang telah dipanen diangkat ke pabrik dengan menggunakan truk dan whell tractor.

f. Proses Pengolahan Karet (Crumb rubber)

(65)

Koagulasi yang terbentuk dimasukkan ke dalam rotary cutter. Air limbah pabrik crumb rubber berasal dari sisa koagulasi lateks, air cucian pemotongan dan air cucian peralatan lainnya.

4. Kondisi Lingkungan Kerja

Pada umumnya bagian proses produksi memiliki risiko/potensi yang cukup tinggi dalam hal kecelakaan kerja. Kondisi lingkungan kerja bagian produksi PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke dapat dikatakan sudah semaksimal mungkin melakukan perencanaan pembangunan gedung dengan mempertimbangkan perlunya berbagai sarana kebersihan yaitu secara sanitasi dan hygiene, mengingat bahwa tempat kerja megandung risiko terpapar penyakit.

Gambar

Tabel 4.1.  Distribusi Responden Berdasarkan Umur di PT. Socfindo Kebun Aek
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di PT. Socfindo
Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Tindakan Responden Tentang Sistem Manajemen

Referensi

Dokumen terkait

Socfindo Kebun Mata Pao menunjukkan bahwa : pekerja yang berumur ≥42 tahun 19.7% sangat sering merasa lelah, pekerja dengan masa kerja &gt; 10 tahun 26.3% sangat

Organisasi harus memastikan bahwa setiap perubahan yang timbul dari tindakan koreksi dan pencegahan dibuat dalam sistem dokumentasi K3. Pengendalian rekaman

Hasil penelitian menunjukkan pada pekerja bagian produksi lateks yang mengalami keluhan kesehatan dengan sikap kerja duduk terdapat pada bagian tubuh dibahu kiri, bahu kanan,

Peneliti melakukan uji validitas dengan memberikan instrument penelitian berupa kuesioner tindakan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja SMK3 dan kuesioner kinerja

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SMK3 UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN Studi Kasus: PT INDUSTRI KAPAL INDONESIA PT IKI Persero.. Meningkatkan Keselamatan dan