• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

1

18001 TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

PT. COCA COLA AMATIL MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

(S1) pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis

Disusun Oleh:

Ummi Salamah Sitorus

110907061

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/ BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(2)

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas berkat

rahmat dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola

Amatil Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari

Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP), Universitas Sumatera Utara (USU).

Peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang memberikan bantuan,

bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Yance, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, serta arahan yang bersifat

konstruktif kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Kakanda Siswati Saragi, M.SP selaku Wakil Sekretaris Jurusan dan

Abangda Farid yang telah banyak membantu penulis dalam hal

administrasi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis yang telah

(3)

6. Kepada kedua orang tua penulis Wilson Sitorus dan Masrin Tambunan

yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan kepada penulis

baik dukungan moril maupun materil dan juga untuk saudara kandung

penulis Imran Sitorus, Nurul Khairina Sitorus dan Gita Ramadhani Sitorus

yang selalu memberikan motivasi serta semangat kepada penulis dalam

pengerjaan skripsi.

7. Kepada Bapak Hamonangan Situmorang selaku Bagian Lingkungan PT.

Coca Cola Amatil Indonesia Medan yang telah banyak membantu dalam

penyebaran kuisioner.

8. Kepada Bang Edo dan Bang Riki terimakasih karena sudah membantu

penulis dalam penyebaran kuisioner.

9. Kepada kawan-kawan Administrasi Bisnis Stambuk 2011, terkhusus

Wahyu Rahmi Isnaini terimakasih atas masukan dan wejangan-wejangan

yang telah diberikan sehingga menambah semangat penulis dalam proses

pengerjaan skripsi.

10.Kepada kawan-kawan GENOSIDA yang terlalu banyak untuk disebutkan

namanya satu persatu terimakasih sudah membantu penulis dalam

penyelesaian skripsi ini dan sudah memberi cerita yang lebih berwarna

bagi kehidupan penulis selama diperkuliahan.

11.Semua pihak yang sudah membantu penulis dalam proses penyelesaian

skripsi yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih

banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya

(4)

Medan, 22 Oktober 2015

Ummi Salamah Sitorus

DAFTAR ISI

(5)

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Penelitian ... 7

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 8

2.1.1 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 10

2.1.2 Kecelakaan Kerja ... 11

2.1.3 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 13

2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 16

2.2.1 Tujuan Sistem Manajemen K3 ... 16

2.3 Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001 ... 18

2.4 Aplikasi PDCA dalam Model SMK3 OHSAS 18001 ... 37

2.5 Produktivitas Kerja... 40

2.5.2 Pengukuran Produktivitas Kerja ... 40

2.5.3 Hubungan Sistem Manajemen K3 dengan Produktivitas Kerja .. 42

2.6 Hipotesa... 43

2.7 Penelitian Terdahulu ... 44

(6)

2.9 Sistematika Penulisan ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 49

3.2 Lokasi Penelitian ... 49

3.3 Populasi dan Sampel ... 49

3.4 Definisi Konsep ... 50

3.5 Definisi Operasional... 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.6.1 Uji Validitas ... 57

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 57

3.7 Teknik Analisis Data ... 58

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 59

3.7.2 Pengujian Hipotesis ... 60

3.7.3 Koefisien Determinasi ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 63

4.1.1 Gambaran Umum PT. Coca Cola Amatil Medan ... 63

4.1.2 Strukrur Organisasi PT. Coca Cola Amatil Medan ... 66

4.1.3 Kegiatan Operasional PT. Coca Cola Amatil Medan ... 72

4.2 Hasil Penelitian ... 74

4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 74

4.2.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Karakteristik Responden ... 74

4.2.1.2 Penentuan Range ... 78

(7)

4.2.1.3.1 Variabel Komitmen Top Management ... 79

4.2.1.3.2 Peraturan dan Prosedur K3... 82

4.2.1.3.3 Komunikasi Pekerja ... 85

4.2.1.3.4 Kompetensi Pekerja ... 88

4.2.1.3.5 Lingkungan Kerja... 91

4.2.1.3.6 Keterlibatan Pekerja ... 94

4.2.1.3.7 Produktivitas Kerja ... 97

4.2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 100

4.2.2.1 Uji Validitas ... 100

4.2.2.2 Uji Reliabilitas ... 101

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 102

4.2.3.1 Uji Normalitas ... 102

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 104

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 105

4.2.4 Uji Regresi Linear Berganda ... 107

4.2.5 Pengujian Hipotesis ... 109

4.2.5.1 Uji Simultan (Uji F) ... 110

4.2.5.2 Uji Parsial (Uji T)... 110

4.2.5.3 Pengujian Koefisien Determinasi ... 113

4.3 Pembahasan ... 114

4.3.1 Pengaruh Komitmen Top Management Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan ... 114

(8)

4.3.3 Pengaruh Komunikasi Pekerja Terjadap Produktivitas Kerja

Karyawan ... 119

4.3.4 Pengaruh Kompetensi Pekerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan ... 121

4.3.5 Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan ... 123

4.3.6 Pengaruh Keterlibatan Pekerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan ... 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 129

5.2 Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 131

LAMPIRAN ... 132

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja dari Tahun 2007-2014 ... 2

(9)

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 75

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 76

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 77

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Top Management .... 79

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Peraturan dan Prosedur K3 ... 82

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Komunikasi Pekerja ... 85

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kompetensi Pekerja ... 88

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Lingkungan Kerja ... 91

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keterlibatan Pekerja ... 94

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Produktivitas Kerja . 97 Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas ... 100

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas ... 102

Tabel 4.14 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 104

Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinearitas ... 105

Tabel 4.16 Hasil Uji Glejser ... 107

Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 108

Tabel 4.18 Hasil Uji Simultan ... 110

Tabel 4.19 Hasil Uji T ... 111

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses OHSAS 18001 ... 20

(11)

Pengendalian ... 38

Gambar 2.3 Segitiga Produktivitas dan K3 ... 43

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 47

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 103

Gambar 4.2 Normal Probability Plot ... 103

Gambar 4.3 Diagram Scatterplot ... 106

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) OHSAS 18001 TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT. COCA COLA

(12)

UMMI SALAMAH SITORUS

Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya dalam melaksanakan pekerjaanya, karyawan tidak luput dari yang dinamakan risiko dalam pekerjaan. Baik itu risiko dalam tingkatan ringan ataupun berat. Untuk meminimalisir risiko yang terjadi maka dibutuhkan sistem manajemen untuk mengelola keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (K3) agar produktivitas kerja karyawan meningkat sehingga perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Dalam hal ini PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001.

Metode yang digunakan ialah penelitian kuantitatif dengan pendekatan asosiatif dimana bertujuan untuk menganalisis hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Sesuai dengan judul penelitian yaitu untuk mengetahui Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan. Penelitian ini dilakukan dengan 54 responden karyawan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan uji hipotesis, yaitu uji F dan uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas yang terdiri dari komitmen top management(X1), peraturan dan prosedur K3 (X2),

komunikasi pekerja (X3), kompetensi pekerja (X4), lingkungan kerja (X5),

keterlibatan pekerja (X6), berpengaruh terhadap variabel produktivitas kerja

karyawan. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,601 hal ini menunjukkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel produktivitas kerja karyawan sebesar 60,1%, sedangkan sisanya yaitu 39,9% dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Kata Kunci: sistem manajemen K3 OHSAS 18001, produktivitas kerja,

komitmen top management, peraturan dan prosedur K3, komunikasi pekerja, kompetensi pekerja, lingkungan kerja, keterlibatan pekerja.

ABSTRACT

EFFECT ANALYSIS OF APPLICATION OF MANAGEMENT SYSTEM SYSTEM SAFETY AND HEALTH OHSAS 18001 ON EMPLOYEES

PRODUCTIVITY PT. COCA COLA AMATIL MEDAN UMMI SALAMAH SITORUS

(13)

University Of Sumatera Utara

Basically to doing his job, employees are not immune from the called risk in the work. Both the level of risk in mild or severe. To minimize the risk of loss is required a management system for managing safety and health of employees in order to increase employee productivity so companies can compete with other companies. In this case PT. Coca Cola Amatil Medan implement a safety and health Management System (SMK3) OHSAS 18001.

The method used is quantitative research with assosiative approach which aims to analyze the relationship of a variable with another variable. In accordance with the title of the study is to determine Effect Analysis Application Management System Occupational Health and Safety OHSAS 18001 for Employee Productivity PT. Coca Cola Amatil Medan. This study was conducted with 54 respondents employees. The analysis technique used is multiple regression analysis to test the hypothesis, the F test and T test.

The result showed that simultaneous independent variables consisting of the commitment of top management (X1), rules and OHS procedure (X2), the communication of workers (X3), the competence of workers (X4), work environment (X5), the involvement of workers (X6) effect to variable employee productivity (Y). But there are two partially independent variables that worker competence variable (X4) and variable involvement of worker (X6) has a negative effect and no significant effect on employee productivity. From this results obtained by the coefficient of determination (R Square) of 0.601 indicating that independent variable influence to variable employee productivity by 60.1%, while the remaining 39.9% is influenced by variables not examined in this study.

Keywords: OHS management system OHSAS 18001, employees productivity, commitment of top management, rules and OHS procedure, communications worker, the competence f workers, work environment, worker involvement.

BAB I

PENDAHULUAN

(14)

Pengendalian ... 38

Gambar 2.3 Segitiga Produktivitas dan K3 ... 43

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 47

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 103

Gambar 4.2 Normal Probability Plot ... 103

Gambar 4.3 Diagram Scatterplot ... 106

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) OHSAS 18001 TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT. COCA COLA

(15)

UMMI SALAMAH SITORUS

Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya dalam melaksanakan pekerjaanya, karyawan tidak luput dari yang dinamakan risiko dalam pekerjaan. Baik itu risiko dalam tingkatan ringan ataupun berat. Untuk meminimalisir risiko yang terjadi maka dibutuhkan sistem manajemen untuk mengelola keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (K3) agar produktivitas kerja karyawan meningkat sehingga perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang lain. Dalam hal ini PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001.

Metode yang digunakan ialah penelitian kuantitatif dengan pendekatan asosiatif dimana bertujuan untuk menganalisis hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Sesuai dengan judul penelitian yaitu untuk mengetahui Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan. Penelitian ini dilakukan dengan 54 responden karyawan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan uji hipotesis, yaitu uji F dan uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas yang terdiri dari komitmen top management(X1), peraturan dan prosedur K3 (X2),

komunikasi pekerja (X3), kompetensi pekerja (X4), lingkungan kerja (X5),

keterlibatan pekerja (X6), berpengaruh terhadap variabel produktivitas kerja

karyawan. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,601 hal ini menunjukkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel produktivitas kerja karyawan sebesar 60,1%, sedangkan sisanya yaitu 39,9% dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Kata Kunci: sistem manajemen K3 OHSAS 18001, produktivitas kerja,

komitmen top management, peraturan dan prosedur K3, komunikasi pekerja, kompetensi pekerja, lingkungan kerja, keterlibatan pekerja.

ABSTRACT

EFFECT ANALYSIS OF APPLICATION OF MANAGEMENT SYSTEM SYSTEM SAFETY AND HEALTH OHSAS 18001 ON EMPLOYEES

PRODUCTIVITY PT. COCA COLA AMATIL MEDAN UMMI SALAMAH SITORUS

(16)

University Of Sumatera Utara

Basically to doing his job, employees are not immune from the called risk in the work. Both the level of risk in mild or severe. To minimize the risk of loss is required a management system for managing safety and health of employees in order to increase employee productivity so companies can compete with other companies. In this case PT. Coca Cola Amatil Medan implement a safety and health Management System (SMK3) OHSAS 18001.

The method used is quantitative research with assosiative approach which aims to analyze the relationship of a variable with another variable. In accordance with the title of the study is to determine Effect Analysis Application Management System Occupational Health and Safety OHSAS 18001 for Employee Productivity PT. Coca Cola Amatil Medan. This study was conducted with 54 respondents employees. The analysis technique used is multiple regression analysis to test the hypothesis, the F test and T test.

The result showed that simultaneous independent variables consisting of the commitment of top management (X1), rules and OHS procedure (X2), the communication of workers (X3), the competence of workers (X4), work environment (X5), the involvement of workers (X6) effect to variable employee productivity (Y). But there are two partially independent variables that worker competence variable (X4) and variable involvement of worker (X6) has a negative effect and no significant effect on employee productivity. From this results obtained by the coefficient of determination (R Square) of 0.601 indicating that independent variable influence to variable employee productivity by 60.1%, while the remaining 39.9% is influenced by variables not examined in this study.

Keywords: OHS management system OHSAS 18001, employees productivity, commitment of top management, rules and OHS procedure, communications worker, the competence f workers, work environment, worker involvement.

BAB I

PENDAHULUAN

(17)

Pada era industrialisasi seperti sekarang ini, persaingan menuntut

perusahaan untuk memanfaatkan serta mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki

kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

perusahaan agar mampu bersaing. Selain tenaga kerja, untuk menunjang proses

produksi perusahaan juga menggunakan mesin-mesin yang berteknologi tinggi

untuk tujuan meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam mecapai efisiensi

dan efektifitas.

Tentunya dalam penggunaan mesin-mesin yang berteknologi tinggi dapat

menimbulkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Risiko tersebut tentunya

mempunyai hubungan dengan produktivitas kerja karyawan dimana dapat

menurunkan produktivitas kerja serta menurunkan produksi perusahaan dan

otomatis hal ini dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Oleh sebab

itu tenaga kerja atau keryawan harus mendapat perhatian lebih dari perusahaan

dalam pengoperasian mesin-mesin dengan teknologi tinggi agar terhindar dari

kecelakaan kerja. Namun dapat kita lihat dalam beberapa tahun belakangan ini

bahwa disetiap negara di berbagai belahan dunia dalam setiap tahunnya ribuan

kecelakaan kerja terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa,

kerusakan materi, dan gangguan produksi. Menurut laporan International Labour

Organization (ILO) tahun 2013 bahwa 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15

detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan

(18)

Begitu juga di Indonesia, angka kecelakaan kerja setiap tahunnya sangat

tinggi. Berikut merupakan tabel jumlah kasus kecelakaan kerja yang terjadi di

Indonesia dari tahun 2007-2014.

Tabel 1.1 Jumlah kasus kecelakaan kerja dari tahun 2007-2014

NO Tahun Jumlah Kasus

1 2007 83.714

2 2008 94.736

3 2009 96.314

4 2010 98.711

5 2011 99.491

6 2012 103.000

7 2013 104.201

8 2014 105.501

Sumber:

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah kasus

kecelakaan kerja terus meningkat. Karena semakin meningkatnya kecelakaan

kerja di Indonesia maka ditetapkan beberapa peraturan keselamatan dan

kesehatan kerja (Soehatman, 2010:12) antara lain adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Diberlakukan tanggal 12 Januari 1970 yang memuat berbagai persyaratan

tentang keselamatan kerja. Dalam undang-undang ini ditetapkan mengenai

kewajiban pengusaha, hak dan kewajiban tenaga kerja serta syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh organisasi.

2. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Dalam perundangan mengenai ketenagakerjaan ini salah satunya memuat

tentang keselamatan kerja yaitu:

Pasal 86: menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya

keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi keselamatan tenaga

(19)

Pasal 87: mewajibkan setiap organisasi melaksanakan Sistem Manajemen

K3 yang terintegrasi dengan manajemen organisasi lainnya.

Hal tersebut diatas dapat dijadikan acuan bagi perlidungan tenaga kerja dari

bahaya atau kecelakaan dan penyakit akibat kerja maupun lingkungan kerja.

Tentunya dengan adanya penerapan sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja dalam perusahaan akan dapat membentuk tenaga kerja yang

produktif, sehat dan berkualitas.

PT. Coca Cola Amatil Medan merupakan perusahaan minuman ringan

terkemuka yang memproduksi dan mendistribusikan produk berlisensi dari The

Coca Cola Company. Dalam produksinya tentunya melibatkan kontak langsung

antara tenaga kerja dengan mesin-mesin serta alat-alat berteknologi tinggi yang

cenderung memiliki risiko kecelakaan. Salah satu bentuk kebijakan yang dipilih

perusahaan PT. Coca Cola Amatil Medan dalam mengantisipasi dan mengurangi

kecelakaan kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja

karyawan yaitu dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yaitu Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001

(Occupational Health and Safety Assesment Series- 18001) adalah suatu standar

internasional untuk sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang

bertujuan untuk mengelola aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada

setiap proses kerja. PT. Coca Cola Amatil Medan yang berlisensi dari The Coca

Cola Company yang merupakan perusahaan yang sudah berstandar internasional

tentunya menggunakan SMK3 18001 dalam mengelola aspek K3 pada karyawan

(20)

Adapun tujuan dari penerapan SMK3 OHSAS 18001 ini sendiri tidak

berbeda dengan tujuan sistem manajemen K3 Pemenaker, yaitu perlindungan

terhadap para pekerja dari hal yang tidak diinginkan yang timul dari lingkungan

kerja ataupun aktivitas pekerjaan itu sendiri, yang berdampak terhadap

keselamatan dan kesehatan para pekerja. Selain itu agar tidak menimbulkan

kerugian besar akibat dari kecelakaan kerja yang bisa menjadikan citra buruk

perusahaan. SMK3 OHSAS 18001 ini merupakan bagian dari manajemen secara

keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung

jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan untuk

pengembangan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3.

Dalam proses produksi minuman, perusahaan PT. Coca Cola Amatil

Medan tidak hanya berorientasi pada produk, sebagaimana banyak terjadi pada

industri lainnya, akan tetapi juga berorientasi pada proses dan risiko yang dimiliki

pada industri ini dapat dikatakan tinggi dan resiko kecelakaan kerja juga

dikhawatirkan mempengaruhi pruduktivitas kerja karyawan. Akan tetapi jika

dalam proses nya faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja

perusahaan diperhatikan serta perusahaan juga akan sangat terbantu jika risiko

kerja dapat diminimalisir dengan adanya program keselamatan dan kesehatan

kerja melalui pengambilan keputusan yang tepat dalam hal ini yaitu Kebijakan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Otomatis angka

kecelakaan kerja dapat berkurang, dan biaya konpensasi akibat kecelakaan dapat

ditekan.

Dari gambaran latar belakang yang sudah dijabarkan diatas membuat

(21)

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas,

maka penulis merumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Apakah faktor-faktor Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja OHSAS 18001 ( komitmen top management, peraturan dan

prosedur K3, konumikasi pekerja, kompetensi pekerja, lingkungan

kerja, dan keterlibatan pekerja) berpengaruh terhadap produktivitas

kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan?

2. Faktor Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS

18001 manakah yang paling dominan mempengaruhi produktivitas

kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan hasi perumusan masalah diatas, maka

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 ( komitmen top

(22)

kompetensi pekerja, lingkungan kerja, dan keterlibatan pekerja)

terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan.

2. Untuk mengetahui faktor Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja OHSAS 18001 yang paling dominan mempengaruhi

produktivitas kerja karyawan PT. Coca Cola Amatil Medan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah:

1. Bagi Perusahaan PT. Coca Cola Amatil Medan

Dapat menjadi bahan evaluasi dan referensi dalam melaksanakan program

keselamatan dan kesehatan kerja dalam meningkatkan produktivitas kerja

karyawan.

2. Bagi Pihak Lain

Diharapkan penulisan ini dapat dijadikan bahan bacaan yang mampu

menambah wawasan dan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah ilmu

pengetahuan dan dapat memberikan pandangan atau cakrawala yang lebih luas

tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS

18001.

1.5 Batasan Penelitian

Dikarenakan banyaknya divisi dalam pembagian tugas di PT. Coca Cola

(23)

divisi produksi yang risiko kecelakaan kerja nya relatif tinggi dibandingkan divisi

lain maka penulis hanya meneliti pengaruh penerapan SMK3 OHSAS 18001

terhadap karyawan divisi produksi saja. Tujuan pembatasan penelitian ini adalah

untuk menjaga agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan fokus.

BAB II

(24)

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang

dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat

kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja

dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan

kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja.

Rijuna Dewi (2006 dalam Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Volume 7:44).

Randall dan Jackson (1999:224) mengatakan, apabila perusahaan dapat

melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka

perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang

hilang.

2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

3. Menurunnya biaya – biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah

karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari

partisipasi dan rasa kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra

perusahaan.

7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Menurut Robiana Modjo (2007, dalam Jurnal Studi Manajemen dan

Organisasi,Volume 7:45) menjelaskan mengenai manfaat penerapan program

(25)

1. Pengurangan Absentisme.

Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja

dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera

atau sakit akibat kerja pun semakin berkurang.

2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan.

Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar – benar

memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan

untuk mengalami cedera dan sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil

pula kemungkinan klaim pengobatan/kesehatan dari mereka.

3. Pengurangan Turnover pekerja.

Perusahaan yang menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja

mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa pihak manajemen menghargai dan

memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja

menjadi merasa lebih bahagia dan tidak mau keluar dari pekerjaannya.

4. Peningkatan Produktivitas.

Dari hasil penelitian yang ada memberikan gambaran bahwa baik secara

individu maupun bersama – sama penerapan program keselamatan dan kesehatan

kerja memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas kerja.

2.1.1 Strategi dan Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil atau bahkan

(26)

sesuai dengan kondisi perusahaan (Ibrahim J.K., 2010:45). Strategi yang perlu

diterapkan perusahaan meliputi:

1. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam

menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja. Misalnya terlihat keadaan

finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang keselamatan dan kesehatan

kerja, serta tanggung jawab perusahaan dan karyawan, maka perusahaan bisa

jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

2. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan dan

kesehatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal di maksudkan

setiap peraturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan, dan dikontrol sesuai

dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau

konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan – kesepakatan.

3. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan

rencana tentang keselamtan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti

pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana

sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara reaktif, pihak

manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja

setelah suatu kejadian timbul.

4. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat drajat keselamatan dan kesehatan

kerja yang tinggi sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya

perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja para

karyawannya.

Untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan

(27)

kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan. Berikut ini

sumber dan strategi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja

menurut Schuler dan Jackson dalam tulisan Ibrahim Jati K. (2010:47).

2.1.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaaan menurut M.Sulaksmono (dalam Santoso, 2004: 7) adalah

suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu

aktivitas yang telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam

sekejab mata, dan setiap kejadian menurut Bennet NBS (dalam Santoso, 2004: 7)

terdapat empat faktor bergerak dalam suatu kesatuan berantai , yakni: lingkungan,

bahaya, peralatan dan manusia.

Apabila terjadi kecelakaan kerja, tentunya perusahaan mengalami

kerugian, baik secara materil dan non materil. Menurut Soehatman (2010:18),

kerugian akibat kecelakaan kerja dibagi atas 2 yaitu:

1. Kerugian Langsung

Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung

dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi seperti berikut.

a. Biaya Pengobatan dan Konpensasi

Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera ringan, berat, cacad atau

menimbulkan kematian. Cedera ini akan mengakibatkan tidak mampu

menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitas. Jika

terjadi kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan dan

tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku.

(28)

Kerugian langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi akibat

kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan. Perusahaan harus

mengeluarkan biaya untuk perbaikan kerusakan. Banyak pengusaha yang terlena

dengan adanya jaminan asuransi terhadap aset organisasinya. Namun

kenyataannya, asuransi tidak akan membayar seluruh kerugian yang terjadi,

karena ada hal yang tidak termasuk dalam lingkup asuransi. Karena itu, sekalipun

suatu aset telah diasuransikan, tidak berarti bahwa usaha pengamanannya tidak

lagi diperlukan. Justru dengan tingkat pengamanan yang baik akan menurunkan

tingkat risiko yang pada gilirannya dapat menurunkan premi asuransi.

c. Kerugian Tidak Langsung

Kecelakaan kerja juga menimbulkan kerugian tidak langsung, antara

lain:

a. Kerugian Jam Kerja

Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk

membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian, perbaikan kerusakan

atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan

jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas.

b. Kerugian Produksi

Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat

kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi sementara

(29)

c. Kerugian Sosial

Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial baik terhadap keluarga

korban yang terkait langsung, maupun lingkungan sosial sekitarnya. Apabila

seorang pekerja mendapat kecelakaan, keluarganya akan turut menderita. Bila

korban tidak mampu bekerja atau meninggal makakeluarga akan kehilangan

sumber kehidupan, keluarga terlantar yang dapat menimbulkan kesengsaraan.

d. Citra dan Kepercayaan Konsumen

Kecelakaan menimbulkan citra negatif bagi organisasi karena dinilai tidak

peduli keselamatan, tidak aman atau merusak lingkungan. Citra organisasi sangat

penting dalam menentukan kemajuan suatu usaha. Untuk membangun citra atau

company image, organisasi memerlukan perjuangan berat dan panjang.Namun

citra ini dapat rusak dalam sekejap jika terjadi bencana atau kecelakaan

lebih-lebih jika berdampak luas. Sebagai akibatnya masyarakat akan meninggalkan

bahkan mungkin memboikot produknya.

2.1.3 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja pada pinsipnya dapat dicegah dan pencegahan

kecelakaan ini merupakan tanggung jawab manajer lini, penyelia, mandor kepala

dan juga kepala jurusan. Namun yang tersirat dalam UU No.1 tahun 1970 pasal

10, bahwa tanggung jawab pencegahan kecelakaan kerja selain pihak perusahaan

juga karyawan dan pemerintah (Santoso. 2004:7).

Berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan. Menurut

Soehatman (2010:10) ada beberapa konsep pendekatan pencegahan kecelakaan

(30)

a. Pendekatan Energi

Sesuai dengan konsep Energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber

energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan

energi mengendalikan kecelakaan melalui 3 titik yaitu pada sumbernya, pada

aliran energi (path away) dan pada penerima.

b. Pendekatan Manusia

Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan

bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang

tidak aman. Karena itu untuk mencegah kecelakaan dilakukan berbagai upaya

pembinaan unsur manusia untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

sehingga kesadaran K3 meningkat.Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian

mengenai K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

a. Pembinaan dan Pelatihan

b. Promosi K3 dan Kampanye K3

c. Pengawasan dan Inspeksi K3

d. Audit K3

e. Komunikasi K3

f. Pengembangan prosedur kerja aman (Safe Working Practice)

c. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses

maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang

bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain:

a. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis dan

(31)

b. Sistem pengamanan pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan

dalam pengoperasian alat atau instalasi misalnya tutup pengaman mesin, sistem

interlock, sistem alarm, sistem instrumentasi, dan lainnya

d. Pendekatan Administrasi

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan bebagai cara

antara lain:

a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kecelakaan dan paparan

bahaya dapat dikurangi

b. Penyediaan alat keselamatan kerja

c. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3

d. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.

e. Pendekatan Manajemen

Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak

kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang

dilakukan antara lain:

a. Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

b. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif

c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3 khususnya untuk

manajemen tingkat atas.

2.2Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996 (dalam Soehatman, 2010:46) ,

Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan

(32)

prosedur, proses, dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan,

penerapan, pencapaian, pengkajian, pemeliharaan kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

guna terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif.

Menurut Soehatman (2010:46) Sistem Manajemen K3 merupakan

konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensip dalam suatu sistem

manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan

pengawasan.

2.2.1 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Adapun tujuan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja menurut Soehatman (2010:48) adalah sebagai berikut:

a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi

Sistem Manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja

penerapan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian K3

organisasi dengan persyaratan tersebut, organisasi dapat mengetahui tingkat

pencapaian K3. Pengukuran ini dilakukan melalui audit sistem manajemen K3.

Di Indonesia, diberlakukan Permenaker No. 05 tahun 1996 tentang audit

Sistem Manajemen K3 yang menetapkan kriteria untuk mengukur kinerja K3

perusahaan. DNV dengan metoda ISRS juga berfungsi sebagai alat ukur

pencapaian kinerja K3 organisasi melalui peringkat dari level 1 sampai 10.

(33)

Sistem Manajemen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan

dalam mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa bentuk sistem

manajemen K3 yang digunakan sebagai acuan misalnya ILO OHSMS Guidelines,

API HSE MS Guidelines, Oil and Gas Producer Forum (OGP) HSEMS

Guidelines, ISRS dan DV, dan lainnya.

c. Sebagai dasar penghargaan (awards)

Sistem manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian

penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3. Penghargaan K3 diberikan baik oleh

instansi pemerintah maupun lembaga independen lainnya seperti Sword of

Honour dari British Counsil dan SMK3 dari Depnaker. Penghargaan K3 diberikan

atas pencapaian kinerja K3 sesuai dengan tolak ukur masing-masing. Karena

bersifat penghargaan, maka penilaian hanya berlaku untuk periode tertentu.

d. Sebagai serttifikasi

Sistem Manajemen K3 juga dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan

manajemen K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh lembaga sertifikasi

yang telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi . Sistem sertifikasi dewasa ini

telah berkembang secara global karena dapat diacu diseluruh dunia.

2.3Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001

Mengingat banyaknya sistem manajemen K3 yang dikembangkan oleh

berbagai institusi, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan sekaligus

memberikan sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah sistem penilaian

kinerja K3 yang disebut OHSAS 18001 (Occupational Health and Safety

Assessment Series). Menurut Vincent (2012:78) OHSAS 18001 merupakan

(34)

organisasi mengendalikan risiko-risiko yang berkaitan dengan K3 serta

meningkatkan kinerja K3. OHSAS 18001 dikembangkan oleh Project Group,

konsorsium 43 organisasi dari 28 negara. Tim ini melahirkan kesepakatan

menetapkan sistem penilaian (assessment) yang dinamakan OHSAS 18000 yang

terdiri atas 2 bagian yaitu:

a. OHSAS 18001 : Memuat spesifikasi SMK3

b. OHSAS 18002 : Pedoman Implementasi

OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiran untuk dapat digunakan dan

dikembangkan oleh berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, risiko

serta lingkup kegiatan organisasi.

Menurut Wieke Y.C. dkk,(2012:85) bahwa Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 dapat diterapkan dengan baik

dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu sebagai berikut :

1. Komitmen top management

Komitmen ialah sebuah keterikatan ataupun perjanjian untuk melakukan

suatu yang terbaik dalam organisasi atau kelompok tertentu.

2. Peraturan dan prosedur K3

Peraturan dan Prosedur K3 adalahaturan dan petunjuk yang ditetapkan

dalam menjalankan manajemen K3. Hendaknya peraturan dan prosedur K3

tidaklah terlalu rumit sehingga mudah untuk dipahami, mudah ditetapkan dengan

benar, diberlakukan sanksi jika ada pelanggaran dan perlu adanya perbaikan

secara berkala sesuai dengan kondisi proyek.

(35)

Komunikasi Pekerja, ialah adanya penyampaian informasi atau pesan. Hal

ini berkaitan dengan pernyataan bahwa komunikasi yang baik di perlukan antara

pihak manajemen dari pihak pekerja, serta komunikasi yang baik antara sesama

pekerja.

4. Kompetensi Pekerja

Kompetensi pekerja, ialah kemampuan yang di miliki pekerja. Sehingga

diharapkan meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan kerja dan dapat membantu

meningkatkan kompetensi pekerja yang lain terhadap K3.

5. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja ialah keadaan yang terdapat pada lokasi kerja yang

mendorong K3 bila seluruh pekerjaannya mengutamakan program K3 dan

diharapkan lingkungan kerja semakin mengutamakan program K3 dan diharapkan

lingkungan kerja semakin kondusif dan meningkatkan motivasi para pekerja.

6. Keterlibatan Pekerja

Keterlibatan pekerja dalam K3, ialah peran pekerja dalam merumuskan

perencanaan program K3 dan pekerja juga dilibatkan dalam penyampaian

[image:35.595.75.569.587.776.2]

informasi mengenai K3.

Gambar 2.1 Proses OHSAS 18001

KEBJAKAN DAN KOMITMEN

PEMBINAAN KOMPETENSI PENGENDALIAN OPERASI INVESTIGASI KEJADIAN PERSYARATAN LEGAL

HI RA RC

RISK MANAGEMENT

TUJUAN DAN

SASARAN K3

(36)

Sumber: Ramli, Soehatman. 2012. Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan

Kerja OHSAS 18001. PT. Dian Rakyat. Jakarta.

Struktur OHSAS 18001 dan klausul-klausulnya (dalam Vincent, 2012:

78) dapat dilihat sebagai berikut:

1. Ruang Lingkup

Standar OHSAS 18001 dapat diterapkan pada organisasi apa saja yang

bermaksud untuk:

a. Menetapkan sistem manajemen K3 (OH&S) yang menghilangkan atau

meminimumkan risiko terhadap personil dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan yang dapat terpapar berkaitan dengan bahaya-bahaya

K3 dalam aktivitas mereka.

b. Menerapkan, memelihara dan meningkatkan terus menerus sistem

manajemen K3 (OH&S).

c. Menjamin kesesuaian dengan kebijakan K3 (OH&S) yang dinyatakan

d. Menunjukkan kesesuaian dengan standar OHSAS 18001 melakui:

1. memuat suatu penetapan mandiri dan deklarasi mandiri atau

2. mencari konfirmasi terhadap kesesuaian melalui pihak-pihak yang

memiliki kepentingan terhadap organisasi, seperti pelanggan atau

3. mencari konfirmasi dari deklarasi mandiri atau pihak-pihak

eksternal dari organisasi

DOKUMENTASI KOMUNIKASI

(37)

4. mencari sertifikasi/registrasi terhadap sistem manajemen K3

(OH&S) oleh organisasi eksternal

Semua persyaratan dalam Standar OHSAS 18001 dimaksudkan

untuk menjadi referensi bagi sistem manajemen K3 (OH&S). Perluasan dari

aplikasi akan tergantung pada faktor-faktor seperti kebijakan K3 (OH&S) dari

organisasi, keadaan aktivitas, risiko-risiko dan kompleksitas operasional. Standar

OHSAS 18001 hanya diperuntukkan bagi K3 dan tidak dimaksudkan untuk

kesehatan dan keselamatan kerja yang lain seperti kesejahteraan karyawan,

program-program kesejahteraan, keamanan produk, kerusakan property, atau

dampak lingkungan.

2. Publikasi Referensi

1. OHSAS 18002, Occupational health and safety management systems-

Guidelines for the implementations of OHSAS 18001.

2. International Labour Organization: 2001, Guidelines on Occupational and

Safety Management Systems (OSH-MS).

3. Terminologi dan Definisi-definisi

Beberapa terminologi dan definisi perlu dipahami dalam OHSAS 18001 adalah sebagai berikut:

3.1 Resiko yang dapat diterima (acceptable risk) merupakan risiko yang telah

berkurang samapai tingkat yang dapat diterima (toleransi) oleh organisasi

dengan memperhatikan tanggung jawab hukum dan kebijakan K3 (OH&S).

3.2 Audit adalah proses sistematik, bebas (independen) dan terdokumentasi

untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasi secara obyektif untuk

(38)

3.3 Peningkatan terus- menerus adalah proses berulang dari peningkatan

sistem manajemen K3 (OH&S) agar mencapai peningkatan kinerja K3

(OH&S) secara keseluruhan dan konsisten dengan kebijakan K3 (OH&S)

organisasi.

3.4 Tindakan Korektif merupakan tindakan untuk mnghilangkan penyebab

dari ketidaksesuaian yang terdeteksi atau situasi yang tidak diinginkan

lainnya.

3.5 Dokumen adalah informasi dan media pendukungnya. Media dapat berupa

kertas, magnetic, elektronik, fotografi atau kombinasinya.

3.6 Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan dengan suatu potensi untuk

kerugian dalam hal cedera manusia atau kesehatan yang buruk atau

kombinasinya.

3.7 Indentifikasi Bahaya adalah proses mengakui bahwa bahaya ada dan

mendefinikan karakteristiknya.

3.8 Sakit Kesehatan adalah kondisi fisik yang dapat diidentifikasikan dan

merugikan yang timbul dari situasi, aktivitas yang berkaitan dengan

pekerjaan.

3.9 Insiden adalah peristiwa yang berhubungan dengan pekerjaan dimana

terjadi cedera atau sakit atau kematian terjadi atau dapat saja terjadi.

3.10 Pihak berkepentingan adalah orang atau kelompok, di dalam atau di luar

tempat kerja, yang peduli dengan atau terpengaruh oleh kinerja K3 OH&S)

dari suatu organisasi.

3.11 Ketidaksesuaian (non-konformans) adalah tidak terpenuhinya suatu

(39)

3.12 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3, OH&S) adalah kondisi dan

faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau

pekerja lainnya (termasuk pekerja sementara dan personel kontraktor),

pengujung atau orang lain dalam tempat kerja.

3.13 Sistem Manajemen K3 (OH&S) adalah bagian dari sistem manajemen

organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan

kebijakan K3 (OH&S) dan metode risiko K3 (OH&S).

3.14 Tujuan K3 (OH&S) adalah sasaran K3 (OH&S), dalam hal kinerja K3

yang telah ditetapkan organisasi untuk mencapainya.

3.15 Kinerja K3 (OH&S) adalah hasil yang terukur dari suatu manajemen

organisasi beserta risiko-risiko K3 (OH&S).

3.16 Kebijakan K3 (OH&S) keseluruhan maksud dan arahan dari suatu

organisasi yang berkaitan dengan kinerja K3 sebagaimana dinyatakan secara

resmi oleh manajemen puncak.

3.17 Organisasi adalah perusahaan, korporasi, firma, pihak berwenang atau

institusi, atau bagan atau kombinasi daripadanya, apakah berbentuk badan

hukum atau tidak, publik atau swasta, yang memiliki fungsi sendiri dan

administrasi.

3.18 Tindakan preventif (pencegahan) tindakan menghilangkan penyebab

potensial ketidaksesuaian (non-konformans) atau situasi potensial yang tidak

diinginkan.

3.19 Prosedur adalah cara yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu kegiatan

(40)

3.20 Catatan atau rekaman (record) adalah dokumen yang menyatakan

hasil-hasil yang dicapai atau memberikan bukti dari aktivitas-aktivitas yang

dilakukan.

3.21 Risiko adalah kombinasi kemungkinan dari terjadinya peristiwa berbahaya

dari tingkat keparahan cedar atau sakit yang dapat disebabkan oleh peristiwa

itu.

3.22 Penilaian Risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang menimbulkan

bahaya-bahaya, dengan memperhitungkan kecukupan dari setiap

pengendalian yang ada dan memutuskan apakah risiko-risiko itu dapat

diterima.

3.23 Tempat Kerja adalah setiap lokasi fisik dimana aktivitas-aktivitas yang

berkaitan dengan pekerjaan dilakukan dibawah kendali organisasi.

4. Persyaratan Sistem Manajemen K3 (OH&S) 4.1 Persyaratan Umum

Organisasi harus:

1. Menetapkan sistem manajemen K3 yang sesuai dengan OHSAS 18001

2. Mendokumentasikan sistem manajemen K3 yang sesuai dengan

OHSAS 18001.

3. Menetapkan sistem manajemen K3 yang sesuai dengan OHSAS

18001.

4. Memelihara sistem manajemen K3 yang sesuai dengan OHSAS 18001

5. Meningkatkan terus-menerus sistem manajemen K3 sesuai dengan

persyaratan Standar OHSAS 18001 dan menentukan bagaimana itu

(41)

Organisasi harus mendefinisikan dan mendokumentasikan ruang

lingkup dari sistem manajemen K3 (OH&S).

4.2 Kebijakan K3 (OH&S)

Manajemen puncak harus mendefinisikan dan mengesahkan kebijakan K3

organisasi dan menjamin bahwa dalam lingkup yang didefinisikan itu, sistem

manajemen K3 (OH&S) akan:

1. Sesuai dengan sifat dan skala risiko-risiko K3 (OH&S) organisasi

2. Mencakup komitmen untuk pencegahan cedera dan kesehatan yang buruk

serta peningkatan terus-menerus terhadap manajemen K3 dan kinerja K3

3. Mencakup komitmen untuk mematuhi persyaratan hukum yang berlaku

beserta persyaratan lainnya yang diikuti oleh organisasi terkait dengan

bahaya-bahaya K3

4. Memberikan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau ulang tujuan

–tujuan K3

5. Didokumentasikan, diterapkan dan dipeliharaDikomunikasikan kepada

semua orang yang bekerja di bawah kendali organisasi dengan maksud

agar mereka menjadi sadar akan tanggung jawab individual mereka

terhadap K3 (OH&S)

6. Tersedia bagi pihak-pihak yang berkempentingan

4.3 Perencanaan

(42)

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

prosedur-prosedur untuk identifikasi bahaya yang sedang berlangsung, penilaian risiko dan

penentuan pengendalian yang diperlukan. Untuk manajemen perubahan,

organisasi harus mengidentifikasi bahaya-bahaya K3 (OH&S) dan risiko-risiko

K3 yang berhubungan dengan perubahan dalam organisasi, sistem manajemen

K3, atau aktivitas-aktivitasnya, sebelum memperkenalkan perubahan-perubahan

itu.

Organisasi harus menjamin bahwa hasil dari penilaian risiko ini

dipertimbangkan ketika menentukan pengendalian atau kontrol. Organisasi harus

mendokumentasikan dan memelihara hasil-hasil dari identifikasi bahaya-bahaya,

penilaian risiko-risiko, dan ketentuan yang ditetapkan harus up-to-date.

Organisasi harus menjamin bahwa risiko-risiko K3 (OH&S) dan

pengendalian yang ditetapkan telah diperhitungkan pada saat penetapan,

penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen K3.

4.3.2 Persyaratan Hukum dan Lainnya

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

prosedur-prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses persyaratan hukum dan

persyaratan K3 lainnya yang berlaku dan diterapkan.

Organisasi harus menjamin bahwa persyaratan hukum yang berlaku dan

persyaratan lainnya yang diikuti organisasi dipertimbangkan dalam menetapkan,

(43)

Organisasi harus memelihara informasi ini agar up-to-date.Organisasi

harus mengkomunikasikan informasi yang relevan tentang persyaratan hukum dan

persyaratan lain kepada orang-orang yang bekerja di bawah kendali organisasi

serta kepada pihak lain yang relevan dan berkepentingan.

4.3.3 Tujuan-tujuan dan Program-program

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara tujuan-tujuan

K3 (OH&S) yang didokumentasikan pada fungsi dan tingkat (level) yang relevan

dalam organisasi. Organisasi harus menetapkan, menerapkan adan memelihara

program-program untuk mencapai tujuan-tujuan. Program-program harus

ditinjau-ulang secara berkala dan terencana, serta disesuaikan apabila diperlukan, untuk

menjamin bahwa tujuan-tujuan itu tercapai.

4.4 Implementasi dan Operasional

4.4.1 Sumber-sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Kewenangan

Manajemen puncak harus mengambil tanggung jawab utama untuk K3

(OH&S) dan sistem manajemen K3 (OH&S). Manajemen puncak harus

menunjukkan komitmennya melalui:

1. Menjamin ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk menetapkan,

menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen K3

(OH&S).

2. Mendefinisikan peran, mengalokasikan tanggung jawab dan akuntabilitas

dan mendelegasikan wewenang, untuk memfasilitasi manajemen K3

(OH&S) yang efektif, peran, tanggung jawab, akuntabilitas, kewenangan

(44)

Organisasi harus menunjuk seseorang anggota dari manajemen puncak

dengan tanggung jawab spesifik untuk K3 (OH&S), terlepas dari tanggung jawab

lainnya, dan dengan peran kewenangan yang ditetapkan untuk:

1. Menjamin bahwa sistem manajemen K3 (OH&S) ditetapkan, diterapkan

dan dipelihara sesuai dengan standar OHSAS 18001;

2. menjamin bahwa laporan kinerja sistem manajemen K3 (OH&S) disajikan

kepada manajemen puncak untuk ditinjau ulang dan digunakan sebagai

dasar untuk peningkatan sistem manajemen K3 (OH&S).

Semua mereka dengan tanggung jawab manajemen harus menunjukkan

komitmen untuk peningkatan terus menerus dari kinerja K3 (OH&S) dari kinerja

K3 (OH&S). Organisasi harus menjamin bahwa orang-orang di tempat kerja

mengambil tanggung jawab untuk aspek-aspek K3 (OH&S) dimana mereka

memiliki pengendalian, termasuk kepatuhan terhadap persyaratan K3 yang

ditetapkan organisasi.

4.4.2 Kompetensi, Pelatihan, dan Kesadaran

Organisasi harus menjamin bahwa setiap orang yang di bawah

pengendaliannya melakukan tugas-tugas yang dapat berdampak pada K3 adalah

kompeten berdasarkan tingkat pendidikan yang tepat, pelatihan atau pengalaman,

dan harus memelihara catatan-catatan terkait. Organisasi harus

mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan yang terkait dengan risiko-risiko K3 dan

sistem manajemen K3 dan juga organisasi harus memberikan pelatihan atau

mengambil tindakan lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Organisasiharus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

(45)

manfaat-manfaat K3 dari peningkatan kinerja pribadi, peran dan tanggung jawab

mereka, prosedur dan persyaratan sistem manajemen K3 serta potensi

konsekuensi-konsekuensi dari prosedur-prosedur yang di spesifikasikan.

4.4.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi 4.4.3.1 Komunikasi

Sehubungan dengan bahaya-bahaya K3 (OH&S) dan sistem manajemen

K3, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedur

untuk:

1. komunikasi internal diantara berbagai tingkat dan fungsi organisasi

2. komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung lain ke tempat kerja

3. menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi relevan dari

pihak-pihak eksternal yang berkepentingan.

4.4.3.2 Partisipasi dan Konsultasi

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

prosedur-prosedur untuk:

a. Partisipasi Karyawan melalui:

1. keterlibatan yang tepat dalam identifikasi bahaya, penilaian risiko dan

penentuan pengendalian atau kontrol.

2. keterlibatan yang tepat dalam penyelidikan insiden

3. keterlibatan dalam pengembangan dan peninjauan-ulang

kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan K3 (OH&S)

4. konsultasi dimana ada perubahan yang mempengaruhi K3 (OH&S)

(46)

Pekerja harus diberitahu mengenai pengaturan partisipasi mereka,

termasuk siapa yang mewakili mereka berkaitan dengan hal-hal K3 (OH&S).

b. konsultasi dengan kontraktor apabila ada perubahan yang mempengaruhi K3

(OH&S) mereka.

Organisasi harus menjamin bahwa, apabila sesuai pihak eksternal yang

relevan dan berkepentingan diberitahu tentan masalah-masalah yang berkaitan

dengan K3 (OH&S).

4.4.4 Dokumentasi

Dokumentasi sistem manajemen K3 (OH&S) harus mencakup:

a. Kebijakan dan tujuan K3 (OH&S)

b. Dekskripsi dari ruang lingkup sistem manajemen K3 (OH&S)

c. Dekskripsi dari elemen-elemen utama sistem manajemen K3 beserta

interaksinya, dan referensi terhadap dokumen-dokumen terkait

d. Dokumen-dokumen, termasuk catatan-catatan atau rekaman yang

dibutuhkan standar OHSAS 18001

e. Dokumen, catatan, rekaman yang ditentukan oleh organisasi untuk

keperluan menjamin efektivitas perencanaan, operasional, dan

pengendalian proses-proses yang berkaitan dengan manajemen risiko K3

(OH&S).

4.4.5 Pengendalian Dokumen

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

prosedur-prosedur untuk:

(47)

b. meninjau-ulang dan memperbaharui seperlunya kemudian menyetujui

kembali dokumen itu

c. menjamin bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen

diidentifikasi

d. menjamin bahwa versi relevan dari dokumen yang berlaku tersedia di

tempat penggunaan

e. menjamin bahwa dokumen tetap dapat dibaca dan mudah diidentifikasi

f. menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar yang ditetapkan oleh

organisasi untuk keperluan perencanaan dan operasi sistem manajemen K3

(OH&S) diidentifkasi dan distribusinya dikendalikan

g. mencegah peggunaan dokumen kadaluarsa dan menerapkan identifikasi

yang sesuai untuk dokumen-dokumen yang disimpan untuk tujuan apapun.

4.4.6 Pengendalian Operasional

Organisasi harus menetapkan operasi-operasi dan aktivitas-aktivitas yang

terkait dengan bahaya-bahaya yang diidentifikasi dimana pelaksanaan control

diperlukan untuk mengelola risiko-risiko K3 (OH&S). Untuk operasi-operasi dan

aktivitas-aktivitas itu, organisasi harus menerapkan dan memelihara:

a. Pengendalian operasional, sebagaimana berlaku bagi organisasi dan

aktivitas-aktivitasnya; organisasi harus mengintegrasikan pengendalian

operasional itu ke dalam sistem manajemen K3 (OH&S) secara

keseluruhan;

b. Pengendalian terkait dengan barang-barang yang dibeli, peralatan dan

(48)

c. Pengendalian terkait dengan kontraktor dan pengunjung lain di tempat

kerja

d. Prosedur terdokumentasi

4.4.7 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

prosedur-prosedur untuk:

1. Mengidentifikasi potensi untuk situasi darurat

2. Menanggapi situasi darurat itu.

Organisasi harus menanggapi situasi darurat yang sebenarnya dan

mencegah atau mengurangi konsekuensi K3 (OH&S) yang merugikan. Organisasi

jugaharus secara periodik menguji prosedur-prosedur untuk menanggapi situasi

darurat, bila memungkinkan, melibatkan pihak-pihak relevan yang

berkepentingan secara tepat. Organisasi secara periodik harus meninjau ulang dan

apabila perlu, merevisi prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat, khususnya

setelah pengujian berkala dan setelah terjadinya situasi darurat itu.

4.5 Pemeriksaan

4.5.1 Pemantauan dan Pengukuran Kerja

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

prosedur-prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3 (OH&S) secara berkala. Jika

(49)

harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk kalibrasi dan aktivitas

pemeliharaan beserta hasil-hasilnya harus disimpan.

4.5.2 Evaluasi Kesesuaian

4.5.2.1 Konsisten dengan komitmen terhadap kesesuaian, organisasi harus

menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengevaluasi

secara berkala kepatuhan terhadap persyaratan hukum yang berlaku.

4.5.2.2 Organisasi harus mengevaluasi kepatuhan terhadap persyaratan lain yang

diikuti. Organisasi boleh menggabungkan evaluasi tersebut dengan

evaluasi kepatuhan hukum atau menetapkan prosedur secara terpisah.

4.5.3 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian (Non-Konformans), Tindakan Korektif dan Tindakan Pencegahan

4.5.3.1 Penyelidikan Insiden

Organisasiharus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

mencatat atau merekam, menyelidiki dan menganalisis insiden dalam rangka:

a. menentukan kekurangan K3 (OH&S) yang mendasar dan faktor-faktor lain

yang mungkin menyebabkan atau memberikan kontribusi terhadap

terjadinya insiden;

b. mengidentifikasi kebutuhan untuk tindakan korektif;

c. mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk tindakan

d. mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk peningkatan terus

menerus

(50)

Setiap kebutuhan untuk tindakan korektif atau kesempatan untuk tindakan

pencegahan yang diidentifikasi harus ditangani sesuai dengan bagian yang

relevan.

4.5.3.2 Ketidaksesuaian (Non-Konformans), Tindakan Korektif dan Tindakan Pencegahan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

prosedur-prosedur yang berkaitan dengan ketidaksesuaian aktual dan potensial,

dan untuk mengambil tindakan korektif dan tindakan pencegahan. Prosedur itu

harus menetapkan persyaratan untuk :

a. mengidentifikasikan dan mengoreksi ketidaksesuaian (non-konformans)

serta mengambil tindakan untuk mengurangi konsekuensi K3 (OH&S).

b. menyelidiki ketidaksesuaian (non-konformans, menentukan

penyebab-penyebab ketidaksesuaian, dan mengambil tindakan untuk menghindari

pengulangan kembali ketidaksesuaian itu;

c. mengevaluasi kebutuhan untuk tindakan-tindakan mencegah

ketidaksesuaian dan menerapkan tindakan-tindakan yang sesuai yang di

desain untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian

d. mencatat dan mengkomunikasikan hasil-hasil dari tindakan korektif dan

tindakan pencegahan yang dilakukan

e. meninjau-ulang efektivitas dari tindakan korektif dan tindakan pencegahan

yang dilakukan.

Apabila tindakan korektif dan tindakan pencegahan mengidentifikasi

bahaya baru atau perubahan bahaya, atau kebutuhan untuk pengendalian baru atau

(51)

yang diusulkan harus diambil melalui penilaian risiko sebelum implementasi

tindakan-tindakan itu. Setiap tindakan korektif atau tindakan pencegahan yang

diambil untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian actual dan potensial

harus sesuai dengan besarnya masalah dan sepadan dengan risiko-risiko K3 yang

ditemui.

Organisasi harus menjamin bahwa setiap perubahan yang terjadi sebagai

akibat dari tindakan korektif dan tindakan pencegahan yang dilakukan,

didokumentasikan dalam sistem manajemen K3 (OH&S).

4.5.4 Pengendalian Catatan-catatan (Control of Records)

Organisasi harus menetapkan dan memelihara catatan-catatan yang

diperlukan untuk menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan dari sistem

manajemen K3 (OH&S) dan standar OHSAS serta hasil yang dicapai. Organisasi

harus menetapkan, menerapakan dan memelihara prosedur untuk identifikasi,

penyimpangan, perlindungan, pengambilan kembali, retensi dan pembuangan

catatan-catatan itu. Catatan-catatan itu harus tetap terbaca, teridentifikasi dan

terlacak.

4.5.5 Audit Internal

Organisasi harus menjamin bahwa audit intenal sistem manajemen K3

(OH&S) dilakukan pada interval yang direncanakan untuk:

(52)

1. sesuai dengan pengaturan yang direncanakan untuk manajemen K3

(OH&S) termasuk persyaratan standar OHSAS

2. telah diimplementasikan dan dipelihara

3. efektif dalam memenuhi kebijakan dan tujuan-tujuan organisasi

b. memberikan informasi tentang hasil-hasil audit kepada manajemen.

Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan

dipelihara dengan memperhatikan:

a. tanggung jawab, kompetensi, dan kebutuhan untuk perencanaan dan

pelaksanaan audit, pelaporan hasil-hasil dan pemeliharaan catatan-catatan

b. penentuan kriteria audit, ruang lingkup, frekuensi dan metode

Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus menjamin

obyektivitas dan ketidakberpihakan dari proses audit.

4.6 Peninjauan-ulang Manajemen (Management Review)

Manajemen puncak harus meninjau-ulang sistem manajemen K3 (OH&S)

organisasi, pada interval waktu yang direncanakan, untuk direncanakan, untuk

menjamin kesinambungan kesesuaian, kecukupan dan efektivitas.

Peninjauan-ulang harus meliputi penilaian kesempatan untuk peningkatan dan kebutuhan

untuk perubahan sistem manajemen K3 (OH&S), termasuk kebijakan K3 (OH&S)

dan tujuan-tujuan K3 (OH&S). Input peninjauan-ulang manajemen harus

mencakup:

a. hasil audit internal dan evaluasi kesesuaian terhadap persyaratan hukum

dan persyaratan lainnya yang berlaku yang diikuti organisasi

(53)

c. komunikasi relevan dengan pihak-pihak eksternal yang berkepentingan,

termasuk keluhan-keluhan

d. kinerja K3 (OH&S) dari organisasi

e. sejauh mana tujuan-tujuan telah dicapai

f. status penyelidikan insiden, tindakan korektif dan

tindakan-tindakan pencegahan

g. tindak lanjut tindakan-tindakan dari peninjauan-ulang manajemen periode

sebelumnya

h. situasi yang berubah, termasuk perkembangan dalam persyaratan hukum

dan persyaratan lain yang terkait dengan K3 (OH&S)

i. rekomendasi-rekomendasi untuk peningkatan atau perbaikan

Output dari peninjauan ulang manajemen harus konsisten dengan

komitmen organisasi untuk perbaikan dan harus mencakup setiap keputusan.

2.4 Aplikasi PDCA dalam Model Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001

Aplikasi metodologi peningkaan terus-menerus PDCA

(Plan-Do-Check-Act) dalam model sistem manajemen K3 (OH&S) akan menungkinkan

organisasi untuk menetapkan, menerapkan dan memelihara kebijakan K3-nya

yang didasarkan pada kepemimpinan manajemen puncak dan komitmen terhadap

sistem manajemen K3. Setelah organisasi telah dievaluasi posisi saat ini dalam

kaitannya dengan ruang lingkup sistem manajemen K3, maka langkah-langkah

dari proses yang sedang berlangsung dapat mengikuti PDCA

(Plan-Do-Check-Act) sebagai berikut:

(54)

Menetapkan proses perencanaan sistem manajemen K3 (OH&S) yang

sedang berlangsung akan memungkinkan organisasi untuk:

a. mengidentifikasi bahaya, menilai risiko dan menentukan pengendalian

(klausul 4.3.1)

b. mengidentifikasi dan memantau persyaratan hukum yang berlaku dan

persyaratan lainnya yang diikuti organisasi (klausul 4.3.2)

c. menetapkan tujuan-tujuan terukur yang konsisten dengan kebijakan K3

serta merumuskan program-program untuk mencapai tujuan-tujuan yang

[image:54.595.68.542.363.588.2]

terukur (klausul 4.3.3)

Gambar 2.2 Identfikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan pengendalian

Sumber: Gaspersz, Vincent. 2012. Three in One: ISO 9001, ISO 14000, OHSAS 18001. Vinchrsto Publication, Bogor.

2. Laksanakan (Do =

Gambar

Gambar 2.1 Proses OHSAS 18001
Gambar 2.2 Identfikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penetapan pengendalian
Gambar 2.3: Segitiga Produktivitas dan K3
Gambar 2.4:Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang diketahui bahwa variabel keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan kerja secara serempak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

1) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan peraturan menteri nomor PER 05/MEN/1996.

lainnya. 3.5 Dokumen adalah informasi dan media pendukungnya. Media dapat berupa kertas, magnetic, elektronik, fotografi atau kombinasinya. 3.6 Bahaya adalah sumber,

Sejalan dengan perkembangan dan globalisasi dunia industri, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan Sistem

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) terhadap tingkatan kecelakaan kerja dan menganalisis

karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA

Tinjauan Umum Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja SMK3.... Standar Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja SMK3

Tabel Pengamatan Penerapan SMK3 untuk Penyiapan Tabel Pengamatan Penerapan SMK3 untuk Dokumen sertifikasi OHSAS 18001:2007 Penyiapan Dokumen sertifikasi OHSAS 18001:2007  Berikut