KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP
HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
SATRIA WIJAYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP
HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
SATRIA WIJAYA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, dan panjang tungkai terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung, tahun pelajaran 2012/2013.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung yang berjumlah 220 siswa, dengan jumlah sampel 20% dari populasi, yaitu dengan teknik sampel 22 siswa. Instrumen yang digunakan tes kelentukan, pull and push dynamometer, leg strength test, anthropometry mengukur panjang lengan dan panjang tungkai, instrument test kemampuan kayang dilihat dari kemampuan dan sikap yang sempurna.
Hasil penelitian menunjukan korelasi : 1) ada hubungan yang sangat kuat antara kelentukan
Dapat disimpulkan bahwa kelentukan, kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, panjang lengan, panjang tungkai memiliki hubungan terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung, dan yang paling besar kontribusinya adalah kelntukan sebesar 69,35%.
DAFTAR ISI
D. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani SMP ... 11
B. Variabel Penelitian ... 29
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29
D. Populasi dan Sampel ... 31
E. Intrumen Penelitian ... 31
F. Tes Kekuatan Lengan ... 32
G. Tes Kekuatan Tungkai ... 33
H. Tes Panjang Lengan ... 34
I. Tes Panjang Tungkai ... 34
J. Instrument Tes Kemampuan Kayang ... 35
K. Teknik Analisis Data ... 36
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil Analisis ... 40
B. Pembahasan ... 46
V. SIMPULAN DAN DARAN ... 48
A. Simpulan ... 48
B. Saran ... 48
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan Jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang
diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui aktivitas jasmani yang disusun secara
sistematis sehingga dapat dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu
secara menyeluruh. Melalui Pendidikan Jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas
jasmani termasuk keterampilan berolahraga.
Oleh karena itu, banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan
bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk
mendidik. Namun demikian pelaksanaan pendidikan jasmani di Indonesia terasa masih belum
cukup memuaskan apabila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain atau dibandingkan
dengan perannya sebagai bagian dari pendidikan secara umum. Kelemahan itu tampak dalam
beberapa aspek seperti :
1. Faktor ketenagaan khususnya guru yang menangani bidang studi tersebut selain jumlahnya
memang masih kekurangan, kualifikas dan kompetensinya juga masih rendah (sebagian guru)
2. Infrastruktur olahraga pendukung, termasuk sarana dan prasarana yang memungkinkan siswa
untuk memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk aktif bergerak atau bermain sesuai
dengan fitrahnya.
3. Kekurangan dana untuk menyelenggarakan program yang akan menghasilkan perubahan
bermakna dan hasil belajar yang diharapkan.
4. Pemahaman dan penguasaan dasar-dasar pendidikan jasmani secara mendalam perlu dimiliki
oleh setiap penyelenggara pendidikan jasmani. Upaya ini juga berkaitan dengan penyelarasan
landasan teoritis dengan penerapan di lapangan.
Salah satu materi pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani adalah mempraktikkan gerakan
kayang dengan koordinasi yang baik. Tujuan pembelajaran kayang ini adalah siswa dapat
melakukan teknik dasar kayang dari posisi berdiri serta nilai disiplin, keberanian dan
tanggungjawab. Ini berarti siswa akan mempelajari bentuk dan manfaat senam dan juga dapat
mempraktikkan teknik dasar kayang tersebut.
Materi pokok Pendidikan Jasmani diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu:
teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam,
aktivitas ritmik, aquatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (out door). Salah satu
keterampilan senam yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani adalah
mempraktikkan keterampilan senam lantai serta nilai kedisiplinan, keberanian dan tanggung
jawab. Gerakan-gerakan dasar dalam senam lantai yang dipelajari pada semester pertama ini
adalah teknik guling depan, guling belakang, kayang dan meroda. Dalam pelaksanaan gerakan
daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan, koordinasi, maupun keseimbangan.
Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan
melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, olahraga senam mempunyai sistematika tersendiri serta tujuan
yang hendak dicapai, seperti daya tahan, kekuatan, kelenturan dan koordinasi yang baik. Senam
adalah kegiatan utama yang bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik dan kemampuan
gerak. Selain itu, senam dapat pula menyumbang pengayaan perbendaharaan gerak pelakunya.
Dasar-dasar senam akan sangat baik untuk pengembangan pelurusan tubuh, penguasaan dan
kesadaran tubuh secara umum, serta keterampilan-keterampilan senam.
Senam lantai merupakan salah satu bagian dari senam yang memerlukan semua keahlian dasar
senam. Salah satu senam lantai yang merupakan materi yang dipelajari siswa SMP adalah
mempraktikkan senam lantai gerakan kayang. Kayang adalah posisi badan bertumpu dengan
empat titik dalam keadaan terbalik dengan meregang dan mengangkat perut dan panggul,
sehingga semua anggota tubuh melengkung seperti busur.
Kayang juga membutuhkan komponen fisik dan kemampuan gerak sehingga siswa akan
berkembang daya tahan ototnya, kekuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan dan
keseimbangannya. Dalam gerakan kayang kelentukan sangat dibutuhkan untuk memudahkan
pelaksanaan gerak. Selain itu kelentukan adalah komponen penting untuk menghasilkan gerakan
Kelentukan dapat diartikan sebagai kemampuan otot dan persendian untuk bergerak secara
leluasa dalam ruang gerak yang maksimal. Apabila seseorang memiliki fleksibilitas atau
kelentukan yang optimal, maka akan menambah efisiensi dalam melakukan gerak. Kelentukan
dalam gerakan kayang terjadi pada seluruh anggota badan, baik anggota tubuh bagian atas yang
terdiri dari lengan, sendi bahu, dada, perut, punggung dan anggota tubuh bagian bawah, yaitu
pinggang, paha, dan kaki.
Menurut hasil observasi penulis di SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung berdasarkan hasil
penilaian guru diketahui bahwa hasil belajar siswa SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung yang
terdiri dari 5 kelas, sebagian besar siswa masih rendah kemampuan melakukan gerakan kayang.
Siswa rata-rata kesulitan melakukan gerakan kayang dari posisi berdiri, sebelum kedua tangan
tiba untuk posisi kayang badan siswa sudah jatuh ke matras karena kurangnya kelentukan togok
atau tubuh siswa. Jikapun otot perut, pinggang dan punggung dapat melenting dengan baik, tapi
kadang kekuatan otot perutnya kurang sehingga belum sempurna lentingan tubuh siswa sudah
jatuh dengan cepat, kurangnya kelenturan juga mengakibatkan posisi kayang dilakukan tidak
sempurna.
Peneliti melihat kesalahan yang sering dilakukan siswa saat kayang antara lain salah satu tangan
atau kedua tangan ditempatkan terlalu jauh di dari titik berat badan, sedangkan posisi kedua
tangan yang baik dalam kayang adalah semakin dekat dengan posisi kedua kaki sehingga sikap
kayang yang dilakukan kurang sempurna. Faktor lain yang penulis lihat sebagai penyebab masih
dapat melenting dengan sempurna atau dengan kata lain masih rendahnya kelentukan siswa
sehingga tidak dapat mempertahankan sikap kayang sehingga sikap tubuh kurang optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian yang
berjudul ”Kontribusi Kelentukan Terhadap Hasil Belajar Kayang Pada Siswa Kelas VII SMP Al
Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dengan mengetahui kontribusi yang
diberikan faktor kondisi fisik dengan kemampuan kayang tersebut semoga penelitian ini dapat
memberikan informasi yang berguna sehingga guru dapat melakukan perbaikan agar siswa dapat
berhasil melakukan gerakan kayang dengan sempurna.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurang memahaminya teori kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai terhadap hasil
belajar kayang.
2. Karna pada dasarnya semua cabang olah raga memerlukan kelentukan
3. Kurangnya perhatian dari guru maupun pelatih terhadap kelentukan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dan batasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah
seberapa besar kontribusi kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan,
panjang tungkai terhadap hasil belajar
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui gambaran jelas berapa besar
1. Hubungan kelentukan terhadap hasil belajar kayang
2. Hubungan kekuatan lengan terhadap hasil belajar kayang
3. Hubungan kekuatan tungkai terhadap hasil belajar kayang
4. Hubungan panjang lengan terhadap hasil belajar kayang
5. Hubungan panjang tungkai terhadap hasil belajar kayang
Sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2012/2013.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Bagi Penulis
Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berguna dan bermanfaat dalam
penerapan pembelajaran kayang
b. Bagi siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang kelentukan, kekuatan, panjang
lengan dan tungkai terhadap hasil belajar kayang.
c. Mahasiswa Penjaskes
d. Program Studi Penjaskes
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam kajian serta pengembangan ilmu
dalam pembelajaran, khususnya dalam mata kuliah kayang.
e. Bagi Pihak Sekolah
Untuk mencanangkan program belajar ekstrakurikuler agar kemampuan atau hobi anak
dengan senam lantai dapat tersalurkan sesuai dengan keinginannya.
f. Bagi Guru
Hasil penelitian inisebagai acuan untuk mengajar anak didiknya dalam pembelajaran senam
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan atau
anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan
jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan
dan keterampilan, kecerdasan dan pembentukan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. (Kurikulum Penjas
SMP, 2004).
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan
dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar
diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik
jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan
membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan
gerakan secara aman, efisien dan efektif.
Disinilah pentingnya Pendidikan Jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi
lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya.
kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu
keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi,
sosial dan moral.
B. Tujuan Pendidikan Jasmani
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani tahun 2004 dijelaskan
bahwa mata pelajaran Pendidikan Jasmani bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan
olahraga yang terpilih.
b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang baik.
c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pendidikan Jasmani.
e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan
demokratis.
f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran,
C. Fungsi Pendidikan Jasmani
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani tahun 2004 bahwa
fungsi Pendidikan Jasmani adalah sebagai berikut:
1) Aspek Organik
a. Menjadikan fungsi system tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi
tuntutan lingkungan secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan
keterampilan.
b. Meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikelurkan oleh otot atau
kelompok otot.
2) Aspek Neuromuskuler
a) Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot.
b)Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat,
meluncur, melangkah, mendorong, bergulir, dan menarik.
3) Aspek Perseptual
a) Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat.
b)Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan
keseimbangan statis dan dinamis.
4) Aspek Kognitif
a) Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh
pengetahuan dan membuat keputusan.
b)Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan juga etika.
5) Aspek Sosial
b)Belajar berkomunikasi dengan orang lain.
c) Mengembangkan rasa memiliki dan rasa di terima di masyarakat.
6) Aspek Emosional
a) Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktifitas jasmani.
b)Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.
c) Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.
D. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani SMP
Adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani tahun 2004 meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1)Permainan dan olahraga terdiri dari berbagai jenis permainan dan olahraga baik terstruktur
maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu misalnya atletik, kasti, sepak
bola, bola basket, tenis meja, bulutangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.
2)Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur
tubuh yang ideal dan pengembangan komponen kebugaran jasmani meliputi: mekanika sikap
tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3)Aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang berkontribusi dengan ketangkasan seperti:
senam ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, senam lantai,
dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian, kapasitas diri, dan
pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di
dalamanya.
4)Aktivitas ritmik berisi tentang kontribusi gerak dengan irama dan juga pengembangan aspek
bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.
5)Aktifitas air berisi tentang kegiatan di air, seperti: permainan air, gaya-gaya renang, dan
keselamatan di air, serta pengembangan aspek pengaetahuan yang relevan serta nilai-nilai
yang terkandung didalamnya.
6)Pendidikan luar kelas berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya,
seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, berkemah, dan kegiatan petualangan (haiking,
menelusuri sungai, dan lainnya), serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan sarta
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
7)Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat,
memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu
istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan
merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
E. Senam Dasar
Senam yang di kenal dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang olahraga, merupakan
terjemahan langsung darai bahasa inggris Gymnastics, atau belanda Gmnastiek. Menurut Roji
(2006:110) senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan
dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian secara
Agus Mahendra (2001:10) mengatakan bahwa senam merupakan aktivitas fisik yang dapat
membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk
mendapatkan penekanan di dalam program Pendidikan Jasmani, terutama karena tuntutan fisik
yang dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di
samping itu, senam juga besar sumbangannya pada perkembangan gerak fundamental yang
penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengontrol
sikap dan gerak secara efektif dan efisien.
Menurut Peter H.werner (1994:5) dalam Agus Mahendra (2001:13) mengatakan bahwa senam
dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang di rancang untuk
meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. Jadi fokusnya
adalah tubuh bukan alatnya, bukan pola geraknya, karena gerak apapun yang digunakan tujuan
utamanya adalah peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya.
Dalam Muhajir (2007:202) dijelaskan bahwa senam merupakan kegiatan yang paling bermanfaat
untuk mengembangkan komponen fisik seperti daya tahan otot, kekuatan, kelentukan,
koordinasi, kelincahan dan keseimbangan. Senam juga dapat menyumbangkan pengayaan
perbendaharaan gerak pelakunya. Dengan dasar-dasar senam akan sangat baik untuk
mengembangkan pelurusan tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum sehingga siswa
mampu menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya, dan menguasai
keterampilan-keterampilan senam.Dan secara umum menurut FIG (Federation International de Gymnastique)
sportif (sportive rythmic gymnastics), senam akrobatik (acrobatic gymnastics), senam aerobik
sport (sport gymnastics), senam trompolin (trompolinning gymnastics), dan senam umum
(general gymnastics).
Namun untuk pendidikan, akan muncul istilah senam kependidikan. Senam ini diterapkan pada
kegiatan pembelajaran senam yang sasaran utamanya diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
kependidikan. Dalam senam kependidikan, anak belajar pada tingkatannya masing-masing
untuk mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam menerapkan konsep-konsep gerak.
Oleh karena itu, para guru harus menyadari bahwa senam dalam pendidikan jasmani di sekolah
tentu harus berbeda dengan olympiade. Hakikat gerak senam akan selalu berkontribusi dengan
pernyatan tentang apa yang bergerak, dimana bergeraknya, serta bagaimana geraknya. Dalam
dunia pendidikan, senam seharusnya diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai macam
kegiatan fisik yang didalamnya anak mampu medemonstrasikan, dengan melawan gaya atau
kekuatan alam, kemampuan untuk menguasai tubuhnya secara meyakinkan dalam situasi yang
berbeda-beda. Dengan begitu, kegiatan senam pendidikan tidak hanya berisi keterampilan
akrobatik semata, melainkan menjangkau kegiatan-kegiatan latihan yang mengguankan
permainan, lomba, serta pengembangan fisik khusus untuk memperbaiki postur tubuh.
Prasetio 2009 Senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian
secara harmonis. Senam lantai pada prinsipnya disebut floor exercise. Senam mempunyai banyak
Jenis senam tersebut mempunyai variasi gerakan yang berbeda. Namun Unsur-unsur gerakan
dominan senam terdiri dari a. Mengguling, b. Melompat, c. Meloncat, d. Berputar di udara, e.
Menumpu dengan tangan atau kaki
Dalam penelitian ini yang akan kita diteliti adalah senam lantai. Gerakan-gerakan itu bertujuan
untuk melenturkan gerak tubuh. Gerakan pada senam lantai yang sering dilakukan adalah
gerakan melenting. Gerakan melenting dikenal juga dengan kayang. Untuk melakukan gerakan
melenting diperlukan kelenturan tubuh yang maksimal. Hal itu dikarena gerakan melenting harus
dilakukan dengan cara melipat tubuh secara telentang.
F. Senam Lantai
Menurut Agus Mahendra (2001:4) senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada
juga yang menamakan tumbling. Senam lantai merupakan salah satu rumpun dari senam. Senam
lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari
mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kakiuntuk
memperthankan sikap seimbang atau pada saat meloncaat kedepan atau ke belakang. Bentuk
latihannya merupakan gerakan dasar dari senam perkakas atau alat. Pada dasarnya,
bentuk-bentuk latihan bagi putra dan putri adalah sama, hanya untuk putri anyak unsur gerak balet. Jenis
senam juga di sebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak
Sebelum mempelajari gerakan dasar diperlukan pembinaan dan pembentukan fisik yang teratur,
hal ini perlu karena adanya fisik yang sudah terbentuk akan memudahkan dalam mempelajari
gerakan-garakan dasar. Beberapa contoh gerakan dasar senam lantai :
1. Roll depan
Roll depan ialah gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan
(tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang.
2. Teknik kayang
Kayang ialah suatu bentuk sikap badan terlentang yanng membusur, bertupu pada kedua kaki
dan kedua tangan siku-siku dan lutut lurus.
3. Sikap lilin
Sikap lilin diawali dengan posisi tidur telentang, posisi kedua tangan ditekuk dekat sisi telinga,
kemudian angkat ke dua kaki (rapat) lurus keatas dengan tangan menopang pinggang.
4. Meroda
Gerakan meroda merupakan gerakan memutar badan dengan sikap menyamping arah gerakan
dan tumpuan berat badan ketika berputar menggunakan kedua tangan dan kaki
G. Bentuk Latihan Senam Lantai
Senam dasar merupakan berbagai bentuk dan ragam gerakan senam yang dilakukan seseorang
terutama untuk latihan pembentukan tubuh dan sering juga dilakukan sebagai latihan
Menurut Sayuti Sahara (2004:7) ada tiga macam latihan yang harus diperhatikan dalam latihan
senam dasar yaitu:
1. Latihan kelentukan
Latihan kelentukan adalah bentuk-bentuk latihan badan atau tubuh yang bertujuan agar badan
atau tubuh yang kaku mudah untuk digerakan kesegala arah sesuai dengan yang diinginkan.
Atau dengan kata lain agar badan menjadi lentur, mudah digerakkan. Latihan keletukan biasanya
meliputi, latihan peregangan atau penguluran dan pelemasan otot, pelemasan persendian, dan
pelepasan (setelah melakukan gerakan otot-otot dan persendian dilepaskan).
2. Latihan kekuatan dan kecepatan
Latihan kekuatan bertujuan untuk melatih kekuatan otot, persendian, dan persyarafan.
Sedangkan latihan kecepatan untuk melatih meningkatkan gerakan yang akan dilakukan sesuai
dengan kebutuhannya. Latihan kekuatan dan kecepatan dapat dilakukan antara lain dengan
push-up, sit- ups,back lift, squat jumps, squat thrust, mendorong, menarik, mengangkat, jalan,
lari, dan melompat.
3. Latihan keseimbangan
Latihan keseimbangan bertujuan untuk melatih badan agar keadaannya seimbang. Latihan
keseimbangan dapat dilakukan antara lain dengan memperkecil bidang tumpuan. Misalkan
berdiri dengan satu kaki. Untuk memperkecil bidang tumpuan, maka tumit diangkat tinggi,
H. Gerakan Kayang
Kayang adalah salah satu teknik dasar dalam senam yang harus dipelajari dalam mata pelajaran
Pendidikan Jasmani di SMP. Menurut Roji (2006:119) gerakan kayang adalah sikap badan
terlentang seperti “busur” dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan
sikutnya dalam posisi lurus. Saat kayang posisi tubuh bertumpu dengan empat titik dalam
keadaan terbalik dengan meregang dan mengangkat perut dan panggul. Latihan/ gerakan kayang
dapat melatih kelenturan otot perut, pinggang dan punggung.
Gambar 1. Gerakan Kayang, Roji (2006:119)
Menurut Roji (2006:119) tahapan-tahapan melakukan gerakan kayang adalah sebagai berikut :
a. Sikap permulaan berdiri, kedua tangan menumpu pada pinggul.
b. Kedua kaki ditekuk, siku tangan ditekuk, kepala di lipat ke belakang.
c. Kedua tangan diputar ke belakang sampai menyentuh matras sebagai tumpuan.
d. Posisi badan melengkung bagai busur.
Roji (2006:120) menjelaskan agar gerakan kayang dapat dengan mudah dilakukan, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Memiliki kekuatan otot perut, punggung dan paha.
b. Memiliki kelentukan persendian bahu, ruas-ruas tulang belakang, dan persendian panggul
serta kelenturan otot perut.
c. Memiliki kekuatan lengan dan bahu untuk menopang.
Adapun kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan gerakan kayang yaitu :
a. Jarak kedua tangan dan kaki terlalu jauh.
b. Siku-siku bengkok disebabkan kekakuan persendian siku dan bahu.
c. Badan kurang melengkung (membusur), disebabkan kurang lemas/lentuknya bagian
punggung dan kekakuan pada otot perut.
d. Sikap kepala yang terlalu menengadah.
e. Kurang keseimbangan.
Dengan demikian seorang siswa dapat melakukan gerakan kayang dengan sempurna jika
terdapat aspek kondisi fisik yang mendukung dan menghindari kesalahan-kesalahan yang sering
dilakukan saat kayang.
I. Titik Berat Badan
Menurut Imam Hidayat (1999:9) titik berat adalah titik di mana gaya berat benda atau anggota
tubuh itu bekerja. Titik berat adalah titik yang mewakili berat dari benda/tubuh. Oleh karena
anggota tubuh manusia letaknya dapat berubah-ubah, maka titik berat badan (TBB) manusia juga
Gambar 2. Letak Titik Berat Badan.
Adapun letak titik berat badan pada sikap anatomis menurut Imam Hidayat (1999: 10) adalah
sebagai berikut :
1. Pada sikap tegak/sikap sempurna, tinggi dari titik berat badan kurang lebih 57% dari tinggi
badannya.
2. Letak titik berat badan, kurang lebih 2,5 cm di bawah promontorium (antara ruas pinggang
dan tulang kemudi).
3. Titik berat badan berada di dalam panggul, di depan tulang kemudian kedua.
4. Titik berat badan adalah maya, oleh karena itu ada kemungkinan titik berat tersebut berada di
luar benda atau badan.
Pada saat melakukan gerakan kayang, seseorang harus mengetahui prinsip-prinsip dasar gerak
agar menghasilkan gerakan yang benar dan baik. Pada saat akan membuat sikap kayang atau
busur maka prinsip kesetimbangan yang dipahami adalah prinsip kesetimbangan ke I, yaitu
badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh
ke belakang maka panggul bergeser atau maju ke depan bukan kaki yang bergesar ke belakang.
Hal tersebut akan menyebabkan TBB turun sedikit dari posisi siap tetapi tetap berada pada garis
vertikal sehingga proyeksinya jatuh pada bidang tumpuan kaki.
Letak titik berat badan berubah sesuai dengan perubahan sikap dan sangat menentukan terhadap
teknik gerak. Dengan mengetahui titik berat badan dan hukum-hukum kesetimbangan dalam
sikap dan gerak tubuh diharapkan dapat membuat sikap yang benar dan bergerak dengan dengan
benar pula, dapat memperbaiki sikap dan gerakan yang salah, serta meningkatkan efisiensi dan
keterampilan dalam kegiatan olahraga.
J. Kelentukan (flexibility)
Sutarmin, (2010:79) Kelentukan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan-latihan
dengan amplitude gerakan yang besar atau luas, dengan kata lain kelentukan merupakan
kemampuan pergtelangan/persendian untuk dapat melakukan gerakan-gerkan kesemua arah
secara optimal. Adapun metode untuk melatih kelentukan yang perlu diperhatikan pada prinsip
latihannya adalah:
1) Dimulai dengan latihan kelentukan umum.
2) Kelentukan-kelentukan khusus suatu cabang olahraga harus dilatih dan dicapai dengan
amplitude gerakan seoptimal mungkin, karena diperlukan untuk pertandingan dan
peningkatan prestasi.
4) Latihan-latihan kelentukan harus diberikan sebelum dan sesudah latihan kekuatan dan latihan
kecepatan guna menghindari kekakuan otot dan membantu pemulihan.
5) Program pengembangan kelentukan perlu juga dikombinasikan dengan latihan kekuatan
karena tanpa kekuatan amplitude gerakan yang besar tidak dapat dicapai.
K. Kekuatan Lengan
Kekuatan menurut M. Sajoto (1995:58) adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut
masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan sekelompok ototnya untuk
melakukan kerja dengan menahan beban yang diangkatnya. Agus Mukholid, (2007:49)
mengatakan kekuatan otot atau muscular strength adalah tegangan yang dapat dikerahkan oleh
otot atau sekelompok otot terhadap beban atatu tahanan dengan sekali usaha secara maksimal.
Kekuatan otot bisa diartikan sebagai kemampuan menggunakan gaya tegang untuk melawan
beban atau hambatan.
L. Kekuatan Tungkai
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja, kekuatan merupakan kemampuan
dasar kondisi fisik, tanpa kekuatan seseorang tidak akan bisa berlari cepat, melompat,
mendorong, menarik, menahan, memukul, mengangkat dan lain sebagainya. kekuatan otot dapat
digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal
neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan
kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula
kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus juga
kuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot
tersebut berkontribusi langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta
beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Adapun tulang
pembentuk tungkai adalah 1) tulang panggul, 2) Femur, 3) Tibia, 4) Tarsaks, 5) Martacarpalia,
6) Fibula, 7) Patela. Untuk lebih jelasnya lihatlah gambar di bawah sebagi berikut:
Gambar 3. Tulang-Tulang Pembentuk Tungkai. Pate, (1993)
M. Panjang Lengan
Lengan memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak yang ada
dilengan. Cara mengukur panjang lengan adalah:
1) Rentangkan kedua lengan yang akan diukur
2) Ukur panjang lengan dengan alat ukur rentang lengan berdad dibagian depan dada dan
3) Lihatlah atau baca yang tertera pada alat ukur, lalu jumlahkan dari kedua angka pada alat
ukur.
Untuk lebih jelaslah perhatikan gambar alat ukur lengan sebagai berikut:
Gambar 4. Alat ukur panjang lengan
N. Panjang Tungkai
Cara mengukur panjang lengan adalah:
1) Siapkan alat ukur pengukur panjag lutut, letakkan di atas permukaan lantai yang datar.
2) Berbaringlah di atas lantai yang datar.
3) Letakkan kaki di atas bidang datar, dan letakkan alat ukur diatas tungkai.
4) Ukur dari tungkai sampai batas lutut dengan penggaris alat pengukur panjang lutut.
5) Catat hasilnya.
Gambar 5. Pengukuran panjang tungkai
O. Kerangka Pikir
Kemampuan bergerak secara efesien adalah dasar awal yang perlu diperlukan untuk penampilan
yang terampil, penampilan keterampilan olahraga adalah hasil dari kerja otot yang sangat
terkoordinasi untuk menghasilkan gerakan yang diharapkan. Keberhasilan dalam belajar teknik
tergantung kekhususan unsur kondisi fisik yang dominan, yang merupakan peningkatan dari
komponen-komponen fisik dasar seperti daya tahan, kekuatan, fleksibilitas/kelentukan dan
koordinasi yang baik.
Suharjana (2004:70) menerangkan bahwa kelentukan adalah kemampuan otot atau persendian
untuk bergerak secara leluasa dalam ruang gerak yang maksimal, kekuatan otot atau muscular
strength adalah tegangan yang dapat dikerahkan oleh otot atau sekelompok otot terhadap beban
atatu tahanan dengan sekali usaha secara maksimal, kekuatan otot bisa diartikan sebagai
kemampuan menggunakan gaya tegang untuk melawan beban atau hambatan. Kelentukan,
kekuatan otot tungkai dan lengan, serta panjang lengan dan tungkai yang dimilikinya oleh
Pada gerak dasar kayang, perut dan panggul diangkat ke atas, di mana rentang gerakan
(kelentukan) sendi bahu meluas semaksimal mungkin agar kedua tangan dapat diputar ke
belakang sampai menyentuh matras sebagai tumpuan, serta kekuatan otot lengan dan tungkai
yang maksimal juga memiliki kontribusi erat maksimalnya gerakan kayang. Selain itu daya
memanjang terjadi pada jaringan ikat otot-otot paha (hamstring), otot dada (pektoralis) dan otot
perut, sedangkan otot punggung (vertebra) memendek. Lapisan-lapisan jaringan ikat membentuk
kesatuan susunan otot rangka yang berfungsi sebagai penghubung antar serabut otot dan tulang.
Dalam melakukan gerakan kayang dibutuhkan kelentukan anggota tubuh baik bagian atas
maupun bagian bawah. Kelentukan optimal dibutuhkan pada kayang agar otot-otot yang
mendukung batang tubuh dapat bergerak dengan efisien dan memudahkan melakukan lentingan
saat akan melentingkan badan kebelakang. Sehingga menahan badan agar mendapat posisi
kayang sempurna.
P. Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Ada Hubungan yang signifikan kelentukan terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas
VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
H2 : Ada Hubungan yang signifikan kekuatan lengan terhadap hasil belajar kayang pada siswa
kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
H0 : Tidak ada Hubungan kekuatan lengan, dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
H3 : Ada Hubungan yang signifikan kekuatan tungkai terhadap hasil belajar kayang pada siswa
kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
H0 : Tidak ada Hubungan kekuatan tungkai dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
H4 : Ada Hubungan yang signifikan panjang lengan terhadap hasil belajar kayang pada siswa
kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
H0 : Tidak ada Hubungan panjang lengan dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
H5 : Ada Hubungan yang signifikan panjang tungkai terhadap hasil belajar kayang pada siswa
kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kontribusi
kelentukan dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3
Bandar Lampung, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif korelasional. Menurut Arikunto (1991) Penelitian deskriptif
korelasional atau penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui seberapa erat
kontribusi antara kedua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional untuk
menemukan ada tidaknya kontribusi dan apabila ada, seberapa eratnya kontribusi
serta berarti atau tidaknya kontribusi itu.
Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2008:131) Penelitian
deskriptif korelasi adalah penelitian untuk mengetahui apakah ada kontribusi
antara dua variabel atau lebih dan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan
(kontribusi) variabel bebasnya (dependent variable) atau X terhadap variabel
terikat (independent variable) atau Y.
Peneliti menduga bahwa unsur kelentukan tubuh bagian atas dan tubuh bagian
Kontribusi kelentukan tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah dengan
kemampuan kayang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 6. Kerangka Pikir.
Keterangan :
X1,2,3,4,5 : Kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan,
panjang tungkai
Y : Kemampuan kayang
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian
(Suharsimi Arikunto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel
bebas dan satu variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu kelentukan, kekuatan lengan,
kekuatan tungkai, panjang lengan, panjang tungkai (X).
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu kemampuan kayang
(Y).
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam
penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai
1. Kontribusi adalah sumbangan, sokongan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005: 520) Dalam setiap cabang olahraga unsur kondisi fisik memberikan
kontribusi dalam penguasaan teknik gerak bukan hanya sebagai faktor
pendukung, tetapi terkadang juga sebagai unsur utama.
2. Kelentukan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan-latihan
dengan amplitude gerakan yang besar atau luas, dengan kata lain kelentukan
merupakan kemampuan pergtelangan/persendian untuk dapat melakukan
gerakan-gerkan kesemua arah secara optimal.
3. Kayang adalah adalah sikap badan terlentang seperti “busur” dengan bertumpu
pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan sikutnya dalam posisi lurus.
4. Kekuatan menurut adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut
masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan sekelompok
ototnya untuk melakukan kerja dengan menahan beban yang diangkatnya.
Jadi pengertian yang dimaksud dalam penelitian ini bahwa kontribusi kelentukan,
kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, panjang tungkai dengan
kemampuan kayang adalah seberapa besar sumbangan yang akan diberikan oleh
faktor kelentukan kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan,
panjang tungkai terhadap keberhasilan siswa melakukan gerakan kayang yang
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1997:108) Populasi adalah keseluruhan dari subjek
penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Al
Azhar 3 Bandar Lampung yang berjumlah 220 siswa.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1997:108) Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil
semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara
10-15% atau 20-25%. Karena seluruh siswa kelas VII berjumlah 220 siswa. Maka
teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive random sampling. Dengan
perhitungan diambil 20% dari populasi, yaitu 22 siswa. Pengambilan
masing-masing kelas akan disesuaikan dengan jumlah siswa pada setiap kelas (proporsi).
E. Instrumen
1. Instrumen Tes Kelentukan Tubuh
Untuk mengukur kelentukan seseorang menggunakan Trunk Extention Tingkat
reliabilitas 0,72 dan validitas tergolong fase validity.
Tujuan : Mengukur kemampuan tubuh berektensi kearah belakang
Alat : Menggunakan alat ukur digital (satuan cm).
Cara Pelaksanaan :
1) Peserta berada pada posisi badan telungkup
2) Lutut bagian belakang lurus (lutut tidak boleh ditekuk)
3) Pelan-pelan lentingkan badan dengan posisi tangan lurus ke depan mendorong
4) Usahakan agar ujung jari tangan mendorong skala sejauh mungkin. Sikap ini
dipertahankan 3 detik.
5) Tes dilakukan 2 kali berturut-turut
Hasil tes :
1) Yang diukur adalah tanda bekas jari yang tampak pada mistar skala
2) Hasil yang dicatat adalah angka skala yang dapat dicapai oleh
kedua ujung jari yang terjauh.
Penilaian : Skor terjauh dari dua kali kesempatan dicatat sebagai skor dalam
satuan cm.
Gambar 7. Trunk Extention Test (Digital). Sumber : Depdiknas Pusegjas. 2000
F. Tes Kekuatan Lengan
Tes kekuatan otot lengan (pull and push strenght test) yang bertujuan untuk
mengukur kekuatan otot lengan dalam menarik dan mendorong. Setalah dilakukan
Norma tes kekuatan lengan putra
No Klasifikasi Standar Nilai
1 Sangat baik > 44
2 Baik 34-43
3 Sedang 25-33
4 Kurang 18-24
5 Kurang sekali <17
Tabel 1. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)
Norma tes kekuatan lengan putri
No Klasifikasi Standar Nilai
1 Sangat baik > 39
2 Baik 30-38
3 Sedang 22-29
4 Kurang 15-21
5 Kurang sekali <14
Tabel 2. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)
G. Tes Kekuatan Tungkai
Tes kekuatan otot tungkai (leg strength test) yang bertujuan untuk mengukur kekuatan
otot tungkai, dan didistribusikan dengan tabel norma tes tersebut.
Norma tes kekuatan otot tungkai putra
No Klasifikasi Standar Nilai
1 Sangat baik > 241
2 Baik 214-240
3 Sedang 160-213
4 Kurang 137-159
5 Kurang sekali <137
Tabel 3. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)
Norma tes kekuatan otot tungkai putri
No Klasifikasi Standar Nilai
1 Sangat baik > 136
2 Baik 114-135
3 Sedang 66-113
4 Kurang 49-65
5 Kurang sekali <49
H. Tes Panjang Lengan
Lengan memberikan gambaran tentang keadaaan keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak yang ada dilengan. Cara mengukur panjang lengan adalah:
1) Rentangkan kedua lengan yang akan diukur
2) Ukur panjang lengan dengan alat ukur rentang lengan berdad dibagian depan
dada dan posisikan alat pengukur rentang lengan sama panjang dengan
panjang lengan.
3) Lihatlah atau baca yang tertera pada alat ukur, lalu jumlahkan dari kedua
angka pada alat ukur.
Untuk lebih jelaslah perhatikan gambar alat ukur lengan sebagai berikut:
Gambar 8. Alat ukur panjang lengan
I. Panjang Tungkai
Cara mengukur panjang lengan adalah:
1) Siapkan alat ukur pengukur panjag lutut, letakkan di atas permukaan lantai
yang datar.
2) Berbaringlah di atas lantai yang datar.
3) Letakkan kaki di atas bidang datar, dan letakkan alat ukur diatas tungkai.
4) Ukur dari tungkai sampai batas lutut dengan penggaris alat pengukur panjang
lutut.
Untuk lebih jelaslah perhatikan gambar pengukuran tungkai sebagai berikut:
Gambar 9. Cara pengukuran panjang tungkai
J. Instrumen Tes Kemampuan Kayang
Adapun penilaian dari kemampuan kayang dapat dilihat dari kemampuan tubuh
membentuk sikap busur yang sempurna (Roji, 2006). Semakin baik kelentukan
siswa, maka nilai yang didapat akan semakin baik (sempurna).
Gambar 10. Kemampuan Kayang
Keterangan :
Nilai 5 : Sikap kayang sempurna. Posisi badan setimbang karena titik berat badan
Nilai 4 : Sikap kayang baik, tetapi posisi tangan dan kaki terlalu jauh dari titik
berat badan (tbb).
Nilai 3 : Sikap kayang cukup. Posisi togok melenting tidak sempurna, kepala
menengadah lebih tinggi dari posisi badan.
Nilai 2 : Sikap kayang kurang. Karena tidak ada lentingan tubuh bagian bawah.
Tbb jauh dari tumpuan kaki atau dari garis v, posisi ini tidak mungkin
dapat bangun.
Nilai 1 : Tidak dapat melakukan kayang.
K. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi carl pearson dan korelasi
ganda. Sekontribusi penelitian ini adalah penelitian sampel, maka diperlukan uji
persyaratan untuk menentukan teknik analisis statistik yang digunakan. Uji
persyaratan yang diperlukan adalah uji normalitas dan uji linearitas sebaran data.
Secara lebih jelas pengujian analisis data dari uji prasyarat hingga pengujian
hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh
mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas
ini adalah menggunakan uji Liliefors (Sudjana, 2005: 466). Dari perhitungan
tersebut akan diperoleh L hitung . Dengan taraf signifikan 0,05 atau taraf
kepercayaan 95% data berdistribusi normal jika Nilai L tabel lebih besar dari L
hitung . Sebaliknya jika L hitung lebih besar dari L tabel maka data tersebut
2. Pengujian Hipotesis
a. Mencari Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui kontribusi antara variabel bebas dan variabel terikat dapat
digunakan korelasi product moment dan korelasi ganda. Menurut Sudjana (2005:
369) Koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat
dicari dengan menggunakan rumus korelasi Carl Pearson :
Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya kontribusi antar variabel dinyatakan dalam
koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi
negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila kontribusi antara dua
variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka kontribusi
tersebut sempurna. Jika didapat r = -1 maka terdapat korelasi negatif sempurna,
artinya setiap peningkatan pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada
variabel lainnya. Sebaliknya jika didapat r = 1, maka diperoleh korelasi positif
tidaknya kontribusi ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan
koefisien korelasi adalah 0 maka tidak terdapat kontribusi.
Tabel 5. Interpretasi koefisien korelasi nilai r.
Interval Koefisien
Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau
tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf
signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%).
Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada
kontribusi yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak
ada kontribusi yang signifikan.
Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan
rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005: 369).
Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut :
KP = r2
x 100 %
Keterangan :
KP = Nilai koefisien determinasi
b. Mencari Korelasi Ganda
Untuk mencari kontribusi kedua variabel bebas dengan variabel terikat dengan
menggunakan rumus Korelasi Ganda ( )
Untuk mengetahui sumbangan kedua variabel bebas dengan variabel terikat,
koefisien determinasi dicari dengan mengalikan koefisisen korelasi ganda yang
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. Simpulan Hubungan Antar Variabel X dengan Y.
1. Ada kontribusi yang signifikan kelenturan sebesar 69,35 % terhadap kemampuan kayang.
2. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan lengan sebesar 38,12 % terhadap kemampuan kayang.
3. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan tungkai sebesar 37,30 % terhadap kemampuan kayang.
4. Ada kontribusi yang signifikan panjang lengan sebesar 31,38 % terhadap kemampuan kayang.
5. Ada kontribusi yang signifikan panjang tungkai sebesar 30,47 % terhadap kemampuan kayang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar kayangnya agar perlu
mengetahui unsur-unsur kondisi fisik penentu peningkatan hasil yang optimal. 2. Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan kayang maka perlu
memperhatikan kondisi fisik siswa sehingga dapat direncanakan program khusus guna tercapainya prestasi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. ... (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. Hazeldine, R.. 1989. Fitness For Sport. Trowbridge: Edwood Burn
Limited, hal. 93-99.
Hermawan, Rahmat. Ilmu Faal : Fisiologi. Univesitas Lampung.
Irianto, Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahraga : Yogyakarta
Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam. Penerbit Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas, Jakarta
Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung : Yudhistira Mukholis Agus. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek. Erlangga : Jakarta. Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Buku Pedoman dan Modul
Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta. .
Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula, Alfabeta : Bandung.
Roji. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta Sodikin, Chandra. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk
SMP/MTS Kelas VIII, Jakarta : CV. Arya Duta
Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta
Suparno. (2001). Pintar Berbahasa Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta.
Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka
Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira
Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka : Jakarta.
Usman, Husaini. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. Unila. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Bandar