• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP

HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SATRIA WIJAYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

KONTRIBUSI KELENTUKAN, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, PANJANG LENGAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP

HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS VII SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SATRIA WIJAYA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, dan panjang tungkai terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung, tahun pelajaran 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung yang berjumlah 220 siswa, dengan jumlah sampel 20% dari populasi, yaitu dengan teknik sampel 22 siswa. Instrumen yang digunakan tes kelentukan, pull and push dynamometer, leg strength test, anthropometry mengukur panjang lengan dan panjang tungkai, instrument test kemampuan kayang dilihat dari kemampuan dan sikap yang sempurna.

Hasil penelitian menunjukan korelasi : 1) ada hubungan yang sangat kuat antara kelentukan

Dapat disimpulkan bahwa kelentukan, kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, panjang lengan, panjang tungkai memiliki hubungan terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung, dan yang paling besar kontribusinya adalah kelntukan sebesar 69,35%.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

D. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani SMP ... 11

(7)

B. Variabel Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Intrumen Penelitian ... 31

F. Tes Kekuatan Lengan ... 32

G. Tes Kekuatan Tungkai ... 33

H. Tes Panjang Lengan ... 34

I. Tes Panjang Tungkai ... 34

J. Instrument Tes Kemampuan Kayang ... 35

K. Teknik Analisis Data ... 36

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Analisis ... 40

B. Pembahasan ... 46

V. SIMPULAN DAN DARAN ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 48

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan Jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang

diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui aktivitas jasmani yang disusun secara

sistematis sehingga dapat dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu

secara menyeluruh. Melalui Pendidikan Jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas

jasmani termasuk keterampilan berolahraga.

Oleh karena itu, banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan

bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk

mendidik. Namun demikian pelaksanaan pendidikan jasmani di Indonesia terasa masih belum

cukup memuaskan apabila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain atau dibandingkan

dengan perannya sebagai bagian dari pendidikan secara umum. Kelemahan itu tampak dalam

beberapa aspek seperti :

1. Faktor ketenagaan khususnya guru yang menangani bidang studi tersebut selain jumlahnya

memang masih kekurangan, kualifikas dan kompetensinya juga masih rendah (sebagian guru)

(9)

2. Infrastruktur olahraga pendukung, termasuk sarana dan prasarana yang memungkinkan siswa

untuk memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk aktif bergerak atau bermain sesuai

dengan fitrahnya.

3. Kekurangan dana untuk menyelenggarakan program yang akan menghasilkan perubahan

bermakna dan hasil belajar yang diharapkan.

4. Pemahaman dan penguasaan dasar-dasar pendidikan jasmani secara mendalam perlu dimiliki

oleh setiap penyelenggara pendidikan jasmani. Upaya ini juga berkaitan dengan penyelarasan

landasan teoritis dengan penerapan di lapangan.

Salah satu materi pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani adalah mempraktikkan gerakan

kayang dengan koordinasi yang baik. Tujuan pembelajaran kayang ini adalah siswa dapat

melakukan teknik dasar kayang dari posisi berdiri serta nilai disiplin, keberanian dan

tanggungjawab. Ini berarti siswa akan mempelajari bentuk dan manfaat senam dan juga dapat

mempraktikkan teknik dasar kayang tersebut.

Materi pokok Pendidikan Jasmani diklasifikasikan menjadi enam aspek, yaitu:

teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam,

aktivitas ritmik, aquatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (out door). Salah satu

keterampilan senam yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani adalah

mempraktikkan keterampilan senam lantai serta nilai kedisiplinan, keberanian dan tanggung

jawab. Gerakan-gerakan dasar dalam senam lantai yang dipelajari pada semester pertama ini

adalah teknik guling depan, guling belakang, kayang dan meroda. Dalam pelaksanaan gerakan

(10)

daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan, koordinasi, maupun keseimbangan.

Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan

melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut, olahraga senam mempunyai sistematika tersendiri serta tujuan

yang hendak dicapai, seperti daya tahan, kekuatan, kelenturan dan koordinasi yang baik. Senam

adalah kegiatan utama yang bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik dan kemampuan

gerak. Selain itu, senam dapat pula menyumbang pengayaan perbendaharaan gerak pelakunya.

Dasar-dasar senam akan sangat baik untuk pengembangan pelurusan tubuh, penguasaan dan

kesadaran tubuh secara umum, serta keterampilan-keterampilan senam.

Senam lantai merupakan salah satu bagian dari senam yang memerlukan semua keahlian dasar

senam. Salah satu senam lantai yang merupakan materi yang dipelajari siswa SMP adalah

mempraktikkan senam lantai gerakan kayang. Kayang adalah posisi badan bertumpu dengan

empat titik dalam keadaan terbalik dengan meregang dan mengangkat perut dan panggul,

sehingga semua anggota tubuh melengkung seperti busur.

Kayang juga membutuhkan komponen fisik dan kemampuan gerak sehingga siswa akan

berkembang daya tahan ototnya, kekuatan, kelentukan, koordinasi, kelincahan dan

keseimbangannya. Dalam gerakan kayang kelentukan sangat dibutuhkan untuk memudahkan

pelaksanaan gerak. Selain itu kelentukan adalah komponen penting untuk menghasilkan gerakan

(11)

Kelentukan dapat diartikan sebagai kemampuan otot dan persendian untuk bergerak secara

leluasa dalam ruang gerak yang maksimal. Apabila seseorang memiliki fleksibilitas atau

kelentukan yang optimal, maka akan menambah efisiensi dalam melakukan gerak. Kelentukan

dalam gerakan kayang terjadi pada seluruh anggota badan, baik anggota tubuh bagian atas yang

terdiri dari lengan, sendi bahu, dada, perut, punggung dan anggota tubuh bagian bawah, yaitu

pinggang, paha, dan kaki.

Menurut hasil observasi penulis di SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung berdasarkan hasil

penilaian guru diketahui bahwa hasil belajar siswa SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung yang

terdiri dari 5 kelas, sebagian besar siswa masih rendah kemampuan melakukan gerakan kayang.

Siswa rata-rata kesulitan melakukan gerakan kayang dari posisi berdiri, sebelum kedua tangan

tiba untuk posisi kayang badan siswa sudah jatuh ke matras karena kurangnya kelentukan togok

atau tubuh siswa. Jikapun otot perut, pinggang dan punggung dapat melenting dengan baik, tapi

kadang kekuatan otot perutnya kurang sehingga belum sempurna lentingan tubuh siswa sudah

jatuh dengan cepat, kurangnya kelenturan juga mengakibatkan posisi kayang dilakukan tidak

sempurna.

Peneliti melihat kesalahan yang sering dilakukan siswa saat kayang antara lain salah satu tangan

atau kedua tangan ditempatkan terlalu jauh di dari titik berat badan, sedangkan posisi kedua

tangan yang baik dalam kayang adalah semakin dekat dengan posisi kedua kaki sehingga sikap

kayang yang dilakukan kurang sempurna. Faktor lain yang penulis lihat sebagai penyebab masih

(12)

dapat melenting dengan sempurna atau dengan kata lain masih rendahnya kelentukan siswa

sehingga tidak dapat mempertahankan sikap kayang sehingga sikap tubuh kurang optimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian yang

berjudul ”Kontribusi Kelentukan Terhadap Hasil Belajar Kayang Pada Siswa Kelas VII SMP Al

Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dengan mengetahui kontribusi yang

diberikan faktor kondisi fisik dengan kemampuan kayang tersebut semoga penelitian ini dapat

memberikan informasi yang berguna sehingga guru dapat melakukan perbaikan agar siswa dapat

berhasil melakukan gerakan kayang dengan sempurna.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kurang memahaminya teori kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai terhadap hasil

belajar kayang.

2. Karna pada dasarnya semua cabang olah raga memerlukan kelentukan

3. Kurangnya perhatian dari guru maupun pelatih terhadap kelentukan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dan batasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah

seberapa besar kontribusi kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan,

panjang tungkai terhadap hasil belajar

(13)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui gambaran jelas berapa besar

1. Hubungan kelentukan terhadap hasil belajar kayang

2. Hubungan kekuatan lengan terhadap hasil belajar kayang

3. Hubungan kekuatan tungkai terhadap hasil belajar kayang

4. Hubungan panjang lengan terhadap hasil belajar kayang

5. Hubungan panjang tungkai terhadap hasil belajar kayang

Sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Bagi Penulis

Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berguna dan bermanfaat dalam

penerapan pembelajaran kayang

b. Bagi siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang kelentukan, kekuatan, panjang

lengan dan tungkai terhadap hasil belajar kayang.

c. Mahasiswa Penjaskes

(14)

d. Program Studi Penjaskes

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam kajian serta pengembangan ilmu

dalam pembelajaran, khususnya dalam mata kuliah kayang.

e. Bagi Pihak Sekolah

Untuk mencanangkan program belajar ekstrakurikuler agar kemampuan atau hobi anak

dengan senam lantai dapat tersalurkan sesuai dengan keinginannya.

f. Bagi Guru

Hasil penelitian inisebagai acuan untuk mengajar anak didiknya dalam pembelajaran senam

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan atau

anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan

jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan

dan keterampilan, kecerdasan dan pembentukan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam

rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. (Kurikulum Penjas

SMP, 2004).

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain

untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan

dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar

diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik

jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan

membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan

gerakan secara aman, efisien dan efektif.

Disinilah pentingnya Pendidikan Jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi

lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya.

(16)

kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu

keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna

dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi,

sosial dan moral.

B. Tujuan Pendidikan Jasmani

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani tahun 2004 dijelaskan

bahwa mata pelajaran Pendidikan Jasmani bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan

pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan

olahraga yang terpilih.

b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang baik.

c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang

terkandung di dalam Pendidikan Jasmani.

e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan

demokratis.

f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai

informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran,

(17)

C. Fungsi Pendidikan Jasmani

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani tahun 2004 bahwa

fungsi Pendidikan Jasmani adalah sebagai berikut:

1) Aspek Organik

a. Menjadikan fungsi system tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi

tuntutan lingkungan secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan

keterampilan.

b. Meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikelurkan oleh otot atau

kelompok otot.

2) Aspek Neuromuskuler

a) Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot.

b)Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat,

meluncur, melangkah, mendorong, bergulir, dan menarik.

3) Aspek Perseptual

a) Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat.

b)Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan mempertahankan

keseimbangan statis dan dinamis.

4) Aspek Kognitif

a) Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh

pengetahuan dan membuat keputusan.

b)Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan juga etika.

5) Aspek Sosial

(18)

b)Belajar berkomunikasi dengan orang lain.

c) Mengembangkan rasa memiliki dan rasa di terima di masyarakat.

6) Aspek Emosional

a) Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktifitas jasmani.

b)Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.

c) Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.

D. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani SMP

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Jasmani tahun 2004 meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

1)Permainan dan olahraga terdiri dari berbagai jenis permainan dan olahraga baik terstruktur

maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu misalnya atletik, kasti, sepak

bola, bola basket, tenis meja, bulutangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

2)Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur

tubuh yang ideal dan pengembangan komponen kebugaran jasmani meliputi: mekanika sikap

tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

3)Aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang berkontribusi dengan ketangkasan seperti:

senam ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, senam lantai,

dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian, kapasitas diri, dan

pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di

dalamanya.

4)Aktivitas ritmik berisi tentang kontribusi gerak dengan irama dan juga pengembangan aspek

(19)

bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.

5)Aktifitas air berisi tentang kegiatan di air, seperti: permainan air, gaya-gaya renang, dan

keselamatan di air, serta pengembangan aspek pengaetahuan yang relevan serta nilai-nilai

yang terkandung didalamnya.

6)Pendidikan luar kelas berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya,

seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, berkemah, dan kegiatan petualangan (haiking,

menelusuri sungai, dan lainnya), serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan sarta

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

7)Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya

yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat,

memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu

istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan

merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

E. Senam Dasar

Senam yang di kenal dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang olahraga, merupakan

terjemahan langsung darai bahasa inggris Gymnastics, atau belanda Gmnastiek. Menurut Roji

(2006:110) senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan

dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian secara

(20)

Agus Mahendra (2001:10) mengatakan bahwa senam merupakan aktivitas fisik yang dapat

membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk

mendapatkan penekanan di dalam program Pendidikan Jasmani, terutama karena tuntutan fisik

yang dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di

samping itu, senam juga besar sumbangannya pada perkembangan gerak fundamental yang

penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengontrol

sikap dan gerak secara efektif dan efisien.

Menurut Peter H.werner (1994:5) dalam Agus Mahendra (2001:13) mengatakan bahwa senam

dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang di rancang untuk

meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. Jadi fokusnya

adalah tubuh bukan alatnya, bukan pola geraknya, karena gerak apapun yang digunakan tujuan

utamanya adalah peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya.

Dalam Muhajir (2007:202) dijelaskan bahwa senam merupakan kegiatan yang paling bermanfaat

untuk mengembangkan komponen fisik seperti daya tahan otot, kekuatan, kelentukan,

koordinasi, kelincahan dan keseimbangan. Senam juga dapat menyumbangkan pengayaan

perbendaharaan gerak pelakunya. Dengan dasar-dasar senam akan sangat baik untuk

mengembangkan pelurusan tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum sehingga siswa

mampu menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya, dan menguasai

keterampilan-keterampilan senam.Dan secara umum menurut FIG (Federation International de Gymnastique)

(21)

sportif (sportive rythmic gymnastics), senam akrobatik (acrobatic gymnastics), senam aerobik

sport (sport gymnastics), senam trompolin (trompolinning gymnastics), dan senam umum

(general gymnastics).

Namun untuk pendidikan, akan muncul istilah senam kependidikan. Senam ini diterapkan pada

kegiatan pembelajaran senam yang sasaran utamanya diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan

kependidikan. Dalam senam kependidikan, anak belajar pada tingkatannya masing-masing

untuk mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam menerapkan konsep-konsep gerak.

Oleh karena itu, para guru harus menyadari bahwa senam dalam pendidikan jasmani di sekolah

tentu harus berbeda dengan olympiade. Hakikat gerak senam akan selalu berkontribusi dengan

pernyatan tentang apa yang bergerak, dimana bergeraknya, serta bagaimana geraknya. Dalam

dunia pendidikan, senam seharusnya diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai macam

kegiatan fisik yang didalamnya anak mampu medemonstrasikan, dengan melawan gaya atau

kekuatan alam, kemampuan untuk menguasai tubuhnya secara meyakinkan dalam situasi yang

berbeda-beda. Dengan begitu, kegiatan senam pendidikan tidak hanya berisi keterampilan

akrobatik semata, melainkan menjangkau kegiatan-kegiatan latihan yang mengguankan

permainan, lomba, serta pengembangan fisik khusus untuk memperbaiki postur tubuh.

Prasetio 2009 Senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian

secara harmonis. Senam lantai pada prinsipnya disebut floor exercise. Senam mempunyai banyak

(22)

Jenis senam tersebut mempunyai variasi gerakan yang berbeda. Namun Unsur-unsur gerakan

dominan senam terdiri dari a. Mengguling, b. Melompat, c. Meloncat, d. Berputar di udara, e.

Menumpu dengan tangan atau kaki

Dalam penelitian ini yang akan kita diteliti adalah senam lantai. Gerakan-gerakan itu bertujuan

untuk melenturkan gerak tubuh. Gerakan pada senam lantai yang sering dilakukan adalah

gerakan melenting. Gerakan melenting dikenal juga dengan kayang. Untuk melakukan gerakan

melenting diperlukan kelenturan tubuh yang maksimal. Hal itu dikarena gerakan melenting harus

dilakukan dengan cara melipat tubuh secara telentang.

F. Senam Lantai

Menurut Agus Mahendra (2001:4) senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada

juga yang menamakan tumbling. Senam lantai merupakan salah satu rumpun dari senam. Senam

lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari

mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kakiuntuk

memperthankan sikap seimbang atau pada saat meloncaat kedepan atau ke belakang. Bentuk

latihannya merupakan gerakan dasar dari senam perkakas atau alat. Pada dasarnya,

bentuk-bentuk latihan bagi putra dan putri adalah sama, hanya untuk putri anyak unsur gerak balet. Jenis

senam juga di sebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak

(23)

Sebelum mempelajari gerakan dasar diperlukan pembinaan dan pembentukan fisik yang teratur,

hal ini perlu karena adanya fisik yang sudah terbentuk akan memudahkan dalam mempelajari

gerakan-garakan dasar. Beberapa contoh gerakan dasar senam lantai :

1. Roll depan

Roll depan ialah gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan

(tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang.

2. Teknik kayang

Kayang ialah suatu bentuk sikap badan terlentang yanng membusur, bertupu pada kedua kaki

dan kedua tangan siku-siku dan lutut lurus.

3. Sikap lilin

Sikap lilin diawali dengan posisi tidur telentang, posisi kedua tangan ditekuk dekat sisi telinga,

kemudian angkat ke dua kaki (rapat) lurus keatas dengan tangan menopang pinggang.

4. Meroda

Gerakan meroda merupakan gerakan memutar badan dengan sikap menyamping arah gerakan

dan tumpuan berat badan ketika berputar menggunakan kedua tangan dan kaki

G. Bentuk Latihan Senam Lantai

Senam dasar merupakan berbagai bentuk dan ragam gerakan senam yang dilakukan seseorang

terutama untuk latihan pembentukan tubuh dan sering juga dilakukan sebagai latihan

(24)

Menurut Sayuti Sahara (2004:7) ada tiga macam latihan yang harus diperhatikan dalam latihan

senam dasar yaitu:

1. Latihan kelentukan

Latihan kelentukan adalah bentuk-bentuk latihan badan atau tubuh yang bertujuan agar badan

atau tubuh yang kaku mudah untuk digerakan kesegala arah sesuai dengan yang diinginkan.

Atau dengan kata lain agar badan menjadi lentur, mudah digerakkan. Latihan keletukan biasanya

meliputi, latihan peregangan atau penguluran dan pelemasan otot, pelemasan persendian, dan

pelepasan (setelah melakukan gerakan otot-otot dan persendian dilepaskan).

2. Latihan kekuatan dan kecepatan

Latihan kekuatan bertujuan untuk melatih kekuatan otot, persendian, dan persyarafan.

Sedangkan latihan kecepatan untuk melatih meningkatkan gerakan yang akan dilakukan sesuai

dengan kebutuhannya. Latihan kekuatan dan kecepatan dapat dilakukan antara lain dengan

push-up, sit- ups,back lift, squat jumps, squat thrust, mendorong, menarik, mengangkat, jalan,

lari, dan melompat.

3. Latihan keseimbangan

Latihan keseimbangan bertujuan untuk melatih badan agar keadaannya seimbang. Latihan

keseimbangan dapat dilakukan antara lain dengan memperkecil bidang tumpuan. Misalkan

berdiri dengan satu kaki. Untuk memperkecil bidang tumpuan, maka tumit diangkat tinggi,

(25)

H. Gerakan Kayang

Kayang adalah salah satu teknik dasar dalam senam yang harus dipelajari dalam mata pelajaran

Pendidikan Jasmani di SMP. Menurut Roji (2006:119) gerakan kayang adalah sikap badan

terlentang seperti “busur” dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan

sikutnya dalam posisi lurus. Saat kayang posisi tubuh bertumpu dengan empat titik dalam

keadaan terbalik dengan meregang dan mengangkat perut dan panggul. Latihan/ gerakan kayang

dapat melatih kelenturan otot perut, pinggang dan punggung.

Gambar 1. Gerakan Kayang, Roji (2006:119)

Menurut Roji (2006:119) tahapan-tahapan melakukan gerakan kayang adalah sebagai berikut :

a. Sikap permulaan berdiri, kedua tangan menumpu pada pinggul.

b. Kedua kaki ditekuk, siku tangan ditekuk, kepala di lipat ke belakang.

c. Kedua tangan diputar ke belakang sampai menyentuh matras sebagai tumpuan.

d. Posisi badan melengkung bagai busur.

(26)

Roji (2006:120) menjelaskan agar gerakan kayang dapat dengan mudah dilakukan, maka perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memiliki kekuatan otot perut, punggung dan paha.

b. Memiliki kelentukan persendian bahu, ruas-ruas tulang belakang, dan persendian panggul

serta kelenturan otot perut.

c. Memiliki kekuatan lengan dan bahu untuk menopang.

Adapun kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan gerakan kayang yaitu :

a. Jarak kedua tangan dan kaki terlalu jauh.

b. Siku-siku bengkok disebabkan kekakuan persendian siku dan bahu.

c. Badan kurang melengkung (membusur), disebabkan kurang lemas/lentuknya bagian

punggung dan kekakuan pada otot perut.

d. Sikap kepala yang terlalu menengadah.

e. Kurang keseimbangan.

Dengan demikian seorang siswa dapat melakukan gerakan kayang dengan sempurna jika

terdapat aspek kondisi fisik yang mendukung dan menghindari kesalahan-kesalahan yang sering

dilakukan saat kayang.

I. Titik Berat Badan

Menurut Imam Hidayat (1999:9) titik berat adalah titik di mana gaya berat benda atau anggota

tubuh itu bekerja. Titik berat adalah titik yang mewakili berat dari benda/tubuh. Oleh karena

anggota tubuh manusia letaknya dapat berubah-ubah, maka titik berat badan (TBB) manusia juga

(27)

Gambar 2. Letak Titik Berat Badan.

Adapun letak titik berat badan pada sikap anatomis menurut Imam Hidayat (1999: 10) adalah

sebagai berikut :

1. Pada sikap tegak/sikap sempurna, tinggi dari titik berat badan kurang lebih 57% dari tinggi

badannya.

2. Letak titik berat badan, kurang lebih 2,5 cm di bawah promontorium (antara ruas pinggang

dan tulang kemudi).

3. Titik berat badan berada di dalam panggul, di depan tulang kemudian kedua.

4. Titik berat badan adalah maya, oleh karena itu ada kemungkinan titik berat tersebut berada di

luar benda atau badan.

Pada saat melakukan gerakan kayang, seseorang harus mengetahui prinsip-prinsip dasar gerak

agar menghasilkan gerakan yang benar dan baik. Pada saat akan membuat sikap kayang atau

busur maka prinsip kesetimbangan yang dipahami adalah prinsip kesetimbangan ke I, yaitu

badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh

(28)

ke belakang maka panggul bergeser atau maju ke depan bukan kaki yang bergesar ke belakang.

Hal tersebut akan menyebabkan TBB turun sedikit dari posisi siap tetapi tetap berada pada garis

vertikal sehingga proyeksinya jatuh pada bidang tumpuan kaki.

Letak titik berat badan berubah sesuai dengan perubahan sikap dan sangat menentukan terhadap

teknik gerak. Dengan mengetahui titik berat badan dan hukum-hukum kesetimbangan dalam

sikap dan gerak tubuh diharapkan dapat membuat sikap yang benar dan bergerak dengan dengan

benar pula, dapat memperbaiki sikap dan gerakan yang salah, serta meningkatkan efisiensi dan

keterampilan dalam kegiatan olahraga.

J. Kelentukan (flexibility)

Sutarmin, (2010:79) Kelentukan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan-latihan

dengan amplitude gerakan yang besar atau luas, dengan kata lain kelentukan merupakan

kemampuan pergtelangan/persendian untuk dapat melakukan gerakan-gerkan kesemua arah

secara optimal. Adapun metode untuk melatih kelentukan yang perlu diperhatikan pada prinsip

latihannya adalah:

1) Dimulai dengan latihan kelentukan umum.

2) Kelentukan-kelentukan khusus suatu cabang olahraga harus dilatih dan dicapai dengan

amplitude gerakan seoptimal mungkin, karena diperlukan untuk pertandingan dan

peningkatan prestasi.

(29)

4) Latihan-latihan kelentukan harus diberikan sebelum dan sesudah latihan kekuatan dan latihan

kecepatan guna menghindari kekakuan otot dan membantu pemulihan.

5) Program pengembangan kelentukan perlu juga dikombinasikan dengan latihan kekuatan

karena tanpa kekuatan amplitude gerakan yang besar tidak dapat dicapai.

K. Kekuatan Lengan

Kekuatan menurut M. Sajoto (1995:58) adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut

masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan sekelompok ototnya untuk

melakukan kerja dengan menahan beban yang diangkatnya. Agus Mukholid, (2007:49)

mengatakan kekuatan otot atau muscular strength adalah tegangan yang dapat dikerahkan oleh

otot atau sekelompok otot terhadap beban atatu tahanan dengan sekali usaha secara maksimal.

Kekuatan otot bisa diartikan sebagai kemampuan menggunakan gaya tegang untuk melawan

beban atau hambatan.

L. Kekuatan Tungkai

Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam

mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja, kekuatan merupakan kemampuan

dasar kondisi fisik, tanpa kekuatan seseorang tidak akan bisa berlari cepat, melompat,

mendorong, menarik, menahan, memukul, mengangkat dan lain sebagainya. kekuatan otot dapat

digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal

(30)

neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan

kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula

kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus juga

kuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot

tersebut berkontribusi langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta

beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Adapun tulang

pembentuk tungkai adalah 1) tulang panggul, 2) Femur, 3) Tibia, 4) Tarsaks, 5) Martacarpalia,

6) Fibula, 7) Patela. Untuk lebih jelasnya lihatlah gambar di bawah sebagi berikut:

Gambar 3. Tulang-Tulang Pembentuk Tungkai. Pate, (1993)

M. Panjang Lengan

Lengan memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak yang ada

dilengan. Cara mengukur panjang lengan adalah:

1) Rentangkan kedua lengan yang akan diukur

2) Ukur panjang lengan dengan alat ukur rentang lengan berdad dibagian depan dada dan

(31)

3) Lihatlah atau baca yang tertera pada alat ukur, lalu jumlahkan dari kedua angka pada alat

ukur.

Untuk lebih jelaslah perhatikan gambar alat ukur lengan sebagai berikut:

Gambar 4. Alat ukur panjang lengan

N. Panjang Tungkai

Cara mengukur panjang lengan adalah:

1) Siapkan alat ukur pengukur panjag lutut, letakkan di atas permukaan lantai yang datar.

2) Berbaringlah di atas lantai yang datar.

3) Letakkan kaki di atas bidang datar, dan letakkan alat ukur diatas tungkai.

4) Ukur dari tungkai sampai batas lutut dengan penggaris alat pengukur panjang lutut.

5) Catat hasilnya.

(32)

Gambar 5. Pengukuran panjang tungkai

O. Kerangka Pikir

Kemampuan bergerak secara efesien adalah dasar awal yang perlu diperlukan untuk penampilan

yang terampil, penampilan keterampilan olahraga adalah hasil dari kerja otot yang sangat

terkoordinasi untuk menghasilkan gerakan yang diharapkan. Keberhasilan dalam belajar teknik

tergantung kekhususan unsur kondisi fisik yang dominan, yang merupakan peningkatan dari

komponen-komponen fisik dasar seperti daya tahan, kekuatan, fleksibilitas/kelentukan dan

koordinasi yang baik.

Suharjana (2004:70) menerangkan bahwa kelentukan adalah kemampuan otot atau persendian

untuk bergerak secara leluasa dalam ruang gerak yang maksimal, kekuatan otot atau muscular

strength adalah tegangan yang dapat dikerahkan oleh otot atau sekelompok otot terhadap beban

atatu tahanan dengan sekali usaha secara maksimal, kekuatan otot bisa diartikan sebagai

kemampuan menggunakan gaya tegang untuk melawan beban atau hambatan. Kelentukan,

kekuatan otot tungkai dan lengan, serta panjang lengan dan tungkai yang dimilikinya oleh

(33)

Pada gerak dasar kayang, perut dan panggul diangkat ke atas, di mana rentang gerakan

(kelentukan) sendi bahu meluas semaksimal mungkin agar kedua tangan dapat diputar ke

belakang sampai menyentuh matras sebagai tumpuan, serta kekuatan otot lengan dan tungkai

yang maksimal juga memiliki kontribusi erat maksimalnya gerakan kayang. Selain itu daya

memanjang terjadi pada jaringan ikat otot-otot paha (hamstring), otot dada (pektoralis) dan otot

perut, sedangkan otot punggung (vertebra) memendek. Lapisan-lapisan jaringan ikat membentuk

kesatuan susunan otot rangka yang berfungsi sebagai penghubung antar serabut otot dan tulang.

Dalam melakukan gerakan kayang dibutuhkan kelentukan anggota tubuh baik bagian atas

maupun bagian bawah. Kelentukan optimal dibutuhkan pada kayang agar otot-otot yang

mendukung batang tubuh dapat bergerak dengan efisien dan memudahkan melakukan lentingan

saat akan melentingkan badan kebelakang. Sehingga menahan badan agar mendapat posisi

kayang sempurna.

P. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Ada Hubungan yang signifikan kelentukan terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas

VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

(34)

H2 : Ada Hubungan yang signifikan kekuatan lengan terhadap hasil belajar kayang pada siswa

kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H0 : Tidak ada Hubungan kekuatan lengan, dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H3 : Ada Hubungan yang signifikan kekuatan tungkai terhadap hasil belajar kayang pada siswa

kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H0 : Tidak ada Hubungan kekuatan tungkai dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H4 : Ada Hubungan yang signifikan panjang lengan terhadap hasil belajar kayang pada siswa

kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H0 : Tidak ada Hubungan panjang lengan dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

H5 : Ada Hubungan yang signifikan panjang tungkai terhadap hasil belajar kayang pada siswa

kelas VII SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

(35)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kontribusi

kelentukan dengan kemampuan kayang pada siswa kelas VII SMP Al Azhar 3

Bandar Lampung, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif korelasional. Menurut Arikunto (1991) Penelitian deskriptif

korelasional atau penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui seberapa erat

kontribusi antara kedua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional untuk

menemukan ada tidaknya kontribusi dan apabila ada, seberapa eratnya kontribusi

serta berarti atau tidaknya kontribusi itu.

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2008:131) Penelitian

deskriptif korelasi adalah penelitian untuk mengetahui apakah ada kontribusi

antara dua variabel atau lebih dan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan

(kontribusi) variabel bebasnya (dependent variable) atau X terhadap variabel

terikat (independent variable) atau Y.

Peneliti menduga bahwa unsur kelentukan tubuh bagian atas dan tubuh bagian

(36)

Kontribusi kelentukan tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah dengan

kemampuan kayang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 6. Kerangka Pikir.

Keterangan :

X1,2,3,4,5 : Kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan,

panjang tungkai

Y : Kemampuan kayang

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian

(Suharsimi Arikunto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel

bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu kelentukan, kekuatan lengan,

kekuatan tungkai, panjang lengan, panjang tungkai (X).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu kemampuan kayang

(Y).

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam

penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai

(37)

1. Kontribusi adalah sumbangan, sokongan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2005: 520) Dalam setiap cabang olahraga unsur kondisi fisik memberikan

kontribusi dalam penguasaan teknik gerak bukan hanya sebagai faktor

pendukung, tetapi terkadang juga sebagai unsur utama.

2. Kelentukan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan-latihan

dengan amplitude gerakan yang besar atau luas, dengan kata lain kelentukan

merupakan kemampuan pergtelangan/persendian untuk dapat melakukan

gerakan-gerkan kesemua arah secara optimal.

3. Kayang adalah adalah sikap badan terlentang seperti “busur” dengan bertumpu

pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan sikutnya dalam posisi lurus.

4. Kekuatan menurut adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut

masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan sekelompok

ototnya untuk melakukan kerja dengan menahan beban yang diangkatnya.

Jadi pengertian yang dimaksud dalam penelitian ini bahwa kontribusi kelentukan,

kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan, panjang tungkai dengan

kemampuan kayang adalah seberapa besar sumbangan yang akan diberikan oleh

faktor kelentukan kelentukan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, panjang lengan,

panjang tungkai terhadap keberhasilan siswa melakukan gerakan kayang yang

(38)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1997:108) Populasi adalah keseluruhan dari subjek

penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Al

Azhar 3 Bandar Lampung yang berjumlah 220 siswa.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1997:108) Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil

semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara

10-15% atau 20-25%. Karena seluruh siswa kelas VII berjumlah 220 siswa. Maka

teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive random sampling. Dengan

perhitungan diambil 20% dari populasi, yaitu 22 siswa. Pengambilan

masing-masing kelas akan disesuaikan dengan jumlah siswa pada setiap kelas (proporsi).

E. Instrumen

1. Instrumen Tes Kelentukan Tubuh

Untuk mengukur kelentukan seseorang menggunakan Trunk Extention Tingkat

reliabilitas 0,72 dan validitas tergolong fase validity.

Tujuan : Mengukur kemampuan tubuh berektensi kearah belakang

Alat : Menggunakan alat ukur digital (satuan cm).

Cara Pelaksanaan :

1) Peserta berada pada posisi badan telungkup

2) Lutut bagian belakang lurus (lutut tidak boleh ditekuk)

3) Pelan-pelan lentingkan badan dengan posisi tangan lurus ke depan mendorong

(39)

4) Usahakan agar ujung jari tangan mendorong skala sejauh mungkin. Sikap ini

dipertahankan 3 detik.

5) Tes dilakukan 2 kali berturut-turut

Hasil tes :

1) Yang diukur adalah tanda bekas jari yang tampak pada mistar skala

2) Hasil yang dicatat adalah angka skala yang dapat dicapai oleh

kedua ujung jari yang terjauh.

Penilaian : Skor terjauh dari dua kali kesempatan dicatat sebagai skor dalam

satuan cm.

Gambar 7. Trunk Extention Test (Digital). Sumber : Depdiknas Pusegjas. 2000

F. Tes Kekuatan Lengan

Tes kekuatan otot lengan (pull and push strenght test) yang bertujuan untuk

mengukur kekuatan otot lengan dalam menarik dan mendorong. Setalah dilakukan

(40)

Norma tes kekuatan lengan putra

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 44

2 Baik 34-43

3 Sedang 25-33

4 Kurang 18-24

5 Kurang sekali <17

Tabel 1. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)

Norma tes kekuatan lengan putri

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 39

2 Baik 30-38

3 Sedang 22-29

4 Kurang 15-21

5 Kurang sekali <14

Tabel 2. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)

G. Tes Kekuatan Tungkai

Tes kekuatan otot tungkai (leg strength test) yang bertujuan untuk mengukur kekuatan

otot tungkai, dan didistribusikan dengan tabel norma tes tersebut.

Norma tes kekuatan otot tungkai putra

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 241

2 Baik 214-240

3 Sedang 160-213

4 Kurang 137-159

5 Kurang sekali <137

Tabel 3. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)

Norma tes kekuatan otot tungkai putri

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 136

2 Baik 114-135

3 Sedang 66-113

4 Kurang 49-65

5 Kurang sekali <49

(41)

H. Tes Panjang Lengan

Lengan memberikan gambaran tentang keadaaan keadaan jaringan otot dan

lapisan lemak yang ada dilengan. Cara mengukur panjang lengan adalah:

1) Rentangkan kedua lengan yang akan diukur

2) Ukur panjang lengan dengan alat ukur rentang lengan berdad dibagian depan

dada dan posisikan alat pengukur rentang lengan sama panjang dengan

panjang lengan.

3) Lihatlah atau baca yang tertera pada alat ukur, lalu jumlahkan dari kedua

angka pada alat ukur.

Untuk lebih jelaslah perhatikan gambar alat ukur lengan sebagai berikut:

Gambar 8. Alat ukur panjang lengan

I. Panjang Tungkai

Cara mengukur panjang lengan adalah:

1) Siapkan alat ukur pengukur panjag lutut, letakkan di atas permukaan lantai

yang datar.

2) Berbaringlah di atas lantai yang datar.

3) Letakkan kaki di atas bidang datar, dan letakkan alat ukur diatas tungkai.

4) Ukur dari tungkai sampai batas lutut dengan penggaris alat pengukur panjang

lutut.

(42)

Untuk lebih jelaslah perhatikan gambar pengukuran tungkai sebagai berikut:

Gambar 9. Cara pengukuran panjang tungkai

J. Instrumen Tes Kemampuan Kayang

Adapun penilaian dari kemampuan kayang dapat dilihat dari kemampuan tubuh

membentuk sikap busur yang sempurna (Roji, 2006). Semakin baik kelentukan

siswa, maka nilai yang didapat akan semakin baik (sempurna).

Gambar 10. Kemampuan Kayang

Keterangan :

Nilai 5 : Sikap kayang sempurna. Posisi badan setimbang karena titik berat badan

(43)

Nilai 4 : Sikap kayang baik, tetapi posisi tangan dan kaki terlalu jauh dari titik

berat badan (tbb).

Nilai 3 : Sikap kayang cukup. Posisi togok melenting tidak sempurna, kepala

menengadah lebih tinggi dari posisi badan.

Nilai 2 : Sikap kayang kurang. Karena tidak ada lentingan tubuh bagian bawah.

Tbb jauh dari tumpuan kaki atau dari garis v, posisi ini tidak mungkin

dapat bangun.

Nilai 1 : Tidak dapat melakukan kayang.

K. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi carl pearson dan korelasi

ganda. Sekontribusi penelitian ini adalah penelitian sampel, maka diperlukan uji

persyaratan untuk menentukan teknik analisis statistik yang digunakan. Uji

persyaratan yang diperlukan adalah uji normalitas dan uji linearitas sebaran data.

Secara lebih jelas pengujian analisis data dari uji prasyarat hingga pengujian

hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh

mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas

ini adalah menggunakan uji Liliefors (Sudjana, 2005: 466). Dari perhitungan

tersebut akan diperoleh L hitung . Dengan taraf signifikan 0,05 atau taraf

kepercayaan 95% data berdistribusi normal jika Nilai L tabel lebih besar dari L

hitung . Sebaliknya jika L hitung lebih besar dari L tabel maka data tersebut

(44)

2. Pengujian Hipotesis

a. Mencari Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui kontribusi antara variabel bebas dan variabel terikat dapat

digunakan korelasi product moment dan korelasi ganda. Menurut Sudjana (2005:

369) Koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat

dicari dengan menggunakan rumus korelasi Carl Pearson :

 

Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya kontribusi antar variabel dinyatakan dalam

koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi

negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila kontribusi antara dua

variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka kontribusi

tersebut sempurna. Jika didapat r = -1 maka terdapat korelasi negatif sempurna,

artinya setiap peningkatan pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada

variabel lainnya. Sebaliknya jika didapat r = 1, maka diperoleh korelasi positif

(45)

tidaknya kontribusi ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan

koefisien korelasi adalah 0 maka tidak terdapat kontribusi.

Tabel 5. Interpretasi koefisien korelasi nilai r.

Interval Koefisien

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau

tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf

signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%).

Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada

kontribusi yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak

ada kontribusi yang signifikan.

Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan

rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005: 369).

Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut :

KP = r2

x 100 %

Keterangan :

KP = Nilai koefisien determinasi

(46)

b. Mencari Korelasi Ganda

Untuk mencari kontribusi kedua variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan rumus Korelasi Ganda ( )

   

Untuk mengetahui sumbangan kedua variabel bebas dengan variabel terikat,

koefisien determinasi dicari dengan mengalikan koefisisen korelasi ganda yang

(47)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. Simpulan Hubungan Antar Variabel X dengan Y.

1. Ada kontribusi yang signifikan kelenturan sebesar 69,35 % terhadap kemampuan kayang.

2. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan lengan sebesar 38,12 % terhadap kemampuan kayang.

3. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan tungkai sebesar 37,30 % terhadap kemampuan kayang.

4. Ada kontribusi yang signifikan panjang lengan sebesar 31,38 % terhadap kemampuan kayang.

5. Ada kontribusi yang signifikan panjang tungkai sebesar 30,47 % terhadap kemampuan kayang.

(48)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar kayangnya agar perlu

mengetahui unsur-unsur kondisi fisik penentu peningkatan hasil yang optimal. 2. Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan kayang maka perlu

memperhatikan kondisi fisik siswa sehingga dapat direncanakan program khusus guna tercapainya prestasi yang diharapkan.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. ... (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. Hazeldine, R.. 1989. Fitness For Sport. Trowbridge: Edwood Burn

Limited, hal. 93-99.

Hermawan, Rahmat. Ilmu Faal : Fisiologi. Univesitas Lampung.

Irianto, Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahraga : Yogyakarta

Mahendra, Agus. 2001. Pembelajaran Senam. Penerbit Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas, Jakarta

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung : Yudhistira Mukholis Agus. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek. Erlangga : Jakarta. Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Buku Pedoman dan Modul

Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta. .

Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula, Alfabeta : Bandung.

Roji. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta Sodikin, Chandra. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk

SMP/MTS Kelas VIII, Jakarta : CV. Arya Duta

Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta

(50)

Suparno. (2001). Pintar Berbahasa Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta.

Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka

Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka : Jakarta.

Usman, Husaini. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. Unila. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Bandar

Gambar

Gambar 1. Gerakan Kayang, Roji (2006:119)
Gambar 2. Letak Titik Berat Badan.
Gambar 3. Tulang-Tulang Pembentuk Tungkai.                          Pate, (1993)
Gambar 4. Alat ukur panjang lengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyelesaian : Rumus volume suatu kubus adalah sisi ksli sisi kali sisi atau disingkat dengan s 3 yang diketahui sama dengan 27 cm 3 atau s 3 = 27 sehingga panjang sisi

Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan subbab-subbab yaitu latar belakang masalah yang memaparkan tentang latar belakang mengapa penulis membahas Enjo-Kosai , gaya

ibadah yang telah dirancang dapat memberikan. faedah yang positif bagi umat manusia

Puji dan syukur atas segala rahmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Studi Komparatif Kandungan

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (Biologi) dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi..

Phytoremediation potential of native plants growing on a heavy metals contaminated soil of copper mine in Iran.. Heavy metal contamination and accumulation in soil

EVALUASI PEMANFAATAN AIR WADUK SAGULING PROVINSI JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Pembangunan gedung kantor Rehab Ruang Kadis JB: Modal JP: Pekerjaan Konstruksi. 1