• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BUNGA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH I BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BUNGA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH I BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BUNGA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH I BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Suriyah

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung cenderung guru mengajar dengan metode ceramah (konvensional), sehingga proses pembelajaran belum optimal, pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran berdampak pada hasil belajar siswa belum sesuai dengan kriteria ketuntasan yang diharapkan. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung dengan menerapkan strategi melalui Contextual Teaching And Learning.

Metodologi penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Teknik pengambilan data di lakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes kemudian dianalisis dengan data kualitatif dan data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa secara signifikan yaitu aktifitas siswa pada siklus I mencapai 43,89% meningkat menjadi 78,06% pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 34,17% meningkat menjadi 77,17% terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 19,67%. Sedangkan kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus I memperoleh 71,8 meningkat menjadi 78,9 pada siklus II, terjadi peningkatan nilai sebesar 7,08.

(2)
(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BUNGA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH I BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh Suriyah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah serta nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bunga Dan Fungsinya Melalui Model Contextual Teaching And Learning Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014” merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Dengan demikian penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Chandra Erikanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Sulton Dzasmi, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang selalu ada dalam setiap kesempatan untuk membimbing dan memberikan saran.

(9)

6. Ibu Mujiyanti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah beserta Staf yang telah membantu dalam kelancaran selama proses penyelesaian skripsi.

7. Semua pihak yang turut membantu kelancaran jalannya penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis sangat menyadari skripsi ini masih kurang sempurna. Akan tetapi, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lmapung, Januari 2014 Penulis,

Suriyah

(10)

MOTO

Orang pesimis melihat hambatan, orang yang optimis melihat

peluang dan kesempatan. (Winston Churchill)

Jangan takut dengan kegagalan, karena akan ada jalan untuk

(11)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Ibuku dan Bapakku Tersayang yang telah membesarkan dengan penuh kasih

sayang, memberikan dorongan dalam setiap langkahku untuk meraih cita-cita

baik secara lahir maupun batin, dan tiada pernah terlewat untuk

mend’oakanku.

Kedua anak-anakku Desta Hermansyah dan Visca Dvita yang tersayang yang

menjadi motivasi dan penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi ini.

Sahabat-Sahabat ku Dalam Satu Perjuangan yang selalu ada dalam keadaan

(12)

DAFTAR ISI

halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Pemecahan Masalah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 6

G. Manfaat penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar ... 8

B. Aktivitas Belajar... 9

C. Hasil Belajar ... 10

D. Model Pembelajaran... 11

E. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 12

F. Ilmu Pengetahuan Alam ... 15

G. Hipotesis Tindakan... 16

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 17

B. Sumber Data ... 17

C. Prosedur Penelitian... 17

D. Teknik Pengumpulan Data ... 22

E. Telnik Analisis Data ... 24

(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung ... 25

B. Hasil penelitian... 26

1. Siklus 1 ... 26

2. Siklus 2 ... 33

C. Pembahasan ... 40

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 40

2. Hasil Belajar Siswa ... 40

3. Kinerja Guru... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 42 Daftar Pustaka

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1 Nilai Tes Sumatif Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester I

Tahun pelajaran 2013-2014... 31

3.1 Contoh Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Kelas IV ... 22

1.2Contoh lembar observasi kinerja guru dan pengelolaan Pembelajaran ... 32

4.2 Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I ... 26

4.3 Nilai IPA Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 27

4.4 Hasil Observasi Penelitian Kinerja Guru Siklus I ... 27

4.5 Hasil Observasi Penelitian Kinerja Guru Siklus II ... 30

4.6 Nilai IPA Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 31

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran:

1. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Pembantu Dekan I

FKIP Universitas Lampung ... 44

2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung ... 45

3. Silabus ... 46

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 47

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1... 51

6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2... 52

7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 53

8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 54

9. Nilai Hasil Belajar IPS Siklus I dan II ... 55

10.Lembar PenilaianKinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 56

11.Lembar PenilaianKinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 ... 57

12.Lembar PenilaianKinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 58

13.Lembar PenilaianKinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 59

14.Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 60

15.Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 61

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan proses sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Guru SD sangat berperan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing di dunia yang semakin berkembang. Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan tentang salah satu standar yang harus dikembangkan, yaitu Standar Proses yang terdapat dalam Permendiknas No.41 Tahun 2007 pada lampiran pasal (1) menyatakan tentang pentingnya meningkatkan mutu pendidikan guna mencapai tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan.

(18)

2

untuk membimbing siswa dalam menguasai suatu konsep mempunyai prinsip, siswa dibimbing melalui metode mengajar dan media pembelajaran sehingga dapat menguasai konsep-konsep IPA. Sejalan dengan hal itu, perlu disadari bersama bahwa penerapan kegiatan pembelajaran di sekolah dasar tidaklah mudah. Banyak juga kesulitan yang dihadapi oleh para guru dan tenaga pendidik lainnya dalam membentuk karakter siswa SD. Berbagai keluhan pun muncul secara alami dari para guru. Jika pada awal masuk tahun masuk jenjang sekolah dasar terdapat kesulitan dalam menerapkan pembelajaran awal di kelas I, demikian juga pada akhir tingkatan kelas VI, pada kelas VI siswa harus lebih menunjukkan penguasaan mereka akan berbagai macam pengetahuan yang telah mereka dapat selama 6 tahun belajar di sekolah dasar.

Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan pendidikan . keberhasilan siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam juga harus didukung dengan penggunaan model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu menemukan fakta, konsep dan generalisasi yang lebih bermakna. Pemilihan model pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang sesuai merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat memungkinkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secar utuh, penuh dan nyata.

(19)

3

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas IV SD Muhammadiyah Bandar Lampung, guru belum menggunakan model contextual teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam. Pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered), sehingga siswa cenderung rebut, mengganggu teman, bermain dan

[image:19.595.108.537.524.641.2]

mengobrol yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak kondusif. Siswa juga kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, aktivitas siswa dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat sangat rendah. Dalam proses pembelajaran guru kurang mengaitkan materi dengan keadaan nyata peserta didik sehingga membuat pemahaman siswa kurang bermakna. Dampaknya terlihat dari siswa ulangan harian siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SD Muhammadiyah Bandar Lampung diketahui sebagai berikut :

Tabel 1.1 Nilai Tes Sumatif Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2013-2014

Rentang Nilai Frekuensi Persentasi (%) Kriteria Ketuntasan Minimal (60)

≤ 60 21 70,00 Belum Tuntas

≥ 60 9 30,00 Tuntas

Jumlah 30 100 _

Sumber : Arsip SD Muhammadiyah Bandar Lampung

(20)

4

pembelajaran IPA di SD Muhammadiyah Bandar Lampung kelas IV belum berhasil, karena jika dilihat dalam standar ketuntasan yang ditetapkan oleh pemerintah bahwa pembelajaran dikatakan berhasil jika nilai tes siswa pada kelas tersebut secara keseluruhan mencapai minimal 75%.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan model pembelajaran yang cocok, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Muhammadiyah Bandar Lampung pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Selain itu juga dapat memberikan pemahaman yang bermakna kepada siswa yang nanti akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar adalah model contextual teaching and learning (CTL).

Berdasarkan permasalahan diatas, dalam Penelitian Tindakan kelas ini peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan judul: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Bunga dan Fungsinya Melalui Model Contextual Teaching And Learning (CTL) Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2013-2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Aktivitas siswa dalam belajar mengajar belum dilaksanakan secara maksimal.

(21)

5

3. Siswa masih mengutamakan menghafal dalam pemahaman materi pelajaran.

4. Siswa belum dapat menggabungkan antara materi pelajaran dengan alam sekitarnya.

5. Hasil belajar siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi penelitian ini pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPAdalam materi pembelajaran struktur bunga dan fungsinya, pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Bandar Lampung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Apakah melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat menigkatkan aktivitas belajar dalam mempelajari bunga dan fungsinya pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Bandar Lampung?

(22)

6

E. Pemecahan Penelitian

Untuk memecahkan masalah di atas, maka akan diadakan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA siswa IV SD Muhammadiyah Bandar Lampung.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Muhammadiyah Bandar Lampung dalam pembelajaran Ilmu Pengetahua Alam melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Muhammadiiyah Bandar Lampung dalam pembelajaran Imu Pengetahuan Alam melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL).

G. Manfaat Penelitian

Hasil penellitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi siswa

(23)

7

2. Bagi Guru

Dapat menambah wawasan dan kemampuan dalam penggunaan model Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam sehingga dapat meningkatkan keprofesionalan guru. 3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan dalam kualitas dan mutu pendidikan di sekolah.

4. Bagi Peneliti

(24)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, dengan belajar manusia dapat memperoleh pengetahuan yang diinginkannya. Belajar tidak hanya dilaksanakan di lingkungan persekolahan, namun belajar juga dapat diperoleh melalui sumber belajar lain seperti pengalaman sendiri dan pengamatan sendiri.

(25)

9

Bowel dan Hilgurd (dalam Hermawan, dkk. 2007: 18) mengemukakan belajar juga dapat diartiakn sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan sejumlah ilmu pengetahuan yang nantinya akan menghasilkan perubahan prilaku meliputi perubahan sikap, minat dan kinerja.

B. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sriono (dalam http://id.shvoong.com, 2011) menyatakan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Selanjutnya Kunandar, (2010: 277) aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas merupakan keterlibatan siswa dalam bersikap, pikiran, perbuatan dan aktivitas dalam kegiatan dan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memproleh.

(26)

10

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan aktivitas belajar yang aktif. Aktivitas belajar yang aktif dapat terwujud dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Suyono (2009: 18) menyebutkan bahwa terdapat dua aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu aktivitas yang diinginkan (on task) dan aktivitas yang tidak dikehendaki (off task).

Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan melalui proses interaksi antara guru dan siswa untuk mengubah tingkah laku atau kecakapan sehingga tercipta pembelajan yang aktif.

C. Hasil Belajar

(27)

11

Jadi hasil belajar adalah perubahan pada siswa setelah melakukan proses pembelajaran yang tidak hanya pengetahuan melainkan kecakapan dalam bekerja yang dapat diuji dengan alat evaluasi. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor dari diri sswa sendiri dan dari lingkungan belajarnya.

D. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan sebuah proses yang disusun secara sistematis dan terencana untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Penyusunan dan pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk menunjang proses pembelajaran. Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan member petunjuk kepada pengajar dikelasnya. Selanjutn ya menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan prilaku peserta didik secara adaktif maupun generative.

(28)

12

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana yang disusun guna pelaksanaan proses pembelajaran yang secara menyeluruh memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

E. Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Model pembelajaran CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran. Penerapan model CTL dapat membantu guru menciptakan pembelajaran yang bermakna dan membantu siswa mengaitkan materi yang dipelajari dengan keadaan nyata siswa. Menurut Trianto (2009: 107) model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Sedangkan Suprijono (2009: 79) menyatakan bahwa CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

(29)

13

Rusdarti (dalam http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com, 2011) menyataka model CTL adalah sebuah model pembelajaran yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Johnson (dalam Komalasari 2010: 6) menyatakan contextual teaching and learning enables students to connect of academic subject with the

immediate context of their daily lives to discover meaning. Artinya, pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa mengubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.

Komalasari (2010: 7) menyatakan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun warga Negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Berdasarkan beberapa difinisi di atas disimpulkan bahwa model CTL adalah sebuah model pembelajaran yang membantu guru menciptakan pembelajaran yang bermakna dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan suatu dunia nyata siswa, sehingga dapat membantu siswa menerapkan ilmu yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2. Karakteristik Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran menggunakan model CTL memiliki beberapa karakteristik yang harus diperhatikan. Karakteristik ini membantu guru untuk mengarahkan pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik.

Menurut Muslich (2011: 42) karakteristik pembelajaran dengan model CTL sebagai berikut :

(30)

14

b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

c. Pembelajaan dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing)

d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara menda;am (learning to know each other deeply).

f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (leaning to ask, to inquri, to work together). g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as

an enjoy activity).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan karakteristik peembelajaran (CTL) adalah pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik dengan menggali pengetahuan siswa, memberikan tugas-tugas yang bermakna, membentuk kelompok untuk menciptakan kerja sama antar siswa, dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan pengalaman yang bermakna.

3. Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Trianto (2009: 107) pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu 1) konstruksivisme (constructivism), 2) bertanya (questioning), 3) inkuiri (inquiry), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) permodelan (modeling), 6) refleksi (reflection), dan 7) penilaian autentik (authentic assessment).

Muslich (2011: 44) menyatakan setiap komponen utama pembelajaran CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1) Konstruksivisme (constructivism)

(31)

15

dahulu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memcahkan masalah, menemukan suatu masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan menemukan ide-ide yang ada pada dirinya. Prisnsip dasar konstruksivisme yang harus diterapkan guru sebagai berikut:

a) Meciptakan proses pembelajaran yang bermakna dsan relevan bagi siswa.

b) Membuat pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri.

c) Membimbing siswa menerapkan strtegi dalam pembelajaran. 2) Bertanya (questioning)

Pengetahuan bermula dari bertanya (questioning), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan bertanya penting untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Prinsip dasar bertanya yang harus diterapkan guru dalam pembelajaran adalah membimbing dan mendorong siswa menggali informasi secara lebih efektif melalui kegiatan tanya jawab untuk menilai kemampuan befikir siswa.

3) Inkuiri (Inquiry)

Komponen menemukan (Inquiry) merupakan kegiatan inti pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan menemukan sendiri. Prinsip dasar guru ketika menerapkan komponen inkuiri dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan (Inquiry) dengan memperhatikan siklus dan langkah-langkah inkuiri. b) Membantu siswa menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan

berdasarkan bukti-bukti atau data sehingga lebih bermakna. 4) Masyarakat Belajar (Learning community)

Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Pembelajaran CTL menekankan arti penting pembelajaran sebagai proses social. Dalam praktiknya “masyarakat belajar” terwujud dalam pembentukan kelompok kecil., kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerjasama dengan kelas parallel, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerjasama dengan masyarakat. Prinsip dasar yang harus diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning community adalah sebagai berikut :

a) Membimbing siswa untuk bekerjasama dengan orang lain untuk menerima dan member informasi (komunikasi dua arah).

b) Mengarahkan siswa untuk sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki bermanfaat bagi orang lain.

5) Permodelan (modeling)

(32)

16

arti penting pengetahuan procedural. Melalui permodelan peserta didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan. Prinsip komponen permodelan yang harus diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah menciptakan pengetahuan dan keterampilan dengan memberikan model secara nyata.

6) Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisasi kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari. Prinsip yang harus diperhatikan guru dalam rangka penerapan komponen refleksi adalah melakukan perenungan atas pembelajaran yang telah berlangsung.

7) Penilaian Autentik (authentic assessment)

Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran.

Bedasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran CTL yaitu konstruksivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (Inquiry), masyarakat belajar (Learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).

F. Langkah-Langkah Pembelajaran Penerapan Model CTL

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model CTL dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan langkah-langkah yang tepat. Menurut Trianto (2009: 107) secara garis besar, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai berikut :

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

(33)

17

f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Langkah–langkah pembelajaran CTL adalah dengan menciptakan pembelajaran dengan melibatkan siswa untuk mengkonstruksi sendiri, menemukan sendiri, dengan upaya tanya jawab dan kerja kelompok serta didukung penggunaan model pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Selanjutnya dilaksanakan refleksi dan penilaian autentik dengan berbagai cara.

G. Ilmu PengetahuanAlam (IPA)

Sains atau Ilmu Pengetahuan berasal dari bahasa inggris “secience”.

Depdiknas 2004. Ilmu pengetahuan dalam arti luas terdiri atas ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan alam/ natural secience. Nash dalam Depdiknas (2004), mengatakan bahwa “secience is a way of looking at the

world” sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat

mengetahui sesuatu, dalam hal ini adalah dunia.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 37 ayat 1 yaitu bahwa kajian ilmu pengetahuan alam antara lain, fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan dan sekitarnya.

(34)

18

1. Sains sebagai Ilmu: secara umum sekurang-kurang mencakup 3 aspek yaitu aspek aktivitas, metode dan pengetahuan.

2. Sains sebagai produk: sebagai suatu produk sains merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.

3. Sains sebagai proses: sebagai suatu proses, sains merupakan cara kerja, cara berfikir dan cara memecahkan suatu masalah; sehingga meliputi kegiatan bagaimana mengumpulkan data, menghubungkan fakta suatu dengan yan g lain, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan.

Menurut Nagel (dalam Depdiknas, 2004) sains dapat dilihat dari tiga aspek, secara singkat ketiga aspek itu adalah sebagai berikut:

1. Tujuan sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan untuk kesejahteraan umat manusia. Sebagai contoh adalah berbagai keuntungan uang didapat dari sains dan teknologinya dibidang kesehatan dan industri.

2. Sains dapat dilihat sebagai suatu pengetahuan yang sistematik dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai pristiwa.

3. Sains dapat dilihat sebagai suatu metode. Metode sains ini merupakan suatu perangkat aturan-aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian dan untuk mendapatkan hukum-hukum ataupun teori dari objek yang diamati.

(35)

19

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu: “Apabila dalam pembelajaran Ilmu

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Bandar Lampung. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun 2013/2014 3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Muhammadiyah Bandar lampung, yang berjumlah 30 orang, dengan rincian 15 perempuan dan 15 orang laki-laki.

B. Sumber Data

Data penelitian diperoleh melalui tes dan non tes yaitu dokumen hasil belajar siswa dan observasi aktivitas pembelajaran.

C. Prosedur Penelitian

(37)
(38)
(39)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan pada siswa kelas VI SD Muhammadiyah Bandar Lampung disimpulkan sebagai berikut : 1. Penggunaan CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar

siswa. 46,11% meningkat menjadi 89,44% pada siklus II terjadi penigkatan sebesar 43,33%.

2. Penggunaan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi pelajaran secara nyata. Hasil belajar siswa siklus I siswa yang tuntas belajar hanya mencapai 57,5% meningkatkan menjadi 77,17% terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebesar 19,67%.

5.2Saran

Beberapa saran yang ingin disampaikan oleh panitia :

(40)

47

2. Penggunaan Pendekatan CTL pada pembelajaran IPA dapat dijadikan referensi untuk pengembangan pada pembelajaran mata pelajaran lainnya yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari.

(41)

48

DAFTAR PUSTAKA

Aripin. 2011. Hasil Belajar. http://id.sgvoong.com/social-seciences/education/21155972-pengertian-hasil-belajar. Diakses tanggal 28

Desember 2011 pukul 19.40 WIB

Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. Hermawan, Herry Asep. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI

Press. Bandung.

Hanafi, Nanang dan Cucu, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Rafika Aditama. Bandung.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Komalasari. Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. PT Rafika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lie, Anita. 2010. Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Gramedia. Jakarta.

Muslich, Mansur. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Bumi aksara. Jakarta.

(42)

49

Suyono. 2009. Model Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Suwarjo. 2008. Pembelajaran Koperatif Dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena

Gemilang. Malang.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Suyanto. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Mesmedia Buana Pustaka.

Sidoarjo.

Syah, Mahibbin. 2006. Psikologi Belajar. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana

Gambar

Tabel 1.1 Nilai Tes Sumatif Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester I

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran ini dalam bentuk program tersendiri sesuai sasaran dan melayani bentuk kegiatan ekspresi misalnya bahasa Staf berkedudukan sebagai perencana dan pengendali situasi

Pertemuan terakhir melakukan isian lembaran yang telah sesuai format dengan cara memperhatikan aspek berbicara yang didapatkan oleh anak setelah menggunakan

Telen Orbit Prima site Buhut menurut PP No 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja elemen 6.7 tentang kesiapan untuk menangani

dirancang untuk mencapai tujuan tujuan pendidikan yang spesifik (Zaini, 2008:99). Biasanya role play dikenal sebagai kegiatan bermain peran. Role play digunakan untuk

Melalui pitfall trap (Gambar 2) yang mendominasi adalah pengurai dengan keberadaannya dimulai pada saat tanaman berumur 2 MST dengan jumlah 20 imago dan mencapai puncak

Metode analisis data yang digunakan dala perencanaan riset pasar ini ialah Penggunaan lembar kerja (Worksheet) yang terdiri dari menjabarkan target customer, hipotesis

Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi cendawan Entomophthorales dan nematoda yang menginfeksi trips dan kutudaun pada tanaman mawar dan krisan di Balai

To answer that question, this study specifically looked at the 2012 Jakarta gubernatorial election settings as the marker of the extensive use of social media in