• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik Internal Partai Amanat Nasional (PAN) di Provinsi Lampung Tahun 2013 (Studi Kasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konflik Internal Partai Amanat Nasional (PAN) di Provinsi Lampung Tahun 2013 (Studi Kasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Dewi Astriya

ABSTRACT

Internal Conflict On Amanat National Party (PAN) On Lampung Province In 2013 (Case Study Discharge Of Headman Council On Guidance District To

Abdurachman Sarbini On Amanat National Party)

By

DEWI ASTRIYA

(2)

Dewi Astriya

party is to create. The good alteration to Amanat National Party becouse to become motivasion for try all cadre to change condition to be good.

(3)

Dewi Astriya

ABSTRAK

KONFLIK INTERNAL PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

(Studi Kasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini)

Oleh

DEWI ASTRIYA

Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan

yang terbentuk dari ideologi yang sama. Namun dalam pelaksanaannya ideologi

yang sama tidak cukup untuk melihatkan perubahan dalam sebuah partai. Terbukti

bahwa di dalam partai masih ada konflik, sebagaimana yang terjadi pada kasus

pemberhentian Abdurachman Sarbini sebagai Ketua DPW PAN Provinsi

Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab konflik, bentuk

konflik dan pengaruh konflik terhadap solidaritas kader. Teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan

teori identitas. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor penyebab konflik dalam

studi kasus pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN

Abdurachman Sarbini adalah pertama, adanya rasa ketidakpercayaan Partai

Amanat Nasional pada kepemimpinan yang banyak dilanggar, kinerja yang

(4)

Dewi Astriya

baik dan janji politik yang tidak ditepati. Kedua, adanya faktor ketidakpengertian

yang dilakukan Abdurachman Sarbini sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah

(DPW). Ketiga, adanya kepentingan yang dilakukan Abdurachman Sarbini

dimana Partai Amanat Nasional digunakan untuk mendulang suara anaknya di

partai yang berbeda dengannya. Keempat, komunikasi yang buruk yang terjalin di

dalam Partai Amanat Nasional. Kelima, adanya identitas yang terancam.

Sedangkan bentuk konflik yang terjadi dalam penelitian ini dikategorikan pada

bentuk konflik manifest (terbuka) yang berakar dalam dan nyata sehingga perlu

adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan efeknya. Selanjutnya,

pengaruh konflik terhadap konsolidasi partai yaitu menciptakan perubahan yang

baik untuk Partai Amanat Nasional karena menjadi motivasi seluruh kader untuk

berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik.

(5)
(6)

KONFLIK INTERNAL PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

(Studi Kasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini)

(Skripsi)

Oleh DEWI ASTRIYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR SINGKATAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Tinjauan Tentang Partai Politik ... 15

1. Pengertian Partai Politik ... 16

2. Fungsi Partai Politik ... 16

3. Tipologi Partai Politik ... 17

B. Konflik Politik ... 19

1. Pengertian Konflik Politik ... 19

2. Teori Penyebab Konflik ... 20

3. Bentuk-Bentuk Konflik ... 23

4.Manajemen Konflik ... 25

5. Solusi Konflik ... 28

6. Konflik Sebagai Proses Politik ... 30

7. Pengaruh Konflik ... 31

C. Tinjauan Konflik Internal Partai... 35

D. Kerangka Pikir ... 36

III. METODE PENELITIAN ... 41

A. Tipe Penelitian ... 41

B. Fokus Penelitian ... 42

(8)

ii

D. Sumber Data ... 43

1. Data Primer ... 43

2. Data Sekunder ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Observasi ... 47

2. Wawancara ... 48

3. Dokumentasi ... 49

4. Triangulasi ... 49

F. Teknik Pengolahan Data ... 50

1. Pengumpulan Data ... 50

2. Editing Data ... 50

3. Interpretasi ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 51

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Gambaran PartaiAmanatNasional ... 53

1. SejarahBerdirinyaPartaiAmanatNasional ... 53

2. PrinsipDasar ... 57

3. Asas, Sifat, danIdentitasPartaiAmanatNasional ... 58

4. TujuandanUsaha PartaiAmanatNasional ... 59

5. MaknaGambardanTandaGambarPartai ... 60

6. StrukturKepengurusan DPW PAN Provinsi Lampung ... 61

7. TugasPokokdanFungsi DPW PAN ... 67

8. Deskripsi Informan ... 69

B.HasilPenelitian dan Pembahasan ... 70

1.Penyebab Konflik ... 72

2.Bentuk Konflik ... 101

3. Pengaruh Konflik ... 104

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

A.Simpulan ... 111

B.Saran ... 112

(9)

DAFTAR SINGKATAN

PAN : PartaiAmanatNasional DPW : DewanPimpinan Wilayah

ADART : AnggaranDasardanAnggaranRumahTangga PPP : PartaiPersatuan Pembangunan

Muswil : Musyawarah Wilayah

DPR RI : DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia DPP : DewanPimpinanPusat

SK : SuratKeputusan

Musdalub : Musyawarah Daerah LuarBiasa PLT : PelaksanaTugas

DPD : DewanPimpinan Daerah DPC : DewanPimpinanCabang PKB : PartaiKebangkitanBangsa ADR : Alternative Dispute Resolution MARA : MajelisAmanatNasional

Bapora : BadanKepemudaandanOlah Raga DPRt : DewanPimpinan Ranting

PartaiHanura : PartaiHatiNurani Rakyat

MPPW : MajelisPenasihatPartai Wilayah

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perolehan Suara PAN... 65

Tabel 2. Hasil Pemilihan Anggota DPRD Lampung Terpilih 1999-2004 ... 65

Tabel 3. Daftar Nama Anggota DPRD Lampung Terpilih 2004-2009 ... 66

Tabel 4. Daftar Nama Anggota DPRD Lampung Terpilih 2009-2014 ... 66

Tabel 5. Daftar Nama Anggota DPRD Lampung Terpilih 2014-2019 ... 66

Tabel 6. Deskripsi Informan ... 69

Tabel 7. Ringkasan Penyebab Konflik Internal Partai Amanat Nasional .... 95

Tabel 8. Ringkasan Bentuk Konflik Internal Partai Amanat Nasional ... 103

(11)
(12)
(13)

MOTO

Hidup ini harus yakin, yakin dengan apa yang akan dikerjakan dan yakin dengan apa yang sudah dimiliki atau yang sedang tertunda.

Gagal atau sukses, biarkan keyakinan itu yang akan menjawab. “Dewi Astriya”

Dibalik harapan yang gagal, ternyata Allah ada rencana yang jauh lebih baik.

“Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”, (QS. Al Baqarah

(14)

PERSEMBAHAN

Alhamdulilahhirrabil’alamin

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan sebuah karya kecil tanda cinta untuk seluruh orang yang

penulis cintai.

Bismillahirrahmnirrahim, kupersembahkan skripsi ini kepada:

Motivasi, Semangat dan Tujuan Hidupku Ayahanda Purwanto dan Ibunda Sutriyah terima kasih dari hati yang terdalam untuk

segala-galanya yang tidak dapat Dewi sebutkan.

Kakak dan adik ku tersayang

Wahyudi Widianto, Diah Ariani S.E, Tri Yulianto S.Pd , Rusdiyanto S.AN, Suaci dan Yuda Bayudi.

Seluruh keluarga besar yang telah mendukungku.

Kekasihku tersayang Baharada Ariyadi Syah Putra.

Sahabatku yang terbaik terima kasih untuk segala suasana suka dan duka dalam kebersamaannya.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Dewi Astriya, dilahirkan di

Desa Rantau Fajar Kecamatan Raman Utara Kabupaten

Lampung Timur pada tanggal 03 Juli 1991. Penulis merupakan

anak keempat dari lima bersaudara yang merupakan anak dari

pasangan Bapak Purwanto dan Ibu Sutriyah.

Jenjang akademis penulis diselesaikan dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Raman

Utara pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Raman Utara

pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Atas (SMA) di SMA Kartikatama Metro yang diselesaikan pada tahun 2010.

Selanjutnya pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswi S1 Jurusan

(16)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrahim.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya,

karunia dan kasih sayangnya-Nya lah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “ Konflik Internal Partai Amanat Nasional (PAN) Di Provinsi Lampung

Tahun 2013 (StudiKasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN

Abdurachman Sarbini)”. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam proses

penulisan skripsi ini. Tetapi kesulitan yang ada dapat dihadapi dengan baik berkat bimbingan

dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

2. BapakDrs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan

(17)

4. Bapak Drs. Hertanto, M.Si, Ph.D selaku Pembimbing Utama, terima kasih atas

kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan, nasihat serta motivasi kepada

penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini secara baik dan maksimal.

5. Bapak Budi Harjo, S.Sos, M.IP selaku Pembimbing kedua, terima kasih atas

kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan, arahan, nasihat serta

motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi secara baik.

6. Bapak Dr. Suwondo, M.A selaku Penguji, saya ucapkan terima kasihyang telah

memberikan begitu banyak masukan serta saran sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas

Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih yang

setulus-tulusnya atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu staf Administrasi Fisip Universitas Lampung yang telah membantu

penulis.

9. Ibu Mila Minorita, SE selaku staf ruang baca Fisip Universitas Lampung, terima kasih

atas motivasi dan semangat yang selalu diberikan.

10.Kedua Orangtuaku, Ayahanda Purwanto dan Ibu Sutriyah yang telah membesarkan

dan mendidik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Terima kasih untuk cinta

yang tiada batas. Kalian tujuan hidupku dan kalianlah semangatku dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11.Terima kasih kepada Kakak Heri Agusetiawan selaku staf skretariat DPW PAN yang

telah banyak membantu mempertemukan penulis dengan narasumber dan telah

memberikan arahan serta motivasi, penulis ucapkan banyak terima kasih.

12.Terima kasih kepada para informan penelitian Bapak Abdurachman Sarbini, Kakak

(18)

Bapak Edi Agus Yanto, Bapak Irfan Nuranda Djafar, Ibu Asri Kusuma Ningrum,

Bapak Hazizi Hasan dengan Bapak Azmi Aziz dan Bapak Iswan Hendy Caya. Terima

kasih telah meluangkan waktu dan memberikan banyak informan penting yang

penulis butuhkan.

13.Terima kasih kepada Kakak Ariya, Retno, Rike, Resti, Andri, Ricky dan Mega yang

menemani penulis selama penelitian.

14.Kakak dan adikku tersayang . Semoga kita menjadi anak yang berguna untuk saat ini

atau kelak. Amin

15.Baharada Ariyadi Syah Putra, terima kasih atas semangatnya, kesabaran, pengertian

dan kesediaannya dalam memberikan nasihat dan dampingan. Terima kasih untuk

berusaha hadir sejauh ini.

16.Terimakasih kepada sahabat-sahabat yang dari semester awal sampai semester akhir

kita selalu bersama dalam suka dan duka, Retno Mahdita, Rike Prisina, Resti

Agustina dan Nur Asriani.

17.Teman-teman pembahas dan moderator Retno Mahdita Putri, Dinda Nindika, Ryan

Maulana, Andrialius Feraera dan Aditya Darmawan. Terima kasih telah membantu

penulis untuk perbaikan skripsi.

18.Teman-teman Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA angkatan 2010 Rini

Wulandari, Ayu Mira Asih, Syarif, Rizki Prianggi, Eka Mala, Edo Putra, Fitri, Ahlan,

Ety, Dinda, Betty, Oktia, Bella, Dwi Ceh, Dwi Hariyanti, Dwi Pramono, Riska Ersi,

Riska, Arsi, Devi, Alam, Rendra, Komang, Ryan, Andrialius, Harizon, Ikhwan,

Ilham, Yusi, Tiara, Deo, Pangki, Ade, Cakra, Angga, Angga Jevi, Dicky, Yosita, Dita,

Uli, Tami, Novrico, Leo, aris, Yurike, Adit, Aditya Arif, Eky, Roby, Febri, Tifanny,

Monica, Ido, Iin, Gandi, Dimas, Prananda, Radit, Dani, Viol, Kevin, Eko, Riri,

(19)

19.Seluruh Pihak yang telah banyak membantu dan mendo’akan dalam upaya penyelesaian skripsi ini serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi,

mohon maaf jika penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya

kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

.

Bandar lampung Penulis

(20)
(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan,

dimana anggota-anggotanya terorganisir dan terbentuk dari pandangan mengenai

nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Salah satu indikator dari negara demokrasi

adalah partai politik dan pemilu. Keberadaan partai politik sangat penting untuk

memperjuangkan aspirasi masyarakat. Melalui partai politik, dilakukan

rekrutmen politik untuk menduduki jabatan-jabatan politik baik di pemerintahan

atau legislatif.

Partai politik terbentuk karena adanya ideologi yang sama, namun dalam

pelaksanaannya ideologi yang sama tidak cukup untuk membentuk sebuah partai.

Hal tersebut karena sesungguhnya di dalam sebuah partai masih terdapat

perbedaan orientasi, cita-cita, nilai dan kehendak masing-masing individu. Inilah

yang menjadi salah satu penyebab munculnya konflik dalam tubuh partai yang

saat ini banyak terjadi. Konflik tidak bisa dihindarkan karena sejauh berdirinya

sebuah partai pasti terdapat kepentingan-kepentingan pribadi yang berbeda satu

(22)

2

Pujriyani dalam Mardihartono (2014: 56) menyatakan konflik adalah salah satu

bagian yang tidak bisa dipisahkan baik dari individu maupun kelompok tertentu.

Sebagai wujud dari gejala sosial, konflik memang akan selalu ada pada setiap

kehidupan karena antagonisme atau perbedaan yang menjadikan ciri penunjang

terbentuknya suatu masyarakat sehingga perbedaan memang tidak bisa dihindari.

Hal di atas tersebut menjelaskan konflik menjadi salah satu karakteristik dalam

kehidupan manusia yang sudah ada sejak dahulu sampai era globalisasi sekarang

ini yang tidak mungkin dihindari dalam perubahan sosial. Konflik menjadi suatu

hal yang menarik jika dibandingkan dengan bahasan lainnya dalam politik,

karena pada umumnya politik itu sendiri adalah konflik atau paling tidak politik

itu senantiasa berkaitan erat dengan konflik, karena sifat yang berbeda-beda

tersebut yang memicu timbulnya pertentangan. Hal ini disebabkan adanya suatu

keadaan kebutuhan ataupun kehendak yang ingin coba dipenuhi. Konflik ada

disetiap bidang kehidupan manusia, ketika adanya kesenjangan yang

memunculkan permasalahan, yang tidak dapat terelakan lagi, melainkan hanya

dapat diatur mekanisme penyelesaiannya.

Hoogerwerf (1979: 240) menyatakan bahwa konflik politik adalah suatu keadaan

dalam politik yang terjadi ketika seseorang atau kelompok berusaha menghalangi

seseorang atau kelompok lain untuk kepentingannya dalam mencapai tujuan dari

(23)

3

politik terjadi karena adanya perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan

antara sejumlah individu, kelompok dan organisasi dalam upaya mendapatkan

dan mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat.

Brown dalam Jemadu (2008: 204) menyatakan bahwa konflik internal adalah

konflik yang hanya dapat dijelaskan oleh satu faktor dan variabel. Adanya

penekanan pada pengaruh kebijakan dan prilaku kader pemimpin sebagai pemicu

timbulnya konflik internal, akan tetapi Brown tidak membantah mengenai

faktor-faktor struktural, politik, ekonomi, budaya dan konseptual yang juga dapat

membawa pengaruh konflik. Brown lebih berpandangan bahwa faktor perilaku

pemimpin adalah hal yang paling berpengaruh untuk konflik internal.

Sejalan dengan itu pula konflik partai politik merupakan hal yang dapat

ditemukan ketika dalam organisasi terdapat kondisi yang berubah, karena partai

politik itu sendiri terorganisir dalam organisasi yang basis massanya sangat

besar. Kemungkinan adanya konflik internal dengan berjalannya organisasi akan

timbul ketika organisasi tersebut sudah tidak sejalan, sehingga partai politik

dikatakan tidak memiliki keutuhan internal ketika terdapat perbedaan ideologi

dan paham yang berbeda antar anggota partai. Adanya permasalahan di dalam

partai seperti ini yang kemudian dapat menghambat kinerja partai politik

tersebut. Hal ini bertolak belakang dengan tujuan partai politik yaitu tercapainya

(24)

4

Pembahasan di atas dapat menyimpulkan bahwa konflik dapat timbul dalam

organisasi sebagai hasil dari adanya masalah terkait komunikasi, pribadi ataupun

dari struktur organisasi. Seperti halnya di dalam partai politik, dimana adanya

keterbatasan ataupun kesalahan dalam menjalankan organisasi yang tidak mampu

mempertahankan jalannya organisasi tersebut maka, kekuasaan sekalipun tidak

dapat mempengaruhinya untuk tetap ada di dalam organisasi partai politik yang

saat ini banyak terjadi pemberhentian ketua-ketua partai.

Konflik internal yang terjadi di tubuh partai politik adalah gejala dari dinamika

politik yang akhir-akhir ini terjadi baik dari pusat maupun daerah, seperti yang

terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Konflik internal partai ini

bermula dari kehadiran ketua umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA) pada

kampanye partai Gerindra saat kampanye pileg lalu. Kehadiran SDA tersebut

langsung mendapat tanggapan negatif dari beberapa kader-kader partai dan

pengurus partai. Konflik tersebut berlanjut sampai adanya pemecatan pada

sejumlah pengurus dan pemberhentian sementara SDA dari posisi ketua umum

(http//m.beritasatu.com/opini/tajuk/3336-pragmatisme-partai-partai.html, diakses

pada 28 april 2014).

Begitu pula yang terjadi pada Partai Amanat Nasional (PAN) Provinsi Lampung.

Abdurachman Sarbini, Ketua DPW Provinsi Lampung yang diberhentikan

sebelum habis masa jabatannya, ini memperlihatkan bahwa kekuasaannya tidak

dapat mempertahankan dirinya di dalam partai politik tersebut. H. Abdurachman

(25)

5

Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN, pemberhentiannya dilatarbelakangi

upaya yang dilakukan demi efektifitas kinerja partai, juga berkaitan dengan

disiplin partai dan asas kepatutan. Jika diulas bagaimana proses keterpilihan

Abdurachman Sarbini sebagai ketua DPW PAN secara musyawarah mufakat

pada musyawarah wilayah (Muswil) tahun 2010 lalu yang diwarnai kekisruhan

dalam penentuan ketua DPW PAN. Abdurachman Sarbini yang lebih condong ke

Partai lain daripada PAN, tiba-tiba terpilih menjadi ketua PAN. Kekisruhan ini

terjadi ketika enam calon ketua masing-masing mengusulkan pemilihan

berlangsung secara musyawarah, tetapi usulan itu ditolak Fikri Yasin sebagai

kandidat lain yang menginginkan pemilihan berlangsung secara pemungutan

suara. Usulan Fikri tersebut kemudian oleh pimpinan sidang diserahkan pada

forum tetapi forum menyetujui jika pemilihan berlangsung melalui musyawarah

mufakat

(http://m.antaralampung.com/berita/417173/dpp-pan-berhentikan-ketua-dpw-pan-lampung, diakses pada 10 Februari 2014).

Keadaan di atas yang menyebabkan kekisruhan yang terjadi dari kubu Fikri yang

tidak sependapat. Kemudian keadaan ini bisa ditenangkan ketika Alimin

Abdullah yang merupakan anggota DPR RI mengambil alih sidang. Berdasarkan

permasalahan saat berjalannya pemilihan ketua DPW terlihat bahwa kader-kader

PAN sudah kehilangan arah dan kehabisan energi positif sehingga, memicu

permasalahan maka wajar apabila sampai terjadi kekerasan fisik di tubuh partai

(26)

6

Hal tersebut menggambarkan bahwa memang dari awal keterpilihan

Abdurchman Sarbini sudah menimbulkan permasalahan yang harusnya tidak

terjadi diawal-awal keterpilihannya. Kepemimpinan Abdurchman Sarbini di

dalam tubuh DPW provinsi Lampung dianggap kurang baik setelah diadakan

evaluasi kinerja dari DPP yang akhirnya menggambil upaya penyelesaian.

Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) memberhentikan

Ketua DPW PAN Lampung Abdurachman Sarbini dan menggantikannya dengan

Pelaksana Tugas Alimin Abdullah selama sisa jabatannya sebagai DPW PAN

Lampung. Penggantian DPW PAN ini dilakukan setelah adanya evaluasi kinerja

yang dirasa kurang mengkoordinasi di dalam tubuh Partai Amanat Nasional.

Ketua DPP PAN Jon Cik Muhammad menyampaikan kebijakan pemberhentian

ketua DPW PAN Lampung secara langsung kepada wartawan usai memberikan

SK DPP PAN Nomor: 121/XII/2012 tentang pemberhentian yang dimaksud.

Menurutnya, pemberhentian tersebut dilakukan setelah DPP PAN mengadakan

evaluasi terhadap kinerja Abdurachman Sarbini tersebut selama masa

kepemimpinannya.

Jon Cik Muhammad menyebutkan dua hal yang menjadi parameter utama

pemberhentiannya tersebut adalah disiplin partai dan asas kepatutan yang pada

masa kepemimpinan Mance banyak dilanggar. Roda organisasi menjadi tidak

maksimal dan apabila diteruskan dapat mengancam elektabilitas PAN pada

(27)

7

berpengaruh banyak terhadap target perolehan suara PAN 2014 khususnya di

daerah Lampung. Jon Cik menjelaskan upaya tersebut dilakukan untuk

mendukung program nasional PAN dalam perolehan suara pada pemilu 2014.

Menurut Jon Cik, pemberhentian Mance itu sudah ditandatangani sejak 10

Desember 2013, namun SK pemberhentian baru bisa disampaikan belum lama ini

kepada kader dan pengurus PAN di Lampung. Jon Cik dengan dua ketua DPP

lainnya telah menemui Mance Jumat (31/1) malam dan meyakini tidak akan ada

aksi lanjutan menyusul kebijakan pemberhentian tersebut, seperti aksi

besar-besaran kader PAN yang loyal terhadap Mance ataupun membersihkan

pendukungnya dari pengurus PAN Lampung. Jon Cik menegaskan tidak akan

ada Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) PAN Lampung hingga Juni

2015 dan jabatan Alimin sebagai Pelaksana Tugas (PLT) ketua DPW PAN

Lampung akan berakhir saat Mance secara normal juga berakhir

(http://m.antaralampung.com/berita/417173/dpp-pan-berhentikan-ketua-dpw-pan-lampung, diakses pada 10 Februari 2014).

Alimin Abdullah anggota DPR RI asal Lampung resmi menjabat Pelaksana

Tugas (PLT) ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Lampung,

menggantikan Abdurahman Sarbini, pergantian ini berdasarkan surat DPP PAN

tentang pemberhentian ketua DPW PAN Lampung dan Pengangkatan Pelaksana

Tugas (PLT) ketua DPW PAN Provinsi Lampung periode 2010-2015. Pergantian

ketua DPW PAN Lampung ini berdasarkan surat keputusan

(28)

8

internal partai politik dibutuhkan upaya penyelesaian konflik dengan cara

mufakat yang mengutamakan kepentingan bersama untuk mencapai tujuan dari

cita-cita dan kehendak yang sama dalam hal ini mewujudkan partai politik yang

dapat memajukan kesejahteraan (http://www.kupastuntaslampung.com/?

Page=berita & no=11389, diakses pada 10 februari 2014).

Meskipun konflik tersebut bersifat internal, konflik yang terjadi pada Partai

Amanat Nasional merupakan cerminan partai politik saat ini yang tidak peduli

lagi dengan tujuan utama dari partai politik. Sikap pragmatis masih

mendominasi para kader-kader partai politik. Visi, misi dan platform partai bisa

dengan mudah diabaikan hanya demi kepentingan pribadi atau kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui apa penyebab konflik,

bentuk dan pengaruh konflik terhadap kader di internal Partai Amanat Nasional

(PAN), sehingga perlu adanya pemberhentian Abdurachman Sarbini sebagai

Ketua Dewan pimpinan wilayah (DPW) Provinsi Lampung. Hal itu yang ingin

diteliti peneliti dalam penelitian. Seperti yang diketahui bahwa banyak sekali

konflik internal yang terjadi dalam tubuh partai, namun PAN merupakan partai

yang menarik untuk diteliti karena partai ini telah lama berdiri namun masih saja

terjadi konflik di dalamnya.

Ada beberapa penelitian lain berupa skripsi dan jurnal penelitian mengenai

(29)

9

penelitian tersebut meskipun sama-sama penelitian tentang konflik internal partai.

Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain:

1. Skripsi Nurul Radiatul Adawiah Tahun 2013 dengan Judul “Konflik Internal

Partai Nasdem” (Studi Tentang DPW Partai Nasdem Sulawesi Selatan), Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.

Perbedaan pertama, menurut Adawiah (2013: 5) dalam penelitiannya

membahas tentang perbedaan pandangan dalam pengisian jabatan ketua

umum, konflik di internal partai tersebut berimbas sampai ke pembekuan

ketua DPW Sul-sel yang sampai pada akhirnya adanya pemberhentian.

Berbeda dengan masalah dalam penelitian ini, mengenai konflik internal

partai yang menyebabkan Abdurachman Sarbini diberhentikan sebagai Ketua

Dewan Pimpinan Wilayah PAN Provinsi Lampung.

Kedua, Duverger dalam Adawiah (2013: 49) teori yang digunakan adalah

teori penyebab konflik dari yang menjelaskan konflik disebabkan oleh

sebab-sebab individu dimana ada kecenderungan berkompetisi serta sikap

ketidakpuasan terhadap pekerjaan orang lain dan sebab-sebab kolektif dimana

penyebab konflik terbentuk dari kelompok yang merupakan hasil dari

interaksi sosial mengenai ancaman dari luar kelompok. Sementara fisher dkk,

dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183) dalam penelitian ini yang

digunakan adalah teori penyebab konflik, tiga diantaranya yaitu teori

(30)

10

Diamond dalam Adawiah (2013: 25) mengenai konsep partai politik yang

dalam skripsi Nurul Radiatul Adawiah. Berbeda halnya penelitian ini menurut

Friedrich, Soltau, Neuman dalam Sitepu (2012: 188), dimana dalam

penelitian ini menggunakan karangan tiga ahli tersebut.

Ketiga, perbedaan pengunaan metode penelitian dalam skripsi Nurul Radiatul

Adawiah adalah penelitian deskriptif analisis dimana menganalisis dua

masalah yaitu diarahkan dan dapat menggambarkan fakta dengan argumen

yang tepat, sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang

meneliti keadaan yang alamiah dan pengumpulan data secara triangulasi,

bersifat induktif dan menekankan pada regenerasi. Teknik pengumpulan data

menggunakan wawancara dan dokumentasi, berbeda dengan penelitian ini

yang mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Tulisan Deny Rendra dan Hary Suryadi Tahun 2012 dengan Judul “Dinamika Pergeseran Kekuasaan Politik di DPD Partai Demokrat Provinsi Riau”, Jurnal Demokrasi dan Otonomi Daerah, Volume 10, Nomer 2, Desember 2012,

Halaman 67-147.

Perbedaan pertama tulisan Rendra (2012: 73) membahas proses pengeseran

ketua-ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Riau yang merupakan konflik

murni yang dilakukan elit partai dikarenakan ketidakcocokan pribadi,

perbedaan sitem nilai, persaingan, ketidakjelasan mengenai batas-batas

(31)

11

tersebut merupakan kelompok lama yang kemudian mereka fragmentasikan

dalam perebutan kekuasaan DPD Partai Demokrat Riau. Hal ini disebabkan

rendah pengaruh pemberitaan media massa terkait permasalahan yang terjadi,

pengaruh kelompok kepentingan yang mengambil keuntungan dari

permasalahan ini serta rendahnya pembinaan dari DPP terhadap DPP-DPP

dan DPC-DPC termasuk di Riau.

Pada penelitian ini masalah yang diteliti adalah konflik internal Partai Amanat

Nasional (PAN) di Provinsi Lampung dalam pemberhentian Ketua Dewan

Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini yang dilakukan dengan

Pelaksana Tugas (PLT) Alimin Abdullah, dilatarbelakangi pelanggaran yang

dilakukan Abdurachman Sarbini selama menjabat sebagai Ketua Dewan

Pimpinan Wilayah yang dianggap dapat mengancam elektabilitas PAN

khususnya di Lampung. Hal tersebut yang ingin diketahui konflik murni

timbul di tubuh partai atau intervensi dari pihak lain.

Kedua, Nauman dalam Rendra (2012: 74) menggunakan teori sebab internal

dan sebab ekternal yang secara umum disebabkan oleh konflik antar

kelompok yang tidak terakomodasinya kepentingan elit dikarenakan sistem

kaderisasi yang kurang baik dan lemahnya kepemimpinan dalam

pengelolahan. Berbeda halnya dengan Fisher dkk, dalam Sahih Gatara dan

Dzulkiah Said (2011: 183) teori dalam penelitian ini adalah teori penyebab

konflik, tiga diantaranya yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi

(32)

12

Ketiga metode yang digunakan Rendra merupakan metode kualitatif dan jenis

penelitian deskriptif yang dilakukan di DPD Partai Demokrat Riau. Sumber

informasi dilakukan dengan primer secara teknik purposive informan serta

data yang dikumpulkan dengan cara teknik wawancara dan dokumentasi.

Sedangkan penelitian ini penelitian menggunakan metode kualitatif yang

meneliti keadaan yang alamiah dan pengumpulan data secara triangulasi,

bersifat induktif, dan menekankan pada regenerasi. Teknik pengumpulan data

menggunakan wawancara dan dokumentasi, berbeda dengan penelitian ini

yang mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

3. Tulisan Luluk Rofiqotul Isyaroh Tahun 2012 dengan Judul “Konflik di DPP PKB (Studi Tentang Ada Tidaknya Dampak Konflik Di DPC PKB Kota

Kediri)”, Jurnal Politik Muda, Vol 2, Nomor 1, Januari-Maret 2012, Halaman 96-106.

Perbedaan pertama, Isyaroh (2012: 104) membahas tentang pemberhentian

Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar yang dianggap tidak

bijaksana dan sepihak. Bahkan sikap otoriter Gus Dur sebagai ketua Dewan

Syuro dianggap menjadi penyebab konflik. Ditambah lagi dengan konflik

yang terus menerpa PKB yang dilakukan Manthori Abdul Djalil dan Alwi

Shihab, dimana setiap konflik berdampak pada keberadaan Kyai baik yang di

dalam struktur maupun di luar partai yang berimbas juga pada tingkat kepala

daerah. Perpecahan di DPP PKB berdampak pada DPC kota kediri, yang

(33)

13

satu-satunya pendiri PKB dan sebagai Ketua Umum Dewan Syuro adalah Gus

Dur. Berbeda dengan penelitian ini yang ingin mengetahui penyebab

pemberhentian Abdurachman Sarbini sebelum habis masa kepemimpinannya

tersebut murni konflik internal partai atau adanya intervensi dari kelompok

luar.

Kedua, Layman dalam Isyaroh (2012: 102) menggunakan teori budaya dan

prilaku agama. Sementara Fisher dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said

(2011: 183) teori penelitian ini adalah teori penyebab konflik, menyebutkan

tiga diantaranya yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan

teori identitas.

Ketiga, metode yang digunakan dalam penelitian Isyaroh sama dengan

penelitian ini, dimana sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif

dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawacara dan

dokumentasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana terjadinya konflik internal Partai Amanat Nasional (PAN) di

Provinsi Lampung tahun 2013 terhadap pemberhentian Abdurachman

(34)

14

2. Bagaimana bentuk konflik yang terjadi di Partai Amanat Nasional?

3. Bagaimana pengaruh konflik terhadap konsolidasi partai?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik internal Partai Amanat

Nasional (PAN) di Provinsi Lampung tahun 2013 terhadap pemberhentian

Abdurachman Sarbini?

2. Untuk mengetahui bentuk konflik yang terjadi di Partai Amanat Nasional?

3. Untuk mengetahui pengaruh konflik terhadap kader PAN?

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pengembangan ilmu politik dan ilmu pemerintahan, khususnya yang berkaitan

dengan konflik internal partai politik.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini sebagai informasi bagi pembelajaran partai politik

(35)

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Partai Politik

1. Pengertian Partai Politik

Menurut Friedrich dalam Sitepu (2012: 188) partai politik adalah sekelompok

manusia yang terorganisir secara stabil, tujuannya untuk menjamin dan

mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya

dan berdasarkan penguasaan. Hal ini tentu memberikan kemanfaatan yang

bersifat idiil maupun materiil bagi anggota partainya.

Menurut Soltau dalam Sitepu (2012: 188) partai politik adalah sekelompok

warga negara yang telah terorganisir yang mengupayakan satu kesatuan

politik dengan memanfaatkan kekuasaanya untuk menguasai pemerintahan

yang kemudian dapat melakukan kebijakan mereka sendiri. Hal yang sama

diungkapkan Neuman dalam Sitepu (2012: 188) partai politik adalah

organisasi yang terbentuk dari aktivis-aktivis politik yang berusaha menguasai

suatu keadaan kekuatan pemerintahan dan merebut dukungan rakyat melalui

(36)

16

Berdasarkan pendapat ahli di atas, partai politik adalah alat perjuangan atas

sebuah nilai yang mengikat kolektivitas sebuah organisasi yang bekerjanya

berdasarkan pada aturan-aturan yang sudah ditetapkan seperti adanya

kepemimpinan dan keanggotaan yang melakukan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol serta adanya aturan yang mengatur

perilaku dan organisasi.

2. Fungsi Partai Politik

Menurut Budiardjo (2008: 405) menguraikan lebih lengkap fungsi partai

politik sebagai berikut:

1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah sarana fungsi input di dalam sistem politik

sebagai bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik yang

menggambarkan proses informasi politik ke dalam partai politik.

2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik adalah sebagai suatu proses berinteraksi dalam

menumbuhkembangkan pandangannya atau orientasinya tentang budaya

politik dari satu generasi ke generasi lain.

3. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Tujuan utama partai politik adalah keikutsertaan dalam politis

kepemerintahan dalam mengisi posisi-posisi yang dibutuhkan dalam

(37)

17

dapat menjadi partai politik yang memiliki kesempatan dalam

mengembangkan partainya tersebut.

4. Sarana Pengatur Konflik

Partai politik mempunyai peranan untuk mengendalikan konflik dari suatu

masyarakat yang memiliki keragaman suku bangsa, dimana salah satu

lembaga politik dalam negara demokrasi berfungsi mengendalikan konflik

dengan cara berdialog dengan pihak yang berkonflik dan membawa

permasalahan ke dalam musyawarah untuk dapat menyelesaikan dengan

baik melalui keputusan politik.

3. Tipologi Partai Politik

Menurut Surbakti (1999: 123) tipologi partai politik merupakan

pengklasifikasi partai politik dapat dilakukan dengan kriteria tertentu, seperti

asas orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan. Di

bawah ini akan diuraikan sejumlah tipologi partai politik menurut kriteria

tersebut.

1. Asas dan Orientasi

Berdasarkan asas dan orientasi, partai politik diklasifikasikan menjadi tiga

tipe, yaitu partai politik pragmatis, doktriner dan kepentingan.

1.1 Partai politik pragmatis adalah partai yang mempunyai program dan

kegiatan yang tidak terkait oleh doktrin ataupun ideologi tertentu.

1.2 Partai doktriner adalah partai yang memiliki program dan kegiatan

(38)

18

1.3 Selanjutnya partai kepentingan adalah partai yang dibentuk dan

dikelola atas dasar kepentingan tertentu.

2. Komposisi dan Fungsi Anggota

Berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dibedakan

menjadi dua, yaitu partai kader dan partai massa.

2.1 Partai kader adalah partai yang mengandalkan kualitas anggota,

keketatan organisasi dan disiplin anggota.

2.2 Sedangkan partai massa adalah partai politik yang mengandalkan

jumlah anggota yang banyak untuk memudahkan pemenangan dalam

pemilihan umum.

3. Basis Sosial dan Tujuannya

Berdasarkan basis sosial dan tujuannya, partai politik dapat dibedakan

menjadi empat, yaitu anggotanya berdasarkan lapisan-lapisan sosial,

kalangan kelompok kepentingan, agama dan budaya tertentu.

3.1 Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial di dalam

masyarakat yang berkelompok berdasarkan kelasnya masing-masing,

seperti kelas atas, tengah dan bawah.

3.2 Partai politik dimana para anggotanya berasal dari kalangan kelompok

kepentingan tertentu, seperti kalangan buruh dan pengusaha.

3.3 Partai politik yang anggota-anggotanya berdasarkan agama tertentu

dimana dapat membangun basis sosialnya dengan kepercayaan yang

(39)

19

3.4 Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari budaya tertentu

yang dianggap mampu mewujudkan basis sosialnya yang didasari dari

kebudayaan yang sama.

B. Konflik Politik

1. Pengertian Konflik Politik

Wirawan (2010: 4) istilah konflik berasal dari bahasa latin configere yang

memiliki arti saling memukul. Dari bahasa latin diadopsi ke dalam bahas

inggris (conflict) yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa indonesia

(konflik). Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dari

perkembangan manusia yang memiliki karakteristik yang sangat beragam,

terkait jenis kelamin, strata sosial ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku,

agama, kepercayaan dan aliran politik yang selalu dapat memicu adanya

konflik. Selama masih adanya perbedaan tersebut, maka konflik tidak dapat

dihindari dan selalu memicu konflik.

Lebih lanjut Wirawan (2010: 67) menegaskan bahwa konflik politik adalah

konflik yang terjadi karena pihak-pihak yang berkonflik berupaya

mendapatkan dengan menggunakan kekuasaanya untuk mencapai tujuannya

dengan berupaya memperbesar kekuasaanya, memperkecil kekuasaan lawan

konfliknya. Sementara Surbakti (1992: 149) menyebutkan istilah konflik

politik merupakan bagian dari suatu dinamika partai politik yang seringkali

(40)

20

dianggap benar, antara dua individu atau lebih (kelompok) yang

memungkinkan adanya perbedaan pola pikir ataupun pandangan untuk suatu

hal, meskipun dalam tujuan yang sama. Konflik terjadi karena realisasi dari

ketidakpahaman yang tidak dimengerti atau dalam hal ketidakpuasan dari

anggapan yang dirasa kurang baik hal ini bisa terjadi di dalam satu partai

politik misalnya, sehingga menimbulkan ketidak kesamaan ide dalam

menjalankannya. Meskipun memiliki ideologi yang sama tetapi karena tidak

sepemahaman tersebut yang menimbulkan konflik internal padahal jelas

tujuannya sama tetapi bisa berbeda pandangan dari ideologi yang sama, ini

menggambarkan adanya ketidakpahaman satu sama lain dalam

menjalankannya.

Selain itu sebagai sumber perubahan, konflik juga berfungsi untuk

menghilangkan unsur-unsur mengganggu di dalam suatu hubungan, dalam hal

ini konflik sebagai penyelesaian ketegangan yang memiliki fungsi untuk

menstabilisasikan dalam mempererat hubungan di dalam tubuh partai politik.

Sehingga konflik itu sendiri secara tidak langsung memberi dampak dalam

penyelesaian yang terjadi karena konflik tersebut.

2. Teori Penyebab Konflik

Menurut Fisher dkk dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah (2011: 183) bahwa

konflik terjadi di dalam lingkup bermasyarakat karena asumsi setiap orang

(41)

21

konflik ini bisa terjadi, oleh karena itu maka ada beberapa teori yang dapat

menjelaskan penyebab timbulnya konflik.

2.1 Teori Hubungan Masyarakat

Teori yang menyebutkan bahwa konflik yang terjadi dikarenakan adanya

polarisasi, ketidakpercayaan dan fragmentasi sosial yang terus terjadi

dalam masyarakat sehingga menimbulkan permusuhan diantara

kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda. Teori ini menjelaskan

bahwa ketegangan sosial dalam masyarakat terjadi karena adanya

perbedaan dan pertentangan kepentingan.

Teori ini menekankan pada tujuan yang akan dicapai mengenai

penangganan untuk konflik dalam hubungan masyarakat, yaitu adanya

upaya yang akan ditingkatkan dalam hubungan komunikasi yang memicu

adanya sikap saling pengertian antar kelompok yang mengalami konflik

dan toleransi yang terus dibangun agar masyarakat dapat saling menerima

keragaman yang ada.

2.2 Teori Negosiasi Prinsip

Konflik yang terjadi pada teori negosiasi prinsip disebabkan adanya

posisi-posisi yang tidak selaras lagi dan adanya perbedaan pandangan

dalam konflik antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Hal ini yang

(42)

22

keputusan bersama melalui mufakat antara dua belah pihak. Sasaran dari

adanya teori negoisasi prinsip, diantaranya:

1. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk dapat

memisahkan kepentingan pribadi dengan berbagai isu dan mendorong

pihak-pihak yang berkonflik dapat melakukan negosiasi yang

dilandasi oleh kepentingan pihak berkonflik daripada posisi tertentu

yang sudah tetap.

2. Melancarkan proses pencapaian mufakat yang telah dilakukan dapat

memberi keuntungan bagi pihak-pihak yang berkonflik.

2.3 Teori Identitas

Teori ini menyebutkan konflik yang terjadi merupakan akibat adanya

identitas yang terancam, hal ini tentu menjadi permasalahan untuk pihak

yang menganggap adanya kekhawatiran akan ancaman identitasnya.

Sasaran dari adanya teori identitas, diantaranya:

1. Melalui fasilitas komunikasi dan dialog antar pihak yang mengalami

konflik. Dimana masing-masing yang berkonflik diharapkan dapat

mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan yang mereka

rasakan agar dapat membangun empati dan rekonsiliasi diantara

pihak-pihak berkonflik.

2. Mencapai kesepakatan bersama yang mengakui kebutuhan identitas

(43)

23

3. Bentuk-Bentuk Konflik

Menurut Fisher dalam Adawiah (2013: 20) menyebutkan tiga bentuk konflik,

diantaranya:

1. Konflik Laten yaitu konflik yang bersifat tersembunyi dan perlu diangkat

kepermukaan agar dapat ditangani secara efektif. Setiap pihak harus

disadarkan tentang keberadaan konflik laten ini dengan cara

mengintensifkan konflik, sehingga tindakan penyelesaian yang tepat bisa

dilakukan.

2. Konflik Manifest (terbuka) yaitu konflik yang berakar dalam dan nyata

sehingga perlu adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan

berbagai efeknya.

3. Konflik Permukaan yaitu konflik yang sifatnya tersembunyi, memiliki

akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalah

pahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan

komunikasi. Konflik pada umumnya tidak hanya menimbulkan konflik

kekerasan, karena konflik ini timbul oleh adanya perbedaan pendapat

untuk mempertahankan argumen masing-masing orang atau kelompok

yang terlibat didalamnya. Mempertahankan argumen inilah biasanya

orang atau kelompok dapat bersitegang agar argumennya tersebut

disepakati atau disetujui oleh kelompok lain, sebab orang-orang atau

kelompok-kelompok tersebut memiliki kepentingan yang kelak

(44)

24

bagi kelompoknya

(http://silvaberlus.blogspot.com/2011/05/manajemen-konflik-pemanfaatan-ruang.html?m=1, diakses 8 mei 2014).

Menurut Duverger dalam Adawiah (2013: 20) menyebutkan tiga bentuk

konflik yang terkait kekuasaan atau politik, diantaranya:

1. Konflik yang sama sekali tidak mempunyai alasan prisipil, konflik ini

berhubungan langsung dengan masalah praktis bukan karena masalah

ideologi yang dilakukan baik oleh individu maupun golongan/kelompok.

2. Konflik yang lebih menitik beratkan perbedaan pandangan baik individu

dengan kelompok yang menyangkut dengan masalah partai politik,

masyarakat yang dianggap mewakili rakyat.

3. Konflik yang menitik beratkan kepada permasalahan perbedaan ideologi,

masing-masing memperjuangkan ideologi partainya yang semuanya

merasa benar.

Menurut Coser dalam Adawiah (2013: 20) ada dua bentuk dasar konflik yaitu

konflik realitis dan non-realistis. Konflik realitis adalah konflik yang

mempunyai sumber konkrit atau material. Konflik non-realistis adalah

keinginan yang tidak rasional tetapi dipaksakan. Hal ini yang mempertegas

atau menurunkan ketegangan suatu kelompok.

Konflik internal PAN yang ditandai dengan perbedaan pandangan antara

DPW PAN dan DPP PAN Provinsi Lampung termasuk kedalam konflik

(45)

25

PAN yang dilakukan Abdurchman Sarbini kurang baik. Perbedaan pemikiran,

pendapat, pandangan dan pilihan ini yang dikategorikan sebagai konflik

permukaan karena konflik ini dimana masih-masih pribadi atau kelompok

tidak tampak secara kasap mata tidak berhubungan dengan kekerasan fisik.

Berdasarkan penjelasan ini konflik PAN juga masuk dalam konflik laten dan

manifers.

`

4. Manajemen Konflik

Menurut Dahrendorf dalam Surbakti (1992: 160) dan Susan (2010: 136)

konflik dibutuhkan upaya penyelesaian dengan cara pengaturan konflik dan

tata kelola konflik itu sendiri, yang saat ini masih menjadi perdebatan.

Pengaturan konflik dapat diuraikan ke dalam kriteria, diantaranya:

4.1Pengaturan Konflik

Menurut Dahrendorf dalam Surbakti (1992: 160) pengaturan konflik yang

efektif sangat bergantung pada tiga faktor. Pertama, kedua pihak harus

mengakui kenyatan dan situasi konflik yang terjadi diantara mereka

(adanya pengakuan atas kepentingan yang diperjuangkan oleh pihak lain).

Kedua, kepentingan-kepentingan yang ada kemudian diperjuangkan harus

terorganisasikan secara rapi, tidak tercerai-berai dan terkotak-kotak

sehingga masing-masing pihak memahami dengan jelas lingkup tuntutan

pihak lain. Ketiga, kedua pihak menyepakati aturan main (rules of the

(46)

26

interaksi diantara mereka. Ketika ketiga syarat dipenuhi maka berbagai

bentuk pengaturan konflik dapat dibuat dan dilaksanakan.

Lebih lanjut Dahrendorf dalam Surbakti (1992: 160) juga menyebutkan

tiga bentuk pengaturan atau penyelesaian konflik. Pertama bentuk

konsilisasi seperti parlemen dimana semua pihak berdiskusi dan berdebat

secara terbuka dan mendalam untuk mencapai kesepakatan tanpa ada

pihak-pihak yang memonopoli pembicaraan atau pemaksaan kehendak.

Kebanyakan konflik politik disalurkan dan diatur dengan bentuk

konsiliasi. Kedua, bentuk mediasi dimana kedua pihak sepakat mencari

nasihat dari pihak ketiga (seorang mediator berupa tokoh, ahli lembaga

tertentu yang dianggap memiliki pengetahuan dan keahlian yang

mendalam mengenai hal yang dipertentangkan).

4.2Tata Kelola Konflik

Menurut Susan (2010: 136) salah satu kajian dalam menciptakan

permainan, baik positif maupun negatif adalah bentuk pengelolahan

konflik (conflict management) yang dijelaskan dalam pembahasannya

mengenai tata kelola konflik sebagai kritik terhadap pendekatan conflict

management, berikut uraiannya:

4.2.1 Wacana (conflict management)

Batos dalam Susan (2010: 137) Kajian mengenai konflik dan

perdamaian kontemporer mempunyai tujuan dalam mencegah

(47)

27

maupun struktural. Manajemen konflik adalah masalah bagaimana

menjadi orang yang ahli, yang kemudian melihat segi konflik dalam

kategori perilaku nonkoersif (murni kerja sama) dan perilaku

koersif (kekerasan) dalam meningkatkan pembelajaran mengenai

pengelolaan konflik. Hal ini memperjelas mengenai definisi yang

terbatas terkait manajemen konflik sebagai praktik strategi konflik

dimana yang berkonflik mempunyai keahlian dan pengetahuan

untuk menciptakan stategi dalam menangani konfliknya tersebut.

Lebih lanjut Susan (2010: 137) berpendapat bahwa manajemen

konflik adalah seni intervensi yang dipergunakan untuk mencapai

pembuatan politik yang stabil, yang dipergunakan oleh yang

mempunyai kekuasaan dan sumber daya yang bersifat besar untuk

menciptakan tekanan terhadap pihak berkonflik, agar tetap dalam

keadaan yang normal/stabil. Hal ini cukup jelas menggambarkan

pola hubungan yang tercipta pada kekuasaan.

4.2.2 Tata Kelola Konflik Demokrasi

Menurut Susan (2010: 139) suatu dinamisasi hubungan antara aktor

dan lembaga dalam tata kelola unsur-unsur konflik dalam suatu

kebijakan merupakan wujud dari musyawarah pihak-pihak yang

terlibat dalam konflik, kemudian diimplementasikan oleh seluruh

pihak-pihak terlibat. Konsep pada tata kelola konflik demokrasi ini

(48)

28

memungkinkan konflik produktif, berbeda dengan manajemen

konflik dimana konsepnya yang mempelajari tanpa memerlukan

adanya pemecahan masalah yang hanya melibatkan kekuasaan dan

kekerasan. Hal ini berbeda dengan konsep yang ada pada tata kelola

konflik demokrasi yang menciptakan konflik konstruktif, yang tidak

menggunakan kekerasan dan menghasilkan pemecahan masalah

dengan menggunakan mekanisme politik yang demokratis.

5. Solusi Konflik

Menurut Miall (2000: 31) resolusi konflik adalah pengimplikasikan sumber

konflik yang perlu adanya perhatian dan penyelesaian mengenai konflik.

Menurut Wirawan (2010: 177) resolusi konflik adalah suatu proses dalam

mencapai solusi konflik dengan menggunakan metode resolusi konflik.

Metode resolusi konflik merupakan proses dari manajemen yang

dikelompokan menjadi dua, diantaranya dengan pengaturan sendiri dari

pihak-pihak yang terlibat konflik dan melalui intervensi pihak-pihak ketiga dengan

menggunakan resolusi perselisihan alternatif, diantaranya mediasi, arbitrase

dan ombudsman.

5.1 Pengaturan Sendiri

Dalam metode resolusi konflik pengaturan sendiri, pihak-pihak yang

terlibat konflik menyusun stratregi konflik dan menggunakan taktik

(49)

29

terlibat konflik saling melakukan pendekatan dan negoisasi untuk

menyelesaikan konflik dan menciptakn keluaran konflik yang mereka

harapkan. Pola interaksi konflik tergantung pada keluaran konflik yang

diharapkan, potensi konflik, lawan konflik dan situasi konflik. Tidak ada

satu pola interaksi konflik yang terbaik untuk semua tujuan dan semua

situasi konflik.

5.2Intervensi Pihak Ketiga

Sering kali, pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mampu

menyelesaikan konflik dengan sikap tenang, pendewasaan emosial dan

sikap saling pengertian, terlebih konflik yang ada sudah berlangsung lama

dengan menghabiskan sumber-sumber yang dimiliki dan pengorbanan

yang sangat besar. Akan tetapi, kedua belah pihak yang terlibat konflik

tidak mau mengalah untuk menyelamatkan muka. Menyelamatkan muka

sering terjadi jika konflik berkaitan dengan harga diri atau citra diri.

Dalam keadaan seperti ini, intervensi pihak ketiga diperlukan untuk dapat

menyelesaikan konflik. Resolusi konflik melalui pihak ketiga merupakan

kontinum dari intervensi pihak ketiga yang keputusannya tidak mengikat.

Keputusan hanya mengikat pihak yang terlibat konflik sampai pihak

ketiga tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan

(50)

30

5.2.1 Resolusi perselisihan Alternatif

Resolusi perselisihan ADR (alternative dispute resolution) adalah

resolusi konflik melalui pihak ketiga yang bertujuan untuk

menuntaskan sepenuhnya konflik dan tidak menyisakan

permasalahan di kemudian hari serta agar pihak-pihak yang terlibat

konflik tidak mendendam dan kembali berdamai seperti sebelum

terjadinya konflik, rekonsiliasi dilakukan. Istilah rekonsiliasi

berakar pada kata bahasa inggris to reconsile, artinya membagun

kembali hubungan erat yang menenangkan, membereskan,

menyelesaikan dan membawa seseorang untuk menerima.

Manajemen konflik, resolusi konflik yang mentransformasi ke

keadaan sebelum terjadinya konflik, yaitu keadaan kehidupan yang

harmonis dan damai. Jika salah satu pihak yang terlibat konflik

salah, lawan konfliknya harus dapat memaafkan. Kedua belah pihak

yang terlibat konflik saling memaafkan dan tidak menyisakan

dendam yang dapat menimbulkan konflik baru di kemudian hari.

6. Konflik Sebagai Proses Politik

Menurut Wirawan (2010: 123) konflik merupakan awal proses dari adanya

suatu permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik pada

(51)

31

dalam berjalannya organisasi politik yang sudah tidak kondusif merupakan

proses politik yang melibatkan fase-fase diantaranya:

1. Penyebab konflik seperti beda tujuan, kompetisi akan sumber yang

terbatas dan perbedaan pandangan.

2. Fase laten dimana penyebab konflik telah ada.

3. Fase pemicu seperti sadar terjadinya konflik.

4. Fase eskalasi dimana interaksi konflik memanas.

5. Fase kritis yang sudah tidak menghormati peraturan yang ada dan

menyelamatkan muka.

6. Fase resolusi konflik.

7. Fase pasca konflik dimana hubungan pihak yang berkonflik bisa

kembali harmonis atau bisa tidak harmonis.

7. Pengaruh Konflik

Wirawan (2010: 106) menyebutkan bahwa konflik mempunyai pengaruh

besar untuk kehidupan manusia, baik secara individual maupun kelompok.

Selain itu konflik juga mempunyai pengaruh secara positif maupun negatif.

Kedua pengaruh tersebut dapat membuat perubahan untuk kehidupan

manusia. Konflik dapat mengubah dan membawa perubahan dalam kehidupan

(52)

32

1. Pengaruh Positif

Konflik mempunyai pengaruh yang positif untuk kehidupan manusia.

Berikut ini uraian mengenai pengaruh yang positif dari konflik.

1.1 Menciptakan Perubahan

Konflik berpengaruh besar untuk kehidupan manusia, dengan adanya

konflik maka dapat membawa perubahan lebih baik dan

mengembangkan kehidupan umat manusia. Karena dengan adanya

konflik dapat memotivasi manusia untuk berusaha mengubah keadaan

lebih baik.

1.2 Memahami Orang Lain Lebih Baik

Konflik menyadarkan seseorang untuk memahami orang lain yang

bahwa adanya perbedaan tentang pendapat, berbeda pola pikir dan

berbeda karakter. Perbedaan tersebutlah yang perlu adanya

penyelesaian secara hati-hati dalam pengambilan keputusan untuk

menguntungkan dirinya ataupun kedua belah pihak.

1.3 Menstimulasi Cara Berpikir yang Kritis dan Meningkatkan Kreativitas

Konflik membawa pola pikirnya menstimulasi dirinya untuk berpikir

kritis terhadap posisi lawan konfliknya dan posisi dirinya sendiri.

Adanya pemikiran memahami mengapa lawan konfliknya mempunyai

anggapan berbeda dengan dirinya sehingga masing-masing

mempertahankan pendapatnya. Kemudian muncul kreativitas untuk

(53)

33

1.4 Konflik Menciptakan Revitalisasi Norma

Perubahan norma memicu adanya konflik terkait perbedaan pendapat

mengenai norma yang berlaku antara pihak yang ingin

mempertahankan dan pihak lain yang ingin merubahnya. Sangat

diperlukan penanganan yang lebih baik untuk norma yang merupakan

revitalisasi norma yang akan berkembang.

2. Pengaruh Negatif

Disamping adanya pengaruh positif mengenai konflik, konflik juga dapat

menimbulkan pengaruh negatif. Berikut uraian mengenai pengaruh negatif

dari konflik.

2.1 Biaya Konflik

Konflik memerlukan biaya dalam penanganan transaksi interaksi

konfik dalam bentuk sumber-sumber seperti energi fisik, energi

psikologi, uang, waktu dan peralatan. Semakin tinggi tingkat konflik

maka semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan dalam

menangani konflik tersebut.

2.2 Merusak Hubungan dan Komunikasi diantara Pihak-pihak yang

Terlibat Konflik.

Konflik menurunkan kualitas dan intensitas hubungan diantara

pihak-pihak yang terlibat konflik. Karena konflik tersebut menimbulkan

kecurigaan yang negatif antar yang berkonflik, seperti rasa tidak

(54)

34

hubungan diantara pihak-pihak yang berkonflik serta komunikasi yang

menjadi tidak baik diantara mereka.

2.3 Merusak Sistem Organisai

Organisasi merupakan sistem sosial yang terdapat interaksi antar

anggotanya, dimana saling berhubungan, saling membantu dan saling

tergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi. Sistem

organisasi yang harmonis seperti ini akan rusak ketika adanya konflik

yang terjadi kemudian menimbulkan sinergi negatif yang ada dalam

organisasi.

2.4 Menurunkan Mutu Pengambilan Keputusan

Konflik yang berkembang menjadi terpuruk dan tidak sehat akan

menghasilkan buntunya suatu diskusi, fitnah, agresi dan sabotase, serta

menghilangkan kepercayaan diri. Keadaan ini tidak mungkin

mengembangkan sumber alternatif dalam pengambilan keputusan.

2.5 Kehilangan Waktu Kerja

Konflik yang terjadi menyita waktu kerja karenanya digunakan untuk

menyelesaikan konflik. Bagaimana tidak, karena tidak akan berjalan

dengan baik jika suatu organisasi masih adanya konflik. Hal itu yang

menjadi pertimbangan agar terselesaikan terlebih dahulu konflik,

meskipun mengurangi waktu kerja.

2.6 Kesehatan

Konflik menyebabkan pihak yang terlibat konflik tidak terkontrol,

(55)

35

memungkinkan seseorang tersebut tekanan darah meningkat dan lain

sebagainya yang menyebabkan kesehatannya terganggu.

C. Tinjauan Konflik Internal Partai

Menurut Djawamaku dalam Efriza (2012: 347) ada beberapa macam konflik

internal dalam tubuh partai politik, diantaranya:

1. Karena partai politik tidak memiliki platform yang jelas, sehingga

mengakibatkan tidak adanya ikatan ideologi diantara anggota partai. Ketika

terjadi perpecahan yang bersifat klik, personal atau kelompok dengan mudah

menimbulkan konflik.

2. Faktor kepemimpinan tunggal dan manajemen yang buruk. Terlalu kuatnya

figur pemimpin parpol berpotensi mematikan kaderisasi di tubuh parpol

bersangkutan. Figur yang kuat seringkali dianggap mampu menjadi perekat

sementara pada saat bersama kader yang memiliki kualifikasi sepadan tidak

pernah dipersiapkan sebagai calon pengganti.

3. Dipandang dari proses regenerasi yang harus dilakukan, kegagalan muncul

tokoh baru dalam parpol menunjukan kegagalan parpol melakukan reformasi

internal, terutama untuk revitalisasi dan regenerasi. Mampetnya regenerasi

terutama karena figur petingginya menjadi simbol institusi.

Menurut Brown dalam Jemadu (2008: 204) dalam mengidentifikasi mengenai

kompleksitas konflik internal secara spesifik memberikan penekanan pada

(56)

36

konflik internal di dalam partai politik. Brown dalam penelitiannya tidak

membantah bahwa faktor-faktor struktural, politik, ekonomi, sosial, budaya dan

perseptual menjadi suatu politik yang sangat relevan dan akurat untuk

menjelaskan konflik internal yang menyebabkan faktor perilaku pemimpin yang

terpenting dibandingkan dengan faktor pemicu lainnya.

D. Kerangka Pikir

Penelitian ini akan membahas penyebab konflik, bentuk konflik dan pengaruh

konflik terhadap kader DPW PAN dalam pemberhentian Abdurachman Sarbini.

Konflik merupakan dinamika partai politik yang seringkali terkait dengan

permasalahan perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan akan keinginan

yang dianggap benar, antara dua individu atau lebih (kelompok) yang

memungkinkan adanya perbedaan pola pikir ataupun pandangan untuk suatu hal.

Konflik yang penulis maksud adalah melihat bagaimana konflik di dalam tubuh

DPW PAN bisa terjadi, sampai adanya pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan

Wilayah. Konflik di internal menyebabkan Dewan Pimpinan Pusat Partai

Amanat Nasional (DPP PAN) memberhentikan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah

(DPW) PAN Lampung Abdurachman Sarbini (Mance) dan menggantikannya

dengan Pelaksana Tugas Alimin Abdullah yang menggantikan posisi

Abdurachman Sarbini selama sisa jabatannya. Penggantian DPW PAN ini

dilakukan setelah adanya evaluasi kerja yang dirasa kurang mengkoordinasi

(57)

37

Fisher dkk dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183), Secara teoritis

konflik yang terjadi dalam hal pemberhentian Ketua Dewan Pimpina Wilayah

disebabkan beberapa teori penyebab konflik diantaranya sebagai berikut.

1. Teori Hubungan Masyarakat adalah ketegangan sosial yang terjadi karena

adanya perbedaan dan pertentangan kepentingan yang disebabkan polarisasi

akibat ketidakpercayaan, ketidak saling pengertian dan kepentingan. Konflik

di internal Partai Amanat Nasional menyebabkan adanya pemberhentian yang

dilakukan DPP terhadap Ketua DPW Provinsi Lampung.

2. Teori Negosiasi Prinsip adalah konflik yang terjadi pada teori negosiasi

prinsip disebabkan adanya posisi-posisi yang tidak selaras lagi dan adanya

perbedaan pandangan dalam konflik antara pihak-pihak yang terlibat konflik.

Hal ini yang memungkinkan adanya negosiasi yang dilakukan untuk

mengambil keputusan bersama melalui mufakat antara dua belah pihak.

Konflik pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dilakukan dengan

evaluasi kinerja kemudian adanya musyawarah terhadap pihak yang

bersangkutan dalam pemberhentian yang di tetapkan.

3. Teori Identitas adalah konflik terjadi akibat adanya identitas yang terancam.

Masing-masing pihak di internal Partai Amanat Nasional merasa terancam

identitasnya baik dari segi individu dengan individu/kelompok ataupun

kelompok dengan kelompok. Hal ini cara penyelesaianpun ditempuh agar

(58)

38

Bentuk konflik menurut Fisher dalam Adawiah (2013: 20) menyebutkan tiga

bentuk konflik, diantaranya:

1. Konflik Laten yaitu konflik yang bersifat tersembunyi dan perlu diangkat

kepermukaan agar dapat ditangani secara efektif.

2. Konflik Manifest (terbuka) yaitu konflik yang berakar dalam dan nyata

sehingga perlu adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan

berbagai efeknya.

3. Konflik Permukaan yaitu konflik yang sifatnya tersembunyi, memiliki akar

yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalahpahaman

mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan komunikasi,

pada umumnya konflik ini tidak menimbulkan konflik kekerasan, karena

konflik ini timbul oleh adanya perbedaan pendapat untuk mempertahankan

argumen masing-masing orang atau kelompok yang terlibat didalamnya.

Wirawan (2010: 106) konflik mempunyai pengaruh positif dan negatif:

1. Pengaruh Positif

1.1Menciptakan perubahan lebih baik karena memotivasi untuk berusaha

mengubah keadaan lebih baik.

1.2Memahami orang lebih baik karena konflik dapat menyadarkan

seseorang bahwa adanya perbedaan.

1.3Menstimulasi cara berpikir yang kritis dan meningkatkan kreativitas

karena konflik dapat memaksa seseorang untuk mengetahui posisi

(59)

39

1.4Konflik menciptakan revitalisasi norma karena perlu adanya

penanganan yang lebih baik untuk norma baru.

2. Pengaruh Negatif

2.1Biaya konflik menjadikan seseorang akan terkuras seperti energi,

psikologi, waktu, dan uang.

2.2Merusak hubungan dan komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat

konflik karena konflik dapat menjadikan hubungan seseorang menjadi

tidak baik lagi.

2.3Menurunkan mutu pengambilan keputusan karena konflik berkembang

terpuruk yang menghasilkan buntutnya diskusi.

2.4Kehilangan waktu kerja karena konflik menyita waktu dalam

penyelesaiannya.

2.5Kesahatan terganggu karena konflik menyebabkan pihak yang

(60)

40

Adapun untuk menjelaskan kerangka pikir di atas maka dibuat bagan kerangka pikir

penelitian adalah sebagai berikut:

Bagan 1. Kerangka Pikir

Penyebab Konflik

1. Teori Hubungan Masyarakat 2. TeoriNegosiasi

Prinsip

3. Teori Identitas

Bentuk Konflik

1. Konflik Laten 2. Konflik Manifest 3. Konflik Permukaan

Konflik Internal Partai Amanat Nasional (PAN)

Pemberhentian Ketua DPW PAN Provinsi Lampung

Pengaruh Konflik dalam Prosesnya. 1. Positif

(61)

41

III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 1) penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah metode

penelitian yang digun

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat beberapa kendala dalam sistem pelayanan pembuatan SIM secara online di Satuan Penyelenggara Administrasi (Satpas) Colombo Surabaya, antara lain: masih ada beberapa

80 menit.. Siswa berkelompok 4 - 5 orang, peserta didik didorong untuk mencari informasi mengenal faktor bentuk aljabar pada permasalahan perkalian dan pembagian bentuk aljabar pada

5.2.2 Bagi Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan kiranya. melakukan penelitian terkait diet yang

Desa Silalahi II merupakan salah satu sasaran program pembangunan tersebut sehingga program pembangunan Kawasan Strategis Danau Toba tentu akan mendapat respon berbeda

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencamtumkan nama dalam

Hasil dari penelitian maka dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.. Hasil penelitian dan uji

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dan ketepatan hasil pengukuran, dapat disimpulkan bahwa alat alat pengukur yang telah dibuat dapat bekerja dengan baik.. Kata kunci:

Penelitian kualitatif atau kajian kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini menekankan pada upaya investigatif untuk mengkaji secara (