Dewi Astriya
ABSTRACT
Internal Conflict On Amanat National Party (PAN) On Lampung Province In 2013 (Case Study Discharge Of Headman Council On Guidance District To
Abdurachman Sarbini On Amanat National Party)
By
DEWI ASTRIYA
Dewi Astriya
party is to create. The good alteration to Amanat National Party becouse to become motivasion for try all cadre to change condition to be good.
Dewi Astriya
ABSTRAK
KONFLIK INTERNAL PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013
(Studi Kasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini)
Oleh
DEWI ASTRIYA
Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan
yang terbentuk dari ideologi yang sama. Namun dalam pelaksanaannya ideologi
yang sama tidak cukup untuk melihatkan perubahan dalam sebuah partai. Terbukti
bahwa di dalam partai masih ada konflik, sebagaimana yang terjadi pada kasus
pemberhentian Abdurachman Sarbini sebagai Ketua DPW PAN Provinsi
Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab konflik, bentuk
konflik dan pengaruh konflik terhadap solidaritas kader. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan
teori identitas. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor penyebab konflik dalam
studi kasus pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN
Abdurachman Sarbini adalah pertama, adanya rasa ketidakpercayaan Partai
Amanat Nasional pada kepemimpinan yang banyak dilanggar, kinerja yang
Dewi Astriya
baik dan janji politik yang tidak ditepati. Kedua, adanya faktor ketidakpengertian
yang dilakukan Abdurachman Sarbini sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah
(DPW). Ketiga, adanya kepentingan yang dilakukan Abdurachman Sarbini
dimana Partai Amanat Nasional digunakan untuk mendulang suara anaknya di
partai yang berbeda dengannya. Keempat, komunikasi yang buruk yang terjalin di
dalam Partai Amanat Nasional. Kelima, adanya identitas yang terancam.
Sedangkan bentuk konflik yang terjadi dalam penelitian ini dikategorikan pada
bentuk konflik manifest (terbuka) yang berakar dalam dan nyata sehingga perlu
adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan efeknya. Selanjutnya,
pengaruh konflik terhadap konsolidasi partai yaitu menciptakan perubahan yang
baik untuk Partai Amanat Nasional karena menjadi motivasi seluruh kader untuk
berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik.
KONFLIK INTERNAL PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013
(Studi Kasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini)
(Skripsi)
Oleh DEWI ASTRIYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR SINGKATAN ... iv
I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Manfaat Penelitian ... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15
A. Tinjauan Tentang Partai Politik ... 15
1. Pengertian Partai Politik ... 16
2. Fungsi Partai Politik ... 16
3. Tipologi Partai Politik ... 17
B. Konflik Politik ... 19
1. Pengertian Konflik Politik ... 19
2. Teori Penyebab Konflik ... 20
3. Bentuk-Bentuk Konflik ... 23
4.Manajemen Konflik ... 25
5. Solusi Konflik ... 28
6. Konflik Sebagai Proses Politik ... 30
7. Pengaruh Konflik ... 31
C. Tinjauan Konflik Internal Partai... 35
D. Kerangka Pikir ... 36
III. METODE PENELITIAN ... 41
A. Tipe Penelitian ... 41
B. Fokus Penelitian ... 42
ii
D. Sumber Data ... 43
1. Data Primer ... 43
2. Data Sekunder ... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ... 47
1. Observasi ... 47
2. Wawancara ... 48
3. Dokumentasi ... 49
4. Triangulasi ... 49
F. Teknik Pengolahan Data ... 50
1. Pengumpulan Data ... 50
2. Editing Data ... 50
3. Interpretasi ... 51
G. Teknik Analisis Data ... 51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
A.Gambaran PartaiAmanatNasional ... 53
1. SejarahBerdirinyaPartaiAmanatNasional ... 53
2. PrinsipDasar ... 57
3. Asas, Sifat, danIdentitasPartaiAmanatNasional ... 58
4. TujuandanUsaha PartaiAmanatNasional ... 59
5. MaknaGambardanTandaGambarPartai ... 60
6. StrukturKepengurusan DPW PAN Provinsi Lampung ... 61
7. TugasPokokdanFungsi DPW PAN ... 67
8. Deskripsi Informan ... 69
B.HasilPenelitian dan Pembahasan ... 70
1.Penyebab Konflik ... 72
2.Bentuk Konflik ... 101
3. Pengaruh Konflik ... 104
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 111
A.Simpulan ... 111
B.Saran ... 112
DAFTAR SINGKATAN
PAN : PartaiAmanatNasional DPW : DewanPimpinan Wilayah
ADART : AnggaranDasardanAnggaranRumahTangga PPP : PartaiPersatuan Pembangunan
Muswil : Musyawarah Wilayah
DPR RI : DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia DPP : DewanPimpinanPusat
SK : SuratKeputusan
Musdalub : Musyawarah Daerah LuarBiasa PLT : PelaksanaTugas
DPD : DewanPimpinan Daerah DPC : DewanPimpinanCabang PKB : PartaiKebangkitanBangsa ADR : Alternative Dispute Resolution MARA : MajelisAmanatNasional
Bapora : BadanKepemudaandanOlah Raga DPRt : DewanPimpinan Ranting
PartaiHanura : PartaiHatiNurani Rakyat
MPPW : MajelisPenasihatPartai Wilayah
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perolehan Suara PAN... 65
Tabel 2. Hasil Pemilihan Anggota DPRD Lampung Terpilih 1999-2004 ... 65
Tabel 3. Daftar Nama Anggota DPRD Lampung Terpilih 2004-2009 ... 66
Tabel 4. Daftar Nama Anggota DPRD Lampung Terpilih 2009-2014 ... 66
Tabel 5. Daftar Nama Anggota DPRD Lampung Terpilih 2014-2019 ... 66
Tabel 6. Deskripsi Informan ... 69
Tabel 7. Ringkasan Penyebab Konflik Internal Partai Amanat Nasional .... 95
Tabel 8. Ringkasan Bentuk Konflik Internal Partai Amanat Nasional ... 103
MOTO
Hidup ini harus yakin, yakin dengan apa yang akan dikerjakan dan yakin dengan apa yang sudah dimiliki atau yang sedang tertunda.
Gagal atau sukses, biarkan keyakinan itu yang akan menjawab. “Dewi Astriya”
Dibalik harapan yang gagal, ternyata Allah ada rencana yang jauh lebih baik.
“Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”, (QS. Al Baqarah
PERSEMBAHAN
Alhamdulilahhirrabil’alamin
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan sebuah karya kecil tanda cinta untuk seluruh orang yang
penulis cintai.
Bismillahirrahmnirrahim, kupersembahkan skripsi ini kepada:
Motivasi, Semangat dan Tujuan Hidupku Ayahanda Purwanto dan Ibunda Sutriyah terima kasih dari hati yang terdalam untuk
segala-galanya yang tidak dapat Dewi sebutkan.
Kakak dan adik ku tersayang
Wahyudi Widianto, Diah Ariani S.E, Tri Yulianto S.Pd , Rusdiyanto S.AN, Suaci dan Yuda Bayudi.
Seluruh keluarga besar yang telah mendukungku.
Kekasihku tersayang Baharada Ariyadi Syah Putra.
Sahabatku yang terbaik terima kasih untuk segala suasana suka dan duka dalam kebersamaannya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Dewi Astriya, dilahirkan di
Desa Rantau Fajar Kecamatan Raman Utara Kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 03 Juli 1991. Penulis merupakan
anak keempat dari lima bersaudara yang merupakan anak dari
pasangan Bapak Purwanto dan Ibu Sutriyah.
Jenjang akademis penulis diselesaikan dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Raman
Utara pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Raman Utara
pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMA Kartikatama Metro yang diselesaikan pada tahun 2010.
Selanjutnya pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswi S1 Jurusan
SANWACANA
Bismillahirohmanirrahim.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya,
karunia dan kasih sayangnya-Nya lah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “ Konflik Internal Partai Amanat Nasional (PAN) Di Provinsi Lampung
Tahun 2013 (StudiKasus Pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN
Abdurachman Sarbini)”. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam proses
penulisan skripsi ini. Tetapi kesulitan yang ada dapat dihadapi dengan baik berkat bimbingan
dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
2. BapakDrs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan
4. Bapak Drs. Hertanto, M.Si, Ph.D selaku Pembimbing Utama, terima kasih atas
kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan, nasihat serta motivasi kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini secara baik dan maksimal.
5. Bapak Budi Harjo, S.Sos, M.IP selaku Pembimbing kedua, terima kasih atas
kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan, arahan, nasihat serta
motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi secara baik.
6. Bapak Dr. Suwondo, M.A selaku Penguji, saya ucapkan terima kasihyang telah
memberikan begitu banyak masukan serta saran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas
Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih yang
setulus-tulusnya atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.
8. Bapak dan Ibu staf Administrasi Fisip Universitas Lampung yang telah membantu
penulis.
9. Ibu Mila Minorita, SE selaku staf ruang baca Fisip Universitas Lampung, terima kasih
atas motivasi dan semangat yang selalu diberikan.
10.Kedua Orangtuaku, Ayahanda Purwanto dan Ibu Sutriyah yang telah membesarkan
dan mendidik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Terima kasih untuk cinta
yang tiada batas. Kalian tujuan hidupku dan kalianlah semangatku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11.Terima kasih kepada Kakak Heri Agusetiawan selaku staf skretariat DPW PAN yang
telah banyak membantu mempertemukan penulis dengan narasumber dan telah
memberikan arahan serta motivasi, penulis ucapkan banyak terima kasih.
12.Terima kasih kepada para informan penelitian Bapak Abdurachman Sarbini, Kakak
Bapak Edi Agus Yanto, Bapak Irfan Nuranda Djafar, Ibu Asri Kusuma Ningrum,
Bapak Hazizi Hasan dengan Bapak Azmi Aziz dan Bapak Iswan Hendy Caya. Terima
kasih telah meluangkan waktu dan memberikan banyak informan penting yang
penulis butuhkan.
13.Terima kasih kepada Kakak Ariya, Retno, Rike, Resti, Andri, Ricky dan Mega yang
menemani penulis selama penelitian.
14.Kakak dan adikku tersayang . Semoga kita menjadi anak yang berguna untuk saat ini
atau kelak. Amin
15.Baharada Ariyadi Syah Putra, terima kasih atas semangatnya, kesabaran, pengertian
dan kesediaannya dalam memberikan nasihat dan dampingan. Terima kasih untuk
berusaha hadir sejauh ini.
16.Terimakasih kepada sahabat-sahabat yang dari semester awal sampai semester akhir
kita selalu bersama dalam suka dan duka, Retno Mahdita, Rike Prisina, Resti
Agustina dan Nur Asriani.
17.Teman-teman pembahas dan moderator Retno Mahdita Putri, Dinda Nindika, Ryan
Maulana, Andrialius Feraera dan Aditya Darmawan. Terima kasih telah membantu
penulis untuk perbaikan skripsi.
18.Teman-teman Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA angkatan 2010 Rini
Wulandari, Ayu Mira Asih, Syarif, Rizki Prianggi, Eka Mala, Edo Putra, Fitri, Ahlan,
Ety, Dinda, Betty, Oktia, Bella, Dwi Ceh, Dwi Hariyanti, Dwi Pramono, Riska Ersi,
Riska, Arsi, Devi, Alam, Rendra, Komang, Ryan, Andrialius, Harizon, Ikhwan,
Ilham, Yusi, Tiara, Deo, Pangki, Ade, Cakra, Angga, Angga Jevi, Dicky, Yosita, Dita,
Uli, Tami, Novrico, Leo, aris, Yurike, Adit, Aditya Arif, Eky, Roby, Febri, Tifanny,
Monica, Ido, Iin, Gandi, Dimas, Prananda, Radit, Dani, Viol, Kevin, Eko, Riri,
19.Seluruh Pihak yang telah banyak membantu dan mendo’akan dalam upaya penyelesaian skripsi ini serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi,
mohon maaf jika penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya
kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
.
Bandar lampung Penulis
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan,
dimana anggota-anggotanya terorganisir dan terbentuk dari pandangan mengenai
nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Salah satu indikator dari negara demokrasi
adalah partai politik dan pemilu. Keberadaan partai politik sangat penting untuk
memperjuangkan aspirasi masyarakat. Melalui partai politik, dilakukan
rekrutmen politik untuk menduduki jabatan-jabatan politik baik di pemerintahan
atau legislatif.
Partai politik terbentuk karena adanya ideologi yang sama, namun dalam
pelaksanaannya ideologi yang sama tidak cukup untuk membentuk sebuah partai.
Hal tersebut karena sesungguhnya di dalam sebuah partai masih terdapat
perbedaan orientasi, cita-cita, nilai dan kehendak masing-masing individu. Inilah
yang menjadi salah satu penyebab munculnya konflik dalam tubuh partai yang
saat ini banyak terjadi. Konflik tidak bisa dihindarkan karena sejauh berdirinya
sebuah partai pasti terdapat kepentingan-kepentingan pribadi yang berbeda satu
2
Pujriyani dalam Mardihartono (2014: 56) menyatakan konflik adalah salah satu
bagian yang tidak bisa dipisahkan baik dari individu maupun kelompok tertentu.
Sebagai wujud dari gejala sosial, konflik memang akan selalu ada pada setiap
kehidupan karena antagonisme atau perbedaan yang menjadikan ciri penunjang
terbentuknya suatu masyarakat sehingga perbedaan memang tidak bisa dihindari.
Hal di atas tersebut menjelaskan konflik menjadi salah satu karakteristik dalam
kehidupan manusia yang sudah ada sejak dahulu sampai era globalisasi sekarang
ini yang tidak mungkin dihindari dalam perubahan sosial. Konflik menjadi suatu
hal yang menarik jika dibandingkan dengan bahasan lainnya dalam politik,
karena pada umumnya politik itu sendiri adalah konflik atau paling tidak politik
itu senantiasa berkaitan erat dengan konflik, karena sifat yang berbeda-beda
tersebut yang memicu timbulnya pertentangan. Hal ini disebabkan adanya suatu
keadaan kebutuhan ataupun kehendak yang ingin coba dipenuhi. Konflik ada
disetiap bidang kehidupan manusia, ketika adanya kesenjangan yang
memunculkan permasalahan, yang tidak dapat terelakan lagi, melainkan hanya
dapat diatur mekanisme penyelesaiannya.
Hoogerwerf (1979: 240) menyatakan bahwa konflik politik adalah suatu keadaan
dalam politik yang terjadi ketika seseorang atau kelompok berusaha menghalangi
seseorang atau kelompok lain untuk kepentingannya dalam mencapai tujuan dari
3
politik terjadi karena adanya perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan
antara sejumlah individu, kelompok dan organisasi dalam upaya mendapatkan
dan mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat.
Brown dalam Jemadu (2008: 204) menyatakan bahwa konflik internal adalah
konflik yang hanya dapat dijelaskan oleh satu faktor dan variabel. Adanya
penekanan pada pengaruh kebijakan dan prilaku kader pemimpin sebagai pemicu
timbulnya konflik internal, akan tetapi Brown tidak membantah mengenai
faktor-faktor struktural, politik, ekonomi, budaya dan konseptual yang juga dapat
membawa pengaruh konflik. Brown lebih berpandangan bahwa faktor perilaku
pemimpin adalah hal yang paling berpengaruh untuk konflik internal.
Sejalan dengan itu pula konflik partai politik merupakan hal yang dapat
ditemukan ketika dalam organisasi terdapat kondisi yang berubah, karena partai
politik itu sendiri terorganisir dalam organisasi yang basis massanya sangat
besar. Kemungkinan adanya konflik internal dengan berjalannya organisasi akan
timbul ketika organisasi tersebut sudah tidak sejalan, sehingga partai politik
dikatakan tidak memiliki keutuhan internal ketika terdapat perbedaan ideologi
dan paham yang berbeda antar anggota partai. Adanya permasalahan di dalam
partai seperti ini yang kemudian dapat menghambat kinerja partai politik
tersebut. Hal ini bertolak belakang dengan tujuan partai politik yaitu tercapainya
4
Pembahasan di atas dapat menyimpulkan bahwa konflik dapat timbul dalam
organisasi sebagai hasil dari adanya masalah terkait komunikasi, pribadi ataupun
dari struktur organisasi. Seperti halnya di dalam partai politik, dimana adanya
keterbatasan ataupun kesalahan dalam menjalankan organisasi yang tidak mampu
mempertahankan jalannya organisasi tersebut maka, kekuasaan sekalipun tidak
dapat mempengaruhinya untuk tetap ada di dalam organisasi partai politik yang
saat ini banyak terjadi pemberhentian ketua-ketua partai.
Konflik internal yang terjadi di tubuh partai politik adalah gejala dari dinamika
politik yang akhir-akhir ini terjadi baik dari pusat maupun daerah, seperti yang
terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Konflik internal partai ini
bermula dari kehadiran ketua umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA) pada
kampanye partai Gerindra saat kampanye pileg lalu. Kehadiran SDA tersebut
langsung mendapat tanggapan negatif dari beberapa kader-kader partai dan
pengurus partai. Konflik tersebut berlanjut sampai adanya pemecatan pada
sejumlah pengurus dan pemberhentian sementara SDA dari posisi ketua umum
(http//m.beritasatu.com/opini/tajuk/3336-pragmatisme-partai-partai.html, diakses
pada 28 april 2014).
Begitu pula yang terjadi pada Partai Amanat Nasional (PAN) Provinsi Lampung.
Abdurachman Sarbini, Ketua DPW Provinsi Lampung yang diberhentikan
sebelum habis masa jabatannya, ini memperlihatkan bahwa kekuasaannya tidak
dapat mempertahankan dirinya di dalam partai politik tersebut. H. Abdurachman
5
Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN, pemberhentiannya dilatarbelakangi
upaya yang dilakukan demi efektifitas kinerja partai, juga berkaitan dengan
disiplin partai dan asas kepatutan. Jika diulas bagaimana proses keterpilihan
Abdurachman Sarbini sebagai ketua DPW PAN secara musyawarah mufakat
pada musyawarah wilayah (Muswil) tahun 2010 lalu yang diwarnai kekisruhan
dalam penentuan ketua DPW PAN. Abdurachman Sarbini yang lebih condong ke
Partai lain daripada PAN, tiba-tiba terpilih menjadi ketua PAN. Kekisruhan ini
terjadi ketika enam calon ketua masing-masing mengusulkan pemilihan
berlangsung secara musyawarah, tetapi usulan itu ditolak Fikri Yasin sebagai
kandidat lain yang menginginkan pemilihan berlangsung secara pemungutan
suara. Usulan Fikri tersebut kemudian oleh pimpinan sidang diserahkan pada
forum tetapi forum menyetujui jika pemilihan berlangsung melalui musyawarah
mufakat
(http://m.antaralampung.com/berita/417173/dpp-pan-berhentikan-ketua-dpw-pan-lampung, diakses pada 10 Februari 2014).
Keadaan di atas yang menyebabkan kekisruhan yang terjadi dari kubu Fikri yang
tidak sependapat. Kemudian keadaan ini bisa ditenangkan ketika Alimin
Abdullah yang merupakan anggota DPR RI mengambil alih sidang. Berdasarkan
permasalahan saat berjalannya pemilihan ketua DPW terlihat bahwa kader-kader
PAN sudah kehilangan arah dan kehabisan energi positif sehingga, memicu
permasalahan maka wajar apabila sampai terjadi kekerasan fisik di tubuh partai
6
Hal tersebut menggambarkan bahwa memang dari awal keterpilihan
Abdurchman Sarbini sudah menimbulkan permasalahan yang harusnya tidak
terjadi diawal-awal keterpilihannya. Kepemimpinan Abdurchman Sarbini di
dalam tubuh DPW provinsi Lampung dianggap kurang baik setelah diadakan
evaluasi kinerja dari DPP yang akhirnya menggambil upaya penyelesaian.
Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) memberhentikan
Ketua DPW PAN Lampung Abdurachman Sarbini dan menggantikannya dengan
Pelaksana Tugas Alimin Abdullah selama sisa jabatannya sebagai DPW PAN
Lampung. Penggantian DPW PAN ini dilakukan setelah adanya evaluasi kinerja
yang dirasa kurang mengkoordinasi di dalam tubuh Partai Amanat Nasional.
Ketua DPP PAN Jon Cik Muhammad menyampaikan kebijakan pemberhentian
ketua DPW PAN Lampung secara langsung kepada wartawan usai memberikan
SK DPP PAN Nomor: 121/XII/2012 tentang pemberhentian yang dimaksud.
Menurutnya, pemberhentian tersebut dilakukan setelah DPP PAN mengadakan
evaluasi terhadap kinerja Abdurachman Sarbini tersebut selama masa
kepemimpinannya.
Jon Cik Muhammad menyebutkan dua hal yang menjadi parameter utama
pemberhentiannya tersebut adalah disiplin partai dan asas kepatutan yang pada
masa kepemimpinan Mance banyak dilanggar. Roda organisasi menjadi tidak
maksimal dan apabila diteruskan dapat mengancam elektabilitas PAN pada
7
berpengaruh banyak terhadap target perolehan suara PAN 2014 khususnya di
daerah Lampung. Jon Cik menjelaskan upaya tersebut dilakukan untuk
mendukung program nasional PAN dalam perolehan suara pada pemilu 2014.
Menurut Jon Cik, pemberhentian Mance itu sudah ditandatangani sejak 10
Desember 2013, namun SK pemberhentian baru bisa disampaikan belum lama ini
kepada kader dan pengurus PAN di Lampung. Jon Cik dengan dua ketua DPP
lainnya telah menemui Mance Jumat (31/1) malam dan meyakini tidak akan ada
aksi lanjutan menyusul kebijakan pemberhentian tersebut, seperti aksi
besar-besaran kader PAN yang loyal terhadap Mance ataupun membersihkan
pendukungnya dari pengurus PAN Lampung. Jon Cik menegaskan tidak akan
ada Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) PAN Lampung hingga Juni
2015 dan jabatan Alimin sebagai Pelaksana Tugas (PLT) ketua DPW PAN
Lampung akan berakhir saat Mance secara normal juga berakhir
(http://m.antaralampung.com/berita/417173/dpp-pan-berhentikan-ketua-dpw-pan-lampung, diakses pada 10 Februari 2014).
Alimin Abdullah anggota DPR RI asal Lampung resmi menjabat Pelaksana
Tugas (PLT) ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Lampung,
menggantikan Abdurahman Sarbini, pergantian ini berdasarkan surat DPP PAN
tentang pemberhentian ketua DPW PAN Lampung dan Pengangkatan Pelaksana
Tugas (PLT) ketua DPW PAN Provinsi Lampung periode 2010-2015. Pergantian
ketua DPW PAN Lampung ini berdasarkan surat keputusan
8
internal partai politik dibutuhkan upaya penyelesaian konflik dengan cara
mufakat yang mengutamakan kepentingan bersama untuk mencapai tujuan dari
cita-cita dan kehendak yang sama dalam hal ini mewujudkan partai politik yang
dapat memajukan kesejahteraan (http://www.kupastuntaslampung.com/?
Page=berita & no=11389, diakses pada 10 februari 2014).
Meskipun konflik tersebut bersifat internal, konflik yang terjadi pada Partai
Amanat Nasional merupakan cerminan partai politik saat ini yang tidak peduli
lagi dengan tujuan utama dari partai politik. Sikap pragmatis masih
mendominasi para kader-kader partai politik. Visi, misi dan platform partai bisa
dengan mudah diabaikan hanya demi kepentingan pribadi atau kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui apa penyebab konflik,
bentuk dan pengaruh konflik terhadap kader di internal Partai Amanat Nasional
(PAN), sehingga perlu adanya pemberhentian Abdurachman Sarbini sebagai
Ketua Dewan pimpinan wilayah (DPW) Provinsi Lampung. Hal itu yang ingin
diteliti peneliti dalam penelitian. Seperti yang diketahui bahwa banyak sekali
konflik internal yang terjadi dalam tubuh partai, namun PAN merupakan partai
yang menarik untuk diteliti karena partai ini telah lama berdiri namun masih saja
terjadi konflik di dalamnya.
Ada beberapa penelitian lain berupa skripsi dan jurnal penelitian mengenai
9
penelitian tersebut meskipun sama-sama penelitian tentang konflik internal partai.
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain:
1. Skripsi Nurul Radiatul Adawiah Tahun 2013 dengan Judul “Konflik Internal
Partai Nasdem” (Studi Tentang DPW Partai Nasdem Sulawesi Selatan), Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.
Perbedaan pertama, menurut Adawiah (2013: 5) dalam penelitiannya
membahas tentang perbedaan pandangan dalam pengisian jabatan ketua
umum, konflik di internal partai tersebut berimbas sampai ke pembekuan
ketua DPW Sul-sel yang sampai pada akhirnya adanya pemberhentian.
Berbeda dengan masalah dalam penelitian ini, mengenai konflik internal
partai yang menyebabkan Abdurachman Sarbini diberhentikan sebagai Ketua
Dewan Pimpinan Wilayah PAN Provinsi Lampung.
Kedua, Duverger dalam Adawiah (2013: 49) teori yang digunakan adalah
teori penyebab konflik dari yang menjelaskan konflik disebabkan oleh
sebab-sebab individu dimana ada kecenderungan berkompetisi serta sikap
ketidakpuasan terhadap pekerjaan orang lain dan sebab-sebab kolektif dimana
penyebab konflik terbentuk dari kelompok yang merupakan hasil dari
interaksi sosial mengenai ancaman dari luar kelompok. Sementara fisher dkk,
dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183) dalam penelitian ini yang
digunakan adalah teori penyebab konflik, tiga diantaranya yaitu teori
10
Diamond dalam Adawiah (2013: 25) mengenai konsep partai politik yang
dalam skripsi Nurul Radiatul Adawiah. Berbeda halnya penelitian ini menurut
Friedrich, Soltau, Neuman dalam Sitepu (2012: 188), dimana dalam
penelitian ini menggunakan karangan tiga ahli tersebut.
Ketiga, perbedaan pengunaan metode penelitian dalam skripsi Nurul Radiatul
Adawiah adalah penelitian deskriptif analisis dimana menganalisis dua
masalah yaitu diarahkan dan dapat menggambarkan fakta dengan argumen
yang tepat, sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang
meneliti keadaan yang alamiah dan pengumpulan data secara triangulasi,
bersifat induktif dan menekankan pada regenerasi. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara dan dokumentasi, berbeda dengan penelitian ini
yang mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
2. Tulisan Deny Rendra dan Hary Suryadi Tahun 2012 dengan Judul “Dinamika Pergeseran Kekuasaan Politik di DPD Partai Demokrat Provinsi Riau”, Jurnal Demokrasi dan Otonomi Daerah, Volume 10, Nomer 2, Desember 2012,
Halaman 67-147.
Perbedaan pertama tulisan Rendra (2012: 73) membahas proses pengeseran
ketua-ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Riau yang merupakan konflik
murni yang dilakukan elit partai dikarenakan ketidakcocokan pribadi,
perbedaan sitem nilai, persaingan, ketidakjelasan mengenai batas-batas
11
tersebut merupakan kelompok lama yang kemudian mereka fragmentasikan
dalam perebutan kekuasaan DPD Partai Demokrat Riau. Hal ini disebabkan
rendah pengaruh pemberitaan media massa terkait permasalahan yang terjadi,
pengaruh kelompok kepentingan yang mengambil keuntungan dari
permasalahan ini serta rendahnya pembinaan dari DPP terhadap DPP-DPP
dan DPC-DPC termasuk di Riau.
Pada penelitian ini masalah yang diteliti adalah konflik internal Partai Amanat
Nasional (PAN) di Provinsi Lampung dalam pemberhentian Ketua Dewan
Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Abdurachman Sarbini yang dilakukan dengan
Pelaksana Tugas (PLT) Alimin Abdullah, dilatarbelakangi pelanggaran yang
dilakukan Abdurachman Sarbini selama menjabat sebagai Ketua Dewan
Pimpinan Wilayah yang dianggap dapat mengancam elektabilitas PAN
khususnya di Lampung. Hal tersebut yang ingin diketahui konflik murni
timbul di tubuh partai atau intervensi dari pihak lain.
Kedua, Nauman dalam Rendra (2012: 74) menggunakan teori sebab internal
dan sebab ekternal yang secara umum disebabkan oleh konflik antar
kelompok yang tidak terakomodasinya kepentingan elit dikarenakan sistem
kaderisasi yang kurang baik dan lemahnya kepemimpinan dalam
pengelolahan. Berbeda halnya dengan Fisher dkk, dalam Sahih Gatara dan
Dzulkiah Said (2011: 183) teori dalam penelitian ini adalah teori penyebab
konflik, tiga diantaranya yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi
12
Ketiga metode yang digunakan Rendra merupakan metode kualitatif dan jenis
penelitian deskriptif yang dilakukan di DPD Partai Demokrat Riau. Sumber
informasi dilakukan dengan primer secara teknik purposive informan serta
data yang dikumpulkan dengan cara teknik wawancara dan dokumentasi.
Sedangkan penelitian ini penelitian menggunakan metode kualitatif yang
meneliti keadaan yang alamiah dan pengumpulan data secara triangulasi,
bersifat induktif, dan menekankan pada regenerasi. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara dan dokumentasi, berbeda dengan penelitian ini
yang mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
3. Tulisan Luluk Rofiqotul Isyaroh Tahun 2012 dengan Judul “Konflik di DPP PKB (Studi Tentang Ada Tidaknya Dampak Konflik Di DPC PKB Kota
Kediri)”, Jurnal Politik Muda, Vol 2, Nomor 1, Januari-Maret 2012, Halaman 96-106.
Perbedaan pertama, Isyaroh (2012: 104) membahas tentang pemberhentian
Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar yang dianggap tidak
bijaksana dan sepihak. Bahkan sikap otoriter Gus Dur sebagai ketua Dewan
Syuro dianggap menjadi penyebab konflik. Ditambah lagi dengan konflik
yang terus menerpa PKB yang dilakukan Manthori Abdul Djalil dan Alwi
Shihab, dimana setiap konflik berdampak pada keberadaan Kyai baik yang di
dalam struktur maupun di luar partai yang berimbas juga pada tingkat kepala
daerah. Perpecahan di DPP PKB berdampak pada DPC kota kediri, yang
13
satu-satunya pendiri PKB dan sebagai Ketua Umum Dewan Syuro adalah Gus
Dur. Berbeda dengan penelitian ini yang ingin mengetahui penyebab
pemberhentian Abdurachman Sarbini sebelum habis masa kepemimpinannya
tersebut murni konflik internal partai atau adanya intervensi dari kelompok
luar.
Kedua, Layman dalam Isyaroh (2012: 102) menggunakan teori budaya dan
prilaku agama. Sementara Fisher dkk, dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said
(2011: 183) teori penelitian ini adalah teori penyebab konflik, menyebutkan
tiga diantaranya yaitu teori hubungan masyarakat, teori negosiasi prinsip dan
teori identitas.
Ketiga, metode yang digunakan dalam penelitian Isyaroh sama dengan
penelitian ini, dimana sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawacara dan
dokumentasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini:
1. Bagaimana terjadinya konflik internal Partai Amanat Nasional (PAN) di
Provinsi Lampung tahun 2013 terhadap pemberhentian Abdurachman
14
2. Bagaimana bentuk konflik yang terjadi di Partai Amanat Nasional?
3. Bagaimana pengaruh konflik terhadap konsolidasi partai?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik internal Partai Amanat
Nasional (PAN) di Provinsi Lampung tahun 2013 terhadap pemberhentian
Abdurachman Sarbini?
2. Untuk mengetahui bentuk konflik yang terjadi di Partai Amanat Nasional?
3. Untuk mengetahui pengaruh konflik terhadap kader PAN?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pengembangan ilmu politik dan ilmu pemerintahan, khususnya yang berkaitan
dengan konflik internal partai politik.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini sebagai informasi bagi pembelajaran partai politik
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Partai Politik
1. Pengertian Partai Politik
Menurut Friedrich dalam Sitepu (2012: 188) partai politik adalah sekelompok
manusia yang terorganisir secara stabil, tujuannya untuk menjamin dan
mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya
dan berdasarkan penguasaan. Hal ini tentu memberikan kemanfaatan yang
bersifat idiil maupun materiil bagi anggota partainya.
Menurut Soltau dalam Sitepu (2012: 188) partai politik adalah sekelompok
warga negara yang telah terorganisir yang mengupayakan satu kesatuan
politik dengan memanfaatkan kekuasaanya untuk menguasai pemerintahan
yang kemudian dapat melakukan kebijakan mereka sendiri. Hal yang sama
diungkapkan Neuman dalam Sitepu (2012: 188) partai politik adalah
organisasi yang terbentuk dari aktivis-aktivis politik yang berusaha menguasai
suatu keadaan kekuatan pemerintahan dan merebut dukungan rakyat melalui
16
Berdasarkan pendapat ahli di atas, partai politik adalah alat perjuangan atas
sebuah nilai yang mengikat kolektivitas sebuah organisasi yang bekerjanya
berdasarkan pada aturan-aturan yang sudah ditetapkan seperti adanya
kepemimpinan dan keanggotaan yang melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol serta adanya aturan yang mengatur
perilaku dan organisasi.
2. Fungsi Partai Politik
Menurut Budiardjo (2008: 405) menguraikan lebih lengkap fungsi partai
politik sebagai berikut:
1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah sarana fungsi input di dalam sistem politik
sebagai bekerjanya semua fungsi dalam sistem politik yang
menggambarkan proses informasi politik ke dalam partai politik.
2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah sebagai suatu proses berinteraksi dalam
menumbuhkembangkan pandangannya atau orientasinya tentang budaya
politik dari satu generasi ke generasi lain.
3. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Tujuan utama partai politik adalah keikutsertaan dalam politis
kepemerintahan dalam mengisi posisi-posisi yang dibutuhkan dalam
17
dapat menjadi partai politik yang memiliki kesempatan dalam
mengembangkan partainya tersebut.
4. Sarana Pengatur Konflik
Partai politik mempunyai peranan untuk mengendalikan konflik dari suatu
masyarakat yang memiliki keragaman suku bangsa, dimana salah satu
lembaga politik dalam negara demokrasi berfungsi mengendalikan konflik
dengan cara berdialog dengan pihak yang berkonflik dan membawa
permasalahan ke dalam musyawarah untuk dapat menyelesaikan dengan
baik melalui keputusan politik.
3. Tipologi Partai Politik
Menurut Surbakti (1999: 123) tipologi partai politik merupakan
pengklasifikasi partai politik dapat dilakukan dengan kriteria tertentu, seperti
asas orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan. Di
bawah ini akan diuraikan sejumlah tipologi partai politik menurut kriteria
tersebut.
1. Asas dan Orientasi
Berdasarkan asas dan orientasi, partai politik diklasifikasikan menjadi tiga
tipe, yaitu partai politik pragmatis, doktriner dan kepentingan.
1.1 Partai politik pragmatis adalah partai yang mempunyai program dan
kegiatan yang tidak terkait oleh doktrin ataupun ideologi tertentu.
1.2 Partai doktriner adalah partai yang memiliki program dan kegiatan
18
1.3 Selanjutnya partai kepentingan adalah partai yang dibentuk dan
dikelola atas dasar kepentingan tertentu.
2. Komposisi dan Fungsi Anggota
Berdasarkan komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dibedakan
menjadi dua, yaitu partai kader dan partai massa.
2.1 Partai kader adalah partai yang mengandalkan kualitas anggota,
keketatan organisasi dan disiplin anggota.
2.2 Sedangkan partai massa adalah partai politik yang mengandalkan
jumlah anggota yang banyak untuk memudahkan pemenangan dalam
pemilihan umum.
3. Basis Sosial dan Tujuannya
Berdasarkan basis sosial dan tujuannya, partai politik dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu anggotanya berdasarkan lapisan-lapisan sosial,
kalangan kelompok kepentingan, agama dan budaya tertentu.
3.1 Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial di dalam
masyarakat yang berkelompok berdasarkan kelasnya masing-masing,
seperti kelas atas, tengah dan bawah.
3.2 Partai politik dimana para anggotanya berasal dari kalangan kelompok
kepentingan tertentu, seperti kalangan buruh dan pengusaha.
3.3 Partai politik yang anggota-anggotanya berdasarkan agama tertentu
dimana dapat membangun basis sosialnya dengan kepercayaan yang
19
3.4 Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari budaya tertentu
yang dianggap mampu mewujudkan basis sosialnya yang didasari dari
kebudayaan yang sama.
B. Konflik Politik
1. Pengertian Konflik Politik
Wirawan (2010: 4) istilah konflik berasal dari bahasa latin configere yang
memiliki arti saling memukul. Dari bahasa latin diadopsi ke dalam bahas
inggris (conflict) yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa indonesia
(konflik). Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dari
perkembangan manusia yang memiliki karakteristik yang sangat beragam,
terkait jenis kelamin, strata sosial ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku,
agama, kepercayaan dan aliran politik yang selalu dapat memicu adanya
konflik. Selama masih adanya perbedaan tersebut, maka konflik tidak dapat
dihindari dan selalu memicu konflik.
Lebih lanjut Wirawan (2010: 67) menegaskan bahwa konflik politik adalah
konflik yang terjadi karena pihak-pihak yang berkonflik berupaya
mendapatkan dengan menggunakan kekuasaanya untuk mencapai tujuannya
dengan berupaya memperbesar kekuasaanya, memperkecil kekuasaan lawan
konfliknya. Sementara Surbakti (1992: 149) menyebutkan istilah konflik
politik merupakan bagian dari suatu dinamika partai politik yang seringkali
20
dianggap benar, antara dua individu atau lebih (kelompok) yang
memungkinkan adanya perbedaan pola pikir ataupun pandangan untuk suatu
hal, meskipun dalam tujuan yang sama. Konflik terjadi karena realisasi dari
ketidakpahaman yang tidak dimengerti atau dalam hal ketidakpuasan dari
anggapan yang dirasa kurang baik hal ini bisa terjadi di dalam satu partai
politik misalnya, sehingga menimbulkan ketidak kesamaan ide dalam
menjalankannya. Meskipun memiliki ideologi yang sama tetapi karena tidak
sepemahaman tersebut yang menimbulkan konflik internal padahal jelas
tujuannya sama tetapi bisa berbeda pandangan dari ideologi yang sama, ini
menggambarkan adanya ketidakpahaman satu sama lain dalam
menjalankannya.
Selain itu sebagai sumber perubahan, konflik juga berfungsi untuk
menghilangkan unsur-unsur mengganggu di dalam suatu hubungan, dalam hal
ini konflik sebagai penyelesaian ketegangan yang memiliki fungsi untuk
menstabilisasikan dalam mempererat hubungan di dalam tubuh partai politik.
Sehingga konflik itu sendiri secara tidak langsung memberi dampak dalam
penyelesaian yang terjadi karena konflik tersebut.
2. Teori Penyebab Konflik
Menurut Fisher dkk dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah (2011: 183) bahwa
konflik terjadi di dalam lingkup bermasyarakat karena asumsi setiap orang
21
konflik ini bisa terjadi, oleh karena itu maka ada beberapa teori yang dapat
menjelaskan penyebab timbulnya konflik.
2.1 Teori Hubungan Masyarakat
Teori yang menyebutkan bahwa konflik yang terjadi dikarenakan adanya
polarisasi, ketidakpercayaan dan fragmentasi sosial yang terus terjadi
dalam masyarakat sehingga menimbulkan permusuhan diantara
kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda. Teori ini menjelaskan
bahwa ketegangan sosial dalam masyarakat terjadi karena adanya
perbedaan dan pertentangan kepentingan.
Teori ini menekankan pada tujuan yang akan dicapai mengenai
penangganan untuk konflik dalam hubungan masyarakat, yaitu adanya
upaya yang akan ditingkatkan dalam hubungan komunikasi yang memicu
adanya sikap saling pengertian antar kelompok yang mengalami konflik
dan toleransi yang terus dibangun agar masyarakat dapat saling menerima
keragaman yang ada.
2.2 Teori Negosiasi Prinsip
Konflik yang terjadi pada teori negosiasi prinsip disebabkan adanya
posisi-posisi yang tidak selaras lagi dan adanya perbedaan pandangan
dalam konflik antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Hal ini yang
22
keputusan bersama melalui mufakat antara dua belah pihak. Sasaran dari
adanya teori negoisasi prinsip, diantaranya:
1. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk dapat
memisahkan kepentingan pribadi dengan berbagai isu dan mendorong
pihak-pihak yang berkonflik dapat melakukan negosiasi yang
dilandasi oleh kepentingan pihak berkonflik daripada posisi tertentu
yang sudah tetap.
2. Melancarkan proses pencapaian mufakat yang telah dilakukan dapat
memberi keuntungan bagi pihak-pihak yang berkonflik.
2.3 Teori Identitas
Teori ini menyebutkan konflik yang terjadi merupakan akibat adanya
identitas yang terancam, hal ini tentu menjadi permasalahan untuk pihak
yang menganggap adanya kekhawatiran akan ancaman identitasnya.
Sasaran dari adanya teori identitas, diantaranya:
1. Melalui fasilitas komunikasi dan dialog antar pihak yang mengalami
konflik. Dimana masing-masing yang berkonflik diharapkan dapat
mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan yang mereka
rasakan agar dapat membangun empati dan rekonsiliasi diantara
pihak-pihak berkonflik.
2. Mencapai kesepakatan bersama yang mengakui kebutuhan identitas
23
3. Bentuk-Bentuk Konflik
Menurut Fisher dalam Adawiah (2013: 20) menyebutkan tiga bentuk konflik,
diantaranya:
1. Konflik Laten yaitu konflik yang bersifat tersembunyi dan perlu diangkat
kepermukaan agar dapat ditangani secara efektif. Setiap pihak harus
disadarkan tentang keberadaan konflik laten ini dengan cara
mengintensifkan konflik, sehingga tindakan penyelesaian yang tepat bisa
dilakukan.
2. Konflik Manifest (terbuka) yaitu konflik yang berakar dalam dan nyata
sehingga perlu adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan
berbagai efeknya.
3. Konflik Permukaan yaitu konflik yang sifatnya tersembunyi, memiliki
akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalah
pahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan
komunikasi. Konflik pada umumnya tidak hanya menimbulkan konflik
kekerasan, karena konflik ini timbul oleh adanya perbedaan pendapat
untuk mempertahankan argumen masing-masing orang atau kelompok
yang terlibat didalamnya. Mempertahankan argumen inilah biasanya
orang atau kelompok dapat bersitegang agar argumennya tersebut
disepakati atau disetujui oleh kelompok lain, sebab orang-orang atau
kelompok-kelompok tersebut memiliki kepentingan yang kelak
24
bagi kelompoknya
(http://silvaberlus.blogspot.com/2011/05/manajemen-konflik-pemanfaatan-ruang.html?m=1, diakses 8 mei 2014).
Menurut Duverger dalam Adawiah (2013: 20) menyebutkan tiga bentuk
konflik yang terkait kekuasaan atau politik, diantaranya:
1. Konflik yang sama sekali tidak mempunyai alasan prisipil, konflik ini
berhubungan langsung dengan masalah praktis bukan karena masalah
ideologi yang dilakukan baik oleh individu maupun golongan/kelompok.
2. Konflik yang lebih menitik beratkan perbedaan pandangan baik individu
dengan kelompok yang menyangkut dengan masalah partai politik,
masyarakat yang dianggap mewakili rakyat.
3. Konflik yang menitik beratkan kepada permasalahan perbedaan ideologi,
masing-masing memperjuangkan ideologi partainya yang semuanya
merasa benar.
Menurut Coser dalam Adawiah (2013: 20) ada dua bentuk dasar konflik yaitu
konflik realitis dan non-realistis. Konflik realitis adalah konflik yang
mempunyai sumber konkrit atau material. Konflik non-realistis adalah
keinginan yang tidak rasional tetapi dipaksakan. Hal ini yang mempertegas
atau menurunkan ketegangan suatu kelompok.
Konflik internal PAN yang ditandai dengan perbedaan pandangan antara
DPW PAN dan DPP PAN Provinsi Lampung termasuk kedalam konflik
25
PAN yang dilakukan Abdurchman Sarbini kurang baik. Perbedaan pemikiran,
pendapat, pandangan dan pilihan ini yang dikategorikan sebagai konflik
permukaan karena konflik ini dimana masih-masih pribadi atau kelompok
tidak tampak secara kasap mata tidak berhubungan dengan kekerasan fisik.
Berdasarkan penjelasan ini konflik PAN juga masuk dalam konflik laten dan
manifers.
`
4. Manajemen Konflik
Menurut Dahrendorf dalam Surbakti (1992: 160) dan Susan (2010: 136)
konflik dibutuhkan upaya penyelesaian dengan cara pengaturan konflik dan
tata kelola konflik itu sendiri, yang saat ini masih menjadi perdebatan.
Pengaturan konflik dapat diuraikan ke dalam kriteria, diantaranya:
4.1Pengaturan Konflik
Menurut Dahrendorf dalam Surbakti (1992: 160) pengaturan konflik yang
efektif sangat bergantung pada tiga faktor. Pertama, kedua pihak harus
mengakui kenyatan dan situasi konflik yang terjadi diantara mereka
(adanya pengakuan atas kepentingan yang diperjuangkan oleh pihak lain).
Kedua, kepentingan-kepentingan yang ada kemudian diperjuangkan harus
terorganisasikan secara rapi, tidak tercerai-berai dan terkotak-kotak
sehingga masing-masing pihak memahami dengan jelas lingkup tuntutan
pihak lain. Ketiga, kedua pihak menyepakati aturan main (rules of the
26
interaksi diantara mereka. Ketika ketiga syarat dipenuhi maka berbagai
bentuk pengaturan konflik dapat dibuat dan dilaksanakan.
Lebih lanjut Dahrendorf dalam Surbakti (1992: 160) juga menyebutkan
tiga bentuk pengaturan atau penyelesaian konflik. Pertama bentuk
konsilisasi seperti parlemen dimana semua pihak berdiskusi dan berdebat
secara terbuka dan mendalam untuk mencapai kesepakatan tanpa ada
pihak-pihak yang memonopoli pembicaraan atau pemaksaan kehendak.
Kebanyakan konflik politik disalurkan dan diatur dengan bentuk
konsiliasi. Kedua, bentuk mediasi dimana kedua pihak sepakat mencari
nasihat dari pihak ketiga (seorang mediator berupa tokoh, ahli lembaga
tertentu yang dianggap memiliki pengetahuan dan keahlian yang
mendalam mengenai hal yang dipertentangkan).
4.2Tata Kelola Konflik
Menurut Susan (2010: 136) salah satu kajian dalam menciptakan
permainan, baik positif maupun negatif adalah bentuk pengelolahan
konflik (conflict management) yang dijelaskan dalam pembahasannya
mengenai tata kelola konflik sebagai kritik terhadap pendekatan conflict
management, berikut uraiannya:
4.2.1 Wacana (conflict management)
Batos dalam Susan (2010: 137) Kajian mengenai konflik dan
perdamaian kontemporer mempunyai tujuan dalam mencegah
27
maupun struktural. Manajemen konflik adalah masalah bagaimana
menjadi orang yang ahli, yang kemudian melihat segi konflik dalam
kategori perilaku nonkoersif (murni kerja sama) dan perilaku
koersif (kekerasan) dalam meningkatkan pembelajaran mengenai
pengelolaan konflik. Hal ini memperjelas mengenai definisi yang
terbatas terkait manajemen konflik sebagai praktik strategi konflik
dimana yang berkonflik mempunyai keahlian dan pengetahuan
untuk menciptakan stategi dalam menangani konfliknya tersebut.
Lebih lanjut Susan (2010: 137) berpendapat bahwa manajemen
konflik adalah seni intervensi yang dipergunakan untuk mencapai
pembuatan politik yang stabil, yang dipergunakan oleh yang
mempunyai kekuasaan dan sumber daya yang bersifat besar untuk
menciptakan tekanan terhadap pihak berkonflik, agar tetap dalam
keadaan yang normal/stabil. Hal ini cukup jelas menggambarkan
pola hubungan yang tercipta pada kekuasaan.
4.2.2 Tata Kelola Konflik Demokrasi
Menurut Susan (2010: 139) suatu dinamisasi hubungan antara aktor
dan lembaga dalam tata kelola unsur-unsur konflik dalam suatu
kebijakan merupakan wujud dari musyawarah pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik, kemudian diimplementasikan oleh seluruh
pihak-pihak terlibat. Konsep pada tata kelola konflik demokrasi ini
28
memungkinkan konflik produktif, berbeda dengan manajemen
konflik dimana konsepnya yang mempelajari tanpa memerlukan
adanya pemecahan masalah yang hanya melibatkan kekuasaan dan
kekerasan. Hal ini berbeda dengan konsep yang ada pada tata kelola
konflik demokrasi yang menciptakan konflik konstruktif, yang tidak
menggunakan kekerasan dan menghasilkan pemecahan masalah
dengan menggunakan mekanisme politik yang demokratis.
5. Solusi Konflik
Menurut Miall (2000: 31) resolusi konflik adalah pengimplikasikan sumber
konflik yang perlu adanya perhatian dan penyelesaian mengenai konflik.
Menurut Wirawan (2010: 177) resolusi konflik adalah suatu proses dalam
mencapai solusi konflik dengan menggunakan metode resolusi konflik.
Metode resolusi konflik merupakan proses dari manajemen yang
dikelompokan menjadi dua, diantaranya dengan pengaturan sendiri dari
pihak-pihak yang terlibat konflik dan melalui intervensi pihak-pihak ketiga dengan
menggunakan resolusi perselisihan alternatif, diantaranya mediasi, arbitrase
dan ombudsman.
5.1 Pengaturan Sendiri
Dalam metode resolusi konflik pengaturan sendiri, pihak-pihak yang
terlibat konflik menyusun stratregi konflik dan menggunakan taktik
29
terlibat konflik saling melakukan pendekatan dan negoisasi untuk
menyelesaikan konflik dan menciptakn keluaran konflik yang mereka
harapkan. Pola interaksi konflik tergantung pada keluaran konflik yang
diharapkan, potensi konflik, lawan konflik dan situasi konflik. Tidak ada
satu pola interaksi konflik yang terbaik untuk semua tujuan dan semua
situasi konflik.
5.2Intervensi Pihak Ketiga
Sering kali, pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mampu
menyelesaikan konflik dengan sikap tenang, pendewasaan emosial dan
sikap saling pengertian, terlebih konflik yang ada sudah berlangsung lama
dengan menghabiskan sumber-sumber yang dimiliki dan pengorbanan
yang sangat besar. Akan tetapi, kedua belah pihak yang terlibat konflik
tidak mau mengalah untuk menyelamatkan muka. Menyelamatkan muka
sering terjadi jika konflik berkaitan dengan harga diri atau citra diri.
Dalam keadaan seperti ini, intervensi pihak ketiga diperlukan untuk dapat
menyelesaikan konflik. Resolusi konflik melalui pihak ketiga merupakan
kontinum dari intervensi pihak ketiga yang keputusannya tidak mengikat.
Keputusan hanya mengikat pihak yang terlibat konflik sampai pihak
ketiga tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan
30
5.2.1 Resolusi perselisihan Alternatif
Resolusi perselisihan ADR (alternative dispute resolution) adalah
resolusi konflik melalui pihak ketiga yang bertujuan untuk
menuntaskan sepenuhnya konflik dan tidak menyisakan
permasalahan di kemudian hari serta agar pihak-pihak yang terlibat
konflik tidak mendendam dan kembali berdamai seperti sebelum
terjadinya konflik, rekonsiliasi dilakukan. Istilah rekonsiliasi
berakar pada kata bahasa inggris to reconsile, artinya membagun
kembali hubungan erat yang menenangkan, membereskan,
menyelesaikan dan membawa seseorang untuk menerima.
Manajemen konflik, resolusi konflik yang mentransformasi ke
keadaan sebelum terjadinya konflik, yaitu keadaan kehidupan yang
harmonis dan damai. Jika salah satu pihak yang terlibat konflik
salah, lawan konfliknya harus dapat memaafkan. Kedua belah pihak
yang terlibat konflik saling memaafkan dan tidak menyisakan
dendam yang dapat menimbulkan konflik baru di kemudian hari.
6. Konflik Sebagai Proses Politik
Menurut Wirawan (2010: 123) konflik merupakan awal proses dari adanya
suatu permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik pada
31
dalam berjalannya organisasi politik yang sudah tidak kondusif merupakan
proses politik yang melibatkan fase-fase diantaranya:
1. Penyebab konflik seperti beda tujuan, kompetisi akan sumber yang
terbatas dan perbedaan pandangan.
2. Fase laten dimana penyebab konflik telah ada.
3. Fase pemicu seperti sadar terjadinya konflik.
4. Fase eskalasi dimana interaksi konflik memanas.
5. Fase kritis yang sudah tidak menghormati peraturan yang ada dan
menyelamatkan muka.
6. Fase resolusi konflik.
7. Fase pasca konflik dimana hubungan pihak yang berkonflik bisa
kembali harmonis atau bisa tidak harmonis.
7. Pengaruh Konflik
Wirawan (2010: 106) menyebutkan bahwa konflik mempunyai pengaruh
besar untuk kehidupan manusia, baik secara individual maupun kelompok.
Selain itu konflik juga mempunyai pengaruh secara positif maupun negatif.
Kedua pengaruh tersebut dapat membuat perubahan untuk kehidupan
manusia. Konflik dapat mengubah dan membawa perubahan dalam kehidupan
32
1. Pengaruh Positif
Konflik mempunyai pengaruh yang positif untuk kehidupan manusia.
Berikut ini uraian mengenai pengaruh yang positif dari konflik.
1.1 Menciptakan Perubahan
Konflik berpengaruh besar untuk kehidupan manusia, dengan adanya
konflik maka dapat membawa perubahan lebih baik dan
mengembangkan kehidupan umat manusia. Karena dengan adanya
konflik dapat memotivasi manusia untuk berusaha mengubah keadaan
lebih baik.
1.2 Memahami Orang Lain Lebih Baik
Konflik menyadarkan seseorang untuk memahami orang lain yang
bahwa adanya perbedaan tentang pendapat, berbeda pola pikir dan
berbeda karakter. Perbedaan tersebutlah yang perlu adanya
penyelesaian secara hati-hati dalam pengambilan keputusan untuk
menguntungkan dirinya ataupun kedua belah pihak.
1.3 Menstimulasi Cara Berpikir yang Kritis dan Meningkatkan Kreativitas
Konflik membawa pola pikirnya menstimulasi dirinya untuk berpikir
kritis terhadap posisi lawan konfliknya dan posisi dirinya sendiri.
Adanya pemikiran memahami mengapa lawan konfliknya mempunyai
anggapan berbeda dengan dirinya sehingga masing-masing
mempertahankan pendapatnya. Kemudian muncul kreativitas untuk
33
1.4 Konflik Menciptakan Revitalisasi Norma
Perubahan norma memicu adanya konflik terkait perbedaan pendapat
mengenai norma yang berlaku antara pihak yang ingin
mempertahankan dan pihak lain yang ingin merubahnya. Sangat
diperlukan penanganan yang lebih baik untuk norma yang merupakan
revitalisasi norma yang akan berkembang.
2. Pengaruh Negatif
Disamping adanya pengaruh positif mengenai konflik, konflik juga dapat
menimbulkan pengaruh negatif. Berikut uraian mengenai pengaruh negatif
dari konflik.
2.1 Biaya Konflik
Konflik memerlukan biaya dalam penanganan transaksi interaksi
konfik dalam bentuk sumber-sumber seperti energi fisik, energi
psikologi, uang, waktu dan peralatan. Semakin tinggi tingkat konflik
maka semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan dalam
menangani konflik tersebut.
2.2 Merusak Hubungan dan Komunikasi diantara Pihak-pihak yang
Terlibat Konflik.
Konflik menurunkan kualitas dan intensitas hubungan diantara
pihak-pihak yang terlibat konflik. Karena konflik tersebut menimbulkan
kecurigaan yang negatif antar yang berkonflik, seperti rasa tidak
34
hubungan diantara pihak-pihak yang berkonflik serta komunikasi yang
menjadi tidak baik diantara mereka.
2.3 Merusak Sistem Organisai
Organisasi merupakan sistem sosial yang terdapat interaksi antar
anggotanya, dimana saling berhubungan, saling membantu dan saling
tergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi. Sistem
organisasi yang harmonis seperti ini akan rusak ketika adanya konflik
yang terjadi kemudian menimbulkan sinergi negatif yang ada dalam
organisasi.
2.4 Menurunkan Mutu Pengambilan Keputusan
Konflik yang berkembang menjadi terpuruk dan tidak sehat akan
menghasilkan buntunya suatu diskusi, fitnah, agresi dan sabotase, serta
menghilangkan kepercayaan diri. Keadaan ini tidak mungkin
mengembangkan sumber alternatif dalam pengambilan keputusan.
2.5 Kehilangan Waktu Kerja
Konflik yang terjadi menyita waktu kerja karenanya digunakan untuk
menyelesaikan konflik. Bagaimana tidak, karena tidak akan berjalan
dengan baik jika suatu organisasi masih adanya konflik. Hal itu yang
menjadi pertimbangan agar terselesaikan terlebih dahulu konflik,
meskipun mengurangi waktu kerja.
2.6 Kesehatan
Konflik menyebabkan pihak yang terlibat konflik tidak terkontrol,
35
memungkinkan seseorang tersebut tekanan darah meningkat dan lain
sebagainya yang menyebabkan kesehatannya terganggu.
C. Tinjauan Konflik Internal Partai
Menurut Djawamaku dalam Efriza (2012: 347) ada beberapa macam konflik
internal dalam tubuh partai politik, diantaranya:
1. Karena partai politik tidak memiliki platform yang jelas, sehingga
mengakibatkan tidak adanya ikatan ideologi diantara anggota partai. Ketika
terjadi perpecahan yang bersifat klik, personal atau kelompok dengan mudah
menimbulkan konflik.
2. Faktor kepemimpinan tunggal dan manajemen yang buruk. Terlalu kuatnya
figur pemimpin parpol berpotensi mematikan kaderisasi di tubuh parpol
bersangkutan. Figur yang kuat seringkali dianggap mampu menjadi perekat
sementara pada saat bersama kader yang memiliki kualifikasi sepadan tidak
pernah dipersiapkan sebagai calon pengganti.
3. Dipandang dari proses regenerasi yang harus dilakukan, kegagalan muncul
tokoh baru dalam parpol menunjukan kegagalan parpol melakukan reformasi
internal, terutama untuk revitalisasi dan regenerasi. Mampetnya regenerasi
terutama karena figur petingginya menjadi simbol institusi.
Menurut Brown dalam Jemadu (2008: 204) dalam mengidentifikasi mengenai
kompleksitas konflik internal secara spesifik memberikan penekanan pada
36
konflik internal di dalam partai politik. Brown dalam penelitiannya tidak
membantah bahwa faktor-faktor struktural, politik, ekonomi, sosial, budaya dan
perseptual menjadi suatu politik yang sangat relevan dan akurat untuk
menjelaskan konflik internal yang menyebabkan faktor perilaku pemimpin yang
terpenting dibandingkan dengan faktor pemicu lainnya.
D. Kerangka Pikir
Penelitian ini akan membahas penyebab konflik, bentuk konflik dan pengaruh
konflik terhadap kader DPW PAN dalam pemberhentian Abdurachman Sarbini.
Konflik merupakan dinamika partai politik yang seringkali terkait dengan
permasalahan perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan akan keinginan
yang dianggap benar, antara dua individu atau lebih (kelompok) yang
memungkinkan adanya perbedaan pola pikir ataupun pandangan untuk suatu hal.
Konflik yang penulis maksud adalah melihat bagaimana konflik di dalam tubuh
DPW PAN bisa terjadi, sampai adanya pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan
Wilayah. Konflik di internal menyebabkan Dewan Pimpinan Pusat Partai
Amanat Nasional (DPP PAN) memberhentikan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah
(DPW) PAN Lampung Abdurachman Sarbini (Mance) dan menggantikannya
dengan Pelaksana Tugas Alimin Abdullah yang menggantikan posisi
Abdurachman Sarbini selama sisa jabatannya. Penggantian DPW PAN ini
dilakukan setelah adanya evaluasi kerja yang dirasa kurang mengkoordinasi
37
Fisher dkk dalam Sahih Gatara dan Dzulkiah Said (2011: 183), Secara teoritis
konflik yang terjadi dalam hal pemberhentian Ketua Dewan Pimpina Wilayah
disebabkan beberapa teori penyebab konflik diantaranya sebagai berikut.
1. Teori Hubungan Masyarakat adalah ketegangan sosial yang terjadi karena
adanya perbedaan dan pertentangan kepentingan yang disebabkan polarisasi
akibat ketidakpercayaan, ketidak saling pengertian dan kepentingan. Konflik
di internal Partai Amanat Nasional menyebabkan adanya pemberhentian yang
dilakukan DPP terhadap Ketua DPW Provinsi Lampung.
2. Teori Negosiasi Prinsip adalah konflik yang terjadi pada teori negosiasi
prinsip disebabkan adanya posisi-posisi yang tidak selaras lagi dan adanya
perbedaan pandangan dalam konflik antara pihak-pihak yang terlibat konflik.
Hal ini yang memungkinkan adanya negosiasi yang dilakukan untuk
mengambil keputusan bersama melalui mufakat antara dua belah pihak.
Konflik pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dilakukan dengan
evaluasi kinerja kemudian adanya musyawarah terhadap pihak yang
bersangkutan dalam pemberhentian yang di tetapkan.
3. Teori Identitas adalah konflik terjadi akibat adanya identitas yang terancam.
Masing-masing pihak di internal Partai Amanat Nasional merasa terancam
identitasnya baik dari segi individu dengan individu/kelompok ataupun
kelompok dengan kelompok. Hal ini cara penyelesaianpun ditempuh agar
38
Bentuk konflik menurut Fisher dalam Adawiah (2013: 20) menyebutkan tiga
bentuk konflik, diantaranya:
1. Konflik Laten yaitu konflik yang bersifat tersembunyi dan perlu diangkat
kepermukaan agar dapat ditangani secara efektif.
2. Konflik Manifest (terbuka) yaitu konflik yang berakar dalam dan nyata
sehingga perlu adanya penyelesaian untuk mengatasi akar penyebab dan
berbagai efeknya.
3. Konflik Permukaan yaitu konflik yang sifatnya tersembunyi, memiliki akar
yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalahpahaman
mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan komunikasi,
pada umumnya konflik ini tidak menimbulkan konflik kekerasan, karena
konflik ini timbul oleh adanya perbedaan pendapat untuk mempertahankan
argumen masing-masing orang atau kelompok yang terlibat didalamnya.
Wirawan (2010: 106) konflik mempunyai pengaruh positif dan negatif:
1. Pengaruh Positif
1.1Menciptakan perubahan lebih baik karena memotivasi untuk berusaha
mengubah keadaan lebih baik.
1.2Memahami orang lebih baik karena konflik dapat menyadarkan
seseorang bahwa adanya perbedaan.
1.3Menstimulasi cara berpikir yang kritis dan meningkatkan kreativitas
karena konflik dapat memaksa seseorang untuk mengetahui posisi
39
1.4Konflik menciptakan revitalisasi norma karena perlu adanya
penanganan yang lebih baik untuk norma baru.
2. Pengaruh Negatif
2.1Biaya konflik menjadikan seseorang akan terkuras seperti energi,
psikologi, waktu, dan uang.
2.2Merusak hubungan dan komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat
konflik karena konflik dapat menjadikan hubungan seseorang menjadi
tidak baik lagi.
2.3Menurunkan mutu pengambilan keputusan karena konflik berkembang
terpuruk yang menghasilkan buntutnya diskusi.
2.4Kehilangan waktu kerja karena konflik menyita waktu dalam
penyelesaiannya.
2.5Kesahatan terganggu karena konflik menyebabkan pihak yang
40
Adapun untuk menjelaskan kerangka pikir di atas maka dibuat bagan kerangka pikir
penelitian adalah sebagai berikut:
Bagan 1. Kerangka Pikir
Penyebab Konflik
1. Teori Hubungan Masyarakat 2. TeoriNegosiasi
Prinsip
3. Teori Identitas
Bentuk Konflik
1. Konflik Laten 2. Konflik Manifest 3. Konflik Permukaan
Konflik Internal Partai Amanat Nasional (PAN)
Pemberhentian Ketua DPW PAN Provinsi Lampung
Pengaruh Konflik dalam Prosesnya. 1. Positif
41
III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 1) penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah metode
penelitian yang digun