Hukum Acara Perdata
Oleh : Dede Suryanti
Beracara dengan hadir sendiri
Berkenanaan dengan pemanggilan terdakwa oleh hakim pasal 154 KUHAP menegaskan1 :
1. Hakim ketua sidang memerintahkan supaya terdakwa dipanggil masuk dan jika ia dalam tahanan, ia dihadapkan dalam keadaan bebas; sedangkan yang dimaksud dengan ‘ keadaan bebas’ adalah keadaan tidak dibelenggu tanpa mengurangi pengawalan.
2. Jika dalam pemeriksaan perkara terdakwa yang tidak ditahan tidak hadir pada hari sidang yang telah ditetapkan, hakim ketua sidang meneliti apakah terdakwa sudah dipanggil secara sah.
3. Jika terdakwa dipanggil secara tidak sah, hakim sidang menunda persidangan dan memerintahkan supaya terdakwa dipanggil lagi untuk hadir pada hari sidang berikutnya.
4. Jika terdakwa ternyata telah dipanggil secara sah tetapi tidak dating di sidang tanpa alasan yang sah, pemeriksaan perkara tersebut tidak dapat dilangsungkan dan hakim ketua sidangb memerintahkan agar terdakwa dipanggil sekali lagi. Kehadiran terdakwa di sidang merupakan kewajiban dari terdakwa, bukan merupakan haknya, ajdi terdakwa harus hadir di sidang pengadilan.
5. Jika dalam suatu perkara ada lebih dari seorang terdakwa dan tidak semua terdakwa hadir pada hari sidang, pemeriksaan terhadap terdakwa yang hadir dapat dilangsungkan.
6. Hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa yang tidak hadir tanpa alas an yang sah setelah dipanggil secara sah untuk kedua kalinya, dihadirkan dengan paksa pada sidang pertama berikutnya, dalam hal terdakwa setelah diupayakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat dihadirkan dengan baik, maka terdakwa dapat dihadirkan dengan paksa.
7. Panitera mencatat laporan dari penuntut umum tentang pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (6) dan menyampaikannya kepada hakim ketua sidang.
Beracara dengan memajukan permohonan
Pada dasarnya permohonan diajukan bukanlah karena adanya sengketa, tetapi karena ketentuan undang-undang yang memberikan wewenang
tertentu kepada Hakim untuk mengeluarkan penetapan, yang merupakan merupakan yurisdiksivoluntair. Atas permohonan ini pengadilan berwenang mengeluarkan penetapan, misalnya :
-penetapan pengangkatan wali bagi anak yang belum berusia 18 tahun ; -penetapan bahwa seseorang berada di bawah pengampuan dan pengangkatan pengampu ;
-penetapan dispensasi nikah bagi pria yang belum berusia 19 tahun dan wanita yang belum berusia 16 tahun ;
-penetapan izin kawin bagi calon mempelai yang belum berusia 21 tahun ; -penetapan pembatalan perkawinan ;
-penetapan untuk memperbaiki kesalahan dalam Akta, Catatan Sipil ; -permohonan atas keterlambatan melaporkan/ mencatat perkawinan/ kelahiran.
-permohonan untuk diterbitkan grosse akte pengganti untuk grosse akte kapal
yang telah hilang (Pasal 23 ayat (5) Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2002
tentang Perkapalan ;
-permohonan agar seseorang dinyatakan tidak hadir (Pasal 463 BW) atau dinyatakan meninggal dunia (Pasal 457 BW) dan sebagainya. Selain itu ada pula permohonan yang mengandung sengketa (yurisdiksi kontentiosa). Dalam permohonan ini selain pemohon juga ada termohon. Di sini pengadilan diharuskan pula memanggil dan/ atau didengarnya termohon. Permohonan yang mengadung sengketa (yurisdiksi kontentiosa), yaitu antara lain :
-permohonan dari pemegang saham suatu perseroan untuk penyelenggaraan RUPS
karena Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS sesuai
jangka waktu yang ditentukan undang
-undang paling lama 15 hari (Pasal 80 Undang
-permohonan mengenai penetapan Kourum untuk RUPS ketiga karena kourum
RUPS kedua tidak tercapai (Pasal 86 ayat 5 Undang
-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas) ;
-permohonan untuk mendapatkan data atau keterangan tentangperseroan oleh
Pemegang Saham, pihak lain atau Kejaksaan untuk kepentingan umum (Pasal 138 Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas) ;
-permohonan pembubaran perseroan oleh Kejaksaan, pihak yang berkepentingan atau oleh pihak pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris (Pasal 146 Undang
-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
Produk dari permohonan yang mengandung sengketa (yurisdiksi kontentiosa) ini
dalam praktek di pengadilan sebagaimana juga pengangkatan anak antar Negara
(inter country adoption) adalah putusan.
Pemeriksaaan perkara dalam sidang pengadilan terbuka
Hakim dapat menetapkan hari siding sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memerintahkan kepada penuntut umum supaya memanggil terdakwa dan saksi untuk datang di sidang pengadilan. Pemanggilan terdakwa dan saksi dilakukan dengan surat panggilan oleh penuntut umum secara sah dan harus telah diterima oleh terdakwa dalam jangka waktu sekurang-kurangnya tiga hari sebelum siding dimulai (pasal 152).
Pasal 153 KUHAP mengatur tentang persidangan sebagai berikut :
1. Pada hari yang ditentukan menurut pasal 152 pengadilan bersidang. 2. a. hakim ketua sidang memimpin pemeriksaan di sidang pengadilan yang dilakukan secara lisan dalam bahasa Indonesia yang dimengerti oleh terdakwa dan saksi.
3. Untuk keperluan pemeriksaan, hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak.
4. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (2) dan ayat (3) mengakibatkan batalnya putusan demi hukum. Jaminan yang diatur dalam ayat (3) di atas diperkuat berlakunya, terbukti dengan timbulnya akibat hukum jika asas peradilan terbuka tidak dipenuhi. 5. Hakim ketua sidang dapat menentukan bahwa anak yang belum
mencapai umur tujuh belas tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang. Untuk menjaga supaya jiwa anak yang masih di bawah umur tidak terpengaruh oleh perbuatan yang dilakukan oleh tdakwa, lebih –lebih dalam perkara kejahatan berat, maka hakim dapat menentukan bahwa anak di bawah umur tujuh belas tahun, kecuali yang telah atau pernah kawin, tidak dibolehkan mengikuti sidang.
Keputusan hakim harus memuat alasan-alasan
Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadannya (pasal 270).
Pasal 272 ;
1. Jika putusan pengadilan menjatuhkan pidana denda, menurut pasal 273 kepada terpidana diberikan jangka waktu satu bulan untuk membayar denda tersebut kecuali dalam putusan acara pemeriksaan cepat yang harus seketika dilunasi.
2. Dalam hal terdapat alasan kuat, jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) dapat diperpanjang untuk paling lama satu bulan.
3. Jika putusan pengadilan juga menetapkan bahwa barang bukti dirampas untuk Negara, selain pengecualian sebagaimana tersebut pada pasal 46, jaksa menguasakan benda tersebut pada kantor lelang Negara dan dalam waktu tiga bulan untuk dijual lelang, yang hasilnya dimasukkan ke kas Negara untuk dan atas nama jaksa. Jangka waktu tiga bulan dalam ayat ini dimaksudkan untuk memperhatikan hal yang tidak mungkin diatasi pengaturannya dalam waktu singkat.
4. Jangka waktu sebagimana tersebut pada ayat (3) dapat diperpanjang untuk paling lama satu bulan. Perpanjangan waktu sebagaimana tersebut pada ayat ini tetap dijaga agar pelaksanaan lelang itu tidak tertunda.
Pemeriksaan perkara secara lisan