• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap

SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

NIA WAHYUNINGTYAS

Hasil wawancara kepada Guru Biologi SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah pada Desember 2013 menunjukan masih rendahnya aktivitas dan hasil pembelajaran Biologi, karena itu diperlukan solusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran Biologi. Salah satunya dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada meteri pokok lingkungan.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X5 dan X6 yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis secara statistik

(2)

iii

aktivitas belajar siswa, angket tanggapan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 68,18%; kontrol = 55,80%). Pada aspek membuat rumusan masalah (72,73%), bekerjasama (86,36%), mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (71,59%),

mempresentasikan hasil diskusi (82,95%) dan mengajukan pertanyaan (27,27%). Hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan dengan rata-rata N -gain berkriteria sedang (67,98%) dan selisih nilai 21.68%. Pada indikator kognitif C2, rata-rata N-gain berkriteria sedang (68,56%); dan indikator kognitif C4 berkriteria sedang (66,69%). Selain itu, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBL dan ikut berkontribusi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada 17 November 1991, yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Subowo Riyadi dan Ibu Surti. Penulis beralamat di Jl. H. Sanusi Raya No.20 Sukarame, Bandar Lampung.

Pendidikan yang penulis tempuh adalah TK AL-Hikmah, Bandar Lampung (1997-1998), SD Negeri 1 Sukarame (1998-2004), SMP Negeri 5 Bandar Lampung (2004-2007) dan SMA Negeri 5 Bandar Lampung (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(8)

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung… Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibundaku (Surti) dan Ayahandaku (Subowo Riyadi) , yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menjaga dan menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.

Adik-adikku (Gilang Bakti Peran Wibowo, Sri Kusuma Ningrum, Regita Sekar Arum, dan Noval Oktavialdo) yang selalu memotivasiku dan menguatkanku serta keluarga besarku

yang selalu mendukungku…

Sahabat-sahabatku, yang selalu berusaha membuat aku tetap tersenyum, menyemangatiku, membantuku dalam kesulitan, menghilangkan rasa sedih yang ada, pendengar setia setiap kegundahanku; My Team Destya Norrahmah dan Primasari Pertiwi; saudara seperjuanganku

Made Dewi Lestari dan Cris Ayu Setyaningsih terima kasih atas kekeluargaan dan kebersamaannya selama ini; dan semua mahasiswa Pendidikan Biologi 2010 tanpa terkecuali;

serta keluarga besar KKN-KT Tunas Jaya...

Teman terkasihku Yoga Dwi Pratama terima kasih atas doa dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini...

Para pendidik dan dosen yang terhormat

(9)

MOTO

“Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

(Q.S. Al-Baqarah:214)

“Berdoa’lah kepada

-

Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu.”

(Q.S. Al-

Mu’minun

:60)

“Believe it, the power of the prayer”

(10)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Dr. Tri Jalmo M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

(11)

xii

7. Drs. Puryanto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Trimurjo dan Andi Eko Susilo, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X5 dan X6 SMA Negeri 1 Trimurjo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

9. Sahabat-sahabatku Komasari, Eliyana Putri, Eli Komariah, Anisa Sinta Devi, Silvi Utami, Novalia Ariska, Yusika Nabila, dan semua mahasiswa

Pendidikan Biologi 2010 tanpa terkecuali atas semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini;

10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis

(12)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir ... 6

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) ... 9

B. Penilaian Kinerja (Performance Assesment) ... 17

C. Aktivitas Belajar ... 24

D. Hasil Belajar ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 30

C. Desain Penelitian ... 30

D. Prosedur penelitian ... 31

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 44

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

(13)

xiv

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN 1. Silabus ... 68

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 74

3. Lembar Kerja Siswa ... 83

4. Soal Pretes dan Postes ... 98

5. Kunci Jawaban LKS ... 101

6. Rubrik LKS ... 113

7. Rubrik Lembar Observasi Aktivitas ... 126

8. Angket Tanggapan Siswa terhadap PBL ... 132

9. Angket Keterlibatan Siswa dalam PBL ... 133

(14)

Tabel Halaman

1. Sintaks model PBL... 13

2. Kriteria N-gain ... 38

3. Lembar penilaian aktivitas belajar siswa... 40

4. Angket tanggapan siswa terhadap model PBL ... 42

5. Angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL... 43

6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa ... 47

7. Skor perjawaban angket tanggapan siswa terhadap model PBL ... 48

8. Data angket tanggapan siswa terhadap model PBL... 49

9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap model PBL... 49

10. Skor perjawaban angket keterlibatan siswa dalam model PBL ... 49

11. Data angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL ... 50

12. Aktivitas belajar siswa kelompok kontrol dan eksperimen ... 51

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 7

2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen... 31

3. Grafik tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL... 55

4. Grafik keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran . ... 56

5. Aktivitas siswa dalam bekerja sama mencari informasi dari berbagai sumber dan diskusi kelompok ... .... 59

6. Poster hasil karya kelompok dengan ide ajakan untuk kembali ke penggunaan pupuk organik ... 62

7. Mengorientasikan siswa pada masalah ... 134

8. Mengorganisasikan siswa untuk belajar... 134

9. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok ... 134

10.Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (poster) ... 135

11.Memperhatikan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah ... 135

12.Siswa mengkondisikan diri dalam kelompok dan memperoleh LKS .. 136

13.Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah kerja LKS .. 136

14.Siswa melakukan diskusi kelompok dan memperoleh bimbingan guru ... 137

15.Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok... 137

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan

berinisiatif (BSNP, 2006:iv). Selain itu, tuntutan pembelajaran Biologi telah dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Biologi untuk sekolah menengah atas (SMA/MA) yakni standar kelulusan peserta didik diharapkan mampu merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyajikan data secara sistematis. Lebih lanjut salah satu tujuan mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) ialah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk dapat memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain (BSNP, 2006:451). Dari uraian tersebut jelas menunjukan bahwa pembelajaran Biologi tidak hanya terfokus pada

(17)

sampai menyajikan data secara sistematis, dan menumbuhkan sikap ilmiah, yaitu dapat bekerja sama dengan orang lain.

Sedangkan fakta yang ditemukan di SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah pada Desember 2013 menunjukkan bahwa masih ada aktivitas pembelajaran Biologi yang rendah dan tidak menunjang

berkembangnya kemampuan merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan sampai menyajikan data secara sistematis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Hal tersebut tampak dalam proses pembelajaran, siswa tidak dituntut aktif untuk mencari sendiri permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan materi yang diberikan karena selama ini proses pembelajaran masih berlangsung dengan ceramah, proses belajar mengajar berjalan searah, guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa hanya

menyimak dan mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru. Selama ini guru kurang mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membantu penyelidikan mandiri ataupun kelompok,

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, kemudian kurang

memperhatikan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah, sehingga keterampilan memecahkan masalah yang seharusnya dimiliki oleh siswa tidak berkembang.

Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri mengakibatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kurang berkembang dan tidak tergali secara optimal. Hal tersebut tentu akan

(18)

dengan perolehan hasil rata-rata nilai ulangan harian Biologi SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 siswa kelas X pada materi pokok lingkungan masih di bawah KKM yaitu 68

sedangkan KKM yang ditetapkan SMA Negeri 1 Trimurjo yakni ≥75, dengan persentase siswa yang tuntas belajar pada materi tersebut adalah 57,4%.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA Biologi siswa SMA, salah satunya yaitu dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL). Savin dan Baden (dalam Whitcombe, 2013:41) menyatakan bahwa pembelajaran Berbasis Masalah atau PBL merupakan suatu pendekatan pendidikan yang menggunakan masalah atau pemicu untuk merangsang siswa belajar. PBL melibatkan siswa bekerja kooperatif dalam kelompok. Karakteristik utama dari PBL adalah siswa fokus pada penyelesaian masalah. Lebih lanjut Ward dan Stepien (dalam Ngalimun, 2014:89) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

(19)

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan model

pembelajaran berbasis masalah atau PBL dinilai dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan model Pembelajaran

Berbasis Masalah atau PBL untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada materi pokok Keterkaitan Kegiatan Manusia dengan Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penggunaan model PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok lingkungan?

2. Apakah penggunaan model PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada meteri pokok lingkungan.

(20)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan dan pengalaman bagi peneliti

sebagai calon guru mata pelajaran Biologi yang profesional, terutama dalam merancang dan menerapkan model pembelajaran PBL dalam proses pembelajaran.

2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai efektivitas model PBL sebagai alternatif model pembelajaran Biologi.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu membangkitkan aktifitas dan hasil belajar siswa. 4. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu

proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran Biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari tanggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah mata pelajaran Biologi tahun pelajaran 2013/2014. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei semester genap di SMA N 1

Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014.

3. Model PBL yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

(21)

mengevaluasi proses pemecahan masalah (dimodifikasi dari Arends, dalam Ngalimun, 2014:95).

4. Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah prilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran, yaitu (1) membuat rumusan masalah berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS, (2) berkerja sama dalam menyelesaikan masalah, (3) mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, (4) mempresentasikan hasil diskusi kelompok, (5) mengajukan pertanyaan. Aktivitas belajar tersebut dinilai menggunakan penilaian kinerja atau performance assesment.

5. Hasil belajar siswa yang dimaksud berupa ranah kognitif diukur dari hasil prestes dan postes yang ditinjau berdasarkan perbandingan N-gain.

6. Kompetensi Dasar yang diteliti adalah KD 4.2 “Keterkaitan Kegiatan Manusia denganMasalah Perusakan atau Pencemaran Lingkungandan Pelestarian Lingkungan” pada mata pelajaran Biologi SMA Kelas X.

F. Kerangka Pikir

(22)

melatih aktivitas kerjasama, sharing atau berkomunikasi dalam rangka menghasilkan pemecahkan masalah; (3) membantu penyelidikan mandiri ataupun kelompok. Kegiatan penyelidikan menuntut siswa aktif dalam kegiatan pengumpulan data yang bertujuan agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri, berhipotesis yang mana akan mendorong siswa menyampaikan semua ide-idenya dan berfikir tentang kualitas hipotesis dan solusi yang mereka buat, dan kemudian memberikan hasil pemecahan masalah; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya. Hal ini sekaligus melatih keterampilan siswa dalam menuangkan hasil kerja dalam bentuk fisik. (5) memperhatikan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Langkah ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis, mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Siswa diharapkan merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Dari uraian tersebut, model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas dan dua variabel terikat, sebagai variabel bebasnya adalah penggunaanPBL (X) sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas belajar siswa (Y1) dan hasil belajar siswa (Y2).

(23)

Keterangan:

X : Penggunaan model pembelajaran PBL Y1 : Aktivitas belajar siswa

Y2 : Hasil belajar siswa

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. H0 = Penggunaan model pembelajaran PBL tidak berpengaruh secara

signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

H1 = Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara

signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

2. Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

X

Y

1

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah atau PBL merupakan suatu pendekatan

pendidikan yang menggunakan masalah atau pemicu untuk merangsang siswa belajar, sebagaimana yang diungkapkan Savin dan Baden (dalam Whitcombe, 2013:41)

Problem-based learning (PBL) is an educational approach that uses 'problems' or 'trigger's' to stimulate students' learning.

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa PBL melibatkan siswa bekerja

kooperatif dalam kelompok. Karakteristik utama dari PBL adalah bahwa siswa fokus pada peyelesaian masalah. Sedangkan Ward dan Stepien (dalam

Ngalimun, 2014:89) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah selanjutnya disingkat PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

(25)

PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta membutuhkan pemahaman dan penerapan pengetahuan siswa sebagaimana yang dinyatakan oleh Gallagher, et al. (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:23) bahwa pendekatan ini mencerminkan bagaimana masalah ini diselesaikan di dunia nyata dan membutuhkan pergeseran dari teacher centered (pembelajaran berpusat pada guru) ke pedagogi yang berpusat pada siswa, sebagai pembelajaran berfokus pada pemahaman dan penerapan pengetahuan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Barrows dan Tamblyn (dalam West, Williams, dan Williams, 2013:23) bahwa PBL menekankan pembelajaran yang berfokus pada siswa. Lebih lanjut West dan Sawyer (dalam West, Williams, dan Williams, 2013:2)

menambahkan siswa bertanggung jawab untuk menentukan masalah, mencari jawaban, mengevaluasi solusi yang mungkin, dan merevisi pandangan mereka didasarkan pada berbagai jenis umpan balik. Pembelajaran berbasis masalah juga dapat mengajarkan pemecahan masalah kelompok yang efektif dan inovasi kolaboratif, keterampilan yang semakin penting di dunia di mana organisasi bersifat global, virtual, kolaboratif, dan terfokus pada output kreatif.

Dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat fitur-fitur (karakteristik atau sifat) yang penting untuk diketahui. Arends (dalam Suprijono, 2010:71-72) menjelaskan fitur-fitur pembelajaran berbasis masalah antara lain:

(26)

2) Fokus interdisipliner. Pemecahan masalah mengunakan pendekatan interdisipliner. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik belajar berfikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan. 3) Investigasi autentik. Peserta didik diharuskan melakukan investigasi

autentik yaitu berusaha menemukan solusi rill. Peserta didik diharuskan menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,

melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesipulan. Metode penelitian yang digunakan bergantung pada sifat masalah penelitian.

4) Produk. Pembelajaran berbasis maslah menuntut peserta didik

mengkonstruksikan produk sebagai hasil investigasi. Produk bisa berupa paper yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain. 5) Kolaborasi. Kolaborasi peserta didik dalam pebelajaran berbasis masalah

mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan sosial.

Dalam PBL guru bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang memiliki beberapa tugas sebagaimana yang dinyatakan oleh Delisle (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:23) bahwa

As a facilitator the teacher guides the students through (a) what questions to ask during problem definition; (b) how to locate information related to the problem; (c) how to analyze and synthesize the information; and (d) how to sort potential solutions to the problem.

(27)

belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan. Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah. Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa. Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Gallagher, et al. (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:24) bahwa bila diterapkan dengan baik, pembelajaran berbasis masalah dapat menyebabkan pemahaman dan pemecahan masalah konseptual keterampilan yang lebih besar. Lebih lanjut Duch, et al. (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:24) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah

mendorong pengembangan kemampuan analisis dan penalaran sebagai siswa belajar cara belajar untuk mengembangkan solusi untuk masalah dunia nyata.

Salain itu, Kumar et al. (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:24) menyatakan karena siswa bekerja sama dalam pemecahan masalah, salah satu hasil yang paling penting dari pembelajaran problem based learning adalah

pengembangan keterampilan interpersonal. Dalam studi lain Yeung and Colleagues (dalam Ferreira dan Trudel, 2012:24) menemukan bahwa PBL membantu mengembangkan kemampuan belajar mandiri dan meningkatkan minat siswa dalam materi pelajaran. Siswa yang berpartisipasi dalam

pembelajaran berbasis masalah juga merasa PBL membantu mereka menjadi pembelajar mandiri.

(28)

Tabel 1. Sintaks PBL

Fase Aktivitas Guru

1. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.

2. Mengorganisasi peserta didik untuk meneliti.

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisaskani tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.

3. Membantu investigasi mandiridan kelompok

Guru mendorong peserta didik mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan

eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.

4. Mengembangkan dan mempresentasi-kanartefak dan

exhibit

Guru membantu peserta didik merencanakan dan menyiapkan artefak yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka digunakan.

Lebih lanjut, Arends (dalam Ngalimun, 2014:95-99) juga merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL. Arends mengemukakan ada lima fase yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.

Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah

(29)

Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar

Selain mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, PBL juga mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok-kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah siswa

diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

(30)

guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk beripikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat

dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas

informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut kiranya cukup memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”Apa yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda

adalah yang terbaik?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda

usulkan?”. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan

(31)

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan Memamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu

videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah

memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima

(32)

akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk pengajaran.

B. Penilaian Kinerja (Performance Assesment)

Penilaian kinerja (Performance assesment) adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam diskusi, menari, memainkan alat musik, aktivitas olahraga,

menggunakan peralatan laboratorium, mengoprasikan suatu alat, dan aktivitas lain yang bisa diamati/diobservasi (Muslich, 2009:95). Sedangkan Danielson (dalam Iryanti, 2004:6) mendefinisikan

performance assesment means any assesment of student learning that requires the evaluatin of student writing, products, or beharvior.Thats is, it includes all assesment with the exception of multiple choise, matching, true or false testing, or problems with a single correct answer.

Artinya bahwa penilaian kinerja berarti penilaian belajar siswa yang

memerlukan evaluasi dari tulisan, produk, atau aktivitas siswa. Itu mencakup semua penilaian kecuali pilihan ganda, pencocokan, pengujian benar atau salah, atau masalah dengan jawaban yang benar.

Lebih lanjut Berk (dalam Utomo dan Ardiyarta, 2103:3) mengungkapkan lima definisi operasional performance assessment, seperti: (1) performance

assessment adalah proses, bukan tes atau perangkat pengukuran tunggal; (2) fokus dari proses ini adalah pengumpulan data, menggunakan berbagai

(33)

Penekanannya adalah pada teknik observasi langsung bukan pada tes kertas-dan-pensil (paper-and-pencil), terutama bukan pilihan ganda meskipun tes tersebut juga dapat digunakan dalam penilaian; (4) data yang terintegrasi digunakan untuk tujuan membuat keputusan tertentu yang akan memandu bentuk dan substansi penilaian; dan (5) subjek dari pengambilan keputusan adalah individu, bukan program atau produk yang mencerminkan suatu kegiatan kelompok. Adapun karakteristik dari Performance assessment

diungkapkan Van Blerkom (dalam Utomo dan Ardiyarta, 2103:3) bahwa dalam penilaian unjuk kerja (performance assessment) terdapat tiga tipikal karakteristik yang dapat dikelompokkan berdasarkan dimensi, meliputi: (1) menilai proses atau produk; (2) menggunakan simulasi atau kejadian nyata (real settings); dan (3) menggunakan peristiwa alami (natural) atau peristiwa dan situasi yang terstruktur (structured settings).

Sementara itu, istilah mengenai penilaian kinerja (Performance assesment) juga diungkapkan oleh Wiggins (dalam Sivakumaran, dkk, 2011:57) bahwa penilaian kinerja adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penilaian yang meminta siswa untuk menunjukkan keterampilan dan

(34)

"otentik" digunakan karena beberapa penilaian kinerja memungkinkan siswa untuk menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan dalam situasi nyata.

Definisi performance assessment juga diungkapkan oleh dari Airasian dan Stiggins (dalam Palm, 2008) yakni sebagai berikut

Performance assessment asassessment based on observation and judgement.

Lebih lanjut Airasian (dalam Palm, 2008) menjelaskan bahwa penilaian kinerja dari kemampuan intelektual seperti pemecahan tugas matematika dikatakan menuntut wawasan proses mental siswa. Menurutnya, ini dapat dicapai bila siswa harus menunjukkan pekerjaan yang dilakukan untuk

menyelesaikan tugas. Hal ini, katanya, berbeda dengan sebagian besar item tes kertas dan pensil, dimana guru mengamati hasil dari proses intelektual murid tapi bukan pemikiran yang menghasilkan hasil. Ketika siswa hanya diminta untuk menunjukkan hasil akhir dari pekerjaan mereka ada sedikit bukti langsung bahwa siswa telah mengikuti proses yang benar.

Dalam merancang penilaian kinerja, guru harus mengetahui sistematika yang harus dilakukan. Muslich (2009:96) mengemukakan langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

1) Identifikasi semua aspek penting.

2) Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan.

3) Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak.

(35)

5) Apabila menggunakan rating scale perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (misalnya: baik apabila.., cukup apabila…, kurang

apabila…)

Penilaian kinerja dapat menggunakan dua kemungkinan instrument yaitu: 1) Daftar cek (ya-tidak);

2) Skala rentang (sangat kompeten - kompeten - agak kompeten – tidak kompeten).

Lebih lanjut menurut Majid (2007:200) terdapat enam langkah penilaian kinerja, yaitu:

1) Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.

2) Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.

3) Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.

4) Mendefiniskan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur

berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan.

5) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.

(36)

Selain itu, Majid (2007:200-201) juga menyebutkan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut. 1) Metode holistik, digunakan apabila para penskor (rater) hanya

memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.

2) Metode analitik, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat menggunakan checklist dan rating scale.

Salah satu hal penting dalam penilaian kinerja ialah rubrik penilaian. Terdapat dua tipe rubrik penilaian dalam Performance assessment yaitu rubrik yang analitik dan holistik. Hal ini dinyatakan oleh Oberg (2009:7) bahwa rubrik berisi kategori karakteristik perilaku atau output yang akan dinilai, dicocokkan dengan kriteria atau standar, sering dengan contoh. Dua tipe dasar dari rubrik yang analitik dan holistik. Rubrik analitik digunakan untuk menilai produk melalui penjelasan rinci tentang berbagai kriteria, menunjuk skoruntuk setiap kriteria. Sebuah rubrik holistik menilai produk berdasarkan kesan keseluruhan atau efektifitas secara keseluruhan.

(37)

contoh penyebutan yang digunakan adalah tingkat 1 (tidak memuaskan), tingkat 2 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan), tingkat 3 (mememuaskan dengan sedikit kekurangan) dan tingkat 4 (superior) atau tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3 (masing-masing sebutan sama).

Dalam praktiknya, penilaian kinerja dapat dikelompokan menjadi tiga jenis sebagaimana yang diungkapkan oleh Muslich (2009:98-99) bahwa penilaian kinerja dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu (1) penilaian kinerja dalam bentuk observasi informal, (2) penilaian kinerja bentuk formal, (3) penilaian kinerja dalam bentuk keterbandingan.

1) Penialain kinerja dalam bentuk observasi informal merupakan kegiatan perekaman keadaan kelas dari hari ke hari secara berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas informasi, perlu memerhatikan dua strategi, yaitu observasi terfokus dan pencatatan observasi secara efisien.

Observasi kelas informal ini harus terfokus pada peristiwa yang bermakna, terkait dengan tuntutan kompetensi dalam kurikulum.Misalnya perilaku siswa yang menyimpang, gambaran/bukti nyata tentang tingkat

kepahaman siswa atau ketidakpahaman siswa tentang kompetensi tertentu, dan bukti nyata berkaitan dengan kompetensi spesifik dari kurikulum.

2) Penilaian kinerja dalam bentuk formal merupakan kegiatan perekaman yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan tertentu siswa. Penilaian ini merupakan penilaian yang direncanakan untuk

(38)

yang evidennya dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang berkaitan dengan kinerja siswa. Penilaian kinerja jenis ini dilakukan dengan langkah-langkah: strategi perencanaan, penentuan keputusan, dan pelaporan kinerja siswa, misalnya dalam hal: (1) rating

kemampuan individual dalam menyelesaikan masalah secara kolaboratif, (2) kinerja individual dalam perannya pada kerja kelompok, (3) rating

analitik kinerja musik, (4) kinerja keseluruhan dalam kemampuan berbicara, (5) rating analitik kemampuan bermain drama.

Penilaian kinerja pun bisa dilakukan oleh siswa sendiri melalui penilaian diri. Hasil penilaian diri oleh siswa bisa digunakan guru untuk menentukan rentang sikap siswa atas suatu aktivitas.

3) Penilaian kinerja keterbandingan merupakan penilaian kinerja yang menyangkut hal-hal: (1) kesesuaiannya dengan kurikulum, (2) keadilan, (3) keumuman, (4) standar, (5) reliable.

Performance Assessment sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan. Menurut Reynolds, dkk (dalam Andayani dan Mardapi, 2012:2-3) beberapa keunggulan PA ialah sebagai berikut:

1) Dapat mengukur outcome pembelajaran yang tidak dapat diukur oleh tipe asesmen yang lain.

2) Penggunaan performance assessment konsisten dengan teori pembelajaran modern.

(39)

5) Memungkinkan menilai proses sebaik menilai hasil. 6) Memperluas pendekatan kepada tipe asesmen yang lain.

Lebih lanjut Iryanti (2004:6) menyatakan bahwa penilaian unjuk kerja memiliki kelebihan dapat mengungkapkan potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan.

C. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk percakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri (Sardiman, 2004:21). Lebih lanjut Prayitno (2009:203) mengungkapkan bahwa belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru. Konsep ini mengandung dua hal pokok, yaitu (1) usaha untuk

menguasai, dan (2) sesuatu yang baru. Usaha untuk menguasai merupakan aktivitas belajar yang sesungguhnya dan sesuatu yang baru merupakan hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar itu.

(40)

pembelajaran dengan demikian di sekolah merupakan arena untuk

mengembangkan aktivitas, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Sementara itu, penilaian proses dengan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar diantaranya aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah, pada hakikatnya adalah untuk mencapai tujuan belajar sedangkan tujuan belajar pada umumnya adalah untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan adalah dalam bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan siswa.

Lebih lanjut Suardi (dalam Djamarah, 2006:39-40) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan belajar mengajar adalah ditandai dengan aktivitas peserta didik. Sebagai konsekuensi bahwa peserta didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas peserta didik dalam hal ini ialah aktif baik secara fisik, maupun mental. Tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar apabila peserta didiknya pasif, sebab peserta didiklah yang belajar maka mereka yang harus melakukannya.

Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar proses belajar dan mengajar menjadi efektif. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2004:171) bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang

(41)

1) Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi. 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik,

chart, diagram, peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7) Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

(42)

D. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam pembelajaran, karena dengan hasil belajar guru akan mengetahui sejauh mana siswa menguasai pembelajaran. Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: penguasaan pelajaran serta keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan tersebut penting bagi guru karena dapat membantu atau mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil kemajuan belajar selanjutnya (Hamalik, 2004:103). Lebih lanjut Suparno (dalam Sardiman, 2004:38) menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Hasil belajar menurut Gagne (dalam Djiwandono, 2002:217-220) dimasukkan dalam lima kategori. Guru sebaiknya mengunakan kategori ini dalam

merencanakan tujuan instruktusional dan penilaian. Kelima kategori tersebut yaitu: (1) Informasi verbal, informasi verbal ialah tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain. Siswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun teoritis. Informasi verbal amat penting dalam pengajaran; (2) Kemahiran intelektual (intelectual skill)

(43)

kegiatan kognitif (cognitif strategi) yaitu kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berfikir. Orang yang dapat mengatur dan mengarahkan aktivitas

mentalnya sendiri dalam bidang kognitif akan dapat menggunakan semua konsep dan kaidah yang pernah dipelajari jauh lebih efisien dan efektif; (4) Sikap, yaitu sikap tertentu seseorang terhadap suatu objek. misanya siswa bersikap positif terhadap sekolah karena sekolah berguna baginya; (5) Keterampilan motorik, yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

Adapun Purwanto (2008:91-93) membedakan jenis hasil belajar atau

taksonomi tujuan pendidikan menjadi tiga kelompok yaitu (1) ranah kognitif, (2) ranah psikomotor, dan (3) ranah afektif. Secara rinci uraian masing-masing ranah tersebut ialah sebagai berikut:

1) ranah kognitif, yaitu tujuan pendidikan yang sifatnyamenambah pengetahuan atau hasilbelajar yang berupa pengetahuan.

2) ranah afektif, yaitu hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif.

3) ranah psikomotor, yaitu hasil belajar atau tujaun yang berhubungan dengan keterampilan atau keaktifan fisik.

(44)

1) Remember (mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Terdiri dari Recognizing (mengenali) dan Recalling (memanggil/mengingat kembali).

2) Understand (memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran meliputi oral, tertulis, ataupun grafik. Terdiri atas Interpreting

(menginterpretasi), Exemplifying (mencontohkan), Classifying

(mengklasifikasi), Summarizing (merangkum), Inferring (menyimpulkan),

Comparing (membandingkan), dan Explaining (menjelaskan).

3) Apply (menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi. Terdiri dari Executing

(mengeksekusi) dan Implementing (mengimplementasi).

4) Analyze (menganalisis), yaitu mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. Mencakup

Differentianting (membedakan), Organizing (mengelola), dan Attributing

(menghubungkan).

5) Evaluate (mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar. Mencakup Checking (memeriksa) dan Critiquing (mengkritisi).

6) Create (menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. Terbagi atas

Generating (menghasilkan), Planning (merencanakan), dan Producing

(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei, semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Kelas X.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 6 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X6 (sebagai kelas eksperimen) dengan jumlah 22 siswa dan kelas X5 dengan jumlah 25 siswa (sebagai kelas kontrol) yang dipilih dengan teknik purposive sampling.

C. Desain Penelitian

(46)

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas X6) II = Kelas kontrol (kelas X5)

X = Perlakuan di kelas eksperimen menggunakan PBL dan PA C = Perlakuan di kelas kontrol menggunakan diskusi dan PA O1 = Pretes

O2 = Postes

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (Riyanto, 2001:43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian.

1. Prapenelitian

Adapun kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut : a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang teknik penilaian siswa dan keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(47)

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes dan postes dalam bentuk uraian untuk mengukur kognitif siswa dan lembar observasi aktivitas belajar siswa serta pedoman penskoran (rubric) sebagai pedoman untuk menilai aktivitas belajar siswa.

f. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas eksperimen dan kontrol. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan menggunakan model PBL, untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan membahas materi “Keterkaitan Antara Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan atau

Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan”.

Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati aktivitas belajar siswa setiap individu dalam kelompoknya menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan pedoman penskoran (rubric) baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Adapun pretes dilakukan pada pertemuan pertama di kegiatan awal pembelajaran sedangkan postes pada pertemuan kedua di kegitan akhir pembelajaran.

Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Model PBL) a. Kegiatan Awal

(48)

Masalah Perusakan atau Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan”.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3) Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran menggunakan model PBL (pertemuan I-II).

4) Guru menjelaskan indikator penilaian kepada siswa agar siswa dapat mengetahui tujuan dan fokus pembelajaran untuk

melaksanakan proses pembelajaran dan mendapatkan hasil yang maksimal.

5) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan: ” Kalian pasti sering mendengar berita tentang penebangan dan penggundulan hutan. “Apakah yang

menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut?” dampak-dampak

negatif apa yang terjadi akibat kegiatan tersebut terhadap lingkungan? (beberapa siswa menjawab, guru merespon). Sekarang kita akan belajar memecahkan masalah yang berkaitan dengan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan atau pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan”.

Pertemuan ke-II: guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan “apa saja kegiatan manusia yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan?”.

(49)

manusia terhadap lingkungan, baik itu kegiatan yang positif maupun negatif. Kegiatan manusia yang negatif akan berdampak pada lingkungan, seperti masalah kerusakan/ pencemaran lingkungan (pertemuan 1).

Kegiatan manusia yang positif akan memberikan nilai/manfaat terhadap lingkungan, sehingga kelestarian lingkungan akan tetap terjaga (pertemuan 2)”

b. Kegiatan Inti

1) Siswa mengondisikan diri dalam kelompok. Setiap kelompok (terdapat 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa) menerima LKS berbasis masalah.

(Pertemuan ke I) mengkaji tentang keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan. (Pertemuan ke II) mengkaji tentang keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan.

2) Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai cara kerja dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham.

3) Siswa merumuskan masalah berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS.

4) Siswa bekerja sama mencari informasi yang relevan dengan permasalahan pada LKS.

(50)

menyajikan hasil karya kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS mereka.

6) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan. 7) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil karyanya

kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.

8) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.

c. Kegiatan Penutup

1) Memperhatikan penjelasan guru untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung.

2) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

3) Siswa mengerjakan soalpostestyang sama dengan soal pretest pada pertemuan II.

4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi) a. Kegiatan Awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi ”Keterkaitan Antara Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan atau Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan”.

(51)

3) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan: ”Kalian pasti sering mendengar berita tentang penebangan dan penggundulan hutan. “Apakah yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut?” dampak-dampak negatif apa yang terjadi akibat kegiatan tersebut terhadap lingkungan?”(beberapa siswa menjawab, guru merespon).

Sekarang kita akan belajar memecahkan masalah yang berkaitan dengan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan atau pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan”.

Pertemuan ke-II: guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan “apasajakah kegiatan manusia yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingungan?”

4) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui pengaruh dari kegiatan manusia terhadap lingkungan, baik itu kegiatan yang positif maupun negatif. Kegiatan manusia yang negatif akan berdampak pada lingkungan, seperti masalah kerusakan/ pencemaran lingkungan (pertemuan 1).

(52)

b. Kegiatan Inti

1) Siswa mengkondisikan diri dalam kelompok (terdapat 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 siswa). 2) Setiap kelompok menerima LKS dari guru.

(Pertemuan ke I) mengkaji tentang keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah kerusakan/pencemaran lingkungan. (Pertemuan ke II) mengkaji tentang keterkaitan antara kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan.

3) Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai cara kerja dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham.

4) Siswa mencari informasi yang relevan dengan topik pada LKS dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan pada LKS

kemudian menyajikan data yang berkaitan dengan Keterkaitan antara Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan atau Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan dalam bentuk tabel/grafik/gambar/deskripsi.

5) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.

(53)

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa membuat simpulan materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

2) Siswa mengerjakan soal-soal postest pada pertemuan II. 3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari:

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa hasil belajar ranah kognitif siswa yang diperoleh melalui pretes dan postes sehingga diperoleh N-gain. Gain

merupakan selisih data yang diperoleh dari pretes dan postes. Menurut Hake (dalam Loranz, 2008:2) cara mengukur persentase peningkatan (%g) hasil belajar oleh siswa digunakan formula sebagai berikut:

N-gain (%g) = x 100%

Dengan demikian didapatkan indeks Gain untuk masing-masing siswa. Tabel 2. Kriteria N-gain

(54)

b. Data Kualitatif

Jenis data kualitatif yang diperoleh dari deskripsi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Selain itu, digunakan data pendukung berupa data tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data kognitif adalah berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes di akhir pertemuan kedua setiap kelas. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = x 100 Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto,2008).

b. Lembar Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

Lembar penilaian kinerja siswa berisi aspek aktivitas belajar siswa yang diamati pada saat proses pembelajaran. Kinerja setiap siswa diamati lalu diberi skor pada lembar observasi berdasarkan pedoman penskoran (rubric).

(55)

Tabel 3. Lembar penilaian aktivitas belajar siswa

Aspek dan Rubrik Aktivitas Belajar Siswa:

A. Membuat rumusan masalah berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS (Mengorientasikan Siswa Pada Masalah)

Skor Kriteria

0 Tidak menuliskan rumusan masalah (diam saja). 1 Menuliskan rumusan masalah namun tidak sesuai

dengan pembahasan pada materi pokok lingkungan. 2 Menuliskan rumusan masalah sesuai dengan

pembahasan pada materi pokok lingkungan.

B. Berkerja sama dalam menyelesaikan masalah (Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar)

Skor Kriteria

0 Tidak berkerja sama (diam saja).

1

Berkerja sama namun dengan satu atau dua orang saja untuk memecahkan permasalahan pada LKS pada materi pokok lingkungan.

2

(56)

C.Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (Membimbing Penyelidikan Individu maupun Kelompok)

Skor Kriteria

0 Siswa tidak mengumpulkan informasi (diam saja).

1 Siswa mengumpulkan informasi hanya dari satu sumber.

2 Siswa mengumpulkan informasi dari beberapa sumber.

D.Mempresentasikan hasil karya kelompok (Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya)

Skor Kriteria

0

Siswa dalam kelompok tidak mempresentasikan hasil karya (diam saja)

1

Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil karya kelompok secara tidak sistematis.

2

Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil karya secara sistematis.

E.Mengajukan pertanyaan (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Mengatasi Masalah)

Skor Kriteria

0 Tidak mengajukan pertanyaan.

1

Mengajukan pertanyaan yang tidak sesuai dengan permasalahan pada materi pokok lingkungan.

2

(57)

c. Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang:

1. Penggunaan model PBL yang telah dilaksanakan.

Angket ini berisi 7 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif dengan 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Angket tanggapan siswa terhadap model PBL

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui model pembelajaran PBL.

2 Model pembelajaran yang digunakan tidak mampu mengembangkan kemampuan saya dalam memecahkan masalah dan meningkatkan hasil belajar saya.

3 Model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.

4 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

5 Saya termotivasi untuk mencari data/informasi dari berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS.

6 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

7 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi pokok yang dipelajari.

Sumber: dimodifikasi dari Suwandi (2012:34)

2. Angket Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran PBL

(58)

Tabel 5. Angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL

No.

Pertanyaan-Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda ikut berkontribusi dalam memberikan solusi/pemecahan masalah dari permasalahan yang ada pada LKS?

2. Apakah anda ikut berkontribusi dalam mencari informasi dari buku atau sumber lain yang relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada pada LKS?

3. Apakah anda dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-teman sekelompok anda dalam menyelesaiakan masalah yang ada pada LKS?

4. Apakah Anda ikut berkontribusi dalam membuat poster (hasil karya)?

5. Apakah anda ikut berkontribusi dalam menyajikan hasil kerja dan/atau menjawab pertanyaan pada saat kelompok anda presentasi?

6. Apakah anda mengajukan pertanyaan pada kelompok lain pada saat presentasi?

d) Catatan Lapangan

Pengumpulan data melalui lembar observasi kegiatan pembelajaran untuk mendata aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran. Catatan lapangan diisi oleh observer untuk mengamati proses

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas.

e) Dokumentasi

(59)

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t melalui bantuan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:

a. Uji Normalitas Data

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil berdistribusi normal atau tidak untuk keperluan analisis data selanjutnya. Pengujian normalitas ini menggunakan uji Lilliefors

melalui bantuan program SPSS 17.

 Hipotesis

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berasal berasal dari populasi yang berdistribusi

normal (Sudjana, 2005:466).

 Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05

Tolak H0 untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro dkk, 2002:118,

dalam Istafada, 2013:41)

b. Uji Kesamaan Dua Varians

(60)

varians menggunakan uji Fisher (Uji F) melalui bantuan program SPSS 17.

 Hipotesis

H0= Kedua sampel mempunyai varians sama.

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda.  Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya>

0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya

< 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18).

c. Pengujian Hipotesis

Setelah uji prasyarat maka dilakukan uji lanjutan, yakni pengujian hipotesis menggunakan uji Tuckey atau uji t yang meliputi uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau

menggunakan uji Mann-Whitney atau uji U. Uji t digunakan apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji U digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji hipotesis dilakukan melalui bantuan program SPSS17.

1) Uji t (Uji Tuckey)

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

 Hipotesis

H0 : μ1 = μ2 : rata-rata N-gain pada kelas eksperimen

dengan kelas kontrol sama.

H1 : μ1 ≠ μ: rata- rata N-gain pada kelas eksperimen

(61)

 Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka

H0 diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel atau probabilitasnya

< 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

 Hipotesis

H0 : μ1 = μ2 : rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama

dengan kelas kontrol.

H1 : μ1 > μ2 : rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih

tinggi dari kelas kontrol.

 Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

(Pratisto, 2004:12).

2) Uji U (Uji Mann-Whitney)

Apabila data yang diperoleh berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji U atau Uji Mann-Whitney.

 Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

(62)

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

berbeda secara signifikan.

 Kriteria Uji

Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan p < 0,05 H0 ditolak

(Uyanto, dalam Istafada, 2013:43).

2. Data Kualitatif

a. Data Aktivitas siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut

dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = x 100%

2) Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa.

Persentase (%) Kriteria 87,50 – 100 Sumber: Hidayati (dalam Suwandi, 2012:37)

(63)

b. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan PBL dengan PA Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 7 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 7.

Tabel 7. Skor perjawaban angket.

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (Rahayu, 2010:29)

Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus:

∑ Xi

= x 100 % n

Keterangan:

= Persentase aktivitas siswa; ∑ Xi = Jumlah skor yang

diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2005:69).

(64)

Tabel 8. Data angket tanggapan siswa terhadap model PBL Sumber: Rahayu (2010: 31).

3) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL sesuai kriteria Hendro (dalam Suwandi, 2012:40) pada Tabel 9.

Tabel 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL

Persentase (%) Kriteria 100

c. Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran PBL

Data penilaian diri dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 6 pertanyaan positif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung Skor Angket Pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 10

Tabel 10. Skor perjawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif Ya Tidak

(65)

Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus: diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2005:69).

2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 11. Data angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL

(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model Pembelajaran PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Penggunaan model Pembelajaran PBL berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dapat digunakan

oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok lingkungan.

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Tabel 1.  Sintaks PBL
Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen
Tabel 2. Kriteria N-gain
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Pokok Pencemaran Lingkungan di

Aktivitas belajar peserta didik yang diamati selama proses pembelajaran adalah peserta didik membuat pertanyaan, mengerjakan soal pesawat masalah, berdiskusi dalam

Berdasarkan masalah yang dihadapi dan keberhasilan penelitian terdahulu penulis berkeinginan untuk mengetahui pengaruh perbedaan hasil dan aktivitas belajar antara

Dalam siklus I, aktivitas belajar memahami Keadaan Alam Indonesia dengan sub tema Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk Indonesia (Bukit dan Perbukitan) melalui

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Desti (2019) yang mengungkapkan bahwa persentase rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada 5 aspek yang diamati (aktif bekerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar, aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dan respon siswa yang baik

Dengan variasi pembelajaran yang terdiri dari diskusi kelompok, pemecahan masalah, dan presentasi membuat siswa merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII-D Semester II SMP