• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap

SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh

PRIMASARI PERTIWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah

Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

PRIMASARI PERTIWI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan

kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen.

Sampelnya adalah siswa kelas X3 dan X4 yang dipilih secara purposive sampling. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis

secara statistik dengan uji t dan uji U. sedangkan data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa, angket tanggapan serta keterlibatan siswa terhadap penggunaan

model PBL yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase peningkatan aktivitas

siswa dalam semua aspek yang diamati berkriteria “baik” (77,39% ± 22,87). Dengan persentase pada aspek bekerja sama (92,39% ± 0,28) dan

mempresentasikan hasil diskusi (88,04% ± 0,42) mempunyai kriteria “sangat

(3)

Primasari Pertiwi

iii

mengumpulkan informasi (82,61% ± 0,32) berkriteria “baik”. Namun, pada aspek

mengajukan pertanyaan (36,96% ± 0,75) memiliki kriteria yang “kurang”

Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dengan N-gain dari pretes dan postes

yang berkriteria “tinggi” (71,04%). Peningkatan hasil belajar terjadi pada semua indikator kognitif (C2 dan C4) dengan rata-rata N-gain berkriteria “tinggi” untuk indikator kognitif C2 (71,45%); dan C4 (70,62%). Selain itu, sebagian besar siswa

memberikan tanggapan positif dan keterlibatannya dalam penggunaan model PBL. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Penulis dilahirkan di Metro, Lampung pada 21 Juli 1993, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

pasangan Bapak Drs. Suroso dan Ibu Kartikawati. Penulis beralamat di Kompleks STKIP PGRI, 38 Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

HP/email: 089631117378/primasaripertiwi@yahoo.co.id

Pendidikan yang penulis tempuh adalah TK PGRI, Metro Timur (1997-1998), SD

Negeri 2 Metro Timur (1998-2004), SMP Negeri 2 Metro (2004-2007) dan SMA Negeri 1 Metro (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur ujian tulis Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Genetika. Penulis melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan

(PPL) di SMP Negeri 1 Lambu Kibang, Kecamatan Lambu Kibang dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gilang Tunggal Makarta, Kecamatan Lambu Kibang,

(9)

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung… Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibundaku (Kartikawati) dan Ayahandaku (Drs. Suroso) , yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menjaga dan menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.

Adik-adikku (Gesang Subarkah dan Ananto Adi Nugraha) yang selalu memotivasi ku dan menyayangiku; serta keluarga besarku yang selalu mendukungku…

Teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi 2010 yang selalu menyemangatiku, membantuku dalam kesulitan, menghilangkan rasa sedih yang ada…

Para pendidik dan dosen yang terhormat

(10)

MOTO

“Hidup Itu Seperti Bola Bekel, Semakin Keras Dilempar, Semakin Tinggi

Akan Terpental”

(Mario Teguh)

“Yes, I can !!”

(Primasari Pertiwi)

“Life is Strunggle”

(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

(12)

xii

7. Drs. Puryanto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Trimurjo dan Tursila Widiastuti,

S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X3 dan X4 SMA Negeri 1

Trimurjo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

9. Sahabat-sahabatku Destya, Nia, Komasari, Elyana, Linda, Made, Olba, Cris,

Mira, Silvi, Mbak Ning, Tantri, Ariska, dan Anisa atas kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini;

10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, November 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir ... 6

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem-Based Learning (PBL) ... 9

B. Aktivitas belajar ... 17

C. Hasil Belajar Siswa ... 19

D. Performance Assessment (Penilaian Kinerja) ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Desain Penelitian ... 28

D. Prosedur penelitian ... 29

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 41

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

(14)

xiv

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN 1. Silabus ... 65

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 71

3. Lembar Kerja Siswa ... 87

4. Soal Pretes dan Postes ... 135

5. Angket Tanggapan dan Keterlibatan Siswa ... 153

6. Data Hasil Penelitian ... 155

7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 163

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintaks model PBL ... 11

2. Kriteria N-gain ... 36

3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa ... 37

4. Item pernyataan pada angket tanggapan siswa ... 40

5. Item pernyataan pada angket keterlibatan siswa ... 40

6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa ... 45

7. Skor perjawaban angket ... 45

8. Data angket tanggapan siswa terhadap PBL ... 46

9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap PBL ... 46

10.Skor perjawaban angket ... 47

11.Data angket penilaian diri ... 47

12.Kriteria persentase penilaian diri ... 48

13.Persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol 49 14.Hasil uji statistik nilai pretes, postes, dan N-gain siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 50

15.Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator kognitif siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 51

16.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen ... 155

17.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol... 156

18.Analisis perindikator soal pretes dan postes kelas eksperimen ... 157

(16)

xvi

22.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model

PBL ... 161

23.Analisis data angket keterlibatan siswa terhadap penggunaan model PBL ... 162

24.Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 163

25.Hasil uji Mann-Withney U pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 164

26.Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ... 165

27.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata ... 166

28.Hasil uji satu pihak postes ... 167

29.Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 168

30.Hasil uji Mann-Withney U N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 169

31.Hasil uji normalitas N-gain aspek kognitif tingkat C2 kelas eksperimen dan kontrol ... 170

32.Hasil uji Mann-Whitney U N-gain aspek kognitif tingkat C2 kelas eksperimen dan kontrol ... 171

33.Hasil uji normalitas N-gain aspek kognitif tingkat C4 kelas eksperimen dan kontrol ... 172

34.Hasil uji kesamaaan dua varian & kesamaan dua rata-rata N-gain aspek kognitif tingkat C4 kelas eksperimen dan kontrol ... 173

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 8

2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen... 29

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL ... 52

4. Keterlibatan siswa terhadap penggunaan model PBL ... 53

5. Siswa mengerjakan soal pretes... 175

6. Mengorientasikan siswa pada masalah ... 175

7. Mengorganisasikan siswa untuk belajar... 176

8. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok... 176

9. Menyajikan hasil karya ... 177

10.Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah ... 177

11.Siswa mengerjakan soal evaluasi (postes) ... 178

12.Siswa mengerjakan soal pretes... 179

13.Siswa melakukan diskusi ... 179

14.Siswa mempresentasikan hasil diskusi... 180

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa salah satu

ciri-ciri mata pelajaran biologi adalah mempelajari permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penerapannya untuk

membangun teknologi guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat (Depdiknas, 2006:1).

Pembelajaran biologi bertujuan untuk menciptakan aktivitas belajar siswa

yang aktif yang menunjang berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan metode ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) salah satunya menuntut siswa antara lain mampu merumuskan masalah, dan mengajukan dan menguji hipotesis. Dengan

demikian pembelajaran biologi diharapkan tidak hanya menganut sistem konsep dan materi saja tetapi diperlukan adanya aktivitas belajar siswa yang

(19)

2

sama dalam kelompok. Didukung oleh Suhendro (2006:22) yang menyatakan bahwa aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah, pada hakikatnya

adalah untuk mencapai tujuan belajar sedangkan tujuan belajar pada umumnya adalah untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan adalah dalam bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan siswa.

Namun yang terjadi di SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah aktivitas belajar siswa belum optimal ketika belajar. Karena siswa hanya

mendengarkan penjelasan guru. Guru masih mengunakan metode ceramah dan diskusi. Metode-metode seperti ini diduga kurang efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kurang berkembang dan tidak tergali secara optimal. Hal tersebut tentu akan berpengaruh juga terhadap hasil

belajar siswa. Ini dikarenakan, metode ceramah cenderung membuat siswa pasif, dan apabila terlalu lama akan membuat siswa bosan karena hanya diam

mendengarkan penjelasan guru. Sementara metode diskusi hanya sebagian siswa yang terlibat aktif dalam diskusi.

Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat

berdampak pada hasil belajar siswa karena penyampaian materi kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan

(20)

memperoleh nilai ≥ 75 hanya mencapai 40%, sedangkan ketuntasan belajar

yang ditetapkan sebesar 75.

Melihat kondisi tersebut, dibutuhkan alternatif model pembelajaran yaitu model PBL (Problem Based Learning). Model PBL merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu

konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran. Masalah yang dikemukakan kepada siswa bertujuan untuk

membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan adanya kesenjangan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut (Rusman, 2011: 237).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Medriati (2013:8)

menunjukkan bahwa model PBL berpengaruh nyata terhadap meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada konsep Cahaya di kelas VIII.6 SMP Negeri 14 Kota Bengkulu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Model

Pembelajaran Problem Based learning (PBL)Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas X Semester

(21)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa?

2) Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

2) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang

sangat berharga guna menjadi calon guru yang professional terutama dalam menyiapkan instrument penilaian yang baik.

2) Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran PBL sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model

(22)

3) Bagi siswa, dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa secara signifikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.

1) Model PBL yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah langkah berikut: (1) orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individual maupun

kelas; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah.

2) Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) menuliskan ide/gagasan berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS (mengorientasikan siswa pada masalah); (2) berkerja sama dalam

menyelesaikan masalah (mengorganisasikan siswa untuk belajar); (3) mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (membimbing

penyelidikan individu maupun kelas); (4) mempresentasikan hasil diskusi kelas (mengembangkan dan menyajikan hasil karya); (5) mengajukan pertanyaan (menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah).

Aktivitas belajar tersebut akan dinilai dengan performance assessment.

3) Hasil belajar siswa yang diukur dari hasil pretes sebagai penilaian awal

(23)

6

4) Kompetensi Dasar yang diteliti adalah 4.2 “Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan”.

5) Subyek penelitian ini diambil dari populasi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2013/2014.

F. Kerangka Pikir

Banyak model pembelajaran dengan tujuan tertentu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan

dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan sintaks, pendekatan, metode,

dan teknik pembelajaran tertentu. Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah PBL. Tujuan utama dari PBL adalah untuk

meningkatkan aktivitas pembelajaran dengan mewajibkan peserta didik untuk

memecahkan masalah.

Model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan untuk dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Model PBL melatih siswa melalui kerja kelas untuk membahas suatu permasalahan, mempresentasikan hasil diskusi dan mengevaluasinya,

sehingga tidak ada lagi siswa yang hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan siswa yang mengobrol. Dalam hal ini aspek afektif dan psikomotor siswa dapat meningkat sehingga otomatis aspek kognitif siswa juga akan

(24)

PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga

siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Sehingga secara keseluruhan model PBL diharapkan dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini mengenai penggunaan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model PBL, sedangkan variabel

terikatnya adalah aktivitas dan hasil belajar siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.

Keterangan : X= model PBL; Y1= aktivitas belajar; Y2= hasil belajar siswa Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

X

Y1

(25)

8

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. H0 = Penggunaan model pembelajaran PBL tidak berpengaruh secara

signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

H1 = Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara

signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh dalam meningkatkan

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merupakan

suatu pendekatan pendidikan yang menggunakan masalah atau pemicu untuk merangsang siswa belajar, sebagaimana yang diungkapkan Savin Baden (2000, dalam Whitcombe, 2013:41)

Problem-based learning (PBL) is an educational approach that uses 'problems' or 'trigger's' to stimulate students' learning.

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa PBL melibatkan siswa bekerja kooperatif dalam kelas. Karakteristik utama dari PBL adalah bahwa siswa

fokus pada penyelesaian masalah.

Boud, Felleti, dan Fogarty (1997, dalam Ngalimun, 2014:89 ) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memuat konfrontasi

kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau

open ended melalui stimulus dalam belajar. Lebih lanjut Barrows, 1994

(dalam Lee, 2012:527) mengungkapkan:

(27)

10

Sementara itu, Ward, 2002 (dalam Ngalimun, 2014:89 ) menyatakan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk

memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Ngalimun (2014:89-90) mengungkapkan karakteristik-karakteristik yang

dimiliki oleh PBL.

1) Belajar dimulai dengan suatu masalah.

2) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa.

3) Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin

ilmu.

4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk

dan menjalankan secara langsung proses belajar meraka sendiri. 5) Menggunakan kelas kecil.

6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari

dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru),

kemudian siswa memperdalam pengatahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah

tersebut. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat

(28)

belajar pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelas, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Dengan

kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari (Ngalimun, 2014:90).

Model pembelajaran tipe PBL telah banyak diterapkan dalam pengajaran sains. Gallagher (dalam Ngalimun,2014:99) menyatakan bahwa PBL dapat

dan perlu termasuk untuk eksperimentasi sebagai suatu alat untuk

memecahkan masalah. Lebih lanjut Arends (dalam Ngalimun, 2014:95-99)

merinci langkah-langkah dalam pelaksanaan PBL. Arends mengemukakan ada 5 (lima) fase yang dilakukan untuk mengimplementasikan model PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan-tahapan praktis yang dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran dengan PBL sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Sintaks PBL

Fase Aktivitas Guru

Fase 1:

Mengorientasikan siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Fase 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

Fase 3:

Membimbing penyelidikan individu maupun kelas

Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.

Fase 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(29)

12

Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan

aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. Di samping proses yang akan berlangsung, sangat

penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses

pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa

dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Sutrisno (2006, dalam Ngalimun, 2014:96-97) menjelaskan empat hal penting pada proses ini, yaitu:

1) Tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki

masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri. 2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban

mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai

banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.

3) Selama tahap penyelidikan (dalam pembelajaran ini), siswa didorong

untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapi siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.

4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide

(30)

peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar

Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, PBL juga mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat

membutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelas-kelas siswa

dimana masing-masing kelas akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran

kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelas harus heterogen,

pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi

kerja masing-masing kelas untuk menjaga kinerja dan dinamika kelas selama pembelajaran. Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelas belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan

subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif

terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelas

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu

(31)

14

berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini,

guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan

cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah

dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk beripikir tentang masalah dan ragam informasi

yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan

permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan

pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang

kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut kiranya cukup memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”Apa

yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?” atau ”apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda

(32)

yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegaitan penyelidikan.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan Memamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu

videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan),

model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak

sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran.

Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan

umpan balik.

Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk

membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang

telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan

(33)

16

mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka

akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas Dasna dan Sutrisna, 2010 (dalam Suwandi, 2012:13) mengemukakan bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan.

1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan

yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan

situasi di mana konsep diterapkan;

2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan

keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep

atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan

(34)

B. Aktivitas Belajar

Di dalam proses pembelajaran diperlukan aktivitas belajar yang tinggi karena

pada prinsipnya belajar adalah suatu perbuatan tingkah laku, tidak akan terjadi pembelajaran jika tidak ada aktivitas yang dilakukan, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan pembelajaran dengan demikian di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas, banyak jenis

aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Sementara itu, penilaian proses dengan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar diantaranya aktivitas

belajar. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah, pada hakikatnya adalah untuk mencapai tujuan belajar sedangkan tujuan belajar

pada umumnya adalah untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan adalah dalam bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan siswa

(Suhendro, 2006: 22).

Keberhasilan dalam belajar dapat ditunjang dengan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Antusias peserta didik dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari seberapa besar ia melakukan aktivitas belajar. Berbagai aktivitas

dalam kegiatan pembelajaran akan menimbulkan perubahan yang berupa perilaku positif dalam sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan

(35)

18

pertanyaan, kemampuan dalam mengemukakan pendapat, kemampuan dalam mengerjakan LKS, kemampuan dalam pemecahan masalah.

Pendidikan atau pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke

tingkat perkembangan yang diharapkan. Pendidikan modern lebih

menitikberatkan pada aktivitas, di mana siswa belajar sambil bekerja karena siswa akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta

perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sistem pembelajaran saat ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Hamalik, 2001:89-90).

Suardi (dalam Djamarah, 2006:39-40) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari

kegiatan belajar mengajar adalah ditandai dengan aktivitas peserta didik. Sebagai konsekuensi bahwa peserta didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas peserta didik dalam hal

ini ialah aktif baik secara fisik, maupun mental. Tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar apabila peserta didiknya pasif, sebab peserta

didiklah yang belajar maka mereka yang harus melakukannya. Mengenai jenis-jenis aktivitas, Diedrich (dalam Sardiman, 2003:101) mengklasifikasikannya sebagai berikut:

1) Visual activities, yaitu membaca, memperhatikan gambar.

2) Oral activities, yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, menyampaikan

(36)

4) Writing activities, yaitu menulis laporan, angket.

5) Drawing activities, yaitu menggambar, membuat grafik, peta konsep,

diagram.

6) Motor activities, yaitu melakukan percobaan, membuat konstruksi, melakukan presentasi.

7) Mental activities, yaitu menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, yaitu menaruh minat, gembira, bersemangat, berani, tenang.

C. Hasil Belajar Siswa

Daryanto (2008:91-93)mengungkapkan bahwa secara umum, jenis hasil belajar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu (1) ranah kognitif, (2) ranah psikomotor, dan (3) ranah afektif. Secara

rinci, uraian masing-masing ranah tersebut ialah:

1) Ranah kognitif, yakni tujuan pendidikan yang sifatnya menambah

pengetahuan atau hasil belajar yang berupa pengetahuan.

2) Ranah psikomotor, yakni hasil belajar atau tujuan yang berhubungan dengan keterampilan atau keaktifan fisik (motor skills).

3) Ranah afektif, yakni hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif.

Hasil belajar siswa terutama dari aspek kognitif mempunyai tingkatan dalam

(37)

20

pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara

penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting

untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di

dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas.

Berikut ini struktur dari Dimensi Proses Kognitif menurut taksonomi yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl(2001:67-68), antara lain:

1) Remember (mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Terdiri dari Recognizing (mengenali)

dan Recalling (memanggil atau mengingat kembali).

2) Understand (memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis, ataupun grafik. Terdiri atas

Interpreting (menginterpretasi), Exemplifying (mencontohkan),

Classifying (mengklasifikasi), Summarizing (merangkum),

Inferring (menyimpulkan), Comparing (membandingkan), dan

Explaining (menjelaskan).

3) Apply (menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur

tertentu bergantung situasi yang dihadapi. Terdiri dari

(38)

4) Analyze (menganalisis), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama

lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. Mencakup Differentianting

(membedakan), Organizing (mengelola), dan Attributing

(menghubungkan).

5) Evaluate (Mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar. Mencakup Checking (memeriksa)

dan Critiquing (mengkritisi).

6) Create (menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. Terbagi atas

Generating (menghasilkan), Planning (merencanakan), dan

Producing (memproduksi).

D. Performance Assessment (Penilaian Kinerja)

Penilaian hasil belajar siswa haruslah memenuhi standar penilaian nasional seperti tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian diantaranya penilaian pendidikan, melakukan penilaian harus menggunakan prinsip-prinsip penilaian yang Sahih, Objektif, Adil, Terpadu, Terbuka,

Menyeluruh dan berkesinambungan, Sistematis, Beracuan Kriteria dan Akuntabel. Prosedur penilaian yang tepat, teknik dan instrumen penilaian,

serta mekanisme dan laporan hasil penilaian.

(39)

22

untuk menentukan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini jelas tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 Ayat 2 dinyatakan bahwa: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan

dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada pergguruan tinggi.

Pentingnya penilaian (assessment) dalam proses pembelajaran juga

diungkapkan oleh Margono (2007:43) bahwa keberhasilan dan efektifitas kegiatan pembelajaran ditentukan oleh dan bergantung kepada efektifitas penilaian. Jenis dan teknik penilaian yang digunakan sangat beragam

tergantung pada jenis kompetensi, indikator hasil belajar yang ingin dicapai, materi pembelajaran dan tujuan penilaian itu sendiri. Sebelum melaksanakan

penilaian terhadap proses dan hasil belajar, guru harus terlebih dahulu mendisain instrumentnya agar penilaian yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kompetensi yang hendak diuji.

Salah satu teknik penilaian yang dapat digunakan adalah performance assessment. Dengan menggunakan performance assessment (penilaian

kinerja), siswa dinilai baik proses yang mereka lakukan maupun hasil kerja mereka. Hal ini didukung oleh Haryati (2013:47) yang menyatakan bahwa

teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar (kompetensi)

(40)

Misalnya berdiskusi, pemecahan masalah, melakukan presentasi, dan

menggunakan alat-alat laboratorium. Lebih lanjut Iryanti (2004:9) menyatakan

bahwa penilaian unjuk kerja memiliki kelebihan dapat mengungkap potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan bentuk komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan.

Majid (2007:200) menyatakan bahwa Performance Assessment merupakan

penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang

mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Lebih lanjut Majid (2007:200) mengatakan bahwa Performance Assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan

mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Danielson (dalam Iryanti, 2004:9) mendefinisikan penilaian unjuk kerja sebagai berikut:

“Performance assessment means any assessment of student learning that

requires the evaluation of student writing, products, or behavior. That is, it includes all assessment with the exeption of multiple choice, matching, true/false testing, or problems with a single correct answer”.

Penilaian unjuk kerja adalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian dalam bentuk tulisan, produk, atau sikap kecuali bentuk pilihan

ganda, menjodohkan, benar-salah, atau jawaban singkat.

(41)

24

sebagaimana yang terjadi. Penilaian biasanya digunakan untuk menilai

kemampuan siswa dalam diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam

diskusi, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat, dan aktivitas lain yang bisa diamati atau diobservasi. Lebih lanjut Uno (2012:19) menjelaskan penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan

dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut

peserta didik menunjukkan unjuk kerja.

Majid (2007:200) menjelaskan ada 6 (enam) langkah dalam penilaian kinerja. 1) Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan

atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.

2) Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir

(output) yang terbaik.

3) Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa

melaksanakan tugas.

4) Mendefinisikan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur

berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan.

5) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.

6) Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria

(42)

Menurut Zainul, 2001 (dalam Riadi, 2012) penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut

rubric. Dengan demikian wujud performance assessment yang utama adalah

task (tugas) dan rubric (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu

keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik

digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa.

Lebih lanjut Majid (2007:200) juga menjelaskan metode yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja.

1) Metode holistik, digunakan apabila para penskor (rater) hanya

memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.

2) Metode analytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat

menggunakan checklist dan rating scale.

Haryati (2013:49) mengungkapkan penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi terhadap berbagai konteks untuk menentukan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu dari

suatu kompetensi dasar. Pengamatan atas observasi terhadap unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berupa.

1) Skala penilaian (rating scale), penilaian unjuk kerja dengan rating scale

(43)

26

penguasaan/ketercapaian ketuntasan belajar dari suatu kompetensi. Rating scale terentang dari sangat kompetensi sampai sangat tidak kompeten.

Misal: rentang 1 = sangat tidak kompeten, 2 = tidak kompeten, 3 = agak kompeten (cukup), 4 = kompeten, 5 = sangat kompeten.

2) Daftar cek (check list), penilaian unjuk kerja dapat juga dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda/gejala-gejala

yang timbul sebagai aspek psikomotorik dari suatu obyek yang sedang diamati. Lembar observasi pada umumnya berbentuk ckeck list(√ ) karena

hanya berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal

memberi tanda check list pada jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kelemahannya adalah guru atau penilai hanya mempunyai

dua pilihan mutlak, benar-salah, ya-tidak, baik-buruk, dan lain-lain. Dengan menggunakan check list peserta didik mendapatkan apabila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh guru/penilai.

Akan tetapi jika tidak dapat diamati maka peserta didik tidak mendapatk skor.

Labih lanjut Muslich (2007:98-99) menjelaskan bahwa dalam praktiknya,

penilaian kinerja dapat dikelaskan menjadi tiga jenis.

1) Penilaian kinerja dalam bentuk observasi informal, merupakan kegiatan

(44)

2) Penilaian kinerja dalam bentuk formal, merupakan kegiatan perekaman yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemempuan tertentu

siswa. Penilaian kinerja jenis ini dilakukan dengan langkah-langkah: strategi peerencanaan, penentuan keputusan, dan pelaporan kinerja siswa, misalnya dalam hal: (1) rating kemampuan individual dalam

menyelesaikan masalah secara kolaboratif, (2) kinerja individual dalam perannya pada kerja kelas, (3) rating analitik kinerja musik, (4) kinerja

keseluruhan dalam kemampuan berbicara, (5) rating analitik kemampuan bermain drama.

3) Penilaian kinerja keterbandingan, merupakan penilaian kinerja yang

menyangkut hal-hal: (1) kesesuaiannya dengan kurikulum, (2) keadilan, (3) keumuman, (4) standar, (5) reliable.

Menurut Reynolds (dalam Utomo dan Ardiyarta, 2013:4) performance

assessment memiliki keunggulan, seperti: (1) performance assessments dapat mengukur kemampuan yang tidak dapat dinilai dengan menggunakan

penilaian lain; (2) penggunaan performance assessments sesuai dengan teori

belajar modern; (3) performance assessment dapat menilai dari segi proses serta produk; dan (4) penggunaan kinerja dapat memperluas pendekatan

(45)

28

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah pada bulan Mei semester genap Tahun Pelajaran

2013/2014 di SMA Negeri 1 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap

SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini mengambil

sampel siswa kelas X3 sebagai kelas kontrol dan siswa kelas X4 sebagai kelas eksperimen. Dengan masing-masing siswa berjumlah 19 dan 23 orang.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelas non ekuivalen (Riyanto, 2001:43). Kelas

eksperimen (kelas X4) diberi perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran PBL, sementara kelas kontrol (kelas X3) menggunakan metode diskusi. Setelah itu, kedua kelas diberi tes atau soal yang sama di awal dan

(46)

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelas Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas X4) II = Kelas kontrol (kelas X3)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan model PBL C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi O1 = Pretes

O2 = Postes

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelas tak ekuivalen.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.

1) Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut : a) Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang model pembelajaran yang

digunakan dan keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian. c) Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

(47)

30

e) Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes dalam bentuk uraian untuk mengukur hasil belajar siswa, lembar observasi aktivitas

belajar siswa dan pedoman penskoran (rubric) sebagai pedoman untuk menilai aktivitas dan hasil belajar siswa.

f) Membentuk kelas diskusi bersifat heterogen pada kelas eksperimen

dan kontrol. Setiap kelas terdiri dari 4-5 siswa.

2) Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan ke-I membahas

keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan atau pencemaran lingkungan dan petemuan ke-II membahas keterkaitan antara

kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a) Kelas Eksperimen (Pembelajaran Menggunakan Model PBL) Kegiatan Awal

1) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah

perusakan atau pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. 2) Siswa diberikan apersepsi oleh guru:

 Pertemuan I:

“ Kalian pernah mendengar berita kebakaran hutan di Sumatera

(48)

berita tentang banjir yang terjadi di Manado dan Jakarta beberapa waktu yang lalu. Faktor apakah yang dapat

menyebabkan hal tersebut dapat terjadi?”.  Pertemuan II:

“Mengapa kita perlu menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar ?”.

3) Guru memberikan motivasi kepada siswa:  Pertemuan I:

“Pada materi ini kita akan mempelajari berbagai kerusakan dan

pencemaran yang terjadi di lingkungan, mendiskusikan penyebabnya, serta menemukan alternatif pemecahannya”.  Pertemuan II:

“Setelah mempelajari materi ini, kita dapat menyadari bahwa

pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar”. 4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan

pembelajaran.

Kegiatan Inti

1) Setiap siswa diminta oleh guru untuk duduk dalam kelasnya

masing-masing (terdapat 5 kelas dan tiap kelas terdiri dari 4-5 siswa).

2) Setiap kelas siswa memperoleh LKS berbasis masalah.

(49)

32

4) Siswa mendiskusikan permasalahan untuk mencari penyebabnya kemudian membuat rumusan masalahnya.

5) Siswa mendiskusikan permasalahan untuk menemukan kegiatan manusia yang berkaitan dengan masalah perusakan atau

pencemaran lingkungan dan usaha manusia untuk melestarikan

lingkungan yang sesuai dengan permasalahannya.

6) Peneliti mengamati aktivitas belajar siswa menggunakan lembar

observasi beserta pedoman penskoran (rubric) performance assessment.

7) Setiap kelas mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

8) Setiap kelas membuat media presentasi dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia.

9) Setiap kelas mempresentasikan hasil karyanya kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.

10)Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru

memberikan konfirmasi.

Kegiatan Penutup

1) Siswa membuat simpulan atau rangkuman materi yang telah

dipelajari dengan bimbingan guru.

2) Siswa mengerjakan postest (Pertemuan ke II) yang sama dengan

soal pretest (Pertemuan ke I)

(50)

4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

b) Kelas Kontrol (Pembelajaran Menggunakan Metode Diskusi) Kegiatan Awal

1) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah

perusakan atau pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. 2) Siswa diberikan apersepsi oleh guru:

 Pertemuan I:

“ Kalian pernah mendengar berita kebakaran hutan di Sumatera

dan Kalimantan, yang hampir selalu terjadi setiap tahun. Atau berita tentang banjir yang terjadi di Manado dan Jakarta

beberapa waktu yang lalu. Dua contoh tersebut merupakan permasalahan lingkungan yangterjadi akibat perbuatan manusia”.

 Pertemuan II:

“Mengapa kita perlu menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar ?”.

3) Guru memberikan motivasi kepada siswa:  Pertemuan I:

“Pada materi ini kita akan mempelajari berbagai kerusakan dan

(51)

34

 Pertemuan II:

“Setelah mempelajari materi ini, kita dapat menyadari bahwa

pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar”. 4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan

pembelajaran.

Kegiatan Inti

1) Setiap siswa diminta oleh guru untuk duduk dalam kelasnya

masing-masing (terdapat 5 kelas dan tiap kelas terdiri dari 4-5 siswa).

2) Setiap kelas siswa memperoleh LKS.

3) Siswa berdiskusi untuk menjawab LKS.

4) Peneliti mengamati aktivitas belajar siswa menggunakan lembar

observasi beserta pedoman penskoran (rubric) performance assessment.

5) Setiap mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

6) Setiap kelas mempresentasikan hasil karyanya kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.

7) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.

Kegiatan Penutup

(52)

2) Siswa mengerjakan postest (Pertemuan ke II) yang sama dengan soal pretest (Pertemuan ke I)

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap proses pembelajaran.

4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari:

a)Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diambil pada penelitian ini yaitu hasil belajar

siswa yang diperoleh melalui pretes dan postes. Hasil belajar siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang dinormalisasi atau N-gain

(g) dengan menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

N-gain = x 100%

Keterangan:

N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes Smax = maximum score = skor maksimum

Spost – Spre

(53)

36

Note that: a positive Hake gain indicates a student learning gain; the maximum gain possible is 1; a negative Hake gain occurs when the post-test score is less than the pre-test score; a zero result occurs when the post-test score is equal to the pre-test score (Loranz, 2008:2).

b) Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah deskripsi aktivitas belajar

siswa sebelum, selama, dan sesudah pembelajaran. Data tersebut didapat dengan menggunakan teknik penilaian performance assessment.

2) Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Pretes dan Postes

Data peningkatan hasil belajar siswa adalah berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik

eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes di akhir pertemuan kedua setiap kelas.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

(54)

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Data LKS digunakan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar

siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen menggunakan LKS berbasis masalah, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS dengan metode diskusi.

c) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi skor pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan berdasarkan

pedoman penskoran (rubric).

Tabel 3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

No Nama

Skor Aspek Aktivitas

Belajar Siswa

∑x

i n

Kriteria

A B C D E

1 2 3 4 5 dst.

∑x

i

(55)

38

Aspek dan Rubrik Aktivitas Belajar Siswa:

A. Menuliskan rumusan masalah berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS (Mengorientasikan Siswa Pada Masalah)

Skor Kriteria

0 Tidak menuliskan rumusan masalah (diam saja).

1 Menuliskan rumusan masalah namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok lingkungan.

2 Menuliskan rumusan masalah sesuai dengan pembahasan pada materi pokok lingkungan.

B. Berkerja sama dalam menyelesaikan masalah (Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar)

Skor Kriteria

0 Tidak berkerja sama (diam saja).

1

Berkerja sama namun dengan satu atau dua orang saja untuk memecahkan permasalahan pada LKS pada materi pokok lingkungan.

2

Berkerja sama dengan semua anggota kelas untuk memecahkan permasalahan pada LKS pada materi pokok lingkungan.

C.Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (Membimbing Penyelidikan Individu maupun Kelas)

Skor Kriteria

0 Siswa tidak mengumpulkan informasi (diam saja).

1 Siswa mengumpulkan informasi hanya dari satu sumber.

(56)

D.Mempresentasikan hasil diskusi kelas (Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya)

Skor Kriteria

0 Siswa dalam kelas tidak mempresentasikan hasil diskusi (diam saja)

1 Siswa dalam kelas dapat mempresentasikan hasil diskusi kelas secara tidak sistematis.

2 Siswa dalam kelas dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis.

E.Mengajukan pertanyaan (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Mengatasi Masalah)

Skor Kriteria

0 Tidak mengajukan pertanyaan.

1 Mengajukan pertanyaan yang tidak sesuai dengan permasalahan pada materi pokok lingkungan.

2 Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan materi pokok lingkungan.

d) Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang:

1. Penggunaan model PBLyang telah dilaksanakan.

(57)

40

Tabel 4. Angket tanggapan siswa terhadap model PBL

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui model pembelajaran PBL.

2 Model pembelajaran yang digunakan tidak mampu mengembangkan kemampuan saya dalam memecahkan masalah dan meningkatkan hasil belajar saya.

3 Model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelas.

4 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

5 Saya termotivasi untuk mencari data/informasi dari berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS.

6 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

7 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi pokok yang dipelajari.

Sumber: dimodifikasi dari Suwandi (2012:34).

2) Angket Keterlibatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran PBL Angket ini berisi 6 pertanyaan yang terdiri dari 6 pertanyaan positif

dengan 2 pilihan jawaban yaitu ya atau tidak seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL

No. Pertanyaan-Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda ikut berkontribusi dalam memberikan solusi/pemecahan masalah dari permasalahan yang ada pada LKS?

2. Apakah anda ikut berkontribusi dalam mencari informasi dari buku atau sumber lain yang relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada pada LKS? 3. Apakah anda dapat bekerja sama dengan baik dengan

teman-teman sekelas anda dalam menyelesaiakan masalah yang ada pada LKS?

4. Apakah anda berkontribusi dalam membuat poster (hasil karya)?

5. Apakah anda ikut berkontribusi dalam menyajikan hasil diskusi dan/atau menjawab pertanyaan pada saat kelas anda presentasi?

(58)

e) Catatan Lapangan

Pengumpulan data melalui lembar observasi kegiatan pembelajaran

untuk mendata aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran. Catatan lapangan diisi oleh observer untuk mengamati proses

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas.

f) Dokumentasi

Pengumpulan data berupa foto siswa pada saat proses pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

1) Data Kuantitatif

Data yang berupa nilai pretes, postes, dan N-Gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t melalui bantuan program SPSS

versi 17 yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Langkah-langkah uji prasyarat adalah sebagai berikut:

a) Uji Normalitas Data

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil berdistribusi normal atau tidak untuk keperluan analisis data

selanjutnya. Pengujian normalitas ini menggunakan uji Lilliefors

melalui bantuan program SPSS 17. ฀ Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal

H1 = Sampel tidak berdistribusi normal

฀ Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk

(59)

42

b) Uji Kesamaan Dua Varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians (uji homogenitas). Uji ini dilakukan

untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians yang sama atau tidak sama. Pengujian kesamaan dua

varians menggunakan uji F atau uji Fisher melalui bantuan program SPSS 17.

฀ Hipotesis

H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda

฀ Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya>

0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya <

0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).

c) Pengujian Hipotesis

Setelah prasyarat terpenuhi maka dilakukan uji lanjutan, yakni

pengujian hipotesis. Untuk menguji hipótesis digunakan uji t yang meliputi uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau menggunakan uji Mann-Whitney atau uji U. Uji t digunakan

apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji U atau uji Mann-Whitney digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji

(60)

Uji Kesamaan Dua Rata-rata ฀ Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

฀ Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto,

2004: 13).

Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Apabila H0 ditolak maka dilanjutkan dengan uji perbedaan dua

rata-rata. ฀ Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas

kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari

kelas kontrol. ฀ Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto,

2004:10).

Uji U (Uji Mann-Whitney)

(61)

44

฀ Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

tidak berbeda secara signifikan.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

berbeda secara signifikan.

฀ Kriteria Pengujian

Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan p < 0,05 H0 ditolak

(Uyanto, dalam Istafada, 2013:43).

2) Data Kualitatif

a) Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung

merupakan data yang diambil melalui observasi dengan menggunakan teknik penilaian performance assessment yang dilangkapi dengan kriteria penskoran (rubric). Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut.

1) Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = x 100%

2) Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa

sesuai kriteria pada Tabel 6.

(62)

Tabel 6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100

b) Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model PBL

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 8 pernyataan yang terdiri

dari 5 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan

ketentuan pada Tabel 7.

Tabel 7. Skor perjawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan

(63)

46

Tabel 8. Data angket tanggapan siswa terhadap model PBL

No. Sumber: Rahayu (2010: 31).

3) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL sesuai kriteria Hendro (dalam Suwandi,

2012:39) pada Tabel 9.

Tabel 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap model PBL

Persentase (%) Kriteria 100

c) Lembar Penilaian Diri

Data penilaian diri dikumpulkan melalui penyebaran angket.Angket tanggapan berisi 6 pertanyaan positif. Pengolahan data angket

dilakukan sebagai berikut:

1. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan

(64)

Tabel 10.Skor perjawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif Ya Tidak

Sumber: Rahayu (2010:29).

Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus:

% jawaban, Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2005:69).

2. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran

frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 11. Data angket penilaian diri

No. Sumber: Rahayu (2010: 31).

3. Menafsirkan atau menentukan persentase penilaian diri sesuai

(65)

48

Tabel 12. Kriteria persentase penilaian diri

Persentase (%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0

Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Tabel 1.  Sintaks PBL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah dengan membandingkan data yang diperoleh dari DPPKA Kota Surakarta dengan data hasil

ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SCIENTIFIC APPROACH DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA KURIKULUM 2013.. Universitas Pendidikan Indonesia

Formula gel anhidrat diabetic wound healing ibuprofen dengan kadar propilen glikol optimum yang mampu memberikan stabilitas dan pelepasan obat yang baik sehingga

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- hasan yang telah dipaparkan mengenai peran pemerintah daerah dalam peningkatan pres- tasi olahraga di Kabupaten Maros, maka kes- impulan

Perzinaan adalah sebuah tindakan hubungan intim selayaknya pasangan suami istri yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang belum menikah atau sudah menikah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan bahwa hanya ada 1 bank yang masuk kategori keuangan yang sehat dan tidak

Kedua, Bank Indonesia sudah mengeluarkan PBI (Peraturan bank Indonesia), tahun 2010 tentang Good Corporate Governance Bank Umum Syariah dan UUS. Salah isinya adalah

Pada akhir PLPG dilakukan uji kompetensi yang meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian praktik). Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan