PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap
SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)
(Skripsi)
Oleh
PRIMASARI PERTIWI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
PRIMASARI PERTIWI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan
kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen.
Sampelnya adalah siswa kelas X3 dan X4 yang dipilih secara purposive sampling. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis
secara statistik dengan uji t dan uji U. sedangkan data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa, angket tanggapan serta keterlibatan siswa terhadap penggunaan
model PBL yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase peningkatan aktivitas
siswa dalam semua aspek yang diamati berkriteria “baik” (77,39% ± 22,87). Dengan persentase pada aspek bekerja sama (92,39% ± 0,28) dan
mempresentasikan hasil diskusi (88,04% ± 0,42) mempunyai kriteria “sangat
Primasari Pertiwi
iii
mengumpulkan informasi (82,61% ± 0,32) berkriteria “baik”. Namun, pada aspek
mengajukan pertanyaan (36,96% ± 0,75) memiliki kriteria yang “kurang”
Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dengan N-gain dari pretes dan postes
yang berkriteria “tinggi” (71,04%). Peningkatan hasil belajar terjadi pada semua indikator kognitif (C2 dan C4) dengan rata-rata N-gain berkriteria “tinggi” untuk indikator kognitif C2 (71,45%); dan C4 (70,62%). Selain itu, sebagian besar siswa
memberikan tanggapan positif dan keterlibatannya dalam penggunaan model PBL. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Penulis dilahirkan di Metro, Lampung pada 21 Juli 1993, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan Bapak Drs. Suroso dan Ibu Kartikawati. Penulis beralamat di Kompleks STKIP PGRI, 38 Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.
HP/email: 089631117378/primasaripertiwi@yahoo.co.id
Pendidikan yang penulis tempuh adalah TK PGRI, Metro Timur (1997-1998), SD
Negeri 2 Metro Timur (1998-2004), SMP Negeri 2 Metro (2004-2007) dan SMA Negeri 1 Metro (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur ujian tulis Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Genetika. Penulis melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di SMP Negeri 1 Lambu Kibang, Kecamatan Lambu Kibang dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gilang Tunggal Makarta, Kecamatan Lambu Kibang,
Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung… Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Ibundaku (Kartikawati) dan Ayahandaku (Drs. Suroso) , yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menjaga dan menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.
Adik-adikku (Gesang Subarkah dan Ananto Adi Nugraha) yang selalu memotivasi ku dan menyayangiku; serta keluarga besarku yang selalu mendukungku…
Teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi 2010 yang selalu menyemangatiku, membantuku dalam kesulitan, menghilangkan rasa sedih yang ada…
Para pendidik dan dosen yang terhormat
MOTO
“Hidup Itu Seperti Bola Bekel, Semakin Keras Dilempar, Semakin Tinggi
Akan Terpental”
(Mario Teguh)
“Yes, I can !!”
(Primasari Pertiwi)
“Life is Strunggle”
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
xii
7. Drs. Puryanto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Trimurjo dan Tursila Widiastuti,
S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X3 dan X4 SMA Negeri 1
Trimurjo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;
9. Sahabat-sahabatku Destya, Nia, Komasari, Elyana, Linda, Made, Olba, Cris,
Mira, Silvi, Mbak Ning, Tantri, Ariska, dan Anisa atas kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini;
10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, November 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
F. Kerangka Pikir ... 6
G. Hipotesis ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem-Based Learning (PBL) ... 9
B. Aktivitas belajar ... 17
C. Hasil Belajar Siswa ... 19
D. Performance Assessment (Penilaian Kinerja) ... 21
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 28
C. Desain Penelitian ... 28
D. Prosedur penelitian ... 29
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 41
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49
xiv
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN 1. Silabus ... 65
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 71
3. Lembar Kerja Siswa ... 87
4. Soal Pretes dan Postes ... 135
5. Angket Tanggapan dan Keterlibatan Siswa ... 153
6. Data Hasil Penelitian ... 155
7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 163
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintaks model PBL ... 11
2. Kriteria N-gain ... 36
3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa ... 37
4. Item pernyataan pada angket tanggapan siswa ... 40
5. Item pernyataan pada angket keterlibatan siswa ... 40
6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa ... 45
7. Skor perjawaban angket ... 45
8. Data angket tanggapan siswa terhadap PBL ... 46
9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap PBL ... 46
10.Skor perjawaban angket ... 47
11.Data angket penilaian diri ... 47
12.Kriteria persentase penilaian diri ... 48
13.Persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol 49 14.Hasil uji statistik nilai pretes, postes, dan N-gain siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 50
15.Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator kognitif siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 51
16.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen ... 155
17.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol... 156
18.Analisis perindikator soal pretes dan postes kelas eksperimen ... 157
xvi
22.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model
PBL ... 161
23.Analisis data angket keterlibatan siswa terhadap penggunaan model PBL ... 162
24.Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 163
25.Hasil uji Mann-Withney U pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 164
26.Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ... 165
27.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata ... 166
28.Hasil uji satu pihak postes ... 167
29.Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 168
30.Hasil uji Mann-Withney U N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 169
31.Hasil uji normalitas N-gain aspek kognitif tingkat C2 kelas eksperimen dan kontrol ... 170
32.Hasil uji Mann-Whitney U N-gain aspek kognitif tingkat C2 kelas eksperimen dan kontrol ... 171
33.Hasil uji normalitas N-gain aspek kognitif tingkat C4 kelas eksperimen dan kontrol ... 172
34.Hasil uji kesamaaan dua varian & kesamaan dua rata-rata N-gain aspek kognitif tingkat C4 kelas eksperimen dan kontrol ... 173
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 8
2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen... 29
3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL ... 52
4. Keterlibatan siswa terhadap penggunaan model PBL ... 53
5. Siswa mengerjakan soal pretes... 175
6. Mengorientasikan siswa pada masalah ... 175
7. Mengorganisasikan siswa untuk belajar... 176
8. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok... 176
9. Menyajikan hasil karya ... 177
10.Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah ... 177
11.Siswa mengerjakan soal evaluasi (postes) ... 178
12.Siswa mengerjakan soal pretes... 179
13.Siswa melakukan diskusi ... 179
14.Siswa mempresentasikan hasil diskusi... 180
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa salah satu
ciri-ciri mata pelajaran biologi adalah mempelajari permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penerapannya untuk
membangun teknologi guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat (Depdiknas, 2006:1).
Pembelajaran biologi bertujuan untuk menciptakan aktivitas belajar siswa
yang aktif yang menunjang berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan metode ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) salah satunya menuntut siswa antara lain mampu merumuskan masalah, dan mengajukan dan menguji hipotesis. Dengan
demikian pembelajaran biologi diharapkan tidak hanya menganut sistem konsep dan materi saja tetapi diperlukan adanya aktivitas belajar siswa yang
2
sama dalam kelompok. Didukung oleh Suhendro (2006:22) yang menyatakan bahwa aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah, pada hakikatnya
adalah untuk mencapai tujuan belajar sedangkan tujuan belajar pada umumnya adalah untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan adalah dalam bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan siswa.
Namun yang terjadi di SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah aktivitas belajar siswa belum optimal ketika belajar. Karena siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru. Guru masih mengunakan metode ceramah dan diskusi. Metode-metode seperti ini diduga kurang efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kurang berkembang dan tidak tergali secara optimal. Hal tersebut tentu akan berpengaruh juga terhadap hasil
belajar siswa. Ini dikarenakan, metode ceramah cenderung membuat siswa pasif, dan apabila terlalu lama akan membuat siswa bosan karena hanya diam
mendengarkan penjelasan guru. Sementara metode diskusi hanya sebagian siswa yang terlibat aktif dalam diskusi.
Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat
berdampak pada hasil belajar siswa karena penyampaian materi kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan
memperoleh nilai ≥ 75 hanya mencapai 40%, sedangkan ketuntasan belajar
yang ditetapkan sebesar 75.
Melihat kondisi tersebut, dibutuhkan alternatif model pembelajaran yaitu model PBL (Problem Based Learning). Model PBL merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu
konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran. Masalah yang dikemukakan kepada siswa bertujuan untuk
membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan adanya kesenjangan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut (Rusman, 2011: 237).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Medriati (2013:8)
menunjukkan bahwa model PBL berpengaruh nyata terhadap meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada konsep Cahaya di kelas VIII.6 SMP Negeri 14 Kota Bengkulu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Model
Pembelajaran Problem Based learning (PBL)Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas X Semester
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1) Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa?
2) Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
2) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang
sangat berharga guna menjadi calon guru yang professional terutama dalam menyiapkan instrument penilaian yang baik.
2) Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran PBL sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model
3) Bagi siswa, dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa secara signifikan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.
1) Model PBL yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah langkah berikut: (1) orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individual maupun
kelas; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah.
2) Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) menuliskan ide/gagasan berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS (mengorientasikan siswa pada masalah); (2) berkerja sama dalam
menyelesaikan masalah (mengorganisasikan siswa untuk belajar); (3) mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (membimbing
penyelidikan individu maupun kelas); (4) mempresentasikan hasil diskusi kelas (mengembangkan dan menyajikan hasil karya); (5) mengajukan pertanyaan (menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah).
Aktivitas belajar tersebut akan dinilai dengan performance assessment.
3) Hasil belajar siswa yang diukur dari hasil pretes sebagai penilaian awal
6
4) Kompetensi Dasar yang diteliti adalah 4.2 “Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan”.
5) Subyek penelitian ini diambil dari populasi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2013/2014.
F. Kerangka Pikir
Banyak model pembelajaran dengan tujuan tertentu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan sintaks, pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran tertentu. Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah PBL. Tujuan utama dari PBL adalah untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran dengan mewajibkan peserta didik untuk
memecahkan masalah.
Model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan untuk dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Model PBL melatih siswa melalui kerja kelas untuk membahas suatu permasalahan, mempresentasikan hasil diskusi dan mengevaluasinya,
sehingga tidak ada lagi siswa yang hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan siswa yang mengobrol. Dalam hal ini aspek afektif dan psikomotor siswa dapat meningkat sehingga otomatis aspek kognitif siswa juga akan
PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Sehingga secara keseluruhan model PBL diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini mengenai penggunaan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model PBL, sedangkan variabel
terikatnya adalah aktivitas dan hasil belajar siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.
Keterangan : X= model PBL; Y1= aktivitas belajar; Y2= hasil belajar siswa Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
X
Y1
8
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. H0 = Penggunaan model pembelajaran PBL tidak berpengaruh secara
signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
H1 = Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh secara
signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh dalam meningkatkan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merupakan
suatu pendekatan pendidikan yang menggunakan masalah atau pemicu untuk merangsang siswa belajar, sebagaimana yang diungkapkan Savin Baden (2000, dalam Whitcombe, 2013:41)
Problem-based learning (PBL) is an educational approach that uses 'problems' or 'trigger's' to stimulate students' learning.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa PBL melibatkan siswa bekerja kooperatif dalam kelas. Karakteristik utama dari PBL adalah bahwa siswa
fokus pada penyelesaian masalah.
Boud, Felleti, dan Fogarty (1997, dalam Ngalimun, 2014:89 ) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memuat konfrontasi
kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau
open ended melalui stimulus dalam belajar. Lebih lanjut Barrows, 1994
(dalam Lee, 2012:527) mengungkapkan:
10
Sementara itu, Ward, 2002 (dalam Ngalimun, 2014:89 ) menyatakan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Ngalimun (2014:89-90) mengungkapkan karakteristik-karakteristik yang
dimiliki oleh PBL.
1) Belajar dimulai dengan suatu masalah.
2) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa.
3) Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin
ilmu.
4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar meraka sendiri. 5) Menggunakan kelas kecil.
6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari
dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru),
kemudian siswa memperdalam pengatahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah
tersebut. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat
belajar pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelas, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Dengan
kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari (Ngalimun, 2014:90).
Model pembelajaran tipe PBL telah banyak diterapkan dalam pengajaran sains. Gallagher (dalam Ngalimun,2014:99) menyatakan bahwa PBL dapat
dan perlu termasuk untuk eksperimentasi sebagai suatu alat untuk
memecahkan masalah. Lebih lanjut Arends (dalam Ngalimun, 2014:95-99)
merinci langkah-langkah dalam pelaksanaan PBL. Arends mengemukakan ada 5 (lima) fase yang dilakukan untuk mengimplementasikan model PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan-tahapan praktis yang dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran dengan PBL sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Sintaks PBL
Fase Aktivitas Guru
Fase 1:
Mengorientasikan siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2:
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Fase 3:
Membimbing penyelidikan individu maupun kelas
Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.
Fase 4:
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
12
Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. Di samping proses yang akan berlangsung, sangat
penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa
dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Sutrisno (2006, dalam Ngalimun, 2014:96-97) menjelaskan empat hal penting pada proses ini, yaitu:
1) Tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki
masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri. 2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban
mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3) Selama tahap penyelidikan (dalam pembelajaran ini), siswa didorong
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapi siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar
Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, PBL juga mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelas-kelas siswa
dimana masing-masing kelas akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran
kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelas harus heterogen,
pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi
kerja masing-masing kelas untuk menjaga kinerja dan dinamika kelas selama pembelajaran. Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelas belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif
terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelas
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu
14
berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini,
guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan
cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah
dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk beripikir tentang masalah dan ragam informasi
yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan
pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut kiranya cukup memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”Apa
yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?” atau ”apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda
yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegaitan penyelidikan.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan Memamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu
videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan),
model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak
sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran.
Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan
umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang
telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan
16
mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka
akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas Dasna dan Sutrisna, 2010 (dalam Suwandi, 2012:13) mengemukakan bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan.
1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan
situasi di mana konsep diterapkan;
2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep
atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan
B. Aktivitas Belajar
Di dalam proses pembelajaran diperlukan aktivitas belajar yang tinggi karena
pada prinsipnya belajar adalah suatu perbuatan tingkah laku, tidak akan terjadi pembelajaran jika tidak ada aktivitas yang dilakukan, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan pembelajaran dengan demikian di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas, banyak jenis
aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Sementara itu, penilaian proses dengan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar diantaranya aktivitas
belajar. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah, pada hakikatnya adalah untuk mencapai tujuan belajar sedangkan tujuan belajar
pada umumnya adalah untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan adalah dalam bentuk pengetahuan sikap dan keterampilan siswa
(Suhendro, 2006: 22).
Keberhasilan dalam belajar dapat ditunjang dengan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Antusias peserta didik dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari seberapa besar ia melakukan aktivitas belajar. Berbagai aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran akan menimbulkan perubahan yang berupa perilaku positif dalam sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
18
pertanyaan, kemampuan dalam mengemukakan pendapat, kemampuan dalam mengerjakan LKS, kemampuan dalam pemecahan masalah.
Pendidikan atau pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke
tingkat perkembangan yang diharapkan. Pendidikan modern lebih
menitikberatkan pada aktivitas, di mana siswa belajar sambil bekerja karena siswa akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta
perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sistem pembelajaran saat ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Hamalik, 2001:89-90).
Suardi (dalam Djamarah, 2006:39-40) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari
kegiatan belajar mengajar adalah ditandai dengan aktivitas peserta didik. Sebagai konsekuensi bahwa peserta didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas peserta didik dalam hal
ini ialah aktif baik secara fisik, maupun mental. Tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar apabila peserta didiknya pasif, sebab peserta
didiklah yang belajar maka mereka yang harus melakukannya. Mengenai jenis-jenis aktivitas, Diedrich (dalam Sardiman, 2003:101) mengklasifikasikannya sebagai berikut:
1) Visual activities, yaitu membaca, memperhatikan gambar.
2) Oral activities, yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, menyampaikan
4) Writing activities, yaitu menulis laporan, angket.
5) Drawing activities, yaitu menggambar, membuat grafik, peta konsep,
diagram.
6) Motor activities, yaitu melakukan percobaan, membuat konstruksi, melakukan presentasi.
7) Mental activities, yaitu menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, yaitu menaruh minat, gembira, bersemangat, berani, tenang.
C. Hasil Belajar Siswa
Daryanto (2008:91-93)mengungkapkan bahwa secara umum, jenis hasil belajar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu (1) ranah kognitif, (2) ranah psikomotor, dan (3) ranah afektif. Secara
rinci, uraian masing-masing ranah tersebut ialah:
1) Ranah kognitif, yakni tujuan pendidikan yang sifatnya menambah
pengetahuan atau hasil belajar yang berupa pengetahuan.
2) Ranah psikomotor, yakni hasil belajar atau tujuan yang berhubungan dengan keterampilan atau keaktifan fisik (motor skills).
3) Ranah afektif, yakni hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif.
Hasil belajar siswa terutama dari aspek kognitif mempunyai tingkatan dalam
20
pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara
penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting
untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di
dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas.
Berikut ini struktur dari Dimensi Proses Kognitif menurut taksonomi yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl(2001:67-68), antara lain:
1) Remember (mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Terdiri dari Recognizing (mengenali)
dan Recalling (memanggil atau mengingat kembali).
2) Understand (memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis, ataupun grafik. Terdiri atas
Interpreting (menginterpretasi), Exemplifying (mencontohkan),
Classifying (mengklasifikasi), Summarizing (merangkum),
Inferring (menyimpulkan), Comparing (membandingkan), dan
Explaining (menjelaskan).
3) Apply (menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur
tertentu bergantung situasi yang dihadapi. Terdiri dari
4) Analyze (menganalisis), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama
lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. Mencakup Differentianting
(membedakan), Organizing (mengelola), dan Attributing
(menghubungkan).
5) Evaluate (Mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar. Mencakup Checking (memeriksa)
dan Critiquing (mengkritisi).
6) Create (menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. Terbagi atas
Generating (menghasilkan), Planning (merencanakan), dan
Producing (memproduksi).
D. Performance Assessment (Penilaian Kinerja)
Penilaian hasil belajar siswa haruslah memenuhi standar penilaian nasional seperti tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian diantaranya penilaian pendidikan, melakukan penilaian harus menggunakan prinsip-prinsip penilaian yang Sahih, Objektif, Adil, Terpadu, Terbuka,
Menyeluruh dan berkesinambungan, Sistematis, Beracuan Kriteria dan Akuntabel. Prosedur penilaian yang tepat, teknik dan instrumen penilaian,
serta mekanisme dan laporan hasil penilaian.
22
untuk menentukan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini jelas tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 Ayat 2 dinyatakan bahwa: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada pergguruan tinggi.
Pentingnya penilaian (assessment) dalam proses pembelajaran juga
diungkapkan oleh Margono (2007:43) bahwa keberhasilan dan efektifitas kegiatan pembelajaran ditentukan oleh dan bergantung kepada efektifitas penilaian. Jenis dan teknik penilaian yang digunakan sangat beragam
tergantung pada jenis kompetensi, indikator hasil belajar yang ingin dicapai, materi pembelajaran dan tujuan penilaian itu sendiri. Sebelum melaksanakan
penilaian terhadap proses dan hasil belajar, guru harus terlebih dahulu mendisain instrumentnya agar penilaian yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kompetensi yang hendak diuji.
Salah satu teknik penilaian yang dapat digunakan adalah performance assessment. Dengan menggunakan performance assessment (penilaian
kinerja), siswa dinilai baik proses yang mereka lakukan maupun hasil kerja mereka. Hal ini didukung oleh Haryati (2013:47) yang menyatakan bahwa
teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar (kompetensi)
Misalnya berdiskusi, pemecahan masalah, melakukan presentasi, dan
menggunakan alat-alat laboratorium. Lebih lanjut Iryanti (2004:9) menyatakan
bahwa penilaian unjuk kerja memiliki kelebihan dapat mengungkap potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan bentuk komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Majid (2007:200) menyatakan bahwa Performance Assessment merupakan
penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang
mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Lebih lanjut Majid (2007:200) mengatakan bahwa Performance Assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Danielson (dalam Iryanti, 2004:9) mendefinisikan penilaian unjuk kerja sebagai berikut:
“Performance assessment means any assessment of student learning that
requires the evaluation of student writing, products, or behavior. That is, it includes all assessment with the exeption of multiple choice, matching, true/false testing, or problems with a single correct answer”.
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian dalam bentuk tulisan, produk, atau sikap kecuali bentuk pilihan
ganda, menjodohkan, benar-salah, atau jawaban singkat.
24
sebagaimana yang terjadi. Penilaian biasanya digunakan untuk menilai
kemampuan siswa dalam diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam
diskusi, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat, dan aktivitas lain yang bisa diamati atau diobservasi. Lebih lanjut Uno (2012:19) menjelaskan penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik menunjukkan unjuk kerja.
Majid (2007:200) menjelaskan ada 6 (enam) langkah dalam penilaian kinerja. 1) Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan
atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
2) Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
(output) yang terbaik.
3) Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas.
4) Mendefinisikan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur
berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan.
5) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.
6) Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria
Menurut Zainul, 2001 (dalam Riadi, 2012) penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut
rubric. Dengan demikian wujud performance assessment yang utama adalah
task (tugas) dan rubric (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu
keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik
digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa.
Lebih lanjut Majid (2007:200) juga menjelaskan metode yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja.
1) Metode holistik, digunakan apabila para penskor (rater) hanya
memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
2) Metode analytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat
menggunakan checklist dan rating scale.
Haryati (2013:49) mengungkapkan penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi terhadap berbagai konteks untuk menentukan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu dari
suatu kompetensi dasar. Pengamatan atas observasi terhadap unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berupa.
1) Skala penilaian (rating scale), penilaian unjuk kerja dengan rating scale
26
penguasaan/ketercapaian ketuntasan belajar dari suatu kompetensi. Rating scale terentang dari sangat kompetensi sampai sangat tidak kompeten.
Misal: rentang 1 = sangat tidak kompeten, 2 = tidak kompeten, 3 = agak kompeten (cukup), 4 = kompeten, 5 = sangat kompeten.
2) Daftar cek (check list), penilaian unjuk kerja dapat juga dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda/gejala-gejala
yang timbul sebagai aspek psikomotorik dari suatu obyek yang sedang diamati. Lembar observasi pada umumnya berbentuk ckeck list(√ ) karena
hanya berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal
memberi tanda check list pada jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kelemahannya adalah guru atau penilai hanya mempunyai
dua pilihan mutlak, benar-salah, ya-tidak, baik-buruk, dan lain-lain. Dengan menggunakan check list peserta didik mendapatkan apabila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh guru/penilai.
Akan tetapi jika tidak dapat diamati maka peserta didik tidak mendapatk skor.
Labih lanjut Muslich (2007:98-99) menjelaskan bahwa dalam praktiknya,
penilaian kinerja dapat dikelaskan menjadi tiga jenis.
1) Penilaian kinerja dalam bentuk observasi informal, merupakan kegiatan
2) Penilaian kinerja dalam bentuk formal, merupakan kegiatan perekaman yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemempuan tertentu
siswa. Penilaian kinerja jenis ini dilakukan dengan langkah-langkah: strategi peerencanaan, penentuan keputusan, dan pelaporan kinerja siswa, misalnya dalam hal: (1) rating kemampuan individual dalam
menyelesaikan masalah secara kolaboratif, (2) kinerja individual dalam perannya pada kerja kelas, (3) rating analitik kinerja musik, (4) kinerja
keseluruhan dalam kemampuan berbicara, (5) rating analitik kemampuan bermain drama.
3) Penilaian kinerja keterbandingan, merupakan penilaian kinerja yang
menyangkut hal-hal: (1) kesesuaiannya dengan kurikulum, (2) keadilan, (3) keumuman, (4) standar, (5) reliable.
Menurut Reynolds (dalam Utomo dan Ardiyarta, 2013:4) performance
assessment memiliki keunggulan, seperti: (1) performance assessments dapat mengukur kemampuan yang tidak dapat dinilai dengan menggunakan
penilaian lain; (2) penggunaan performance assessments sesuai dengan teori
belajar modern; (3) performance assessment dapat menilai dari segi proses serta produk; dan (4) penggunaan kinerja dapat memperluas pendekatan
28
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah pada bulan Mei semester genap Tahun Pelajaran
2013/2014 di SMA Negeri 1 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap
SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini mengambil
sampel siswa kelas X3 sebagai kelas kontrol dan siswa kelas X4 sebagai kelas eksperimen. Dengan masing-masing siswa berjumlah 19 dan 23 orang.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelas non ekuivalen (Riyanto, 2001:43). Kelas
eksperimen (kelas X4) diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran PBL, sementara kelas kontrol (kelas X3) menggunakan metode diskusi. Setelah itu, kedua kelas diberi tes atau soal yang sama di awal dan
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelas Pretes Perlakuan Postes
I O1 X O2
II O1 C O2
Keterangan:
I = Kelas eksperimen (kelas X4) II = Kelas kontrol (kelas X3)
X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan model PBL C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi O1 = Pretes
O2 = Postes
Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelas tak ekuivalen.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
1) Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut : a) Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya
penelitian.
b) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang model pembelajaran yang
digunakan dan keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian. c) Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
30
e) Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes dalam bentuk uraian untuk mengukur hasil belajar siswa, lembar observasi aktivitas
belajar siswa dan pedoman penskoran (rubric) sebagai pedoman untuk menilai aktivitas dan hasil belajar siswa.
f) Membentuk kelas diskusi bersifat heterogen pada kelas eksperimen
dan kontrol. Setiap kelas terdiri dari 4-5 siswa.
2) Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan ke-I membahas
keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan atau pencemaran lingkungan dan petemuan ke-II membahas keterkaitan antara
kegiatan manusia dengan pelestarian lingkungan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a) Kelas Eksperimen (Pembelajaran Menggunakan Model PBL) Kegiatan Awal
1) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan atau pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. 2) Siswa diberikan apersepsi oleh guru:
Pertemuan I:
“ Kalian pernah mendengar berita kebakaran hutan di Sumatera
berita tentang banjir yang terjadi di Manado dan Jakarta beberapa waktu yang lalu. Faktor apakah yang dapat
menyebabkan hal tersebut dapat terjadi?”. Pertemuan II:
“Mengapa kita perlu menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar ?”.
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa: Pertemuan I:
“Pada materi ini kita akan mempelajari berbagai kerusakan dan
pencemaran yang terjadi di lingkungan, mendiskusikan penyebabnya, serta menemukan alternatif pemecahannya”. Pertemuan II:
“Setelah mempelajari materi ini, kita dapat menyadari bahwa
pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar”. 4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan Inti
1) Setiap siswa diminta oleh guru untuk duduk dalam kelasnya
masing-masing (terdapat 5 kelas dan tiap kelas terdiri dari 4-5 siswa).
2) Setiap kelas siswa memperoleh LKS berbasis masalah.
32
4) Siswa mendiskusikan permasalahan untuk mencari penyebabnya kemudian membuat rumusan masalahnya.
5) Siswa mendiskusikan permasalahan untuk menemukan kegiatan manusia yang berkaitan dengan masalah perusakan atau
pencemaran lingkungan dan usaha manusia untuk melestarikan
lingkungan yang sesuai dengan permasalahannya.
6) Peneliti mengamati aktivitas belajar siswa menggunakan lembar
observasi beserta pedoman penskoran (rubric) performance assessment.
7) Setiap kelas mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.
8) Setiap kelas membuat media presentasi dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia.
9) Setiap kelas mempresentasikan hasil karyanya kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.
10)Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru
memberikan konfirmasi.
Kegiatan Penutup
1) Siswa membuat simpulan atau rangkuman materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.
2) Siswa mengerjakan postest (Pertemuan ke II) yang sama dengan
soal pretest (Pertemuan ke I)
4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
b) Kelas Kontrol (Pembelajaran Menggunakan Metode Diskusi) Kegiatan Awal
1) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan atau pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. 2) Siswa diberikan apersepsi oleh guru:
Pertemuan I:
“ Kalian pernah mendengar berita kebakaran hutan di Sumatera
dan Kalimantan, yang hampir selalu terjadi setiap tahun. Atau berita tentang banjir yang terjadi di Manado dan Jakarta
beberapa waktu yang lalu. Dua contoh tersebut merupakan permasalahan lingkungan yangterjadi akibat perbuatan manusia”.
Pertemuan II:
“Mengapa kita perlu menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar ?”.
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa: Pertemuan I:
“Pada materi ini kita akan mempelajari berbagai kerusakan dan
34
Pertemuan II:
“Setelah mempelajari materi ini, kita dapat menyadari bahwa
pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar”. 4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan Inti
1) Setiap siswa diminta oleh guru untuk duduk dalam kelasnya
masing-masing (terdapat 5 kelas dan tiap kelas terdiri dari 4-5 siswa).
2) Setiap kelas siswa memperoleh LKS.
3) Siswa berdiskusi untuk menjawab LKS.
4) Peneliti mengamati aktivitas belajar siswa menggunakan lembar
observasi beserta pedoman penskoran (rubric) performance assessment.
5) Setiap mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.
6) Setiap kelas mempresentasikan hasil karyanya kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.
7) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.
Kegiatan Penutup
2) Siswa mengerjakan postest (Pertemuan ke II) yang sama dengan soal pretest (Pertemuan ke I)
3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap proses pembelajaran.
4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari:
a)Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang diambil pada penelitian ini yaitu hasil belajar
siswa yang diperoleh melalui pretes dan postes. Hasil belajar siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang dinormalisasi atau N-gain
(g) dengan menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:
N-gain = x 100%
Keterangan:
N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes Smax = maximum score = skor maksimum
Spost – Spre
36
Note that: a positive Hake gain indicates a student learning gain; the maximum gain possible is 1; a negative Hake gain occurs when the post-test score is less than the pre-test score; a zero result occurs when the post-test score is equal to the pre-test score (Loranz, 2008:2).
b) Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah deskripsi aktivitas belajar
siswa sebelum, selama, dan sesudah pembelajaran. Data tersebut didapat dengan menggunakan teknik penilaian performance assessment.
2) Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Pretes dan Postes
Data peningkatan hasil belajar siswa adalah berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik
eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes di akhir pertemuan kedua setiap kelas.
Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
S = x 100
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Data LKS digunakan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar
siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen menggunakan LKS berbasis masalah, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS dengan metode diskusi.
c) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi skor pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan berdasarkan
pedoman penskoran (rubric).
Tabel 3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa
No Nama
Skor Aspek Aktivitas
Belajar Siswa
∑x
i n
x̄
KriteriaA B C D E
1 2 3 4 5 dst.
∑x
i38
Aspek dan Rubrik Aktivitas Belajar Siswa:
A. Menuliskan rumusan masalah berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS (Mengorientasikan Siswa Pada Masalah)
Skor Kriteria
0 Tidak menuliskan rumusan masalah (diam saja).
1 Menuliskan rumusan masalah namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok lingkungan.
2 Menuliskan rumusan masalah sesuai dengan pembahasan pada materi pokok lingkungan.
B. Berkerja sama dalam menyelesaikan masalah (Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar)
Skor Kriteria
0 Tidak berkerja sama (diam saja).
1
Berkerja sama namun dengan satu atau dua orang saja untuk memecahkan permasalahan pada LKS pada materi pokok lingkungan.
2
Berkerja sama dengan semua anggota kelas untuk memecahkan permasalahan pada LKS pada materi pokok lingkungan.
C.Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (Membimbing Penyelidikan Individu maupun Kelas)
Skor Kriteria
0 Siswa tidak mengumpulkan informasi (diam saja).
1 Siswa mengumpulkan informasi hanya dari satu sumber.
D.Mempresentasikan hasil diskusi kelas (Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya)
Skor Kriteria
0 Siswa dalam kelas tidak mempresentasikan hasil diskusi (diam saja)
1 Siswa dalam kelas dapat mempresentasikan hasil diskusi kelas secara tidak sistematis.
2 Siswa dalam kelas dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis.
E.Mengajukan pertanyaan (Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Mengatasi Masalah)
Skor Kriteria
0 Tidak mengajukan pertanyaan.
1 Mengajukan pertanyaan yang tidak sesuai dengan permasalahan pada materi pokok lingkungan.
2 Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan materi pokok lingkungan.
d) Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi pendapat siswa tentang:
1. Penggunaan model PBLyang telah dilaksanakan.
40
Tabel 4. Angket tanggapan siswa terhadap model PBL
No. Pernyataan- Pernyataan S TS
1 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui model pembelajaran PBL.
2 Model pembelajaran yang digunakan tidak mampu mengembangkan kemampuan saya dalam memecahkan masalah dan meningkatkan hasil belajar saya.
3 Model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelas.
4 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
5 Saya termotivasi untuk mencari data/informasi dari berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS.
6 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
7 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi pokok yang dipelajari.
Sumber: dimodifikasi dari Suwandi (2012:34).
2) Angket Keterlibatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran PBL Angket ini berisi 6 pertanyaan yang terdiri dari 6 pertanyaan positif
dengan 2 pilihan jawaban yaitu ya atau tidak seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Angket keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PBL
No. Pertanyaan-Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda ikut berkontribusi dalam memberikan solusi/pemecahan masalah dari permasalahan yang ada pada LKS?
2. Apakah anda ikut berkontribusi dalam mencari informasi dari buku atau sumber lain yang relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada pada LKS? 3. Apakah anda dapat bekerja sama dengan baik dengan
teman-teman sekelas anda dalam menyelesaiakan masalah yang ada pada LKS?
4. Apakah anda berkontribusi dalam membuat poster (hasil karya)?
5. Apakah anda ikut berkontribusi dalam menyajikan hasil diskusi dan/atau menjawab pertanyaan pada saat kelas anda presentasi?
e) Catatan Lapangan
Pengumpulan data melalui lembar observasi kegiatan pembelajaran
untuk mendata aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran. Catatan lapangan diisi oleh observer untuk mengamati proses
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas.
f) Dokumentasi
Pengumpulan data berupa foto siswa pada saat proses pembelajaran.
F. Teknik Analisis Data
1) Data Kuantitatif
Data yang berupa nilai pretes, postes, dan N-Gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t melalui bantuan program SPSS
versi 17 yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Langkah-langkah uji prasyarat adalah sebagai berikut:
a) Uji Normalitas Data
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil berdistribusi normal atau tidak untuk keperluan analisis data
selanjutnya. Pengujian normalitas ini menggunakan uji Lilliefors
melalui bantuan program SPSS 17. Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal
H1 = Sampel tidak berdistribusi normal
Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
42
b) Uji Kesamaan Dua Varians
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians (uji homogenitas). Uji ini dilakukan
untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians yang sama atau tidak sama. Pengujian kesamaan dua
varians menggunakan uji F atau uji Fisher melalui bantuan program SPSS 17.
Hipotesis
H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda
Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya>
0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya <
0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).
c) Pengujian Hipotesis
Setelah prasyarat terpenuhi maka dilakukan uji lanjutan, yakni
pengujian hipotesis. Untuk menguji hipótesis digunakan uji t yang meliputi uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau menggunakan uji Mann-Whitney atau uji U. Uji t digunakan
apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji U atau uji Mann-Whitney digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto,
2004: 13).
Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Apabila H0 ditolak maka dilanjutkan dengan uji perbedaan dua
rata-rata. Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas
kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas kontrol. Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto,
2004:10).
Uji U (Uji Mann-Whitney)
44
Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
tidak berbeda secara signifikan.
H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
berbeda secara signifikan.
Kriteria Pengujian
Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan p < 0,05 H0 ditolak
(Uyanto, dalam Istafada, 2013:43).
2) Data Kualitatif
a) Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung
merupakan data yang diambil melalui observasi dengan menggunakan teknik penilaian performance assessment yang dilangkapi dengan kriteria penskoran (rubric). Data tersebut dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1) Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:
Persentase = x 100%
2) Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa
sesuai kriteria pada Tabel 6.
Tabel 6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa
Persentase (%) Kriteria
87,50 – 100
b) Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model PBL
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 8 pernyataan yang terdiri
dari 5 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan
ketentuan pada Tabel 7.
Tabel 7. Skor perjawaban angket
Sifat Pernyataan Skor
1 0
2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan
46
Tabel 8. Data angket tanggapan siswa terhadap model PBL
No. Sumber: Rahayu (2010: 31).
3) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL sesuai kriteria Hendro (dalam Suwandi,
2012:39) pada Tabel 9.
Tabel 9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap model PBL
Persentase (%) Kriteria 100
c) Lembar Penilaian Diri
Data penilaian diri dikumpulkan melalui penyebaran angket.Angket tanggapan berisi 6 pertanyaan positif. Pengolahan data angket
dilakukan sebagai berikut:
1. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan
Tabel 10.Skor perjawaban angket
Sifat Pernyataan Skor
1 0
Positif Ya Tidak
Sumber: Rahayu (2010:29).
Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus:
% jawaban, Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2005:69).
2. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran
frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
Tabel 11. Data angket penilaian diri
No. Sumber: Rahayu (2010: 31).
3. Menafsirkan atau menentukan persentase penilaian diri sesuai
48
Tabel 12. Kriteria persentase penilaian diri
Persentase (%) Kriteria
100 76 – 99 51 – 75
50 26 – 49
1 – 25 0
Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya