• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perubahan Merek Sari Puspa Menjadi Soffell Terhadap Loyalitas Konsumen dalam Melakukan Keputusan Pembelian pada Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perubahan Merek Sari Puspa Menjadi Soffell Terhadap Loyalitas Konsumen dalam Melakukan Keputusan Pembelian pada Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1- Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Nama :

Jenis Kelamin : Fakultas : Departemen : NIM :

Isilah kuesioner berikut dengan memberikan tanda cek (√ ) pada kolom yang

tersedia, dengan keterangan berikut :

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju RG :Ragu-ragu

Variabel Perubahan Merek (X)

No Pernyataan SS S KS TS STS

1. Merek Soffell sebenarnya adalah merek Sari Puspa yang telah berganti nama

2.

Tidak terdapat perbedaan antara merek Sari Puspa dengan merek Soffell setelah melakukan perubahan merek

3.

(2)

Variabel Loyalitas Konsumen (Y)

No Pernyataan SS S KS TS STS

4. Saudara/Saudari melakukan pembelian lotion anti nyamuk Soffell secara rutin

5.

Walaupun mengetahui merek Sari Puspa telah

berganti nama menjadi Soffell, Saudara/Saudari tetap membeli merek Soffell

6. Saudara/Saudari mengajak orang lain menggunakan lotion anti nyamuk merek Soffell

(3)
(4)
(5)

53 5 4 5 3 3 3

54 3 4 3 5 4 4

55 4 3 4 4 4 4

56 4 4 4 4 4 4

57 5 3 4 4 4 4

58 4 4 5 5 5 4

59 4 5 5 4 4 4

60 2 4 5 4 4 4

(6)

Lampiran 3 - Uji Validitas dan Reliabilitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 20.1333 6.189 .637 .852

VAR00002 20.8333 6.626 .397 .888

VAR00003 20.2333 5.013 .760 .830

VAR00004 20.1333 6.189 .637 .852

VAR00005 20.3333 5.333 .801 .821

VAR00006 20.3333 5.333 .801 .821

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(7)

Lampiran 4 - Regresi Linear Sederhana Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .417a .174 .160 1.78067

a. Predictors: (Constant), Perubahan Merek

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.869 1.228 6.406 .000

Perubahan Merek .345 .099 .417 3.467 .001

(8)

Daftar Pustaka

BUKU

Aaker, A.David. 2003.Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta : Mitra Utama.

Darmadi, Durianto. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar. Jakarta: Gramedia

Freddy Rangkuti. 2002. The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek + Analisis Kasus dengan SPSS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan.Jakarta: Erlangga.

Kottler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi ke-11. Indeks. Jakarta

Mudrajad, Kuncoro. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Oliver.1997.Great Answer to Tough the Marketing Question,.Jakarta:Prenhalindo

Situmorang, Syafrizal Helmidan Lutfi, 2012. Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis, USU Press , Medan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management & Strategy. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

JURNAL

Juanita, Jana. 2005. “Strategic Corporate Communication dalam Proses

(9)

SKRIPSI

Arzia, Ulfathul. 2007. “Analisis Pengaruh Rebranding terhadap Brand Equity Air Conditioner (AC) Panasonic.” Skripsi Program Studi Strata 1 Manajemen,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.

INTERNET

http://swa.co.id/listed-articles/sari-puspa-soffell-harakiritanya. Sari Puspa = Soffell = Harakiri?. Diakses 11 Januari 2013

http://www.marketing.co.id/blog/2012/01/02/re-branding-trap/. Rebranding Trap.

Diakses 2 Maret 2013

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan menurut metode adalah penelitian

kausal komparatif. Menurut Kuncoro (2003), penelitian kausalitas adalah

penelitian yang meunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat, disamping mengukur kekuatan hubungannya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

memberikan penjelasan seberapa besar pengaruh perubahan merek Sari Puspa

terhadap loyalitas konsumen dalam melakukan keputusan pembelian pada

Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Komunitas Mahasiswa Pecinta

Alam Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret

sampai April 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

(11)

komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU yang menggunakan lotion merek

Soffell.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan penentuan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,

misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti

menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2010).

Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu anggota komunitas Mahasiswa

Pecinta Alam USU yang mengetahui tentang perubahan merek Sari Puspa

menjadi Soffell. Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus Supramono (2003) yaitu :

n = (Zα)² (p) (q)

Keterangan

n = jumlah sample

Z∝ = nilai table Z berdasarkan ∝

∝ = nilai standar normal yang besarnya tergantung ∝

Bila ∝ = 0,05 Z = 1,65

(12)

p = estimator proporsi populasi

q = 1-p

d = penyimpangan yang ditolerir

Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan kepada 30 orang anggota

komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU secara acak 20 orang menyatakan

menggunakan lotion Soffell dan mengetahui tentang perubahan merek Sari Puspa

menjadi Soffell.

Dengan demikian, jumlah sampel (n) yang mewakili populasi dalam penelitian ini

adalah:

� = , 2 ,, 2 , = , = orang

maka dapat dihitung jumlah sample yang diambil dengan tingkat signifikansi 5% yaitu

berjumlah 61 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Menyebarkan daftar pertanyaan yang telah diberikan alternatif jawaban untuk

menjawabnya kepada responden terpilih.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data melalui informasi dari tulisan

ilmiah, majalah dan internet yang memiliki relevansi dengan objek penelitian.

3.5 Jenis dan Sumber Data

(13)

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang

terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan

kuesioner kepada responden terpilih.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan

mempelajari berbagai tulisan dari buku, jurnal, majalah dan internet untuk

mendukung penelitian ini.

3.6 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam

membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan.

Penelitian yang dilakukan terbatas tentang bagaimana pengaruh perubahan merek

(rebranding) Sari Puspa menjadi Soffell terhadap loyalitas konsumen dalam

melakukan keputusan pembelian pada komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU.

3.7 Defenisi Operasional Variabel dan Skala Ukur 3.7.1 Defenisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang dikaitkan, yaitu variabel

bebas (X) yang mewakili perubahan merek dan variabel terikat (Y) yang mewakili

loyalitas konsumen.

1. Perubahan Merek (X)

Perubahan merek dari Sari Puspa menjadi Soffell dimana tidak mencakup

perubahan kualitas, harga, dan ciri-ciri produk secara umum.

2. Loyalitas Konsumen (Y)

Loyalitas merupakan komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk

(14)

secara konsisten dimana yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan

usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan

perilaku (Griffin:2005).

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator

Skala

(15)

3.7.2 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian adalah dengan

menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert,

maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.(Sugiyono, 2010).

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Alternatif Jawaban Skor

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju 3

4. Tidak Setuju 2

5. Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Sugiyono (2010)

3.8 Uji Validitas dan Realibilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan suatu

alat ukur. Suatu alat ukur yang valid, mempunyai validitas yang tinggi.

Sebaliknya alat ukur yang kurang valid berarti memiliki tingkat validitas yang

rendah. Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

(16)

yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud

(Rangkuti,2004).

Hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang

tekumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Pengujian validitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS

versi 17.00, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi

responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk. Konstruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu

bentuk kuesioner. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi

17.00 terhadap butir pertanyaan yang dinyatakan sudah valid dalam uji validitas

ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika r alpha positif atau lebih besar dari r tabel maka pertanyaan reliabel.

(17)

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 17.00, 2013

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan valid, karena nilai corrected

item- total correlaction seluruh pernyataan bernilai lebih besar atau sama dengan

nilai rtabel 0,361 dan dapat dipergunakan dalam penelitian.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.868 6

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 17.00, 2013

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha bernilai diatas 0,8 yaitu

sebesar 0,868. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner penelitian ini reliabel

sehingga dapat diteruskan untuk melakukan penelitian.

3.9 Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini adalah:

(18)

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan dengan cara

merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran

yang jelas melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data, sehingga

dapat diketahui gambaran umum perusahaan yang sedang diteliti.

3.9.2 Analisis Regresi Linier Sederhana

Model analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah regresi

linear sederhana, dengan formulasi sebagai berikut:

Y = a + bX

Keterangan:

Y = Loyalitas Konsumen

X = Perubahan Merek

a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Data yang telah diolah pada penelitian ini menggunakan model regresi

linier sederhana seperti yang telah dicantumkan diatas dan kemudian diuji dengan

pengujian t yang menggunakan metode ordinary least square (OLS) dengan

kriteria hipotesis sebagai berikut :

1) Ho : b1 = 0

Artinya : tidak terdapat pengaruh perubahan merek terhadap loyalitas

konsumen.

2) Ha : b1 ≠ 0

Artinya : terdapat pengaruh perubahan merek terhadap loyalitas konsumen.

(19)

a. Jika t hitung < t tabel maka terima Ho

b. Jika t hitung > t tabel maka terima Ha

Keputusan diambil apabila terima Ho berarti variasi model regresi tersebut

tidak dapat menerangkan variasi variabel terikatnya. Sebaliknya jika keputusan

yang diambil adalah tolak Ho berarti bahwa variasi model regresi tersebut dapat

menerangkan variasi variabel terikatnya.

3.9.3 Uji Statistik-t (uji pengaruh parsial)

Uji statistik-t dilakukan untuk melihat secara parsial bagaimana

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Model hipotesis yang

digunakan dalam Uji Statistik-t ini adalah:

H0 : b1, b2, b3 = 0, artinya perubahan merek (X) secara parsial tidak

berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y).

H0 : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya perubahan merek (X) secara parsial

berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y)

Kriteria penilaian hipotesis pada uji-t ini adalah:

H0 diterima jika thitung < ttabelpada α = 5%

H0 ditolak jika thitung > ttabelpada α = 5%

3.9.4 Pengujian Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa kemampuan

model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien Determinan berkisar antara

0 (nol) sampai dengan 1 (satu), (0 ≤ R2 ≤1). Jika R2

semakin besar (mendekati

satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar

(20)

untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel

terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat

dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)

semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk

(21)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Sari Enesis Indah

PT Sari Enesis Indah atau dikenal juga dengan nama Enesis Group

merupakan perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Perusahaan ini didirikan

pada tahun 1988 di Jakarta dan berbasis di Kawasan Industri, Pulo Gadung.

Perusahaan ini bergerak di industri farmasi dengan memproduksi produk

perawatan rumah tangga, perawatan pribadi dan makanan fungsional atau

makanan suplemen. Dalam mengembangkan bisnisnya sehingga dapat mencapai

kesuksesan, perusahaan mengutamakan perhatian pada pengertian akan kekuatan

internal perusahaan dan kemampuan mengidentifikasikan

kesempatan-kesempatan eksternal yang berasal dari pasar.

Kegiatan manufaktur PT Sari Enesis Indah dimulai dengan

memproduksi Sari Puspa atau Soffell sebagai nama import dari Sari Puspa. Sari

Puspa adalah produk lotion anti nyamuk. Dalam waktu yang relatif singkat, Sari

Puspa mampu bersaing di dalam pasar produk lotion anti nyamuk yang diproduksi

oleh perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional, seperti Bayer, Johnson &

Sons, Unilever. Sari Puspa pun berhasil mencapai angka penjualan kritikal dengan

market share sebesar 95% dan menguasai pasar lotion anti nyamuk terbesar di luar

(22)

Kesuksesan yang dialami Sari Puspa memberikan dorongan bagi

perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya ke sektor minuman kesehatan dan

tetap mempertahankan jalur bisnisnya dalam bidang farmasi. PT Sari Enesis Indah

mulai memperkenalkan produk barunya yang bernama Adem Sari atau Sensa

Cools yang merupakan nama import dari Adem Sari. Dimulai dari peluncuran

produk ini untuk pertama kalinya sampai masa sekarang, Adem Sari masih

menjadi dominan dalam persaingan pasar untuk produk yang sejenis.

Produk lain yang dikembangkan adalah Vegeta. Vegeta adalah minuman

serat natural berbentuk bubuk dan diluncurkan pada tahun 2000. Mengikuti jejak

produk-produk sebelumnya, Vegeta pun berhasil menjadi pemimpin di dalam

pasaran. Hal ini disebabkan karena Vegeta berhasil memenuhi ekspektasi pasar

dan permintaan masyarakat akan kebutuhan serat alami untuk mendapatkan

kesehatan dalam sistem pencernaan sesuai dengan gaya hidup modern pada jaman

sekarang ini.

PT Sari Enesis Indah juga memproduksi Antis yang merupakan produk

pembersih tangan antiseptik dan Kispray yang merupakan pelicin bahan setrika

selain Sari Puspa, Adem Sari dan Vegeta. Dengan semakin berkembangnya

perusahaan, maka dibangunlah pabrik kedua yang berlokasi di Kawasan Industri

Cikarang. Dengan luas pabrik 15000 m2, pabrik di Cikarang ini merupakan pabrik

manufaktur terbesar untuk produk berbentuk bubuk di Indonesia. Pabrik ini

memulai operasinya pada tahun 2002 dan dikhususkan bagi 10 produk makanan,

(23)

4.1.2 Visi dan Misi PT Sari Enesis Indah

PT Sari Enesis Indah senantiasa berusaha untuk menjadi perusahaan

yang memiliki kredibilitas lebih baik dibandingkan perusahaan pesaing. Usaha

tersebut terangkum dalam visi perusahaan yaitu : “Menjadi perusahaan yang

berkembang pesat untuk mencapai posisi leader dalam produk consumer goods

melalui inovasi, perkembangan yang berkelanjutan dan mempunyai pandangan

yang jauh ke masa depan”. Sedangkan Misi perusahaan yaitu : “Berkomitmen

dalam mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk consumer goods

yang unik dan berkembang dengan pesat serta menjadi merek dengan status

pemimpin (leader) dalam wilayah regional.”

4.1.3 Struktur Organisasi PT Sari Enesis Indah

PT Sari Enesis Indah termasuk perusahaan nasional yang besar dan

untuk mendukung berbagai kegiatan bisnisnya. Untuk itu, di dalam perusahaan

terbentuk 10 (sepuluh) departemen dengan berbagai jenjang atau tingkatan

manajemen. Berikut adalah penjelasan mengenai struktur organisasi yang terdapat

di dalam perusahaan.

1. Komisaris adalah pemimpin tertinggi didalam perusahaan PT Sari Enesis Indah.

Komisaris menjadi pemegang keputusan tertinggi yang akan menentukan arah

jalannya perusahaan.

2. Direktur adalah pemimpin kegiatan operasional perusahaan yang tertinggi dan

pengendali strategi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Direktur juga

dapat dikatakan merupakan posisi penghubung antara perusahaan dengan

(24)

keputusan Komisaris terhadap perusahaan akan diberikan kepada Direktur

untuk dijalankan.

3. General Manager adalah tingkatan terpenting di bawah Direktur. General

Manager membawahi 10 manager yang mengepalai 10 departemen di dalam

perusahaan. General Manager mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh kesepuluh departemen tersebut, menjaga kesinambungan kerja

departemen-departemen ini dan memutuskan kegiatan strategik bagi 10

departemen tersebut.

4. Departemen Export

Departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer. Manajer Export dibantu

dengan para staff Departemen Export bertugas dalam hal-hal yang menyangkut

kegiatan eksport produk-produk perusahaan, mulai dari transaksi dan negosiasi

eksport, persiapan dan pelaksanaan eksport.

5. Departemen Finance dan Accounting

Manajer Finance dan Accounting (FAM) membawahi 3 (tiga) bagian

fungsional yang berhubungan dengan departemen ini,yaitu Bagian Accounting,

Bagian Cashier dan Bagian Finance. Ketiga bagian ini masing-masing

dikepalai oleh seorang supervisor dan dibantu oleh beberapa staff di bawahnya.

a. Bagian Accounting adalah bagian yang bertanggung jawab dalam

mendokumentasikan transaksi-transaksi yang dilakukan perusahaan,

(25)

b. Bagian Cashier adalah bagian yangmengurus hal-hal mengenai

pemasukan dan pengeluaran kas perusahaan, seperti pembayaran

hutang dan piutang perusahaan.

c. Bagian Finance adalah bagian yang bertanggung jawab dalam

mengawasi dan mengatur keuangan perusahaan, termasuk di dalamnya

asset perusahaan.

6. Departemen Human Resource Administration (HRA)

Departemen HRA dikepalai oleh seorang Manajer yang dibantu oleh Asisten

Manajer dan Supervisor di bawah Asisten Manajer tersebut. Supervisor

memiliki beberapa staff HRA untuk menjalankan tugas-tugas departemen ini.

Departemen ini bertugas mengatur hal-hal yang menyangkut sumber daya

manusia perusahaan, seperti proses perekrutan karyawan baru, program

peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan sumber daya manusia

perusahaan, sistem penggajian, pengupahan dan tunjangan, sistem administrasi

perusahaan termasuk para karyawan perusahaan serta masalah-masalah lain

yang menyangkut para karyawan dan serikat buruh.

7. Departemen Logistik

Manajer Logistik mengepalai departemen ini dengan Supervisor yang

bertanggung jawab terhadap Manajer serta beberapa orang staff di bawah

Supervisor. Departemen ini mempunyai tugas yang berhubungan dengan

pengaturan sistem logistik perusahaan, yaitu pengaturan terhadap bahan-bahan

(26)

8. Departemen Marketing Research

Departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer. Tingkatan di bawah manajer

tersebut diposisikan untuk Asisten Manajer dan Supervisor di bawahnya serta

beberapa orang staff untuk departemen ini. Departemen ini bertugas dalam

melakukan riset terhadap pasar, khususnya mengenai permintaan kebutuhan

masyarakat dan respon pasar terhadap suatu produk.

9. Departemen Purchasing

Departemen Purchasing ini dikepalai oleh seorang Manajer dan dibantu oleh

Asisten Manajer serta para staff Purchasing di bawahnya. Departemen ini

bertanggung jawab dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan

pembelian bahan baku yang diperlukan dalam produksi, mulai dari pemilihan

supplier atau pemasok sampai proses pembelian bahan baku dijalankan.

10. Departemen Marketing

Departemen Marketing dikepalai oleh seorang Manajer Senior yang

membawahi 5 sub-departemen. Masing-masing sub-departemen dipimpin oleh

seorang Manajer dan memiliki sejumlah orang staff di bawahnya.

a. Sub-departemen Cabang yang dikepalai oleh seorang Manajer dan

beberapa Kepala Cabang di bawahnya. Kepala Cabang bertanggung

jawab terhadap masing-masing cabang yang dipegangnya.

b. Sub-departemen Customer Service bertugas dalam hal-hal yang

menyangkut pelanggan, memberikan pelayanan kepada pelanggan,

mengatur sistem saran dan kritik yang disampaikan pelanggan terhadap

(27)

merupakan alat yang penting bagi perusahaan demi tujuan peningkatan

kualitas produk dan tercapainya kepuasan pelanggan.

c. Sub-departemen HCO adalah sub-departemen yang mengatur kegiatan

pemasaran produk-produk perusahaan dalam skala besar kepada

pasar-pasar yang bersifat grosir, seperti Goro, Hero, Carrefour serta menjaga

hubungan antara kedua belah pihak.

d. Sub-departemen Produk bertanggung jawab untuk menjamin kesuksesan

peluncuran setiap produk baru, yaitu dengan berbagai program promosi

untuk memperkenalkan produk baru kepada masyarakat luas.

e. Sub-departemen Sales adalah sub-departemen yang mengatur penjualan

produk-produk yang dilakukan oleh para saleskepada pasar atau toko-toko

pengecer.

11. Departemen R&D/QC

Departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer dan membawahi beberapa

bagian fungsional yang berbeda-beda.

a. Penanggung Jawab CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dengan

para staff di bawahnya bertanggung jawab terhadap inspeksi secara

berkala mengenai ketepatan pelaksanaan aturan-aturan dalam CPOB

yang dikeluarkan oleh Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) di

dalam perusahaan.

b. Head Mikrobiologi dengan dibantu oleh beberapa staff di bawahnya

bertugas mengatur pelaksanaan pengujian mikrobiologi terhadap

(28)

c. Bagian Quality Control yang dikepalai oleh seorang Supervisor QC

membawahi 3 orang Koordinator QC dengan tugas dan tanggung jawab

yang berbeda-beda, yaitu:

1) Koordinator QC Analis, bertanggung jawab terhadap 3 bagian QC

Analis, yaitu QC Analis Ingredients, Finished Goods dan

Packaging.

a) QC Analis Ingredients melakukan analisa terhadap bahan baku

yang diterima dari para pemasok untuk kegiatan produksi.

b) QC Analis Finished Goods melakukan analisa terhadap hasil

produk setelah melalui proses produksi terakhir.

c) QC Analis Packaging melakukan analisa terhadap bahan

packaging atau pengemas untuk produk akhir. Analisa-analisa

tersebut di atas dilakukan di dalam sebuah laboratorium.

Koordinator QC Packing, mempunyai tanggung jawab dalam

pengawasan terhadap kegiatan packing dan produk setelah kegiatan

packing selesai dilaksanakan. 3 bagian kegiatan QCPacking adalah

QC Packing Sortasi, QC Packing Finished Goods dan QC Packing

Return Finished Goods. QC Packing Sortasi melakukan

pemeriksaan dan pelaporan terhadap produk jadi yang tidak sesuai

dengan ketentuan, seperti kempes, bocor. QC Packing Finsihed

Goods melakukan pemeriksaan terhadap hasil kegiatan packing,

misalnya mengenai ketepatan jumlah dalam satu karton, pelabelan

(29)

melakukan pemeriksaan terhadap produk-produk yang

dikembalikan setelah dilempar ke pasar.

2) Koordinator QC Proses, bertanggung jawab terhadap kegiatan

inspeksi dalam proses produksi yang berlangsung. Kegiatan QC

Proses dibagi menjadi 2 bagian, yaitu QC Proses dan QC

Filling. QC Proses tersebar pada bagian-bagian proses yang

memerlukan inspeksi terhadap proses, produk yang dihasilkan

dari proses tersebut agar sesuai dengan spesifikasi yang

diperlukan. QC Filling bertugas untuk melakukan pengawasan

terhadap kegiatan filling mencakup proses filling dan sealingdan

produk yang dihasilkan.

3) Koordinator QCSampling, bertugas dalam pelaksanaan sampling

yang dilakukan terhadap bahan baku dan bahan packaging

segera setelah bahan yang dimaksud diterima dan sebelum

pengujian oleh QC Analis. 2 bagian QC Sampling adalah QC

Sampling Ingredients yang melakukan inspeksi terhadap bahan

baku dan QC Sampling Packaging yang melakukan inspeksi

terhadap bahan pengemas atau packaging.

12. Departemen Plant

Departemen Plant dikepalai oleh seorang Manajer Senior dan membawahi

beberapa manajer dalam 4 sub-departemen yang berada di bawah naungannya.

(30)

a. Sub-departemen Building & Technique

Sub-departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer yang dibantu oleh

seorang Asisten Manajer. Supervisor di bawah asisten manajer

mempunyai beberapa koordinator untuk membantunya. Koordinator

pun mempunyai sejumlah leader yang bertugas memimpin para staff

masing-masing. Sub-departemen ini bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan sistem pengaturan bangunan dan fasilitas-fasilitas

perusahaan, seperti pemeliharaan bangunan atau maintenance,

pemeliharaan mesin-mesin.

b. Sub-departemen Packing

Manajer sub-departemen ini dibantu oleh Supervisor yang juga

mengepalai beberapa Koordinator. Di bawah koordinator terdapat

leader yang memimpin para pekerja packing. Tugas sub-departemen

ini adalah melaksanakan kegiatan packing sesuai dengan target yang

telah ditentukan, sehingga produk-produk telah siap dalam kemasan

baik pada saat pengiriman produk dilakukan.

c. Sub-departemen PPIC

Manajer PPIC langsung mengepalai posisi struktural di bawahnya

dengan tingkatan yang sama seperti pada Sub-departemen Building &

Technique. Di bawah manajer terdapat Asisten Manajer dengan

Supervisor di bawahnya. Supervisor mengepalai sejumlah Koordinator

di bawahnya, Koordinator mempunyai leader yang memimpin para

(31)

penjadwalan dan rencana pembelian bahan baku dan bahan packaging

yang diperlukan dan juga terhadap jadwal pelaksanaan produksi untuk

dapat memenuhi permintaan produk tepat pada waktu dan jumlah

tertentu.

d. Sub-departemen Produksi

Struktur sub-departemen ini pun sama seperti pada Sub-departemen

Building & Technique serta Sub-departemen PPIC. Sub-departemen

dikepalai oleh seorang Manajer yang membawahi Asisten Manajer, di

bawahnya terdapat urutan tingkatan struktural, yaitu Supervisor,

Koordinator, Leader dan para staff Produksi. Sub-departemen ini

bertanggung jawab terhadap kelancaran proses pada setiap urutan

proses dan lini produksi yang berlangsung.

13. Departemen Tax

Departemen ini dikepalai oleh seorang Manajer dan secara langsung dibantu

oleh para staff Departemen Tax. Tugas yang diberikan kepada departemen

ini menyangkut pengaturan terhadap pajak perusahaan, mulai dari

perhitungan pajak perusahaan sampai pada pembayaran pajak.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Metode analisis statistik deskriptif merupakan cara menguraikan dan

menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai

(32)

dengan mendistribusikan jawaban responden dalam bentuk tabel sehingga

memperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi jawaban responden.

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki – laki 33 54 %

Wanita 28 46 %

Jumlah 61 100 %

Sumber: Komunitas MAPALA USU, Medan, 2013, (Data Diolah)

Tabel 4.1 menunjukkan mayoritas responden yang menjawab pertanyaan

kuesioner mengenai perubahan merek dan loyalitas konsumen pada penelitian ini

adalah anggota komunitas MAPALA USU yang berjenis kelamin laki-laki,

sebanyak 33 orang dengan tingkat persentase sebesar 54 persen dari total

keseluruhan responden yang berjumlah 61 orang, yang digunakan peneliti sebagai

(33)

Pertanian 2 4 %

Jumlah 61 100 %

Sumber: Komunitas MAPALA USU, Medan, 2013, (Data Diolah)

Tabel 4.2 menunjukkan mayoritas responden yang menjawab pernyataan

kuesioner mengenai perubahan merek dan loyalitas konsumen pada penelitian ini

adalah anggota komunitas MAPALA USU yang berasal dari fakultas Ekonomi

USU, sebanyak 14 orang dengan tingkat persentase sebesar 23 persen dari total

keseluruhan sampel yang berjumlah 61 orang yang digunakan peneliti pada

penelitian ini..

2. Hasil Pernyataan Kuesioner Dari 61 Responden

a. Perubahan Merek(X)

Tabel 4.3 Perubahan Merek

Sumber: Komunitas MAPALA USU, Medan, 2013, (Data Diolah)

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 61 orang responden untuk variabel

perubahan merekpada Tabel 4.4, yaitu:

1) Mayoritas responden pada butir 1 menjawab sangat setuju, dengan nilai

persentase sebesar 41 persen mengenai variabel perubahan merek, dimana

pernyataannya mengenai perbedaan merek Sari Puspa dengan Soffell.

2) Mayoritas responden pada butir 2 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 43 persen mengenai variabel perubahan merek, dimana

pernyataannya mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas setelah

(34)

3) Mayoritas responden pada butir 3 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 41 persen mengenai variabel perubahan merek, dimana

pernyataannya mengenai citraproduk setelah perubahan merek.

b. Loyalitas Konsumen(Y)

Tabel 4.4

Loyalitas Konsumen

Sumber: Komunitas MAPALA USU, Medan, 2013, (Data Diolah)

Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 61 orang responden untuk

variabel loyalitas konsumenpada Tabel 4.5, yaitu:

1) Mayoritas responden pada butir 1 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 44 persen mengenai variabel loyalitas konsumen,

dimana pernyataannya mengenai melakukan pembelian ulang secara

teratur.

2) Mayoritas responden pada butir 2 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 51 persen mengenai variabel loyalitas konsumen

dimana pernyataannya mengenai kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.

3) Mayoritas responden pada butir 3 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 43 persen mengenai variabel loyalitas konsumen,

dimana pernyataannya mengenai merekomendasikan orang lain untuk

menggunakan produk Soffell.

Butir Frekuensi

SS % S % KS % TS % STS %

1 21 34 27 44 10 17 3 5 0 0

2 19 31 31 51 7 12 3 5 1 1

(35)

4.2.2 Uji-t (uji pengaruh parsial)

Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara

individual terhadap variabel terikat. Untuk melakukan uji-t menggunakan tabel

coefficients. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan

variabel terikat mempunyai pengaruh yang positif atau tidak.

Tabel 4.5

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 17.00, 2013

Tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa hasil uji signifikansi parsial variabel

perubahan merek yaitu : Nilai thitung pada variabel perubahan merek adalah 3,467

dan nilai ttabel adalah 1,6711 sehingga thitung > ttabel ( 3,467 >1,6711 ). Tingkat

signifikansi pada variabel perubahan merek yaitu 0.001 , lebih kecil dari 0,05

(0,001<0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara variabel perubahan merek terhadap variabel loyalitas konsumen

pada anggota Komunitas MAPALA USU.

Dari hasil penggunaan metode analisis regresi linear sederhana pada penelitian

ini, maka diperoleh suatu bentuk persamaan, yaitu:

(36)

Y = 7,869 + 0,345X

Hal ini mengandung arti bahwa pengambilan keputusan yang terlihat dari nilai

konstanta sebesar 7,869; apabila variabel perubahan merek meningkat 1 satuan

maka kepuasan nasabah meningkat sebesar 0,345 satuan (unit).

4.2.3 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien

determinasi, dalam output SPSS terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis

R Square berkisar nol sampai satu.

Tabel 4.6

Tabel Hubungan Antar Variabel

Sumber: Situmorang dan Lufti (2012:148)

Tabel 4.6 menjelaskan mengenai tipe hubungan antar variabel, semakin

besar nilai R berarti hubungan semakin erat. Koefisiensi determinasi mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

independen. Nilainya adalah 0 – 1. Semakin mendekati nol berarti tidak baik atau

variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati

satu model berarti akan semakin baik. Hasil instrumen koefisiensi determinan (R2)

(37)

Tabel 4.7

Hasil Instrumen Koefisien Determinan (R2) Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .417a .174 .160 1.78067

a.Predictors: (Constant), Perubahan Merek b. Dependent Variable: Loyalitas Konsumen

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 17.00, 2013

Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa R = 0,417, yang berarti hubungan

antara variabel perubahan merek terhadap loyalitas konsumen pada komunitas

MAPALA USU adalah sebesar 41,7%, artinya ada hubungan yang cukup erat.

Adjusted R square sebesar 0,160 berarti 16% peningkatan loyalitas konsumen

dapat dijelaskan perubahan merek sedangkan sisanya 84% dapat dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pembahasan Hasil Penelitian Analisis Statistik Deskriptif

4.3.1.1 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Karaktersitik Responden

1. Pembahasan Hasil Penelitian Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden

Mayoritas responden yang menjawab pernyataan kuesioner mengenai

pengaruh perubahan merek Sari Puspa menjadi Soffell terhadap loyalitas

konsumen adalah anggota komunitas MAPALA USU yang berjenis

kelamin laki-laki, sebanyak 33 orang dengan tingkat persentase sebesar

54 persen dari total keseluruhan sampel yang berjumlah 61 orang yang

(38)

yang menjadi anggota komunitas MAPALA USU dibandingkan dengan

perempuan.

2. Pembahasan Hasil Penelitian Karakteristik Berdasarkan Fakultas

Responden

Mayoritas responden yang menjawab pernyataan kuesioner mengenai

pengaruh perubahan merek Sari Puspa menjadi Soffell terhadap loyalitas

konsumen adalah anggota komunitas MAPALA USU yang berasal dari

fakultas Ekonomi, sebanyak 14 orang dengan tingkat persentase sebesar

23 persen dari total keseluruhan sampel yang berjumlah 61 orang, yang

digunakan peneliti pada penelitian ini. Hal ini disebabkan karena banyak

mahasiswa Fakultas Ekonomi USU yang bergabung dengan komunitas

Mahasiswa Pecinta Alam USU.

4.3.1.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil Pernyataan Kuesioner dari 61 Responden

1. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel Perubahan Merek (X)

a. Mayoritas responden pada butir 1 menjawab sangat setuju, dengan nilai

persentase sebesar 41 persen mengenai variabel perubahan merek,

dimana pernyataannya mengenai perbedaan merek Sari Puspa dengan

Soffell. Hal ini berarti, sebagian anggota komunitas MAPALA USU

sudah mengetahui perihal perubahan merek Sari Puspa menjadi Soffell.

Sisanya sebesar 34 persen menjawab setuju, 14 persen menjawab kurang

setuju, 8 persen untuk pernyataan tidak setuju dan 3 persen untuk

(39)

setuju, dan sangat tidak setuju berasal dari jawaban responden yang

mengatakan bahwa lotion anti nyamuk Sari Puspa tidak berganti nama

menjadi Soffell.

b. Mayoritas responden pada butir 2 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 43 persen mengenai variabel perubahan merek,

dimana pernyataannya mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas

setelah perubahan merek. Hal ini berarti, sebagian responden telah

mengetahui bahwa tidak terdapat perbedaan antara lotion anti nyamuk

merek Sari Puspa dengan merek Soffell. Sisanya masing-masing sebesar

34 persen menjawab sangat setuju, 15 persen kurang setuju, 8 persen

menjawab tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak

setuju. Adapun pernyataan kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak

setuju berasal dari jawaban responden yang mengatakan terdapat

perbedaan antara lotion anti nyamuk merek Sari Puspa dengan merek

Soffell.

c. Mayoritas responden pada butir 3 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 41 persen mengenai variabel perubahan merek,

dimana pernyataannya mengenai citra produk dalam hal kualitas setelah

perubahan merek. Hal ini berarti, mayoritas responden yang percaya

akan kualitas lotion anti nyamuk merek Soffell walaupun telah dilakukan

perubahan merek dari merek Sari Puspa. Sisanya sebesar 37 persen

menjawab sangat setuju, 15 persen kurang setuju, 5 pesen tidak setuju,

(40)

Sari Puspa menjadi soffell tidak mengubah citra produk yang memiliki

kualitas bagus.

2. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel Loyalitas Konsumen

(Y)

a. Mayoritas responden pada butir 1 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 44 persen mengenai variabel loyalitas konsumen,

dimana pernyataannya mengenai melakukan pembelian lotion anti

nyamuk merek Soffell secara rutin. Hal ini berarti, sebagian besar

responden tetap membeli lotion anti nyamuk merek Soffell secara rutin.

Sisanya sebesar 34 persen menjawab sangat setuju, 17 persen menjawab

kurang setuju, 5 persen menjawab tidak setuju dan tidak ada yang

menjawab sangat tidak setuju. Responden yang menjawab kurang setuju

dan tidak setuju, tidak melakukan pembelian lotion anti nyamuk merek

Soffell secara rutin. Faktor penyebabnya bisa terjadi karena responden

tertarik membeli produk lotion anti nyamuk merek lain.

b. Mayoritas responden pada butir 2 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 51 persen mengenai variabel loyalitas konsumen,

dimana pernyataannya mengenai mengenai kekebalan terhadap tarikan

dari pesaing. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden tetap loyal

untuk membeli lotion anti nyamuk merek Soffell. Sisanya sebesar 31

persen menjawab sangat setuju, 12 persen menjawab kurang setuju, 5

persen tidak setuju dan 1 persen sangat tidak setuju. Responden yang

(41)

untuk membeli lotion anti nyamuk merek Soffell. Faktor penyebabnya

bisa terjadi karena responden suka mencoba berbagai berbagai merek

produk lotion anti nyamuk.

c. Mayoritas responden pada butir 3 menjawab setuju, dengan nilai

persentase sebesar 43 persen mengenai variable loyalitas konsumen,

dimana pernyataannya mengenai merekomendasikan orang lain untuk

menggunakan produk Soffell. Hal ini berarti, sebagian besar anggota

komunitas MAPALA USU merekomendasikan untuk menggunakan

lotion anti nyamuk merek Soffell kepada orang lain. Sisanya sebesar 26

persen menjawab sangat setuju, 26 persen menjawab kurang setuju, 5

persen menjawab tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak

setuju. Responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju, tidak

merekomendasikan untuk menggunakan lotion anti nyamuk merek

Soffell kepada orang lain. Faktor penyebabnya bisa terjadi karena

responden kurang suka mengatakan produk apa yang digunakannya

karena alasan privasi.

4.3.2 Pembahasan Hasil Penelitian Uji-t

Nilai thitung pada variabel perubahan merek lebih besar daripada nilai

ttabel. Tingkat signifikansi pada variabel perubahan merek lebih kecil dari 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

variabel perubahan merek terhadap variabel loyalitas konsumen pada komunitas

Mahasiswa Pecinta Alam USU. Perbedaan antara merek lama dan merek baru,

(42)

setelah perubahan merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

konsumen.

Dari hasil penggunaan metode analisis regresi linear sederhana pada penelitian

ini, maka diperoleh suatu bentuk persamaan, yaitu:

Y = a + bX

Y = 7,869 + 0,345X

Hal ini mengandung arti bahwa pengambilan keputusan yang terlihat dari nilai

konstanta sebesar 7,869; apabila variabel perubahan merek meningkat 1 satuan

maka loyalitas konsumen meningkat sebesar 0,345 satuan (unit). Dapat

disimpulkan bahwa perubahan merek cukup dalam menentukan loyalitas

konsumen pada yaitu akan meningkat sebesar 0,345 untuk tiap 1 unitnya.

4.3.3 Pembahasan Hasil Penelitian Koefisien Determinan (R2)

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa R = 0,417, yang berarti

hubungan antara variabel perubahan merek terhadap loyalitas konsumen pada

komunitas MAPALA USU adalah sebesar 41,7%, artinya ada hubungan yang

cukup erat. Adjusted R square sebesar 0,160 berarti 16% peningkatan loyalitas

konsumen dapat dijelaskan perubahan merek sedangkan sisanya 84% dapat

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standard

Error of Estimate adalah 1.78067. Semakin kecil standar deviasi berarti model

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan adalah:

1. Berdasarkan signifikansi t (uji-t), variabel perubahan merek memiliki

pengaruh positif dan signifikan dalam mempengaruhi loyalitas konsumen

pada komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU. Oleh karena itu, perubahan

merek yang dilakukan PT. Sari Enesis Indah dari Sari Puspa menjadi Soffell

cukup mempengaruhi loyalitas konsumen dalam melakukan keputusan

pembelian pada komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU.

2. Berdasarkan hasil koefisien determinan (R2), variabel perubahan merek

memiliki hubungan yang cukup erat terhadap loyalitas konsumen pada

komunitas Mahasiswa Pecinta Alam USU. Sebagian kecil nilai R Square

dapat meningkatkan variabel loyalitas konsumen pada komunitas Maha siswa

Pecinta Alam USU, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Saran penelitian ini adalah :

1. Sebaiknya, PT. Sari Enesis Indah lebih melakukan sosialisasi yang lebih

(44)

Soffell agar semakin banyak konsumen yang mengetahui adanya perubahan

merek dari Sari Puspa menjadi Soffell dan tetap loyal dalam melakukan

pembelian secara rutin.

2. Sebaiknya PT. Sari Enesis Indah menjalin hubungan yang baik dalam jangka

panjang dengan konsumen, khususnya konsumen yang sudah loyal agar

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Defenisi Merek

Menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah

“tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan

warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Sedangkan menurut

pendapat Kotler (2000), pengertian merek adalah suatu janji penjual untuk secara

konsisten memberikan fitur, manfaat dan jasa tententu kepada pembeli, bukan

hanya sekedar simbol yang membedakan produk perusahaan tertentu dengan

kompetitornya.

Definisi merek menurut American Marketing Association memiliki

kesamaan dengan definisi menurut UU Merek No.15 Tahun 2001, yaitu lebih

menekankan merek sebagai identifier dan differentiator. Berdasarkan beberapa

definisi di atas, secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama, logo atau

simbol baru untuk sebuah produk baru, maka ia telah menciptakan sebuah merek.

2.1.2 Manfaat Merek

Menurut Keller dalam Tjiptono (2005), merek bermanfaat bagi produsen

maupun konsumen. Bagi produsen merek berperan sebagai berikut :

1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan

(46)

2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.

Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama merek

bisa diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered trademarks),

proses pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan

bisa diproteksi melalui hak cipta (copyrights) dan desain. Hak-hak

properti intelektual ini memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat

berinvestasi dengan aman dalam merek yang dikembangkannya dan

meraup manfaat dari saet bernilai tersebut.

3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka

bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.

Loyalitas merek seperti ini menghasilkan predictability dan security

permintaan bagi perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang

menyulitkan perusahaan lain untuk memasuki pasar.

4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk

dari para pesaing.

5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,

loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak

konsumen

6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa

datang.

Bagi konsumen, merek bisa memberikan beraneka macam nilai melalui

sejumlah fungsi dan manfaat potensial. Keller dalam Tjiptono (2005) ada 7

(47)

1. Sebagai identifikasi sumber produk

2. Penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor

tertentu

3. Pengurang risiko

4. Penekan biaya pencarian (search costs) internal dan eksternal

5. Janji atau ikatan khusus dengan produsen

6. Alat simbolis yang memproyeksikan citra diri

7. Signal kualitas

Sedangkan menurut Kapferer dalam Tjiptono (2005), fungsi potensial

sebuah merek meliputi identifikasi, praktikalitas, garansi, optimisasi,

karakterisasi, kontinuitas, hedonistic, dan fungsi etis. Seperti pada tabel berikut

ini:

Tabel 2.1

Fungsi Merek

No. FUNGSI MANFAAT BAGI PELANGGAN

1. Identifikasi

Bisa dilihat dengan jelas; memberikan makna bagi produk; gampang mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari.

2. Praktikalitas

Memfasilitasi penghematan waktu dan energy melalui pembelian ulang identik dan loyalitas.

3. Jaminan

(48)

No. FUNGSI MANFAAT BAGI PELANGGAN

4. Optimisasi Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.

5. Karakterisasi Mendapatkan informasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang ditampilkannya kepada orang lain.

6 Kontinuitas

Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengna merek yang telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun.

7 Hedonistik

Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo, dan komunikasinya

8. Etis

Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung-jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat.

Sumber : Kapferer dalam (Tjiptono,2005)

2.1.3 Interpretasi merek

Istilah “merek” sebenarnya memiliki banyak interpretasi dan tidak

mudah membedakannya dengan “produk” dan “marketing offering”. Profesor

Brand Marketing dari University of Birmingham, Leslie de Chernatony

(2001-2003) mengidentifikasi setidaknya ada 14 interpretasi terhadap merek, yang

dikelompokkan menjadi tiga kategori : interpretasi berbasis input (branding

dipandang sebagai cara para manajer mengalokasikan sumber dayanya dalam

(49)

rangka meyakinkan konsumen), interpretasi berbasis output (interpretasi dan

pertimbangan konsumen terhadap kemampuan merek memberikan nilai tambah

bagi mereka), dan interpretasi berbasis waktu (menekankan branding sebagai

proses yang berlangsung terus-menerus. Ketiga kategori ini kemudian dijabarkan

menjadi 14 macam interpretasi, yakni merek sebagai logo, instrumen hukum,

perusahaan shorthand, risk reducer, positioning, kepribadian, serangkaian nilai,

visi, penambah nilai, identitas, citra, relasi, dan evolving entity.

Tabel 2.2

Interpretasi Terhadap Merek

No

. INTERPRETASI DESKRIPSI

A. Perspektif Input

1. Merek sebagai logo Merek didefinisikan sebagai “nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi di antaranya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang dan

jasa para pesaingnya” (definisi

American Marketing Association, dikutip dalam Kotler, et al. (2004, p. 407). Definisi ini menekankan peranan merek sebagai identifier dan differentiator.

2. Merek sebagai instrumen Merek mencerminkan hak kepemilikan yang dilindungi secara hukum.

3. Merek sebagai perusahaan Merek mempresentasikan perusahaan, dimana nilai-nilai korporat diperluas ke berbagai macam kategori produk.

(50)

No INTERPRETASI DESKRIPSI 5. Merek sebagai penekan

risiko (risk reducer)

Merek menekan persepsi konsumen terhadap risiko (misalnya, risiko kinerja, risiko finansial, risiko waktu, risiko sosial, dan risiko fungsional tertentu yang penting, bisa dikenali, dan dinilai penting oleh para konsumen.

7. Merek sebagai

kepribadian

Merek memiliki nilai-nilai emosional atau kepribadian yang bisa sesuai dengan citra diri

Merek memiliki serangkaian nilai yang mempengaruhi pilihan merek. 9. Merek sebagai visi Merek merupakan visi para manajer

senior dalam rangka membuat dunia semakin baik. Dengan kata lain, merek mencerminkan apa yang ingin diwujudkan dan ditawarkan oleh para manajer senior kepada masyarakat luas.

10. Merek sebagai penambah nilai

Merek merupakan manfaat ekstra (fungsional dan emosional) yang ditambahkan pada produk atau jasa inti dan dipandang bernilai oleh konsumen.

11. Merek sebagai identitas Merek memberikan makna pada produk dan menentukan identitasnya, baik dalam hal ruang maupun waktu.

Perspektif Output

(51)

No INTERPRETASI DESKRIPSI

13. Merek sebagai relasi Oleh karena merek bisa dipersonifikasikan, mak apara pelanggan bisa menjali relasi dengannya. Merek membantu pelanggan melegitimasi pandangan atau pemikirannya terhadap dirinya sendiri.

Perspektif Waktu

14. Merek sebagai

evolving entity

Merek bertumbuh seiring perubahan permintaan pelanggan dan persaingan. Akan tetapi, yang berubah adalah peripheral values, sementara core values jarang berubah.

Sumber : de Chernatony dalam Tjiptono (2005)

2.1.4 Perubahan Merek (Rebranding)

Perubahan merek (Rebranding) berarti proses dimana organisasi

melakukan perubahan terkait dengan cara produk dipasarkan dan didistribusikan

dengan menggunakan merek yang berbeda. Hal ini biasanya dilakukan dengan

mengubah logo merek, nama merek, citra merek, strategi pemasaran atau strategi

periklanan, tapi tidak selalu demikian. Perubahan tersebut biasanya ditujukan

untuk repositioning produk di pasar (Donnelly dan Linton, 2009).

Pengertian rebranding adalah perubahan identitas, yang harus dilihat

sebagai sebuah keputusan strategis dengan rencana yang matang.(Daly dan

Moloney,2004). Rebranding dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemberian

nama brand baru atau identitas baru pada produk atau jasa yang sudah mapan

tanpa perubahan berarti dari manfaat yang ditawarkan oleh produk.

Beberapa hal yang dapat menjadi motivasi dilakukannya rebranding,

(52)

1. Terjadi merger, akuisisi, divestasi yang memungkinkan merek, logo atau slogan

tidak lagi sesuai.

2. Pergeseran pasar yang dikarenakan tindakan pesaing, munculnya pesaing baru,

maupun perubahan kondisi ekonomi dan hukum.

3. Citra yang sudah kadaluarsa atau tidak sesuai lagi dengan perkembangan pasar.

4. Munculnya fokus dan visi baru bagi perusahaan.

5. Menjauhi perusahaan dari lingkup sosial dan moral dan untuk menampilkan

citra yang lebih bertanggung jawab sosial.

Proses rebranding terdiri atas dua tipe, tipe pertama adalah apabila

dalam proses rebranding terjadi penggantian merek yang sudah mapan dengan

merek yang baru seperti Sari Puspa menjadi Soffell dan National menjadi

Panasonic, sedangkan tipe kedua adalah apabila dalam proses rebranding terjadi

suatu modifikasi dari merek yang sudah mapan seperti Coco Krispies menjadi

Coco Pops dan produk minuman Nestle Quik menjadi Nesquik.

2.1.5 Faktor Perubahan Merek

Hal ini berhubungan dengan latar belakang perusahaan yang ingin

melakukan adaptasi agar lebih eksis terhadap perubahan lingkungan bisnis atau

untuk meningkatkan daya saing dalam era kompetitif. Beberapa hal yang biasanya

menjadi dasar perubahan di antaranya:

1. Pergantian pemimpin

Pergantian pemimpin sering sekali juga diikuti dengan proses rebranding

sebagai bentuk pemberitahuan pada publik internal dan eksternal akan

(53)

2. Krisis image

Image sebagai bentuk persepsi eksternal terhadap aktivitas yang dijalankan

oleh perusahaan seringkali harus diubah karena adanya krisis yang

dihadapi oleh perusahaan. Kasus korupsi 1,7 triliun yang dihadapi oleh

BNI pada akhir tahun 2004 membuat pihak manajemen merasa perlu

melakukan rebranding sebagai upaya untuk menunjukkan kepada publik

bahwa pihak manajemen telah melakukan perubahan dan lebih profesional

dalam melayani publik.

3. Kejenuhan pasar

Ada saat di mana pasar merasa jenuh dengan brand image yang diusung

sebuah produk atau perusahaan yang berdampak pada menurunnya

penjualan. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan penyegaran

dengan melakukan rebranding.

4. Visi baru perusahaan

Adanya keinginan untuk memunculkan satu nilai bersama dari beragam

unit bisnis akan melahirkan sebuah visi baru. MedcoEnergi misalnya,

dengan beragam unit bisnis yang dimiliki dan beragam identitas visual

serta sikap, merasa perlu memunculkan kesamaan sikap dan rasa

kebersamaan yang berdampak pada perlunya rebranding. Di tahap awal

prosesnya rebranding MedcoEnergi berhubungan dengan perubahan dan

penyatuan identitas visual, penyeragaman sistem penamaan unit bisnis dan

(54)

2.1.6 Hasil Perubahan Merek

Implementasi dari proses rebranding yang dijalankan oleh perusahaan

biasanya berhubungan dengan tiga hal berikut:

1. Perubahan logo

Disebabkan karena logo lama dianggap sudah ketinggalan jaman atau

terjadi kesalahan asosiasi brand. Apa yang dialami oleh PT Excelcomindo

di mana pelanggan lebih mengasosiasikan product brand Pro XL dengan

company brand PT Excelcomindo dikarenakan pihak manajemen terlalu

menonjolkan product brand, sehingga pelanggan lebih mengetahui

product brand dari pada company brand dan menganggap product brand

sebagai company brand. Logo baru diharapkan bisa mengubah asosiasi

yang keliru terhadap product brand dan company brand.

2. Refreshment logo

Pada prinsipnya tidak ada perubahan logo, tapi lebih dimaksudkan untuk

menyegarkan product brand atau companybrand di benak pelanggan agar

tetap menjadi top of mind. Di kalangan karyawan sendiri diharapkan

adanya kegairahan atau motivasi dalam bekerja sebagai wujud komitmen

refreshment logo yang dilakukan. Positioning perusahaan perlu ditegaskan

kepada karyawan agar dampak dari refreshment yang dilakukan bisa

dirasakan oleh seluruh anggota perusahaan yang akan berimbas pada

aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dan akan dipersepsi oleh publik

(55)

3. Perubahan visi

Visi perusahaan yang baru diharapkan akan lebih mampu beradaptasi

terhadap lingkungan bisnis yang secara konstan akan terus berubah.

Indikator seperti perkembangan teknologi dan liberalisasi perdagangan

harus dicermati agar perusahaan dapat senantiasa beradaptasi dengan baik.

Rebranding perusahaan dalam menyikapi perubahan ini seringkali akan

berimbas pada lahirnya visi perusahaan yang baru.

2.1.7 Definisi Loyalitas

Berikut definisi dari terjemahan loyalitas (customer loyalty) menurut

beberapa ahli. Menurut Oliver (1997), antara lain : “Komitmen untuk bertahan

secara mendalam dengan melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali

dengan produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang,

meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk

menyebabkan perubahan perilaku”.

Sedangkan Griffin (1995), menyatakan pendapatnya tentang loyalitas

pelanggan antara lain : “Konsep loyalitas lebih mengarah kepada prilaku

(behaviour) dibandingkan dengan sikap (attitude) dan seorang konsumen yang

loyal akan memperlihatkan prilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembeli

yang teratur dan diperlihatkan sepanjang waktu oleh beberapa unit pembuatan

keputusan”.

2.1.8 Brand Loyalty

Brand loyalty (loyalitas terhadap suatu merek) didefinisikan sebagai

(56)

komitmen dan bermaksud untuk melanjutkan pembelian di masa yang akan

datang (Mowen, 1995) dalam Griffin.

Loyalitas merek merupakan ukuran kedekatan / keterkaitan pelanggan

pada sebuah merek. Ukuran ini menggambarkan tentang mungkin tidaknya

konsumen beralih ke merek lain, terutama jika merek tersebut mengalami

perubahan baik yang menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Konsumen yang

loyal pada umumnya akan melanjutkan penggunaan merek tersebut, walaupun

dihadapkan dengan banyak alternatif merek produk pesaing yang menawarkan

karakteristik produk yang lebih unggul. Beberapa fungsi yang dapat diberikan

oleh brand loyalty kepada perusahaan yaitu:

1. Mengurangi biaya pemasaran.

2. Meningkatkan perdagangan.

3. Menarik minat pelanggan baru.

4. Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing.Branduality

Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang memiliki

tingkatan loyalitas mulai dari yang paling rendah sampai tertinggi yang

membentuk piramida loyalitas merek. Adapun tingkatan loyalitas merek adalah :

1. Konsumen yang berpindah-pindah (Switcher)

Pembeli yang berada pada tingkat ini disebut sebagai pelanggan yang

berada pada tingkat paling dasar, dan juga sama sekali tidak loyal. Pembeli pada

tingkat ini tidak mau terikat pada merek apa pun, karena karakteristik konsumen

yang berada pada kategori ini pada umumnya adalah mereka yang sensitif

(57)

dianggap telah memadai serta hanya memiliki peranan yang kecil dalam

keputusan untuk membeli.

2. Pembelian yang berdasarkan kebiasaan (Habitual Buyer)

Pembeli yang berada pada tingkat ini, dikategorikan sebagai pembeli

yang puas dengan merek yang telah mereka konsumsi. Para pembeli tipe ini

memilih merek hanya karena faktor kebiasaan. Karakteristik konsumen yang

termasuk dalam kategori ini adalah jarang untuk mengevaluasi merek lain.

Sungkannya konsumen untuk berpindah ke merek lain lebih dikarenakan sikap

mereka yang pasif.

3. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied Buyer)

Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas

dengan merek yang mereka konsumsi, namun demikian mungkin saja mereka

memindahkan pembelian ke merek lain dengan menanggung switch cost yang

terkait dengan waktu, uang, manfaat, ataupun resiko kinerja yang melekat dengan

tindakan mereka dalam peralihan merek.

4. Pembeli yang menyukai merek (Liking the Brand)

Pada tingkat ini, konsumen sungguh-sungguh menyukai merek. Pada

tingkat ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Preferensi

mereka dilandaskan pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman

dalam menggunakan merek produk.

5. Pembeli yang setia (Committed Buyer)

Pada tingkatan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha bernilai diatas 0,8 yaitu
Tabel 4.2 Fakultas Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana pengaruh kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek terhadap keputusan pembelian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap keputusan pembelian produk sepeda motor matic honda dan untuk

Penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Citra merek,Kualitas Produk, dan Loyalitas Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Honda HR-V di Solo Raya.. Penelitian ini bertujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Kualitas Merek, Loyalitas Merek, dan Asosiasi Merek Terhadap Keputusan Pembelian Motor Merek Honda

Apakah ada pengaruh signifikan kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek dan rasa percaya diri konsumen terhadap keputusan pembelian produk merek

Untuk mendeskripskan tentang Pengaruh Harga,Citra Merek, dan Loyalitas Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Wardah, penelitian ini menggunakan

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) Pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Sari Roti di Surabaya, (2) Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pengaruh merek tehadap keputusan pembelian; (2) pengaruh motivasi konsumen terhadap keputusan pembelian;