• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Baru USU Angkatan 2016 Tentang Dismenorea dan Tindakan Penanganannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Baru USU Angkatan 2016 Tentang Dismenorea dan Tindakan Penanganannya"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Arta Kharimantara Nakamura Tempat/Tanggal Lahir : Dumai, 24 Maret 1995 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Buddha

Alamat : Jl.H.M. Said No.1 , Medan

Telepon : 083185015000

II. Riwayat Pelatihan

1. Tahun 1999-2002 : TK Santo Tarcisius Dumai 2. Tahun 2002-2008 : SD Santo Tarcisius Dumai 3. Tahun 2008-2011 : SMP Santo Tarcisius Dumai 4. Tahun 2011-2013 : SMA Sutomo 1 Medan

III. Riwayat Kepanitiaan

(2)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Dengan Hormat,

Nama saya Arta Kharimantara Nakamura, sedang menjalani pendidikan kedokteran di program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Baru USU 2016 Tentang Dismenorea dan Tindakan Penanganannya”.

Dismenorea adalah nyeri pada saat menstruasi atau haid dengan gejala nyeri uterin atau kram di bagian perut bawah yang terjadi sebelum dan/atau saat menstruasi dengan variasi yang berbeda-beda setiap wanita. Nyeri haid ini banyak di alami oleh wanita di usia remaja sehingga dapat mengganggu keadaan psikologis dan lingkungan sekitarnya.

Pengetahuan dan penanganan yang baik tentang dismenorea dapat membantu meningkatkan kualitas hidup remaja wanita yang mengalami dismenorea. Pengobatan dismenorea yang umum dan di anjurkan untuk terapi dismenorea adalah dengan menggunakan obat antipiretik atau anti nyeri. Adapun pencegahan yang dapat di lakukan untuk mencegah dismenorea dengan cara berolah-raga, merubah pola diet yang baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan tingkat pengetahuan remaja wanita tentang dismenorea dan tindakan penanganan yang di lakukan dalam menangani nyeri haid. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan kepada praktisi medis yaitu mahasiswa-mahasiswi fakultas kedokteran, dokter umum, dan dokter spesialis kandungan bagaimana tingkat pengetahuan dan tindakan penanganan dismenorea yang di lakukan khususnya pada remaja wanita serta dapat mengukur tingkat pengetahuan remaja wanita tentang dismenorea dan jenis tindakan penanganan yang di lakukan.

Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada mahasiswi mengenai: a. Data demografi seperti usia, usia haid pertama kali, fakultas, dan sumber

informasi tentang permasalahan nyeri haid.

b. Pertanyaan seputar pengetahuan yang di ketahui tentang nyeri haid.

(3)

Wawancara akan kami lakukan sekitar 15 menit. Petugas wawancara adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU bersama peneliti.

Partisipasi mahasiswi bersifat sukarela dan tanpa paksaan dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini mahasiswi tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila mahasiswi membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya :

Nama : Arta Kharimantara Nakamura Alamat : Jl. H.M. Yamin No.1

No. HP : 083185015000

Terima kasih saya ucapkan kepada mahasiswi yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan mahasiswi dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengentahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan mahasiswi bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, Juli 2016 Hormat Saya,

(4)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Baru USU 2016 Tentang Dismenorea dan Tindakan Penanganannya”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ukut serta dalam penelitian tersebut. Dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Juli 2016 Responden

(5)

LAMPIRAN 4

Kuisioner Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Penanganan

Mahasiswi Baru USU Tentang Dismenorea

Biodata Responden

Nama : Fakultas :

Umur : Tahun Usia Haid pertama kali : Tahun

Petunjuk :

 Isilah data dengan baik dan benar serta jawablah semua pertanyan yang ada sesuai dengan petunjuk

 Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling benar sesuai dengan pengetahuan anda

Sumber informasi yang anda dapatkan tentang permasalahan nyeri haid: A. Orang tua

B. Media (elektronik/cetak)

(6)

A. Kuisioner Pengetahuan Tentang Nyeri Haid

1. Nyeri yang terdapat menjelang atau selama haid disebut : a. Nyeri haid

b. Nyeri pinggang c. Nyeri perut

2. Nyeri haid cenderung terjadi lebih sering dan lebih hebat pada wanita y ang mengalami :

a. Kegelisahaan dan kecemasan b. Lemas

c. Kekhawatiran dan lemah

3. Nyeri yang timbul pada saat haid dapat mengakibatkan : a. Menurunnya daya ingat dan kepintaran

b. Menurunnya fungsi tubuh

c. Menurunnya kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari 4. Nyeri haid disebabkan oleh :

a. Adanya aliran darah yang tidak lancer b. Kurangnya beraktivitas saat haid c. Adanya sakit kepala

5. Wanita yang mengalami nyeri haid terjadi :

a. Peningkatan aktivitas rahim yang tidak terkoordinasi b. Peningkatan asam lambung yang tidak terkoordinasi c. Peningkatan aktivitas pencernaan yang tidak terkoordinasi 6. Nyeri haid di bagi atas dua, yaitu :

a. Nyeri haid biasa dan berat b. Nyeri haid primer dan sekunder c. Nyeri haid normal dan abnormal

NB : Nyeri haid primer adalah nyeri saat datang bulan yang tidak

(7)

7. Tanda dan gejala nyeri haid, yaitu :

a. Nyeri perut bagian bawah yang menjalar hingga ke pinggang b. Nyeri perut sampai ke dada

c. Nyeri pada payudara 8. Nyeri haid sering di sertai dengan :

a. Sakit kepala, mual, dan muntah b. Sakit kepala

c. Demam

9. Nyeri haid yang menurun sesuai bertambahnya usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan :

a. Nyeri haid hebat b. Nyeri haid biasa c. Nyeri haid primer

NB : Nyeri haid primer adalah nyeri saat datang bulan yang tidak diketahui

sebabnya.

10.Penanganan pada nyeri haid dapat dilakukan dengan cara : a. Pemberian obat hormonal

(8)

B. Kuisioner Tindakan Penanganan Nyeri Haid

NB : Untuk jawaban no. 4 – 7 dapat di pilih lebih dari satu.

1. Apakah nyeri haid mengganggu aktivitas sehari-hari anda? a. Ya

b. Tidak

2. Seberapa nyerikah yang anda rasakan ketika nyeri haid sedang berlangsung? Lingkari nomor yang menunjukan seberapa buruk nyeri yang anda rasakan.

3. Apakah nyeri haid yang mengganggu aktivitas tersebut anda obati? a. Ya

b. Tidak

NB :Jika Ya, silahkan menuju ke nomor berikutnya no.4. Jika Tidak, silahkan menuju ke no.7.

4. Apakah anda menangani nyeri haid dengan menggunakan obat-obatan? a. Ya

b. Tidak

NB : Jika Ya, silahkan menuju ke nomor berikutnya no.5. Jika Tidak, silahkan menuju ke no.7.

Tidak ada nyeri

(9)

5. Jenis obat apakah yang anda gunakan? a. Obat penghilang rasa sakit b. Obat sakit perut

c. Obat hormon d. Dll, sebutkan :

Sebutkan nama obat yang anda gunakan (jika diketahui) : =>

6. Darimanakah anda mendapatkan obat tersebut? a. Tenaga kesehatan (dokter, perawat) b. Orang tua

c. Media (elektronik/cetak) d. Teman

e. Dll, sebutkan :

7. Usaha lain apakah yang anda lakukan ketika nyeri haid berlangsung hingga mengganggu aktivitas?

a. Melakukan pijatan b. Kompres air hangat c. Istirahat

d. Berolah-raga

e. Meminum air hangat f. Meminum minum asam g. Akupuntur

(10)

8. Darimanakah anda mendapatkan usaha penanganan tersebut? a. Tenaga kesehatan (dokter, perawat)

b. Orang tua

c. Media (elektronik/cetak) d. Teman

(11)

LAMPIRAN 5

DATA INDUK PENELITIAN

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

392 TPSH 18 11 Tidak di Isi Nyeri haid sedang

Ya Tidak

393 CE 18 12 Tingkat

Pengetahuan Sedang

Nyeri haid ringan

Ya Ya

394 SR 17 14 Tingkat

Pengetahuan Sedang

Nyeri haid sedang

Ya Ya

395 FAN 19 13 Tidak di Isi Nyeri haid ringan

Tidak Tidak

396 YNH 18 12 Tingkat Pengetahuan Sedang

Nyeri haid berat

(40)

LAMPIRAN 6

HASIL PENGELOHAN DATA STATISTIK

(41)

2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

(42)

4. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tingkat Pengetahuan

Rendah 2 .5 .5 0.5

Tingkat Pengetahuan

Sedang 290 80.8 80.8 81.3

Tingkat Pengetahuan Tinggi 67 18.7 18.7 100.0

Total 359 100.0 100.0

(43)

6. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Seputar Masalah Nyeri Haid

Info ttg mslh nyeri haid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Orang Tua 304 62.2 62.2 62.2

Media (elektronik/cetak) 93 19.1 19.1 81.3

Tenaga Kesehatan (dokter,

bidan, perawat) 22 4.5 4.5 85.8

Teman 69 14.2 14.2 100.0

Total 488 100.0 100.0

7. Penanganan Nyeri Haid Dengan Obat-Obatan

Jenis Obat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Obat Penghilang Rasa Sakit 55 82.1 82.1 82.1

Obat Sakit Perut 1 1.5 1.5 83.6

Obat Hormon 3 4.5 4.5 88.1

Dll 8 11.9 11.9 100.0

(44)

8. Distribusi Frekuensi Usaha Penanganan Masalah Nyeri Haid

Usaha Lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Melakukan Pijatan 31 5 5 5

Kompres air hangat 54 8.8 8.8 13.8

Istirahat 244 39.7 39.7 53.5

Berolah-raga 20 3.3 3.3 56.8

Meminum air hangat 195 31.7 31.7 88.5

Makan-makanan yang

manis 8 1.3 1.3 89.8

Meminum Jamu-jamuan 29 4.7 4.7 94.5

Dll 12 1.9 1.9 96.4

Tidak di Isi 22 3.6 3.6 100.0

Total 615 100.0 100.0

9. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Usaha Lain Dalam Penanganan Nyeri

Haid

Darimana dpt usaha

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tenaga Kesehatan (dokter,

perawat) 25 5.6 5.6 5.6

Orang Tua 289 65.1 65.1 70.7

Media (elektronik/cetak) 41 9.2 9.2 79.9

Teman 44 9.9 9.9 89.8

Dll 22 5 5 94.8

Tidak di Isi 23 5.2 5.2 100.0

(45)

10. Distribusi CrossTab Nyeri Haid Dengan Gangguan Aktivitas

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance

(2-sided)

Pearson Chi-Square 430.117a 8 .000

Likelihood Ratio 97.048 8 .000

N of Valid Cases 396

(46)

11. Distribusi CrossTab Sumber Informasi Dengan Nyeri Haid

SumberInfoKelompok * Nyeri Haid Crosstabulation

Nyeri Haid

Total Nyeri Haid

Tidak ada Nyeri Haid

SumberInfoKelompok 1 sumber Count 319 22 341

% of Total 80.6% 5.6% 86.1%

lebih dari 1 sumber Count 53 2 55

% of Total 13.4% 0.5% 13.9%

Total Count 372 24 396

% of Total 93.9% 6.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .659a 1 .417

Continuity Correctionb .258 1 .612

Likelihood Ratio .747 1 .387

Fisher's Exact Test .554 .325

Linear-by-Linear Association .658 1 .417

N of Valid Cases 396

(47)

12. Distribusi CrossTab Banyak Usaha Dengan Nyeri Haid

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelompok Banyak Usaha *

Nyeri Haid 374 94.4% 22 5.6% 396 100.0%

Kelompok Banyak Usaha * Nyeri Haid Crosstabulation

Nyeri Haid

Total Nyeri Haid

Tidak ada Nyeri Haid

Kelompok Banyak Usaha 1 saja Count 209 16 225

% of Total 55.9% 4.3% 60.2%

lebih dari 1 Count 147 2 149

% of Total 39.3% 0.5% 39.8%

Total Count 356 18 374

% of Total 95.2% 4.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.512a 1 .011

Continuity Correctionb 5.313 1 .021

Likelihood Ratio 7.696 1 .006

Fisher's Exact Test .012 .007

Linear-by-Linear Association 6.494 1 .011

N of Valid Cases 374

(48)

13. Distribusi CrossTab Penggunaan Obat Dengan Usaha Penanganan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Menggunakan Obat *

Kelompok Banyak Usaha 374 94.4% 22 5.6% 396 100.0%

Menggunakan Obat * Kelompok Banyak Usaha Crosstabulation

Kelompok Banyak Usaha

Total 1 saja lebih dari 1

Menggunakan Obat Ya Count 35 20 55

% of Total 9.4% 5.3% 14.7%

TIdak Count 190 129 319

% of Total 50.8% 34.5% 85.3%

Total Count 225 149 374

% of Total 60.2% 39.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .325a 1 .569

Continuity Correctionb .177 1 .674

Likelihood Ratio .328 1 .567

Fisher's Exact Test .655 .339

N of Valid Cases 374

(49)
(50)
(51)

Daftar Pustaka

1. D, RE. Affect regulation, brain development, and behavioral/emotional health in adolescence. CNS Spectr. 2001;: p. 6.6-72.

2. Lestari NMSD. PENGARUH DISMENOREA PADA REMAJA. Remaja. 2013;: p. 323.

3. Walsh TM, LeBlanc L, Mcgrath PJ. Menstrual pain intensity, coping, and

disability : The role of pain catastrophizing. Pain Medicine. 2003;: p. 4 : 352-361. 4. LP, LM, SL, GM, KK. Who Systematic review of prevalence of chronic pelvic

pain : Neglected reproductive health morbidity. BMC Public Health. 2006;: p. 6 : 177.

5. LP, ML, GR, HR, KK. Factors predisposing women to chronic pelvic pain : Systematic review. BMJ. 2006;: p. 332 : 749-55.

6. IS, AI, BF. What we know about primary dysmenorrhea today : a critical review. Hum Reprod Update. 2015 Nov;: p. 21 (6) : 762-78.

7. SR, BM, SL, SS. A case control survey and dysmenorrhea in a family practice population : a propesed disability index. J fam Practice. 1978 Aug;: p. 7 (2) : 285-90.

8. JD, SJ. The prevalence of dysmenorrhea, dyspareunia, pelvic pain, and irritable bowel syndrome in primary care practices. Obstet Gynecol. 1996 Jan;: p. 426. 9. M, K, NN, DP, T, TJ, et al. Menstrual characteristic and prevalence of

dysmenorrhea in college going girls. J fam Practice. 2015 Sept;: p. 426. 10. A, F, JE, CN, TO, F O. Knowledge, attitude, and healthcare-seeking behavior

towards dysmenorrhea among female students of a private university in Ogun State, Nigeria. J basis and clinical Reproductive sciences. June 2015;: p. 33. 11. Ogunfowokan AA, Babatunde OA. Management of Primary Dysmenorrhea by

School Adolescents in ILE-IFE, Nigeria. The Journal Of School Nursing. 2010 Apr;: p. 132.

(52)

13. Graber JA, Brooks-Gunn J. Expectations for and precursors to leaving home in young women. New Dir. Child Dev. 1996;: p. 21-38.

14. Casey BJ, Duhoux S, Cohen MM. Adolescence : What Do Transmission, Transition, and Translation Have to Do with It? Neuron Review. 2010;: p. 749. 15. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN edisi 11. In

Fisiologi.; 2008. p. Bab 81 : 1065-1073.

16. Rakshshaee Z. A Cross-sectional Study of Primary Dysmenorrhea among Students at a University : Prevalence, Impact and of Associated Symptoms. Gynecology. 2014;: p. 2816.

17. Calis KA. Medscape. [Online].; 2015 [cited 2015 April 27. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/253812-overview#a4.

18. Willman E, Collins W, Clayton S. Studies in the involvement of prostaglandins in uterine symptomatology and pathology. Br J Obstet Gynaecol. 1976 May;: p. 83 (3) : 337-41.

19. Eden J. Dysmenorrhea and premenstrual syndrome. In Hacker N, Moore J, e. Essentials of Obstetrics and Gynecology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders; 1998. p. 386-98.

20. Sundell G, Milsom I, Andersch B. Factors influencing the prevalence and severity of dysmenorrhea in young women. Br J Obstet Gynaecol. 1990 Jul;: p. 97 (7) : 588-94.

21. Demers L, Hahn D, McGuire J. Newer concepts in dysmenorrhea research : leukotrienes and calcium channel blockers. In Dawood M, McGuire J, Demers L, e. Premenstrual Syndrome and Dysmenorrhea. London: Pitman; 1984. p. 13 : 2015. 22. Nigam S, Benedetto C, Zonca M, Rosseberg IL, Lubbert H, Hammerstein J.

Increased concentrations of eicosanoids and platelet-activating factor in menstrual blood from women with primary dysmenorrhea. Eicosanoids. 1991;: p. 4(3) :137- 23. Rees M, DiMarzo V, Tippins J, Morris H, Turnbull A. Leukotriene release by

endometrium and myometrium throughout the menstrual cycle in dysmenorrhea and menorrhagia. J Endocrinol. 1987 May;: p. 113 (2) : 291-5.

(53)

25. Akerlund M. Pathophysiology of dysmenorrhea. Acta Obstet Gynecol Scand Suppl. 1979;: p. 87 : 27-32.

26. Durain D. Primary dysmenorrhea : assessment and management update. J Midwifery Womens Health. 2004 Nov-Dec;: p. 49 (6) : 520-8.

27. French L. Dysmenorrhea. Am Fam Physician. 15 Jan 2005;: p. 71 (2) : 285-91. 28. Smith R. Cyclic Pelvic pain and dysmenorrhea. Obstet Gynecol Clin North Am.

1993;: p. 20 (4) : 753-64.

29. Antao V, Black A, Burnett M, Feldman K, Lea R, Robert M. Primary Dysmenorrhea Consensus Guideline. JOGC. 2005 Dec;: p. 1120-1121.

30. Campbell M, McGrath P. Use of medication by adolescents for the management of menstrual dyscomfort. Archi Pediatr Adolesc Med. 1997;: p. 151 : 905-13.

31. Propst A, Storti K, Barbieri R. Lateral cervical displacement is associated with endometriosis. Fertil Steril. 1998 Sep;: p. 70 (3) : 586-70.

32. Barbieri R, Propst A. Physical examination findings in women with endometriosis : uterosacral ligament abnormalities, lateral cervical displacement and cervical stenosis. J Gynecol Tech. 1999;: p. 135 :102.

33. Vercellni P, Frontino G, De Giorgi O, Pietropaolo G, Pasin R, Crosignani P. Continuous use of an oral contraceptive for endometriosis-associated recurrent dysmenorrhea that does not respond to a cyclic pill regimen. Fertil Steril. 2003 sep;: p. 80 (3) : 560 -3.

34. Azima S, Bakhshayesh H, Kaviani M, Abbasnia K, Sayadi M. Comparison of the effect of massage therapy and isometric exercises on primary dysmenorrhea : a randomized controlled clinical trial. J pediatr Adolesc gynecol. 2015 Dec;: p. 28 (6) : 486-91.

35. Akin M, Price W, Rodriguez GJ, Erasala G, Hurley G, Smith R. Continuous, low-level, topical heat wrap therapy as compared to acetaminophen for primary dysmenorrhea. J Reprod Med. 2004 Sep;: p. 49(9) : 739-45.

(54)

37. Ziaei S, Zakeri M, Kazemnejad A. A randomised controlled trial of vitamin E in the treatment of primary dysmenorrhoea. BJOG. 2005 Apr;: p. 112(4) :466-9. 38. Milsom I, Andersch B, Sundell G. The effect of flurbiprofen and naproxen sodium

on untra-uterine pressure and menstrual pain in patients with primary dysmenorrhea. Acta obstet gynecol Scand. 1988;: p. 67 (8) : 711-6. 39. Chan W, Fuchs F, Powell A. Effects of naproxen sodium on menstrual

prostaglandins and primary dysmenorrhea. Obstet Gynecol. 1983 Mar;: p. 61 (3) : 285-91.

40. Dawood M, Khan-Dawood F. Clinical efficacy and differential inhibition of menstrual fluid prostaglandin F2alpha in a randomized, double-blind, crossover treatment with placebo, acetominophen, and ibuprofen in primary dysmenorrhea. Am J obstet Gynecol. 2007 Jan;: p. 196(1) :35.e1-5.

41. Sostres , Carlos , Gargallo , Carla J. Adverse effects of non-streoidal

anti-inflammatory drugs (NSAIDs, asprins and coxibs) on upper gastrointestinal tract. Medicine. 2010;: p. 122-123.

42. Fujiwara H, Konno R, Netsu S, ea. Efficacy of montelukast, a leukotriene receptor antagonis, for the treatment of dysmenorrhea : a prospective, double-blind,

randomized, placebo-controlled study. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2010 Feb;: p. 148(2) : 195-8.

43. Levy B, Apgar B, Surrey E, Wysocki S. Endometriosis and chronic pain : a multispecialty roundtable discussion. J Fam Pract. 2007 Mar;: p. 56 (3 Suppl Diagnosis) : S3-13.

44. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Jakarta: Rineka Cipta; 2012. 45. Sihombing I. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care di

Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota. 2015.

46. Lumbanraja S. Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bari Baru Lahir di Klinik Ananda Medan. .

(55)

48. Hidayat AAA. Metode penelitian keperawatan dan Teknik Analisis Data Jakarta: Salemba Medika; 2008.

49. Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan edisi pertama yogyakarta: Graha Ilmu; 2007.

50. Rospond, M. Raylene. Penilaian Nyeri. Nyeri. 2008 :; p. 145-146(7)

1. Baghianimoghadam MH, Loo MA, Falahzadeh H, Alavijeh MM. Dysmenorrhea. A Survey About the Prevalance of Dysmenorrhea in Female Students of Shahid Sadoughi University of Medical Sciences and Their Knowledge, and Practice Toward it. 2012 October.

5

52. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Proyeksi Siswa Tingkat Nasional 2012/2013-2020/2021. Indonesia :, Pusat Data dan Statistik Pendidikan ; 2013. 53. Wijesiri HSMSK, Suresh TS. Knowledge and attitudes towards dysmenorrhea

among adolescent girls in an urban school in Sri Lanka. Nursing and Health Sciences. 2013; 15(58-64)

Proctor M, Murphy P, Pattision H, Suckling J, Farquhar C. Behavioural

(56)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1.Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang dijelaskan dari tinjauan pustaka, maka peneliti membuat kerangka konsep dari penjelasan dari tinjauan pustaka agar memudahkan kinerja dari penelitian dan mengembakan konsep dan teori dari penelitian agar mudah di mengerti.

(57)

3.2. Kerangka Konsep

Berikut adalah kerangka konsep dari penelitian yang akan dilakukan pada mahasiswi USU baru tentang dismenorea dan penangannannya.

Skema .3.1. Kerangka konsep penelitian

Berdasarkan gambaran bagan di atas, peneliti ingin mengetahui gambaran tingakat pengetahuan mahasiswi baru USU tentang dismenorea dan bagaimana mereka menangani masalah ini.

Tingkat pengetahuan tentang dismenorea

Penanganan dismenorea

1. Tingkat pengetahuan tentang dismenorea (rendah, sedang, tinggi) 2. Darimana pengetahuan

tentang dismenorea: a. Ibu

b. Teman c. Buku

d. Media sosial e. Sex education

1. Penanganan farmakologi

2. Penanganan non-farmakologi

(58)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan desain Cross-Sectional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menilai gambaran dari suatu variabel dan tidak menilai hubungan antar variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum dan membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif.47 Proses pengambilan data dari penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan yang terstruktur atau kuisioner. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan penanganan yang di lakukan oleh seorang mahasiswi baru USU angkatan 2016 terhadap dismenorea.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah Poliklinik Universitas Sumatera Utara Medan yang beralamat Jl. Universitas merupakan poliklinik kesehatan pendidikan Universitas Sumatera Utara.

4.2.2. Waktu penelitian

(59)

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi baru USU tahun 2016 yang berjumlah 2325 mahasiswa/mahasiswi untuk 47 program studi S1 reguler dan telah mengikuti kegiatan pemeriksaan kesehatan di poliklinik kesehatan Universitas Sumatera Utara.

4.3.2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswi baru USU tahun 2016 yang menjalani pemeriksaan kesehatan di poliklinik USU dan memiliki riwayat nyeri haid. Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang di ambil. Kriteria inklusinya :

1. Mahasiswi baru yang diterima di USU tahun 2016 2. Memiliki riwayat nyeri haid

3. Mengisi kuisioner dengan lengkap diisi Kriteria eksklusi :

1. Kuisioner tidak dikembalikan atau tidak lengkap diisi 2. Tidak mengisi lembar persetujuan

3. Jawaban dari pertanyaan diberikan lebih dari 1

Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan penerapan distribusi normal untuk variabel tunggal (univariat). Sampel penelitian ini di ambil dengan menggunakan rumus estimasi proporsi sebagai berikut:

N = Z

(60)

Keterangan : N = Jumlah sampel ZDeviat baku alfa

P = Proporsi kategori variabel yang di teliti Q = 1 – P

d = Presisi

Maka hasil yang di peroleh adalah: N =

N =

N =

N =

N = 363,12393504 364 sampel Zx P x Q

d2

(1,96)2x 0,383 x (1 - 0,383)

(0.05) 2

3,8416 x 0,383 x 0,617

0.0025

0,9078123376 0.0025

(61)

Dari hasil perhitungan di atas, nilai P = 38,3% berasal dari penelitian sebelumnya dan dari hasil perhitungan dibutuhkan sampel sebanyak 364 orang. Untuk mengantisipasi jawaban peserta yang tidak valid, maka 364 orang di tambahkan 10% dari 364 orang.

N2 = N + (N x 10%)

N2 = 364 + (364 x 10%)

N2 = 364 + 36,4

N2 = 400,4 400 sampel

Jadi pada penelitian ini, jumlah seluruh responden adalah 400 orang.

4.4. Teknik pengumpulan data

4.4.1. Metode

Metode pengumpulan data di lakukan dengan penggunaan pertanyaan dalam bentuk angket yang di buat oleh peneliti sesuai dengan landasan teori.

4.4.2. Teknik

Teknik pengambilan sampel yang telah dilakukan dalam penelitian adalah Simple Random Sampling. Peneliti mengambil 400 sampel dari total populasi mahasiswi baru USU tahun 2016 yang telah melakukan pemeriksaan kesehatan di poliklinik USU dan didapati jumlah sampel yang mengembalikan kuesioner sebanyak 396 responden.

4.4.3. Alat pengumpul data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dalam bentuk pertanyaan yaitu kuisioner. Angket yang digunakan adalah pertanyaan mengenai data demografi, pertanyaan tingkat pengetahuan

(62)

dismenorea yang di ketahui oleh peserta, dan pertanyaan mengenai tindakan penanganan dismenorea yang dilakukan dalam bentuk pilihan ganda. Responden hanya menandai jawaban yang tepat pada pertanyaan tingkat pengetahuan dismenorea dan dapat memilih lebih dari satu untuk pertanyaan mengenai tindakan penanganan dismenorea yang mereka lakukan. Jumlah pertanyaan yang di rancang berasal dari kuisioner yang telah di validasi dan sedikit dirubah khususnya mengenai pertanyaan tingkat pengetahuan dismenorea. Waktu pengisian kusioner di butuhkan 5-10 menit selama mengikuti siklus pemeriksaan kesehatan.

4.4.3.1. Data primer

Data yang di ambil secara langsung dengan kuisioner dan datanya adalah umur, tingkat pengetahuan dismenorea dan tindakan penanganan yang dilakukan oleh peserta untuk menangani dismenorea.

4.4.3.2. Validitas dan Reabilitas

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrument yang telah melalui uji validitas dan reabilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Correlation dan dicari reabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.

(63)

berjumlah 40 responden dengan = 0,05, maka r tabel = 0,312. Hasil uji validitas dan reabilitas dengan menggunakan program komputer untuk statistik, untuk buti-butir pertanyaan didapatkan Alpha Cronbach = 0,419.

4.5. Definisi operasional

Tabel .4.5

Definisi operasional

Variabel Definisi operasional Cara

ukur Hasil ukur Alat ukur paling umum di ketahui oleh seorang mahasiswi baru tentang dismenorea

Angket Dinyatakan dalam tingkatan:

1. 0 - 7 = Rendah 2. 8 - 14 = Sedang 3. 15 - 20 =

Tinggi

Kuisioner Ordinal

Penanganan

Angket Hasil berupa gambaran

persentase tentang upaya menangani dismenorea secara farmakologi dan non-farmakologi

Kuisioner Ordinal

Derajat nyeri haid

(64)

4.5.1. Pengertian

1. Tingkat pengetahuan dismenorea : Suatu tingkat pengetahuan yang paling umum di ketahui oleh seorang mahasiswi baru tentang dismenorea.

2. Penanganan dismenorea : Usaha yang dilakukan dalam menangani dismenorea secara farmakologi dan non-farmakologi.

3. Derajat nyeri haid : Nyeri kram dibagian perut bawah yang dirasakan saat menstruasi berlangsung

4.5.2. Cara ukur

1. Tingkat pengetahuan dismenorea : Angket 2. Penanganan dismenorea : Angket

3. Derajat nyeri haid : Angket

4.5.3. Alat ukur

1. Tingkat pengetahuan dismenorea : kuisioner terdiri atas 10 pertanyaan dengan 3 pilihan ganda.

a. Jawaban benar di beri skor : 2 b. Jawaban cukup benar di beri skor : 1 c. Jawaban salah di beri skor : 0

2. Penanganan dismenorea : kuisioner terdiri atas 3 pertanyaan tertutup dan 4 pertanyaan terbuka, pada pertanyaan terbuka jawaban dapat dipilih lebih dari 1.

(65)

4.5.4. Hasil ukur

1. Tingkat pengetahuan dismenorea : a. Rendah, jika total skor : 0 – 7 b. Sedang, jika total skor : 8 – 14 c. Tinggi, jika total skor : 15 – 20

2. Penanganan dismenorea : Gambaran persentase tentang upaya dalam menagani dismenorea secara farmakologi dan non-farmakologi.

3. Derajat nyeri haid :

a. Tidak ada nyeri haid = 0 b. Nyeri haid ringan = 1 – 3 c. Nyeri haid sedang = 4 – 6 d. Nyeri haid berat = 7 – 10

4.5.6. Skala pengukuran

1. Tingkat pengetahuan dismenorea : Ordinal 2. Penanganan dismenorea : Ordinal

3. Derajat nyeri haid : Numerik

4.6. Pengolahan data dan analisa data

4.6.1 Pengolahan data

(66)

yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data yang dibagi menjadi 6 kegiatan, yaitu:

1. Editing

Peneliti melakukan pemeriksaan ulang terhadap kuesioner yang kembali setelah pembagian kuesioner.

2. Coding

Peneliti melakukan pemilahan pada sampel yang mengalami dismenorea dan tidak dismenorea, adanya gangguan aktivitas pada saat nyeri haid berlangsung, penggunaan obat-obatan untuk menangani nyeri haid dan tingkat pengetahuan serta intesitas nyeri haid yang dialami responden.

3. Entry data

Data yang diolah dan diinput ke komputer oleh peneliti berupa : Usia, Usia menarche, sumber informasi, tingkat pengetahuan nyeri haid, gangguan aktivitas, intesitas nyeri haid, penggunaan obat-obatan, jenis obat yang digunakan, darimana obat tersebut didapatkan, dan usaha yang dilakukan untuk menangani nyeri haid.

4. Cleaning data

Peneliti melakukan pemeriksaan kembali terhadap data yang bisa diolah di program statistik komputer dan tidak bisa diolah. 5. Mengeluarkan informasi

(67)

hubungan intensitas nyeri dengan gangguan aktivitas, hubungan tingkat sumber infomasi dengan nyeri haid, hubungan usaha penanganan dengan nyeri haid, dan hubungan penggunaan obat-obatan dengan usaha penanganan nyeri haid.

4.6.2. Analisa data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan suatu perangkat lunak statistika SPSS. Analisa ini dilakukan untuk melihat distribusi tingkat pengetahuan dan tindakan penanganan dismenorea.

4.7. Prosedur pengumpulan data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

1. Mengantarkan surat pengantaran pada FK Universitas Sumatera Utara Medan untuk melakukan penelitian setelah uji proposal di setujui

2. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin pada pihak penyelenggara pemeriksaan kesehatan pada mahasiswa/mahasiwi baru USU untuk mengadakan penelitan dan memohon kerja samanya dan kelancaran dalam proses penelitian dan pemeriksaan kesehatannya.

(68)

4. Memberikan daftar pertanyaan dan menyerahkan kepada responden dan meminta responden untuk menandatangani informed consent sebelum mengisi lembar pertanyaan.

5. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuisioner.

6. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peniliti apabila ada yang tidak jelas denga kuisioner. 7. Memberikan waktu untuk mengisi kuisioner selama proses

pemeriksaan kesehatan selama 5-10 menit.

(69)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Data penelitian dari pengguna kuisioner didapat dari mahasiswi yang di terima di Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2016. Dari seluruh mahasiswi yang mengikuti kegiatan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit USU, dipilih 400 responden yang bersedia menjadi subjek penelitian dan kuisioner yang dikembalikan sebanyak 396 responden.

Berdasarkan umur, di dapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Umur Mahasiswi USU Angkatan 2016.

Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

16 7 1,8

17 165 41,7

18 184 46,5

19 36 9,1

20 4 1

Total 396 100

(70)

Sebagian besar mahasiswi baru yang memasuki USU tahun 2016 berusia antara 17 dan 18 tahun (88,2%), hal ini sesuai dengan data kementerian pendidikan dan kebudayaan yang menyatakan bahwa rata-rata usia masuk perguruan tinggi S1 adalah 17 – 19 tahun.52 Namun ada juga mahasiswi yang tergolong masih muda yaitu berusia 16 tahun sebanyak 7 orang (1,8%), dan ada juga mahasiswi yang sudah berusia 19 tahun dan 20 tahun baru memasuki perkuliahan dijumpai sebanyak 40 orang (10,1%)

Berdasarkan usia menarche, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Usia Menarche Mahasiswi USU

Angkatan 2016.

Usia Menarche (Tahun)

Frekuensi (Orang) Persentase (%)

6 1 0,3

9 1 0,3

10 12 3

11 62 15,7

12 124 31,3

13 91 23

14 73 18,4

15 27 6,8

16 2 0,5

17 1 0,3

Tidak di isi 2 0,5

Total 396 100

(71)

Hasil penelitian terhadap usia menarche pada tabel 5.2 yang diisi oleh mahasiswi baru USU menunjukkan bahwa rata usia menarche yang terjadi pada usia 10 -13 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang sekolah remaja di Nigeria dimana hasil yang didapat menunjukkan sebanyak 49% responden mengalami usia menarche-nya pada saat berusia 10-13 tahun.11

Selain itu, pada hasil uji usia menarche peniliti ditemukan sesuai pada usia 13-15 tahun dengan penelitian yang dilakukan di suatu universitas di Iran yang menyatakan bahwa 70,4% dari total respondennya mengalami menarche pada usia 13-15 tahun.51

5.2. Tingkat Pengetahuan

Hasil uji terhadap tingkat pengetahuan mahasiswi baru USU yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner pertanyaan masalah nyeri haid dari 396 responden yang mengembalikan kuesioner, terdapat 37 responden yang tidak dimunculkan dalam penilaian karena responden tidak mengisi kuisioner dengan benar dan lengkap dalam pertanyaan seputar tingkat pengetahuan, dan selebihnya 359 responden mengisi kuesioner dengan benar dan tepat. Hasil uji tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan

Mahasiswi USU Angkatan 2016.

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Tingkat Pengetahuan Rendah 2 0,5

Tingkat Pengetahuan Sedang 290 80,8

Tingkat Pengetahuan Tinggi 67 18,7

(72)

berdasarkan tabel 5.3. di atas, dapat dilihat bahwa dari 359 orang responden yang diwawancari, tingkat pengetahuan yang dikategorikan sebagai tingkat pengetahuan sedang memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 290 orang (80,8%), 67 orang (18,7%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi, dan hanya 2 orang (0,5%) yang memiliki tingkat pengetahuan rendah.

Pengetahuan merupakan unsur penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Pengetahuan mahasiswi mengenai pengertian nyeri haid, tanda dan gejala nyeri haid, faktor-faktor penyebab nyeri haid, tatalaksana dan juga cara mencegah terjadinya nyeri haid sangat diperlukan agar mahasiswi bisa mendapatkan kualitas hidup yang optimal dalam kesehariannya saat menstruasi.

Pada tabel 5.3. menunjukkan, mayoritas mahasiswi baru USU memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai nyeri haid. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilaksanakan di suatu universitas di Iran yang menyatakan bahwa sebagian besar (64,6%) responden memiliki pengetahuan yang baik tentang nyeri haid.51 Hal ini dikarenakan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan mereka, seperti ketersediaan sumber pengetahuan dari media informasi cetak, elektronik, penyuluhan atau nasehat orang tua dan pengalaman baik pribadi maupun orang lain, kemampuannya mengakses sumber informasi dan kemampuan menyerap, mengolah dan memahami suatu informasi.

5.3. Intensitas Nyeri

(73)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Haid Mahasiswi

USU Angkatan 2016.

Intensitas Nyeri Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Tidak ada Nyeri Haid 18 4,5

Nyeri Haid Ringan 107 27

Nyeri Haid Sedang 189 47,7

Nyeri Haid Berat 76 19,2

Tidak di Isi 6 1,5

Total 396 100

Berdasarkan tabel 5.4. di atas, dapat dilihat bahwa dari 396 orang responden yang di wawancari, didapati responden yang mengalami nyeri haid sebanyak 93,9%, dimana intesitas nyeri haid yang dikategorikan sebagai nyeri haid yang berat didapati 76 orang (19,2%), kemudian pada intensitas nyeri haid sedang yaitu 189 orang (47,7%), selanjutnya pada intensitas nyeri haid ringan yaitu 107 orang (27%), lalu diikuti dengan tidak ada nyeri haid sebanyak 18 orang (4,5%). Terdapat juga responden yang tidak mengisi kuesioner skala NRS sebanyak 6 orang (1,5%) dan tidak mengalami nyeri haid sebanyak 18 orang (4,5%).

Hasil penelitian tabel 5.4. menunjukkan, tingginya angka terjadinya nyeri haid pada mahasiswi baru USU. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilaksanakan di suatu universitas di India dengan menggunakan skala VAS (Visual Analogue Scale) yang menyatakan bahwa sebagian besar 261 responden (84,2%) mengalami nyeri haid saat menstruasi terjadi.16

(74)

berat sebanyak 34,2%, nyeri haid sedang sebanyak 36,6%, dan nyeri haid ringan sebanyak 29,2%.9

5.4. Sumber Informasi Seputar Masalah Nyeri Haid

Hasil sumber informasi terhadap permasalahan nyeri haid pada mahasiswi baru USU yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pilihan yang diberikan dapat di pilih lebih dari 1 jawaban, didapati total seluruh jawaban 488 dari 396 responden yang menjawab kuesioner. Hasil sumber informasi terhadap permasalahan nyeri haid tabel dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Seputar

Masalah Nyeri Haid Pada Mahasiswi USU Angkatan 2016.

Sumber Informasi Frekuensi (Pilihan) Persentase (%)

Orang Tua 304 62,2

Media (elektronik/cetak) 93 19,1

Tenaga Kesehatan

(dokter/bidan) 22 4,5

Teman 69 14,2

Total 488 100

(75)

Hasil penelitian tabel 5.5. sumber pengetahuan seputar masalah nyeri haid yang didapatkan oleh mahasiswi baru USU paling banyak didapati dari orang tua yaitu 303 pilihan (62,2%). Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan di suatu universitas di Iran yaitu dijumpai sebanyak 50,4% responden mendapatkan pengetahuan seputar masalah nyeri haid dari orang tua juga.51

5.5. Penanganan Nyeri Haid Dengan Obat-Obatan

Hasil uji terhadap penanganan nyeri haid dengan obat-obatan pada mahasiswi baru USU yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan hasil yang didapati dari 396 responden hanya 67 orang yang memakai obat-obatan. Hasil Penanganan nyeri haid dengan obat-obatan dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Penanganan Nyeri Haid Dengan Obat-Obatan Pada

Mahasiswi USU Angkatan 2016.

Jenis Obat-Obatan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Obat Penghilang

Rasa Sakit 55 82,1

Obat Sakit Perut 1 1,5

Obat Hormon 3 4,5

Dan Lain-lain 8 11,9

Total 67 100

(76)

lain-lain yang maksudnya menggunakan berbagai obat herbal yaitu 8 orang (11,9%).

Hasil penelitian tabel 5.6. menunjukkan, mayoritas penanganan nyeri haid secara obat-obatan menggunakan obat penghilang rasa sakit. Hal ini sebanding dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di sebuah universitas di Nigeria yang menyatakan bahwa 60% dari respondennya menggunakan obat anti-nyeri, kemudian obat hormone sebanyak 10%, lalu ada juga yang menggunakan obat sakit perut yaitu 10%, dan menggunakan obat herbal sebanyak 13%.51

5.6. Usaha yang Dilakukan Dalam Penanganan Nyeri Haid

(77)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Usaha Penanganan Masalah Nyeri

Haid Pada Mahasiswi USU Angkatan 2016.

Usaha Penanganan Frekuensi (Pilihan) Persentase (%)

Melakukan pijatan 31 5

Kompres air hangat 54 8,8

Istirahat 244 39,7

Berolah-raga 20 3,3

Meminum air hangat 195 31,7

Makan-makanan yang

manis 8 1,3

Minum-minuman Jamuan 29 4,7

Dan lain-lain 12 1,9

Tidak di isi 22 3,6

Total 615 100

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa usaha penanganan yang digunakan dalam menangani nyeri haid pada mahasiswi baru USU paling banyak diatasi dengan istirahat, yaitu 244 orang (39,7%), kemudian meminum-minuman hangat sebanyak 195 orang (31,7%), selanjutnya melakukan kompres air hangat yaitu 54 orang (8,9%).

Hasil Penelitian tabel 5.7. menunjukkan, mayoritas penanganan nyeri haid yang dilakukan oleh mahasiswi baru USU paling banyak dilakukan adalah istirahat yaitu 244 orang (39,7%). Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan di suatu sekolah di Nigeria yaitu dijumpai sebanyak 36% responden melakukan istirahat untuk mengurangi nyeri haid yang didapati.11

(78)

mengalami nyeri haid, yaitu 64% total respondennya melakukan istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri haid.53

5.7. Sumber Informasi Usaha yang Dilakukan Dalam Penanganan Nyeri

Haid

Hasil sumber informasi terhadap usaha yang dilakukan dalam penanganan nyeri haid pada mahasiswi baru USU yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pilihan yang diberikan dapat di pilih lebih dari 1 jawaban, didapati total seluruh jawaban 444 dari 396 responden yang menjawab kuesioner. Hasil sumber informasi terhadap usaha lain dalam penanganan nyeri haid tabel dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Usaha yang

Dilakukan Dalam Penanganan Nyeri Haid Pada Mahasiswi USU

Angkatan 2016.

Sumber Informasi Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Tenaga kesehatan

(dokter, perawat) 25 5,6

Orang Tua 289 65,1

Media (elektronik/cetak) 41 9,2

Teman 44 9,9

Dan lain-lain 22 5

Tidak di Isi 23 5,2%

Total 444 100

(79)

kemudian media (elektronik/cetak) yaitu 41 pilihan (9,2%), selanjutnya pada tenaga kesehatan (dokter,perawat) yaitu 25 pilihan (45,6%), lalu dari teman yaitu 44 pilihan (9,0%), dan ada yang mengisi dan lain-lain yaitu 23 orang (5,2%) dengan keterangan bahwa usaha tersebut mereka lakukan sendiri, yang terakhir terdapat responden yang tidak mengisi sejumlah 23 orang (5,2%).

5.8. Intensitas Nyeri Haid Yang Menyebabkan Gangguan Aktivitas

Hasil uji terhadap intensitas nyeri haid sehingga dapat menyebabkan gangguan aktivitas dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi Hubungan Nyeri Haid Dengan Gangguan

Aktivitas Pada Mahasiswi USU Angkatan 2016.

Gangguan Aktvitas

Intensitas Nyeri

Ya Tidak

Tidak di

Ketahui Jumlah

Nilai p

n (%) N (%) n (%) n (%)

Tidak ada

Nyeri haid 10 2,5 8 2 0 0 18 4,5

0,0001

Nyeri Haid

Ringan 56 14,1 51 12,9 0 0 107 27 Nyeri Haid

Sedang 141 35,6 48 12,1 0 0 189 47,7 Nyeri Haid

Berat 68 17,2 8 2 0 0 76 19,2

Tidak di Isi 0 0 0 0 6 1,5 6 1,5

(80)

Dari tabel 5.9. ini menunjukkan bahwa intensitas nyeri haid yang menyebabkan gangguan aktivitas paling banyak ditemukan pada intensitas nyeri haid sedang yaitu 141 orang (35,6%), kemudian intensitas nyeri haid berat sebanyak 68 orang (17,2%), dan terakhir intensitas nyeri haid ringan yaitu 56 orang (14,1%).

Hasil penelitian tabel 5.9. di atas menunjukkan bahwa nyeri haid dapat menyebabkan gangguan aktivitas pada mahasiswi USU cukup tinggi. Hal ini sebanding dengan penelitian yang telah dilaksanakan di universitas di Iran yang menyatakan bahwa 43,2% dari total responden tidak dapat melakukan aktivitas akibat nyeri haid yang dirasakan sewaktu menstruasi.16

5.9. Hubungan Sumber Informasi Dengan Nyeri Haid

Hasil uji terhadap tingkat penggunaan sumber informasi dengan kejadian nyeri haid dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi Hubungan Tingkat Sumber Informasi Dengan

Nyeri Haid Pada Mahasiswi USU Angkatan 2016.

Nyeri Haid Tingkat

Sumber Informasi

Nyeri Haid Tidak ada Nyeri Haid

Jumlah

Nilai p

n (%) n (%) n (%)

1 Sumber 319 80,6 22 5,6 341 86,1

0,417

Lebih dari 1 Sumber

53 13,4 2 0,5 55 13,9

Jumlah 372 93,9 24 6,1 396 100

(81)

haid hanya 22 responden (5,6%), sedangkan pada penggunaan sumber informasi yang lebih dari 1 menunjukkan kejadian nyeri haid sebanyak 53 responden (13,4%) dan yang tidak mengalami nyeri haid sebanyak 2 orang (0,5%).

Nilai p Pearson Chi-square adalah 0,417 yang mengartikan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan sumber informasi dengan penurunan kejadian nyeri haid dan tingkat kejadian nyeri haid tetap dijumpai tinggi walaupun informasi yang didapatkan lebih . Ini menunjukkan secara teoritis sesuai dengan pernyataan Sarwono (2007) bahwa nyeri haid yang dialami remaja wanita biasanya secara subjektifitas saja, karena berat atau intesintasnya sukar di nilai.12

5.10. Hubungan Usaha Penanganan Dengan Nyeri Haid

Hasil uji terhadap tingkat penggunaan usaha penanganan dengan kejadian nyeri haid didapatkan 374 responden yang memenuhi kriteria, sedangkan 22 responden tidak. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11. Distribusi Hubungan Tingkat Usaha Penanganan

Dengan Nyeri Haid Pada Mahasiswi USU Angkatan 2016.

Nyeri Haid

Tingkat Usaha Penanganan

Nyeri Haid Tidak ada Nyeri Haid

Jumlah

Nilai p

n (%) n (%) n (%)

1 Usaha 209 55,9 16 4,3 225 60,2

0,011

Lebih dari 1 Usaha

147 39,3 2 0,5 149 39,8

(82)

Dari tabel 5.11. ini menunjukkan bahwa tingkat usaha penanganan terhadap terjadinya nyeri haid menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu dengan penggunaan 1 usaha penanganan, kejadian nyeri haid ditemukan sebanyak 309 responden (55,9%) dan yang tidak mengalami nyeri haid hanya 16 responden (4,3%), sedangkan pada penggunaan usaha penanganan yang lebih dari 1 menunjukkan kejadian nyeri haid sebanyak 147 responden (39,3%) dan yang tidak mengalami nyeri haid sebanyak 2 orang (0,5%).

Nilai p Pearson Chi-square adalah 0,011 yang mengartikan bahwa ada hubungan antara penggunaan usaha penanganan dengan penurunan kejadian nyeri haid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Proctor (2007) yang mendapati adanya hubungan usaha penanganan nyeri haid yang dilakukan dengan penurunan kejadian nyeri haid pada wanita yang mengalami dismenorea.54

5.11. Hubungan Penggunaan Obat Dengan Usaha Penanganan Nyeri

Haid.

(83)

Tabel 5.12. Distribusi Hubungan Penggunaan Obat Dengan

Tingkat Penggunaan Usaha Penanganan Pada Mahasiswi USU Angkatan

2016.

Penggunaan Usaha Penanganan

Menggunakan Obat

1 Usaha Lebih dari 1 Usaha

Jumlah

Nilai p

n (%) n (%) n (%)

Ya 35 9,4 20 5,3 55 14,7

0,569

Tidak 190 50,8 129 34,5 319 85,3

Jumlah 225 60,2 149 39,8 374 100

Dari tabel 5.12. ini menunjukkan bahwa penggunaan obat untuk menangani nyeri haid dan juga menggunakan usaha penanganan nyeri haid menunjukkan angka yang cukup rendah yaitu dengan penggunaan obat ditambah dengan 1 usaha penanganan nyeri haid ditemukan sebanyak 35 responden (9,4%) dan yang menggunakan lebih dari 1 usaha penanganan nyeri haid hanya 20 responden (5,3%), sedangkan pada responden yang tidak menggunakan obat, penggunaan 1 usaha penanganan ditemukan sebanyak sebanyak 190 responden (50,8%) dan yang menggunakan lebih dari 1 usaha penanganan sebanyak 129 responden (34,5%).

(84)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dari hasil penelitian maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Mahasiswi baru USU tahun 2016 rata-rata memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik dalam permasalahan nyeri haid.

2. Distribusi penderita dismenorea pada mahasiswi baru USU tahun 2016 cukup banyak ditemukan.

3. Penanganan dismenorea paling banyak dilakukan dengan cara ber-istirahat dan ada juga yang memakai terapi farmako dengan penggunaan obat-obatan anti nyeri paling banyak ditemukan.

4. Rasa nyeri haid yang diderita sewaktu menstruasi dapat mengganggu aktivitas remaja putri ditemukan cukup tinggi.

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk penelitian berikutnya

(85)

2. Poliklinik Universitas Sumatera Utara Medan

Poliklinik USU sebaiknya juga melakukan penyuluhan kesehatan pada remaja putri dalam hal kesehatan reproduksi dan penanganannya secara farmakologi maupun non-farmakologi pada remaja putri sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam menangani nyeri haid.

3. Untuk mahasiswi Universitas Sumatera Utara

(86)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masa Pubertas Wanita

Pubertas adalah masa perubahan tubuh pada anak-anak menjadi dewasa. Pubertas di tandai dengan ada perkembangan tanda-tanda sekunder di tubuh wanita seperti berkembangnya payudara, melebarnya pinggul, tumbuhnya bulu-bulu pada sekitar kemaluan dan ketiak, dan juga yang paling penting adalah munculnya menarche (menstruasi pertama) dan perubahan psikologis. Perkembangan awal ini menandakan bahwa ovarium telah berfungsi dan ketika pubertas berakhir ketika ovarium sudah berfungsi dengan sempurna.12

Setiap wanita dapat memiliki masa pubertas yang berbeda-beda. Hal ini mungkin dikaitkan dengan faktor lingkungan, bangsa, gizi dan pendidikan yang menjadi peran penting dalam proses terjadinya awal pubertas. Pubertas yang normal biasanya terjadi sekitar umur 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih 4 tahun.12

Remaja adalah masa transisi antara pubertas dan independen terhadap orang tua, dimana pubertas mengarah pada perkembangan organ-organ reproduksi13 dan remaja mengarah pada transisi rasa dependen pada orang tua menjadi relatif independen.

(87)

2.2. Menstruasi

2.2.1. Pengertian

Setiap bulannya wanita yang subur mengalami keluarnya cairan darah dari vaginanya yang di sebut sebagai Menstruasi. Menstruasi adalah tanda perdarahan vagina akibat deskuamasi uterus yang normal pada wanita sehat yang terjadi secara periodik. Lamanya siklus menstruasi di hitung dari haid pertama lalu dan mulainya haid. Biasanya panjang siklus haid sekitar kurang lebih 28 hari, dimana pada 21 hari pertama terjadi pembentukan dinding uterus dan 7 hari berikutnya proses deskumasi dinding uterus akibat tidak terjadinya pembuahan dari sperma. Setiap perempuan memiliki siklus haid yang berbeda-beda, misalnya rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari , pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi sebenarnya, panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering di jumpai. Lamanya haid biasanya antara 3 - 5 hari, ada yang 1 -2 hari diikuti oleh perdarahan sedikit-sedikit kemudian, dab ada yang sampau 7 - 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap.12

2.2.2. Siklus Ovarium Bulanan

Siklus menstruasi di mulai dengan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) disekresikan oleh hipotalamus dengan waktu yang singkat rata-rata

setiap 90 menit. GnRH akan merangsang di sekresikannya FSH (Follicle-Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada hipofisis anterior.

Kedua hormon ini penting untuk perkembangan progresif ovarium dan terjadinya pubertas dan menstruasi pertama (menarche).

(88)

berkembang menjadi kapsul jaringan ikat vascular. Selain FSH, perkembangan folikel juga di bantu oleh esterogen yang bekerja menambah jumlah reseptor FSH sehingga memberikan efek umpan balik positif menjadikan folikel lebih sensitif terhadap FSH. Esterogen dan FSH juga bersama-sama memacu reseptor LH, sehingga terjadi rangsangan LH sebagai tambahan terhadap rangsangan oleh FSH untuk meningkatkan proliferasi sel-sel teka dan folikular dan juga meningkatkan sekresinya. LH berperan penting dalam terjadinya ovulasi dan jumlah LH yang disekresikan juga harus banyak atau dalam bentuk lonjakan. LH akan menyekresikan hormon progesteron yang berfungsi untuk pembentukan enzim proteolitik (kolagenase) yang mengakibatkan melemahnya dinding folikel dan degenerasi stigma sehingga folikel pecah dan keluarnya ovum. Selain proses kolagenase, hyperemia folikel dan seksresi prostaglandin akan mengakibatkan transudasi plasma ke dalam folikel dan pembengkakan folikel, sehingga folikel dapat pecah dan ovum keluar.

(89)

2.2.3. Siklus Menstruasi

Fase proliferasi atau fase esterogen di mulai setelah siklus menstruasi telah selesai. Esterogen berfungsi untuk mempertebal kembali lapisan endometrium setelah deskuamasi akibat menstruasi sebelumnya. Lapisan endometrium yang tebal di penuhi dengan pertumbuhan sel kelenjar endometrium hingga ketebelan lapisan endometrium sekitar 3-5 milimeter. Fungsi dari sel kelenjar ini adalah untuk memproduksi cairan sekret benang agar sprema mudah bergerak di dalam vagina dan mengarah ke uterus.

Fase sekretorik (fase progesteron) di mulai setelah ovulasi tejadi. Progesteron bekerja nyata untuk menambah ketebalan endometrium dengan membuat sel stroma menyimpan lebih banyak pasokan nutrisi seperti glikogen dan lipid, serta lapisan sekretorik di endometrium semakin nyata perkembangannya dan bentuknya lebih berkelok-kelok. Fungsi dari ini adalah untuk memberikan nutrisi kepada ovum yang siap berimplantasi di endometrium.

Sekret uterus ini di sebut juga dengan “susu uterus”.

(90)

tidak terjadi pada proses menstruasi karena fibrinolisin dilepaskan bersamaan dengan jaringan nekrotik sehingga darah terus di keluarkan dan akan berhenti jika terjadi epitelisasi kembali.15

2.3. Dismenorea

2.3.1. Pengertian

Menstruasi yang di alami oleh setiap wanita tidak hanya mempunyai gejala dengan perdarahan saja, tetapi juga dapat di sertai dengan rasa nyeri di bagian pelvis ato perut bawah yang di sebut dengan dismenorea. Dismenorea adalah nyeri pada saat menstruasi dengan gejala nyeri uterin atau kram di bagian perut bawah yang terjadi sebelum dan/atau saat menstruasi dengan variasi yang berbeda-beda pada setiap wanita.16 Dismenorea di bagi atas 2 jenis, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Dimana dismenorea primer adalah nyeri saat menstruasi yang tidak di ketahui sebabnya atau tidak memiliki kelainan ginekologik, sedangkan dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang di akibatkan adanya kelainan ginekologik yang menjadi penyebabnya.12 Kebanyakan dari wanita lebih sering mengalami dismenorea primer16 daripada sekunder sehingga sulit bagi mereka untuk mengatasi masalah dismenorea primer ini.

2.3.2. Etiologi

2.3.2.1. Dismenorea Primer

Ada beberapa faktor yang dapat berperan sebagai penyebab terjadinya dismenorea primer

1. Faktor Kejiwaan

(91)

2. Faktor Konstitusi

Faktor ini juga berhubungan erat dengan faktor di atas, tetapi persepsi terhadap nyeri juga bergantung pada orang masing-masing. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat memicu terjadinya dismenorea.

3. Faktor Obstruksi kanalis servikalis

Merupakan teori yang paling tua dalam menerangkan dismenorea primer. Pada wanita yang uterusnya dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, tetapi banyak wanita yang di jumpai dalam keadaan ini tidak mengalami dismenorea walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak hiperanterofleksi ataupun hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai dan polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea karena mengakibatkan otot-otot uterus berkontraksi lebih kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

4. Faktor endokrin

Mulanya kejang pada dismenorea primer diakibatkan oleh pergerakan otot uterus yang berlebihan. Faktor endokrin dapat mengakibatkan pergerakan otot dan soal tonus. Novak dan Reynolds melakukan penelitian terhadap uterus kelinci dan mengatakan bahwa esterogen mengakibatkan pergerakan dinding uterus, dan progesteron mencegah kontraktilitasnya. Tetapi, teori ini tidak menerangkan mengapa dapat timbulnya rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar yang biasanya di jumpai juga dengan peninggian kadar esterogen dan tanpa progesterone. 5. Faktor alergi

(92)

Satu jenis dismenorea yang jarang terjadi adalah pada waktu haid tidak terjadi pengeluaran endometrium dalam bentuk yang kecil, melainkan secara keseluruhan. Pengeluaran ini disertai dengan rasa nyeri kejang yang kuat. Dismenorea ini disebut dengan dismenorea membranasea.12

2.4.2. Dismenorea Sekunder

Faktor resiko terjadinya dismenorea sekunder adalah sebagai berikut: 1. Uterin leomioma

Merupakan tumor jinak yang berada di otot uterus yang menjadi penyebab umum terjadinya dismenorea karena tumor ini akan membesar dengan stimulasi oleh esterogen.

2. Penyakit inflamasi pelvis

Merupakan infeksi di bagian uterus dan tuba falopi, dengan atau tanpa keterlibatan ovarium atau parametrial. Ini infeksi cepat yang terjadi selama atau setelah haid. Penyebab patogen tersering dari inflamasi ini adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae, walaupun inflamasi pelvis ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme lainnya, seperti : Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob dan golongan batang gram negative.

3. Abses tubo-ovarium

Biasanya terjadi infeksi yang terlokalisir di bagian tuba falopi atau ovarium yang biasanya timbul akibat dari lanjutan penyakit inflamasi pelvis. Biasanya diakibatkan oleh polimikrobakterial.

4. Torsio ovarium

(93)

tumor. Torsio dapat terjadi pada wanita hamil tanpa membutuhkan posisi kelainan adxenal, dan dalam 1 kasus besar, 20% dari patien ditemukan memiliki torsio ketika hamil.

5. Ruptur kista ovarium atau perdarahan

Perdarahan kista ovarium datang dari folikel ovarium yang tidak adanya ovulasi, sehingga kista ini sering ditemukan pada wanita yang menstruasi.

6. Endometriosis

Adalah timbulnya jaringan seperti endometrium yang ditemukan di luar uterus, paling umum di ovarium. Wanita yang mengalami ini sering di sertai dengan gejala nyeri pada saat melakukan hubungan seksual (dyspareunia) dan nyeri pelvis dan punggung. Pasien yang memiliki endometriosis dapat memiliki riwayat dismenorea bersamaan dengan siklus haidnya. Penting untuk di ketahui bahwa endometriosis dapat timbul bersamaan dengan penyakit yang lain yang menyebabkan dismenorea sehingga akan menyulitkan penegakan diagnosanya. 7. Adenomyosis

Didefinisikan sebagai invasi oleh myometrium dari kelenjar adrenal uterin. Ini merupakan penyakit langka dan dapat menyerupai uterin leiomyoma dan karsinoma endometrium dalam penampakannya, yang juga diagnosanya sulit ditegakkan.

8. Intrauterine contraceptive device

Pemakaian IUD data menyebabkan perforasi dari kandung kemih dan uterus. Semakin cepat perforasi terjadi setelah pemasang IUD, semakin mungkin tampak dengan gejala peritoneal.

9. Premenstrual dysphoric disorder

(94)

menyakinkan pemberian analgesik yang adekuat dan follow-up dengan ginekologis.17

2.3.3. Stadium / Klasifikasi Nyeri

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dari ada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat di bagi menjadi dismenorea spasmodik dan dismenorea kongestif.

2.3.3.1. Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelumnya masa haid. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena nyeri yang dideritanya sehingga mereka tidak dapat mengerjakan apapun. Ada di antara mereka yang pingsan, merasa mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenorea spasmodik dapat diobati dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.2

2.3.2.2. Nyeri Kongestif

Gambar

gambaran tingakat pengetahuan mahasiswi baru USU tentang dismenorea dan
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Umur Mahasiswi USU Angkatan 2016.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Usia Menarche Mahasiswi USU
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aspek-aspek yang sudah dimiliki para siswa antara lain aspek diri keluarga, yaitu menerima keadaan keluarga apa adanya, aspek diri sosial, yaitu dapat menjalin relasi yang baik

Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar ( Bulk Power Source ) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ekstrak air tongkol jagung kering memiliki kandungan senyawa fenolik, flavonoid dan aktivitas antioksidan

Santri (sufisme) Gambaran di atas dapat di lihat dari beberapa tahapan perkembangan kehidupan manusia. Seiring dengan kegiatan belajar mereka. Tugas belajar muncul dalam

Pada penelitian tersebut dengan tujuan yang berbeda dimana dosis 6 gram mat bunga sukun lebih cepat mengusir nyamuk dibandingkan dengan mat sintesis dan kadar 2

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa remaja putri mempunyai performa yang sama dengan remaja putra saat mereka diberikan pendidikan yang setara dan mempunyai

inkuiri merupakan suatu metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk.. melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang

Rintangan internal ini datang dan ada da- lam diri perempuan itu sendiri, contohnya kurang percaya diri, pengaturan waktu yang tidak baik dan lain-lain, sementara