• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pemisah Lidi Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pemisah Lidi Kelapa Sawit"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian

Mulai

Merancang bentuk alat

Menggambar dan menentukan dimensi alat

Memilih bahan

Mengukur bahan yang akan digunakan

Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

dimensi pada gambar

Merangkai alat

Mengelas alat

Mengecat alat

a

Menggerinda permukaan alat yang kasar

(2)

a

Menguji alat

Data

Selesai b

Layak?

Mengukur parameter

(3)

Lampiran 2. Perhitungan perencanaandimensi pulli roller dan kebutuhandaya motor pada alat pemisah lidi kelapa sawit

1. Perhitungan perencanaandimensi pulli roller:

a. Jenis dan dimensi sabuk-V yang tersedia di pasaran untuk transmisi jarak sumbu poros kecil :

Sabuk-V jenis dual synchronous :

Panjang sabuk : 310 mm

Lebar penampang : 5 mm x 5 mm (Pengukuran pada penampang bawah) Penggunaan : pada mesin jahit

Sabuk-V jenis V-ribbeb :

Panjang sabuk : 190 mm

Lebar penampang : 3 mm x 2 mm (Pengukuran pada tepi sampai ujung rusuk sabuk)

Penggunaan : pada mesin pasah/ketam kayu tangan listrik b. Jarak sumbu poros pada alat

Bagian I : 100 mm Bagian II : 55 mm

(4)

c. Perhitungan dimeter puli pada bagian I

D1= D2, maka :

L = 2C + 1,57(D1 + D2) +(D−d)2

4C

310 mm = 2(100 mm) + 1,57 (2 D1) 310 mm = 200 mm + 3,14 D1 110 mm = 3,14 D1

D1 = 35,03 mm

Agar sabuk ketat, maka diameter puli ditambah menjadi 36 mm. Pada bagian parit penambahan jari-jari sebesar 5 mm, ini disesuaikan dengan penampang sabuk. Sehingga dimeter puli adalah:

Da = 36 mm + 2(5 mm)

= 46 mm

d. Perhitungan diameter pulli pada bagian II

D1= D2, maka :

L = 2C + 1,57(D1 + D2) +(D−d)2

4C

(5)

D1 = 25,48 mm

Agar sabuk ketat, maka diameter puli ditambah menjadi 26 mm. Pada bagian parit penambahan jari-jari sebesar 5 mm, ini disesuaikan dengan penampang sabuk. Sehingga dimeter puli adalah:

Da = 26 mm + 2(5 mm)

= 36 mm

Diameter dan penampang puli terlampir pada lampiran gambar teknik bagian puli.

2. Perhitungan perencanaan kebutuhan daya: Tabel data dimensi komponen alat

No Nama

a. Perhitungan massa (kg) Roller karet

(6)

= [ 3,14 x 50 x 10-3 {10-6 (54

Poros atas (dianggap tampa ulir) m = V x �(baja hitam)

Poros bawah (dinggap tampa ulir) m = V x �(baja hitam)

(7)

Mur poros (dianggap tampa ulir)

(8)
(9)

c. Total momen inersia alat

Itotal = (4 x 51,106 + 5 x 11,549 + 4 x 0,9604 + 5 x 1,208 + 15,444 + 5 x

5,791 + 33 X 0,378 + 30 X 0,231) x 10-6 kg/m2 = 335,8538 x 10-6 kg/m2

d. Perhitungan besar torsi pada alat ( Nmm)

T = Itotal x ω

t

,

dimana t adalah waktu agar motor berkecepatan konstan

(3 detik)

e. Perhitungan daya alat

(10)

= 57,77 watt x 1,2 (1,2 ; faktor koreksi daya maksimum) = 69,324 watt

Asumsi bahwa tenaga motor yang akan dipakai hanya 50 %, maka, P = 100/50 x 69,324 watt

= 138,648 watt

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

Lampiran 4. Gambar alat pemisah lidi kelapa sawit

Tampak depan

(21)
(22)

Lampiran 5.Gambar bahan

Pelepah kelapa sawit

(23)

Lampiran 6. Gambar hasil penelitian

Hasil pemisahan ulangan 1

(24)
(25)

Lampiran 7. Kapasitas efektif alat pemisah lidi kelapa sawit pada anak daun kelapa sawit.

Tabel Kapasitas efektif alat pemisah lidi kelapa sawit

Ulangan Berat (kg)

1. Kapasitas efektif alat (KEA)

KEA(terhadapvberat lidi terpisah) =

Berat lidi terpisah (kg )

waktu pengolahan (jam )

= 0,16 kg

0,145 jam

= 1,118 kg/jam

KEA(terhadap banyak lidi terpisah) =

Banyak lidi terpisah (batang ) waktu pengolahan (jam )

= 75 batang

0,145 jam

= 517,241 batang/jam

KEA(terhadap berat helaian daun terpisah) =

Berat helaian daun terpisah (kg ) waktu pengolahan (jam )

= 0,776 kg

0,145 jam

(26)

Lampiran 8. Persentase kerusakan hasil pada alat pemisah lidi kelapa sawit Tabel Persentase kerusakan hasil pada alat pemsisah lidi kelapa sawit

Ulangan Berat lidi baik (kg) (X)

Berat lidi rusak (kg) (Y)

1. Persentase kerusakan hasil

Dimana : Berat lidi baik (kg) = X Berat lidi rusak (kg) = Y

Persentase kerusakan hasi = Y

X+Yx 100%

= 0,024 kg

0,16 kg +0,024 kgx 100%

(27)

Lampiran 9. Analisis ekonomi 1. Unsur produksi

1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp 1.500.000

2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun

3. Nilai akhir alat (S) = Rp 150.000

4. Jam kerja = 7 jam/hari

5. Produksi alat/jam = 1,118 kg/jam

6. Biaya operator = Rp 1.000/jam

7. Biaya pemakaian listrik = Rp 262,71/hari

8. Biaya perbaikan = Rp 341,334/tahun

9. Bunga modal dan asuransi = RP 67.500/tahun

10.Jam kerja alat pertahun = 2.107 jam/tahun (asumsi 301 hari Efektif berdasarkan tahun 2016)

2. Perhitungan biaya produksi a. Biaya tetap (BT)

1. Biaya penyusutan metode sinking fund Dn = (P-S) (A/F, i, N) (F/P, i, n-1)

dimana:

Dn = Biaya penyusutan pada tahun ke-n (Rp/tahun) P = Harga awal (Rp)

S = Harga akhir, 10% dari harga awal (Rp) N = Perkiraan umur ekonomis (tahun) n = Tahun ke-n

(28)

Tabel Perhitungan biaya penyusutan dengan metode singking fund

2. Bunga Modal dan Asuransi

I = i(P)(N+1)

2N

dimana :

i = Tingkat bunga modal dan asuransi (7,5% pertahun) P = Harga awal (Rp)

N = Perkiraan umur ekonomis (tahun)

I = 7,5% (Rp 1.500.000)(5+1)

2(5)

= Rp 67.500/tahun 3. Pajak

= Rp 30.000/tahun

Total biaya tetap = Biaya penyusutan + bunga modal dan asuransi + pajak

(29)

Tahun Dn

b. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan dan pemeliharaan alat

Ppa =1,2%

100 × P -S 100 Jam×Wt

dimana :

Ppa = Biaya perbaikan dan pemeliharaan alat pertahun (Rp/tahun) P = Harga awal alat (Rp)

S = Harga akhir alat, 10% dari harga pembelian (Rp) Wt = Jam kerja pertahun (Jam/tahun)

Ppa = 1,2%

100 ×

Rp 1.500.000 – Rp 150.000

100 Jam ×1.800 Jam/tahun

= Rp341.334/tahun 2. Biaya pemakaian listrik

Besar daya listrik = 0,25 Hp = 0,18643 Kw Jumlah pemakaian 1 hari = 7 jam

Harga listrik per Kwh = Rp 1.409,16

Biaya pemakaian listrik per tahun = 0,18643 Kw x 2.107 jam/tahun x Rp 1.409,16

= Rp 553.529,335/tahun

(30)

BO = Wt × Uop dimana :

Uop = Upah operator per jam (Rp/jam) BO = Biaya operator pertahun (Rp/tahun) Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun) Uop = 2107 jam/tahun x Rp 1.000/jam

= Rp 2.107.000/tahun

Total biaya tidak tetap = Biaya perbaikan + baiay operator + biaya pemakai an listrik

= Rp341.334 + Rp 2.107.000 + Rp 553.529,335 = Rp 3.001.863,335/tahun

c. Biaya total BT = Bt + Btt dimana :

BT = Biaya total (Rp/tahun) Bt = Biaya tetap (Rp/tahun) Btt = Biaya tidak tetap (Rp/tahun) Tabel Perhitungan biaya total

Tahun Biaya tetap (Rp/tahun)

Biaya tidak tetap (Rp/tahun)

Biaya total (Rp/tahun) 1 249.905,25 3.001.863,335 3.251.769,585 2 268.649,306 3.001.863,335 3.270.514,641 3 288.797,481 3.001.863,335 3.290.663,816 4 310.463,685 3.001.863,335 3.312.331,02 5 333.733,932 3.001.863,335 3.335.602,267

(31)

BP =

[

BT

Wt x k

]

dimana :

BP = Biaya pokok (Rp/kg) BT = Biaya total (Rp/tahun)

Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun) k = Kapasitas kerja alat (kg/jam) Tabel Perhitungan biaya pokok tiap tahun

Tahun Biaya total (Rp/tahun)

Wt (Jam/tahun)

K (kg/jam)

BP (Rp/kg)

1 3.251.769,585 2107 1,118 1.380,427

2 3.270.514,641 2107 1,118 1.388,385

3 3.290.663,816 2107 1,118 1.396,938

4 3.312.331,02 2107 1,118 1.406,136

(32)

Lampiran 10. Break even point

P = Profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas. VC = Variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)

SP = Selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp) Biaya tidak tetap = Rp 3.001.863,335

= Rp 1.424,709/jam Kapasitas produksi = 1,118 kg/jam

Maka, VC = Rp 1.424,709/jam : 1,118 kg/jam = Rp 1.274,337/jam

SP = Rp 2000/kg (asumsi penjualan di lapangan) P = 0 (dianggap nol untuk mendapatkan titik impas) Tabel Perhitungan Break even point

Tahun FC

Produksi mengalami titik impas (break even point) saat masih menghasilkan lidi kelapa sawit sebanyak :

(33)
(34)

Lampiran 11. Net prensent value NPV = PWB - PWC

dimana:

PWB = Present worth of benefit PWC = Present worth of cost

NPV > 0 artinya alat menguntungkan untuk digunakan/layak NPV < 0 artinya alat tidak menguntungkan untuk digunakan Maka,

Investasi = Rp 1.500.000

Nilai akhir = Rp 500.000

Suku bunga bank = 7,5%

Suku bunga coba-coba = 9,5%

Umur alat = 5 tahun

Harga jual produk = Rp 2.000/kg

Kapasitas alat = 1,118 kg/jam

Penjualan = 1,118 kg/jam x Rp 2.000

= Rp 2.236/jam

Pendapatan = Penjualan x jam kerja pertahun = Rp 2.236/jam x 2107 jam/tahun = Rp 4.711.252/tahun

Pembiayaan = BTT x Jam kerja pertahun

(35)

PWB (present worth of benefit) 7,5%

Pendapatan = Rp 4.711.252/tahun (P/A, 7,5%, 5) = Rp 4.711.252/tahun (4,0459) = Rp 19.061.254,447/tahun Nilai kahir = Rp 150.000 (P/F, 7,5%,5)

= Rp 150.000 (0,6966) = Rp 104.490/tahun

PWB = Rp 19.061.254,447/tahun + Rp 104.490/tahun = Rp 19.165.744,44/tahun

PWC (present worth of cost) 7,5% Investasi = Rp 1.500.000

Pembiayaan = Rp 3.001.863,335/tahun (P/A, 7,5%, %) = Rp 3.001.863,335/tahun (4,0459) = Rp 12.145.238,87/tahun

PWC = Rp 1.500.000 + Rp 12.145.238,87/tahun = Rp 13.645.238,87/tahun

PWB (present worth of benefit)9,5%

Pendapatan = Rp 4.711.252/tahun (P/A, 9,5%, 5) = Rp 4.711.252/tahun (3,8397) = Rp 18.089.979,3/tahun Nilai kahir = Rp 150.000 (P/F, 9,5%,5)

= Rp 150.000 (0,6352) = Rp 95.280/tahun

(36)

= Rp 18.185.259,3/tahun PWC (present worth of cost) 9,5%

Investasi = Rp 1.500.000

Pembiayaan = Rp 3.001.863,335/tahun (P/A, 9,5%, %) = Rp 3.001.863,335/tahun (3,8397) = Rp 11.526.254,65/tahun

PWC = Rp 1.500.000 + Rp 11.526.254,65/tahun = Rp 13.026.254,65/tahun

Sehingga ,

NPV 7,5% =Rp 19.165.744,44/tahun - Rp 13.645.238,87/tahun = Rp 5.520.505,57/tahun

NPV 9,5% = Rp 18.185.259,3/tahun - Rp 13.026.254,65/tahun = Rp 5.159.004,35/tahun

(37)

Lampiran 12. Internal rate of return

Berdasarkan harga dari NPV=X (positif) atau NPV=Y (positif) dihitunglah harga IRR dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

IRR = q% + X

X- Y× (q% - p%) (positif dan positif)

dimana:

p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p

Y = NPV awal pada q

Suku bunga bank (p) = 7,5% Suku bunga coba-coba (q) = 9,5%

Karena keduanya positif, maka digunakan persamaan

IRR = q% + X

X − Y (q% - p%)

= 9,5% + Rp 5.520.505,57

Rp 5.520.505,57 - Rp 5.159.004,35(9,5% - 7,5%)

(38)

Lampiran 13. Tabel suku bunga 1. Tingkat suku bunga 7,5%

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Z., 2006. Elemen Mesin 1. PT Refika Aditama, Bandung

Darun., 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.

Daryanto, 1984.Dasar-Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.

Duraposita., 1998. Busa Polyurethane Teknologi Manufakturing dan Aplikasinya, UI press., Jakarta.

Daywin, F. J., dkk., 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Jakarta..

Fauzi, Y., Y.E. Widiastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono, 2002. Kelapa Sawit; Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Halim, A. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis: Kajian Dari Aspek Keuangan. Graha Ilmu. Yogyakarta..

Kastaman, R. 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya. Mabie,H. H and F.W. Ocvirk., 1967.Mechanics and Dynamic of Machinery. Jhon

Wiley & Sons, Inc., New York.

Nastiti, D., Sriwulan, P dan Farid R. A. 2008. Analisis Finansial Agribisnis Pertanian. BPTP. Kalimantan Timur.

Niemann, G., 1982. Elemen Mesin : Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan, dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo. Erlangga, Jakarta. Pahan, I., 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Sinurat, A. P., I. W. Mathius., T. Purwadaria., 2012. Pengolahan dan Pemanfaatan

Hasil Samping Industri Sawit Sebagai Bahan Pakan. IAARD Press, Jakarta.

Smith, H. P. dan Lambert, H. W., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. GajahMada University Press, Yoyakarta.

(40)

Soenarta, N dan S. Furuhama., 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta.

Stolk, J. dan C. Kross. 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahmad, Erlangga. Jakarta.

Sularso dan K. Suga., 2002.Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.Pradnya Paramita. Jakarta.

Sularso dan K. Suga., 2004.Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.Pradnya Paramita. Jakarta.

(41)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2015 s/d Februari 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalahdaun kelapa sawit,besi siku,baut, mur, platbesi, skrup, motor listrik, sikat kawat, puli, sabuk V,kertas pasir, kabel, balok kayu, kawat las, senar gitar,tunner gitar, cat minyak, lem kayu, lem G (korea), lembaran karet dan thinner.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin las, mesin bor, mesin gerinda,gergaji kayu, martil, kikir, obeng, meteran, stopwatch, amplas velcro, mata bor kayu, mata bor besi, bench vise, snei, kalkulator dan komputer.

Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (kepustakaan), dan melakukan pengamatan tentang alat pemisah lidi kelapa sawit.Selanjutnya dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan (perangkaian) komponen-komponen alat pemisah lidi kelapa sawit.Setelah itu, dilakukan pengujian alat dengan pengamatan parameter.

Komponen Alat

(42)

1. Kerangka alat

Kerangka alat ini berfungsi sebaga pendukung komponen lainnya, yang terbuat daribesi siku dengan dimensi434 x 130 x 300 dalam satuan mm

2. Roller karet

Rolller karet merupakan komponen untuk meneganggakan permukaan daun

dengan dimensi diameter 54 mm dan panjang 50 mm. 3. Roller kayu

Roller kayu merupakan komponen untuk menegangkan permukaan daun dan

mendistribusikan hasil olahan ke tempat keluaran dengan diameter 44 mm dan panjang 50 mm

4. Puli

Puli merupakan komponen alat yang memutar roller penggerak yang digerakka n oleh motor. Puli pada motor berdiameter 25 mm, puli pada alat 50 mm dan puli stepper pada roller berdiamter 46 mm dan 36 mm.

5. Sabuk V

Sabuk V (V-Belt) merupakan komponen alat yang mentransmisikan daya motor listrik pada pada alat. Sabuk V yang digunakan yaitu tipe V-ribbeb, tipe A dan tipe dual synchronous.

6. Motor listrik

Motor listrik berguna sebagai tenaga penggerak yang menggunakan listrik sebagai sumber tenaga yang memiliki daya 0,25 HP dengan putara 1400 rpm. 7. Kawat pemotong

(43)

8. Sikat kawat

Sikay kawat berfungsi sebagai pemisah daun yang masih menempel pada lidi setalah melewati kawat pemotong dengan panjang 25 mm dan lebar 20 mm

Persiapan Penelitian

a. Pembuatan mesin

Adapun langkah-langkah dalam membuat alatpemisah lidi kelapa sawitini yaitu:

- Dirancang bentuk alat pemisah lidi kelapa sawit. - Digambar serta ditentukan ukuran alat.

- Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pemisah lidi kelapa sawit.

- Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar teknik.

- Dipotong bahan sesuai ukuran.

- Dibentuk dan dilakukan pengelasan plat bahan untuk membentuk kerangka mesin.

- Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.

- Dihubungkan komponen bahan yang telah dibuat sesuai dengan urutan proses.

- Dilakukan pengecetan untuk menambah daya tarik mesin dan memperpanjang umur pemakaian.

- Dipasang sabuk V untuk menghubungkan alat dengan motor penggerak b. Persiapan bahan

(44)

- Dipisahkan anak daun dengan batang pelepah. - Ditimbang bahan (anak daun).

Prosedur Penelitian

1. Disiapkan bahan yang akan dipisahkan lidinya 2. Ditimbang bahan yang akan dipisahkan lidinya 3. Dihidupkan alat pemisah lidi

4. Dimasukkan bahan pada bagian pemasukkan satu per satu 5. Ditampung bahan yang telah terpisah.

6. Dicatat waktu yang dibutuhkan alat untuk memisahkan lidi. 7. Dilakukan perlakuan sebanyak tiga kali pengulangan. 8. Didokumentasi proses pengerjaan.

9. Dilakukan pengamatan parameter.

Parameter Penelitian

1. Kapasitas efektif alat (Kg/jam)

Kapasitas alat dilakukan dengan menghitung banyaknya lidi yang telah terpisah (Kg) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses pencacahan(jam).Hal ini dapat dihitung menggunakan pendekatan persamaan (3) pada tinjauan pustaka. Dengan demikian persamaan yang dipakai

Kapasitas alat = Banyak lidi yang terpisah (kg )

(45)

Persentase kerusakan hasil dilakukan dengan cara membandingkan banyak lidi rusak dengan banyak lidi yang terolah dikali 100%. Dapat ditulis dengan rumus

Persentase kerusakan = ����������� (��)

�������������������� (��) x 100% ... (10)

3. Analisis ekonomi a. Biaya pemisahan

Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya tetap dan biaya tidak tetap, atau lebih dikenal dengan biaya pokok.

- Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari:

1. Biaya penyusutan (metode sinking fund)

Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan (4) pada tinjauan pustaka

2. Biaya bunga modal dan asuransi

Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan (5) pada tinjauan pustaka.

- Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari: 1. Biaya pemakaian listrik 2. Biaya operator

3. Biaya reperasialat b. Break even point

(46)

agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional

tanpa adanya keuntungan. Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan (6) pada tinjauan pustaka.

c. Net present value

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan (7) pada tinjauan pustaka, dengan kriteria :

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan.

- NPV<0,berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan.

- NPV= 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.

d. Internal rate of return

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pemisah Lidi Kelapa Sawit

Rancang bangung alat pemisah lidi kelapa sawit pada penelitian ini yaitu perancangan alat pemisah yang digunakan dalam pemisahan daun kelapa sawit agar bagian lembaran daun dan tulangan daun (lidi) terpisah. Adapun bagian-bagian alat pemisah lidi kelapa sawit yaitu rangka alat, roller kayu, roller karet, puli, sabuk V, kawat pemotong dan sikat kawat. Kerangka alat berdimensi 434 mm x 130 mm x 300 mm.

Motor listik yang digunakan memiliki tenaga 0,25 HP dengan putaran 1400 rpm sebagai tenaga penggeraknya. Mekanisme transmisi daya pada alat menggunakkan sistem kerja antara puli dengan sabuk V. Tenaga yang dikeluarkan oleh motor listrik, ditransmisikan melalui sabuk V, kemudian puli pada alat akan bergerak dan memutar poros yang sudah menyatu dengan roller penggerak (roller kayu).

Alat pemisah lidi kelapa sawit ini menggunakan 6 buah puli, dengan 5 buah puli terbuat dari bahan kayu yang tersambung dengan alat dan 1 buah puli terbuat dari besi cor yang tersambung pada motor listrik. Pada alat ini puli terbagi menjadi 2 bagian, yaitu puli penghubung antara alat dengan motor, kemudian puli yang menghubungkan antara roller penggerak. Pada motor listrik menggunakan puli dengan diameter 25 mm, pada alat menggunakan puli dengan diameter 50 mm sedangkan pada puli yang menghubungkan antara roller penggerak menggunakan puli stepper dengan dimater 46 mm dan 36 mm.

Roller yang digunakan pada alat ini berjumlah 9 buah roller. Roller ini

(48)

danroller untuk penggerak / menarik daun. Roller penekan terbuat dari bahan karet dengan diamater 54 mm sedangkan roller penggerak terbuat dari bahan kayu yang dilapisi kertas pasir dengan diameter 44 mm. Posisi roller penggerak berada di bawah roller penekan

Kawat pemotong yang berfungsi sebagai mata pisau untuk melepas bagian lidi dengan helaian daun adalah senar gitar. Senar gitar yang dipakai adalah senar gitar yang memiliki diameter paling kecil. Kawat pemotong terletak pada bagian depan alat atau dekat dengan bagian pemasukan. Kawat pemotong dililitkan pada alat sehingga membentuk huruf V dan ditenggangkan dengan bantuan tunner gitar.

Dari hasil pemisahan daun dengan lidi kelapa sawit, yang dilakukan sebanyak 3 kali perulangan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil alat pemisah lidi kelapa sawit

Ulangan Berat bahan (kg)

(49)

Prinsip Kerja Alat

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan bentuk dari anak daun kelapa sawit, bentuk dari tulangan daun sejajar dengan lembaran daunnya sehingga bentuk dari pangkal sampai ke ujung daun mengecil ini sesuai dengan pendapat Pahan (2006) yang menyatakan bahwa “Bentuk anak daun panjang dan sempit (pinnate) dengan sebuah tulang daun dan sejumlah pembuluh yang sejajar dengan tulang tersebut”. Pemakaian mata pisau statis dan keras akan memotong ujung lidi tersebut, sehingga diperlukan pisau yang akan mengikuti kontur dan bentuk dari lidi. Pemakaian senar gitar pada alat ini sesuai dengan kebutuhan yang diharpkan, karena bentuk dari senar gitar yang berdiameter kecil dan elastis saat diteganggkan akan mengkuti bentuk dari lidi tersebut.

Penggunaan roller penekan dan roller penggerak pada alat ini bertujuan untuk mempertahankan posisi lidi untuk menekan kawat pemotong dan menarik lidi serta helaian daun yang akan dipisahkan. Motor listrik akan mentranmisikan purtaran pada roller melalui sambungan sabuk V. Kemudian anak daun akan ditarik oleh roller. Pada saat proses penarikan akan terjadi proses pemisahan antara lidi dengan helain daunnya oleh kawat pemotong.

Kapasitas Efektif Alat

(50)

yang diharapkan pasar 90 – 95 cm. Ini sesuai dengan pendapat Pahan (2006) yaitu “Luas daun meningkat secara progresif pada umur 8-10 tahun setalah tanam”. Perhitungan kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi berat lidi yang terpisah dengan baik terhadap waktu pemisahan (Persamaan 9).

Tabel 3. Kapasitas efektif alat pemisah lidi kelapa sawit

Ulangan Berat (kg)

Pada tabel 3 menunjukkan hasil dari penelitian dengan memisahkan lidi dengan helaian daun pada anak daun kelapa sawit sebanyak 3 kali ulangan dengan masing-masing berat bahan setiap ulangan 1 kg. Hasil pemisahan menunjukkan waktu rata-rata untuk memisahkan lidi dari helain daun pada 1 kg bahan sebesar 8,7 menit. Untuk 1 kg bahan diperoleh berat rata-rata lidi yaitu 0,16 kg, sehingga kapasitas efektif alat yang diperoleh sebesar 1,118 kg/jam.

(51)

Persentase Kerusakan Hasil

Persentase kerusakan hasil diperoleh dengan membandingkan berat lidi yang rusak dengan berat lidi yang terolah dalam satuan persen (Persamaan 10). Hasil persentase kerusakan hasil pada penelitian sebagai berikut

Tabel 4. Persentase kerusakan hasil alat pemisah lidi kelapa sawit

Ulangan Berat lidi baik (kg) (X)

Berat lidi rusak (kg) (Y)

Dari tabel 4 diperoleh hasil pengamatan persentase kerusakan hasil pada alat pemisah lidi kelapa sawit yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan rata-rata berat lidi terolah seberat 0,184 kg menghasilkan lidi dengan kondisi baik rata-rata seberat 0,16 kg dan lidi yang mengalami kerusakan seberat 0,024 kg. Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh rata-rata persentase kerusakan hasil dari alat pemisah lidi kelapa sawit sebesar 11,41%.

(52)

Analisis Ekonomi

Biaya pemakaian alat

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini.Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Dari penelitian yang dilakukan (lampiran 8), diperoleh berbedan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan perbedaan nilai biaya penyusutan tiap tahun, yang mengakibatkan biaya tetap alat setiap tahun akan mengalami perubahan. Diperoleh biaya pemisahaan lidi kelapa sawit dengan alat ini sebesar Rp 1.380,427untuk tahun pertama, Rp 1.388,385 untuk tahun kedua, Rp 1.396,938 untuk tahun ketiga, Rp 1.406,136 untuk tahun keempat, Rp 1.416,015 untuk tahun kelima

yang merupakan hasil pehitungan dari penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap

terhadap kapasitas jam kerja alat pemisah lidi kelapa sawit.

Untuk biaya tetap Rp 347.406,25 pada tahun pertama, Rp 366.151,306 pada tahun kedua, Rp 386.300,481 pada tahun ketiga, Rp 407.967,685 pada tahun keempat, Rp 431.238,932 pada tahun kelima dan biaya tidak tetap sebesar Rp 3.001.863,335/tahun.

Break Even Point

(53)

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan (Lampiran 9), titik impas alat ini terjadi setelah alat memisahkan lidi dari anak daun kelapa sawit seberat 106,009 kg pada tahun pertama, pada tahun kedua seberat 111,825 kg, pada tahun ketiga 117,978 kg, pada tahun keempat seberat 124,596 kg dan pada tahun kelima seberat 131,703 kg. Pada data yang diperoleh, bahwa setiap tahun terjadi kenaiikan target pengolahan untuk mendapatkan titik impas dalam biaya produksi, dimana keuntungan alat dalam beroperasi hanya dapat menutupi biaya operasianal saja. Ini disebabkan oleh biaya penyusutan alat yang menigkat setiap tahunnya.

Net Present Value

Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur

suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dari penelitian yang telah dilakukan dan data yang diperoleh (Lampiran 10)dapat diketahui besarnya NPV dengan suku bunga 7,5% adalahRp 5.520.505,57 dan pada suku bunga bank coba-coba 9,5% adalah Rp 5.159.004,35. Dari hasil perhitungan NPV pada penelitian ini, maka sebuah usaha pemisahan lidi kelapa sawit dengan menggunakan alat pemisah lidi kelapa sawit layak dijalankan. Ini dikarenakan nilai NPV pada perhitungan lebih besar dari nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Giatman (2006), yang menyatakan bahwa kriteria NPV > 0, berarti investasi akan menguntungkan.

Internal rate of return

(54)
(55)

KESIMPULAN

1. Alat pemisah lidi kelapa sawit memiliki kapasitas efektif alat sebesar 1,118 kg/jam.

2. Persentase kerusakan hasil pada alat pemisah lidi kelapa sawit sebesar 11,41%

3. Alat pemisah lidi kelapa sawit memiliki biaya pokok operasional sebesar Rp 1.380,427/kg untuk tahun pertama, Rp 1.388,385/kg untuk tahun kedua, Rp 1.396,938 untuk tahun ketiga, Rp 1.406,136 untuk tahun keempat, Rp 1416,015 untuk tahun kelima.

4. Alat mencapai titik Break Even Point apabila telah memisahkan lidi kelapa saawit seberat 106,099 kg pada tahun pertama, 111,825 kg pada tahun kedua, 117,978 kg pada tahun ketiga, 124,596 kg pada tahun keempat, 131,703 kg pada tahun kelima.

5. Alat layak digunakan/menguntungkan karena nilai NPV yang dihasilkan > 0, yaitu sebesar Rp 5.520.505,57/tahun dengan suku bunga 7,5% dan Rp 5.159.004,35/tahun dengan suku bunga coba-coba 9,5%.

Saran

1. Perlu dilakukan modifikasi pada saluran pemasukan alat, untuk meningkatkan kapasitas pemisahan lidi.

2. Perlu dilakukan pengujian terhadap mata pisau sebagai pengganti kawat pemotong.

(56)

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah kelapa sawit

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amesterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawitdi Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Fauzi, dkk., 2002).

Botani kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

(57)

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E.guineensis Jacq. 2. E.oleifera (H.B.K) Cortes

3.E.odora

Kelapa sawit (E.guineensis Jacq.) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta daerah lain dengan skala yang lebih kecil (Pahan, 2006).

Morfologi kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil.Bagian kelapa sawit yang penting terdiri dari akar, batang, daun, dan buah.Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian:

a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib).

b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.

c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.

d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.

(58)

Bentuk anak daun panjang dan sempit (pinnate) dengan sebuah tulang daun dan sejumlah pembuluh yang sejajar dengan tulang tersebut.Kutikula pada anak daun cukup tebal dan sangat resisten terhadap difusi uap air.Stomata umumnya terletak pada permukaan bawah anak daun saja(Pahan, 2006).

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersiripgenap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnyamencapai lebih dari 7,5-9 meter. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250-400 helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.Pada tanah yang subur,daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempatberlangsungnyafotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesisberlangsung, semakin banyak bahan

makanan yang dibentuk sehingga produksi akanmeningkat. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman.Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitupula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda (Fauzi, dkk., 2002).

(59)

dengan 20.000 kg (22 pelepah x 130 pohon x 7 kg) pelepah segar dihasilkan untuk setiap Ha dalam setahun. Perolehan data di lapangan menunjukkan pula bahwa untuk setiap pelepah dapat menyediakan daun kelapa sawit tampa lidi sejumlah 0,5 kg (Sinurat, dkk., 2012).

Jumlah daun kelapa sawit bertalian dengan jumlah bunga atau tandan yang dihasilkan.Hal ini karena bunga kelapa sawit muncul di atas pelepah daun. Kesuburan tanah dilaporkan tidak berpengaruh terhadap jumlah daun yang dihasilkan namun berpengaruh terhadap luas masing-masing anak daun

(Pahan, 2006).

Luas daun meningkat secara progresif pada umur 8-10 tahun setalah tanam. Biasanya luas daun pada umur yang sama beragam pada suatu daerag ke daerah yang lain, tergantung dari faktor-faktor, seperti kesuburan dan kelembapan tanah serta tingkat stress air (penutupan stomata). Aplikasi pupuk N dan K ternyata mampu meningkatkan luas daun. Meningkatnya luas daun dengan bertambahnya umur tanaman terutama disebabkan oleh bertambahnya anak daun dengan rata-rata ukurannya.

Tabel 1. Luas daun ke-17 pada beberapa umur tanaman kelapa sawit

(60)

Komponen Pembuatan Alat

Motor listrik

Motor elektrik adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai tenaga penggerak. Penggunaan motor elektrik disesuaikan dengan kebutuhan daya mesin. Motor elektrik pada umumnya berbentuk silinder dan dibagian bawah terdapat dudukan yang berfungsi sebagai lubang baut supaya motor listrik dapat dirangkai dengan rangka mesin atau konstruksi mesin yang lain. Poros penggerak terdapat di salah satu ujung motor listrik dan tepat di tengah-tengahnya.

(Sularso dan Suga, 2004).

Mesin listrik mempunyai keuntungan sebagai berikut: 1. Dapat dihidupkan hanya dengan memutar saklar

2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan

3. Udara tidak ada yang dihisap, juga tidak ada gas yang dibuang. Karena itu tidak perlu mengukur polusi lingkungannya atau membuat ventilasi

4. Motor DC mempunyai daya besar pad putaran rendah. Dilain pihak motor DC yang mengandung sumberdaya umum tidak mudah mengubah putaran.

Dilain pihak motor listrik mempunyai kekurangan sebagai berikut:

1. Motor listrik membutuhkan sumberdaya, kabelnya harus dapat dihubungkan dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunaanya sangat terbatas panjang kabel

2. Jika dipergunakan baterai sebagai sumber daya, maka beratnya akan menjadi besar

(61)

4. Untuk menghasilkan daya yang sama dihasilkan oleh sebuah motor pembakaran maka motor listrik akan lebih berat.

(Soenartadan Furuhama, 2002).

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menjadi poros transmisi, spindel, gandar, poros (shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).

Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam merencanakan sebuah poros adalah :

1. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

(62)

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi. 5. Bahan Poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinis.

(Sularso dan Suga,2002).

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik. Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:

1. Gerakan bantalan terhadap poros -Bantalan luncur

(63)

-Bantalan radial -Bantalan aksial

-Bantalan gelinding khusus (Sularso dan Suga, 2002).

Bantalan gelinding memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan bantalan luncur yaitu dalam hal gesekan awal yang jauh lebih kecil akibat pengaruh dari jumlah putaran terhadap gesekan, menimbulkan panas yang lebih kecil pada pembebanan yang sama, penurunan waktu pemasukan dan pengaruh dari bahan poros, hanya membutuhkan pelumasan dalam jumlah sedikit, memiliki kemampuan tahanan yang lebih besar terhadap semua beban dalam setiap lebar bantalan, normalisasi dari pengukuran luar, ketelitian (presisi), pembebanan yang diizinkan dan perhitungan dari umur kerja, bahan dengan mutu tinggi pada pabrik memberikan keuntungan untuk penggunaan dan penyediaan suku cadang. Sedangkan untuk bantalan luncur bekerja dalam permukaan pelumasan yang lebih besar, mudah dipasang, mudah dibuat dan jauh lebih murah daripada bantalan gelinding, ketepatan pengarahan lebih baik, dapat mencapai putaran tertinggi dan pada pelumasan yang tidak cacat maka umur bantalan luncur hampir tidak terbatas (Niemann, 1982).

Puli

(64)

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

SDpenggerak = SDyang digerakkan ... (1)

dimana,

S = Kecepatan putar puli (rpm) D = Diameter puli (mm) (Smith dan Wilkes, 1990).

Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

2. Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk

(Mabie and Ocvirk, 1967).

Sabuk V

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.Sabuk V dibelitkan di sekitar alur pulleyyang berbentuk V pula.Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulleysehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1984).

(65)

1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi.

2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).

Menurut Smith and Wilkes (1990), apabila pemindahan daya menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

L = 2C + 1,57(D + d) +(D−d)2

4C ... (2) dimana:

L = Panjang efektif sabuk (mm)

C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm) D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm) d = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)

Karet Roll

Rubber roller atau karet roll merupakan sebuah komponen karet yang

teraplikasi pada berbagai mesin Industri. Berbentuk silinder dengan poros besi ditengahnya.rubber roller biasanya teraplikasi pada mesin Percetakan, Conveyor Unit , Industri kayu lapis, printing, pabrik makanan - minuman dan banyak lagi.

Fungsi Rubber Roller tersebut bermacam-macam, namun beberapa diantaranya teraplikasi sebagai roll Tekan pada Industri kayu lapis, roda penggerak pada Conveyor Belt Unit yang terdapat pada Industri batu bara atau pada mesin Stone

Crusher (AMP), roll pengering pada industri penyamakan kulit, dan lain-lain.

(66)

rollersendiri tidak hanya rata, namun ada juga yang bergelombang (grooving)

tergantung pada aplikasi penggunaannya.Rubber roller mempunyai fungsi yang sangat beragam, bisa untuk conveyor, penggiling, roda, komponen mesin pengemas, dan lain-lain. Cara kerjanya juga sangat sederhana, yaitu berputar

(Duraposita., 1998).

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

(67)

waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat atau mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW (Daywin, dkk., 2008)

Kapasitas Alat = Produk yang diolah

Waktu ... (3)

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak

tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007).

Untuk menilai kelayakan finansial, diperlukan semua data yang menyangkut aspek biaya dan penerimaan usaha tani. Data yang diperlukan untuk pengukuran kelayakan tersebut meliputi data tenaga kerja, sarana produksi, hasil produksi, harga, upah, dan suku bunga (Nastiti, dkk., 2008).

Biaya Pemakaian Alat

(68)

yaitu biaya langsung, tenaga kerja langsung dan over head pabrik. Biaya-biaya ini secara langsung berkaitan dengan biaya pembuatan produk secara fisik yang dikeluarkan dalam rangka kegiatan proses produksi sehingga disebut juga dengan production cost. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga

kerja langsung, biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung, dan biaya tak langsung lainnya.Ada dua kelompok biaya pemakaian alat atau mesin yang umum dibicarakan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Jumlah biaya tetap tidak dipengaruhi oleh jam kerja alsin, sedangkan biaya tidak tetap sangat dipengaruhi oleh alat dan mesin (Giatman, 2006).

Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang selalu harus dikeluarkan tanpa memandang aktivitas produksi yang sedang dilaksanakan dan tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan, misalnya: biaya penyusutan, biaya pajak, dan lain-lain (Halim, 2009).

Sedangkan biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan produksi dan tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan dan biaya yang digunakan akan semakin besarjuga, misalnya: biaya perbaikan, pemebelian bahan, sewa alat, upah buruh, dan lain-lain (Waldiyono, 2008).

a. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari:

1. Biaya penyusutan (metode sinking fund)

(69)

penyusutan.Maka, begitu alat tidak berdaya guna lagi saat itu pula sudah tersedia biaya sebagai pengganti alat tersebut yang dikumpulkan selama umur pemakaian alat.Penyusutan tidak selamanya bergantung pada umur daya guna alat.Bisa pula terjadi akibat perubahan zaman, perubahan keadaan pasar, dan hadirnya alat dengan teknologi terbaru yang lebih ekonomis.

Menurut Waldiyono (2008), menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengitung biaya penyusutan yaitu menggunakan metode penanaman dana (singking fund methods). Dimana biaya penyusutan kecil di awal dan sangat besar pada akhir umur pemakaian.Maka kecilnya dana penyusutan pada awal pemakaian mungkin akan menguntungkan karena pada saat itu produksinya belum maksimal, tapi akan terasa berat pada akhir umur pemakaian yang dimana dana produksinya minimum.

Metode sinking fund memperhitungkan bunga modaldari bunga modal yangdigunakanpaling mendekati nilaipenyusutan yang sebenarnya. Persamaan yang digunakan ialah:

Dn = (P – S) (A/F, i%, n) (F/A, i%, n - 1)... (4) dimana:

Dn = Biaya penyusutan pada tahun ke-n (Rp/tahun) P = Harga awal (Rp)

S = Harga akhir, 10% dari harga awal (Rp) N = Perkiraan umur ekonomis (tahun) n = Tahun ke-n

(70)

2. Biaya bunga modal dan asuransi

Besarnya bunga modal adalah perbandingan antara uang yang harus dibungakan selama periode tertentu dibandingkan dengan jumlah pinjaman yang diperoleh. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya:

I =i(P)(n+1)

2n ... (5)

dimana:

P = Harga/nilai awal (Rp)

i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun) (Waldiyono, 2008).

3. Biaya pajak

Di beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alat dan mesin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya (Waldiyono, 2008).

b. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari:

1. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini

tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan

atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

2. Biaya bahan bakar adalah pengeluaran solar dan bensin (bahan bakar)

(71)

Break Event Point

Break event point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan

tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri BEP maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan BEP akan memperoleh keuntungan.

Analisis BEP juga digunakan untuk :

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi.

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi.

(Waldiyono, 2008).

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan.Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk mendefinisikan antara titik impas pada keuntungan (P) nol dan titik impas dengan kontribusi keuntungan, keuntungan sebelum pajak (P) perlu diperhatikan, yakni:

S =FC + P

SP - VC ... .(6)

dimana:

(72)

FC = Fix cash (biaya tetap) (Rp/tahun)

P =Profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas. SP = Selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)

VC = Variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp) (Waldiyono, 2008).

Net Present Value (NPV)

Net present value adalah selisih antara present value dari investasi nilai

sekarang dari penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi.Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan.

Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada waktu sekarang (present).Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke nol (0) dalam perhitungan cash flow investasi.Cash flow yang benefit saja perhitungannya disebut dengan present worth of benefit (PWB), sedangkan jika yang diperhitungkan hanya cash out (cost) disebut dengan present worth of cost (PWC). Sementara itu NPV diperoleh dari PWB dikurangi PWC, yakni:

NPV = PWB – PWC ... (7) dimana:

(73)

Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode NPV, yaitu:

NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan (Giatman, 2006).

Internal Rate of Return

Dengan menggunakan metode internal rate of return (IRR) akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk %priode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi (Giatman, 2006).

Internal rate of return adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount

rate dimana diperolah B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IRR = i1 –

NPV1

(NPV2−NPV1) (i1 – i2) ... (8)

dimana :

i1 = Suku bungabank paling atraktif

i2 = Suku bunga coba-coba

NPV1 = NPV awal pada i1

NPV2 = NPV pada i2

(74)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis) merupakan salah satu komoditi tanaman perkebunan yang menjadi primadona.Hampir setiap perusahaan baik swasta maupun negeri yang bergerak di bidang perkebunan memiliki perkebunan kelapa sawit sendiri.Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia.Luas wilayah perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang tercatat oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2014 sekitar 10.956.231 Ha dengan laju pertubuhan luasan area perkebunan mulai dari tahun 2013 sampai tahun 2014 sekitar 4.69 %.

Kelapa sawit didatangkan pertama kali ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersil di Indonesia oleh Adrien Hallet yang berkebangsaan Belgia, lalu diikuti oleh K. Schadt. Gagasan untuk membuat perkebunan kelapa sawit di Indonesia ini merupakan akibat dari meningkatnya permintaan minyak nabati pada massa revolusi industri di negara-negara Eropa. Perkebunan kelapa sawit pertama berloksai di Pantai Timur Sumatera ( Deli ) dan Aceh. Luas perkebunan kelapa sawit tersebut mencapai 5.123 Ha.

(75)

(Crude Palm Oil) sebagai produk utama, limbah kelapa sawit juga dapat diolah menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis tinggi. Limbah kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas, pembuatan asbes, sebagai bahan baku pupuk organik, pakan ternak dan menghasilkan kualitas serat yang baik untuk industri tekstil dan properti.

Dewasa ini pengolahan limbah kelapa sawit di Indonesia menjadi produk olahan dan bahan baku sangat banyak dijumpai. Pengolahan dan pengelolaan yang tepat pada limbah kelapa sawit akan menghsilkan keuntungan yang besar, ini disebabkan untuk mendapatkan limbah kelapa sawit sangat mudah dan tidak memerlukan biaya, luas wilayah perkebunan kelapa sawit yang luas akan menyediakan limbah yang cukup banyak untuk dikelola.

Pengolahan limbah kelapa sawit terkhusunya bagian pelepah untuk dijadikan pakan ternak atau pupuk organik sudah cukup tepat.Tetapi bila dikaji secara nilai ekonomisnya kurang menguntungkan. Pada pelepah kelapa sawit terdapat tulang anak daun (leaflet) atau biasa disebut dengan lidi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas dan asbes. Harga jual lidi kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan apabila diolah menjadi pakan ternak atau pupuk organik.Maka perlu diadakannya pengolahan lanjutan pada limbah kelapa sawit untuk memperoleh lidinya.

(76)

yang sulit untuk dilumatkan, ini dikarenakan lidi pada pelepah sawit mempunyai elastisitas yang tinggi dan sukar untuk dicacah. Apabila dilakukan pencacahan langsung, lidi pada pelepah sawit tidak akan lumat tetapi berubah menjadi jarum-jarum kecil. Apabila hasil cacahan ini difungsikan sebagai pakan ternak, maka lidiyang berbentuk jarumakan menggores dan melukai saluran pencernaan dari ternak itu sendiri.

Kegiatan pemisahan lidi dari limbah kelapa sawit dilakukan dengan beberapa tahapan, mulai dari pelepasan bagian anak daun dari tangkai daun, kemudian pelepasan lidi dari helaian daunya. Proses kegiatan ini masih dilakukan secara manual, sehingga memakan waktu lama dalam proses pemisahannya. Proses yang lama akan membuat kualitas dari lidi itu sendiri pun akan berkurang karena lidi yang baik berasal dari pelepah yang baru dipotong dari pohon kelapa sawit itu sendiri, sehingga diperlukan biaya yang lebih dalam penyewaan tenaga kerja untuk memenuhi target yang sudah ditentukan. Inilah sebabnya masih banyak kalangan masyarakat yang menganggap bahwa lidi kelapa sawit bukanlah komoditi bisnis yang mengutungkan.

(77)

Teknologi mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam peningkatan pendapatan ekonomi, dengan penerapan teknologi yang tepat dan sesuai, peningkatan nilai tambah dapat dilaksanakan secara berganda. Teknologi perlu diarahkan pada semua tahapan, termasuk dalam proses pascapanen. Teknologi sebagai seuatu kesatuan metodologi dalam pengguanan peralatan yang digunakan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu yang memiliki sasaran akhir yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.Inovasi dan penerapan suatu teknologi dalam suatu komunitas masyarakat perlu memperhatikan berbagai fackor agar dapar mencapai sasarannya.

Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan dari tahapan proses pemisahan lidi kelapa sawit dengan cara manual/tradisional, maka dibuatlah suatu alaat pemisah lidi kelapa sawit yang mampu memisahkan lidi dari daunnya dengan kapasitas yang tinggi serta praktis digunakan dalam industri rumah tangga.

Tujuan Penelitian

Penelitiaan ini bertujuan untuk mendesain, membuat dan menguji alat pemisah lidi kelapa sawit.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skirpsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikn di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(78)

3. Bagi masyarakat, sebagi bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan terutama pengrajin lidi kelapa sawit skala rumah tangga.

Batasan Masalah

1. Pembuatan dan pengujian alat hanya pada lidi kelapa sawit.

(79)

ABSTRAK

MARTIN SURYA MARPAUNG: Rancang Bangun Alat Pemisah Lidi Kelapa Sawit dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan ADIAN RINDANG.

Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang menguntungkan apabila diproduksi dalam skala besar. Pada pelepah kelapa sawit terdapat tulang anak daun (leaflet) atau bisa disebut dengan lidi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas dan asbes. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat dan menguji alat pemisah lidi kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 hingga Februari 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan metode studi literatur dan melakukan pengamatan pada alat pemisah lidi kelapa sawit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas efektif alat sebesar 1,118 kg/jam. Persentase kerusakan hasil pada alat pemisah lidi kelapa sawit sebesar 11,41%. Biaya pokok operasional alat pemisah lidi kelapa sawit sebesar Rp 1.380,427/kg untuk tahun pertama,

Rp 1.388,385/kg untuk tahun kedua, Rp 1.396,938 untuk tahun ketiga, Rp 1.406,136 untuk tahun keempat dan Rp 1.416,025 untuk tahun kelima. BEPpadaalat pemisah lidi kelapa sawit sebesar 106,009 kg pada tahun pertama, 111,825 kg pada tahun kedua, 117,978 kg pada tahun ketiga, 124,596 kg pada tahun keempat dan 131,703 kg pada tahun kelima. NVP alat pemisah lidi kelapa sawit pada 7,5% sebesar Rp 5.520.505,57/tahun dan NVPdengan suku bunga coba-coba 9,5% sebesar Rp 5.159.004,35/tahun.

Kata kunci :alat pemisah lidi, pelepah kelapa sawit, kapasitas efektif.

ABSTRACT

MARTIN SURYA MARPAUNG :Design and construction of palm leaf rib separator, supervised by ACWIL PUTRA MUNIR and ADIAN RINDANG.

Palm tree is a plantation comodity that is profitable if produced in large scale. At stem of plam tree there are palm leaf rib that can be used to make paper and asbestos. This research was aimed to design, construction and examine of palm leaf rib separator. This research was conducted in December 2015 until February 2016 in the Laboratory of Agriculture Engineering, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra by literature study and observations of palm leaf rib separator.

The result showed that the effective capacity was 1,118 kg/hour. Percentage of defect at palm leaf rib separator was 11,41%. Main cost in the first year was Rp 1.380,427/kg, Rp 1.388,385/kg fo the second year, Rp 1.396,938/kg for the third year, Rp 1.406,136 for the fourth year and Rp 1.416,015/kg for the fifth year. BEP in the palm leaf rib separator was 106,099 kg for the first year, 111,825 for the second year, 117,978 for the third year, 124,596 for the fourth year and 131,703 for the fifth year. NPV at 7,5% was Rp 5.520.505,57/year and NPV trial at 9,5% was Rp 5.159.004,35/year.

(80)

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH LIDI KELAPA SAWIT

DRAFT

OLEH :

MARTIN SURYA MARPAUNG 110308075

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(81)

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAHLIDI KELAPA SAWIT

DRAFT

OLEH :

MARTIN SURYA MARPAUNG 110308075

Draft sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar hasil penelitiandi Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Achwil Putra Munir, STP, M.Si ) Ketua

(82)

ABSTRAK

MARTIN SURYA MARPAUNG: Rancang Bangun Alat Pemisah Lidi Kelapa Sawit dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan ADIAN RINDANG.

Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang menguntungkan apabila diproduksi dalam skala besar. Pada pelepah kelapa sawit terdapat tulang anak daun (leaflet) atau bisa disebut dengan lidi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas dan asbes. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat dan menguji alat pemisah lidi kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 hingga Februari 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan metode studi literatur dan melakukan pengamatan pada alat pemisah lidi kelapa sawit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas efektif alat sebesar 1,118 kg/jam. Persentase kerusakan hasil pada alat pemisah lidi kelapa sawit sebesar 11,41%. Biaya pokok operasional alat pemisah lidi kelapa sawit sebesar Rp 1.380,427/kg untuk tahun pertama,

Rp 1.388,385/kg untuk tahun kedua, Rp 1.396,938 untuk tahun ketiga, Rp 1.406,136 untuk tahun keempat dan Rp 1.416,025 untuk tahun kelima. BEPpadaalat pemisah lidi kelapa sawit sebesar 106,009 kg pada tahun pertama, 111,825 kg pada tahun kedua, 117,978 kg pada tahun ketiga, 124,596 kg pada tahun keempat dan 131,703 kg pada tahun kelima. NVP alat pemisah lidi kelapa sawit pada 7,5% sebesar Rp 5.520.505,57/tahun dan NVPdengan suku bunga coba-coba 9,5% sebesar Rp 5.159.004,35/tahun.

Kata kunci :alat pemisah lidi, pelepah kelapa sawit, kapasitas efektif.

ABSTRACT

MARTIN SURYA MARPAUNG :Design and construction of palm leaf rib separator, supervised by ACWIL PUTRA MUNIR and ADIAN RINDANG.

Palm tree is a plantation comodity that is profitable if produced in large scale. At stem of plam tree there are palm leaf rib that can be used to make paper and asbestos. This research was aimed to design, construction and examine of palm leaf rib separator. This research was conducted in December 2015 until February 2016 in the Laboratory of Agriculture Engineering, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra by literature study and observations of palm leaf rib separator.

The result showed that the effective capacity was 1,118 kg/hour. Percentage of defect at palm leaf rib separator was 11,41%. Main cost in the first year was Rp 1.380,427/kg, Rp 1.388,385/kg fo the second year, Rp 1.396,938/kg for the third year, Rp 1.406,136 for the fourth year and Rp 1.416,015/kg for the fifth year. BEP in the palm leaf rib separator was 106,099 kg for the first year, 111,825 for the second year, 117,978 for the third year, 124,596 for the fourth year and 131,703 for the fifth year. NPV at 7,5% was Rp 5.520.505,57/year and NPV trial at 9,5% was Rp 5.159.004,35/year.

(83)

RIWAYAT HIDUP

Martin Surya Marrpaung dilahirkan di Medan pada tanggal 11 November 1992 dari Bapak Witner Oloan Marpaung dan Ibu Elly Simanjuntak.Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Panyabungan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA)FP USU dan anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Laboratorium Menggambar Teknik Program Studi Ketekikan Pertanian FP USU.

(84)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikandraft yang berjudul

”Rancang Bangun Alat Pemisah Lidi Kelapa Sawit”. Draft ini merupakansalah

satu syarat untuk dapatmelakukan seminar hasil penelitiandi Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada BapakAchwil Putra Munir,STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Adian Rindang, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telahmembimbing dan memberikan berbagai masukan, saran dan kritikan yang sangat berharga kepada penulis sehingga draft ini dapatdiselesaikan dengan baik. Selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian, dan kepada kedua orang tua saya yang telah mendukung saya serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan draft ini.

Untuk penyempurnaan draft ini, maka kiranya penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersikap membangun. Semoga draft ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan. Terima Kasih.

(85)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

Batasan Masalah ... 4

TINJAUAN PUSTAKA... 6

Sejarah Kelapa Sawit ... 6

Botani Kelapa Sawit ... 6

Morfologi Kelapa Sawit ... 7

Komponen Pembuatan Alat... 10

Motor Listrik ... 10

Mekanisme Pembuatan Alat ... 16

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian ... 16

Analisis Ekonomi... 17

Biaya pemakaian alat ... 17

Break event point ... 21

Net present value ... 22

Internal rate of return ... 23

METODOLOGI PENELITIAN ... 24

Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

Bahan dan Alat Penelitian ... 24

Metodologi Penelitian ... 24

Komponen Alat... 24

Persiapan Penelitian ... 26

Prosedur Penelitian ... 27

Parameter Penelitian ... 27

Kapasitas efektif alat ... 27

Persentase kerusakan hasil ... 27

Analisis ekonomi ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

Alat Pemisah Lidi Kelapa Sawit ... 30

Prinsip Kerja Alat ... 32

Kapasitas Efektif Alat ... 32

Persentase Kerusakan Hasil... 34

(86)

Biaya pemakaian alat ... 25

Break event point ... 35

Net present value ... 36

Internal rate of return ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

(87)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Luas daun ke-17 pada beberapa umur tanaman kelapa sawit ... 9

2. Hasil alat pemisah lidi kelapa sawit ... 31

3. Kapasitas efektif alat pemisah lidi kelapa sawit ... 33

(88)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Flow chart pelaksanaan penelitian... 41

2. Perhitungan perencanaan dimensi pulli roller dan kebutuhan daya motor pada alat pemisah lidi kelapa sawit ... 42

3. Gambar teknik alat pemisah lidi kelapa sawit ... 51

4. Gambar alat pemisah lidi kelapa sawit... 60

5. Gambar bahan ... 62

6. Gambar hasil penelitian ... 63

7. Kapasitas efektif alat pemisah lidi kelapa sawit ... 64

8. Persentase kerusakan hasil pada alat pemisah lidi kelapa sawit ... 65

9. Analisis ekonomi ... 66

10. Break even point ... 71

11. Net present value ... 73

12. Internal rate of return ... 76

Gambar

Tabel data dimensi komponen alat Diameter
Tabel Kapasitas efektif alat pemisah lidi kelapa sawit Berat
Tabel Persentase kerusakan hasil pada alat pemsisah lidi kelapa sawit Berat lidi
Tabel Perhitungan biaya penyusutan dengan metode singking fund Akhir (P-S) D
+7

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan (Lampiran 3), alat pengolah limbah polimer pertanian ini akan mencapai titik impas ( Break even point ) pada nilai. 60.115,6

Telah dilakuka penelitian aplikasi sensor suhu DS18B20 untuk merancang dan merealisasikan alat pengstabil suhu yang berfungsi untuk mengstabilkan minyak kelapa sawit pada

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan (Lampiran 6), alat pengepres minyak kacang tanahini akan mencapai titik impas apabila telah mengepres

Perusahaan kelapa sawit biasanya terdiri dari perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit, sehingga para petani langsung mengolah sendiri kelapa sawit dari

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang serta membuat alat yang dapat memisahkan garam dan air tawar dari bahan baku air laut dengan menggunakan energi matahari...

Langkah pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah dengan cara mengamati limbah lidi kelapa sawit yang akan dijadikan bahan baku pembuatan anyaman piring, lidi

KONTRIBUSI WAKTU DAN PENDAPATAN WANITA PENGRAJIN LIDI DALAM RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TUALANG KABUPATEN SIAK Studi Kasus : Wanita Pengrajin Lidi Kelapa Sawit Desa Tualang Timur

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “RANCANG BANGUN MESIN SERUT LIDI KELAPA