Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN
USAHA KECIL DI KOTA TEBING TINGGI
S K R I P S I
Diajukan Oleh :
Erizal Sitinjak 050501015
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, dan syukur bagi Allah Bapa dan Putra-Nya Yesus Kristus
serta Persekutuan Roh Kudus oleh karena berkat, kasih dan penyertaan-Nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban penulis yang harus
diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana dari Program Strata-1 Fakultas
Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah:
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil di Kota Tebing
Tinggi”.
Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan buat kedua orang tua tercinta,
Ayahanda Lauren Sitinjak dan Ibunda Lomo Marbun serta kakak dan adik; Lenny
Wati, Anike R, Srirezeki, Melda, Bachtiar, dan Joice. Terimakasih buat segala
dukungan, doa, semangat, bimbingan, kasih dan cinta yang telah kalian berikan.
Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini baik dalam dukungan doa, moril dan materil terutama
kepada:
1. Bapak Drs.Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan mulai dari awal
pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. H.B. Tarmizi dan Ibu Ilyda Sudardjat, SSi., MSi., selaku Dosen
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
5. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai di Fakultas Ekonomi terutama Departemen
Ekonomi Pembangunan yang telah mengajar dan membimbing penulis selama
masa perkuliahan.
6. Sahabat-sahabat baik penulis yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi
ini yang tergabung dalam punguan EPOS, semoga kesuksesan menjadi bagian
kita semua.
7. Keluarga Besar Paduan Suara Pelita Kasih Medan yang telah menjadi tempat
penulis untuk belajar melayani sesama melalui lagu dan musik.
8. Rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Advent Medan (IMAM) yang senantiasa
mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan maupun saran yang positif dan
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang
memerlukan.
Medan, Maret 2009
Penulis,
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT
The main objective of this research is to analyze the determinants of small enterprises revenue in Tebing Tinggi. The revenue of Small enterprises (Y) is determined by working capital (K), Labors (L), and working hour (T). There are 60 small enterprises taken as the sample of the research and it applies Ordinary Least Square (OLS) analytic method in estimating the result of the research.
The result of the estimation shows that determination coeficient (R2) is 73%, it means that the independent variables, working capital (K), Labors (L), and working hour (T) affects the dependent variable, small enterprises revenue (Y) as much as 73%. And the 27% remain is explained by other variables which is not included in this estimation model.
Working capital (K), Labors (L), and working hour (T) as the independent variables thoruoghly have an affect on the dependent variable (Small enterprises revenue (Y), it is proved from the overall test with 99% of interval confident.
Based on the parsial test, it is known that each of the independent variables has positive affect on the independent variable up to 99% of interval confident.
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Sasaran utama penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan usaha kecil di Kota Tebing Tinggi. Variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi penerimaan usaha kecil (Y) dan menjadi objek penelitian adalah modal usaha (K), tenaga kerja (L), dan jam kerja (T). Penelitian ini mengunakan 60 usaha kecil sebagai sample dan menggunakan metode analisis
ordinary least square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.
Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R2) sama dengan 73%, hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu K (Modal Usaha), L (Jumlah Tenaga Kerja), T (Jam Kerja) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (penerimaan Usaha Kecil ) sebesar 73% sedangkan sisanya yaitu sebesar 27% dijelaskan oleh variabel lain (µ = error term) yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.
Variabel independen K (Modal Usaha), L (Jumlah Tenaga Kerja), T (Jam Kerja) memberikan pengaruh terhadap variabel dependen Y (penerimaan Usaha Kecil ) secara bersama-sama, terbukti dari F-hitung lebih besar dari F-tabel (49,66278 > 4,21) pada tingkat kepercayaan 99%.
Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) diketahui bahwa masing-masing variable berpengaruh positif terhadap variable independent. pada tingkat kepercayaan 99%.
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRACT ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1. 2. Perumusan Masalah ... 6
1. 3. Hipotesa ... ... 7
1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... ... 8
BAB II URAIAN TEORITIS 2. 1 Usaha Kecil dan Menengah ... 9
2. 1. 1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ... 13
2. 1. 2 Tantangan, Kendala, Dan Peluang Usaha ... 16
2. 2 Aspek-Aspek Produksi ... 18
2. 2. 1 Pengertian Produksi ... 18
2. 2. 2 Konsep dan Tahap Produksi ... 19
2. 2. 3 Fungsi Produksi dan Return to Scale ... 23
2. 2. 4 Pengertian Penerimaan ... 28
2. 3 Ketenagakerjaan ... 29
2. 3. 1 Pengertian Tenaga Kerja ... 29
2. 3. 2 Pemintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 31
2. 4 Modal ... 35
2. 5 Jam Kerja ... 36
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
2. 5. 2 Produksi Antar Waktu ... 37
2. 5. 3 Kemungkinan-Kemungkinan Antar-Waktu ... 37
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian... 38
3. 2. Populasi dan Sampel ... 38
3. 3. Jenis dan Tehnik Pengumpulan Data ... 40
3. 4. Model Analisis ... ... 40
3. 5. Test of Goodness of Fit... ... 41
3. 5. 1 Koefisien Determinasi (R ... 41
3. 5. 2 Uji F (Overall Test) ... 42
3. 5. 3 Uji t (Partial Test)... ... 42
3. 6. Uji Asumsi Klasik... ... 43
3. 6. 1 Uji Normalitas ... ... 43
3. 6. 2 Uji Linieritas... ... 44
3. 6. 3 Uji Multikolinearitas... ... 44
3. 6. 4 Uji Heteroskedastisitas ... ... 45
3. 7. Defenisi Operasional... ... 46
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4. 1. Deskripsi Daerah Penelitian... ... 47
4. 1. 1 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi ... 47
4. 1. 2 Gambaran Perekonomian Kota Tebing Tinggi... ... 53
4. 2. Hasil Penelitian Dan Interpretasi Data... ... 58
4. 2. 1 Hasil Penelitian... ... 58
4. 2. 2 Interpretasi Data... ... 62
4. 3. Test of Goodness of Fit... ... 64
4. 3. 1 Analisis Koefisien Determinasi ( R2 )... ... 64
4. 3. 2 Uji F-statistik... 64
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
4. 4. Uji Asumsi Klasik... ... 69
4. 4. 1 Normalitas... ... 69
4. 4. 2 Uji Linieritas... ... 70
4. 4. 3 Uji Multikolinearitas... ... 71
4. 4. 4 Uji Heteroskedastisitas ... ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan... ... 74
5. 2 Saran... ... 75
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Distribusi Sample Berdasarkan Jenis Pedagang ... 39
Tabel 4. 1 Luas wilayah, Jumlah Kelurahan, dan Jumlah Lingkungan di Kota Tebing Tinggi menurut Kecamatan 2007 ... 48
Tabel 4. 2 Luas wilayah, Penduduk,dan Kepadatan Penduduk di Kota Tebing Tinggi menurut Kecamatan 2007 ... 49
Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Kota Tebing Tinggi menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2007 ... 50
Tabel 4. 4 Jumlah Penduduk Kota Tebing Tinggi Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja, Mencari Pekerjaan, dan Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin 2007 ... 51
Tabel 4. 5 Penduduk Kota Tebing Tinggi Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin 2007 ... 51
Tabel 4. 6 Persentase Realisasi Penerimaan PAD Terhadap Realisasi APBD Kota Tebing Tinggi 1999/2000-2007 ... 54
Tabel 4. 7 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tebing Tinggi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (Juta Rupiah) ... 56
Tabel 4. 8 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tebing Tinggi Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2007 (Juta Rupiah) ... 57
Tabel 4. 9 Distribusi Sampel berdasarkan Usia ... 59
Tabel 4. 10 Distribusi Sampel berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60
Tabel 4. 11 Distribusi Sampel berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 60
Tabel 4. 12 Distribusi Sampel Berdasarkan Modal Usaha ... 61
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahapan Produksi ... 21
Gambar 2.2 Dua Input Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 24
Gambar 2.3 Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 32
Gambar 4. 1 Uji F-statistik ... 65
Gambar 4. 2 Uji t-Statistik pada variabel K (Modal Usaha) ... 66
Gambar 4. 3 Uji t-Statistik pada variabel L (Jumlah Tenaga Kerja) ... 67
Gambar 4. 4 Uji t-Statistik pada variabel T (Jam Kerja) ... 68
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Penelitian
Penganugerahan hadiah Nobel kepada DR. M. Yunus dari Banglades atas
usaha memberantas kemiskinan dengan menumbuhkan dan memajukan usaha kecil
menengah (UKM) di negaranya merupakan bukti pengakuan dunia atas peran penting
UKM bagi kesejahteraan masyarakat dunia. UKM merupakan salah satu bagian
penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah
mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan
UKM.
UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan
masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat
kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan,
proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta
masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah
tersebut di atas (infoukm.wordpress.com).
Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang
memandang pentingnya keberadaan UKM, yaitu pertama karena kinerja UKM
cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua,
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena
sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dari pada
usaha besar (Berry, dkk, 2001). Lebih lanjut, usaha kecil dan usaha rumah tangga di
Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja,
meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga
(Kuncoro, 2000).
Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa
kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya
manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan
manajerial dan sumber daya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak
mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar
yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh
peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur
permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber
permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya
manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil
(sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena
persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih
kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap
usaha kecil.
Secara garis besar, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
juta umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan
hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan “aman” sudah
cukup. Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi
produksi; biasanya modal yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cashflow
saja. Bisa dipahami bila kredit dari BPR-BPR, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan
Pinjam-KUD) amat membantu modal kerja mereka.
Kedua, bagi pengusaha kecil dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1
milyar, tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Umumnya mereka mulai
memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha lebih lanjut. Berdasarkan pengamatan
Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang
dihadapi oleh pengusaha kecil jenis ini adalah (Kuncoro, 1997):
(1) Masalah belum memiliki sistem administrasi keuangan dan manajemen yang
baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan perusahaan;
(2) Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk
memperoleh pinjaman baik dari bank maupun modal ventura karena
kebanyakan pengusaha kecil mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan
kredit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi;
(3) Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut
pasar semakin ketat;
(4) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
(5) Masalah memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang
ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan
tingginya harga bahan baku;
(6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah
menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar
dikuasai perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti;
(7) Masalah tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah telah berupaya mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh UKM-UKM tersebut melalui regulasi-regulasi
untuk pengembangan UKM.
Pada masa Presiden Susilo Bambang Yodhoyono, pemerintah menekankan
pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) melalui pemberian dana
perkuatan kepada UMKM pada berbagai sektor ekonomi dan yang paling mendapat
sorotan paling banyak dari masyarakat adalah pada saat Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono meresmikan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program kredit untuk
sektor usaha mikro kecil menengah dan koperasi ini diberikan dengan pola
penjaminan pemerintah. Selaku penjamin kredit adalah Perum Sarana Pengembangan
Usaha (SPU) dan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Kredit ini disalurkan melalui
enam (6) Bank pelaksana yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank
Bukopin, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Pemberian kredit dengan jaminan pemerintah ini diharapkan bisa membuat
UMKM lebih berkembang hingga mencapai seluruh pelosok Indonesia. “Kami
memberikan kail agar bisa mencari ikan sendiri,” tutur Presiden Yudhoyono. Dan
Beliau juga mengajak agar masyarakat indonesia menjadikan pedoman bahwa
pengembangan koperasi dan UMKM adalah cara yang paling tepat dan cepat untuk
mengurangi kemiskinan sekarang ini (Tempointeraktif 5 November 2007).
Kota Tebing Tinggi adalah salah sat
digunakan untuk dapat menuju kota tersebut jika bertolak dari Kota Medan. Luas
wilayahnya 31 km² dan penduduk berjumlah 125.000 jiwa (Wikipedia bahasa
Indonesia).
Dibidang Usaha Kecil Menengah dan Koperasi, sasaran program Pemko
Tebing tinggi adalah meningkatkan ekonomi daerah yang bertumpu pada ekonomi
kerakyatan, dan dilakukan berupa program penciptaan, pengembangan dan
pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi dengan beberapa
indikator keberhasilan meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah 5,33%,
meningkatnya jumlah UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan Koperasi yang
memperoleh bantuan alat dan dana bergulir sebesar Rp.2,5 M.
Keberhasilan pemberdayaan UMKM dengan bertambahnya jumlah UMKM
dan penyerapan jumlah tenaga kerja,tahun 2007 ada 4.410 unit UMKM dan
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
perdagangan sebanyak 1.882 unit jika dilihat dari aspek ini setidaknya ada 3 orang
tenaga kerja yang bisa diserap untuk setiap unitnya UKM dan diperkirakan
pertumbuhan penyerapan tanaga kerja 2006-2007 rata-rata 2,36%, sektor
perdagangan merupakan terbesar menyerap tanaga kerja 52,44% dari seluruh tenaga
kerja UKM.
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, penulis yang
merupakan penduduk kota tebing Tinggi, menjadi bergairah dan tertarik untuk
meneliti mengenai “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha
Kecil Di Kota Tebing Tinggi”. Penelitian terhadap judul diatas dilakukan melihat
sampai saat ini Kota Tebing Tinggi memiliki relatif banyak usaha kecil yang setiap
tahunnya berkembang secara signifikan.
1. 2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai
dasar kajian penelitian yang dilakukan. Perumusan masalah dibatasi pada hal-hal
yang berhubungan langsung dengan penerimaan usaha kecil di Kota Tebing Tinggi ,
antara lain modal usaha, jumlah tenaga kerja, dan jam kerja dari usaha kecil tersebut.
Dari hal tersebut penulis membuat rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana pengaruh modal usaha terhadap penerimaan Usaha Kecil di Kota
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
2. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap penerimaan Usaha Kecil di
Kota Tebing Tinggi ?
3. Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap penerimaan Usaha Kecil di Kota
Tebing Tinggi ?
1. 3. Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek
penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan permasalahan
diatas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
0
log
log
〉
∂
∂
K
Y
, artinya jika terjadi kenaikan pada K (Modal Usaha), maka
Y (Penerimaan Usaha Kecil) mengalami kenaikan, ceteris paribus.
0
log
log
〉
∂
∂
L
Y
, artinya jika terjadi kenaikan pada L (Jumlah Tenaga
Kerja), maka Y (Penerimaan Usaha Kecil) mengalami kenaikan, ceteris
paribus.
0
log
log
〉
∂
∂
T
Y
, artinya jika terjadi kenaikan pada T(Jam Kerja), maka Y
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
• Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal usaha terhadap penerimaan
usaha kecil di Kota Tebing Tinggi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap
penerimaan usaha kecil di Kota Tebing Tinggi.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jam kerja terhadap penerimaan usaha
kecil di Kota Tebing Tinggi.
• Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa dan masyarakat yang
tertarik untuk mengetahui tentang usaha kecil di Kota Tebing Tinggi.
2. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang penelitian bagi
penulis.
3. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas
Ekonomi terutama mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan USU yang
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS
2. 1 Usaha Kecil dan Menengah
Penganugerahan hadiah Nobel kepada DR. M. Yunus dari Banglades atas
usaha memberantas kemiskinan dengan menumbuhkan dan memajukan UKM di
negaranya merupakan bukti pengakuan dunia atas peran penting UKM bagi
kesejahteraan masyarakat dunia.
UKM merupakan sektor usaha yang bersentuhan langsung dengan aktifitas
ekonomi rakyat sehari-hari. Dalam skala usahanya yang kecil, bahkan sangat kecil
sehingga disebut mikro, UKM tidak jarang harus hidup dengan cara gali lubang tutup
lubang. Sangat minim bahkan ada yang sama sekali tidak pernah mengalami sentuhan
manajemen usaha, segala sesuatunya berjalan begitu saja, sebagai suatu wujud
komitmen untuk menghidupi keluarga, melayani sesama, memberikan pekerjaan
kepada saudara atau tetangga. Tak heran sektor ini paling sering dikelompokkan
sebagai yang tidak bankable (tidak memenuhi syarat untuk dilayani kredit
perbankan).
Meskipun tidak bankable, selalu saja ada pihak tertentu yang melayani
sektor UKM dalam hal pemenuhan kebutuhan modal kerja atau modal usahanya, baik
itu secara individual, sebagai suatu usaha bersama, maupun oleh lembaga keuangan
formal. Ada pihak-pihak tertentu yang mengkoordinir penghimpunan dana secara
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
ada pula yang secara terang-terangan berperan sebagai rentenir, menyediakan
pinjaman uang secara cepat dengan mengenakan bunga pinjaman yang sangat tinggi.
Pihak-pihak tersebut ada yang operasionalnya memiliki landasan hukum, ada pula
yang sama sekali tidak.
Ironis memang, UKM yang diakui peranannya dalam mengerakkan
perekonomian, sering kali merupakan pihak yang sangat lemah posisinya dalam
berhubungan dengan sumber modal/dana. Gambaran di atas memang tidak
mengambarkan kondisi nyata UKM secara keselurahan, akan tetapi secara kasat mata
memang masih banyak nasib UKM yang cukup miris. Ada cukup banyak pula UKM
yang sudah relatif maju, memiliki manajemen usaha yang memadai, telah
berhubungan dan bahkan mendapat pinjaman dari Bank.
Pertanyaannya adalah bagaimana menumbuhkan UKM-UKM baru dan
melakukan penguatan terhadap UKM yang sudah ada? Ini adalah sebuah tantangan
yang perlu mendapat perhatian kita semua, karena dengan banyaknya UKM yang
kuat dan mandiri, akan memperkokoh perekonomian nasional dalam menghadapi
krisis ekonomi yang secara berkala pasti mampir dalam perekonomian di banyak
negara.
Sebagaimana diungkapkan diawal tulisan ini, bahwa UKM terbukti relatif
tangguh dalam menghadapi badai krisis ekonomi. Kondisi ini sebenarnya juga
disadari dan diidentifikasi oleh beberapa lembaga keuangan besar, sebagai peluang
penyaluran kredit yang potensial. UKM dipandang potensial, karena secara kumulatif
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
dalam menghadapi krisis ekonomi. Akan tetapi, sebagaimana karakteristik UKM
yang beroperasi secara sederhana, banyak pula yang belum tertata dalam manajemen
usaha yang sederhana sekalipun, sehingga merupakan hambatan besar untuk dapat
memiliki akses ke dunia perbankan.
Ada beberapa pihak yang secara khusus berkecimpung dan ikut
menghantarkan cukup banyak UKM menjadi usaha yang lebih besar, kuat dan
mandiri. Diantaranya Lembaga Koperasi Simpan Pinjam, atau mulai dikenal sebagai
Credit Union (CU), Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). CU
sangat aktif mengenalkan pecatatan dan perencanaan keuangan kepada masyarakat,
sekaligus sebagai sarana rekrutmen dan pembinaan anggotanya. BPR dalam peran
intermediasinya banyak memberikan edukasi manajerial kepada UKM sehingga layak
mendapatkan pinjaman modal dari Bank. BRI sebagai bank yang tertua di Indonesia,
adalah bank yang paling dikenal dan tersebar luas untuk melayani transaksi
perbankan sampai masyarakat perdesaan, meskipun belakangan juga sangat aktif
mengarap transaksi-transaksi besar di perkotaan.
Berbagai pihak telah memainkan peran positifnya dalam menumbuhkan dan
mengokohkan sektor UKM, akan tetapi sampai saat ini UKM belum mampu secara
signifikan menunjukkan kedigdayaannya dalam perekonomian di Indonesia, hanya
sebatas potensi yang perlu dikembangkan. Berbagai hambatan dalam pengembangan
UKM belum berhasil ditangani secara komprehensif, bahkan seringkali terkesan
tumpang tindih hingga dicurigai ditunggangi agenda politik tertentu. Program
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
(KUR), oleh sebagian pihak dianggap menafihkan pranata ekonomi yang ada dan
dicurigai sebagai kebijakan populis menjelang perhelatan akbar politik pada tahun
2009.
PNPM Mandiri dan KUR adalah program yang bersifat stimulus,
motivasional, dan temporer. Program-program tersebut akan sangat bermanfaat
apabila mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mengelola
ekonominya, sehingga pada tahapan selanjutnya telah dapat berinteraksi secara
mandiri dengan lembaga ekonomi yang ada dalam sistem perekonomian nasional.
Karenannya sasaran yang tepat program-proram tersebut haruslah pada masyarakat
belum memiliki akses kepada lembaga keuangan formil yang ada. Dengan program
yang ada dan edukasi melalui pendampingan, maka UKM-UKM yang tumbuh dari
masyarakat diharapkan dapat berdiri mandiri dan bersaing dengan kelompok usaha
lainnya, bahkan menjadi soko guru bagi perekonomian nasional. Untuk itu
pemerintah juga harus mendorong berdirinya lembaga-lembaga ekonomi dan
keuangan yang dapat diakses dengan mudah oleh segala lapisan masyarakat.
Penyebaran lembaga keuangan yang dapat dengan mudah diakses oleh
segala lapisan masyarakat adalah kebutuhan yang mendesak untuk mengakserasi
pertumbuhan dan penguatan UKM-UKM. Diantaranya Koperasi, khususnya CU, dan
BPR. Perkembangan CU di Kalimantan Barat belakangan ini cukup membanggakan,
terutama didukung oleh pelaksanaan edukasi anggota/calon anggota yang konsisten
dan upaya-upaya pengembangan kemampuan manajerial yang telah mendapat
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
perkoperasian kita belumlah terlalu mengembirakan, faktor tidak adanya kwalifikasi
atau kompetensi standar yang ditetapkan untuk calon pengurus Koperasi dan
lemahnya pembinaan maupun pengawasan pihak berwenang, menjadikan banyak
Koperasi hanya berdiri sebatas papan nama atau dalam kondisi mati suri. Alternatif
lain untuk mengisi kebutuhan lembaga keuangan yang mampu menstimulus dan
mengakserasi pertumbuhan dan penguatan UKM di daerah-daerah adalah dengan
mendirikan BPR di daerah-daerah.
2. 1. 1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah
Usaha kecil dan menengah saat ini merupakan usaha yang masih dapat
bertahan di tengah badai krisis moneter yang berkepanjangan. Untuk itu, pemerintah
berupaya dengan keras untuk membina usaha kecil dan menengah, guna menjadikan
usaha ini penyumbang devisa bagi negara. Untuk dapat memberikan gambaran
tentang usaha kecil dan menengah, akan dijelaskan terlebih dahulu definisi usaha
kecil dan usaha menengah.
Beberapa lembaga atau instansi bahkan undang-undang (UU) memberikan
definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), Adapun definisi tersebut antara lain sebagai
berikut :
1. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK),
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha
milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari
Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
2. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas
tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias
usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
3. Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan
usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset
per tahun tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva
setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri
dari :
(1) badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan
(2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan,
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
4. Berdasarkan Udang-undang Nomor 9 Tahun 1995, usaha kecil didefinisikan
sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan yang memenuhi
kriteria-kriteria sebagai berikut :
• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah)
• Milik warga negara Indonesia
• Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
• Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Sedangkan usaha menengah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang
mempunyai kriteria kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan lebih besar dari
pada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil, biasanya
mempunyai aset Rp.l0.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha dan omset tahunan Rp. 50.000.000.000,-. Selain itu, berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 250.KMK.04/1995, tanggal 2 Juni 1995, perusahaan
kecil dan menengah adalah perusahaan yang penjualan bersih setahun tidak
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
5. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah
entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
(1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan
(2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha
yang memiliki kriteria sebagai berikut :
(1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan
(2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2. 1. 2 Tantangan, Kendala, Dan Peluang Usaha
Melihat sangat banyaknya usaha kecil dan menengah di Indonesia, hal ini
sudah pasti menyerap banyak tenaga kerja dan terjadinya pemerataan pendapatan.
Kondisi ini menjadikan pemerintah wajib memberikan dukungan kepada usaha kecil
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
usaha kecil dan menengah cukup tinggi, tetapi peluangnya sangat prospektif. Adapun
kendala, tantangan, dan peluang usaha yang dimaksud adalah seperti berikut:
1. Tantangan yang dihadapi usaha kecil dan menengah
a) GATT/WTO
b) AFTA tahun 2003
c) APEC tahun 2020
d) Blok-blok perdagangan dan investasi lain
2. Kendala yang dihadapi usaha kecil dan menengah
a) Kualitas sumber daya manusia rendah
b) Tingkat produktivitas & kualitas produk dan jasa rendah
c) Kurangnya teknologi dan informasi
d) Faktor produksi, sarana & prasarana belum memadai
e) Aspek pendanaan & pelayanan jasa pembiayaan
f) Iklim usaha yang belum mendukung (peraturan perundangan persaingan
sehat)
g) Koordinasi pembinaan belum berjalan
3. Peluang usaha kecil dan menengah
a) Adanya komitmen politik pemerintah
b) Pembangunan yang makin berkeadilan dan transparan
c) Ketersediaan SDM yang berkualitas (eks PHK)
d) Sumber daya lama yang beraneka ragam
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
f) Apresiasi US dolar yang sangat tinggi.
Adanya tantangan dan kendala yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah,
yang diimbangi dengan peluang usaha yang terbuka dengan lebar, tentunya tidak
akan dibiarkan begitu saja oleh pemerintah. Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan
keluar dengan sebaik-baiknya. Apalagi pemerintah menyadari usaha kecil dan
menegah masih dapat menyerap tenaga kerja di tengah situasi perekonomian yang
sedang terpuruk.
Melihat kondisi ini, tentunya bagi pengusaha kecil dan menengah harus
dijadikan tonggak awal bagi pengembangan dan kesempatan usaha yang
seluas-luasnya, terutama untuk menggantikan posisi pengusaha besar yang sedang terpuruk.
Pemerintah tentunya akan membantu pengusaha kecil dan menengah untuk
mengembangkan usaha, tanpa melihat besar atau kecilnya skala usaha yang
dilakukan.
2. 2 Aspek-Aspek Produksi
2. 2. 1 Pengertian Produksi
Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input), atau sering disebut
sebagai faktor produksi. Dengan demikian kegiatan produksi tersebut adalah proses
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
atas dapat dimengerti bahwa setiap variabel input dan output mempunyai nilai yang
positif. (I Gusti Ngurah Agung, 1994, hal 9).
Dalam ilmu ekonomi, istilah produksi mencakup jenis aktivitas yang jauh
lebih luas dibanding pengertian sehari-hari. Menurut konteks ini produksi dapat
diartikan sebagai hubungan fisik antara masukan (input) dan keluaran (output).
Pengertian seperti ini sering disebut sebagai ”proses produksi”. Sedangkan fungsi
yang menggambarkan keadaan seperti ini dinamakan ”fungsi produksi”.
Adapun unsur-unsur ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah produksi
ini diantaranya adalah pendapatan sekaligus berhubungan dengan laba/rugi, biaya
produksi, efisiensi, produktivitas, dan lain-lain.
2. 2. 2 Konsep dan Tahap Produksi
Menurut Kadariah (1994:Hal 100), secara umum, konsep produksi dapat
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
a. Produk Total (Total Product)
Merupakan jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan
selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki oleh
perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi
dari input/faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi
oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan. Dalam hal ini fungsi produksi total
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
TP = f (FP)
Artinya bahwa produksi total itu merupakan variabel dependen (bergantung) terhadap
faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variable independent dimana:
TP = Total Product (produksi total)
FP = Factor of Production (faktor produksi)
b. Produksi Rata-rata (Average Product)
Merupakan produksi rata-rata yang dihasilkan oleh setiap unit (satuan)
faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan total produksi dengan
jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
AP =
FP TP
Dimana : AP = Average Product (produksi rata-rata)
TP = Total Product (total produksi)
FP = jumlah faktor produksi yang digunakan
c. Produksi Marginal (Marginal Product)
Merupakan perubahan (pertambahan atau penurunan) produksi yang diperoleh
seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan demikian konsep ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
MP = Q = Qn – Qn-1
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
MP = Marginal Product (perubahan produksi)
Qn = total produksi setelah penambahan faktor produksi
Qn-1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi
Disamping konsep-konsep produksi di atas, aspek produksi lainnya
yang juga harus tetap diperhatikan dalam rangka kesinambungan
perusahaan adalah masalah tahap-tahap produksi.
[image:31.612.156.454.286.528.2]Untuk lebih jelasnya tentang tahap-tahap produksi ini dapat dilihat dalam
gambar sebagai berikut :
Y (output)
TP
Tahap I Tahap II Tahap III
AP
0 A B MP X (Input)
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Dengan mengetahui tahap-tahap tersebut diharapkan pihak perusahaan akan
dapat mengantisipasi dengan pengambilan strategi-strategi yang tepat dalam
mempertahankan eksistensi dan kemajuan perusahaan. Hal ini perlu diterapkan
karena tahap-tahap ini berlaku dan akan selalu dijumpai pada semua perusahaan yang
melakukan kegiatan produksi. Tahap-tahap produksi yang dimaksud adalah :
• Tahap I, sering disebut dengan Increasing Average Returns
Tahap ini ditandai dengan kenaikan produksi rata-rata, karena kenaikan
jumlah faktor produksi. Hal ini ditunjukkan dari penggunaan input awal
sampai pada perpotongan marginal product dengan average product.
Adapun dampak yang mungkin timbul dari situasi seperti ini adalah bahwa
efisiensi faktor produksi juga akan meningkat.
• Tahap II, sering disebut dengan Decreasing Average Returns
Dalam Tahap ini akan dijumpai produksi rata-rata yang mengalami
penurunan sekaligus produksi marginalnya. Dalam hal ini produksi
marginal masih tetap berada pada nilai yang positif seiring dengan kenaikan
produksi total. Dilain pihak meskipun dalam produksi rata-rata terjadi
penurunan, namun efisiensi faktor produksi tetap mengalami peningkatan.
Dimulsi dari MP = AP sampai pada maksimum total product (TP) dengan
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
• Tahap III, sering disebut All Product Decreasing Returns
Dikatakan demikian karena semua yang berhubungan dengan produksi
pada tahap ini akan mengalami penurunan. Dalam tahap ini baik total,
average, maupun marginal product semuanya mengalami penurunan.
Selanjutnya hal yang dijumpai pada tahap ini adalah bahwa produksi
marginal memiliki nilai yang negative, berbeda dengan tahap ke II dimana
marginal product bernilai positif. Adapun faktor yang menyebabkan hal ini
adalah karena dalam tahap ini produksi total juga mengalami penurunan.
Disamping itu hal yang juga terjadi adalah bahwa efisiensi faktor produksi
mengalami penurunan juga.
2. 2. 3 Fungsi Produksi dan Return to Scale
Seperti yang telah diuraikan terlebih dahulu bahwa fungsi produksi
menggambarkan hubungan (keterkaitan) antara output (produksi) dengan input
(faktor produksi) yang dihasilkan dan dimiliki oleh sebuah perusahaan. Bent
adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Ia diusulkan ole
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2.2 : Dua Input Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Dengan demikian fungsi produksi secara umum dapat dirumuskan dengan :
Y = K AL
di mana:
• Y = total produksi (nilai moneter semua barang yang dihasilkan dalam
satu tahun)
• L
• K
• A
• dan adalah elastisitas output tenaga kerja dan modal, masing-masing.
Nilai-nilai yang konstan ditentukan oleh teknologi yang tersedia.
Elastisitas Output mengukur respon output untuk perubahan baik di tingkat
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
jika = 0,15, 1% peningkatan tenaga kerja akan mengakibatkan sekitar 0,15%
dengan peningkatan output.
Lebih jauh lagi, jika:
+ = 1,
skala fungsi produksi kembali
meningkat sebesar 20%, Y meningkat 20%. Jika
+ <1,
kembali ke skala yang menurun, dan jika
+ > 1
kembali ke skala yang meningkat. Dengan asumsi
dapat ditampilkan untuk menjadi tenaga kerja dan modal dari berbagi output.
Untuk faktor produksi ini berlaku sebuah rumusan yang dinamakan dengan
hukum petambahan hasil yang semakin menurun (berkurang) yang sering disebut
sebagai ”The Law of Diminishing Returns”. Hukum ini mengemukakan bahwa
dengan dilakukannya penambahan input (faktor produksi) sampai dengan batas
tertentu akan dapat meningkatkan produksi. Namun jika dilakukan penambahan
secara terus menerus tanpa beraturan, maka dampak yang mungkin saja timbul adalah
bahwa produksi akan mengalami penurunan (Walter Nicholson, 1995, Hal: 184).
Hukum ini pada awalnya ditandai dengan terjadinya kenaikan output seiring dengan
dilakukannya penambahan input sampai dengan batas tertentu. Demikian pula dengan
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Menurut prinsip ini sebuah perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan atau
bahkan memberdayakan faktor produksi yang dimiliki secara baik dan tepat tanpa
melakukan pemborosan (inefisiensi). Dengan diberlakukannya prinsip yang
demikian, maka perusahaan akan dapat menghemat bahakan mengatur dan
mengontrol produksi yang akan dihasilkan. Produksi tersebut tidak akan mengalami
kenaikan secara drastis dan tidak mengalami penurunan yang drastis pula. Namun
yang diharapkan adalah kenaikan secara perlahan-lahan sehingga akan dapat bertahan
dalam jangka waktu yang lama serta dapat mempengaruhi baik eksistensi dan
kesinambungan perusahaan.
Demikian pula halnya jika produksi mangalami penurunan, sebaliknya
penurunan yang terjadi janganlah terlalu drastis, tapi secara bertahap. Dengan kondisi
seperti ini perusahaaan akan dapat mengantisipasi melalui upaya-upaya terpadu
dalam rangka menaikkan produksi kembali. Jika hal ini dapat diantisipasi, perusahaan
pasti tidak akan kelabakan dalam menghadapinya serta tidak akan mengalami
kerugian dalam jumlah yang relatif besar. Dilain pihak untuk mengetahui tentang
hubungan antara penambahan input dengan output yang dihasilkan maka dapat
digunakan suatu fungsi yang dinamakan fungsi ”Return to Scale”. Dengan kata lain
fungsi ini digunakan unutk mengetahui apakah penambahan faktor produksi yang
dilakukan akan memberikan hasil yang melebihi penambahan input tersebut, ataukah
hasil yang seimbang atau sebaliknya, hasil akan menurun seiring dengan penambahan
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Dalam hal ini terdapat tiga jenis fungsi return to scale (Walter Nicholson,
1994, Hal 218).
Untuk ketiga kasus diatas, dapat dirumuskan dengan :
Y = aX1b1X2b2e
Dari persamaan diatas maka :
1. Decreasing return to scale terjadi bila (b1+b2) < 1
Berarti proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan
hasil produksi. Dengan kata lain proporsi pertambahan hasil adalah lebih rendah
dibanding proporsi penambahan faktor produksi.
2. Constant Return to Scale terjadi bila (b1+b2) = 1
Berarti proporsi penambahan faktor produksi adalah proporsi terhadap
pertambahan produksi yang dihasilkan. Dengan kata lain bahwa pertambahan hasil itu
adalah seimbang dengan pertambahan faktor produksi.
3. Increasing Return to scale terjadi bila (b1+b2) > 1
Berarti proporsi pertambahan hasil yang diperoleh adalah lebih besar dari
pada penambahan faktor produksi yang dilakukan.
Untuk sebuah perusahaan pada umumnya menginginkan fungsi return to scale
yang kedua dan ketiga. Alasannya adalah bahwa untuk kasus fungsi Decreasing
Return to Scale (1), biasanya perusahaan akan rugi. Sementara untuk fungsi yang
kedua dan ketiga, perusahaan berada pada posisi yang berimbang (tidak untung dan
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Hal ini juga dikaitkan dengan masalah produktivitas perusahaan, yakni
keluaran rata-rata yang dihasilkan oleh tiap unit (satuan) fungsi produksi. Dimana
produktivitas yang tinggi merupakan dambaan semua perusahaan, artinya tiap unit
faktor produksi dapat menghasilkan output yang lebih tinggi dibanding perusahaan
lainnya. Dengan demikian tambahan (kelebihan) hasil yang diperoleh tersebut akan
membuat perusahaaan itu lebih unggul atas perusahaan lainnya. Tinggi rendahnya
produktivitas perusahaan banyak ditentukan oleh kualitas manusia yang bekerja/
tenaga kerjanya. Syarat yang dibutuhkan untuk terciptanya produktivitas yang tinggi
adalah tingkat pendidikan yang dimiliki, berarti semakin tinggi pendidikian karyawan
biasanya produktivitas yang dihasilkan juga akan naik.
Dengan kondisi seperti ini, dimana perusahaan mengharapkan tenaga kerja
dengan keahlian (skill) yang tinggi maka faktor produksi tenaga kerja mungkjin saja
dijadikan sebagai prioritas utama dalam pengembangan perusahaan. Hal ini bukan
berarti faktor produksi lainnya menjadi tidakperlu. Namun tenaga manusia akan
dijadikan sebagai pengontrol faktor produksi lainnya, sehingga akan tercipta efisiensi,
produksi, produktivitas yang tinggi sekaligus akan memberikan kenaikan pendapatan
dan laba perusahaan.
2. 2. 4 Pengertian Penerimaan
Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen
akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima
oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi
penerimaan diistilahkan revenue.
Anda bisa melihat sekitar lingkungan tempat tinggal Anda, seperti seseorang
menjajakan goreng pisang atau lainnya, maka akan diterima sejumlah uang dari
penjualan goreng pisang tersebut dan ini merupakan penerimaan bagi orang tersebut.
Dari contoh di atas misalkan penjual pisang goreng tersebut memperoleh uang
20.000,- dan harga pisang goreng perbuah Rp. 200,00 maka jumlah pisang goreng
yang dijual sebanyak 100 pisang goreng. Oleh sebab itu jumlah penerimaan
ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah produk (barang yang dihasilkan) dan harga
produk tersebut. Jadi semakin banyak jumlah barang yang dijual semakin besar
jumlah penerimaan.
2. 3 Ketenagakerjaan
2. 3. 1 Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri
manusia yang dikaitkan dengan perdagangan di berbagai kegiatan atau usaha yang
ada keterlibatan manusia, yang dimaksud adalah keterlibatan unsur-unsur jasa atau
tenaga kerja. Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk
pada usia kerja (15-64 tahun), dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja itu adalah
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
disamping sumber alam, modal, dan teknologi.Ditinjau dari segi umum pengertian
tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang
dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan
masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.
Tenaga kerja menurut Payaman Simanjutak adalah ”Penduduk yang sudah
bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Batas umum tenaga kerja adalah 10 tahun
tanpa batas maksimum”.
Menurut UU No.25 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok
ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau
wanita yang sedang mencari pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan
kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk mencari
kerja. Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah,
ibu rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.
Pengertian penduduk yang bekerja adalah :
1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau
bekerja dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit satu jam
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
2. Mereka yang sebelum seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan
pekerjaan, tetapi mereka adalah pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintah
atau swasta yang sedang tidak masuk bekerja, petani-petani yang tidak bekerja
karena menunggu masa panen dan orang-orang yang bekerja dibidang
keahlian seperti dokter, tukang pangkas dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam kelompok penganggur adalah mereka yang
tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu.
2. 3. 2 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam pasar tenaga kerja adalah,
ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labor) dan
penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah
(Kusumosuwidho,1981). Ketidakseimbangan itu dapat berupa lebih besarnya
penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (adanya excess supply of
labor) dan sebaliknya, permintaan lebih besar dibandingkan penawaran tenaga kerja
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
W W
SL
SL
SL
E Excess SL
We W1
D
DL
0 Ne 0 N1 N2
(1) (2)
W
SL
W2
Excess DL DL
0 N3 N4
Gambar 2.3
Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Keterangan :
SL = Penawaran Tenaga Kerja (Supply of labor)
DL = Permintaan Tenaga Kerja (Demand of labor)
W = Upah riil
[image:42.612.129.504.112.445.2]Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Penjelasan Gambar :
1. Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan
jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada
tingkat upah keseimbangan We. Dengan demikian titik keseimbangan adalh di
titik E. Disini tidak ada excess supply of labor maupun excess demand for
labor. Pada tingkat upah keseimbangan We maka semua orang yang ingin
bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak ada yang menganggur. Secara ideal
keadaan ini disebut full employment
2. Pada ganbar kedua terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah
W1, penawaran kerja (SL) lebih besar daripada permintaan akan tenaga kerja
(DL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya untuk bekerja adalah
sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang
yang menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak N1N2.
3. Pada gambar ketiga terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat W2
permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga
kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja pada
tingkat upah W2 adalah sebanyak N3, sedangkan yang diminta adalah
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Ada beberapa faktor yang menentukan permintaan tenaga kerja yaitu antara
lain :
1. Elastisitas permintaan output terhadap laju perubahan harga output, ketika
harga output meningkat namun diikuti peningkatan permintaan output maka
permintaan tenaga kerja akan tetap meningkat.
2. Perbandingan biaya untuk input tenaga kerja dengan total biaya. Apabila
perbandingannya meningkat maka input tenaga kerja yang dipergunakan akan
meningkat pula.
3. Kemampuan substitusi oleh input lain. Misalnya input modal teknologi, jika
penggunaan teknologi lebih efisien dan efektif daripada penggunaan tenaga
kerja maka akan terjadi penurunan permintaan tenaga kerja.
4. Elastisitsas penawaran input lain. Apabila input lain lebih elastis tehadap
perubahan harga dibanding input tenaga kerja maka permintaan tenaga kerja
akan menurun.
The law of diminishing return (hukum hasil lebih yang semakin berkurang)
menyatakan hubungan antara input produksi (misalnya tenaga kerja) dengan output.
Secara spesifik, hukum hasil yang semakin berkurang mengatakan bahwa kita akan
memperoleh semakin sedikit tambahan output bila kita menambah secara terus
menerus sejumlah yang sama tambahan input, sementara tetap mempertahankan input yang lainnya.
Hukum atau kaidah ini merupakan hubungan ekonomi penting yang sering
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
universal pada semua tingkat teknologi. Penambahan beberapa unit pertama akan
memberikan tambahan output yang semakin meningkat, karena sejumlah tenaga kerja
tertentu memang dibutuhkan, akan tetapi pada tahap-tahap berikutnya hukum hasil
yang lebih yang semakin berkurang, akan berlaku pada sebagian besar tingkat
teknologi.
Sebagai rangkumannya, hukum hasil lebih yang semakin berkurang ( law of
diminishing return) pada intinya menyatakan bahwa penambahan suatu input,
semetara input-input lain tetap, akan meningkatkan total produksi. Akan tetapi
penambahan total output itu cenderung berkurang dari waktu ke waktu.
2. 4 Modal
Yang dimaksud dengan modal adalah
dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan
berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan
sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan
modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam
Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal
yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjama
Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi
mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya
Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal
masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan
hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah
pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud
dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah dan
digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah
Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar.
Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang.
Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan
modal lancar adalah modal yang habus digunakan dalam satu kali proses produksi.
Misalnya, bahan-bahan baku.
2. 5 Jam Kerja
2. 5. 1 Pilihan Antar Waktu
Banyak keputusan dalam ekonomi yang memperhatikan masalah waktu.
Konsumen harus memilih antara tingkat pengeluaran (konsumsi) pada periode waktu
sekarang atau pada masa yang akan datang. Perusahaan juga harus memilih apakah
akan berproduksi sekarang atau pada masa yang akan datang. Baik rumah tangga
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
yang akan habis dikonsumsi selama jangka waktu tertentu (barang tahan lama).
Barang-barang tahan lama tersebut sering juga disebut durable goods. Misalnya
mobil, kulkas, rumah dan sebagainya. Keputusan-keputusan mengenai pengalokasian
sumber daya selama beberapa waktu yang berbeda tersebut disebut pilihan antar
waktu.
2. 5. 2 Produksi Antar Waktu
Dalam perekonomian yang subsisten (misalnya perekonomian Robinson
Crusoe), konsumen juga bertindak sebagai produsen. Sebelum barang-barang yang
dipertukarkan, terlebih dahulu harus diproduksikan. Kurva batas kemungkinan
produksi akan menggantikan garis anggaran sebagai kendala untuk memaksimalkan
kepuasan (utilitas). Jumlah konsumsi yang ”dilupakan” sekarang bisa diinvestasikan
untuk produksi barang pada masa yang akan datang.
2. 5. 3 Kemungkinan-Kemungkinan Antar-Waktu
Batas kemungkinan produksi antar waktu atau intertemporal production
possibility boundary (PBB) menunjukkan kombinai barang-barang atau claims yang
bisa dihasilkan selama dua periode waktu, t0 dan t1, dengan asumsi-asumsi tertentu.
Batas tersebut menganggap bahwa teknologi dan endowments sumber daya
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji
hipotesis penelitian. Data dan atau informasi yang tepat dan relevan dengan masalah
yang dibahas diharapkan dapat menggambarkan kesimpulan yang lebih baik dan
bermutu. Dalam BAB III ini akan dikemukakan mengenai proses pengumpulan data
tersebut serta rencana pengolahannya.
3. 1. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Tebing Tinggi Sumatera Utara. Penelitian ini
mencakup usaha kecil jenis pedagang yang diwakili 4 jenis usaha saja yaitu;
Pedagang Ikan Asin, Pedagang Sembako, Pedagang Peralatan Dapur, dan Pedagang
Jajanan.
3. 2. Populasi dan Sampel a) Populasi
Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha kecil yang
ada di Kota Tebing Tinggi. Jumlah dari populasi ini sendiri adalah tak hingga karena
belum ada data konkret yang di keluarkan oleh pihak-pihak yang berwenang
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
b) Sampel
Mengingat populasi penelitian ini banyak maka untuk efesiensi waktu, biaya
dan tenaga akan dilakukan sampling terhadap populasi yang dianggap mewakili
populasi secara keseluruhan dalam penelitian. Sampel penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sample
berdasarkan pertimbangan tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60
usaha kecil yang terdiri dari 4 (empat) jenis usaha kecil dan dari tiap jenis usaha kecil
diambil sebanyak 15 sample.
Tabel 3. 1
Distribusi Sample Jenis Pedagang Pedagan
Ikan Asin
Pedagang Sembako
Pedagang Jajanan
Pedagang Peralatan Dapur
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
5 5 5 5
6 6 6 6
7 7 7 7
8 8 8 8
9 9 9 9
10 10 10 10
11 11 11 11
12 12 12 12
13 13 13 13
14 14 14 14
[image:49.612.122.517.277.596.2]Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
3. 3. Jenis dan Tehnik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer atau data lapangan.
- Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS), penelitian ilmiah
sebelumnya dan tulisan-tulisan ilmiah lain yang berhubungan dengan penelitian
ini.
- Data primer diperoleh penulis dengan melakukan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
a. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
pertanyan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden.
b. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan.
c. Depth Interview, melakukan wawancara atau tanya jawab langsung kepada
para responden.
3. 4. Model Analisis
Permasalahan yang akan dibahas adalah sampai sejauh mana pengaruh faktor
modal usaha (K), tenaga kerja (L), dan jam kerja (T) terhadap Penerimaan usaha kecil
di kota Tebing Tinggi dengan menggunakan analisis regresi berganda karena variabel
dependen dipengaruhi tiga variabel independen. Dalam pengolahan data penelitian ini
akan menggunakan program komputer e-views 5.0.
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
Fungsi matematikanya adalah Fungsi Cobb Douglas sebagai berikut:
Y = K 1 L 2 T 3………. 1)
Kemudian fungsi diatas ditransformasikan ke dalam model ekonometrika dengan
persamaan regresi linear berganda dalam bentuk Logaritma sebagai berikut :
logY = + 1log K + 2log L + 3log T + ………. 2)
Dimana :
Y = Penerimaan Usaha Kecil (Rupiah)
α = Intercept/Konstanta
K = Modal Usaha (Rupiah)
L = Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
T = Jam Kerja (Jam)
β1,β2,β3 = Koefisien Regresi
µ = Error Terms
3. 5. Test of Goodness of Fit
Untuk menganalisa model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:
3. 5. 1 Koefisien Determinasi (R²)
Uji ketepatan perkiraan (R²) dilakukan untuk mendeteksi ketepatan paling
baik dari garis regresi. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai koefisien
determinasi R² merupakan besaran nilai non negatif. Besarnya nilai koefisien
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, sebaliknya nilai koefisien determinasi 1 berarti suatu kecocokan sempurna
dari ketepatan pekiraan model.
3. 5. 2 Uji F (Overall Test)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesa yang dipakai sebagai berikut:
• Ho: b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
• Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Cara menentukan kriteria dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel
sebagai berikut:
Jika F hitung > dengan F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
semua variabel independen secara bersama-sama merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen begitu pula sebaliknya.
3. 5. 3 Uji t (Partial Test)
Uji statistik t (uji parsial) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
dengan hipotesa sebagai berikut:
• Hipotesis nol atau Ho: bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan
Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009
• Hipotesis alternatif atau Ha: bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel maka
menolak Ho dan menerima Ha artinya ada pengaruh antara variabel dependen
terhadap variabel independen dengan derajat keyakinan yang digunakan adalah = 1
%, = 5%, = 10 %, dan begitu pula sebaliknya.
3. 6. Uji Asumsi Klasik
3. 6. 1 Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk memastikan µ (error term) tersebar normal. Jika µ
ter