PENGENDALIAN KUALITAS MENGGUNAKAN MODEL
FUZZY GOAL PROGRAMMING
SKRIPSI
KIKI WINARTI 050803056
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGENDALIAN KUALITAS MENGGUNAKAN MODEL
FUZZY GOAL PROGRAMMING
SKRIPSI
KIKI WINARTI 050803056
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGENDALIAN KUALITAS MENGGUNAKAN
MODEL FUZZY GOAL PROGRAMMING
Kategori : SKRIPSI
Nama : KIKI WINARTI
Nomor Induk Mahasiswa : 050803056
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan,02 September 2009
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si Drs. Marwan Harahap, M.Eng
NIP. 130 810 774 NIP.130 422 443
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
PENGENDALIAN KUALITAS MENGGUNAKAN MODEL FUZZY GOAL PROGRAMMING
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 02 September 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan limpahan dan karunia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
ABSTRAK
QUALITY CONTROL USE FUZZY GOAL PROGRAMMING MODEL
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1Latar Belakang 1
1.2Perumusan Masalah 2
1.3Tujuan Penelitian 3
1.4Kontribusi Penelitian 3
1.5Tinjauan Pustaka 3
1.6Metode Penelitian 5
Bab 2. Landasan Teori 6
2.1 Quality Control (Pengendalian Kualitas) 6
2.1.1 Definisi Kualitas 7
2.1.2 Macam-macam Kualitas 7
2.1.3 Ciri-ciri Kualitas 8
2.1.4 Definisi Quality Control (Pengendalian Kulaitas) 8
2.1.5 Peta Kontrol 9
2.1.5.1 Peta Kontrol Variabel 9
2.1.5.2 Peta Kontrol Atribut 11
2.2 Analisis Regresi 11
2.2.1 Regresi Linier Sederhana 12
2.2.2 Regresi Linier Berganda 13
2.2.3 Interval Kepercayaan 13
2.2.4 Estimasi Parameter β 14
2.3 Goal Programming 15
2.3.1 Konsep Goal Programming 16
2.3.1.1 Variabel Deviasi 16
2.3.1.2.Fungsi Tujuan 18
2.3.1.3 Kendala Tujuan 19
2.3.1.4 Kendala Non-Negatif 21
2.3.1.5 Kendala Struktural 21
2.3.2 Model Goal Programming 22
2.3.3 Prioritas Tujuan 24
2.4 Desain Quality Control System dengan Model Goal
Progrmming 25
2.5 Model Fuzzy Goal Programming 27
2.5.1 Fungsi Keanggotaan Fuzzy 28
Pengendalian Kualitas 31
2.6 Pengenalan Program Matlab versi 6 33
2.7 Pengenalan Program Lindo for Windows 34
Bab 3. Pembahasan 35
3.1 Penentuan Variabel dan Spesifikasi yang Digunakan 35
3.2 Pengambilan Acak dari Masing-masingVariabel 36
3.3 Pembentukan Variabel Output dalam bentuk Persamaan
Regresi Linier 38
3.3.1 Estimasi parameter β menggunakan Matlab 38
3.3.2 Bentuk Variabel Output dalam Persamaan Regresi 45
3.4 Nilai Fuzzy Spesifikasi masing-masing Variabel 46
3.5 Konstanta Deviasi yang berhubungan dengan Imprecise
Aspiration Level 48
3.6 Persamaan Kendala masing-masing Variabel 49
3.6.1 Persamaan Kendala Output 49
3.6.2 Persamaan Kendala Input 51
3.6.3 Persamaan Kendala Proses 52
3.7 Penyelesaian Model Fuzzy Goal Programming 53
3.7.1 Penyelesaian Model Fuzzy Goal Programming
dengan menggunakan LINDO 55
Bab 4. Kesimpulan dan Saran 60
4.1 Kesimpulan 60
4.2 Saran 61
Daftar Pustaka Lampiran
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jenis-jenis Kendala Tujuan 20
Tabel 3.1 Spesifikasi Masing-masing Variabel 36
Tabel 3.2 Nilai 14 variabel bebas Input dan 10 observasi 37
Tabel 3.3 Nilai 5 variabel output dengan 10 observasi 37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta kontrol untuk rata-rata 10
Gambar 2.2 Peta kontrol untuk rentang 10
Gambar 2.3 Interval kepercayaan untuk garis regresi dalam batas spesifikasi
variabel 14
Gambar 2.4 Tampilan command window pada Matlab 33
Gambar 2.5 Tampilan awal program Lindo 34
Gambar 3.1 Tampilan listing program penyelesaian Fuzzy
Goal Programming menggunakan Lindo 56
Gambar 3.2 Tampilan hasil program fuzzy goal programming
dengan menggunakan Lindo 56
Gambar 3.3 Sambungan tampilan hasil dari gambar 3.2 57
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu produk yang berkualitas adalah sebuah produk yang sangat unggul
atau jasa yang sangat memuaskan sesuai dengan harapan. Kualitas adalah semua
ciri-ciri dan sifat-sifat yang khas dari produk atau jasa yang memberikan kepuasan
yang diinginkan pelanggan. Kesesuaian dari produk atau jasa terhadap spesifikasi
dan derajat kesesuaian adalah ukuran dari kualitas.
Pengendalian kualitas adalah teknik dan aktivitas yang dilakukan untuk
memperoleh, meneruskan dan meningkatkan kualitas dari produk dan jasa.
Pengendalian kualitas dilakukan untuk menjamin suatu produk atau jasa
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Dalam keadaan tertentu pengendalian
kualitas (Quality Control ) menjadi proses pengambilan keputusan yang kompleks.
Hal ini terjadi karena banyaknya karakteristik input, parameter proses, dan
karakteristik output yang harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Kompleksitas ini dapat menimbulkan konflik antar tujuan.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan
pengendalian kualitas secara simultan adalah goal programming. Sebuah teknik baru untuk menganalisis dan membuat solusi persoalan yang melibatkan banyak
tujuan telah dikembangkan sebagai penunjang programa tujuan. Teknik ini
memberi peluang kepada pembuat keputusan untuk melibatkan berbagai tujuan
yang kadang-kadang bahkan saling konflik ke dalam proses formulasinya, berikut
prioritas tujuannya. Penggunaan teknik goal programming merefleksikan sebuah filosofi dari upaya untuk mencapai solusi optimal kompromistis untuk berbagai
dikehendaki antara fungsi tujuan dengan masing-masing nilai tujuan, dengan tidak
mengabaikan kendala-kendala yang ada.
Beberapa hal yang dipertimbangkan secara simultan yaitu karakteristik
input, parameter proses dan karakteristik ouput yang dinyatakan melalui regresi
linier berganda. Dengan konsep regresi linier dengan metode kuadrat terkecil yang
meminimumkan deviasi yaitu pencapaian sesungguhnya dikurangi dengan
pencapaian ramalan. Hal ini sesuai dengan konsep goal programming yang
meminimumkan deviasi berbagai tujuan, sasaran atau target yang telah ditetapkan.
Maka kedua konsep tersebut ini digunakan untuk pengendalian kualitas.
Di dunia nyata banyak situasi dimana tujuan si pembuat keputusan adalah
kabur (tidak jelas). Pengendalian kualitas menjadi kompleks ketika banyak
karakteristik output yang dipertimbangkan dan masing-masing karakteristik ini
harus memenuhi spesifikasi. Spesifikasi masing-masing karakteristik tersebut
dalam bentuk interval dimana suatu produk dikatakan berkualitas apabila nilai
karakteristik input, proses dan karakteristik output nya memenuhi interval
spesifikasi.
Sehingga pendekatan fuzzy goal programming yang digunakan untuk pengendalian kualitas. Di dalam pendekatan fuzzy goal programming dianggap bahwa tujuan nya merupakan himpunan kabur yang mana fungsi keanggotaannya
memberikan derajat kepuasan sesuai dengan pencapaian target. Model fuzzy goal programming (Cherif, 2008) dipergunakan untuk melakukan pengendalian kualitas suatu produk.
1.2 Perumusan Masalah
Implementasi model fuzzy goal programming dalam pengendalian kualitas
apabila hubungan karakteristik input dan parameter proses terhadap karakteristik
1.3 Tujuan Penelitian
Bertujuan untuk dapat memperoleh kualitas produk yang memenuhi
spesifikasi yang dibuat oleh si pembuat keputusan dengan menggunakan moel
fuzzy goal programming apabila hubungan karakteristik input dan parameter
proses terhadap karakteristik output adalah persamaan regresi linier.
1.4 Kontribusi Penelitian
Mempermudah melakukan pengendalian kualitas dengan menggunakan
model fuzzy goal programming. Bermanfaat sebagai alat pertimbangan bagi
pengambil keputusan dalam melakukan pengendalian kualitas.
1.5 Tinjauan Pustaka
Sebagai sumber pendukung teori dalam penulisan penelitian ini, maka
penulis menggunakan beberapa pustaka antara lain:
Konsep pengendalian kualitas diperkenalkan selama revolusi industri di dunia.
Shewhart (1924) mengembangkan sebuah perencanaan statistik untuk
pengendalian dari variabel produk dan berkembang menjadi Statistical Quality
Control. Kemudian Dodge dan Romig (1942) melanjutkan dengan mencari nilai
dari Statistical Quality Control menjadi nyata. Pengendalian kualitas semakin
berkembang seiring dengan perkembangan industri di dunia.
Dale (1986) menyatakan bahwa Quality Control melibatkan beberapa teknik
dan aktivitas yang saling berhubungan antara lain:
1. Spesifikasi dari apa yang dibutuhkan
2. Tujuan dari produk atau jasa memenuhi spesifikasi
3. Yang dihasilkan atau pemasangan benar-benar memenuhi spesifikasi
5. Memeriksa pemakaian untuk menyediakan informasi dalam merevisi
spesifikasi yang dibutuhkan
Charnes dan Cooper (1961) pertama kali memperkenalkan goal programming
sebagai pendekatan untuk menyelesaikan masalah yang infeasibility (tidak layak)
pada program linier yang disebabkan oleh tujuan yang bertentangan. Ijiri (1981)
dan Jaaskelainen (1969) kemudian melanjutkan melengkapinya sehingga dapat
dipakai secara operasional.
Nasendi dan Affendi (1985) dalam bukunya menyatakan bahwa dalam
keadaan dimana seseorang pengambil keputusan dihadapkan kepada suatu
persoalan yang mengandung beberapa tujuan didalamnya, maka program linier tak
dapat membantu untuk memberikan pertimbangan yang rasional. Karena Linier Progammning hanya terbatas pada analisis tujuan tunggal (single objective function). Oleh karena itu, maka persoalan tersebut memerlukan bantuan program tujuan ganda (goal programming). Dunia nyata yang kita hadapi ini adalah dunia yang penuh dengan berbagai tujuan sebagai target dan sasaran. Oleh karena itu
maka goal programming merupakan alat analisis yang tepat untuk itu. Goal programming berusaha untuk meminimumkan deviasi berbagai tujuan, sasaran, atau target yang ditetapkan. Dengan analisis goal programming maka dicoba untuk memuaskan atau memenuhi target yang telah ditentukan.
Kusumadewi (2002) dalam bukunya menyatakan selama beberapa dekade
yang lalu, himpunan fuzzy dan hubungannya dengan logika fuzzy telah digunakan
pada lingkup domain permasalahan yang cukup luas. Lingkup ini kendali proses,
klasifikasi dan pencocokan pola, manajemen dan pengambilan keputusan, riset
operasi ekonomi, dll. Sejak tahun 1985, terjadi perkembangan yang sangat luas
pada logika fuzzy tersebut terutama dalam hubungannya dengan penyelesaian
masalah kendali, terutama yang bersifat nonlinier dan situasi-situasi yang sangat
kompleks.
Hannan (1981) juga Ignizio (1982) pertama kali memaparkan teori himpunan
fuzzy goal programming Narasimhan dalam standard linier goal programming.
Berdasarkan pada formulasi yang diberikan Hannan, fuzzy goal programming
untuk proses kontrol diformulasikan kembali oleh Cherif (2008).
1.6 Metodologi Penelitian
Secara umum penelitian ini merupakan studi literatur yang dilakukan
dengan beberapa tahapan berikut:
1. Penetapan karakteristik-karakteristik input, proses, dan output yang harus
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dalam konsep pengendalian kualitas.
2. Menguraikan pendekatan model Goal Programming yang digunakan dalam proses pengendalian kualitas.
3. Mengembangkan pendekatan model Goal Programming menjadi model
Fuzzy Goal Programming yang dapat digunakan untuk pengendalian kualitas karena nilai spesifikasi dari karakteristik-karakteristik yang ada
dalam bentuk interval.
4. Mengimplementasikankan model Fuzzy Goal Programming tersebut
dengan menyelesaikan contoh simulasi dalam penyelesaiaan masalah
pengendalian kualitas.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Quality Control ( Pengendalian Kualitas )
Ketika ungkapan “ kualitas produk “ digunakan, biasanya didefinisikan
sebagai suatu hal yaitu produk yang terbaik atau jasa yang sesuai dengan harapan
kita. Produk terdiri dari barang-barang yang dihasilkan pabrik, seperti mobil,
komputer, dan pakaian, serta jasa seperti tenaga listrik, angkutan umum, dan
pemeliharaan kesehatan. Tidak hanya dalam industri pengendalian kulitas
dibutuhkan tetapi pada manajemen pun memegang peranan sangat penting. Pada
pengendalian kualitas statistik tidak menghendaki “ terbaik “ absolut, tetapi
kualitas yang diinginkan adalah yang memenuhi permintaan konsumen.
Biasanya permintaan konsumen ini diwujudkan dalam dua syarat:
• Akhir kegunaan suatu produk
• Harga jual suatu produk
Sebagai contoh, seandainya suatu industri pembuat roda kendaraan ingin
memproduksi suatu roda dengan diameter tertentu. Jika bahan yang digunakan
besi tua, maka harga produksinya dapat Rp.5000/biji, tetapi mutunya tidak dijamin.
Daya tahan roda tidak diketahui. Tetapi seandainya bahan yang digunakan adalah
baja berkualitas tinggi, maka harga roda produksi nya Rp.100.000/biji tetapi
mutunya terjamin. Daya tahan roda sangat kuat, baik untuk kendaraan dengan
2.1.1 Definisi Kualitas
Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai
dengan apa yang diinginkan konsumennya. Pengertian kualitas menurut
beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain:
Juran (1962) ” Kualitas adalah kesesuian dengan tujuan atau manfaatnya”
Crosby (1979) ” Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi
availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness.”
Deming (1982) “ Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelannggan sekarang dan di masa yang akan datang.”
Feigenbaum (1991) ” Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance,
dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan
kebutuhan dan harapan.”
2.1.2 Macam-macam Kualitas
Produk yang dihasilkan oleh produsen akan memberikan nilai kualitas.
Kualitas yang diukur apakah produk tersebut sesuai dengan design yang dibuat
oleh produsen atau seberapa cocok produk tersebut dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan. Berikut adalah 2 segi umum tentang kualitas:
1. Kualitas rancangan
Semua barang dan jasa dihasilkan dalam berbagai kualitas. Sehingga
kualitas rancangan adalah variasi dalam tingkat kualitas yang memang
disengaja. Misalnya semua mobil mempunyai tujuan dasar memberikan
angkutan yang aman bagi konsumen. Tetapi, mobil-mobil berbeda dalam
ukuran penentuan, rupa, dan penampilan. Perbedaan-perbedaan ini adalah hasil
perbedaan rancangan yang disengaja antara jenis-jenis mobil itu. Perbedaan
rancangan ini meliputi jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan, daya
tahan dalam proses pembuatan, dan lain-lain.
2. Kualitas kecocokan
Kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan
spesifikasi dan kelonggaran yang diisyaratkan oleh rancangan itu.
2.1.3 Ciri-ciri Kualitas
Kualitas suatu produk ditentukan oleh ciri-ciri produk itu. Segala ciri
yang mendukung produk itu memenuhi persyaratan disebut karakteristik kualitas.
Adapun ciri-ciri kualitas ada beberapa jenis:
1. Fisik
Misalnya panjang, berat, voltase, kekentalan
2. Indera
Misalnya rasa, penampilan, warna
3. Orientasi Waktu
Misalnya keandalan (dapat dipercaya), dapatnya dipelihara, dapatnya dirawat.
2.1.4 Definisi Quality Control ( Pengendalian Kualitas )
Definisi 2.1.5.1. Pengendalian Kualitas adalah aktivitas teknik dan manajemen, yang dengan aktivitas itu diukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya
dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang
sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang
standar.
Definisi 2.1.5.2. Pengendalian kualitas adalah penggunaan teknik dan kegiatan dalam mencapai, menopang, dan meningkatkan kualitas suatu produk dan
layanan. Ini meliputi penggabungan yang menghubungkan teknik dan kegiatan
antara lain:
1. Spesifikasi terhadap apa yang dibutuhkan
2. Perencanaan produk atau jasa dalam memenuhi spesifikasi
4. Pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian terhadap spesifikasi
5. Memeriksa kembali penggunaan untuk menyediakan informasi dalam
merevisi spesifikasi yang dibutuhkan
2.1.5 Peta Kontrol
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk pengendalian kualitas
adalah peta kontrol. Peta kontrol memberikan informasi tentang kemampuan
proses, nilai parameter proses yang penting, dan stabilitas terhadap waktu
sehingga memberikan taksiran kemampuan proses dan menyajikan secara grafik
keadaan produksi secara kronologi ( jam per jam atau hari per hari). Informasi
ini sangat berguna bagi perancangan produk dan proses.
Peta kontrol dapat digunakan untuk:
• Mengetahui apakah telah terjadi perubahan proses produksi.
• Mendeteksi adanya penyebab-penyebab yang mempengaruhi proses.
• Membuat standar suatu proses.
Peta kontrol dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Peta kontrol variabel
b. Peta kontrol atribut
2.1.5.1Peta Kontrol Variabel
Banyak karakteristik kualitas yang dapat dinyatakan dalam bentuk
ukuran angka. Suatu karakteristik kualitas yang dapat diukur seperti dimensi,
atau volume dan dinyatakan secara kuantitatif dinamakan variabel. Metode peta kontrol untuk beberapa variabel adalah suatu cara dalam
memvisualisasikan varisi yang terjadi dalam pusat kecendrungan atau
penyebaran pada sekumpulan pengamatan ( observasi ).
Pengendalian rata-rata atau mean tingkat kualitas biasanya dengan
grafik pengendali untuk mean atau yang disebut dengan peta kontrol untuk
UCL Upper Control Limit
Rata-rata (X ) Central Limit
LCL Lower Control Limit
Gambar 2.1 Peta kontrol untuk rata-rata
Sedangkan grafik pengendali untuk rentang disebut dengan peta
kontrol untuk rentang. Berikut adalah model peta nya:
UCL Upper Control Limit
Range (R) Central Limit
LCL Lower Control Limit
Gambar 2.2 Peta kontrol untuk rentang
Dalam membuat chart kontrol untuk rata-rata (X ) dan range (R) sangat diperlukan mengikuti sekumpulan prosedur. Langkah –langkah dalam
prosedur ini adalah sebagai berikut:
1. Menyeleksi atau memilih karakteristik kualitas
2. Memilih subgroup yang rasional
3. Mengumpulkan data
4. Menentukan garis tengah percobaan dan limit kontrolnya
5. Membuat garis tengah yang telah diperbaiki dan limit kontrolnya
6. Mencapai tujuannya
Penggunaan peta kontrol variabel dipakai di dalam tujuan berikut:
1. Untuk menyediakan informasi bagi kemajuaan suatu kualitas.
2. Untuk memberikan informasi dalam menentukan kemampuan suatu proses.
3. Untuk memberikan informasi terhadap keputusan-keputusan dalam hal
4. Untuk memberikan informasi untuk keputusan yang sekarang ini dalam hal
proses produksi.
5. Untuk memberikan informasi ntuk menentukan keputusan dalam hal
barang-barang yang diproduksi baru-baru ini.
2.1.5.2Peta Kontrol Atribut
Banyak karakteristik kualitas tidak dapat dengan mudah dinyatakan
secara numerik. Dalam hal seperti itu, biasanya tiap benda yang diperiksa
diklasifikasi sebagai sesuai dengan spesifikasi pada karakteistik kualitas itu
atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Istilah “cacat”atau “tidak cacat”
kadang-kadang digunakan untuk mengidentifikasi kedua klasifikasi tersebut.
Karakteristik kualitas seperti ini dinamakan sifat (atribut).
Pengertian atribut dalam pengendalian kualitas berkaitan dengan
karakteristik kualitas yang dapat digolongkan atas baik (diterima) dan cacat
(ditolak). Beberapa macam peta kontrol atribut yaitu (Feigenbsum, 1994):
1. Peta kontrol p (p chart), yaitu peta kontrol untuk fraksi defektif (fraction rejected fraction nonconforming) atau dengan kata lain bagian produk yang tidak sesuai cacat yang diproduksi oleh suatu proses produksi.
2. Peta kontrol np (np chart), yaitu peta kontrol untuk jumlah item yang tidak sesuai (number of nonconforming).
3. Peta kontrol c (c chart), yaitu peta kontrol untuk jumlah ketidaksesuaian (number of nonconformities).
4. Peta kontrol u (u chart), yaitu peta kontrol untuk jumlah ketidaksesuaian per unit (number of nonconformities per unit).
2.2 Analisis Regresi
Analisis regresi adalah teknik statistika yang berguna untuk memeriksa dan
memodelkan hubungan diantara variabel-variabel. Analisis regresi berguna dalam
hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, sehingga dalam
penerapannya lebih bersifat eksploratif.
2.2.1 Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana adalah analisis regresi yang melibatkan hubungan
antara satu variabel tak bebas dihubungkan dengan satu variabel bebas.
Variabel tak bebas adalah variabel yang nilai nya selalu bergantung dengan
nilai variabel lain dalam hal ini variabel tak bebas nilainya selalu dipengaruhi
oleh variabel bebas, sehingga sering disebut dengan variabel terkait sedangkan
variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung dengan variabel
lain. Dan biasanya variabel tak bebas dinotasikan dengan Ydan variabel bebas dinotasikan dengan X . Hubungan-hubungan itu bila dinyatakan dalam model matematis akan memberikan persamaan-persamaan tertentu.
Model matematis dalam menjelaskan hubungan antar variabel dalam
analisis regresi menggunakan persamaan regresi. Persamaan regresi adalah suatu
persamaan matematis yang mendefinisikan hubungan antara dua variabel.
Persamaan regresi digunakan untuk membuat taksiran mengenai nilai variabel
tak bebas yang disebut dengan persamaan regresi estimasi.
Bentuk umum persamaan regresi linier sederhana yang menunjukkan
hubungan antara dua variabel, yaitu variabel X sebagai variabel bebas dan variabel Ysebagai variabel tak bebas adalah
1, 2,...,
i i i
Y = +a bx +e untuk i= n dengan:
i
Yadalah variabel tidak bebas ke-i
i
x adalah variabel bebas ke-i
2.2.2 Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang melibatkan hubungan
dari dua atau lebih variabel bebas.
Adakalanya persamaan regresi dalam menganalisis hubungan antar
variabel tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor atau peubah bebas tapi dapat
pula dipengaruhi oleh dua atau lebih faktor yang mempengaruhinya. Maka
regesi linier yang mengandung lebih dari satu peubah bebas digunakan regresi
linier berganda. Jadi model ini dikembangkan untuk mengestimasi nilai variabel
tak bebas Ydengan menggunakan lebih satu variabel bebas ( ,x x1 2,...,xn). Model regresi linier berganda merupakan suatu model yang dapat
dinyatakan dalam persamaan linier yang memuat peubah dan parmeter.
Parameter ini umumnya tidak diketahui dan dapat ditaksir. Hubungan linier lebih
dari dua variabel bila dinyatakan dalam bentuk persamaan matematisnya adalah
Yi =β0+β1xi1+β2xi2+...+βpxip+εi untuk i=1, 2,...,n
dengan:
i
Yadalah variabel tak bebas ke-i
i
xadalah variabel bebas ke-i
0
β adalah konstanta yang merupakan titik potong kurva terhadap sumbu Y
i
β adalah kemiringan (slope) kurva linier
i
ε adalah nilai kesalahan (error) pada pengamatan
2.2.3 Interval Kepercayaan
Dari persamaan regresi garis lurus Y =β0+β1X dengan segugus data
Karena adanya batas spesifikasi atas dan spesifikasi bawah maka setiap
variabel X memiliki batas atas dan batas bawah yaitu XLyang merupakan batas spesifikasi bawah dan XUyang merupakan batas spesifikasi atas. Maka dengan adanya interval kepercayaan dimana sampai batas kurva tersebut nilai variabel
X dapat diterima.
Y Kurva atas yang merupakan batas atas interval kepercayaan
Garis regresi
Garis MendatarY =Y0
Kurva bawah yang merupakan batas bawah inteval kepercayaan
XL X0 XU X
Gambar 2.3 Interval kepercayaan untuk garis regresi dalam batas
spesifikasi variabel
2.2.4 Estimasi parameter β
Berdasarkan model persamaan regresi linier berganda dibawah ini:
0 1 1 2 2 ... p1 p 1
Y=β +β X +β X + +β − X − +ε (2.2.3.1)
dimana X X1, 2,...,Xp−1adalah konstanta dan βjadalah parameter yang hendak diestimasi dan ε adalah nilai eror. Jika Xjadalah bervariasi dan ada sebanyak n buah dari Ydiobservasikan, didenotasikan sebagai:
1 2 ' ( , ,..., n)
Y = Y Y Y
Dari persamaan regresi sederhana berikut:
Y =Xβ ε+ (2.2.3.2)
' ' ' ' 1 2
( , ,..., n)
X = X X X dan Xi =(1,Xi1,...,Xip−1)
Sama dengan banyaknya ke-i variabel X1,...,Xp−1 , parameter '
0 1
( ,..., p )
β
=β
β
− dan' 1 ( ,..., n)
ε = ε ε
Berdasarkan metode kuadrat terkecil dalam estimasi parameter β yaitu meminimumkan
∑
iεi2 berkenaan dengan β . Disini erorr tersebut diminimumkan ε ε' = Y−Xβ 2 yang juga berkenaan dengan βKemudian
'
( ) '( )
' 2 ' ' ' '
Y X Y X
Y Y X Y X X
ε ε β β
β β β
= − −
= − +
Differensialkan ε ε' terhadap β dimana ' ε ε
β
∂
∂ = 0 maka
2X Y' 2X X' β 0
− + =
atau
' '
X Xβ =X Y (2.2.3.3)
Persamaan 2.2.3.3 dikatakan persamaan normal. Jika X mempunyai rank
pkemudian X X' adalah definite positif dan nonsingular. Sehingga 1
(X X' ) X Y'
β∧ = − (2.2.3.4)
β∧ adalah estimasi parameter β untuk setiap variabel.
2.3 Goal Programming
Program tujuan ganda yang dalam bahasa asingnya dikenal sebagai
Goal Programming merupakan modifikasi atau variasi khusus dari program linier.
Analisis goal programming bertujuan untuk meminimumkan jarak antara atau
deviasi terhadap tujuan, target atau sasaran yang telah ditetapkan dengan usaha
yang dapat ditempuh untuk mencapai target atau tujuan tersebut secara
memuaskan sesuai dengan syarat ikatan yang ada, yang membatasinya berupa
2.3.1 Konsep Goal Programming
Goal programming biasanya diterapkan pada masalah-masalah linier
dengan memasukkan berbagai tujuan dalam formulasi modelnya. Setiap tujuan
dinyatakan sebagai suatu goal dan direpresentasikan secara numerik. Goal inilah
yang ingin dicapai. Tetapi, berbagai goal tidak selalu dapat dicapai secara
bersamaan, penyimpangan (deviasi) dari goal dapat terjadi. Oleh karena itu, dalam
formulasi goal programming, goal dalam numerik untuk setiap tujuan harus
ditetapkan lebih dahulu.
Kemudian, solusi yang ingin dicapai adalah meminimumkan jumlah
penyimpangan tujuan-tujuan ini terhadap masing-masing goalnya. Dengan kata
lain, fungsi tujuan dalam Goal Programming dinyatakan sebagai minimasi
penyimpangan dari fungsi pencapaian goal.
Dalam model Goal Programming paling tidak memuat tiga komponen
yaitu sebuah fungsi tujuan, kendala tujuan dan kendala non negatif.
2.3.1.1Variabel Deviasi
Definisi : Misalkan d adalah variabel yang bertanda sembarang, maka d dapat
dinyatakan sebagai : d = d+ - d -dengan :
{
{
, 0
0 , 0
0 , 0
, 0
d untuk d untuk d untuk d d untuk d
d
d
+ + ≥
<
− ≥
− <
=
=
Dimana d+ = komponen positif dari d d- = komponen negatif dari d Dari dalil d =d++d−
Bukti :
Dari sifat harga mutlak :
{
, 0
, 0
d untuk d d untuk d
d
=
+− ≥<{
{
, 0
0 , 0
0 , 0
, 0
d untuk d untuk d
untuk d d untuk d
d
d
+ + ≥
<
− ≥
− <
=
=
Atau
{
, 0, 0
d untuk d d untuk d
d
++
d
−=
+− ≥<Jadi, d =d++d− (Terbukti)
Variabel deviasi sesuai dengan fungsinya yaitu menampung deviasi terhadap
tujuan-tujuan yang dikehendaki, dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Variabel deviasi untuk menampung deviasi yang berbeda dibawah tujuan yang
dikehendaki dan tercermin pada nilai ruas kanan suatu kendala tujuan. Dengan
kata lain variabel deviasi ini berfungsi untuk menampung deviasi negatif.
Digunakan notasi d- untuk menandai jenis variabel deviasi ini, karena variabel deviasi ini berfungsi untuk menampung deviasi negatif maka d- akan selalu brkoefisien +1 pada setiap kendala tujuan sehingga bentuk umum fungsi
kendalanya adalah:
1
n
ij j i
j
A X d− b
=
+ =
∑
………(2.1)dengan i=1,2,3,…,m
j = 1,2,3,…,n
2) Variabel deviasi untuk menampung deviasi yang berada diatas tujuan yang
dikehendaki, dengan kata lain variabel deviasi ini berfungsi untuk menampung
deviasi positif. Digunakan notasi d+ untuk menandai jenis variabel deviasi ini, karena variabel deviasi ini bertujuan untuk menampung deviasi positif, maka
d+ akan selalu berkoefisien -1 pada setiap kendala tujuan sehingga bentuk kendalanya adalah:
1
n
ij j i
j
A X d+ b
=
− =
∑
………..(2.2)dengan i=1,2,3,…,m
j = 1,2,3,…,n
1
n
ij j i
j
A X b d−
=
= −
∑
………..(2.3)dan fungsi kendala persamaan (2.2) juga dapat ditulis:
1
n
ij j i
j
A X b d+
=
= +
∑
………..(2.4)Dengan demikian jelas bahwa kedua jenis variabel deviasi tersebutkan
mendekati sebuah garis kendala dari dua arah yang berlawanan. Secara
matematika hal ini tercermin pada persamaan berikut:
1
n
ij j i
j
A X b d+ d−
= = + −
∑
atau 1 nij j i
j
A X d+ d− b
=
− + =
∑
……….(2.5)Karena nilai minimum d+ dan d- adalah nol maka persamaan (2.5) akan terpenuhi apabila:
1. di+ =di− =0sehingga 1
n
ij j i
j
A X b
=
=
∑
artinya tujuan tercapai2. di+ >0 dan di− =0 sehingga 1
n
ij j i i
j
A X b d+
=
= +
∑
artinya tujuan tidak tercapaikarena 1
n
ij j i
j
A X b
=
>
∑
3. di+ =0dan di− >0sehingga 1
n
ij j i i
j
A X b d+
=
= −
∑
artinya akan terlampaui karena1
n
ij j i i
j
A X b d+
=
= −
∑
Jadi jelas bahwa kondisi dimana di+ >0dan di− >0 pada sebuah kendala tujuan tidak akan mungkin terjadi.
Fungsi tujuan dalam Goal Programming pada umumnya adalah
masalah minimisasi karena dalam model Goal Programming terdapat variabel
deviasi didalam fungsi tujuan yang harus diminimumkan. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari kehadiaran variabel deviasi dalam fungsi kendala tujuan.
Sehingga fungsi tujuan dalam goal programming adalah minimisasi
penyimpangan atau minimisasi variabel deviasi.
Ada tiga jenis fungsi tujuan dalam Linier Goal Programming:
1. Minimumkan 1
m
i i
i
Z d− d+
=
=
∑
+Fungsi tujuan diatas digunakan apabila variabel deviasi dalam suatu
masalah tidak dibedakan menurut prioritas atau bobot.
2. Minimumkan 1
( ) 1, 2,...,
m
k i i
i
Z P d− d+ untuk k K
=
=
∑
+ =Fungsi tujuan diatas digunakan apabila urutan dari tujuan diperlukan,
tetapi variabel deviasi setiap tingkat prioritas dari tujuan memiliki kepentingan
yang sama.
3. Minimumkan 1
( ) 1, 2,...,
m
ki k i i
i
Z W P d− d+ untuk k K
=
=
∑
+ =Fungsi tujuan diatas digunakan apabila tujuan-tujuan diurutkan
berdasarkan prioritasnya dan variabel deviasi pada setiap tingkat prioritas
dibedakan dengan diberikan bobot yang berlainan Wki.
2.3.1.3 Kendala Tujuan
Dalam model Goal Programming didapat sepasang variabel yang
dinamakan variabel deviasi dan berfungsi untuk menampung penyimpangan
atau deviasi yang akan terjadi pada ruas kiri suatu persamaan kendala terhadap
nilai ruas kanannya. Agar deviasi ini minimum, artinya ruas kiri suatu
persamaan kendala “ sebisa mungkin “ mendekati nilai ruas kanannya maka
variabel deviasi itu harus diminimumkan didalam fungsi tujuan.
Pemanipulasian model Goal Programming yang dilakukan oleh
Programming, kendala-kendala fungsional menjadi pembatas bagi usaha
pemaksimuman atau peminimuman fungsi tujuan. Sedangkan pada Goal
Programming kendala-kendala merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan
yang hendak dicapai.
Tujuan-tujuan yang dinyatakan sebagai nilai konstan pada ruas kanan
kendala, mewujudkan suatu tujuan berarti mengusahakan agar nilai ruas kiri
suatu persamaan kendala sama dengan nilai ruas kanannya. Itulah sebabnya
Kendala-kendala didalam model Goal Programming selalu berupa persamaan
yang dinamakan kendala tujuan.
Bentuk persamaan kendala tujuan secara umum:
( , , )
ij j i
A X ≤ = ≥ b
Dan dikonversikan secara umum menjadi:
ij j i i i
A X +d−−d+ =b
Ada enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud setiap jenis
kendala itu ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Jenis-jenis
[image:31.612.163.458.296.420.2]kendala tersebut disajikan di tabel berikut:
Tabel 2.1 Jenis-jenis Kendala Tujuan
Persamaan ke
Kendala Tujuan Variabel deviasi dalam fungsi
tujuan
Kemungkinan Simpangan
Penggunaan Nilai RHS yang
diinginkan
1
ij j i i
A X +d− =b di− Negatif =bi
2
ij j i i
A X −d+ =b di+ Positif =bi
3
ij j i i i
A X +d−−d+ =b di− Negatif dan
positif i
b atau lebih 4
ij j i i i
A X +d−−d+ =b di
− Negatif dan
positif i
b atau kurang
5
ij j i i i
A X +d−−d+ =b di −
dan di+ Negatif dan
positif
=bi
6
ij j i i
A X −d+ =b di +
Sumber : Mulyono, Sri. 1991. Operation Research. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada persamaan ke-1 serupa
dengan pertidaksamaan ≤ dalam masalah linier programming maksimisasi,
persamaan ke-2 serupa dengan pertidaksamaan ≥ dalam linier programming
minimisasi. Sedangkan persamaan ke-3 sampai ke-5 kesemuanya memperoleh
penyimpangan dua arah, tetapi persamaan ke-5 mencari penggunaan sumber
daya yang diinginkan sama dengan bi. Ini serupa dengan kendala persamaan LP, tetapi tidak menempel pada solusi kerena dimungkinkan adanya penyimpangan
negatif dan positif. Jika kendala persamaan dianggap perlu dalam perumusan model
LGP, ia dapat dimasukkan dengan menempatkan sebuah artificial variabel di+ , seperti pada persamaan keenam. persamaan memperbolehkan adanya penyimpangan
positif dan negatif dari nilai RHS nya. Dalam kendala LP tak ada pembanding untuk
persamaan ketiga dan keempat.
2.3.1.4 Kendala Non-Negatif
Dalam Linier Programming variabel-variabel bernilai lebih besar atau
sama dengan nol. Demikian halnya dengan Goal Programming yang terdiri
dari variabel keputusan dan variabel deviasi. Keduanya bernilai lebih besar
atau sama dengan nol. Pernyataan non-negatif dilambangkan dengan :
, , 0
j i i
x d+ d− > .
2.3.1.5 Kendala Struktural
Disamping ketiga komponen yang dijelaskan sebelumnya, dalam Goal
programming terdapat komponen lain yaitu kendala struktural. Kendala
struktural adalah kendala-kendala lingkungan yang tidak berhubungan
langsung dengan tujuan-tujuan masalah yang dihadapi. Variabel deviasi tidak
dikatakan kendala struktural karena kendala struktural tidak diikut sertakan
2.3.2 Model Goal Programming
Goal programming merupakan pengembangan proses linier dan non
linier, karena model pemograman linier biasa tidak mampu menyelesaikan
masalah manajemen yang dikehendaki sasaran-sasaran tertentu secara simultan.
Karena model goal programming merupakan perluasan dari model Program
Linier, sehingga seluruh asumsi, notasi, formulasi model matematika, prosedur
perumusan model dan penyelesaiannya tidak berbeda. Perbedaannya hanya
terletak pada kehadiran sepasang variabel deviasional yang akan muncul di
fungsi tujuan dan fungsi-fungsi kendala.
Goal programming berusaha untuk meminimumkan deviasi atau
simpangan diantara berbagai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebagai
targetnya, artinya nilai ruas kiri suatu persamaan kendala sebisa mungkin
mendekati nilai ruas kanannya.
Dalam goal programming terdapat dua tipe kendala yaitu kendala
teknologi (technological constraint) yang merupakan permasalahan kapasitas
sumber dan kendala lainnya yang bukan terhadap tujuan, kendala tujuan (goal
constraint) yang mewakili atau menggambarkan target dari objek-objek dalam
urutan prioritas.
Jadi, bentuk umum dari goal programming adalah:
1
1
( )
m
i i i
i m
i i i i
i
Minimumkan Z W d d
W d W d
+ −
=
+ + − −
=
= +
= +
∑
∑
Syarat ikatan:
1
1, 2,...,
n
ij j i i i
i
a X d d b
untuk i m
tujuan
− +
=
+ − =
=
∑
1
1, 2,...,
1, 2,...,
, , 0
n
kj j k
j
j i i
g X atau C
untuk k p
kendala fungsional
j n
dan
X d d
=
− +
≤ ≥
=
=
≥
∑
dimana:
i
d+ dan di− = jumlah unit deviasi yang kekurangan (-) atau kelebihan (+) terhadap tujuan (bi)
i
W+dan Wi− = bobot untuk masing-masing penyimpangan di+dan di−
ij
a = koefisien variabel keputusan
j
X = variabel keputusan
i
b = tujuan atau target yang diinginkan
kj
g = koefisien teknologi fungsi kendala biasa
k
C = jumlah sumber daya k yang tersedia
Model tersebut menyatakan tentang persoalan pengoptimuman yang
dihadapi sebagai suatu usaha untuk meminimumkan jumlah agregat dari semua
deviasi positif dan negatif yang individual dari tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam goal programming dapat dimasukkan satu atau lebih dari satu
tujuan yang langsung berhubungan dengan fungsi tujuan dalam bentuk
peubah-peubah deviasional.
Algoritma simpleks menjamin persyaratan non-negatif. Berhubung
tidak dapat mencapai deviasi plus dan deviasi minus dari tujuan atau target yang
ditetapkan secara sekaligus atau simultan, maka salah satu dari peubah
deviasional atau kedua-duanya akan menjadi nol yang berarti target terpenuhi
,
0 ,
i i i i
i
i i
l Z jika l Z d
jika l Z
− − >
=
≤
dan
0 ,
,
i i
i
i i i i
jika l Z d
Z l jika l Z
+ ≥
=
− <
dimana:
i
l = target
i
Z = tujuan
2.3.3 Prioritas Tujuan
Dalam kenyataan semua fungsi tujuan tidak sama tingkat
kepentingannya. Tujuan satu dengan yang lainnya dapat saling bertentangan (multiple and conflicting goals). Untuk memecahkan persoalan tersebut maka si pengambil keputusan harus menentukan mana dari antara berbagai tujuan
tersebut yang diutamakan atau diprioritaskan.
Katakanlah tujuan yang paling penting ditentukan sebagai prioritas
ke-1. Tujuan yang kurang begitu penting ditentukan sebagai ke-2, demikian
seterusnya. Pembagiaan prioritas tersebut dikatakan sebagai pengutamaan
(preemptive), yaitu mendahulukan tercapainya kepuasan pada sesuatu
tujuan-tujuan atau prioritas-prioritas berikutnya. Jadi, harus disusun dalam suatu
urutan (rangking) menurut prioritasnya.
Dalam perumusan Goal Programming faktor prioritas dinyatakan
sebagai Pi(untuk i = 1,2,3,…,m). Faktor-faktor prioritas tersebut memiliki hubungan sebagai berikut:
1 2 ... i i1
P >>>P >>> >>>P >>>P+
dimana >>> berarti “ jauh lebih tinggi dari pada”. Hubungan prioritas tersebut
sebanyak n kali (dimana n > 0), namun faktor prioritas yang diprioritaskan tersebut akan tetap menjadi yang teratas.
2.4 Desain Quality Control System dengan Model Goal Programming
Sengupta mengusulkan sebuah model lexicographic Goal
Programming QCS didalam industri kertas. Didalam konteks Quality Control
input-input yang di proses untuk menghasilkan suatu output. Output ini telah
memenuhi spesifikasi untuk sejumlah karakteristik kualitas. Diketahui bahwa
rentang dari nilai masing-masing input akan diproses dan limit-limit dari variabel
proses yang dapat beragam. Masalahnya adalah untuk menemukan suatu solusi
dari setiap input dan variabel proses yang harus memenuhi setiap spesifikasi dari
karakteristik-karakteristik output dari suatu kendala tertentu. Dalam kasus ini tidak
terdapat suatu solusi optimal kemudian kita cari solusi terbaik dari sekumpulan
solusi layak.
Anggap X1,...,Xl, l adalah banyaknya karekteristik input ; R1, ...,Rk, k
adalah banyknya variabel proses dan Y1,...,Yr, r adalah banyaknya karakteristik
output. Ada tiga tipe kemungkinan dari spesifikasi yaitu spesifikasi dua arah,
spesifikasi satu arah, dan spesifikasi yang mendekati. Dalam kasus ini dianggap
bahwa karekteristik output adalah fungi linier dari parameter-parameter input
dan proses yang ditunjukan dibawah ini :
1 1
( ,..., ; ,..., ) 1, 2,...,
i i l k
Y =H X X R R untuk i= r
Dimana H adalah fungsi linier. Untuk memformulasikan masalah tersebut kedalam model Goal Programming, berikut adalah langkah-langkah mendasar
yang sangat diperlukan :
(a) Memodifikasi bentuk spesifikasi : memodifikasi spesifikasi dua arah ke satu arah dengan mengurangi batas atas spesifikasi (USL) dengan batas
bawah spesifikasi (LSL) dari setiap variabel. Semua variabel akan menjadi
spesifikasi satu arah atau spesifikasi yang mendekati. Jelasnya setiap
(b) Bentuki persamaan linier : Persamaan harus ditulis kembali kedalam
bentuk ' ' ' ' ' '
1 1
( ... ; ... )
i i l k
Y =H X X R R dimana Y X dan Ri', 'j t' adalah varaibel yang telah dimodifikasi.
Masalah yang dimodfikasi dapat kemudian dibuat sebagai berikut :
Untuk i = 1,2,...,r cari nilai-nilai dari X dan R'j t'selanjutnya Yi'yang diperoleh dengan memenuhi spesifikasi berdasarkan ( dalam bentuk batasan )
pada nilai-nilai dari X1,...,X dan Rl 1,...,Rk.
Selanjutnya melalui langkah-langkah yang mendasar diatas, Sengupta
menganggap spesifikasi-spesifikasi inilah sebagai kendala goal dan faktor-faktor
prioritas pre-emtive untuk variabel-variabel. Demikian masalah dikurangi untuk
meminimalkan jumlah variabel-variabel deviasi goal untuk kendala tujuan
dengan memberikan faktor-faktor prioritas. Selajutnya masalah umum proses
kontrol diformulasikan sebagai masalah lexsicographic GP :
' ' ' ' ' '
1 1 1
( ) ( ) ( )
i i j j t t
r l k
Yi Y Y Xj X X Rt R R
i j t
Min P δ+ δ− P δ+ δ− P δ+ δ−
= = =
+ + + + +
∑
∑
∑
Kendala:
Kendala goal Output
' '
' '
i i
i Y Y Yi
Y +δ+ −δ− =S (untuk i = 1,2,...,r)
Kendala goal Input
' '
' '
j j
j X X Xi
X +δ+ −δ− =S (untuk j = 1,2,…,l)
Kendala goal proses
' '
' '
t t
t R R Rt
R δ+ δ− S
+ − = (untuk t = 1,2,…,k)
', ' ' 0
i j t
Y X dan R ≥
Dimana:
'
i
Y : karakteristik output yang telah dimodifikasi '
j
X : karakteristik input yang telah dimodifikasi '
t
R : parameter proses yang telah dimodifikasi
'
i
Y
δ+ : deviasi positif output
'
i
Y
δ−
'
j
X
δ+ : deviasi positif input
'
j
X
δ− : deviasi negatif input
'
t
R
δ+ : deviasi positif proses
'
t
R
δ+ : deviasi negatif proses
,
Yi Xj Rt
P P dan P adalah faktor prioritas
' ' '
,
Yi Xj Rt
S S dan S adalah limit spesifikasi yang dimodifikasi
2.5 Model Fuzzy Goal Programming
Bentuk klasik dari model multi objective programming adalah:
.
0
Max Ax s t Cx d
x
≤ ≥
………(2.6)
Dimana x adalah matriks (nx1) variabel keputusan, A adalah (mxn) matriks koefisien dari fungsi tujuan, C adalah (pxn) matriks koefisien dari
kendala dan d adalah (px1) nilai RHS dari model.
Model (2.6) dapat diformulasikan sebagai masalah Fuzzy Goal
Programming, di dalam pemaparan kasus ini dari informasi fuzzy yang mana
himpunan tingkat aspirasi b0 dapat dibangun dengan menggunakan tabel pay-off
seperti berikut:
0
. ( )
0
Find x
s t Ax b or b Cx d
x
≅ ≤ ≥
∼
………..(2.7)
Dimana keduanya simbol ≅ (or b ∼
), merupakan tujuan yang dimaksud sehingga
Berdasarkan persamaan diatas, jika nilai RHS adalah fuzzy, model
(2.7) dapat dituliskan sebagai
0
. ( )
0
Find x
s t Ax b or b Cx d
x
≅ ≅ <
≥
∼
……….(2.8)
dimana kendala persamaan fuzzy merupakan target yang diperoleh seharusnya
berada disekitar bi, dan simbol
≅
< mengindikasikan kekaburan dari kendala dan
dibaca sebagai “ pendekatan lebih kecil atau sama dengan”. Persamaan (2.7) dan
(2.8) dapat diselesaikan dengan metode yang serupa jika fungsi keanggotaan
yang serupa digunakan untuk memodelkan berdasarkan dunia nyata dari “fuzzy
goal” dan “fuzzy equality”.
2.5.1 Fungsi Keanggotaan Fuzzy
Untuk menyelesaikan kembali persamaan fuzzy diatas, akan
didapatkan fungsi keanggotaan mereka berdasarkan konsep yang dipilih si
pembuat keputusan. Berdasarkan konsep yang dipilih tesebut maka fungsi
keanggotaan fuzzy triangular yang digunakan untuk menentukan fungsi keanggotaan fuzzy dalam fuzzy goal programming.
Berikut adalah definisi sederhana dari fuzzy triangular:
Definisi 1. Misalkan A adalah himpunan fuzzy di S. A dikatakan bilangan fuzzy jika A adalah himpunan fuzzy normal, A adalah himpunan fuzzy
konveks, A mempunyai support terbatas dan semua α -level dari A adalah interval tertutup di S.(Wang, 1997).
Bilangan fuzzy triangular A dinyatakan dengan A = (a,b,c) adalah
( ) , ( ) ( ) , ( ) ( ) 0 , A x a
a x b b a
c x
b x c x
c b
x a dan x c µ − ≤ ≤ − − ≤ ≤ = − < >
Dimana a,b,c ∈S
Berdasarkan definisi fuzzy triangular diatas maka fungsi keanggotaan untuk
masalah fuzzy goal programming dapat diformulasikan dengan:
[( ) ( )]
( )
[( ) ( ) ]
( ) ( )
0 ( ) ( )
i i i
i i i i
i
i i i
i i i i i
i
i i i i i i
Ax b d
b d Ax b
d
b d Ax
x b Ax b d
d
b d Ax atau Ax b d µ
− −
− ≤ <
− −
= ≤ ≤ +
+ < < −
……..(2.9)
Untuk menyelesaikan Persamaan (2.8), berdasarkan persamaan (2.9)
diberikan, Narasimhan mengemukakan dua sub-masalah yang hampir sama
dengan linier goal programming standar sebagai berikut:
[( ) ( )]
max min
dim ( )
0
i i i
i
i i i i
Ax b d
d
ana b d Ax b x − −
− ≤ <
≥
……….(2.10)
Dan
[( ) ( ) ]
max min
dim ( )
0
i i i
i
i i i i
b d Ax
d ana b Ax b d
x − − ≤ ≤ + ≥ ………..(2.11)
max [( ) ( )] . ( ) [( ) ( ) ] ( ) [0,1] 0
i i i
i
i i i i
i i i
i
i i i i
Ax b d
s t
d
b d Ax b
b d Ax
d
b Ax b d
dan x α α α α − − ≥ − ≤ ≤ − − ≥ ≤ ≤ + ∈ ≥ ...……… (2.12)
Selanjutnya, kendala pertama dan kedua dari pesamaan (2.12) dapat
diekspresikan sebagai berikut:
[( ) ]
1 i i
i
Ax b d
α ≤ + − dan ( i i) ( )i i
i i i
b d Ax b
d d d
−
≤ ≤ ………(2.13)
Perhatikan ( )i i
i i
Ax b
d d δ
+
= − , dimana adalah δ+ adalah taksiran berlebih, dan
diperoleh:
1
i
α δ+ + ≤ dan ( ) i
i
i i
b Ax
d δ d
+
− = ………..(2.14)
Sama dengan kendala ketiga dan keempat dari Persamaan (2.12) adalah ekivalen
dengan :
1
i
α δ−
+ ≤ dan ( ) i
i
i i
b Ax
d δ d
−
+ = ………(2.15)
Kemudian Hannan mengkombinasikan (2.14) dan (2.15) untuk memperoleh
model linier goal programming berikut yang ekivalen dengan dua sub-masalah
Narasimhan sebagai berikut:
2.5.2 Model Fuzzy Goal Programming untuk Pengendalian Kualitas
Berdasarkan formulasi goal programming Sengupta untuk proses
kontrol secara umum. Sehingga untuk memformulasikan kembali model umum
proses kontrol, akan diambil dari model Fuzzy Goal Programming yang
diformulasikan oleh Hannan seperti yang dinyatakan sebelumnya. Kemudian
Cherif (2008) memformulasikan kembali secara lebih lengkap sebagai berikut:
Maksimumkan : λ
Batasan :
Output
( 1, 2,..., )
i i
i i
i i
Y gy
y y untuk i m
y δ δ y
− +
+ − = =
∆ ∆
Input
( 1, 2,..., )
j j
j j
j j
X gx
x x untuk j l
x δ δ x
− +
+ − = =
∆ ∆
Proses
( 1, 2,..., )
1;
1;
t t
t t
t t
i i
j j
R gR
R R untuk t k
R R
y y
x x
δ δ
λ δ δ
λ δ δ
− +
− +
− +
+ − = =
∆ ∆
+ + ≤
+ + ≤
1;
, , , , , , , , , 0
t t
i i j j t t i j t
R R
y y x x R R Y X dan R
λ δ δ
λ δ δ δ δ δ δ
− +
− + − + − +
+ + ≤
≥
dimana:
λ adalah fungsi keanggotaan dalam hubungan dengan nilai tengah dari spesifikasi.
j
X : karakteristik input
t
R : parameter proses
i
Y : karakteristik output
i
y
δ + : deviasi positip output
i
y
j
x
δ + : deviasi positip input
j
x
δ − : deviasi negatip input
t
R
δ + : deviasi positip proses
t
R
δ − : deviasi negatip proses
• gy gx gRi, j, t adalah nilai fuzzy (tingkat aspirasi / target) spesifikasi yang diberikan oleh pembuat keputusan.
Dengan cara mencari gy gx gRi, j, t adalah sebagai berikut:
(
)
2
(
)
2
(
)
2
L U
yi yi
yi
L U
xj xj
xj
L U
Rt Rt
Rt
g
g
g
g
g
g
g
g
g
+
=
+
=
+
=
Dalam kasus ini, tipe interval spesifikasi masing-masing variabel adalah
tertutup yaitu [gL,gU] dengan gU adalah limit atas spesifikasi (USL) dan
L
g adalah limit bawah spesifikasi (LSL).
• Parameter ∆yi,∆xj,∆Rt adalah konstanta deviasi yang berhubungan dengan
imprecise aspiration level gy gx dan gRi, j t. Dalam kasus spesifikasi fuzzy, nilai dari ∆dipilih secara subjektif oleh si pembuat keputusan. ∆ dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
L U
g g g g
∆ = − = −
Sebagai contoh : L U
yi gyi gyi gyi gyi
∆ = − = −
• Yi =H Xi( j,...,X Ri; t,...,Rk) menyatakan hubungan input dan proses terhadap
2.6 Pengenalan Program Matlab versi 6
Perangkat lunak MATLAB aslinya dikembangkan untuk menjadi sebuah
laboratorium matriks, yaitu perangkat lunak untuk memanipulasi matriks.
MATLAB saat ini memiliki kemampuan jauh melewati MATLAB asli dan adalah
sebuah sistem interaktif dan bahasa pemogramman untuk perhitungan ilmiah dan
teknis umum. Elemen dasarnya adalah sebuah matriks.
Untuk memulai matalab, klik ikon MATLAB pada dekstop atau dalam
barisan menu. MATLAB menggunakan beberapa window display. Diantaranya
adalah command window (window perintah), graphics window (window grafik), dan edit window.
Untuk menyelesaikan berbagai manipulasi matriks digunakan command
[image:44.612.119.524.309.676.2]window dengan menggunakan operator-operator MATLAB pada operasi matriks.
2.7 Pengenalan Program Lindo for windows
LINDO ( Linier, Interaktif, dan Discrete Optimizer) adalah suatu alat
yang mudah, tangguh untuk memecahkan permasalahan linier, bilangan bulat, dan
permasalahan pemogramman kuadratik. Permasalahan ini terjadi di dalam
bidang-bidang untuk urusan ( bisnis, industri, riset dan pemerintahan).
Bidang-bidang aplikasi-aplikasi spesifik dimana LINDO sudah terbukti
penggunaannya dalam memasukkan distribusi produk, campuran ramuan,
penjadwalan produksi dan personil, manajemen inventori. Perangkat lunak
[image:45.612.128.523.284.546.2]LINDO dirancang bersifat sederhana untuk belajar dan untuk digunakan.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Penentuan Variabel dan Spesifikasi yang digunakan
Untuk menetukan variabel dan spesifikasi yang digunakan maka akan
diambil contoh pengujian terhadap model fuzzy goal programming pada sebuah
perusahaan tekstil.
Berikut adalah variabel yang digunakan:
• Variabel Input:
X1 = Moisture regain ( % )
X2 = Crimp
X3 = Staple length ( panjang serat )
X4 = Oil pick up ( kandungan minyak )
X5 = Nomor serat
• Variabel Proses :
R1 = RH pada blowing
R2 = Temperatur pada blowing
R3 = Kecepatan motor (a) pada mesin blowing
R4 = Kecepatan motor (b) pada mesin blowing
R5 = Tekanan udara pada blowing
R6 = Tekanan terhadap material
R7 = Kecepatan mesin carding
R8 = RH mesin carding
R9 = Temperatur pada mesin carding
• Variabel Output:
Y1 = Nomor sliver (wrapping)
Y3 = Waste
Y4 = Nep
[image:47.612.124.523.165.558.2]Y5 = Hard bit
Tabel 3.1 Spesifikasi Masing-masing Variabel
No Variabel Satuan Spesifikasi
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 Input
X1 = Moisture regain ( % ) X2 = Crimp
X3 = Staple length ( panjang serat ) X4= Oil pick up ( kandungan minyak ) X5 = Nomor serat
Proses
R1 = RH pada blowing R2 = Temperatur pada blowing
R3 = Kecepatan motor (a) pada mesin blowing R4 = Kecepatan motor (b) pada mesin blowing R5 = Tekanan udara pada blowing
R6 = Tekanan terhadap material R7 = Kecepatan mesin carding R8 = RH mesin carding
R9 = Temperatur pada mesin carding
Output
Y1 = Nomor sliver (wrapping) Y2 = Ketidakkaratan (unevennesess) Y3 = Waste
Y4 = Nep Y5 = Hard bit
(%)
(crimp per panjang serat)
(mm)
(%)
(denier)
(%)
(0C) (RPM) (RPM) (pa) (pa) (RPM) (%)
(0C)
(Ne)
(U%)
(%)
(nep per gram)
(hard bit per gram)
0.3 – 1.0
10 – 20
38 – 40
0.1 – 0.3
1.38 – 1.44
62 – 68
26 – 30
10 – 25
120 – 150
540 – 550
50 – 60
100 – 150
60 – 66
27 – 31
0.109 - 0.113
≤5 ≤1.00
≤1.00
≤2.00
Sumber : Ria, Rosleni, Santosa, Budi dan Kurniati, Nani. 2008. Perancangan Sistem Pengendalian
Kualitas Menggunakan Model Fuzzy Goal Proggramming. Jurnal Teknik Industri Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
3.2 Pengambilan Acak dari Masing-masing Variabel
Berdasarkan atas nilai-nilai spesifikasi yang diambil oleh si pembuat
keputusan maka dapat diambil nilai-nilai dari masing-masing variabel. Karena
R1,...R9 dapat dimuat dalam variabel X6,...,X14 yaitu: X6 = R1, X7 = R2, X8 = R3 , X9
= R4, X10 = R5, X11 = R6, X12 = R7, X13 = R8, X14 = R9.
Dari 10 observasi maka nilai-nilai dari masing-masing variabel adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Nilai 14 variabel bebas Input dan 10 observasi:
N0 X0 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14
[image:48.612.134.523.217.674.2]1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,5 0,4 0,6 0,7 0,3 0,5 0,9 1 0,8 0,6 11 15 13