• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dan Antenatal Care dengan Perdarahan Pasca Persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dan Antenatal Care dengan Perdarahan Pasca Persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Tahun 2007"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

O L E H

S U R Y A N I

047023029/AKK

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN

ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA

PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI

TAHUN 2007

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.Kes) dalam Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Adminstrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

O l e h

S U R Y A N I

047023029/AKK

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN

DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007

T E S I S

Dengan ini saya mengatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2008

(4)

Judul Tesis

:

Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin

dan Antenatal Care dengan Perdarahan Pasca Persalinan di RSU Dr. Pirngadi Tahun 2007

Nama Mahasiswa

:

Suryani

Nomor Pokok

: 047023029

Program Studi

:

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi

:

Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui

Komisi Pembimbing:

Prof. Dr. Haryono Roeshadi, Sp.OG (k)

Ketua

dr. Yusniwarti Yusad, Msi

drh. Rasmaliah, M.Kes

Anggota Anggota

Ketua Program Studi

Direktur SPs USU

Dr. Drs. Surya Utama, MS

Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B.MSc

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 14 Januari 2008

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. Dr. Haryono Roeshadi, Sp.OG (k) Anggota : dr.Yusniwarti Yusad,Msi

drh. Rasmaliah, M.Kes Dr.Dra.Ida Yustina, Msi

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Suryani

Tempat/tanggal lahir : Medan, 12 Nopember 1965 Alamat Kantor : Jl. Dr. Mansyur No. 68 Medan

Alamat Rumah : Jl. Luku 1 No.75 P.Bulan Kec. Medan Johor

Nama Suami : Suyanto, SE

Nama Anak : Rizqin Yan Hasanah

Fauzan Yan Rabbani

Afifah Yan Aulia

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri No. 060933 Medan Johor Tamat Tahun 1977 2. SMP Negeri 8 P.Bulan Tamat Tahun 1981

3. SPK KES.DAM I / BB Medan Tamat Tahun 1984 4. SGP Keguruan Ujung Pandang Tamat Tahun 1985 5. AKPER Keguruan Bandung Tamat Tahun 1994 6. Sekolah Bidan A Dep.Kes Medan Tamat Tahun 1998 7. D IV Perawat Pendidik USU Tamat Tahun 2000

8. Sekolah Pasca Sarjana Magister Kesehatan Program Studi Adminstrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi di Universitas Sumatera Utara Tamat Tahun 2008

Riwayat Pekerjaan :

1. Guru SPK dan Bidan RS. Glugur Tahun 1985 – 1992

2. Staf Pengajar SPK dan Bidan Dep.Kes Medan Tahun 1992 – 1999

3. Dosen Akademi Kebidanan di Politeknik Kesehatan Medan Tahun 1999 sampai dengan sekarang

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

PERSETUJUAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ………... 4

1.4Hipotesis Penelitian ………... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdarahan Pasca Persalinan ... . 5

2.2 Diagnosis ... 6

2.3 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Perdarahan Pasca Persalinan ... 8

2.4 Faktor Risiko Yang Dapat Dihindarkan ... 15

2.5 Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dihindarkan ... 17

2.6 Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Persalinan ... 17

2.7 Perdarahan Pasca Persalinan Tertunda ... 22

2.8 Landasan Teori ... 24

2.9 Kerangka Konsep ... 25

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 28

3.6 Skala dan Alat Ukur ... 30

(8)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSU.Dr.Pirngadi Medan ... 32 4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden ... 34 4.3 Analisis Bivariat antara Karakteristik Responden ... 38

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dengan Perdarahan Pasca Persalinan .. 47 5.2 Hubungan ANC dengan Perdarahan Pasca Persalinan ... 57 5.3 Keterbatasan Penelitian... 68

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 60 6.2 Saran ... 60

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Diagnosis ... 8 Tabel 2.2 Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Persalinan ... 17 Tabel 3.1 Skala dan Alat Ukur ... 30 Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Ibu Bersalin dan

Antenatal Care di RSU.Dr.Pirngadi Medan tahun 2007 ... 35 Tabel 4.2 Distribusi Ibu Bersalin Berdasarkan Kunjungan Antenatal di

RSU.Dr.Pirngadi Medan tahun 2007 ... 37 Tabel 4.3 Distibusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca

Persalinan Berdasarkan Variabel Umur di RSU.Dr.Pirngadi Medan tahun 2007 ... 38 Tabel 4.4 Distibusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca

Persalinan Berdasarkan Variabel Paritas RSU.Dr.Pirngadi Medan tahun 2007 ... 39 Tabel 4.5 Distibusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca

Persalinan Berdasarkan Variabel Pendidikan di RSU.Dr.Pirngadi Medan tahun 2007 ... 40 Tabel 4.6 Distibusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca

Persalinan Berdasarkan Variabel Jarak Antar Kelahirandi RSU.Dr.Pirngadi Medan tahun 2007 ... 41 Tabel 4.7 Distibusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca

Persalinan Berdasarkan Variabel Riwayat Persalinan di RSU.Dr.Pirngadi Medan tahun 2007 ... 43 Tabel 4.8 Distibusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca

Persalinan Berdasarkan Variabel Anemia di RSU.Dr.Pirngadi Medan tahun 2007 ... 44 Tabel 4.9 Distibusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Formulir Pengumpulan Data ... 61

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... 64

Lampiran 3 Master Data Karakteristik Ibu Bersalin dan Antenatal Care di RSU. Dr Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 67

Lampian 4 Analisis Univariat ... 70

Lampiran 5 Analisis Bivariat ... 72

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pasca Sarjana USU ... 91

Lampiran 7 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian dari KOPITEKES RSU. Dr. Pirngadi Medan ... 92

(11)

DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi AKI : Angka Kematian Ibu ANC : Antenatal Care ASI : Air Susu Ibu

BB : Berat Badan

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BPS : Bidan Praktek Swasta

CI : Class Interval dL : Deci Liter g : Gram Hb : Haemoglobin

IBI : Ikatan Bidan Indonesia IV : Intra Vena

IM : Intra Musculaer KB : Keluarga Berencana Kg : Kilogram

K1 : Kunjungan yang pertama kali K4 : Kunjungan yang ke empat mg : Miligram

mcg : Microgram OR : Odds Ratio RR : Relatif Rate

SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia WHO : World Health Organitation

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugrahnya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yaitu penulisan tesis dengan judul “Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Perdarahan Pasca Persalinan di Rumah Sakit Umum Dr.Pringadi Tahum 2007”. Tesis ini merupakan salah satu persayaratan akademik untuk untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Konsentrasi Kebijakan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Penulisan tesis ini terlaksana berkat bantuan banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas segala bantuan, dorongan, dan dukungan serta bimbingannya kepada Prof.Dr. Haryono Roeshadi,Sp.OG(k), dr.Yusniwarti Yusad,Msi dan drh. Rasmaliah, M.Kes, yang telah memberikan petunjuk dan arahan kepada panulis sejak awal hingga saat penyelesaian tesis ini.

Ucapat terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membimbing, membantu dan memberikan dorongan dan semangat dalam penyelesaian studi pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, yaitu kepada :

(13)

2. Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,Msc selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Dr.Drs.Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

4. dr.Syahrial Anas, M.HA selaku direktur RSU.Dr.Pirngadi yang memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Dr.Dra.Ida Yustina, Msi selaku sekretaris sekaligus dosen penguji yang telah membantu memberikan arahan dalam penyelesaian tesis ini.

6. dr.Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

7. Ir.Zuraidah Nasution, M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan Medan yang memberikan izin belajar kepada penulis.

8. Suami tercinta dan anak-anak tersayang yang selalu memberikan semangat, dorongan dan do’a serta kesetiaan yang tidak bisa penulis ucapkan dengan kata-kata.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas segala kebaikan Bapak/ibu dan saudara-saudara sekalian.

Medan, Januari 2008

(14)

ABSTRAK

Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi melebihi 500 cc setelah bersalin. Perdarahan pasca persalinan dibagi menjadi perdarahan pasca persalinan Primer dan Sekunder. Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung, dan perdarahan persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama setelah kelahiran bayi sampai 6 minggu masa pospartum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan pasca persalinan dengan pendekatan faktor risiko di Rumah Sakit Umum Dr.Pringadi Medan Tahun 2007.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan disain case control study, yaitu memilih kasus responden dan kontrol responden tanpa perdarahan pasca persalinan. Jumlah responden 207 persalinan dengan pengambilan sampel secara

purposif dan dianalisa dengan uji Chi-square.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan paritas (p=0,002,OR= 3,571 ), jarak antar kelahiran ( P = 0,006, OR = 3,143 ) , riwayat persalinan ( P = 0,000 , OR = 5,165 ), dan kunjungan antenatal ( P = 0,000, OR = 6,000) dengan perdarahan pasca persalinan , sedangkan umur, pendidikan dan anemia tidak ada hubungan.

Disarankan, kepada dinas kesehatan agar meningkatkan frekuensi penyuluhan di masyarakat akan pentingnya antenatal care serta persalinan yang bersih dan aman melalui perkumpulan keluarga, perwiritan, pertemuan ibu-ibu PKK, Darmawanita dan lain-lain.

(15)

ABSTRAC

Postpartum haemorrhage occurred when the blood flowing out over 500cc after delevering. It consists of two are primer and scondary pospartum haemorrhage. Primer postpartum haemorrhage occurred 24 hours after delevering and secondary after the first 24 hours child birth till 6 weeks postpartum. Therefore, the purpose of present study was to investigate the factors related to occurr postpartum haemorrhage with an approach to risk factor in Dr. Pringadi hospital Medan 2007.

The method of this study is survey analitic deskriktif with design cese control study, that to know characteristic maternity and antenatal care to postpartum haemorrhage, with 207 respondens. The sampels are taken by purposive.Analysis of data with univariat,bivariat, multivariat and used regresi logistic.

The results shown that paritas (p = 0,002, OR = 3,571), distance between birth (p= 0,006, OR = 3,143 ), history of partum (p= 0,000, OR = 5,165 ) and antenatal care (p = 0,000, OR = 6,000) related to haemorrhage postpartum, but factor age, education, and anemia not related. Multiregresi logistic shown that 4 independent variabeis related to postpartum haemorrhage are paritas, distance between birth, history of partum and antenatal care, the most correlation with postpartum haemorrhage is history of partum (OR = 8,322, CI = 2,194 - 31,561).

These results recommend that to preventif postpartum haemorrhage is adequate antenatal care continuosly during each time antenatal care.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir. Mortalitas dan morbiditas ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian Wanita Usia Subur (WUS) disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi penyebab utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita mempunyai kemungkinan meningkat 1:18 akibat kehamilan / persalinan selama kehidupannya; di banyak Negara Afrika 1:14; sedangkan di Amerika Utara hanya 1:6.366. lebih dari 50% kematian di Negara berkembang tersebut seharusnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah(Depkes, 2002).

(17)

maju 90%. Dari data WHO ini, lebih dari separuh seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan. Sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah/ perdarahan hebat adalah penyebab utama dari kematian ibu di seluruh dunia (Christopher, 2006).

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2002 / 2003 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (Depkes 2003). AKI dan AKB di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan Negara-negara berkembang lainnya. Sejak tahun 1986 sampai dengan 2003 belum terjadi penurunan AKI dan AKB secara bermakna. Menurut hasil penelitian di Indonesia setiap tahunnya di temukan 18.000 ibu yang meninggal dunia selama kehamilan dan persalinan (Depkes RI 2003). Tingginya AKI tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab AKI terbesar di kenal dengan “Trias Klasik” yaitu perdarahan (46,7%), eklampsia (14,5%), sepsis (8%), persalinan macet (6,5%), dan sisanya 24,3% karena komplikasi obsteric lainnya (Sudhaberata, 2001).

(18)

Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil (KI) dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1 kali triwulan I, 1 kali triwulan II dan 2 kali dalam triwulan III (K4). Data dari Dinas Kesehatan propinsi Sumatera Utara, cakupan K4 pada tahun 1998 adalah sebesar 81,68%, pada tahun 1999 sebesar 81,03% dan pada tahun 2000 adalah sebesar 62,89% (http://www.pempropsu.go.id.16-12-2006) dan pada tahun 2004 adalah 72,92% (Din.Kes Medan, 2005).

Cakupan K4 dibeberapa kota di Sumatera Utara, menurut profil kesehatan Kab/Kota 2004 untuk kota Medan cakupan K4 sebesar 91,85%, Tebing Tinggi sebesar 85,57%, Sibolga 81,12%. Padang Sidempuan sebesar 69,2%, Pematang Siantar 62,08% dan Tanjung Balai sebesar 43,24%. Sedangkan standar pelayanan minimal cakupan K4 adalah 95% (Kep.MenKes RI No. 145/MENKES/SK/X/2003).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya kematian ibu hamil dan bersalin yang disebabkan oleh perdarahan tahun 2004/2005 sebanyak 12 orang, sedangkan kasus perdarahan yang dapat ditangani sebanyak 145 jiwa dari 4055 persalinan.

(19)

1.2.Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah tingginya kejadian perdarahan pasca persalinan di RSU.Dr Pirngadi Medan periode 2005/2006 dan belum diketahuinya faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan tersebut.

1.3.Tujuan Penelitian

Untuk menganalisa hubungan karakteristik ibu bersalin berdasarkan umur, pendidikan, paritas, jarak antar kelahirahan, riwayat persalinan, anemia dan antenatal care dengan kejadian perdarahan pasca persalinan di RSU.Dr.Pirngadi tahun 2007.

1.4.Hipotesis Penelitian

Ada hubungan karakteristik ibu bersalin(umur, pendidikan, paritas, jarak antar kelahirahan, riwayat persalinan, anemia) dan antenatal care dengan perdarahan pasca persalinan.

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1 Memberikan pemahaman kepada peneliti tentang pentingnya antenatal care (K1 dan K4) bagi ibu hamil untuk dapat mendeteksi dini risiko kejadian perdarahan pasca persalinan, sehingga dapat dilakukkan solusi pencegahannya di RSU.Dr.Pirngadi Medan.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi melebihi 500 cc setelah bersalin. Perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan postpartum primer dan sekunder (Rayburn, William F. 2001).

2.1.1. Perdarahan postpartum primer

Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah:

a. Atonia Uteri b. Retensio Plasenta

2.1.2. Perdarahan postpartum sekunder

Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 24 jam pertama setelah kelahiran bayi sampai 6 minggu masa postpartum. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah: Robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membaran.

(21)

berkontraksi secara normal, maka pembuluh darah didaerah plasenta tidak terjepit dengan cukup, hal ini akan mengakibatkan perdaahan yang berat (DepKes RI, 2004).

Manajemen aktif persalinan kala III terdiri atas intervensi yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi rahim dan untuk mencegah perdarahan postpartum dengan menghindari atonia uteri. Komponennya adalah:

a. Memberi obat oksitosin (untuk kontraksi rahim) dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi.

b. Menjepit dan memotong tali pusat segera setelah melahirkan.

c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil secara bersamaan melakukan tekanan terhadap rahim melalui perut. Setelah pelepasan plasenta, memijat uterus juga dapat membantu kontraksi untuk mengurangi perdarahan (DepKes RI, 2004)

2.2. Diagnosis

Tabel 2.1 Diagnosis

Gejala dan tanda yang selalu ada Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada

Diagnosis kemungkinan

- Uterus tidak berkontraksi dan lembek

- Perdarahan segera setelah anak lahir (Perdarahan Pascapersalinan Primer atau P3)a

- Syok - Atonia uteri

- Perdarahan segera (P3)a

- Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir (P3)

- Uterus kontraksi baik - Plasenta lengkap

- Pucat - Lemah - Menggigil

(22)

- Plasenta belum lahir setelah 30 menit

- Perdarahan segar ((P3)a - Uterus kontraksi baik

- Tali pusat putus akibat kontraksi berlebihan

- Inversion uteri akibat tarikan

- Perdarahan lanjutan

- Retensio plasenta

- Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap

- Perdarahan segar (P3)a

- Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang

- Tertinggalnya sebagian plasenta

- Uterus tidak teraba

- Lumen vagina terisi massa

- Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)

- Perdarahan segera (P3)a - Nyeri sedikit atau berat

- Syok neurogenik - Pucat dan limbung

- Inversio uteri

- Sub-involusi uterus - Nyeri tekan bawah perut

- Perdarahan >24 jam setelah persalinan. Perdarahan sekunder atau P2S. Perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus-menerus tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi) - Anemia - Demam - Perdarahan terlambat - Endometritis

atau sisa plasenta (terinfeksi atau tidak)

- Perdarahan segar (P3)a (Perdarahan intraabdominal dan atau vaginum) - Nyeri perut berat (kurangi dengan

rupture)

- Syok

- Nyeri tekanan perut - Denyut nadi ibu cepat

- Robekan dinding uterus (rupture uteri)

(23)

2.3. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Perdarahan Pasca Persalinan

Penyebab perdarahan pasca persalinan yang utama (Sarwono, 2000) ialah: 2.3.1 Umur

Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Risiko tinggi pada ibu yang berumur <20 dan >35 tahun. Banyak ibu-ibu yang berumur <20 tahun dan belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia ibu <20 tahun, rahim, panggul ibu belum berkembang dengan baik, hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada usia > 35 tahun kurang siap untuk menghadapi kehamilan dan persalinan. Ibu yang berusia > 35 tahun cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, myoma uteri persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya(Dep.Kes RI,2001).

Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang, dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya (Drapper, 2001).

Abdullah (2001) menjelaskan proporsi ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan lebih tinggi 30,89% daripada proporsi ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan pada umur 20-35 tahun sebanyak 10,28%.

(24)

menyangkut dengan usia sang ibu. T yang pertama yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia kurang dari 20 tahun. Adapun risiko yang mungkin dapat terjadi jika hamil pada usia dibawah 20 tahun antara lain keguguran, preeklamsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinurial), eklamsia (keracunan kehamilan), timbulnya kesulitan persalinan karena sistem reproduksi belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), fistula vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina), fistula retrovaginal (keluarnya gas dan tinja dari vagina) dan kanker leher rahim. T yang kedua adalah terlalu tua artinya hamil diatas usia 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada usia terlalu tua ini antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsia, eklamsia, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan.

Usia kehamilan dua terlalu yaitu terlalu muda dan terlalu tua diatas sama-sama mempunyai risiko dapat meningkatkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Hal ini sejalan seperti yang diungkapkan oleh Surjaningrat (2002) bahwa kematian ibu pada wanita hamil dan melahirkan pada usia kurang 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian ibu yang terjadi pada usia 20-29 tahun kematian ibu meningkatkan kembali sesudah usia 30-35 tahun.

(25)

2.3.2 Pendidikan

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran (Notoatmodjo, 2005).

Tingkat pendidikan yang tinggi akan menjadikan suatu kehamilan lebih aman.Wanita dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk menikah pada usia yang lebih tua,menunda kehamilan, mau mengikuti Keluarga Berencana (KB) dan mencari pelayanan antenatal dan persalinan.Disamping itu mereka juga tidak akan mencari pengobatan tradisional bila hamil/bersalin dan juga dapat memilih makanan yang bergizi(Report, 1988)

Dari beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan pelayanan Obstetri dan tingkat pendidikan ibu. (Thaddeus & Maine,1990)

2.3.3 Paritas

(26)

paritasnya lebih dari atau sama dengan 4 dimana insidennya adalah 2,7% (Cunningham et.al,1993).

Tsu dkk melaporkan, dengan paritas rendah (0-1) dengan RR tanpa faktor-faktor yang mempengaruhi intrapartum dari 1.7 (95% CI 1.1-2.7) dan RR dengan intrapartum 1.5(95%CI 0.95-2.5) tetapi tidak dengan grand multipara.

Ohkuchi menemukan kelahiran primipara dengan perdarahan pasca persalinan pervagina (OR 1.6, 95% CI 1.4-1.9) (Christopher, 2006).

2.3.4 Jarak Antar Kelahiran

Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak kelahiran yang terakhir sering kali mengalami komplikasi dalam persalinan. Menurut Moir dan Meyerscough (1972) seperti dikutip siagian (1977), menyebutkan jarak kelahiran sebagai faktor predisposisi karena persalinan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi Uterus menjadi kurang baik. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya. Apabila kehamilan terjadi sebelum 2 tahun, kesehaan ibu akan mundur secara progresive (omrn, 1987).

(27)

2.3.5 Riwayat Persalinan

Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat persalinan yang buruk akan mengalami resiko yang tinggi saat melahirkan (population Report, 1988). Riwayat persalinan buruk ini dapat berupa obortus habitualis, kematian janin, pernah preeklampsi, cesaria, persalinan lama, janin besar dan pernah perdarahan

antepartum.

Sulisstiowati,2001 mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat persalinan dengan perdarahan pasca persalinan dan menemukan OR 2,4 kali pad ibu yang memiliki riwayat persalinan dibanding ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan.

2.3.6 Anemia

WHO (1992) menentukan batas anemia pada wanita hamil adalah <11gr%. Pada kehamilan terjadi peningkatan volume plasma sebanyak 50%, sedangkan butir darah merah hanya meningkat 18% sehingga mengakibatkan penurunan hemo tokrit 6% yang seimbang dengan 2gr%HB. Perubahan ini terjadi pada trimester kedua dan ketiga dari suatu kehamilan (Hughes, 1991). Anemia merupakan masalah maternal yang cukup penting selama kehamilan (Pernoll, 1991).

(28)

meningkatkan risiko terjadinya perdarahan (Royston dan Amstrong, 1989. WHO, 1992).

Rosmeri(2000), menunjukkan bahwa ibu yang menderita anemi selama hamil mempunnyai pengaruh yang bermakna terhadap perdarahan pasca persalinan. Ibu dengan anemi selama hamil mempunyai risiko 4,27 kali untuk mengalami perdarahan pasca persalinan dibandingakn dengan ibu yang tidak mengalami anemi.

2.3.7 Pelayanan Antenatal

Pada pemeriksaan antenatal, pelayanan standar minimal yang didapat dan yang termasuk dalam 7T antara lain (1) Tibang berat badan, (2) Ukur Tekanan darah, (3) Ukur Tinggi fundus uteri, (4) Pemberian imunisasi TT lengkap, (5) Pemberian Tablet besi, (6) Test terhadap penyakit menulat seksual, (7) Temu wicaa dalam rangka pesiapan tujukan (Sarwono, 2001).

Menurut Dep.Kes RI (1995), kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap:

1. Kunjungan ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertamakali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan 7T pada trimester I, dimana umur kehamilan 0-12 minggu.

(29)

dan pelayanan 7T, dengan distribusi kontak ninimal 1 kali pada trimester II (K2), dimana umur kehamilan 13-24 minggu, 2 kali pada trimester III (K3 dan K4), dimana umur kehamilan > 24 minggu.

Cakupan pelayanan kehamilan adalah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan oleh tenaga medis di suatu wilayah kerja. Cakupan baru ibu hamil (K1) dipakai sebagai indikator aksesibilitas (jangkauan) pelayanan. Angka cakupan K1 Diperoleh dari jumlah K1 dalam 1 tahun dibagi jumlah ibu hamil di wilayah kerja dalam 1 tahun. Sedangkan cakupan K4 di pakai sebagai indikator tingkat perlindungan ibu hamil. Angka cakupan K4 diperoleh dari jumlah ibu hamil di wilayah kerja dalam 1 tahun (Dep.Kes, 2002).

Adapun tujuan dari pelayanan antenatal adalah:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, metal dan sosial janin. c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.

(30)

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Dep.Kes, 2002).

Menurut Pardosi, 2005 bahwa ibu yang melakukan kunjungan antenatal K1 dan K4 <4 kali selama kehamilan lebih berisiko 2,15 kali untuk mengalami perdarahan pasca persalinan dibanding dengan yang melakukan kunjungan antenatal K1 dan K4 >4 kali.

2.4 Faktor Risiko Yang Dapat Dihindarkan

2.4.1 Sisa Plasenta

Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap, harus dilakukan eksplorasi kavum uteri. Potongan-potongan plasenta yang ketinggalan tanpa diketahui, biasanya menimbulkan Perdarahan Pasca Persalinan skunder. Jika perdarahan banyak, hendaknya sisa-sisa plasenta ini segera dikeluarkan walaupun demam (Sastrawinata S, 2004).

2.4.2 Luka Robekan jalan lahir

Perdarahan yang cukup banyak dapat terjadi dari robekan yang dialami selama proses melahirkan baik yang normal maupun dengan tindakan, seperti episiotomi. Jalan lahir harus diinspeksi sesudah kelahiran selesai sehingga sumber perdarahan dapat dikendalikan.

Disamping itu, ada faktor-faktor lain yang turut menyebabkan kehilangan darah secara berlebihan kalau terdapat trauma pada jalan lahir.

(31)

1. Interval yang lama antara dilakukannya episiotomi dan kelahiran anak 2. Pembuluh darah yang putus pada puncak episiotomi tidak berhasil dijahit 3. Perbaikan episiotomi setelah bayi lahir dan ditunggu lama

4. Pemeriksaan inspeksi lupa dikerjakan pada cervix dan vagina bagian atas 5. Kemungkinan terdapatnya beberapa tempat cedera tidak terpikirkan

6. Ketergantungan pada obat-obat oxytocic yang disertai penundaan terlampau lama dalam mengeksplorasi uterus (Oxorn Harry, 2003)

7. Gangguan pembekuan darah

Setiap penyakit haemorrhage (blood dyscrasias) dapat diderita oleh wanita hamil dan kadang-kadang menyebabkan perdarahan post partum. Afibrinogenimia atau

hipofibrinogenimia dapat menyebabkan terjadi setelah abruptio plasenta, retentio janin-mati yang lama dalam rahim, dan pada emboli cairan ketuban. (Oxorn Harry, 2003).

8. Obat Oksitosin

Obat-obat oksitosik banyak digunakan untuk induksi serta penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan postpartum dan penanganan aktif kala III persalinan. Obat-obat oksitosik yang digunakan di Inggris adalah

(32)

2.5 Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dihindarkan

1. Riwayat Obstetri 2. Umur

3. Paritas 4. Atonia Uteri 5. Retensio Plasenta

2.6 Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Persalinan

Dalam persalinan yang bersih dan aman, manajemen aktif kala III seharusnya sudah merupakan prosedur standar dalam upaya untuk pemecahan perdarahan persalinan.

2.6.1 Atonia Uteri

Pada Atonia Uteri uterus gagal berkontraks dengan baik setelah persalinan. Penanganannya adalah:

a. Teruskan pemijatan uterus

b. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan Tabel 2.2

JENIS DAN CARA

OKSITOSIN ERGOMETRIN MISOPROSTOL

Dosis dan cara pemberian awal

I.V.Infus 20 unit dalam 1 liter larutan garam fisiologis dengan 60 tetesan

permenit I.M 10 unit

Oksitosin I.V dan 2 (secara perlahan) : 0,2 mg

(33)

Dosisi lanjutan I.V Infus 20 unit dalam liter larutan garam fisiologis dengan 40 tetesan/menit

Ulangi I.M setelah 15 menit. Jika masih diperlukan beri I.M dan I.V setiap 2-4 jam

400 mcg 2-4 jam setelah dosis awal

Dosisi

maksimal/hari

Tidak lebih dari 3 liter larutan dengan oksitosin

Total 1 mg atau 5 dosisi

Total 1200 mcg atau 3 dosisi Indikasi kontra

atau hati-hati

Tidak boleh memberi I.V secara cepat atau bolus Preeklampsia, vitium kordis, hipertensi Nyeri kontraksi asma

Sumber: Saifuddin, 2002

c. Prostaglandin tidak diberikan berurutan karena dapat berakibat fatal d. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja Atonia Uteri

e. Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan f. Jika perdahan terus berlangsung:

1. Pastikan plasenta lahir lengkap.

2. Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darah), keluarkan sisa plasenta tersebut.

3. Lakukan uji pembekuan darah sederahana. Kegagalan terbentuknya pembekuan darah setelah 7 menit atau adanya bekuan darah yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.

(34)

h. Jika perdarahan terus berlangsung setelah di lakukan kompresi: 1. Lakukan Ligasi Arteri Uterina dan Ovarika

2. Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi

i. Tamponade uterus merupakan tindakan yang tidak bermanfaat dan membuang waktu yang berharga.

2.6.2 Robekan Serviks Vagina dan Perinium

Robekan jalan lahir merupakan penyebab ke dua tersering dari Perdarahan Pasca Persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan Pasca Persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.

a. Periksalah dengan seksama dan perbaiki robekan pada serviks atau vagina dan perenium

b. Lakukan uji pembekuan darah sederhana jika perdarahan terus berlangsung. Kegagalan terbentuknya pembekuan darah setelah 7 menit atau adanya bekuan darah yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.

2.6.3 Retensio Plasenta

(35)

a. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan, jika anda merasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut. Pastikan kandung kemih kosong. Jika diperlukan, lakukan kateterisasi kandung kemih. b. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit I.M jika belum

dilakukan pada penanganan aktif kala III. Jangan berikan ergometrin, karena dapat menyebabkan kontraksi uterus yang tonik, bisa memperlambat pengeluaran plasenta.

c. Jika plasenta belum dilahirkan 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi lakukan penarikan tali pusat terkendali.

Catatan : Hindari penarikan tali pusat dan penekanan fundus yang terlalu kuat karena dapat menyebabkan inversio uterus.

d. Jika kontraksi tali pusat belum berhasil cobalah untuk melakukan pengeluaran plasenta secara manual.

Catatan : Plasenta yang melekat dengan kuat merupakan plasenta akreta. Usaha untuk melepaskan plasenta yang melekat kuat dapat mengakibatkan perdarahan berat atau perporsi uterus, yang biasanya membutuhkan tindakan histerektomi.

e. Jika perdarahan berlangsung, lakukan uji pembekukan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan darah setelah 7 menit atau adanya bekuan darah yang dapat dipecah dengan mudah menunjukkan adanya

(36)

f. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina berbau) berikan anti biotika untuk metritis.

2.6.4 Sisa Plasenta

Mungkin saja tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta. Satu bagian dari plasenta atau lebih lobus tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif.

a. Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta, untuk mencari sisa plasenta eksplorasi manual uterus menggunakan tehnik yang digunakan untuk mengeluarkan plasenta yang tidak keluar.

b. Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum atau karet besar 2.6.5 Inversi Uterus

Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya dilakukan segera. Dengan berjalannya waktu, lingkaran kontraksi disekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.

a. Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kg BB tetapi jangan lebih dari 100 mg) I.M atau I.V secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kg BB I.M. Catatan : Jangan berikan oksitosin sampai inversio telah direposisi.

(37)

bekuan darah setelah 7 menit atau terbentuknya bekuan darah yang lunak yang mudah hancur menunjukan adanya kemungkinan koagulopati.

c. Berikan antibiotika profikasis dosis tunggal setelah mereposisi uterus:

1. Ampisilin 2 g I.V ditambah Metronidazol 500 mg I.V atau sefazolin I gI.V 2. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau), berikan anti

biotika untuk metritis.

3. Jika dicurigai terjadi nekrosis, lakukan histerektomi vagina. Hal ini mungkin membutuhkan rujukan kepuasan pelayanan kesehatan tersier.

2.7 Perdarahan Pasca Persalinan Tertunda

a. Jika terjadi anemia berat (hemoglobin kurang dari 8 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%), siapkan transfusi dan berikan tablet besi oral dan asam folat.

b. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret, vagina yang berbau) berikan antibiotika untuk metritis.

c. Perdarahan pasca persalinan yang lama atau tertunda mungkin menjadi tanda terjadinya metrimitis.

d. Berikan oksitosin.

e. Jika serviks masih dilatasi, lakukan eksplorasi dengan tangan untuk mengeluarkan bekuan-bekuan besar dan sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus menggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan untuk mengeluarkan plasenta yang tidak keluar.

(38)

g. Pada kasus yang lebih jarang, jika perdarahan terus berlanjut, pikirkan kemungkinan melakukan ligasi arteri uterina dan utero-ovarika atau histerektomi. h. Lakukan pemeriksaan histologi dari jaringan hasil kuret atau histerektomi, jika

(39)

2.8 Landasan Teori

Sumber : WHO 1990

Predisposisi perdarahan postpartum:

Keadaan umum terendah :

• Anemia kehamilan

• Kekurangan gizi

Overdistensi hamil Kelemahan otot rahim

• Grandemultipara

• Jarak kehamilan pendek

Persalinan kurang legeartis Persalinan operatif/resifitatus Solusio plasenta

Perdarahan Postpartum

Upaya preventive umum:

Tingkat gizi/keadaan umum melalui antenatal care

Persalinan legeartis Tingkat KB Tingkat rujukan

Diagnosis perdarahan postpartum:

Perdarahan melebihi 500cc/24 jam atau 25% volume darah

Menimbulkan gejala klinis:

• Gangguan kardiovaskuler

• Syok – kematian

Evaluasi penyebab perdarahan postpartum

Atonia uteri: Kontraksi lembek Penanganan khusus Retensio plasenta: Persiapan tak lahir lebih dari ½ jam D/D plasenta inkarserata Tindakan plasenta manual Trauma persalinan: Kontraksi rahim baik Perdarahan baru Evaluasi penyebabnya dari uterus

Terapi ligasi A hipogastrik

Persiapan tindakan khusus & perbaikan keadaan umum: Persiapan infus dan transfusi

(40)

2.9 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Karakteristik Ibu

• Umur

• Pendidikan

• Paritas

• Jarak Antar

Kelahiran

• Riwayat

Persalinan

• Anemia

Perdarahan Pasca

Persalinan

Antenatal Care

[image:40.612.124.536.199.508.2]

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

(41)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain

case control study, yaitu memilih kasus yang mengalami Perdarahan Pasca Persalinan dan kontrol tanpa perdarahan pasca persalinan. Peneliti kemudian melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui paparan yang dialami subjek pada waktu lalu (retrospektif) melalui alat ukur kuesioner.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di RSU. Dr. Pirngadi Medan, karena berdasarkan survei awal yang dilakukan, jumlah ibu bersalin yang mengalami perdarahan pasca persalinan meningkat selama tahun 2005/2006.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2007.

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(42)

ibu bersalin yang mengalami perdarahan pasca persalinan dan kontrol adalah ibu bersalin tanpa mengalami perdarahan pasca persalinan.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposif, hingga didapat 36 kasus ibu bersalin yang mengalami perdarahan pasca persalinan dan kontrol sebanyak 72 ibu bersalin tanpa mengalami perdarahan pasca persalinan dengan perbandingan kasus : kontrol adalah 1 : 2 kemudian dilakukan wawancara dengan kuesioner terstruktur. Pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria inklusi yaitu responden bersedia untuk diwawancarai, bila perdarahan melebihi 500cc dalam 24 jam pertama dan lebih dari 24 jam, sedangkan kriteria eksklusi jika responden tanpa perdarahan dalam 24 jam pertama dan lebih dari 24 jam persalinan. Kemudian dilakukan matching pada pekerjaan ibu.

(43)

3.4Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap ibu-ibu yang melahirkan dan dirawat di RSU.Dr.Pirngadi yang mengalami perdarahan pasca persalinan dengan menggunakan kuesioner.

b. Data Sekunder adalah data tentang karakteristik dan antenatal care ibu-ibu yang melahirkan dan dirawat di RSU Dr.Pirngadi Medan sejak bulan Juni sampai Agustus 2007 yang diperoleh dari data rekam medis.

3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner yang telah dibuat, kemudian di ujicoba terhadap 30 responden dengan 33 item. Item kuesioner valid dan reliabel bila r alpha > r tabel. Berdasarkan uji nilai r alpha = 0,9920 dan r tabel = 0,361. hal ini berarti r alpha > r tabel = 0,9920>0,361. Berarti kuesioner dalam penelitian ini adalah reliabel(lampiran 2).

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Terikat

Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan pervagina yang terjadi pada ibu saat kala III setelah bersalin lebih dari 24 jam sampai 6 minggu.

(44)

3.5.2 Variabel Bebas

a. Umur adalah usia ibu dalam tahun yang didiperoleh dari hasil wawancara terhadap responden yang dirawat di RS. Pirngadi Medan tahun 2007

Kategori : 1. Umur < 20 tahun dan > 35 tahun 2. Umur 20 – 35 tahun

b. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan sebelumnya yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden yang dirawat di RS. Pirngadi Medan tahun 2007.

Kategori : 1. Paritas < 1 dan > 4 2. Paritas 1 - 3

c. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh ibu berdasarkan ijazah terakhir yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden yang dirawat di RS. Pirngadi Medan tahun 2007.

Kategori : 1. SLTP kebawah 2. SLTA keatas

d. Riwayat persalinan adalah riwayat persalinan sebelumnya yang diproleh dari hasil wawancara terhadap responden yang dirawat di RS. Pirngadi Medan tahun 2007.

Kategori : 1. Persalinan dengan tindakan 2. Persalinan spontan

(45)

Kategori : 1. < 2 tahun 2. > 2 tahun

f. Anemia adalah penyakit gangguan kekurangan darah atau homoglobin yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden yang dirawat di RS. Pirngadi Medan tahun 2007.

Kategori : 1. Hb = < 11 gr% 2. Hb = > 11gr%

g. Kunjungan antenatal adalah kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa kehamilannya yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden yang dirawat di RS. Pirngadi Medan tahun 2007.

Kategori : 1. K1 dan K4 < 4 2. K1 dan K4 >

[image:45.612.121.504.350.695.2]

3.6 Skala dan Alat Ukur

Tabel 3.1

Skala dan Alat Ukur

No Variabel Skala Ukur Alat Ukur

Variabel Terikat

1 Perdarahan Pasca Persalinan

Ordinal - Cheklist - Kuesioner

Variabel Bebas

1 Umur Ordinal - Cheklist

2 Paritas Ordinal - Cheklist

- Kuesioner 3 Pendidikan Ordinal - Cheklist

(46)

4 Riwayat Persalinan Nominal - Cheklist - Kuesioner 5 Jarak Antar

Kelahiran

Ordinal - Cheklist - Kuesioner

6 Anemia Ordinal - Cheklist

- Kuesioner 7 Kunjungan

Antenatal

Ordinal - Cheklist - Kuesioner

3.7 Metode Analisa Data

Metoda Analisa Data dilakukan dengan menggunakan program komputer. 3.7.1 Analisis Univariat

Untuk melihat variabel independen meliputi : karakteristik ibu bersalin dan antenatal care yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.7.2 Analisis Bivariat

(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1982 yang berlokasi di jalan Prof. HM. Yamin, SH No. 47 Medan. Pemilik Pemda Prop. Sumatera Utara, Kualifikasi : Kelas B Pendidikan, Status Rumah Sakit Swadana 11 Pebruari 1998, Penelitian Akreditasi Dasar, tanggal 14 April 2000.

Rumah Sakit Umum Dr. Prongadi Kota Medan memiliki luas 73.123,90m2 dengan ruang rawat inap berjumlah 29 ruangan dan rawat jalan (klinik rawat jalan) terdiri dari 58 klinik. Dalam usaha pelayanan medis Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan terdiri dari beberapa unit, yaitu:

1. Penyakit Dalam 2. Bedah

3. Kebidanan dan Penyakit Kandungan 4. Kesehatan Anak

5. Penyakit Mata

6. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan 7. Penyakit Kulit dan Kelamin

(48)

11.Patologi Klinik 12.Rehabilitasi Medis 13.Kedokteran Kehakiman 14.Anastesi

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan mempunyai Motto :Aegroti Salus Lex Suprema (Kepentingan Penderita adalah yang utama) melalui visi : Dengan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan berupaya menjadi rumah sakit rujukan yang terbaik di Sumatera Utara melalui Misi:

1. Menyelenggarakan upaya kesehatan paripurna kepada Masyarakat tanpa membedakan bangsa, suku, keadaan sosio ekonomi, agama, dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialitik dan sub spesialistik, bermutu professional dan etis.

3. Menjadikan Rumah Sakit sebagai tempat berlindung upaya pelayanan kesehatan yang aman dan nyaman, di tempat mana penderita memperoleh kepercayaan dan harapan.

4. Menjadikan Rumah Sakit sebagai tempat untuk memberikan pelayanan yang berhasil guna dan memperhatikan kebutuhan masyarakat.

(49)

6. Mengembangkan pelayanan Rumah Sakit yang bersifat sosio medis dalam rangka pelayanan kesehatan paripurna yang berorientasi pada penderita sebagai manusia seutuhnya.

Sesuai dengan tugasnya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, yang dilaksanakan dengan serasi terpadu dengan upaya peningkatan, pencegahan, dan upaya rujukan, maka Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi kota Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pelayanan medis

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis 3. Menyelenggarakan asuhan keperawatan

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan 5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan 6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan 7. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

4.2Analisis Univariat Karakteristik Responden

(50)
[image:50.612.142.478.167.652.2]

Tabel 4.1

Distribusi Responden Menurut Karakteristik Ibu Bersalin dan Antenatal Care Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2007

KASUS KONTROL Karakteristik Ibu

n % n %

Kelompok Umur (th)

< 20 dan > 35 20 – 35

18 18 50,0 50,0 44 28 61,1 38,9

Total 36 100,0 72 100,0

Paritas

< 1 dan > 4 1-3 22 14 61,1 38,9 22 50 30,6 69,4

Total 36 100,0 72 100,0

Pendidikan

SMP ke bawah SMA ke atas

22 14 61,1 38,9 40 32 55,6 44,4

Total 36 100,0 72 100,0

Riwayat Persalinan

Persalinan dengan tindakan Persalinan spontan 25 11 69,4 30,6 22 50 30,6 69,4

Total 36 100,0 72 100,0

Jarak Antar Kelahiran (th) < 2 > 2 24 12 66,7 33,3 28 44 48,1 51,9

Total 36 100,0 72 100,0

Anemia

Hb < 11gr% Hb >11gr% 24 12 66,7 33,3 38 34 57,4 42,6

(51)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa kelompok kasus, umur responden pada kelompok umur antara <20 dan > 35 tahun dan kelompok umur 20-30 tahun, jumlahnya sama yaitu masing-masing 18 responden (50%) sedangkan untuk kelompok kontrol pada kelompok umur antara <20 dan >35 tahun jumlahnya lebih besar (61,1%) dibandingkan dengan pada kelompok umur antara 20-35 tahun (38,9%).

Berdasarkan paritas maka pada kelompok kasus 61,1% adalah paritas <1 dan >4 lebih besar dari paritas 1 – 3 yaitu 38,9%. Sedangkan pada kelompok kontrol paritas <1 dan >4 lebih kecil dari paritas 1 – 3 yaitu 30,6% dan paritas 1 – 3 yaitu 69,4%. Berdasarkan pendidikan pada kelompok kasus terlihat bahwa 22 responden (61,1%) adalah berpendidikan SMP ke bawah dan 14 responden (38,9%) berpendidikan SMA ke atas, sedangkan pada kelompok kontrol yang berpendidikan SMP ke bawah sebanyak 40 responden (55,6%)dan 32 responden (44,4%) yang berpendidikan SMA ke atas.

Berdasarkan riwayat persalinan, menunjukkan bahwa 25 responden (69,4%) pada kelompok kasus mengalami persalinan dengan tindakan dan 11 responden (30,6%) mengalami persalinan spontan. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 22 responden (30,6%) mengalami persalinan tindakan dan 50 responden (69,4%) pada kelompok kontrol mengalami persalinan dengan spontan.

(52)

kelompok kontrol sebanyak 28 responden (48,1%) mempunyai jarak antar kelahiran < 2 tahun dan 44 responden (51,9%) mempunyai jarak antar kelahiran adalah > 2 tahun.

[image:52.612.163.480.353.533.2]

Karakteristik ibu menurut anemia menunjukkan bahwa pada kelompok kasus sebanyak 24 responden (66,7%) memiliki Hb < 11 gr% dan 12 responden (33,3%) memiliki Hb > 11 gr%, sedangkan pada kelompok kontrol, sebanyak 38 responden (57,4%) memiliki Hb < 11 gr% dan 34 responden (42,6%) memiliki Hb > 11 gr%.

Tabel 4.2

Distribusi Ibu Bersalin berdasarkan Kunjungan Antenatal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2007

Persalinan

Kasus Kontrol Kunjungan

Antenatal

n % n % X2 / ( p Value)

K1 dan K4= < 4 27 75,0 24 33,3 K1 dan K4 = > 4 9 25,0 48 66,7 Total 36 100,0 72 100,0

16,718

( 0,000)

(53)

4.3Analisis Bivariat Hubungan antara Karakteristik Responden dengan

Perdarahan Pasca Persalinan

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara faktor resiko (variabel independen) dengan perdarahan pasca persalinan (variabel

dependent) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan uji Chi-Square

dengan nilai α = 0,05.

4.3.1 Hubungan Umur dengan Perdarahan Pasca Persalinan

[image:53.612.109.529.308.615.2]

Hubungan kelompok umur ibu yang bersalin dengan Perdarahan Pasca Persalinan Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca Persalinan Berdasarkan Variabel Umur Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

Persalinan

Kasus Kontrol Umur

n % N %

X2 / ( p Value)

OR / (CI 95%)

< 20 thn>35 18 50,0 44 61,1

20-35 18 50,0 28 38,9

Total 36 100,0 72 100,0

1,212

( 0,271 )

0,636

(0,284-1,426 )

(54)

20 – 35 tahun yaitu masing-masing 18 responden(50%). Sedangkan untuk kelompok kontrol pada kelompok umur <20 dan >35 tahun jumlahnya lebih besar (61,1%) dibanding dengan kelompok umur antara 20 – 35 tahun (38,9%). Hasil uji statistik Chi-Square dengan nilai X2 = 1,212 dan p Value adalah 0,271, yang berarti nilai p Value > 0,05 menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara umur ibu bersalin dengan pendarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 0,636, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada kelompok umur <20 tahun dan kelompok umur > 35 tahun adalah 0,636 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur antara 20-35 tahun.

4.3.2 Hubungan Paritas dengan Perdarahan Pasca Persalinan

[image:54.612.115.531.539.680.2]

Hubungan paritas responden yang bersalin dengan Perdarahan Pasca Persalinan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca Persalinan Berdasarkan Variabel Paritas Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

Persalinan

Kasus Kontrol Paritas

n % N %

X2 / ( p Value)

OR / (CI 95%)

<1 dan > 4 anak 22 61,1 22 30,6 1 – 3 anak 14 38,9 50 59,3 Total 36 100,0 72 100,0

9,281

( 0,002 )

3,571

(55)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa Berdasarkan paritas maka pada kelompok kasus 61,1% responden dengan paritas <1 dan >4, dan 38,9% dengan paritas1-3, sedangkan pada kelompok kontrol 30,6% responden dengan paritas <1 dan > 4, dan 59,3% dengan paritas 1-3. Hasil uji statistik Chi-Square dengan nilai X2 = 9,281 dan p Value adalah 0,002, yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan antara paritas dengan perdarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 3,571, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada ibu dengan paritas <1 dan > 4 anak adalah 3,571 kali lebih besar dibandingkan dengan paritas 1-3.

4.3.3 Hubungan Pendidikan dengan Perdarahan Pasca Persalinan

[image:55.612.113.529.544.683.2]

Hubungan pendidikan responden yang bersalin dengan Perdarahan Pasca Persalinan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca Persalinan Berdasarkan Variabel Pendidikan Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

Persalinan

Kasus Kontrol Pendidikan

n % n % X2 / ( p Value)

OR / (CI 95%)

SMP ke bawah 22 61,1 40 55,6 SMA keatas 14 38,9 32 44,4

Total 36 100,0 72 100,0

0,303

( 0,582 )

1,257

(56)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas pada kelompok kasus terlihat bahwa 22 responden (61,1%) adalah berpendidikan SMP ke bawah dan 14 responden (38,9%) berpendidikan SMA ke atas, sedangkan pada kelompok kontrol yang berpendidikan SMP ke bawah sebanyak 40 responden (55,6%)dan 32 responden (44,4%) yang berpendidikan SMA ke atas.

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2 = 0,303 dan p Value adalah 0,582, yang berarti nilai p Value > 0,05 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara pendidikan ibu bersalin dengan pendarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 1,257, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada kelompok ibu yang berpendidikan SMP ke bawah adalah 1,257 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok ibu yang berpendidikan SMA ke atas.

4.3.4 Hubungan Jarak Antar Kelahiran dengan Perdarahan Pasca Persalinan

[image:56.612.112.529.524.710.2]

Hubungan Jarak Antar Kelahiran dengan Perdarahan Pasca Persalinan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca Persalinan Berdasarkan Variabel Jarak Antar Kelahiran

Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Persalinan

Kasus Kontrol Jarak Antar

Kelahiran

n % N %

X2 / ( p Value)

OR / (CI 95%)

≤ 2 tahun 24 66,7 28 38,9 > 2 tahun 12 33,3 44 61,1 Total 36 100,0 72 100,0

7,4183

( 0,006 )

3,143

(57)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas terlihat bahwa jarak antar kelahiran menunjukkan bahwa sebanyak 24 responden (66,7%) pada kelompok kasus mempunyai jarak antar kelahiran < 2 tahun dan 12 responden (33,3%) mempunyai jarak antar kelahiran adalah > 2 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 28 responden (38,9%) mempunyai jarak antar kelahiran < 2 tahun dan 44 responden (61,1%) mempunyai jarak antar kelahiran adalah >2 tahun.

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2 = 7,418 dan p Value adalah 0,006, yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan antara jarak antar kelahiran dengan perdarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 3,143, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada pada ibu yang mempunyai jarak antar kelahiran < 2 tahun adalah 3,143 kali lebih besar dibandingkan dengan yang mepunyai jarak antara kelahiran > 2 tahun.

4.3.5 Hubungan Riwayat Persalinan dengan Perdarahan Pasca Persalinan

(58)
[image:58.612.115.531.182.338.2]

Tabel 4.7

Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca Persalinan Berdasarkan Variabel Riwayat Persalinan

Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007

Persalinan

Kasus Kontrol Riwayat

Persalinan

n % N %

X2 / ( p Value)

OR / (CI 95%)

Dengan Tindakan 25 69,4 22 30,6 Spontan 11 30,6 50 69,4 Total 36 100,0 72 100,0

14,767

( 0,000)

5,165

( 2,167 – 12,311 )

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa kelompok kassus dengan riwayat persalinan 25 responden (69,4%) persalinan dengan tindakan dan persalinan secara spontan 11 responden (30,6%). Sedangkan pada kelompok kontrol 22 responden (30,6%) mengalami persalinan dan 50 responden (69,4%) dengan persalinan spontan.

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2 = 14,767 dan p Value adalah 0,000, yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan antara riwayat persalinan dengan perdarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 5,165, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada ibu yang mempunyai riwayat persalinan dengan tindakan adalah 5,165 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang mempunyai riwayat persalinan secara spontan. 4.3.6 Hubungan Anemia dengan Perdarahan Pasca Persalinan

(59)
[image:59.612.115.528.181.346.2]

Tabel 4.8

Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca Persalinan Berdasarkan Variabel Anemia Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007

Persalinan

Kasus Kontrol Anemia

N % N % X2 / ( p Value)

OR / (CI 95%)

Hb < 11gr% 24 66,7 38 52,8 Hb > 11gr% 12 33,3 34 47,2 Total 36 100,0 72 100,0

1,893

( 0,169 )

1,789

( 0,778 – 4,117 )

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa karakteristik ibu menurut anemia menunjukkan bahwa pada kelompok kasus sebanyak 24 responden (66,7%) memiliki Hb < 11 gr% dan 12 responden (33,3%) memiliki Hb > 11 gr%, sedangkan pada kelompok kontrol, sebanyak 38 responden (52,8%) memiliki Hb < 11 gr% dan 34 responden (47,2%) memiliki Hb > 11 gr%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2 = 1,893 dan p Value adalah 0,169, yang berarti nilai p Value > 0,05

(60)

4.3.7 Hubungan Kunjungan Antenatal dengan Perdarahan Pasca Persalinan

[image:60.612.115.521.265.408.2]

Hubungan Kunjungan Antenatal dengan Perdarahan Pasca Persalinan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9

Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Terhadap Perdarahan Pasca Persalinan Berdasarkan Variabel Kunjungan Antenatal

Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007

Persalinan

Kasus Kontrol Kunjungan

Antenatal

N % N % X2 / ( p Value)

OR / (CI 95%)

K1 dan K4= < 4 27 75,0 24 33,3 K1 dan K4 = > 4 9 25,0 48 66,7 Total 36 100,0 72 100,0

16,718

( 0,000)

6,000

( 2,441 – 14,751 )

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada kelompok kasus kunjungan antenatal, sebanyak 27 responden (75%) adalah K1 dan K4 adalah < 4 kali kunjungan dan 9 responden (25%) melakukan kunjungan natenatal K1 dan K4 > 4 kali kunjungan. Sementara pada kelompok kontrol, K1 dan K4 < 4 kali 24 responden (33,3%) dan 48 responden (66,7%) melakukan K1 dan K4 > 4 kali kunjungan.

(61)
(62)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1Hubungan Karakteristik Ibu bersalin dengan Perdarahan Pasca Persalinan

5.1.1 Umur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa ibu bersalin pada kelompok kasus, umur responden pada kelompok umur antara 20-35 tahun dan kelompok umur <20 tahun dan kelompok umur > 35 tahun, jumlahnya sama yaitu masing-masing 18 responden (50%) sedangkan untuk kelompok kontrol pada kelompok umur antara 20-35 tahun jumlahnya lebih besar (61,1%) dibandingkan dengan pada kelompok umur antara 20-35 tahun (38,9%). Hasil uji statistik Chi-Square dengan nilai X2 = 1,212 dan p Value adalah 0,271, yang berarti nilai p Value > 0,05 menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara umur ibu bersalin dengan pendarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 0,636, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada kelompok umur <20 tahun dan kelompok umur > 35 tahun adalah 0,636 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur antara 20-35 tahun.

(63)

Menurut BKKBN (2006) bahwa jika ingin memiliki kesehatan reproduksi yang prima seyogyanya harus menghindari “4 telalu” dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia sang ibu. T yang pertama yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia kurang dari 20 tahun. Adapun resiko yang mungkin dapat terjadi jika hamil pada usia dibawah 20 tahun antara lain keguguran, preeklamsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinurial), eklamsia (keracunan kehamilan), timbulnya kesulitan persalinan karena sistem reproduksi belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan T yang kedua adalah terlalu tua artinya hamil diatas usia 35 tahun. Resiko yang mungkin terjadi jika hamil pada usia terlalu tua ini antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsia, eklamsia, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan.

Usia kehamilan dua terlalu yaitu terlalu muda dan terlalu tua diatas sama-sama mempunyai risiko dapat meningkatkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Hal ini sejalan seperti yang diungkapkan oleh Surjaningrat, S (2002) bahwa kematian ibu pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian ibu yang terjadi pada usia 20-29 tahun kematian ibu meningkatkan kembali sesudah usia 30-35 tahun.

(64)

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.4 pada kelompok kasus terlihat bahwa 22 responden (61,1%) adalah berpendidikan SMP ke bawah dan 14 responden (38,9%) berpendidikan SMA ke atas, sedangkan pada kelompok kontrol yang berpendidikan SMP ke bawah sebanyak 40 responden (55,6%) dan 32 responden (44,4%) yang berpendidikan SMA ke atas.

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2 = 0,303 dan p Value adalah 0,582, yang berarti nilai p Value > 0,05 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara pendidikan ibu bersalin dengan pendarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 1,257, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada kelompok ibu yang berpendidikan SMP ke bawah adalah 1,257 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok ibu yang berpendidikan SMA ke atas.

Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam penyelesaian proses pembelajaran secara formal. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan pengetahuan maupun perilakunya juga makin baik. Karena dengan pendidikan yang makin tinggi, maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga makin banyak, sehingga perubahan perilaku ke arah yang baik diharapkan dapat terjadi. Namun dalam kenyataannya tingginya tingkat pendidikan tidak selalu dikuti oleh pengetahuan maupun perilaku yang baik.

(65)

ini mungkin sehubungan dengan kesehatan ibu, karena ibu yang berpendidikan rendah (SMP kebawah) cendrung untuk menikah pada umur labih muda dan mempunyai anak pada umur yang lebih muda. Selain itu ibu yang berpendidikan rendah cendrung untuk mencari pengobatan tradisional bila sakit. Sebaliknya ibu yang berpendidikan lebih tinggi (SMA ke atas cendrung lebih mau mengikuti keluarga berencana dan lebih memperhatikan kesehatan, misalnya dalam hal memilih makanan bergizi(Poulation Report, 1988).

5.1.3 Paritas

Paritas merupakan suatu kemampuan dari seorang wanita untuk memiliki anak. Berdasarkan data yang terkumpul dari Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan menunjukkan pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa Berdasarkan paritas maka pada kelompok kasus 61,1% responden mempunyai paritas 1 – 3 anak, dan 38,9% mepunyai paritas <1 dan >4 anak, sedangkan pada kelompok kontrol sebaliknya, sebanyak 40,76% responden mempunyai paritas 1 – 3 anak, dan 59,3% mepunyai paritas <1 dan >4 anak. Hasil uji statistik Chi-Square dengan nilai X2 = 9,281 dan p

(66)

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suratin, 2001 menunjukkan bahwa pada paritas <1 dan >4 sebesar 62,5% dan paritas 1 -3 47,4% berarti bermakna sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa ibu dengan multigravida mempunyai resiko terbesar intuk mengalami perdarahan pasca persalinan dan sesuai juga dengan hasil penelitian Abdullah,2000 bahwa paritas <1 dan >4 merupakan proporsi tertinggi dibandingkan paritas 1 – 3.

Hasil penelitian ini membuktikan juga bahwa semakin tinggi paritas, semakin besar risiko ibu mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal ini sependapat dengan (Cunningham et.al, 1993) perdarahan pasca persalinan disebabkan relaksasi abnormal uterus. Salah satu penyebab relaksasi abnormal uterus adalah multiparitas. Demikian juga menurut (Letten maier et.al, 1988) sebagian besar kasus perdarahan pasca persalinan ditemukan pada wanita dengan paritas tinggi.

5.1.4 Jarak Antar Kelahiran

(67)

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2 = 7,418 dan p Value adalah 0,006, yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan antara jarak antar kelahiran dengan perdarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 3,143, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada pada ibu yang mempunyai jarak antar kelahiran > 2 tahun adalah 3,143 kali lebih besar dibandingkan dengan yang mepunyai jarak antara kelahiran ≤ 2 tahun.

Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak kelahiran akan yang terakhir sering kali mengalami komplikasi dalam persalinan. Menurut Moir dan Meyerscough (1972) seperti dikutip Siagian (1977), menyebutkan jarak kelahiran sebagai faktor predisposisi karena persalinan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi Uterus menjadi kurang baik. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubu ibu kembali seperti konsisi sebelumnya. Apabila kehamilan terjadi sebelum 2 tahun, kesehaan ibu akan mundur secara progresive (omrn, 1987).

(68)

Gambar

Tabel 2.1 Diagnosis
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Ibu Bersalin dan Antenatal Care
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik Counter Pressure adalah teknik pijat yang sangat bermanfaat untuk memblokir impuls nyeri yang kemudian akan disalurkan ke otak.Tekanan atau pressure yang diberikan

Maka dari itu, dirancanglah suatu data warehouse dan aplikasinya yang berguna untuk menyimpan data transaksional baik yang bersifat histori ataupun data baru yang

Kegiatan lainnya yang dapat mendukung kedaulatan pangan dan ekonomi masyarakat adat. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan dukungan dari PB AMAN?..

A. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Oleh Polresta Padang. Proses penyidikan mulai dilakukan setelah diketahui atau diduga telah terjadi suatu

Perangkat keras yang dibutuhkan oleh user untuk menjalankan game Marble Pongo adalah sebuah iPhone yang dikeluarkan oleh Apple Inc, dengan spesifikasi sebagai

penting. Dimana dengan adanya pegawai yang propesional yang mudah menyelesaikan setiap pekerjaan yang harus dilakukan. Dalam tugas dan fungsi Badan Kepegawaian

Berdasarkan penilaian responden terhadap pembelajaran di kelas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan adalah biasa saja

Untuk riset yang dilakukan, penulis membandingkan data pemantauan gempa tektonik-vulkanik hasil pengamatan langsung dengan data hasil transmisi berbasis IoT secara uji