• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Kelapa (TKKS) dan Mikoriza sebagai Media Tumbuh Anakan Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Kelapa (TKKS) dan Mikoriza sebagai Media Tumbuh Anakan Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT (TKKS) DAN MIKORIZA SEBAGAI MEDIA TUMBUH

ANAKAN GAHARU (Aquilaria malaccensis Lamk.)

SKRIPSI

MARLINA PASARIBU 051202008/Budidaya Hutan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

MARLINA PASARIBU: Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Kelapa (TKKS) dan Mikoriza sebagai Media Tumbuh Anakan Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Dibawah bimbingan EDY BATARA MULYA SIREGAR dan DENI ELFIATI

Pemanfaatan kompos TKKS dan mikoriza sebagai media tumbuh tanaman kehutanan belum banyak dilakukan. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos TKKS dan mikoriza sebagai media tanam terhadap anakan gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.), dilakukan penelitian di areal penanaman Departemen Kehutanan dan Laboratorium Biologi Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU pada Januari – April 2009. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor, faktor pertama yaitu Komposisi media tumbuh dan faktor kedua pemberian mikoriza.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara kedua faktor tidak memberikan perbedaan yang nyata. Komposisi media tumbuh berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertumbuhan jumlah daun, berat kering tanaman dan persen kolonisasi mikoriza. Perlakuan tanpa mikoriza (0 gram/polibag) berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun.

(3)

ABSTRACT

MARLINA PASARIBU: Utilization of Compost Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) and Mycorrhiza as Growth Media for Seedling Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Under supervised by EDY BATARA MULYA SIREGAR and DENI ELFIATI

Utilization of compost TKKS and mycorrhiza as forestry growing media has not been done. To determine the effect of the application compost TKKS and mycorrhiza as growing mix media for seedling Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.), conducted research in the area of planting Department of Forestry and Laboratory Soil Biology, Department of Soil Science, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera from January to April 2009. The method used was completely randomized factorial with two factors, the first factor is growing media composition and the second factor is giving mycorrhiza.

The results showed that the interaction between these two factors do not provide a real difference. Growing influence of media composition is not real high on the increase, the increase in diameter, the growth of number of leaves, biomassa and percent arbuscular colonization. Treatment without mycorrhiza (0 gram/polybag) real influence on the parameter of the leaves growth.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi berjudul “Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Kelapa (TKKS) dan Mikoriza Sebagai Media Tumbuh Anakan Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)” berhasil diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis atas segala doa dan dukungannya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS dan Ibu Dr. Deni Elfiati, SP. MP selaku

komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih kepada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan sebagai sumber informasi dan penyedia pupuk kompos TKKS.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman angkatan 2005 Departemen Kehutanan, khususnya teman-teman Program Studi Budidaya Hutan yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini berguna sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat menyumbangkan pengetahuan bagi kemajuan dunia pendidikan khususnya dalam bidang kehutanan.

Medan, Februari 2010

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang Penelitian ………. Tujuan Penelitian ………..

Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit ... Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA).………... Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) ... 4 7 11 METODE PENELITIAN ……….…… 14 Tempat dan Waktu Penelitian ...

Bahan dan Alat ... Bahan ... Alat ... Metode Penelitian ... Pelaksanaan Penelitian ... Persiapan Lahan ... Penyediaan Kompos TKKS ... Penyediaan Tanah (topsoil) ... PenyediaanBibit ... Pencampuran Media Tumbuh ... Pemindahan Bibit ... Pemeliharaan Tanaman ... Pengamatan Parameter ... Pertambahan Tinggi Bibit ... Pertambahan Diameter Batang Bibit ... Pertumbuhan Jumlah Daun ... Bobot Kering Tanaman ... Persen Hidup Semai ... Persen Kolonisasi Mikoriza ...

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN..……….………... 22 Hasil ...

Pertambahan Tinggi Tanaman ... Pertambahan Diameter Tanaman ... Pertumbuhan Jumlah Daun ... Bobot Kering Tanaman ... Persen Hidup ... Persen Kolonisasi Mikoriza ... Pembahasan ... Pengaruh Komposisi Media Tumbuh ... Pengaruh Pemberian Mikoriza ...

(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kandungan nutrisi dalam kompos TKKS... 6 2. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan

pemberian mikoriza terhadap pertambahan tinggi anakan

gaharu (cm) ……….. 22

3. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap pertambahan diameter anakan

gaharu (cm) ……….. 25

4. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan jumlah daun anakan

gaharu (cm) ……….. 27

5. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap bobot kering anakan gaharu (gr)... 29 6. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS

dan pemberian mikoriza terhadap persen kolonisasi

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Grafik pengaruh komposisi media tumbuh terhadap pertumbuhan tinggi anakan gaharu ……...

23

2. Grafik pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan

tinggi anakan gaharu ...………..………... 24 3. Grafik pengaruh komposisi media tumbuh terhadap

pertumbuhan diameter anakan gaharu …...……….. 25 4. Grafik pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan diameter

anakan gaharu ….……….

26 5. Grafik pengaruh komposisi media tumbuh terhadap

pertumbuhan jumlah daun anakan gaharu ..………. 27 6 Grafik pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan

jumlah daun anakan gaharu ....………. 28 7. Grafik pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan

pemberian mikoriza terhadap persen kolonisasi

mikoriza………...………... 30

8. Gambar jaringan akar anakan gaharu yang tidak terinfeksi mikoriza (CMA) ………..

31 9. Gambar hifa dan vesikula pada jaringan akar anakan gaharu

oleh adanya infeksi mikoriza ………...

31 10. Gambar jaringan akar anakan gaharu yang terinfeksi oleh

arbuskula ……….

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Prosedur analisis contoh tanah ..……….……... 42

2. Prosedur analisis kompos ..……….. 44

3. Hasil analisis sidik ragam ... ……… 48

4. Hasil analisis contoh tanah dan kompos ………. 53

(10)

ABSTRAK

MARLINA PASARIBU: Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Kelapa (TKKS) dan Mikoriza sebagai Media Tumbuh Anakan Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Dibawah bimbingan EDY BATARA MULYA SIREGAR dan DENI ELFIATI

Pemanfaatan kompos TKKS dan mikoriza sebagai media tumbuh tanaman kehutanan belum banyak dilakukan. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos TKKS dan mikoriza sebagai media tanam terhadap anakan gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.), dilakukan penelitian di areal penanaman Departemen Kehutanan dan Laboratorium Biologi Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU pada Januari – April 2009. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor, faktor pertama yaitu Komposisi media tumbuh dan faktor kedua pemberian mikoriza.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara kedua faktor tidak memberikan perbedaan yang nyata. Komposisi media tumbuh berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertumbuhan jumlah daun, berat kering tanaman dan persen kolonisasi mikoriza. Perlakuan tanpa mikoriza (0 gram/polibag) berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun.

(11)

ABSTRACT

MARLINA PASARIBU: Utilization of Compost Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) and Mycorrhiza as Growth Media for Seedling Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Under supervised by EDY BATARA MULYA SIREGAR and DENI ELFIATI

Utilization of compost TKKS and mycorrhiza as forestry growing media has not been done. To determine the effect of the application compost TKKS and mycorrhiza as growing mix media for seedling Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.), conducted research in the area of planting Department of Forestry and Laboratory Soil Biology, Department of Soil Science, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera from January to April 2009. The method used was completely randomized factorial with two factors, the first factor is growing media composition and the second factor is giving mycorrhiza.

The results showed that the interaction between these two factors do not provide a real difference. Growing influence of media composition is not real high on the increase, the increase in diameter, the growth of number of leaves, biomassa and percent arbuscular colonization. Treatment without mycorrhiza (0 gram/polybag) real influence on the parameter of the leaves growth.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan kelapa sawit baik yang dilakukan oleh perkebunan besar maupun oleh masyarakat telah berkembang dengan sangat pesat. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2010), data luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2008 telah meningkat menjadi 7,3 juta ha dengan produksi 17,5 juta ton Crude Palm Oil (CPO) dan tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 7,9 juta dengan produksi 19,8 ton . Khusus Provinsi Sumatera Utara, luas areal perkebunan kelapa sawit + 855.333,00 ha yang terdiri dari Perkebunan Rakyat: 243.100,74 ha, Perusahaan Negara (PTPN): 275.932,57 ha, Perusahaan Swasta Negri: 259.360,46 ha dan Perusahaan Swasta Asing: 76.939,23 ha sedangkan untuk

total produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar + 12.070.507,81 ton (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2009).

Laju produksi kelapa sawit yang semakin meningkat mengakibatkan kebun dan pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah padat dan cair dalam jumlah besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Serat dan sebagian cangkang sawit biasanya hanya terpakai untuk bahan bakar boiler di pabrik, sedangkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang jumlahnya sekitar 23% dari TBS yang diolah, biasanya hanya dimanfaatkan sebagai mulsa untuk tanaman kelapa sawit (Goenadi et al., 1998 dalam Isroi dkk., 2008).

(13)

Teknologi ini memungkinkan tercapainya "zero waste" pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS), yang berarti semua limbah di PKS akan terolah sehingga tidak ada lagi limbah yang dibuang ke lingkungan. Kompos TKKS tersebut telah dimanfaatkan baik untuk tanaman kelapa sawit itu sendiri, tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. Pengaplikasian kompos TKKS untuk tanaman kehutanan belum banyak dilakukan, untuk itu pengaplikasian kompos ini terhadap tanaman kehutanan perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pemanfaatannya. Pemanfaatan kompos ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya pembangunan kehutanan yang berprinsip pada azas kelestarian ekologi, ekonomi dan produksi (PPKS, 2008).

Pengaplikasian kompos sebagai media tanam harus memperhatikan kualitas dan kemampuan kompos tersebut dalam mensuplai kebutuhan hara tanaman. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kompos adalah dengan penambahan mikroorganisme yang bersifat menguntungkan (Simamora dan Salundik, 2006). Salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan yaitu mikoriza. Mikoriza merupakan jamur yang memiliki fungsi dan perilaku yang kompleks. Asosiasi antara perakaran tanaman dan mikoriza dapat menyebabkan kenaikan pertumbuhan tanaman inang, ini dikarenakan adanya gabungan antar faktor penambahan penyerapan unsur hara, penyerapan air, kelarutan mineral dan proteksi akar tanaman melawan patogen. Keberadaan mikoriza bisa menjadi prasyarat untuk pertumbuhan normal banyak tanaman (Daniel dkk., 1994).

(14)

penghasil gaharu yang memiliki mutu sangat baik dan nilai ekonomi tinggi adalah Aquilaria malaccensis Lamk. Manfaat gaharu selain untuk keperluan agama, juga dipakai sebagai bahan pembuat parfum, sabun sari aroma gaharu, pengobatan, dan sampo. Dengan nilai komersial yang demikian tinggi maka volume perdagangan gaharu pun semakin meningkat (Shyun 1997; Ng et al., 1997 dalam Isroi dkk., 2008).

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos TKKS dan mikoriza sebagai media tanam bagi pertumbuhan anakan gaharu (tinggi, diameter, jumlah daun, bobot kering dan persentase hidup anakan) dan juga dilakukan perhitungan persentase kolonisasi mikoriza.

Hipotesis Penelitian

1. Ada interaksi antara perbedaan komposisi media tanam kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan anakan gaharu

2. Ada respon pertumbuhan anakan gaharu terhadap komposisi media tanam kompos TKKS

3. Ada respon pertumbuhan anakan gaharu terhadap aplikasi mikoriza

Manfaat Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditi yang mengalami perkembangan yang terpesat. Sejalan dengan perluasan areal, produksi juga meningkat dengan laju 9.4% per tahun. Pada awal tahun 2001 – 2004, luas areal kelapa sawit dan produksi masing-masing tumbuh dengan laju 3.97% dan 7.25% per tahun, sedangkan ekspor meningkat 13.05% per tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2005 dalam Isroi dkk., 2008). Tahun 2010 produksi Crude Palm Oil (CPO) diperkirakan akan meningkat antara 5% – 6%, sedangkan untuk periode 2010 – 2020, pertumbuhan produksi diperkirakan berkisar antara 2% – 4% (Susila, 2004 dalam Isroi dkk., 2008).

(16)

Keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium yang tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu

kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1) memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2) membantu

kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3) bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman; (4) merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5) dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Darnoko danAdy, 2006).

Proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit ini tidak menggunakan bahan cair asam dan bahan kimia lain sehingga tidak terdapat pencemaran atau polusi, selain itu proses pengomposannya pun tidak menghasilkan limbah. Proses membuat kompos dimulai dengan pencacahan tandan kosong sawit terlebih dahulu dengan mesin pencacah kemudian bahan yang telah dicacah ditumpuk memanjang dengan ukuran lebar 2,5 m dan tinggi 1 m. Selama proses pengomposan tumpukan tersebut disiram dengan limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit. Tumpukan dibiarkan diatas semen dan dibiarkan di lantai terbuka selama 6 minggu. Kompos dibolak-balik dengan mesin pembalik. Setelah itu kompos siap untuk dimanfaatkan (PPKS, 2008).

(17)

Tabel 1. Kandungan Nutrisi dalam Kompos TKKS

Bahan Organik >50%

Kompos TKKS dapat diaplikasikan untuk berbagai tanaman sebagai pupuk organik, baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan pupuk kimia. Penelitian aplikasi kompos TKKS pada tanaman cabe telah dilakukan di Kabupaten Tanah Karo pada tahun 2002. Hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk organik (kontrol) maupun aplikasi pupuk kandang. Aplikasi 0,25 dan 0,50 kg kompos TKKS dapat meningkatkan hasil cabe berturut-turut hingga 24% dan 45% dibanding perlakuan kontrol, sedangkan aplikasi pupuk kandang hanya dapat meningkatkan hasil sebesar 7% dibanding perlakuan kontrol (PPKS, 2008).

(18)

lebih mengkilap dibandingkan jeruk yang tidak diberi kompos. Hal ini diduga erat kaitannya dengan cukupnya hara kalium yang diserap tanaman, yang berasal dari kompos TKKS (PPKS, 2008)

Kompos TKKS juga dapat dimanfaat sebagai media tumbuh tanaman hortikultura. Pada penelitian mengenai pemanfaatan kompos TKKS sebagai media tanpa tanah dan pemupukan pada tanaman pot Spathiphyllum, kombinasi kompos TKKS dan pupuk kandang digunakan sebagai petak utama dan frekuensi pemupukan sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan babwa komposisi media berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati kecuali untuk pori terisi udara dan kadar N daun, sedang frekuensi pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap semua paramater yang diamati kecuali terhadap tinggi tanaman mulai umur dua bulan dan kadar K pada tanaman umur enam bulan. Kombinasi 50% kompos TKKS dan 50% pupuk kandang adalah media yang baik untuk tanaman Spathiphyllum (Wuryaningsih dan Goenadi, 1995).

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

(19)

hara terutama unsur hara Phosphates (P) (Syib’li, 2008 dalam Novriani dan Madjid, 2009).

Cendawan Mikoriza Arbuskular merupakan tipe asosiasi mikoriza yang tersebar sangat luas dan ada pada sebagian besar ekosistem yang menghubungkan antara tanaman dengan rizosfer. Simbiosis terjadi dalam akar tanaman dimana cendawan mengkolonisasi apoplast dan sel korteks untuk memperoleh karbon dari hasil fotosintesis dari tanaman (Delvian, 2006). Marin (2006) dalam Novriani dan Madjid (2009), mengemukakan bahwa lebih dari 80% tanaman dapat bersimbiosis dengan CMA serta terdapat pada sebagian besar ekosistem alam dan pertanian serta memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan produktivitas tanaman. Hampir semua tanaman pertanian akarnya terinfeksi cendawan mikoriza. Gramineae dan Leguminosa umumnya bermikoriza. Jagung merupakan contoh tanaman yang terinfeksi hebat oleh mikoriza. Tanaman pertanian yang telah dilaporkan terinfeksi mikoriza vesikular-arbuskular adalah kedelai, barley, bawang, kacang tunggak, nenas, padi gogo, pepaya, selada, singkong dan sorgum. Tanaman perkebunan yang telah dilaporkan akarnya terinfeksi mikoriza adalah tebu, teh, tembakau, palem, kopi, karet, kapas, jeruk, kakao, apel dan anggur (Rahmawati, 2003).

(20)

unsur hara di dalam tanah. Hasil penelitian ini didukung pula oleh berbagai hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan dan perbaikan pertumbuhan tanaman setelah diberikan inokulasi cendawan ektomikoriza, bila dibandingkan dengan tanaman yang tidak memiliki simbiosis dengan cendawan ini (Supriyanto, 1999).

(21)

Penelitian pemanfaatan mikoriza untuk meningkatkan kualitas bibit prioritas Sumatera Selatan yaitu dengan menginokulasi mikoriza pada beberapa tanaman kehutanan, antara lain pulai (Alstonia sp.), bungur (Lagerstromia speciosa), sungkai (Peremona canescens), mangium (Acacia mangium), seru (Scima wallicii) dan mahoni (Swietenia macrophylla) dimana jenis mikoriza yang diinokulasikan pada pulai, bungur, sungkai dan mangium adalah Glomus etunicatum, sedangkan pada seru telah diuji diinfeksi dengan Glomus etunicatum, Glomus clorum dan Gigaspora sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza dapat meningkatkan kualitas bibit tanaman kehutanan tersebut. Inokulasi CMA terhadap pertumbuhan bibit panili menunjukkan bahwa interaksi antara tipe panili dengan inokulasi CMA tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan bibit. Inokulasi CMA berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, indeks luas daun, dan bobot kering biomasa (Ulfa dkk., 2006).

(22)

Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.)

Gaharu merupakan gumpalan berbentuk padat berwarna coklat kehitaman sampai hitam, dan berbau harum jika dibakar. Gaharu terdapat pada bagian kayu atau akar dari jenis pohon penghasil gaharu yang telah mengalami proses perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur. Beberapa jenis pohon penghasil gaharu antara lain adalah Aquilaria spp., Aetoxylon sympetallum, Gyrinops, dan Gonystylus. Pohon penghasil gaharu terbaik saat ini adalah dari jenis Aquilaria Spp. salah satunya yaitu Aquilaria malaccensis Lamk. dengan taksonomi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Termatophta Sub Divisi : Agiospermae

Klas : Dikotiledonae

Ordo : Myrtales

Family : Thymeleaccae Genus : Aquilaria

Spesies : Aquilaria malaccensis Lamk.

(23)

Biji bulat atau bulat telur yang ditutupi bulu-bulu halus berwarna kemerahan (Tarigan, 2004).

Secara tradisional, gaharu digunakan sebagai pengharum tubuh dan bagi masyarakat hindu dibutuhkan dalam upacara keagamaan. Gaharu dapat dihasilkan oleh beberapa jenis tanaman, diantaranya famili Thymeleaccae, Euforbiacceae dan Leguminocceae. Daerah persebaran tanaman tersebut di Indonesia berupa kawasan wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Pemanfaatan gaharu hingga saat ini masih dalam bentuk produk bahan baku, yaitu bentuk kayu bulatan, cacahan, bubuk, atau fosil kayu yang sudah terkubur. Setiap bentuk produk gaharu tersebut memiliki sifat dan warna yang berbeda. Selain itu, gaharu pun mengandung resin atau damar wangi yang mengeluarkan aroma keharuman khas. Aroma tersebut sangat populer dan sangat disukai oleh masyarakat Timur Tengah, Saudi Arabia, Yaman, Omman, Daratan Cina, Korea dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industri parfum, kosmetika, dupa dan pengawet berbagai jenis aksesoris (Sumarna, 2005).

(24)

mendatang. Khusus untuk jenis Aquilaria malaccensis yang berkualitas dan bernilai jual tinggi akan berpeluang meningkatkan produksi gaharu (Sumarna, 2005).

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya pohon penghasil gaharu antara lain adalah persyaratan tumbuh. Tempat tumbuh yang cocok untuk tanaman penghasil gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit, sampai ketinggian 750 meter diatas permukaan laut. Jenis Aquilaria tumbuh sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya Podsolik Merah Kuning), tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan kelembaban sekitar 70% sampai 80%. Suhu berkisar antara 22°C sampai 28°C dengan curah hujan berkisar antara 2000 sampai 4000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah (1) lahan tergenang secara permanen, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (kedalaman kurang dari 50 cm), (4) pasir kuarsa, dan (5) lahan yang ber-pH kurang dari 4,0 (Sumartono, 2008).

(25)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di areal penanaman Departemen Kehutanan dan Laboratorium Biologi Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian di laksanakan dari bulan Januari 2009 sampai April 2009.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah: anakan gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) yang seragam berumur 1 bulan, anakan berasal

dari daerah Bahorok Kabupaten Langkat, kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) dari Pusat Penelitian kelapa Sawit (PPKS) Medan, mikoriza diperoleh dari Laboratorium Bioteknologi Hutan Lingkungan Institut Pertanian Bogor, topsoil diambil dari daerah asal anakan gaharu, polibag ukuran 2 kg 72 kantung, kertas label, patok sampel dan air sebagai pelarut dan penyiram tanaman. Bahan yang digunakan untuk pengamatan kolonisasi CMA adalah: akar tanaman inang, larutan KOH 10%, larutan HCl 2%, Trypan Blue 0,05% dan Lacto grycerol.

Alat

(26)

pengamatan kolonisasi CMA adalah: gunting, mikroskop binokuler, pinset, kaca preparat beserta penutup preparat dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor Pertama adalah faktor pemberian mikoriza dengan 2 taraf perlakuan yaitu:

M0 = Tanpa Mikoriza

M1 = Pemberian Mikoriza 5 g/tanaman

Faktor Kedua adalah faktor komposisi media tanam topsoil dengan kompos TKKS dengan 4 taraf perlakuan sebagai berikut:

A = Tanpa pemberian kompos TKKS (kontrol) B = 75 % Kompos TKKS + 25% Topsoil C = 50% Kompos TKKS + 50% Topsoil D = 25% Kompos TKKS + 75% Topsoil

Kombinasi kedua faktor tersebut menghasilkan 8 perlakuan sebagai berikut: M0A (Tanpa mikoriza : kontrol)

M0B (Tanpa mikoriza : 75 % Kompos TKKS + 25% Topsoil) M0C (Tanpa mikoriza : 50% Kompos TKKS + 50% Topsoil) M0D (Tanpa mikoriza : 25% Kompos TKKS + 75% Topsoil) M1A (mikoriza 5 g/tanaman : kontrol)

(27)

Jumlah kombinasi perlakuan tersebut adalah 4 x 2 = 8 perlakuan Jumlah tanaman per satu perlakuan = 3 tanaman Jumlah ulangan = 3 unit Jumlah tanaman keseluruhan = 72 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam, berdasarkan model linier Rancangan Acak Lengkap Faktorial sebagai berikut:

Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + єijk

Keterangan :

i = 1, 2, 3, ... a (jumlah taraf A = a)

j = 1, 2, 3, ... b (jumlah taraf B = b)

k = 1, 2, 3, ...n (jumlah ulangan = n)

Yijk = variabel respon/hasil pengamatan karena pengaruh bersama faktor

A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k μ = pengaruh rata-rata sebenarnya/rata-rata umum

Ai = pengaruh dari faktor A taraf ke-i

Bj = pengaruh dari faktor A taraf ke-j

ABij = pengaruh interaksi antar faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j

ξijk = pengaruh galat/error dari faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan

ulangan ke-k

(28)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan

Lahan di areal penanaman Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang mengganggu. Setelah itu dibuat plot-plot percobaan dengan mengikuti arah datang matahari, kemudian dibuat naungan dengan ketinggian ±1,5 meter. Kelembaban dan suhu plot percobaan dikondisikan seperti kondisi tempat hidup asal gaharu.

Penyediaan kompos TKKS

Kompos TKKS yang digunakan merupakan produk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang berasal dari pengolahan limbah industri sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit melalui proses pengomposan. Kompos terlebih dahulu dianalisis di Laboratorium Biologi Tanah. Analisis kompos di laboratorium meliputi C/N, C-organik, pH, N-total, P-tersedia dan Kapasitas Tukar kation (KTK).

Penyediaan tanah (topsoil)

(29)

Penyediaan bibit

Bibit gaharu yang digunakan berasal dari pembibitan di Langkat dengan kriteria bibit yang digunakan yaitu cabutan anakan gaharu seragam yang baru dipindahkan dari alam ke polibag, dengan tinggi sekitar ± 10-15 cm dan dengan jumlah daun 3-5 helai.

Pencampuran media tumbuh

Media tanam yang digunakan adalah campuran kompos TKKS dan topsoil. Pencampuran kedua media tumbuh dan pemberian mikoriza dilakukan sesuai dengan komposisi perlakuan sebelumnya. Mikoriza diletakkan dengan metode berlapis yaitu tanah-mikoriza-tanah. Komposisi media dimasukkan dalam polibag sesuai dengan 8 kombinasi perlakuan.

Pemindahan bibit

Bibit gaharu yang telah disediakan kemudian dipindahkan kedalam polibag yang telah berisi media tumbuh yang telah disesuaikan dengan perlakuannya msing-masing. Lalu bibit dipindahkan ke tempat bernaung yaitu di plot percobaan.

Pemeliharaan tanaman

a. Penyiraman

(30)

b. Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan secara menual dengan mencabut gulma yang berada pada polibag.

Pengamatan parameter

Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data awal tiap parameter kecuali bobot kering akar. Jadi data yang diperoleh pada saat pengukuran parameter dikurangi terhadap data awal.

Pengamatan dilakukan 2 minggu setelah tanam (2 MST), dan parameter yang diamati antara lain :

Pertambahan tinggi bibit (cm)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan ajir yang diberi tanda tepat dipermukaan media tanam. Tinggi diukur dari titik ajir sampai titik tumbuh akhir dengan menggunkan mistar atau penggaris.

Pertambahan diameter bibit (cm)

Pengukuran diameter batang dilakukan sejajar titik ajir menggunakan jangka sorong dengan dua arah yang berlawanan dan saling tegak lurus terhadap batang kemudian diambil rata-ratanya.

Pertambahan jumlah daun (helai)

(31)

Bobot kering tanaman

Kegiatan ini dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pada saat tanaman berumur ± 12 minggu setelah tanam (12 MST) maka dilakukan pemotongan batang dan akar. Untuk mendapat bobot kering atas tanman, bagian batang dan daun dicuci dengan air dan dibiarkan kering. Kemudian dimasukkan kedalam amplop yang telah diberi lobang dan label sesuai dengan perlakuan. Kemudian diovenkan selama kurang lebih 48 jam dengan suhu 60 0C – 80 0C sampai berat kering tanaman konstan (Indradewa dkk., 2005). Untuk mendapat bobot kering bagian bawah tanaman maka dilakukan pemotongan bagian akar tanaman. untuk kegiatan lanjutan sama seperti perhitungan bobot kering bagian atas tanaman.

Persen hidup semai (%)

Perhitungan persen hidup semai dilakukan tiap perlakuan dengan rumus: jumlah bibit yang hidup dibagi jumlah seluruhnya kemudian dipersenkan. Persen hidup semai dihitung pada akhir pengamatan.

Persen kolonisasi mikoriza

(32)

pada akar tanaman sampel dapat dilakukan melalui teknik pewarnaan (Staining akar), karena karakteristik anatomi yang menyatakan ada tidaknya infeksi CMA tidak dapat dilihat secara langsung. Metode yang digunakan dalam pewarnaan akar sampel adalah metode pewarnaan Kormanik dan Mc. Graw (1982) dalam Delvian (2003), yang secara lengkap sebagai berikut:

- dipilih akar segar dan dicuci dengan air mangalir sampai bersih, sampel direndam dalam larutan KOH 10% selama 12 jam

- dibuang larutan KOH dan akar dicuci pada air mengalir selama 5-10 menit - direndam sampel akar dalam larutan HCl 2% selama 30 menit dan pada proses

ini akar akan berubah berwarna menjadi pucat atau putih. Larutan HCl 2% kemudian dibuang dengan mengalirkannya secara perlahan-lahan

- direndam akar sampel dengan larutan staining (Trypan Blue) selama 24 jam - diganti larutan staining dengan larutan destaining (lacto glycerol) untuk

proses pengurangan warna. Selanjutnya pengamatan untuk mengetahui persentase kolonisasi CMA pada akar siap dilakukan

- dihitung persentase kolonisasi akar menggunakan metode panjang slide Giovanetti dan Mosse (1980) dalam Delvian (2003), secara acak diambil potongan-potongan akar yang telah diwarnai dengan panjang 1 cm sebanyak 10 potong akar dan disusun pada kaca preparat kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler

Persentase kolonisasi akar dihitung dengan rumus:

% Kolonisasi = ∑ field of view (+)

field of view (+) dan (-)

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian diperoleh dari pengamatan selama 12 minggu. Pada penelitian terdapat enam parameter yang telah diamati untuk mengetahui pengaruh komposisi media tumbuh dan mikoriza terhadap pertumbuhan anakan gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Enam parameter tersebut yaitu pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang, pertumbuhan jumlah daun, bobot kering tanaman dan persen kolonisasi mikoriza.

1. Pertambahan tinggi tanaman

Hasil analisis sidik ragam antara faktor pemberian mikoriza dan komposisi media tumbuh (Lampiran 3), menunjukkan bahwa interaksi antara faktor komposisi media tumbuh dan faktor pemberian mikoriza memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi anakan gaharu. Demikian juga untuk faktor komposisi media tumbuh dan faktor pemberian mikoriza. Berikut rataan pertambahan tinggi anakan gaharu disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap tinggi anakan gaharu (cm)

Perlakuan Komposisi Media Tanam

Mikoriza A B C D Rata-rata

M0 5.056 6.533 5.211 5.078 5.470

M1 5.178 3.400 4.667 4.389 4.409

Rata-rata 5.117 4.967 4.939 4.734

(34)

perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata akan tetapi masih ada peningkatan pertumbuhan. Pengaruh komposisi media tumbuh dan pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan tinggi anakan gaharu dari minggu pertama pengambilan data sampai minggu keduabelas penggambilan data terakhir dapat disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Grafik pengaruh komposisi media tumbuh terhadap pertumbuhan tinggi anakan gaharu

(35)

Gambar 2. Grafik pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan tinggi anakan gaharu

Pada Gambar 2 tampak bahwa pemberian mikoriza untuk setiap pengamatan tinggi tanaman menunjukkan kencenderungan yang sama. Perlakuan M0 (tanpa pemberian mikoriza) memberikan pertambahan tinggi tanaman yang tinggi, sedangkan perlakuan M1 (pemberian mikoriza 5 gr) memberikan pertambahan tinggi yang rendah.

2. Pertambahan diameter bibit

(36)

Tabel 3. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap diameter anakan gaharu (mm)

Perlakuan Komposisi Media Tanam

Mikoriza A B C D Rata-rata

M0 0.104 0.097 0.103 0.088 0.098

M1 0.094 0.088 0.116 0.089 0.097

Rata-rata 0.099 0.093 0.110 0.089

Rataan tertinggi pengaruh komposisi media tumbuh terhadap pertumbuhan diameter terdapat pada komposisi C (0.110 mm) dan terendah terdapat pada komposisi D (0.089 mm). Rataan tertinggi untuk pengaruh pemberian mikoriza adalah M0 (0.098 mm) dan terendah M1 (0.097 mm). Pengaruh komposisi media tumbuh dan pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan diameter anakan gaharu dari minggu pertama pengambilan data sampai minggu keduabelas penggambilan data terakhir dapat disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Grafik pengaruh komposisi media tumbuh terhadap pertumbuhan diameter anakan gaharu

(37)

diameter tanaman yang tertinggi , sedangkan Komposisi D (25% Tanah + 75% Kompos TKKS) memberikan pertambahan tinggi yang terendah.

Gambar 4. Grafik pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan diameter anakan gaharu

Pada Gambar 4 tampak bahwa pengaruh pemberian mikoriza setiap pengamatan diameter tanaman menunjukkan kencenderungan yang sama.

3. Pertumbuhan jumlah daun

(38)

Tabel 4. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan daun anakan gaharu

Perlakuan Komposisi Media Tanam

Mikoriza A B C D Rata-rata

M0 11.667 10.889 11.444 11.556 11.389a

M1 7.889 5.111 7.333 5.111 6.361b

Rata-rata 9.778 8.000 9.389 8.334

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %

Hasil uji jarak berganda Duncan bertaraf 5 % menunjukkan bahwa faktor pemberian mikoriza memberikan pengaruh nyata yaitu pada perlakuan M0 (11.389) berbeda nyata terhadap perlakuan M1 (6.361). Pengaruh komposisi media tumbuh dan pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan daun anakan gaharu dari minggu pertama pengambilan data sampai minggu keduabelas penggambilan data terakhir dapat disajikan pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 5. Grafik pengaruh komposisi media tumbuh terhadap pertumbuhan jumlah daun anakan gaharu

(39)

berbeda. Komposisi A (100% Tanah) menunjukkan rataan pertumbuan yang tertinggi yaitu 9,7 helai dan komposisi B (25% Tanah + 75% Kompos TKKS) menujukkan rataan terendah yaitu sebesar 8 helai.

Gambar 6. Grafik pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan jumlah daun anakan gaharu

Pada Gambar 6 tampak bahwa pengaruh pemberian mikoriza setiap pengamatan jumlah daun tanaman menunjukkan pengaruh nyata. Perlakuan M0 (tanpa pemberian mikoriza) memiliki pertumbuhan daun yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan pemberian mikoriza. Dimana perlakuan M0 (11.3 helai) berbeda nyata dengan perlakuan M1 (6.3 helai).

4. Bobot kering tanaman

(40)

komposisi media tumbuh dan faktor pemberian mikoriza. Berikut rataan bobot kering tanaman gaharu disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap bobot kering tanaman (gr)

Perlakuan Komposisi Media Tanam

Mikoriza A B C D Rata-rata

M0 0.450 0.553 0.403 0.358 0.441

M1 0.498 0.320 0.484 0.387 0.422

Rata-rata 0.474 0.437 0.444 0.373

Rataan tertinggi pengaruh komposisi media tumbuh terhadap bobot kering tanaman terdapat pada komposisi A (0.474 gr) dan terendah terdapat pada komposisi D (0.373 gr). Rataan tertinggi untuk pengaruh pemberian mikoriza adalah M0 (0.441 gr) dan terendah M1 (0.422 gr).

5. Persen hidup (%)

Pengamatan terakhir (12 MST) yang dilakukan terhadap pertumbuhan anakan gaharu, menunjukkan bahwa semua anakan gaharu dalam kondisi hidup. Setiap perlakuan, masing-masing memiliki persen hidup sebesar 100 %, atau dari perhitungan yang dilakukan (Lampiran 3) didapat persen hidup anakan gaharu seluruhnya sebesar 100 %.

6. Persen kolonisasi mikoriza

(41)

Tabel 6. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap persen kolonisasi mikoriza (%)

Perlakuan Komposisi Media Tanam

Mikoriza A B C D Rata-rata

M0 52.970 41.417 41.597 59.150 48.784

M1 28.577 51.727 46.297 28.437 38.760

Rata-rata 40.774 46.572 43.947 43.794

Rataan tertinggi pengaruh komposisi media tumbuh terhadap persen kolonisasi mikoriza terdapat pada komposisi B (46.572 %) dan terendah terdapat pada komposisi A (40.774 %). Rataan tertinggi untuk pengaruh pemberian mikoriza terhadap persen kolonisasi mikoriza adalah M0 (48.784 %) dan terendah M1 (38.760 %). Berikut grafik perbandingan persen kolonisasi mikoriza pada akar anakan gaharu berdasarkan komposisi media tumbuh dan pemberian mikoriza pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap persen kolonisasi mikoriza

(42)

Struktur yang dibentuk oleh adanya infeksi mikoriza (CMA) pada jaringan akar tanaman ditandai dengan adanya hifa, vesikula atau arbuskula. Hasil penelitian berdasarkan pengamatan yang dilakukan, infeksi yang terjadi pada akar anakan gaharu ditandai dengan adanya hifa, vesikula dan arbuskula pada jaringan akar anakan gaharu. Berikut hifa dan vesikula pada jaringan akar anakan gaharu dapat ditampilkan pada Gambar 9, sementara arbuskula dapat ditampilkan pada gambar 10.

Gambar 8. Jaringan akar anakan gaharu yang tidak terinfeksi mikoriza (CMA)

Gambar 9. Hifa dan vesikula pada jaringan akar anakan gaharu oleh adanya infeksi mikoriza (CMA)

Gambar 10. Jaringan akar anakan gaharu yang terinfeksi oleh arbuskula Vesikula

Hifa

(43)

Pembahasan

Pengaruh komposisi media tumbuh

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3), menunjukkan bahwa komposisi media tumbuh memberikan pengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pertumbuhan pada anakan gaharu. Hal ini berkaitan dengan peran kompos TKKS yang belum maksimal terhadap pertumbuhan anakan gaharu. Pemberian kompos TKKS secara langsung seharusnya dapat menjadi sumber hara yang dapat diserap tanaman, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Selain itu sebagai campuran media tumbuh, seharusnya kompos TKKS juga dapat menciptakan kondisi media tumbuh yang baik untuk tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Simamora dan Salundik (2006), bahwa kompos pada umumnya mengandung unsur hara kompleks (makro dan mikro) walaupun dalam jumlah sedikit, selain itu kompos mampu meningkatkan penyerapan dan daya simpan air (water holding capacity) serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap patogen.

(44)

itu sendiri mencukupi atau tidak. Menurut Simamora dan Salundik (2006), standard mutu kualitas kompos dapat dilihat dari sifat fisik, kimia, biologi dan kadar logam berat. Untuk sifat fisik dan kimianya seperti C-Organik ≥ 15 %, C/N rasio 12-25 %, pH berkisar 4-8, P-tersedia ≥ 6 ppm, N-total > 1,2 % dan KTK berkisar > 50 me/100.

Hasil analisis contoh tanah (lampiran 4), juga menunjukkan bahwa tanah (topsoil) memiliki C-Organik sebesar 1,65 %, pH sebesar 6.10 dan P-tersedia sebesar 3.64 ppm. Menurut Hardjowigeno (2003), pH contoh tanah termasuk dalam kriteria netral, dimana kriteria netral agak masam berkisar pada 5 sampai 7 dan P-tersedia termasuk dalam kriteria sangat rendah, dimana kriteria P-tersedia tanah yang sangat rendah berkisar >10 ppm.

(45)

sehingga semakain besar organisme semakin cepat pertumbuhanya. Selain itu dari faktor genetik, gaharu merupakan tanaman kehutanan yang pertumbuhannya tergolong slow growing artinya pertumbuhannya lambat (Sumarna, 2005).

Pada masa pemindahan anakan ke media tanam yang baru di dalam polibag, tanaman membutuhkan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi media tanam tersebut. Oleh sebab itu pada masa awal pengamatan anakan gaharu masih dalam masa penyesuaian terhadap media tumbuh dan belum sepenuhnya melakukan penyerapan unsur hara untuk pertumbuhan. Menurut Salisbury dan Ross (1995), selain faktor genetik, faktor lingkungan tanah (media tanam) dapat mempengaruhi pertumbuhan akar baik secara morfologis maupun anatomis.

Perbedaan pertumbuhan antara anakan pada media kontrol dan media campuran terletak pada komposisi medianya. Media tumbuh merupakan campuran tanah dan kompos dimana tanah tersebut merupakan tanah asal anakan gaharu dan kondisi tanah tersebut merupakan kondisi tempat tumbuh yang sebenarnya, sehingga pada perlakuan media tanam kontrol (100% tanah) menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik disemua parameter. Sebaliknya, untuk perlakuan komposisi media tumbuh dengan penambahan kompos TKKS pertumbuhan anakan gaharu belum menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Pengaruh pemberian mikoriza

(46)

ditemui adanya kolonisasi mikoriza. Terjadinya kolonisasi ini diduga karena pada media tanam yang digunakan telah terdapat mikoriza yang indegenuous (mikoriza lokal). Berdasarkan pendapat Setiadi (2001), mikoriza bersifat cosmopolitan artinya mikoriza tersebar dan dapat ditemukan pada sebagian tanah atau ekosistem dan kondisi iklim mulai dari padang pasir sampai antartika. Umumnya mikoriza tidak memiliki inang yang spesifik.

Pertumbuhan jumlah daun berhubungan dengan peran mikoriza yang mampu meningkatkan penyerapan unsur hara yang terkandung pada tanah. Setiadi (2001) menyatakan bahwa secara fisik mikoriza mampu membentuk hifa eksternal yang dapat memperluas serapan air dan unsur hara. Hifa-hifa yang terbentuk itu memiliki ukuran yang lebih halus dari bulu-bulu akar yang memungkinkan hifa bisa masuk kedalam pori-pori tanah dan menyerap air yang juga membawa unsur hara yang mudah larut. Menurut Fakuara (1988), hifa eksternal yang berhubungan dengan tanah dan struktur infeksi seperti arbuskula dalam akar menjamin adanya perluasan penyerapan unsur-unsur hara dalam tanah dan peningkatan transfer hara khususnya P ke tumbuhan. Hanafiah dkk. (2003) menyatakan bahwa salah satu peran mikoriza adalah membantu memperbaiki nutrisi tanaman dengan meningkatkan serapan hara terutama fosfor (P), dimana unsur P merupakan unsur hara yang penting dalam pertumbuhan daun tanaman, penyerapan unsur P yang baik juga dapat memperlambat proses penuaan daun.

(47)

pemberian mikoriza awalnya menyebabkan tanaman tertekan, sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa pada awal perkembangan mikoriza bersifat parasit bagi tanaman dan jika kondisi tidak optimum, sering menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan. Hal ini dikarenakan mikoriza menyerap fotosintat dalam akar melalui arbuskula, yang merupakan area kontak antara tanaman dengan fungi. Russel (1963) juga menerangkan selain kondisi tanah yang mempengaruhi perkembangan mikoriza, pH tanah, drainase, ketersediaan bahan organik dan ketersediaan hara juga mempengaruhi perkembangan mikoriza.

(48)

oleh tanaman tomat dan tanaman gandum (Singh dan Kapoor, 1999 dalam Novriani dan Madjid, 2009).

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Interaksi antara perbedaan komposisi media tanam kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan anakan gaharu tidak memberikan pengaruh.

2. Kompos TKKS sebagai komposisi media tanam memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertumbuhan daun, rasio tajuk akar dan persen kolonisasi mikoriza pada anakan gaharu. 3. Aplikasi mikoriza memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan daun anakan

gaharu.

Saran

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anas, I. 1997. Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anwarudin M. J. S, Irwan W., dan Yusri H. 2007. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula Untuk Memacu Pertumbuhan Bibit Manggis. Sumber

Tani.

Biotrop Training and Information Centre. 2006. Pelatihan Nasional Budidaya Dan Pengolahan Gaharu.

Crowford, J.H. 2003. Composting of Agricultural waste. In Biologi Aplication and research, Paul N., Cheremisinoff and R. P. Oullette (ed). P. 6877.

Daniel, T. W, J. A. Helms, dan F. S. Barker. 1994. Prinsip – Prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Darmoko dan A. S. Sutarta. 2006. Ilmu Tanah dan Agronomi.

Darnoko dan Ady S. S. 2006. Pabrik Kompos di Pabrik Sawit. Tabloid Sinar Tani, 9 Agustus 2006.

Delvian. 2003. Keanekaragaman dan Potensi Pemanfaatan Mikoriza Arbuskula di Hutan Pantai. Disertasi Doktor. Institut Pertanian Bogor. Bogor

---. 2005. Respon Petumbuhan dan Perkembangan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Tanaman Terhadap Salinitas Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

---. 2006. Peranan Ekologi dan Agronomi Cendawan Mikoriza Arbuskula. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. 2009. Komoditas Unggulan Provinsi Sumatera Utara.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan.

(51)

Fakuara, M.Y. 1998. Mikoriza, Teori dan Praktek. Institut Pertanian Bogor. Bogor Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian

Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Hanafiah, K.A., I. Anas, A. Napoleon, dan N. Ghoffar. 2003. Biologi Tanah.

Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Hardjowigono, H. S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika persindo. Jakarta

Indradewa, D., Dody K., dan Yusman , 2005. Kemungkinan Peningkatan Hasil Jagung Dengan Pemendekan Batang. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2, 2005 : 117 - 124

Institut Pertanian Bogor. 1997. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor.

Isroi dkk., 2008.

duk_Samping_Kelapa_Sawit_Sebagai_Sumber_Energi_Alternatif_Terbar ukan «isroi.htm [21/11/2008 :12.42]

Melya R, Yadi S, dan Didy S. 2005. Aplikasi Asam Organik dan Inokulasi Ektomikoriza untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Shorea pinanga.

Murbandono, L. 2007. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yan Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Novriani dan Madjid. 2009. Peran dan Prospek Mikoriza. Makalah Mata Kuliah

Teknologi Pupuk Hayati, Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2008. Kompos Bio Organik Tandan Kosong Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Rahmawaty. 2003. Restorasi lahan bekas tambang berdasarkan kaidah ekologi.

(52)

Russel, R.S. and H.R. gardner. 1963. The Response of Roots to mechanical Impedance. Neth. J. Agric Sci. 22:305-318

Salisbury, L. B. dan C. W. Ross.. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Ketiga. Penerjemah: Lukman, L. dan Sumaryono. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Setiadi. Y. 2001. Status Penelitian dan Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Rizobium untuk Merehabilitasi Lahan Terdegradasi. Seminar Nasional Mikoriza. 15-16 November 1999. Bogor

Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualiatas Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sumarna, Y. 2005. Budidaya Gaharu Cetakan kedua. Penebar Swadaya. Jakarta Sumartono. 2008. Budidaya Gaharu Sistem Bio Induksi, Hasil Kerja Keras

Peneliti Balitbang Kehutanan Dephut. http://www.baungmediacenter.com/ balai_besar_ksda_jatim [21/11/2008:12.55]

Supriyanto. 1999. The Effectiveness of Some Ectomycorrhizal Fungi in Alginate Beads in Promoting the Growth of Several Dipterocarps Seedlings. J. Biotrop 12: 59 – 77.

Tarigan, K. 2004. Profil Pengusahaan Gaharu. Departemen Kehutanan. Pusat Bina penyuluhan jakarta. Jakarta

Ulfa, M., Edwin M. dan Efendi A.W. 2006. Pemanfaatan Mikoriza dalam Meningkatkan Kualitas Bibit Jenis Prioritas Sumatera Selatan.

Vincent, G. 1991 . Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung

Wuryaningsih. S., T. Sutater dan D. H. Goenadi. 1995. Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Media Tanpa Tanah dan Pemupukan pada Tanaman Pot Spathiphyllum.

(53)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Contoh Tanah

Berikut diuraikan prosedur analisis contoh tanah menurut Institut Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis pH, C-organik dan P-tersedia.

Pengujian kandungan bahan organik tanah

a. Ditimbang 0,5 gram tanah kering udara yang telah diayak dengan ayakan 70 mesh

b. Dimasukkan tanah yang sudah diayak ke dalam erlemeyer 500 ml c. Ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat

d. Digoncang selama 25 menit e. Didiamkan selama 30 menit

f. Ditambahkan 200 ml air 10 ml H3PO4 85 % g. Ditambahkan 20 tetes defenilamin

h. Diguncang hingga warna biru tua

i. Dititrasi dengan FeSO4 0,5 N dari luret jadi warna hijau j. Dihitung kandungan bahan organik dengan rumus

% C = 5 1 – x 0,78 untuk tanah 0,5 gram

Keterangan : T = Titrasi S = Blanko

% bahan organik = 1,72 % x % C

Penetapan pH tanah

a. Dimasukkan 10 gram tanah ke botol kocok. b. Ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 2,5

c. Dikocok menggunakan shaker atau tangan selama 10 menit. T

(54)

52

d. Diukur pH tanah dengan menggunakan pH meter.

Penetapan P-tersedia

a. Ditimbang 2 gr contoh tanah dan tempatkan pada segelas erlenmeyer 250cc

b. Ditambahkan larutan Bray 1 sebanyak 20 ml, dan goncang pada shaker selama 30 menit

c. Disaring dengan kertas saring Whatman No.42

d. Pipet filtrat sebanyak 5 ml dan ditempatkan pada tabung reaksi

e. Ditambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10ml. Dibiarkan selama 5 menit f. Diukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 600nm g. Pada saat yang bersamaan pipet juga masing-masing 5 ml larutan standar

P 0 – 0,5 – 1,0 – 2,0 – 3,0 – 4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml preaksi fosfat B

h. Diukur juga Transmitran standar pada spectronic dengan panjang gelombang yang sama yaitu 660 nm

i. Perhitungan:

(55)

53

Lampiran 2. Prosedur Analisis Kompos

Berikut diuraikan prosedur analisis contoh kompos menurut Institut Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis pH, C-organik dan P-tersedia.

Pengujian kandungan bahan organik tanah

a. Ditimbang 0,5 gram tanah kering udara yang telah diayak dengan ayakan 70 mesh

b. Dimasukkan tanah yang sudah diayak ke dalam erlemeyer 500 ml c. Ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat

d. Digoncang selama 25 menit e. Didiamkan selama 30 menit

f. Ditambahkan 200 ml air 10 ml H3PO4 85 % g. Ditambahkan 20 tetes defenilamin

h. Diguncang hingga warna biru tua

i. Dititrasi dengan FeSO4 0,5 N dari luret jadi warna hijau j. Dihitung kandungan bahan organik dengan rumus

% C = 5 1 – x 0,78 untuk tanah 0,5 gram

Keterangan : T = Titrasi S = Blanko

% bahan organik = 1,72 % x % C

Penetapan pH tanah

a. Dimasukkan 10 gram tanah ke botol kocok b. Ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 2,5

c. Dikocok menggunakan shaker atau dengan tangan selama 10 menit d. Diukur pH tanah dengan menggunakan pH meter

(56)

54

Penetapan N-total

a. Tahapan Destruksi. Ditimbang 2 gr tanah, tempatkan ke tabung digester b. Tambahkan 2 gr katalis campuran dan tambahkan H2O 10 ml; kemudian

tambahkan lagi 10 ml campuran H2SO4 – asam salisilat, biarkan 1 malam c. Destruksi pada alat digestor dengan suhu rendah dan dinaikkan secara

bertahap hingga larutan jernih (temperatur < 200° C). Setelah larutan jernih suhu dinaikkan dan dilanjutkan selama 30 menit

d. Didinginkan dan diencerkan dengan menambahkan 15 ml H2O e. Tahapan Destilasi. Tempatkan tabung destruksi pada alat destilasi

f. Pipet 25 ml H3BO3 4 % tempatkan pada erlenmeyer 250 cc dan ditambahkan 3 tetes indikator campuran; dan tempatkan sebagai penampung hasil destilasi

g. Tambahkan NaOh 40 % 25 ml ke tabung destilasi dan langsung didestilasi h. Amoniak hasil destilasi akan ditampung di erlenmeyer yang berisi H3BO3.

destilasi dihentikan bila larutan di erlenmeyer berwarna hijau dan volumenya kurang lebih 75 ml

i. Titrasi. Pindahkan erlenmeyer hasi; destilasi dan titrasi dengan HCL 0,02 N. Titik akhir titrasi ditandai oleh perubahan warna dari hijau menjadi merah

j. Perhitungan:

N (%) =

Berat tanah x 1000

mlHCl x NHCl x 14 x100

(57)

55

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

a. Ditimbang 5 gr contoh tanah kering udara dan dimasukkan dalam tabung sentrifuse 100ml

b. Ditambahkan 20 ml larutan NH4OAC N pH 7.0. diaduk denganpengaduk gelas sampai merata dan dibiarkan selama 24 jam

c. Diaduk kembali laludisenrtifuse selama 10 menit samapi 15 menit dengan kecapatan 2.500 rpm.

d. Ekstrak NH4OAC didekantasi, disareing lewat saringan dan filtrat ditampung dalam labu akar 100ml

e. Penambahan NH4OAC N pH 7.0. diulangi sampai 4 kali. Setiap kali penambahan diaduk merata, disentrifuse dan ekstraknya didekantasi ke dalam labu ukur 100 ml sampai tanda tera. Ekstrak ini digunakan dalam penetapan kadar K, Na, Ca, Mg yang dapat dipertukarkan

f. Untuk pencucian NH4+ ditambahkan 20 ml alkohol 80 % ke dalam tabung sentrifuse yang berisi endapan tanah tersebut. Diaduk sampai merata, sentrifuse, dekantasi dan filtratnya dibuang. Pencucian NH4 dengan alkohol ini dilakukan dengan menambahkan beberapa kali sampai bebas NH4. hal ini dapat diketahui dengan menambahkan beberapa tetes preaksi Nessler pada filtratnya tersebut. Apabila terdapat endapan kuning berarti masih terdapat ion NH4.

g. Setelah bebas dari NH4+, tanah dipindahkan secara kuantitatif dari tabung sentrifuse ke dalam labu didih. Ditambahkan air kira-kira berisi 450 ml. h. Pada labu didih ditambahkan beberapa butir batu didih, 5-6 tetes paraffin

(58)

56

i. Destilat ditampung dalam erlenmeyr 250 ml yang berisi 25 ml H2SO4 0,1 N dan 5-6 tetes indikator Conwai. Destilasi dihentikan jika destilat yang ditampung mencapai kira-kira 150 ml

j. Kelebihan asam dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Titik akhir titrasi dicapai bilamana warna berubah menjadi hijau

k. Dilakukan destilasi tanpa tanah sebagai blanko l. Besarnya KTK dihitung dengan rumus:

KTK (me/ 100 gr) = (ml Blanko ml Contoh) x N NaOH Bobot Contoh*)

x 100

(59)

57

Lampiran 3. Hasil Analisis Sidik Ragam

Pertambahan tinggi

Perlakuan

Ulangan

Jumlah

Perlakuan (T) Rata-rata

(60)
(61)
(62)
(63)
(64)

62

Lampiran 4. Hasil Analisis Contoh Tanah Dan Kompos

Tabel 1. Hasil Analisis Sampel Tanah

Sampel pH H2O C-Organik (%) P –tersedia (ppm)

Tanah 6.10 1.65 3.64

Tabel 2. Hasil Analisis Sampel Kompos TKS Sampel pH H2O C-Organik

(%)

P – tersedia

(ppm)

N-total

(%)

C/N KTK

(me/100)

(65)

63

Lampiran 5. Dokumentasi Lapangan

Gambar 1. Kiri (perlakuan mikoriza (M1) pada kontrol) dan kanan (tanpa mikoriza (M0) pada kontrol)

Gambar 2. Perlakuan komposisi media tanam dengan tanpa pemberian mikoriza setelah 12 MST

Gambar

Tabel 1. Kandungan Nutrisi dalam Kompos TKKS
Tabel 2. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan
Tabel 3. Rataan  pengaruh  komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap diameter anakan gaharu (mm)
Tabel 4. Rataan pengaruh komposisi media tumbuh kompos TKKS dan pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan daun anakan gaharu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pertambahan tinggi bibit selama 4 bulan belum berbeda nyata karena selama jangka waktu tersebut merupakan fase penyesuaian bibit dengan kondisi lingkungan yang baru sehingga perbedaan

Tujuan Pendidikan InklusifSecara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Dengan demikian pegawai Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dalam pemberian bantuan khusus murid mandiri pada SMA/SMK di Kota Palu harus tetap

Berdasarkan faktor pendukung pengembangan kewirausahaan di pondok pesantren Bahrul Maghfiroh yang ditemukan oleh peneliti berdasar terhadap hasil dari wawancara dengan

Pemilihan empat jenis bakteri patogen dalam penelitian ini berdasarkan alasan bahwa bakteri-bakteri tersebut lazim digunakan sebagai model untuk pengujian senyawa aktif baru dan

Hasil penelitian mengenai hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan media sosial pada remaja akhir menunjukkan adanya sumbangan efektif sebesar

Bekerja merupakan salah satu hal untuk meningkatkan ekonomi dalam keluarga, berangkat dari prinsip itu sehingga sopir juga sangat tekun untuk bekerja untuk