• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh Yulia Devyna

111121086

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Peneliti Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012".

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

• dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

• dr. Nuke H. Setiati selaku Kepala Puskesmas Purnama Kota Dumai yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian di Puskesmas Purnama Kota Dumai.

• Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp. MNS, selaku Dosen Pembimbing Proposal dan Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

• Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp. MNS, selaku Dosen Penguji I Proposal dan Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(4)

• Ibu Diah Arrum, S.Kp. M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Akademik di Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.

• Seluruh Staf dan dosen Pengajar di fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

• Ayahanda Turman Nasution dan Ibunda Ermanelly Nurias, Terima Kasih atas segala dukungan dan dorongan yang diberikan baik moril maupun materil serta Doa yang menjadi semangat dalam menggapai Kesuksesan bagi Ananda • Suami dan Anak- anakku tersayang, terimakasih atas semangat, doa dan kasih

sayangnya

• Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman Fkep’11 jalur B, Semoga ALLAH. SWT akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini

Medan, 13 Februari 2013

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi ... iv

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Konsep Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan... 6

2.1.2.Tingkat Pengetahuan... 6

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 7

2.2. Konsep Kepatuhan 2.2.1. Pengertian Kepatuhan ... 9

2.2.2. Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan ... 9

2.3. Konsep ISPA 2.3.1. Defenisi ISPA ... 11

2.3.2.Cara penularan ISPA………... 12

2.3.3. Tanda-tanda bahaya………. ... 12

2.3.4. Tanda-tanda klinis………... 12

2.3.5. Klasifikasi ISPA………... 13

2.3.6. Faktor-faktor terjadinya ISPA... 15

1. Faktor Lingkungan………... 15

(6)

3. Faktor Prilaku……… ... 17

2.3.7. Penatalaksanaan kasus ISPA………... 17

1. Pemeriksaan ... 17

2. Pengobatan ... 18

3. Perawatan dirumah... 19

2.3.8. Pencegahan dan Pemberantasan... 20

Bab 3. Kerangka Konsep 3.1. Kerangka Konseptual ... 23

3.2. Defenisi Operasional………... 24

Bab 4. Metode Penelitian 4.1. Desain Penelitian... 25

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.2.1. Populasi ... 25

4.2.2. Sampel... 25

4.3. Lokasi dan Waktu penelitian... 26

4.4. Pertimbangan Etik... 26

4.5. Instrument penelitian... 26

4.5.1. Kuesioner data demografi ... 26

4.5.2. Kuesioner pengetahuan dan kepatuhan... 27

4.6. Uji validitas dan realibilitas ... 27

4.7. Pengumpulan data ... 28

4.8. Analisa Data ... 29

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.2. Pembahasan... 35

Bab 6. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran... 39

(7)

Lampiran-lampiran

1. Inform Consent. 2. Kuesioner Penelitian

3. Tabel waktu pelaksanaan Proposal dan skripsi 4. Surat survei awal dari Fakultas Keperawatan USU 5. Pengambilan data dari Fakultas Keperawatan USU 6. Validitas dan Reliabilitas

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Defenisi Operasional……… 24

Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden……… 31

Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan……… 32

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

Nama : Yulia Devyna NIM : 111121086

Judul : Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

Abstrak

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan padanan dari istilah inggris acute respiratory infections. Secara anatomis, ISPA dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA atas dan ISPA bawah. Tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada Anak Balita. Desain penelitian deskriptif, denga n jumlah sampel 30 orang, menggunakan non probablity sampling. Hasil penelitian didapat pengetahuan baik sebanyak 16 orang (53,3%), kepatuhan cukup sebanyak 20 orang (66,7%). Kelua rga diharapkan dapat mematuhi, cara pengobatan yang tepat sesuai informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan serta menjaga lingkungan yang bersih dan makan makanan yang bergizi.

(11)

Nama : Yulia Devyna NIM : 111121086

Judul : Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

Abstrak

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan padanan dari istilah inggris acute respiratory infections. Secara anatomis, ISPA dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA atas dan ISPA bawah. Tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada Anak Balita. Desain penelitian deskriptif, denga n jumlah sampel 30 orang, menggunakan non probablity sampling. Hasil penelitian didapat pengetahuan baik sebanyak 16 orang (53,3%), kepatuhan cukup sebanyak 20 orang (66,7%). Kelua rga diharapkan dapat mematuhi, cara pengobatan yang tepat sesuai informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan serta menjaga lingkungan yang bersih dan makan makanan yang bergizi.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit batuk, pilek dan demam masih dianggap remeh oleh beberapa keluarga dan tidak berbahaya. Penyakit ini dapat mengenai anak berulang kali, tetapi mereka tidak mengerti bahwa penyakit ini dapat menimbulkan penyakit yang lebih berat jika tidak diobati terutama saat daya tahan tubuh menurun. Kesehatan anak pada usia ini perlu mendapat perhatian dari keluarga dan perlu mendapat pelayanan kesehatan secepatnya. Batuk pilek merupakan salah satu bentuk dari ISPA yang paling sering menyerang pada bayi dan anak. Anak balita dibawah lima tahun sangat peka terhadap batuk pilek karena anak balita belum mempunyai daya tahan tubuh yang baik untuk melawan virus ini melalui infeksi sebelumnya.

ISPA adalah penyakit penyebab angka absensi tertinggi, lebih dari 50% tidak masuk kerja/ sekolah oleh karena sakit . ISPA bila mengenai saluran nafas bawah, khusus pada bayi, anak-anak dan orang tua, memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek, berupa bronchitis dan banyak yang berakhir dengan kematian. (Amin, 1989).

(13)

penelitian fungsi paru di Negara sedang berkembang menunjukkan bahwa kasus pneumonia berat pada anak disebabkan oleh bakteri, biasanya Streptococcus pneumonia atau haemophillus influenza. Hal ini bertolak belakang dengan situasi di negara maju yang penyebab utamanya adalah virus. (WHO, 2003).

Di Indonesia infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menempati urutan pertama menyebabkan kematian pada kelompok bayi dan balita. Survey mortalitas yang dilakukan oleh subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA / pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 10-20% pertahun (Maryunani, 2011)

Di Propinsi Riau cakupan pneumonia hanya 15,6 %, dimana cakupan ini masih jauh dari target penemuan pneumonia pada balita per Kabupaten/ Kota tahun 2006 (Profil Kesehatan Propinsi Riau, 2006)

Angka kejadian ISPA lebih tinggi dari pada penyakit lainnya , Menurut laporan dari Puskesmas Purnama (2011), ISPA berada pada urutan pertama dengan jumlah temuan 975 orang anak dengan kriteria Batuk Bukan Pneumonia ,dan 104 orang anak menderita Pneumonia, Dimana jumlah penduduk Balita diwilayah kerja Puskesmas Purnama sebanyak 2758 orang.

(14)

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya batuk pilek atau ISPA yaitu Pengetahuan, Status Gizi, Lingkungan Iklim atau cuaca, Sikap, pendidikan dan Peran Keluarga. Pengetahuan keluarga yang baik tentang perawatan yang benar pada anak ISPA diharapkan dapat membantu meningkatkan kesembuhan dan menurunkan kejadian ISPA. Demikian sebaliknya bila pengetahuan keluarga kurang dalam pencegahan ISPA, maka memungkinkan terjadinya peningkatan ISPA.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menggambarkan pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Puskesmas Purnama Dumai

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan dan kesehatan dimasa yang akan datang, dan sebagai acuan dalam pemberantasan penyakit ISPA khususnya bagi pasien dan keluarga yang datang berobat ke puskesmas purnama dan dijadikan pedoman dalam memberikan penyuluhan.

2. Pengembangan ilmu terutama ilmu keperawatan

(16)

3. Keluarga

Hasil penelitian ini sebagai pertimbangan bagi keluarga yang menjalani perawatan penyakit ISPA.

4. Peneliti

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia. Tanpa ada pemikiran tersebut, maka pengetahuan tidak akan ada. (Hidayat, 2008).

2.1.1.Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera. Pengetahuan atau kognitif merupakan desain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007)

2.1.2.Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) ada enam tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif yang meliputi:

a. Tahu (know)

(18)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi adalah kemampuan untuk mengungkapkan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang riil.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (sintesis)

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau objek penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3.Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

(19)

a. Umur

Dengan bertambahnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Makin tua umur seseorang akan makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.

b. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah mencerna informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidik an yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai- nilai yang baru diperkenalkan.

(Nursalam, 2001) c. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, sehingga penghayatan pengalaman akan lebih lama membekas.

d. Informasi

(20)

e. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

2.2. Konsep Kepatuhan

2.2.1.Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan keprilaku yang mentaati peraturan (Notoatmodjo, 2003).

Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan. kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compliance) dan penderita yang tidak patuh (non compliance).

2.2.2.Faktor faktor yang mendukung kepatuhan

Menurut Feuer Stein dalam Niven (2002) ada beberapa faktor yang mendukung sifat patuh, diantaranya :

a.Pendidikan

(21)

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

Domain pendidikan dapat diukur dari (Notoatmodjo, 2003) :

1). Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan(knowledge).

2) Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude)

3) Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan.

b . Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan.

c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial.

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman – teman sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu memahami kepatuhan terhadap program pengobatan.

d.Perubahan model terapi .

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

(22)

Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi diagnosa.

2.3. Konsep ISPA 2.3.1. Defenisi Ispa

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan padanan dari istilah inggris acute respiratory infections. Secara anatomis, ISPA dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA atas dan ISPA bawah (Maryunani, 2011)

Menurut Amin. M, dkk ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa/disertai radang parenkim paru.. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

(23)

2.3.2. Cara penularan ISPA

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

2.3.3. Tanda-tanda Bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

2. 3.4. Tanda-tanda klinis

(24)

Malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, nausea, insomnia. Kadang-kadang dapat juga terjadi diare.

Dikatakan Pneumonia apabila frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih pada usia 2-12 bulan, dan 40 x/menit atau lebih pada usia 12 bulan -5 tahun. Terdapat tarikan dinding dada kedalam, stridor (Nursalam, 2005).

Pada pemeriksaan laboratorium jarang terjadi lekositosis, paling sering jumlahnya normal atau rendah. Lekopenia yang rendah bilangan angkanya menunjukkan gambaran klinik yang berat. Pada hitung jenis dapat dijumpai eosinofilia, limfofenia, netrofilia. Lekositosis dengan peningkatan sel PMN yang juga ditemukan dalam sputum menandakan adanya infeksi sekunder bacterial (Amin, 1989).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.

2.3.5. Klasifikasi ISPA

Infeksi saluran pernafasan bagian atas mencakup nasofaringitis, faringitis,

dan tonsillitis.

(25)

b. Faringitis adalah infeksi virus atau bakteri dan inflamasi pada faring, jarang terjadi pada bayi sebelum usia 1 tahun, insidensi faringitis meningkat antara usia 4 dan 7 tahun.

c. Tonsilitis adalah infeksi virus atau bakteri dan inflamasi pada tonsil. Insidensi tonsillitis meningkat pada anak-anak usia sekolah (Muscari, 2005).

Infeksi saluran pernafasan bagian bawah

a. Bronkiolitis merupakan infeksi virus pada saluran pernafasan bagian bawah dengan karakteristik peradangan bronkiolus dan produksi mucus, biasanya mengikuti infeksi saluran pernafasan bagian atas (Muscari, 2005).

b. Laringo-trakeo-bronkitis disebabkan oleh virus dan bakteri hemofilus influenza, Pada kasus yang ringan, hanya laring dan trakea yang terkena. Tetapi pada kasus yang lebih berat, infeksi menyebar kebawah bahkan mengenai bronkus yang terkecil, sehingga terjadi penyempitan dan kesulitan bernafas (Jelliffe, 1994).

c. Pneumonia adalah radang parenhim paru, penyebabnya adalah bakteri, virus, mycoplasma pneumonia, jamur, aspirasi, pneumonia hypostatic dan sindrom Loeffler (Nursalam, 2005).

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

(26)

• Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. • Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolo ng bukan pneumonia.

2.3.6. Faktor Resiko terjadinya ISPA 1. Faktor Lingkungan

a) Pencemaran udara dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA.

b) Ventilasi Rumah

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis.

c) Kepadatan hunian rumah

Kepadatan hunian rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m2 (Maryunani, 2011).

2. Faktor Individu anak a) Umur anak

(27)

b) Berat badan lahir

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal,karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi.

c) Status Gizi

Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi no rmal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi.

d) Vitamin A

Pemberian Vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan menyebabkan peningkatan titer antibodi yang spesifik dan tampaknya berada dalam nilai yang cukup tinggi

e) Status imunisasi

Sebagian besar kematian ISPA dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi campak dan pertusis.

3. Faktor Perilaku

(28)

besar dekat balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit. (Maryunani, 2011).

2.3.7. Penatalaksanaan Kasus ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan

(29)

bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan di klasifikasikan.

2. Pengobatan

o Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya.

o Pneumonia : Diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

oBukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

(30)

3. Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.

? Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

? Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

? Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih- lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

? Pemberian minuman

(31)

? Lain- lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih- lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

2.3.8. Pencegahan dan Pemberantasan Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Ø Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. Ø Imunisasi.

Ø Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Ø Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Pemberantasan yang dilakukan adalah :

Ø Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu. Ø Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

(32)

Pelaksana pemberantasan

Tugas pemberantasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya. Sebagian besar kematian akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat pengobatan dari petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat mela lui aktifitas kader akan sangat membantu menemukan kasus-kasus pneumonia

yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlu segera dirujuk ke rumah sakit.

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

Ø Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan tenaga yang tersedia.

Ø Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

Ø Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.

Ø Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit.

(33)

Ø Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang mengobati penderita penyakit ISPA,

Ø Melatih kader untuk bisa mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan penyuluhan terhadap ibu- ibu tentang penyaki ISPA, Ø Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konseptual

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal- hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.

Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak balita.

Pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit ISPA

- Pengertian ISPA

- Tanda dan Gejala ISPA - Klasifikasi ISPA

- Faktor Resiko terjadinya ISPA - Diet

- Komplikasi ISPA - Pengobatan ISPA

(35)

Pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak Balita di ukur dengan kusioner menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban ya, tidak.

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Kepatuhan keluarga tentang perawatan

penyakit ISPA

- Keluarga mengikuti prosedur perawatan

- Keluarga bisa memberikan umpan balik setelah memperoleh informasi

Hasil kepatuhan 1. Baik

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak balita diwilayah kerja Puskesmas Purnama Dumai tahun 2012. 4.2. Populasi dan sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang anak balitanya datang berobat ke Puskesmas dengan ISPA, berdasarkan data survey awal di Puskesmas Purnama, Jumlah balita yang menderita ISPA pada bulan Januari – Maret 2012 di dapati sebanyak 357 balita.

4.2.2 Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2003). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability sampling, dimana teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara

(37)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah Puskesmas Purnama Dumai. Adapun alasan peneliti memilih tempat ini sebagai tempat penelitian karena di Puskesmas Purnama penyakit ISPA menempati urutan pertama dari sepuluh penyakit terbesar setiap tahun dan belum ada penelitian sebelumnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan etik. Setelah mendapat surat izin dari Fakultas Keperawatan USU dan Puskesmas Purnama Dumai.

Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan pada calon responden tentang tujuan dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dan meyakinkan responden bahwa informasi yang telah diberikan akan dirahasiakan dan tidak akan dipergunakan dalam hal yang merugikan responden serta hanya dipergunakan untuk penelitian. Calon responden yang tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. 4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan pedoman tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner pengetahuan dan kepatuhan.

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

(38)

4.5.2 Kuesioner Pengetahuan dan Kepatuhan

Instrumen penelitian tentang pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak balita di wilayah Puskesmas Purnama Dumai terdiri dari 20 pertanyaan pilihan berganda, dimana 10 pertanyaan Pengetahuan dan 10 pertanyaan Kepatuhan dengan jawaban Ya (skor 1) dan Tidak (skor 0). Kuesioner ini menggunakan skala closed ended melihat tingkat pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak balita di wilayah Puskesmas Purnama Dumai. Total skor terendah 0 yang tertinggi diperoleh 10. Semakin tinggi skor semakin baik pengetahuan ibu.

4.6 Uji Validitas dan Realibitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2006). Uji validitas berkaitan dengan permasalahan sah atau validnya suatu kuesioner. Uji va liditas ini mengukur apakah butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat benar dan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji validitas isi yaitu dengan instrument dibuat mengacu pada isi yang sesuai dengan variable yang akan diteliti.

(39)

Instrumen ini akan diujikan pada 10 orang responden dengan mengobservasi pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Purnama Dumai. Dimana nilai R = 0,707, Setiadi (2007) mengatakan bahwa instrumen dengan koefisien yang berada diantara 0.60-0.89 dikatakan reliabelitas sedang.

4.7 Pengumpulan Data

Sebelum membagikan kuesioner kepada responden, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanan penelitian melalui bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian di Puskesmas Purnama Dumai. Setelah mendapat izin, peneliti mengumpulkan data dengan mendapatkan calon responden. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat penelitian serta cara pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan menjadi responden). Responden yang menolak tidak dipaksakan untuk mengisi kuesioner.

(40)

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap yakni :

1. Editing yaitu upaya memeriksa kembali kebenaran data yang telah diperoleh atau dikumpulkan serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.

2. Coding yaitu kegiatan memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi analisa data.

3. Entri data yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer.

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Purnama Dumai. Penelitian ini dimulai pada tanggal 2 November s/d 17 November 2012 di Puskesmas Purnama Dumai dengan jumlah responden 30 orang.

5.1 Hasil penelitian

Hasil penelitian ini dibagi atas tiga bagian, yaitu Data demografi responden, Pengetahuan keluarga tentang penyakit ISPA, dan Kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA

5.1.1 Deskripsi karakteristik responden

(42)

Tabel 1. Distribusi frekue nsi karakteristik responden di Puskesmas Purnama Kota Dumai dapat di uraikan pada tabel dibawah ini (n= 30)

No Karakteristik Frekuensi Persentase 3 Tingkat pendidikan

Tidak sekolah/ tidak tamat SD Tamat sd 5 Penghasilan perbulan

< Rp 900.000

Rp 900.000- Rp 1.300.000 Rp 1.300.000- Rp. 2.000.000 > Rp 2.000.000

5.1.1 Pengetahuan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA

(43)

Untuk lebih jelasnya tentang pengetahuan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA dapat dilihat pada tabel 2. Hasil pengetahuan ini didapat dari pernyataan yang di berikan, untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 2. Pengetahuan Keluarga tentang perawatan Penyakit ISPA (n= 30)

No Pengetahuan keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada

anak balita

Frekuensi Persentase

1 Baik 16 53.3 %

2 Cukup 14 46.7 %

3 Kurang 0 0

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase Pengetahuan keluarga tentang Perawatan penyakit ISPA ( n=30)

NO Pernyataan Ya Tidak

f % f %

1 ISPA merupakan penyakit yang mengenai saluran pernafasan

28 93.3 2 6.7 2 ISPA dapat ditularkan melalui air ludah,

darah, bersin, dan udara

19 63.3 11 36.7 3 Penyakit yang sering ditemui pada anak

balita adalah batuk, pilek dan demam

29 96.7 1 3.3 4 Penyakit ISPA ditandai dengan napas

tidak teratur dan cepat, Gelisah, Sakit kepala, berkeringat, demam

22 73.3 8 26.7

5 Lingkungan yang kotor dan Status gizi yang kurang merupakan Faktor resiko yang sering menyebabkan terjadinya ISPA

24 80 6 20

6 Kabut Asap akibat pembakaran lahan dapat menyebabkan ISPA

26 86.7 4 13.3 7 Kurang nya peran aktif keluarga dalam

menangani ISPA dapat Menyebabkan kematian

24 80 6 20

8 Penyakit ISPA yang tidak diobati dengan benar dapat berlanjut ke Pneumonia

18 60 12 40

9 Keluarga tahu dan mengerti cara mengatasi Demam, batuk,

pilek dan pemberian gizi yang baik pada anak

17 56.7 13 43.3

10 Imunisasi sangat penting diberikan pada anak dibawah 1 tahun

(44)

5.1.2 Kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA

Hasil analisa data untuk Kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA diperoleh bahwa lebih dari setengah responden memiliki kepatuhan cukup (66.7%) dan selebihnya responden memiliki kepatuhan yang baik (33.3%).

Untuk lebih jelasnya tentang kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA dapat dilihat pada tabel 4. Hasil kepatuhan ini didapat dari 10 pernyataan yang diberikan , untuk lebih rinci bisa dilihat pada tabel 5.

Tabel 4. Kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA (n= 30) No Kepatuhan keluarga dalam

Perawatan Penyakit ISPA pada anak balita

Frekuensi Persentase

1 Cukup 20 66.7 %

2 Baik 10 33.3 %

(45)

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase Kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA (n=30)

No Pernyataan Ya Tidak

f % f %

1 Jika anak demam, batuk dan pilek sebaiknya langsung dibawa kedokter atau petugas kesehatan

27 90 3 10

2 Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak, maka yang harus dilakukan orang tua adalah Menghindari faktor- faktor yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit ISPA

29 96.7 1 3.3

3 Tujuan keluarga mematuhi dan mengetahui perawatan penyakit ISPA adalah Keluarga lebih menjaga kesehatan anak

30 100 0 0

4 Menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan anak adalah Cara yang digunakan orang tua untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA

26 86.7 4 13.3

5 Mematuhi program pengobatan pada penyakit ISPA merupakan salah satu usaha orang tua dalam memberikan perawatan kesehatan pada anak

23 76.7 7 23.3

6 apakah menurut keluarga pengobatan pada penyakit ISPA itu penting?

24 80 6 20

7 Apakah didalam melakukan perawatan penyakit ISPA pada anak keluarga selalu mematuhi program pengobatan yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan

13 43.3 17 56.7

8 Apakah keluarga mengerti tentang cara pencegahan dan perawatan penyakit ISPA pada anak?

10 33.3 20 66.7

9 Keluarga menyadari bahwa pemberian imunisasi yang lengkap sangat berpengaruh dalam upaya pencegahan penyakit pada anak

25 83.3 5 16.7

10 Apakah keluarga mengetahui tindakan yang harus dilakukan pada anak yang terserang penyakit ISPA

(46)

5.2 Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak balita

ISPA adalah penyakit penyebab angka absensi tertinggi, lebih dari 50 % tidak masuk kerja/ sekolah karena sakit. ISPA bila mengenai saluran nafas bawah, khusus pada bayi, anak-anak dan orang tua, memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek, berupa bronchitis dan banyak yang berakhir dengan kematian (Amin,1989) .

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya batuk pilek atau ISPA yaitu Pengetahuan, Status gizi, Lingkungan Iklim atau Cuaca, Sikap, Pendidikan dan Peran Keluarga. Pengetahuan keluarga yang baik tentang perawatan yang benar pada anak ISPA diharapkan dapat membantu meningkatkan kesembuhan dan menurunkan kejadian ISPA. Demikian sebaliknya bila pengetahuan keluarga kurang dalam pencegahan ISPA, maka memungkinkan terjadinya peningkatan ISPA.

(47)
(48)

5.2.2. Kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak balita

Hasil penelitian Kepatuhan Keluarga dalam perawatan penyakit ISPA di Puskesmas Purnama Dumai dalam kategori cukup yaitu 63.3%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden menjawab tidak mengerti cara pencegahan dan perawatan penyakit ISPA sebanyak 20 orang, serta tindakan yang harus dilakukan jika anak terserang ISPA sebanyak 18 orang dan didalam melakukan perawatan penyakit ISPA keluarga tidak mematuhi program pengobatan yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan sebanyak 17 orang.

(49)

penyakit ISPA pada anak keluarga selalu mematuhi program pengobatan, lebih setengah responden menjawab Tidak (56.7%).

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa pengetahuan keluarga dalam perawatan penyakit ISPA berada dalam kategori Baik (53.3%),Hal ini disebabkan tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah SMA yaitu sebanyak 13 orang, dan umur sebagian besar responden berada di antara 31-40 tahun yaitu sebanyak 13 orang, dimana Usia pada rentang ini memiliki tingkat kematangan dan kekuatan dalam berfikir dan bekerja. Hasil kepatuhan keluarga dalam perawatan penyakit berada pada kategori cukup (66.7%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden menjawab tidak mengerti cara pencegahan dan perawatan penyakit ISPA sebanyak 20 orang, serta tindakan yang harus dilakukan jika anak terserang ISPa sebanyak 18 orang dan didalam melakukan perawatan penyakit ISPA keluarga tidak mematuhi program pengobatan yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan sebanyak 17 orang.

6.2. Saran

6.2.1 Keluarga

(51)

cegah, serta memanfaatkan failitas kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.

6.2.2 Praktek Keperawatan

Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan, Perawat seharusnya tidak berfokus kepada pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif, tetapi juga harus memperhatikan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif yaitu dengan memberikan penyuluhan informasi. Dengan pemberian informasi yang lengkap mengenai ISPA, maka keluarga dapat mengetahui penyebab, tanda dan gejala, ISPA serta cara pencegahan ISPA. Sehingga dapat meminimalisasi angka kejadian ISPA.

6.2.3. Pendidikan Keperawatan

Adanya cakupan materi tentang cara pencegahan ISPA pada balita di pendidikan maka dapat mendorong mahasiswa untuk menggali ke ingin tahuannya, sehingga dapat mengaplikasikannnya di lingkungan tempat tinggalnya seperti mendorong keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tantang ISPA, memberikan makanan yang bergizi, dan membersihkan lingkungan rumah.

6.2.4. Riset Keperawatan

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., Alsagaff. H., & Saleh.T., (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.

Arikunto. (2006). Suatu Pendekatan Praktik Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Alsagaff, H., & Mukty, A. (2002). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University press.

Habeahan, M. E. (2009). Hubungan peran orang tua dalam pencegahan infeksi saluran pernafasan akut(ISPA) dengan kekambuhan infeksi saluran pernafasan akut(ISPA) pada balita diwilayah kerja puskesmas martubung medan tahun 2009. Skripsi Fkep USU

Gilbert, P. (1996). Penyakit Yang Lazim Pada Anak-Anak. Jakarta: Arcan.

Hidayat, A. A. A (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Jelliffe, D. B. (1994). Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Jakarta: Bumi Aksara. Maryunani, A (2011). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info

Media.

Muscari, M. E. (2005). Panduan Belajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC. Nasronudin, dkk. (2007). Penyakit Infeksi Di Indonesia. Airlangga University press Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC.

Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan, Pengantar untuk perawat dan professional Kesehatan lain. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka utama.

Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu dan Seni Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

(53)

Profil Kesehatan Propinsi Riau (2006). diambil dari: http://www.depkes.go.id/downloads/profil/riau06.pdf 08 agustus 2012

Puskesmas Purnama. (2011). Laporan Program Pemberantasan Penyakit ISPA. Dumai.

Puskesmas Purnama. (2012). Laporan Program Pemberantasan Penyakit ISPA. Dumai

(54)

Lampiran I KODE :

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya bernama Yulia Devyna / 111121086 mahasisiwa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga Dalam Perawatan Penyakit ISPA Pada Anak balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai tahun 2012” Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan dan kemajuan praktek ilmu keperawatan, pendidikan ilmu keperawatan dan penelitian ilmu keperawatan.

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak / ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Data dan identitas bapak/ibu akan dirahasiakan dengan memberi kode dan menjadi tanggung jawab peneliti sepenuhnya. Selanjutnya saya meminta kesediaan Bapak/ibu mengisi data kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia sedia silahkan menandatangani lembar pesetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan bapak/Ibu.

Terimakasih atas partisipasi Bapak/ibu dalam penelitian ini.

Peneliti

Yulia Devyna

Medan, November 2012 Responden

(55)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT ISPA PADA ANAK BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS PURNAMA DUMAI TAHUN 2012 Petunjuk pengisian :

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi anda saat ini, dengan memberi tanda check list ( v ) pada kotak yang telah disediakan.

1. Data Demografi

1. No. Responden ( ) 2. Nama Responden :

3. Usia Responden : ... Tahun 4. Suku

(56)

5. Pendidikan

Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD Tamat SD

Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat

Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 6. Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Bertani/Buruh Pegawai Negeri Pegawai Swasta Lain- lain, sebutkan 7. Penghasilan perbulan

< Rp 900.000

(57)

Kusioner PengetahuanDan Kepatuhan Keluarga Dalam Perawatan Penyakit ISPA Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai

NO Pertanyaan Ya Tidak

1 ISPA merupakan penyakit yang mengenai saluran pernafasan

2 ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, dan udara

3 Penyakit yang sering ditemui pada anak balita adalah batuk, pilek dan demam

4 Penyakit ISPA ditandai dengan napas tidak teratur dan cepat, Gelisah, Sakit kepala, berkeringat, demam

5 Lingkungan yang kotor dan Status gizi yang kurang merupakan Faktor resiko yang sering menyebabkan terjadinya ISPA

6 Kabut Asap akibat pembakaran lahan dapat menyebabkan ISPA

7 Kurang nya peran aktif keluarga dalam menangani ISPAdapat Menyebabkan kematian

8 Penyakit ISPA yang tidak diobati dengan benar dapat berlanjut ke Pneumonia

9 Keluarga tahu dan mengerti cara mengatasi Demam, batuk,

pilek dan pemberian giziyang baik pada anak 10 Imunisasi sangat penting diberikan pada anak

(58)

11 Jika anak demam, batuk danpilek sebaiknya langsung dibawa kedokter atau petugas kesehatan 12 Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada

anak, maka yang harus dilakukan orang tua adalah Menghindari faktor- faktor yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit ISPA

13 Tujuan keluarga mematuhi dan mengetahui perawatan penyakit ISPA adalah Keluarga lebih menjaga kesehatan anak

14 Menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan anakadalah Cara yang digunakan orang tua untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA

15 Mematuhi program pengobatan pada penyakit ISPA merupakan salah satu usaha orang tua dalam memberikan perawatan kesehatan pada anak

16 apakah menurut keluarga pengobatan pada penyakit ISPA itu penting?

17 Apakah didalam melakukan perawatan penyakit ISPA pada anak keluarga selalu mematuhi program pengobatan yang dilakukan oleh pelayanan

kesehatan

18 Apakah keluarga mengerti tentang cara pencegahan dan perawatan penyakit ISPA pada anak?

19 Keluarga menyadari bahwa pemberian imunisasi yang lengkap sangat berpengaruh dalam upaya pencegahan penyakit pada anak

(59)
(60)

Lampiran 3

Tabel Waktu Pelaksanaan Proposal dan Skripsi

Nama : Yulia Devyna

Nim : 111121086

Judul penelitian : Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak Balita Di wilayah kerja Puskesmas purnama Dumai tahun 2012

Dosen pembimbing : Siti Zahara Nasution S.kp.M NS

No Kegiatan Apr MeiJuni Juli AgustSept Okt Nov Des Jan Feb

1. Pengajuan Judul 2. Survey Awal

3. Penyelesaian dan Bimbingan Proposal dari BAB I - 4 4. Sidang Proposal

5. Penelitian

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

RELIABILITAS PENGETAHUAN

No Nomor butir

Skor

total RELIABEL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 0.949

2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 0.949

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0.949

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0.949

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0.949

6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 0.949

7 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 0.284

8 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3 0.284

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 -0.09

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0.936

Np 9 9 9 9 9 9 8 8 9 8 87

(68)

Nama Nomor Butir

Skor

total Reliabel

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0.969

2 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 0.683

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 0.969

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0.887

5 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.694

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0.919

7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 0.969

8 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 0.779

9 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 4 0.744

10 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0.821

Np 6 6 6 8 9 7 6 6 7 3 64

(69)

Frequencies Frequency Table

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Cukup 20 66,7 66,7 66,7

Baik 10 33,3 33,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

ISPA merupakan penyakit yang mengenai saluran pernafasan Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 2 6,7 6,7 6,7

ya 28 93,3 93,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, dan udara Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 11 36,7 36,7 36,7

ya 19 63,3 63,3 100,0

(70)

Penyakit yang sering ditemui pada anak balita adalah batuk, pilek dan demam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 1 3,3 3,3 3,3

ya 29 96,7 96,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Penyakit ISPA ditandai dengan napas tidak teratur dan cepat, Gelisah, Sakit kepala, berkeringat, demam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 8 26,7 26,7 26,7

ya 22 73,3 73,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Lingkungan yang kotor dan Status gizi yang kurang merupakan Faktor resiko yang sering menyebabkan terjadinya ISPA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 6 20,0 20,0 20,0

ya 24 80,0 80,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Kabut Asap akibat pembakaran lahan dapat menyebabkan ISPA Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 4 13,3 13,3 13,3

(71)

Kurang nya peran aktif keluarga dalam menangani ISPA dapat Menyebabkan kematian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 6 20,0 20,0 20,0

ya 24 80,0 80,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Penyakit ISPA yang tidak diobati dengan benar dapat berlanjut ke Pneumonia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 12 40,0 40,0 40,0

ya 18 60,0 60,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Keluarga tahu dan mengerti cara mengatasi Demam, batuk, pilek dan pemberian gizi yang baik pada anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 13 43,3 43,3 43,3

ya 17 56,7 56,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Imunisasi sangat penting diberikan pada anak dibawah 1 tahun Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 3 10,0 10,0 10,0

ya 27 90,0 90,0 100,0

(72)

Jika anak demam, batuk dan pilek sebaiknya langsung dibawa kedokter atau petugas kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 3 10,0 10,0 10,0

ya 27 90,0 90,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak, maka yang harus dilakukan orang tua adalah Menghindari faktor-faktor yang bisa

menyebabkan terjadinya penyakit ISPA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 1 3,3 3,3 3,3

ya 29 96,7 96,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Tujuan keluarga mematuhi dan mengetahui perawatan penyakit ISPA adalah Keluarga lebih menjaga kesehatan anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 30 100,0 100,0 100,0

Menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan anak adalah Cara yang digunakan orang tua untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 4 13,3 13,3 13,3

ya 26 86,7 86,7 100,0

(73)

Mematuhi program pengobatan pada penyakit ISPA merupakan salah satu usaha orang tua dalam memberikan perawatan kesehatan pada anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 7 23,3 23,3 23,3

ya 23 76,7 76,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

apakah menurut keluarga pengobatan pada penyakit ISPA itu penting Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 6 20,0 20,0 20,0

ya 24 80,0 80,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Apakah didalam melakukan perawatan penyakit ISPA pada anak keluarga selalu mematuhi program pengobatan yang dilakukan oleh pelayanan

kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 17 56,7 56,7 56,7

ya 13 43,3 43,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Apakah keluarga mengerti tentang cara pencegahan dan perawatan penyakit ISPA pada anak?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 20 66,7 66,7 66,7

ya 10 33,3 33,3 100,0

(74)

Keluarga menyadari bahwa pemberian imunisasi yang lengkap sangat berpengaruh dalam upaya pencegahan penyakit pada anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 5 16,7 16,7 16,7

ya 25 83,3 83,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Apakah keluarga mengetahui tindakan yang harus dilakukan pada anak yang terserang penyakit ISPA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 18 60,0 60,0 60,0

ya 12 40,0 40,0 100,0

(75)

TAKSASI DANA

Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam perawatan penyakit ISPA pada anak Balita Di wilayah kerja Puskesmas purnama Dumai tahun 2012

A. Persiapan Proposal

1.Foto kopi materi dan Pembelian Buku Rp. 250.000 2.Pencarian materi dari internet Rp. 50.000

3.Print Proposal Rp. 100.000

4.Penggandaan dan penjilidan proposal Rp. 100.000 B. Pengumpulan dan Analisa Data

1.Print lembar persetujuan dan lembar observa Rp. 15.000

2.Print kuesioner Rp. 80.000

3.Biaya Transportasi Rp. 750.000

C. Penyusunan hasil perbaikan

1.Print Perbaikan laporan Rp. 100.000 2.Penggandaan dan penjilidan laporan penelitian Rp. 100.000

JUMLAH Rp. 1.545.000

Biaya tak terduga 10% Rp. 154.500

(76)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulia Devyna Nasution Tempat tanggal lahir : Dumai, 18 juli 1979 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jendral Sudirman No 35. Dumai Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 003 Tahun 1984 - 1991

2. SMP Negeri Bukit Jin Tahun 1991 - 1994 3. SMA Negeri 2 Dumai Tahun 1994 - 1997

4. AKPER pemda Labuhan Batu Tahun 1997-2000 5. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2011 Pengalaman kerja :

1. RSUD Kota Dumai 2001-2009

Gambar

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden di Puskesmas Purnama   Kota Dumai dapat di uraikan pada tabel dibawah ini  (n= 30)
Tabel 2. Pengetahuan Keluarga tentang perawatan  Penyakit ISPA (n= 30)
Tabel 4. Kepatuhan keluarga dalam perawatan  penyakit ISPA (n= 30)
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase Kepatuhan  keluarga dalam         perawatan  penyakit ISPA (n=30)
+2

Referensi

Dokumen terkait

F adalah suatu anti turunan dari f pada selang jika pada , jika untuk semua

Bapak, Ibu dan teman-teman yang terkasih dalam Kristus, tadi kita sudah mendengarkan bersama-sama jawaban dari pertanyaan di atas. Bapak, Ibu memang semakan disadarkan

Pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan kontribusi mereka umtuk pembayaran kompensasi, baik yang disebabkan karena kecilnya ukuran satuan pendidikan,

Dengan adanya latar belakang tersebut maka penulis mengambil judul Peranan Polisi Terhadap PenanggulanganTindak Pidana Pencurian di Supermarket (Studi Kasus di Polresta Tegal)

Peran sebagai Mu’addib menjadi tanggung jawab yang besar, karena apa yang harus dilakukan guru tidak hanya sebatas memahamkan mengenai pendidikan akhlak, namun

Xenograft merupakan bahan graft yang dapat diambil dari spesies yang berbeda dan biasanya berasal dari kerbau atau babi, yang nantinya akan dipergunakan

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan augerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menuangkan apa yang dirancang didalam laporan

BPR Bank Karanganyar kepada pelaku UMKM untuk mendukung upaya pengembangan UMKM di Kabupaten Karanganyar, dan (3) untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel