• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serangga Hama Dan Musuh Alami Pada Pertanaman Padi Ladang Di Kabupaten Timor Tengah Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Serangga Hama Dan Musuh Alami Pada Pertanaman Padi Ladang Di Kabupaten Timor Tengah Utara"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

SERANGGA HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN

PADI LADANG DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Padi Ladang di Kabupaten Timor Tengah Utara” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

(4)

RINGKASAN

RICARD GAUDENS SUBAY. Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Padi Ladang di Kabupaten Timor Tengah Utara. Dibimbing oleh PUDJIANTO dan I WAYAN WINASA

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Pola budidaya tanaman melalui perladangan berpindah-pindah dengan cara tebas bakar berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama dan musuh alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama dan musuh alami pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi di Kabupaten Timor Tengah Utara. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Mei 2015. Identifikasi serangga hama dan musuh alami yang ditemukan dilaksanakan pada bulan Juni hingga Oktober 2015 di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung dan tidak langsung terhadap serangga hama dan musuh alami berdasarkan teknik budidaya yang dilakukan petani. Sistem budidaya pertama adalah sistem budidaya pertanaman padi ladang dengan cara pengolahan lahan secara intensif yang dilakukan oleh petani padi ladang yang bermukim di dataran rendah. Sistem budidaya kedua adalah sistem budidaya perladangan berpindah-pindah dengan cara tebas bakar yang dilakukan oleh petani yang bermukim di dataran tinggi. Pada tiap sistem budidaya terdapat 3 petak pengamatan berukuran 1 000 m2. Metode pengamatan dilakukan dengan pengamatan langsung, pemasangan perangkap lubang jebakan (pitfall trap), pengamatan dengan jaring (sweep net) dan pemasangan perangkap nampan kuning (yellow pan trap) pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi. Pengamatan mingguan selama satu musim tanam padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi di Kabupaten Timor Tengah Utara mendapatkan total serangga hama dan musuh alami adalah 86 213 individu yang terdiri atas 16 ordo, 130 famili, dan 327 morfospesies. Hama penting yang ditemukan yaitu Leptocorisa oratorius, Lygaeus sp., Nezara viridula, Scirpophaga incertulas, Mycalesis sp., dan Valanga sp. Predator yang ditemukan adalah Oxyopes javanus, Pardosa pseudoannulata, Tetragnatha sp., Conocephalus longipennis, Sycanus annulicornis, dan Coccinella transversalis. Parasitoid yang ditemukan adalah Charops sp., Ichneumon sp., Brachymeria sp., Telenomus sp., Microplitis manilae, dan Exorista sp. Pada pertanaman padi ladang pada pengolahan lahan secara intensif peran serangga sebagai predator lebih dominan, sedangkan di dataran tinggi peran serangga sebagai herbivor lebih dominan.

(5)

SUMMARY

RICARD GAUDENS SUBAY. Pest Insects and Natural Enemies in Upland Rice Fields in North Central Timor. Supervised by PUDJIANTO and I WAYAN WINASA

Rice (Oryza sativa L.) is one of the most important crops in Indonesia. Rice is the staple food for more than 95 percent of Indonesian people, and becomes the livelihood for most rural farmers. Plant cultivation pattern can affect the pest insects and natural enemies. This research aimed to determine pest insects and natural enemies of upland rice field in lowland and highland areas in North Central Timor District. The research was conducted from January until May 2015. Identification of collected pest insects and natural enemies was conducted from June until October 2015 in Insect Biosystematics Laboratory, Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Insect pests and their natural enemies were observed on upland rice fields with two different cultivation techniques. The first cultivation technique was intensive tillage that is usuallly practiced by lowland farmers, and the second cultivation technique was moving cultivation by slash-burn system that is usually practiced by highland farmers. For each cultivation technique, three plots of 1 000 m2 were observed weekly for one planting season. Observations were done by direct observation on rice plant samples, and undirect observation e.g. setting pitfall traps, yellow pan traps, and using sweep net.

Weekly observations for one planting season of upland rice fields in lowland and highland areas in North Central Timor collected 86 213 individuals of pest insects and natural enemies that belong to 327 morphospecies, 130 families, and 16 orders. The important pest insects found in the fields were Leptocorisa oratorius, Lygaeus sp., Nezara viridula, Scirpophaga incertulas, Mycalesis sp., and Valanga sp. The important predators found were Oxyopes javanus, Pardosa pseudoannulata, Tetragnatha sp., Conocephalus longipennis, Sycanus annulicornis, and Coccinella transversalis. Parasitoids found were Charops sp., Ichneumon sp., Brachymeria sp., Telenomus sp., Microplitis manilae, and Exorista sp. The upland rice fields in lowland areas, predators were more abundant than herbivores, while in highland areas herbivores were more abundant.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Entomologi

SERANGGA HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN

PADI LADANG DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas Kasih dan anugerahNya saya diberikan kesempatan untuk menjalani studi S2 di IPB, serta atas penyertaanNya saya dapat menyelesaikan studi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Padi Ladang di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Pada kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang telah sangat membantu selama penyelesaian tesis ini. Pertama, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Komisi Pembimbing Dr. Ir. Pudjianto, M.Si (Ketua) dan selaku Ketua Program Studi Entomologi, dan Dr. Ir. I Wayan Winasa, MS (anggota); atas dedikasinya dalam membimbing dan mendukung, memberikan saran dan masukan pada saat usulan penelitian serta pengarahan, bimbingan, dan motivasi selama penelitian sampai dengan selesainya penulisan tesis ini. Terima kasih dan penghargaan tinggi kepada Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah memberikan masukan substansial, komentar yang bermanfaat, saran dan koreksi sehingga meningkatkan kualitas tesis ini. Terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Dekan Sekolah Pascasarjana dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu kepada saya selama menempuh pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih kepada Bupati Timor Tengah Utara, bapak Raymundus Sau Fernandes, S.Pt yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa kepada saya untuk menempuh Pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor. Ungkapan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda Nikolas Subay, ibunda Regina Nabu, istri tercinta Venidora Atok, SE dan anak-anak tersayang Benedictus Very Subay, Diego Leonard Subay, Carolina Virginia Subay dan William Irenius Subay, serta seluruh keluarga atas segala doa tulus ikhlas, kasih sayangnya, perjuangannya dan pelajaran hidup yang sangat berharga serta memberikan semangat dan motivasi kepada saya untuk menyelesaikan sekolah Pascasarjana.

Terima kasih kepada teman dan sahabatku Ichsan Luqmana Indra Putra, S.Si, M.Si yang telah membantu saya dalam mengidentifikasi, membuat data base, membantu dalam mengolah data dan diskusi yang sangat berharga. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Pascasarjana Entomologi 2013, Wildan Muhlison, Ridwan IM, Rudi T. Hutasoit, Badrus Sholih, Agung Permadi, Ciptadi AY, Deni Irawan, Herny DP, Susilawati, Dita Megasari, Evie Adriany, Joan AM, Nia K, Herry MS dan teman-teman Pascasarjana Entomologi 2013 lain yang telah banyak membantu dan atas kebersamaannya.

Terima kasih kepada para sahabat dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian tulisan ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat .

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Arti Penting Tanaman Padi 4

Syarat Tumbuh Padi Ladang 5

Hama pada Pertanaman Padi Ladang 5

Musuh Alami pada Pertanaman Padi Ladang 6

Keanekaragaman dan Kelimpahan Serangga Hama dan Musuh Alami 7 Budidaya Padi Ladang di Kabupaten Timor Tengah Utara 9

METODE 11

Tempat dan Waktu Penelitian 11

Alat dan Bahan 11

Metode Pengambilan sampel 11

Identifikasi Serangga Hama dan Musuh Alami 14

Analisis Data 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Kondisi umum Lokasi Pengamatan Pertanaman Padi Ladang 16 Keanekaragaman dan Kelimpahan Serangga Hama dan Musuh Alami 17

Peran Serangga pada Pertanaman Padi Ladang 21

Perkembangan Populasi Serangga Hama pada Pertanaman Padi Ladang 29 Perkembangan Populasi Musuh Alami pada Pertanaman Padi Ladang 36

Pembahasan Umum 46

SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48

Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 53

(12)

DAFTAR TABEL

1. Rumus indeks Shannon-Wienner dan Simpson’s 14

2. Keanekaragaman serangga pada pertanaman padi ladang dataran

rendah dan dataran tinggi 19

3. Keanekaragaman dan kemerataan serangga pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi berdasarkan indeks

Shannon-Wienner dan indeks Simpson 20

DAFTAR GAMBAR

1. Denah pengambilan sampel serangga pada petak pengamatan

pertanaman padi ladang 12

2. Lokasi pengamatan pertanaman padi ladang 16

3. Jumlah morfospesies serangga berdasarkan fungsi ekologis pada

pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi 17 4. Kelimpahan individu serangga yang ditemukan pada pertanaman

padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi 17 5. Kekayaan morfospesies setiap ordo serangga yang ditemukan pada

pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi 18 6. Komposisi peran serangga pada pertanaman padi ladang 21 7. Kelimpahan individu herbivor pada pertanaman padi ladang dataran

rendah dan dataran tinggi 23

8. Kelimpahan individu predator pada pertanaman padi ladang dataran

rendah dan dataran tinggi 24

9. Kelimpahan individu parasitoid pada pertanaman padi ladang

dataran rendah dan dataran tinggi 26

10. Kelimpahan individu detritivor pada pertanaman padi ladang

dataran rendah dan dataran tinggi 27

11. Kelimpahan individu polinator pada pertanaman padi ladang dataran

rendah dan dataran tinggi 27

12. Kelimpahan individu serangga fungsi lain pada pertanaman padi

ladang dataran rendah dan dataran tinggi 28

13. Hama utama yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran

rendah dan dataran tinggi 29

14. Perkembangan populasi serangga hama pengisap pada pertanaman

padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi 31 15. Perkembangan populasi serangga hama penggerek batang dan

pemakan daun pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan

(13)

16. Predator yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran

rendah dan dataran tinggi 37

17. Perkembangan populasi Laba-laba pada pertanaman padi ladang

dataran rendah dan dataran tinggi 39

18. Perkembangan populasi predator pada pertanaman padi ladang

dataran rendah dan dataran tinggi 41

19. Parasitoid yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran

rendah dan dataran tinggi 42

20. Perkembangan populasi parasitoid yang ditemukan pada

pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi 44

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kelimpahan individu serangga yang ditemukan pada pertanaman

padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi 54 2. Analisis SHED Keanekaragaman dan kelimpahan serangga pada

pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi 62 3. Analisis SHED Keanekaragaman dan kelimpahan serangga per

petak pengamatan pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan

dataran tinggi 62

4. Peranan serangga yang ditemukan pada pertanaman padi ladang

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Dalam era ancaman pangan dunia, kemampuan suatu bangsa untuk meningkatkan ketersediaan pangan yang tinggi secara cepat menjadi bentuk baru kekuatan geopolitik. Ketergantungan populasi dunia terhadap pangan seolah menggambarkan full planet-empty plate (Brown 2012; Buchori 2014) karena ketersediaan pangan harus dipenuhi ditengah kerentanan lingkungan hidup, yang kualitasnya terus terdegradasi, penurunan debit air, serta pemanasan global. Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang. Padi berperan sebagai makanan pokok lebih dari 95% penduduk Indonesia dan menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar petani di pedesaan. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, telah muncul kerisauan akan terjadinya keadaan rawan pangan di masa yang akan datang. Selain itu, dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan kualitas dan keanekaragaman pangan yang diperlukan masyarakat. Akibatnya, Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan berbagai jenis pangan guna mengimbangi pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi (Kementan 2013).

Dalam rangka menunjang swasembada pangan, khususnya beras, diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi beras yang berkesinambungan. Berbagai upaya telah dilakukan antara lain melalui peningkatan pendampingan penerapan paket teknologi, pengamatan dan pengendalian serangga organisme pengganggu tanaman (OPT), penyediaan sarana produksi, gerakan olah tanah dan tanam padi, penanganan panen dan pasca panen, dan pemasaran hasil melalui gerakan seluruh stakeholders mulai dari tingkat pusat hingga desa (Trisnaningsih et al. 2014; Kementan 2013). Upaya lain yang dilakukan untuk peningkatan produksi padi adalah melalui pengembangan varietas unggul baru dan penambahan areal panen melalui peningkatan intensitas penanaman (Daradjat et al. 2001).

(16)

2

Keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama dan musuh alami di alam ditentukan oleh bentang alam (landscape), kondisi praktek pertanian dan pola pertanaman suatu wilayah. Sistem pertanian monokultur memengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama dan musuh alami karena perluasan areal pertanaman monokultur akan menggeser habitat alami dan menurunkan kualitas habitat, hilangnya spesies, dan terjadinya erosi sumber daya genetik (Altieri & Nicholls 2004).

(17)

3 yang terdapat pada kedua ekosistem pertanaman padi ladang tersebut di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama dan musuh alami pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Manfaat Penelitian

(18)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Arti Penting Tanaman Padi

Padi (Oryza sativa L.) termasuk bahan pangan yang dibutuhkan oleh lebih dari separuh penduduk dunia dan merupakan salah satu bahan pangan stabil yang paling penting di dunia dan ditanam di daerah yang beriklim sedang dan tropis. Padi merupakan bahan pangan utama bagi masyarakat Indonesia. Meskipun dapat digantikan oleh bahan pangan lainnya, padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan dengan bahan makanan lain. Beras mengandung berbagai zat makanan yang diperlukan tubuh manusia antara lain: kabohidrat, protein, lemak, serat kasar dan vitamin. Selain itu, beras mengandung beberapa unsur mineral yaitu kalsium, magnesium, sodium dan fosfor (AAK 2003).

Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk golongan rumput-rumputan (Gramineae). Taksonomi tanaman padi diklasifikasikan dalam Kingdom Plantae (tumbuhan), subkingdom Tracheobionta, divisi Spermatophyta (menghasilkan biji) dengan subdivisi Angiospermae, digolongkan dalam kelas Monocotyledoneae, ordo Poales, famili Gramineae (Poaceae), genus Oryza dan nama spesies Oryza sativa (Utomo & Naza 2003). Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok yaitu organ vegetatif dan organ generatif. Bagian-bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun sedangkan organ generatif terdiri dari malai, gabah dan bunga. Sejak berkecambah sampai panen tanaman padi memerlukan waktu 3-4 bulan, yang keseluruhannya terdiri dari dua fase pertumbuhan yaitu vegetatif dan generatif (Ismunadji & Manurung 1988).

Budidaya tanaman padi di Indonesia secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu padi sawah dan padi gogo (padi huma, padi ladang). Pada sistem padi sawah, tanaman padi sebagian besar dari lama hidupnya dalam keadaan tergenang air. Sebaliknya pada sistem padi gogo/padi ladang, tanaman padi ditumbuhkan tidak dalam kondisi tergenang air. Kombinasi kedua sistem ini dikenal sebagai gogo rancah, yaitu padi ditanam disaat awal musim hujan pada petakan sawah, kemudian secara perlahan digenangi dengan air hujan seiring dengan makin bertambahnya curah hujan (Purwono & Purnamawati 2007).

(19)

5 Syarat Tumbuh Padi Ladang

Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling utama adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor tersebut. Tanaman padi ladang dapat tumbuh pada berbagai ekologi pertanian dan jenis tanah. Persyaratan utama untuk tanaman padi ladang adalah kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya padi ladang. Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk padi ladang hanya mengandalkan curah hujan (Norsalis 2010). Kelestarian (sustainability) budidaya padi ladang sangat bergantung pada tiga faktor yaitu udara, air dan zat hara (Hong 2008).

Tanaman padi ladang dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah, tanaman padi ladang memerlukan ketinggian 0-650 meter dpl dengan temperature 22-27 oC sedangkan di dataran tinggi 650-1500 meter dpl dengan temperature 19-23 oC. Tanaman padi ladang tumbuh di daerah

tropis/subtropis pada 450 LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun. Padi ladang ditanam pada musim hujan. Tanaman padi ladang memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan (Norsalis 2010).

Tanaman padi ladang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau kesuburan tanah. Untuk pertumbuhan tanaman padi ladang yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air dan 25% bagian udara pada lapisan tanah setebal 30 cm. Struktur tanah yang cocok untuk tanaman padi ladang adalah struktur tanah yang remah. Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak (Norsalis 2010). Keasaman pH tanah bervariasi dari 5,5-8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al, sedangkan bila pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn.

Hama pada Pertanaman Padi Ladang

(20)

6

seperti hama wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera) dan wereng hijau (Nepotettix virescens) (Oka 2005).

Secara umum diketahui bahwa serangga yang berasosiasi dengan tanaman padi di Indonesia tercatat 40 spesies hama dan 70 spesies penyakit, sekitar 20 spesies dapat digolongkan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman padi yang mempunyai arti ekonomi penting (Oka 2005). Hama-hama yang menyerang tanaman padi diantaranya adalah Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens (Hemiptera: Delphacidae), dan Wereng Punggung Putih Sogatella furcifera (Hemiptera: Delphacidae), Walang Sangit Leptocoriza oratorius (Hemiptera: Alydidae), Penggerek Batang Padi Putih Tryporyza innotata (Lepidoptera: Pyralidae), Penggerak Batang Padi Kuning Tryporiza incertulas (Lepidoptera: Pyralidae), Penggerek Batang Padi Bergaris (Chilo supressalis) dan Penggerek Batang Padi merah jambu (Sesamia inferens (Kalshoven 1981), Ganjur (Orseolia oryzae), Hama Putih Palsu (Cnaphalocrosis medinalis), Hama Putih (Nympula depunctalis), kepik batu (Podops sp), Kepik hijau (Nezara viridula), Kepinding tanah (Scotinophara sp.), ulat grayak (Pseudoletia unipunctia, Spodoptera mauritia), Lalat bibit (Atherigona) (Oka 2005), tikus (Rattus argentiventer, Rattus tiomaticus, Rattus exulans), burung (Kementan 2013).

Musuh Alami pada Pertanaman Padi Ladang

Musuh alami hama tanaman padi ladang antara lain adalah predator, parasitoid, cendawan, protozoa, bakteri dan virus yang digunakan untuk mengontrol populasi serangga hama. Tajuk tanaman padi dihuni oleh komunitas predator dan parasitoid yang secara bersama berpotensi menekan populasi hama yang menjadi mangsa inangnya. Spesies serangga predator yang telah diketahui sebagai agens pengendali hayati (Oka 2005) adalah ordo Coleoptera terdiri dari famili Coccinellidae dan Carabidae (paling penting), Silphidae, Staphylinidae, Histeriidae, Lampyriidae, Claridae, Cantharidae, Meloidae, Cicindellidae, Dytiscidae dan Gyrinidae. Ordo Neuroptera kebanyakan spesiesnya adalah predator dan yang terpenting adalah Famili Chrysopidae dan Hemerobiidae. Ordo Hymenoptera adalah yang termasuk Famili Formicidae dan Vespidae. Ordo Diptera berasal dari famili Syrphidae, Asilidae, Cecidomyiidae, Bombiliidae, Anthomyiidae, Calliphoridae dan Sarcophagidae). Ordo Hemiptera kebanyakan pemakan tanaman, tetapi sejumlah spesies dari berbagai famili malah sebagai predator yaitu Miridae ( Cyrtorrhinus lividipennis).

(21)

7 Formicidae); Laba-laba pemburu, Lycosa pseudoannulata (Boesenberg) (Araneae: Lycosidae); Laba-laba bermata tajam, Oxyopes javanus (Thorell) (Araneae: Oxyopidae); Laba-laba loncat, Phidippus sp (Araneae: Salticidae); Laba-laba kerdil, Callitrichia formosana (Oi) (Araneae: Linyphiidae); Laba-lala bulat, Araneus inustus (L.Koch) (Araneae: Araneidae), Laba-laba rahang panjang, Tetragnatha maxillosa (Thorell) (Araneae: Tetragnathidae).

Serangga parasitoid umumnya mempunyai inang yang lebih khas apabila dibandingkan dengan predator. Parasitoid mempunyai peranan penting dalam mengendalikan populasi hama agar tetap terjaga pada kondisi yang secara ekonomi tidak merugikan (Shepard et al. 1987). Beberapa parasitoid yang berasosiasi pada pertanaman padi adalah parasitoid telur penggerek batang-tabuhan, Tetrastichus schoenobii (Ferriere) (Hymenoptera: Eulophidae); Parasit telur penggerek batang-tabuhan, Telenomus rowani (Gahan) (Hymenoptera: Scelionidae); Parasit telur kepik hitam-tabuhan, Telenomus cyrus (Nixon) (Hymenoptera: Scelionidae); Parasit larva-tabuhan, Charops brachypterum (Gupta dan Maheswary) (Hymenoptera: Ichneumonidae); Parasit larva penggerek batang-tabuhan, Stenobracon nicevillei (Bingham) (Hymenoptera: Braconidae); Parasit larva penggulung daun-tabuhan, Apanteles angustibasis (Gahan) (Hymenoptera: Braconidae); Parasit larva lalat-tabuhan, Opius sp (Hymenoptera: Braconidae); Parasit larva ulat pemotong-tabuhan, Microplitis manilae (Asmead) (Hymenoptera: Braconidae); Parasit larva/kepompong-tabuhan, Brachymeria sp (Walker) (Hymenoptera: Chalcididae), Parasit larva penggulung daun-tabuhan, Elasmus sp (Hymenoptera: Elasmidae); Parasit wereng daun-lalat kepala besar, Pipunculus mutillatus (Loew) (Diptera: Pipunculidae); Parasit larva Hesperiid-lalat, Argyrophylax nigrotibialis (Baranov) (Diptera; Tachinidae).

Keanekaragaman dan Kelimpahan Serangga Hama dan Musuh Alami

Keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama dan musuh alami di alam ditentukan oleh banyak faktor. Faktor yang dapat menentukan keanekaragaman tersebut selain ditentukan oleh bentang alam (landscape) suatu wilayah, ditentukan pula oleh kondisi musim praktek pertanian dan pola pertanaman suatu wilayah. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan. Jumlah spesies pada suatu habitat dipengaruhi oleh beraneka faktor lingkungan yang saling memengaruhi. Secara umum jumlah spesies akan dipengaruhi oleh faktor temporal dan spasial (Begon et al. 2006).

(22)

8

organisme dari berbagai tingkatan untuk dapat hidup berdampingan (Begon et al. 2006). Habitat yang heterogen akan lebih banyak menyediakan variasi habitat mikro dan iklim mikro dibandingkan dengan habitat yang lebih sederhana.

Kelimpahan populasi serangga hama dan musuh alami pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber bahan makanan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga hama dan musuh alami menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan bahan makanan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi serangga hama dan musuh alami di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Jumlah dan jenis serangga hama dan musuh alami akan semakin meningkat pada komunitas yang memiliki kuantitas dan kualitas bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan serangga hama dan musuh alami. Antara vegetasi dan serangga terjadi hubungan yang dapat menstabilkan ekosistem pertanaman. Bila salah satu komponen terganggu maka akan memengaruhi keberadaan komponen lainnya. Stefanescu et al. (2004) menyatakan bahwa pertanian modern dengan sistem monokultur menyebabkan penurunan komunitas serangga. Pertanian modern dengan sistem monokultur menerapkan sistem manajemen yang intensif, dimana sistem manajemen intensif berpengaruh negatif terhadap keanekaragaman spesies tertentu, yang ditandai dengan keanekaragaman yang rendah dan adanya spesies tertentu yang dominan. Menurut Altieri dan Nicholls (2004), sistem pertanian monokultur dapat memengaruhi keanekaragaman serangga karena perluasan areal pertanaman monokultur yang akan menggeser habitat alami. Dan penggeseran habitat alami ke habitat buatan akan menurunkan kualitas habitat, hilangnya spesies, dan terjadinya erosi sumberdaya genetik. Selain itu faktor perlakuan pestisida dan herbisida dalam pengelolaan hama dapat menurunkan keanekaragaman serangga. Pestisida dapat mematikan organisme sasaran dan bukan sasaran, sehingga kelimpahan organisme bukan sasaran akan berkurang.

Tanaman memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap evolusi dan ekologi perilaku interaksi inang-musuh alami (Price et al. 1980; Godfray 1994). Peranan musuh alami seperti parasitoid dan predator dalam interaksi trofik antara tanaman inang dan serangga herbivor telah mendapat perhatian serius dari para ahli setelah tahun 1980-an (Money et al. 2012). Pengaruh tanaman terhadap interaksi antara musuh alami dan inangnya telah banyak dibahas oleh Price et al. (1980). Dalam kenyataannya, semua komunitas yang hidup di wilayah daratan paling tidak tersusun oleh tingkatan trofik yang berbeda: tanaman, herbivor dan musuh alami dari herbivor. Interaksi yang terjadi antara tumbuhan dan serangga merupakan hal yang kompleks. Perbedaan yang terjadi di satu sisi akan berdampak pada sisi lain. Faktor lingkungan juga memengaruhi interaksi antara tumbuhan dan serangga. Struktur naungan sangat memengaruhi tanaman, herbivor, dan musuh alami, akan tetapi kebanyakan pengaruh struktur naungan pada biomassa tanaman berhubungan tidak langsung dengan perubahan kelimpahan herbivora dan musuh alami.

(23)

9 juga berfungsi sebagai pertahanan langsung dengan menolak oviposisi herbivor dan mungkin sebagai perantara interaksi antara tanaman dengan tanaman (Kessler & Baldwin 2002). Kerentanan serangga herbivor untuk diserang oleh predator dan parasitoid sering dimediasi oleh interaksi dengan tanaman inang dimana herbivor makan. Herbivor spesialis mengatasi pertahanan tanaman dengan mengambil toxin kimia yang dihasilkan oleh tanaman di dalam tubuhnya sebagai pertahanan melawan musuh alaminya (Moraes & Mescher 2004).

Begon et al. (2006) menyatakan bahwa secara umum, keanekaragaman spesies seringkali digunakan untuk mengetahui kestabilan suatu komunitas. Spesies yang beragam dalam suatu komunitas akan membentuk suatu hubungan yang kompleks satu sama lain. Hubungan yang kompleks akan membentuk suatu komunitas yang lebih tahan terhadap gangguan dibandingkan komunitas dengan hubungan yang sederhana. Oleh karena itu semakin tinggi keanekaragaman spesies akan meningkatkan kestabilan suatu komunitas.

Budidaya Padi Ladang di Kabupaten Timor Tengah Utara

Pengembangan budidaya padi ladang yang dilakukan petani di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu: (1) cara budidaya padi ladang oleh petani yang bermukim di dataran rendah, dan (2) cara budidaya padi ladang oleh petani yang bermukim di dataran tinggi.

Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani yang bermukim di dataran rendah relatif lebih intensif seperti pengolahan tanah, pemupukan dan pergiliran tanaman secara menetap dengan cara dibajak atau dibalik menggunakan linggis atau traktor lahan kering. Tujuan dilakukan pengolahan tanah pada budidaya tanaman padi ladang adalah memperbiki aerasi atau sirkulasi udara tanah, merangsang berkembangnya benih dan sekaligus mengendalikan gulma yang masih hidup dan memperoleh tanah yang cukup gembur dan membuat permukaan tanah rata. Apabila permukaan tanah masih keras dan padat dapat dilakukan olah tanah dua kali. Jika memungkinkan pada saat pengolahan ini dilakukan aplikasi pupuk organik untuk menambah kesuburan tanah dan dapat mengikat air. Selanjutnya lahan siap ditanam sambil menunggu saat turunnya hujan untuk dilakukan penanaman. Petani yang bermukim di dataran tinggi mempersiapkan lahan pertanian secara tradisional melalui perladangan berpindah-pindah dengan cara tebas bakar. Pada permulaan musim kemarau petani mencari lahan yang cocok untuk dijadikan lahan yaitu tanah yang belum pernah diolah atau sudah lama diolah dan ditinggalkan dalam periode 5-7 tahun. Lahan yang baru dibuka banyak mengandung humus sehingga dapat dikatakan subur untuk media pertumbuhan tanaman padi ladang (AAK 2003).

(24)

10

setelah calon kebun baru telah siap maka dilakukan pembuatan pagar keliling agar tanaman padi ladang terhindar dari gangguan ternak. (d) Penanaman, pada umumnya setelah selesai pembuatan pagar, bila turun hujan segera dilakukan penanaman. Cara tanam padi ladang ditugal dengan kedalaman 3-5 cm. Benih tiap lubang 3-4 butir dengan jarak tanam 30 x 30 cm. Benih padi ladang yang dibutuhkan 35-40 kg/ha. Tanaman padi ladang biasanya ditanam secara tumpang sari dengan tanaman jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian. (e) Pemeliharaan dilakukan penjagaan terhadap gangguan burung dengan cara menghalau burung pada waktu malai padi ladang menjelang matang atau menguning. (f) Panen. Umur panen padi ladang bervariasi tergantung varietas dan lingkungan tumbuh. Panen dilakukan pada fase masak dengan kenampakan 90% gabah sudah menguning sekitar 110-125 hari setelah tanam (HST). Setelah panen, petani meninggalkan lahan ini dan akan membuka kembali pada 5-7 tahun yang akan datang (Foni 2004).

(25)

11

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi milik petani di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Januari-Mei 2015. Identifikasi serangga hama dan musuh alami yang ditemukan dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni-Oktober 2015.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah formalin 4%, dan alkohol 70% untuk pengawetan serangga hama dan musuh alami sampel. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, kaca pembesar, mikroskop binokuler, jaring serangga, pitfall trap, perangkap nampan kuning, botol koleksi serangga, kuas kecil, gelas plastik, sekop kecil, seng, kantung plastik, saringan, alat tulis dan alat dokumentasi.

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel serangga hama dan musuh alami dilakukan pada dua sistem budidaya pertanaman padi ladang. Sistem budidaya pertama adalah sistem budidaya pertanaman padi ladang dengan cara pengolahan lahan secara intensif yang dilakukan oleh petani padi ladang yang bermukim di dataran rendah sebanyak 3 petak pengamatan. Sistem budidaya kedua adalah sistem budidaya perladangan berpindah-pindah dengan cara tebas bakar yang biasa dilakukan oleh petani padi ladang yang bermukim di dataran tinggi sebanyak 3 petak pengamatan di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Satu petak pengamatan berukuran 1 000 m2. Pengamatan serangga hama dan musuh alami dilakukan selama satu musim tanam, sejak tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) sampai 14 MST. Pengamatan serangga hama dan musuh alami dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu pengamatan langsung serangga hama dan musuh alami pada tajuk tanaman dan dengan pengamatan tidak langsung. Pengamatan tidak langsung terdiri dari (1) pengamatan serangga hama dan musuh alami permukaan tanah dengan perangkap lubang jebakan, (2) pengamatan serangga hama dan musuh alami dengan jaring, dan (3) pengamatan serangga hama dan musuh alami dengan perangkap nampan kuning.

(26)

12

Pengamatan secara langsung dilakukan dengan mengamati 40 rumpun contoh tanaman pada rumpun tanaman padi ladang. Pengamatan dilakukan dengan mencatat semua serangga hama dan musuh alami yang ditemukan dan dihitung jumlahnya dalam satu rumpun contoh tanaman padi ladang. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi sekitar pukul 06.00-10.00 WITA dan dilakukan seminggu sekali pada 3-14 minggu setelah tanam (MST). Serangga hama dan musuh alami yang belum teridentifikasi dari satu rumpun contoh tanaman kemudian ditangkap dan dimasukkan ke dalam botol koleksi berisi alkohol 70% dan selanjutnya dilakukan identifikasi di laboratorium dan dihitung jumlahnya. Setelah identifikasi serangga hama dan musuh alami yang ditemukan diklasifikasikan berdasarkan peran atau fungsi ekologinya di lapangan.

Pengamatan Serangga Hama dan Musuh Alami Permukaan Tanah dengan Perangkap Lubang Jebakan (Pitfall trap)

Perangkap lubang jebakan (pitfall trap) terbuat dari wadah plastik volume ± 240 ml, berdiameter 7 cm, dengan kedalaman lubang (tinggi wadah) 10 cm. Wadah tersebut diisi dengan larutan formalin 4% kira-kira sampai seperempat volume wadah plastik. Perangkap dipasang pada lahan pertanaman padi ladang yang sebelumnya telah dilubangi sesuai ukuran wadah plastik tersebut. Permukaan tanah dekat dengan bibir wadah diratakan. Untuk mengurangi kemungkinan masuknya air hujan, diatas perangkap dipasang atap yang terbuat dari seng dengan tinggi kira-kira 10-15 cm.

Pemasangan perangkap lubang jebakan (pitfall trap) dilaksanakan pada 3-14 MST. Pemasangan dan pengumpulan perangkap dilakukan pada pagi sekitar pukul 06.00-10.00 WITA. Perangkap dikumpulkan setelah 2x24 jam dipasang di lapangan. Banyaknya perangkap adalah 5 buah untuk setiap petak pengamatan dan dipasang secara diagonal untuk mewakili seluruh petak pengamatan.

Selanjutnya serangga hama dan musuh alami yang tertangkap dalam setiap lubang jebakan, kemudian dimasukkan ke dalam botol koleksi berisi alkohol 70% dan diberi label berdasarkan nomor contoh dan letak perangkap. Botol koleksi Gambar 1 Denah pengambilan sampel serangga pada petak pengamatan pertanaman padi ladang: unit pengamatan langsung, pitfall trap,

(27)

13 yang berisi serangga hama dan musuh alami selanjutnya dibawa ke laboratorium. Di laboratorium, serangga hama dan musuh alami tersebut disaring dengan kain kasa dan kertas saring kemudian dibilas dengan air, lalu kertas saring bersama serangga hama dan musuh alami dipindahkan ke cawan petri untuk selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop. Serangga hama dan musuh alami tersebut diidentifikasi dan dihitung jumlahnya. Selanjutnya serangga hama dan musuh alami yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan peran atau fungsi ekologinya di lapangan.

Pengamatan Serangga Hama dan Musuh Alami dengan Jaring Serangga (Sweep net)

Pengamatan serangga hama dan musuh alami pada tanaman padi ladang juga dilakukan dengan menggunakan jaring serangga (sweep net) untuk menangkap serangga hama dan musuh alami yang aktif terbang yang terdapat pada pertanaman padi ladang. Jaring serangga yang digunakan berukuran diameter 37.5 cm. Serangga hama dan musuh alami yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dikoleksi dengan cara melakukan penjaringan atau sweeping dengan mengayunkan jaring sebanyak 5 kali ayunan ganda pada lima titik berbeda yang mewakili seluruh petak pengamatan.

Pengamatan dengan jaring serangga dilaksanakan pada 3-14 MST. Pengamatan dilakukan pada pagi sekitar pukul 06.00-10.00 WITA. Hasil sampling tersebut kemudian dipindahkan ke dalam botol plastik yang berisi alkohol 70% dan diberi label untuk selanjutnya dilakukan identifikasi di laboratorium dan dihitung jumlahnya untuk setiap jenis serangga hama dan musuh alami yang ditemukan serta diklasifikasikan berdasarkan peran atau fungsi ekologinya di lapangan.

Pengamatan Serangga Hama dan Musuh Alami dengan Perangkap Nampan Kuning (Yellow pan trap)

Pengamatan serangga hama dan musuh alami pada petak pengamatan juga dilakukan dengan menggunakan perangkap nampan kuning (yellow pan trap). Nampan kuning terbuat dari wadah plastik berukuran, alas 15 cm x 25 cm dan tinggi 5 cm. Nampan kuning dipasang pada 5 titik pada petak pengamatan pada garis diagonal. Untuk memerangkap serangga hama dan musuh alami yang hinggap pada nampan kuning tersebut maka terlebih dahulu ke dalam nampan kuning dimasukkan larutan detergen untuk mengurangi tegangan permukaan sehingga serangga hama dan musuh alami yang masuk akan tenggelam dan mati. Nampan kuning dibiarkan di lapangan selama 12 jam yaitu antara pukul 06.00-18.00 WITA.

(28)

14

Identifikasi Serangga Hama dan Musuh Alami

Serangga hama dan musuh alami yang ditemukan di lapangan kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Identifikasi dilakukan sampai pada tingkat morfospesies dan penghitungan kelimpahan serangga hama dan musuh alami didasarkan pada jumlah individu setiap morfospesies. Identifikasi serangga hama dan musuh alami dilakukan dengan menggunakan beberapa buku yaitu Kalshoven (1981), Shepard et al. (1987), CSIRO (1991), Borror et al. (1996), Borror dan White (1970), Goulet dan Huber (1993) dan dengan spesimen referensi dari berbagai sumber. Selanjutnya serangga hama dan musuh alami dikelompokkan ke dalam kelompok herbivor, predator, parasitoid, detritivor, polinator, dan fungsi lain berdasarkan peran atau fungsi ekologinya di lapangan.

Analisis Data

Data hasil identifikasi serangga hama dan musuh alami ditabulasikan dalam tabel pivot pada perangkat lunak Microsoft Excel untuk menjadi database. Data yang ada kemudian digunakan untuk membuat tabel dan grafik yang diperlukan untuk analisis. Analisis data dilakukan dengan menghitung kekayaan spesies dan tingkat keanekaragaman serangga hama dan musuh alami dengan menggunakan Indeks Shannon-Wienner (H’) dan indeks sebaran (E’) (Magurran 1988). Kelimpahan spesies serangga hama dan musuh alami dianalisis dengan menggunakan indeks kemerataan (D’) dalam Odum (1971) (Tabel 1). Perhitungan nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan dilakukan dengan menggunakan program R Statistic 3.0.2 paket vegan. Data serangga hama dan musuh alami yang dominan disajikan dalam bentuk grafik dengan penjelasan deskriptif.

Table 1 Rumus indeks Shannon-Wienner dan Simpson’s

Indeks Persamaan Keterangan

Shannon-Wienner

H: Indeks Shannon-Wienner

S: Jumlah morfospesies

Simpson’s D = ∑ pi s

i=

D: Indeks Simpson`s

p: Proporsi spesies ke i dalam komunitas

(29)

15 Kriteria indeks keseragaman berdasarkan rumus indeks sebaran (Eveness) menjelaskan bahwa jika 0<E<0.5 maka sebaran individu serangga termasuk dalam kategori rendah. Jika 0.5<E<0.75 maka sebaran individu serangga berada pada kriteria sedang dan jika 0.75<E<1.0 maka sebaran individu serangga termasuk dalam kategori tinggi.

(30)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Pengamatan Pertanaman Padi Ladang

Lokasi pengamatan pertanaman padi ladang dataran rendah, yaitu Desa Maubesi, Kecamatan Insana Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terletak pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan merupakan desa di dataran rendah dengan areal pertanaman padi ladang terluas di Kabupaten Timor Tengah Utara. Rata-rata produktivitas padi ladang sebesar 3.7 ton/Ha. Pengolahan lahan dilakukan lebih intensif secara menetap dengan cangkul, linggis dan traktor lahan kering. Pengolahan tanah dilakukan untuk memperbaiki aerasi atau sirkulasi udara tanah, merangsang berkembangnya biji dan sekaligus mengendalikan gulma. Penanaman dilakukan pada tanggal 12 Januari 2015 dengan cara ditugal, 3-4 bulir benih per lubang dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Penanaman padi ladang dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman jagung, kacang nasi dan umbi-umbian (Gambar 2a). Jarak antar petak pengamatan 3 km dan jarak antara lokasi pengamatan pertanaman padi dataran rendah dan dataran tinggi 35 km.

Lokasi pengamatan pertanaman padi ladang dataran tinggi dilaksanakan di Desa Jak dan Desa Tunnoe Kecamatan Miomaffo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang terletak pada ketinggian 650 mdpl. Kondisi lahan berbukit-bukit dengan kemiringan lahan mencapai 40%. Petani di Desa Jak dan Desa Tunnoe melakukan pengolahan lahan secara tradisional melalui perladangan berpindah-pindah dengan cara tebas bakar. Penanaman padi ladang dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman jagung, ubi kayu, kacang nasi, kacang tiris, kacang tanah, labu dan ketimun (Gambar 2b). Setelah melakukan pemanenan, lahan kemudian ditinggalkan. Pada permulaan musim kemarau, petani mencari lahan baru yang cocok untuk dijadikan kebun. Lahan yang baru dibuka, diyakini mengandung banyak humus sehingga dapat dikatakan subur sebagai media pertumbuhan tanaman. Petani padi ladang (lahan kering) telah secara turun-temurun mewarisi cara bercocok tanam yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Petani terbiasa menggunakan api untuk membuka lahan secara cepat guna dapat menangkap musim hujan yang singkat, menanam varietas lokal yang tahan kekeringan, melakukan budidaya dengan sistem campuran untuk membagi risiko gagal panen. Kebanyakan petani lahan kering masih enggan menggunakan pupuk dan pestisida (Benu & Mudita 2013).

Gambar 2 Lokasi pengamatan pertanaman padi ladang; (a) dataran rendah dan (b) dataran tinggi

(31)

17 Keanekaragaman dan Kelimpahan Serangga Hama dan Musuh Alami

Pengamatan mingguan selama satu musim tanam padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi di Kabupaten Timor Tengah Utara mendapatkan total serangga hama dan musuh alami adalah 86 213 individu yang terdiri atas 327 morfospesies, 130 famili, dan 16 ordo, (Lampiran 1). Jumlah morfospesies lebih tinggi terdapat pada pertanaman padi ladang dataran tinggi (308 morfospesies) dibandingkan dengan pertanaman padi ladang dataran rendah (187 morfospesies) (Gambar 3).

Gambar 3 Jumlah morfospesies serangga berdasarkan fungsi ekologis pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi

Serangga yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran rendah dengan persentase kelimpahan individu tertinggi terdapat pada Ordo Hemiptera (23.7%) dan diikuti Ordo Hymenoptera (19.7%). Serangga yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran tinggi dengan persentase kelimpahan individu tertinggi terdapat pada Ordo Hemiptera (25.2%), dikuti Ordo Coleoptera (15.6%) dan Ordo Hymenoptera (14%) (Gambar 4).

Gambar 4 Kelimpahan individu serangga yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi

Kelimpahan individu tertinggi terdapat pada Ordo Hemiptera, baik pada pertanaman padi ladang dataran rendah (23.3%) maupun dataran tinggi (25.2%).

65

Herbivor Predator Parasitoid Detritivor Polinator Fungsi lain

(32)

18

Kelimpahan paling tinggi dari Ordo ini terdapat pada Famili Alydidae (Leptocorisa oratorius) dan Famili Lygaeidae (Lygaeus sp.). Leptocorisa oratorius merupakan hama penting pada pertanaman padi ladang dan ditemukan dalam jumlah yang melimpah karena kesesuaian ekosistem pertanaman padi ladang maupun di rumput-rumputan sekitarnya sebagai habitat yang dibutuhkan oleh spesies ini. Secara umum, Famili Alydidae merupakan kelompok serangga yang besar dan tersebar sangat luas dan banyak ditemukan pada pertanaman lahan basah dan kering terutama menyerang malai padi yang sedang masak susu. Serangga ini mempunyai kelenjar bau (scent glands) yang bermuara di atas koksa tengah dan belakang yang berkembang baik (Borror et al. 1996). Lygaeus sp. (kepik biji) juga ditemukan dalam jumlah yang melimpah dan paling merusak dalam Famili ini karena selain tanaman budidaya seperti padi, jagung dan gandum, kepik ini juga merusak rumput-rumputan.

Kelimpahan individu tertinggi kedua adalah Ordo Hymenoptera. Pada Ordo tersebut, Famili Formicidae (semut) mempunyai peranan yang tinggi dalam kelimpahan serangga. Semut merupakan kelompok organisme terestrial yang memiliki angka keragaman tinggi serta mendominasi pada banyak ekosistem. Semut juga menempati berbagai tingkat trofik dan memberikan kontribusi yang besar untuk berbagai proses yang terjadi dalam ekosistem (Neves et al. 2010). Kontribusi semut dalam ekosistem pertanian meliputi peranan yang menguntungkan maupun peranan yang merugikan.

Kekayaan morfospesies serangga yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran rendah paling tinggi terdapat pada Ordo Hymenoptera (50 morfospesies) dan diikuti Ordo Coleoptera (36 morfospesies). Kekayaan morfospesies serangga tertinggi ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran tinggi terdapat pada Ordo Hymenoptera (93 morfospesies) dan diikuti Coleoptera (57 morfospesies) (Gambar 5).

Gambar 5 Kekayaan morfospesies setiap ordo serangga yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi

(33)

19 dengan penelitian Dunn et al. (2007) yang melaporkan bahwa Famili Formicidae ditemukan dengan kelimpahan tinggi pada daerah-daerah di sekitar hutan hujan tropis. Hal lain yang menyebabkan Ordo Hymenoptera mempunyai kelimpahan spesies yang tinggi selain dari Famili Formicidae juga ditemukan Famili Chalcididae, Apidae, Scelionidae, Braconidae, Vespidae, dan Ichneumonidae merupakan Famili dengan kelimpahan spesies yang tinggi serta ditemukannya berbagai Famili parasitoid lainnya.

Jumlah morfospesies serangga lebih tinggi ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran tinggi (308 morfospesies), dibandingkan dengan jumlah morfospesies pada pertanaman padi ladang dataran rendah (187 morfospesies). Jumlah individu serangga hama dan musuh alami lebih tinggi ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran tinggi (56 736 individu), dibandingkan dengan yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran rendah (29 477 individu) (Tabel 2).

Table 2 Keanekaragaman serangga pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi

Lokasi pengamatan Jumlah

Ordo Famili Morfospesies Individu

Dataran rendah 15 91 187 29 477

Dataran tinggi 16 128 308 56 736

Keseluruhan 16 130 327 86 213

Keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama dan musuh alami lebih tinggi ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran tinggi dibandingkan dengan dataran rendah. Hal ini dipengaruhi oleh vegetasi di sekitar pertanaman padi ladang dataran tinggi yang didominasi oleh rumput-rumputan dan gulma yang merupakan inang alternatif serangga hama dan musuh alami. Rumput-rumputan dan gulma tersebut seperti Paspalum conjugatum (rumput), Ageratum conyzoides (gulma daun lebar), Chromolaena odorata (kirinyuh), Imperata cylindrica (alang-alang), Mimosa pudica (gulma daun lebar), dan Cyperus kyllingia (Teki). Selain itu juga terdapat hutan sekunder yang didominasi oleh tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala), turi (Sesbania grandiflora), kaliandra (Calliandra calothyrsus), gamal (Gliricidia sepium) dan jambu biji. Vegetasi pada pertanaman padi ladang dataran rendah didominasi oleh tanaman padi ladang dengan hamparan yang luas serta beberapa gulma seperti Ageratum conyzoides (gulma daun lebar), Chromolaena odorata (kirinyuh), Imperata cylindrica (alang-alang), Mimosa pudica (gulma daun lebar), dan Cyperus kyllingia (Teki).

Keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama dan musuh alami juga dipengaruhi oleh diversitas tanaman budidaya. Tanaman budidaya pada pertanaman padi ladang dataran tinggi sangat beranekaragam terutama varietas lokal yang tahan kekeringan dan tahan rebah untuk mengantisipasi keadaan iklim yang tidak menentu. Petani padi ladang dataran tinggi secara turun temurun melakukan budidaya dengan sistem campuran untuk membagi resiko gagal panen seperti padi ladang, jagung, ubi kayu, kacang nasi, kacang tiris, kacang tanah, labu dan ketimun. Sedangkan pada pertanaman padi ladang dataran rendah hanya beberapa tanaman seperti padi ladang, jagung, kacang nasi, dan ubi kayu.

(34)

20

berpindah ke lahan yang baru. Pada pertanaman padi ladang dataran rendah, padi ladang ditanam setiap tahun dengan pengolahan lahan secara intensif. Pertanaman padi ladang dataran tinggi dikelilingi oleh rumput-rumputan dan hutan sekunder. Banyak hal yang memengaruhi perbedaan keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama dan musuh alami yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi. Biodiversitas pada ekosistem pertanian tergantung dari empat karakteristik yaitu diversitas vegetasi di sekitar ekosistem pertanian, diversitas tanaman budidaya, intensitas manajemen lahan, dan isolasi ekosistem pertanian dari vegetasi alami (Altieri & Nicholls 2004; Afifah 2015).

Keanekaragaman spesies dan interaksi spesies dalam ekosistem pertanian dapat digolongkan dalam hubungan antar spesies yang mencakup semua kemungkinan interaksi. Spesies di daerah tropis memiliki niche yang dekat yang memungkinkan untuk dapat hidup berdampingan dibandingkan dengan daerah sub tropis, sehingga kekayaan spesies pada daerah tropis lebih tinggi. Diduga kekayaan tanaman inang yang lebih beragam di sekitar pertanaman padi ladang, intensitas manajemen lahan, cara pengambilan sampel, dan intensitas pengambilan sampel akan memengaruhi keanekaragaman spesies yang ditemukan (Afifah 2015).

Perhitungan keanekaragaman serangga dilakukan dengan formula Shannon-Wienner (Lampiran 2, Lampiran 3). Keanekaragaman serangga lebih tinggi terdapat pada pertanaman padi ladang dataran tinggi (H’=4.52) dibandingkan dengan pertanaman padi ladang dataran rendah (H’=4.14) (Tabel 3). Keanekaragaman serangga pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi tergolong sangat tinggi dengan nilai indeks keanekaragaman

(H’>3.00) dengan penyebaran individu tiap jenis tinggi. Indeks keanekaragaman serangga berdasarkan indeks Shannon-Wienner menunjukkan perbedaan antara pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi memengaruhi keanekaragaman serangga. Indeks keanekaragaman jika dibandingkan antara ekosistem pertanian dengan ekosistem hutan maka keanekaragaman jauh lebih tinggi terdapat pada ekosistem hutan (Janzen 1987).

Table 3 Keanekaragaman dan kemerataan serangga pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi berdasarkan indeks Shannon-Wienner dan indeks Simpson

Lokasi pengamatan Indeks

Keanekaragaman (H’) Sebaran (E’) Kemerataan (D’)

Dataran rendah 4.14 0.78 0.97

Dataran tinggi 4.52 0.78 0.98

(35)

21 Indeks kemerataan pada ekosistem pertanian juga lebih rendah jika dibandingkan dengan ekosistem hutan. Diduga faktor habitat merupakan faktor yang memengaruhi perbedaan ini, habitat yang masih alami kemerataan serangga hama dan musuh alami tinggi. Pada ekosistem pertanian, adanya praktek pertanian memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keanekaragaman dan kemerataan serangga hama dan musuh alami (Downie et al. 1999; Afifah 2015).

Peran Serangga pada Pertanaman Padi Ladang

Serangga yang secara umum hanya dikenal berperan sebagai hama tanaman, ataupun vektor penyakit menular, ternyata memiliki banyak peranan penting di alam diantaranya sebagai penyedia (produsen), fasilitator/penyerbukan serta pengurai atau detritivor (Scudder 2009; Buchori 2014). Ditinjau dari segi peranannya, serangga menduduki berbagai tingkat trofik yaitu sebagai herbivor, karnivor, serta dekomposer (Price et al. 2011; Buchori 2014). Serangga dalam ekosistem alaminya dapat berperan sebagai musuh alami (predator dan parasitoid) bagi serangga hama. Serangga juga dapat membantu perkembangan tanaman secara langsung maupun tidak langsung sebagai pollinator dan pengurai serasah (Permana et al. 2012). Dalam pengamatan ini peran serangga dikategorikan menjadi enam kelompok berdasarkan peran serangga di lapangan yaitu herbivor, predator, parasitoid, detritivor, polinator dan fungsi lain.

Komposisi peran individu serangga yang ditemukan pada pertanaman padi ladang dataran rendah dengan persentase tertinggi terdapat pada peran predator (46.46%) kemudian diikuti peran herbivor (39.46%) (Gambar 6A), sedangkan pada pertanaman padi ladang dataran tinggi dengan persentase tertinggi terdapat pada peran herbivor (42.81%) kemudian diikuti peran predator (39.51%) (Gambar 6B).

Gambar 6 Komposisi peran serangga pada pertanaman padi ladang berdasarkan persentase kelimpahannya; (A) dataran rendah dan (B) dataran tinggi Komposisi peran individu serangga pada pertanaman padi ladang dataran rendah dengan persentase tertinggi terdapat pada predator (46.46%). Hal ini berkaitan dengan kegiatan pengolahan lahan yang dilakukan dengan cangkul, linggis atau dengan traktor lahan kering. Pada pertanaman padi ladang dataran

(36)

22

rendah terdapat beberapa titik atau spot tertentu yang tidak sempat diolah yang dimanfaatkan oleh serangga hama dan musuh alami sebagai tempat beristirahat atau bertahan hidup. Ketika suhu atau cuaca memungkinkan maka serangga hama dan musuh alami dapat berkembang secara bersama-sama dan dapat berinteraksi satu sama lain sesuai peran masing-masing di alam.

Komposisi peran serangga pada pertanaman padi ladang dataran tinggi dengan persentase tertinggi terdapat pada herbivor (42.81%). Hal ini berkaitan dengan pengolahan lahan melalui perladangan berpindah-pindah dengan cara tebas bakar. Pembakaran lahan menimbulkan pengaruh negatif terhadap perkembangan serangga hama dan musuh alami. Ketika pertumbuhan tanaman memasuki fase vegetatif terjadi migrasi serangga hama dan musuh alami dari habitat yang masih alami (hutan sekunder) dan rumput-rumputan di sekitar ekosistem pertanian. Dan perkembangan serangga hama (herbivor) jauh lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan musuh alami (predator dan parasitoid). Soehardjono et al. (2012) menyatakan bahwa kebakaran hutan setelah lebih dari 10 tahun di Kalimantan Timur ternyata komunitas Collembola turun drastis dibandingkan dengan hasil pengamatan 20 tahun sebelumnya.

Pada pengamatan ini jenis dan peran serangga yang diperoleh menunjukkan bahwa musuh alami (predator dan parasitoid) paling banyak ditemukan bila dibandingkan dengan peran serangga hama (herbivor). Diduga struktur habitat sekitar pertanaman padi ladang memengaruhi keanekaragaman musuh alami yang ada pada pertanaman padi ladang ini. Banyaknya spesies yang ditemukan pada ekosistem pertanian menunjukkan bahwa kekayaan spesies pada ekosistem pertanian sangat kompleks dimana serangga di dalamnya mempunyai kontribusi masing-masing dalam ekosistem tersebut. Banyak hal yang memengaruhi perbedaan kelimpahan dan jenis serangga yang ditemukan.

Herbivor

Kelimpahan individu serangga yang ditemukan yang mempunyai fungsi ekologi sebagai herbivor dapat dilihat pada Gambar 7. Kelimpahan individu serangga paling tinggi pada pertanaman padi ladang dataran rendah terdapat pada Ordo Hemiptera yaitu 6 155 individu yang berasal dari Famili Alydidae, Aphididae, Cicadellidae, Delphacidae, Lygaeidae, Membracidae, Pentatomidae dan Psyllidae. Kelimpahan individu serangga dengan fungsi ekologi sebagai herbivor juga ditemukan pada Ordo Lepidoptera 2 779 individu, Orthoptera 1 492 individu, Coleoptera 1 137 individu, Hymenoptera 41 individu, Diptera 25 individu dan Thysanoptera tiga individu. Pada Ordo Lepidoptera individu serangga berasal dari Famili Crambidae, Gracillariidae, Hesperiidae, Lymantriidae, Noctuidae, Nymphalidae, Pyralidae dan Satyridae. Pada Ordo Orthoptera individu serangga berasal dari Famili Acrididae, Gryllotalphidae, Pyrgomorphidae, dan Tetrigidae. Pada Ordo Coleoptera individu serangga berasal dari Famili Brentidae, Chrysomelidae, Curculionidae, Scarabaeidae dan Trogossitidae. Pada Ordo Hymenoptera individu serangga berasal dari Famili Formicidae. Pada Ordo Diptera individu serangga berasal dari Famili Cecidomyiidae, Chironomidae, Chloropidae dan Tephritidae. Pada Ordo Thysanoptera individu serangga berasal dari Famili Phlaeothripidae dan Thripidae.

(37)

23 berasal dari Famili Alydidae, Aphididae, Cicadellidae, Delphacidae, Fulgoridae, Lygaeidae, Membracidae, Pentatomidae, Plataspididae dan Psyllidae. Kelimpahan individu serangga dengan fungsi ekologi sebagai herbivor juga ditemukan pada Ordo Lepidoptera 5 041 individu, Orthoptera 2 926 individu, Coleoptera 3 235 individu, Hymenoptera 658 individu, Diptera 80 individu dan Thysanoptera 39 individu . Pada Ordo Lepidoptera individu serangga berasal dari Famili Arctiidae, Crambidae, Geometridae, Gracillariidae, Hesperiidae, Lymantriidae, Noctuidae, Nymphalidae, Pyralidae dan Satyridae. Pada Ordo Orthoptera individu serangga berasal dari Famili Acrididae, Gryllotalphidae, Pyrgomorphidae, dan Tetrigidae. Pada Ordo Coleoptera individu serangga berasal dari Famili Chrysomelidae, Curculionidae, dan Scarabaeidae. Pada Ordo Hymenoptera individu serangga berasal dari Famili Formicidae dan Cynipidae. Pada Ordo Diptera individu serangga berasal dari Famili Cecidomyiidae, Chironomidae, Chloropidae dan Tephritidae. Pada Ordo Thysanoptera individu serangga berasal dari Famili Phlaeothripidae dan Thripidae.

Kelimpahan individu serangga yang mempunyai fungsi ekologi sebagai herbivor didominasi oleh ordo Hemiptera pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi yang berasal dari Famili Alydidae (Leptocorisa oratorius), dan Famili Lygaeidae (Lygaeus sp). L. oratorius merupakan herbivor penting pada pertanaman padi ladang dan ditemukan dalam jumlah yang melimpah karena kesesuaian ekosistem pertanaman padi ladang maupun pada rumput-rumputan di sekitarnya yang merupakan kelompok serangga yang besar dan tersebar sangat luas dan banyak ditemukan pada pertanaman padi lahan basah dan lahan kering terutama menyerang malai padi yang sedang masak susu. Kelimpahan individu juga berasal dari Lygaeus sp. (kepik biji atau kepik hitam) yang ditemukan dalam jumlah yang melimpah.

Gambar 7 Kelimpahan individu herbivor pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi

Predator

Kelimpahan individu serangga predator paling tinggi pada pertanaman padi ladang dataran rendah terdapat pada Ordo Hymenoptera yaitu 4 427 individu dan terendah terdapat pada Ordo Dermaptera yaitu 36 individu (Gambar 8). Kelimpahan individu predator pada pertanaman padi ladang dataran rendah juga terdapat pada Ordo Araneae 3 081 individu, Coleoptera 1 353 individu, Diptera 852 individu, Hemiptera 823 individu, Odonata 876 individu, Mantodea 535

(38)

24

individu, Neuroptera 40 individu dan Dermaptera 36 individu. Pada Ordo Hymenoptera individu serangga berasal dari Famili Formicidae dan Vespidae. Pada Ordo Coleoptera individu serangga berasal dari Famili Carabidae, Coccinellidae dan Staphylinidae. Pada Ordo Araneae individu laba-laba berasal dari Famili Araneidae, Linyphiidae, Lycosidae, Oxyopidae, Salticidae, Tetragnathidae, Theridiidae dan Thomisidae. Pada Ordo Orthoptera individu serangga berasal dari Famili Gryllidae dan Tettigoniidae. Pada Ordo Diptera individu serangga berasal dari Famili Asilidae, Ceratopogonidae, Culicidae, Dolichopodidae, Syrpiidae dan Tipulidae. Pada Ordo Hemiptera individu serangga berasal dari Famili Lygaeidae, Miridae, Pentatomidae dan Reduviidae. Pada Ordo Odonata individu serangga berasal dari Famili Coenagrionidae, Chlorocyphidae dan Libellulidae. Pada Ordo Mantodea individu serangga berasal dari Famili Mantidae. Pada Ordo Neuroptera individu serangga serangga berasal dari Famili Chrysophidae dan Myrmeleontidae. Pada Ordo Dermaptera individu serangga berasal dari Famili Forficulidae.

Gambar 8 Kelimpahan individu predator pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi

Kelimpahan individu predator paling tinggi pada pertanaman padi ladang dataran tinggi terdapat pada Ordo Araneae yaitu 6 460 individu dan terendah terdapat pada Ordo Dermaptera yaitu 39 individu. Kelimpahan individu serangga pada pertanaman padi ladang dataran tinggi juga terdapat pada Ordo Hymenoptera 3 846 individu, Coleoptera 2 919 individu, Diptera 1 942 individu, Hemiptera 1 979 individu, Odonata 1 640 individu, Mantodea 840 individu, Neuroptera 66 individu dan Dermaptera 39 individu. Pada Ordo Araneae individu laba-laba berasal dari Famili Araneidae, Linyphiidae, Lycosidae, Oxyopidae, Salticidae, Tetragnathidae, Theridiidae dan Thomisidae. Pada Ordo Hymenoptera individu berasal dari Famili Formicidae, Sphecidae dan Vespidae. Pada Ordo Coleoptera individu serangga berasal dari Famili Carabidae, Coccinellidae, Passaliidae dan Staphylinidae. Pada Ordo Orthoptera individu serangga berasal dari Famili Gryllidae dan Tettigoniidae. Pada Ordo Diptera individu serangga berasal dari Famili Asilidae, Ceratopogonidae, Culicidae, Dolichopodidae, Syrpiidae dan Tipulidae. Pada Ordo Hemiptera individu serangga berasal dari Famili Lygaeidae, Miridae, Mesovellidae, Nepidae, Pentatomidae, Phyrrhocoridae dan Reduviidae.

(39)

25 Pada Ordo Odonata individu serangga berasal dari Famili Coenagrionidae, Chlorocyphidae dan Libellulidae. Pada Ordo Mantodea individu serangga berasal dari Famili Mantidae. Pada Ordo Neuroptera individu serangga berasal dari Famili Chrysophidae, Mantispidae dan Myrmeleontidae. Pada Ordo Dermaptera individu serangga berasal dari Famili Forficulidae.

Kondisi ekosistem pertanian yang stabil merupakan kondisi yang selaras, seimbang dan harmoni ditandai oleh diversitas biota yang tinggi dan hama terkendali. Keunggulan predator antara lain terletak pada kemampuan mencari dan menemukan mangsa pada tempat-tempat tersembunyi (Wagiman 2008). Pada pengamatan ini, Ordo Aranea yang dikenal dengan nama laba-laba memberikan kontribusi kelimpahan individu tertinggi. Hal ini diduga karena laba-laba selalu terdapat melimpah di alam dan dapat beradaptasi di berbagai habitat. Umumnya laba-laba tidak berbahaya bagi manusia, hanya beberapa saja yang dapat dianggap merugikan karena racun yang dikeluarkannya. Laba-laba bertindak sebagai predator hama yang cukup efektif. Laba-laba termasuk binatang karnivor dan mempunyai sifat kanibal yaitu sering memangsa laba lain. Kehadiran laba-laba di suatu ekosistem ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan populasi hama dan keadaan ekologi ekosistem tersebut (Kalshoven 1981).

Kelimpahan individu serangga yang mempunyai fungsi ekologi sebagai predator juga berasal dari Ordo Hymenoptera. Kelimpahan Ordo ini didominasi oleh Famili Formicidae (semut) yang merupakan kelompok organisme terestrial yang memiliki angka keragaman tinggi serta mendominasi pada banyak ekosistem. Semut juga menempati berbagai tingkat trofik dan memberikan kontribusi yang besar untuk berbagai proses yang terjadi dalam ekosistem dan memainkan peranan yang paling berpengaruh dalam mengatur populasi serangga hama dalam ekosistem pertanian.

Parasitoid

Kelimpahan individu serangga yang mempunyai fungsi ekologi sebagai parasitoid didominasi oleh Ordo Hymenoptera dan Diptera (Gambar 9). Pada pertanaman padi ladang dataran rendah kelimpahan individu dari Ordo Hymenoptera yaitu 863 individu dan Diptera yaitu 213 individu. Pada Ordo Hymenoptera individu serangga berasal dari Famili Braconidae, Ceraphronidae, Diapriidae, Elasmidae, Encyrtidae, Eulophidae, Evaniidae, Ichneumonidae, Trichogrammatidae, Mymaridae, dan Scelionidae. Pada Ordo Diptera individu serangga berasal dari Famili Tachinidae.

(40)

26

Gambar 9 Kelimpahan individu parasitoid pada pertanaman padi ladang dataran rendah dan dataran tinggi

Salah satu potensi alami yang dapat dipakai sebagai predator dan parasitoid adalah serangga yang masuk ke dalam kelompok karnivor yaitu serangga pemakan serangga hama atau yang lazim disebut musuh alami. Musuh alami adalah golongan serangga yang dalam kehidupannya secara aktif mencari, memangsa maupun memarasit dan membunuh serangga hama. Parasitoid didefinisikan sebagai serangga yang pada stadia pradewasa (larva) bersifat parasit terhadap herbivor sedangkan fase dewasanya (imago) hidup bebas di alam dengan nektar bunga sebagai makanannya (Price et al. 2011; Buchori 2014).

Detritivor

Kelimpahan individu serangga paling tinggi pada pertanaman padi ladang dataran rendah terdapat pada Ordo Coleoptera yaitu 1 355 individu (Gambar 10). Pada Ordo ini individu serangga detritivor berasal dari Famili Nitidulidae, Scarabaeidae, dan Tenebrionidae. Kelimpahan individu serangga dengan fungsi ekologi sebagai detritivor juga ditemukan pada Ordo Diptera 343 individu, Orthoptera 128 individu, Collembola 126 individu, Isoptera 104 individu dan Blattodea 62 individu. Pada Ordo Diptera individu serangga berasal dari Famili Drosophilidae dan Micropezidae. Pada Ordo Collembola terdapat pada Famili Entomobrydae, Isotomidae dan Sminthuridae. Pada Ordo Orthoptera terdapat pada Famili Gryllidae. Pada Ordo Isoptera terdapat pada Famili Termitidae dan pada Ordo Blattodea terdapat pada Famili Blattellidae.

Kelimpahan individu serangga paling tinggi pada pertanaman padi ladang dataran tinggi terdapat pada ordo Coleoptera yaitu 2 625 individu yang berasal dari Famili Nitidulidae, Scarabaeidae dan Tenebrionidae. Kelimpahan individu serangga dengan fungsi ekologi sebagai detritivor juga ditemukan pada Ordo Diptera 938 individu, Collembola 200 individu, Orthoptera 132 individu, Isoptera 106 individu dan Blatodea 119 individu. Pada Ordo Diptera individu serangga berasal dari Famili Drosophilidae, Micropezidae, Mycetophilidae, dan Stratiomyiidae. Pada Ordo Collembola berasal dari Famili Entomobridae, Isotomidae dan Sminthuridae. Pada Ordo Orthoptera berasal dari Famili Gryllidae, Ordo Isoptera berasal dari Famili Termitidae dan pada Ordo Blattodea berasal dari Famili Blaberidae dan Blattellidae.

Gambar

Gambar 1 Denah pengambilan sampel serangga pada petak pengamatan
Gambar 2  Lokasi pengamatan pertanaman padi ladang; (a) dataran rendah dan
Gambar 3  Jumlah morfospesies serangga berdasarkan fungsi ekologis pada
Gambar 5  Kekayaan morfospesies setiap ordo serangga yang ditemukan pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan Konseling yang memiliki tugas sebagai Dosen Pembimbing Akademik. Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh. melalui peninggalan tertulis,

A survey was conducted in Peninsular Malaysia where 1,355 respondents were interviewed using structured questionnaires to gather important information on their perception and

Hasil observasi pada siklus pertama dan kedua serta setelah hasil penilaian ke tiga observer dirata-rata dengan kriteria nilai 86 – 100 = amat baik, nilai 71 – 85

Data mengenai timbulan,densitas, komposisi, dan kadar air sampah merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di PPNS.. Data

5 Saya merasa khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada saat

contoh : ikan introduksi yang jadi heboooh, yaitu Piranha, yang baru-baru ini ditemukan di perairan Indonesia.. Siapa

dengan segala kewenangan yang terbagi dalam dua lembaga besar di sector perbankan itu, Bank Indonesia memiliki kewenangan dalam mennerbitkan peraturan (PBI) yang

22 tahun 2001 yang menghendaki supaya rakyat Indonesia merasa dan berpikir bahwa dengan sendirinya kita harus membayar bensin dengan harga dunia, agar dengan demikian