PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI JAWA TAHUN 1942-1945
Skripsi Oleh: WAHYUDI NIM K4404054
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI JAWA TAHUN 1942-1945
Oleh: WAHYUDI NIM K4404054
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Sri Wahyuning S. M.Pd. Isawati S.Pd.
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Djono, M.Pd (...)
Sekretaris : Drs. Tri Yuniyanto M.Hum (...)
Penguji I : Dra. Sri Wahyuning S. M.Pd. (...)
Penguji II : Isawati. S.Pd. (...)
Disahkan oleh,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd
ABSTRAK
Wahyudi. K4404054. PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN
JEPANG DI JAWA TAHUN 1942-1945. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang pembentukan Kumiai di Jawa, (2) Dapat mengetahui bagaimana proses pembentukan kumiai di Jawa, (3) Peranan Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa, (4) Dampak dari adanya Kumiai bagi para petani di Jawa.
Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah sumber primer. Sumber primer yang digunakan antara lain surat kabar terbitan tahun 1944 seperti Asia Raya dan Djawa Baroe dan majalah berita pemerintah Kanpo dari tahun 1942-1945. Sumber sekunder yang digunakan berupa buku, surat kabar, majalah dan artikel internet yang berkaitan dengan judul skripsi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Analisis yang digunakan analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasi fakta sejarah melalui pendekatan kerangka pemikiran yang mencakup beberapa teori.
ABSTRACT
Wahyudi. K4404054. THE ROLE OF KUMIAI DURING JAPANESE
COLONIALISM TIME IN JAVA DURING 1942-1945 PERIOD. Thesis.
Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University. August 2010.
The objective of research is to find out: (1) the background of Kumiai establishment in Java, (2) how to process of kumiai establishment in Java, (3) the role of kumiai during Japanese colonial time in Java, and (4) the effect of kumiai presence on the farmers in Java.
This research employed a historical method. The data source employed was primary one. The primary source employed was newspapers published in 1944 like Asia Raya and Djawa Baroe and the government news magazine Kanpo from 1942-1945. The secondary sources employed were books, newspaper, magazine and internet article relevant to the thesis title. Technique of collecting data used was historical analysis, the one emphasizing on the acuity of historical fact interpretation using framework approach encompassing several theories.
MOTTO
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S. Alam Naysrah : 6)
“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah suatu kaum, kecuali kaum itu
sendiri yang merubah nasibnya”
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan kepada:
Ibu dan Bapak
Kakakku
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaIkum Wr. Wb
Untaian puji syukur senantiasa penulis panjatkan teruntuk Illahi Robbi
yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah limpah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang setia hingga akhir
zaman.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan yang ada dapat teratasi. Untuk itu, atas segala bentuk
bantuannya, disampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah berkenan
mengizinkan penulis untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah berkenan
pula mengizinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberi petunjuk dan
pengetahuan kepada penulis.
4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik (PA) yang
telah memberikan bimbingan, dorongan serta motivasi kepada penulis.
5. Dra. Sri Wahyuning S, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan saran kepada penulis.
6. Isawati S.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
7. Segenap dosen dan staf pengajar Program Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu
yang sangat berharga bagi penulis.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada
penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga mendapat
balasan yang lebih baik dari Allah.
Penulis menyadari bahwa “tiada gading yang tak retak”, begitu juga
dalam penulisan skripsi ini. Dari ketidaksempurnaan ini kiranya dapat diambil
hikmah dan pelajaran yang berharga, sehingga tidak terulang kesalahan untuk
kedua kalinya. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, Agustus 2010
C. Sumber Data...
1. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Awal
Penjajahan Jepang...
2. Kebutuhan Sumber Daya untuk mendukung Jepang...
B. Pembentukan Kumiai...
1. Dasar Pendirian Kumiai ...
2. Struktur dan Kepengurusan Kumiai ...
C. Peran Kumiai pada masa Penjajahan Jepang di Jawa...
1. Peran Kumiai dalan Pengumpulan Padi...
2. Peran Kumiai dalam Distribusi Padi...
D.Dampak Kebijakan Kumiai bagi Petani di Jawa...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 20
Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta pendaratan Jepang di Jawa... 78
Lampiran 2.Undang-undang pemerintah Jepang No 23 ... 79
Lampiran 3. Peraturan Pendirian Nogyo Kumiai ... 81
Lampiran 4. Maklumat Gunseikan mengenai Kyoodoo Kumiai... 83
Lampiran 5. Surat Pendirian Noosanbutu Kumiai... 87
Lampiran 6. Peraturan Pendirian Seimagyo Kumiai ... 89
Lampiran 7. Pernyataan Jepang Mengenai Ekonomi Jawa Baru ... 91
Lampiran 8. Hasil Sidang Komite Perekonomian Jawa Baru ... 99
Lampiran 9. Jurnal Sejarah... 114
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara-negara di dunia yang mengalami masa penjajahan, merasakan
keadaan yang hampir sama. Keadaan tersebut antara lain, hak berpolitik dibatasi,
adanya tekanan ekonomi, bahkan negara penjajah dapat memaksakan
kebudayaannya kepada bangsa yang dijajah. Indonesia telah mengalami beberapa
kali masa penjajahan, yaitu Inggris, Belanda, dan Jepang. Negara-negara penjajah
dalam melaksanakan kekuasaan di Indonesia menerapkan kebijakan ekonomi dan
politik yang berbeda-beda. Kebijakan pemerintah terhadap negara yang dikuasai
banyak menimbulkan penderitaan dan ketidakpuasan sehingga membangkitkan
semangat rakyat jajahan untuk melawan kaum penjajah. Semua bentuk
perlawanan tersebut dilakukan dengan harapan rakyat dapat lepas dari penjajahan
dan memperoleh kemerdekaan dengan pemerintahan sendiri tanpa campur tangan
negara lain.
Negara yang pernah menjajah Indonesia antara lain Belanda, Inggris, dan
Jepang. Dalam melaksanakan kekuasaannya di Indonesia negara-negara tersebut
menerapkan kebijakan politik dan ekonomi yang berbeda-beda. Alasan
diberlakukannya kebijakan-kebijakan tersebut adalah untuk mengatur jalannya
kehidupan politik dan ekonomi rakyat Indonesia. Cultuurstelsel yang diterapkan
oleh Belanda pada tahun 1830-1870 pada masa pemerintahan Van Den Bosch dan
sistem sewa tanah atau landrente tahun 1813 pada masa Raffles yang diterapkan
Inggris merupakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kolonial untuk
mengatur jalannya perekonomian di Indonesia. Namun, kenyataannya kebijakan
tersebut hanya membawa keuntungan bagi para penjajah tetapi menimbulkan
kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.
Pada saat Jepang berkuasa di Indonesia, Jepang melihat potensi yang besar
dimiliki oleh bangsa Indonesia, khususnya dari segi ekonomi dan tenaga kerja.
Indonesia memiliki nilai ekonomi yang strategis bagi Jepang dalam menghadapi
berupa minyak, bauksit, karet, timah dan bahan-bahan strategis lainya adalah
penting di mata Jepang. Jepang membutuhkan kekayaan alam Indonesia dan
sumber daya manusianya yaitu tenaga kerja yang murah untuk menopang
kebutuhan perang Jepang. Strategi penjajahan Jepang mendasarkan pada
kepentingan untuk kemenangan perang Asia Timur Raya. Kebijakan Jepang
terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas yaitu menghapuskan
pengaruh-pengaruh barat dan memobilisasikan rakyat demi kemenangan perang
Jepang. Kebijakan itu dijalankan dengan tiga prinsip yaitu mencari dukungan,
memanfaatkan struktur pemerintahan yang telah ada dan mengusahakan agar
daerah yang diduduki dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
Di bawah pemerintahan Jepang, Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah
antara lain Sumatra yang di tempatkan di bawah angkatan darat ke-25, sedangkan
Jawa berada dibawah angkatan darat ke-16, dan Kalimantan yang ditempatkan
berada dibawah kekuasaan angkatan laut. Pada umumnya Jawa dianggap sebagai
daerah yang secara politik paling maju namun secara ekonomi kurang penting,
sumber dayannya yang utama adalah manusia. Kebijakan-kebijakan disana
membangkitkan rasa kesadaran nasional yang jauh lebih mantap daripada dikedua
wilayah lainnya, dan dengan demikian semakin memperbesar tingkat kecanggihan
politik antara Jawa dan wilayah-wilayah lainnya.
Sampai bulan Agustus 1942 Jawa tetap berada dibawah struktur-struktur
pemerintahan sementara, tetapi kemudian dibentuk suatu pemerintahan militer
yang diketuai oleh seorang gubernur militer (Gunseikan). Untuk membantu orang
Jepang mengatur negeri ini pihak Jepang di Jawa juga mencari
pemimpin-pemimpin politik guna memobilisasikan rakyat. Pihak Jepang mulai menyadari
bahwa apabila ia ingin memobilisasi rakyat di Jawa maka mereka harus
memanfaatkan tokoh-tokoh terkemuka gerakan nasionalis sebelum perang.
Pertama-tama mereka menghapuskan seluruh organisasi politik dari jaman
sebelum Jepang. Pada bulan Maret 1942 semua kegiatan politik dilarang dan
semua perkumpulan yang ada secara resmi dibubarkan dan pihak Jepang mulai
Pemerintah militer Jepang menggunakan berbagai macam cara untuk
mendekati dan mempengaruhi rakyat Indonesia. Salah satu contoh ialah dengan
Sedenbu. Sedenbu merupakan alat propaganda Jepang yang berfungsi mendekati
dan mempengaruhi masyarakat lapisan bawah, tokoh politik maupun penguasa
lokal. Media utama yang paling sering digunakan adalah dengan film, seni
panggung, wayang dan musik. Upaya Jepang dengan mendekati dan
mempengaruhi tokoh-tokoh politik Indonesia dilakukan dengan membebaskan
pemimpin Indonesia yang ditawan oleh Belanda seperti Sjarir dan Moh. Hatta,
serta Sukarno dan menawarkan kerja sama dengan para tokoh pergerakan nasional
Indonesia melalui organisasi massa bentukan Jepang. Dalam bidang niliter dan
Keamanan Jepang mendirikan organiasi-organisasi semi militer, sebut saja
Seinendan (Korps Pemuda) dan Keibodan (Korps Kewaspadaan) yang merupakan
organisasi semi militer yang berisi para pemuda berusia 25 sampai 35 tahun yang
diberi tugas sebagai organisasi polisi, kebakaran dan serangan udara pembantu.
Selain organisasi militer organisasi politik juga muncul di jawa misalnya
organisasi Putera (Pusat tenaga Rakyat) dan Jawa Hokokai yang ketuanya
diambil dari para pemimpin nasionalis Indonesia.
Dalam bidang ekonomi Jepang menerapkan kebijakan mengatur dan
mengontrol seluruh kehidupan ekonomi di Indonesia. Hal itu disebabkan karena
pada saat Jepang berhasil merebut Indonesia, pemerintah Hindia Belanda sudah
memperhitungkan bahwa invasi yang dilakukan oleh Jepang ke Indonesia sudah
tidak dapat dibendung lagi oleh Belanda, maka dimulailah dilaksanakan aksi bumi
hangus. Obyek vital yang sebagian besar terdiri dari aparat produksi dihancurkan,
sehingga pada awal penjajahan Jepang hampir seluruh kehidupan ekonomi
lumpuh total dan berubah dari keadaan ekonomi normal menjadi ekonomi perang.
Pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan beberapa peraturan yang bersifat
kontrol terhadap kegiatan ekonomi, misalnya peraturan pengendalian harga dan
hukuman yang berat terhadap pelanggar peraturan. Harta milik bekas musuh atau
harta yang dibiayai dengan modal musuh disita dan menjadi milik pemerintah
Jepang, seperti perkebunan-perkebunan, bank-bank, pabrik-pabrik, perusahaan
Setelah Jepang menduduki Jawa kebijakan ekonomi mulai dibuat. Jawa
merupakan salah satu pulau Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan sumber
tenaga kerja yang yang luar biasa. Kebijakan ekonomi yang dijalankan tentara
Jepang yang secara ketat memperlakukan keharusan memenuhi kebutuhan pangan
sendiri oleh setiap karesidenan membuat penderitaan yang sangat parah.
Kebijakan itu sebagian besar didorong oleh kurangnya sarana pengangkutan baik
di dalam maupun ke luar Jawa, tetapi hal itu dimaksudkan juga untuk
memungkinkan perlawanan setempat yang mampu membiayai diri sendiri kalau
nanti menghadapi serangan sekutu di daerah masing-masing. Penetapan sistem
penyerahan paksa padi yang ditetapkan pada tahun 1943 menyebabkan petani
terpaksa menjual padinya dengan harga murah ke instansi-istansi pemerintah.
Kebijakan pemerintahan pendudukan Jepang itu dalam banyak hal mempengaruhi
kehidupan penduduk pribumi. Daerah atau pedesaan di Indonesia khususnya Jawa
oleh Jepang dianggap mempunyai potensi ekonomi yang luar biasa karena
memiliki tanah yang subur dan penduduk yang banyak. Sasaran utama eksploitasi
Jepang di Jawa adalah hasil pertanian dan tenaga kerja. Pemerintah Jepang tidak
dapat mencapai tujuan tanpa kerja sama dengan para penduduk pribumi. Untuk
mencapai tujuan itu mengharuskan pemerintah militer mengadakan kontak dan
campur tangan secara mendalam dengan orang pribumi.
Untuk memperlancar kebijakan tersebut maka Jepang mulai melakukan
reorganisasi terhadap lembaga ekonomi yang ada yaitu koperasi. Para pemikir
seperti Moh. Hatta dan para ekonom lain sudah menganjurkan pembentukannya
sejak pemerintah kolonial menguasai Indonesia sebagai sarana untuk memperkuat
kedudukan ekonomi bagi kaum pribumi. Koperasi pada zaman Belanda tidak
berkembang dengan baik, karena Belanda sendiri takut koperasi yang pada
awalnya hanya bergerak dalam bidang ekonomi kemudian akan bisa dimanfaatkan
untuk menjadi organisasi yang bergerak dibidang politik yang akan merugikan
pemerintah kolonial.
Membahas mengenai koperasi tidak terlepas dari pengertiannya itu sendiri,
koperasi berasal dari kata Co dan Operation yang berarti bersama-sama bekerja,
alat untuk mengatasi kepincangan-kepincangan dan kelemahan dari perekonomian
kapitalis. Koperasi muncul pertama kali di Inggris tahun 1884 yang berusaha
mengatasi masalah keperluan konsumsi bagi para anggotanya dengan cara
kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsip keadilan. Setelah itu koperasi
muncul dan berkembang ke berbagai negara di Eropa dan juga di Asia termasuk
Indonesia.
Masyarakat Indonesia baru mulai mengenal bentuk koperasi pada awal
abad ke XIX. Pada masa penjajahan Belanda, tahun 1896 seorang pamong praja
patih R. Aria Wirya Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah bank untuk para
pegawai negeri (priyayi). Ia terdorong keinginan untuk menolong para pegawai
negeri yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan
pinjaman dengan bunga yang tinggi. Ia ingin mendirikan koperasi kredit model
Raiffeisen di Jerman, dan untuk itu ia dibantu oleh seorang Asisten Residen
Belanda. Asisten tersebut yang menganjurkan untuk mengubah Bank Pertolongan
Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian
seperti yang ada di Jerman. Selain pegawai negeri juga para petani juga perlu
dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon (pelepas
uang). Gagasan tersebut ternyata tidak sesuai dengan politik penjajahan
pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu. Badan-badan ekonomi rakyat seperti
Bank dan Tabungan dan lumbung desa yang mulai tumbuh tidak dijadikan
koperasi. Sebagai gantinya maka, Belanda mengeluarkan undang-undang
Ordonansi Perkumpulan Koperasi Bumi Putera untuk mengatur perkoperasian di
Indonesia tahun 1927 dan 1933 karena Belanda takut koperasi yang pada awalnya
bergerak dalam bidang ekonomi akan menjelma menjadi kekuatan politik yang
besar.
Pada zaman pendudukan tentara Jepang bukanlah penyempurnaan usaha
koperasi yang dialami akan tetapi sebaliknya apa yang telah ada bahkan
dihancurkan sama sekali oleh Jepang yang fasistis. Kantor pusat Jawatan Koperasi
dan Perdagangan oleh pemerintah balatentara Jepang diganti namanya menjadi
Syomin Kumiai Cou Jomusyo, sedang Kantor daerah menjadi Syomin Kumiai
Jumbi Inkai, panitia susuna perekonomian baru di Jawa. Hasil perekonomian baru
yang dikemukakan dengan kata-kata yang muluk-muluk kepada rakyat ialah tidak
lain dari kesengsaraan semata-mata.
Koperasi-koperasi yang telah berdiri pada zaman Hindia Belanda diambil
alih pengaturannya oleh Jepang. Badan koperasi yang demokratis dirubah menjadi
alat-alat distribusi dan pengumpul untuk kepentingan tentara Jepang. Jepang
melakukan reorganisasi terhadap koperasi yang ada untuk membentuk yang baru
sehingga koperasi sebelum perang mengalami kemunduran bahkan ada yang
terpaksa dibubarkan. Akhirnya dibentuk lembaga ekonomi yang bernama Kumiai,
lembaga ini adalah koperasi model Jepang yang bertindak sebagai unit dasar
untuk memanipulasi seluruh struktur perekonomian yang dikendalikan pada masa
perang.
Kumiai sebagai sebuah organisasi yang dibentuk atas peraturan pemerintah
dan melibatkan seluruh desa, dalam banyak hal tidak dapat dianggap sebagai
koperasi. Dalam penerapannya Jepang memerintahkan setiap wiraswasta untuk
menyelengarakan Kumiai sehingga seluruh wiraswasta besar dan kecil bisa
dikontrol lewat ini. Dengan demikian, koperasi Kumiai diselenggarakan hampir
disetiap bidang perpabrikan, pertanian dan perdagangan di Jawa.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan diatas kedalam skripsi yang berjudul “Peran Kumiai Pada Masa
Penjajahan Jepang Di Jawa Tahun 1942-1945”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang pembentukan Kumiai?
2. Bagaimana proses pembentukan Kumiai?
3. Bagaimana peran Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun
1942-1945?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan Kumiai bagi para
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang
tersurat dari perumusan masalah diatas yaitu antara lain:
a. Untuk mengetahui latar belakang pembentukan Kumiai.
b. Untuk mengetahui proses pembentukan Kumiai.
c. Untuk mengetahui peran Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa
tahun 1942-1945.
d. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan Kumiai bagi para
petani di Jawa.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian harus dapat diketahui kegunaan dari setiap kegiatan
ilmiah. Adapun kegunaaan penelitian ini adalah dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a) Menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya tentang peran Kumiai
pada masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945.
b) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya tentang
peran kumiai pada masa penjajahan Jepang di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a) Bagi peneliti sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana kependidikan
program pendidikan sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b) Sebagai bahan referensi bagi pemecahan masalah yang relevan dengan
c) Sebagai salah satu karya ilmiah yang diharapkan dapat melengkapi koleksi
penelitian ilmiah di perpustakaan, khususnya di lingkungan Universitas
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kolonialisme
a. Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme bukan kata asing bagi bangsa Indonesia sebab kolonialisme
identik dengan penjajahan sedangkan bangsa Indonesia adalah bangsa yang
pernah mengalami penjajahan. Menurut Poerwodarminto (1976 : 516) secara
etimologi kata kolonialisme berasal dari kata koloni yang artinya daerah jajahan
tempat menempatkan penduduk atau kelompok orang yang bermukim di daerah
baru yang merupakan daerah asing dan sering jauh dari tanah air, yang tetap
mempertahankan ikatan dengan tanah air atau tanah asal.
Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas
wilayah dan manusia di luar batas negaranya yang sering kali bertujuan, untuk
mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah
tersebut. Kolonialisme juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang
digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem kolonialisme,
terutama kepercayaan bahwa moral dari penjajah lebih hebat daripada yang
dijajah. Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial
menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur
ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk modernisasi dan demokrasi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme).
Menurut C.S.T. Kansil dan Yulianto (1986 :7) kolonialisme adalah
rangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukan bangsa lain di bidang politik,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan dengan jalan mendominasi politik eksplotasi
ekonomi dan penetrasi kebudayaan. Sukarno ( 1983:19) berpendapat kolonialisme
juga dapat dipandang sebagai nafsu, suatu sistem yang merajai atau
mengendalikan ekonomi atas negeri lain. Sedangkan Suhartoyo Hardjosatoto
(1985:51) menyatakan kolonialisme adalah rangkaian nafsu menguasai dan seruan
memperluas negeri itu. Pendapat lain tentang kolonialisme adalah menurut
Roeslan Abdulgani (1987:2) yang menyatakan bahwa kolonialisme adalah
rangkaian adanya upaya bangsa untuk menaklukan bangsa lain dalam segala
lapangan. Dalam hal ini kolonialisme adalah dominasi politik, eksploitasi
ekonomi dan penetrasi kebudayaan yang dijalankan oleh suatu bangsa terhadap
bangsa lain.
Dari pendapat tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kolonialisme
adalah upaya suatu bangsa untuk menaklukan dan menguasai bangsa lain dengan
jalan mendominasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya dalam
rangka memperluas wilayahnya.
b. Tujuan Kolonialisme
Eksploitasi kekuasaan kolonial pada abad XIX merupakan gerakan
kolonialisme yang besar pengaruhnya terhadap perubahan politik, ekonomi, sosial
dan budaya dinegara yang mengalami banyak penjajahan seperti
negara-negara di Asia. Dominasi politik dan eksploitasi ekonomi kolonial telah
mengakibatkan terjadinya proses transformasi struktural politik dan ekonomi
tradisional ke arah struktural politik kolonial dan modern. Adapun tujuan
kolonialisme adalah:
1) Tujuan ekonomi
Eksploitasi ekonomi terutama sumber daya alam yang dipengaruhi
sepenuhnya untuk kepentingan kolonial, demi kelangsungan industrinya.
Daerah kolonial juga dijadikan pasar paksaan bagi barang-barang Eropa
(Ania Lomba, 2000 : 5).
2) Tujuan Politik
Proses membentuk komuitas dalam negara baru yang berarti
membubarkan atau membentuk kembali komunitas-komunitas yang sudah
ada akibat terjadi praktek perdagangan, penjarahan dan negosiasi, perang,
pembunuhan massal dan pemberontakan-pemberontakan. Dengan
demikian kolonialisme merupakan penaklukan dan penguasaan atas tanah
3) Tujuan sosial
Kolonialisme bukan hanya penguasaan ekonomi dan politik saja tetapi
juga hasrat penguasaan identitas. Pada saat perkembangan kolonialisme
digerakan dalam kerangka kekerasan yang sama sekali tidak
memanusiakan manusia yang kemudian ditajamkan lewat adanya gap
kehidupan sosial ekonomi. Manusia dibagi berdasarkan kasta dan faktor
nilai milik suatu ras tertentu (Muhiddin M. Dahlan, 2001 : 6).
4) Tujuan budaya
Salah satu ciri kolonialisme yaitu diskriminasi ras dan etnis. Perspektif
kolonial superioritas-inferioritas mendasari prinsip diskriminasi. Sistem
kolonial menghendaki diskriminasi rasial sebagai dasar pembentukan
struktur dan pola hubungan sosial dalam masyarakat kolonial yang secara
hirarkis menempatkan golongan bangsa yang memerintah dipuncak teratas
dari struktur masyarakat tanah jajahan (Sartono Kartodirjo dan Djoko
Suryo, 1991 : 6).
Kolonialisme pada dasarnya mendominasi penguasaan pribumi dan
memperalatnya untuk kepentingan pemerintah kolonial tetapi dengan
menggunakan pengusaha pribumi untuk memerintah rakyat. Masyarakat pribumi
dijadikan alat eksploitasi bahan dasar bagi kolonialis dan daerah koloni dijadikan
pemasaran barang-barang industri (Suhartono, 1994: 7). Ada dua macam
kolonialisme, yaitu kolonialisme kuno dan kolonialisme modern. kolonialisme
kuno adalah kolonialisme yang bertujuan untuk mengejar kejayaan (glory),
kekayaan (gold) dan semangat keagamaan (gospel). Sedangkan Pada sistem
kolonialis modern atau kapitalis kekuasaan kolonial bertujuan pada pengambilan
sumber bahan mentah dari tanah jajahan, penyediaan buruh atau tenaga kerja
murah dan sebagai pasar hasil produksi kaum kapitalis. Sistem kolonial ini
ditandai dengan empat ciri pokok yaitu : dominasi, eksploitasi, diskriminasi dan
dependensi (Noer Fauzi 1999: 19).
Dalam kolonialisme terdapat dua faktor yang penting yaitu bangsa
penjajah dan bangsa yang terjajah. Ciri-ciri dari penjajah dipengaruhi oleh faktor
barang. Penggolongan penjajah dibedakan menjadi empat yaitu: (1). Penjajah
kaya dan royal, artinya kaya akan bahan tambang dan industrinya maju, sehingga
tidak bersifat eksploitatif dan bahkan pendidikan pribumi dimajukan serta
dijadikan partner; (2) Penjajah yang semi kaya, yaitu yang tidak banyak memiliki
bahan tambang, tetapi industrinya maju sehingga memerlukan pasaran hasil
industrinya; (3) Penjajah miskin, yaitu yang industrinya telah maju tetapi tidak
memiliki bahan tambang, sehingga mendatangkan dari daerah jajahan, dengan
pertimbangan ekonomi upah buruh pribumi dibuat murah; (4) Penjajah yang
sangat miskin, biasanya penjajah ini menekan dan menghisap kekayaan penduduk
negeri yang dijajah (Suhartoyo Djoyosatoto, 1980: 25).
Dalam perkembangan kolonialisme di Indonesia, Indonesia telah
mengalami masa penjajahan kolonial, terutama Belanda dan Jepang. Pertama,
pada masa kolonialisme Belanda yaitu Belanda mengeksploitasi seluruh kekayaan
Indonesia dan bahkan melakukan politik rasialis dengan membedakan warna kulit
dan status. Kedua, pada masa penjajahan Jepang, Indonesia diduduki dengan
tujuan dieksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerjanya guna ‘memperkuat’
peranan Jepang di Asia Timur, sehingga janji-janji kemerdekaan Indonesia yang
di dengungkan Jepang pada awal pemerintahan bukan merupakan tujuan dari
Jepang, tetapi merupakan kompensasi bagi rakyat Indonesia dari pemerintah
Jepang.
2. Politik Ekonomi
a. Pengertian Politik Ekonomi
Istilah politik ekonomi atau sering juga digunakan istilah kebijakan
ekonomi adalah usaha untuk mempengaruhi secara sadar kehidupan ekonomi
untuk mencapai kemakmuran yang tidak bisa terlepas dari kebijaksanaan
pemerintah. Politik ekonomi adalah campur tangannya pemerintah dalam
kehidupan ekonomi. Di dalam kehidupan ekonomi terdapat tiga pihak yang
bersama-sama melakukan proses ekonomi yaitu pihak pemerintah, dunia usaha
pihak pemerintah diberi peranan khusus yaitu peranan untuk mempengaruhi
kehidupan ekonomi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut buku pengantar ilmu ekonomi karangan E.C Winardi (1975:
354) yang dimaksud dengan politik ekonomi adalah:
Usaha untuk mempengaruhi secara sadar, totalitas kehidupan ekonomi; makanya penyatuan dari pada semua rumah-rumah tangga independent. Yang ada dalam lingkungan ekonomi tertentu yakni rumah rumah tangga pemerintah dan swasta, serta rumah-rumah tangga konsumsi hingga mencapai satu kesatuan ekonomis kontinu, guna mencapai kemakmuran.
Miriam Budiarjo (1992:23) dalam bukunya dasar-dasar ilmu politik
mengatakan bahwa politik ekonomi (political economy) adalah pemikiran dan
analisa kebijaksanaan yang hendak digunakan untuk memajukan kekuatan dan
kesejahteraan negara. Politik ekonomi dapat diartikan suatu tindakan pemerintah
untuk mengatur bidang ekonomi. Menurut H.M.A. Van Der Valk yang dikutip
oleh E.C. Winardi (1976:30) mengatakan bahwa ”politik ekonomi adalah
keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mempengaruhi
kehidupan ekonomi secara langsung dengan satu atau lain cara”. Sedangkan
Rochmat Soemitro mendefinisikan politik ekonomi adalah pemakaian teori
ekonomi untuk mempengaruhi keadaan.
Dari beberapa definisi-definisi dari para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa politik ekonomi adalah segala perbuatan dan tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur kehidupan ekonomi guna mencapai
kesejahteraan ekonomi.
Menurut Herbert Gierch (1868:1) bahwa tujuan politik ekonomi adalah
semua usaha-usaha, perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan dengan maksud
untuk mengatur, mempengaruhi atau langsung menetapkan jalannya
kejadian-kejadian ekonomi di dalam suatu daerah atau wilayah. Menurut J Van
Zwijnderght yang dikutip oleh Suharni (1991:20) mengatakan bahwa tujuan dari
politik ekonomi adalah untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Sedangkan
tugas dari politik ekonomi adalah untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari politik
ekonomi adalah untuk mengatur dan mempengaruhi kejadian-kejadian di bidang
ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Negara-nagara penjajah melaksanakan politik ekonomi atau kebijakan di
bidang ekonomi dalam menjalakan pemerintahan di negara jajahan. Tujuan
diterapkanya politik ekonomi ini untuk mengatur roda perekonomian rakyat
jajahan. Dengan diterapkannya politik ekonomi dari pemerintah penjajah tersebut,
mendapat reaksi yang keras dari rakyat yang dijajah.
3. Organisasi
a. Pengertian Organisasi
Organisasi sudah menyatu dengan kehidupan manusia sejak manusia itu
ada. Hal ini sehubungan dengan adanya kebutuhan manusia yang pemenuhanya
tidak dapat dilakukan seorang diri. Organisasi senantiasa berkembang seiring
dengan berkembangnya kebutuhan manusia.
Moekiyat (1990:46) memberikan beberapa definisi tentang organisasi,
antara lain:
1) Organisasi adalah suatu hubungan struktur antara bermacam-macan faktor
atau fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
2) Organisasi adalah proses dimana anggota organisasi dapat bekerja sama ke
arah pencapaian tujuan kelompok.
3) Organisasi adalah pembagian secara sistematis dari tugas-tugas,
fungsi-fungsi dan tanggung jawab dari para anggota suatu kelompok atau suatu
sistem.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian (1981:20) pengertian organisasi
adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama
untuk mencapai suatu tujuan bersama dan tertenu yang secara formal adanya suatu
ikatan hierarkhi hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut
Winardi dalam bukunya Teori Organisasi (2003:15) memberikan
pengertian organisasi, sebagai berikut:
”Sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, diantara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting dan dimana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan”.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi
merupakan sekelompok orang yang berserikat membentuk suatu unit sosial
(pengelompokan) untuk mengadakan kerja sama dan kerja sama itu untuk
mencapai tujuan bersama. Jadi sesuatu dapat dikatakan organisasi jika memenuhi
persyaratan yaitu, adanya tujuan yang akan dicapai secara bersama-sama, adanya
anggota didalammnya dan adanya kerja sama diantara anggota organisasi.
Sedangkan menurut pendapat Schein, terdapat empat ciri organisasi yaitu :
pertama, adanya koordinasi dalam usaha dan upaya. Kedua, pencapaian tujuan
secara bersama-sama melalui koordinasi. Ketiga, pembagian kerja untuk
menciptakan koordinasi. Keempat, adanya suatu hierarki otoritas wewenang
diantara anggota organisasi (Winardi,2003:27).
b. Unsur-Unsur Organisasi
Menurut Moekiyat (1990:48) dalam asas perilaku berorganisasi unsur
unsur organisasi adalah tujuan bersama, pembagian kerja dan hierarki otoritas.
Schein (1980:1) mengatakan unsur organisasi terdiri dari, koordinasi upaya,
tujuan umum bersama, pembagian kerja dan Hierarki otoritas. Unsur-unsur
organisasi tersebut dapat diperinci sebagai berikut:
1) Tujuan bersama
Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan, sebab tujuan ini merupakan
salah satu unsur dari organisasi, selain unsur manusia serta adanya kerja sama.
Tujuan tersebut bukanlah tujuan individu dalam organisasi melainkan tujuan
organisasi sebagai kolektivitas. Menurut Moekiyat (1990:48) tujuan organisasi
adalah untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Amiral Eztoni
akan datang yang semata akan dikejar oleh organisasi agar dapat tercapai. Pada
saat berdirinya organisasi telah terlebih dahulu menetapkan tujuan, yaitu tujuan
yang ditetapkannya untuk masa mendatang bagi organisasi atau sifatnya lebih
pada untuk mencapai tujuan yang berorientasi jangka panjang tersebut setidaknya
melalui beberapa tahap, hal ini diwujudkan melalui sasaran–sasaran yang lebih
pendek jangka waktunya.
2) Pembagian kerja
Suatu organisasi terdiri dari berbagai macam pekerjaan serta
individu-individu yang mengerjakan pekerjaan tersebut. Diantara pekerjaan itu dalam
pelaksanaannya ada yang saling berkaitan satu sama lain. Pekerjaan yang
semacam atau yang erat kaitannya tersebut di kelompokan untuk selanjutnya
dikerjakan individu-individu dalam organisasi. Inti dari pada setiap organisasi
adalah usaha atau kegiatan manusia. Proses menguraikan pekerjaan menjadi
bagian-bagian kecil yang berguna bagi tujuan organisasi dan dilaksanakan oleh
individu atau kelompok disebut pembagian kerja. Melalui pembagian kerja inilah
organisasi mengerahkan pekerjaan dari banyak orang untuk mencapai tujuan
bersama (Moekiyat,1990:48). Sondang P. Siagian menyebutkan tentang tiga sebab
utama mengapa pentingnya pembagian kerja yaitu: a) pembagian kerja yang harus
dipikul; b) jenis pekerjaan yang bermacam-macam; c) berbagai spesialisasi yang
diperlukan.
Untuk melaksanakan tujuannya organisasi menentukan pekerjaan yang
berkaitan dengan tujuan tersebut. Organisasi menanggung beban kerja yang tidak
ringan dengan pekerjaan yang beraneka ragam tersebut, sehingga dirasa perlu
untuk membagi-bagikan pekerjaan yang ada kepada individu-individu. Dengan
dibagi-bagikannya pekerjaan kepada individu maka mereka akan tertuju pada
suatu pekerjaan tertentu, sehingga kebutuhan organisasi dengan adanya
spesialisasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi.
3) Koordinasi Upaya
Melaksanakan pembagian kerja tanpa melaksanakan koordinasi upaya
akan menumbuhkan peristiwa dimana tiap-tiap pejabat berjalan sendiri-sendiri
koordinasi yang bertujuan untuk mengatur seluruh komponen yang ada dalam
organisasi tersebut.
Pendapat mengenai pengertian koordinasi dikemukakan oleh James D.
Mooney yang dikutip Sutarto (1985:128) yaitu koordinasi sebagai pengaturan
usaha sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan kesatuan tindakan
dalam mengusahakan tercapainya suatu tujuan bersama. Apabila dalam organisasi
dilakukan suatu koordinasi maka ada beberapa manfaat yaitu adanya rasa
tanggung jawab antara satuan-satuan organisasi dan dapat dihindarkan
kemungkinan timbulnya pertentangan antar satuan organisasi.
4) Hierarki Otoritas
Menurut Moekiyat (1990:48) otoritas adalah hak untuk memerintah orang
lain. Apabila organisasi-organisasi membagi pekerjaan menjadi
komponen-komponen yang kecil maka harus ada yang dilakukan untuk mengkoordinasikan
usaha-usaha yang dihasilkan untuk menjamin agar mereka menyatukan dan
mencapai tujuan organisasi, Sehingga diperlukan susunan hierarki otoritas untuk
mengatur organisasi. Tanpa hierarki otoritas yang jelas koordinasi upaya akan
mengalami kesulitan bahkan kadang-kadang tidak mungkin dilaksanakan.
c. Tipe-Tipe Organisasi.
Ada bermacam macam bentuk organisasi yang ditinjau dari berbagai sudut
pandang, yaitu sudut pandang sosial dan tujuan khusus dari organisasi tersebut.
Berdasarkan kebutuhan sosial, Talcot pearson membedakan 4 bentuk organisasi:
1) Organisasi ekonomi, tujuannya mendapatkan keuntungan dari produk atau
jasa yang dihasilkan.
2) Organisasi politik (political organization), kegiatan dibidang kekuasaan,
pengambilan keputusan, pengaruh mempengaruhi.
3) Organisasi pengabdian masyarakat (integrative organization), bertujuan
untuk mengabdikan diri untuk kepentingan mereka.
4) Organisasi pelestarian (pattern maintenance organization) tujuannya
untuk melestarikan dan memelihara kesenian, pendidikan, kebudayaan dan
Winardi dalam bukunya teori organisasi (2003:12) membedakan macam
organisasi berdasarkan tujuan atau sasaran khususnya sebagai berikut:
1) Organisasi pelayanan, yang siap membantu orang tanpa menuntut
pembayaran penuh dari masing-masing pihak yang menerima servis yang
bersangkutan.
2) Organisasi ekonomi, yaitu organisasi-organisasi yang menyediakan
barang-barang dan jasa sebagai imbalan untuk pembayaran dalam bentuk
tertentu.
3) Organisasi religius yang memenuhi kebutuhan spiritual dari para
anggotanya.
4) Organisasi perlindungan, organisasi yang memberikan perlindungan
kepada orang-orang dari bahaya.
5) Organisasi pemerintah yaitu organisasi yang memenuhi kebutuhan akan
keteraturan dan kontinuitas.
6) Organisasi sosial, organisasi yang memenuhi kebutuhan sosial orang untuk
mencapai kontak dengan orang lain.
4. Perubahan Sosial
a. Pengertian perubahan sosial
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan.
Perubahan yang dialami manusia berkaitan dengan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
tingkah laku. Menutut Nursyid Suriatmadja (1986:79) perubahan sosial adalah
perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang meliputi berbagai aspek
kehidupan, sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat dan yang
didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan dalam
mencari kestabilan.
Soerjono Soekanto (1982:22) berpendapat bahwa perubahan sosial adalah
perubahan dalam lembaga-lembaga sosial yang mempengaruhi sistem sosial
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilaku diantara
direncanakan serta ada yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki.
Sedangkan menurut Daldjoeni (1979: 21) mengatakan bahwa perubahan sosial
sebagai bagian dari proses sosial mencakup perubahan dalam struktur fungsi, dan
budaya kelompok manusia atau lembaga kemasyarakatan.
Dalam konteks sosial ekonomi perubahan memiliki pengertian suatu
proses pergerakan atau perkembangan masyarakat dalam aspek sosial ekonomi
dari suatu kondisi tertentu menuju kondisi yang lain berupa kemajuan atau
penurunan yang disebabkan oleh peristiwa tertentu.
b. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial
Terjadinya suatu perubahan sosial dalam masyarakat tidak terlepas dari
sebab-sebab-sebab yang membawa perubahan tersebut. Perubahan yang terjadi
disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor yang berasal dari dalam, dengan adanya
pengenalan dan unsur-unsur gagasan baru. dan faktor yang berasal dari luar.
Penyebab perubahan itu dapat berupa ilmu pengetahuan atau mental manusia,
kemajuan teknologi, komunikasi dan trnsportasi, urbanisasi, perkembangan,
harapan dan tuntutan manusia dan masyarakat.(Astrid S, Susanto,1983:33).
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi
perubahan sosial adalah : (1) Kontak atau hubungan dengan kebudayaan bangsa
lain; (2) Sistem pendidikan yang maju; (3) Penduduk yang heterogen; (4) Sikap
yang menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju; (5) Sistem
stratifikasi yang terbuka; (6) Orientasi berfikir ke masa depan. Di samping itu ada
faktor penghambat perubahan seperti : (1) kurangnya ilmu pengetahuan
masyarakat; (2) perekembangan ilmu pengetahuan yang lambat; (3) sikap
masyarakat yang sangat tradisional; (4) adanya kepentingan kepentingan yang
telah tetanam dengan kuat; (5) prasangka terhadap hal-hal yang baru.
Samoel Koenig yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1982:66)
mengatakan bahwa faktor-faktor perubahan sosial meliputi faktor intern dan
ekstern. Faktor intern meliputi: (1) bertambah dan berkurangnya penduduk; (2)
adanya pemberontakan-pembarontakan; (3) konflik dalam masyarakat; (4) adanya
yang berasal dari lingkungan fisik yng ada disekitar manusia; (2) Peperangan; (3)
Adanya pengaruh dari kebudayaan lain.
Pada waktu Jawa di jajah oleh Jepang, diterapkan sistem yang menekan
kehidupan sosial masyarakat Jawa, Jepang mulai membangun infra struktur yang
rusak setelah ditinggalkan Belanda. Salah satunya dengan membangun organisasi
ekonomi baru yang disebut Kumiai yang pada prakteknya sangat merugikan dan
menyengsarakan para petani yang ada di desa-desa sehingga menimbulkan reaksi
dari para petani yaitu dengan pemberontakan-pemberontakan diberbagai daerah,
karena tidak puas terhadap kebijakan yang diterapkan oleh Jepang.
B. Kerangka Pemikiran
Organisasi Ekonomi Politik Ekonomi Politik Pemerintah
Kolonial Jepang Di Jawa
Keadaan Sosial Ekonomi Di
Jawa
Dampak
Kumiai
Dari skema tersebut dapat diuraikan tentang kerangka berfikir dari
penelitian sebagai berikut :
Jepang menguasai Indonesia tanggal 8 maret 1942, dan melakukan politik
kolonialismenya setelah mengalahkan pemerintah Hindia Belanda dalam
peperangan. Tujuan kolonialismenya di Indonesia adalah untuk mendapatkan
bahan pangan bagi kebutuhan perang tentara Jepang. Khususnya
diwilayah-wilayah besar seperti Jawa.
Pada awal pendudukan di Jawa, pemerintah militer Jepang segera
melakukan tindakan yang tercakup dalam kebijakan yang harus dilaksanakan di
wilayah pendudukan dengan harapan agar usaha untuk menguasai Indonesia dapat
tercapai. Kebijakan tersebut meliputi budaya politik dan ekonomi.
Pemerintah militer Jepang dalam bidang budaya melarang penggunaan
bahasa Belanda dan diganti bahasa Jepang. Rakyat diperbolehkan mempelajari
dan menggunakan bahasa Indonesia. Para seniman juga diperbolehkan
menuangkan hasil karya sastra dalam bentuk karya sastra yang ditujukan untuk
kemenangan Asia Timur Raya.
Pada bidang politik Jepang bekerja sama dengan tokoh-tokoh pergerakan
nasional Indonesia seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara serta
tokoh-tokoh lain. Tujuan diadakan kerja sama untuk menggerakkan massa guna
membantu Jepang ke arah kemenangan Asia Timur Raya. Kerja sama tersebut
bagi bangsa Indonesia sebagai taktik untuk meraih simpati dari pemerintah militer
Jepang sehingga dapat terlibat kegiatan politik.
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Indonesia pada masa pemerintah
Jepang berbeda dengan keadaan sosial ekonomi pada masa Belanda, karena ketika
Jepang datang semua perusahaan vital telah dihancurkan oleh Jepang sehingga
terjadi kemiskinan serta keadaan ekonomi yang lumpuh total. Melihat kondisi
sosial ekonomi yang ada pada awal penjajahannya yang parah, pemerintah Jepang
menerapkan politik ekonomi guna mengatur roda perekonomian rakyat. Salah satu
kebijakan di bidang ekonomi Jepang membentuk organisasi-organisasi ekonomi
baru yang disebut Kumiai dimana Kumiai dibawah kontrol langsung oleh Jepang.
perdagangan. Perencanaan dan persiapan Kumiai dilakukan di masing-masing
karesidenan sesuai dengan prakarsa dan kebijakan mereka sendiri. Struktur dan
fungsi Kumiai diatur di masing-masing karesidenan.
Dampak Kumiai mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Dampak sosial Kumiai adalah adanya pemberontakan-pemberontakan sporadis di
berbagai wilayah di Jawa karena ketidakpuasan terhadap sistem Kumiai.
Sedangkan dampak ekonomi dari Kumiai adalah pedagang pedagang yang tidak
tergabung dengan Kumiai maka tidak akan mendapat pasokan. Begitu pula
penentuan harga panen dari rakyat, mereka hanya menjual dengan harga rendah
kepada pemerintah, apalagi dengan adanya Kumiai penjualan hasil panen pada
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka, yaitu melakukan
pengumpulan data tertulis dengan membaca buku-buku literatur, majalah dan
bentuk pustaka lainnya. Data-data tertulis yang berhasil penulis kumpulkan dari
perpustakaan atau tempat-tempat lain, di mana data tersebut dapat diketemukan.
Adapun perpustakaan atau tempat-tempat yang penulis gunakan untuk mencari /
mengumpulkan data-data antara lain:
a.Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b.Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
c.Perpustakaan Program Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
d.Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.
e.Perpustakaan Taman Siswa Yogyakarta.
f. Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
g.Perpustakaan Ignatius Kolese Yogyakarta.
h.Perpustakaan Rekso Pustoko Surakarta.
i. Internet.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak
pengajuan judul skripsi yaitu bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan September
2010.
Menurut Koentjaraningrat (1977:16) kata metode berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata methodos yang berarti jalan atau cara. Sehubungan dengan
upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah-masalah kerja untuk memahami
obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Helius Sjamsuddin
(1996:2) metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses atau teknik yang
sistematis dalam penelitian suatu ilmu tertentu untuk mendapatkan suatu bahan
yang diteliti. Husnaini Usman (1996 :42) menyebutkan bahwa metode adalah
suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah
sistematis.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian sejarah (historis).
Menurut Louis Gottschlak (1985: 32) metode historis adalah suatu cara yang
meliputi kegiatan untuk mengumpulkan, menguji serta menganalisa data yang
diperoleh dari peninggalan masa lalu untuk menemukan generalisasi yang berguna
dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah serta untuk
memahami situasi sekarang dan meramalkan masa yang akan datang.
Sartono Kartodirjo (1992: 37) berpendapat bahwa metode penelitian
sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah
masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau
tersebut. Penelitian sejarah harus membuat rekonstruksi suatu kegiatan yang
disaksikan sendiri, karena secara mutlak tidak mungkin mengalami lagi fakta yang
diselidikinya. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1985: 67) mengatakan bahwa
metode sejarah adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data
peninggalan masa lampau untuk memahami masa sekarang dalam hubungannya
dengan masa lampau. Mohammad Nazir mengatakan bahwa:
Metode penelitian sejarah merupakan suatu usaha untuk memberikan interaksi dari bagian trend yang naik turun dari suatu status generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah, membandingkan dengan keadaan sekarang dan dapat meramalkan keadaan yang akan datang. (Mohammad Nazir, 1985: 33)
Berdasar pandangan-pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian historis adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan sumber-sumber
lampau sehingga menghasilkan suatu cerita sejarah. Dalam penelitian ini
diusahakan pembuatan rekonstruksi peristiwa sejarah tentang peran Kumiai pada
masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945. Pertimbangan yang mendasar
digunakannya metode historis dikarenakan metode ini lebih sesuai dengan data
yang dikumpulkan, diuji dan dianalisis secara kritis terhadap semua
sumber-sumber sejarah yang terkait.
C. Sumber Data
“Sumber sejarah seringkali disebut sebagai data sejarah. Perkataan data
berasal dari bahasa latin yaitu datum yang berarti pemberitaan” (Kuntowijoyo,
1995: 94). “Sumber data sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak
langsung memberitahukan kepada masyarakat tentang sesuatu kenyataan atau
kegiatan manusia pada masa lalu” (Helius Sjamsuddin, 1996: 73).
Menurut Sidi Gazalba (1981: 88) sumber data sejarah dapat
diklasifikasikan menjadi: (1) sumber tertulis yaitu sumber yang berupa tulisan, (2)
sumber lisan yaitu sumber yang berupa cerita yang berkembang dalam suatu
masyarakat, (3) sumber benda atau visual yaitu semua warisan masa lalu yang
berbentuk dan berupa.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis.
Louis Gosttchalk (1986: 35) mengemukakan bahwa sumber tertulis dibedakan
menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
kesaksian daripada seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan
panca yang lain, atau alat mekanis seperti dektafon yaitu orang atau alat yang
hadir pada peristwa-peristiwa yang diceritakannya, sedangkan sumber sekunder
merupakan kesaksian dari siapapun yang tidak hadir pada peristiwa yang
dikisahkannya.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis
yang ada kaitannya dengan Penjajahan Jepang di Jawa khususnya peranan kumiai
di Jawa, baik sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber primer yang
digunakan antara lain: (1) surat kabar, yaitu:, Sinar Matahari, 13 Desember 1943,
Juni 1943 - Juli 1945, Djawa Baroe No 5, 1944. Adapun sumber data sejarah
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Mobilisasi dan
Kontrol Sosial Pedesaan Jawa, yang ditulis oleh Aiko Kurasawa; (2) Revolusi
Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa, yang ditulis oleh Ben
Anderson; (3) Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI yang ditulis oleh Marwati
Djoened dan Nugroho Notosusanto; (4) Perkembangan Koperasi Indonesia yang
ditulis oleh Arifinal Chaniago; (5) Bulan Sabit dan Matahari Terbit Hidia Belanda
dan Jepang, yang ditulis oleh Benda Harry J Benda; (6) Pendudukan Jepang di
Indonesia yang ditulis oleh L. De Jong; (7) Pemberontakan Indonesia di Masa
Pendudukan Jepang yang tulis oleh Akira Nagazumi; (8) Artikel-artikel dari
internet, yang didapat melalui e-journal dan e-book..
D. Tehnik Pengumpulan Data
Menurut Moh. Nazir (1988: 211) teknik pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Selalu ada hubungan antara metode mengumpulan data dengan masalah penelitian
yang ingin dipecahkan, yaitu memberi arah dan mempengaruhi metode
pengumpulan data
Koentjaraningrat (1983: 3) menyatakan bahwa dalam metode sejarah,
teknik pengumpulan data disebut heuristik. Pengumpulan data heuristik
merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian. Berdasarkan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam pengumpulan data
digunakan teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data atau fakta sejarah, dengan cara
membaca buku-buku literatur, majalah, dokumen atau arsip, surat kabar atau
brosur. Kartini Kartono (1983:28) mengungkapkan bahwa penelitian dengan
menggunakan studi kepustakaan adalah penelitian dengan mengumpulkan data
dan informasi yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya buku-buku, majalah,
naskah, catatan kisah sejarah dan dokumen.
Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka
teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik studi pustaka, yaitu
majalah dan bentuk pustaka lainnya. Dalam pengumpulan data ini penulis
melakukan kegiatan mengumpulkan, membaca dan mengkaji berbagai materi atau
data yang sesuai dengan tema penelitian. Adapun langkah-langkah operasional
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperti yang diuraikan oleh Nugroho
Notosusanto (1971: 50-54) sebagai berikut: (1) menentukan pokok judul
penelitian, (2) menyusun daftar sumber sementara, (3) membaca
sumber-sumber sementara dengan melakukan penilaian terhadap sumber-sumber primer dan
sumber sekunder, (4) menyusun kerangka sementara yang berguna sebagai
pedoman bagi pembagian tulisan, (5) meneliti sumber-sumber tulisan, (6)
mencatat data-data hasil penelitian.
Kegiatan studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
mengumpulkan sumber-sumber baik primer maupun sekunder yang berupa
buku-buku literaur, maupun majalah yang berkaitan dengan Peranan Organisasi Kumiai
pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun 1942-1945. Kegiatan pengumpulan
sumber tersebut dilakukan antara lain di berbagai perpustakaan di lingkungan
civitas akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen
Pers Surakarta dan Perpustakaan Universitas Daerah Yogyakarta. Kegiatan studi
pustaka juga dilakukan di Perpustakaan Taman Siswa Yogyakarta dan dari
internet. Kegiatan berikutnya dengan membaca, mencatat, meminjam maupun
mengcopy sumber-sumber tertulis yang dianggap penting dan relevan dengan
tema penelitian sehingga diperoleh data-data yang akan digunakan dalam
penulisan skripsi.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Moh. Nazir (1988: 405) data yang dikumpulkan oleh peneliti
tidak akan berguna jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang
sangat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data tersebut dapat
diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian
Penelitian ini diadakan dengan tujuan pokok menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mengungkapkan tentang peranan kumiai pada masa penjajahan
analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis historis. Menurut
Sartono Kartodirdjo (1992:46) analisis historis adalah analisis yang
mengutamakan ketajaman dalam melakukan interpretasi data sejarah. Pengkajian
fakta-fakta sejarah oleh sejarawan tidak terlepas dari unsur-unsur subyektifitas
sehingga diperlukan konsep-konsep dan teori sebagai kriteria menyeleksi dengan
pengklasifikasian.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data sejarah di
dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan data yang kemudian
diklasifikasikan sesuai tema penelitian. Dalam menganalisis sebuah sumber
diperlukan adanya kritik intern dan kritik ekstern untuk menentukan kredibilitas
dan otentisitas sumber yang didapatkan. Langkah ini berguna untuk mengetahui
sumber yang benar-benar diperlukan dan relevan dengan permasalahan yang
diteliti. Kritik ekstern yaitu menganalisis fisik sumber data sejarah yang tertulis.
Berbagai data tersebut digolongkan menjadi sumber primer dan sumber sekunder.
Kedua jenis sumber yang telah digolongkan tersebut diidentifikasikan tentang
penulis, tempat penulisan, dan tahun terbit, serta orisinilitas penulis ataupun editor
terhadap hasil penelitian. Kritik intern yaitu menganalisis isi sumber data sejarah
tertulis untuk mendapatkan data yang kredibel, dilakukan dengan mengidentifikasi
gaya bahasa, ejaan, tata bahasa, lingkungan dan pola pikir yang berkembang pada
masa penulisan dilakukan. Data-data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian
diseleksi atau dibandingkan satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh fakta
sejarah yang benar-benar relevan. Langkah selanjutnya adalah
menginterpretasikan data yang telah terkumpul, yaitu merangkaikan fakta-fakta
tersebut untuk mengetahui hubungan sebab–akibat antar peristiwa satu dengan
peristiwa lainnya dengan cara membandingkan, mengaitkan atau menghubungkan
antara data yang satu dengan data yang lain sehingga dapat diketahui hubungan
sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau yang menjadi obyek penelitian.
Fakta – fakta yang sudah didapat, dihubungkan/disusun menjadi sebuah karya
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langah penelitian yang harus
dilakukan seorang peneliti sebagai proses dalam penulisan skripsi yang
menggunakan metode sejarah. Dalam metode penelitian sejarah prosedur
penelitian yang penulis lakukan, yaitu: (1) Heuristik atau pencarian jejak-jejak
sejarah, (2) Kritik, atau kegiatan mengidentifikasi sumber-sumber sejarah, (3)
Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber-sumber yang relevan, dan (4)
Historiografi atau penyampaian hasil rekontruksi sejarah dalam bentuk penulisan
sejarah.
Berdasar prosedur diatas dapat digambarkan skema metode historis adalah
sebagai berikut:
Heuristik Kritik Interpretasi Historiografi
Jejak-jejak Sejarah Fakta Sejarah
Keterangan:
1. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani yang artinya memperoleh. Dalam
pengertiannya yang lain adalah suatu teknik yang membantu kita untuk mencari
jejak-jejak sejarah. Menurut G. J Rener (1997:37) heuristik adalah suatu teknik,
suatu seni dan bukan suatu ilmu. Heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan
umum, dan sedikit mengetahui tentang bagian-bagian yang pendek.
Pada tahap ini, penulis berusaha mengumpulkan sumber atau data-data
yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji. Kegiatan pengumpulan data,
dicari data yang relevan dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu berusaha
Pada tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang ada hubungannya dengan
masalah Peranan Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun 1942-1945.
2. Kritik
Setelah sumber terkumpul, tahap berikutnya yaitu langkah verifikasi atau
kritik guna memperoleh keabsahan sumber. Kritik sumber adalah salah satu
kegiatan dalam metode sejarah, yang dilakukan untuk memilih, menyeleksi,
mengidentifikasi serta menilai sumber atau data yang akan digunakan dalam
penulisan sejarah kritis. Dalam penelitian ini, kritik sumber dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
a. Kritik Ekstern
Kritik ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber (otensitas) yang
berkenaan dengan segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan, seperti: bahan
(kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan
segi penampilan yang lain. Helius sjamsudin (1996 : 105) mengemukakan
kritik ekstern adalah “suatu penileian atas asal usul dari sumber, suatu
pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan
semua informasi yang mugkin dan untuk mengetahui apakah pada suatu
waktu sejak mulanya sumber itu telah diubah oleh orang tertentu atau tidak”.
Uji otensitas dilakukan dengan dengan melihat jenis kertas, bentuk tulisan,
bahasa yang digunakan, tahun pembuatan, siapa yang membuat, serta dimana
arsip, buku atau majalah dibuat. Kritik ekstern dilakukan dengan melihat siapa
yang menulis sumber, seperti digunakan buku karya Aiko Kurasawa, seorang
penulis yang merupakan dosen School of Internasional Development (pasca
sarjana) di Universitas Nagoya, Jepang yang menulis buku dengan judul
Mobilisasi dan Kontrol Sosial Pedesaan Jawa 1942-1945 diterbitkan di Jakarta
oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia dan dialih bahasakan oleh
Hermawan Sulistiyo. Kritik ekstern terhadap Surat kabar “Sinar Matahari dan
Asia Raya” serta majalah “Kan Po” dan “Djawa Baroe” dilakukan dengan
melihat bentuk tulisan, bahasa yang digunakan serta tahun pembuatan, siapa
b. Kritik Intern
Kritik intern yaitu suatu kritik yang diberikan terhadap aspek-aspek dalam
atau isi sumber sejarah. Kritik intern dilakukan untuk mendapatkan data yang
dapat dipercaya kebenarannya atau kredibel. Kritik internal sebagaimana
dikemukakan Helius Sjamsuddin (1996: 111) menekankan aspek ”dalam”
yaitu isi dari sumber dan kesaksian (testimony). Sejarawan akan mengadakan
evaluasi terhadap kesaksian setelah fakta kesaksian (fact of testimony)
ditegakan melalui kritik internal. Kritik intern dalam penelitian dilakukan
dengan cara mengientifikasi gaya, tata bahasa dan ide yang digunakan penulis
sumber data, kecenderungan politik dan pendidikan penulis sumber data,
situasi disaat penulisan dan tujuan dalam mengemukakan peristiwa yang
berkaitan dengan tema peran kumiai di Jawa tahun 1942-1945, kemudian
membandingkan isi sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah yang
lain, antara karangan yang satu dengan yang lain, serta antara buku yang satu
dengan yang lain. Kebenaran isi dari sumber tersebut dapat dilihat dari isi
pernyataan dan berita yang ditulis dari sumber yang satu dengan sumber yang
lain.
3. Interpretasi
Intepretasi merupakan kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh
dari data yang telah diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya dilakukan
analisis data. Interpretasai harus didasarkan pada obyektifitas yang besar dan
menekan subyektifitas semaksimal mungkin.
Dalam penelitian ini, interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan
atau mengaitkan sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah lain, sehingga
dapat diketahui hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau yang
menjadi obyek penelitian. Sumber tersebut kemudian ditafsirkan, diberi makna
dan ditemukan arti yang sebenarnya sehingga dapat dipahami makna tersebut
sesuai dengan pemikiran yang logis berdasarkan obyek penelitian yang dikaji,
yaitu Peranan Kumiai Pada Masa Penjajahan Jepang Di Jawa Tahun 1942-1945.
Dengan demikian dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan