• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI JAWA TAHUN 1942 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI JAWA TAHUN 1942 1945"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI JAWA TAHUN 1942-1945

Skripsi Oleh: WAHYUDI NIM K4404054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI JAWA TAHUN 1942-1945

Oleh: WAHYUDI NIM K4404054

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sri Wahyuning S. M.Pd. Isawati S.Pd.

(4)

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Djono, M.Pd (...)

Sekretaris : Drs. Tri Yuniyanto M.Hum (...)

Penguji I : Dra. Sri Wahyuning S. M.Pd. (...)

Penguji II : Isawati. S.Pd. (...)

Disahkan oleh,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd

(5)

ABSTRAK

Wahyudi. K4404054. PERAN KUMIAI PADA MASA PENJAJAHAN

JEPANG DI JAWA TAHUN 1942-1945. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang pembentukan Kumiai di Jawa, (2) Dapat mengetahui bagaimana proses pembentukan kumiai di Jawa, (3) Peranan Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa, (4) Dampak dari adanya Kumiai bagi para petani di Jawa.

Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah sumber primer. Sumber primer yang digunakan antara lain surat kabar terbitan tahun 1944 seperti Asia Raya dan Djawa Baroe dan majalah berita pemerintah Kanpo dari tahun 1942-1945. Sumber sekunder yang digunakan berupa buku, surat kabar, majalah dan artikel internet yang berkaitan dengan judul skripsi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Analisis yang digunakan analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasi fakta sejarah melalui pendekatan kerangka pemikiran yang mencakup beberapa teori.

(6)

ABSTRACT

Wahyudi. K4404054. THE ROLE OF KUMIAI DURING JAPANESE

COLONIALISM TIME IN JAVA DURING 1942-1945 PERIOD. Thesis.

Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University. August 2010.

The objective of research is to find out: (1) the background of Kumiai establishment in Java, (2) how to process of kumiai establishment in Java, (3) the role of kumiai during Japanese colonial time in Java, and (4) the effect of kumiai presence on the farmers in Java.

This research employed a historical method. The data source employed was primary one. The primary source employed was newspapers published in 1944 like Asia Raya and Djawa Baroe and the government news magazine Kanpo from 1942-1945. The secondary sources employed were books, newspaper, magazine and internet article relevant to the thesis title. Technique of collecting data used was historical analysis, the one emphasizing on the acuity of historical fact interpretation using framework approach encompassing several theories.

(7)

MOTTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(Q.S. Alam Naysrah : 6)

“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah suatu kaum, kecuali kaum itu

sendiri yang merubah nasibnya”

(8)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan kepada:

Ibu dan Bapak

Kakakku

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaIkum Wr. Wb

Untaian puji syukur senantiasa penulis panjatkan teruntuk Illahi Robbi

yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah limpah kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang setia hingga akhir

zaman.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya

kesulitan-kesulitan yang ada dapat teratasi. Untuk itu, atas segala bentuk

bantuannya, disampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah berkenan

mengizinkan penulis untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah berkenan

pula mengizinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberi petunjuk dan

pengetahuan kepada penulis.

4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik (PA) yang

telah memberikan bimbingan, dorongan serta motivasi kepada penulis.

5. Dra. Sri Wahyuning S, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan dan saran kepada penulis.

6. Isawati S.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

(10)

7. Segenap dosen dan staf pengajar Program Pendidikan Sejarah FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu

yang sangat berharga bagi penulis.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada

penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah.

Penulis menyadari bahwa “tiada gading yang tak retak”, begitu juga

dalam penulisan skripsi ini. Dari ketidaksempurnaan ini kiranya dapat diambil

hikmah dan pelajaran yang berharga, sehingga tidak terulang kesalahan untuk

kedua kalinya. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Agustus 2010

(11)
(12)

C. Sumber Data...

1. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Awal

Penjajahan Jepang...

2. Kebutuhan Sumber Daya untuk mendukung Jepang...

B. Pembentukan Kumiai...

1. Dasar Pendirian Kumiai ...

2. Struktur dan Kepengurusan Kumiai ...

C. Peran Kumiai pada masa Penjajahan Jepang di Jawa...

1. Peran Kumiai dalan Pengumpulan Padi...

2. Peran Kumiai dalam Distribusi Padi...

D.Dampak Kebijakan Kumiai bagi Petani di Jawa...

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 20

Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian... 29

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta pendaratan Jepang di Jawa... 78

Lampiran 2.Undang-undang pemerintah Jepang No 23 ... 79

Lampiran 3. Peraturan Pendirian Nogyo Kumiai ... 81

Lampiran 4. Maklumat Gunseikan mengenai Kyoodoo Kumiai... 83

Lampiran 5. Surat Pendirian Noosanbutu Kumiai... 87

Lampiran 6. Peraturan Pendirian Seimagyo Kumiai ... 89

Lampiran 7. Pernyataan Jepang Mengenai Ekonomi Jawa Baru ... 91

Lampiran 8. Hasil Sidang Komite Perekonomian Jawa Baru ... 99

Lampiran 9. Jurnal Sejarah... 114

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara-negara di dunia yang mengalami masa penjajahan, merasakan

keadaan yang hampir sama. Keadaan tersebut antara lain, hak berpolitik dibatasi,

adanya tekanan ekonomi, bahkan negara penjajah dapat memaksakan

kebudayaannya kepada bangsa yang dijajah. Indonesia telah mengalami beberapa

kali masa penjajahan, yaitu Inggris, Belanda, dan Jepang. Negara-negara penjajah

dalam melaksanakan kekuasaan di Indonesia menerapkan kebijakan ekonomi dan

politik yang berbeda-beda. Kebijakan pemerintah terhadap negara yang dikuasai

banyak menimbulkan penderitaan dan ketidakpuasan sehingga membangkitkan

semangat rakyat jajahan untuk melawan kaum penjajah. Semua bentuk

perlawanan tersebut dilakukan dengan harapan rakyat dapat lepas dari penjajahan

dan memperoleh kemerdekaan dengan pemerintahan sendiri tanpa campur tangan

negara lain.

Negara yang pernah menjajah Indonesia antara lain Belanda, Inggris, dan

Jepang. Dalam melaksanakan kekuasaannya di Indonesia negara-negara tersebut

menerapkan kebijakan politik dan ekonomi yang berbeda-beda. Alasan

diberlakukannya kebijakan-kebijakan tersebut adalah untuk mengatur jalannya

kehidupan politik dan ekonomi rakyat Indonesia. Cultuurstelsel yang diterapkan

oleh Belanda pada tahun 1830-1870 pada masa pemerintahan Van Den Bosch dan

sistem sewa tanah atau landrente tahun 1813 pada masa Raffles yang diterapkan

Inggris merupakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kolonial untuk

mengatur jalannya perekonomian di Indonesia. Namun, kenyataannya kebijakan

tersebut hanya membawa keuntungan bagi para penjajah tetapi menimbulkan

kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.

Pada saat Jepang berkuasa di Indonesia, Jepang melihat potensi yang besar

dimiliki oleh bangsa Indonesia, khususnya dari segi ekonomi dan tenaga kerja.

Indonesia memiliki nilai ekonomi yang strategis bagi Jepang dalam menghadapi

(16)

berupa minyak, bauksit, karet, timah dan bahan-bahan strategis lainya adalah

penting di mata Jepang. Jepang membutuhkan kekayaan alam Indonesia dan

sumber daya manusianya yaitu tenaga kerja yang murah untuk menopang

kebutuhan perang Jepang. Strategi penjajahan Jepang mendasarkan pada

kepentingan untuk kemenangan perang Asia Timur Raya. Kebijakan Jepang

terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas yaitu menghapuskan

pengaruh-pengaruh barat dan memobilisasikan rakyat demi kemenangan perang

Jepang. Kebijakan itu dijalankan dengan tiga prinsip yaitu mencari dukungan,

memanfaatkan struktur pemerintahan yang telah ada dan mengusahakan agar

daerah yang diduduki dapat memenuhi kebutuhan sendiri.

Di bawah pemerintahan Jepang, Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah

antara lain Sumatra yang di tempatkan di bawah angkatan darat ke-25, sedangkan

Jawa berada dibawah angkatan darat ke-16, dan Kalimantan yang ditempatkan

berada dibawah kekuasaan angkatan laut. Pada umumnya Jawa dianggap sebagai

daerah yang secara politik paling maju namun secara ekonomi kurang penting,

sumber dayannya yang utama adalah manusia. Kebijakan-kebijakan disana

membangkitkan rasa kesadaran nasional yang jauh lebih mantap daripada dikedua

wilayah lainnya, dan dengan demikian semakin memperbesar tingkat kecanggihan

politik antara Jawa dan wilayah-wilayah lainnya.

Sampai bulan Agustus 1942 Jawa tetap berada dibawah struktur-struktur

pemerintahan sementara, tetapi kemudian dibentuk suatu pemerintahan militer

yang diketuai oleh seorang gubernur militer (Gunseikan). Untuk membantu orang

Jepang mengatur negeri ini pihak Jepang di Jawa juga mencari

pemimpin-pemimpin politik guna memobilisasikan rakyat. Pihak Jepang mulai menyadari

bahwa apabila ia ingin memobilisasi rakyat di Jawa maka mereka harus

memanfaatkan tokoh-tokoh terkemuka gerakan nasionalis sebelum perang.

Pertama-tama mereka menghapuskan seluruh organisasi politik dari jaman

sebelum Jepang. Pada bulan Maret 1942 semua kegiatan politik dilarang dan

semua perkumpulan yang ada secara resmi dibubarkan dan pihak Jepang mulai

(17)

Pemerintah militer Jepang menggunakan berbagai macam cara untuk

mendekati dan mempengaruhi rakyat Indonesia. Salah satu contoh ialah dengan

Sedenbu. Sedenbu merupakan alat propaganda Jepang yang berfungsi mendekati

dan mempengaruhi masyarakat lapisan bawah, tokoh politik maupun penguasa

lokal. Media utama yang paling sering digunakan adalah dengan film, seni

panggung, wayang dan musik. Upaya Jepang dengan mendekati dan

mempengaruhi tokoh-tokoh politik Indonesia dilakukan dengan membebaskan

pemimpin Indonesia yang ditawan oleh Belanda seperti Sjarir dan Moh. Hatta,

serta Sukarno dan menawarkan kerja sama dengan para tokoh pergerakan nasional

Indonesia melalui organisasi massa bentukan Jepang. Dalam bidang niliter dan

Keamanan Jepang mendirikan organiasi-organisasi semi militer, sebut saja

Seinendan (Korps Pemuda) dan Keibodan (Korps Kewaspadaan) yang merupakan

organisasi semi militer yang berisi para pemuda berusia 25 sampai 35 tahun yang

diberi tugas sebagai organisasi polisi, kebakaran dan serangan udara pembantu.

Selain organisasi militer organisasi politik juga muncul di jawa misalnya

organisasi Putera (Pusat tenaga Rakyat) dan Jawa Hokokai yang ketuanya

diambil dari para pemimpin nasionalis Indonesia.

Dalam bidang ekonomi Jepang menerapkan kebijakan mengatur dan

mengontrol seluruh kehidupan ekonomi di Indonesia. Hal itu disebabkan karena

pada saat Jepang berhasil merebut Indonesia, pemerintah Hindia Belanda sudah

memperhitungkan bahwa invasi yang dilakukan oleh Jepang ke Indonesia sudah

tidak dapat dibendung lagi oleh Belanda, maka dimulailah dilaksanakan aksi bumi

hangus. Obyek vital yang sebagian besar terdiri dari aparat produksi dihancurkan,

sehingga pada awal penjajahan Jepang hampir seluruh kehidupan ekonomi

lumpuh total dan berubah dari keadaan ekonomi normal menjadi ekonomi perang.

Pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan beberapa peraturan yang bersifat

kontrol terhadap kegiatan ekonomi, misalnya peraturan pengendalian harga dan

hukuman yang berat terhadap pelanggar peraturan. Harta milik bekas musuh atau

harta yang dibiayai dengan modal musuh disita dan menjadi milik pemerintah

Jepang, seperti perkebunan-perkebunan, bank-bank, pabrik-pabrik, perusahaan

(18)

Setelah Jepang menduduki Jawa kebijakan ekonomi mulai dibuat. Jawa

merupakan salah satu pulau Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan sumber

tenaga kerja yang yang luar biasa. Kebijakan ekonomi yang dijalankan tentara

Jepang yang secara ketat memperlakukan keharusan memenuhi kebutuhan pangan

sendiri oleh setiap karesidenan membuat penderitaan yang sangat parah.

Kebijakan itu sebagian besar didorong oleh kurangnya sarana pengangkutan baik

di dalam maupun ke luar Jawa, tetapi hal itu dimaksudkan juga untuk

memungkinkan perlawanan setempat yang mampu membiayai diri sendiri kalau

nanti menghadapi serangan sekutu di daerah masing-masing. Penetapan sistem

penyerahan paksa padi yang ditetapkan pada tahun 1943 menyebabkan petani

terpaksa menjual padinya dengan harga murah ke instansi-istansi pemerintah.

Kebijakan pemerintahan pendudukan Jepang itu dalam banyak hal mempengaruhi

kehidupan penduduk pribumi. Daerah atau pedesaan di Indonesia khususnya Jawa

oleh Jepang dianggap mempunyai potensi ekonomi yang luar biasa karena

memiliki tanah yang subur dan penduduk yang banyak. Sasaran utama eksploitasi

Jepang di Jawa adalah hasil pertanian dan tenaga kerja. Pemerintah Jepang tidak

dapat mencapai tujuan tanpa kerja sama dengan para penduduk pribumi. Untuk

mencapai tujuan itu mengharuskan pemerintah militer mengadakan kontak dan

campur tangan secara mendalam dengan orang pribumi.

Untuk memperlancar kebijakan tersebut maka Jepang mulai melakukan

reorganisasi terhadap lembaga ekonomi yang ada yaitu koperasi. Para pemikir

seperti Moh. Hatta dan para ekonom lain sudah menganjurkan pembentukannya

sejak pemerintah kolonial menguasai Indonesia sebagai sarana untuk memperkuat

kedudukan ekonomi bagi kaum pribumi. Koperasi pada zaman Belanda tidak

berkembang dengan baik, karena Belanda sendiri takut koperasi yang pada

awalnya hanya bergerak dalam bidang ekonomi kemudian akan bisa dimanfaatkan

untuk menjadi organisasi yang bergerak dibidang politik yang akan merugikan

pemerintah kolonial.

Membahas mengenai koperasi tidak terlepas dari pengertiannya itu sendiri,

koperasi berasal dari kata Co dan Operation yang berarti bersama-sama bekerja,

(19)

alat untuk mengatasi kepincangan-kepincangan dan kelemahan dari perekonomian

kapitalis. Koperasi muncul pertama kali di Inggris tahun 1884 yang berusaha

mengatasi masalah keperluan konsumsi bagi para anggotanya dengan cara

kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsip keadilan. Setelah itu koperasi

muncul dan berkembang ke berbagai negara di Eropa dan juga di Asia termasuk

Indonesia.

Masyarakat Indonesia baru mulai mengenal bentuk koperasi pada awal

abad ke XIX. Pada masa penjajahan Belanda, tahun 1896 seorang pamong praja

patih R. Aria Wirya Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah bank untuk para

pegawai negeri (priyayi). Ia terdorong keinginan untuk menolong para pegawai

negeri yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan

pinjaman dengan bunga yang tinggi. Ia ingin mendirikan koperasi kredit model

Raiffeisen di Jerman, dan untuk itu ia dibantu oleh seorang Asisten Residen

Belanda. Asisten tersebut yang menganjurkan untuk mengubah Bank Pertolongan

Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian

seperti yang ada di Jerman. Selain pegawai negeri juga para petani juga perlu

dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon (pelepas

uang). Gagasan tersebut ternyata tidak sesuai dengan politik penjajahan

pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu. Badan-badan ekonomi rakyat seperti

Bank dan Tabungan dan lumbung desa yang mulai tumbuh tidak dijadikan

koperasi. Sebagai gantinya maka, Belanda mengeluarkan undang-undang

Ordonansi Perkumpulan Koperasi Bumi Putera untuk mengatur perkoperasian di

Indonesia tahun 1927 dan 1933 karena Belanda takut koperasi yang pada awalnya

bergerak dalam bidang ekonomi akan menjelma menjadi kekuatan politik yang

besar.

Pada zaman pendudukan tentara Jepang bukanlah penyempurnaan usaha

koperasi yang dialami akan tetapi sebaliknya apa yang telah ada bahkan

dihancurkan sama sekali oleh Jepang yang fasistis. Kantor pusat Jawatan Koperasi

dan Perdagangan oleh pemerintah balatentara Jepang diganti namanya menjadi

Syomin Kumiai Cou Jomusyo, sedang Kantor daerah menjadi Syomin Kumiai

(20)

Jumbi Inkai, panitia susuna perekonomian baru di Jawa. Hasil perekonomian baru

yang dikemukakan dengan kata-kata yang muluk-muluk kepada rakyat ialah tidak

lain dari kesengsaraan semata-mata.

Koperasi-koperasi yang telah berdiri pada zaman Hindia Belanda diambil

alih pengaturannya oleh Jepang. Badan koperasi yang demokratis dirubah menjadi

alat-alat distribusi dan pengumpul untuk kepentingan tentara Jepang. Jepang

melakukan reorganisasi terhadap koperasi yang ada untuk membentuk yang baru

sehingga koperasi sebelum perang mengalami kemunduran bahkan ada yang

terpaksa dibubarkan. Akhirnya dibentuk lembaga ekonomi yang bernama Kumiai,

lembaga ini adalah koperasi model Jepang yang bertindak sebagai unit dasar

untuk memanipulasi seluruh struktur perekonomian yang dikendalikan pada masa

perang.

Kumiai sebagai sebuah organisasi yang dibentuk atas peraturan pemerintah

dan melibatkan seluruh desa, dalam banyak hal tidak dapat dianggap sebagai

koperasi. Dalam penerapannya Jepang memerintahkan setiap wiraswasta untuk

menyelengarakan Kumiai sehingga seluruh wiraswasta besar dan kecil bisa

dikontrol lewat ini. Dengan demikian, koperasi Kumiai diselenggarakan hampir

disetiap bidang perpabrikan, pertanian dan perdagangan di Jawa.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan diatas kedalam skripsi yang berjudul “Peran Kumiai Pada Masa

Penjajahan Jepang Di Jawa Tahun 1942-1945”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang pembentukan Kumiai?

2. Bagaimana proses pembentukan Kumiai?

3. Bagaimana peran Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun

1942-1945?

4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan Kumiai bagi para

(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang

tersurat dari perumusan masalah diatas yaitu antara lain:

a. Untuk mengetahui latar belakang pembentukan Kumiai.

b. Untuk mengetahui proses pembentukan Kumiai.

c. Untuk mengetahui peran Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa

tahun 1942-1945.

d. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan Kumiai bagi para

petani di Jawa.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian harus dapat diketahui kegunaan dari setiap kegiatan

ilmiah. Adapun kegunaaan penelitian ini adalah dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a) Menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya tentang peran Kumiai

pada masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945.

b) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya tentang

peran kumiai pada masa penjajahan Jepang di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a) Bagi peneliti sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana kependidikan

program pendidikan sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b) Sebagai bahan referensi bagi pemecahan masalah yang relevan dengan

(22)

c) Sebagai salah satu karya ilmiah yang diharapkan dapat melengkapi koleksi

penelitian ilmiah di perpustakaan, khususnya di lingkungan Universitas

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kolonialisme

a. Pengertian Kolonialisme

Kolonialisme bukan kata asing bagi bangsa Indonesia sebab kolonialisme

identik dengan penjajahan sedangkan bangsa Indonesia adalah bangsa yang

pernah mengalami penjajahan. Menurut Poerwodarminto (1976 : 516) secara

etimologi kata kolonialisme berasal dari kata koloni yang artinya daerah jajahan

tempat menempatkan penduduk atau kelompok orang yang bermukim di daerah

baru yang merupakan daerah asing dan sering jauh dari tanah air, yang tetap

mempertahankan ikatan dengan tanah air atau tanah asal.

Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas

wilayah dan manusia di luar batas negaranya yang sering kali bertujuan, untuk

mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah

tersebut. Kolonialisme juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang

digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem kolonialisme,

terutama kepercayaan bahwa moral dari penjajah lebih hebat daripada yang

dijajah. Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial

menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur

ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk modernisasi dan demokrasi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme).

Menurut C.S.T. Kansil dan Yulianto (1986 :7) kolonialisme adalah

rangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukan bangsa lain di bidang politik,

sosial, ekonomi, dan kebudayaan dengan jalan mendominasi politik eksplotasi

ekonomi dan penetrasi kebudayaan. Sukarno ( 1983:19) berpendapat kolonialisme

juga dapat dipandang sebagai nafsu, suatu sistem yang merajai atau

mengendalikan ekonomi atas negeri lain. Sedangkan Suhartoyo Hardjosatoto

(1985:51) menyatakan kolonialisme adalah rangkaian nafsu menguasai dan seruan

(24)

memperluas negeri itu. Pendapat lain tentang kolonialisme adalah menurut

Roeslan Abdulgani (1987:2) yang menyatakan bahwa kolonialisme adalah

rangkaian adanya upaya bangsa untuk menaklukan bangsa lain dalam segala

lapangan. Dalam hal ini kolonialisme adalah dominasi politik, eksploitasi

ekonomi dan penetrasi kebudayaan yang dijalankan oleh suatu bangsa terhadap

bangsa lain.

Dari pendapat tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kolonialisme

adalah upaya suatu bangsa untuk menaklukan dan menguasai bangsa lain dengan

jalan mendominasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya dalam

rangka memperluas wilayahnya.

b. Tujuan Kolonialisme

Eksploitasi kekuasaan kolonial pada abad XIX merupakan gerakan

kolonialisme yang besar pengaruhnya terhadap perubahan politik, ekonomi, sosial

dan budaya dinegara yang mengalami banyak penjajahan seperti

negara-negara di Asia. Dominasi politik dan eksploitasi ekonomi kolonial telah

mengakibatkan terjadinya proses transformasi struktural politik dan ekonomi

tradisional ke arah struktural politik kolonial dan modern. Adapun tujuan

kolonialisme adalah:

1) Tujuan ekonomi

Eksploitasi ekonomi terutama sumber daya alam yang dipengaruhi

sepenuhnya untuk kepentingan kolonial, demi kelangsungan industrinya.

Daerah kolonial juga dijadikan pasar paksaan bagi barang-barang Eropa

(Ania Lomba, 2000 : 5).

2) Tujuan Politik

Proses membentuk komuitas dalam negara baru yang berarti

membubarkan atau membentuk kembali komunitas-komunitas yang sudah

ada akibat terjadi praktek perdagangan, penjarahan dan negosiasi, perang,

pembunuhan massal dan pemberontakan-pemberontakan. Dengan

demikian kolonialisme merupakan penaklukan dan penguasaan atas tanah

(25)

3) Tujuan sosial

Kolonialisme bukan hanya penguasaan ekonomi dan politik saja tetapi

juga hasrat penguasaan identitas. Pada saat perkembangan kolonialisme

digerakan dalam kerangka kekerasan yang sama sekali tidak

memanusiakan manusia yang kemudian ditajamkan lewat adanya gap

kehidupan sosial ekonomi. Manusia dibagi berdasarkan kasta dan faktor

nilai milik suatu ras tertentu (Muhiddin M. Dahlan, 2001 : 6).

4) Tujuan budaya

Salah satu ciri kolonialisme yaitu diskriminasi ras dan etnis. Perspektif

kolonial superioritas-inferioritas mendasari prinsip diskriminasi. Sistem

kolonial menghendaki diskriminasi rasial sebagai dasar pembentukan

struktur dan pola hubungan sosial dalam masyarakat kolonial yang secara

hirarkis menempatkan golongan bangsa yang memerintah dipuncak teratas

dari struktur masyarakat tanah jajahan (Sartono Kartodirjo dan Djoko

Suryo, 1991 : 6).

Kolonialisme pada dasarnya mendominasi penguasaan pribumi dan

memperalatnya untuk kepentingan pemerintah kolonial tetapi dengan

menggunakan pengusaha pribumi untuk memerintah rakyat. Masyarakat pribumi

dijadikan alat eksploitasi bahan dasar bagi kolonialis dan daerah koloni dijadikan

pemasaran barang-barang industri (Suhartono, 1994: 7). Ada dua macam

kolonialisme, yaitu kolonialisme kuno dan kolonialisme modern. kolonialisme

kuno adalah kolonialisme yang bertujuan untuk mengejar kejayaan (glory),

kekayaan (gold) dan semangat keagamaan (gospel). Sedangkan Pada sistem

kolonialis modern atau kapitalis kekuasaan kolonial bertujuan pada pengambilan

sumber bahan mentah dari tanah jajahan, penyediaan buruh atau tenaga kerja

murah dan sebagai pasar hasil produksi kaum kapitalis. Sistem kolonial ini

ditandai dengan empat ciri pokok yaitu : dominasi, eksploitasi, diskriminasi dan

dependensi (Noer Fauzi 1999: 19).

Dalam kolonialisme terdapat dua faktor yang penting yaitu bangsa

penjajah dan bangsa yang terjajah. Ciri-ciri dari penjajah dipengaruhi oleh faktor

(26)

barang. Penggolongan penjajah dibedakan menjadi empat yaitu: (1). Penjajah

kaya dan royal, artinya kaya akan bahan tambang dan industrinya maju, sehingga

tidak bersifat eksploitatif dan bahkan pendidikan pribumi dimajukan serta

dijadikan partner; (2) Penjajah yang semi kaya, yaitu yang tidak banyak memiliki

bahan tambang, tetapi industrinya maju sehingga memerlukan pasaran hasil

industrinya; (3) Penjajah miskin, yaitu yang industrinya telah maju tetapi tidak

memiliki bahan tambang, sehingga mendatangkan dari daerah jajahan, dengan

pertimbangan ekonomi upah buruh pribumi dibuat murah; (4) Penjajah yang

sangat miskin, biasanya penjajah ini menekan dan menghisap kekayaan penduduk

negeri yang dijajah (Suhartoyo Djoyosatoto, 1980: 25).

Dalam perkembangan kolonialisme di Indonesia, Indonesia telah

mengalami masa penjajahan kolonial, terutama Belanda dan Jepang. Pertama,

pada masa kolonialisme Belanda yaitu Belanda mengeksploitasi seluruh kekayaan

Indonesia dan bahkan melakukan politik rasialis dengan membedakan warna kulit

dan status. Kedua, pada masa penjajahan Jepang, Indonesia diduduki dengan

tujuan dieksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerjanya guna ‘memperkuat’

peranan Jepang di Asia Timur, sehingga janji-janji kemerdekaan Indonesia yang

di dengungkan Jepang pada awal pemerintahan bukan merupakan tujuan dari

Jepang, tetapi merupakan kompensasi bagi rakyat Indonesia dari pemerintah

Jepang.

2. Politik Ekonomi

a. Pengertian Politik Ekonomi

Istilah politik ekonomi atau sering juga digunakan istilah kebijakan

ekonomi adalah usaha untuk mempengaruhi secara sadar kehidupan ekonomi

untuk mencapai kemakmuran yang tidak bisa terlepas dari kebijaksanaan

pemerintah. Politik ekonomi adalah campur tangannya pemerintah dalam

kehidupan ekonomi. Di dalam kehidupan ekonomi terdapat tiga pihak yang

bersama-sama melakukan proses ekonomi yaitu pihak pemerintah, dunia usaha

(27)

pihak pemerintah diberi peranan khusus yaitu peranan untuk mempengaruhi

kehidupan ekonomi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut buku pengantar ilmu ekonomi karangan E.C Winardi (1975:

354) yang dimaksud dengan politik ekonomi adalah:

Usaha untuk mempengaruhi secara sadar, totalitas kehidupan ekonomi; makanya penyatuan dari pada semua rumah-rumah tangga independent. Yang ada dalam lingkungan ekonomi tertentu yakni rumah rumah tangga pemerintah dan swasta, serta rumah-rumah tangga konsumsi hingga mencapai satu kesatuan ekonomis kontinu, guna mencapai kemakmuran.

Miriam Budiarjo (1992:23) dalam bukunya dasar-dasar ilmu politik

mengatakan bahwa politik ekonomi (political economy) adalah pemikiran dan

analisa kebijaksanaan yang hendak digunakan untuk memajukan kekuatan dan

kesejahteraan negara. Politik ekonomi dapat diartikan suatu tindakan pemerintah

untuk mengatur bidang ekonomi. Menurut H.M.A. Van Der Valk yang dikutip

oleh E.C. Winardi (1976:30) mengatakan bahwa ”politik ekonomi adalah

keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mempengaruhi

kehidupan ekonomi secara langsung dengan satu atau lain cara”. Sedangkan

Rochmat Soemitro mendefinisikan politik ekonomi adalah pemakaian teori

ekonomi untuk mempengaruhi keadaan.

Dari beberapa definisi-definisi dari para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa politik ekonomi adalah segala perbuatan dan tindakan yang

dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur kehidupan ekonomi guna mencapai

kesejahteraan ekonomi.

Menurut Herbert Gierch (1868:1) bahwa tujuan politik ekonomi adalah

semua usaha-usaha, perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan dengan maksud

untuk mengatur, mempengaruhi atau langsung menetapkan jalannya

kejadian-kejadian ekonomi di dalam suatu daerah atau wilayah. Menurut J Van

Zwijnderght yang dikutip oleh Suharni (1991:20) mengatakan bahwa tujuan dari

politik ekonomi adalah untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Sedangkan

tugas dari politik ekonomi adalah untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan

(28)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari politik

ekonomi adalah untuk mengatur dan mempengaruhi kejadian-kejadian di bidang

ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Negara-nagara penjajah melaksanakan politik ekonomi atau kebijakan di

bidang ekonomi dalam menjalakan pemerintahan di negara jajahan. Tujuan

diterapkanya politik ekonomi ini untuk mengatur roda perekonomian rakyat

jajahan. Dengan diterapkannya politik ekonomi dari pemerintah penjajah tersebut,

mendapat reaksi yang keras dari rakyat yang dijajah.

3. Organisasi

a. Pengertian Organisasi

Organisasi sudah menyatu dengan kehidupan manusia sejak manusia itu

ada. Hal ini sehubungan dengan adanya kebutuhan manusia yang pemenuhanya

tidak dapat dilakukan seorang diri. Organisasi senantiasa berkembang seiring

dengan berkembangnya kebutuhan manusia.

Moekiyat (1990:46) memberikan beberapa definisi tentang organisasi,

antara lain:

1) Organisasi adalah suatu hubungan struktur antara bermacam-macan faktor

atau fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

2) Organisasi adalah proses dimana anggota organisasi dapat bekerja sama ke

arah pencapaian tujuan kelompok.

3) Organisasi adalah pembagian secara sistematis dari tugas-tugas,

fungsi-fungsi dan tanggung jawab dari para anggota suatu kelompok atau suatu

sistem.

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian (1981:20) pengertian organisasi

adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama

untuk mencapai suatu tujuan bersama dan tertenu yang secara formal adanya suatu

ikatan hierarkhi hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut

(29)

Winardi dalam bukunya Teori Organisasi (2003:15) memberikan

pengertian organisasi, sebagai berikut:

”Sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, diantara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting dan dimana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan”.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi

merupakan sekelompok orang yang berserikat membentuk suatu unit sosial

(pengelompokan) untuk mengadakan kerja sama dan kerja sama itu untuk

mencapai tujuan bersama. Jadi sesuatu dapat dikatakan organisasi jika memenuhi

persyaratan yaitu, adanya tujuan yang akan dicapai secara bersama-sama, adanya

anggota didalammnya dan adanya kerja sama diantara anggota organisasi.

Sedangkan menurut pendapat Schein, terdapat empat ciri organisasi yaitu :

pertama, adanya koordinasi dalam usaha dan upaya. Kedua, pencapaian tujuan

secara bersama-sama melalui koordinasi. Ketiga, pembagian kerja untuk

menciptakan koordinasi. Keempat, adanya suatu hierarki otoritas wewenang

diantara anggota organisasi (Winardi,2003:27).

b. Unsur-Unsur Organisasi

Menurut Moekiyat (1990:48) dalam asas perilaku berorganisasi unsur

unsur organisasi adalah tujuan bersama, pembagian kerja dan hierarki otoritas.

Schein (1980:1) mengatakan unsur organisasi terdiri dari, koordinasi upaya,

tujuan umum bersama, pembagian kerja dan Hierarki otoritas. Unsur-unsur

organisasi tersebut dapat diperinci sebagai berikut:

1) Tujuan bersama

Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan, sebab tujuan ini merupakan

salah satu unsur dari organisasi, selain unsur manusia serta adanya kerja sama.

Tujuan tersebut bukanlah tujuan individu dalam organisasi melainkan tujuan

organisasi sebagai kolektivitas. Menurut Moekiyat (1990:48) tujuan organisasi

adalah untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Amiral Eztoni

(30)

akan datang yang semata akan dikejar oleh organisasi agar dapat tercapai. Pada

saat berdirinya organisasi telah terlebih dahulu menetapkan tujuan, yaitu tujuan

yang ditetapkannya untuk masa mendatang bagi organisasi atau sifatnya lebih

pada untuk mencapai tujuan yang berorientasi jangka panjang tersebut setidaknya

melalui beberapa tahap, hal ini diwujudkan melalui sasaran–sasaran yang lebih

pendek jangka waktunya.

2) Pembagian kerja

Suatu organisasi terdiri dari berbagai macam pekerjaan serta

individu-individu yang mengerjakan pekerjaan tersebut. Diantara pekerjaan itu dalam

pelaksanaannya ada yang saling berkaitan satu sama lain. Pekerjaan yang

semacam atau yang erat kaitannya tersebut di kelompokan untuk selanjutnya

dikerjakan individu-individu dalam organisasi. Inti dari pada setiap organisasi

adalah usaha atau kegiatan manusia. Proses menguraikan pekerjaan menjadi

bagian-bagian kecil yang berguna bagi tujuan organisasi dan dilaksanakan oleh

individu atau kelompok disebut pembagian kerja. Melalui pembagian kerja inilah

organisasi mengerahkan pekerjaan dari banyak orang untuk mencapai tujuan

bersama (Moekiyat,1990:48). Sondang P. Siagian menyebutkan tentang tiga sebab

utama mengapa pentingnya pembagian kerja yaitu: a) pembagian kerja yang harus

dipikul; b) jenis pekerjaan yang bermacam-macam; c) berbagai spesialisasi yang

diperlukan.

Untuk melaksanakan tujuannya organisasi menentukan pekerjaan yang

berkaitan dengan tujuan tersebut. Organisasi menanggung beban kerja yang tidak

ringan dengan pekerjaan yang beraneka ragam tersebut, sehingga dirasa perlu

untuk membagi-bagikan pekerjaan yang ada kepada individu-individu. Dengan

dibagi-bagikannya pekerjaan kepada individu maka mereka akan tertuju pada

suatu pekerjaan tertentu, sehingga kebutuhan organisasi dengan adanya

spesialisasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi.

3) Koordinasi Upaya

Melaksanakan pembagian kerja tanpa melaksanakan koordinasi upaya

akan menumbuhkan peristiwa dimana tiap-tiap pejabat berjalan sendiri-sendiri

(31)

koordinasi yang bertujuan untuk mengatur seluruh komponen yang ada dalam

organisasi tersebut.

Pendapat mengenai pengertian koordinasi dikemukakan oleh James D.

Mooney yang dikutip Sutarto (1985:128) yaitu koordinasi sebagai pengaturan

usaha sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan kesatuan tindakan

dalam mengusahakan tercapainya suatu tujuan bersama. Apabila dalam organisasi

dilakukan suatu koordinasi maka ada beberapa manfaat yaitu adanya rasa

tanggung jawab antara satuan-satuan organisasi dan dapat dihindarkan

kemungkinan timbulnya pertentangan antar satuan organisasi.

4) Hierarki Otoritas

Menurut Moekiyat (1990:48) otoritas adalah hak untuk memerintah orang

lain. Apabila organisasi-organisasi membagi pekerjaan menjadi

komponen-komponen yang kecil maka harus ada yang dilakukan untuk mengkoordinasikan

usaha-usaha yang dihasilkan untuk menjamin agar mereka menyatukan dan

mencapai tujuan organisasi, Sehingga diperlukan susunan hierarki otoritas untuk

mengatur organisasi. Tanpa hierarki otoritas yang jelas koordinasi upaya akan

mengalami kesulitan bahkan kadang-kadang tidak mungkin dilaksanakan.

c. Tipe-Tipe Organisasi.

Ada bermacam macam bentuk organisasi yang ditinjau dari berbagai sudut

pandang, yaitu sudut pandang sosial dan tujuan khusus dari organisasi tersebut.

Berdasarkan kebutuhan sosial, Talcot pearson membedakan 4 bentuk organisasi:

1) Organisasi ekonomi, tujuannya mendapatkan keuntungan dari produk atau

jasa yang dihasilkan.

2) Organisasi politik (political organization), kegiatan dibidang kekuasaan,

pengambilan keputusan, pengaruh mempengaruhi.

3) Organisasi pengabdian masyarakat (integrative organization), bertujuan

untuk mengabdikan diri untuk kepentingan mereka.

4) Organisasi pelestarian (pattern maintenance organization) tujuannya

untuk melestarikan dan memelihara kesenian, pendidikan, kebudayaan dan

(32)

Winardi dalam bukunya teori organisasi (2003:12) membedakan macam

organisasi berdasarkan tujuan atau sasaran khususnya sebagai berikut:

1) Organisasi pelayanan, yang siap membantu orang tanpa menuntut

pembayaran penuh dari masing-masing pihak yang menerima servis yang

bersangkutan.

2) Organisasi ekonomi, yaitu organisasi-organisasi yang menyediakan

barang-barang dan jasa sebagai imbalan untuk pembayaran dalam bentuk

tertentu.

3) Organisasi religius yang memenuhi kebutuhan spiritual dari para

anggotanya.

4) Organisasi perlindungan, organisasi yang memberikan perlindungan

kepada orang-orang dari bahaya.

5) Organisasi pemerintah yaitu organisasi yang memenuhi kebutuhan akan

keteraturan dan kontinuitas.

6) Organisasi sosial, organisasi yang memenuhi kebutuhan sosial orang untuk

mencapai kontak dengan orang lain.

4. Perubahan Sosial

a. Pengertian perubahan sosial

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

Perubahan yang dialami manusia berkaitan dengan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan

tingkah laku. Menutut Nursyid Suriatmadja (1986:79) perubahan sosial adalah

perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang meliputi berbagai aspek

kehidupan, sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat dan yang

didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan dalam

mencari kestabilan.

Soerjono Soekanto (1982:22) berpendapat bahwa perubahan sosial adalah

perubahan dalam lembaga-lembaga sosial yang mempengaruhi sistem sosial

termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilaku diantara

(33)

direncanakan serta ada yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki.

Sedangkan menurut Daldjoeni (1979: 21) mengatakan bahwa perubahan sosial

sebagai bagian dari proses sosial mencakup perubahan dalam struktur fungsi, dan

budaya kelompok manusia atau lembaga kemasyarakatan.

Dalam konteks sosial ekonomi perubahan memiliki pengertian suatu

proses pergerakan atau perkembangan masyarakat dalam aspek sosial ekonomi

dari suatu kondisi tertentu menuju kondisi yang lain berupa kemajuan atau

penurunan yang disebabkan oleh peristiwa tertentu.

b. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial

Terjadinya suatu perubahan sosial dalam masyarakat tidak terlepas dari

sebab-sebab-sebab yang membawa perubahan tersebut. Perubahan yang terjadi

disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor yang berasal dari dalam, dengan adanya

pengenalan dan unsur-unsur gagasan baru. dan faktor yang berasal dari luar.

Penyebab perubahan itu dapat berupa ilmu pengetahuan atau mental manusia,

kemajuan teknologi, komunikasi dan trnsportasi, urbanisasi, perkembangan,

harapan dan tuntutan manusia dan masyarakat.(Astrid S, Susanto,1983:33).

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi

perubahan sosial adalah : (1) Kontak atau hubungan dengan kebudayaan bangsa

lain; (2) Sistem pendidikan yang maju; (3) Penduduk yang heterogen; (4) Sikap

yang menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju; (5) Sistem

stratifikasi yang terbuka; (6) Orientasi berfikir ke masa depan. Di samping itu ada

faktor penghambat perubahan seperti : (1) kurangnya ilmu pengetahuan

masyarakat; (2) perekembangan ilmu pengetahuan yang lambat; (3) sikap

masyarakat yang sangat tradisional; (4) adanya kepentingan kepentingan yang

telah tetanam dengan kuat; (5) prasangka terhadap hal-hal yang baru.

Samoel Koenig yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1982:66)

mengatakan bahwa faktor-faktor perubahan sosial meliputi faktor intern dan

ekstern. Faktor intern meliputi: (1) bertambah dan berkurangnya penduduk; (2)

adanya pemberontakan-pembarontakan; (3) konflik dalam masyarakat; (4) adanya

(34)

yang berasal dari lingkungan fisik yng ada disekitar manusia; (2) Peperangan; (3)

Adanya pengaruh dari kebudayaan lain.

Pada waktu Jawa di jajah oleh Jepang, diterapkan sistem yang menekan

kehidupan sosial masyarakat Jawa, Jepang mulai membangun infra struktur yang

rusak setelah ditinggalkan Belanda. Salah satunya dengan membangun organisasi

ekonomi baru yang disebut Kumiai yang pada prakteknya sangat merugikan dan

menyengsarakan para petani yang ada di desa-desa sehingga menimbulkan reaksi

dari para petani yaitu dengan pemberontakan-pemberontakan diberbagai daerah,

karena tidak puas terhadap kebijakan yang diterapkan oleh Jepang.

B. Kerangka Pemikiran

Organisasi Ekonomi Politik Ekonomi Politik Pemerintah

Kolonial Jepang Di Jawa

Keadaan Sosial Ekonomi Di

Jawa

Dampak

Kumiai

(35)

Dari skema tersebut dapat diuraikan tentang kerangka berfikir dari

penelitian sebagai berikut :

Jepang menguasai Indonesia tanggal 8 maret 1942, dan melakukan politik

kolonialismenya setelah mengalahkan pemerintah Hindia Belanda dalam

peperangan. Tujuan kolonialismenya di Indonesia adalah untuk mendapatkan

bahan pangan bagi kebutuhan perang tentara Jepang. Khususnya

diwilayah-wilayah besar seperti Jawa.

Pada awal pendudukan di Jawa, pemerintah militer Jepang segera

melakukan tindakan yang tercakup dalam kebijakan yang harus dilaksanakan di

wilayah pendudukan dengan harapan agar usaha untuk menguasai Indonesia dapat

tercapai. Kebijakan tersebut meliputi budaya politik dan ekonomi.

Pemerintah militer Jepang dalam bidang budaya melarang penggunaan

bahasa Belanda dan diganti bahasa Jepang. Rakyat diperbolehkan mempelajari

dan menggunakan bahasa Indonesia. Para seniman juga diperbolehkan

menuangkan hasil karya sastra dalam bentuk karya sastra yang ditujukan untuk

kemenangan Asia Timur Raya.

Pada bidang politik Jepang bekerja sama dengan tokoh-tokoh pergerakan

nasional Indonesia seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara serta

tokoh-tokoh lain. Tujuan diadakan kerja sama untuk menggerakkan massa guna

membantu Jepang ke arah kemenangan Asia Timur Raya. Kerja sama tersebut

bagi bangsa Indonesia sebagai taktik untuk meraih simpati dari pemerintah militer

Jepang sehingga dapat terlibat kegiatan politik.

Keadaan sosial ekonomi masyarakat Indonesia pada masa pemerintah

Jepang berbeda dengan keadaan sosial ekonomi pada masa Belanda, karena ketika

Jepang datang semua perusahaan vital telah dihancurkan oleh Jepang sehingga

terjadi kemiskinan serta keadaan ekonomi yang lumpuh total. Melihat kondisi

sosial ekonomi yang ada pada awal penjajahannya yang parah, pemerintah Jepang

menerapkan politik ekonomi guna mengatur roda perekonomian rakyat. Salah satu

kebijakan di bidang ekonomi Jepang membentuk organisasi-organisasi ekonomi

baru yang disebut Kumiai dimana Kumiai dibawah kontrol langsung oleh Jepang.

(36)

perdagangan. Perencanaan dan persiapan Kumiai dilakukan di masing-masing

karesidenan sesuai dengan prakarsa dan kebijakan mereka sendiri. Struktur dan

fungsi Kumiai diatur di masing-masing karesidenan.

Dampak Kumiai mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Dampak sosial Kumiai adalah adanya pemberontakan-pemberontakan sporadis di

berbagai wilayah di Jawa karena ketidakpuasan terhadap sistem Kumiai.

Sedangkan dampak ekonomi dari Kumiai adalah pedagang pedagang yang tidak

tergabung dengan Kumiai maka tidak akan mendapat pasokan. Begitu pula

penentuan harga panen dari rakyat, mereka hanya menjual dengan harga rendah

kepada pemerintah, apalagi dengan adanya Kumiai penjualan hasil panen pada

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka, yaitu melakukan

pengumpulan data tertulis dengan membaca buku-buku literatur, majalah dan

bentuk pustaka lainnya. Data-data tertulis yang berhasil penulis kumpulkan dari

perpustakaan atau tempat-tempat lain, di mana data tersebut dapat diketemukan.

Adapun perpustakaan atau tempat-tempat yang penulis gunakan untuk mencari /

mengumpulkan data-data antara lain:

a.Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b.Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

c.Perpustakaan Program Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

d.Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.

e.Perpustakaan Taman Siswa Yogyakarta.

f. Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

g.Perpustakaan Ignatius Kolese Yogyakarta.

h.Perpustakaan Rekso Pustoko Surakarta.

i. Internet.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak

pengajuan judul skripsi yaitu bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan September

2010.

(38)

Menurut Koentjaraningrat (1977:16) kata metode berasal dari bahasa

Yunani, yaitu dari kata methodos yang berarti jalan atau cara. Sehubungan dengan

upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah-masalah kerja untuk memahami

obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Helius Sjamsuddin

(1996:2) metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses atau teknik yang

sistematis dalam penelitian suatu ilmu tertentu untuk mendapatkan suatu bahan

yang diteliti. Husnaini Usman (1996 :42) menyebutkan bahwa metode adalah

suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah

sistematis.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian sejarah (historis).

Menurut Louis Gottschlak (1985: 32) metode historis adalah suatu cara yang

meliputi kegiatan untuk mengumpulkan, menguji serta menganalisa data yang

diperoleh dari peninggalan masa lalu untuk menemukan generalisasi yang berguna

dalam usaha untuk memahami kenyataan-kenyataan sejarah serta untuk

memahami situasi sekarang dan meramalkan masa yang akan datang.

Sartono Kartodirjo (1992: 37) berpendapat bahwa metode penelitian

sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah

masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau

tersebut. Penelitian sejarah harus membuat rekonstruksi suatu kegiatan yang

disaksikan sendiri, karena secara mutlak tidak mungkin mengalami lagi fakta yang

diselidikinya. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1985: 67) mengatakan bahwa

metode sejarah adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data

peninggalan masa lampau untuk memahami masa sekarang dalam hubungannya

dengan masa lampau. Mohammad Nazir mengatakan bahwa:

Metode penelitian sejarah merupakan suatu usaha untuk memberikan interaksi dari bagian trend yang naik turun dari suatu status generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah, membandingkan dengan keadaan sekarang dan dapat meramalkan keadaan yang akan datang. (Mohammad Nazir, 1985: 33)

Berdasar pandangan-pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian historis adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan sumber-sumber

(39)

lampau sehingga menghasilkan suatu cerita sejarah. Dalam penelitian ini

diusahakan pembuatan rekonstruksi peristiwa sejarah tentang peran Kumiai pada

masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945. Pertimbangan yang mendasar

digunakannya metode historis dikarenakan metode ini lebih sesuai dengan data

yang dikumpulkan, diuji dan dianalisis secara kritis terhadap semua

sumber-sumber sejarah yang terkait.

C. Sumber Data

“Sumber sejarah seringkali disebut sebagai data sejarah. Perkataan data

berasal dari bahasa latin yaitu datum yang berarti pemberitaan” (Kuntowijoyo,

1995: 94). “Sumber data sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak

langsung memberitahukan kepada masyarakat tentang sesuatu kenyataan atau

kegiatan manusia pada masa lalu” (Helius Sjamsuddin, 1996: 73).

Menurut Sidi Gazalba (1981: 88) sumber data sejarah dapat

diklasifikasikan menjadi: (1) sumber tertulis yaitu sumber yang berupa tulisan, (2)

sumber lisan yaitu sumber yang berupa cerita yang berkembang dalam suatu

masyarakat, (3) sumber benda atau visual yaitu semua warisan masa lalu yang

berbentuk dan berupa.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis.

Louis Gosttchalk (1986: 35) mengemukakan bahwa sumber tertulis dibedakan

menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah

kesaksian daripada seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan

panca yang lain, atau alat mekanis seperti dektafon yaitu orang atau alat yang

hadir pada peristwa-peristiwa yang diceritakannya, sedangkan sumber sekunder

merupakan kesaksian dari siapapun yang tidak hadir pada peristiwa yang

dikisahkannya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis

yang ada kaitannya dengan Penjajahan Jepang di Jawa khususnya peranan kumiai

di Jawa, baik sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber primer yang

digunakan antara lain: (1) surat kabar, yaitu:, Sinar Matahari, 13 Desember 1943,

(40)

Juni 1943 - Juli 1945, Djawa Baroe No 5, 1944. Adapun sumber data sejarah

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Mobilisasi dan

Kontrol Sosial Pedesaan Jawa, yang ditulis oleh Aiko Kurasawa; (2) Revolusi

Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa, yang ditulis oleh Ben

Anderson; (3) Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI yang ditulis oleh Marwati

Djoened dan Nugroho Notosusanto; (4) Perkembangan Koperasi Indonesia yang

ditulis oleh Arifinal Chaniago; (5) Bulan Sabit dan Matahari Terbit Hidia Belanda

dan Jepang, yang ditulis oleh Benda Harry J Benda; (6) Pendudukan Jepang di

Indonesia yang ditulis oleh L. De Jong; (7) Pemberontakan Indonesia di Masa

Pendudukan Jepang yang tulis oleh Akira Nagazumi; (8) Artikel-artikel dari

internet, yang didapat melalui e-journal dan e-book..

D. Tehnik Pengumpulan Data

Menurut Moh. Nazir (1988: 211) teknik pengumpulan data adalah

prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Selalu ada hubungan antara metode mengumpulan data dengan masalah penelitian

yang ingin dipecahkan, yaitu memberi arah dan mempengaruhi metode

pengumpulan data

Koentjaraningrat (1983: 3) menyatakan bahwa dalam metode sejarah,

teknik pengumpulan data disebut heuristik. Pengumpulan data heuristik

merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian. Berdasarkan

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam pengumpulan data

digunakan teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka adalah suatu metode

penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data atau fakta sejarah, dengan cara

membaca buku-buku literatur, majalah, dokumen atau arsip, surat kabar atau

brosur. Kartini Kartono (1983:28) mengungkapkan bahwa penelitian dengan

menggunakan studi kepustakaan adalah penelitian dengan mengumpulkan data

dan informasi yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya buku-buku, majalah,

naskah, catatan kisah sejarah dan dokumen.

Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka

teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik studi pustaka, yaitu

(41)

majalah dan bentuk pustaka lainnya. Dalam pengumpulan data ini penulis

melakukan kegiatan mengumpulkan, membaca dan mengkaji berbagai materi atau

data yang sesuai dengan tema penelitian. Adapun langkah-langkah operasional

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperti yang diuraikan oleh Nugroho

Notosusanto (1971: 50-54) sebagai berikut: (1) menentukan pokok judul

penelitian, (2) menyusun daftar sumber sementara, (3) membaca

sumber-sumber sementara dengan melakukan penilaian terhadap sumber-sumber primer dan

sumber sekunder, (4) menyusun kerangka sementara yang berguna sebagai

pedoman bagi pembagian tulisan, (5) meneliti sumber-sumber tulisan, (6)

mencatat data-data hasil penelitian.

Kegiatan studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

mengumpulkan sumber-sumber baik primer maupun sekunder yang berupa

buku-buku literaur, maupun majalah yang berkaitan dengan Peranan Organisasi Kumiai

pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun 1942-1945. Kegiatan pengumpulan

sumber tersebut dilakukan antara lain di berbagai perpustakaan di lingkungan

civitas akademika Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen

Pers Surakarta dan Perpustakaan Universitas Daerah Yogyakarta. Kegiatan studi

pustaka juga dilakukan di Perpustakaan Taman Siswa Yogyakarta dan dari

internet. Kegiatan berikutnya dengan membaca, mencatat, meminjam maupun

mengcopy sumber-sumber tertulis yang dianggap penting dan relevan dengan

tema penelitian sehingga diperoleh data-data yang akan digunakan dalam

penulisan skripsi.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Moh. Nazir (1988: 405) data yang dikumpulkan oleh peneliti

tidak akan berguna jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang

sangat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data tersebut dapat

diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian

Penelitian ini diadakan dengan tujuan pokok menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang mengungkapkan tentang peranan kumiai pada masa penjajahan

(42)

analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis historis. Menurut

Sartono Kartodirdjo (1992:46) analisis historis adalah analisis yang

mengutamakan ketajaman dalam melakukan interpretasi data sejarah. Pengkajian

fakta-fakta sejarah oleh sejarawan tidak terlepas dari unsur-unsur subyektifitas

sehingga diperlukan konsep-konsep dan teori sebagai kriteria menyeleksi dengan

pengklasifikasian.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data sejarah di

dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan data yang kemudian

diklasifikasikan sesuai tema penelitian. Dalam menganalisis sebuah sumber

diperlukan adanya kritik intern dan kritik ekstern untuk menentukan kredibilitas

dan otentisitas sumber yang didapatkan. Langkah ini berguna untuk mengetahui

sumber yang benar-benar diperlukan dan relevan dengan permasalahan yang

diteliti. Kritik ekstern yaitu menganalisis fisik sumber data sejarah yang tertulis.

Berbagai data tersebut digolongkan menjadi sumber primer dan sumber sekunder.

Kedua jenis sumber yang telah digolongkan tersebut diidentifikasikan tentang

penulis, tempat penulisan, dan tahun terbit, serta orisinilitas penulis ataupun editor

terhadap hasil penelitian. Kritik intern yaitu menganalisis isi sumber data sejarah

tertulis untuk mendapatkan data yang kredibel, dilakukan dengan mengidentifikasi

gaya bahasa, ejaan, tata bahasa, lingkungan dan pola pikir yang berkembang pada

masa penulisan dilakukan. Data-data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian

diseleksi atau dibandingkan satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh fakta

sejarah yang benar-benar relevan. Langkah selanjutnya adalah

menginterpretasikan data yang telah terkumpul, yaitu merangkaikan fakta-fakta

tersebut untuk mengetahui hubungan sebab–akibat antar peristiwa satu dengan

peristiwa lainnya dengan cara membandingkan, mengaitkan atau menghubungkan

antara data yang satu dengan data yang lain sehingga dapat diketahui hubungan

sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau yang menjadi obyek penelitian.

Fakta – fakta yang sudah didapat, dihubungkan/disusun menjadi sebuah karya

(43)

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langah penelitian yang harus

dilakukan seorang peneliti sebagai proses dalam penulisan skripsi yang

menggunakan metode sejarah. Dalam metode penelitian sejarah prosedur

penelitian yang penulis lakukan, yaitu: (1) Heuristik atau pencarian jejak-jejak

sejarah, (2) Kritik, atau kegiatan mengidentifikasi sumber-sumber sejarah, (3)

Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber-sumber yang relevan, dan (4)

Historiografi atau penyampaian hasil rekontruksi sejarah dalam bentuk penulisan

sejarah.

Berdasar prosedur diatas dapat digambarkan skema metode historis adalah

sebagai berikut:

Heuristik Kritik Interpretasi Historiografi

Jejak-jejak Sejarah Fakta Sejarah

Keterangan:

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani yang artinya memperoleh. Dalam

pengertiannya yang lain adalah suatu teknik yang membantu kita untuk mencari

jejak-jejak sejarah. Menurut G. J Rener (1997:37) heuristik adalah suatu teknik,

suatu seni dan bukan suatu ilmu. Heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan

umum, dan sedikit mengetahui tentang bagian-bagian yang pendek.

Pada tahap ini, penulis berusaha mengumpulkan sumber atau data-data

yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji. Kegiatan pengumpulan data,

dicari data yang relevan dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu berusaha

(44)

Pada tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang ada hubungannya dengan

masalah Peranan Kumiai pada masa penjajahan Jepang di Jawa tahun 1942-1945.

2. Kritik

Setelah sumber terkumpul, tahap berikutnya yaitu langkah verifikasi atau

kritik guna memperoleh keabsahan sumber. Kritik sumber adalah salah satu

kegiatan dalam metode sejarah, yang dilakukan untuk memilih, menyeleksi,

mengidentifikasi serta menilai sumber atau data yang akan digunakan dalam

penulisan sejarah kritis. Dalam penelitian ini, kritik sumber dilakukan dengan dua

cara, yaitu:

a. Kritik Ekstern

Kritik ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber (otensitas) yang

berkenaan dengan segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan, seperti: bahan

(kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan

segi penampilan yang lain. Helius sjamsudin (1996 : 105) mengemukakan

kritik ekstern adalah “suatu penileian atas asal usul dari sumber, suatu

pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan

semua informasi yang mugkin dan untuk mengetahui apakah pada suatu

waktu sejak mulanya sumber itu telah diubah oleh orang tertentu atau tidak”.

Uji otensitas dilakukan dengan dengan melihat jenis kertas, bentuk tulisan,

bahasa yang digunakan, tahun pembuatan, siapa yang membuat, serta dimana

arsip, buku atau majalah dibuat. Kritik ekstern dilakukan dengan melihat siapa

yang menulis sumber, seperti digunakan buku karya Aiko Kurasawa, seorang

penulis yang merupakan dosen School of Internasional Development (pasca

sarjana) di Universitas Nagoya, Jepang yang menulis buku dengan judul

Mobilisasi dan Kontrol Sosial Pedesaan Jawa 1942-1945 diterbitkan di Jakarta

oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia dan dialih bahasakan oleh

Hermawan Sulistiyo. Kritik ekstern terhadap Surat kabar “Sinar Matahari dan

Asia Raya” serta majalah “Kan Po” dan “Djawa Baroe” dilakukan dengan

melihat bentuk tulisan, bahasa yang digunakan serta tahun pembuatan, siapa

(45)

b. Kritik Intern

Kritik intern yaitu suatu kritik yang diberikan terhadap aspek-aspek dalam

atau isi sumber sejarah. Kritik intern dilakukan untuk mendapatkan data yang

dapat dipercaya kebenarannya atau kredibel. Kritik internal sebagaimana

dikemukakan Helius Sjamsuddin (1996: 111) menekankan aspek ”dalam”

yaitu isi dari sumber dan kesaksian (testimony). Sejarawan akan mengadakan

evaluasi terhadap kesaksian setelah fakta kesaksian (fact of testimony)

ditegakan melalui kritik internal. Kritik intern dalam penelitian dilakukan

dengan cara mengientifikasi gaya, tata bahasa dan ide yang digunakan penulis

sumber data, kecenderungan politik dan pendidikan penulis sumber data,

situasi disaat penulisan dan tujuan dalam mengemukakan peristiwa yang

berkaitan dengan tema peran kumiai di Jawa tahun 1942-1945, kemudian

membandingkan isi sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah yang

lain, antara karangan yang satu dengan yang lain, serta antara buku yang satu

dengan yang lain. Kebenaran isi dari sumber tersebut dapat dilihat dari isi

pernyataan dan berita yang ditulis dari sumber yang satu dengan sumber yang

lain.

3. Interpretasi

Intepretasi merupakan kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh

dari data yang telah diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya dilakukan

analisis data. Interpretasai harus didasarkan pada obyektifitas yang besar dan

menekan subyektifitas semaksimal mungkin.

Dalam penelitian ini, interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan

atau mengaitkan sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah lain, sehingga

dapat diketahui hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau yang

menjadi obyek penelitian. Sumber tersebut kemudian ditafsirkan, diberi makna

dan ditemukan arti yang sebenarnya sehingga dapat dipahami makna tersebut

sesuai dengan pemikiran yang logis berdasarkan obyek penelitian yang dikaji,

yaitu Peranan Kumiai Pada Masa Penjajahan Jepang Di Jawa Tahun 1942-1945.

Dengan demikian dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran........................................................
Gambaran mengenai susunan pengurus dalam sebuah Kumiai diambil

Referensi

Dokumen terkait

kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta tahun 1942-1945 tersebut. Dokumen itu diperoleh dari perpustakaan-perpustakaan yang peneliti. kunjungi diantaranya adalah

Pada masa pendudukan di Indonesia, Jepang berkepentingan untuk merangkul golongan nasionalis sekuler dan intelektual Indonesia dalam membantu usahanya menghadapi perang

Kemudian Jepang bergerak ke Selatan dan menyerang Indonesia pada tanggal 10 Januari 1942 tentaranya sudah sampai di Tarakan, Kalimantan Timur, dan komandan Belanda

Dari hasil penelitian ini didapat bahwa pendidikan yang dibuka di Palembang pada jaman Jepang tidak banyak, dimana sekolah-sekolah di jaman Belanda yang

NU memiliki peran yang dianggap sangat besar terhadap kemerdekaan Indonesia, Sepanjang pada akhir masa pemerintahan Belanda Nahdlatul Ulama yang sebelumnya selalu

Bahkan, setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada umum- nya dan Sulawesi Selatan khususnya, banyak yang mensinyalir bahwa para tuan-tuan toko itu adalah bagian dari

Sistem perbudakan seksual yang mana merupakan salah satu mekanisme pemerintah Jepang dalam menyediakan perempuan- perempuan untuk para tentara Jepang sebagai wadah pemuas nafsu para

Dengan dukungan dari pihak Jepang dan usaha dari tokoh-tokoh silat di Yogyakarta, pencak silat dapat melebarkan sayap sampai ke bidang olahraga, militer, dan membentuk sebuah