PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII
SMP NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh :
Anggi Citra NIM. 4121111001
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Anggi Citra dilahirkan di Medan, pada tanggal 31 Juli 1994. Ayah bernama
Edward Dwi Putra dan Ibu bernama Laumi dan merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk TK Aisyiyah Bustanul Athfal dan lulus
pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Medan Putri dan lulus pada
tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP Pertiwi Medan
dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah
di SMA Negeri 7 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis
diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(TPS) dan Konvensional pada Materi Bangun Datar Segi Empat di Kelas VII SMP Negeri 11 Medan Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran positif kepada penulis dari
awal pemilihan judul penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan pada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, Bapak Prof.
Dr. Mukhtar, M.Pd, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran–saran dalam perbaikan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku pimpinan UNIMED beserta seluruh Wakil Rektor, Bapak
Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Wakil Dekan I, II
dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Jurusan Pendidikan Matematika, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Dr. KMS. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Khairani,
M.M selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 11 Medan, Ibu Sitti Khadijah, S.Pd
selaku Guru Matematika SMP Negeri 11 Medan, Guru/Staf Pegawai SMP Negeri
11 Medan yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis selama
v
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah tercinta
Edward Dwi Putra dan Mamak tercinta Laumi yang terus memberikan motivasi
dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga kepada Abang
tersayang Angga Putra yang setiap hari mengantarkan penulis pergi ke kampus,
dan tak lupa kepada Nenek tersayang Kasih yang juga memberikan doa serta
dukungan.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada
sahabat-sahabatku yang terbaik Auliya Rahma Lola Rajana Harahap (Lolek), Edia
Wiradaratama Putri (Kakak), Desi Apriani Dasopang (Mammaq), Sri Milawarni
Tambunan (Milek), Dwi Ayu Apriani (Bab) dan Armi Mayang Sari Hasibuan
(teman seperjuanganku) yang telah banyak membantu, mendoakan, menemani,
dan mendukung penulis. Tak lupa juga terima kasih kepada seluruh teman-teman
kelas Dik A Matematika 2012 yang telah mengukir cerita indah selama 4 tahun
ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan.
Medan, Juni 2016
Penulis,
Anggi Citra
iii
PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII
SMP NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Anggi Citra (NIM: 4121111001)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Konvensional pada materi bangun datar segi empat kelas VII SMP Negeri 11 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 11 Medan tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 398 yang terbagi menjadi 9 kelas. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak dua kelas. Pengambilan sampel ditentukan oleh pihak sekolah. Dipilih kelas VII-4 dan VII-3, dimana VII-4 sebagai kelas kontrol yang diajar menggunakan model pembelajaran Konvensional dan kelas VII-3 sebagai kelas eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Objek penelitian ini adalah perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu pre-test dan post-test yang telah divalidasi dalam bentuk soal uraian. Pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata pre-test sebesar 8,82 dan rata-rata post-test sebesar 16,76 sedangkan pada kelas kontrol deiperoleh rata-rata pre-post-test 10,45 dan rata-rata post-test 16,55. Selanjutnya diperoleh rata-rata selisih (post-test – pre-test) dari kelas eksperimen sebesar 7,93 dan kelas kontrol sebesar 6,09. Dari hasil analisis selisih data dilakukan uji normalitas dan homogenitas dan terbukti data berdistribusi normal dan homogen. Dari uji hipotesis diperoleh thitung = 2,162.
Selanjutnya dengan meninjau harga ttabel pada dk = 87 dan taraf signifikan
diperoleh t(0,975)(87) = 1,991. Dengan demikian maka H0 ditolak dan Ha diterima
sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Konvensional pada materi bangun datar segi empat kelas VII SMP Negeri 11 Medan.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
RIWAYAT HIDUP ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 6
1.3 Batasan Masalah 6
1.4 Rumusan Masalah 7
1.5 Tujuan Penelitian 7
1.6 Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis 9
2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 9
2.1.2 Pengertian Komunikasi 10
2.1.3 Komunikasi Matematik 12
2.1.4 Model Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif 15 2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) 18 2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Think-Pair-Share 18 2.1.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share 20 2.1.5.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran
Think-Pair-Share (TPS) 21
2.1.6 Model Pembelajaran Konvensional 23
2.1.7 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share (TPS) dengan Pembelajaran Konvensional 24
2.2 Materi Pelajaran Segiempat 25
2.2.1 Persegi Panjang 25
2.2.1.1 Pengertian Dasar 25
2.2.1.2 Sifat-sifat persegi panjang 26
2.2.1.3 Keliling dan Luas Persegi Panjang 26
2.2.2 Persegi/ Bujur Sangkar 27
2.2.2.1 Pengertian Dasar 27
2.2.2.2 Sifat-sifat Persegi 27
2.2.2.3 Keliling dan Luas Persegi 27
2.2.3 Jajargenjang 28
vii
2.2.3.2 Sifat-sifat Jajargenjang 28
2.2.3.3 Keliling dan Luas Jajargenjang 28
2.2.4 Belah Ketupat 29
2.2.4.1 Pengertian Dasar 29
2.2.4.2 Sifat-sifat Belah Ketupat 29
2.2.4.3 Keliling dan Luas Belah Ketupat 28
2.2.5 Layang-layang 30
2.2.5.1 Pengertian Dasar 30
2.2.5.2 Sifat-sifat Layang-layang 31
2.2.5.3 Keliling dan Luas Layang-layang 31
2.2.6 Trapesium 32
2.2.6.1 Pengertian Dasar 32
2.2.6.2 Jenis-Jenis Trapesium 32
2.2.6.3 Sifat-sifat Trapesium 33
2.2.6.4 Keliling dan Luas Trapesium 33
2.3 Penelitian Yang Relevan 34
2.4 Kerangka Konseptual 36
2.5 Hipotesis 37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1Tempat dan Waktu Penelitian 39
3.2Populasi dan Sampel Penelitian 39
3.2.1 Populasi Penelitian 39
3.2.2 Sampel Penelitian 39
3.3Variabel Penelitian 39
3.4Jenis dan Desain Penelitian 40
3.4.1 Jenis Penelitian 40
3.4.2 Desain Penelitian 40
3.5Prosedur Penelitian 41
3.6Instrumen Penelitian 44
3.7Uji Instrumen 47
3.7.1 Validitas Isi Tes 47
3.8Teknik Analisis Data 48
3.8.1 Menghitung Rata-Rata Untuk Masing-Masing Variabel 48 3.8.2 Menentukan Simpangan Baku Masing-Masing Variabel 48
3.8.3 Uji Normalitas Data 48
3.8.4 Uji Homogenitas Varians 49
3.8.5 Analisis Pengujian Hipotesis 50
3.8.6 Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1Deskripsi Data Hasil Penelitian 52
4.1.1Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52 4.1.2Nilai Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53
4.2Analisis Data Hasil Penelitian 54
viii
4.2.2Uji Homogenitas 54
4.2.3Uji Hipotesis 55
4.2.4Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik 56
4.3Pembahasan Hasil Penelitian 56
4.4Keterbatasan Penelitian 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan 59
5.2Saran 59
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 17 Tabel 2.2 Hubungan Teknis Pelaksanaan Model Pembelajaran
Think-Pair-Share dengan Teori Piaget dan Vygotsky 22 Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung atau Konvensional 23 Tabel 2.4 Perbedaan antara TPS dengan Konvensional 24 Tabel 3.1 Untreated Control Group Design with Pretest and Posttest 41
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pre-test 44
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Post-test 45
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi Matematik 45 Tabel 3.5 Hasil Validasi Soal Pre-test dan Post-Test 47 Tabel 4.1 Data Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52 Tabel 4.2 Data Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53 Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-Test Kedua Kelas 53 Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Normalitas Data Penelitian 54 Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Penelitian 55 Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa Kelas Eksperimen 56
Tabel 4.7 Hasil Uji Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Macam-macam Bangun Datar 25
Gambar 2.2 Persegi Panjang ABCD 26
Gambar 2.3 Persegi Panjang KLMN 26
Gambar 2.4 Persegi ABCD 27
Gambar 2.5 Persegi ABCD 27
Gambar 2.6 Jajar Genjang ABCD 28
Gambar 2.7 Jajar Genjang ABCD 28
Gambar 2.8 Belah Ketupat ABCD 29
Gambar 2.9 Belah Ketupat ABCD 30
Gambar 2.10 Layang-layang ABCD 31
Gambar 2.11 Layang-layang ABCD 31
Gambar 2.12 Trapesium 32
Gambar 2.13 Trapesium Sebarang ABCD 32
Gambar 2.14 Trapesium Sama Kaki ABCD 33
Gambar 2.15 Trapesium Siku-siku ABCD 33
Gambar 2.16 Trapesium Sama Kaki ABCD 34
Gambar 2.17 Trapesium ABCD 34
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Konvensional 63
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Konvensional 67
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Konvensional 71
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Think-Pair-Share 75
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Think-Pair-Share 80
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Think-Pair-Share 85
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 90
Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 92
Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 94
Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 96
Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 98
Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 100
Lampiran 13 Kisi-kisi Soal Pre-test 102
Lampiran 14 Pre-test 103
Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Soal Pre-test 105
Lampiran 16 Kisi-kisi Soal Post-test 108
Lampiran 17 Post-test 109
Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Soal Post-test 111
Lampiran 19 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik 115
Lampiran 20 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen (Pertemuan I) 116
Lampiran 21 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen (Pertemuan II) 119
Lampiran 22 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen (Pertemuan III) 122
Lampiran 23 Lembar Validitas Soal Pre-test 125
Lampiran 24 Lembar Validitas Soal Post-test 131
Lampiran 25 Selisih Nilai Post-Test dan Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen 137
Lampiran 26 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Selisih Nilai Post-Test dan Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen 139
Lampiran 27 Selisih Nilai Post-Test dan Nilai Pre-Test Kelas Kontrol 140
Lampiran 28 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Selisih Nilai Post-Test Dan Nilai Pre-Test Kelas Kontrol 142
Lampiran 29 Uji Normalitas 143
Lampiran 30 Uji Homogenitas 147
Lampiran 31 Uji Hipotesis 149
Lampiran 32 Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen 152
xii
Lampiran 32 Tabel Distribusi Nilai F 156
Lampiran 33 Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 159
Lampiran 34 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z 160
Lampiran 35 Daftar Nilai Presentil untuk Distribusi T 161
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Perkembangan IPTEK saat ini telah memudahkan kita untuk
berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai
belahan dunia. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai
peranan penting dalam upaya penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK). Hal ini memungkinkan karena matematika dapat melatih seseorang
untuk berpikir secara logis, kritis, kreatif dan terampil untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika merupakan alat
bantu yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi
yang sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika serta
generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah.
Matematika dipelajari oleh semua siswa dari tingkatan SD hingga SMA
dan bahkan sampai Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan perlunya siswa belajar
matematika, menurut Cornelius (Abdurrahman, 2012: 204) ”karena matematika
merupakan: (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”
Menurut Jhonson dan Myklebust (Abdurrahman, 2012: 202), matematika
adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah fungsi
untuk memudahkan berpikir. Menurut Lerner (Abdurrahman, 2012: 202)
mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas. Selanjutnya NCTM (dalam Ansari, 2009: 9)
mengemukakan bahwa:
“Matematika sebagai alat komunikasi merupakan pengembangan bahasa
2
dapat : (1) mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya, (2) merumuskan defenisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi, (3) mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan, (4) membaca wacana matematika dengan pemahaman, (5) menjelaskan dan mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarimya, dan (6) menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematik, serta peranannya dalam mengembangkan ide/gagasan matematik.”
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak akan lepas dari komunikasi antar
siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Namun pada
kenyataannya, aktifitas pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan oleh guru
tidak lain merupakan penyampaian informasi dengan lebih mengaktifkan guru
sedangkan siswa pasif mendengarkan dan menyalin sesekali, guru bertanya dan
siswa menjawab sesekali, guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi
soal latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih daya nalar kemudian guru
memberikan penilaian. Komunikasi satu arah yang terjadi saat pembelajaran
itulah yang memicu rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) seperti yang diungkapkan oleh Fachrurazi (2011: 78):
“Pada laporan TIMSS 2003, siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45
negara yang disurvei. Prestasi Indonesia jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Dari kisaran rata-rata skor yang diperoleh oleh setiap negara 400-625 dengan skor ideal 1000, nilai matematika Indonesia berada pada skor 411. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi sangat jauh di bawah negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di bawah negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.”
Dari data TIMSS tersebut terlihat bahwa siswa Indonesia mendapatkan
peringkat yang tergolong rendah pada bidang matematika. Dalam hal ini
pendidikan di Indonesia membutuhkan perhatian khusus terhadap prestasi didik
terutama di bidang sains dan matematika.
Selanjutnya dari hasil wawancara yang dilakukan dengan seorang guru
3
kesulitan dalam memahami soal, mereka hanya mampu mengerjakan soal yang
menyerupai contoh soal yang diberikan saja, sehingga jika soal yang diberikan
berbeda dengan contoh soal maka siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal
tersebut atau dengan kata lain pemahaman matematik mereka rendah. Pemahaman
matematik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan
komunikasi matematik siswa. Selain itu, hasil observasi awal yang dilakukan
peneliti pada tanggal 14 Januari 2016 berupa pemberian soal tes yang berkaitan
dengan materi bangun datar kepada 43 siswa di SMP Negeri 11 Medan, terdapat
13,95% (6 siswa) tingkat kemampuan komunikasi matematiknya berada dalam
kategori sedang, 6,97% (3 siswa) berada dalam kategori rendah, dan sisanya
79,06% (34 siswa) berada dalam kategori sangat rendah.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa juga tidak terlepas
dari kemampuan guru dalam mengajarkan matematika. Pembelajaran matematika
cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang
memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran yang
berlangsung disekolah sebagian besar masih berpusat pada guru seperti model
pembelajaran Konvensional. Dimana dalam pembelajaran Konvensional lebih
ditekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal (ceramah) dari
seorang guru kepada siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Bukan hanya
sampai disitu akibat dari pembelajaran Konvensional ini siswa juga mengalami
kesulitan menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya dalam kegiatan belajar
mengajar terjadi kerja sama antara guru dan siswa. Oleh karena itu diperlukan
kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi
pelajaran di sekolah. Kreatifitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru
dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi
pelajaran.
Pentingnya kemampuan komunikasi matematik dalam pembelajaran
matematika memberikan tantangan tersendiri bagi guru matematika untuk
4
kemampuan komunikasi tersebut. Model pembelajaran yang digunakan harus
dapat mengasah kemampuan komunikasi siswa untuk memecahkan masalah yang
ada dalam pembelajaran matematika. Selain itu model pembelajaran pembelajaran
tersebut juga harus dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu
mempengaruhi pengetahuan mereka. Dalam Ansari (2009: 5) diungkapkan:
“Suatu cara untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi matematik di
kalangan siswa pada semua tingkat sekolah adalah dengan representasi yang relevan. Representasi adalah bentuk baru sebagai translasi dari suatu masalah atau ide atau translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata.”
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model
pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dan mengurangi dominasi
guru dalam proses pembelajaran selain itu model pembelajaran ini juga
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun kelompok juga bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan kelompok dan pemecahan masalah
sehingga model ini sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
siswa. Menurut Trianto (2009:58) menyatakan bahwa:
“Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.”
Terdapat banyak tipe pada model pembelajaran kooperatif diantaranya
adalah tipe Think-Pair-Share (TPS). Menurut Lyman, F (Trianto, 2009: 81)
menyatakan bahwa:
5
Sehingga dapat dikatakan bahwa Think-Pair-Share adalah pola diskusi
kelas yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam bepikir dan merespon serta
saling membantu. Senada dengan hal tersebut menurut Arends (Ansari, 2009: 62):
“Model pembelajaran Think-Pair-Share (saling bertukar pikiran secara
berpasangan) merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang efektif untuk menigkatkan partisipasi siswa dan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa”.
Menurut Ansari (2009: 64) model pembelajaran Think-Pair-Share selaras
dengan teori belajar kontruktivis yang dikemukakan oleh Vygotsky yang
menyatakan bahwa, siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan
informasi kompleks, menelaah informasi baru sesuai dengan informasi yang telah
ada. Agar siswa menemukan dan mentranformasikan informasi kompleks maka
harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif. Piaget menyatakan bahwa
sebagian besar perkembangan ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak
dengan lingkungan atau dengan kata lain pengetahuan berasal dari tindakan. Hal
ini sejalan dengan pendapat Kurniasih bahwa model pembelajaran
Think-Pair-Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi
pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan
pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran (Kurniasih, 2015: 58).
Selain daripada itu pemilihan model pembelajaran Think-Pair-Share juga
dilihat dari segi manfaatnya antara lain adalah: 1) memungkinkan siswa untuk
bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain; 2) mengoptimalkan
partisipasi siswa; 3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain (Huda, 2013: 206).
Dari uraian diatas terlihat bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share
dianggap mampu mengoptimalkan partisipasi siswa dan juga keaktifan siswa
dalam bekerja sama atau pun bekerja secara individu yang semuanya
6
berinteraksi aktif dan mampu berpartisipasi dalam pembelajaran apabila memiliki
kemampuan komunikasi matematik yang baik.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik
melakukan penelitian yang berjudul: “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dan Konvensional pada Materi Bangun Datar Segi Empat Kelas VII SMP Negeri 11 Medan Tahun Ajaran 2015/2016.”
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Ketidakaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas
sebab pembelajaran tersebut masih lebih didominasi oleh guru
(pembelajaran Konvensional).
2. Kemampuan komunikasi matematik siswa sangat rendah.
3. Proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa untuk
mengekspresikan kemampuan komunikasi matematik yang dimiliki siswa
tersebut.
4. Kemampuan guru dalam mengajarkan matematika yang dinilai kurang
memperhatikan kemampuan berpikir siswa.
5. Perlunya kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara
penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreatifitas yang dimaksud adalah
kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media
yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.
1.3Batasan Masalah
Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini dan
keterbatasan kemampuan peneliti maka peneliti membatasi masalah ini pada
hal-hal yang berhubungan dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dan model
7
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah perbedaan peningkatan
kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Think-Pair-Share (TPS) dan Konvensional pada materi bangun datar segi empat
kelas VII SMP Negeri 11 Medan.
1.4Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah terdapat
perbedaan peningkatan yang signifikan antara kemampuan komunikasi
matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran Kovensional pada materi bangun datar
segi empat kelas VII SMP Negeri 11 Medan”.
1.5Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan
antara kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan kemampuan
komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
Konvensional pada materi bangun datar segi empat kelas VII SMP Negeri 11
Medan.
1.6Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama:
1. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan
melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan khusus tentang konsep
matematika.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika dalam
8
3. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika dan untuk
meningkatkan aktifitas, prestasi, dan kemampuan komunikasi matematik
siswa.
4. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi sarana dan prasarana
59 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya maka dimpulkan bahwa : terdapat perbedaan peningkatan yang
signifikan antara kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan
model pembelajaran Konvensional pada materi bangun datar segi empat kelas VII
SMP Negeri 11 Medan.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) mampu meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik siswa khususnya pada materi bangun
datar segi empat, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai
salah satu variasi dalam pembelajaran matematika yang dapat diterapkan oleh
guru.
2. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, oleh karena itu sebaiknya
dilakukan penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada
pokok bahasan lain, mengukur aspek lain serta pada jenjang sekolah yang
berbeda.
3. Guru ataupun Peneliti Lanjutan yang hendak menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran di
kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran dengan seefektif mungkin,
60
4. Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) diharapkan Guru ataupun Peneliti Lanjutan dapat memfasilitasi
siswa dengan permasalahan yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari dan
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi). Banda Aceh: Penerbit Pena
Asmin dan Abil Mansyur. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa
Cangara, Harfied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers
Fachrurazi, 2011. “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”, Forum Penelitian Edisi Khusus No. 1: 76-89
Hasibuan, Sundut Azhari. 2015. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Dan Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Di SMA Negeri 1 Sosa Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Medan: UNIMED
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Husna. 2013. ”Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)”, Jurnal Peluang Volume 1 No.2: 81-92
Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabetha
Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata Pena
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika 1: Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Think-62
Pair-Share Dengan Pembelajaran Konvensional Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Medan: UNIMED
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Tim Dosen. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan: UNIMED
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: kencana
Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu