• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII

SMP NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh :

Anggi Citra NIM. 4121111001

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Anggi Citra dilahirkan di Medan, pada tanggal 31 Juli 1994. Ayah bernama

Edward Dwi Putra dan Ibu bernama Laumi dan merupakan anak kedua dari dua

bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk TK Aisyiyah Bustanul Athfal dan lulus

pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Medan Putri dan lulus pada

tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP Pertiwi Medan

dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah

di SMA Negeri 7 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis

diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

(TPS) dan Konvensional pada Materi Bangun Datar Segi Empat di Kelas VII SMP Negeri 11 Medan Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran positif kepada penulis dari

awal pemilihan judul penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga disampaikan pada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, Bapak Prof.

Dr. Mukhtar, M.Pd, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan dan saran–saran dalam perbaikan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd selaku pimpinan UNIMED beserta seluruh Wakil Rektor, Bapak

Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Wakil Dekan I, II

dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan

Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Jurusan Pendidikan Matematika, dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

Bapak Dr. KMS. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing

Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan

Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Khairani,

M.M selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 11 Medan, Ibu Sitti Khadijah, S.Pd

selaku Guru Matematika SMP Negeri 11 Medan, Guru/Staf Pegawai SMP Negeri

11 Medan yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis selama

(5)

v

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah tercinta

Edward Dwi Putra dan Mamak tercinta Laumi yang terus memberikan motivasi

dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga kepada Abang

tersayang Angga Putra yang setiap hari mengantarkan penulis pergi ke kampus,

dan tak lupa kepada Nenek tersayang Kasih yang juga memberikan doa serta

dukungan.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada

sahabat-sahabatku yang terbaik Auliya Rahma Lola Rajana Harahap (Lolek), Edia

Wiradaratama Putri (Kakak), Desi Apriani Dasopang (Mammaq), Sri Milawarni

Tambunan (Milek), Dwi Ayu Apriani (Bab) dan Armi Mayang Sari Hasibuan

(teman seperjuanganku) yang telah banyak membantu, mendoakan, menemani,

dan mendukung penulis. Tak lupa juga terima kasih kepada seluruh teman-teman

kelas Dik A Matematika 2012 yang telah mengukir cerita indah selama 4 tahun

ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2016

Penulis,

Anggi Citra

(6)

iii

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII

SMP NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Anggi Citra (NIM: 4121111001)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Konvensional pada materi bangun datar segi empat kelas VII SMP Negeri 11 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 11 Medan tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 398 yang terbagi menjadi 9 kelas. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak dua kelas. Pengambilan sampel ditentukan oleh pihak sekolah. Dipilih kelas VII-4 dan VII-3, dimana VII-4 sebagai kelas kontrol yang diajar menggunakan model pembelajaran Konvensional dan kelas VII-3 sebagai kelas eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Objek penelitian ini adalah perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu pre-test dan post-test yang telah divalidasi dalam bentuk soal uraian. Pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata pre-test sebesar 8,82 dan rata-rata post-test sebesar 16,76 sedangkan pada kelas kontrol deiperoleh rata-rata pre-post-test 10,45 dan rata-rata post-test 16,55. Selanjutnya diperoleh rata-rata selisih (post-test pre-test) dari kelas eksperimen sebesar 7,93 dan kelas kontrol sebesar 6,09. Dari hasil analisis selisih data dilakukan uji normalitas dan homogenitas dan terbukti data berdistribusi normal dan homogen. Dari uji hipotesis diperoleh thitung = 2,162.

Selanjutnya dengan meninjau harga ttabel pada dk = 87 dan taraf signifikan

diperoleh t(0,975)(87) = 1,991. Dengan demikian maka H0 ditolak dan Ha diterima

sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Konvensional pada materi bangun datar segi empat kelas VII SMP Negeri 11 Medan.

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

RIWAYAT HIDUP ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 6

1.3 Batasan Masalah 6

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 9

2.1.2 Pengertian Komunikasi 10

2.1.3 Komunikasi Matematik 12

2.1.4 Model Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif 15 2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) 18 2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Think-Pair-Share 18 2.1.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share 20 2.1.5.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran

Think-Pair-Share (TPS) 21

2.1.6 Model Pembelajaran Konvensional 23

2.1.7 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share (TPS) dengan Pembelajaran Konvensional 24

2.2 Materi Pelajaran Segiempat 25

2.2.1 Persegi Panjang 25

2.2.1.1 Pengertian Dasar 25

2.2.1.2 Sifat-sifat persegi panjang 26

2.2.1.3 Keliling dan Luas Persegi Panjang 26

2.2.2 Persegi/ Bujur Sangkar 27

2.2.2.1 Pengertian Dasar 27

2.2.2.2 Sifat-sifat Persegi 27

2.2.2.3 Keliling dan Luas Persegi 27

2.2.3 Jajargenjang 28

(8)

vii

2.2.3.2 Sifat-sifat Jajargenjang 28

2.2.3.3 Keliling dan Luas Jajargenjang 28

2.2.4 Belah Ketupat 29

2.2.4.1 Pengertian Dasar 29

2.2.4.2 Sifat-sifat Belah Ketupat 29

2.2.4.3 Keliling dan Luas Belah Ketupat 28

2.2.5 Layang-layang 30

2.2.5.1 Pengertian Dasar 30

2.2.5.2 Sifat-sifat Layang-layang 31

2.2.5.3 Keliling dan Luas Layang-layang 31

2.2.6 Trapesium 32

2.2.6.1 Pengertian Dasar 32

2.2.6.2 Jenis-Jenis Trapesium 32

2.2.6.3 Sifat-sifat Trapesium 33

2.2.6.4 Keliling dan Luas Trapesium 33

2.3 Penelitian Yang Relevan 34

2.4 Kerangka Konseptual 36

2.5 Hipotesis 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Tempat dan Waktu Penelitian 39

3.2Populasi dan Sampel Penelitian 39

3.2.1 Populasi Penelitian 39

3.2.2 Sampel Penelitian 39

3.3Variabel Penelitian 39

3.4Jenis dan Desain Penelitian 40

3.4.1 Jenis Penelitian 40

3.4.2 Desain Penelitian 40

3.5Prosedur Penelitian 41

3.6Instrumen Penelitian 44

3.7Uji Instrumen 47

3.7.1 Validitas Isi Tes 47

3.8Teknik Analisis Data 48

3.8.1 Menghitung Rata-Rata Untuk Masing-Masing Variabel 48 3.8.2 Menentukan Simpangan Baku Masing-Masing Variabel 48

3.8.3 Uji Normalitas Data 48

3.8.4 Uji Homogenitas Varians 49

3.8.5 Analisis Pengujian Hipotesis 50

3.8.6 Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1Deskripsi Data Hasil Penelitian 52

4.1.1Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52 4.1.2Nilai Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53

4.2Analisis Data Hasil Penelitian 54

(9)

viii

4.2.2Uji Homogenitas 54

4.2.3Uji Hipotesis 55

4.2.4Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik 56

4.3Pembahasan Hasil Penelitian 56

4.4Keterbatasan Penelitian 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan 59

5.2Saran 59

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 17 Tabel 2.2 Hubungan Teknis Pelaksanaan Model Pembelajaran

Think-Pair-Share dengan Teori Piaget dan Vygotsky 22 Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung atau Konvensional 23 Tabel 2.4 Perbedaan antara TPS dengan Konvensional 24 Tabel 3.1 Untreated Control Group Design with Pretest and Posttest 41

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pre-test 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Post-test 45

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi Matematik 45 Tabel 3.5 Hasil Validasi Soal Pre-test dan Post-Test 47 Tabel 4.1 Data Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52 Tabel 4.2 Data Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53 Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-Test Kedua Kelas 53 Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Normalitas Data Penelitian 54 Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Penelitian 55 Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa Kelas Eksperimen 56

Tabel 4.7 Hasil Uji Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Macam-macam Bangun Datar 25

Gambar 2.2 Persegi Panjang ABCD 26

Gambar 2.3 Persegi Panjang KLMN 26

Gambar 2.4 Persegi ABCD 27

Gambar 2.5 Persegi ABCD 27

Gambar 2.6 Jajar Genjang ABCD 28

Gambar 2.7 Jajar Genjang ABCD 28

Gambar 2.8 Belah Ketupat ABCD 29

Gambar 2.9 Belah Ketupat ABCD 30

Gambar 2.10 Layang-layang ABCD 31

Gambar 2.11 Layang-layang ABCD 31

Gambar 2.12 Trapesium 32

Gambar 2.13 Trapesium Sebarang ABCD 32

Gambar 2.14 Trapesium Sama Kaki ABCD 33

Gambar 2.15 Trapesium Siku-siku ABCD 33

Gambar 2.16 Trapesium Sama Kaki ABCD 34

Gambar 2.17 Trapesium ABCD 34

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Konvensional 63

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Konvensional 67

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Konvensional 71

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Think-Pair-Share 75

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Think-Pair-Share 80

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Think-Pair-Share 85

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 90

Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 92

Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 94

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 96

Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 98

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 100

Lampiran 13 Kisi-kisi Soal Pre-test 102

Lampiran 14 Pre-test 103

Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Soal Pre-test 105

Lampiran 16 Kisi-kisi Soal Post-test 108

Lampiran 17 Post-test 109

Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Soal Post-test 111

Lampiran 19 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik 115

Lampiran 20 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen (Pertemuan I) 116

Lampiran 21 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen (Pertemuan II) 119

Lampiran 22 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen (Pertemuan III) 122

Lampiran 23 Lembar Validitas Soal Pre-test 125

Lampiran 24 Lembar Validitas Soal Post-test 131

Lampiran 25 Selisih Nilai Post-Test dan Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen 137

Lampiran 26 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Selisih Nilai Post-Test dan Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen 139

Lampiran 27 Selisih Nilai Post-Test dan Nilai Pre-Test Kelas Kontrol 140

Lampiran 28 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Selisih Nilai Post-Test Dan Nilai Pre-Test Kelas Kontrol 142

Lampiran 29 Uji Normalitas 143

Lampiran 30 Uji Homogenitas 147

Lampiran 31 Uji Hipotesis 149

Lampiran 32 Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen 152

(13)

xii

Lampiran 32 Tabel Distribusi Nilai F 156

Lampiran 33 Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 159

Lampiran 34 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z 160

Lampiran 35 Daftar Nilai Presentil untuk Distribusi T 161

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Perkembangan IPTEK saat ini telah memudahkan kita untuk

berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai

belahan dunia. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai

peranan penting dalam upaya penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK). Hal ini memungkinkan karena matematika dapat melatih seseorang

untuk berpikir secara logis, kritis, kreatif dan terampil untuk menyelesaikan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika merupakan alat

bantu yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi

yang sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika serta

generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah.

Matematika dipelajari oleh semua siswa dari tingkatan SD hingga SMA

dan bahkan sampai Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan perlunya siswa belajar

matematika, menurut Cornelius (Abdurrahman, 2012: 204) ”karena matematika

merupakan: (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk

memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola

hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan

kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”

Menurut Jhonson dan Myklebust (Abdurrahman, 2012: 202), matematika

adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan

hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah fungsi

untuk memudahkan berpikir. Menurut Lerner (Abdurrahman, 2012: 202)

mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga

merupakan bahasa universal yang memungkinkan dan mengkomunikasikan ide

mengenai elemen dan kuantitas. Selanjutnya NCTM (dalam Ansari, 2009: 9)

mengemukakan bahwa:

“Matematika sebagai alat komunikasi merupakan pengembangan bahasa

(15)

2

dapat : (1) mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya, (2) merumuskan defenisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi, (3) mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan, (4) membaca wacana matematika dengan pemahaman, (5) menjelaskan dan mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarimya, dan (6) menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematik, serta peranannya dalam mengembangkan ide/gagasan matematik.”

Dalam proses pembelajaran, siswa tidak akan lepas dari komunikasi antar

siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Namun pada

kenyataannya, aktifitas pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan oleh guru

tidak lain merupakan penyampaian informasi dengan lebih mengaktifkan guru

sedangkan siswa pasif mendengarkan dan menyalin sesekali, guru bertanya dan

siswa menjawab sesekali, guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi

soal latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih daya nalar kemudian guru

memberikan penilaian. Komunikasi satu arah yang terjadi saat pembelajaran

itulah yang memicu rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics

and Science Study (TIMSS) seperti yang diungkapkan oleh Fachrurazi (2011: 78):

“Pada laporan TIMSS 2003, siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45

negara yang disurvei. Prestasi Indonesia jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Dari kisaran rata-rata skor yang diperoleh oleh setiap negara 400-625 dengan skor ideal 1000, nilai matematika Indonesia berada pada skor 411. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi sangat jauh di bawah negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di bawah negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.”

Dari data TIMSS tersebut terlihat bahwa siswa Indonesia mendapatkan

peringkat yang tergolong rendah pada bidang matematika. Dalam hal ini

pendidikan di Indonesia membutuhkan perhatian khusus terhadap prestasi didik

terutama di bidang sains dan matematika.

Selanjutnya dari hasil wawancara yang dilakukan dengan seorang guru

(16)

3

kesulitan dalam memahami soal, mereka hanya mampu mengerjakan soal yang

menyerupai contoh soal yang diberikan saja, sehingga jika soal yang diberikan

berbeda dengan contoh soal maka siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal

tersebut atau dengan kata lain pemahaman matematik mereka rendah. Pemahaman

matematik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan

komunikasi matematik siswa. Selain itu, hasil observasi awal yang dilakukan

peneliti pada tanggal 14 Januari 2016 berupa pemberian soal tes yang berkaitan

dengan materi bangun datar kepada 43 siswa di SMP Negeri 11 Medan, terdapat

13,95% (6 siswa) tingkat kemampuan komunikasi matematiknya berada dalam

kategori sedang, 6,97% (3 siswa) berada dalam kategori rendah, dan sisanya

79,06% (34 siswa) berada dalam kategori sangat rendah.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa juga tidak terlepas

dari kemampuan guru dalam mengajarkan matematika. Pembelajaran matematika

cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang

memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran yang

berlangsung disekolah sebagian besar masih berpusat pada guru seperti model

pembelajaran Konvensional. Dimana dalam pembelajaran Konvensional lebih

ditekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal (ceramah) dari

seorang guru kepada siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam

mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Bukan hanya

sampai disitu akibat dari pembelajaran Konvensional ini siswa juga mengalami

kesulitan menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya dalam kegiatan belajar

mengajar terjadi kerja sama antara guru dan siswa. Oleh karena itu diperlukan

kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi

pelajaran di sekolah. Kreatifitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru

dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi

pelajaran.

Pentingnya kemampuan komunikasi matematik dalam pembelajaran

matematika memberikan tantangan tersendiri bagi guru matematika untuk

(17)

4

kemampuan komunikasi tersebut. Model pembelajaran yang digunakan harus

dapat mengasah kemampuan komunikasi siswa untuk memecahkan masalah yang

ada dalam pembelajaran matematika. Selain itu model pembelajaran pembelajaran

tersebut juga harus dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu

mempengaruhi pengetahuan mereka. Dalam Ansari (2009: 5) diungkapkan:

“Suatu cara untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi matematik di

kalangan siswa pada semua tingkat sekolah adalah dengan representasi yang relevan. Representasi adalah bentuk baru sebagai translasi dari suatu masalah atau ide atau translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata.”

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, salah satunya adalah model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model

pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dan mengurangi dominasi

guru dalam proses pembelajaran selain itu model pembelajaran ini juga

memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan

pemahaman baik secara individu maupun kelompok juga bertujuan untuk

mengembangkan keterampilan-keterampilan kelompok dan pemecahan masalah

sehingga model ini sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

siswa. Menurut Trianto (2009:58) menyatakan bahwa:

“Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.”

Terdapat banyak tipe pada model pembelajaran kooperatif diantaranya

adalah tipe Think-Pair-Share (TPS). Menurut Lyman, F (Trianto, 2009: 81)

menyatakan bahwa:

(18)

5

Sehingga dapat dikatakan bahwa Think-Pair-Share adalah pola diskusi

kelas yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam bepikir dan merespon serta

saling membantu. Senada dengan hal tersebut menurut Arends (Ansari, 2009: 62):

“Model pembelajaran Think-Pair-Share (saling bertukar pikiran secara

berpasangan) merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang efektif untuk menigkatkan partisipasi siswa dan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa”.

Menurut Ansari (2009: 64) model pembelajaran Think-Pair-Share selaras

dengan teori belajar kontruktivis yang dikemukakan oleh Vygotsky yang

menyatakan bahwa, siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan

informasi kompleks, menelaah informasi baru sesuai dengan informasi yang telah

ada. Agar siswa menemukan dan mentranformasikan informasi kompleks maka

harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif. Piaget menyatakan bahwa

sebagian besar perkembangan ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak

dengan lingkungan atau dengan kata lain pengetahuan berasal dari tindakan. Hal

ini sejalan dengan pendapat Kurniasih bahwa model pembelajaran

Think-Pair-Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi

pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan

pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap

mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran (Kurniasih, 2015: 58).

Selain daripada itu pemilihan model pembelajaran Think-Pair-Share juga

dilihat dari segi manfaatnya antara lain adalah: 1) memungkinkan siswa untuk

bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain; 2) mengoptimalkan

partisipasi siswa; 3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan

partisipasi mereka kepada orang lain (Huda, 2013: 206).

Dari uraian diatas terlihat bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share

dianggap mampu mengoptimalkan partisipasi siswa dan juga keaktifan siswa

dalam bekerja sama atau pun bekerja secara individu yang semuanya

(19)

6

berinteraksi aktif dan mampu berpartisipasi dalam pembelajaran apabila memiliki

kemampuan komunikasi matematik yang baik.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik

melakukan penelitian yang berjudul: “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dan Konvensional pada Materi Bangun Datar Segi Empat Kelas VII SMP Negeri 11 Medan Tahun Ajaran 2015/2016.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Ketidakaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas

sebab pembelajaran tersebut masih lebih didominasi oleh guru

(pembelajaran Konvensional).

2. Kemampuan komunikasi matematik siswa sangat rendah.

3. Proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa untuk

mengekspresikan kemampuan komunikasi matematik yang dimiliki siswa

tersebut.

4. Kemampuan guru dalam mengajarkan matematika yang dinilai kurang

memperhatikan kemampuan berpikir siswa.

5. Perlunya kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara

penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreatifitas yang dimaksud adalah

kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media

yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.

1.3Batasan Masalah

Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini dan

keterbatasan kemampuan peneliti maka peneliti membatasi masalah ini pada

hal-hal yang berhubungan dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dan model

(20)

7

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah perbedaan peningkatan

kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran

Think-Pair-Share (TPS) dan Konvensional pada materi bangun datar segi empat

kelas VII SMP Negeri 11 Medan.

1.4Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah terdapat

perbedaan peningkatan yang signifikan antara kemampuan komunikasi

matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran Kovensional pada materi bangun datar

segi empat kelas VII SMP Negeri 11 Medan”.

1.5Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan

antara kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan kemampuan

komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran

Konvensional pada materi bangun datar segi empat kelas VII SMP Negeri 11

Medan.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama:

1. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan

melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan khusus tentang konsep

matematika.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika dalam

(21)

8

3. Bagi Siswa

Dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika dan untuk

meningkatkan aktifitas, prestasi, dan kemampuan komunikasi matematik

siswa.

4. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi sarana dan prasarana

(22)

59 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya maka dimpulkan bahwa : terdapat perbedaan peningkatan yang

signifikan antara kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran Konvensional pada materi bangun datar segi empat kelas VII

SMP Negeri 11 Medan.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah:

1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) mampu meningkatkan

kemampuan komunikasi matematik siswa khususnya pada materi bangun

datar segi empat, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai

salah satu variasi dalam pembelajaran matematika yang dapat diterapkan oleh

guru.

2. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, oleh karena itu sebaiknya

dilakukan penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada

pokok bahasan lain, mengukur aspek lain serta pada jenjang sekolah yang

berbeda.

3. Guru ataupun Peneliti Lanjutan yang hendak menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran di

kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran dengan seefektif mungkin,

(23)

60

4. Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) diharapkan Guru ataupun Peneliti Lanjutan dapat memfasilitasi

siswa dengan permasalahan yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari dan

(24)

61

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi). Banda Aceh: Penerbit Pena

Asmin dan Abil Mansyur. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa

Cangara, Harfied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers

Fachrurazi, 2011. “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”, Forum Penelitian Edisi Khusus No. 1: 76-89

Hasibuan, Sundut Azhari. 2015. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Dan Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Di SMA Negeri 1 Sosa Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Medan: UNIMED

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Husna. 2013. ”Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)”, Jurnal Peluang Volume 1 No.2: 81-92

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabetha

Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata Pena

Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika 1: Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

(25)

Think-62

Pair-Share Dengan Pembelajaran Konvensional Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Medan: UNIMED

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Tim Dosen. 2015. Psikologi Pendidikan. Medan: UNIMED

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: kencana

Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya adalah pengkondisian kemandirian belajar siswa dengan berbagai karakteristik matematika yang mendukung pembentukan karakter siswa dalam membangun

Penelitian ini, mengamati karakteristik selai pisang raja berupa kerapatan, kekentalan, total padatan terlarut (TPT), konduktivitas listrik, pH dan uji organolep tik yang disimpan

Sastra Bandingan. Skripsi: Program Studi Sastra Indonesia Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah gambaran

oleh orang tua untuk menghadapi anak mereka yang mengalami gangguan autis,. bentuk perilaku coping yang digunakan, dan dampak perilaku coping

[r]

Berlatih menggunakan pola kalimat dan kosa kata yang sesuai dengan topic untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang berhubungan dengan teks monolog berbentuk Narrative.. Indikator

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Sumberdaya alam Kecamatan Pulo Aceh terdiri dari t e ~ m b u karang, mangrove, lamun, ekosistem pantai, dan sumberdaya

Ho : Tidak ada hubungan antara sikap tentang pengaturan menu seimbang dengan status gizi pada remaja di SMU Negeri 2 Sukoharjo.