• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PENYAJIAN DAN PROSES PENCIPTAAN TARI NELAYAN KARYA MARTOZET.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PENYAJIAN DAN PROSES PENCIPTAAN TARI NELAYAN KARYA MARTOZET."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN DAN PROSES PENCIPTAAN

TARI NELAYAN KARYA MARTOZET

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DASTRI SINAN SARI WILLIS HRP

NIM. 2113142012

PENDIDIKAN TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Dastri Sinan Sari Willis Harahap. NIM : 211314012, Bentuk Penyajian dan Proses Penciptaan Tari Nelayan Karya Martozet. Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Bentuk Penyajian dan Proses Penciptaan Tari Nelayan Karya Martozet.

Dalam pembahasan penelitian ini digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian seperti pengertian teori tari, teori bentuk, pengertian penyajian dan teori penciptaan.

Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif. Populasi pada penelitian ini adalah penari. Teknik pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tari nelayan diciptakan pada tahun 1997. Ide dasarnya secara kenestetik berakar pada tari Melayu dan secara idesional tema tari ini mengangkat kehidupan masyarakat pesisir pantai. Meski bukan karya baru, tetapi kehadiran tari memberikan dinamika baru terhadap fenomena tari kreasi di Sumatera Utara. Untuk menguatkan isi koreografi, dalam penyajian koreografer juga menggunakan properti caping, bakul dan tali.. Penggunaan properti ini memberikan kesan yang kuat terhadap suasana tari nelayan serta dapat memperindah bentuk gerakan. Gaya modern ada didalam tari nelayan tetapi bukan kontemporer. Kesan modern tampak terlihat salah satunya adalah gerak melompat, kemudian untuk wanita volume gerak luas dan melebar.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan. Kehadirat Allah SWT yang senantiasa

menganugerahkan nikmat, taufik dan hidayah-Nya serta kesehatan sehingga

penulisan dapat menyelesaikan penelitian ini dan menjadikannya dalam bentuk

Skripsi yang berjudul “Bentuk Penyajian dan Proses Penciptaan Tari Nelayan

Karya Martozet”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang sudah ditetapkan untuk

memperoleh gelar Serjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik, Program Studi

Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. Dalam

penyelesaian Skripsi ini penulis banyak mengalami kendala, namun berkat doa,

dukungan serta bantuan dari semua pihak yang membantu penulis baik dari awal

penulisan sampai pada akhir penulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

 Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan.

 Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

 Uyuni Widiastuti, M.Pd, Ketua Jurusan Sendratasik.

 Sitti Rahmah, S.Pd., M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Tari

 Nurwani, S,S.T., M.Hum, Dosen Pembimbing Skripsi I

 Martozet, S.Sn., MA, Dosen Pembimbing Skripsi II, sekaligus sebagai

pembimbing dan koreografer tari nelayan

 Dra. Tuti Rahayu, M.Si, Pembimbing Akademik

(8)

iii

 Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Tari yang telah banyak

memberikan pengetahuan kepada penulis selama proses perkuliahan.

 Kedua orang tua Ayahanda Muhammad Syafei Harahap, S.Pd yang

menjadi inspirator dan Ibunda Rahmawati yang selalu mendo’akan,

memberikan kasih saying, memberikan nasihat, dukungan moral maupun

materi. Serta kepada abang Erik Nawaca Harahap, S.P dan kakak Desi

Ulis Harahap, S.I.K dan kakak Maharani beserta M.Rasyadu Nawaca

Harahap, yang telah memberikan semangat dan do’a yang tiada hentinya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas

Negeri Medan.

 Panji Pratama, S.S sebagai salah satu narasumber yang telah memberikan

banyak informasi, motivasi serta do’a kepada penulis untuk menyelesaikan

tulisan ini. Anggota Sangricerta dan Cermin Teater, terutama Syahrul

Gunawan, Muhammad Alfarizi, Irwansyah Putra, Nurmaulidya, Juliano

Adjie Mansiz, yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan membantu

penulis melakukan penelitian sampai selesai.

Sahabat penulis Pilar, Riska, Kheliana, Dwi, Dedek, seluruh stambuk 2011 yang

ikut membantu dari proses penelitian sampai akhir menuju sidang meja hijau.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, April 2016 Penulis,

(9)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan peneltian ... 10

F. Manfaat peneltian ... 10

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 12

A. Kajian Teoritis ... 12

1. Pengertian Tari ... 12

2. Teori Penciptaan... 14

3. Prinsip-Prinsip Penciptaan ... 15

4. Pengertian Bentuk Penyajian ... 17

5. Pengertian Melayu ... 19

B. Kerangka Konseptual ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

(10)
(11)

vi

BAB V PENUTUP... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN... 86

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tari Nelayan... 52

Tabel 4.2 Deskripsi Gerak Tari Nelayan... 56

Tabel 4.3 Gambar Alat Musik... 69

Tabel 4.4 Gambar Busana Tari... 71

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Konseptual ... ... 23

Gambar 3.1. Tim LKB Widatra Kunjungan Ke Hungary ... 34

Gambar 3.2. Tim LKB Widatra Kunjungan Ke Singapora ... 34

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan

dalam sekelompok masyarakat, masyarakat terbentuk oleh individu dengan

individu lainnya atau antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, hasilnya

membentuk jaringan pergaulan yang bisa membedakan dan menghubungkan yang

satu dengan yang lainnya. Kebudayan yang mengakar dan mempengaruhi

bentuk-bentuk kebudayaan yang ada di wilayah pesisir Melayu adalah kebudayaan Islam.

Masing-masing masyarakat Islam didunia memiliki karakternya sendiri dalam

melahirkan kebudayaan yang mencerminkan dinamika kehidupannya.

Kelompok-kelompok masyarakat dalam satu kebudayaan memiliki bentuk

seni atau tarinya sendiri, sebab, suatu kelompok masyarakat memiliki kepentingan

sendiri untuk menguatkan identitasnya. Akhirnya seni tari menjadi sebuah

ekspresi masyarakat yang memunculkan dinamika kebudayaan suku maupun

bangsa. Bentuk-bentuk tari yang kuat dipertahankan suatu kelompok atau

masyarakat, dipastikan mempunyai hubungan yang dekat dengan tata nilai yang

dipegang masyarakatnya. Hubungan dan tata nilai itu umpamanya yang

menyangkut falsafah yang dimilikinya, spirit yang dikandungnya, syiar syariat

yang disampaikannya sampai ke nilai-nilai estetis yang dimiliki tari tersebut.

Sepanjang hubungan itu memiliki keterkaitan yang kuat, tari tetap tumbuh

sebagai bagian dari kehidupan masyarakatnya.

(15)

2

Tarian tradisi hidup dan berkembang di masyarakat Indonesia dalam

berbagai acara adat, dan pada perkembangannya terus berpijak sesuai kebutuhan

masyarakat pendukungnya. Dalam kehidupan manusia, tari mempunyai arti yang

penting, karena bisa memberikan berbagai manfaat seperti hiburan dan sarana

komunikasi antara seniman dan penonton atau penikmat. Perkembangan

pemikiran dan kehidupan manusia serta berubahnya selera masyarakat dalam

berkesenian, maka muncul jenis-jenis tari yang tidak hanya sebagai sarana ritual

atau upacara semata, tetapi tari juga bertujuan untuk sarana rekreasi dan hiburan.

Selain dari tari tradisi milik komunal masyarakat pendukung, juga muncul tari-tari

garapan baru atau kreasi baru milik individu penciptanya.

Munculnya ide-ide kreatif dari koreografer untuk menyalurkan

gagasannya kedalam karya seni tari sehingga menghadirkan karya-karya baru,

karya-karya baru yang hadir dapat memperkaya pembendaharaan budaya

Nasional apa bila karya-karya tersebut ditampilkan secara terus menerus sehingga

dapat diterima oleh masyarakat. Karya tari yang dapat diterima oleh masayarakat

adalah jenis tari yang embrionya merupakan perkembangan dari tari tradisional,

atau merupakan pengembangan dari pola-pola tari yang sudah ada. Walaupun

sumber gagasannya berasal dari jenis tari tradisional tertentu, tetapi bentuk

penyajiannya telah berubah sesuai dengan gagasan penciptanya.

Kehadiran tari-tari kreasi baru sekarang ini tidak terlepas dari peranan

penata tari atau koreografer dalam menciptakan karyanya. Sebelum muncul ilmu

tentang penciptaan tari, dahulu tari diciptakan secara kolektif oleh satu suku atau

(16)

3

kehendak dan isi yang disampaikan. Sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, kemudian berdampak terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

tari. Ilmu koreografi lalu dipelajari diseluruh ini institusi pendidikan seni di

seluruh dunia termasuk di Universitas Negeri Medan. Melalui pendekatan ilmu

koreografi akhirnya dapat dibedakan antara tari tradisi dan non tradisi. Misalnya,

membedakan mana tari yang belum diolah dan tari yang sudah ditata dengan

pendekatan koreografi.

Tari kreasi baru yang berkembang akhir-akhir ini di Sumatera Utara

menunjukkan keragaman potensi budaya yang kreatif. Pada umumnya karya yang

diciptakan, merupakan karya yang berakar dari nilai-nilai tradisi. Tumbuh dan

berkembangnya tari kreasi baru yang hidup dimasyarakat merupakan adanya

respon positif dan kreatif dari penikmat dan koreografer dalam mengolah berbagai

potensi budaya atau tradisi yang berkembang menjadi bentuk tari. Fenomena tari

di Sumatera Utara kondisinya persis sama

Sebagaimana yang disampaikan oleh Endo Suwanda ( 2006:127)

bahwa “Memang ada sejumlah tari-tarian diberbagai daerah yang

memiliki sifat magis dan hanya dipertunjukkan pada upacara-upacara sakral, tetapi banyak pula tari-tarian tradisi yang keberadaannya semata-mata untuk hiburan. Sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, saat ini telah banyak diciptakan tari-tari baru yang tetap bernuansa tradisi kedaerahan tapi prinsipnya adalah untuk kebutuhan-kebutuhan baru. Inilah yang kemudian disebut tari

kreasi baru”.

Dengan demikian apapun ide dan gagasan tarian yang dihadirkan sangat

tergantung pada kepekaan koreografer dalam menggarap bentuk karya seni atau

karya tari. Oleh karena itu kreativitas dalam mencipta tari, sangat tergantung pada

(17)

4

memberikan apresiasi bagi karya yang diciptakan oleh koreografer

menggambarkan karakteristik penciptanya. Pencipta tari umumnya tak akan

pernah bisa lepas dari masa lalu dan latar kebudayaan yang mengelilinginya.

Di Sumatera Utara para koreografer telah banyak memberi kontribusi

lahirnya karya-karya baru yang saat ini memberi dinamika perkembangan tari

kreasi baru. Karya-karya mereka memberikan warna yang menyegarkan dan dapat

diterima oleh masyarakat. Di Sumatera Utara terdapat koreogarfer-koreografer

yang hingga saat ini masih produktif dalam berkarya. Karya-karya yang mereka

tampil pada acara-acara tingkat lokal, nasional, maupun di luar negara. Beberapa

orang koreografer di Sumatera Utara mempunyai latar belakang secara akademisi,

namun ada juga koreografer hadir secara otodidak. Beberapa koreografer

memiliki latar belakang kesenimanan adalah Martozet, Iskandar Muda,

Irwansyah, Nurwani, Inggit Prastiawan, Yusnizar Heniyawaty, Rhd ruth

Nugrahaningsih, Suwarsono, Agung Arianto, Linda Asmita, sedangkan yang

berlatar belakang pendidikan tari adalah Tuti Rahayu, Sittirahmah, Dilinar Adlin.

Sementara yang muncul atau lahir secara otodidak adalah Yoserizal Firdaus,

Syahrial Felani, Muhammad Nursyam, Nasri Effas, Irfansyah, dan lain-lain.

Koreografer yang berasal dari akademisi mampu melahirkan karya-karya baru

yang berbeda sehingga dapat mewarnai karya-karya tari kreasi di Sumatera Utara,

dan menjadi acuan bagi koreografer-koreografer lainya.

Salah seorang koreografer Sumatera Utara yang sudah banyak melahirkan

tari garapan baru yang bersumber dari tradisi adalah Martozet. Sebagai seorang

(18)

5

Indonesian Dance Festival (IDF) tahun 1994 di Taman Ismail Marzuki di Jakarta

dengan judul karya "Asa Yang Hilang". Pada masa itu ia terlibat sebagai penata

tari pemula, yang sama tampilnya dengan koreografer lainnya di Indonesia. Pada

tahun itu ia masih duduk di bangku perkulihan di Institut Seni Indonesia di

Yogyakarta. Pada tahun dan karya yang sama, beliau juga tampil pada Festival

Seni Pertunjukan Indonesia di Surabaya. Kemudian ia pernah mendapatkan juara

II pada Festival Tari Garapan Baru Antar Perguruan Tinggi se Wilayah – A di

Bandung dengan judul karya "Dara", yang diselenggarakan oleh Universitas

Negeri Padang, yang pada waktu itu masih bernama IKIP Padang.

Pada awal mula beliau berkarya, koreografinya selalu berakar pada

nilai-nilai tradisi dari daerah Minangkabau, oleh karena beliau tumbuh dan lahir dari

tradisi Minangkabau di Sumatera Barat. Namun semenjak hijrah kekota Medan,

sebagai staff pengajar di program studi Pendidikan Tari, Universitas Negeri

Medan, karya-karya barunya saat ini banyak berpijak pada tari-tari tradisi dari

daerah Sumatera Utara. Antara lain ia berpijak pada tradisi Melayu, Batak Toba,

Dairi, Simalungun dan etnik lain-lainnya.

Mengacu kepada sumber-sumber tari tradisi Melayu, bahwa sudah ada

bentuk-bentuk tari tradisi yang menggambarkan suasana nelayan. Misalnya tari

Gubang yang terdapat di daerah Kabupaten Asahan dan Kotamadya Tanjung

Balai. Tari lainnya adalah tari Jala oleh masyarakat Melayu pesisir Kabupaten

Langkat. Tari ini menggambarkan masyarakat nelayan yang bekerjasama

(19)

6

tari Gubang maupun tari Jala, adalah gambaran masyarakat nelayan yang

kemudian ditegaskan lagi lewat tari nelayan karya Martozet.

Karya-karya baru tari termasuk tari nelayan tidak lepas dari usaha untuk

mengkomunikasikan kebudayaan masyarakat Melayu. Hal ini berarti bahwa

kehidupan masyarakat Melayu yang berada di pesisir pantai menjadi sumber

penciptaan bagai para seniman tari.

Sumandiyo Hadi (2006:20-21) mengatakan bahwa ”Bersangkut paut dengan penciptaan seni tari, banyak orang mengatakan bahwa pada tahap yang paling awal seni itu adalah satu dari berbagai cara untuk melukiskan dan mengkomunikasikan sesuatu. Oleh karena itu, sebagai hasil pengungkapan nilai maupun hasil ekspresi perasaan manusia, terdapat dua faktor manusiawi yang perlu diperhatikan. Disatu pihak faktor si pencipta atau senimannya yang bersangkutan dengan masalah-masalah pengalaman, dorongan apa yang menyebabkan menciptakan karya tari. Apakah seorang penata tari berusaha melukiskan atau mengkomunikasikan sesuatu? Jika memang demikian, apakah yang hendak dikomunikasikan? Dan apakah tari merupakan bahasa komunikasi tertentu ?”

Dalam tari nelayan Martozet ingin mengkomunikasikan suasana nelayan

serta kegiatannya dalam mencari kebutuhan sehari-hari. Penegasannya tentang

hal yang berbeda dari biasanya lewat penggunaan properti serta pola pola gerak

dan komposisi yang selalu asimetris. Kemudian sebenarnya bukan hanya dipola

gerak saja ada unsur kekinian, tetapi Martozet sadar betul bahwa pola lantai tari

nelayan juga berbeda dari bentuk-bentuk tradisi. Supaya ada kesan hidup atau

dinamika kehidupan masyarakat Melayu. Martozet mencermati kondisi ini jauh

sebelum tari nelayan utuh bentuknya.

(20)

7

berada, ia harus selalu mencatat disain-disain yang ia temui dalam hidupnya sehari-hari”.

Dari uraian diatas akhirnya penulis merasa penting, karena tertarik untuk

mengangkat tarian ini menjadi topik penelitian tentang tari nelayan karya

Martozet. Pertimbangannya adalah, bahwa sosok Martozet penulis anggap telah

memberi kontribusi yang besar terhadap perkembangan tari karya baru di

Sumatera Utara, salah satunya adalah tari nelayan. Kedua, lewat pendekatan

disiplin akademisinya Martozet berusaha maksimal melahirkan karya baru.

Sementara pertimbangan yang ketiga, bahwa sumber-sumber garapan tari nelayan

sebagaimana yang telah dijelaskan di atas memiliki sumber-sumber yang sudah

dikenal secara luas. Berdasarkan hal ini, maka judul dalam penelitian ini adalah ”

Bentuk Penyajian Dan Proses Penciptaan Tari Nelayan Karya Martozet” untuk

dideskripsikan dalam bentuk karya ilmiah yang dikemas dalam bentuk Skripsi.

B.Identifikasi Masalah

Masalah penelitian tentu berbeda-beda. Masing-masing memiliki

karakternya sendiri sesuai dengan kondisinya permasalahannya. Namun problem

yang mendasar dari semua permasalahan penelitian adalah memetakan identifikasi

masalah agar penelitian dapat merinci permasalahan penelitian. Didalam bagian

ini perlu dituliskan permasalahan penelitian. Semua masalah yang akan diteliti

sedapat mungkin dikemukakan. Hal ini agar mudah untuk untuk menemukan

jawabannya. Adapun identifikasi masalahnya adalah :

1. Bagaimana proses penciptaan tari nelayan karya Martozet ?

(21)

8

3. Bagaimana bentuk penyajian tari nelayan ?

4. Bagaimana latar belakang penciptaan tari nelayan ?

C.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah sangat penting dalam penelitian. Hal ini menyangkut

berbagai pendukung lain seperti waktu, dana, tenaga, serta teori-teori yang

digunakan. Apabila masalah tidak dibatasi, dikhawatirkan akan berkembang yang

tidak sesuai dengan rencana. Biasanya orang memilih topik yang sangat besar,

untuk itu perlu dipersempit sehingga lebih spesifik (Gonsello Dkk, 1993:7)

Mengingat luasnya permasalahan yang mungkin dapat terjadi, maka penulis

memandang perlu untuk membuat batasan permasalahan yang akan diteliti.

Batasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas-batas permasalahan

dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi faktor mana saja

yang termasuk kedalam ruang lingkup permasalahan, dan faktor mana yang tidak

masuk dalam permasalahan.

Berkaitan hal itu Ali (1985:36) menyatakan “Untuk kepentingan

penelitian karya ilmiah suatu hal yang sangat diperhatikan adalah bahwa

penelitian sedapat mungkin tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan

menghasilkan analisis yang sangat sempit dan sebaliknya jika mengungkapkan

permasalahan yang sempit dapat mengharapkan analisis secara luas dan

mendalam” . Kemudian sejalan dengan hal tersebut Surahmad (1982 :31) juga

menyatakan bahwa ;

“Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai

(22)

batasan-9

batasan masalah, pembatasan ini perlu, bukan hanya untuk mempermudah atau menyederhanakan masalah bagi penyelidikan akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan masalah waktu, ongkos dan lain

sebagainya”

Berdasar pendapat di atas maka penulis membatasi masalah penelitian ini

sebagai berikut ;

1. Bagaimana proses penciptaan tari nelayan karya Martozet ?

2. Bagaimana bentuk penyajian tari nelayan ?

D.Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah seperti yang telah diungkapkan sebelumnya,

maka akan dijelaskan rumusan masalah penelitian ini. Perumusan masalah

merupakan pertanyaan yang lengkap mengenai ruang lingkup permasalahan yang

akan diteliti berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Masalah

yang dirumuskan dalam penelitian, sangat berguna untuk membersihkan

kemenduaan, untuk mengatasi rintangan ataupun untuk menutup celah antar

kegiatan atau fenomena (Moh. Nazir 1983:133) Dalam perumusan masalah kita

akan mampu untuk lebih memperkecil batasan-batasan masalah yang sekaligus

lebih mempertajam arah penelitian. Perumusan masalah ini pada umumnya ditulis

atau dinyatakan dalam kalimat pernyataan untuk menambah ketajaman perumusan

(Cholid & Abu: 1997:162).

Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut ;

(23)

10

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam

penelitian. Tujuan penelitian menjadi kerangka yang selalu dirumuskan untuk

mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan

penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup kegiatan yang akan

dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Berhasil atau tidaknya

suatu penelitian akan ditentukan dari tujuan penelitian. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suharsimi Arikunto (1978 : 69) yang menyatakan “Penelitian adalah

rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah

penelitian ini selesai”. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang dilakukan

terlihat dari tercapai tidaknya tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

1. Untuk mendiskripsikan proses penciptaan tari nelayan karya Martozet.

2. Untuk mendeskripsikan bentuk penyajian tari nelayan karya Martozet.

F. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian sudah pasti memberikan manfaat terutama tentang

kemajuan ilmu pengetahuan. Penelitian ini merupakan penelitian tentang seni

pertunjukan pesifiknya adalah seni tari dalam hal ini koreografi baru karya

Martozet diharapkan memberikan manfaat terhadap perkembangan seni tari

khususnya di daerah Sumatera Utara, munculnya ragam-ragam baru memberikan

kontribusi terhadap tari garapan baru perkembangan garapan tari baru di daerah

(24)

11

itu adapun manfaat penelitian-penelitian terhadap tari nelayan karya Martozet ini

adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi masyarkat bawasanya perlu dapat menerima

kehadiran tari garapan baru, ada koreografi baru yang berakar kepada

bentuk tari tradisi yang temanya adalah gambaran kehidupan masyarakat

melayu khususnya masyarakat pesisir kehidupan nelayan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi

koreografer-koreografer permula, ketika ingin mencipta tari garapan baru yang berakar

kepada bentuk tradisi dapat menjadi rujukan bagi koreografer.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi generasi muda

untuk bagaimana mencipta tari garapan baru.

4. Sebagai sumber referensi bagi seniman tari, maupun tulisan ini dapat

(25)

81

81 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

Kesimpulan untuk melengkapi penelitian tari nelayan karya Martozet

adalah bahwa tari tersebut diteliti di lingkungan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan. Hal ini dikarenakan bahwa nara sumber tari nelayan

yaitu Martozet serta aktivitasnya berikut lembaganya berkedudukan di lingkungan

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

LKB Widatra sendiri adalah lembaga kebudayaan yang didirikan oleh

beberapa orang dosen tari di lingkungan FBS Universitas Negeri Medan. Mereka

adalah Martozet, Tuti Rahayu, Nurwani, dan Iskandar Muda. LKB Widatra

didirikan pada awal tahun 2013 dengan visi membangun komunitas yang peduli,

paham dan handal dalam menginformasikan, memformulasikan, menunjukkan,

mengaplikasikan serta mendokumentasikan seluruh warisan budaya nusantara

khususnya kebudayaan di Sumatera Utara. Adapun misinya adalah merancang

program, mempersiapkan serta menciptakan forum, SDM dan infrastruktur bagi

pengembangan warisan budaya nusantara.

Tari nelayan karya Martozet ini memiliki proses dan tahapan sendiri sehingga

bentuknya sebagaimana yang dapat diteliti pada kajian penelitian kali ini. Bahwa,

yang tidak dapat dilepaskan dari karya ini adalah kehidupan dan kesederhanaan

masyarakat Melayu karena memang sumbernya dari fenomena dan dinamika

masyarakat Melayu.

(26)

82

Proses mencipta tari nelayan tidak terlepas dari munculnya ide-ide yang

kemudian diperkuat dengan kesempatan untuk menterjemahkan menjadi

bentuk-bentuk gerak. Dalam proses penciptaan tari nelayan akhirnya ada 4 hal yang sangat

subtansial menjadi tahapan terbentuknya karya, 4 tahapan tersebut adalah ide-ide,

eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan (komposisi).

Bentuk penyajian tari nelayan adalah bentuk seluruh komponen penyajian

atau persembahan tari tersebut di depan penonton. Bentuk penyajian ini

menyangkuat berbagai hal yang menyangkut totalitas tari sebagai seni yang dapat

dinikmati masyarakat atau penonton. Bentuk penyangkut tari nelayan menyangkut

aspek gerak, musik dan lagu pengiring, kostum atau busana, penari, tata rias,

properti, pola lantai dan tempat penyajian.

B.Saran

Penelitian tari Nelayan untuk diangkat menjadi sebuah skripsi yang

berjudul Bentuk Penyajian dan Proses Penciptaan Tari Nelayan Karya Martozet

merupakan penelitian yang cukup menarik. Banyak hal yang dapat dijadikan

bahan untuk melengkapi dan menyempurnakan bagi penelitian-penelitian karya

tari sejenisnya. Namun karena keterbatasan penulis merangkai catatan, maka

penelitian ini masih dirasakan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis

memberi saran sebagai berikut;

1. Perlu diperbanyak penelitian tentang karya tari dari berbagai koreografer

tari di Sumatera Utara yang menyangkut kehidupan nelayan atau

(27)

83

2. Tari karya baru yang bersumber dari tradisi dan kehidupan masyarakat

Melayu hendaknya dapat dikembangkan secara berkelanjutan, agar

kandungannya dapat memberi gambaran tentang identitas suatu masyarakat

yang dapat dipakai sebagai sarana pembelajaran bagi semua pihak.

3. Tari karya baru yang bersumber dari tari kehidupan masyarakat Melayu

hendaknya diberi peluang tampil lebih luas untuk forum-forum budaya baik

lokal, nasional maupun internasional.

4. Tari garapan baru yang bersumber dari tari tradisi tari Melayu hendaknya

dapat difestivalkan secara rutin.

5. Kurangnya buku yang berkaitan dengan tari-tari karya baru, hendaknya

pihak-pihak terkait mengupayakan hadirnya buku sebagai referensi yang

dapat dipakai untuk sarana studi pihak-pihak yang membutuhkannya.

6. Perlu diselenggarakan seminar tentang tari karya baru di Sumatera Utara

agar falsafah dan nilai-nilai yang dikandung dan diangkatnya menjadi

(28)

84

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1978. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsini. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2005.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sumatera Utara. 1990.

Diskripsi Tari Gubang.

Djelantik, A. A. M, 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia bekerja Sama dengan Arti.

Gonsello Dkk; 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan Alimuddin

Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2012. Koreografi : Bentuk Teknik Isi . Yogyakarta: Cipta Media.

Hadi, Sumandiyo. 2006. Sosiologi Tari. Yogjakarta :Pustaka.

Hawkins, Alma M. 2003. Moving From Within (Bergerak Menurut Kata Hati). Terjemahan I wayan Dibia. Jakarta: Kerjasama Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Jazuli, M, 1994. Telaah Teoretis Seni Tari. Semarang; IKIP Semarang Press.

Koetjaraningrat, 1993. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kussudiardja, Bagong.2000, Bagong Kussudiardja Dari Klasik Hingga

Kotemporer Yogyakarta: Padepokan Press.

Langer, Suzanne K. 2006. Problems Of Art (Problematika Seni). Terjemahan FX. Widaryanto. Bandung: Sunan Ambu Press.

Liang Gie, The. 1976. Garis-Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada.

(29)

85

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 1977. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution, S.1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.

Nurwani, 2014. Bahan Ajar Pengetahuan Seni Tari: Unimed Press . Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Seni Tari Unimed : Medan.

Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Sedyawati, Edi. 1986. Pengetahuan Elementer Tari DanBeberapa Masalah

Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian, Proyek Pengembangan Kesenian

Jakarta. DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan

Sinar, Tengku Lukman Sinar. 1986. Sari Sejarah Serdang 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sinar, T. Lukman, 1990. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Perwira Medan,

Soedarsono, RM. 1972. Djawa Dan Bali Dua Pusat Perkembangan Seni Drama

Tradisional Di Indonesia.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soedarsono. 1977. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta : Proyek pengembangan Media kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Soedarsono. 1978. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

Suwanda, Endo. 2006. Tari Tontonan. Jakarta :Pendidikan Seni Nusantara (PSN).

Takari, Drs. Muhammad dan Heristina. 2008. Budaya Musik dan tari Melayu

Sumatera Utara. Medan : USU Press.

Tasman, A, 2008. Analisa Gerak Dan Karakter. Surakarta : ISI Press Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Musik di Pekanbaru terdiri dari perancangan akustik luar ruang dan akustik dalam ruang. a) Akustik luar ruang terdiri dari menenetukan perletakan massa bangunan yang

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang faktor intrinsik dan ekstrinsik yang berhubungan dengan tingkat kemandiriran lansia dalam melakukan

2) Dilihat dari segi kualitas kerja aparatur di Kantor Camat Kendawangan menunjukkan bahwa aparatur yang ada masih mengalami kesulitan dalam penyusunan RKA-SKPD. Sebab aparatur

Tetap sekarang setelah rbuan tenaga Teknk Permnyakan kta yang bekerja d ndustr, orang mula melhat bahwa kemampuan SDM kta tdak kalah dengan expatriate.”

79 A szólásszabadság gyakorlása során összetett, és jelent ő sen eltér ő kérdésekre bukkanhatunk (személyiségi jogok védelme, fajgy ű löl ő kifejezések, reklámok,

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu

kurang menguasai konsep materi lingkaran, kurang menguasai materi prasyarat, kurang teliti dalam mengerjakan soal, tidak teliti pada saat membaca soal, dan

Ditinjau dari letaknya bangunan gedung BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah) Provinsi Jawa Timur yaitu di Sumenep yang termasuk daerah dengan gempa rendah