PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE SNOWBALL THROWING DAN TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI
SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2012-2013
(S k r i p s i) Oleh Herawati
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE SNOWBALL THROWING DAN TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI
SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2012-2013
Oleh
Herawati
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar geografi antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng Tahun Pelajaran 2012-2013 yang menggunakan model pembelajaran snowball throwing dengan talking stick. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Objek dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang diajar dengan model snowball throwing dan model talking stick. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan observasi. Analisa data dan uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil penelitian ini menunjukan bahwa, rata-rata prestasi belajar geografi siswa yang diajar dengan menggunakan model talking stick lebih tinggi daripada rata-rata prestasi belajar geografi siswa yang diajar dengan menggunakan model snowball throwing.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Belajar dan Pembelajaran ... 8
2. Teori Pembelajaran Konstruktivisme ... 10
3. Prestasi Belajar ... 11
4. Model Pembelajaran ... 12
5. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) ... 12
6. Pembelajaran Kooperatif TipeSnowball Throwing ... 15
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ... 16
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 18
C. Kerangka Pemikiran ... 19
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 20
1. Anggapan dasar ... 20
2. Hipotesis ... 20
III. METODE PENELITIAN A.Metode dan Prosedur Penelitian... 21
1. Metode Penelitian ... 21
B.Desain Penelitian ... 24
C.Variabel Penelitian ... 24
1. Variabel Bebas ... 25
2. Variabel Terikat ... 25
D.Definisi Operasional Variabel ... 25
1. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing ... 25
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ... 26
3. Prestasi Belajar Geografi ... 26
E.Teknik Pengumpulan Data ... 27
1. Teknik Tes Data... 27
2. Teknik Observasi ... 27
F. Instrumen Penelitian ... 28
1. Uji Validitas ... 28
2. Uji Reliabilitas ... 29
3. Uji Taraf Kesukaran ... 30
4. Uji Daya Pembeda Soal ... 31
G.Uji Persyaratan Analisa ... 31
1. Uji Normalitas Data ... 31
2. Uji Homogenitas Varians ... 32
H.Uji Analisa Data ... 32
1. Independent SampleTes ... 33
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 34
1. Lokasi Penelitian ... 34
2. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 2 Tegineneng ... 37
3. Visi, Misi, dan TujuanSMA Negeri 2 Tegineneng ... 37
a. Visi ... 37
b. Misi ... 38
c. Tujuan ... 39
d. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 40
B.Pelaksanaan Penelitian ... 42
C.Uji Persyaratan Tes ... 43
1. Uji Validitas ... 43
2. Uji Reliabilitas ... 44
3. Uji Taraf Kesukaran ... 44
4. Uji Daya Beda ... 45
D.Uji Prasyaratan Analisa ... 46
1. Uji Normalitas ... 46
a. Normalitas data Snowball Throwing Kelas X1 ... 46
b. Normalitas data Talking StickKelas X1 ... 47
c. Normalitas data Talking StickKelas X2 ... 47
d. Normalitas data Snowball ThrowingKelas X2 ... 48
2. Uji Homogenitas ... 49
E.Hasil Penelitian ... 50
1. Deskripsi Data Penelitian ... 50
a. Data Pre-testSiswa Kelas X1 ... 52
b. Data Pre-testSiswa Kelas X2 ... 55
3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Geografi (Post-test) Siswa ... 58
a. Data prestasi belajar geografi siswa kelas X1dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwingdan Talking Stick ... 59
b. Data prestasi belajar geografi siswa kelas X1dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Snowball Thowing ... 64
4. Uji Analisa Data ... 69
a. Pengujian Hipotesis ... 69
1. Hipotesis ... 69
F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
1.Rata-rata prestasi belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng yang diajar dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipetalking stick lebih tinggi darirata-rata prestasi belajargeografi siswa yang diajar dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipesnowballthrowing pembelajaran kooperatif tipe talking stick ... 72
V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 76
B.Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien Muhaimin dalam Yatim Riyanto (2009:131).
2
seorang guru harus dapat membuat siswa menjadi tertarik terhadap kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung di dalam kelas.
Pada zaman globalisasi saat ini guru dituntut aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar, karena siswa dapat memperoleh pengetahuan dan informasi dengan mudah dari berbagai media dengan mudah dan cepat, jangan sampai pembelajaran yang disampaikan di sekolah terkesan ketinggalan zaman dan pada akhirnya siswa malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Peranan sekolah dalam hal ini sangat penting untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan menghasilkan peserta didik yang memiliki prestasi belajar yang memuaskan yang pada akhirnya nanti diharapkan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing. Dengan adanya prestasi belajar yang baik, maka peranan sekolah telah berhasil untuk dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan.
Tabel 1. Nilai Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng TP 2012-2013
No Kelas
Interval Nilai Jumlah
Siswa 0-72 > 73-100
1 X 1 23 11 34
2 X 2 20 15 35
Jumlah
Siswa 43 26 69
Persentase 62,31% 37,68% 100%
Sumber:Data Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng Tahun pelajaran 2012-2013.
Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 2 Tegineneng rendahnya prestasi belajar geografi siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya variasi penggunaan model pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas, kurang aktifnya siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas yang diakibatkan oleh rasa bosan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, dan kurangnya kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan pengetahuan yang diketahui dengan teman satu kelas.
4
model pembelajaran ini diharapkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan akan lebih mudah, dan pada akhirnya akan berdampak pada prestasi belajar siswa yang baik.
kedua model ini dipilih tidak hanya untuk meningkatkan prestasi belajar, akan tetapi juga untuk mengetahui model manakah yang paling tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng yang masih rendah. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, tentang “Perbedaan Prestasi Belajar antara Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dan
Talking Stick pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng Tahun Pelajaran 2012-2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode ceramah pada saat mengajar di kelas dan penggunaan model pembelajaran dalam pembelajaran geografi kurang bervariasi.
2. Guru belum menerapkan model-model pembelajaran kooperatif (model pembelajaran Snowball Throwing dan Talking Stick) dalam pembelajaran geografi.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, agar penelitian ini tidak meluas dan dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, kemampuan berpikir dan biaya yang penulis miliki, maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah yang akan di batassi yaitu:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan Talking Stick pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng.
2. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan Talking Stick terhadap prestasi siswa pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng.
D. Rumusan Masalah
6
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah rata-rata prestasi belajar geografi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dari rata-rata prestasi belajar geografi siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bagi Guru
a. Mengenalkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan tipe talking stick.
b. Menambah wawasan tentang model pembelajaran sebagai bahan untuk meningkatkan profesionalisme guru.
3. Bagi Siswa
Meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Bagi Sekolah
a. Sebagai masukan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan talking stick untuk pembelajaran pada mata pelajaran
b. Dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat untuk perbaikan mutu pembelajaran.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar geografi siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng, Semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013.
3. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Negeri 2 Tegineneng . 4. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran
Pengertian belajar dan pembelajaran ini banyak diungkapkan beberapa ahli dalam pandangan yang berbeda-beda. Adapun pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Belajar merupakan suatu peristiwa yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol (Gagne dalam Riyanto, 2009:5).
Menurut Cronbach dalam Riyanto (200:5) Belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi hanya dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu:
a. Faktor intern, adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dapat digolongkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor kelelahan.
b. Faktor ekstern, adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dapat digolongkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat (Slameto, 2010:54-60).
Berdasarkan uraian di atas, sehingga dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana di dalamnya terjadi interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkunganya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada peserta didik (Udin S. Winataputra, 2007:1.18).
10
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antar dengan siswa, maupun antar siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asep Herry Hernawan, 2008:11.3).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui satu atau lebih, strategi, metode, dan pendekatan tertentu ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
2. Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivis berati bersifat membangun. Dalam proses pembelajaran, konsep ini menghendaki agar anak didik dapat dibandingkan kemampuannya untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntunan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam penyesuaian seperti ini, anak didik akan tetap berada dalam suasana aman dan bebas (Imam Bernadib, dalam Yatim Riyanto 2012:144).
Beberapa tujuan tentang konstruktivisme dalam pembelajaran ini, pada dasarnya ada beberapa tujuan yang ingin diwujudkan antara lain:
1. Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. 2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri jawabannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri (Yatim Riyanto, 2012:147).
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai teori konstruktivisme yang disebutkan di atas maka teori yang cocok dengan penelitian ini ialah teori konstuktivisme karena dalam teori ini disebutkan jika dalam kegiatan pembelajaran yang berperan aktif adalah siswa yang dituntut aktif dan kreatif dalam mengembangkan pemikiranya di dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3. Prestasi Belajar
Menurut Abu Hamadi (dalam Muharisnan, 2009: 22) Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai siswa dalam suatu usaha kegiatan belajar dan perwujudannya dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setiap mengikuti tes.
12
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan jika prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk nilai dari evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tersebut dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa (kemampuan yang dimilikinya) dan faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
4. Model Pembelajaran
Meyer, W.J. (dalam Trianto, 2009:21) secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.
Menurut Arends (dalam Trianto, 2009:21) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
5. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Beberapa pengertian pembelajaran kooperatif menurut ahli, yakni:
Menurut Slavin dalam Etin solihatin dan Raharjo (2005:4) cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Menurut Stahl dalam Etin solihatin dan Raharjo (2005:5) pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja
sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.
Menurut Johnson dan Suton dalam Trianto (2009:60) terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan terikat satu sama lain.
2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok.
3. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekadar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman
14
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.
5. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan jika pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan kerjasama dalam kelompok yang dapat membuat siswa lebih aktif dengan berinteraksi antar anggota kelompok dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan belajar.
Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif meliputi Jigsaw, Student Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Talking Stick, Jigsaw, Kelompok Investigasi (KI)), Numbered Heads Together (NHT), Think-Pair-Share (TPS),
Mind Mapping (MM), Snowball Throwing (ST), Duti-Duta, Time Token (Tito), Debate, Picture and Picture (PP), Integrated Reanding and Composition (CIRC),
Student Fasilitator and Expailing (SFE), Cooperative Script (CS). (Yatim Riyanto, 2010:267)
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti „bola salju bergulir‟ dapat
diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa, metode Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain.
Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas. Langkah–langkah penerapan snowball throwing menurut Agus Suprijon (2013:128) yaitu sebagai berikut ini:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan
16
5. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ±15 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian.
[image:24.595.113.515.319.505.2]7. Evaluasi. 8. Penutup.
Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing.
No Kelebihan Kekurangan
1 Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit.
2 Dapat melatih kesiapan siswa Dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
3 Memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan pemikiranya
Sumber: http://hikari30.wordpress.com/tag/snowball-throwing/ 7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran Talking Stick dapat dilakukan sebagai berikut. (Suyatno, 2009:71)
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok.
3. Guru menyampaikan informasi materi secara umum, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari serta membahas materi tersebut di dalam kelompok.
4. Tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan dikumpulkan kepada guru. 5. Guru memberikan tongkat kepada satu kelompok secara acak.
6. Kelompok yang mendapatkan tongkat, harus memilih satu pertanyaan yang tersedia, begitu juga selanjutnya kelompok lain yang mendapatkan tongkat bergantian untuk menjawab pertanyaan yang ada.
[image:25.595.123.517.512.645.2]7. Guru dan murid bersama-sama menyimpulkan materi. 8. Refleksi dan evaluasi.
Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Thalking Stick.
No Kelebihan Kekurangan
1 Mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat
Membuat siswa senam jantung
2 Melatih membaca dan memahami dengan cepat
Kelas berpotensi tidak kondusif, karena adanya prosesi lemparan stick yang dilakukan oleh guru secara acak kepada murid
18
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Heri Cahyono (2012) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh model
pembelajaran Problem Open Ended dan Talking Stick terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari motivasi belajar siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Jiwan Tahun Pelajaran 2011-2012” hasil penelitian menunjukan (1) tidak ada perbedaan prestasi antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Open Ended dengan model pembelajaran Talking Stick. (2) Terdapat perbedaan antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi (78,34), sedang (71,39), dan rendah (69,07). (3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran Problem Open Ended dan model Talking Stick dengan motivasi siswa tinggi, sedang, maupun rendah terhadap prestasi belajar siswa.
Nurlita Marya (2011) dalam penelitian yang berjudul “Perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunkan metode pembelajaran Talking Stick dan metode Talking Chips di MTs Jamiatul Khair” hasil penelitian menunjukan (1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan dengan metode pembelajaran Talking Stick dan Talking Chips dengan diperoleh nilai ℎ� �� > dari �� yaitu
C. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran geografi hendaknya rancang semenarik mungkin agar dapat menumbuhkembangkan kemampuan siswa secara maksimal. Untuk itu dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking Stick untuk meningkatkan prestasi belajar berdasarkan pada mata pelajaran geografi siswa kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng Tahun Pelajaran 2012-2013.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen, adanya ketergantungan positif (saling membutuhkan), saling memberi motivasi dan membantu. Pada saat berlangsungya pembelajaran kooperatif, guru terus-menerus melakukan pemantauan melalui observasi dan penekanan belajar yang tidak hanya pada saat menyelesaikan tugas tetapi juga pada saat terjadinya hubungan interpersonal. Dengan kata lain pembelajaran kooperatif menekankan kehadiran teman sebaya yang berinteraksi dengan sesamanya.
20
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa, dan pada akhirnya akan berdampak pada prestasi belajar siswa yang baik.
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Semua siswa kelas X IPS SMA N 2 Tegineneng Tahun Pelajaran 2012-2013 mempunyai kemampuan yang sama dan memperoleh materi pelajaran geografi.
2. Kelas yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan kelas yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, diajar oleh guru yang sama.
2. Hipotesis
III. METODE PENELITIAN
A. Metode dan Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan Design menggunakan metode Non-equivalent Control Group Desain. Bentuk eksperimen ini digunakan untuk mengatasi kesulitan menentukan kelompok kontrol dalam penelitian Sugiyono, (2009:114).
Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subyek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2003:16).
2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki prosedur, yaitu peneliti mengunjungi sekolah untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa yang akan digunakan dalam penelitian. Kemudian peneliti menetapkan kelas X yang berjumlah dua kelas yang akan digunakan dalam penelitian. Masing-masing kelas tersebut yaitu kelas X1 dengan
22
Prosedur dalam penelitian melalui dua tahap, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Kemudian kelas X1 kegiatan pembelajarannya diberikan model kooperatif tipe
Snowball Throwing, sedangkan kelas X2 diberikan model kooperatif tipe Talking
Stick. Pada akhir pembelajaran masing-masing kelas diberikan post-est, terlebih dahulu sebelumnya pada awal pembelajaran sebelum diterapkan model siswa diberi pre-test. Untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran dengan model yang telah diterapkan.
Selanjutnya pada pertemuan II kelas X1 dan kelas X2 mengalami pergantian dalam
penggunaan model. Pada kelas X1 dalam kegiatan pembelajarannya diberikan
model kooperatif tipe Talking Stick dan kelas X2 dalam kegiatan pembelajarannya
24
B. Desain Penelitian
[image:32.595.136.428.232.325.2]Dalam desain eksperimen terdapat kelompok yang diberikan perlakuan yang disebut dengan kelompok eksperimen.
Tabel 4. Pola Desain Rotasi.
Sumber: (Sudjana dan Ibrahim 2012:48) Keterangan:
1. Pertemuan pertama kelas X1 diberi perlakuan Snowball Throwing .
2. Pertemuan kedua kelas X2 diberi perlakuan Talking Stick.
3. Pertemuan ketiga kelas X1 diberi perlakuan Talking Stick.
4. Pertemuan keempat kelas X2 diberi perlakuan Snowball Throwing .
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2009:118). Dari pendapat di atas, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel antara lain:
Kelas Model Snowball Throwing
( A1 )
Model Talking Stick
( A2 )
B1 B1A1 B1A2
1. Variabel bebas (Independent variable)
Varibel bebas (X) yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.
2. Variabel Terikat (Dependent variable )
Variabel terikat (Y) yang menjadi akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel terikat, dalam hal ini adalah “prestasi belajar geografi”.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi yang akan dioperasionalkan dan dapat diukur, setiap variabel akan dirumuskan dalam bentuk rumusan tertentu. Hal ini berguna untuk membatasi ruang lingkup yang dimaksud dan memudahkan pengukurannya, agar setiap variabel dalam penelitian ini dapat diukur atau diamati, maka perumusan definisi operasional variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
26
Penggunan model pembelajaran Snowball Throwing digunakan karena metode ini membantu siswa untuk lebih berperan aktif dan kreatif di dalam kegiatan pembelajaran. Di mana untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Tegineneng, setelah siswa diajar dengan menggunakan model Snowball Throwing maka akan dilakukan tes dengan menjawab pertanyaan.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Talking Stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Model pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SMA. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran Talking Stick terhadap prestasi belajar siswa, maka setelah melakukan penerapan model pembelajaran Talking Stick maka akan dilakukan pengukuran dengan memberikan tes.
3. Prestasi Belajar Geografi
terhadap materi yang telah dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar sebelumnya yang diukur dengan memberikan tes.
1. Hasil belajar siswa tuntas, apabila nilai tes siswa ≥ 73. 2. Hasil belajar siswa tidak tuntas, apabila nilai tes siswa ≤ 73.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik Tes Data
Teknik tes data mengenai prestasi belajar geografi siswa pada kelas X1 dan X2
yaitu diperoleh dari rata-rata dua kali tes post-est pada masing-masing kelas. Jenis soal yang digunakan adalah pilihan jamak dengan alternatif jawaban lima. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dinamika atmosfer dan dampaknya bagi kehidupan.
2. Teknik Observasi
Teknik pengumpulan data ini langsung mengadakan proses belajar mengajar dengan siswa baik pada kelas X1 maupun kelas X2. Pada pertemuan pertama
kelas X1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing,
sedangkan kelas X2 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick. Selanjutnya pada pertemuan kedua model pembelajaran tersebut dirotasi penggunaanya, yaitu pada pertemuan kedua ini kelas X1 menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, sedangkan kelas X2 menggunakan
28
F. Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas
Menurut ((Suharsimi Arikunto, 2009: 6). Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan
ditentukan [ada tes intu sendiri tetapi pada hasil pengetesan atau skornya.
Validitas alat ukur dilakukan dengan cara validitas isi atau content validity yaitu mengukur dengan tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang telah diberikan, (Suharsimi Arikunto, 2009: 67).
Pengujian validitas alat ukur menggunakan rumus product-moment (Arikunto, 2009: 72).
� = � –
{� 2 − )2 {� 2 − ( )2}
Keterangan:
� ∶ Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y X : Skor butir soal
y : Skor total
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas alat ukur, akan dilakukan uji coba kapada 15 orang siswa di luar sampel penelitian. Hasil yang diperoleh akan ditabulasikan dengan memakai rumus alfa sebagai berikut:
�11 = �
� −1 1−
��(� − ��) ���2
Perolehan jumlah varians butir soal terlebih dahulu dicari varian setiap butir soal, baru kemudian dijumlahkan.
(SuharsimiArikunto, 2012:117)
Rumus varian adalah sebagai berikut:
�2= 2− � 2
�
Keterangan:
n : jumlah subjek
( �)2 : jumlah skor total yang dijumlahkan
�2 : jumlah kuadrat skor total.
Dari harga reliabilitas yang diperoleh, hasilnya dikonsultasikan ke kriteria reliabilitas, yaitu:
Antara 0,800-1,000:sangat tinggi Antara 0,600-0,800:tinggi
Antara 0,400-0,600:cukup Antara 0,200-0,400:rendah
Antara 0,000-0.200:sangat rendah
30
3. Uji Taraf Kesukaran
Uji tingkat kesukaran suatu soal bertujuan mengetahui tingkat kesulitan soal yang digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran. Instrumen perlu diuji tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
P : indeks kesukaran.
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul. JS : jumlah seluruh siswa peserta tes.
[image:38.595.114.474.445.561.2](SuharsimiArikunto, 2009:208)
Tabel 5. Kriteria Tingkat Kesukaran.
Indeks Kesukaran Keterangan
Kurang dari 0,30 item soal berkategori sukar
0,30 – 0,70 item soal berkategori cukup
Lebih dari 0,70 item soal berkategori mudah
4. Uji Daya Pembeda Soal
Daya pembeda digunakan untuk menentukan soal sungguh dapat membedakan siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) dan siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group).
Rumus daya pembeda adalah sebagai berikut:
Keterangan:
D : daya pembeda item soal;
BA : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab benar butir item
yang bersangkutan;
BB : banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar butir item
yang bersangkutan; J : banyaknya peserta tes.
(Arikunto, 2009:213-218).
G. Uji Persyaratan Analisa
1. Uji Normalitas Data
32
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16
2. Uji Homogenitas Varians
Perumuasan hipotesis:
�0:�2 = �22 (Kedua sampel memiliki varians yang sama) �1: �2 ≠�22 (Kedua sampel memiliki varians yang berbeda)
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16
H. Uji Analisis Data
1. Independent Sampel Tes
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng semester genap Tahun Pelajaran 2012-2013 diketahui jika:
Rata-rata prestasi belajar geografi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Tegineneng yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih tinggi dari rata-rata prestasi belajar geografi siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
B. Saran
1. Bagi Guru:
a. Guru dapat menggunakan model atau media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar siswa benar-benar memusatkan perhatiannya pada pelajaran dan lebih mudah memahami materi yang diberikan.
2. Bagi Siswa:
a. Bagi siswa jika ada materi yang belum paham dan kesulitan untuk memahami jangan ragu untuk bertanya dan minta penjelasan pada guru. b. Jangan pernah menyerah dan jangan takut untuk bersaing.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah dapat mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dan Talking Stick untuk pembelajaran pada mata pelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry Hernawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Universitas Terbuka. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Etin Solihatin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamid Darmadi. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Alfabeta. Bandung.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCo QFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace%2Fbitstream%2F1
23456789%2F5108%2F1%2F102183-NURLITA%2520MAYA-FITK.PDF&ei=zDs6UrWkBMaHrQfKqoD4CA&usg=AFQjCNFm9e4rRfR5zz1yG W9HkJcVGeGepw&bvm=bv.52434380,d.bmk. Diunduh tanggal 24 Juni 2013 pukul 8.12
https://docs.google.com/file/d/0BwPyCJEa8dGMdnVnRzFQUENSZGc/edit?pli=1 Diunduh tanggal 22 Juni 2013 pukul 18.15
http://hikari30.wordpress.com/tag/snowball-throwing/. Diunduh tanggal 20 Juni 2013 pukul 8.23
Miftahul Huda. 2011. Cooperatif Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Nasution. 2009. Metode Research. Bumi Aksara. Jakarta
Singgih Santosa. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Gramedia. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito Bandung. Bandung.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana Pustaka. Sidoarjo.
Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kencana. Jakarta.
Udin S Winataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.
Wina Sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.