TINJAUAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA
PENGGUGURAN JANIN (INDUCED ABORTION)
DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG - UNDANG
HUKUM PIDANA (K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 29
TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
THE LEGAL REVIEW ABOUT INDUCED ABORTION CRIME
KKITAB UNDANG
-
UNDANG HUKUM PIDANA (K.U.H.P) JO.
UNDANG-UNDANG NO. 29/2004 ABOUT MEDICAL PRACTICE
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pada Program Strata-1 Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
Oleh :
DEWIRUCHIE IKA P. W 3. 16. 07. 026
Dibawah Bimbingan:
Dr. Asep Iwan Iriawan, S.H.,M.Hum
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
vi
TINJAUAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENGGUGURAN
JANIN (INDUCED ABORTION) DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB
UNDANG - UNDANG HUKUM PIDANA(K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG
NOMOR 29 TAHUN 2004TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
ABSTRAK
Oleh :
Dewiruchie Ika P. W 3. 16. 07. 026
Aborsi berkaitan erat dengan posisi perempuan berdasarkan Pasal 346 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Sistem hukum Indonesia aborsi dilarang dilakukan. Bahkan perbuatan aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga kepada pelaku dan orang membantu melakukannya dikenai hukuman. Akan tetapi walaupun sebagian besar masyarakat kita sudah mengetahui ketentuan tersebut, tetap saja masih banyak yang melakukan aborsi. Secara hukum apapun yang dimaksud dengan aborsi dilarang dilakukan di Indonesia, dan Berdasarkan ketentuan pasal 1 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia masalah pengguguran kandungan menyatakan bahwa setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter, sehingga seorang dokter dilarang melakukan tindakan tersebut. Permasalahanya adalah Bagaimana penegakan hukum pidana dalam kasus aborsi berkaitan dengan pelaku yang melakukan dan orang yang membantu pelaku untuk melakukan aborsi tersebut di Indonesia dan Bagaimanakah penerapan hukum
pidana ditinjau dari (KUHP) juncto. Undang – Undang No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran.
Untuk menjawab permasalahan tersebut Penelitian yang dilakukan adalah penelitian Hukum Normatif dengan pendekatan yuridis sosiologis yang diambil data primer dan data sekunder dengan mengolah data kualitatif, sedangkan pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduksi berdasarkan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kasus yang dikaji.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaturan hukum mengenai aborsi di
IndonesiaMelalui aparat penegak hukum polisi, jaksa dan hakim, hukum positif
THE LEGAL REVIEW ABOUT INDUCED ABORTION CRIME KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG
NO 29/2004 ABOUT MEDICAL PRACTICE help will be punished. However, the most of society know those rules; there are a lot of abortions. In any law abortion is banned in Indonesian, and according to article 1 Undang-Undang No. 29/2004 about Indonesian medical ethic code, The problem of abortion says that every doctor should be obedient, understand, and run the medical oath, so a doctor is banned to do abortion. The problem is how to implement law enforcement in abortion related to the doer to do abortion and other people who help abortion in Indonesia and how to implement crime review from Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (K.U.H.P) juncto Undang-Undang
No. 29/2004 about medical practice.
To answer those problems, this study is conducted in normative with juridical sociologic approach that taken from primary and secondary data with analyzed data in qualitative, whereas the decision taking is conducted with deduction logic based on analysis towards Undang-Undang rules that related to the case.
According to study result shows that rules about abortion in Indonesia through police, court, and judge, positive law is enforced. Abortion in Indonesian is clearly banned by Undang-Undang. Rules article 1 Undang-Undang No.
29/2004 about Indonesian medical ethic code, midwife, and paramedic,
iii
KATA PENGANTAR
Segala rasa kerendahan hati dan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
karunianya yang telah dilimpahkan sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas penulisan skripsi dengan judul TINJAUAN HUKUM
MENGENAI TINDAK PIDANA PENGGUGURAN JANIN (INDUCED
ABORTION) DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG - UNDANG
HUKUM PIDANA(K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN
2004TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN dengan tujuan untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu persyaratan kelulusan di Fakultas Hukum, Universitas
Komputer Indonesia.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna
dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan, dari segi penggunaan tata
bahasa maupun dalam pembahasan materi. Semua ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun kepada Penulis, yang mudah-mudah dikemudian hari Penulis
dapat memperbaiki segala kekurangannya.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, ijinkanlah penulis mengucapkan terima
kasih yang setinggi-tingginya kepada Dr. Asep Iwan Iriawan, S.H.,M.Hum selaku
pembimbing utama, yang telah memberikan ide serta pemikiran akademis yang
sangat berharga yang dapat mendorong penulis untuk menyelesaiakan penulisan
iv
pihak-pihak yang turut membantu, memberikan motivasi, dan doa kepada penulis
untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu, terima kasih sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada:
1. Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Msc selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia;
2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., A.K., M.S selaku Pembantu
Rektor I Universitas Komputer Indonesia;
3. Yth. Bapak Prof. Dr. Moh. Tajuddin, M.A. selaku Pembantu Rektor II Universitas
Komputer Indonesia
4. Yth. Ibu Dr. Hj. Aelina Surya, selaku pembantu Rektor III Universitas Komputer
Indonesia;
5. Yth. Bapak Prof. Dr. H.R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H selaku Dekan
Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;
6. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
7. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas
Komputer Indonesia;
8. Yth. Bapak Budi Fitriadi, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
9. Yth. Bapak Anthon F. Susanto, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum
v
10.Yth. Bapak Asep Iwan Irawan, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
11.Yth. Ibu Febilita Wulan sari S.H., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas
Komputer Indonesia;
12.Yth. Ibu Yani S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer
Indonesia;
13.Yth. Ibu Rachmani Puspitadewi., S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
14.Yth. Ibu Rika Rosiliawati, A.Md selaku Staff Administrasi Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
15.Yth. Bapak Muray Selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas Kompter
Indonesia;
16.Rekan-rekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia Angkatan 2007;
17.Sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
18.Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
membalas kebaikan yang telah mereka berikan.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih untuk yang tercinta kedua
orang tua penulis, Bapak dan Ibu yang sangat penulis hormati dan sayangi serta
kakak tercinta dan adik tercinta, terima kasih atas limpahan kasih yang tercurah
selama ini dan juga doa yang tulus semua ini tak ada bandingnya di dunia. Penulis
vi
pahala yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Billahitaufiq Wal Hidayah
Wassalamualaikum Wr.,Wb.
Bandung, Agustus 2012
Penulis
Dewiruchie Ika P. W
3. 16. 07. 026
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……… i
SURAT PERNYATAAN ……… ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ……… iv
ABSTRAK ……… v
ABSTRACT ………... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1
B. Identifikasi Masalah ……… 9
C. Maksud Dan Tujuan Penelitian ……….. 10
D. Kegunaan Penelitian ………... 10
E. Kerangka Pemikiran ……… 11
F. Metode Penelitian ………... 13
BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENGGUGURAN JANIN (INDUCED ABORTION) A. Pengguguran Janin (Induced Abortion) menurut KUHP …… 18
v
BAB III PENERAPAN HUKUM BAGI PELAKU TINDAK PIDANA
PENGGUGURAN JANIN (INDUCED ABORTION)
A. Pengaturan Kitab Undang–Undang Hukum Pidana (KUHP)
Terhadap Pelaku Yang Melakukan dan orang yang turut serta
membantu dalam Pengguguran Janin (Inuced Abortion) …… 30
B. Proses penindakan yang dapat dilakukan oleh penyidik terhadap
pelaku tindak pidana pengguguran janin (induced abortion) .. 39
BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA
PENGGUGURAN JANIN (INDUCED ABORTION)
DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG - UNDANG
HUKUM PIDANA (K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR
29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
A. Pelaksanaan Proses Penerapan Hukum Terhadap Kasus
Pengguguran Janin(Inuced Abortion) ………. 48
B. Penerapan Kitab Undang–Undang Hukum Pidana (KUHP)
dihubungkan dengan Undang-Undang No. 29 tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran mengenai pengguguran janin
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diera globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadi sehingga kita
sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut, Perubahan tersebut
terjadi karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang yang semakin
canggih dan cepatnya sehingga mau tidak mau juga terkena imbasnya dalam
segala bidang, manusia terus menerus mengalami perubahan karena ilmu
pengetahuan terus menerus berkembang sehingga cara berpikir kita setiap hari
semakin maju.Begitu pula dengan kehidupan, Kehidupan merupakan suatu
anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa yang harus dihormati oleh
setiap orang. Kehidupan yang diberikan kepada setiap manusia merupakan Hak
Asasi Manusia yang hanya boleh dicabut oleh Pemberi kehidupan tersebut.
Berbicara tentang kehidupan manusia erat kaitanya dengan wanita dan janin yang
ada dalam kandungan wanita, Janin atau fetus adalah hasil fertilisasi dari
selesainya tahap pengembangan embrio di 8 minggu setelah fertilisasi sampai saat
kelahiran. Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh
dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh
induk (dalam telur) 1, namun ada sebagian orang yang dengan sengaja melakukan
tindakan yang mengakibatkan kematian pada janin. Tindakan tersebut dilakukan
dengan cara menggugurkan kandungan atau aborsi (Induced Abortion).
1
2
Pengguguran kandungan (aborsiInduced Abortion) selalu menjadi
perbincangan, baik dalam forum resmi maupun tidak resmi yang menyangkut
bidang kedokteran, hukum maupun disiplin ilmu lain. Aborsi merupakan
fenomena sosial yang semakin hari semakin memprihatinkan. Keprihatinan itu
bukan tanpa alasan, karena sejauh ini perilaku pengguguran kandungan banyak
menimbulkan efek negatif baik untuk diri pelaku mapun pada masyarakat
luas.Aborsi telah dikenal sejak lama, Aborsi memiliki sejarah panjang dan telah
dilakukan oleh berbagai metode termasuk natural atau herbal, penggunaan
alat-alat tajam, trauma fisik dan metode tradisional lainnya. Jaman Kontemporer
memanfaatkan obat-obatan dan prosedur operasi teknologi tinggi dalam
melakukan aborsi. Legalitas, normalitas, budaya dan pandangan mengenai aborsi
secara substansial berbeda di seluruh negara. Di banyak negara di dunia isu aborsi
adalah permasalahan menonjol dan memecah belah publik atas kontroversi etika
dan hukum.dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang
aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh
berbagai kalangan, baik itu dilakukan secara legal ataupun dilakukan secara ilegal.
Kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa yang
menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini, persoalan aborsi pada
umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana.
Namun, dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus
tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan aborsi provokatus medikalis.
Sedangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal
3
perbuatan manusia atau (abortuis provokatus) maupun karena sebab-sebab
alamiah, yakni terjadi dengan sendirinya, dalam arti bukan karena perbuatan
manusia (aborsi spontanus). Aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia dapat
terjadi baik karena didorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang
hamil menderita suatu penyakit dan untuk menyelamatkan nyawa wanita tersebut
maka kandungannya harus digugurkan (aborsi provokatus therapeutics atau bisa
disebut aborsi therapeuticus). Di samping itu karena alasan-alasan lain yang tidak
dibenarkan oleh hukum (abortus provokatus criminalis atau disebut aborsi
criminalis) Penguguran kandungan itu sendiri ada 3 macam 2:
1. ME (Menstrual Extraction) : Dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir
dengan penyedotan. Tindakan pengguguran kandungan ini sangat sederhana
dan secara psikologis juga tidak terlalu berat karena masih dalam gumpalan
darah;
2. Diatas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan
pengguguran kandungan yang sederhana;
3. Aborsi (pengguguran Kandungan) diatas 18 minggu, tidak dilakukan di klinik
tetapi di rumah sakit.
Masalah pengguguran kandungan (aborsi/Induced Abortion) pada hakekatnya
tidak dapat dilepaskan kaitannya denagn nilai-nilai serta norma-norma agama
yang berkembang dalam masyarakat Indonesia, terkait dengan Hukum pidana
positif di Indonesia pengaturan masalah pengguguran kandungan tersebut terdapat
2
4
pada Pasal 346, 347, 348, 349 dan 350 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal 346, 347, dan 348
KUHP tersebut, abortus criminalis meliputi perbuatan-perbuatan sebagai berikut:3
1. Menggugurkan kandungan (Afdrijing van de vrucht atau vrucht afdrijiving)
2. Membunuh kandungan (de dood van de vrucht veroorken atau vrucht doden)
Pelaksanaan aborsi, banyak cara yang digunakan baik itu yang sesuai dengan
protokol medis maupun cara-cara tradisional, yang dilakukan oleh dokter, bidan
maupun pihak-pihak yang sebenarnya tidak ahli dalam melakukannya yang
mencari keuntungan semata. Padahal seharusnya, aborsi hanya boleh dilakukan
untuk tindakan medis dengan maksud menyelamatkan nyawa ibu, contohnya
keracunan kehamilan atau pre-eklampsia. walaupun telah dengan tegas dalam
Undang-Undang bahwa aborsi adalah tindakan legal kecuali karena adanya
indikasi kedaruratan medis. Pada saat ini banyak tenaga medis yang terlibat secara
langsung dalam tidakan aborsi. Ada yang terlibat dengan perasaan ragu-ragu dan
tetap membatasi pada kasus-kasus sulit yang menyudutkan mereka untuk
mendukung pengguguran, namum ada pula yang melakukanya tanpa perasaan
bersalah. Menghadapi situasi seperti ini, tenaga medis tetap harus berusaha
menyadari tugasnya untuk membela kehidupan. Wanita yang mengalami kesulitan
itu perlu dibantu dengan melihat jalan keluar lain yang bukan pengguguran
langsung. Tenaga medis hanya berani menolak pengguguran langsung dengan
3
Musa Perdana Kusuma, Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, Hal.
5
indikasi sosial-ekonomi.Kesulitan sosial-ekonomi semestinya diperhatikan secara
sosial-ekonomi, bukan dengan pengguguran secara langsung.
Selama puluhan tahun aborsi, telah menjadi permasalahan bagi perempuan
karena menyangkut berbagai aspek kehidupan baik itu moral, hukum, politik, dan
agama. Kemungkinan terbesar timbulnya permasalahan tersebut berakar dari
konflik keyakinan bahwa memiliki hak untuk hidup dan para perempuan memiliki
hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dalam hal ini melakukan pengguguran
kandungan.
Sistem hukum Indonesia aborsi dilarang dilakukan. Bahkan perbuatan aborsi
dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga kepada pelaku dan orang membantu
melakukannya dikenai hukuman. Akan tetapi walaupun sebagian besar
masyarakat kita sudah mengetahui ketentuan tersebut, tetap saja masih banyak
yang melakukan aborsi. Indonesia termasuk salah satu negara yang menentang
pelegalan aborsi dalam konvensi-konvensi badan dunia PBB, satu kubu dengan
negara-negara muslim dunia, sebagian negara Amerika Latin dan Vatikan. Aborsi
di Indonesia dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk menyelamatkan
nyawa sang ibu. Oleh karena itulah praktek aborsi dapat dikenai pidana oleh
negara. Segi hukum positif yang berlaku di Indonesia, masih ada perdebatan dan
pertentangan dari yang pro dan yang kontra soal persepsi atau pemahaman
mengenai undang-undang yang ada sampai saat ini. Baik dari Undang-Undang
kesehatan, Undang-Undang praktik kedokteran, Kitab Undang-undang Hukum
6
(KDRT), dan Undang-Undang Hak Asasi Manusia (HAM), dari sisi moral dan
kemasyarakatan, Sulit untuk membiarkan seorang ibu yang harus merawat
kehamilan yang tidak diinginkan terutama karena hasil perkosaan, hasil hubungan
seks komersial (dengan pekerja seks komersial) maupun ibu yang mengetahui
bahwa janin yang dikandungnya mempunyai cacat fisik yang berat, hamil di luar
nikah yang pada saat ini sering terjadi, hal ini dikarenakan anak-anak muda
banyak yang menganut gaya hidup seks bebas. Pada awalnya para anak muda
hanya berpacaran biasa, akan tetapi setelah cukup lama berpacaran mereka
melakukan hubungan seksual. Ketika hubungan mereka membuahkan janin dalam
kandungan, timbul masalah karena harus masih menyelesaikan sekolahnya atau
kuliahnya. Ditambah tasa takut dan rasa malu apabila ketahuan oleh orang tua dan
orang lain. Maka ditempuh dengan cara menggugurkan kandungan (aborsi) untuk
menghilangkan janin yang tidak dikehendaki Di samping itu, banyak perempuan
merasa mempunyai hak atas mengontrol tubuhnya sendiri. Di sisi lain, dari segi
ajaran agama, agama manapun tidak akan memperbolehkan manusia melakukan
tindakan penghentian kehamilan dengan alasan apapun. Fatwa lembaga
keagamaan pun rata-rata mendukung kebijakan pemerintah, misalnya fatwa
Majlis Tarjih Muhammadiyah tahun 1989 tentang aborsi yang menyatakan bahwa
aborsi dengan alasan medik diperbolehkan dan aborsi dengan alasan non medik
diharamkan 4. Indonesia memang bukan seperti negara maju, dimana mereka
sudah berpengalaman dalam menangani masalah-masalah seperti ini dengan
melibatkan semua pihak, baik orang tua, para guru, teman-temannya di sekolah
4
7
bahkan juga pemerintah.Sementara Indonesia yang merupakan negara yang
bertransisi dari masyarakat tradisonalis ke masyarakat modern bahkan pra modern
tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi persoalan ini.Sehingga aksi-aksi yang
dilakukan pun lebih banyak merupakan aksi panik seperti halnya mengeluarkan
siswi hamil tersebut.
Resiko meningkatnya perilaku seks pra nikah dan seks bebas tidak dapat
dihindari akibat perkembangan budaya modern dan meningkatnya usia pasangan
nikah. Tapi sangat disayangkan apabila pemerintah dan juga kalangan pendidik
dan komponen masyarakat tidak memiliki sebuah konsep yang terarah dan jelas
untuk menghadap fenomena sosial ini. Peningkatan usia nikah harusnya juga
diikuti dengan pembekalan mengenai sex pada kalangan remaja sehingga mereka
bisa mengendalikan diri dan menjauhi perilaku sex beresiko tersebut. Akan tetapi
budaya sex tabu menempatkan kalangan remaja seperti anak kecil yang dipandang
dan dianggap tidak perlu tau masalah sex. Menggugurkan kandungan atau dalam
dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus. Berarti pengeluaran hasil
konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh.Dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan / Alamiah.
2. Aborsi Buatan / Sengaja.
8
Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama
bagi kehidupan manusia. Allah berfirman Kami menurunkan Al-Quran kepadamu
untuk menjelaskan segala sesuatu (QS 16:89). Jadi jelas bahwa ayat-ayat yang
terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang hukum yang
mengendalikan perbuatan manusia. Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran
yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya,
banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat
mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang
yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur yang berkaitan
dengan soal aborsi dan penyebabnya dapat dilihat pada KUHP Bab XIX Pasal
229,346 s/d 349 yang memuat jelas larangan dilakukannya aborsi sedangkan
dalam ketentuan Undang-Undang kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
mengatur ketentuan aborsi dalam Pasal 76,77,78. Terdapat perbedaan antara
KUHP dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam
mengatur masalah aborsi. KUHP dengan tegas melarang aborsi dengan alasan
apapun, sedangkan Undang-Undang Kesehatan memperbolehkan aborsi atas
indikasi kedaruratan medis maupun karena adanya perkosaan. Akan tetapi
ketentuan aborsi dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tetap ada
batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, misalnya kondisi kehamilan maksimal 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir. Selain itu berdasarkan Undang-undang
Kesehatan No.36 Tahun 2009, tindakan medis (aborsi), sebagai upaya untuk
9
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim ahli. Hal tersebut
menunjukan bahwa aborsi yang dilakukan bersifat legal atau dapat dibenarkan dan
dilindungi secara hukum.Namun keadaan ini bertentangan dengan
Undang-undang Hak Asasi Manusia Pasal 53 mengenai hak hidup anak dari mulai janin
sampai dilahirkan. Dalam hal ini dapat dilihat masih banyak perdebatan mengenai
legal atau tidaknya aborsi dimata hukum dan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji
permasalahan tersebut untuk memenuhi tugas akhir penulisan hukum dengan
mengambil judul “TINJAUAN YURIDIS MENGENAI TINDAK PIDANA
PENGGUGURAN JANIN (ABORSI) DIHUBUNGKAN KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG-UNDANG-UNDANG NO 29
TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan hukum yang dapat di identifikasikan antara lain :
1. Bagaimana penegakan hukum pidana dalam kasus aborsi berkaitan dengan
pelaku yang melakukan dan orang yang membantu pelaku untuk melakukan
aborsi tersebut di Indonesia?
2. Bagaimanakah penerapan hukum pidana ditinjau dari (KUHP) juncto. Undang
10
C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Penulisan hukum ini dimaksudkan dan ditujukan untuk :
1. Untuk mengetahui problmatika kehidupan social lainnya yang terjadi
didalam kehidupan masyrakat khususnya permaslahan mengenai tindak
pidana Aborsi yang sesuai dengan penululisan yang akan saya kemukakan
dan mampu menganalisis sejauh mana upaya penegak hukum dalam hal
ini penyidik, dalam memeriksa dam menyelesaikan kasus tersebut.
2. Memahami Seluruh pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh
selama melaksanakan program akademik menjadi suatu karya ilmiah
dalam bidang keilmuan tertentu sesuai dengan bidang spesialisasi
masing-masing khususnya dalam bidang hukum pidana dan Penerapan Hukum
Pidana Ditinjau Dari (KUHP) juncto. Undang – Undang No. 29 Tahun
2004 Tentang Praktek Kedokteran mengenai aborsi.
D.KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penulisan hukum ini antara lain untuk :
1. Segi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap ilmu
pengetahuan secara umum, dan terhadap perkembangan hukum Pidana
khususnya mengenai tindak pidana pengguguran janin (Aborsi)
11
Indonesia.Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjelaskan sampai
sejauh mana relevansi yuridis-teoritis antara teori-teori yang di dapat.
2. Segi Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada masyarakat
agar lebih bersikap proaktif dalam permasalahan sosial yang terjadi.
sehingga lebih memahami keadaan.
b. Sebagai sumbangsih pemikiran teoritis subyektif terhadap para
penegak hukum dalam upaya penyelesaian perkra yang ditanganinya.
c. Sebagai masukan kepada masyarakat agar dapat mecegah terjadinya
pergaulan bebas yang jauh dari norma-norma masyarakat dan norma
hukum serta senantiasa mengawasi keluarga dekatnya agar tidak
melakukan hal semacam itu.
E.KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan alinea ke empat pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945 yang berbunyi :
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia
yang melindungisegenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpinoleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatukeadilan
12
Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan lima
sila dalam pancasila. Pancasila secara substansial merupakan konsep luhur dan
murni.Luhur karena mencerminkan nilai-nilai bangsa yang diwariskan turun
temurun dan abstrak. Murni karena kedalaman substansial yang mencakup
beberapa pokok, baik agamis, ekonomis, ketuhanan, sosial dan budaya yang
memiliki corak patrikular sehingga secara konsep dapat disebut sebagai suatu
sistem tentang segala hal, karena secara konseptual yang tertuang dalam sila-sila
pancasila berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan5. Berdasarkan Pancasila sila
ke dua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab maka setiap perilaku
manusia didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang memenuhi unsur keadilan
serta beradab sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pada penggalan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di atas merupakan
tujuan dan cita bangsa Indonesia.Cita-cita bangsa Indonesia, terutama
cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa membutuhkan suatu landasan kuat
yang bersifat sebagai motivator atau pendorong.
Pasal 1 dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran, Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
Berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), pasal 2 setiap dokter
harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi
yang tertinggi
5
13
Pengertian tindak pidana yang di muat didalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) oleh pembentuk undang-undang sering disebut dengan
strafbaarfeit. Para pembentuk undang-undang tersebut tidak memberikan
penjelasan lebih lanjut mengenai strafbaarfeit itu, maka dari itu terhadap maksud
dan tujuan mengenai strafbaarfeit tersebut sering dipergunakan oleh pakar hukum
pidana dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana, peristiwa pidana, serta
delik.
F.METODE PENELITIAN
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat mengikat karena
dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam lembaga negara. Bahan hukum
primer terdiri dari segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Dalam penelitian ini bahan
hukum primer yang digunakan oleh penulis adalah :
a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
b) Kitab undang-undang hukum acara pidana;
c) Undang-Undang Nomer 29 tahun 2004 Tentang Praktik kedokteran;
d) Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
e) Kode Etik Kedokteran
upaya pencarian dan inventarisasi data bahan yang akan dibahas dan dianalisa
dalam penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah
14
1. Spesifikasi Penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu metode
penelitian yang digunakan dengan cara menggambarkan data dan fakta baik
berupa :
a. Data sekunder
bahan hukum primer yaitu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai
b. Data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para
ahli hukum terkemuka.
c. Data sekunder bahan hukum tersier berupa bahan-bahan yang didapat dari
majalah, brosur, artikel-artikel, surat kabar dan internet.
Artinya bahwa penulis bertujuan untuk menggambarkan secara lengkap
ciri-ciri keadaan, perulaku peibadidan perilaku kelompok dengan memisahkan data
yang telah terkumpul untuk kemudian ditafsirkan, digambarkan renrang sejauh
mana upaya penegak hukum dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan
penyelesaian perkara tindak pidana.
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan hukum ini yaitu secara
yuridis normatif, yaitu dimana hukum dikonsepsikan sebagai norma, asas atau
dogma-dogma 6. Pada penulisan hukum ini, penulis mencoba melakukan
penafsiran hukum gramatikal, yaitu penafsiran dilakukan dengan cara melihat
6
15
arti kata pasal dalam Undang-Undang yang digunakan dalam penulisan
hukum ini.
3. Tahap Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis melalui dua tahap meliputi :
a.Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dalam penulisan data yang diinventarisir paling dominan adalah data
sekunder yaitu data dari bahan pustaka. Termasuk didalamnya bahan– bahan
hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang mengikat juga
termasuk diantaranya hukum sekunder berupa berkas perkara yang diperiksa
oleh para penegak hukum khususnya penyidik.
b.Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan untuk menunjang dan melengkapi studi
kepustakaan dengan cara wawancara dengan pihak-pihak terkait7.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
a.Studi Dokumen, yaitu teknik pengumpulan data berupa data primer,
sekunder dan tersier yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis
teliti.
b.Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak
yang terkait dengan cara mempersiapkan pertanyaan terlebih dahulu untuk
memperlancar proses wawancara.
7Soerjono Soekanto, “
16
5. Metode Analisis Data
Setelah data sekunder dan bahan hukum sekunder serta data bahan pendukung
lainya diinventarisir, kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu menganalisa
data dan bahan dalam bentuk uraian-uraian yang sistematis tanpa
menggunakan rumusan statistik. Analisis data dan penarikan kesimpulan dari
hasil penelitian dilakukan secara yuridis kualitatif, yuridis kualitatif meliputi :
1.Memperhatikan hirarkis peraturan perundang-undangan, dimana peraturan
perundang-undangan yang derajatnya lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2.Kepastian hukum, dalam arti perundang-undangan yang diteliti betul-betul
dilaksanakan dan didukung oleh penegak hukum.
6. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian diambil untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
penyusunan skiripsi ini, yaitu :
1.Perpustakaan, diantaranya :
a) Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.112
Bandung.
b) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Jl. Dipati Ukur
No.35 Bandung.
c) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Parahiyangan Bandung Jl.
Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141.
2.Instansi / Lembaga terkait :
17
3.Website :
1. www.aborsi.org , artikel “Seks Remaja Dan Aborsi”, Diakses PadaHari
Jumat, Tanggal 30 September 2011, Pukul 11.18 WIB.
2. Http://Id.Shvoong.Com, “Pengertian Tindak Pidana”, Diakses Pada
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU :
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,
Hlm.118.
Barda Nawawi Arief, Bunga rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Adiya
Bakti, Bandung. 2002.
Hetty Hassanah, Up-Grading Refreshing Course-Legal Research Methodology,
makalah disampaikan dalam Seminar Fakultas Hukum Unikom pada tanggal
12 Februari 2011, Bandung, hlm.6.
Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
2002, Hlm 203.
Musa Perdana Kusuma, Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1981, Hal. 192.
Otje Salman Soemadiningrat, Teori Hukum Mengingat,Mengumpulkan,dan
Membuka Kembali,Refika Aditama,Bandung,2004,hlm 158.
P. A. F. Lamintang, Drs., S. H., Delik-Delik Khusus, Penerbit Bina cipta Bandung,
Hal. 74.
Patmoko, “Jurnal Yudisial,Persfektif Moralitas Dalam Perkara Aborsi”, Jakarta
2011, hlm. 372.
Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, Universitas Indonesia (UI),
Soekanto, Suatu Tindakan Sosiologis Terhadap Masalah-Masalah Sosial, Citra
Aditya Bakti, jakarta 1989, Hlm 23.
Wirjono Prodjodikoro, PROF. DR., Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di
Indonesia, hal 124.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
SITUS :
http;//www.yakita.or.id/aborsi1.htm, Aborsi, Diakses Pada Hari Selasa, Tanggal
20 september 2011 , pukul 21.00 WIB
www.aborsi.org , “Seks Remaja Dan Aborsi”, diakses pada Hari Jumat, Tanggal
30 September 2011, Pukul 11.18 WIB.
http://studihukum.wordpress.com, “Archive for 17 Hukum Pidana”, Diakses Pada
Hari Minggu Tanggal 30 oktober 2011, Pukul 19.00 Wib.
Http://Id.Shvoong.Com, “Pengertian Tindak Pidana”, Diakses Pada Hari Jumat,
http://hukumkes.wordpress.com, “Hukum Kesehatan Bisa Sehat Karena Adil”,
Diakses Pada Hari Senin 21 Nopember 2011, Pukul 11.30 wib.
billy@hukum-kesehatan.web.id, Aborsi Menurut Hukum di Indonesia, Diakses
Pada Hari Jumat, Tanggal 30 Desember 2011, Pukul 09.49 WIB
http://hukum.kompasiana.com, “Penerapan Hukum Tindakan Aborsi yang
Dilakukan Oleh Tenaga Medik Maupun Non Medik”, Diakses Pada Hari Senin
26 Maret 2012, Pukul 11.30 wib.
http://sonny-tobelo.blogspot.com, Peranan Polri Dalam Penyidikan Tindak
Pidana Aborsi Dari Prespektif Sosiologi Hukum, Diakses Pada Hari Senin 26
Maret 2012, Pukul 11.30 wib.
http://digg.com, Definisi :Pengertian Janin, Diakses Pada Hari Senin, Tanggal 3
Juli 2012, Pukul 13.15 WIB.
ARTIKEL :
Ronny Rahman Nitibaskara, Tegakan Hukum Gunakan Hukum, Jakarta,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dewiruchie Ika Pertiwi
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 21 November
Kewarganegaraan : Indonesia
Status perkawinan : Belum kawin
Tinggi, berat badan : 162 cm, 50 kg
Kesehatan : Sangat Baik
Agama : Islam
Alamat lengkap : Puri cipageran Indah 2 Blok A1 no. 15 Kota Cimahi-Bandung
Telepon, HP : 022-6624876, HP : 089-77606117
E-mail : -
Pendidikan
» Formal
1995 - 2001: SD Negeri Kaum - Cimahi
2001 - 2004 : SMP Negeri 2 Ngamprah - Cimahi
2004 - 2007 : SMA Negeri 1 Cimahi
2007 – Saat ini masih tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Unikom