ANALISIS IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN
TERHADAP KUALITAS LULUSAN DI SMAN 13 MEDAN
TESIS
Oleh
DIAN RELITAWATI
077003036/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
ΣΕ Κ
Ο Λ
Α
Η
Π Α
Σ Χ
Α Σ Α Ρ ϑΑ Ν
ANALISIS IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN
TERHADAP KUALITAS LULUSAN DI SMAN 13 MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
DIAN RELITAWATI
077003036/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS IMPLEMENTASI PROSES
PEMBELAJARAN TERHADAP KUALITAS
LULUSAN DI SMAN 13 MEDAN
Nama Mahasiswa : Dian Relitawati
Nomor Pokok : 077003036
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
(PWD)
Konsentrasi : Perencanaan Pendidikan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua
(Prof. Dr. Aldwin Surya SE,. MPd,. PhD) (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal: 10 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Anggota : 1. Prof. Aldwin Surya SE,.MPd,. PhD
2. Dr. Tavi Supriana MS
3. Drs. Agus Suryadi, M.Si
ABSTRAK
Manusia merupakan kunci keberhasilan pembangunan karena manusia berperan sebagai pelaksana pembangunan. Keberhasilan pembangunan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu mendorong pembangunan wilayah serta mampu memanfaatkan potensinya secara baik. Keberhasilan pendidikan dengan kualitas lulusan yang berkualitas inilah akan menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas pula.
Keberhasilan program pendidikan tergantung kepada implementasi proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Berdasarkan alasan tersebut penelitian yang berjudul “Implementasi Proses Pembelajaran terhadap Kualitas Lulusan di SMAN 13 Medan” ini dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa
bagaimana pengaruh implementasi proses pembelajaran terhadap kualitas lulusan di SMAN 13 Medan, faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam proses pembelajaran di SMAN 13 Medan, dan bagaimana kompetensi guru terhadap proses pembelajaran di SMAN 13 Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan uji beda rata-rata (compare means).
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Implementasi proses pembelajaran di SMAN 13 Medan ternyata berpengaruh positif terhadap kualitas lulusannya. (2) Faktor yang dominan mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya adalah kompetensi guru, kurikulum dan intelegensi siswa. Hasil ini diketahui dengan melihat nilai hasil ujian akhir dari tahun ketahun yang semakin meningkat. (3) Kompetensi yang dimiliki guru di SMAN 13 Medan sangat tinggi dalam proses belajar mengajar, hal ini terlihat dari mean atau nilai rata-rata empirik yang lebih besar yaitu 215,140 dari mean atau rata-rata hipotiknya yaitu 156.
Berdasarkan hasil-hasil tersebut disarankan kepada pemerintah untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam hal perencanaan dan penyusunan program-program pendidikan sehingga kualitas lulusan akan terus meningkat. Guru jangan cepat merasa puas dengan apa yang telah diperoleh selama ini serta dapat mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya.
ABSTRACT
Human being represent the key of development efficacy because human being executor personating in development. Development need the human resource with quality so that pust the development a region and also able to exploit the potency well. Education efficacy with the grad which with this quality will make the human resource which with quality also.
Efficacy program the education depend to study implementation executed at school. Pursuant to the reason of research entitling “Study Process to Grand Quality in SMAN 13 Medan” done. The research target is to analyse how implementation influence process study in SMAN 13 Medan, factors what having an effect on course of study in SMAN 13 Medan, and how interest learn to study process in SMAN 13 Medan. Analysis method used in this research is analysis descriptive whit compare means.
Result of research show: (1) Implementation process the study in SMAN 13 Medan in reality have an effect on positive to its grad quality. (2) Dominant factor in influencing study process among other things is teacher interest, curriculum, and intelegency student. This result is known seenly assess result of test of year to year which progressively mount. (3) Interest learn in SMAN 13 Medan is high enough in course of learning to teach. This metter is seen from mean or avarage value of empirik of larger ones that is 215,140 from mean or average value its mortgage that is 156.
Pursuant to the pickings suggested to government to the repair in the case of planning and compilation of education programs so that grand quality will increasingly. Teacher don’t quickly lick lips by what have been obtained durring the time and also can maintain and improve its interest.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-Nya saya
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q.
Menteri Pendidikan Nasional melalui Team Manejemen Program Studi Perencanaan
Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bantuan finansial
sehingga meringankan beban kami selama perkuliahan hingga menyelesaikan usulan
penelitian ini.
Dengan selesainya usulan penelitian ini perkenankanlah saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Chairuddin P Lubis DTM&H,
Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dijabat oleh
Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc atas kesempatan yang diberikan kepada saya
menjadi mahasiswi Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
saya ucapkan kepada Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Aldwin Surya SE,. MPd,.
PhD, Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Komisi pembimbing yang dengan penuh
perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran kepada saya.
Terima kasih juga kepada seluruh Dosen Program Studi Perencanaan
Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dengan sepenuh hati memberikan
Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
saya ucapkan kepada kakanda-kakandaku diantaranya Hasniar Andayani Pane, S.Psi.
M.Psi, Dra. Sri Pratiwi, MSi, dan abanganda Ir. Fuad, MMA atas perhatian dan
dorongan morilnya kepada saya.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada suami dan anak-anak saya yang
saya sayangi yang telah memberi dorongan moril selama masa perkuliahan hingga
saat ini, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan anugerah yang melimpah
kepada kita semua. Amin.
Medan, 10 September 2009
RIWAYAT HIDUP
DIAN RELITAWATI lahir di Medan, pada tanggal 15 Desember 1968.
Seorang PNS di salah satu instansi Pemerintah Kota Medan terhitung mulai 1 April
1992 hingga saat ini. Anak kedua dari empat orang bersaudara dari seorang Ayah
bernama: Alm. H. Hasanuddin Pane, dan Ibu bernama: Alm. Hj. Karsini S.
Bertempat tinggal di Jl. Karya Jaya Gg. Eka Budi No. 9 Kelurahan Gedung Johor
Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Seorang muslimah yang telah menikah dan
dikaruniai seorang putri serta seorang putra. Dengan latar belakang pendidikan:
Sekolah Dasar Negeri 060788 Medan tamat tahun 1981. SMP Swasta Widyasana
Medan pada tahun 1984. SMAN 3 Medan Program Ilmu-ilmu Fisik tamat tahun
1987. Akademi Pariwisata dan Perhotelan Darma Agung Medan tamat tahun 1991.
Pernah melanjutkan ke program S1 di Fakultas Ekonomi UMSU jurusan Manajemen
tahun 1992 hingga tahun 1995. Dan menyelesaikan pendidikan S1 pada STIE Graha
Kirana Medan jurusan Manajemen tamat tahun 2002. Melanjutkan pendidikan S2
di Sekolah Pascasarjana USU Medan Program Studi Perencanaan Pengembangan
Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada tahun 2007 dan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Sistem Pendidikan Nasional ... 10
2.1.1. Karakteristik Sistem Pendidikan ... 13
2.1.2. Pandangan terhadap Sistem Pendidikan ... 14
2.2. Implementasi Proses Pembelajaran ... 16
2.2.1. Proses Belajar Mengajar ... 19
2.2.2. Sistem Pembelajaran ... 20
2.2.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Proses Pembelajaran ... 20
2.4. Mutu/Kualitas Pendidikan ... 24
2.5. Peran Pendidikan terhadap Pengembangan Wilayah ... 26
2.6. Penelitian Sebelumnya ... 29
2.7. Kerangka Pemikiran ... 31
2.8. Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 35
3.3. Populasi dan Sampel ... 36
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.5. Teknik Analisis Data ... 38
3.6. Definisi Operasional ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
4.1. Uji Instrumen Penelitian ... 40
4.2. Uji Asumsi ... 41
4.2.1. Uji Normalitas Sebaran ... 42
4.2.2. Uji Homogenitas Varians ... 43
4.3. Deskripsi SMA Negeri 13 Medan ... 46
4.4. Implementasi Proses Pembelajaran terhadap Kualitas Lulusan di SMAN 13 Medan ... 48
4.4.1. Analisis Kualitas Lulusan SMAN 13 Medan ... 49
4.4.3. Kualitas Lulusan Kelas IPS ... 53
4.5. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Proses Pembelajaran di SMAN 13 Medan ... 56
4.5.1. Faktor Kurikulum ... 56
4.5.2. Faktor Kompetensi Guru... 59
4.5.3. Faktor Intelegensi Siswa ... 60
4.6. Kompetensi Guru terhadap Implementasi Proses Pembelajaran di SMAN 13 Medan ... 63
4.7. Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
5.1. Kesimpulan ... 68
5.2. Saran ... 68
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Populasi Guru SMAN 13 Medan Tahun 2009 ... 36
3.2 Sampel Guru SMAN 13 Medan Tahun 2009... 37
4.3 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran... 43
4.4 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians... 43
4.5. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians ... 45
4.6. Fasilitas yang Dimiliki SMA Negeri 13 Medan Tahun 2009 ... 47
4.7. Hasil Perhitungan Antar Tahun Ajaran dengan Analisis Varians 1 Jalur... 50
4.8. Nilai Rata-rata Ujian Akhir SMAN 13 Medan Tahun 2003/2004 s/d 2007/2008... 50
4.9. Hasil Perhitungan Signifikan Perbedaan Nilai Ujian Akhir SMAN 13 Medan Tahun 2003/2004 s/d 2007/2008... 51
4.10. Hasil Nilai Rata-rata Ujian Akhir Berdasarkan Penerapan Kurikulum yang Diterima Lulusan di SMAN 13 Medan... 57
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Contoh Prosedur Kerja Sistem dalam Sistem Pendidikan (Proses
Belajar Mengajar)... 13
2.2 Fase Implementasi Mutu Menurut Jerome S. Arcano dalam Siklus
Pemecahan Masalah ... 25
2.3 Kerangka Pemikiran... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 72
2. Hasil Pengolahan Data ... 78
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi
sumber daya manusia secara optimal karena pendidikan merupakan sarana investasi
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sebagai modal
pembangunan. Melalui pendidikan diharapkan dapat ditingkatkan kemampuan dan
partisipasi individu dalam laju pembangunan karena manusia adalah kunci dari
pembangunan itu sendiri.
Keberhasilan dan kemajuan pembangunan ditentukan oleh manusia sebagai
pelaksana pembangunan karenanya diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas, sehingga mampu mendorong perkembangan wilayah dan mampu
memanfaatkan potensi wilayah secara baik dan benar. Oleh karenanya dalam
pelaksanaan pembangunan perlu dipersiapkan sumber daya manusia berkualitas
melalui peningkatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang mampu memberi
dukungan dalam paradigma pembangunan secara berkelanjutan dan mampu
membangun wilayahnya berdasarkan aspirasi daerah tersebut.
Untuk mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas dalam menghadapi
proses dan dinamika kehidupan di masyarakat, pendidikan dipandang sebagai suatu
keterampilan dan sikap serta tata laku manusia melalui kegiatan bimbingan
pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan merupakan suatu lembaga yang mampu memberikan jasa
pelayanan melalui tenaga pengajar, administrasi maupun pengelolaannya, di mana
output pendidikan berupa pengetahuan, keterampilan, sikap serta akhlak yang
diperoleh melalui suatu proses, karenanya perlu dilakukan secara baik, agar berjalan
secara efisien dan efektif.
Pendidikan juga membutuhkan partisipasi dari semua stakeholder karenanya
pendidikan dipandang sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat organisasi
yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Ini berarti bahwa sistem pendidikan
tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Dalam
kenyataannya sistem pendidikan itu sendiri dihadapkan pada tantangan yang
manyangkut mutu dan efisiensi pendidikan secara internal. Sistem pendidikan yang
meliputi proses di mana input yang terdiri dari murid, guru, kurikulum, metode
belajar dan mengajar, sarana dan fasilitas, serta alat peraga akan menghasilkan out
put berupa lulusan.
Sistem pendidikan saat ini dihadapkan pada tantangan yang semakin
kompleks sehingga pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pembangunan
pendidikan yang lebih berkualitas, upaya tersebut dilakukan melalui pengembangan
dan perbaikan sarana pendidikan, kurikulum dan sistem evaluasi, pengadaan materi
ajar, serta pelatihan guru dan tenaga pendidikan lainnya. Namun pada kenyataannya
satu indikator kekurang berhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan Nilai Evaluasi
Murni (NEM) siswa yang tidak memperlihatkan kenaikan bahkan cenderung konstan
dari tahun ketahun. Pemerintah juga telah berupaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan melalui reformasi bidang pendidikan dengan memberlakukan
desentralisasi pendidikan seiring dengan otonomi daerah dengan memfokuskan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berorientasi pada mutu. Makna mutu
ditekankan pada kemandirian dan kreativitas sekolah untuk mempermudah
pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu tujuan MBS yang telah ditetapkan
pemerintah adalah untuk memandirikan sekaligus memberdayakan sekolah melalui
pemberian wewenang, keleluasaan dan sumber daya untuk peningkatan mutu kinerja
sekolah terutama peningkatan hasil belajar siswa. Karenanya untuk mewujudkan
tercapai atau tidaknya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah terletak pada
pelaksanaan (implementasi) atas sistem pendidikan di sekolah tersebut.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan telah dilakukan melalui perubahan
demi perubahan ke arah yang lebih baik, mulai dari tahan perencanaan,
pengorganisasian hingga pengawasan telah dilaksanakan, namun kenyataannya sering
terjadi penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan pelaksanaan
sehingga tujuan tidak dapat dicapai secara maksimal.
Permasalahan lainnya adalah dalam kualitas pendidikan terkait suatu sistem
yang saling berpengaruh dan tidak berdiri sendiri yaitu mutu lulusan dipengaruhi oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan antara lain mengenai fungsi pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan nasional
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sistem pendidikan merupakan suatu sistem di mana di dalamnya terjadi suatu
prosedur dan proses dalam rangka menghasilkan informasi secara tekhnis yang
dilaksanakan secara terus-menerus dan tidak terlepas dari kebijakan atas dasar
ketentuan yang berlaku.
Sistem pendidikan dalam pelaksanaannya dihadapkan pada tantangan yang
semakin kompleks. Oleh karenanya dibutuhkan pengelolaan pendidikan secara
efisien, merata (dalam arti memberi kesempatan bagi seluruh anak bangsa) dan
akuntabel. Salah satu masalah yang paling penting dalam sistem pendidikan adalah
menyangkut mutu/kualitas lulusan, karena berakibat langsung pada masyarakat.
Siswa merupakan produk dari sistem pendidikan sehingga bagi siswa yang tidak
terfokus pada mutu akan berdampak pada pemberatan anggaran kesejahteraan sosial
dan pemborosan waktu.
Sekolah sebagai suatu lembaga formal pendidikan sebagai tempat di mana
proses pendidikan diselenggarakan dengan implementasi program-program mutu. Ini
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berorientasi pada mutu secara maksimal
sehingga menghasilkan produk lulusan yang berkualitas.
Menurut Sihombing dan Indardjo dalam Zainuddin (2008) kualitas
pendidikan meliputi: (1) produk pendidikan yang dihasilkan hanya beberapa
persentase dari peserta didik yang berhasil lulus dan lulusan tersebut dapat diserap
oleh lapangan kerja yang tersedia atau membuka lapangan kerja sendiri, baik dengan
cara meniru yang sudah ada atau menciptakan yang baru (2) proses pendidikan
menyangkut pengelolaan kelas yang sesuai pada kondisi kelas yang relatif kecil,
penggunaan metode pengajaran yang tepat serta lingkungan masyarakat yang ada.
Kualitas lulusan yang diserap oleh lapangan kerja atau bahkan mampu
menciptakan lapangan kerja sendiri hanya dapat diwujudkan apabila kualitas lulusan
mampu menguasai ilmu pengetahuan, mampu memanfaatkan teknologi, kreatif dan
inovatif. Untuk mewujudkannya tergantung dalam pengelolaan komponen sistem
yang bersinergi.
Sistem pendidikan memiliki beberapa komponen (sub sistem) yang saling
berkaitan dan memiliki fungsi masing-masing dalam mencapai tujuan pendidikan,
diantaranya: peserta didik, tenaga kependidikan, satuan kependidikan, kurikulum,
sarana dan prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan,
peran serta masyarakat dalam pendidikan, evaluasi, akreditasi dan sertifikasi,
pengawasan dan sebagainya.
Dalam hal ini peneliti memandang bahwa sekolah adalah suatu sistem
karenanya peneliti membatasi masalah dalam penelitian tentang proses pembelajaran
yang dipandang sebagai jantungnya dari sistem pendidikan yang memiliki fungsi
dominan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas sebagai tujuan dari pendidikan
itu sendiri.
Mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan
berbagai keragaman potensi anak didik yang membutuhkan layanan pendidikan yang
beragam dengan kondisi lingkungan yang berbeda, maka sekolah harus dinamis dan
kreatif dalam melaksanakan perannya, terutama guru. Guru dan murid merupakan
aspek yang sangat penting dalam mencapai tujuan dari proses pembelajaran sehingga
keterlibatan antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan
implementasi dari keaktifan siswa dalam menerima materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Guru harus mampu membuat siswa terlibat dalam proses
belajar mengajar dengan baik secara fisik maupun mental. Keterlibatan siswa dalam
proses belajar mengajar merupakan penentu dalam pencapaian prestasi belajar siswa
sehingga out comesnya adalah lulusan yang berkualitas.
Pendidikan menengah atas adalah salah satu komponen dari sistem pendidikan
nasional yang merupakan pendidikan umum yang mengutamakan perluasan
peningkatan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada
tingkat-tingkat akhir pendidikan. Sekolah menengah atas (SMA) negeri merupakan
sekolah milik pemerintah tempat mengimplementasikan program-program
Terkait alasan tersebut peneliti mengambil salah satu Sekolah Menengah Negeri 13
Medan sebagai tempat penelitian.
Kualitas lulusan di SMAN 13 Medan masih belum memuaskan bahkan masih
ada siswa yang tidak lulus pada tahun 2007/2008. Dari informasi yang diperoleh
bahwa pada tahun 2006/2007 hanya 42 orang lulusan yang diterima di perguruan
tinggi negeri dari 235 orang siswa, 15 orang tidak lulus atau mengulang ikut dalam
paket C. Tahun 2007/2008 hanya 28 orang yang diterima di perguruan tinggi negeri
dari 235 orang siswa, 1 orang tidak lulus, serta rata-rata nilai ujian nasional yang
masih belum memuaskan. Sementara tingkat pendidikan rata-rata guru lumayan
tinggi. Sebanyak 50 dari 53 orang guru berpendidikan S1, 1 orang guru
berpendidikan S2 untuk guru bidang Kimia, dan 2 orang berpendidikan D3 untuk
guru bidang studi olah raga dan komputer. Sarana yang dimiliki terdiri dari ruang
perpustakaan, laboratorium kimia/biologi, laboratorium bahasa, laboratorium
komputer, lapangan olahraga, dan ruang belajar sebanyak 20 kelas.
Persoalan-persoalan tersebut di atas melatar belakangi keinginan peneliti
untuk menganalisa secara lebih mendalam, di antaranya mengenai kompetensi guru
terhadap implementasi proses pembelajaran, faktor-faktor yang berpengaruh dalam
proses pembelajaran, dan pengaruh implementasi proses pembelajaran terhadap
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh implementasi proses pembelajaran terhadap kualitas lulusan
pada SMAN 13 Medan?
2. Faktor-faktor apakah yang paling berpengaruh dalam proses pembelajaran
di SMAN 13 Medan?
3. Bagaimana kompetensi guru dalam implementasi proses pembelajaran di SMAN
13 Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah tersebut di atas, dalam penelitian ini ada
beberapa hal yang ingin dicapai, secara umum yaitu untuk memberikan gambaran
tentang segala hal yang berkaitan dengan implementasi proses pembelajaran terhadap
kualitas lulusan pada SMAN 13 Medan. Secara khusus, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Menganalisis pengaruh proses pembelajaran terhadap kualitas lulusan di SMAN
13 Medan.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam proses
pembelajaran di SMAN 13 Medan.
3. Mendeskripsikan kompetensi guru dalam implementasi proses pembelajaran
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademis maupun
praktis.
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa
konsep bagi pengembangan studi pendidikan yang berkaitan dengan proses
kebijakan (formulasi, implementasi dan evaluasi kebijakan).
2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan berupa
informasi mengenai permasalahan implementasi kebijakan peningkatan mutu
pendidikan, khususnya mengenai dampak implementasi proses pembelajaran
terhadap kualitas lulusan, kompetensi guru terhadap implementasi proses
pembelajaran, serta faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam implementasi
sistem pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Medan, sehingga
informasi ini dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi perbaikan implementasi
sistem pembelajaran saat ini, dan masa datang.
3. Penelitian diharapkan bermanfaat bagi penelitian sejenis atau lanjutannya, dan
dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap Pemerintah Kota Medan
khususnya Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Medan dalam memajukan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mencapai
tujuan pendidikan (UU Sisdiknas, 2003).
Tujuan pendidikan pada hakekatnya merupakan pengejawantahan dari
berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dalam bidang agama, ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keamanan dan
pertahanan (Soenarya, 2000).
Pendidikan merupakan salah satu cara dalam memperoleh kemampuan fisik,
moral, dan sosial untuk meningkatkan strata sosial yang lebih tinggi dan lebih dari
sebelumnya. Melalui pendidikan seseorang akan mengalami mobilitas sosial secara
vertikal ke atas, dari strata sosial yang rendah meningkat ke strata yang lebih tinggi.
Pendidikan juga merupakan salah satu layanan publik yang sangat strategis bagi
pemerintah dan sangat besar manfaatnya bagi masyarakat, namun di sisi lain praktek
birokrasi yang melingkupinya dapat menyebabkan kemerosotan penyelenggaraan
pendidikan, sementara penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan merupakan
bagian terpenting dalam mensukseskan misi pendidikan. Karena itu hendaknya
konsep sistem harus dipakai untuk menjamin keberhasilan pendidikan (Ace dan
Ditinjau dari fungsinya, sistem pendidikan adalah sebagai sumber inspirasi
intelektual dan modernisasi dalam kehidupan masyarakat yang mampu memberikan
bahan kajian intelektual kepada sistem pendidikan. Produk dari suatu sistem
pendidikan itu sendiri harus relevan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang merupakan tuntutan sosial ekonomi dan budaya masyarakat sehingga
akan membawa dampak dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, karakteristik
sistem pendidikan sebaiknya mempertimbangkan aspek-aspek kehidupan bangsa,
lingkungan hidup, pemikiran, agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya
(Ace dan Tilaar, 1999).
Penggunaan sistem (system approach) di Indonesia digunakan sebagai pisau
analisis dalam perencanaan pendidikan nasional sejak tahun 1970 hingga kini untuk
menyelesaikan masalah dalam dunia pendidikan nasional berdasarkan sumber yang
diperlukan dalam setiap langkah/tahapan dalam perencanaan pendidikan (Tilaar,
1993).
Sistem pendidikan harus mampu membuka cakrawala yang lebih luas bagi
tenaga yang dihasilkannya, khususnya dalam membuka lapangan kerja baru. Sesuai
dengan fungsinya, sistem pendidikan harus dapat menghasilkan tenaga yang mampu
mengembangkan potensi masyarakat dalam menghasilkan barang dan jasa termasuk
cara-cara memasarkannya. Artinya bahwa sistem pendidikan hendaknya mampu
menghasilkan barang dan jasa sekaligus memasarkannya karena penting untuk
sistem pendidikan nantinya tidak tergantung pada lapangan kerja saja melainkan
mampu mengembangkan kesempatan kerja yang masih potensial (Tilaar 1993).
Sistem pendidikan merupakan sistem yang bersifat terbuka. Sebagai suatu
sistem yang bersifat terbuka, sistem pendidikan yang terdiri atas sistem pendidikan
yang bersifat nasional. Sub sistem pendidikan terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dan sub komponennya adalah
pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan pendidikan kedinasan; sedangkan
dimensi pendidikan terdiri atas peserta didik, jumlah tenaga pendidikan, kurikulum,
fasilitas dan pembiayaan pendidikan; Variabel pendidikan terdiri atas jumlah peserta
didik, jumlah tenaga pendidik, isi pendidikan, prasarana dan sarana pendidikan serta
penanggung jawab pendidikan yang terdiri atas orang tua, masyarakat dan pemerintah
(Soenarya, 2000).
Sistem pendidikan yang menghasilkan lulusan yang berkualitas dan relevan
akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam menghasilkan barang dan jasa
(Sunarya, 2000). Dengan adanya pengakuan bahwa sistem pendidikan telah
memberikan kontribusi terhadap upaya pengembangan sumber-sumber daya yang
Sumber: Soedijarto dalam Sunarya (2000).
Gambar 2.1. Contoh Prosedur Kerja Sistem dalam Sistem Pendidikan (Proses Belajar Mengajar)
2.1.1. Karakteristik Sistem Pendidikan
Salah satu karakteristik sistem pendidikan adalah perubahan untuk menuju
perbaikan dan pembaharuan masyarakat yang bersifat positif sehingga memberikan
iklim yang kondusif terhadap perkembangan sistem pendidikan (Pidarta, 2004).
Karakteristik sistem pendidikan sebaiknya mempertimbangkan aspek-aspek
kehidupan suatu bangsa, lingkungan hidup, pemikiran, agama, ideologi, politik,
Untuk memahami karakteristik perencanaan pendidikan perlu diketahui
metode, pengetahuan berbagai nilai, kaidah, kontinuitas, kecenderungan dan arah
masa depan berbagai aspek kehidupan suatu masyarakat (Pidarta, 2004).
Karakteristik perencanaan pendidikan mencerminkan kepedulian terhadap
tujuan pendidikan, proses, hasil, pengawasan dan perencanaan itu sendiri.
Karakteristik sistem pendidikan terdiri atas: (Pidarta, 2004).
1) Sistemik; melihat permasalahan dari konteks secara keseluruhan.
2) Analitik; menganalisis permasalahan sebagai sebab akibat atas masalah yang ada
di dalam dan di luar sistem.
3) Sistematik; cara kerja yang beraturan dan berurutan, mulai dari proses kegiatan
yang diantaranya perumusan masalah, penelitian, penilaian, penelaahan,
pemeriksaan, dan pelaksanaan.
2.1.2. Pandangan terhadap Sistem Pendidikan
Pendidikan berkualitas merupakan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan
yang akan diperlukan dalam memperoleh lapangan pekerjaan sehingga akan
membawa kemajuan bagi kesejahteraan masyarakat (Fasli dan Supriadi, 2001).
Tingginya biaya pendidikan berkwalitas di Indonesia sebagai salah satu faktor
penyebab timbulnya kesenjangan dalam dunia pendidikan nasional sehingga
berdampak pada kualitas kelulusan yang tidak dapat memenuhi kriteria persyaratan
yang dibutuhkan atas lapangan pekerjaan yang tersedia. Minimnya pengalokasian
dana yang diperuntukkan bagi dunia pendidikan nasional selama ini ditambah dengan
ingin mengambil keuntungan sebagaimana yang diberitakan dalam media massa,
semakin menyempurnakan permasalahan yang telah ada saat ini sehingga berdampak
pada kemerosotan di bidang pendidikan nasional (Zainuddin, 2008).
Tingginya biaya pendidikan berkualitas serta keterbatasan sumber daya
pendidikan menjadi alasan untuk mendayagunakan dan memanfaatkan sumber daya
secara baik melalui pendekatan-pendekatan sistem yang memadukan pendekatan
yang bersifat parsial berdasarkan tahapan-tahapan proses perencanaan dengan
pertimbangan: (Paulo, 1999).
1) Aspek Kuantitatif; dengan memperhatikan aspirasi dan permintaan masyarakat
terhadap pendidikan berdasarkan sosial demand approach berupa rencana daya
tampung yang meliputi rincian sasaran dari apa yang akan dicapai, seperti jumlah
tenaga pendidik, jumlah gedung, sumber belajar, dan pembiayaan.
2) Aspek Kualitatif; merencanakan kemampuan berpikir, mengubah sikap dan
meningkatkan keterampilan peserta didik.
3) Aspek Relevansi; menyusun rencana saat ini yang hasilnya dapat diperuntukkan
bagi masa depan.
4) Aspek Efisiensi; efisiensi dari sudut pandang internal dan eksternal sistem
pendidikan yang merujuk pada efektivitas manajemen sistem pendidikan secara
menyeluruh dengan memanfaatkan sumber daya secara terpadu demi
2.2. Implementasi Proses Pembelajaran
Implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya.
Implementasi merupakan unsur penting dalam proses perencanaan untuk menilai
efektivitas suatu perencanaan dapat dilihat dari implementasinya. Sebuah keputusan
yang telah disepakati tidak akan berarti bila tidak diimplementasikan dalam kegiatan
yang nyata (Sanjaya, 2008).
Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi suatu yang sangat penting dalam
upaya mewujudkan kualitas lulusan atau out put pendidikan. Konsekuensinya proses
pembelajaran harus dilaksanakan secara tepat, ideal dan proporsional. Dengan
demikian guru harus memiliki kemampuan melaksanakan atau mengimplementasikan
teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran kedalam realitas pembelajaran yang
sebenarnya.
Menurut Muchith (2008), melaksanakan proses belajar mengajar adalah
mengimplementasikan norma atau teori pembelajaran yang secara tradisional
dipahami sebagai proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas.
Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam Nazwar (2003)
menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa: “Μεmαηαmι απα ψανγ
senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan
merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan
kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan
negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun
kejadian-kejadian”. Βερδασαρκαν πανδανγαν τερσεβυτ δι ατασ, δαπατλαη δισιmπυλκαν βαηωα
proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku
badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan
menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran (target group), melainkan pula
menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan
pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diharapkan (intended)
maupun yang tidak diharapkan (unintended/negative effects). Dengan demikian
implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu
program dirumuskan, serta apa yang timbul dari program kebijakan itu. Di samping
itu implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administratif,
melainkan juga mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses
implementasi kebijakan.
Sistem pendidikan merupakan unitas multipleks, karenanya jika salah satu
bagiannya rusak atau tidak sinergi dalam pelaksanaan (implementasi) maka akan
berakibat pada terganggunya fungsi dari sistem pendidikan itu sendiri. Oleh
karenanya sistem pendidikan harus berjalan secara sinergi untuk menganalisis
komponen-komponen dalam sistem yang ada sebagai proses transpormasi.
Pembangunan sistem pendidikan tidak perlu hanya ditujukan pada
pengembangan pendidikan sebagai sistem tersendiri, tetapi juga pengembangan
sistem pendidikan sebagai salah satu sistem dari sistem lain yang lebih luas. Dengan
bagi pembangunan nasional dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat (Ace dan
Tilaar, 1993).
Roda implementasi menunjukkan proses terhadap tahap demi tahap dalam
mengimplementasikan mutu di setiap organisasi pendidikan. Empat langkah pertama
terfokus pada pemenuhan permintaan kostumer dan meraih dukungan di dalam sistem
sekolah. Empat tahap berikutnya membawa anda pada fase seleksi, implementasi, dan
penilaian mutu. Langkah tersebut akan menilai kinerja dalam mengembangkan
standar mutu untuk sekolah atau wilayah (Jerome S.A terjemahan Iriantara, 2005).
Sekolah merupakan salah satu sub sistem dari sistem pendidikan di mana out
put pendidikan merupakan prestasi dari sekolah melalui proses pendidikan di sekolah.
Di mana kinerja sekolah dapat diukur dari efektivitas, produktivitas dan kualitas
kehidupan serta moral kerja dari pelaku pendidikan (Muchith, MPd, 2008).
Guru sebagai faktor penunjang peningkatan kualitas sekolah. Salah satu tugas
guru adalah mengajar, di mana guru memiliki pemahaman dan penerapan secara
teknis mengenai berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan
belajar. Dengan kompetensi ini guru akan memilih cara terbaik dalam kegiatan
pembelajaran sehingga akan dapat meningkatkan potensi siswa. Guru merupakan
komponen paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang
2.2.1. Proses Belajar Mengajar
Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi sesuatu yang sangat penting dalam
upaya mewujudkan kualitas lulusan karena melalui proses pembelajaran ini akan
melahirkan kualitas lulusan atau out put pendidikan. Oleh sebab itu, proses
pembelajaran harus dilaksanakan secara tepat, ideal dan profesional. Dengan
demikian mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran
dalam realita pembelajaran yang sebenarnya. Dengan kata lain melaksanakan proses
belajar mengajar adalah mengimplementasikan norma atau teori pembelajaran
(Muchith, MPd, 2008).
Proses pembelajaran tidak harus di dalam kelas saja melainkan juga di mana
saja selama suasana itu mampu didesain untuk mengembangkan proses pembelajaran.
Oleh sebab itu, konsekuensi guru adalah mendesain, memfasilitasi dan
mengkoordinasikan situasi agar dapat dijadikan sarana untuk membimbing dan
mengembangkan potensi siswa.
Seorang guru akan lebih memiliki makna secara edukatif jika guru mampu
melakukan proses pembelajaran yang baik, tepat, akurat serta relevan dengan fungsi
dan prinsip pendidikan (Muchith, 2008).
Segala bentuk atas pendekatan mengajar dapat dianggap baik apabila mampu
membuat murid belajar secara terus menerus. Membuat murid belajar yang efektif
merupakan rangkaian kegiatan memperoleh pengetahuan yang beraneka ragam untuk
diekspresikan kembali oleh murid baik lewat tulisan maupun lewat lisan (Tilaar,
2.2.2. Sistem Pembelajaran
Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (Hamalik dalam Sanjaya, 2008).
Unsur manusiawi dimaksud terdiri atas siswa, guru, dan orang-orang yang
mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran termasuk pustakawan,
laboratorium, dan tenaga administrasi. Sedangkan material berupa bahan pelajaran
sebagai sumber belajar, seperti: buku, film, slide suara, foto, CD, dan sebagainya.
Fasilitas dan perlengkapan adalah sesuatu yang mendukung proses belajar mengajar
seperti: ruang kelas, penerangan, komputer, audio visual, dan sebagainya. Prosedur
dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran seperti strategi,
metode pembelajaran, jadwal pembelajaran, pelaksanaan evaluasi dan sebagainya.
2.2.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Proses Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks yang keberhasilannya
dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses. Menurut Sanjaya
(2008), sebagai suatu sistem, pembelajaran akan dipengaruhi oleh berbagai
komponen yang membentuknya terdapat beberapa komponen yang dapat
mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran diantaranya adalah faktor guru,
1. Faktor Guru
Guru merupakan komponen penentu keberhasilan suatu sistem pembelajaran
karena guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa.
Peran guru dalam sistem pembelajaran adalah sebagai planner, desainer sekaligus
implementator. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memahami secara benar
kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada
sebagai komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran. Sebagai
implementator rencana dan desain pembelajaran guru tidak hanya berperan
sebagai model atau teladan bagi siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran
karena efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru, karenanya
keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru.
2. Faktor Siswa
Siswa adalah organisasi yang unik berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Setiap siswa memiliki kemampuan dasar dan sikap yang
berbeda. Di mana proses pembelajaran pada hakekatnya diarahkan untuk
membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Siswa
sebagai subjek belajar yang diharapkan dapat mencapai tujuan utama
pembelajaran yaitu keberhasilan siswa mencapai tujuan.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran seperti media belajar, alat-alat pelajaran,
Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung
keberhasilan proses pembelajaran misalnya: jalan menuju sekolah, penerangan,
kamar kecil dan sebagainya.
4. Faktor Lingkungan
Faktor lain yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah keharmonisan
hubungan antar orang yang terlibat dalam proses pembelajaran, seperti iklim,
sosial psikologi dan organisasi kelas.
2.3. Pendapat Ahli tentang Proses Belajar
Belajar merupakan hal yang sangat dasar bagi manusia dan merupakan proses
yang tiada hentinya dan berkesinambungan yang mengubah individu dalam berbagai
cara. Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Agar
tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar, maka perlu
pengadministrasian kegiatan-kegiatan belajar mengajar, yang lazim disebut
administrasi kurikulum (Muchith, 2008).
Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif
permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Perubahan-perubahan
tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fartigue), kematangan, ataupun karena
mengkonsumsi obat tertentu (Suhaenah, 2000).
Beberapa ahli berpendapat tantang proses pembelajaran dengan jenis-jenis
kategori dan tahapan yang dikenal dengan istilah taksonomi belajar. Kategori
1. Taksonomi Bloom yang paling populer dan mengkategorikan belajar dari 3
tingkatan sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik (Suhaenah, 2000).
2. Taksonomi Robert M. Gagne yang berpendapat bahwa kategori pembelajaran
meliputi kecakapan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motoris, informasi
verbal dan sikap (Suhaenah, 2000).
3. Taksonomi UNESCO yang terdiri dari learning to how, learning to do, learning
together, and learning to be (Suhaenah, 2000).
4. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon
(Muchith, 2008).
5. Menurut Jerome S. Bruner, seorang ahli pendidikan yang setuju dengan teori
kognitif, pembelajaran adalah proses untuk membangun kemampuan
mengembangkan potensi kognitif yang ada dalam diri siswa (Muchith, 2008).
Menurut Pidarta (2004), belajar adalah perubahan perilaku. Seseorang
dikatakan sudah belajar kalau perilakunya sudah berubah. Masyarakat belajar adalah
masyarakat yang sibuk dengan usaha-usaha mengembangkan dan menumbuhkan
semua aspek individu. Tujuan masyarakat belajar terutama membuat para siswa giat
dan lancar belajar. Hal ini sangat mungkin dicapai kalau para personalia sekolah yang
berfungsi sebagai kondisi belajar juga mewujudkan dirinya sebagai masyarakat
belajar. Jadi para personalia sekolah dengan para siswanya diharapkan membentuk
tersebut di atas boleh saja berbeda-beda namun pada dasarnya proses belajar akhirnya
akan membawa perubahan terhadap apa yang telah kita lakukan.
Teknik-teknik penunjang kegiatan menurut Pidarta (2004) antara lain:
(1) teknik menciptakan masyarakat belajar disekolah, (2) teknik menciptakan
masyarakat ilmiah di perguruan tinggi, (3) teknik mengadakan dan mengatur sumber
belajar, (4) teknik meningkatkan partisipasi alumni dan masyarakat, (5) teknik
meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang sejenis, (6) teknik
ketatausahaan yang tepat akan waktu dan konsisten.
2.4. Mutu/Kualitas Pendidikan
Menurut Arcaro yang diterjemahkan oleh Iriantara (2005), mutu adalah
sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu adalah
perubahan, dan cara berpikir tentang perubahan seiring menimbulkan rasa takut pada
banyak orang. Beberapa pandangan Jerome tentang mutu adalah:
1) Meraih mutu merupakan proses tentang mutu akhir.
2) Perbuatan mutu merupakan proses berkesinambungan bukan program sekali jalan.
3) Mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan administrator.
4) Pelatihan massal merupakan persyaratan mutu.
Sumber: Jerome S. Arcaro terjemahan Yosal Iriantara.
Gambar 2.2. Fase Implementasi Mutu Menurut Jerome S. Arcaro dalam Siklus Pemecahan Masalah
Langkah 1 : Fase mengordinasikan mutu memungkinkan sekolah memonitor dan
melacak anggota dan kegiatan tim mutu yang ada.
Langkah 2 : Fase perencanaan mutu membantu sekolah atau wilayah memastikan
bahwa semua stakeholder yang terlibat dalam proses pemecahan
masalah dan tim yang dibentuk memecahkan persoalan yang tepat.
Langkah 3 : Fase implementasi mutu merupakan fase yang paling populer dalam
siklus pemecahan masalah dengan 4 tahapan yaitu: cara tim
memecahkan masalah, waktu pemecahan masalah, alasan pemecahan
masalah, dan rencana tindak.
Langkah 4 : Fase monitoring mutu di mana tim memonitoring hasil untuk
memastikan tercapainya hasil yang diinginkan.
Arcaro (2005) berpendapat bahwa secara tradisional ukuran mutu atas
keluaran sekolah adalah prestasi siswa. Ukuran dasarnya adalah hasil ujian. Bila hasil
ujian bertambah baik, maka mutu pendidikan pun membaik.
Kualitas pendidikan menurut Sihombing dan Indarjo dalam Zainuddin (2008)
diwarnai oleh empat kriteria yaitu: (1) kualitas awal peserta didik, (2) penggunaan
dan pemeliharaan sumber-sumber pendidikan yang berkualitas. (3) proses belajar
mengajar dan (4) out put pendidikan.
Mutu pendidikan akan semakin berkembang sejalan dengan perkembangan
asas modernisasi dalam masyarakat (Ace dan Tilaar, 1993).
Kualitas pendidikan juga dipengaruhi oleh penyempurnaan sistemik terhadap
seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan
penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan
prasarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif serta didukung kebijakan
pemerintah baik di pusat maupun di daerah (Mulyasa, 2007).
2.5. Peran Pendidikan terhadap Pengembangan Wilayah
Menurut Muchith (2008), pendidikan adalah sektor yang sangat menentukan
kualitas hidup suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu
bangsa, keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah
bangsa. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa harus dimulai
dari penataan dalam segala aspek dalam pendidikan, mulai dari aspek tujuan, sarana,
pembelajaran, manajerial dan aspek lain yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.
Dari berbagai aspek dalam pendidikan, aspek pembelajaran merupakan
Kegagalan pendidikan disebabkan oleh kegagalan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang statis dan konvensional akan memperlambat terwujudnya kualitas
pendidikan. Sebaliknya pembelajaran yang dinamis, progresif dan kontekstual akan
mempercepat terwujudnya kualitas pembelajaran (Muchith, 2008).
Pengembangan wilayah merupakan suatu usaha dalam mengelola sumber
daya agar menghasilkan out put yang maksimal di wilayah tersebut. Pengembangan
wilayah sangat tergantung pada manusia di wilayah tersebut baik yang bersifat aktif
maupun pasif. Apabila masyarakatnya aktif dan dinamis maka secara otomatis
wilayah tersebut akan mampu berkembang (Prof. Bachtiar pada perkuliahan 9 Mei
2008).
Menurut Sirojuzilam (2008), pengembangan wilayah pada dasarnya
mempunyai arti peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu
mampu lebih banyak menghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
rata-rata membaik, di samping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau
jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkatkan, baik
dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitas.
Beliau juga berpendapat bahwa pendidikan berfungsi untuk meningkatkan
produktivitas karena kemampuan untuk menyerap tekhnologi memerlukan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan yang semakin tinggi akan mendapatkan pekerjaan atau pendapatan yang
Menurut Nachrowi dan Suhandojo (2001); salah satu pilar yang cukup penting
adalah sumber daya manusia karena dengan kemampuan yang cukup akan mampu
menggerakan seluruh sumber daya wilayah yang ada. Berbeda dengan sumber daya
alam yang mempunyai keterbatasan, semakin lama semakin berkurang dan habis.
Di samping itu sumber daya manusia mempunyai peran ganda dalam sebuah proses
pembangunan, dapat sebagai obyek maupun subyek pembangunan. Sebagai obyek
pembangunan, sumber daya manusia merupakan sasaran pembangunan untuk
disejahterakan, dan sebagai subyek pembangunan sumber daya manusia sebagai
pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh pelaku-pelaku
pembangunan itu sendiri. Dengan demikian konsep-konsep pembangunan itu
sesungguhnya adalah pembangunan manusia (human development) yaitu
pembangunan yang berorientasi kepada manusia (people centre development)
di mana manusia dipandang sebagai sasaran sekaligus pelaku pembangunan.
Target dari pembangunan wilayah untuk jangka panjang adalah pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya (Sasmojo, 2001).
Dengan demikian disimpulkan bahwa pilar-pilar dari pengembangan wilayah
adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, dan tekhnologi. Namun pilar yang
paling menentukan adalah sumber daya manusia yang merupakan pilar terpenting
dalam pengembangan wilayah karena manusia sebagai faktor pendorong sekaligus
penggerak dari sumber daya alam dan tekhnologi yang tersedia. Manusia menjadi
Dalam rangka peningkatan keberhasilan pembangunan tersebut maka menjadi
alasan diperlukannya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Pembangunan
wilayah bukan sekedar membangun fisik daerah semata, melainkan juga membangun
sumber daya manusia, oleh karenanya dalam pelaksanaan dibutuhkan perhatian yang
serius dalam aspek pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini kepala daerah kiranya
wajib mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi perkembangan sumber
daya manusia dan ilmu pengetahuan sekaligus tekhnologi sehingga mampu
mendukung terlaksananya paradigma pembangunan daerah berdasarkan aspirasinya.
2.6. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan tesis ini
antara lain adalah:
1. Nazwar (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Κοαλισι Ακτορ\Stakeholder
dalam Implementasi Kebijakan (Suatu Kajian tentang Koalisi Aktor dalam
Implementasi Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS) di Sekolah Dasar Kota Solok) yang hasilnya bahwa pelaksanaan aktor
yang terlibat belum melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan ketentuan
yang telah digariskan di mana sosialisasi belum dilaksanakan secara kontiniu dan
menyeluruh sehingga konsep dan tujuan MPMBS belum sepenuhnya dipahami
target group atau aktor secara baik, bahkan ada yang tidak mengerti sama sekali
apa itu MPMBS. Di samping itu masih ada sekolah yang belum memahami visi
2. Tita Lestari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Penerapan
Metode Pemecahan Masalah terhadap Kemampuan Berfikir Siswa dalam
Pengajaran Matematika” (Στυδι Κασυσ τεντανγ Πεmβελαϕαραν Κονσεπ Φυνγσι δαν
Turunannya di SMUN 5 Bandung) dengan hasil penelitian memperlihatkan
bahwa, profil kemampuan berfikir siswa SMU dampak penerapan metode
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika mencakup tiga kategori,
yaitu kemampuan berfikir tingkat unggul, menengah, dan asor. Kemampuan
berfikir kelompok unggul (3,5% dari informan) mencakup
kemampuan-kemampuan berfikir integratif, kreatif, dan kritis. Kemampuan berfikir kelompok
menengah (65,7% dari informan) mencakup kemampuan berfikir sistematis, logis,
dan analitis. Kemampuan berfikir kelompok asor (30,8% dari informan)
mencakup kemampuan penguasaan, pemahaman, dan penerapan konsep dalam
subject matter. Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
metode pemecahan masalah dalam kehidupan kelas belum optimal, pelaksanaan
pembelajaran belum terlaksana sesuai dengan rambu-rambu kurikulum yang
dimuat dalam GBPP, Juklak dan Juknis. Faktor-faktor utama dalam proses
pembelajaran di kelas (kurikulum, guru, dan sumber belajar) masih menjadi
2.7. Kerangka Pemikiran
Sistem Pendidikan Nasional memiliki beberapa komponen atau sub sistem,
diantaranya adalah Sistem Pembelajaran yang merupakan komponen terpenting
dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Di mana dalam proses penyelenggaraan
pendidikan perlu pengimplementasian program-program mutu secara maksimal
sehingga menghasilkan produk lulusan yang berkualitas. Sistem Pembelajaran terdiri
dari komponen-komponen yang turut mempengaruhi keberhasilan dalam sistem
pembelajaran diantaranya kurikulum, sarana prasarana dan guru sebagai aspek
terpenting dalam proses pembelajaran yang akhirnya akan membawa peningkatan
bagi prestasi siswa. Di mana tingkat kompetensi guru sangat menentukan untuk
mendukung pelaksanaan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum
yang diberlakukan. Keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar merupakan
penentu dalam pencapaian prestasi belajar siswa sehingga out comesnya adalah
lulusan yang berkualitas.
Dengan adanya lulusan yang berkualitas akan lahir pula sumber daya manusia
yang berkualitas sehingga nantinya dapat mendorong perkembangan wilayah dan
mampu memanfaatkan potensi wilayah secara baik dan benar.
Oleh karenanya dalam pelaksanaan/penerapan (implementasi) proses
pembelajaran harus dilakukan secara efisien dan sinergi sehingga tujuan pendidikan
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Pengembangan Wilayah Sumber Daya Manusia Berkualitas
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Implementasi Proses Pembelajaran
Kurikulum
GURU
Kualitas Lulusan
Prestasi Belajar Siswa Sarana
2.8. Hipotesis Penelitian
Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Implementasi proses pembelajaran berpengaruh positif terhadap kualitas lulusan
di SMAN 13 Medan.
2. Faktor-faktor paling berpengaruh dalam proses pembelajaran di SMAN 13 Medan
adalah kompetensi guru dan kurikulum.
BAB III
METODE PENELITIAN
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain
adalah angket yang digunakan untuk mengungkap mengenai kompetensi guru dalam
mengajar. Alat ukur yang lain adalah dokumentasi, yang digunakan untuk
mengetahui kualitas kelulusan siswa yang diambil dari tahun 2003-2004, 2004-2005,
3005-2006, 2006-2007 dan tahun 2007-2008.
Angket kompetensi guru dalam penelitian ini disusun berdasarkan beberapa
aspek, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, materi, proses belajar
mengajar, pengujian, perencanaan, pengadaan, penggunaan, perawatan, organisasi
siswa, penanganan kasus kesiswaan dan penyaluran bakat.
Angket kompetensi guru disusun berdasarkan model skala Likert dengan 5
(lima) pilihan jawaban. Untuk pernyataan dari nomor 1 sampai dengan nomor 34,
pilihan jawaban yang disediakan adalah Selalu (Sl), Sering (Se), Kadang-kadang
(Kd), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Penilaian untuk jawaban Sl adalah 5,
jawaban Se adalah 4, jawaban Kd adalah 3, jawaban J adalah 2 dan jawaban TP
adalah 1.
Selanjutnya untuk nomor 35 sampai dengan nomor 64 pilihan jawabannya
adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Kurang Setuju (KS) dan Tidak
adalah 3, jawaban KS adalah 2 dan jawaban TS adalah 1. Tabel kisi-kisi angket
kompetensi guru dapat dilihat pada lampiran halaman 76.
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Ruang lingkup wilayah yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah
Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Kota Medan yang direncakan akan dilaksanakan
pada bulan April 2009 sampai dengan bulan Juni 2009.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
data primer dan data sekunder. Data primer akan diperoleh dari responden yaitu
Guru, yang masih mengajar sejak tahun 2003 sampai saat ini di SMAN 13 Medan dan
Dinas Pendidikan Kota Medan melalui penyebaran kuesioner yang memuat
indikator-indikator yang menggambarkan keberadaan sumber daya pendidikan dalam
mengimplementasikan proses pembelajaran (guru, siswa, sarana dan prasarana,
kurikulum).
Selain data primer, penelitian ini juga akan menggunakan data sekunder
tentang gambaran Sekolah Menengah Tingkat Atas Negeri 13 Medan. Data nilai hasil
ujian akhir, yang merupakan data tambahan dalam mendukung hipotesis melalui
instansi/lembaga terkait lain, diantaranya Dinas Tenaga Kerja Kota Medan,
Jurnal-jurnal pendidikan, dan buku-buku sebagai referensi yang berkaitan dengan penelitian
ini.
3.3. Populasi dan Sampel
Tujuan pengambilan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data yang
dapat mencerminkan keadaan sebenarnya, peneliti menggunakan sasaran populasi
penelitian adalah Guru sebanyak 43 orang di SMAN 13 Medan yang masih aktif
mengajar sejak tahun 2003 sampai 2009.
Dalam penelitian ini seluruh populasi menjadi sampel yang biasa disebut
sebagai sensus. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik nonprobability sampling jenis sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel bila jumlah populasi relatif
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus (Sugiono, 2007).
Tabel 3.1. Populasi Guru SMAN 13 Medan Tahun 2009
No Tenaga Kependidikan Jenjang Pendidikan
dan Pendidik Jumlah SMA D1 D3 S1 S2
1 Guru 43 orang - - - 42 1
Jumlah 43 orang - - - 42 1
Tabel 3.2. Sampel Guru SMAN 13 Medan Tahun 2009
No Tenaga Kependidikan Jenjang Pendidikan
dan Pendidik Jumlah SMA D1 D3 S1 S2
1 Guru 43 orang - - - 42 1
Jumlah 43 orang - - - 42 1
Sumber: Data SMAN 13 Medan
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara
lain:
1. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran
angket. Angket berisi beberapa pertanyaan kepada responden yang menjadi
sampel. Responden dimaksud adalah semua guru yang masih aktif mengajar sejak
T.A. 2003/2004 s/d sekarang dan data hasil ujian akhir sejak TA. 2003/2004 s/d
2007/2008.
2. Studi kepustakaan melalui penggunaan informasi yang berhubungan dengan
teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan variabel-variabel yang diteliti dengan
cara mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.
3. Riset lapangan dengan melakukan pengamatan langsung ke obyek yang menjadi
sasaran penelitian. Peneliti berperan sebagai pengumpul data, sementara pihak
yang dihubungi di sekolah sebagai pemberi data. Data tersebut ditabulasi dan
diolah dalam bentuk tabel maupun gambar yang akhirnya akan dianalisis secara
3.5. Teknik Analisis Data
Untuk memudahkan dan menyederhanakan data kedalam bentuk yang dapat
dibaca dan dimengerti, peneliti akan menguji dan menganalisis data sebagai
pertanggungjawaban ilmiah dengan teknik diantaranya:
1. Untuk menjawab permasalahan 1 digunakan analisis varian (anova) untuk
menguji perbedaan rata-rata nilai hasil ujian akhir dengan rumus:
ecil VarianTerk
esar VarianTerb F
Kemudian dilanjutkan dengan uji t-test untuk membandingkan tingkat signifikan
dari implementasi proses pembelajaran di SMAN 13 Medan melalui rumus
sebagai berikut:
Dengan ketentuan bila : t hit > t tabel (0,05) maka H1 diterima dan t hit < t tabel (0,05) maka Ho diterima
s = varians baku sampel data sebelum implementasi proses pembelajaran.
2 2
4. Kemudian untuk menjawab permasalahan 2 (kedua) dan 3 (ketiga) digunakan
metode deskriftif.
3.6. Definisi Operasional
1. Sistem pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang merupakan
implementasi norma atau teori pembelajaran yang melibatkan interaksi antara
siswa dan guru, sarana/prasarana, kurikulum dan orang-orang yang
mendukung keberhasilan tujuan pembelajaran di SMAN 13 Medan.
2. Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan proses belajar mengajar yang
sebenarnya di SMAN 13 Medan.
3. Kualitas Lulusan adalah nilai evaluasi belajar siswa dan nilai Ujian Nasional
T.A. 2008/2009 di SMAN 13 Medan.
4. Tenaga Kependidikan adalah guru, kepala sekolah, tenaga administrasi yang
mendukung kegiatan belajar mengajar di SMAN 13 Medan.
5. Prestasi Belajar adalah prestasi siswa secara akademik di SMAN 13 Medan.
6. Kurikulum adalah materi yang dijabarkan dari pengembangan kurikkulum
nasional sebagai bahan ajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Instrumen Penelitian
Pelaksanaan uji coba angket kompetensi guru ini, dilakukan pada guru-guru
yang mengajar di SMA Negeri 13 Medan, di mana dari penyebaran angket ini
nantinya dapat diketahui bagaimana tingkat kompetensi para guru dalam
mengimplementasikan program yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan pengambilan data dalam rangka uji coba ini dilakukan dengan
cara menemui para guru di ruang khusus para guru. Setelah bertemu, peneliti
memperkenalkan diri dan sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan mengadakan
penelitian. Setelah para guru memahami, maka angket kompetensi guru dibagikan.
Namun mengingat kesibukan para guru serta sistem yang digunakan ini, maka angket
tersebut akan ditinggalkan untuk diisi. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan
pengambilan data berjalan dengan efektif dan efisien.
Selanjutnya dilakukan pengecekan sekaligus penyekoran terhadap angket
yang telah terkumpul dari 43 orang guru. Cara kerja yang dilakukan sejalan dengan
penyekoran data penelitian ini adalah dengan membuat format nilai berdasarkan
skor-skor yang ada pada setiap lembarnya, kemudian skor-skor yang merupakan pilihan subjek
pada setiap butir pernyataan dipindahkan ke kertas milimeter yang diformat sesuai