• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Tata Ruang Dalam Menetapkan Zona Perdagangan dan Jasa di Kota Medan (Studi Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Tata Ruang Dalam Menetapkan Zona Perdagangan dan Jasa di Kota Medan (Studi Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

97 Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Budi Winarno. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, ed. 2 (Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press).

Indrarti,Maria Farida. 2011. Ilmu Perundang-undangan ( Jenis,Fungsi dan Materi Muatan). Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Siagian,Matias.2010.Metode Penelitian Sosial,Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. PT.Grasindo Monoratama:Medan

Singarimbun, Masri. 2006.Metode Penelitian Survay.LP3ES: Jakarta

Subarsono.2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep,Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suhartono.2008.Metode Penelitian Deskriptif.Yogyakarta:Mandiri Prima

Tangkilisan, Hesel N. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi.Yogyakarta: YPAPI

Wibawa, Samodra, dkk.1994. Evaluasi kebijakan Publik (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa)

Yunus.H.S.2005.Manajemen Kota Persfektif Spasial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumber Undang-Undang

Peraturan Tata Ruang diatur dalam UU nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Peraturan Menteri pekerjaan umum nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan substansi dalam penetapan rancangan peraturan daerah

(2)

98 Universitas Sumatera Utara Jurnal –Jurnal

Jurnal Perencanaan Pembangunan Di Kabupaten Bojonegoro oleh Lukman Arief.

2006

jurnal Evaluasi Penggunaan lahan di kota Kediri tahun 2003-2013 oleh Anggita

S.E P

Jurnal Identifikasi Penyimpangan Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan oleh Abdul Wahid

Khatimah.Husnul.2013.Kajian Kesesuaian Pembangunan Ruko terhadap Kebutuhan Pasar di Kota Mataram.Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. Juli-Agustus 2013

jurnal studi penentuan lokasi potensial pengembangan pusat perbelanjaan di kota Tangerang oleh Muhammad Hidayat.2011

Penerapan Program Linier untuk pemanfaatan lahan dikawasan pesisir kkota Cirebon Oleh Neng Ikeu, Yulia Asyiawati

Jurnal Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Pemanfaatan Perumahan Untuk Tujuan Komersial Dikawasan Tlogonsari Kulon, Semarang oleh Tangguh Wicaksono.Prof. Dr. FX. Sugiyanto, MS

Jurnal Konsep Perancangan Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Fisik Kawasan Perdagangan dan Jasa Jalan Jenderal Sudirman Kota Salatiga oleh Nurgianto.2013

Jurnal Pengembangan Konsep Ruang Komersial Rekreatif pada Penataan kawasan Bubakan Kota Semarang oleh Indriastjario.2003

Sumber Internet

tanggal 12 Oktober 2015 jam 18.30

(3)

47 Universitas Sumatera Utara BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1.Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Posisi koordinatnya

adalah 3°35′LU dan 98°40′BT. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di

sebelah utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, timur, dan

utara.Medan Sumatera menjadi tempat yang strategis sebab berada di jalur

pelayaran Selat Malaka. Dengan demikian, kota ini menjadi pintu gerbang

kegiatan ekonomi domestik dan mancanegara yang melalui Selat Malaka. Selain

itu, Medan juga berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan juga beberapa

daerah kaya sumber daya alam, mempengaruhi kemampuan Medan dalam hal

ekonomi sehingga memiliki hubungan kerjasama yang saling memperkuat dengan

daerah sekitarnya.

Luas Kota Medan adalah sekitar 26.510 hektar atau setara dengan 265,10

km². Dengan kata lain, Kota Medan memiliki wilayah 3,6% dari

keseluruha

cenderung miring ke utara. Kota ini berada pada 2,5 hingga 3,5 meter di atas

permukaan laut.Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Secara administratif,

Medan terdiri atas 151 kelurahan dan 21 kecamatan. Mayoritas penduduk Kota

Medan adalah suku Batak, beberapa suku lainnya yang turut berdomisili di kota

ini adalah suku Jawa, Tionghoa, Mandailing, Minangkabau, Melayu, Karo, Aceh,

Sunda, dan Tamil. Selain itu, Suku pendatang dari ras Tionghoa juga menjadi

bagian dari penduduk Medan. Islam dan Kristen Protestan adalah agama yang

(4)

48 Universitas Sumatera Utara dan Hindu.33

Dalam menjalankan roda pemerintahan, kota Medan memiliki struktur

organisasi yang mempunyai peran dan fungsi masing-masing demi mewujudkan

visi dan misi kota Medan. Struktur organisasi digambarkan melalui bagan seperti

berikut:

Dan untuk jumlah penduduk kota Medan selama 5 tahun terakhir

dari tahun 2009-2015 menurut jenis kelamin digambarkan melalui tabel sebagai

berikut:

Tabel 3.1. Statistik Penduduk Kota Medan Menurut Jenis kelamin

Sumber : BPS kota Medan

33

diakses tanggal 6 desember 2015 jam 22:36

TAHUN

2013 2012 2011 2010 2009

Jumlah Pria (jiwa) 1.048.451 1.047.875 1.046.560 1.036.926 1.049.457

Jumlah Wanita (jiwa) 1.074.759 1.074.929 1.070.664 1.060.684 1.071.596

2.123.210 2.122.804 2.117.224 2.097.610 2.121.053

- - 1 -1 1

8.009

(5)

49 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1. Stuktur Organisasi Pemerintah Kota Medan

Sumber: Pemerintah Kota Medan

3.2.Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan.

3.2.1. Visi dan Misi

Dalam mewujudkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang

dan Tata Bangunan mencanangkan suatu visi yaitu "Terwujudnya Kota Medan

Yang Tertata, Nyaman, Modern dan Berdaya Saing".

Pencapaian visi tersebut di atas dilakukan melalui 5 misi sebagai berikut :

1. Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan

penataan ruang dan penataan bangunan secara berkualitas dan

berkesinambungan dengan melibatkan stake holder atau

(6)

50 Universitas Sumatera Utara 2. Mengembangkan Manajemen Organisasi SDM, Program Kerja dan

Sarana Prasarana yang berkelanjutan.

3. Memberikan Pelayanan dan informasi yang prima dengan

mengembangkan teknologi sistem informasi.

4. Mengendalikan kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui

pengawasan, pembinaan, penertiban dan koordinasi pembangunan.

5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota

dan bangunan

Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan tujuan sebagai

hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (Lima) tahun

untuk mencapai tujuan. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan

visi dan misi sehingga rumusannya harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang

ingin dicapai di masa mendatang. Untuk itu tujuan disusun guna memperjelas

pencapaian sasaran yang ingin diraih dari masing-masing misi, sebagaimana

pejabaran pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2 : Misi dan Penjabaran Tujuan Dinas TRTB

No Misi Tujuan

1 Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan penataan ruang dan penataan banguna secara berkualitas dan berkesinambungan dengan melihat stack holder atau shareholder.

Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan tata bangunan.

2 Mengembangkan Manajemen Organisasi SDM, Program Kerja dan Sarana Prasarana yang berkelanjutan.

Meningkatnya kelancaran dalam pelaksanaan tugas urusan pemerintahan bidang tata ruang dan bangunan.

3 Memberikan Pelayanan dan informasi yang prima dengan mengembangkan teknologi sistem informasi.

Melaksanakan pelayanan umum pada masyarakat.

4 Mengendalikan kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui pengawasan,

(7)

51 Universitas Sumatera Utara pembinaan, penertiban dan koordinasi

pembangunan.

tata bangunan

5 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota dan bangunan.

Dalam sebuah kebijakan ada yang menjadi targetan pecapaian

keberhasilan program. Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan

yang spesifik, terukur, dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan

sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk itu diperlukan Strategi atau

langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan

misi. Supaya misi dapat dicapai maka mesti ada keselarasan antara tujuan dan

strategi. Dengan demikian, strategi merupakan cara mencapai tujuan dan sasaran

yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program.

Tabel 3.3. : Tujuan dan Sasaran Dinas TRTB

No Tujuan Sasaran

Uraian Indikator

1 Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan tata bangunan.

1. Tersusunya rencana tata ruang dan rencana tata bangunan yang berkualita dan berkesinambungan

2. Meningkatnya ketersediaan kebijakan penataan ruang kota dan penataan bangunan yang mendukung peningkatan daya saing kota

3. Meningkatnya kualitas data-data dan peta untuk penataan ruang dan aspek pembangunan lainnya

4. Terlaksananya evaluasi secara berkala rencana dan kebijakan tata ruang dan tata bangunan

Adanya perencanaan tata ruang dan perencanaan

Adanya kebijakan panataan ruang dan bangunan

Adanya peningkatan kualitas data dan peta

(8)

52 bidang tata ruang dan bangunan.

1. Menigkatnya kualitas manajemen organisasi kerja melalui penyusunan standart, monitoring dan evaluasi

2.Meningkatnya kemampuan teknis dan oprasional aparatur melalui pelatihan dan pembinaan

3. Mendorong terlaksananya trasnfaransi akuntabilitas kinerja melalui penyusunan rencana kerja, laporan keuangan tahunan dan LAKIP

4.Meningkatnya ketersediaan dan perawatan sarana dan prasarana kerja.

Adanya perawatan sarana dan prasarana ruang dan banguna kepada masyarakat secara merata dan berkesinambung

4 Mengupayakan secara optimal peraturan bidang tata ruang dan tata bangunan

1. Meningkatnya pengawasan dan monitoring pelaksanaan kebijakan rencana tata ruang dan tata bangunan

2.Terselenggaranya peningkatan pemahaman dan kepatuhan terhadap rencana tata ruang dan tata bangunan melalui

Terjadinya peningkatan monitoring terhadap kebijakan akan penataan ruang

(9)

53 Universitas Sumatera Utara pembinaan, sosialisasi dan

penyebaran informasi

3. Meningkatnya upaya - upaya penertiban terhadab pelanggaran izin mendirikan bangunan sesuai ketentuan dan undang - undang yang berlaku

4. Tersedianya perlindungan hukum dan keselamatan kerja bagi aparatur dalam penegakan paraturan

5. Meningkatkan koordinasi antar bidang dan antar instansi

Terjadinya peningkatan penertiban terhadap bangunan yang bermasalah

5 Meningkatkan kepedulian dan partisipasi

masyarakat dalam perencanaan,dan

pengendalian pemanfaatan ruang.

1. Meningkatnya akses dan pemahaman masyarakat terhadap kebijakan rencana tata

ruang dan tata bangunan

2. tersedianya sarana atau wadah penyaluran aspirasi dari masyarakat

3.Meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam perumusan kebijakan,perencanaan,pemanfa atan dan pengendalian ruang

Adanya pengetahuan

3.2.2. Struktur Organisasi dan Susunan Kepegawaian

1. Struktur Organisasi

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dipimpin oleh 1 (satu) orang Kepala

Dinas yang membawahi 4 (empat) orang Kepala Bidang dengan 12 (dua belas)

Kepala Seksi dan 1 (satu) orang Sekretaris dengan 3 (tiga) orang Kepala Sub

Bagian serta Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun susunan organisasi Dinas

Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan adalah sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

(10)

54 Universitas Sumatera Utara 1.Sub Bagian Umum

2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Penyusunan Program

c. Bidang Pengukuran dan Pemetaan, membawahi :

1. Seksi Pengukuran

2. Seksi Pemetaan

3. Seksi Pengembangan Data dan Sistem

d. Bidang Tata Ruang, membawahkan:

1. Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang

2. Seksi Rencana Tata Letak

3. Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang

e. Bidang Tata Bangunan, membawahkan:

1. Seksi Perancangan Bangunan

2. Seksi Konstruksi Bangunan

3. Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan

f. Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang, membawahkan:

1. Seksi Pengawasan

2. Seksi Penyuluhan

3. Seksi Pengaduan

(11)

55 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2. Struktur Organisasi Dinas TRTB Kota Medan

Sumber : Dinas TRTB Kota Medan

2. Susunan Kepegawaian

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan pada tahun anggaran 2014 didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 148 orang dengan komposisi sebagai berikut :

Tabel 3.5. Jumlah Pegawai menurut Jenis Jabatan :

NO URAIAN JUMLAH

1 Kepala Dinas 1 Orang

2 Sekretaris 1 Orang

3 Kepala Bidang 4 Orang

4 Kepala Sub Bagian 3 Orang

5 Kepala Seksi 12 Orang

(12)

56 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.6. Komposisi SDM PNS Menurut Strata pendidikan :

NO URAIAN JUMLAH

1 Magister (S2) Teknik 8 Orang

2 Magister (S2) Non Teknik 2 Orang

3 Sarjana (S1) Teknik 26 Orang

4 Sarjana (S1) Non Teknik 29 Orang

5 Diploma (D3) Teknik 1 Orang

6 Diploma (D3) Non Teknik 5 Orang

7 SMK Teknik 12 Orang

8 SMK Non Teknik 1 Orang

9 SMU 40 Orang

10 SMP 6 Orang

Jumlah 127 Orang

Sumber : Rencana Kerja Dinas TRTB 2014

Tabel 3.7. Komposisi SDM Menurut Golongan :

NO URAIAN JUMLAH

1 Golongan I 1 Orang

2 Golongan II 28 Orang

3 Golongan III 93 Orang

4 Golongan IV 5 Orang

5 Non PNS 21 Orang

Jumlah 148 Orang

(13)

57 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.8. Komposisi Menurut Jabatan Struktural dan Fungsional :

NO URAIAN JUMLAH

1 Kepala Dinas 1 Orang

2 Sekretaris 1 Orang

3 Kepala Bidang 4 Orang

4 Kepala Sub Bagian 3 Orang

5 Kepala Seksi 12 Orang

6 Tenaga Fungsional 0 Orang

7 Staf Bagian Tata Usaha 23 Orang

8 Staf Bidang Tata Ruang 22 Orang

9 Staf Bidang Tata Bagunan 13 Orang

10 Staf Bidang Pengukuran dan

Pemetaan

23 Orang

11 Staf Bidang Pengendalian dan

Pemanfaatan Ruang

46 Orang

Jumlah 148 Orang

Sumber: Rencana Kerja Dinas TRTB 2014

3.2.3. Tugas pokok dan Fungsi Dinas TRTB

Untuk melaksanakan tugasnya, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

mempunyai fungsi dan tugas pokok seperti berikut :

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang penataan ruang

(14)

58 Universitas Sumatera Utara 2. Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian dalam rangka perumusan,

pengembangan dan penetapan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan

penataan ruang kota dan bangunan yang berlaku.

3. Mengevaluasi dan merevisi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan

penataan ruang kota dan penataan bangunan yang telah ditetapkan sesuai

dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta

norma-norma penataan kota dan bangunan yang berlaku;

4. Menghimpun data dan informasi, mengadakan pengukuran dan pemetaan

dalam rangka penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang kota dan

kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan;

5. Perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan, penyuluhan dan

pembinaan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Kepala Daerah

dan Peraturan yang berlaku;

6. Melaksanakan pola dan pengembangan rencana tata ruang kota dan

kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan yang telah

ditetapkan;

7. Memberikan pelayanan terhadap permohonan Keterangan Rencana

Peruntukan (KRP), Keterangan Situasi Bangunan (KSB), Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) dan pelayanan lainnya serta memungut retribusi atas

pemberian KRP, KSB, IMB dan pelayanan lain tersebut sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang berlaku.

8. Mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap penataan ruang kota

dan penataan bangunan serta teknis konstruksi yang telah ditetapkan,

(15)

59 Universitas Sumatera Utara 9. Merumuskan kebijaksanaan dan pengawasan terhadap pelestarian dan

konservasi bangunan.

10.Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang

tugasnya;

11.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah

3.3. Gambaran Umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan 3.3.1. Visi Dan Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Medan.

VISI dari disperindag kota medan adalah “Kota Medan sebagai Kota

Metropolitan yang berdaya saing dengan iklim investasi yang menarik dan

kondusif”.

MISI dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah :

1. Meningkatkan daya tarik investasi di Kota Medan

2. Meningkatkan realisasi investasi di Kota Medan

3. Menciptakan iklim investasi yang menarik dan kondusif

3.3.2. Struktur Organisasi dan Susunan Kepegawaian

1. Sruktur Organisasi

Adapun susunan organisasi dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan adalah sebagai berikut :

1. Kepala dinas

2. Sekretaris

a. Ka.Sub Bagian Umum

(16)

60 Universitas Sumatera Utara c. Ka. Sub Bagian Penyusunan Program

3. KA. BIDANG PERDAGANGAN

a. Ka. Seksi Usaha Perdagangan dan Kemitraan

b. Ka. Seksi Monitoring dan Informasi Pasar

c. Ka. Seksi Pendaftaran Perusahaan

4. KA. BIDANG PENGAWASAN

a. Ka. Seksi Pertlindungan Konsumen

b. Ka. Seksi Pengawasan Perindustrian

c. Ka. Seksi Pengawasan Perdagangan

5. KA. BIDANG PERINDUSTRIAN a. Ka. Seksi Agro dan Hasil Hutan

b. Ka. Seksi Logam, Elektronika, Mesin dan Perekayasaan

(17)

61 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2. Struktur Organisasi Disperindag Kota Medan

Sumber : Disperindag Kota Medan

2.Susunan Kepegawaian

Untuk melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan didukung oleh SDM yang

terdiri dari :

Tabel 3.9: Data Kepegawaian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan

NO URAIAN JUMLAH

1 a. Pejabat Eselon II

b. Pejabat Eselon III

c. Pejabat Eselon IV

1

5

(18)

62 Universitas Sumatera Utara

Jumlah Staff 68

2 Jumlah tenaga harian lepas (Honorer dari Dinas) 24

3. Jumlah Pegawai Harian Lepas (Honorer dari kantor

Walikota)

7

Jumlah Keseluruhan 120 Orang

Sumber : Disperindag Kota Medan

Tabel 4.0. : Klasifikasi Pegawai Disperindag Kota Medan

1. Menurut Strata Pendidikan :

a. S2

2. Menurut Jabatan :

(19)

63 Universitas Sumatera Utara Sumber : LAKIP Disperindag 2014

3.3.3. Tugas dan Fungsi Dinas perindustrian dan Perdagangan Kota Medan

Tugas dari disperindag kota medan adalah Melaksanakan Urusan

Pemerintahan Daerah di Bidang Perindustrian dan Perdagangan

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Selain mempunyai tugas disperindag juga memiliki fungsi diantaranya

adalah:

1. Perumusan kebijakan teknis di Bidang Perindustrian dan

Perdagangan

2. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pelayanan

Umum dibidang Perindustrian dan Perdagangan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di Bidang Perindustrian

dan Perdagangan.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya 4. Kasi/Kasubbag

5. Ka. UPT

Sub Jumlah …

b. Fungsional

1. Administrasi

Jumlah seluruhnya

15 Orang

2 Orang

23 Orang

1 Orang

62 Orang

(20)

64 Universitas Sumatera Utara 3.4. Gambaran Umum Kompleks Tomang Elok, Kelurahan Simpang

Tanjung, Kecamatan Medan Sunggal.

Kompleks Tomang elok termasuk kedalam kelurahan Simpang Tanjung

kecamatan Medan Sunggal yang merupakan salah satu dari 6 (enam ) kelurahan

yang ada di kecamatan Medan Sunggalyang luasnya kurang lebih 32 HA dan

terdiri dari 4 lingkungan, dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Kelurahan Sikambing C-2

Kecamatan Medan Helvetia.

Sebelah Selatan : berbatasan dengan kelurahan Sei Sikambing B

Kecamatan Medan Sunggal.

Sebelah Barat : berbatasan dengan kelurahan Sei Sikambing B

Kecamatan Medan Sunggal

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Babura Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal.

Dilihat dari letaknya kawasan ini berada pada kawasan perdagangan dan

jasa untuk kecamatan Medan Sunggal, dengan adanya aktifitas ekonomi di pasar

tradisional, pertokoan, ruko, mini market serta beberapa pelayanan jasa berada

pada wilayah ini. Disisi jalan banyak pedagang kaki lima yang menjual

dagangannya untuk dijual pada konsumen.

Jumlah penduduk di daerah ini ada lebih kurang 1.815 jiwa dengan 485

KK tapi 50% dari jumlah tersebut penduduknya tidak berada ditempat atau tidak

menetap. Masyarakat yang tinggal disini terdiri dari suku Batak, Melayu, Karo,

Jawa, dan Cina.Mata Pencarian masyarakatnya adalah Pedagang, Wiraswasta,

(21)

65 Universitas Sumatera Utara BAB IV

PENYAJIAN DATA

Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu deskriptif kualitatif

dengan menggunakan metode wawancara secara terbuka dan mendalam kepada

pihak yang berhubungan dengan judul penelitian ini. Adapun informan yang

dilakukan wawancara yakni Kepala Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana

Tata Ruang ibu Indri Meiyanti,ST, Kepala Seksi Usaha Perdagangan dan

Kemitraan bapak Abdul Rahim,SH, M.Si dan sebagai Informan Tambahan

peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat yang tinggal disekitar kawasan

perdagangan dan jasa dikawasan Tomang Elok Kecamatan Medan Sunggal.

Pemilihan informan tersebut ditentukan berdasarkan peran yang dimiliki

dalam mendukung terlaksananya Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang rencana

tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Selain metode

wawancara, data yang diperoleh oleh peneliti yakni berupa data sekunder yang

dianggap perlu dalam penelitian ini.

4.1. Hasil Wawancara 4.1.1. Komunikasi

Pada dasarnya suatu kebijakan diformulasikan dengan maksud untuk

mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kebijakan tersebut dirumuskan secara rinci

dan disusun secara jelas sesuai dengan kepentingannya. Kejelasan isi kebijakan

berarti isi dan tujuan dari suatu kebijakan mudah dipahami implementor dan dapat

diterjemahkan pada pengimplementasiannya. Untuk mencapai tujuan tersebut

(22)

66 Universitas Sumatera Utara Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik

dari atas kebawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindar

distorsi implementasi. Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana

praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerja sama yang saling

terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian

tujuan implementasi kebijakan.

Menurut Informan, Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang rencana

Tata Ruang kota Medan dasar dikeluarkannya adalah Pasal 18 ayat (6) UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UU Darurat Nomor 8 Tahun 1956

Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar Dalam Lingkungan

Daerah Provsu, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU

Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, PP Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, dan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam

Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten atau Kota, serta rencana

rincinya. Setiap kebijakan tentunya memiliki target dan tujuannya. Yang menjadi

target dan tujuan Perda tersebut yakni tertatanya Kota Medan secara teratur dan

rapi serta berwawasan lingkungan.

Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Evaluasi dan Pengembangan

Rencana Tata Ruang ibu Indri Meiyanti, Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011

tentang tata ruang ini pembahasannya masih terlalu luas dan abstrak dan untuk

(23)

67 Universitas Sumatera Utara mengesahkan Peraturan daerah nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata

Ruang kota Medan termasuk zonasi perdagangan dan jasa.

Sosialisasi peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang Tata Ruang

sudah sering dilakukan semenjak ditetapkan. Untuk sosialisasi tentang kebijakan

perda ini dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

tapi setelah ada RDTR teknisnya ditangani oleh Dinas TRTB dan yang menjadi

sasaran kebijakan ini adalah seluruh stakeholder. Bentuk sosialisasinya berbagai

macam salah satunya melalui media online web resmi Pemko Medan, Koran,

sosialisasi secara langsung tentunya mengacu pada perda tersebut.Untuk peraturan

daerah nomor 2 tahun 2015 tentang RDTR belum disosialisasikan secara

keseluruhan dikarenakan draftnya masih berada dipemerintah kota Medan.

Pengawasan dan pembinaan dilapangan permasalahan izin mengenai usaha

sesuai dengan zona perdagangan ditangani oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Medan. Untuk Sosialisasi tentang kesesuaian perizinan

kawasan usaha dilakukan secara langsung dilapangan dan juga dilakukan kepada

asosiasi pedagang dan yang menjadi sasaran dari sosialisasi ini semua

stakeholder. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Usaha Perdagangan dan

Kemitraan bapak Abdul Rahim,SH,M.Si bahwa untuk pihak implementator

sendiri masih kurangnya koordinasi yang terbangun membuat keputusan yang

terjadi dilapangan berbeda dengan keputusan yang sudah ditetapkan. Sehingga

mempengaruhi berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan dilapangan,

komunikasi yang dibangun oleh implementator kepada masyarakat akan

berdampak pada tahu atau paham ataupun tidak pahamnya masyarakat tentang

(24)

68 Universitas Sumatera Utara beberapa orang masyarakat Tomang Elok terkait tentang Peraturan Daerah nomor

13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan kawasan

perdagangan dan jasa mereka banyak yang tidak mengetahui tentang adanya perda

tersebut karena tidak ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah. Sehingga

banyak diantara mereka tidak tahu informasi serta ketidakpercayaan masyarakat

terhadap pemerintah menjadi salah satu alasan untuk tidak berurusan dengan

birokrasi karena terlalu sulit dan berbelit-belit.

Secara keseluruhan komunikasi yang terbangun menurut informan masih

kurang tegas dan jelas. Gambaran komunikasi dan koordinasi antara pegawai

ditingkat pemerintahan berdasarkan kasus yang muncul dan perlu dibahas,

demikian juga dengan keputusan yang diambil. Adapun alat dan metode

sosialisasinya tentu mengacu pada Perda dan pengimplementasiannya. Namun

menurut informan, format bakunya belum ada sehingga dinilai kurang tegas.

Sehingga selama ini metode sosialisasi yang dilakukan yakni karena faktor

kebiasaan. Disebabkan masih belum detailnya tentang pembagian kawasan

tersebut pada Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Tata Ruang

sehingga masih menyebabkan banyak kebingungan baik dari kalangan

implementator sendiri dan juga dari kalangan masyarakat.

4.1.2. Sumber Daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya

menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai,

baik sumber daya manusia, fasilitas, dan finansial. Ketersediaan sumber daya

(25)

69 Universitas Sumatera Utara Proses implementasi Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang dalam

menetapkan kawasan perdagangan dan jasa.

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun

kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok

sasaran. Menurut informan secara keseluruhan SDM siap dalam

melaksanakan proses implementasi peraturan daerah nomor 13 tahun

2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa

tetapi secara kuantitas masih belum mencukupi. Karena ditambah lagi

masih banyak program-progam yang mesti dilaksanakan baik itu tata

ruang dan perdagangan jasa. Ditambah lagi masyarakat yang buta akan

peraturan, sikap apatis, sering tidak terima dengan peraturan yang

diberlakukan demi kepentingannya, dan suka menggonta-ganti jenis

usaha yang dilakoninya sehingga berubah lagi peruntukannya.

Dilihat dari data pegawai dengan banyaknya lulusan sarjana yang

diharapkan mampu mengimplementasikan kebijakan perda tentang tata

ruang terutama dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa.

2. Fasilitas

Menurut informan, fasilitas yang terdapat pada Dinas perindustrian

dan perdagangan kota Medan sudah cukup memadai untuk

mendukung pelaksanaan penetapan kawasan perdagangan dan jasa

tersebut. Memiliki gedung perkantoran yang permanen,ruang kantor

setiap bidang atau satuan kerja sudah terpenuhi dengan dilengkapi

(26)

70 Universitas Sumatera Utara 3. Penyediaan Finansial

Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas

sebuah program atau kebijakan. Dengan adanya sumber daya finansial

juga akan mendukung segala fasilitas yang dibutuhkan untuk

mendukung terlaksananya kebijakan atau program.

Menurut Informan secara keseluruhan, dana yang digunakan dalam

pelaksanaan proses implementasi Peraturan Daerah nomor 13 tahun

2011 tentang Tata Ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan

jasa berasal dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

kota Medan. Anggaran yang diberikan oleh pemerintah biasanya cukup

untuk melaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh dinas perindustrian

dan perdagangan kota Medan.

4.1.3. Disposisi

Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman

yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan. Menurut informan, sikap dan komitmen implementator

terhadap Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang 2011 tentang tata ruang

dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa mendukung dengan harapan supaya

medan lebih baik, pelaku usaha menjadi lebih berkembang dan pendapatan Asli

Daerah (PAD) kota Medan Meningkat. Keterbatasan lahan di Kota Medan yang

dibutuhkan menjadi kendala dilapangan. Mereka juga menambahkan bahwa

dalam penataan ruang tidak dapat hanya berpatokan pada RTRW saja karena

dianggap terlalu umum, berbeda dengan saat diimplementasikan. Kurangnya

(27)

71 Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan. Pada pelaksanaannya dilapangan masih banyak yang

membawa ego-sektoral, kurangnya koordinasi menjadi permasalahan utama

dilapangan sehingga menyebabkan beberapa pelaksanaan kebijakan tidak sesuai

dengan peraturan daerah.

Menurut informan, sebagai instansi pemerintah sudah seharusnya

mendukung setiap kebijakan dan program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah,

terlebih jika kebijakan tersebut sangat baik. Dan diharapkan mampu

meningkatkan kerja sama pemerintah dengan Pedagang atau pengusaha untuk

meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) kota Medan.

4.1.4. Struktur Organisasi

Struktur birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting

dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal

penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri.

Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standard

operating procedure (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program atau

kebijakan. Disperindag sebelumnya belum mempunyai SOP dan baru dibentuk

pada tahun ini dan belum disahkan.

Menurut informan, pembagian tugas dalam melaksanakan kebijakan sudah

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan sudah dijelaskan

dalam jobdescription. Kurangnya koordinasi dan kerjasama implementator dalam

pelaksanaan kebijakan ini menjadi kendala untuk mengaplikasikan perda sesuai

dengan jalurnya. Rentang kendali antara staff dan pengambil keputusan dalam

(28)

72 Universitas Sumatera Utara ada. Sehingga ketika ada permasalahan yang rumit, dibutuhkan waktu yang cukup

lama untuk menyelesaikannya.

4.2. Data Sekunder

Selain hasil wawancara kepada para informan, peneliti juga memperoleh

data-data sekunder seperti Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031. Perda ini menjadi

pedoman peneliti dalam melakukan penelitian ini terutama dalam menetapkan

kawasan perdagangan dan jasa dikota Medan. Karena dalam peraturan daerah ini

pembagian zona kawasan perdagangan dan jasa dirumuskan dalam skala besar

sehingga masih sulit untuk digambarkan secara jelas. Untuk membandingkan

Perda ini dengan Perda terbaru tentang rencana detail tata ruang peneliti

mempunyai dokumentasi foto Perda No 2 tahun 2015 tentang RDTR. Pada perda

terbaru sudah digambarkan secara detail syarat-syarat peruntukkan lahan terutama

untuk perdagangan dan jasa. lampiran foto Peraturan daerah nomor 2 tahun 2015

tentang RDTR kota medan karena draft yang ditandatangani oleh walikota belum

ada dan belum diekspos di web resmi pemko Medan.

Dalam penelitian ini peneliti juga mendapatkan data berupa LAKIP Dinas

perindustrian dan perdagangan tahun 2014 yang menjadi acuan peneliti melihat

akuntabilitas kinerja pegawai disperindag yang menejelaskan bahwa kinerja

pegawai sudah berjalan baik, dan dijelaskan bahwa pencapaian sasaran urusan

bidang perindustrian dan perdagangan yang menjadi urusan Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kota Medan melalui program dan kegiatan yang ditetapkan pada

APBD Kota Medan Tahun 2014 sebesar Rp. 20.131.821.000,- dengan Realisasi

(29)

73 Universitas Sumatera Utara kinerja sebesar 65,30%, sebagaimana dituangkan dalam Table Realisasi

Pencapaian Penetapan Kinerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan

terlampir dilampiran.

Serta peneliti juga melampirkan Daftar Hadir Disperindag, struktur

organisasi, Data Jumlah yang mengurus ijin usaha serta data beberapa indomaret

yang tidak mempunyai izin usaha sebagai data sekunder dalam penelitian ini.

Foto Dokumentasi

(30)

74 Universitas Sumatera Utara Peneliti melampirkan foto dokumentasi terkait dalam pengurusan izin

usaha ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh masyarakat .

Gambar 4.2 Foto ketentuan izin usaha

Dinas Perindustrian dan perdagangan kota medan dilengkapi dengan

fasilitas Gedung perkantoran, Komputer , AC, Meja dan kursi yang medukung

semua kegiatan yang dilaksanakan. Foto dokumentasi meliputi gedung

perkantoran, fasilitas disertai juga Semua Data sekunder peneliti sertakan pada

bagian lampiran pada penelitian ini.

(31)

75 Universitas Sumatera Utara Selain itu Disperindag Kota Medan juga dilengkapi dengan adanya Papan

informasi, ruang piket, meja informasi yang memudahkan masyarakat untuk

memperoleh informasi. Hanya saja belum digunakan secara maksimal oleh pihak

pemerintah Disperindag sendiri karena ketika datang kesana ruang piket dan meja

informasinya sering kosong.

Gambar 4.5 Foto ruang informasi (Meja Informasi) Gambar 4.6 Foto ruang

piket

(32)

76 Universitas Sumatera Utara BAB V

ANALISIS DATA

Setelah mengurutkan, mengatur dan mengelompokkan data-data atau

informasi yang didapatkan baik melalui studi pustaka, wawancara, dan observasi

selama penelitian di lapangan maka dilakukan analisis. Dengan melakukan

analisis, sehingga dapat diperoleh temuan, baik temuan formal maupun temuan

substantif yang dapat menjawab fokus atau masalah penelitian. Analisis data yang

dilakukan peneliti juga disesuaikan dengan teori-teori tentang model implementasi

dengan variabel sebelumnya. Dari analisis data inilah nantinya akan diperoleh

kesimpulan mengenai implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011

tentang Tata Ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa.

5.1. Proses Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang Tata Ruang Dalam Menetapkan Zona Perdagangan dan Jasa.

Semua proses implementasi kebijakan publik merupakan tahapan yang

penting dan harus dilalui demi mencapai hasil dari suatu kebijakan. Salah satunya

adalah implementasi kebijakan publik yang merupakan pelaksanaan dari suatu

keluaran kebijakan (peraturan perundang-undangan) oleh organisasi pelaksana

kebijakan. Tujuan kebijakan tidak akan tercapai tanpa adanya tindakan

implementasi. Implementasi kebijakan juga merupakan sebuah proses yang

kompleks dan panjang. Pemahaman yang paling penting bagi peneliti kebijakan

dari proses implementasi adalah untuk dapat mengindentifikasi variabel-variabel

apa saja yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sebuah implementasi

(33)

77 Universitas Sumatera Utara implementasi, pada gilirannya akan sangat membantu dalam rangka perbaikan dan

penyempurnaan proses implementasi kebijakan kedepannya.

George C.Edward mengemukakan bahwa implementasi merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam

membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan

tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat.

Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan

masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Dalam mengkaji implementasi

kebijakan, Edwards memiliki 4 (empat) variabel yang merupakan faktor untuk

mempengaruhi implementasi kebijakan, yakni komunikasi, sumber daya,

disposisi, dan struktur birokrasi.

Implementasi pada gilirannya akan sangat membantu dalam rangka

perbaikan dan penyempurnaan proses implementasi kebijakan kedepannya.

George.C.Edward mengemukakan bahwa implementasi merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Dalam mengkaji implementasi

kebijakan, Edwards memiliki 4 (empat) variabel yang merupakan faktor untuk

mempengaruhi implementasi kebijakan, yakni komunikasi, sumber daya,

disposisi, dan struktur birokrasi.

Pelaksanaan dari peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 ini mengacu

pada Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang demi

terwujudnya kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

(34)

78 Universitas Sumatera Utara salah satunya tentang kawasan perdagangan dan jasa secara garis besar. Tentunya

dalam peraturan ini diatur secara jelas mengenai aturan mengenai kawasan dan

bangunan yang akan didirikan dengan ada sanksi sebagai bentuk hukuman kalau

terjadi pelanggaran pada pelaksanaannya. Untuk lebih detailnya mengenai zonasi

ini pemerintah kota Medan sudah mengeluarkan peraturan daerah nomor 2 tahun

2015 tentang rencana detail tata ruang kota Medan tetapi masih belum

disosialisasikan.

Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji

terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk

atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak

bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Setiap

kebijakan publik yang telah disusun, harus diimplementasikan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengimplementasian suatu

kebijakan publik, perlu diperhatikan beberapa variabel yang mempengaruhi

implementasi kebijakan tersebut. Dalam penelitian ini, adapun variabel-variabel

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. KOMUNIKASI

Pada dasarnya suatu kebijakan diformulasikan dengan maksud untuk

mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kebijakan tersebut dirumuskan secara rinci

dan disusun secara jelas sesuai dengan kepentingannya. Kejelasan isi kebijakan

berarti isi dan tujuan dari suatu kebijakan mudah dipahami implementor dan dapat

diterjemahkan pada pengimplementasiannya. Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan komunikasi yang baik antar stakeholder. Komunikasi merupakan

(35)

79 Universitas Sumatera Utara sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindar distorsi implementasi.

Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan

kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerja sama yang saling terkait dan saling

mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan

implementasi kebijakan.

Menurut Informan, Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang rencana

Tata Ruang kota Medan dasar dikeluarkannya adalah Pasal 18 ayat (6) UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UU Darurat Nomor 8 Tahun 1956

Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar Dalam Lingkungan

Daerah Provsu, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU

Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, PP Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, dan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam

Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, serta Rencana

Rincinya. Setiap kebijakan tentunya memiliki target dan tujuannya. Yang menjadi

target dan tujuan Perda tersebut yakni tertatanya Kota Medan secara teratur dan

rapi serta berwawasan lingkungan.

Dan untuk Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang ini

pembahasannya masih terlalu luas dan abstrak dan untuk memperjelas

masing-masing dari zonasi tersebut pemerintah Kota Medan sudah mengesahkan

Peraturan daerah nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang kota

Medan termasuk zonasi perdagangan dan jasa. Menurut informan sosialisasi

(36)

80 Universitas Sumatera Utara masih belum tersosialisasikan secara maksimal. Beberapa kendala terjadi pada

saat melakukan penertipan adanya pro kontra terhadap keputusan yang diambil

oleh pemerintah menghambat pelaksanaan dari kebijakan tersebut.

Menurut informan, untuk pihak implementator sendiri masih kurangnya

koordinasi yang terbangun membuat keputusan yang terjadi dilapangan berbeda

dengan keputusan yang sudah ditetapkan. Sehingga mempengaruhi berhasil atau

tidaknya implementasi kebijakan dilapangan, komunikasi yang dibangun oleh

implementator kepada masyarakat akan berdampak pada tahu atau paham ataupun

tidak pahamnya masyarakat tentang peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Setelah melakukan wawancara dengan beberapa orang masyarakat Tomang Elok

terkait tentang Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama

dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa mereka banyak yang tidak

mengetahui tentang adanya perda tersebut, dan terkait dengan pendapat

masyarakat tentang kondisi kawasan perdagangan dan jasa terutama disekitar

tempat tinggal mereka. Secara keseluruhan komunikasi yang terbangun menurut

informan masih kurang tegas dan jelas disebabkan masih belum detailnya tentang

pembagian kawasan tersebut pada Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011

tentang Tata Ruang sehingga masih menyebabkan banyak kebingungan.

Berdasarkan analisis secara keseluruhan dapat dilihat indikator komunikasi

terpenuhi secara baik, dilihat dari data sekunder sudah banyaknya masyarakat

yang melakukan pengurusan izin tiap tahunnya yang semakin meningkat, hanya

komunikasi dikalangan implementator sendiri sebagai pelaksana dari kebijakan

cukup baik. Hanya saja penginformasian melalui Web resmi Disperindag Kota

(37)

81 Universitas Sumatera Utara terjadi dilapangan komunikasi yang dilakukan dimasyarakat juga masih kurang

merata, sebagian masyarakat yang tidak tahu mengenai peraturan daerah ini serta

pemahaman sebagian masyarakat tentang pentingnya izin usaha masih sangat

minim. Masyarakat sendiri merasa tidak perlu ada izin usaha karena terlalu susah

untuk mengurus surat izin usaha. Hal ini berdampak pada banyaknya pedagang

berjualan secara bebas tanpa melihat adanya lahan publik yang terpakai. Sangat

diperlukan pemberian pemahaman secara kontinue kepada masyarakat tentang

semua kebijakan pemerintah.

Pengalihan pelayanan publik dalam pengurusan izin yang ditangani oleh

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan diharapkan mampu

menarik perhatian masyarakat dalam mengurus surat izin usaha. Keberhasilan

pelaksanaan dari sebuah kebijakan tergantung dari komunikasi yang dibangun

pemerintah terhadap masyarakat, jika dilakukan pemahaman atau sosialisasi

secara berkala diimbangi dengan pelayanan yang mudah tentunya menambah

pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjalankan tanggung

jawab sebagai warga negara yang baik dengan melaksanakan segala sesuatu

sesuai aturan. Serta kesadaran implementator terhadap tugas pokok dan fungsi

sebagai pengemban tanggung jawab.

2.

SUMBER DAYA

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya

menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai,

baik sumber daya manusia, fasilitas, dan finansial. Ketersediaan sumber daya

(38)

82 Universitas Sumatera Utara Proses implementasi Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang dalam

menetapkan kawasan perdagangan dan jasa studi pada Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Medan.

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas

implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Menurut informan

secara keseluruhan SDM siap dalam melaksanakan proses implementasi peraturan

daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona

perdagangan dan jasa tetapi secara kuantitas masih belum mencukupi. Karena

ditambah lagi masih banyak program-progam yang mesti dilaksanakan baik itu

tata ruang dan perdagangan jasa. Ditambah lagi masyarakat yang buta akan

peraturan, sikap apatis, sering tidak terima dengan peraturan yang diberlakukan

demi kepentingannya, dan suka menggonta-ganti jenis usaha yang dilakoninya

sehingga berubah lagi peruntukannya.

Berdasarkan analisis secara keseluruhan diketahui bahwa Ketersediaan

sumber daya manusia dalam pengimplementasian Peraturan Daerah Kota Medan

Nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan

dan jasa di Kota Medan studi pada Disperindag merupakan hal yang sangat

penting. Dalam hal ini jumlah pegawai yang dimiliki oleh disperindag masih

sangat kurang dengan total pegawai tetap dan pegawai honorer 120 orang. Perlu

diketahui juga jumlah manusia (pegawai) tidak selalu mempunyai efek positif

bagi implementasi suatu kebijakan. Dalam hal ini, jumlah pegawai yang banyak

secara otomatis tidak mendorong implementasi yang berhasil. Ini juga

(39)

83 Universitas Sumatera Utara kurangnya pegawai juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi

kebijakan yang efektif.

Dilihat klasifikasi pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Medan yang terdiri dari lulusan S2 sebanyak 8 Orang, lulusan S1 sebanyak 48

Orang, lulusan D3 sebanyak 6 Orang, lulusan SLTA sebanyak 23 Orang, lulusan

SLTP dengan 0 orang dan lulusan selain itu sebanyak 1 orang dengan total jumlah

86 orang. Dilihat dari data pegawai dengan banyaknya lulusan sarjana yang

diharapkan mampu menimplementasikan kebijakan perda tentang tata ruang

terutama dalam menetapkan kawasan perdagangan dan jasa. Disesuaikan dengan

data sekunder berupa LAKIP 2014 menunjukkan bahwa dengan sumber daa yang

ada hampir semua program kerja yang direncanakan sudah terlaksana dengan

baik. akan tetapi untuk pemahaman pegawai mengenai perda nomer 13 tahun

2011 tentang tata ruang terutama yang berhubungan dengan kawasan perdagan

dan jasa masih kurang. Untuk itu kebutuhan akan sumber daya manusia dalam

melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya.

Sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi yang

diisyaratkan dalam peraturan kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses

implementasi dan tercapainya tujuan kebijakan.

b. Fasilitas

Menurut masing-masing informan, fasilitas yang terdapat pada Dinas

perindustrian dan perdagangan kota Medan sudah cukup memadai untuk

mendukung pelaksanaan penetapan kawasan perdagangan dan jasa tersebut.

Memiliki gedung perkantoran yang permanen, ruang kantor setiap bidang atau

(40)

84 Universitas Sumatera Utara Kompu ter dan papan informasi. Untuk fasilitas penginformasian kemasyarakat

masih kurang dilihat dari web resmi disperindag masih minim akan informasi

yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Gambar 5.1. Foto Fasilitas Disperindag Gambar 5.2.Gedung Perkantoran

Papan informasi sudah ditempel berbagai informasi mengenai

perdagangan dan jasa, perlindungan konsumen dan lain sebagainya. Disperindag

disediakan juga ruang serta meja piket dan informasi untuk masyarakat yang

datang berkunjung tetapi kondisinya ruang tersebut belum dimanfaatkan secara

baik oleh pihak implementator karena sering tidak ada pegawai yang bertugas

disana.

Gambar 5.3. Foto ruang informasi (Meja Informasi) Gambar 5.4. Foto ruang piket

(41)

85 Universitas Sumatera Utara Dengan fasilitas yang cukup memadai tersebut diharapkan mampu

dimanfaatkan secara maksimal oleh pihak implementator serta stakeholder

lainnya dengan harapan mampu melaksanakan sasaran dan tujuan ang sudah

ditetapkan oleh pemerintah secara maksimal.

3. Penyediaan Finansial

Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah

program atau kebijakan. Dengan adanya sumber daya finansial juga akan

mendukung segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya

kebijakan atau program.

Menurut Informan secara keseluruhan, dana yang digunakan dalam

pelaksanaan proses implementasi Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang

Tata Ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa berasal dari dana

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kota Medan. Untuk jumlah

disesuaikan dengan program apa yang akan dijalankan. Berdasarkan Data

sekunder aitu LAKIP Disperindag disebutkan bahwa sasaran bidang perindustrian

dan perdagangan yang menjadi urusan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Medan melalui program dan kegiatan yang ditetapkan pada APBD Kota Medan

Tahun 2014 sebesar Rp. 20.131.821.000,- dengan Realisasi Anggaran sebesar Rp.

18.969.160.130,- dengan 6 (enam) sasaran dengan capaian kinerja sebesar 65,30

%, dan dana yang dimiiki untuk pelaksanaan perda tersebut sudah cukup

sebagaimana dituangkan dalam Tabel Realisasi Pencapaian Penetapan Kinerja

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan terlampir pada lampiran.

Anggaran yang dikategorikan cukup apabila proses perencanaan dan

(42)

86 Universitas Sumatera Utara anggaran yang tersedia berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kota Medan dan bertujuan untuk menjalankan Peraturan Daerah

sesuai dengan perencanaan dan proses target yang telah ditentukan.

4.1.3. Disposisi

Disposisi implementor adalah kecenderungan sikap maupun pemahaman

yang dimiliki oleh implementor yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan. Peran penting sikap pelaksana dalam implementasi suatu

kebijakan disampaikan oleh Hessel (2003:90) sebagai berikut:”Jika para

implementor memperhatikan terhadap suatu kebijakan khusus, maka

dimungkinkan bagi implementor untuk melakukan sebagaimana yang

dimaksudkan para pembuat keputusan. Namun ketika sikap atau perspekti

implementor ini berbeda dari para pembuat keputusan, proses

mengimplementasikan sebuah kebijakan menjadi secara pasti lebih sulit”.

Pendapat Hessel di atas menunjukkan bahwa meskipun para pelaksana kebijakan

memiliki kemampuan untuk melaksanakan sebuah kebijakan, namun ketika para

implementor tidak setuju terhadap kebijakan tersebut, akan mengarah untuk tidak

melakukan. Penilaian terhadap variabel sikap ini didasarkan pada 3 kriteria yakni

persepsi pelaksana terhadap kebijakan, respon pelaksana terhadap kebijakan, dan

tindakan atau tanggung jawab pelaksana.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh informan, persepsi dan

respon implementator terhadap Peraturan Daerah nomor 13 tahun 2011 tentang

2011 tentang tata ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa

mendukung dengan harapan supaya medan lebih baik, pelaku usaha menjadi lebih

(43)

87 Universitas Sumatera Utara Keterbatasan lahan di Kota Medan yang dibutuhkan menjadi kendala dilapangan.

Mereka juga menambahkan bahwa dalam penataan ruang tidak dapat hanya

berpatokan pada RTRW saja karena dianggap terlalu umum, berbeda dengan saat

diimplementasikan. Dalam hal tindakan dan tanggung jawab masih kurangnya

kerjasama dan tanggung jawab antar tim menjadi masalah ketika ada izin usaha

dilapangan yang tidak sesuai dengan peraturan. Pelaksanaannya dilapangan masih

banyak yang membawa ego-sektoral, kurangnya koordinasi menjadi permasalahan

utama dilapangan sehingga menyebabkan beberapa pelaksanaan kebijakan tidak

sesuai dengan peraturan daerah. Dilihat dari data sekunder pada dokumentasi

ruang piket dan meja informasi bahwa tidak adanya pegawai yang siaga pada jam

kerja. Dengan adanya ruang piket dan meja informasi setidaknya membantu

masyrakat lebih mudah memperoleh informasi secara detail terutama mengenai

izin usaha, izin peruntukan lahan dan sebagainya.

Sebagai instansi pemerintah seharusnya mendukung setiap kebijakan dan

program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dilihat dengan tanggung jawab,

disiplin serta kesiapan implementator, terlebih jika kebijakan tersebut sangat baik.

Dan diharapkan mampu meningkatkan tanggung jawab serta kerja sama baik

dikalangan implementator, pemerintah dengan Pedagang atau pengusaha untuk

meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) kota Medan.

4.1.4. Struktur Organisasi

Struktur birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting

dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal

penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri.

(44)

88 Universitas Sumatera Utara operating procedure (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program atau

kebijakan.

Menurut informan, pembagian tugas dalam melaksanakan kebijakan sudah

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan sudah dijelaskan

dalam jobdescription. Hanya saja Mekanisme implementasi program biasanya

sudah ditetapkan melalui standard operating procedure (SOP) yang dicantumkan

dalam guideline program atau kebijakan belum ada dan tahun ini baru dibuat dan

belum disahkan oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan kurangnya koordinasi dan

kerjasama implementator dalam pelaksanaan kebijakan ini menjadi kendala untuk

mengaplikasikan perda sesuai dengan jalurnya. Rentang kendali antara staff dan

pengambil keputusan dalam struktur organisasi sangat jauh akibat dari terlalu

luasnya struktur organisasi yang ada. Sehingga ketika ada permasalahan yang

rumit, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Sehingga

berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan Standard

Operating Procedure (SOP) sebagai pedoman belum terlaksana secara baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi Peraturan Daerah

Nomor 13 Tahun 2011 Kota medan Tentang tata ruang dalam menetapkan zona

perdagangan dan jasa belum memenuhi memenuhi indikator atau variabel struktur

birokrasi.

5.2. Analisis Hubungan antar Variabel

Tujuan implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang tata

ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa adalah mewujudkan ruang

yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan

(45)

89 Universitas Sumatera Utara lautan dan udara untuk aktifitas pembangunan kota berbasis ekonomi di sektor

perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri yang berwawasan lingkungan.

Faktanya dilapangan tidak semua berjalan sesuai dengan ketentuan yang sudah

ditetapkan. Dari analisis variabel implementasi yang telah dilakukan sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan implementasi kebijakan tersebut.

Dilihat dari LAKIP Disperindag tahun 2014 sudah jelas dikatakan bahwa

kinerja yang dilaksanakan oleh pegawai disperindag sudah berjalan dengan baik,

akan tetapi sesuai yang dipaparkan oleh narasumber serta hasil observasi

dilapangan kinerja dari Dinas Perindustrian masih kurang baik. Kurang baik

dalam hal pelayanan, pemahaman sesuai dengan data sekunder yang sudah

peneliti lampirkan ruang sebagai tempat informasi masih sering kosong dan

banyaknya pegawai yang tidak berada ditempat pada jam kerja. Dianalisis sesuai

variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa,

Variabel struktur birokrasi memiliki pengaruh yang besar terhadap

pelaksanaan Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama

dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Karena di dalam struktur birokrasi

terdapat struktur organisasi, pembagian tugas, dan ketersediaan Standard

Operating Procedure (SOP) yang besar juga. Jika struktur organisasinya besar,

maka besar juga jumlah sumber daya manusia yang harus ditampung dan

kemaksimalan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pelaksana kebijakan.

Sehingga berdampak pada koordinasi dan kerja sama yang terjalin diantara

kalangan implementator sendiri yang menyebabkan dampak pada pelaksaan

(46)

90 Universitas Sumatera Utara Variabel disposisi Pemerintah Daerah Kota Medan masih kurang baik bila

dilihat sudut pelaksanaan dan tanggung jawab. Para pemerintah daerah memiliki

sikap setuju dan mendukung Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata

ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa, tapi dari segi

pelaksanaan tanggung jawab juga masih kurang baik.

Variabel komunikasi belum sepenuhnya menjadi perhatian dari

masyarakat terutama masyarakat yang dijadikan sebagai responden adalah

masyarakat Tomang Elok, Kelurahan Simpang Tanjung, Kecamatan Medan

Sunggal dengan masih minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah.

Masih banyaknya masyarakat tidak tahu tentang tujuan dikeluarkan Peraturan

daerah nomor 13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona

perdagangan dan jasa. Hal ini terbukti dari minimnya tanggung jawab pelaksana

kebijakan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan diakui juga

oleh pihak implementator masih sering terjadi miskomunikasi dikalangan

implementator sendiri.

Variabel Sumber daya sudah cukup memenuhi kebutuhan dalam

memaksimalkan proses implementasi Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011

tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Masih

kurangnya kuantitas dari pegawai untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Untuk

kebutuhan finansial sudah terpenuhi secara baik untuk mendukung pelaksanaan

setiap program. Serta fasilitas yang sudah cukup memadai tapi belum sepenuhnya

penggunaannya digunakan secara maksimal untuk mendukung semua aktifitas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel struktur birokrasi,

(47)

91 Universitas Sumatera Utara besar terhadap keberhasilan implementasi Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011

tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa. Serta

semua variabel ini saling berhubungan satu dengan yang lain. Sehingga jika satu

variabel tidak terpenuhi dengan baik, maka dapat dipastikan implementasi

kebijakan dalam hal ini juga akan gagal. Secara sederhana dapat digambarkan

(48)

92 Universitas Sumatera Utara BAB VI

PENUTUP 6.1. KESIMPULAN

1. Kesimpulan Umum

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 dalam menetapkan zona

perdagangan dan jasa merupakan tindak lanjut dari UU Nomor 26 Tahun

2007 Tentang Penataan Ruang yang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang

aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan

daya tarik sebagai daerah tujuan investasi serta memanfaatkan ruang daratan,

lautan dan udara untuk aktivitas pembangunan kota berbasis ekonomi di

sektor perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri yang berwawasan

lingkungan. Perda ini diharapkan mampu mengakomodir perkembangan Kota

Medan yang tumbuh sangat pesat sesuai dengan rencana kota dua puluh

tahun yang akan mendatang.

Perda ini sudah dilaksanakan sejak Tahun Anggaran 2011.

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana

Tata Ruang dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa di Kota Medan

studi pada Dinas Perindustrian dan perdagangan kota Medan. Secara

keseluruhan variabel yang diteliti memiliki peranan yang sangat penting

antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu dari variabel strktur birokrasi

tidak berjalan dengan baik dengan variabel pendukung lainnya akan

mengalami ketimpangan dalam menjalankan tujuan serta fungsinya. Baik itu

(49)

93 Universitas Sumatera Utara 2. Kesimpulan Khusus

Kesimpulan khusus ini diambil berdasarkan indikator-indikator atau

variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Komunikasi

Jika dilihat dari aspek komunikasi adalah bahwa komunikasi belum

sepenuhnya menjadi perhatian dari pelaksana kebijakan pemerintah

Kota Medan. Hal ini terbukti dari sosialisasi dan kesiapan para

pelaksana kebijakan yang masih minim kepada masyarakat terkait

Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan zona

perdagangan dan jasa. Sehingga masyarakat belum semuanya

mengetahui dan paham dari tujuan dibentuknya Peraturan daerah

nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan kawasan perdagangan dan

jasa di kota Medan

2. Sumber daya

Dari aspek sumber daya, dibagi menjadi 3 (tiga) yakni sumber daya

manusia, fasilitas,dan finansial. Semua sudah sepenuhnya diperhatikan

dalam implementasi Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 dalam

menetapkan zona perdagangan dan jasa. Kualitas sumber daya

manusia, fasilitas, dan finansial yang dimiliki pemerintah daerah sudah

cukup baik. Sumber daya manusia sudah ditempatkan dengan benar

sesuai dengan latar belakang pendidikan tapi masih kurang dalam hal

kuantitas. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelaksana

kebijakan agar mengerti tugas dan fungsinya dan didukungnya fasilitas

(50)

94 Universitas Sumatera Utara Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan dan perlu

memaksimalkan semua sumber daya yang ada agar kebijakan dapat

diimplementasikan secara baik.

3. Disposisi

Dari aspek disposisi adalah bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Deli

Serdang juga sudah cukup baik dari segi pelaksanaan dan tanggung

jawab. Para pemerintah daerah memiliki sikap setuju dan mendukung

Peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan zona

perdagangan dan jasa tetapi dari segi pelaksanaan tanggung jawab

masih kurang baik.

4. Struktur Organisasi

Aspek struktur birokrasi secara umum belum cukup baik, dimana

struktur organisasi, pembagian tugas, dan ketersediaan Standard

Operating Procedure (SOP) sebagai pedoman, semuanya belum

terpenuhi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antar variabel struktur birokrasi,

disposisi, Sumberdaya, Komunikasi dari pelaksana kebijakan sangat

berpengaruh besar terhadap keberhasilan implementasi Peraturan daerah nomor

13 tahun 2011 tentang tata ruang terutama dalam menetapkan zona

perdagangan dan jasa di Disperindag kota Medan. Kurang baiknya koordinasi

dan kerjasama yang terbangun di struktur organisasi memepengaruhi sikap atau

disposisi di kalangan implementator dan mempengaruhi komunikasi yang

terbangun akibatnya tidak bisa memanfaatkan sumberdaya secara maksimal.

(51)

95 Universitas Sumatera Utara satu variabel tidak terpenuhi dengan baik, maka dapat dipastikan implementasi

kebijakan dalam hal ini juga akan gagal.

6.2 Saran

Adapun saran dari peneliti mengenai implementasi Peraturan daerah

nomor 13 tahun 2011 dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa adalah

sebagai berikut :

1. Sebaiknya pemerintah daerah bisa menemukan cara komunikasi yang

lebih baik lagi dari sebelumnya dan lebih mudah untuk dimengerti oleh

masyarakat. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka perlu

ditingkatkan komunikasi dalam hal sosialisasi ataupun penyuluhan kepada

masyarakat, agar mereka paham tentang Peraturan daerah nomor 13 tahun

2011 dalam menetapkan zona perdagangan dan jasa di Kota Medan dan

juga sadar akan tujuan dari peraturan tersebut serta melakukan fungsi

pengawasan dan pembinaan secara lebih maksimal dan lebih bertindak

tegas kepada masyarakat atau pengusaha agar tetap mematuhi peraturan

daerah tersebut. Dengan komunikasi yang lebih baik diharapkan hubungan

antara pelaksana kebijakan dengan masyarakat ataupun pengusaha bisa

terjalin dengan baik.

2. Sebaiknya pemerintah dapat meningkatkan kuantitas dari pelaksana

kebijakan serta mampu memaksimalkan pemanfaatan fasilitas dan

(52)

96 Universitas Sumatera Utara 3. Sebaiknya kualitas Semangat, tanggung jawab dari implementator lebih

ditingkatkan lagi sehingga semua stakeholder mampu memaksimalkan

peran masing-masing dalam menyukseskan kebijakan tersebut.

4. Sebaiknya pemerintah daerah lebih menyederderhanakan lagi tahap

Standard Operating Procedure (SOP) dalam standar dan prosedur

(53)

43 Universitas Sumatera Utara BAB II

METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. penelitian dengan

menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk melihat

gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian- kejadian, secara sistematis dan akurat,

mengenai sifat- sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif

cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dengan

menguji hipotesis.

2.2. Lokasi Penelitian

Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini

sekaligus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini

berlokasi di kantor Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan , Dinas

Perindustrian dan Perdagangan kota Medan di Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution

No. 17 dan kawasan Tomang elok, kelurahan Simpang Tanjung, kecamatan

Medan Sunggal.

2.3. Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Dijelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk

membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek

penelitian yang telah tercermin dalan focus penelitian ditentukan secara sengaja.

Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan

Gambar

Tabel 3.1.  Statistik Penduduk Kota Medan Menurut Jenis kelamin
Gambar 3.1. Stuktur Organisasi Pemerintah Kota Medan
Tabel 3.2 : Misi dan Penjabaran Tujuan Dinas TRTB
Tabel 3.3. : Tujuan dan Sasaran Dinas TRTB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan tata ruang Surakarta dalam rangka menciptakan konsep Green City serta untuk menegetahui apa

Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Tahun 2011 Tentang Rencana

Hadirnya kebijakan pemerintah Kota Medan dalam bentuk peraturan daerah no.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah merupakan terobosan baru yang diharapkan mampu

Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PADA WILAYAH YANG

Permasalahan yang akan diteliti adalah, pertama, bagaimana implementasi dari kebijakan ruang udara terbuka (open sky policy) dalam rangka liberalisasi perdagangan jasa

Peraturan daerah No.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah akan dijelaskan di dalam penelitian ini dimulai dari penjelasan mengenai latar belakang. peraturan daerah

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto Tahun 2020 sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara