• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Ortodonti pada Perawatan Kelainan Susunan Gigi Geligi yang tidak Teratur (Maloklusi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Ortodonti pada Perawatan Kelainan Susunan Gigi Geligi yang tidak Teratur (Maloklusi)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERANAN ORTODONTI PADA PERAWATAN

KELAINAN SUSUNAN GIGI GELIGI YANG

TIDAK TERATUR (MALOKLUSI)

Pidato Pengukuhan

Jabatan Guru Besar Tetap

dalam Bidang Ilmu Ortodonti pada Fakultas Kedokteran Gigi,

diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 13 September 2008

Oleh:

NAZRUDDIN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yang terhormat,

Bapak Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera Utara

Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara

Para Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara

Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera Utara Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara

Para Dekan Fakultas/Pembantu Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana, Direktur dan Ketua Lembaga di lingkungan Universitas Sumatera Utara

Para Dosen, Mahasiswa, dan Seluruh Keluarga Besar Universitas Sumatera Utara

Seluruh Teman Sejawat serta para undangan dan hadirin yang saya muliakan

Pada hari yang berbahagia ini saya mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya dan kita semua sehingga dapat hadir dan berkumpul di dalam gedung ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk mendapatkan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Ortodonti pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara pada hari ini.

Selanjutnya, izinkanlah saya menyampaikan Pidato Pengukuhan dengan judul:

(5)

PENDAHULUAN

Hadirin yang saya muliakan,

Ortodonti merupakan cabang ilmu dari Kedokteran Gigi yang meliputi preventif, interseptif dan korektif maloklusi dan kelainan lain dari daerah

dento-facial. Maloklusi dapat didefinisikan sebagai ketidakteraturan gigi geligi di luar ambang normal yang masih dapat diterima. Sebagian besar maloklusi berasal dari gangguan herediter, walaupun beberapa faktor lingkungan seperti kebiasaan mengisap, pressure (intraurine atau posisi tidur), bernafas melalui mulut, kehilangan gigi akibat kerusakan, endokrin yang tidak seimbang, kekurangan nutrisi, pencabutan gigi yang tidak terencana juga ikut berperan penting. Maloklusi merupakan variasi dari keadaan normal dan cerminan dari variasi biologi. Variasi biologi ini dapat terlihat pada bagian tubuh manapun tetapi ketidakteraturan kecil mudah terlihat pada gigi geligi sehingga menarik perhatian untuk dirawat.1,2,3,4

Susunan gigi yang normal tidak hanya mendukung kesehatan mulut tetapi juga secara keseluruhan akan meningkatkan self esteem dan self image

dari seseorang di dalam kehidupannya. Posisi gigi geligi yang baik merupakan faktor yang penting untuk estetis, fungsi, dan memelihara atau memperbaiki kesehatan gigi. Adakalanya maloklusi itu tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan seseorang tetapi dapat menimbulkan gangguan fungsi yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan estetis.4,5

Maloklusi dapat menimbulkan penampilan wajah seseorang menjadi kurang baik, di samping itu susunan gigi yang tidak teratur akan menyebabkan pemeliharaan oral-hygiene menjadi sukar dan akibat selanjutnya akan memudahkan terjadinya peningkatan karies gigi dan penyakit periodontal. Sebagai tambahan, gigi geligi yang mempunyai posisi abnormal ini akan dapat menyebabkan traumatik oklusi yang juga berperan terhadap kerusakan jaringan pendukung gigi. Dalam melakukan perawatan ortodonti perlu diperhatikan beberapa hal seperti oral-hygiene yang baik dan sistem

direct bonding yang dipakai.4,5.6,7,8

Oleh karena itu perawatan ortodonti perlu dilakukan pada maloklusi atau susunan gigi yang tidak teratur. Ada tiga tujuan utama dalam perawatan ortodonti yaitu: memperbaiki fungsi; mendapatkan struktur yang seimbang; dan estetis yang harmonis.6,7

(6)

fungsi oro-facial tersebut. Daerah oro-facial terdiri dari dento alveolar

sistem, skeletal tissue dan soft tissue termasuk otot-otot sekitar mulut. Perawatan ortodonti yang stabil akan dapat diperoleh dengan baik jika mempertahankan keseimbangan di antara ke tiga sistem jaringan ini.4,6,7

Alasan yang paling banyak untuk mendapatkan perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki penampilan dari gigi dan wajah. Kebanyakan maloklusi tersebut akan mempunyai efek terhadap self image seseorang, oleh karena itu perawatan ortodonti harus dapat memperbaiki estetis seseorang.4,6

Berhasilnya suatu perawatan ortodonti dengan mempergunakan piranti cekat dengan sistem direct bonding bukan hanya karena terpenuhinya syarat-syarat umum dari piranti tersebut, tetapi harus disertai pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dari ahli ortodonti untuk dapat memanipulasi piranti itu sesuai dengan tujuan perawatan, di samping itu juga sangat dipengaruhi oleh kooperatif pasien.4,6,7

Sebelum melakukan perawatan ortodonti, seorang ahli ortodonti harus mengerti biomekanis pergerakan gigi. Dalam menggerakkan gigi dari keadaan malposisi ke posisi yang diinginkan dibutuhkan kekuatan ortodonti tertentu untuk mendapatkan reaksi jaringan yang sebaik mungkin. Gigi dapat bergerak tipping, rotasi dan bodily tergantung dari besar dan arah kekuatan ortodonti yang diberikan.1,4,,6,7

PENTINGNYA MENJAGA ORAL HYGIENE PADA PERAWATAN ORTODONTI

Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang memerlukan waktu cukup lama, dan piranti ortodonti cekat dengan sistem direct bonding yang digunakan memudahkan bertumpuknya sisa makanan dan melindungi plak dari aksi mekanis penyikatan yang dapat menyebabkan peradangan pada gingiva, karies gigi, dan penyakit periodontal. Oleh karena itu kesehatan mulut dan gigi harus diperhatikan agar kerusakan periodontal selama perawatan tidak akan terjadi.8,9,10

(7)

Penyingkiran plak dapat dilakukan secara mekanis dan menggunakan bahan kimia yang berfungsi sebagai penunjang. Alat-alat yang digunakan untuk penyingkiran plak secara mekanis dapat berupa sikat gigi elektrik dan manual. Baris tengah bulu sikat lebih pendek dibandingkan bulu sikat pada ke dua pinggirnya untuk membantu penyingkiran plak di sekitar bracket. Metode penyikatan gigi yang sering digunakan yaitu metode Bass, modifikasi Stillman dan Charter. Untuk alat pembersih di daerah interdental dapat dipakai dental floss, wooden tips, interdental brush dan rubber tip.8,9,10,12,13

Oral-hygiene yang tepat selama perawatan ortodonti dengan piranti cekat bertujuan untuk menjaga agar jaringan gingiva selalu berwarna merah jambu (normal) dan tetap sehat khususnya di sekeliling piranti ortodonti cekat. Pasien anak-anak biasanya selalu melalaikan kewajiban menyikat giginya. Untuk mencegah hal ini diperlukan kerjasama antara ahli ortodonti, dokter gigi umum, ahli periodonti, dan orang tua pasien secara terus menerus. Jika hal ini tidak dilakukan dapat terjadi dekalsifikasi, karies, dan kerusakan jaringan lunak. Hal ini merupakan alasan mengapa ahli ortodonti harus selalu bertemu dengan orang tua pasien yang menjalani perawatan ortodonti dengan piranti cekat dalam interval empat bulan sekali atau kurang.10,12,13

Dalam perawatan ortodonti perlu dilakukan program pencegahan penyakit periodontal yaitu:

1. Sebelum perawatan

Kondisi gigi seharusnya dalam keadaan sebaik mungkin sebelum perawatan ortodonti dengan piranti cekat dimulai. Karies gigi dan penyakit periodontal sebaiknya dirawat terlebih dahulu. Pasien diberi instruksi agar hati-hati dalam perawatan kesehatan giginya di rumah, terutama mengenai oral-hygiene, diet, dan harus bersedia melakukan pemeliharaan kesehatan mulut. Pada kondisi gigi yang kurang baik, sebaiknya perawatan ortodonti tidak dilakukan sebelum kondisi tersebut berubah jadi lebih baik. Pada pasien-pasien yang kooperatifnya baik dan kesehatan giginya optimum, hasil perawatan ortodonti akan dapat dicapai dengan sukses.

2. Awal perawatan

(8)

10% cairan larutan stannous fluoride, bersama-sama dengan penggunaan pasta gigi fluoride di rumah, dapat mengurangi karies selama perawatan ortodonti. Keuntungan dari topical fluoride yaitu dapat mencegah proses dekalsifikasi email di bawah piranti ortodonti cekat.

3. Selama perawatan

Ada dua aspek pencegahan selama perawatan ortodonti cekat yaitu pemeliharaan kesehatan mulut dan aplikasi topical fluoride secara teratur pada gigi. Dalam setiap kunjungan pasien, selain memeriksa kemajuan perawatan dan melaksanakan hal-hal penting pada piranti cekat, keadaan umum dari kesehatan mulut sebaiknya dievaluasi. Hal ini terutama penting sekali dalam hubungannya dengan oral-hygiene. Larutan pewarna khusus dapat digunakan untuk memperlihatkan plak gigi dan meneruskan instruksi oral hygiene yang baik. Tindakan oral-hygiene ini sebaiknya dilakukan secara berkala agar oral-hygiene-nya tetap terjaga dengan baik selama perawatan ortodonti dilakukan.

4. Setelah perawatan

Setelah perawatan ortodonti selesai, ahli ortodonti harus mengingatkan pada pasien agar tetap menjaga oral-hygiene-nya dengan baik.

a. Pasien dianjurkan untuk memakai pasta gigi yang mengandung

fluoride sedikitnya dua kali sehari agar remineralisasi berjalan dengan baik.

b. Juga dianjurkan untuk melakukan perawatan gigi secara rutin pada dokter gigi umum.

c. Kalau bisa kirimkan laporan post-treatment pada pasien dan dokter gigi umum yang dikunjungi. Pada laporan itu dilaporkan respons pasien terhadap perawatan lanjutan kesehatan giginya dan bagaimana sebaiknya tujuan perawatan diperoleh.5,8,9,10,11,12,13

SISTEM DIRECT BONDING PADA PERAWATAN ORTODONTI

Pemasangan alat ortodonti dengan memakai sistem direct bonding telah dimulai kira-kira tahun 1955. Pada saat itu bahan adhesive yang digunakan adalah bahan adhesive yang mengeras sendiri seperti self curing acrylic, setelah itu beberapa modifikasi bahan adhesive telah ditemukan. Kemudian pada tahun 1970 ditemukan pula bahan adhesive yang pengerasannya harus mempergunakan penyinaran ultra violet.

(9)

gigi geligi. Bahan perekat atau bahan adhesive diletakkan pada basis

bracket, kemudian dipasangkan pada gigi geligi.14,15,16

Bracket untuk teknik direct bonding didesain untuk dapat direkatkan dengan resin secara mekanis. Hal ini dapat dicapai dengan suatu kaitan logam pada bracket atau basis yang dibuat dari mesh. Bahan adhesive akan mengalir di antara lubang-lubang tersebut dan menahan bracket. Jenis retensi mekanis ini sangat penting karena perekatan langsung antara bahan

adhesive dengan logam tidak dapat terjadi. Selain itu ada juga bracket yang terbuat dari plastik tetapi ini tidak menunjukkan hasil yang memuaskan karena mempunyai beberapa kelemahan.16,17

Untuk mendapatkan hasil bonding yang baik harus diperhatikan dengan teliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perekatan bahan bonding

tersebut. Teknik yang tidak baik akan memperbesar kegagalan dalam mem -bonding. Jika hal itu dipahami oleh dokter gigi maka keberhasilan dalam pemakaian sistem bonding pada perawatan ortodonti akan dapat dicapai.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum melakukan prosedur

bonding:

1. Oral hygiene

Setiap prosedur perawatan ortodonti memerlukan kerjasama pasien. Sistem direct bonding memerlukan kerjasama yang lebih baik lagi untuk mendapatkan oral-hygiene yang benar. Sifat kerjasama ini penting dalam beberapa hal seperti diet yang baik untuk mengurangi terlepasnya bracket, oral-hygiene yang baik untuk mencegah karies dan pembengkakan jaringan gingiva, dan pemakaian elastik yang benar untuk mencegah lamanya perawatan.

2. Besarnya mahkota klinis

Gigi dengan mahkota klinis yang kecil tidak cocok untuk prosedur

bonding. Walaupun permukaan labial atau bukal cukup untuk menerima

bracket tetapi bagian tepi email tidak cukup memberikan perluasan bahan perekat secara menyeluruh di sekeliling basis bracket.

3. Efektivitas etching

(10)

mengakibatkan melemahnya kekuatan bonding tersebut. Pada gigi beberapa pasien ada kalanya tidak dapat dicapai hasil etching yang baik, walaupun telah dilakukan secara berulang-ulang, daerah yang di-etching

tetap berkilat seperti gelas. Bila dijumpai hal seperti ini sebaiknya dilakukan tes etching pada gigi tersebut sebelum memutuskan penggunaan sistem direct bonding.

4. Adanya waktu pasien untuk datang ke klinik

Salah satu pertimbangan akhir dalam menentukan apakah sistem direct bonding dapat dilakukan atau tidak pada pasien adalah adanya waktu pasien untuk datang ke klinik. Oleh karena itu dalam pemakaian sistem ini harus dipertimbangkan pada pasien-pasien yang sukar datang ke klinik untuk melakukan kontrol selanjutnya. Pasien-pasien yang sering dijumpai dalam katagori ini adalah pasien yang sedang kuliah tetapi memerlukan perawatan ortodonti dengan sistem direct bonding. Kesempatan pada mereka untuk melakukan bonding kembali pada kasus-kasus darurat di klinik ortodonti yang lain dapat dilakukan tetapi mungkin harus mengikuti prosedur baru dengan biaya yang lebih besar.14,15,16,17,18

Kegagalan Perekatan Bonding

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan dalam perekatan

bonding kepermukaan gigi yaitu:

1. Faktor yang disebabkan pasien

Faktor-faktor yang paling sering disebabkan oleh pasien pada saat

bonding yaitu adanya kontaminasi saliva akibat terjadinya kontak gigi dengan lidah dan bibir. Bila saliva berkontak dengan email yang telah di

etching, protein yang berasal dari saliva dapat menyumbat pori-pori email yang telah di-etching dan terjadi absorpsi kimiawi. Faktor lain yaitu kondensasi uap panas dalam mulut di atas permukaan gigi yang telah di-etching. Hal ini sangat penting diperhatikan bila mem-bonding

gigi premolar atau molar. Pencegahan terjadinya kontaminasi saliva dengan gigi yang telah di-etching merupakan kunci keberhasilan teknik

(11)

2. Faktor yang disebabkan oleh operator

Kegagalan bonding sering sekali terjadi oleh karena prosedur pelaksanaan yang kurang tepat, akibat keterampilan dan teknik operator yang kurang baik dan tidak mengikuti petunjuk-petunjuk khusus yang telah dibuat oleh pabriknya. Faktor lain yaitu adanya kontaminasi air dan minyak melalui pipa udara dental unit. Oleh karena itu pipa harus diperiksa secara rutin dengan menyemprotkan udara tersebut ke kapas atau sapu tangan kertas dan dengan cara ini akan terlihat partikel minyak dan air. Cara lain yaitu dengan menyemprotkan udara ke permukaan kaca, jika butiran minyak atau air terbentuk pada permukaan kaca, kontaminasi jalannya udara telah terjadi. Maka dianjurkan pemakaian suatu alat filter udara pada dental unit. Cara

etching yang kurang tepat akan menghasilkan retensi yang kurang baik. Pada saat bahan adhesive mendekati gingival margin, cairan sulcus gingiva akan bertindak sebagai barrier terhadap mengalirnya bahan

adhesive. Oleh karena itu bahan adhesive tidak masuk ke dalam sulkus gingiva, tetapi akan terbentuk suatu step pada daerah gingival margin. Selama daerah ini tetap ada, daerah ini akan merupakan sumber iritasi gingiva yang terus menerus dan memudahkan terjadinya penumpukan plak. Oleh karena itu disarankan agar daerah yang di etching dibatasi kira-kira di tengah mahkota saja. Daerah email yang di-etching harus sedikit lebih luas dari bracket dan basisnya. Jika bahan adhesive

diperluas secara tidak sengaja melewati batas email yang telah di

etching, dapat terjadi suatu step pada daerah tersebut dan sebagai akibatnya akan dapat terjadi dekalsifikasi gigi dan memudahkan terjadinya fraktur cohesive bahan adhesive tersebut. Sebagian besar ahli ortodonti sesungguhnya tidak menyadari bagaimana mereka melakukan dan memanipulasi bracket sebelum bonding. Jika jari berlemak atau mengandung partikel yang kotor, dapat mudah dipindahkan ke dasar

bracket, dan hal ini akan menghasilkan perekatan yang kurang baik dengan permukaan email. Oleh karena itu bracket cukup dipegang di bagian tepinya saja, atau dengan memakai instrumen. Saran yang lain yaitu membersihkan basisnya dengan etil-alkohol atau aseton sebelum di bonding.

3. Faktor yang disebabkan oleh bahan adhesive

(12)

saling ikat sewaktu bahan adhesive mengeras. Secara mikroskopik kebanyakan permukaan gigi terlihat kasar dan sebagai akibatnya akan mengurangi luas permukaan yang berkontak antara bahan adhesive

dengan permukaan gigi. Apabila permukaan gigi itu cukup terbasahi oleh bahan adhesive, maka hal ini akan menambah luas efektif permukaan yang berkontak dan dengan demikian meningkatkan kekuatan rekatan. Untuk mendapatkan suatu jalinan perekatan yang baik permukaan email harus bersih dan bebas dari bahan organik atau kotoran.

Bahan adhesive yang ideal harus memiliki sifat-sifat berikut:

- Memiliki kesanggupan untuk membasahi permukaan yang di-etching

- Bahan adhesive harus mempunyai viskositas yang baik sehingga dapat merembes ke seluruh permukaan gigi yang telah di-etching

- Pada waktu proses pengerasan, perubahan dimensi bahan tersebut

harus sekecil mungkin sehingga hanya terjadi sedikit ekspansi dan kontraksi

- Tidak bersifat toksik terhadap jaringan mulut

- Memiliki kekuatan tensil dan kompresif yang cukup untuk melawan

kegagalan akibat kekuatan ortodonti

- Harus dapat beradaptasi terhadap lingkungan mulut

- Bahan adhesive tidak boleh terlalu tebal karena dapat mengakibatkan berkurangnya daya rekat

4. Faktor yang disebabkan jenis basis bracket

Jika sebuah bracket direkatkan pada suatu permukaan gigi yang telah di

etching akan terdapat dua jenis interface antara dua permukaan yang seterusnya akan dinamai interfaceI dan interface II.

InterfaceI dibentuk oleh bahan adhesive dengan permukaan email. Sifat perekatannya adalah kontak mekanik yang terjadi antara bahan

adhesive dan permukaan email.

Interface II terbentuk di antara bracket dan bahan adhesive. Sifat ikatannya tergantung pada jenis bracket yang digunakan.

Beberapa tipe bracket telah ditemukan saat ini dengan berbagai macam jenis desain retensinya. Bracket logam membutuhkan retensi mekanis yang berbentuk lubang-lubang pada dasar bracket atau dengan menyolder mesh ke dasar bracket. Bracket logam dengan retensi mesh

(13)

mengurangi terjadinya kontak yang rapat antara mesh dan email. Akibatnya ketebalan bertambah dan kekuatan ikatan berkurang.

Ikatan bracket plastik (polycarbonate) dengan bahan adhesive terjadi secara kimiawi. Bracket plastik mempunyai beberapa kelemahan antara lain: kekuatan makin lama makin berkurang, berubah warna, berubah bentuk dan mudah patah. Oleh karena itu pemakaian bracket logam lebih banyak digunakan oleh para ahli ortodonti.

Jenis bracket keramik, ikatannya dengan bahan adhesive dapat berupa retensi mekanis maupun ikatan kimiawi. Retensi mekanis terdapat dua bentuk yaitu berupa undercut dan kristal-kristal di dasar bracket.

Pada mulanya bracket logam dibuat dengan cara melubangi basis

bracket, kira-kira 12–16 lubang per bracket. Bahan adhesive akan mengalir di antara lubang-lubang tersebut dan menahan bracket. Jenis retensi mekanis ini penting karena tidak ada perekatan langsung antara bahan adhesive dengan logam. Bracket logam yang basisnya berbentuk

mesh banyak digunakan, hal ini disebabkan karena akan menciptakan kontak mekanis saling ikat yang lebih besar dari bahan adhesive ke basis bracket logam. Basis bracket berbentuk mesh tersebut menyatukan bracket secara utuh sehingga tidak dapat dipisahkan.

Jenis-Jenis Kegagalan Bonding

Tingkat kegagalan bonding pada gigi posterior biasanya lebih tinggi dari gigi anterior, akibat sukarnya memblokir saliva, dan adanya sudut pandang yang sempit bila mem-bonding pada gigi posterior. Mem-bonding gigi molar kedua walaupun sulit diisolasi tetapi oleh karena letak dan posisi yang baik dapat memiliki tingkat retensi yang relatif baik. Bila terjadi kegagalan

bonding, biasanya perlu dilakukan usaha untuk mengetahui penyebab atau masalahnya dan dengan demikian mungkin dapat mengurangi kegagalan selanjutnya.

Kegagalan bonding dapat dikatagorikan dalam dua jenis yaitu kegagalan

adhesive dan kegagalan cohesive.

1. Kegagalan adhesive

Kegagalan adhesive dalam bonding ortodonti didefenisikan sebagai kegagalan akibat tidak adanya bahan adhesive yang terlihat pada email. Hal ini disebabkan oleh karena:

(14)

- Pembersihan yang tidak cukup

- Pengeringan yang tidak cukup

- Peng-etching-an yang berlebihan

- Bahan adhesive yang sudah kadaluarsa

2. Kegagalan cohesive

Kegagalan cohesive dapat didefenisikan sebagai kegagalan bonding

akibat bahan adhesive telah fraktur dan meninggalkan bahan adhesive

pada email. Kegagalan cohesive pada bracket ditandai dengan bahan

adhesive yang terlihat jelas pada gigi. Bahan adhesive yang tertinggal ini bila dilihat dari dekat mempunyai bentuk yang sama seperti basis

bracket.

Penyebab kegagalan cohesive yang paling umum adalah: - Tekanan yang berlebihan

- Pergerakan bracket selama pengerasan bahan adhesive

- Basis atau dasar bracket terkontaminasi

Beberapa Cara untuk Mengurangi Kegagalan Sistem Bonding

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi kegagalan sistem bonding yaitu:

1. Melakukan tindakan profilaksis yang menyeluruh dan teliti. Semua gigi yang akan di-bonding dibersihkan secara seksama dengan sikat khusus dan memakai bubuk pumis.

2. Meng-etching permukaan email sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatannya.

3. Mengusahakan kontrol kelembaban yang maksimal pada saat

keseluruhan prosedur bonding. Perlu diperhatikan, setelah fase etching

permukaan email harus tetap kering sebelum bahan adhesive

diletakkan. Oleh karena itu isolasi gigi yang di-etching harus baik selain dapat mengontrol saliva, juga memperluas daerah pandang operator. 4. Harus diperhatikan agar tidak menggosok atau menyentuh permukaan

gigi yang telah di-etching dengan kapas, karena akan memperbesar kemungkinan untuk mematahkan ridge yang telah terbentuk, dan mengkontaminasi permukaan dengan kotoran-kotoran yang berpindah dari tangan operator.

(15)

bersihkan bahan adhesive dari permukaan gigi dan ulangi kembali prosedur bonding.

6. Pembersihan setelah etching email sering tidak sempuna, oleh karena itu pembersihan yang menyeluruh dengan menggunakan semprotan air dan udara yang kuat selama sekitar lima detik per gigi harus dilakukan dengan baik.

7. Bahan adhesive harus diperiksa secara periodik untuk memastikan apakah bahan tersebut masih baik atau sudah kadaluarsa.14,15,16,17,18,19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGERAKAN GIGI SECARA ORTODONTI

Reaksi-reaksi jaringan sekitar gigi dipengaruhi oleh karakteristik anatomi tulang pendukung gigi yang digerakkan, aktivitas fisiologis jaringan di sekitar gigi, dan kekuatan yang diberikan.

A. Karakteristik tulang

Tulang terdiri dari dua tipe yaitu tulang compacta atau tulang kortikal dan tulang concellous atau tulang spongiosa. Tulang compacta adalah tulang dengan struktur halus, keras, dan rapat yang membentuk lapisan vestibular dan oral dari prosesus alveolaris, sedangkan tulang concellous

adalah tulang yang terletak di antara tulang compacta dan lamina dura. Pada tulang compacta terdapat kanal Havers yang dikelilingi oleh lamella tulang untuk mengalirkan nutrisi bagi pertumbuhan dan perbaikan tulang. Di dalam tulang concellous lamella tersusun sebagai lapisan-lapisan halus yang mengelilingi ruang sumsum. Dan di dalam ruang sumsum banyak terdapat jaringan ikat embrionik, pembuluh darah, dan pembuluh syaraf.

Prosessus alveolaris dibentuk dari lapisan-lapisan tipis tulang compacta

(16)

Proses remodeling pada tulang tergantung pada aktivitas sel-sel pada permukaannya. Oleh karena itu diperlukan banyak kanal yang masuk ke tulang alveolar untuk mengirimkan pembuluh-pembuluh darah, dan bagian yang lebih dalam terdiri dari tulang concellous dan ruangan untuk sumsum tulang. Ruangan sumsum itu memerlukan daerah yang cukup luas untuk aktivitas sel-sel, yang sangat diperlukan untuk pergerakan gigi. Di samping itu jika tulang yang terlibat dalam pergerakan gigi merupakan tulang yang kompak (cortical bone), reaksi selular yang terjadi akan sangat menurun di daerah permukaan. Kemudian pergerakan gigi akan lebih sulit dan lebih lambat, dan kemungkinan terjadinya tekanan berlebihan dan hialinisasi akan lebih besar. Bila seorang pasien direncanakan untuk mendapatkan perawatan ortodonti, gigi harus dipertahankan pada tulang spongious selama pergerakan. Oleh karena itu sedapat mungkin gigi harus dijaga pada pusat prosessus alveolaris, daripada membiarkan gigi bergerak di daerah tulang kortikal yang padat, yang menempati posisi lebih ke permukaan pada prosessus alveolaris. Pergerakan gigi dalam arah labiolingual akan lebih mudah mengenai lapisan permukaan dari tulang kortikal, contohnya pada gerakan ke lingual dari akar (torque) pada gigi insisivus atas. Ruang bekas pencabutan gigi pada kasus dengan pencabutan terdiri dari jaringan yang mengalami rekonstruksi, yang kaya akan sel-sel dan supplai vascular. Daerah tersebut sangat ideal untuk pergerakan gigi, oleh karena itu keuntungan ini harus dimanfaatkan dengan melakukan perawatan beberapa hari setelah pencabutan, agar atropi dan penciutan prosessus alveolaris dapat dicegah untuk menghindari kehilangan tulang dan terbentuknya tulang kortikal pada daerah pencabutan.

B. Aktivitas fisiologis

(17)

untuk berproliferasi dan perubahan beberapa sel untuk menjadi sel-sel khusus kelihatan juga mempengaruhi perbedaan-perbedaan ini.

Vitalitas dan kemampuan pembentukan tulang juga berbeda pada setiap individu. Pada anak-anak, kemampuan pembentukan tulang ini lebih besar daripada orang dewasa sehingga perawatan ortodonti pada anak-anak lebih cepat, waktunya lebih singkat dan lebih mudah berhasil. Tetapi hal ini juga tergantung pada kekuatan dan daya tahan perseorangan, oleh karena itu variasi-variasi ini harus dipertimbangkan pada waktu rencana perawatan, terutama jika pasien sedang memakai obat-obatan seperti cortisone dan obat-obat epilepsy, karena ambang batas bagi perubahan jaringan atau reaksi seluler akan berpengaruh.

C. Kekuatan yang digunakan

Dalam perawatan ortodonti kekuatan yang paling baik diberikan pada gigi yaitu kekuatan yang optimum, merupakan kekuatan yang mampu menstimulasi aktivitas selular tanpa merusak pembuluh darah di dalam ligamen periodontal. Kekuatan optimum itu dapat dilihat seperti di bawah ini:

Tipe pergerakan Kekuatan (gram)

Tipping 50-75

Bodily 100-150

Torque 75-125

Rotasi 50-75

Ekstrusi 50-75

Intrusi 50-75

Besarnya kekuatan yang didistribusikan pada gigi dan area ligamen periodontal penting diketahui untuk menentukan efek biologis. Respon ligamen periodontal ditentukan bukan oleh tekanan tunggal tetapi oleh tekanan per unit area, sebagai contoh gerakan tipping dan translasi.

1. Tipping

(18)

terjadi diikuti dengan perubahan jaringan pada daerah marginal. Perubahan ini memungkinkan pusat rotasi bergerak perlahan-lahan ke arah sepertiga akar. Perubahan jaringan terlihat ke arah apikal selama gerakan tipping gigi dengan daerah tarikan dan tekanan pada sisi yang berlawanan dari ujung akar. Lokasi tekanan dan daerah hyalinisasi biasanya terjadi pada daerah marginal ligamen periodontal selama pergerakan gigi.

Dengan adanya perkembangan di daerah fulkrum, bagian apikal dari akar fulkrum ini akan bergerak ke arah berlawanan terhadap mahkota tersebut. Kekuatan compressive pada ujung akar dapat menyebabkan peningkatan hialinisasi yang akan meningkatkan resiko terjadinya resorbsi akar di daerah apikal.

Pergerakan tiping di klinik sering digunakan untuk menggerakkan gigi dalam arah labiolingual. Tulang alveolar di daerah labial dan lingual terdiri dari tulang kortikal yang padat dan proses aposisi dari tulang pada sisi ini yang diikuti dengan awal gerakan tipping terjadi lebih lambat. Oleh karena itu hal ini perlu diketahui bila berencana untuk menggerakkan gigi.

2. Translasi

Istilah pergerakan bodily mempunyai arti pergerakan translasi yang menyeluruh dari sebuah gigi ke posisinya yang baru, dengan semua bagian dari gigi bergerak dalam jumlah yang sama. Pergerakan gigi secara bodily biasanya terjadi bila tekanan yang diberikan mengenai dua buah titik. Hal ini melibatkan gerakan gigi pararel terhadap aksis panjang gigi, oleh karena itu tekanan didistribusikan pada daerah yang relatif luas dari dinding tulang alveolar.

(19)

D. Penggunaan kekuatan dan waktunya

1. Continuous

Kekuatan kontinu akan memberikan tekanan secara perlahan-lahan pada ligament periodontal di daerah sisi gigi yang mengalami tekanan. Jika kekuatan itu di dalam batas dimana reaksi jaringan terjadi, maka akan terjadi perubahan rekonstruksi dari jaringan fibrous dan resorbsi langsung pada dinding tulang alveolar. Jika kekuatan tidak perlu diaktifkan kembali, supplai vascular akan mudah disesuaikan dan hasilnya memberikan efek perbaikan kerusakan. Eliminasi dari daerah hyaline terjadi antara dua sampai empat minggu, dan bila pengaktifan dilakukan sebelum waktu tersebut, kerusakan jaringan dapat dengan mudah terjadi.

2. Interrupted-continuous

Kekuatan ini menunjukkan bahwa kekuatan yang kontinu yang diberikan pada gigi hanya efektif menggerakkan gigi dalam jumlah yang kecil. Setelah itu kekuatan berhenti dan perlu diaktifkan kembali. Walaupun daerah hialinisasi telah terjadi, ligamen periodontal mempunyai waktu untuk rekonstruksi. Setelah kekuatan tersebut diaktifkan kembali, dijumpai adanya peningkatan proliferasi sel yang sesuai dengan perubahan jaringan selanjutnya.

3. Intermitten

(20)

BEBERAPA KASUS ORTODONTI YANG DIRAWAT DENGAN SISTEM DIRECT BONDING

Kasus 1

Pasien laki-laki berumur 8 tahun 4 bulan, masa gigi bercampur dengan kelainan Klas III, rahang bawah maju ke depan, overjet besar, overbite besar atau deep overbite sehingga rahang atas tidak terlihat. Pasien masih dalam masa pertumbuhan sehingga bila tidak segera dilakukan perawatan, maloklusi ini akan bertambah parah karena laju pertumbuhan rahang bawah tidak dapat ditahan oleh rahang atas. Perawatan objektifnya yaitu memundurkan rahang bawah dan memajukan rahang atas untuk mendapatkan relasi rahang yang normal atau Klas I. Pada foto intra oral G, H dan I dapat dilihat setelah anomali terkoreksi dan selanjutnya tinggal menunggu erupsi gigi posterior. Perawatan dilakukan dengan piranti cekat tanpa bantuan peranti fungsional.

A. Foto profil wajah dari B. Dari depan C. Foto intra oral dari depan

lateral kanan sebelum perawatan

D. Lateral kanan E. Lateral kiri F. Overjet dan overbite

besar

G. Foto dari lateral kiri H. Dari depan I. Lateral kanan setelah anomali

(21)

Kasus 2

Pasien laki-laki umur 14 tahun dengan kelainan gigi kaninus di rahang atas tumbuh tidak normal di bagian palatal sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran linea mediana. Gigi premolar atas dan bawah sedikit crowded

dan rotasi. Hubungan rahang normal (Klas I). Oral hygiene kurang baik sehingga daerah cervical gigi-gigi atas dan bawah mengalami sedikit white spot. Pada gambar I dapat dilihat gigi kanunus sudah masuk ke dalam lengkungnya dan gigi posterior yang rotasi dan crowded juga telah terkoreksi. Pasien kurang kooperatif menjaga oral hygiene-nya.

A. Foto profil dari depan B.Lateral kanan

C. Foto intra oral dari depan D. Lateral kanan E. Lateral kiri

sebelumperawatan

F. Foto oklusal rahang atas G. Rahang bawah

H. Lateral kanan setelah I. Foto oklusal rahang atas, J. Foto oklusal rahang anomali terkoreksi gigi kanimus telah masuk bawah

ke dalam lengkungnya, dan gigi premolar yang rotasi juga telah terkoreksi

(22)

Kasus 3

Pasien wanita dengan umur 15 tahun dengan kelainan gigi atas yang

crowded dan insisivus lateralis kiri di rahang atas labioversi, gigi anterior rahang bawah juga sedikit crowded, overjet besar, relasi molar Klas I, bibir atas kiri terlihat menonjol, pasien malu bila tertawa karena gigi atas kiri langsung terlihat keluar. Pada gambar F, G, dan H dapat dilihat kelainan gigi telah terkoreksi, crowded di rahang atas dan bawah telah hilang, gigi insisivus lateralis kiri telah masuk ke dalam lengkungnya dan overjet telah normal kembali. Pada Gambar I dapat dilihat bibir atas kiri tidak menonjol lagi dan pasien sudah dapat tersenyum dengan manis.

A. Foto profil dari depan B. Lateral kanan

C. Foto intra oral dari depan D. Lateral kanan E. Lateral kiri sebelum perawatan

F. Foto intra oral setelah anomali G. Lateral kanan H. Lateral kiri terkoreksi, dari depan

(23)

Kasus 4

Pasien laki-laki umur 19 tahun dengan kelainan hubungan rahang Klas III, gigi depan atas dan bawah crowded berat, rahang bawah maju ke depan mengakibatkan overjet dan overbite besar, linea mediana bergeser ke kanan, gigi kaninus atas kanan dan kiri ektopik. Perawatan objektifnya yaitu mengoreksi hubungan rahang ke posisi normal, mengoreksi linea mediana, mengoreksi crowded, dan mengoreksi overjet dan overbite.

Pada gambar G, H, dan I dapat dilihat anomali telah terkoreksi, hubungan rahang telah normal, dan pada gambar J dan K menunjukkan gambaran profil wajah yang telah jauh berubah, pada kasus ini dapat terlihat bahwa perawatan ortodonti itu sangat berperan mengembalikan fungsi gigi geligi dan memperbaiki bentuk atau penampilan wajah sehingga dapat meningkatkan self esteem dan self image pasien.

A. Foto profil sebelum B. Lateral kanan perawatan dari depan

C. Foto intra oral sebelum D. Lateral kanan E. Lateral kiri

perawatan

(24)

G. Foto intra oral setelah H. Lateral kanan I. Overjet dan overbite

anomali terkoreksi, dari depan telah normal

J. Profil wajah dari K. Lateral kanan depan sudah jauh berubah

Kasus 5

Pasien laki-laki umur 15 tahun dengan kelainan crowded berat di gigi anterior atas dan bawah, posisi kaninus atas kanan dan kiri ektopik. Pada gambar C, D, dan E keadaan anomali sebelum perawatan, dan pada gambar F, G, dan H setelah perawatan dimana posisi gigi anterior telah terkoreksi, dan bentuk wajah juga telah mengalami perubahan menjadi lebih baik.

A. Foto profil depan B. Profil lateral kanan

C. Foto intra oral sebelum D. Lateral kanan E. Lateral kiri

(25)

F. Setelah perawatan dari depan G. Lateral kanan H. Lateral kiri

I. Foto profil wajah dari J. Profil wajah lateral kanan

depan

Dari contoh kasus-kasus di atas dapat dilihat bagaimana perawatan ortodonti dapat mengoreksi maloklusi dari yang ringan sampai yang berat, sehingga terjadi perubahan yang signifikan pada fungsi, oklusi dan penampilan wajah dari pasien-pasien tersebut. Juga dapat mencegah kelainan yang lebih parah lagi seperti pada Gambar I, karena pasien ini sedang dalam masa pertumbuhan, dan bila tidak dirawat dan umur bertambah dewasa, rahang bawah akan terus tumbuh bertambah panjang ke depan dan dapat dibayangkan bagaimana wajah anak ini nantinya.

KESIMPULAN

Perawatan ortodonti merupakan perawatan untuk memperbaiki oklusi, fungsi dan estetis wajah. Oleh karena itu dengan gigi yang sudah teratur susunannya pasien akan mempunyai rasa self esteem dan self image yang lebih tinggi. Dengan kata lain pasien sudah mempunyai rasa kepercayaan yang lebih tinggi dalam kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.

Dengan susunan gigi yang sudah teratur susunannya akan memudahkan bagi pasien untuk membersihkan giginya, fungsi pengunyahan menjadi lebih baik sehingga dapat menghindari terjadinya gangguan pencernaan dan juga dapat terhindar dari terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal.

(26)

pemakaiannya, seperti kegagalan adhesive dan cohesive. Demikian juga mekanisme pergerakan gigi perlu dimengerti dengan baik agar didapatkan hasil perawatan yang baik dan sukses.

Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang memerlukan waktu yang panjang, sehingga diperlukan kerjasama yang baik antara pasien, orang tua, dan ahli ortodonti. Sebagai contoh dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, pasien harus melakukannya dengan baik untuk menghindari terjadinya karies gigi dan penyakit pada jaringan pendukung gigi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Hadirin yang saya muliakan,

Sebelum mengakhiri pidato ini, perkenankanlah saya mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga pada hari ini saya dapat dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Ortodonti pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT memberi saya hidayah-Nya berupa kemampuan dan kebijaksanaan untuk menempuh jalan yang lurus dalam pengabdian kepada bangsa dan negara.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Menteri Pendidian Nasional Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA atas kepercayaan dan kehormatan yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar Tetap ini.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), yang telah memberi perhatian, bantuan dan keizinan dalam proses pengusulan saya menjadi Guru Besar sampai kepada acara pengukuhan pada hari ini. Semoga Allah SWT selalu memberi kesehatan, kemudahan, dan hidayah kepada beliau sekeluarga, khususnya dalam mengemban amanah memimpin USU yang kita cintai ini.

(27)

Ucapan terima kasih saya sampaikan pada Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Gigi USU Prof. Ismet Danial Nst. Drg., Ph.D., Sp.Prost.(K), dan juga kepada para Pembantu Dekan FKG USU, khususnya drg. Eddy Dahar M.Kes. atas bantuan yang telah diberikan kepada saya.

Penghargaan dan terima kasih saya sampaikan pada mantan Dekan FKG USU, Prof. Dr. drg. Mundiyah Mokhtar Sp.Ort., drg. R. Pitoyo S, drg. Rustam Latif, drg. Mansyur Tanjung, drg. Toeti R.Tjiptono, drg. Sorimuda Hrp. SpBM., demikian juga pada mantan Pembantu Dekan drg. Arnus SB.Sp.Ort., drg. S. Hamzah D.Sp.Per., drg. M. Rajab Hsb., drg. Arida JD., drg. Suprapti Arnus Sp.BM., drg. H. Aimah, drg. Asfan Bahri Sp.RKG., drg. Yoswar S, drg. Suparno KS, drg. Sjuaibah Lbs., drg. Abdullah, drg. Shaukat Osmani Sp.BM, juga senior kami drg. Amalia O. M.Kes. Sp.Ort., drg. Oeripto S., Prof. Lina NS drg. SKM., Prof. Sugiarti P. drg., Prof. Monang P. drg, MS, Prof. DR. Rasinta Trg. drg., Sp.KG(K), drg. Malem Ukur Trg. Sp.KGA., Prof. Trimurni A. drg.M.Kes.Sp.KG(K)., serta dosen-dosen senior lain, yang telah mendidik dan membina saya selama mereka aktif di FKG USU.

Ucapan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya saya sampaikan pada kakanda Prof. DR. Ir. Asmarlaili S. Hanafiah. MS., DAA dari Fakultas Pertanian USU yang tiada henti-hentinya memberi motivasi, saran-saran dan dukungan kepada saya untuk mencapai Guru Besar ini. Semoga kakanda sekeluarga dimurahkan rezeki, sehat-sehat selalu dan panjang umur. Amin ya rabbal ’alamin.

Rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan pada supervisor saya selama saya studi di Department of Orthodontic, School of Dentistry, University of Hiroshima Japan, Prof. Kazuo Yamauchi DDS Ph.D. dan juga Prof. Yoshio Shigenaga DDS Ph.D., yang telah begitu banyak memberikan ilmu Orthodontic dan ilmu research in dentistry.

Ucapan terima kasih saya sampaikan juga pada Mr. Shosaku Tanaka sekeluarga di Niigata Prefecture, Jepang, yang telah begitu baik memperhatikan, membimbing, dan memberikan nasihat selama saya studi di Jepang, dan sampai saat ini masih tetap berkomunikasi dengan baik. Semoga kebaikan mereka itu akan dibalaskan Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda.

(28)

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada seluruh teman-teman sejawat di Fakultas Kedokteran Gigi USU, dan tak lupa teman seperjuangan ketika studi di School of Dentistry University of Hiroshima Japan: drg. Sumadhi Ph.D., drg. Irmansyah R. Ph.D., Prof. Bambang Irawan drg.Ph.D., drg. Gus Permana Subita Ph.D., Prof. Mansyur Nasyir drg.Ph.D., drg. Amin Kansi Ph.D., dan drg.Darwis Aswal.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Mustafa Kamal SS anggota DPR-RI Pusat Jakarta yang telah banyak membantu saya selama di Jakarta. Demikian juga pada keluarga drg. A. Kadri yang telah memperhatikan saya selama ini.

Ucapan terima kasih saya sampaikan pada Ketua Departemen Ortodonti FKG USU drg. Erna S. Sp.Ort. dan teman sejawat di Departemen Ortodonti drg. A. Nagang S. MS. Sp.Ort., drg. Tjut Rostina M.Kes., drg. Nurhayati Hrp. Sp.Ort., drg. Muslim J. Sp.Ort., drg. S. Bahirah, dan drg. Mimi Marina Lbs yang telah memberikan rasa persahabatan yang begitu erat. Begitu juga teman-teman sejawat di PPDGS Ortodonti FKG USU tempat kita selalu bertukar pikiran di bidang ilmu Ortodonti.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada kedua orang tua saya Aladdin (Alm) dan Ibunda Hj. Asmah (Almh) yang telah membesarkan dan mendidik saya selama hayatnya. Begitu juga kepada bapak dan ibu mertua saya Brigjen. TNI (Purn) H. Sjafiar SH (Alm) dan Hj. Martini (Almh) yang selalu memberikan motivasi untuk menjalankan rumah tangga yang baik, semoga mereka diterima dan ditempatkan di tempat yang baik di sisi Alah SWT dan diampuni segala dosa-dosanya. Amin ya rabbal alamin.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan pada istri saya tercinta dan tersayang drg. Hj. Lasminda Sjafiar M.Kes. yang telah begitu sabar menunggu selama saya melanjutkan studi di Hiroshima Japan, dan selalu memberikan dukungan dan dorongan, dan juga senantiasa berlapang dada dan berserah diri pada Allah SWT dalam menghadapi segala rintangan. Semoga kita tetap rukun dan diberikan Allah rezeki yang halal, dijauhkan dari bahaya dan penyakit, panjang umur, dan sehat-sehat selalu. Amin ya rabbal ’alamin.

(29)

Universitas Sumatera Utara di Medan), yang selalu memberikan dukungan dan kritikan yang sehat pada orang tuanya, sehingga papa merasakan nyaman sekali dalam berumah tangga. Semoga kalian berdua sukses dan menjadi anak yang sholeh, patuh dan santun terhadap orang tua serta dapat berguna dan mengabdikan diri pada negara Republik Indonesia. Amin ya rabbal alamin.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan pada kakanda Ir. Windalina Sjafiar dan Ir. Zahiful Bahri M.Sc. beserta kedua putrinya dr. Poppy Syafnita dan Amerina Syafharini yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam menempuh kehidupan.

Terima kasih juga saya sampaikan pada teman-teman dan sahabat saya yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu, yang telah memberikan wawasan dan inspirasi yang sangat bermanfaat dalam menempuh kehidupan dan memberikan dukungan pada perjalanan hidup saya.

Kepada Panitia Pengukuhan yang telah bekerja keras demi terselenggaranya acara ini saya mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga. Saya tidak dapat membalas kebaikan yang telah diberikan, semoga Allah SWT jugalah yang akan membalasnya dengan berlipat ganda.

Akhirnya kepada seluruh hadirin dan undangan sekalian yang telah dengan penuh sabar dan perhatian mengikuti acara ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya memohon maaf kepada hadirin dan mohon ampun kepada Allah SWT, jika sekiranya terdapat kesilapan dan tutur kata saya yang kurang pada tempatnya pada acara ini.

Wabillahi taufik wal hidayah,

(30)

DAFTAR PUSTAKA

1. Graber TM, Vanarsdall RL. Orthodontics: current principles and technique. 2nd ed. St.Louis: C.V.Mosby Co. 1994: 96-169.

2. FS. Kathryn. Influence of heredity in the etiology of malocclusion. Am J Ort. 1984: 24: 125-141.

3. Houston WJB. A textbook of orthodontics. 6th ed. London: Wright. 1992: 266-305.

4. Bishara SE. Textbook of orthodontics. WB Saunders Co. 2001: 53-146.

5. Radka Ticha. The important rule of oral hygiene in the treatment with fixed orthodontic appliance. J Orthodoncie, 2005; 14:1:23-31.

6. Profit RW. Contemporary orthodontics. 3rd ed. Saint Louis: CV Mosby Co, 2000: 228-40 and 397-99.

7. Begg PR. Begg orthodontic theory and technique. 3rd ed. Philadelphia: WB Sauders Co, 1971:142-50.

8. Berglund, LJ. Effective oral hygiene for orthodontic patients. J Clin Orthod 1990; 26:315-20.

9. Boyd RI. Effect of rotary electric toothbrush versus manual toothbrush on periodontal status during orthodontic treatment. Am J Orthod Dentofac Orthop 1989; 96:342-7.

10. Carranza FA. Glickman’s clinical periodontology. 6th ed. Philadelpia: WB Saunders Co, 1984:671-99.

11. Graber TM. Orthodontics principles and practice. 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 1972:609-26.

12. Jackson CL. Comparison between electric toothbrushing with and without oral irrigation, for oral hygiene of orthodontic patiens. Am J Orthod Denfac Orthop 1991; 99:15-20.

(31)

14. Swartz ML. Orthodontic Bonding. Dalam: Kursus Contemporary edgewise orthodontic, Jakarta. 1992:1-15.

15. Brandt S. Practical methods of bonding. J Clin Orthod 1975; 9:610-35.

16. Neuman GV. Current status of bonding attachments. J Clin Orthod 1973; 7:426-49.

17. Buonocore MG. Retrospections on bonding. Dent Clin of North America 1981; 25: 241-53.

18. Sheykholeslam Z. Effect of fluorides on the bonding of resin to phosphoric acid-etched bovine enamel. Arch Oral Biol 1972; 17:1042.

19. Zachrisson BY. A post treatment evolution direct bonding in orthodontics. Am J Orthod 1977; 71:175-6.

20. Goldman HM. Histology of tooth movement. Dent Clin of North America 1972; 16:3:439-488.

21. Moyers RE. Handbook of orthodontics. Chicago: Year Book Medical Publishers Inc, 1988:319-21.

22. Weiss RC. Physiology of adult tooth movement. Dent Clin of North America 1972; 16:3:449-57.

23. Noxon SJ. Osteoclast clearance from periodontal tissues during orthodontic movement. Am J Orthod 2001; 120:5:466-76.

24. Sato Y. The relationship between tissue response and stress distribution in the periodontal ligament during orthodontic tooth movement. Jpn Orthod J 1996; 55:549-553.

(32)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Prof. H. Nazruddin drg. C.Ort. Ph.D.

NIP/No.Karpeg : 130809958/C.0099502

Jabatan : Guru Besar

Pangkat dan Golongan : Pembina/IVa

Tempat/Tgl. Lahir : Pematang Siantar, 22 Juni 1952

Agama : Islam

Nama Orang tua : Ayah : Aladdin (Alm.) Ibu : Hj. Asmah (Almh.)

Nama Istri : drg. Hj. Lasminda Sjafiar M.Kes.

Nama Mertua : Brigjen. TNI (Purn) H. Sjafiar SH. (Alm.) Hj. Martini (Almh.)

Nama Anak : 1. drg. H. Riko Nofrizal

(Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis bidang Ortodonti FKG UI, di Jakarta).

2. Hj. Dina Afiani

(Mahasiswi Fakultas Kedokteran USU).

Alamat : Jl. Kasuari No. 71-B Sunggal Medan,

Telp. 061-8453691

II. PENDIDIKAN

1. Sekolah Rakyat Negeri 6 P. Siantar (1965)

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri IV P. Siantar (1968) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri II P. Siantar (1971)

4. Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi USU, Medan (1978)

5. C.Ort. (Certificate of Orthodontic), Dept. of Orthodontic, School of Dentistry University of Hiroshima Japan (1985)

6. Ph.D. (Phylosophy of Doctor in Dentistry), Dept. of Orthodontic School of Dentistry University of Hiroshima Japan (1989)

7. Sp.Ort. (Spesialis Ortodonti), Dept. Ortodonti FKG USU Medan (sedang adaptasi).

III. RIWAYAT JABATAN/PANGKAT/GOLONGAN

1980 CPNS, Golongan Gol. IIIa

(33)

1984 Lektor Muda/Penata/Gol. IIIc

1996 Lektor Kepala Madya/Penata Tkt. I/Gol. IIId 2008 Guru Besar/Pembina/Gol. IVa

IV. RIWAYAT PEKERJAAN

1981 – 1984 Staf Pengajar dalam mata kuliah Ortodonti

1984 – 1989 Asisten Staf Pengajar mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Department of Orthodontic, School of Dentistry, University of Hiroshima Japan

1989 – Sekarang Staf Pengajar dalam mata kuliah Ortodonti

2000 – Sekarang Wakil Kepala/Sekretaris Departemen Ortodonti FKG USU

V. KEANGGOTAAN ORGANISASI PROFESI NASIONAL/INTERNASONAL

• Anggota PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia)

• Anggota Japan Orthodontic Association

VI. DAFTAR KARYA ILMIAH

1. Nazruddin 1981. Faktor-faktor yang mempengaruhi terlambatnya pertumbuhan gigi geligi. Majalah Universitas Sumatera Utara.

2. Nazruddin 1982. Perawatan crowded pada masa gigi bercampur. Majalah Universitas Sumatera Utara.

3. Nazruddin 1983. Pentingnya menjaga kebersihan mulut (oral hygiene) dalam perawatan ortodonti. Majalah Universitas Sumatera Utara.

4. Nazruddin 1986. Central projections of hypoglossal afferent nerve in the brainstem of the cat. Kumpulan ilmiah Japan Dental Association meeting, Tokyo.

5. Nazruddin 1989. The cells of origin of the hypoglossal afferent nerves and central projection in the cat. Journal of Brain Research, USA.

6. Nazruddin 1989. Teknik klinis perawatan orthodontic dengan 3D lingual modul. Majalah Ortodonti Indonesia.

7. Nazruddin 1991. Teknis pemasangan retainer dengan sistem direct bonding pada rahang atas dan rahang bawah. Majalah Ortodonti Indonesia.

(34)

9. Nazruddin 1993. Beberapa teknik retraksi kaninus pada perawatan ortodonti. Kumpulan majalah Ilmiah FKG USU.

10. Nazruddin 1996. Treatment of crowding teeth with interproximal reduction of the teeth. Journal of IADR (International Association Of Dental Research).

11. Nazruddin 1996. Perawatan crowded dengan sistem direct bonding. Kumpulan makalah symposium PABMI Jakarta.

12. Nazruddin 1997. Perawatan ortodonti dengan Straight Wire Technique. Kumpulan makalah ilmiah FKG USU.

13. Nazruddin1999. Beberapa problema yang perlu diperhatikan pada perawatan gigi berjejal dengan peranti cekat. Jurnal Kedokteran Gigi FKG Trisakti, Jakarta.

14. Nazruddin 2000. Treatment of Class II Maloclusion with Twin Block Appliance. Journal of the Indonesian Dental Association vol. 52, Edisi Khusus.

15. Nazruddin 2000. Macam-macam space maintainer dalam bidang Ortodonti. Kumpulan Makalah Ilmiah FKG USU.

16. Nazruddin 2000. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada perawatan gigi berjejal dengan peranti cekat. Kumpulan makalah ilmiah Ultah PGDI Binjai.

17. Nazruddin 2000. Buku pedoman kuliah ortodonti III. Dept. Ortodonti FKG USU.

18. Nazruddin 2001. Perawatan dental anterior crossbite dengan lengkung rahang Klas I Angle. Kumpulan Makalah Ilmiah RDM FKG USU.

19. Nazruddin 2001. Perawatan maloklusi Klas II dengan peranti lepas pada masa gigi bercampur. Dentika Dental Journal, vol. 5, no.2: 74-82.

20. Nazruddin 2001. Perawatan dental anterior crossbite dengan hubungan rahang Klas I Angle. Dentika Dental Journal, vol.6, no.2: 295-301.

21. Nazruddin 2002. Central projection of hypoglossal afferent nerves in functional morphology of trigeminal motor and sensory systems. Dalam Textbook Graduate School of Dentistry, Osaka University, Japan: 121-137. 22. Nazruddin 2002. Anomali ortodonti dan hubungannya dengan gangguan sendi temporomandibular joint. Dentika Dental Journal vol.7, no.2: 127-139.

23. Nazruddin 2005. Perawatan kaninus terpendam dengan teknik closed eruption. Kumpulan makalah ilmiah CIS FKG, hal. 1-8.

24. Nazruddin 2005. Perawatan kaninus impaksi dengan gabungan teknik bedah dan ortodonti mekanik. Dentika Dental Journal vol.10, no.1: 38-44.

(35)

26. Nazruddin 2006. Prosedur air rotor stripping dalam perawatan ortodonti. Dentika Dental Journal, Vol. 11, No. 2: 307-311.

27. Nazruddin, Erna S, 2008. Treatment of maxillary left multiple impacted teeth (canine, central and lateral incisor) with double arch wire technique. Majalah Ortodonti Indonesia, Juni 2008, 48-51.

VII. BUKU ILMIAH SESUAI BIDANG ILMU YANG TELAH DITERBITKAN

1. Ortodonti III (buku pegangan kuliah)

2. Perawatan gigi crowded dengan peranti cekat 3. Direct Bonding System dalam perawatan ortodonti

VIII. PERTEMUAN ILMIAH YANG DIIKUTI

1. Kursus Fixed Apliance Prof. K.Yamuchi, Medan 1981 Peserta 2. Ceramah ilmiah Prof. K. Yamauchi, Medan 1981 Peserta 3. Ceramah ilmiah Dr. NB. Litchfield, Medan 1981 Peserta

4. Ceramah ilmiah FKG USU, Medan 1981 Peserta

5. Pertemuan ilmiah Ultah FKG UI, Jakarta 1981 Peserta

6. Seminar Dies Natalis USU XXV 1982 Peserta

7. Ceramah ilmiah FKG USU 1982 Peserta

8. Ceramah ilmiah Prof. Y. Kanno, Medan 1983 Peserta

9. Kursus Fixed Apliance Dr. Yoshiki Ito, Medan 1983 Peserta

10. Ceramah ilmiah FKG USU 1983 Peserta

11. Pertemuan ilmiah FKG UI, Jakarta 1983 Peserta

12. Japan Orthodontic Association meeting, Osaka l984 Peserta 13. Japan Dental Association meeting, Tokyo 1986 Pemakalah 14. Japan Orthodontic Association meeting, Nagasaki 1988 Peserta 15. Regional Ortodontic Meeting, Hiroshima 1989 Pemakalah

16. Pertemuan ilmiah FKG USU 1989 Pemakalah

17. Seminar penelitian FKG USU 1989 Peserta

18. Kursus Ortodonti Prof. K. Yamauhi, Surabaya 1990 Peserta

19. Pertemuan ilmiah FKG Surabaya 1990 Pemakalah

20. Ceramah ilmiah FKG USU 1990 Peserta

21. Seminar penelitian 1990 Peserta

22. Ceramah ilmiah FKG USU 1991 Peserta

23. Seminar IKG-Dasar, Medan 1991 Peserta

24. Ceramah HIV Infection, Medan 1991 Peserta

25. Seminar penelitian 1991 Peserta

26. Seminar IKG-Rehabilitasi, Medan 1992 Peserta

(36)

28. Seminar Aesthetic in restorative dentistry 1992 Peserta

29. Ceramah Dr. EC.Combe from Australia 1992 Peserta

30. Ceramah ilmiah FKG USU 1992 Peserta

31. Pertemuan ilmiah PDGI cab. Jakarta Barat 1993 Peserta

32. Symposium IADR, Jakarta 1996 Pemakalah

33. Symposium PABMI, Jakarta 1997 Pemakalah

34. Ceramah FKG USU, Tiara Hotel, Medan 1997 Pemakalah

35. Pertemuan ilmiah FKG UI, Jakarta 1998 Pemakalah

36. Lokakarya Manajemen Mutu Terpadu 1998 Peserta

37. Pertemuan ilmiah FKG Trisakti, Jakarta 1999 Pemakalah

38. Lokakarya Applied Approach (AA) USU 1999 Peserta

39. Ceramah ilmiah Dr. Hiroshi Kumagai 1999 Peserta

40. Pertemuan ilmiah PDGI Binjai, Medan 2000 Pemakalah

41. The Indonesian Dental Meeting, Solo 2002 Pemakalah

42. Ceramah ilmiah FKG USU 2000 Pemakalah

43. Ceramah cara penulisan ilmiah, FKG USU 2000 Peserta

44. Ceramah ilmiah FKG USU 2001 Pemakalah

45. Ceramah ilmiah Dr. John Flutter, Medan 2002 Peserta 46. Pelatihan kompetensi Komputer FKG USU 2002 Peserta

47. Ceramah ilmiah FKG USU 2002 Peserta

48. Ceramah ilmiah ortodonti Dr. Kenneth Lew 2002 Moderator 49. Penyegaran keterampilan mengajar USU 2002 Peserta

50. Pelatihan Vucer Staf Pengajar USU 2002 Peserta

51. Ceramah ilmiah Dr. Risse, Medan 2003 Peserta

52. Ceramah ilmiah FKG USU 2003 Pemakalah

53. Ceramah ilmiah ortodonti Dr. Teiji Tanaka 2004 Moderator

54. Ceramah ilmiah FKG USU 2005 Pemakalah

55. Ceramah ilmiah ortodonti Dr. George Soh, Medan 2005 Moderator 56. Two days meeting orthodontic seminar, Medan 2007 Moderator 57. Indonesian Association of Orthodontic Meeting, Bali 2006 Peserta

58. Ceramah ilmiah FKG USU 2006 Peserta

59. RDM&E III FKG USU 2006 Moderator

60. RDM&E III FKG USU 2006 Pemakalah

61. Indonesian Association of Orthodontic Meeting, Bali 2008 Pemakalah/ Poster

IX. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

1. Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Kota Medan di FKG USU, 2003.

(37)

3. Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi dan Mulut pada Murid-Murid Pesantren Arrhaudatul Hasanah Paya Bundung Kecamatan Medan Tuntungan, 2005.

4. Penyuluhan dan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid-Murid Pesantren Pinang Baris Sunggal Medan, 2006.

X. PIAGAM PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA

1. Lencana Karya Satya 10 tahun sebagai staf di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi USU, oleh Presiden Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid.

(38)

Gambar

gambar C, D, dan E keadaan anomali sebelum perawatan, dan pada gambar

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian ini yaitu metode role playing efektif diterapkan pada pembelajaran PKn materi keputusan bersama yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa kelas eksperimen

Sesudah empat lima kali sia-sia mencoba membebaskan diri dari lubang maut, biasanya semut (atau lalat) kehabisan tenaga dan tenggelam pasrah untuk selama-lamanya (Slamet

23 Seseorang pekerja atau penyelia mesti memastikan bahawa beliau mempunyai satu sijil kursus latihan keselamatan yang ________ sebelum dia memulakan kerja di tempat

Data diperoleh melalui wawancara dengan informan kunci, diskusi kelompok terfokus (FGD), dan melakukan survei dasar dengaan pemilihan dan ukuran sampel berdasar

Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara), menunjukkan bahwa dalam pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara terdapat

I Wayan Gede Suacana, M.Si Koordinator FI Gedung I KU LAB.FE R.113.. 22 Luh Putu Suryani, SH., MH

Hasil identifikasi tersebut dibahas bersama-sama (antar kelompok dan mahasiswa dengan dosen). Pada diskusi tersebut muncul beberapa pendapat yang masing-masing tetap

Nilai impor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2015 tercatat US$ 36,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar 52,24 persen dibanding impor April 2015 yang tercatat US$ 24,08