• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi collagen pada Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Potensi collagen pada Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

TEGAR HUTOMO PAMUNGKAS

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMUKELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

KAJIAN POTENSI

COLLAGEN

PADA TERIPANG PASIR

(

Holothuria scabra

) DARI PULAU PRAMUKA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Potensi Collagen pada Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

TEGAR HUTOMO PAMUNGKAS. Kajian Potensi Collagen pada Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh MUJIZAT KAWAROE dan BEGINER SUBHAN.

Holothuria scabra dikenal sebagai teripang pasir memiliki hasiat sebagai bahan bio medicine, karena kandungan kolagen yang dimilikinya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan kolagen dari teripang pasir dan mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi larutan NaOH dan CH3COOH terhadap

rendemen kulit teripang pasir. Pemisahan dan analisis kolagen dilakukan dengan metode larut asam dengan tiga kombinasi pelarut 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M . Hasil rendemen kulit teripang pasir dari kombinasi pelarut CH3COOH dan NaOH 0,1 M

adalah 2,495 gr, sedangkan dari pelarut 0,2 M diperoleh 2,598 gr, dan 0,3 M diperoleh 2,676 gr. Semua rendemen mengandung lima tipe protein kolagen yaitu amida A, amida B, amida I, amida II, dan amidaIII. Rendemen teripang pasir dari kombinasi pelarut 0,3 M menunjukan potensi kolagen yang tertinggi, berdasarkan analisis GCMS.

Kata kunci: kolagen, kulit teripang pasir, protein, CH3COOH, NaOH.

ABSTRACT

TEGAR HUTOMO PAMUNGKAS. Learning of collagen potential from sand seacucumber (Holothuria scabra) from Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Under direction of MUJIZAT KAWAROE and BEGINER SUBHAN.

Holothuria scabra known as sea cucumber, has ingredients that is beneficial in bio-medicine, because of the high insoluble collagen fibers in its body wall. The purpose of this research was to explore about extracting insoluble collagen fibers extracted from sea cucumber (Holothuria scabra), and to study the influence of combined solution NaOH, CH3COOH to extract collagen yield. The combination of

NaOH soluble and CH3COOH soluble had on the body wall of sea cucumber.

Separation of skin by using acid methods with three combination of soluble 0,1 M, 0,2 M, and 0,3 M. The results from combination of soluble of these were 0,1 M about 2,495 gr, 0,2 M about 2,598 gr, and 0,3 M about 2,676 gr. Among these three results, we have 5 kinds of characteristic collagen protein. They were amide A, amide B, amide I amide II, and amide III. Soluble skin from sea cucumber with 0,3 M concentration showed the highest potential of collagen as CGMS analysis.

(6)

KAJIAN POTENSI

COLLAGEN

PADA TERIPANG PASIR

(

Holothuria scabra

) DARI PULAU PRAMUKA

KEPULAUAN SERIBU

TEGAR HUTOMO PAMUNGKAS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Kajian Potensi collagen pada Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

Nama : Tegar Hutomo Pamungkas

NIM : C54080023

Disetujui oleh

Dr. Ir. Mujizat Kawaroe, M. Si Pembimbing I

Beginer Subhan, S.Pi, M. Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 ini ialah Kajian Potensi collagen pada Teripang Pasir (Holothuria scabra) dari Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Mujizat Kawaroe, M. Si dan Bapak Beginer Subhan, S.Pi, M. Si selaku pembimbing, serta Ibu Dr Pipih Suptijah, MBA selaku pembimbing lapang. Penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman angakatan 45 ITK, kerabat-kerabat Marine Biology, dan para staf laboratorium Biofarmaka. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

Biologi dan Morfologi Teripang 3

Reproduksi Teripang 4

HASIL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI TERIPANG PASIR 12

Kondisi Perairan Habitat Teripang 12

Hasil Rendemen 13

Grafik FT-IR 15

Bioprospeksi Teripang Pasir untuk Produksi Kolagen 17

(10)

DAFTAR TABEL

1. Peralatan Penelitian 7

2. Hasil Pengamatan Kualitas Perairan Pulau Pramuka 13

3. Rendemen Teripang Pasir 14

4. Persentase Rendemen Teripng Pasir 14

5. Komposisi Kandungan Amida 20

DAFTAR GAMBAR

1. Teripang Pasir 3

2. Anatomi Bagian Dalam Teripang Pasir (Holothuria scabra) 4

3. Proses Kolagen Larut Asam 10

4. Grafik Kolagen Konsentrasi 0,1 M 15

5. Grafik Kolagen Konsentrasi 0,2 M 16

6. Grafik Kolagen Konsentrasi 0,3 M 16

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Perhitungan Proses Pembuatan Kolagen Larut Asam 24

2.

Perhitungan Presentase Rendemen 27

(11)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kolagen adalah protein yang berbentuk fibril atau serabut. dengan fungsi fisiologis yang unik. Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan pengikat putih yang hampir meliputi 30% dari total protein pada jaringan organ tubuh vertebrata dan invertebrata. Kolagen merupakan bahan baku utama yang banyak terdapat pada kulit, urat, pembuluh darah, tulang, dan tulang rawan. Serat kolagen terdiri dari tiga rantai polipeptida yang saling berhubungan, yang masing-masing tersusun dalam rantai heliks yang berputar (Steven, 2012). Molekul dasar pembentuk kolagen disebut tropokolagen. Kolagen merupakan protein utama yang menyusun komponen matrik ekstraseluler dan merupakan protein paling banyak ditemukan didalam tubuh manusia. Kolagen terdiri atas triple helix dari tiga rantai α polipeptida (Andirisnanti, 2012). Kolagen mengandung dua jenis turunan asam amino yang tidak langsungdimasukan dalam proses translasi. Turunan tersebut berupa hidroksiprolin (turunan prolin) dan hidroksilisin (turunan lisin) (Shoulders dan Raines, 2009).

Kolagen merupakan urat daging yang elastis berupa jaringan yang sebagian besar terdapat pada kulit dan organ hewan termasuk ikan. Penambahan mineral pada kolagen akan membentuk tulang dan gigi. Semua ini dapat terbentuk akibat proses pemanjangan konektivitas dan komponen hingga dapat membentuk berbagai macam fungsi sperti tendon, ligamen, dan kulit. Selain itu, kolagen juga banyak terdapat pada kornea, tulang rawan, tulang kompak, pembuluh darah, dan juga usus. Hal tersebut menjelaskan bahwa kolagen hanya terdapat pada makhluk hidup yang memiliki fungsi fisiologis dalam pembentukan asam amino hingga kolagen yaitu manusia dan hewan. Kolagen ini merupakan hal vital yang diperlukan manusia dan hewan dalam membetuk rangka tubuh (Al Zahrani, 2013).

Sumber kolagen paling utama terdapat pada hewan. Hal ini dikarenakan hewan dapat mensintetis protein pada bagian-bagian selnya. Seperti pada ribosom dengan penerjemahan gen mRNA. Semua hewan dapat memproduksi hal tersebut. Hal ini dikarenakan kolagen dan protein merupakan komponen bio kimia yang penting bagi pertumbuhan, terutama dalam pembaharuan jaringan. Hewan-hewan tersebut dapat berasal dari udara seperti burung, berasal dari air yaitu ikan, dan dari daratan yaitu mamalia, reptilia, dan lain sebagainya. Sebagian besar kolagen terletak pada jaringan dan bagian tubuh hewan yang aktif membelah seperti kulit dan tulang rawan. Kulit merupakan bagian terpenting bagi makhluk hidup. Karena di daerah ini berfungsi sebagai pelindung dan membentuk rangka tubuh. Bahan pembentuk utamanya adalah protein kolagen. pada tulang rawan kolagen juga dihasilkan sebagai penyambung rangka seperti tendon dan juga pembentuk rangka seperti bagian hidung.

(12)

2

mengandung protein sebesar 82% dengan kandungan asam amino yang lengkap. Terdapat pula asam lemak tak jenuh seperti omega 3 dan omega 6.

Selain kandungan lemak dan protein, teripang memiliki kandungan Mucopolysacarida yang berfungsi sebagai biomedis untuk mencegah gangguan persendian, anti inflamasi,penuaan jaringan,dan menurunkan resiko atherosklerosis. Banyak sekali jenis teripang yang ada di Indonesia. Diantaranya adalah teripang pasir (Holothuria scabra). Teripang ini sudah mulai sulit didapat dalam habitat aslinya. Banyak manfaat yang didapat dari kandungan gizi teripang pasir ini. Dengan kandungan protein pada berat basah sebesar 76,64% yang dimana kandungan ini dapat dimanfaatkan sebagai biomedis dengan mengetahui lebih dalam lagi tentang kandungan kualitatif protein (kolagen) (Karlina et al,. 2011). Kolagen yang didapat dengan ekstraksi asam merupakan bentuk tropokolagen (type I). Dengan mengetahui kandungan tersebut secara garis besar kita dapat mengetahui apa fungsi dari kandungan tersebut bagi kesehatan (biomedis) seperti tropokolagen digunakan sebagai membran tissue sabun, shampo, lotion, pengobatan luka bakar. Selain itu terdapat pula kegunaan dalam non-biomedical. Dalam proses kolagen larut asam ini menghasilkan pula produk sampingan yaitu gelatin, keduanya dapat digunakan sebagai perekat bagi orang mesir seperti kain. Lebih jauh lagi penggunaanya bisa digunakan sebagai pelindung anti air dan perekat dinamakan “kolla” (Al Zahrani, 2013).

Kolagen merupakan bahan biokimia yang terkandung dalam tubuh hewan dan manusia. Secara umum kolagen dapat dipisahkan dengan menggunakan metode pemisahan rendemen dan pemisahan kolagen dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu pemisahan dengan rendemen garam (salt-solublized), pemisahan dengan larutan asam (acid-solublized), dan pemisahan dengan enzim pepsin (pepsin-solublized). Namun, metode yang paling banyak dan mudah digunakan adalah metode larut asam ( acid-solublized) (Al Zahrani, 2013).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kandungan kolagen yang terdapat pada kulit teripang pasir (Holothuria scabra).

2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan NaOH dan CH3COOH terhadap

hasil rendemen kulit teripang pasir.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Teripang

(13)

Gambar 1. Teripang pasir. Pada bagaian tubuhnya terdapat dua bagian utama yaitu sisi oral dan aboral. Sisi oral merupakan bagian mulut yang dilengkapi dengan tangan seperti tentakel ini sebenarnya merupakan modifikasi sistem kaki tabung yang ada pada teripang pasir tersebut.

Biologi dan Morfologi Teripang

(14)

4

Gambar 2. Anatomi bagian dalam teripang pasir (Holothuria scabra).

Keterangan CR = calcareus ring, BW = body wall, ST = stomatch, G = gonad, RT = respiratory tree, RWV = radial water vessel, DSI = descending small intestine, IN = intestine, CS = cloacal suspensor, CL = cloaca.

Reproduksi Teripang

Teripang melakukan perkembang biakan dengan perkawinan eksternal. Induk betina akan melakukan gerakan menggeliat dan pemanjangan tubuh, bersamaan dengan itu teripang jantan akan melepaskan sperma dan selang waktu 30 menit induk betina akan mengeluarkan se telur (Conand, 1989). Teripang merupakan hewan tergolong diosious atau dengan alat kelamin yang berbeda pada pada masing masing individu. Untuk membedakannya dapat dilakukan pembedahan pada gonad. Seekor induk betina dapat mengeluarkan telur dengan jumlah 4-5 juta butir dengan ukuran 160-180 µm. Telur yang telah dibuahi akan berkembang dalam waktu 32 jam setelah pembuahan. Fase awal perkembang biakan teripang setelah telur adalah blastula, lalu kemudian gastrula, berikutnya akan berkembang menjadi aurikularia. Aurikularia akan berkembang berturut-turut menjadi doliolaria dan pentakula, hingga menjadi teripang muda. Larva aurikularia dan dolaria bersifat planktonik, sedangkan pentakula mulai mengendap dan menempel di substrat, yang kemudian menjadi benih teripang yang bersifat bentik (Ghufran et al., 2010)

Habitat Teripang

Ekosistem terumbu karang dan padang lamun merupakan habitat utama teripang. Teripang padaumumnya ditemukan di perairan laut dangkal, tetapi ada juga yang ditemukan hingga kedalaman 10.000 meter (Purwati, 2002). Habitat teripang pada siang hari bersembunyi di bawah atau celah karang (Aziz, 1987). Dari segi kondisi perairan yang ideal bagi pertumbuhan dan kehidupan teripang adalah perairan yang bersih deengan arus yang relatif tenang dengan suhu 28-31 oC dan salinitas 30-34‰ (Aziz, 1997) dan (Darsono, 2003).

(15)

Kandungan Tubuh Teripang

Teripang memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Dalam sebuah penelitian (Fredalina et al, 1999) menyatakan kandungan nutri teripang basah, terdiri dari 44-55% protein, 3-5% karbohidrat, dan 1,5% lemak. Teripang kering juga mengandung protein sebesar 82 %, lemak 1,7 %, abu 8,6%, karbohidrat 4,8 %, vitamin A 455 µg, dan vitamin B (thiamine 0,04%, riboflavin 0,07 %, dan niacin 0,4 %). Total kalori dari 100 gram teripang kering sebesar 385 kalori. Kadar protein yang cukup besar memberikan nilai gizi yang baik. Kandungan lemaknya mengandung asam lemak tidak jenuh yang juga sangat diperlukan bagi kesehatan jantung dan otak. Asam lemak tersebut adalah EPA, oleat, DHA, linoleat, dan arakidonat. Asam lemak linoleat, EPA, dan DHA termasuk dalam golongan omega 3, sedangkan linolenat dan arakidonat tergolong dalam omega 6. Selain asam lemak, teripang memiliki asam amino yang terbagi atas asam amino esensial dan non-esensial. Teripang pasir memiliki asam amino esensial glisin yang paling tinggi sebesar 8,09 mg (Wang, 1997 dalam Ghufran, 2010).

Menurut (Ghufran et al, 2010) selain teripang mengandung protein yang tinggi, teripang juga mengandung kolagen dari 86 % protein teripang, 80 % adalah kolagen. Kolagen merupakan zat yang berasal dari protein dan berbentuk serat. Kolagen sering digunakan sebagai bio-medis. Kolagen berfungsi sebagai pengikat jaringan dalam pertumbuhan tulang dan sendi. Kandungan yang paling terkenal adalah kandungan mukopolisakarida atau kondrotin sulfat dan glukosamin. Zat tersebut mampu mengurangi rasa sakit akibat radang sendi. Kondrotin sufat disebut juga sebagai sea chondrotin. Di Australia bio-medis zat ini digunakan oleh penderita arthritis. Selain itu kondrotin juga dapat digunakan sebagai penghambat perkembangan virus. Jepang telah mematenkan kondrotin sulfat dalam teripang untuk terapi HIV (Siregar, 2012).

Kolagen

Kolagen adalah protein serabut yang memberikan kekuatan dan fleksibelitas pada jaringan dan tulang, memegang peranan penting bagi kulit dan tendon (Andirisnanti, 2012). Kolagen merupakan protein utama yang menyusun komponen matrik ekstraseluler dan merupakan protein yang paling banyak ditemukan di dalam tubuh manusia. Kolagen tersusun atas triple helix dari tiga rantai α polipeptida. Setiap rantai protein dari triple helix kolagen dengan urutan XaaYaaGly. Glisin (Gly) selalu menempati posisi ketiga dan Xaa serta Yaa masing-masing dapat berupa semua jenis asam amino. Umumnya, posisi Xaa dan Yaa masing-masing ditempati oleh asam amino prolin (Pro, 28%) dan hidroksiprolin (Hyp, 38%). ProHypGly merupakan rantai protein yang paling sering muncul pada kolagen (10,5 %) (Shoulders dan Raines, 2009).

(16)

6

bulatan. Lipatan ini terdiri dari dua sisi yaitu hidrofilik yang menghadap kedalam dan menjauhi air dan hidrofilik yang menghadap ke air. Contoh dari protein ini adalah kolagen.

Kolagen disintesa oleh fibroblast dan diatur oleh sejumlah β-1 mRNA dengan kolagen α-1mRNA dan konsentrasi IL I sehingga akan merangsang produksi kolagen I oleh fibroblas (Shoulders dan Raines, 2009). Kolagen tipe I yang terdiri dari tiga rantai α polipeptida. Dua rantai α polipeptida disebut tipe I dan rantai α polipeptida yang ketiga adalah tipe 2 ( α1[I]2 α[I] ). Kolagen tipe I paling banyak terdapat pada tubuh

bagian lunak seperti kulit dan tendon maupun bagian tubuh yang keras seperti tulang dan gigi serta jaringan penghubung. Kolagen tipe II yang terdiri dari tiga rantai α polipeptida (α1[II]3) adalah kolagen yang banyak terdapat pada tulang kartilago.

Kolagen tipe III juga terdiri dari tiga rantai α polipeptida 1 (α1[III]3) bayak terdapat

pada pembuluh darah.

Seperti yang diketahui fibroblas merupakan tipe sel utama untuk mesitesis kolagen. Biosintesis kolagen dimulai dari sintesis intraseluler pada nukleus dimana gen-gen diaktifkan dan terjadi pembentukan mRNA. Selanjutnya, mRNA masuk kedalam sitoplasma dan diterjemahkan pada ribosom di retikulum endopalasma dan secara simultan terjadi sintesis rantai polipeptida triple (Banks, 1991) dan (Shoulders dan Raines, 2009). Biosintesis kolagen terjadi terus menerus untuk mengganti dan memperbaiki jaringan kolagen yang rusak atau membangun struktur selular baru. Beberapa sinyal yang mempengaruhi sintesis kolagen adalah faktor pertumbuhan, nutrisi, tekanan parsial oksigen, dan konsentrasi laktat (Shoulders dan Raines, 2009).

Metode yang digunakan dalam ektraksi kolagen adalah metode larut asam. Metode ini dipilih dikarenakan telah banyak digunakan dan mudah untuk di pelajari (Ward dan Courts, 1997). Metode larut asam menggunakan prisip pelarutan asam dan basa dalam memperoleh kolagen murni. Terdapat dua tahapan besar dalam melakukan metode ini yaitu perendaman dan analisis spektofotometri FT-IR. Perendaman atau rendemen menggunakan larutan basa dan asam. Basa yang digunakan adalah larutan natrium hidroksida (NaOH). Rendemen ini mampu melepaskan lapisan lemak (lipid) yang tidak diperlukan pada kulit (Kimball, 1982). Selain itu NaOH menurut (Katili et al., 2013) merupakan larutan yang paling efektif dam ekonomis. Rendemen yang berikutnya adalah larutan asam dengan menggunakan asam asetat (CH3COOH). Hal ini

dilakukan karena nilai rendemen asam asetat terhadap rantai peptida jauh lebih besar dibandingkan dengan yang larutan asam yang lain (Liu et al., 2001). Larutan asam akan melarutkan kandungan kalsium yang terpendam dalam kulit teripang (Abbas et al, 2001) serta berpengaruh terhadap komponen kolagen dengan memutuskan rantai tripel helix pada kolagen hingga menjadi untaian tunggal (Gallagher, 2014).

(17)

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai September 2013 bertempat di Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Laboratorium ini digunakan sebagai tempat uji Potensi kolagen pada teripang Hollothuria scabra. Pengambilan teripang dilakukan pada bulan Juli 2013 di Pulau Pramuka, Kep. Seribu, Jakarta.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis peralatan yaitu peralatan pengambilan sampel di lapang yang digunakan untuk pengujian parameter fisik, kimia dan peralatan pengujian sampel di laboratorium yang digunakan untuk menguji potensi kolagen teripang pasir (Holothuria scabra). Alat yang digunakan pada penelitian ditunjukan pada Lampiran 1 dan 2. Alat yang digunakan di lapangan untuk pengambilan parameter fisik dan kimia disajikan pada Tabel 1. Pengujian potensi kolagen memerlukan alat-alat yang digunakan di laboratorium Pusat Penelitian Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Perlatan tersebut ditabulasikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Peralatan penelitian.

stop watch arus, in situ met/det

papan skala kedalaman, in situ cm

sechi disk kecerahan, in situ %

plastik wrap biota asosiasi, in situ - Gelas beeker digunakan untuk perendaman

sampel dan pemanasan -

tabung reaksi digunakan untuk pengujian biuret - pipet morph digunakan untuk pengujian biuret - pipet tetes digunakan untuk pengambilan

bahan kimia -

cawan digunakan untuk penempatan

sampel hasil perendaman - gelas arloji digunakan untuk penimbangan

sampel -

(18)

8

Ketas pH Universal digunakan sebagai pengukuran

pH. -

kassa penyaring digunakan untuk menyaring hasil

rendaman -

kertas alumunium digunakan untuk penutup rendemen saat dilakukan stirer - megnetik stirer digunakan sebagai pengaduk pada

mesin stirer -

timbangan digital dugunakan untuk menimbang sampel dan hasil rendemen -

vortex digunakan untuk uji biuret -

stirer digunakan sebagai pengaduk

sampel -

pemanas digunakan sebagai pemanasan

collagen -

Neraca analitik digunakan sebagai penimbangan

pellet -

Pump digunakan sebagai pembuatan

pellet -

Mortar dan alu digunakan sebagai wadah dan

penghalus pelet - diambil di perairan pulau Pramuka, Jakarta. Bahan kimia dalam pembuatan larutan rendemen yaitu natrium hidroksida (NaOH) dengan tiga perbedaan konsentrasi yaitu : (1) 0,1M, (2) 0,2M, (3) 0,3M dan asam asetat (CH3COOH) dengan tiga perbedaan konsentrasi yaitu: (1) 0,1M, (2) 0,2M, (3) 0,3M, biuret (NH2CONHCONH2), kalium

(19)

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitan yang pertama dilakukan adalah pembuangan isi dari perut teripang pasir (Gambar 3). Pembuangan isi perut dilakukan dengan menyayat bagian bawah perut teripang pasir secara horizontal dengan menggunakan pisau (Lampiran 3). Setelah pembersihan dilakukan penyiangan bagian kulit dengan memotong-motong bagian kulit berukuran (5x5) cm2. Setelah semua bagian kulit telah terpotong, selanjutnya dilakukan penimbangan yang terbagi menjadi tiga bagian, masing-masing bagian seberat 100 gr.

Berikutnya adalah tahapan deproteinase. Tahapan ini bertujuan menghilangkan protein yang tidak terpakai pada kulit teripang pasir. Tahapan ini dimulai dari pemberian bahan kimia yaitu natrium hidroksida (NaOH) dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0,1 M, 0,2 M, 0,3 M. Perendaman ini dibantu dengan menggunakan peralatan stirer yang dilakukan selama 12 jam. Pengadukan ini ditujukan untuk melarutkan protein-protein yang ada pada kulit teripang pasir. Selanjutnya dilakukan uji biuret. Uji ini ditujukan untuk menguji kandungan protein secara kualitatif dengan cairan biuret (NH2CONHCONH2). Indikator pewarnaan didapati berhasil dengan warna

biru yang berganti menjadi warna bening. Selanjutnya pencucian (destilasi) untuk mengembalikan pH kulit teripang pasir hingga menjadi netral.

Tahapan ketiga adalah demineralisasi. Tahapan ini membutuhkan asam asetat sebagai bahan kimia utama dalam peroses demineralisasi. Hasil berat perendaman setelah natrium hidroksida, dilanjutkan diberi perlakukan dengan perendaman asam asetat. Konsentrasi asam asetat dibuat menjadi 3 konsentrasi yaitu 0,1 M, 0,2 M, 0,3 M. Perendaman dilakukan dengan menggunakan stirer selama 24 jam pada masing-masing konsentrasi. Setelah perendaman, kulit dibilas sampai netral dengan menggunakan air dingin suhu 12 oC.

(20)

10

Dekolagenase Demineralisasi Deproteinase Teripang pasir

Penyiangan kulit

Daging teripang pasir

Pembuangan isi perut

Pengirisan 5x5 cm

penimbangan

100 gr 100 gr 100 gr

NaOH 0,1 M NaOH 0,2 M NaOH 0,3 M

Uji Biuret

ISOLASI TAHAP I

CH3COOH 0,1 M CH3COOH 0,2M CH3COOH 0,3M

ISOLASI TAHAP II

Ekstraksi (perebusan)

Freezedrying

Analisis FT-IR Keterangan:

--- penggolongan proses

Alur proses

Gambar 3. Proses Isolasi kolagen larut asam

Asam asetat 0,3M Asam asetat 0,2M

Asam asetat 0,1M

(21)

Analisis Data

Perhitungan Konsentrasi natrium hidroksida (NaOH), (Mulyono, 2006)

Nilai perhitungan konsentrasi larutan natrium hidroksida digunakan dengan berat awal kulit teripang (100 gram).

Keterangan: M = Molaritas bahan kimia (mol) Gr = berat bahan kimia (gram) Be = berat equivalen

V = volume larutan yang digunakamn (Liter) Perhitungan konsentrasi asam asetat (CH3COOH)

Nilai perhitungan konsentrasi larutan asam asetat menggunakan berat rendemen dari hasil perlakuan larutan natrium hidroksida (NaOH).

Keterangan: M = Molaritas bahan kimia (mol) Gr = berat bahan kimia (gram) BM = berat molekul

V = volume larutan yang digunakamn (Liter)

Perhitungan penggunaan larutan biuret (NH2CONHCONH2) Penggunaan larutan biuret menggunakan perbandingan 4:1.

Perhitungan penggunaan air dalam perebusan kolagen. Perbandingan penggunaan air dalam proses perebusan.

Penggunaan air = Bobot rendemen : berat air Perhitungan Total Bobot Rendemen (Nurhayati et al., 2009) Bobot total rendemen dapat dihitung dengan formula,

(22)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Perairan Habitat Teripang

Teripang pasir diambil pada perairan pesisir pantai bagian timur pulau pramuka. Pengambilan di lakukan pada siang hari. Kedalaman perairan tempat pengambilan sampel 1,5 meter. Dengan keadaan arus yang tenang yaitu 22,3 m/s berdasarkan pengamatan langsung. Suhu perairan tersebut sebesar 30 oC dengan tingkat kecerahan 100%. Menurut (Effendi, 2003) pada suhu 5 – 35 0C akan meningkatkan tingkat dekomposisis dan kosnsumsi oksigen menjadi dua kali lipat. Hal ini sangat mempengaruhi lingkungan teripang pasir. Karakter substrat pada tempat pengambilan sampel adalah pasir kasar. Ada beberapa rabel yang tesebar di tempat tersebut dengan ditumbuhi lumut. Asosiasi lingkungan disekitar pengambilaan teripang pasir dominan pasir dan lumut. Selain pengukuran parameter fisika dan biologi, dilakukan pengukuran parameter kimia. Keadaan salinitas di perairan tersebut sebesar 30 ‰ dengan kadar pH 8 (Tabel 2). Pada pH netral sangat baik untuk terjadinya dekomposisi pada pasir dan sekitarnya, tentunya hal ini sangat mempengaruhi pakan daripada teripang pasir (Effendi, 2003). Dilihat dari data hasil yang didapat teripang pasir ini memiliki lingkungan yang cukup ideal sesuai karakteristik lingkungan hidupnya. Menurut (Aziz, 1997) teripang hidup pada suhu yang relatif tenang dengan kisaran suhu 28-31 oC, data ini sesuai dengan data yang didapat dari hasil pengukuran insitu dengan data suhu sebesar 30 oC. Sedangkan data nilai salinitas yang didapat sebesar 30 ‰, nilai tersebut merupakan karakter ideal salinitas bagi kehidupan teripang pasir seperti yang di nyatakan oleh (Darsono, 2003) nilai salinitas ideal bagi teripang sebesar 30-34 ‰. Biota asosiasi yang dominan yang dapat mendukung kehidupan teripang pasir adalah substrat yang didomonasi oleh pasir. Hal ini dikarenakan teripang pasir mengkonsumsi partikel-partikel pasir yang dimana mengandung potongan-potongan kecil hewan atau detritus (Darsono, 2003).

(23)

Tabel 2. Hasil pengamatan kualitas perairan Pulau Pramuka

Pembuatan rendemen dibagi dalam tiga jenis konsentrasi yang berbeda, yaitu: (1) 0,1 M, (2) 0,2 M, dan (3) 0,3 M. Konsentrasi ini digunakan pada sampel dengan berat awal masing-masing 100 gram. Pada sampel pertama menggunakan konsentrasi 0,1 M dengan berat awal 100 gram (Lampiran 1). Pada konsentrasi tersebut berat NaOH yang diperlukan sebesar 4 gram. Setelah itu dilakukan stirerisasi selama 12 jam yang kemudian dilakukan pengujian dengan larutan biuret pada vortex. Warna cairan hasil rendemen sangat keruh dan berwarna putih. Setelah dilakukan uji protein, selanjutnya tahap destilasi ke-1, yaitu pembilasan dengan air mineral dengan suhu 12 oC hingga pH air destilasi menjadi normal kadar pH nya. Timbang berat akhir perendaman dari perendaman NaOH tersebut. Berat setelah perendaman NaOH sebesar 86 gram. Setelah itu gunakan asam asetat dengan berat 0,0026 gram yang dilarutkan dalam 1 L air. perendaman dilakukan selama 24 jam lamanya. Hasil berat kulit setelah direndam dengan asam asetat sebesar 93,05 gram (Tabel 3). Selanjutnya lakukan destilasi tahap ke-2 hingga pH kembali normal. Setelah di dapatkan lakukan perebusan dengan suhu 35-37 oC selama 2 jam. Pada tahap ini perlahan akan keluar cairan jernih yang terlarut dengan air dan untaian serabut dari kulit teripang pasir tersebut. Setelah perebusan simpan sampel pada freezer dan selanjutnya melakukan freezedrying (pengeringan). Setelah dilakukan freezedrying berat akhirmya adalah 2,495 gram dalam bentuk bubuk kolagen larut asam.

Sampel yang kedua menggunakan konsetrasi sebesar 0,2 M untuk rendemen natrium hidroksida dan asam asetat. Berat awal yang digunakan sebesar 100 gram. Berat setelah rendaman NaOH sebesar 88,5 gram (Tabel 3). Air rendemen tampak sedikit lebih cerah jika dibandingkan dengan sampel pertama.

(24)

14

Selanjutnya lakukan destilasi hingga pH menjadi normal. Air yang digunakan pada tahap destilasi pertama sebanyak 10 L. Berikutnya merendam sampel dengan menggunakan asam asetat. Berat asam asetat yng digunakan sebesar 0,173 gram. Lakukan perendaman selama 24 jam. Berat akhir yang dihasilkan adalah 48,649 gram. Destilasi tahap ke-2 menghabiskan air sebanyak 7 L, setelah dilakukan freedrying berat akhir kering sebesar 2,598 gram.

Konsentrasi yang ke tiga sebesar 0,3 M. Banyaknya NaOH yang digunakan sebesar 12 gram menghasilkan berat akhir rendemen sebesar 88,8 gram. Air rendemen pada konsentrasi ini terlihat lebih cerah di bandingkan yang lain. Setelah itu lakukan uji protein dengan biuret setelah penggunaan stirer selama 12 jam. Pada pembilasan tahap pertama air, air yang digunakan seberat 15 L. Selanjutnya perendaman dengan asam asetat dengan konsentrasi 0,3 M. Berat pemakaian asam asetat sebesar 9,4 ml dan berat setelah rendaman sebesar 55 gram. Penggunaan air yang digunakan untuk destilasi yaitu 15 L. Jumlah air yang digunakan pada tahap ini merupakan yang paling banyak jumlahnya. Berat akhir setelah freezedrying sebesar 2,676 gram. Jika dilihat dari persentase rendemen (Tabel 4) jumlah persentase dari semua konsentrasi hampir sama. Namun pada konsentrasi yang maksimal dihasilkan oleh rendemen 0,3 M sebesar 2,676 % dan yang terkecil adalah 0,1 M sebesar 2,495% (Lampiran 2).

Tabel 4. Persentase rendemen teripang pasir

Konsentrasi NaOH,CH3COOH

Bobot awal

(gr) Bobot akhir

Persentase rendemen

(%)

0,1 M 100 2,495 2,495

0,2 M 100 2,598 2,598

(25)

GRAFIK FT-IR

Konsentrasi 0,1 M

Hasil grafik gugus fungsi pada kolagen konsentrasi rendemen 0,1 M dapat terlihat pada Gambar 4 . Grafik ini merupakan perbandingan antara bilangan gelombang dan transmitan (%) dimana ini merupakan jenis Middle Infrared karena bilangan gelombang yang digunakan dalam grafik ini 4000- 400 cm-1. Dengan prinsip absorbansi dan persentase transmitan 0-100% menggunakan infrared. Bilangan gelombang yang terbesar yang didapatkan yaitu 3294,22 cm1 dan terendah sebesar 701,04 cm-1. Terjadi fluktuasi grafik yang besar pada bilangan gelombang antara 1700-920 cm-1, di antaranya: (1) 1655,74 cm-1, (2) 1541,76 cm-1, (3) 1451,85 cm-1, (4) 1387,15 cm-1, (5) 1240,62 cm-1, (6) 1156,17 cm-1, (7) 1079,01 cm-1, dan (8) 935,14 cm-1. Grafik bilangan gelombang memiliki puncak tertinggi pada rentang bilangan gelombang 3000-1500 cm

-1

yaitu (2363,59 cm-1, 2130,09 cm-1) dan 1000-500 cm-1 yaitu (935,14 cm-1). Hasil persentase grafik tertinggi hampir mendekati 100% (Gambar 4).

Konsentrasi 0,2 M

Hasil grafik gugus fungsi yang kedua pada kolagen yaitu memiliki konsentrasi rendemen 0,2 M dapat terlihat pada Gambar 5. Bilangan gelombang yang terbesar yang didapatkan yaitu 3407,10 cm-1 dan terendah sebesar 667, 63 cm-1. Terjadi fluktuasi grafik yang besar pada bilangan gelombang antara 1700-650 cm-1, diantaranya: (1) 1657,17 cm-1, (2) 1406,63 cm-1, (3) 1335,84 cm-1, (4) 1242,83 cm-1, (5) 1162,77 cm-1, (6) 1079,97 cm-1, (7) 1030,52 cm-1, dan (8) 934,55 cm-1(Gambar 5). Grafik bilangan gelombang memiliki puncak tertinggi pada rentang bilangan gelombang 3000-2000 cm

-1

dan 1000-500 cm-1 yaitu (934,55 cm-1). Hasil persentase grafik tertinggi hampir mendekati 100%.

(26)

16

Gambar 5. Rendemen kolagen dari konsentrasi 0,2 M NaOH dan CH3COOH

Grafik Konsentrasi 0,3 M

Grafik ketiga merupakan hasil grafik gugus fungsi pada kolagen yaitu memiliki konsentrasi rendemen 0,3 M dapat terlihat pada gambar X. Bilangan gelombang yang terbesar yang didapatkan yaitu 3857,42 cm-1 dan terendah sebesar 700, 25 cm-1. Terjadi fluktuasi grafik yang besar pada bilangan gelombang antara 1700-650 cm-1, diantaranya: (1) 1655,95 cm-1, (2) 1543,78 cm-1, (3) 1386,20 cm-1, (4) 1239,04 cm-1, (5) 1159,38 cm-1, (6) 1075,82 cm-1, dan (7) 700,25 cm-1. Grafik bilangan gelombang memiliki puncak tertinggi pada rentang bilangan gelombang 4000-3500 yaitu (3857,42 cm-1) dan 3000-1500 cm-1 yaitu (2363,61 cm-1 dan 2116,11 cm-1) 1000-500 cm-1 yaitu (700,25 cm-1). Hasil persentase grafik tertinggi hampir mendekati 100% (Gambar 6).

(27)

Bioprospeksi Teripang Pasir untuk Produksi Kolagen

penggunaan larutan bersifat asam dan basa sangat berpengaruh dalam mendapatkan kolagen murni pada teripang pasir. Penggunaan larutan kimia yang bersifat basa sangat berpengaruh terhadap pelepasan bagian komponen lemak yang tidak diinginkan. Dalam penggunaan 1000 ml larutan natrium hidroksida mampu memisahkan bagian komponen kulit yang tidak terpakai. Kemolaritasan antara larutan basa dan kulit kolegen ini menghasilkan ikatan kimia pemecahan gliserol atau lemak, hingga menyebabkan rendemen yampak keruh. Gliserol merupakan asam lemak yang berikatan dengan ikatan hidrogen, dengan adanya basa dari natrium hidroksida, memutuskan rantai hidrogen hingga lemak terpisah dari kulit teripang pasir (Campbel, 1982). Besarnya kelarutan tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh konsentrasi nilai kemoralan suatu larutan. Hal ini terjadi pada larutan berikutnya yaitu asam asetat. efek tingkat molar pada larutan asetat ini mampu pelarutkan kalsium yang terkandung pada kulit teripang. (Steven, 2012) menyatakan tingkat nilai molaritas suatu asam asetat akan mempengaruhi pendapatan rendemen kolagen larut asam. Hal ini terlihat dari perbedaan berat yang didapatkan berdasarkan perbedaan perlakuan nilai molaritas yang telah dilakukan. Perbedaan nilai yang didapatkan kemungkinan sangat dipengaruhi oleh sebaran spikula yang terkandung dalam kulit teripang dari bagian oral, dorsal, ataupun aboral.

Pengaruh nilai molaritas pelarut natrium hidroksida dan asam asetat terdeskripsikan melalui nilai bilangan gelombang yang didapat dari spektofotometer. Terdapat beberapa nilai komposisi yang didapatkan, yaitu nilai amida A, amida B, amida I, amida II, dan amida III. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai gambaran dari jenis protein yang terkandung didalam teripang pasir (Steven, 2012). Nilai amida yang didapat memiliki nilai yang berbeda-beda pada masing-masing konsentrasi molarnya. Nilai yang diddapat pertama adalah nilai amida A yang didapat dari pelarut natrium hidroksida dan asam asetat, pertama dengan konsentrasi 0,1 M (3294,22 cm-1), selanjutnya konsentrasi 0,2 M (3407, 10 cm-1), dan 0,3 M (3360, 82 cm-1). Menurut (Kong dan Yu, 2007) nilai bilangan gelombang yang didapat dari komposisi amida A masih dalam rentang bilangan gelombang protein kolagen yaitu 3300 cm-1. Data selanjutnya yang didapatkan adalah nilai bilangan gelombang dari jenis amida B. penggunaan konsentrasi molaritas pelarut masih dalam konsentrasi yang sama yaitu 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M. Berikut bilangan gelombang hasil dari konsentrasi molar sebesar 0,1 M (2928,53 cm-1), selanjutnya dengan konsentrasi 0,2 M (3100 cm-1), dan konsentrasi 0,3 M (2926,06 cm-1). Data ketiga adalah nilai amida I dari nilai konsentrasi molar 0,1 M sebesar (1655,79 cm-1), berikutnya 0,2 M sebesar (1657,17 cm-1), dan terakhir 0,3 M sebesar (1656, 95 cm-1). Menurut (Kong dan Yu, 2007) nilai-nilai yang didapat masih masuk dalam nilai bilangan gelombang amida I sebesar (1600-1690 cm

-1

). Selanjutnya data yang didapat dari bilangan gelombang melalui FTIR adalah nilai jenis amida II pada konsentrasi molaritas sebesar 0,1 M (1541,76 cm-1), 0,2 M (1406,43 cm-1), dan 0,3 M (1543, 78 cm-1). Nilai bilangan gelombang dari jenis amida III dengan tiga konsentrasi pelarut adalah konsentrasi molar 0,1 M (1240,62 cm-1), lalu konsentrasi 0,2 M (1242, 83 cm-1), serta konsentrasi 0,3 M ( 1239,04 cm-1). Dari hasil semua jenis protein kolagen yang didapat menurut (Kong dan Yu, 2007) mencirikan teripang pasir yang didapat mengandung potensi kolagen.

(28)

18

relatif sedikit yaitu dengan bobot akhir 2,4 – 2,6 gram saja. Namun dari data berat kering yang didapat masih dapat membuktikan bahwa masih terkandung kolagen didalam kulit teripang pasir yang ada. Jika dibandingkan dengan spesies lain menurut penelitian dari (Andirisnanti, 2012) yaitu spesies Stichopus hermanni. Teripang dari suku Stichopodidae ini hidup di daerah karang dan lamun. Dari hasil ekstrak berat basah sebesar 100 gram, lalu lakukan tahapan pengeringan, hasil yang didapatkan sebesar 6,4 gram dan presentase rendemen sebesar 6,4 %. Dari kedua jenis teripang ini memiliki jumlah hasil berat estrak yang berbeda. Perbedaan ini kemungkinan dipengaruhi dari struktur lingkungan yang ada pada tempat biota ini berada. Seperti pengaruh dari pakan, tingkat kedalaman, arus, salinitas, serta karakter substrat yang ada (Darsono, 2003). Namun, dalam hal ini kedua spesies teripang ini sangat berpotensi dimanfaatkan kandungan kolagennya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Kandungan kolagen pada kulit teripang dengan menggunakan metode larut asam ini menunjukan bahwa dalam 100 gram kulit teripang mengandung jenis Amida A, amida B, amida I, amida II, dan amida III.

2. Penggunaan larutan dalam memisahkan kolagen pada kulit teripang pasir yaitu dengan larutan asam asetat dan natrium hidroksida yaitu dengan kosentrasi 0,3 M memberikan hasil maksimal yang dapat terlihat strukturnya pada grafik FT-IR.

Saran

1. Perlu adanya penambahan uji hasil asam amino dari kulit teripang pasir.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas B, Anas F, Sajirun S, Zakaria P, Hilmy N. 2001. Efek Demineralisasi dan Iradiasi Gamma Terhadap Kandungan Kalsium dan Kekerasan Tulang Bovine Liofilisasi. Jurnal Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta. 1(1): 155-160.

Al Zahrani, Raed. 2013. Extraction and Isolation of Collagen Type I from Fish Skin [tesis]. New Zealand (ID): University of Otago.

Andirisnanti, W.A. 2012. Uji Manfaat Kolagen Kasar dari Teripang Stichopopus hermanni sebagai Bahan Pelembab Kulit [tesis]. Indonesia (ID): Universitas Indonesia.

Arnold, P.W dan R.A. Birtles. 1989. Soft Sediment Marine Invertebrate of Southeast Asia and Australia: a Guide to Identification. Australia: Australian Institute of Marine Science.

Aziz, A. 1987. Beberapa Catatan Teripang Perikanan Teripang di Indonesia dan Kawasan IndoPasifik Barat. Oseana 12(2): 67-68.

Aziz, A. 1997. Status Penelitian Teripang Komersial di Indonesia. Oseana 22(1): 9-19. Banks, A. 1991. A Rationale For Prolotherapy. Jurnal of Othopaedic Medicine 13(3):

1-12.

Barbul, A. 1991. A Rationale For Prolotherapy. Journal of Orthopaedic Medicine 13(3): 1-12.

Conand, C. 1989. The fishery resources of Pacific island countries. Part 2. Ho-lothurians FAO Fisheries Technical Paper. 272(2): 143.

Cotran RS, Kumar V, dan Collins T. 1999. Pathology basic disease. 6th ed. Philadelphia: W B Saunders.

Darsono, P. 2003. Sumberdaya Teripang dan Pengelolaannya. Oseana 28 (2): 1-9. Darsono, P. 2007. Teripang (Holothuroidea): Kekayaan Alam Dalam Kearagaman Biota

Laut. Oseana 32(2): 1-10.

Dewi KH. 2008. Kajian Ekstraksi Steroid Teripang Pasir (Holothuria scabra J) Sebagai Sumber Testosteron Alami [Desertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Effedi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius Pr.

Fredalina, B.D., Ridzwan, B.H., Abidin, A.A.Z., Kaswandi, M.A., Zaiton, H., Zali, I., Kittakoop, P., and Mat Jais, A.M. 1999. Fatty Acid Composiyion in Local Sea Cucumber, Stichopus chloronotus, for Wound Healing. General Pharmacology 33(4):337-340.

Gallagher W. 2014. FTIR Analysis of Protein Structure. Journal of Science.

Ghufran H, M, Kordi K. 2010. Cara Gampang Membudidayakan Teripang. Editor oleh FI, Sigit Sugiyantoro. Yogyakarta(ID): Lily Pr.

Hyman, L.H. 1955. The Invertebrates: Echinodermata, the Coelomate bilatera. (4):763. Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya (ID): Sinar Wijaya Pr.

Jilie Kong dan Shaoning Yu. 2007. Fourier Transform Infrared Spectroscopic Analysis of Protein Secoundary Structures. Acta Biochimica et Biophysica Sinica. 39(8): 549– 559

(30)

20

Karlina R, Astawan M, Sukarno, Wresdiyati T. 2011. Karakteristik Konsentrat Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) dengan Bahan Pengekstrak Aseton. Jurnal Perikanan dan Kelautan, no. 16. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balai Pusat Pengembangan Penelitian Perikanan. Jakarta (ID).

Katili S, Rosyadi I, Irawan S. 2013. Pengaruh Konsentrasi Zat Pelarut dalam Proses Demineralisasi, Deproteinasi, dan Deasetilasi Terhadap Kualitas Khitosan. Jurnal. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Kimball JW, Tjitrosomo SS, Sugiri N. 1983. Biologi. Jakarta (ID): Erlangga Pr.

Liu DC, Lin YK, Chen MT. 2001. Optimum Condition of Extracting Collagen from Chicken Feet and Its Charcteristic. Journal of Science. Tiwan (ID): National Chung-Hsing University.

Martoyo J, Aji N, dan Winanto TJ. 2004. Budidaya Teripang. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Pr.

Mulyono, 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta (ID): Bumi Aksara Pr.

Muyonga JH, Cole CGB, Duodu KG. 2004. Characterisation of Acidsolublecollagen From Skin of Young and Adult Nileperch (Lates niloticus). Food Chemistry 85(1):81-89.

Nagai T, Suzuki N, Tanoue Y, Kai N, Nagashima T. 2010. Characterization ofg Acid-Soluble Collagen from Skins of Surf Smelt (Hypomesus pretiousu japonicus brevoort). Journal Food and Nutrition Sciences (1):59-66.

Nichols, D. 1966. Functional morphology of the water-vascular system. In : Physiology of Echinodermata (R.A. Boolotian, ed.). Intersci. 219 - 244.

Nimah S, Maruf WF, Trianto A. 2012. Uji Bioaktivitas Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus. Jurnal Perikanan no. 2. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Nurhayati T, Aryanti D, Nurjanah. 2009. Kajian awal potensi ekstrak spons sebagai antioksidan. Jurnal Kelautan Nasional. 2:43-51

Nyabakken, JW. 1982. Biologi Laut Suatu pendekatan Ekologis. Jakarta (ID): Gramedia Pr.

Purwati, P. 2002. Ekspresi Fision dan Konsekuensinya Bagi Populasi Fisiparus Holothuridea (Echinodermata). Oseana 26(4): 33-41.

Puspitawati NM, Simpen IN, Miwada INS. 2012. Isolasi Gelatin dari Kulit Kaki Ayam Broiler dan Karakterisasi Gugus Fungsinya dengan Spektofotometri FTIR. Jurnal Kimia 6(1):78-79.

Ratnawati A, Izak D, Supriadi A. 2011. Sintesis dan Karakteristik Kolagen dari Teripang-Kitosan Sebagai Aplikasi Pembalut Luka. Jurnal Penelitian. Departemen Fisika. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

Riswiyanto. 2002. Kimia Organik. Editor oleh Rina Astikawati, Gugi Sagara. Jakarta (ID): Erlangga Pr.

Sendih S, Gunawan. 2006. Keajaiban Teripang Penyembuh Mujarab dari Laut. Editor oleh Tetty Y. PT Agro Media Pustaka. Tanggerang (ID): PT Agro Media Pustaka Pr. Shoulders, M.D, Raines RT. 2009. Collagen Structure and Stability. Annual Review of

Biochemistry 78:929-958.

Siregar N. 2012. Uji Fitokimia dan Potensi Teripang Stichopus horrens Sebagai Antioksidan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(31)

Ward AG, Courts A. 1997. Technology of Gelatin. The Science and Kasetsart J. (Nat. Sci.) 43(3): 593.

Yamamoto I, Muto N, Murakami K, dan Akiyama J. 1992. Collagen synthesis in human skin fibroblasts is stimulated by a stable form ascorbte, 2-O-alpha-D-glucopyrnosyl-L-ascorbic acid. The Journal of Nutrition 122(4): 871-877.

(32)

22

Lampiran 1 Perhitungan proses pembuatan kolagen larut asam

a. Tahap 1 (konsentrasi 0,1M)

- NaOH (0,1 M) [berat awal 100 gram]

- Jumlah air yang digunakan dalam destilasi pada suhu 12 0C sebanyak 7 Liter - CH3COOH (0,1 M) [berat akhir rendemen (NaOH) 86 gram] dengan

perbandingan volume 1:10 Konversi gram ke Liter.

- Perbandingan (jumlah air) - Berat CH3COOH (0,1 M) dalam 860 ml

- Berat rendemen setelah 12 jam = 93,05 gr

(33)

b. Tahap 2 (konsentrasi 0,2 M)

- NaOH (0,2 M) [berat awal 100 gram]

- Jumlah air yang digunakan dalam destilasi pada suhu 12 0C sebanyak 10 Liter - CH3COOH (0,2 M) [berat akhir rendemen NaOH 88,5 gram] dengan

perbandingan volume 1:10 - Konversi gram ke Liter.

- Perbandingan (jumlah air) - Berat CH3COOH (0,2 M) dalam 900 ml

- Berat rendemen setelah 12 jam = 48,649 gr

(34)

24

c. Tahap 3 (konsentrasi 0,3 M)

- NaOH (0,3 M) [berat awal 100 gram]

- Jumlah air yang digunakan dalam destilasi pada suhu 12 0C sebanyak 15 Liter - CH3COOH (0,3 M) [berat rendemen (NaOH) 88,8 gram] dengan perbandingan

volume 1:10

- Konversi gram ke Liter.

- Perbandingan (jumlah air) - Berat CH3COOH (0,3 M) dalam 888 ml

- Berat rendemen setelah 12 jam = 55 gr

(35)

Lampiran 2 Perhitungan persentase rendemen

no. konsentrasi redemen

bobot awal

(gr) bobot akhir

persentase rendemen (%)

1 0,1 M 100 2,495 2,495

2 0,2 M 100 2,598 2,598

3 0,3 M 100 2,676 2,676

- % rendemen (0,1M) =

- % rendemen (0,2M) =

- % rendemen (0,1M) =

(36)

26

Lampiran 3 Dokumentasi penelitian

1. Pengukuran arus 2. Pengukuran salinitas

3. Pengukuran suhu 4. Pengukuran pH

(37)

7. Pembuangan isi perut teripang pasir

8. Pengirisan kulit teripang pasir ukuran (5x5) cm2

9. Penimbangan berat awal kulit teripang pasir

10.Proses stirer dengan NaOH

(38)

28

13.Proses pengadukan dengan asam asetat

14.Perebusan

(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta, 19 Desember 1989 dari Ayah Didin Karyana dan Ibu Hency. Penulis adalah anak tunggal. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Werlor Kota Cirebon, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Weru kota Cirebon, dan sekolah menengah atas di SMA Mandiri Cirebon Kota Cirebon.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan tahun 2009 diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.

(40)

Gambar

Gambar 1. Teripang pasir.
Gambar 2.  Anatomi bagian dalam teripang pasir ( Holothuria scabra).
Gambar 3. Proses Isolasi kolagen larut asam
Tabel 3. Rendemen teripang pasir.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Program Jumlah ketersediaan cakupan (jenis) sarana dan prasarana perkantoran/aparatur secara memadai dan sesuai dengan standar. Jumlah ketersediaan cakupan (jenis) sarana dan

Pengaruh kekasaran permukaan terhadap temperatur tuang yang ditunjukan pada gambar 8, dapat dilihat pada temperatur tuang 650 o C menghasilkan kekasaran permukaan

Penulis menginginkan agar apresiator tidak merasakan beban dan melihat masalah yang dihadapi oleh penulis melainkan sebaliknya, apresiator menjadi fokus akan nilai baru yang

Dalam pelaksanaan pembuatan Krupuk Ikan berbahan (Ikan Tenggiri/Nila) sebagai peluang Usaha disini pihak pelaksana mengajak kepada mitra untuk bersedia dilakukan pelatihan

untuk Meningkatkan Kecerdasan Intelektual Aspek Kecerdasan.. Interpesonal Santri pada Kajian Fiqih di Pondok Pesantren Mambaul. Hikam Udanawu

Gli incontri erano presieduti da Diana, l'antica Dea romana legata alla vegetazione e alla fertilità,. il cui culto era straordinariamente sopravvissuto nonostante

Diperbolehkan bagi orang miskin yang menerima zakat dari seseorang dan telah melebihi kebutuhannya untuk juga membayar zakat bagi dirinya atau membayarkan zakat keluarganya

Berdasar pada penelitian yang telah dilakukan dengan mengidentifikasi dampak permainan boneka tangan dengan tingkat kecemasan pada 20 anak usia pra sekolah yang