• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fraksionasi Ekstrak Kemedangan Gaharu Aquilaria microcarpa Hasil Inokulasi Berpotensi Antioksidan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fraksionasi Ekstrak Kemedangan Gaharu Aquilaria microcarpa Hasil Inokulasi Berpotensi Antioksidan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

FRAKSIONASI EKSTRAK KEMEDANGAN GAHARU

Aquilaria microcarpa HASIL INOKULASI BERPOTENSI

ANTIOKSIDAN

DICKY ANNAS

DEPARTEMEN KIMIA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fraksionasi Ekstrak Kemedangan Gaharu Aquilaria microcarpa Hasil Inokulasi Berpotensi Antioksidan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Dicky Annas

(4)
(5)

ABSTRAK

DICKY ANNAS. Fraksionasi Ekstrak Kemedangan Gaharu Aquilaria microcarpa

Hasil Inokulasi Berpotensi Antioksidan. Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan ERDY SANTOSO.

Aquilaria microcarpa merupakan pohon penghasil gaharu yang memiliki potensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan menentukan fraksi teraktif antioksidan pada sampel kemedangan gaharu spesies A. microcarpa hasil inokulasi dan mencirikan gugus fungsi dalam fraksi teraktif tersebut. Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak etil asetat dan metanol menghasilkan nilai konsentrasi penghambatan 50% (IC50) berturut-turut 239 dan 185 μg/mL. Ekstrak metanol mengandung senyawa flavonoid, steroid, alkaloid, dan fenolik. Ekstrak metanol difraksionasi menggunakan kromatografi kolom dengan sistem elusi gradien dan menghasilkan 12 fraksi. Berdasarkan uji aktivitas antioksidan, fraksi yang dielusi dengan eluen diklorometana-etil asetat (9:1) diperoleh sebagai fraksi teraktif, dengan nilai IC50 165 μg/mL. Spektrum inframerah fraksi tersebut menunjukkan keberadaan gugus fungsi fenolik yang diduga berperan sebagai antioksidan dengan munculnya serapan regang OH pada 3306 cm-1, regang CO pada 1246 cm-1, dan regang C=C aromatik pada 1462 dan 1597 cm-1.

Kata kunci: Aquilaria microcarpa, fraksionasi, IC50, spektrum inframerah

ABSTRACT

DICKY ANNAS. Fractionation of Inoculated Kemedangan Aquilaria microcarpa

Agarwood Extract Potential as Antioxidant. Supervised by DUDI TOHIR and ERDY SANTOSO.

Aquilaria microcarpa is an agarwood producing tree which is potential as an antioxidant resource. The objectives of this research were to determine the most active antioxidant fraction in the inoculated kemedangan A. microcarpa

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

FRAKSIONASI EKSTRAK KEMEDANGAN GAHARU

Aquilaria microcarpa HASIL INOKULASI BERPOTENSI

ANTIOKSIDAN

DICKY ANNAS

DEPARTEMEN KIMIA

(8)
(9)

Judul Skripsi: Fraksionasi Ekstrak Kemedangan Gaharu Aquilaria microcarpa Hasil Inokulasi Berpotensi Antioksidan

Nama : Dicky Annas NIM : G44100015

Disetujui oleh

Drs Dudi Tohir, MS Pembimbing I

Dr Erdy Santoso, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah Fraksionasi Ekstrak Kemedangan Gaharu

Aquilaria microcarpa Hasil Inokulasi Berpotensi Antioksidan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs Dudi Tohir, MS dan Bapak Dr Erdy Santoso, MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Sabur, Ibu Yenny, staf dan laboran Pusat Studi Biofarmaka, teman-teman di Laboratorium Kimia Organik (Ika, Alif, Hasna, Ferra, Ihsan, Ayu, Dian, Lia, Kak Febrina, dan Kak Ichsan), serta teman-teman Kimia 47 yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

BAHAN DAN METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan dan Alat 2

Metode 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kadar Air, Ekstrak, dan Fraksi 4

Fitokimia 6

Aktivitas Antioksidan dan Spektrum FTIR 7

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN 11

(13)

DAFTAR TABEL

1. Data nilai � pada penentuan eluen terbaik untuk fraksionasi ekstrak

kasar metanol 6

2. Hasil uji fitokimia ekstrak kasar metanol A.microcarpa hasil inokulasi 7

DAFTAR GAMBAR

1. Noda hasil pemisahan ekstrak kasar metanol dengan eluen tunggal n- heksana (a), diklorometana (b), etil asetat (c), aseton (d), dan metanol (e), diamati di bawah sinar UV 254 (1) dan 366 nm (2) 5 2. Noda hasil pemisahan ekstrak kasar metanol dengan campuran eluen di

bawah sinar UV 254 (1) dan 366 nm (2) dengan eluen diklorometana (a), etil asetat (b), diklorometana-etil asetat (1:1) (c), (9:1) (d), (8:2) (e), (7:3) (f), (6:4) (g), (4:6) (h), (3:7) (i), (2:8) (j), (1:9) (k) 5 3. Aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH oleh antioksidan 7 4. Hasil elusi F2 menggunakan eluen DCM-EA (8:2) di bawah sinar UV

366 nm 8

DAFTAR LAMPIRAN

1. Diagram alir penelitian 11

2. Perhitungan kadar air kemedangan gaharu A.microcarpa 11 3. Perhitungan rendemen ekstrak kasar dan fraksionasi ekstrak metanol 12 4. Nilai IC50 ekstrak metanol dan etil asetat A. microcarpa 13 5. Nilai IC50 fraksi ekstrak metanol A. microcarpa 15

6. Nilai IC50 standar asam askorbat 16

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Gaharu merupakan hasil hutan bukan kayu berupa resin aromatik yang terjadi akibat respons terhadap infeksi jamur melalui proses patologis (Santoso et al. 2007). Gaharu banyak digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, kosmetik, obat-obatan, dan dupa karena memiliki aroma yang wangi (Sumarna 2002). Pohon penghasil gaharu memiliki pertumbuhan yang relatif lambat, sehingga tanaman gaharu dimasukkan dalam Appendix II kategori tanaman yang terancam punah pada Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES 2004). Teknologi inokulasi dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan gaharu dengan menginduksi jamur yang dapat membentuk gaharu pada pohon penghasil gaharu (Siran dan Turjaman 2010). Klasifikasi mutu gaharu dibagi menjadi 3, yaitu gubal gaharu, kemedangan, dan serbuk gaharu. Gubal gaharu adalah kayu dari pohon gaharu berwarna hitam atau cokelat kehitaman dengan resin wangi beraroma kuat. Kemedangan gaharu adalah kayu dari pohon gaharu berwarna putih keabu-abuan hingga kecokelatan dan memiliki resin wangi beraroma lemah. Serbuk gaharu adalah sisa pembersihan atau pengerokan dari kayu gaharu (BSN 2011). Warna cokelat kehitaman pada gaharu dihasilkan dari akumulasi senyawa metabolit sekunder yang terbentuk pada pohon penghasil gaharu (Santoso et al. 2007).

Gaharu mengandung senyawa metabolit sekunder yang digunakan sebagai pertahanan diri dari serangan luar. Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada gaharu ialah kelompok seskuiterpenoid (Novriyanti 2008). Senyawa seskuiterpenoid merupakan komponen yang banyak ditemukan pada resin gaharu (Ishihara et al. 1991; Bhuiyan et al. 2009; Muntaqo 2012; Verina 2013). Kandungan metabolit sekunder pada gaharu dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang di antaranya kesehatan. Menurut Yagura et al. (2005), gaharu dapat digunakan sebagai obat penenang, obat pencernaan, dan penahan rasa sakit. Metabolit sekunder dari gaharu juga dapat berpotensi sebagai antioksidan.

(16)

2

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan FebruariJuni 2014 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB); Pusat Studi Biofarmaka IPB; dan Laboratorium Terpadu IPB.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi kemedangan gaharu A. microcarpa asal Sumatera Utara hasil inokulasi 1.5 tahun oleh jamur

Fusarium sp., metanol teknis, metanol p.a (Merck), etil asetat teknis, diklorometana teknis, aseton teknis, silika gel 60 (0.040˗0.063 mm) untuk kromatografi kolom, KBr, HCl pekat, n-heksana teknis, n-amil alkohol, kloroform-amonia, pereaksi Mayer, Wagner, Dragendorf, Liebermann-Burchard, FeCl3 1%, serbuk Mg, NaOH 10%, dan serbuk 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Alat-alat yang digunakan terdiri atas alat-alat kaca, oven, desikator, penguap putar,

hot plate, kertas saring, kolom kromatografi, pelat kromatografi lapis tipis (KLT) G60 F254, lampu ultraviolet (UV), ELISA reader, inkubator, dan spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR).

Metode

Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu preparasi sampel, penentuan kadar air, ekstraksi maserasi, uji antioksidan dengan metode DPPH, pemilihan eluen terbaik, fraksionasi menggunakan kromatografi kolom, dan analisis spektrum FTIR (Lampiran 1).

Penentuan Kadar Air (AOAC 2006)

Cawan porselen yang akan digunakan dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven bersuhu 103 ± 2 °C selama 30 menit dan ditimbang bobotnya setelah didinginkan dalam eksikator. Sebanyak 1 g simplisia dimasukkan dalam cawan porselen tersebut dan dipanaskan di dalam oven pada suhu 103 ± 2 °C selama 3 jam. Setelah 3 jam, cawan porselen dan simplisia didinginkan dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Pengeringan dan penimbangan diulangi hingga diperoleh bobot konstan.

Preparasi dan Ekstraksi

(17)

3

maserasi menggunakan pelarut metanol dan etil asetat. Sebanyak 100 g simplisia masing-masing dimasukkan ke dalam 2 labu erlenmeyer dan ditambahkan pelarut metanol dan etil asetat dengan nisbah simplisia˗pelarut (1:8) (b/v), lalu dimaserasi selama 48 jam dengan diaduk menggunakan pengaduk magnet. Filtrat kemudian dipisahkan dari residunya, dipekatkan dengan penguap putar, dan ditentukan rendemennya.

Uji Fitokimia (Harborne 1987)

Uji alkaloid dilakukan dengan mencampurkan 2.5 mL larutan campuran kloroform-amonia (1:1) dengan 0.5 g ekstrak kasar, kemudian disaring. Filtrat ditambahkan beberapa tetes H2SO4 2 M, kemudian dikocok sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam yang tidak berwarna dibagi 3 ke dalam tabung reaksi untuk diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendorf. Uji positif alkaloid berturut-turut ditandai dengan terbentuknya endapan putih, cokelat, dan merah jingga.

Uji triterpenoid dan steroid dilakukan dengan memanaskan campuran 0.1 g ekstrak kasar dengan 5 mL etanol pada suhu 50 °C, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan, lalu dilarutkan dengan eter. Lapisan eter diteteskan pada pelat tetes dan dikeringudarakan, kemudian ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard. Warna merah menunjukkan uji positif triterpenoid, sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan uji positif steroid.

Uji fenol dan flavonoid dilakukan dengan mendidihkan campuran 0.1 g ekstrak kasar dengan 15 mL air selama 2 menit, kemudian disaring. Sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan NaOH 10% untuk uji fenol. Adanya senyawa fenolik ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah. Sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan 0.1 g serbuk Mg, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL n-amil alkohol, lalu dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga menunjukkan uji positif flavonoid.

Uji saponin dan tanin dilakukan dengan memanaskan selama 5 menit campuran 0.1 g ekstrak kasar dengan 10 mL akuades hingga mendidih, kemudian disaring. Filtrat kemudian dibagi 2. Uji saponin dilakukan dengan mendinginkan sebagian filtrat dan dikocok hingga berbusa. Uji positif saponin ditunjukkan dengan tidak hilangnya busa setelah 10 menit. Uji tanin dilakukan dengan menambahkan larutan FeCl3 1% ke dalam filtrat. Warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan uji positif tanin.

Uji Antioksidan dengan DPPH (Modifikasi Salazar-Aranda et al. 2011) Larutan stok DPPH 126 μM dibuat dengan melarutkan 0.005 g serbuk DPPH dengan metanol di dalam labu takar 100 mL. Ekstrak kasar dan fraksi masing-masing dilarutkan dengan metanol dan dibuat konsentrasinya menjadi 10, 25, 50, 100, 200, 300, 500, dan 1000 ppm. Larutan standar asam askorbat juga dibuat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 15 ppm.

(18)

4

dan persen aktivitas penghambatan radikal DPPH. Blangko dibuat dengan mencampurkan 100 μL metanol dengan 100 μL DPPH dalam microwell plate. Penentuan Eluen Terbaik (Houghton dan Raman 1998)

Eluen tunggal yang diujikan adalah n-heksana, aseton, diklorometana, etil asetat, dan metanol. Ekstrak kasar kemedangan gaharu ditotolkan pada pelat KLT, dikeringudarakan beberapa saat, lalu dielusi menggunakan eluen tunggal tersebut. Noda hasil pemisahan diamati di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Eluen terbaik ialah yang menghasilkan paling banyak noda dan terpisah dengan baik. Jika didapat 2 eluen tersebut, dibuat campuran eluen dengan nisbah 9:1 hingga 1:9 untuk memperoleh campuran eluen terbaik.

Fraksionasi Ekstrak Kasar dengan Kromatografi Kolom

Fraksionasi dilakukan menggunakan kromatografi kolom dengan sistem elusi gradien. Sebanyak 4.2350 g ekstrak kasar kemedangan gaharu yang telah diuji aktivitas antioksidan difraksionasi menggunakan campuran eluen terbaik. Eluat ditampung dan dideteksi nodanya di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Eluat dengan pola pemisahan yang sama digabungkan menjadi 1 fraksi, kemudian diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH. Fraksi teraktif antioksidan dianalisis gugus fungsinya berdasarkan spektrum FTIR.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air, Ekstrak, dan Fraksi

Kadar air pada simplisia kemedangan gaharu A.microcarpa sebesar 4.05% (Lampiran 2). Kandungan air dapat menentukan keterterimaan, kesegaran, dan daya tahan bahan. Selain itu, kadar air digunakan untuk mengoreksi rendemen ekstrak kasar yang dihasilkan. Kadar air yang baik ialah kurang dari 10%, sebab dapat menghambat tumbuhnya mikroorganisme dan meningkatkan umur simpan bahan (Winarno 1992).

Simplisia yang telah diketahui kadar airnya diekstraksi menggunakan pelarut metanol dan etil asetat untuk mendapatkan komponen bioaktifnya. Pelarut metanol digunakan karena bersifat polar, sehingga dapat mengekstraksi senyawa polar, sedangkan pelarut etil asetat digunakan karena bersifat semipolar, sehingga senyawa semipolar juga akan terekstraksi. Hal ini mengikuti kaidah like dissolves like, yaitu zat terlarut yang bersifat polar akan terekstraksi pada pelarut yang bersifat polar dan sebaliknya (Harvey 2000). Metode yang umum digunakan dalam ekstraksi meliputi maserasi, perkolasi, soxhletasi, sonikasi, ekstraksi dengan fluida superkritis, dan distilasi uap (Handa et al. 2008). Metode ekstraksi maserasi digunakan pada penelitian ini karena mudah dan dapat digunakan untuk sampel yang tidak tahan panas.

Maserasi dilakukan dengan merendam 100 g simplisia A. microcarpa

(19)

5

asetat yang diperoleh berturut-turut 5.15 dan 1.97% (Lampiran 3). Rendemen ekstrak metanol lebih besar daripada ekstrak etil asetat. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak senyawa polar yang terekstraksi, sebab pelarut metanol memiliki tetepan dielektrik yang tinggi, yaitu 33. Menurut Dewi (2013), pelarut metanol dapat mengekstraksi senyawa golongan tanin, steroid, fenolik, dan alkaloid yang dapat bersifat sebagai antioksidan dengan menghambat reaksi radikal bebas.

Ekstrak kasar kemudian difraksionasi menggunakan kromatografi kolom. Ekstrak kasar yang dipilih adalah yang aktivitas antioksidannya lebih tinggi, yaitu ekstrak metanol. Sebelum difraksionasi, eluen terbaik ditentukan terlebih dahulu. Gambar 1 menunjukkan adanya 2 eluen tunggal yang dapat memisahkan banyak noda dengan baik, yaitu diklorometana dan etil asetat. Campuran eluen terbaik ditentukan dengan mencampurkan eluen diklorometana-etil asetat (DCM:EA) dengan nisbah 9:1 hingga 1:9 (Gambar 2). Tabel 1 menunjukkan bahwa campuran eluen diklorometana-etil asetat (8:2) menghasilkan banyak noda dengan pemisahan yang baik, sehingga digunakan sebagai campuran eluen terbaik.

(1) (2)

Gambar 1 Noda hasil pemisahan ekstrak kasar metanol dengan eluen tunggal n- heksana (a), diklorometana (b), etil asetat (c), aseton (d), dan metanol (e), diamati di bawah sinar UV 254 (1) dan 366 nm (2)

(1) (2)

Gambar 2 Noda hasil pemisahan ekstrak kasar metanol dengan campuran eluen di bawah sinar UV 254 (1) dan 366 nm (2) dengan eluen diklorometana

a b c d e a b c d e

(20)

6

Ekstrak kasar metanol dielusi menggunakan sistem elusi gradien dengan peningkatan kepolaran eluen, yaitu diklorometana (F1), campuran eluen diklorometana-etil asetat (9:11:9) (F2F10), etil asetat (F11), dan metanol (F12). Rendemen terbesar didapatkan pada F12, yaitu 45.81%, dan rendemen terkecil pada F4, yaitu 1.59% (Lampiran 3). Rendemen yang diperoleh bergantung pada distribusi senyawa pada eluen yang digunakan berdasarkan kepolarannya. Rendemen yang tinggi pada F12 menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol banyak mengandung senyawa polar, sedangkan rendemen yang rendah pada F4 menunjukkan bahwa senyawa yang memiliki kepolaran sama dengan F4 kadarnya sedikit.

Fitokimia

(21)

7

Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar metanol A.microcarpa hasil inokulasi

Golongan Hasil Penelitian

Literatur

Dewi (2013) Ramadhan (2013) Daun A.

microcarpa

Kemedangan A.microcarpa

Inokulasi 1 tahun

Alkaloid + - +

Triterpenoid - - +

Steroid + + -

Fenolik + + +

Flavonoid + + +

Saponin - - -

Tanin - + -

Keterangan: (+) = terdeteksi, (-) = tidak terdeteksi

Aktivitas Antioksidan dan Spektrum FTIR

Metode uji penangkapan radikal DPPH digunakan untuk menentukan aktivitas antioksidan. DPPH merupakan radikal bebas yang stabil karena adanya delokalisasi elektron, yang juga menimbulkan warna ungu pada DPPH. Radikal DPPH akan berubah menjadi bentuk tereduksinya bila ditambahkan pada senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen (Gambar 3). Bentuk tereduksi berwarna kuning (Molyneux 2004). Aktivitas antioksidan ditentukan sebagai nilai IC50, yang menyatakan konsentrasi minimum yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas radikal bebas.

Gambar 3 Aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH oleh antioksidan Aktivitas antioksidan ekstrak kasar metanol dan etil asetat A. microcarpa

(22)

8

kasar metanol memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi daripada ekstrak etil asetat, sehingga difraksionasi menggunakan kolom kromatografi dengan fase diam silika gel dan sistem elusi gradien. Diperoleh 12 fraksi, dan nilai IC50 terkecil ditunjukkan oleh F2, yaitu 165 μg/mL (Lampiran 5). Nilai IC50 tersebut lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak kasar metanol karena senyawa berkhasiat antioksidan yang terkandung pada fraksi tersebut telah terpisahkan dari senyawa-senyawa lain yang tidak berkhasiat. Menurut Blois (1958) di dalam Hanani et al. (2005), nilai aktivitas antioksidan yang baik adalah <200 μg/mL. Ekstrak etil asetat memiliki nilai IC50 >200 μg/mL, sehingga tidak berpotensi sebagai antioksidan. Nilai aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan F2 sudah baik (IC50 <200 μg/mL) tetapi masih di bawah standar asam askorbat, yaitu 6.04 μg/mL (Lampiran 6). Semakin kecil nilai IC50, aktivitas antioksidan semakin besar.

Gambar 4 Hasil elusi F2 menggunakan eluen DCM-EA (8:2) di bawah sinar UV 366 nm

Hasil elusi F2 menggunakan eluen terbaik menunjukkan bahwa fraksi tersebut masih berupa campuran yang menghasilkan 4 noda pada KLT (Gambar 4). Fraksi tersebut dianalisis spektrum FTIR-nya untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung (Lampiran 7). Terdapat (1) gugus aromatik yang ditunjukkan dengan regang C=C pada 1597 cm-1 dan 1462 cm-1, tekuk =CH pada 849702 cm-1, dan regang CH pada 3063 cm-1; (2) gugus fenolik, dibuktikan dengan regang OH pada 3306 cm-1, regang CO pada 1246 cm-1, dan C=C aromatik pada 14621597 cm-1; (3) gugus aldehida terkonjugasi, berdasarkan regang C=O terkonjugasi pada 1709 cm-1, C=C terkonjugasi pada 1659 cm-1, CH aldehida pada 2685 dan 2851 cm-1, dan regang CH alifatik pada 2920 cm-1 (Pavia et al. 2001). Gugus fungsi fenolik diduga berperan sebagai antioksidan dengan menyumbangkan atom hidrogennya pada radikal bebas DPPH dan membentuk senyawa radikal bebas yang lebih stabil karena adanya delokalisasi elektron. Menurut Wojdylo et al. (2007), tanaman dengan kandungan gugus fenolik yang tinggi dapat bertindak sebagai antioksidan yang baik.

�� 0.84

�� 0.75

� 0.71

(23)

9

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak kasar metanol kemedangan A. microcarpa dengan umur inokulasi 1 tahun memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar daripada ekstrak etil asetat, dengan nilai IC50 <200 μg/mL, yaitu 185 μg/mL. Fraksionasi ekstrak metanol menghasilkan fraksi teraktif pada eluen DCM-EA (9:1) yang masih merupakan campuran senyawa dengan nilai IC50 165 μg/mL. Fraksi tersebut mengandung gugus fenolik yang diduga berpotensi sebagai antioksidan dengan menyumbangkan atom hidrogen.

Saran

Sampel yang digunakan perlu diperbanyak agar fraksi teraktif dapat dimurnikan lebih lanjut dengan kromatografi lapis tipis preparatif, kromatografi kolom, atau KCKT preparatif. Senyawa tunggal yang aktif sebagai antioksidan kemudian perlu dicirikan juga menggunakan spektroskopi massa dan resonans magnet inti.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC]. Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of AOAC International. Ed ke-14. Arlington (US): AOAC.

Bhuiyan MNI, Begum J, Bhuiyan MNH. 2009. Analysis of essential oil of eaglewood tree (Aquilaria agallocha Roxb.) by gas chromatography mass spectrometry. Bangladesh J Pharmacol. 4:24-28.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Gaharu. SNI 7631:2011. Jakarta (ID): BSN.

[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna. 2004. Amendments to Appendices I and II of CITES. Sydney (AU): CITES.

Dewi KS. 2013. Toksisitas dan aktivitas antioksidan ekstrak daun pohon penghasil gaharu hasil inokulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hanani E, Mun’im, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam

spons Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu. Maj Ilmu Kefarmasian. 2(3):127-133.

Handa SS, Khanuja SPS, Longo G, Rakesh DD. 2008. Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Trieste (IT): ICS-UNIDO.

(24)

10

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extract. London (GB): Chapman & Hall.

Ishihara M, Tsuneya T, Shiga M, Uneyama K. 1991. Three sesquiterpenes from agarwood. Phytochemistry. 2(30): 563-566.

Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J Sci Technol. 26(2):211-219.

Muntaqo FA. 2012. Korelasi kadar seskuiterpena dengan mutu gaharu standar nasional Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Novriyanti E. 2008. Peranan zat ekstraktif dalam pembentukkan gaharu pada

Aquilaria crassna Pierre ex Lecomte dan Aquilaria microcarpa Baill [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS. 2001. Introduction to Spectroscopy: A Guide for Students of Organic Chemistry. Ed ke-3. Washington (US): Thomson Learning.

Ramadhan PM. 2013. Aktivitas antioksidan ekstrak kemedangan pohon penghasil gaharu hasil inokulasi jenis Aquilaria microcarpa dan Gyrinops verstegii

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Salazar-Aranda R, Perez-Lopez LA, Lopez-Arroyo J, Alanis-Garza BA, de Torres NW. 2011. Antimicrobial and antioxidant activities of plants from Northeast of Mexico. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. doi: 10.1093/ecam/nep127.

Santoso E, Agustini L, Sitepu IR, Turjaman M. 2007. Efektivitas pembentukan gaharu dan komposisi senyawa resin gaharu pada Aquilaria spp. J Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 4(6):543-551.

Siran SA, Turjaman M. 2010. Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.

Sumarna Y. 2002. Budidaya Gaharu. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Verina R. 2013. Optimasi waktu perendaman kemedangan gaharu hasil inokulasi terhadap rendemen dan komponen kimia minyak gaharu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Wojdylo A, Oszmianski J, Czemerys R. 2007. Antioxidant activity and phenolic compounds in 32 selected herbs. J Food Chem. 105:940-949.

(25)

11

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Lampiran 2 Perhitungan kadar air kemedangan gaharu A.microcarpa

Ulangan Bobot basah

(g) Bobot kering (g) Kadar air (%)

1 1.0044 0.9632 0.9633 0.9633 4.09

2 1.0040 0.9632 0.9630 0.9633 4.05

3 1.0042 0.9644 0.9639 0.9639 4.01

Rerata 4.05 Contoh perhitungan ulangan 1:

Kemedangan gaharu Digiling

Simplisia gaharu Kadar air

Ekstrak teraktif

Dimaserasi dengan metanol dan etil asetat

Fraksi-fraksi Uji fitokimia

Difraksionasi

Fraksi teraktif

Diuji antioksidan

Gugus fungsi senyawa

Dianalisis dengan FTIR Ekstrak metanol Ekstrak etil asetat

(26)

12

Lampiran 3 Perhitungan rendemen ekstrak kasar dan fraksionasi ekstrak metanol Rendemen ekstrak kasar

(27)

13

Lampiran 4 Nilai IC50 ekstrak metanol dan etil asetat A. microcarpa Ekstrak kasar metanol

Contoh perhitungan ekstrak kasar etil asetat ulangan 1:

(28)

14

lanjutan Lampiran 4

Nilai % inhibisi pada konsentrasi 25 ppm ulangan 1

( )

( )

Nilai IC50 didapat dengan menganti y dengan 50 dalam persamaan garis Persamaan garis:

(29)

15

Lampiran 5 Nilai IC50 fraksi ekstrak metanol A. microcarpa

Fraksi Ulangan Persamaan Garis Regresi IC50 Rerata IC50

(30)

16

Lampiran 6 Nilai IC50 standar asam askorbat Konsentrasi

Nilai % inhibisi asam askorbat pada konsentrasi 2 ppm ulangan 1

( )

( )

(31)

17

Lampiran 7 Spektrum FTIR F2

(32)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Mei 1993, merupakan putra pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Muhammad Nasari Makmur dan Linda Zurpika. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 6, Bogor pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun gaharu segar dan ekstrak etanol simplisia diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi dengan metode DPPH pada menit ke- 60 dengan

Berdasarkan hasil uji, seluruh ekstrak kasar metanol daun gaharu mengandung tanin, steroid, fenol, dan flavonoid (Lampiran 5). Tanin, fenol, dan flavonoid memiliki

Daun gaharu ( Aquilaria malaccensis Lamk.) memiliki aktivitas antioksidan yang dapat meredam radikal bebas.. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui golongan

Ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis) dengan konsentrasi 30 % menghasilkan aktivitas antibakteri yang paling kuat terhadap Pseudomonas aeruginosa dan

Skrining Fitokimia Daun Muda dan Daun Tua Gaharu ( Aquilaria malaccensis Lamk) Serta Kaitannya Dengan Umur Pohon Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan.. Skrining Fitokimia dan Uji

Pengujian skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun gaharu memiliki senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan, saponin negatif pada simplisia sedangkan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan simpulan berikut : 1) Ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis) memberikan diameter zona hambat terbaik terhadap

Peredaman radikal bebas oleh ekstrak etanol daun gaharu segar dan ekstrak etanol simplisia menunjukkan bahwa konsentrasi yang tinggi akan meningkatkan aktivitas peredaman