HUBUNGAN LINGKUNGAN TEMPAT KERJA DAN KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAPKAPASITAS VITAL PARU (KVP) PADA PEKERJA
BAGIAN PLANT PT. SIBELCO LAUTAN MINERALS JAKARTA TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH :
KARBELLA KUANTANADES HASTY 107101001514
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN LINGKUNGAN TEMPAT KERJA DAN KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (KVP) PADA PEKERJA BAGIAN PLANT
PT. SIBELCO LAUTAN MINERALS JAKARTA TAHUN 2011
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 30 September 2011
Riastuti Kusuma Wardani, MKM Catur Rosidati, MKM
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 30 September 2011
Ketua
(Riastuti Kusuma Wardhani, MKM)
Anggota I
(Catur Rosidati, MKM)
Anggota II
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan Rakhmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KAPASITAS VITAL PARU (KVP) PADA PEKERJA BAGIAN PLANT PT. SIBELCO
LAUTAN MINERALS JAKARTA TAHUN 2011”. Shalawat beserta salam penulis
haturkan kepada Baginda Rasullah Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat syafaat dan pertolongannya di yaumul akhir. Amin.
Skripsi ini penulis buat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta untuk memenuhi persyaratan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Ada banyak pengalaman dan pengetahuan yang tidak dapat tertuang dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi mafaat bagi yang membaca secara umumnya dan perusahaan tempat penelitian pada khususnya.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
1. Ayah (Sudirman Hasty) dan Ibuku (Arnani Ali) tercinta beserta keluarga (Avina Moniades Hasty, Balda Harmiades Hasty, Altur Ardies Hasty) begitu besar cinta dan pengorbanan kalian untuk penulis hingga penulis tak pernah merasakan kehilangan sedikitpun semangat untuk berjuang menghadapi apapun.
2. Bapak Prof. DR (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Ketua Jurusan Program Kesehatan masyarakat terima kasih atas motivasi yang diberikan kepada penulis.
bimbinganya selama ini dan mohon dibukakan pintu maaf jika selalu merepotkan.
5. Ibu Catur Rosidati, MKM selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
masukan untuk segala bentuk perbaikan dari skripsi ini dan penulis
mengucapkan terimakasih serta permohonan maaf jika selalu merepotkan.
6. Ibu Iting Shofwati, MKKK selaku sekertaris prodi dan dosen yang senantiasa
memberikan semangat kepada mahasiswanya.
7. Bapak Alpha Himawan Priambodo selaku pembimbing lapangan PT. Sibelco
Lautan Minerals atas segala bentuk motivasi, pengetahuan, dan bimbingan
kepada penulis.
8. Bapak Loh Wee Kong selaku General Manager PT. Sibelco Lautan Minerals
beserta para staff (Ibu Diana Herawati, Ibu Niken, Pak Ron Ferry Dayan, Pak
Walden Siahaan, Pak Marta Rudianto, Pak Hartono, Pak Wahyu, Pak Anton dan
yang lainnya), untuk segala bentuk bantuan, ilmu, informasi serta kehangatan
yang diberikan kepada penulis selama berada di perusahaan.
9. Segenap karyawan area Plant PT. Sibelco Lautan Minerals yang telah menjadi
sampel penelitian ini, “Keep Safety First, Brothers”
10.“Energi Q” (Kemas Tri Septheo) yang tak henti-hentinya memberikan penulis
semangat dan curahan kasih sayang serta kesabaran atas segala perihal yang
pernah dilakukan selama penulisan skripsi ini.
11. “Abang” Edo Aulia Billyfany yang membukakan gerbang penulis memasuki
dunia perindustrian. Hanya Allah yang tahu apa yang pantas abang dapatkan
12.Ruswandi Permana atas segala kebaikannya, InsyaAllah segala bentuk kebaikan
akan dibalas dengan kebaikan yang berlimpah. Tetaplah tersenyum karena hidup
menghadirkan sejuta cinta yang takkan habis-habisnya.
13. “Ge-eR together forever” (Hafifatul Auliya Rahmy, Melli Wulandari, Farida
Hidayati, Lisa Ellizabeth Aula) kebersamaan kita tidak akan lekang dimakan
waktu, kapanpun dan dimanapun kita berada tetaplah menjadi pelita yang
senantiasa bersinar.
14.Orang-orang terbaik dalam sejarah hidupku (Nyimas Fadilah, Nopiar Arisman,
Dwi Meiria Andriswana, Lolika Dia Amora serta Denis Agusta) yang selalu
memberikan semangat juang’45 dan keceriaan kepada penulis.
15.Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2007 yang telah memberikan
dukungan, semangat serta kompetensi yang berkualitas selama kita berada di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
16.Generasi Oktober yang telah memberikan begitu banyak semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini hingga semangat yang dirasa seolah tak akan pergi dari
jiwa kita.
17.“Kemalasanku” yang membuat penulis termotivasi untuk lepas darinya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala bentuk saran dan kritik yang membangun dibutuhkan penulis sebagai upaya perbaikkan. Akhirnya penulis berharap, mudah-mudahan tulisan ini bermafaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi pembaca pada khususnya.
Jakarta, September 2011
DAFTAR ISI
1.5 Manfaat Hasil Penelitian………..……….. 9
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti………... 9
1.5.2 Manfaat Bagi Civitas Akademika... 9
1.5.3 Manfaat Bagi Perusahaan ... 10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian……… 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitas Paru-Paru………. 11
2.1.1 Kapasitas Vital Paru (KVP)……… 12
2.1.2 Alat Ukur Kapasitas Vital Paru (KVP)……… 16
2.2 Penyakit Paru Akibat Kerja……… 18
2.3 Partikel Debu……….………. 18
2.3.1 Definisi Debu……….……….. 18
2.3.2Sifat-Sifat Debu……… 20
2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)……… 23
2.5 Kerangka Teori…..……….. 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep... 36
3.2 Hipotesis………. 37
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran…..……… 38
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 40
4.3 Populasi dan Sampel………... 40
4.3.1 Populasi ………. 40
4.3.2 Sampel……… 41
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi……….. 42
4.4.1 Kriteria Inklusi……….. 42
4.4.2 Kriteria Eksklusi……… 42
4.5 Pengumpulan Data ………. 43
4.6 Instrumen Penelitian ……… 44
4.7 Cara Pengukuran ………. 51
4.8 Uji Coba Kuisisoner ……….... 53
4.9 Pengolahan Data ……… 56
4.10 Tekhnik Analisa Data……… 56
BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta………. 58
5.1.1 Sejarah dan Lokasi PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta…….. 58
5.1.2 Visi dan Misi PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta……… 59
5.1.3 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta……….. 60
5.1.4 Gambaran Area Plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta….. 62
5.2 Analisis Univariat………. 70
5.2.1 Gambaran Pekerja Bagian Plant Berdasarkan Nilai Kapasitas Vital Paru (KVP) Pada PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011……….. 70
5.2.2 Gambaran Pekerja bagian Plant Berdasarkan Konsentrasi Debu Total pada PT. Sibelco Lautan Minerals……….. 71
5.2.3 Gambaran Pekerja bagian Plant Berdasarkan Karakteristik Pekerja PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011……. 72
5.3 Analisis Bivariat……….. 77
5.3.1 Hubungan antara Konsentrasi Debu Total dengan KVP pada Pekerja bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011……… 78
5.3.2 Hubungan antara Usia dengan KVP pada Pekerja Bagian PlantPT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011……... 78
5.3.3Hubungan antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP pada Pekerja Bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011………. 78
5.3.4 Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan KVP pada Pekerja bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011……….. 79 5.3.5 Hubungan antara Status Gizi dengan KVP pada Pekerja
bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011 81 5.3.7 Hubungan antara Penggunaan Masker dengan KVP pada
Pekerja bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta
Tahun 2011……… 82
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian……… 83
6.2 Kapasitas Vital Paru (KVP)………. 84
6.3 Hubungan Konsentrasi Debu Total dengan KVP………. 87
6.4 Hubungan antara Usia dengan KVP………. 89
6.5 Hubungan antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP……… 91
6.6 Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan KVP……… 93
6.7 Hubungan antara Status Gizi dengan KVP………... 95
6.8 Hubungan antara Masa Kerja dengan KVP……….. 97
6.9 Hubungan antara Penggunaan Masker dengan KVP……… 98
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan………. 102
7.2 Saran……… 104
DAFTAR PUSTAKA………. 108
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Standar KVP………. 13
Tabel 2.2 Kriteria Gangguan Fungsi Paru Menurut
ATS (American Thoracic Society)……… 16 Tabel 2.3 Kategori Tingkat Kebugaran Aktivitas Fisik/Kegiatan
Olahraga……….. 28
Tabel 2.4 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia……… 30 Tabel 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Penelitian di
PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011………… 55
Tabel 5.1 Nilai Total Debu berdasarkan Area Plant Sibelco Tahun
2010-1011………. 67
Tabel 5.2 Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja bagian Plant
PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011………… 70 Tabel 5.3 Gambaran Konsentrasi Debu Total (KDT) Pekerja
bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals
Jakarta Tahun 2011………... 71
Tabel 5.4 Gambaran Usia Pekerja bagian Plant PT. Sibelco Lautan
Minerals Jakarta Tahun 2011……….. 72
Tabel 5.5 Gambaran Kebiasaan Olahraga Pekerja bagian Plant
PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011………… 73
Tabel 5.6 Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja bagian Plant
PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011………… 74 Tabel 5.7 Gambaran Status Gizi Pekerja bagian Plant
Tabel 5.8 Gambaran Masa Kerja Pekerja bagian Plant PT. Sibelco
Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011……….. 75
Tabel 5.9 Gambaran Penggunaan Masker Pekerja bagian Plant
PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011……….. 76
Tabel 5.10 Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorof-Smirnof Z. 77 Tabel 5.11 Distribusi Rata-Rata KVP menurut Kebiasaan Olahraga
pada Pekerja bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals
Jakarta Tahun 2011……….. 79
Tabel 5.12 Distribusi Rata-Rata KVP Menurut Kebiasaan Merokok pada Pekerja bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals
Jakarta Tahun 2011……….. 80
Tabel 5.13 Distribusi Rata-Rata KVP Menurut Status Gizi pada Pekerja bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals
Jakarta Tahun 2011……….. 81
Tabel 5.14 Distribusi Rata-Rata KVP Menurut Penggunaan Masker Pekerja bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kondisi Lingkungan Kerja PT. Sibelco Lautan Minerals
Jakarta Tahun 2011………... 6
Gambar 2.1 Kerangka Teori………. 35
Gambar 4.1 Pemakaian Personal Dust Sampler………... 52
Gambar 4.2 Pengukuran KVP………. 52
Gambar 5.1 Corong dan Bulktruck Baru pada Proses Packing (Loading)……….. 68
DAFTAR BAGAN
Bagan 5.1 Proses Produksi Silika………. 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Wawancara Penelitian Skripsi
Lampiran 2 Lembar Pengukuran Konsentrasi Debu Personal
Lampiran 3 Lembar Pengukuran Status Gizi dan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Lampiran 4 Lembar Observasi Penggunaan masker dan Aktivitas Merokok
Lampiran 5 Lembar identifikasi penyakit yang berhubungan dengan paru (Skrining Pekerja)
Lampiran 6 Timbangan Tanita HA622-500x500
Lampiran 7 Spirometry System Chestgraph HI-101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Karbella Kuantanades Hasty
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Sungailiat, 19 Oktober 1989
Alamat : Cempaka putih utara No. 29 Jakarta Pusat
Kontak : 083899059993
E-mail : bella.hasty@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
SDN 405 Sungailiat-Bangka : 1995-2001
SMP Negeri 2 Sungailiat-Bangka : 2001-2004
SMA Negeri 1 Sungailiat-Bangka : 2004-2007
PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota PAMALAYU BABEL Sie Kajian Islam : 2007-2009
Tutor Gama88-Ciputat : 2008-2010
Saat engaku merasa bahagia berada ditengah-tengah mereka
yang menyayangimu..
Saat engkau merasa sedih namun tetap mampu untuk bahagia
karena mereka yang mencintaimu
Saat rasa bangga dan kecewa datang silih berganti
menghangatkan atmosfir kehidupanmu hingga engkau tahu
betawa besarnya nikmat yang Tuhanmu berikan atas
kesejukkan…..
Hingga akhirnya tiba saat dimana semua energi yang
menghampirimu hilang dan meyisakan kenikmatan pertemuan
dengan Rab
bmu….
Ketahuilah, sesungguhnya kalian adalah energi-energiku yang
tak akan bisa tergantikan…
Terima kasih untuk segala rasa, dan maaf untuk segala bentuk
kekhilafan…
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan
erat dengan lamanya pajanan terhadap debu tertentu karena pada dasarnya
saluran pernafasan merupakan salah satu bagian yang paling mudah terpapar
oleh bahan-bahan yang mudah terhirup yang terdapat di lingkungan. Di negara
yang sedang berkembang ditemukan banyak orang yang bekerja pada industri
pengolahan bahan baku keramik. Seperti telah diketahui bahwa industri bahan
baku pembuatan keramik adalah industri yang menghasilkan banyak debu baik
dari mulai pengolahan bahan baku hingga sampai pada proses pengepakan yang
mengakibatkan pekerja terpajan dengan debu (Siregar, 2004). Ada banyak bahan
baku mineral yang diolah pada jenis industri ini diantaranya adalah pasir silika
dan feldspar.
Pada dasarnya ada berbagai macam bahaya di tempat kerja yang bisa
mengancam kesehatan pekerja maupun orang-orang yang berada di sekitar
lingkungan perusahaan. Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas
dan lainnya dapat mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan.
material padatan seperti penghancuran, penggrindaan, maupun penggilingan
bahan baku akan menghasilkan partikel padat yang biasa disebut dengan debu.
Hal inilah yang sering menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan
ataupun dapat mengganggu nilai Kapasitas Vital Paru. Dalam kondisi tertentu,
debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan
kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru yang dimulai dari
penyakit saluran nafas kecil bahkan dapat menimbulkan keracunan umum.
Adapun Penyakit-penyakit dari saluran nafas kecil adalah merupakan awal dari
terjadinya COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) (Depkes RI, 2003). Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2007,
diantara semua penyakit akibat kerja 30% sampai 50% adalah penyakit silikosis
dan penyakit pneumokoniosis lainnya. Selain itu juga, ILO (International Labour
Organization) mendeteksi bahwa sekitar 40.000 kasus baru pneumokoniosis
(penyakit saluran pernafasan) yang disebabkan oleh paparan debu tempat kerja
terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya.
Debu yang terhirup oleh tenaga kerja menyebabkan timbulnya reaksi
mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport
mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos di sekitar jalan napas dapat
terangsang sehingga menimbulkan penyempitan. Keadaan ini terjadi biasanya
bila konsentrasi debu melebihi nilai ambang batas. Sistem mukosilier juga
makin banyak atau mekanisme pengeluarannya tidak sempurna terjadi obstruksi
saluran napas sehingga resistensi jalan napas meningkat (Yunus,1997).
Sebagian besar penyakit paru akibat kerja mempunyai akibat yang serius.
Lebih dari 3% kematian akibat penyakit paru kronik di New York adalah
berhubungan dengan pekerjaan (WHO, 2007). Sebuah studi kasus kontrol di
Mesir pada pekerja industri keramik didapatkan hasil bahwasannya pekerja yang
terpapar debu keramik lebih banyak ditemukan gejala terhadap saluran
pernafasan seperti batuk, demam dan produksi sputum dibandingkan dengan
kelompok kontrol (Hisham, 2010).
Kasus pneumokoniosis menempati urutan pertama Occupational Diseases (OD) di Negara Jepang dan China (ILO, 2005). Sebuah studi cross sectional yang dilakukan di Iran terhadap pekerja industri bahan baku keramik didapatkan hasil yang signifikan antara paparan debu terhadap KVP dibawah
normal pada pekerja produksi bahan baku. Selain itu juga, hasil dari test rontgen
dada menunjukkan bahwa telah terjadinya abnormalitas pada paru-paru pekerja
(Neghab, 2007).
Di Indonesia, penyakit atau gangguan paru akibat kerja yang disebabkan
oleh debu terutama dari bahan baku industri keramik diperkirakan cukup banyak,
meskipun data yang ada masih kurang. Hasil pemeriksaan kapasitas paru yang
dilakukan di Balai HIPERKES (Higyne Perusahan dan Kesehatan) Sulawesi
bukanlah industri keramik, namun memiliki jenis debu yang sama yaitu debu
anorganik diperoleh hasil sebesar 45% responden yang mengalami restrictive, 1% responden yang mengalami obstructive, dan 1% responden yang mengalami
combination (kombinasi). Kemudian, studi kasus epidemiologi secara cross sectional pada populasi pekerja industri keramik “A” di Kabupaten Tanggerang
didapatlah hasil bahwasannya variabel kebiasaan merokok, status gizi, dan usia
pekerja mempengaruhi kelainan fungsi paru pekerja (Siregar, 2004).
Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan membentuk fokus dan
berkumpul di bagian awal saluran limfe paru, sehingga pada akhirnya dapat
menimbulkan kelainan fungsi atau penurunan nilai kapasitas paru. Kelainan
tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang bersifat profresif dan
ireversibel (tidak dapat kembali normal) dapat berpengaruh terhadap
produktivitas dan kualitas kerja.
Indonesia memiliki empat (4) buah perusahan yang bergerak dibidang
pengadaan bahan baku keramik dan kaca yaitu PT. Mark Dynamic, PT. Arwana
Citra Mulia Tbk, PT. Tri Marga Jaya Hutama dan PT. Sibelco Lautan Minerals.
Adapun dari keempat perusahaan ini yang terbesar adalah PT. Sibelco Lautan
Minerals (Kemendagri, 2009). Perusahaan ini mengolah bahan baku keramik
seperti pasir silika dan feldspar yang sudah pasti menghasilkan debu pada proses
produksi hingga pendistribusiannya. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga
Kerja No. SE-01/MEN/1997 Nilai Ambang Batas (NAB) untuk debu total
Data hasil pemantauan lingkungan terhadap konsentrasi debu tahun 2010
yang dilakukan pihak perusahaan pada tiga titik (gudang nepheline, grinding mill, packing machine) area plant produksi didapatkanlah hasil konsentrasi debu yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) sebesar 11.27 mg/m3 pada area
packing. Sementara pada area lain, dibagian produksi seperti area stock pile tidak dilakukan pemantauan konsentrasi debu. Kemudian pada area office dilakukan pemantauan pada satu titik yaitu laboratorium dan menghasilkan konsentrasi
debu yang berada di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 1.143
mg/m3.
Berdasarkan data hasil tes spirometri yang dilakukan di PT. Sibelco
Lautan Minerals pada tahun 2009 sampai 2011 khususnya pada pekerja bagian
plant didapatlah peningkatan jumlah presentase KVP dibawah normal setiap tahunnya. Pada tahun 2009 terdapat sebesar 7,69% pekerja yang menderita KVP
dibawah normal, kemudian tahun 2010 meningkat menjadi 15,39% dan pada
tahun 2011 kembali meningkat hingga 23,08%. Selain itu juga, pada pekerja
bagian plant yang telah diwawancarai terdapat keluhan subjektif yang dirasakan 7 dari 10 pekerja seperti batuk kering, sesak nafas dan kelelahan umum.
Selain itu juga, gangguan faal paru tidak hanya disebabkan oleh
konsentrasi debu yang tinggi saja, melainkan juga dipengaruhi oleh karakteristik
yang terdapat pada individu pekerja seperti usia, masa kerja, pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) jenis masker, riwayat merokok dan riwayat penyakit
beberapa pekerja dilingkungan kerja ketika waktu istirahat atau bahkan pada jam
kerja di area plant akan membuat kondisi lingkungan tempat kerja dan diri pekerja sendiri lebih beresiko terhadap gangguan kesehatan terutama gangguan
terhadap sistem pernafasan termasuk di dalamnya paru-paru. Oleh karena itulah
peniliti ingin mengetahui hubungan lingkungan tempat kerja dan karakteristik
pekerja dengan KVP pada pekerja bagian plant pada PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta pada tahun 2011.
1.2 Rumusan Masalah
Kapasitas Vital Paru (KVP) yang buruk pada seseorang dapat disebabkan
oleh tingginya konsentrasi debu yang terhirup oleh orang tersebut. Namun, nilai
KVP seseorang tidak hanya disebabkan oleh konsentrasi debu yang tinggi saja,
melainkan juga dipengaruhi oleh karakteristik yang terdapat pada individu
pekerja seperti usia, masa kerja, pemakaian alat pelindung diri jenis masker,
riwayat merokok dan riwayat penyakit (Sirait, 2010). Adapun berdasarkan Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-01/MEN/1997 Nilai Ambang Batas (NAB)
untuk debu total lingkungan kerja adalah 10 mg/m3.
Gambar 1.1
Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan kerja pada salah satu area
plant PT. Sibelco Lautan Minerals menghasilkan konsentrasi debu melibihi NAB yaitu sebesar 11.27 mg/m3 dan terdapat keluhan subjektif yang dirasakan oleh 7
dari 10 pekerja bagian plant tersebut seperti batuk kering, sesak nafas, dan kelelahan umum. Selain itu juga adanya aktifitas merokok yang dilakukan oleh
para pekerja di lingkungan kerja akan membuat kondisi lingkungan tempat kerja
dan diri pekerja sendiri lebih beresiko terhadap gangguan kesehatan terutama
gangguan terhadap sistem pernafasan termasuk didalamnya paru-paru. Oleh
karena itulah peneliti ingin mengetahui hubungan lingkungan tempat kerja dan
karakteristik pekerja dengan KVP pada pekerja bagian plant pada PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta pada tahun 2011.
1.3Pertanyaan Penelitian
2. Bagaimana gambaran lingkungan tempat kerja (konsentrasi debu) pada
pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011? 3. Bagaimana gambaran karakteristik pekerja (usia, kebiasaan olahraga,
kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan masker) pada
pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011? 4. Apakah lingkungan tempat kerja (konsentrasi debu) berhubungan dengan
KVP pada pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011?
5. Apakah karakteristik pekerja (usia, kebiasaan olahraga, kebiasaan
merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan masker) berhubungan
dengan KVP pada pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan lingkungan tempat kerja dan karakteristik
pekerja dengan KVP pada pekerja bagian plant pada PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta pada tahun 2011..
1.4.2 Tujuan Khusus
2. Diketahuinya gambaran lingkungan tempat kerja (konsentrasi debu)
pada pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011.
3. Diketahuinya gambaran karakteristik pekerja (usia, kebiasaan
olahraga, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan
masker) pada pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011.
4. Diketahuinya hubungan lingkungan tempat kerja (konsentrasi debu)
dengan KVP pada pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011.
5. Diketahuinya hubungan faktor karakteristik pekerja (usia, kebiasaan
olahraga, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan
masker) dengan KVP pada pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011
1.5 Manfaat Hasil Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah wawasan pengetahuan dan
pengalaman penelitian sehingga dapat diterapkan dalam praktik
sesungguhnya.
Memberikan manfaat bagi program kesehatan sebagai dasar untuk
penelitian lebih lanjut pada industri pengadaan bahan baku keramik
didaerah tempat penelitian maupun ditempat lain.
1.5.3 Manfaat Bagi Perusahaan
1. Memberikan gambaran tentang faktor-faktor berhubungan dengan KVP
pekerjanya khususnya pekerja bagian plant.
2. Memberikan solusi alternatif pada perusahaan mengenai hasil penelitian
yang diperoleh melalui uji statistik.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada perusahan pengolah bahan baku keramik
yaitu PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta pada bulan April hingga September
tahun 2011. Desain penelitian ini adalah crossectional bersifat kuantitatif untuk mengetahui hubungan lingkungan tempat kerja dan karakteristik pekerja dengan
KVP pada pekerja bagian plant. Penelitian ini dilakukan karena adanya konsentrasi debu pada area plant yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) debu di tempat kerja yaitu 11.27 mg/m3 dari NAB sebesar 10 mg/m3 (Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja nomor 01 tahun 1997). Kemudian data hasil
15.39% (2010) dan 23.08% (2011). Selain itu juga, terdapat keluhan subjektif
seperti batuk kering, sesak nafas dan kelelahan umum pada beberapa pekerja
bagian plant. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara pengukuran menggunakan spirometri,
pengisian kuisioner dan pengukuran kosentrasi debu total yang diterima pekerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapasitas Paru-Paru
Dalam penguraian peristiwa-peristiwa dalam sirkulasi paru, kadang-kadang
di perlukan untuk menyatukan dua volume atau lebih. Kombinasi seperti itu disebut
sebagai kapasitas paru. Menurut Guyton (1997), kapasitas paru dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Kapasitas inspirasi (IC)
Inspiration Capacity (IC) adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh
seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru
sampai jumlah maksimum (kira-kira 3500 mL). Nilai kapasitas ini
merupakan hasil dari penjumlahan nilai volume tidal (VT) dengan volume
cadangan inspirasi (IRV).
Fungtional Residual Capacity (FRC) adalah jumlah udara yang tersisa dalam
paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 mL). Nilai kapasitas ini
hasil dari penjumlahan volume cadangan inspirasi (IRV) ditambah volume
cadangan ekspirasi (ERV).
3) Total Lung Capacity (TLC)
Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum di mana paru dapat
dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL).
4) Vital capacity (VC/KPV)
Kapasitas vital paru (VC) adalah jumlah gas yang dapat diekspirasisetelah
inspirasi secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80 % TLC)
Besarnya adalah 4800 ml.
2.1.1 Kapasitas Vital Paru (KVP)
Kapasitas Vital Paru (KVP) adalah kemampuan paru
untuk menghisap atau menghembuskan udara secara maksimal
(Usin, 2000). Nilai KVP sama dengan volume cadangan inspirasi
(IRV) ditambah volume tidal (VT) dan volume cadangan ekspirasi
(ERV). Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara
mL) (Guyton, 1997). Adapun nilainya diukur dengan cara individu
melakukan inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan
sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur
(Corwin, 2001).
Ada dua macam kapasitas vital berdasarkan cara pengukurannya:
1) Vital Capacity (VC): pada pengukuran jenis ini individu tidak perlu melakukan aktivitas pernafasan dengan
kekuatan penuh
2) Forced Vital Capacity (FVC): pada pengukuran ini pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan maksimal
Pada orang normal tidak ada perbedaan antara kapasitas
vital dan kapasitas vital paksa, tetapi pada keadaan ada gangguan
obstruktif terdapat perbedaan antara kapasitas vital dan kapasitas
vital paksa. Adapun standar KVP dibagai kedalam perbedaan
jenis kelamin adalah:
Tabel 2.1 Nilai Standar KVP
Usia Laki-Laki Perempuan
4 700 600
31-35 3900 2640
36-40 3800 2520
41-45 3600 2390
46-50 3410 2250
51-55 3240 2160
56-60 3100 2060
Usia Laki-Laki Permpuan
61-65 2970 1960
(Sumber: Koesyanto, 2005)
Pengukuran KVP seringkali digunakan di klinik sebagai
indeks fungsi paru khususnya ventilasi paru-paru dan dinding
dada. Nilai tersebut bermanfaat dalam memberikan informasi
mengenai kekuatan otot-otot pernafasan serta beberapa aspek
fungsi pernapasan lain. Hasil dari tes fungsi paru tidak dapat
untuk mendiagnosis suatu penyakit paru-paru tapi hanya
memberikan gambaran KVP dibawah normal yang dapat
dibedakan atas:
a. Kelainan obstruktif (kelainan pada ekspirasi)
Setiap keadaan hambatan aliran udara karena adanya
sumbatan atau penyempitan saluran nafas. Kelainan
obstruktif akan mempengaruhi kemampuan ekspirasi.
Gangguan pada paru yang menyebabkan kekakuan
paru sehingga membatasi pengembangan paru-paru.
Gangguan restriktif mempengaruhi kemampuan inspirasi
(Price, 1995).
Adapun kriteria gangguan fungsi paru yang dibagi
kedalam 4 kriteria, yaitu:
Tabel 2.2
Kriteria Gangguan Fungsi Paru Menurut ATS (American Thoracic Society)
KVP (%) Kategori
2.1.2 Alat Ukur Kapasitas Vital Paru (KVP)
Adapun alat yang dapat digunakan untuk mengukur KVP adalah
spirometri. Spirometri merupakan alat dengan metode sederhana yang
dapat mengukur volume paru utama yang nantinya akan dijumlahkan
tergantung kebutuhan untuk mendapatkan nilai kapasitas paru utama.
Untuk nilai volume paru utama yang diperoleh dibagi atas volume statis
paru dan volume dinamis paru yang terdiri dari:
a. Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan
setiap kali bernapas pada saat istirahat. Volume tidal normalnya
adalah 350-400 ml.
b. Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru
setelah menghembuskan napas secara maksimal atau ekspirasi
paksa. Nilai normalnya adalah 1200 ml
c. Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat
diinspirasi secara paksa sesudah inspirasi volume tidal normal.
d. Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat
diekspirasi secara paksa sesudah ekspirasi volume tidal normal.
2) Volume dinamis paru
Volume ini dihitung melalui nilai Force Vital Capacity
(FVC) yang merupakan volume udara maksimum yang dapat
dihembuskan secara paksa atau kapasitas vital paksa yang umumnya
dicapai dalam 3 detik, normalnya 4 liter dan FEV1 (Forced Expired Volume in one second) merupakan volume udara yang dapat dihembuskan paksa pada satu detik pertama normalnya 3,2 liter.
Pada orang normal persentase kapasitas vital kuat yang dikeluarkan
pada detik pertama (FEV1/FVC%) adalah 80%. Pada obstruksi
kapasitas ini dapat berkurang menjadi kurang dari 20% (Guyton,
1994).
2.2 Penyakit Paru Akibat Kerja
Berbagai penyakit dapat timbul dalam lingkungan pekerjaan yang
mengandung debu industri terutama pada konsentrasi debu yang cukup tinggi, antara
lain pneumoconiosis (silikosis, asbestosis, beriliosis), hemosiderosis, bisinosis,
bronchitis, asma kerja serta kanker paru. Penyakit paru kerja terbagi atas 3 bagian
yaitu :
1. Akibat debu organik, misalnya debu kapas (Bissinosis), debu padi-padian
(Grain worker’s disease), debu kayu.
2. Akibat debu anorganik (pneumoconiosis), misalnya debu silica (silikosis),
debu asbes (asbestosis), debu timah (Stannosis).
3. Penyakit paru kerja akibat gas iritan, 3 polutan yang paling banyak
mempengaruhi kesehatan paru adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen
dioksida (NO2), dan ozon (O3).
Bila penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada
pengobatan yang spesifik dan efektif untuk menyembuhkannya. Gejala biasanya
timbul apabila penyakit sudah lanjut.
2.3.1 Definisi Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai
partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM)
dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus
pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and Out Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap
lingkungan maupun terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Debu industri yang terdapat di udara dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Deposit Particulate Matter
Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya sementara di udara. Partikel ini akan segera mengendap
karena daya tarik bumi.
2. Suspended Particulate Matter
Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap. (Pudjiastuti,
2002)
Menurut Suma’mur (1998), debu adalah partikel-partikel zat
padat yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis
peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun
anorganik. Adapun debu tersebut terdiri dari 2 golongan, yaitu padat dan
cair. Debu yang terdiri atas partikel-partikel padat dapat menjadi 3
macam :
a. Dust
Dust terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang
submikroskopik sampai yang besar. Debu yang berbahaya
adalah ukuran yang bisa terhirup ke dalam sistem pernafasan,
umumnya lebih kecil dari 100 mikron dan bersifat dapat
terhirup ke dalam paru-paru
b. Fumes
Fumes adalah partikel-partikel zat padat yang terjadi
oleh karena kondensasi dari bentuk gas, biasanya sesudah
penguapan benda padat yang dipijarkan dan lain-lain dan
biasanya disertai dengan oksidasi kimiawi sehingga terjadi
zat-zat seperti logam (Cadmium) dan timbal (Plumbum).
c. Smoke
Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan
organik yang tidak sempurna dan berukuran sekitar 0,5 mikron.
Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan
elektris, tidak berdifusi, dan turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu
di atmosfer lingkungan kerja biasanya berasal dari bahan baku atau hasil
produksi. Adapun sifat-sifat debu adalah sebagai berikut :
1. Sifat Pengendapan
Debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya
gravitasi bumi. Debu yang mengendap dapat mengandung
proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di
udara.
2. Permukaan cenderung selalu bersih
Permukaan debu yang cenderung selalu bersih
disebabkan karena permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan
air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai upaya
pengendalian debu di tempat kerja.
3. Sifat Penggumpalan
Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu
yang selalu basah maka debu satu dengan yang lainnya
cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat
kelembaban di atas titik saturasi dan adanya turbelensi di
4. Debu Listrik Statik
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik
partikel lain yang berlawanan dengan demikian partikel dalam
larutan debu mempercepat terjadinya penggumpalan.
5. Sifat Opsis
Opsis adalah partikel yang basah atau lembab
lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam
kamar gelap.
Partikel debu melayang (Suspended Particulated Metter) adalah suatu kumpulan senyawa dan bentuk padatan maupun cair yang tersebar
di udara dengan diameter yang sangat kecil, kurang dari 1 mikron sampai
maksimal 500 mikron. Ukuran partikel debu yang membahayakan
kesehatan umumnya berkisar antara 0,5 mikron sampai 25 mikron.
Partikel debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relative
lama dalam keadaan melayang-layang dan dapat masuk melalui saluran
pernafasan.
Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap akan
berukuran antara 3-5 mikron tertahan dan tertimbun pada saluran nafas
tengah. Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirable
merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai
dari bronkhiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang
dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli, debu yang ukurannya
antara 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk
alveoli, bila membentur alveoli maka dapat tertimbun ditempat tersebut.
Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan semuanya
bila jumlahnya kurang dari 10 partikel per milimeter kubik udara (WHO,
1990).
2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Nilai KVP merupakan suatu gambaran dari fungsi sistem pernafasan.
Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis sehingga
frekuensi lama seseorang bekerja pada lingkungan tempat kerja yang berdebu dan
faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja (karakteristik pekerja)
merupakan hal utama yang berhubungan dengan KVP (Widodo, 2007). Adapun
faktor-faktor tersebut adalah:
1) Lingkungan Tempat Kerja
Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Kesehatan Nomor 1 Tahun
1970 dikatakan bahwa tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan,
sering dimasuki pekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya. Adapun sumber bahaya yang berhubungan dengan
nilai KVP pekerja khusunya perusahaan pengadaan bahan baku keramik
adalah debu.
Debu yang memapar pekerja dapat dilihat dari ukuran
partikelnya, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama paparan serta
bentuk dari debu itu sendiri. Pada dasarnya tingkat kelarutan debu
pada air dapat mengindikasikan tingkat bahan dalam debu larut dan
dengan mudah dapat masuk pembuluh darah kapiler alveoli. Bila debu
tidak mudah larut tetapi ukurannya kecil maka partikel-partikel
tersebut dapat masuk ke dinding alveoli. Semakin tinggi konsentrasi
debu, maka semakin besar pula kemungkinan menimbulkan keracunan
maupun gangguan terhadap paru (Faridawati, 1995).
2) Karakteristik Pekerja
Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja didalam hubungan kerja
pada pengusaha dengan menerima upah sebagai hasil dari kerjanya.
Karakteristik pekerja merupakan hal-hal yang ada pada diri pekerja yang
akan berdampak pada hasil kerja dan dalam hal ini kesehatan individu itu
sendiri. Adapun yang termasuk hal-hal yang termasuk kedalam karakteristik
pekerja yang berhubungan dengan KVP adalah:
Usia merupakan variabel yang penting dalam hal terjadinya
gangguan fungsi paru karena usia mempengaruhi kekenyalan paru
sebagaimana jaringan lain dalam tubuh. Semakin tua usia seseorang
maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi paru
terutama yang disertai dengan kondisi lingkungan yang buruk serta
faktor lain yang akan memperburuk kondisi paru. Penurunan KVP
dapat terjadi setelah usia 30 tahun, tetapi penurunan KVP akan cepat
setelah usia 40 tahun. Faal paru sejak masa kanak-kanak bertambah
volumenya dan akan mencapai nilai maksimum pada usia 19 sampai
21 tahun. Setelah usia tersebut nilai faal paru akan terus menurun
sesuai dengan pertambahan usia (Budiono, 2007).
Berdasarkan penelitian Mengkidi (2006), pada populasi pekerja
pabrik semen di Sulawesi Selatan yang terpapar dengan debu semen
menunjukkan bahwa usia merupakan faktor risiko untuk terjadinya
gangguan fungsi paru. Selain itu juga, pada keadaan normal usia juga
mempengaruhi frekuensi pernapasan dan kapasitas paru. Frekuensi
pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali permenit, pada
anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar 30 kali
permenit. Walaupun pada orang dewasa pernapasan frekuensi
pernapasan lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi, akan
tetapi KVP pada orang dewasa lebih besar dibanding anak-anak dan
dari suatu penyakit, pernapasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya
(Syaifudin, 1997).
b. Jenis Kelamin
Menurut Guyton (1997) volume dan kapasitas seluruh paru
pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria,
dan lebih besar lagi pada atletis dan orang yang bertubuh besar
daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis. Menurut Tambayong
(2001) disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria lebih besar yaitu
4,8L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1L.
c. Kebiasaan merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran pernapasan dan jaringan paru. Apabila kondisi lingkungan
kerja seorang perokok memiliki tingkat konsentrasi debu yang tinggi
maka maka dapat menyebabkan gangguan fungsi paru yang ditandai
dengan penurunan fungsi paru (VC, FVC dan FEV1). Debu yang
tertimbun dalam paru akan menyebabkan fibrosis (pengerasan jaringan
paru), sehingga dapat menurunkan KVP. Kebiasaan merokok akan
mempercepat penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa
pertahun adalah 28,7 mL untuk non perokok, 38,4mL untuk bekas
Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh
debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes,
2003). Tenaga kerja yang merokok dan berada dilingkungan yang
berdebu cenderung mengalami gangguan saluran pernapasan
dibanding dengan tenaga kerja yang berada pada lingkungan yang
sama tetapi tidak merokok (Mengkidi, 2006). Selain itu juga menurut
Gold et al (2005) juga menyatakan bahwa kebiasaan merokok pada
pekerja yang terpapar oleh debu memperbesar kemungkinan untuk
terjadinya gangguan fungsi paru.
Adapun untuk mengukur derajat berat merokok biasanya
dilakukan dengan menghitung indeks Brinkman, yaitu perkalian antara
jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap setiap hari kemudian
dikalikan dengan lama merokok dalam tahun. Nilai yang dihasilkan
dari perhitungan tersebut akan dimasukkan kedalam tiga kategori
yaitu:
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : > 600
Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal
balik.Gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga,
sebaliknya latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan
faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan mempunyai
kapasitas aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih tinggi
serta kapasitas paru yang meningkat (Sahab, 1997).
Kapasitas Vital Paru (KVP) dapat dipengaruhi oleh kebiasaan
seseorang melakukan olahraga. Olahraga dapat meningkatkan aliran
darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat
berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau
maksimum. Kapasitas vital pada seorang atlet lebih besar daripada
orang yang tidak pernah berolahraga (Hall, 1997). Menurut Guyton
(1997), kebiasaan olah raga akan meningkan kapasitas paru dan akan
meningkat 30-40%.
Secara umum semua cabang olahraga, permainan dan aktifitas
fisik sedikit banyak membantu meningkatkan kebugaran fisik. Namun
terdapat perbedaan dalam tingkat dan komponen-komponen kebugaran
fisik yang ditingkatkan.
Tabel 2.3
1. Sangat Baik Tarian aerobic Bersepeda
Bulutangkis Basket
Jogging/lari Sepak bola
Bolanet Berenang
No Tingkat Kebugaran Jenis Kegiatan Olahraga
2. Baik Beladiri Sepak takraw
Kebugaran aerobik*: Kebugaran dari paru, jantung dan peredaran darah. Kebiasaan berolahraga tersebut dilakukan 3-5 kali seminggu. Sumber: Giam.C.K (1996)
e. Status Gizi
Kesehatan dan daya kerja erat hubungannya dengan status gizi
seseorang. Secara umum kekurangan gizi akan berpengaruh terhadap
kekuatan daya tahan dan respon imunologis terhadap penyakit dan
keracunan. Status gizi juga berperan terhadap kapasitas paru. Orang
dengan postur kurus panjang biasanya kapasitas vital paksanya lebih
besar dari orang dengan postur gemuk pendek.
Tanpa makan dan minum yang cukup kebutuhan energi untuk
Menurut Sridhar (1999) secara fisiologis seseorang dengan status gizi
yang kurang maupun lebih dapat mengalami penurunan KVP yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi paru.
Adapun status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT).
IMT = BB (kg)
TB2(m)
Tabel 2.4
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Kategori
IMT
IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat Kekurangan BB tingkat rendah
< 17 17.0-18.5
Normal >18.5-25.00
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan Kelebihan BB tingkat berat
25.00-27.00 >27.0
(Supariasa, 2001)
f. Riwayat penyakit Saluran Pernafasan
Kondisi kesehatan saluran pernafasan dapat mempengaruhi
KVP seseorang. Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat
sakit (Ganong, 2002). Nilai kapasitas paru otomatis akan berkurang
pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti
juga, adanya riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan
mengakibatkan pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat
dilakukan dengan menghindari diri dari debu dengan cara memakai
masker saat bekerja (Suma’mur, 1996).
g. Penggunaan Masker
Pekerja yang aktivitas pekerjaannya banyak terpapar oleh
partikel debu memerlukan alat pelindung diri berupa masker untuk
mereduksi jumlah partikel yang kemungkinan dapat terhirup. Masker
berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel yang
lebih besar ke dalam saluran pernafasan. Masker dapat terbuat dari kain
dengan ukuran pori-pori tertentu agar risiko paparan debu yang dapat
terinhalasi ke paru-paru sehingga terjadi pengendapan partikel dan
akhirnya mengurangi nilai KVP dapat diminimalisir (Carlisle, 2000).
h. Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (pada
suatu kantor, badan dan sebagainya) (KBBI, 2001). Penelitian Yuli
(2005) dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja dapat
mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru yang salah satu
didalamnya adalah nilai KVP pada pekerja. Menurut Morgan dan
yang terpapar oleh debu untuk terjadinya gangguan KVP kurang lebih
10 tahun.
Masa kerja dapat dikategorikan menjadi:
1. masa kerja baru ( < 5 tahun )
2. masa kerja lama ( ≥ 5 tahun )
Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak
dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja
tersebut (Suma’mur, 1996).
i. Riwayat Pekerjaan
Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit
akibat kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat
menyebabkan gangguan paru (Suma’mur, 1996). Hubungan antara
penyakit dengan pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat
perbaikan keluhan pada akhir minggu atau hari libur diikuti peningkatan
keluhan untuk kembali bekerja, setelah bekerja ditempat yang baru atau
setelah digunakan bahan baru di tempat kerja. Riwayat pekerjaan dapat
menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar dengan pekerjaan
berdebu, hobi, pekerjaan pertama, pekerjaan pada musim-musim tertentu,
3) Karakteristik Pekerjaan
a. Jumlah Jam Kerja per Minggu (waktu kerja)
Data jumlah jam kerja per minggu pada aktivitas pekerja yang
terpapar debu dapat digunakan sebagai perkiraan kumulatif paparan
yang diterima oleh seorang pekerja. Rendahnya KVP pada pekerja
tergantung pada lamanya paparan serta konsentrasi debu lingkungan
kerja. Paparan dengan konsentrasi rendah dalam waktu lama mungkin
tidak akan segera menunjukkan adanya penurunan nilai KVP
dibandingkan dengan paparan tinggi dalam waktu yang singkat
(Budiono, 2007)
b. Beban kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas
pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi
pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut
bekerja sehingga disebut beban kerja, sehingga beban kerja merupakan
kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Beban kerja
Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan
tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, tapi pernapasan harus tetap
dapat memelihara kandungan oksigen dan karbondioksida tersebut
(Guyton & Hall, 1996).
c. Sikap kerja
Pengertian sikap kerja merupakan kesiapan mental maupun fisik
untuk bekerja dengan cara tertentu yang dapat dilakukan dalam
kecenderungan tingkah laku pekerja dalam menjalankan aktivitasnya
sebagai upaya memperkaya kecakapan dan kelangsungan hidup
(Maryani, 2005).
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori (gambar 2.1) diperoleh dari hasil modifikasi berbagai sumber.
Faridawati (1995) menyatakan bahwasannya paparan debu dapat menyebabkan
keracunan maupun gangguan terhadap paru. Kemudian untuk faktor karakteristik
individu dan beban kerja diperoleh dari teori Guyton dan Hall (1997) yang
mengatakan bahwa jenis kelamin dan kebiasaan olahraga berhubungan dengan nilai
KVP. Selain itu juga jumlah jam kerja perminggu, usia (Budiono, 2007), kebiasaan
merokok (Depkes, 2003), status gizi (Sridhar, 1999), riwayat penyakit saluran
pernafasan (Ganong, 2002), penggunaan masker (Carlisle, 200), masa kerja
(Faridawati, 1995), sikap kerja (Maryani, 2005) dan riwayat pekerjaan (Suma’mur,
Berdasarkan hasil dari modifikasi tersebut dapat digambarkan sebuah kerangka teori
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi dari (Budiono, 2007; Carlisle, 2000; Depkes, 2003; Faridawati, 1995; Ganong, 2002; Guyton,1997; Hall, 1997; Maryani, 2005; Sridhar, 1999;
Suma’mur, 1996)
Lingkungan Tempat Kerja
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Variabel yang akan diteliti terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.Variabel bebas terdiri dari konsentrasi debu, usia, kebiasaan
olahraga, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan masker
sedangkan variabel terikatnya adalah KVP pekerja. Selain itu juga, ada variabel yang
tidak diteliti pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, riwayat penyakit saluran
pernafasan, riwayat pekerjaan serta faktor pekerjaan.
Faktor lingkungan kerja dalam hal ini terkait dengan debu (ukuran partikel,
daya larut, sifat kimiawi, lama paparan dan bentuk debu) tidak diteliti karena debu
pada area kerja plant terdiri atas 2 (dua) debu yang utama dari bahan baku yang telah bercampur sehingga tidak bisa diketahui debu yang akan diukur berasal dari bahan
baku yang mana. Selanjutnya untuk faktor karakteristik pekerjaan tidak diteliti
karena seluruh pekerja memiliki waktu kerja yang sama yaitu 8 jam kerja
mempengaruhi KVP seperti aktivitas fisik dari pekerjaan, posisi kerja yang berbeda
ketika berada di sumber debu serta ventilasi pada area plant.
Jenis kelamin pekerja tidak diteliti karena seluruh pekerja bagian plant
adalah berjenis kelamin laki-laki. Kemudian untuk riwayat penyakit saluran
pernafasan tidak diteliti karena seseorang yang telah mengalami penyakit saluran
pernafasan secara otomatis akan menurunkan nilai KVP. Selain itu juga, berdasarkan
hasil survey pendahuluan didapat bahwa hampir seluruh pekerja yang masuk ke
perusahaan ini adalah fresh graduate, sehingga variabel riwayat pekerjaan tidak menjadi variabel pada penelitian ini. Adapun kerangka konsep penelitian dapat
dilihat pada bagan di bawah ini:
Lingkungan Tempat Kerja
Karakteristik Pekerja
3.2 Hipotesis
Kapasitas
Vital Paru
Usia
Kebiasaan Olahraga
Kebiasaan Merokok
Status Gizi
Masa Kerja
1. Ada hubungan antara lingkungan tempat kerja dengan KVP pada pekerja
bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011
2. Ada hubungan antara karakteristik pekerja dengan KVP pada pekerja bagian
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
cross sectional karena pengambilan data variabel independen dan variabel dependen dilakukan pada saat yang bersamaan. Desain ini digunakan karena mudah
dilaksanakan, sederhana, murah, ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat
diperoleh dengan cepat (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini bersifat analitik yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan tempat kerja dan karakteristik
pekerja dengan KVP pekerja pada bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta dari bulan
April sampai dengan Agustus 2011.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja PT. Sibelco Lautan
Minerals Jakarta pada tahun 2011 yang berjumlah 61 orang. Adapun jumlah
1). Bagian Produksi terdapat 41 pekerja
2). Bagian Mekanik terdapat 11 pekerja
3). Bagian Quality Control terdapat 9 pekerja
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel jenuh pada pekerja
bagian plant PT.Sibelco Lautan Minerals Jakarta. Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi 2 tail (1-α/2):
n = (Z1-α/2V2P(1-P)+Z1-βVp1(1-p1)+p2(1-p2))2
(p1-p2) 2
Keterangan :
n = besar sampel
Z1-a/2 = derajat kemaknaan (CI) pada α tertentu
P = proporsi rerata
p1 = proporsi pekerja yang tidak menggunakan masker yang mengalami gangguan KVP pada penelitian sebelumnya (0.5) (Widodo, 2007) p2 = proporsi pekerja yang menggunakan masker yang mengalami
gangguan KVP pada penelitian sebelumnya (0.15) (Widodo, 2007)
sehingga :
n = (1.96V2x0.325(1-0.325)+0.84V0.05(1-0.5)+0.15(1-0.15))2
(0.5-0.15)2
Hasil dari perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut
diperoleh jumlah sampel yang harus diambil adalah 27 pekerja. Jadi, sampel
minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebesar 27 pekerja dikalikan
dua (2) karena menggunakan uji hipotesis dua proporsi segingga jumlah
sampel yang harus diambil adalah sebesar 54 pekerja. Untuk menghindari
drop out atau missing jawaban maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel minimal sehingga jumlah keseluruhan sampel sebesar 60 pekerja.
Karena jumlah perja pada bagian plant ada sebanyak 61 orang maka sampel yang digunakan adalah sampel jenuh yaitu sebanyak 61 pekerja.
4.4Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1 Kriteria lnklusi
Kriteria inklusi adalah syarat yang harus dipenuhi agar
responden dapat menjadi sampel penelitian. Adapun kriteria pada
penelitian ini adalah pekerja yang menjadi responden dalam keadaan
sehat dari penyakit paru dan pernafasan seperti bronchitis, radang paru,
TBC paru, asma dan alergi saluran pernafasan, dan lain-lain dengan
asumsi bahwa penyakit yang berhubungan dengan salauran pernafasan
dan paru tersebut sudah pasti akan berhubungan dengan nilai KVP.
4.4.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah syarat yang tidak dapat dipenuhi oleh
responden supaya dapat menjadi sampel. Adapun kriteria tersebut
adalah responden menolak berpartisipasi dalam penelitian.
4.5 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer diperoleh langsung
dari responden, melalui:
1. Wawancara dan Observasi Lapangan
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penelitian (Marzuki, 2002). Dalam hal ini dilakukan tanya jawab atau
wawancara secara langsung kepada pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta tahun 2011 dan diisi kedalam kuisioner penelitian.
Untuk observasi akan dilakukan oleh peneliti langsung kepada para
pekerja yang ada pada area plant. Data observasi berupa kondisi dan penggunaan masker serta aktivitas merokok pada smoking area akan dimasukkan kedalam lembar observasi yang telah disediakan.
2. Pengukuran KVP
Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru pekerja
3. Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
Metode ini dilakukan dengan cara mendapatkan hasil pengukuran
tinggi badan dan pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak.
4. Pengukuran Konsentrasi Debu Terhirup
Pengukuran debu terhirup menggunakan alat Personal Dust Sampler
(PDS) yang berisi kertas filter yang akan menangkap debu yang memapar
pekerja. Alat ini dilengkapi dengan pompa yang akan menghisap debu dari
udara kedalam filter dengan menggunakan laju alir tertentu.
4.6 Instrumen Penelitian
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen spirometri untuk KVP,
Personal Dust Sampler (PDS), timbangan injak, meteran, lembar skrining pekerja,
lembar pengukuran lingkungan kerja, lembar pengukuran status gizi dan KVP,
lembar observasi serta kuisioner yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Spirometri
Spirometri adalah alat yang digunakan untuk mengukur KVP
pekerja. Data hasil pengukuran ini didapatkan melalui cara pengukuran
fungsi paru pekerja dengan menggunakan alat spirometer merk Chest tipe HI-101. Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja adalah sebagai
1) Alat spirometri yang akan digunakan dihisupkan terlebih dahulu
dengan menekan tombol On pada alat.
2) Masukkan tube atau pipa untuk meniupkan udara pada alat.
3) Tekan tombol start dengan kondisi tube telah masuk ke dalam mulut tanpa ada sedikitpun udara yang keluar melalui mulut.
4) Mengambil udara (inspirasi) kemudian mengeluarkannya (ekspirasi)
pada tube yang telah berada di dalam mulut secara perlahan
(dilakukan sebanyak tiga kali).
5) Setelah selesai, buka mulut untuk mengambil nafas sejenak untuk
kemudian melakukan respirasi ulang ke dalam tube secara paksa
(maksimal) (dilakukan sebanyak tiga kali).
5) Baca hasil pengukuran pada display dan kertas print out yang keluar. 2. Personal Dust Sampler (PDS)
Personal Dust Sampler (PDS) adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi debu dengan prinsip kerja menghisap udara
dengan kecepatan tertentu (1.7 Liter/menit) melalui kertas filter sehingga
udara yang melalui pipa akan tersaring oleh filter yang mempunyai berat
tertentu. Tipe PDS yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe SKC
Cara penggunaan alat:
1). Pasang filter pada PDS, alat di “ON” kan dan atur flow meter.
2). Pasangkan holder pada krah baju selama 4 jam.
3) Filter diambil, kemudian ditimbang (berat filter terisi).
4) Jika sudah selesai matikan alat dengan menekan OFF.
3. Timbangan Analitik
Timbangan analitik adalah alat yang digunkan untuk menimbang
filter kosong dan filter terisi yang akan dan telah dipasang pada PDS.
Cara penggunaan alat:
1) Sambungkan alat dengan arus listrik
2) Tekan tombol ON/OFF, kemudian muncul angka 8888, tunggu sampai
berubah 0
3) Pasangkan kertas filter ke timbangan
4) Catat berat filter dalam gram
5) Filter diambil, matikan alat dengan menekanan tombol ON/OFF
Hasil penimbangan filter dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
W1 : berat filter uji awal (gram) W2 : berat filter uji akhir (gram) Wa : berat filter awal blangko (gram) Wb : berat filter akhir blangko (gram) V (volume udara) = F x t (m3)
F (flow rate) = rata-rata flow rate X Pa X 2980 K (m3/menit) 760 mm Hg Ta
Keterangan :
t : waktu sampling (menit) Pa : tekanan udara (mm hg)
Ta : temperatur udara (temperatur rata-rata + 2730 K)
4. Timbangan Badan
Timbangan badan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
berat badan dari tubuh pekerja dengan merk Tanita HA622 500 x 500 cm.
Pengukuran ini dilakukan sebanyak tiga kali (3) untuk mengurangi bias dan
validasi hasil pengukuran dan setiap melakukan pengukuran terlebih dahulu
memastikan jarum timbangan berada pada angka 0.
5. Meteran
Meteran adalah sutau alat yang digunakan untuk mengukur tinggi
Cara penggunaan alat:
1). Pekerja berdiri tegak.
2). Lalu meteran diukur dari ujung kaki hingga ujung lapisan kepala.
6. Lembar Skrining Pekerja
Lembar skrining pekerja digunakan untuk menyaring pekerja yang
tidak dimasukkan kedalam sampel penelitian (kriteria inklusi). Lembar
skrining ini berisi pertanyaan tentang gejala-gejala beberapa penyakit yang
berhubungan dengan terjadinya penurunan nilai KVP pekerja. Lembar ini
terdiri atas 7 (tujuh) pertanyaan dimana ketika pekerja menjawab tidak pada
soal nomor 1 (satu), maka pekerja dapat masuk ke dalam sampel penelitian.
7. Lembar Pengukuran Status Gizi dan KVP
Lembar ini berfungsi untuk mencatat rata-rata berat badan dan tinggi
badan masing-masing responden untuk kemudian mendapatkan nilai dari
status gizi pekerja tersebut. Nilai KVP didapat melalui data medical check up
untuk kemudian dipindahkan ke dalam lembar ini untuk mempermudah
pengumpulan data.
8. Lembar Observasi Kondisi Masker, Penggunaan Masker dan Aktivitas
Merokok Pekerja
Lembar observasi ini digunakan untuk memeriksa kondisi masker