SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PENYUSUTAN PADA
PT. BANK SUMUT
Oleh :
NAMA
: M. RICKY BUDIMAN
NIM :
020522015
DEPARTEMEN
:
AKUNTANSI
Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Adalah benar hasil karya seni sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dibuat, dipublikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara .
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya, apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 19 Agustus 2008
Yang membuat pernyataan
M. Ricky Budiman
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas
berkat dan rahmat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, yang berjudul “Analisis Penerapan Akuntansi Penyusutan pada
PT. Bank Sumut”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas dan sekaligus
sebagai persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi USU.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Teristimewa Ayahanda Akhmad Yousrie Samad & Ibunda Surya Ningsih
yang telah banyak berkorban dalam mendidik dan mengasuh penulis sejak
kecil.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi.
4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak., selaku pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis demi kesempurnaan
skripsi ini.
5. Bapak Drs. Rasdianto, MSi, Ak., selaku pembanding I dan Bapak Fahmi
Natigor Nasution, SE., M.Acc., Ak., selaku pembanding II yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam menyelesaikan
8. Bapak Agus Pranoto selaku Pemimpin Divisi Teknologi Informasi &
Akuntansi PT. Bank Sumut.
9. Bapak Rahmat Khairul selaku Pemimpin Bidang Akuntansi PT. Bank
Sumut.
10. Bapak Fajar selaku staff Divisi Umum yang telah memberikan bantuan
kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
11. Seluruh dosen, staff dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara Medan, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Kepada seluruh teman-teman seperkuliahan Fakultas Ekonomi USU yang
telah memberikan masukan dan saran kepada penulis sehingga selesai
skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis
khususnya.
Medan, 19 Agustus 2008 Penulis
apakah manajemen telah menetapkan kebijakan yang tepat dalam menaksir masa manfaat aktiva tetap. Kesalahan dalam penentuan masa manfaat aktiva tetap seperti komputer dapat mengakibatkan perbedaan dalam perhitungan laba dan pajak.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan bermanfaat sebagai dasar penelitian ini dipergunakan metode penelitian kepustakaan dan metode penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya metode analisis data digunakan metode deskriptif deduktif dimana data yang dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan dianalisi dan dibandingkan dengan teori serta diambil kesimpulan secara khusus.
Adapun hasil penelitian ini adalah masa manfaat aktiva tetap jenis komputer pada PT. Bank SUMUT termasuk aktiva golongan II dengan masa manfaat 8 tahun. Penetapan masa manfaat 8 tahun dianggap tidak relevan terutama bila dikaitkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002 yang menggolongkan aktiva tetap seperti komputer, scanner maupun printer kedalam golongan I atau memiliki masa manfaat 4 tahun. Jika dilihat dari perkembangan teknologi, komputer merupakan salah satu hasil teknologi yang sering mengalami perkembangan yang pesat terutama processor sebagai piranti keras yang merupakan unsur penting dan dominan dalam penggunaan komputer yang akan membawa pengaruh terhadap kegiatan administrasi, manajemen PT. Bank SUMUT.
established policy in point in estimate fixed asset benefit term. Fault in benefit term determination fixed asset as computer gets to beget distinctive deep arithmetic unrealized and taxes. To the effect of observational it is subject to analyze and proving if management has established policy in point in estimate fixed asset benefit term.
To get good research result and useful basal observational it was used to methodic bibliography research and field research method with tech data collecting passes through observation, interview and documentation. Hereafter methodics analisis data was utilized by method descriptive deductive where data that is gathered, arranged, interpretted and dianalisi and as compared to theory and taken by conclusion specially.
There is result even this research is fixed asset benefit term computer type on PT. Bank Sumut comprises faction asset II by benefit term 8 years. Benefit term establishment 8 year are looked on irrelevant especially if concerned by Finance Minister Decisions Number 138 / KMK.03 / 2002 dates 8th April 2002 one groups fixed assets as computer, scanner and also printer into I Faction or has benefit term 4 years. If is seen from technology developing, computer constitutes one of technology result that often experience quick developing especially processor as apparatus hard that constitute essential and dominant element in computer purpose that will take in influence to administration activity, Management of PT. Bank Sumut.
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR …………... ii
DAFTAR ISI ……… iv
DAFTAR TABEL ……… vi
DAFTAR GAMBAR ………. vii
BAB I. PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ……… 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 4
D. Kerangka Konseptual ……….. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 7
A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap ……… 7
B. Perolehan Aktiva Tetap ……….. 11
C. Penyusutan Aktiva Tetap ……… 14
D. Pelepasan Aktiva Tetap ……… 24
E. Sistem Aktiva Tetap ……… 26
BAB III. METODE PENELITIAN ….……… 35
A. Jenis Penelitian ……….………. 35
B. Analisis Hasil Penelitian ………. 63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 70
A. Kesimpulan ………. 70
B. Saran ………..……… 71
DAFTAR PUSTAKA ……….. 72
Tabel II.1. Beban Penyusutan Metode Garis Lurus ……… 17
Tabel II.2. Beban Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahunan ……….. 19
Tabel II.3. Beban Penyusutan Metode Saldo Menurun ………. 20
Tabel II.4. Beban Penyusutan Metode Saldo Menurun Ganda ………… 21
Tabel II.5. Beban Penyusutan Metode jam kerja dan hasil produksi ……. 24
Tabel IV.1. Perbedaan Pembebanan Biaya Penyusutan ……… 66
Gambar 1. Kerangka Konseptual ……… 6
Gambar 2 Logo PT. Bank Sumut ……… 38
Lampiran 1 Laporan Keuangan PT. Bank Sumut.
Lampiran 2 Struktur Organisasi PT. Bank Sumut.
Lampiran 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002 tanggal
8 April 2002 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 tentang Jenis-Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan Aktiva Tetap.
Lampiran 4 Suran Edaran Direksi PT. Bank Sumut
No.034/DIR/BKU-PB/SE/95 tanggal 10 Juni 1995 tentang Penataan Administrasi Aktiva Tetap.
apakah manajemen telah menetapkan kebijakan yang tepat dalam menaksir masa manfaat aktiva tetap. Kesalahan dalam penentuan masa manfaat aktiva tetap seperti komputer dapat mengakibatkan perbedaan dalam perhitungan laba dan pajak.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan bermanfaat sebagai dasar penelitian ini dipergunakan metode penelitian kepustakaan dan metode penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya metode analisis data digunakan metode deskriptif deduktif dimana data yang dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan dianalisi dan dibandingkan dengan teori serta diambil kesimpulan secara khusus.
Adapun hasil penelitian ini adalah masa manfaat aktiva tetap jenis komputer pada PT. Bank SUMUT termasuk aktiva golongan II dengan masa manfaat 8 tahun. Penetapan masa manfaat 8 tahun dianggap tidak relevan terutama bila dikaitkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002 yang menggolongkan aktiva tetap seperti komputer, scanner maupun printer kedalam golongan I atau memiliki masa manfaat 4 tahun. Jika dilihat dari perkembangan teknologi, komputer merupakan salah satu hasil teknologi yang sering mengalami perkembangan yang pesat terutama processor sebagai piranti keras yang merupakan unsur penting dan dominan dalam penggunaan komputer yang akan membawa pengaruh terhadap kegiatan administrasi, manajemen PT. Bank SUMUT.
established policy in point in estimate fixed asset benefit term. Fault in benefit term determination fixed asset as computer gets to beget distinctive deep arithmetic unrealized and taxes. To the effect of observational it is subject to analyze and proving if management has established policy in point in estimate fixed asset benefit term.
To get good research result and useful basal observational it was used to methodic bibliography research and field research method with tech data collecting passes through observation, interview and documentation. Hereafter methodics analisis data was utilized by method descriptive deductive where data that is gathered, arranged, interpretted and dianalisi and as compared to theory and taken by conclusion specially.
There is result even this research is fixed asset benefit term computer type on PT. Bank Sumut comprises faction asset II by benefit term 8 years. Benefit term establishment 8 year are looked on irrelevant especially if concerned by Finance Minister Decisions Number 138 / KMK.03 / 2002 dates 8th April 2002 one groups fixed assets as computer, scanner and also printer into I Faction or has benefit term 4 years. If is seen from technology developing, computer constitutes one of technology result that often experience quick developing especially processor as apparatus hard that constitute essential and dominant element in computer purpose that will take in influence to administration activity, Management of PT. Bank Sumut.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan di dalam kegiatan operasionalnya memerlukan
faktor-faktor produksi. Faktor-faktor-faktor produksi yang dimiliki perusahaan digunakan untuk
dapat menghasilkan output yang baik berupa barang maupun jasa. Salah satu
faktor-faktor produksi tersebut adalah aktiva tetap.
Aktiva tetap merupakan salah satu harta yang dimiliki oleh perusahaan
yang nilainya cukup besar guna menunjang kelancaran kegiatan perusahaan untuk
mencapai tujuannya. Aktiva tetap dapat berupa tanah, gedung-gedung, mesin,
kendaraan, perlengkapan serta peralatan lainnya. Perolehan aktiva tetap dapat
ditempuh dengan berbagai cara, misalnya dengan membeli tunai, membeli secara
kredit, melalui pertukaran, sewa beli ataupun cara-cara lain.
Istilah penyusutan berarti pengalokasian harga perolehan aktiva tetap
menjadi beban, yang akan mengurangi pendapatan dari penggunaan aktiva tetap
tersebut. Kesalahan dalam penetapan metode penyusutan dan masa aktiva tetap
dapat mempengaruhi rencana perusahaan dalam mencapai tujuannya. Kesalahan
dalam ukuran aktiva tetap juga dapat mempengaruhi kewajaran laporan keuangan
secara signifikan, terutama terhadap penyusutan. Kesalahan tersebut dapat
dihindari dengan cara menentukan taksiran umur ekonomis aktiva tetap dan
metode penyusutan yang digunakan. Dengan adanya penyusutan akuntansi aktiva
beban yang timbul dari penggunaannya akan mudah didapat. Hal ini tidak saja
memudahkan penghitungan laba perusahaan tetapi juga memudahkan kegiatan
pengawasan aktiva tetap perusahaan. Untuk itu dituntut penerapan penyusutan
akuntansi aktiva tetap yang baik sebagai media informasi untuk pihak manajemen
dalam mengoptimalkan penggunaan aktiva tetap perusahaan. Sebab dalam
penetapan tujuan perusahaan semua aspek harus diperhatikan termasuk masalah
penyusutan aktiva tetap.
Pencatatan aktiva tetap ini sangat penting bila ditinjau dari besarnya dana
yang diinvestasikan. Seluruh dana yang dikeluarkan untuk penambahan atau
pembelian aktiva tetap haruslah diperhitungkan dengan baik apakah penambahan
aktiva tetap tersebut bisa meningkatkan laba perusahaan serta dapatkah investasi
yang ditanamkan tersebut diperoleh kembali.
Berdasarkan uraian di atas mengenai aktiva tetap dan pengaruhnya
terhadap operasi perusahaan, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai akuntansi penyusutan. Penelitian lapangan dilakukan pada PT. Bank
Sumut yang merupakan Bank Milik Pemerintah Daerah dimana dalam aktivitas
operasinya, perusahaan memiliki aktiva tetap yang beraneka ragam jenisnya dan
jumlahnya relatif besar. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan timbulnya
permasalahan yang menyangkut akuntansi penyusutan aktiva tetap seperti
pengklasifikasian, metode penyusutan dan pelepasan aktiva tetap yang diterapkan
pada PT. Bank Sumut.
Salah satu jenis aktiva tetap yang jumlah banyak banyak di PT. Bank
masa manfaat 8 tahun. Jika ditinjau dari Keputusan Menteri Keuangan Nomor
138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002 tentang perubahan atas Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 tentang jenis-jenis harta yang
termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan
penyusutan aktiva tetap berupa komputer, printer, scanner dan sejenisnya
ditetapkan termasuk dalam kelompok I (lampiran I nomor urut 1 huruf b) dan
Keputusan Menteri Keuangan ini berlaku sejak ditetapkan yaitu bulan April 2002.
Artinya masa manfaat komputer berdasarkan Keputusan Menteri tersebut adalah
selama 4 tahun (golongan I).
Terkait hal tersebut, penentuan masa manfaat komputer ini sangat penting
khususnya dalam penetapan besarnya pajak yang harus dibayar kepada
Pemerintah. Kesalahan penetapan masa manfaat aktiva tetap seperti komputer
akan berakibat kesalahan dalam penentuan laba perusahaan dan akhirnya
mengakibatkan kesalahan perhitungan dan pembayaran pajak
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa pentingnya cara perlakuan atau
pencatatan akuntansi terhadap perolehan, pemakaian maupun penyusutan aktiva
tetap dalam meningkatkan efisiensi operasi perusahaan, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian sebagai bahan karya ilmiah dalam bentuk skripsi
dengan judul : ”Analisis Penerapan Akuntansi Penyusutan Pada PT. Bank
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya kerancuan pada masalah yang diteliti serta
adanya keterbatasan waktu, maka dilakukan batasan penelitian sebagai
berikut :
a. Analisis difokuskan terhadap aktiva tetap jenis komputer.
b. Analisis yang penulis lakukan menyangkut penentuan masa manfaat
komputer.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas maka masalah
penelitian ini dirumuskan yakni :
Apakah kebijakan manajemen dalam menaksir masa manfaat komputer
sudah baik dan menggolongkan aktiva tetap tersebut kedalam golongan II
telah wajar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan apakah
manajemen telah menetapkan kebijakan yang tepat dalam menaksir masa
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat :
a. Bagi peneliti akan menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
tentang akuntansi penyusutan aktiva tetap pada PT. Bank Sumut.
b. Bagi manajemen dapat memberikan bahan masukan ataupun guna
menghasilkan keputusan dalam menetapkan masa manfaat aktiva tetap.
c. Bagi akademis diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran
sebagai bahan masukan bagi yang berminat melakukan penelitian
D. Kerangka Konseptual
Penentuan Masa Manfaat
Akuntansi Penyusutan Komputer Pada PT. Bank Sumut
Kebijakan Perusahaan
Penyusutan Komputer termasuk dalam golongan II (8 tahun) berdasarkan Surat Edaran Direksi PT. Bank Sumut No. 034/DIR/BKU-PB/SE/95 tanggal 10 Juni 1995
Menurut Teori
Penyusutan Komputer termasuk dalam golongan I (4 tahun) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan
Perbedaan perlakuan penerapan akuntansi penyusutan dapat berakibat terhadap:
- Biaya
- Laba
A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap
1. Pengertian Aktiva Tetap
Peranan aktiva tetap sangat penting dalam suatu bentuk badan usaha untuk
menentukan bagaimana sederhana dan kompleknya suatu badan usaha
tersebut. Sehingga dapat dikatkan bahwa setiap bentuk badan usaha adalah
merupakan suatu pergerakan akiva tetap yang ditujukan untuk kepentingan
perusahaan itu sendiri. Aktiva tetap itu sendiri merupakan harta
perusahaan yang dimaksud bukan untuk diperjual belikan melainkan
dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang umurnya lebih dari satu
tahun. Niswonger, Fess dan Warren (2000: 283), menyatakan:
Aktiva tetap atau harta tetap adalah harta yang dapat digunakan berulang kali dan biasanya diharapkan dapat dipakai dalam waktu lebih dari satu tahun. Sifatnya berwujud, digunakan dalam operasi perusahaan, dan yang dibeli bukan untuk dijual lagi dalam operasi perusahaan. Mesin cadangan yang disimpan atau digunakan bila mesin reguler rusak, juga termasuk aktiva tetap.
Selain itu Baridwan (2004:271) memberikan pengertian aktiva
tetap sebagai berikut:
Jadi aktiva tetap berwujud yang umurnya lebih dari satu periode dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud.
Sedangkan menurut defenisi yang digunakan PSAK No. 16 (2002),
butir ke-05, menyatakan:
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang dipergunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebihdari satu tahun.
Menurut Harahap (2002:20) “Aktiva tetap adalah aktiva yang
menjadi hak milik perusahaan dan digunakan secara terus menerus dalam
kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga pengertian
di atas pengertiannya sama, tetapi pengungkapannya saja yang berbeda.
Maka aktiva tetap mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yang umum yaitu:
a. Bersifat relatif permanen.
Aktiva tetap yang bersifat permanen harus dapat dipakai untuk jangka
waktu tertentu, yang mana umur dan masa manfaatnya lebih dari satu
tahun.
b. Dipakai dalam operasi perusahaan.
Aktiva tetap tersebut harus mempuyai peranan penting dan ikut serta
dalam operasi perusahaan guna mendapatkan obyektifitas dari
c. Tidak dimaksudkan untuk dijual.
Aktiva tetap yang ada di perusahaan tidak dimaksudkan untuk
diperjual belikan.
2. Penggolongan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang dimiliki oleh setiap perusahaan, secara umum
hanya dapat dibedakan oleh karena sifatnya, dan ada yang tidak dapat
dilihat dan diraba secara langsung. Oleh karena perbedaan sifat itu maka
ada ahli yang menjadikannya sebagai dasar untuk penggolongan aktiva
tetap tersebut. Baridwan (2004 : 272) menyatakan bahwa penggolongan
aktiva tetap tersebut sebagai berikut:
a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak
perusahaan, pertanian dan peternakan.
b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kenderaan dan lain-lain.
c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan, dan lain-lain.
Aktiva tetap dapat dibedakan atas:
a. Tanah dan Hak Atas Tanah
Tanah adalah harta perusahaan yang dimiliki dan digunakan untuk
kegiatan usaha seperti tanah tempat bangunan, tempat parkir, tanah
pertanian, tanah perkebunan dan sebagainya. Tanah memberikan
manfaat terhadap kegiatan perusahaan selama jangka waktu yang tidak
terbatas. Hak atas tanah adalah hak untuk menggunakan tanah tanpa
Hak atas tanah ini mempunyai masa pakai yang terbatas sehingga
dapat disusutkan.
b. Bangunan
Bangunan adalah harta yang dimiliki dan digunakan perusahaan dalam
menjalankan operasinya. Bangunan dapat berupa gedung kantor,
pabrik toko, perumahan, dan sebagainya.
c. Mesin-mesin
Mesin digunakan untuk menjalankan proses produksi dalam operasi
perusahaan seperti mesin pembangkit tenaga listrik, mesin pabrik dan
sebagainya.
d. Peralatan
Peralatan adalah alat yang digunakan dalam menjalankan operasi
perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Peralatan yang
langsung digunakan seperti peralatan pengangkutan di pabrik, alat
perbengkelan dan sebagainya.
e. Kenderaan
Kenderaan adalah alat pengagkutan yang dimiliki dan digunakan untuk
operasi perusahaan baik untuk pengangkutan karyawan maupun untuk
pengangkutan barang kebutuhan pokok.
f. Perabot dan Alat-Alat Kantor
Perabot dan alat-alat kantor biasanya terdapat pada bagian administrasi
atau bagian penjualan dari perusahaan, seperti meja, kursi, mesin
3. Tanaman
Tanaman dilihat dari segi manfaat dapat dibedakan atas: tanaman yang
sudah menghasilkan dan tanaman yang belum menghasilkan. Tanaman
yang belum menghasilkan tidak dapat disusutkan sebab belum
memberikan manfaat yang sepenuhnya, sedangkan tanaman yang
menghasilkan harus disusutkan.
4. Sumber Alam
Sumber alam adalah harta dalam bentuk alami dan dapat memberikan
hasil. Sumber alam ini berbeda dengan tanah sebab tanah tidak digunakan
untuk diambil isinya. Kriteria yang harus dipenuhi agar dapat
dikelompokkan sebagai sumber alam adalah:
a. Sumber alam akan semakin berkurang atau habis jika digunakan.
b. Penggantian sumber alam ini terjadi melalui proses alamiah.
Sumber alam ini berbeda sifatnya dengan aktiva tetap lainnya, karena
pemakaiannya tidak berulang-ulang. Jenis sumber alam ini adalah
pertambangan dan hutan, dan penyusutannya harus diperhitungkan.
Peyusutannya biasa disebut deplesi.
B. Perolehan Aktiva Tetap
Banyak cara yang dilakukan setiap perusahaan dalam memperoleh
aktivitas tetap yang dimilikinya, dan hal tersebut berpengaruh terhadap
penentan harga perolehannya. Menurut defenisi yang digunakan PSAK nomor
16 (2002) butir ke-05: “Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara yang
suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva
tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan”.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa unsur harga perolehan dari
aktiva tetap adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh aktiva yang bersangkuan sampai siap untuk digunakan dalam
operasi perusahaan. Harahap (2002:8) menyatakan Ada beberapa cara
perolehan aktiva tetap yang bisa ditempuh, antara lain:
1. Pembelian dengan kas.
2. Dibeli secara kredit.
3. Dibeli dengan surat berharga.
4. Diterima dari sumbangan atau ditemukan sendiri. 5. Dibangun sendiri.
6. Tukar tambah.
Ketentuan pencatatan aktiva tetap menurut Harahap (2002:8) adalah
sebagai berikut:
Catat nilai aktiva itu sebesar berapa dana yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva itu, yaitu harga pembelian aktiva itu sendiri ditambah dengan biaya-biaya lain seperti biaya komisi, biaya pengangkutan, biaya pemasangan sehingga aktiva tetap tersebut dapat digunakan dalam kegiatan produksi.
Untuk memperjelas cara perolehan aktiva tetap tersebut maka
dijelaskan masing-masing cara perolehannya.
1. Pembelian dengan kas
Aktiva tetap yang dibeli dengan tunai sebesar uang yang dikeluarkan
untuk pembelian itu ditambah dengan biaya lain-lain sehubungan dengan
baik karena pembelian dalam partai besar karena pembayaran yang
dipercepat.
2. Dibeli secara kredit
Saat ini banyak transaksi pembelian aktiva tetap yang dilakukan dengan
kredit jangka panjang. Sisa hutang itu biasanya dibuktikan notes, surat
berharga, bukti hutang hipotik dan lain-lain. Hutang ini biasanya dibayar
dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga.
Baridwan (2004 : 284) menyatakan: “Apabila aktiva tetap diperoleh dari
pembelian angsuran, maka perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk
bunga. Bunga selama angsuran, baik jelas-jelas dinyatakan maupun tidak
dinyatakan sendiri harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan
sebagai biaya bunga”.
Menurut Baridwan (2004:284) menyatakan pembebanan bunga ada dua
kemungkinan:
a. Secara Flat.
b. Berdasarkan sisa angsuran.
Demikian untuk angsuran-angsuran berikutnya, biaya bunga dihitung dari
3. Dibeli dengan Surat Berharga (Saham atau Obligasi)
Sofyan Harahap (2002:13) menyatakan:
Jika aktiva tetap diperoleh dengan mengeluarkan saham/obligasi, maka aktiva tetap itu harus dicatat sebesar harga pasar saham saat pembelian. Nilai saham/obligasi dicatat seharga nilai pari, jika harga pasar lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai harga premium (agio saham) dan jika harga pasar lebih kecil dari harga pari, selisihnya dicatat sebagai discount (disagio saham).
4. Diterima dari sumbangan atau ditemukannya sendiri
Sofyan Harahap (2002: 14), menyatakan:
Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditemukan sendiri, maka transaksi ini disebut non receiprocel atau yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independen (appraisal company) dan kredit modal donasi (donated capital).
5. Dibangun sendiri
Perusahaan membangun sendiri aktiva yang dibutuhkannya. Hal ini
disebabkan oleh 3 hal, yaitu:
a. Menekan biaya
b. Memanfaatkan fasilitas
c. Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik.
6. Tukar tambah
Menurut cara ini aktiva tetap diperoleh dengan cara menukarkan aktiva
Transaksi pertukaran ini bisa bersih tanpa tambahan lainnya atau dapat
juga ditambah dengan transaksi lainnya seperti kas misalnya.
C. Penyusutan Aktiva Tetap
Bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap kecuali tanah
akan mengalami penurunan / kehilangan kemampuannya dalam memberikan
jasa bagi perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, aktiva tetap yang
dicatat sebesar harga perolehannya harus dialokasikan kepada periode-periode
yang menikmati.
Menurut defenisi yang digunakan dalam PSAK No. 17 (2002) butir ke-02
“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi”. Sedangkan mengenai metodenya
menurut defenisi yang dipergunakan PSAK No. 16 (2002) butir ke-37
menyatakan:
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva pada suatu dasar sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode ini mencakup metode penyusutan berdasarkan waktu, penggunaan dan kriteria lainnya. Metode yang digunakan untuk suatu aktiva dipilih berdasarkan pola yang diharapkan atas manfat keekonomian dan secara konsisten digunakan dari periode ke periode kecuali terdapat perubahan dalam pola yang diharapkan atas manfat keenokomian aktiva tersebut.
Menurut Comitte on terminology dari AICPA (1953) memberikan
definisi bahwa:
tetap berwujud, dikurangi nilai sisa (jika ada), selama umur kegunaan unit yang ditaksir (mungkin merupakan suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional. Ini merupakan proses alokasi , bukan penilaian. Beban penyusutan untuk suatu tahun adalah sebagian dari jumlah total beban itu yang dengan sistem tersebut dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun di dalam alokasi itu diperhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun itu, tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat-akibat dari kejadian-kejadian itu.
Menurut Harahap (2002:56) dalam menentukan besarnya beban penyusutan
dapat dilakukan dengan beberapa metode yang dikelompokkan menurut
kriteria berikut:
1. Berdasarkan waktu
a. Metode Garis Lurus (Sraight Line Method)
b. Metode Pembebanan Menurun
- Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years digit method).
- Metode Saldo Menurun/Saldo Menurun Ganda
(Declining/Double Declining Balance Method).
2. Berdasarkan penggunaan
a. Metode Jam Jasa (Service hour method).
b. Metode Jumlah Unit Produksi (Produktive output method).
3. Berdasarkan kriteria lainnya.
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (Group and composite
method).
b. Metode Annuitas (Annuity method)
c. Sistem Persediaan (Inventory method)
Dalam skripsi ini pembahasan hanyalah mengenai beberapa metode
penyusutan yang sering digunakan dalam praktek. Metode tersebut adalah:
1. Metode garis lurus.
2. Metode jumlah angka tahunan.
3. Metode saldo menurun.
4. Metode saldo menurun ganda.
5
1. Metode garis lurus
Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan oleh banyak
perusahaan karena sederhana dan mudah dimengerti. Metode ini
membenani tiap-tiap tahun dengan jumlah penyusutan yang sama besarnya
dengan tidak dipengaruhi oleh lamanya umur aktiva tetap, efisien dan
tingkat penggunaannya. Untuk menentukan besarnya penyusutan tiap
tahun ialah: Harga pokok dikurangi dengan nilai residu kemudian dibagi
dengan umur teknisnya. Perhitungannya dapat dilakukan dengan rumus
sebagai berikut:
n S C
D
D = Jumlah penyusutan per tahun
C = Biaya perolehan aktiva tetap
S = Nilai residu
n = Masa manfaat
Contoh : Sebuah aktiva dibeli dengan harga Rp. 100.000,- nilai residu
ditaksir Rp. 5000,- sedangkan umur penggunaannya ditaksir 5
tahun. Beban penyusutan per tahun adalah:
n S C
D
Tabel II.1
Beban Penyusutan Metode Garis Lurus
Tahun Harga
Pokok Penyusutan
Akumulasi
penyusutan Nilai buku 0
2. Metode jumlah angka tahunan
Pada metoe ini tidak dipergunakan suatu persentase tetap, akan tetapi
dengan suatu pecahan yang penyebutnya adalah jumlah urutan tahun masa
manfaat aktiva tetap, dan pembilangnya adalah urutan tahun masa manfaat
aktiva tetap yang selalu menurun. Menurut Smith & S Kousen (1992 :
458) “Metode ini menghasilkan beban-beban menurun dengan
memperhitungkan suatu seri pecahan, masing-masing dengan nilai yang
lebih rendah, pada nilai perolehan harta yang disusutkan, pecaha-pecahan
dihitung berdasakan jumlah periode suatu aktiva”.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Maka D Tahun I = :x (C S)
Penyebut Pembilang
Maka D Tahun II = :x (C S)
Jika umur ekonomis aktiva tetap tersebut panjang, maka penyebut (jumlah
angka tahun) bisa dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah angka tahun = 2
D = Jumlah penyusutan per tahun
C = Biaya perolehan aktiva tetap
S = Nilai residu
n = Masa manfaat
Contoh : Dengan mengambil contoh dari metode garis lurus maka
penyusutannya adalah sebagai berikut:
Tabel II.2
Beban Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahunan
Tahun Harga
Pokok Penyusutan
Akumulasi
penyusutan Nilai buku 0
3. Metode saldo menurun
Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan persentase tertentu
dihitung melalui rumus tertentu dan dikalikan terhadap nilai buku. Oleh
karena itu beban penyusutan semakin lama semakin kecil. Persentasenya
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n
R = Tingkat penyusutan per tahun, per jam kerja, per unit produksi
S = Nilai residu
C = Biaya perolehan aktiva tetap
Contoh : Sebuah aktiva dibeli dengan harga Rp. 100.000,- nilai residu
ditaksir Rp. 5.000,- sedangkan umur penggunaannya ditaksir 5
tahun.
Persentase ini dapat dibulatkan untuk menghindari angka-angka pecahan
jika nilai residu tidak dapat dipakai angka Rp. 100.
Tabel II.3
Beban Penyusutan Metode Saldo Menurun
Tahun Beban Penyusutan Akumulasi
penyusutan Nilai buku 1
Jika tidak ada pembulatan maka nilai buku pada akhir tahun kelima
4. Metode saldo menurun ganda
Metode ini hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaannya
hanya dalam menentukan besarnya persentase penyusutan. Dalam metode
ini untuk menentukan besarnya persentase penyusutan adalah dengan cara
melipat duakan persentase penyusutan menurut metode straight line.
Rumusnya adalah: %. Saldo menurun ganda dikalikan dengan Nilai buku
aktiva.
D Tahun I = 20% x C
D Tahun II = 20% x C – D Tahun I
C = Biaya perolehan aktiva tetap
D = Jumlah penyusutan per tahun
Contoh:
Tabel II.4
Beban Penyusutan Metode Saldo Menurun Ganda
Umur % Straight Line % Double Declining
3
4
5
10
100 : 3 = 33 1/3 %
100 : 4 = 25 %
100 : 5 = 20 %
100 : 10 = 10 %
66 2/3 %
50 %
40 %
Tahun Beban Penyusutan Akumulasi
penyusutan Nilai buku 1
5. Metode jam kerja dan hasil produksi
Metode ini beranggapan bahwa nilai aktiva adalah merupakan sejumlah
jam produksi atau jam kerja, sehingga taksiran umur aktiva tetap ini
tergantung pada jumlah jam kerja produksinya. Dalam hal ini beban
penyusutan dihitung sesuai dengan penggunaan jam kerja aktiva itu yang
dipakai dalam berproduksi. Beban penyusutan per jam dihitung sebagai
berikut:
D = Jumlah penyusutan per tahun
C = Biaya perolehan aktiva tetap
S = Nilai residu
Contoh : Dengan menggunakan ilustrasi di atas dan jam kerja aktiva tetap
itu dimisalkan 50.000 jam maka penyusutan per jam adalah
jam
Jika seandainya dalam tahun 1992 aktiva itu bekerja selama 12.000 jam
maka penyusutan adalah:
12.000 x 1,9 = 22.800
Jurnalnya: Beban penyusutan ... Rp. 22.800,-
Akumulasi penyusutan ... Rp. 22.800,-
Tabel II.5
Beban Penyusutan Metode jam kerja dan hasil produksi
No Jam
kerja Beban Penyusutan
Akumulasi
penyusutan Nilai buku 1
D. Pelepasan Aktiva Tetap
Yang dimaksud pelepasan aktiva tetap adalah keadaan dimana suatu
aktiva tetap tidak digunakan lagi dalam operasi perusahaan. Sedangkan
menurut defenisi yang digunakan PSAK No. 16 (2002) butir ke-44 adalah :
Hal ini dapat dibedakan dalam lima pengertian, yaitu:
1. Dibuang
Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutannya
harus dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang
bersangkutan sebesar harga perolehannya dan mendebet perkiraan
akumulasi penyusutan sampai saat pelepasannya. Apabila ada nilai
sisanya, maka jumlah ini dicatat sebagai rugi atas pelepasannya.
2. Dijual
Ada dua jenis aktiva yang dijual:
a. Aktiva yang sudah habis masa manfaatnya
Dalam hal ini kas diterima dari penjualan dicatat sebagai laba atas
penjualan.
Aktiva yang menurut penilaian ekonomis tidak dipergunakan lagi,
namun belum sepenuhnya disusutkan.
Dalam hal ini ada tiga kemungkinan harga penjualan aktiva tetap
tersebut, yaitu: sama besar, lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai
bukunya. Jika lebih rendah akan mengakibatkan rugi atas penjualan
dan jika lebih tinggi akan terjadi laba atas penjualan aktiva tetap
tersebut.
3. Ditukar
Prosedur untuk hal ini sama seperti perolehan aktiva tetap dengan
4. Dinon aktifkan
Aktiva tetap yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat
atau digolongkan sebagai aktiva lain-lain
5. Dipakai di luar operasi normal perusahaan
Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai
investasi.
E. Sistem Aktiva Tetap
Pengendalian aktiva tetap dilakukan pada saat perencanaan
perolehannya. Sistem aktiva tetap menyediakan mekanisme otoritas sejak saat
perencanaan sampai dengan pelaksanaan perolehan aktiva tetap. Sistem aktiva
tetap dirancang untuk menangani transaksi yang bersangkutan dengan mutasi
aktiva tetap. Menurut Mulyadi (2001 : 18) sistem itu terdiri dari jaringan
prosedur sebagai berikut:
1. Prosedur pengadaan aktiva tetap
2. Prosedur penghentian pemakaian aktiva
3. Prosedur depresiasi aktiva tetap
4. Prosedur penempatan aktiva tetap
Selanjutnya Mulyadi (2001 : 591-592) menyatakan transaksi aktiva
tetap memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Frekwensi terjadinya transaksi yang mengubah aktiva tetap relative sedikit dibandingkan dengan transaksi yang mengubah aktiva lancar namun umumnya menyangkut jumlah rupiah yang besar.
perencanaan perolehan dan pada saat pelaksanaan rencana perolehan aktiva tetap.
3. Pengeluaran yang bersangkutan dengan aktiva tetap perlu dibedakan menjadi dua macam yaitu pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) dan pengeluaran modal (capital expenditure), pengeluaran pendapatan dibebankan sebagai biaya pada periode akuntansi terjadinya sedangkan pengeluaran modal diperlakukan sebagai tambahan harga pokok aktiva tetap dan dibeban sebagai daya dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut. Oleh karena itu manajemen perusahaan perlu merumuskan kebijakan akuntansi untuk membedakan pengeluasan yang berhubungan dengan aktiva tetap ke dalam dua golongan yaitu pengeluaran pendapatan dan pengeluasan modal.
Menurut Mulyadi (2001:592) transaksi yang bersangkutan dengan
aktiva tetap terdiri dari tiga kelompok:
1. Transaksi yang mengubah rekening aktiva tetap,
2. Transaksi yang mengubah rekening akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan.
3. Transaksi yang mengubah rekening biaya reparasi dan pemeliharaan
aktiva tetap.
Jenis transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap terdiri dari
transaksi perolehan (pembelian, pembangunan, dan sumbangan), pengeluaran
modal, revaluasi, pertukaran, penghentian pemakaian, dan penjualan. Jenis
transaksi yang mengubah akumulasi depresiasi aktiva tetap terdiri dari
depresiasi, penghentian pemakaian, penjualan dan pertukaran. Jenis transaksi
yang mengubah rekening biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap adalah
konsumsi berbagai sumber daya bahwan dan suku cadang, sumber daya
manusia, energi, peralatan dan sumber daya lain untuk kegiatan reparasi dan
Adapun menurut Mulyadi (2001: 600) dokumen yang digunakan untuk
merekam data transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap dan
akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan adalah:
1. Surat permintaan otoritas investasi (expenditure outhorization request), 2. Surat permintaan reparasi (authorization for repair),
3. Surat permintaan penghentian pemakaian aktiva tetap, 4. Surat permintaan transfer aktiva tetap,
5. Surat perintah kerja (work order), 6. Surat order pembelian,
7. Laporan penerimaan barang,
8. Faktor dari pemasok, 9. Bukti kas keluar, 10.Bukti memorial.
Catatan akuntansi memegang peran penting di dalam sistem akuntansi
aktiva tetap, sebagai bukti dari setiap transaksi yang terjadi. Menurut Mulyadi
(2001:608) catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap
adalah:
1. Kartu aktiva tetap, catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu aktiva tetap yang digunakan untuk mencatat secara rinci segala data yang bersangkutan dengan aktiva tetap tertentu,
2. Jurnal umum, jurnal umum ini digunakan untuk mencatat transaksi harga
pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, biaya-biaya untuk pemasangan dan pembongkaran aktiva tetap, penghentian pemakaian aktiva tetap dan depresiasi aktiva tetap,
3. Register bukti kas keluar, jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi pembelian aktiva tetap dan pengeluaran modal yang berupa pengeluasan kas.
Fungsi yang terkait dalam transaksi yang mengubah harga pokok
aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap menurut Mulyadi
1. Fungsi pemakai,
2. Fungsi riset dan pengembangan,
3. Direktur yang bersangkutan, 4. Direktur utama,
5. Fungsi pembelian,
6. Fungsi penerimaan,
7. Fungsi aktiva tetap, 8. Fungsi akuntansi.
Sistem akuntansi aktiva tetap dibentuk oleh beberapa jaringan
subsistem yang saling terkait satu dengan yang lainnya dan menurut Mulyadi
(2001:611) jaringan subsistem yang membentuk sistem akuntansi aktiva tetap
adalah:
1. Sistem pembelian aktiva tetap,
2. Sistem perolehan aktiva tetap melalui pembangunan,
3. Sistem pengeluaran modal,
4. Sistem penghentian pemakaian aktiva tetap, 5. Sistem transfer aktiva tetap,
6. Sistem revaluasi aktiva tetap,
7. Sistem akuntansi depresiasi aktiva tetap.
1. Sistem pembelian aktiva tetap
Menurut Mulyadi (2001, hal. 611) yang menyatakan bahwa:
Bagian yang memerlukan aktiva tetap mengajukan surat
permintaan otorisasi investasi kepada direktur utama untuk memperoleh
otorisasi dilaksanakannya investasi yang telah dicantumkan dalam
anggaran modal. Berdasarkan otorisasi yang diberikan oleh direktur utama
bagian pembelian melaksanakan pemilihan pemasok dan pengiriman surat
order pembelian kepada pemasok yang telah dipilih, bagian penerimaan
melakukan pemeriksaan terhadap aktiva tetap yang diterima pemasok
melakukan pengujian terhadap kinerja aktiva tetap yang diterima dan
membuat laporan pemerimaan barang. Bagian utang membuat bukti kas
keluar berdasarkan laporan pemerinaan barang faktur dari pemasok surat
order pembelian dan surat permintaan otorisasi investasi. Bukti kas keluar
dicatat bagian utang dan register bukti kas keluar dengan jurnal.
Aktiva tetap...xxx
Bukti kas keluar yang akan dibayar ...xxx
Berdasarkan bukti kas keluar yang diterima dari bagian utang,
bagian aktiva tetap membuat surat penempatan aktiva tetap, bagian kartu
aktiva tetap mencatat tambahan harga pokok aktiva tetap. Keadaan kartu
aktiva tetap berdasarkan data yang direkam dalam buku kas keluar di
samping itu bagian kartu aktiva tetap mencatat lokasi aktiva tetap dalam
kartu aktiva tetap berdasarkan data yang dicantumkan dalam surat
2. Sistem perolehan aktiva tetap melalui pembangunan
Seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001: 611) :
Sistem ini dirancang untuk mencatat harga pokok aktiva tetap yang diperoleh perushaan dari pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh perusahaan. Surat perintah kerja merupakan dokumen yang digunakan untuk mengumpulkan biaya konstruksi. Jika suatu aktiva tetap yang dibangun sendiri telah selesai, maka bukti memorial (yang dilampiri dengan surat perintah kerja) dipakai sebagai dokumen sumber untuk mencatat harga pokok aktiva tetap tersebut ke dalam kartu aktiva tetap dan jurnal umum.
Bagian yang memerlukan aktiva tetap mengajukan surat permintaan
otorisasi investasi kepada direktur utama untuk memperoleh otorisasi
dilaksanakannya pembangunan aktiva tetap yang telah dicantumkan
dalam anggaran modal. Pelaksanaan pembangunan aktiva tetap
diserahkan kepada bagian reparasi dan pemeliharaan. Berdasarkan
otorisasi yang diberikan oleh direktur utama, bagian reparasi dan
pemeliharaan melaksanakan pembangunan aktiva tetap, dengan cara
mengeluarkan surat perintah kerja.
Berdasarkan surat perintah kerja, bagian reparasi dan
pemeliharaan meminta bahan dan suku cadang dari gudang dan
memerintahkan karyawan untuk mengerjakan pembangunan aktiva
tetap. Konsumsi bahan, suku cadang dan konsumsi tenaga kerja oleh
bagian reparasi dan pemelihataan diinformasikan ke bagian jurnal
(dengan bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang dan rekap
Di samping itu, berdasarkan bukti permintaan dan pengeluaran
barang gedung dan rekap daftar gaji dan upah, bagian kartu aktiva
tetap mencatat konsumsi bagan dan suku cadang serta jam tenaga kerja
ke dalam surat perintah kerja. Pada saat pembangunan aktiva tetap
selesai dilakukan, bagian reparasi dan pemeliharaan membuat laporan
proyek selesai. Bagian kartu aktiva tetap menjumlah harga pokok
aktiva tetap yang selesai dibangun berdasarkan data yang dikumpulkan
ke dalam surat perintah kerja.
Berdasarkan data jumlah harga pokok aktiva tetap yang
dihitung tersebut, bagian kartu aktiva tetap membuat bukti memorial.
Bukti memorial dikirimkan ke bagian jurnal untuk dicatat ke dalam
jurnal umum.
3. Sistem pengeluaran modal
Adapun menurut Mulyadi (2001:611)
Sistem ini dirancang untuk mencatat tambahan harga pokok aktiva tetap dengan adanya pengeluaran modal. Setiap pengeluaran modal memerlukan dokumen surat perintah otorisasi investasi dari manajemen puncak. Pelaksanaan surat permintaan otorisasi investasi dilakukan berdasarkan surat perintah kerja. Pencatatan biaya yang terjadi untuk surat perintah kerja (work order) dilakukan menurut nomor surat perintah kerja yang bersangkutan, sehingga dapat dihitung besarnya pengeluran modal untuk surat perintah kerja tertentu, dan dapat dihitung tambahan harga pokok aktiva tetap yang bersangkutan.
Transaksi pengeluaran modal diawali dengan pembuatan surat
permintaan otorisasi reparasi oleh bagian yang memerlukan
pengeluaran modal kepada direktur utama. Otorisasi yang diberikan
kepada oleh direktur utama dikirimkan ke bagian reparasi dan
pemeliharaan. Langkah pengeluaran modal selanjutnya sama dengan
sistem perolehan aktiva tetap melalui pembangunan sendiri.
4. Sistem penghentian pemakaian aktiva tetap
Menurut Mulyadi (2001: 611) bahwa:
Sistem ini dirancang untuk mencatat pengurangan harga pokok dan akumulasi depresiasi aktiva tetap yang dihentikan pemakaiannya serta laba rugi yang timbul sebgai akibat penghentian pemakaian aktiva tetap adalah bukti memorial yang dilampiri dengan dokumen pendukung berupa surat permintaan penghentian dan transfer aktiva tetap.
Bagian yang menggunakan aktiva tetap mengajukan permintaan
penghentian aktiva tetap dengan menggunakan surat permintaan
penghentian pemakaian aktiva tetap kepada Direktur Utama. Otorisasi
penghentian pemakaian aktiva tetap ini dipakai oleh bagian akuntansi
persediaan sebagai dasar pembuatan bukti memorial. Penghentian
pemakaian aktiva tetap dicatat oleh bagian kartu aktiva tetap ke dalam
kartu aktiva tetap dan dicatat oleh bagian jurnal ke dalam jurnal umum.
5. Sistem transfer aktiva tetap
Menurut Mulyadi (2001: 611) bahwa:
oleh fungsi akuntansi, agar fungsi ini dapat membebankan biaya-biaya tersebut berdasarkan data lokasi aktiva tetap yang diteliti. Dokumen untuk meminta otorisasi tranfer aktiva tetap adalah surat permintaan transfer aktiva tetap. Semua transfer aktiva tetap dalam lingkungan intern perusahaan harus diotorisasi oleh bagian aktiva tetap. Surat permintaan transfer aktiva tetap dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu aktiva tetap.
Tansfer aktiva tetap ini tidak mengubah harga pokok aktiva tetap dan
akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan, namun hanya
dicatat data lokasi baru aktiva tetap tersebut di dalam kartu aktiva
tetap. Tidak ada pencatatan nilai rupiah dalam transfer aktiva tetap.
Oleh karena itu transaksi transfer tidak menyangkut pencatatan ke
dalam jurnal.
Bagian asal aktiva tetap membuat Surat Permintaan Transfer Aktiva
Tetap (SPTAT) rangkap tiga kepada direktur utama untuk diotorisasi
dan setelah diotorisasi, satu lembar SPTAT diserahkan ke bagian
aktiva tetap untuk diarsip, satu lembar SPTAT yang lain dikirim ke
bagian kartu aktiva tetap dan diarsip, satu lembar SPTAT yang terakhir
dikirim ke bagian yang dituju beserta aktiva tetapnya.
6. Sistem revaluasi aktiva tetap
Sistem ini dirancang untuk mencatat transaksi penilaian kembali aktiva
tetap. Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan adalah
Sistem ini dimulai dari direktur utama yang membuat Surat Keputusan
Revaluasi Aktiva Tetap (SKRAT) dan dikirimkan ke bagian kartu
aktiva tetap, yang kemudian membuat bukti memorial dan
mencatatnya ke dalam kartu aktiva tetap. Bagian jurnal menerima
SKRAT dan bukti memorial dari bagian kartu aktiva tetap untuk
dicatat di dalam jurnal umum dan diarsip berdasarkan nomor urutnya.
7. Sistem akuntansi depresiasi aktiva tetap.
Sistem ini dirancang untuk mencatat biaya deprisiasi aktiva tetap.
Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan adalah bukti
memorial.
Sistem ini dimulai dari bagian kartu aktiva tetap dengan membuat
Daftar Depresiasi Aktiva Tetap (DDAT) dan bukti memorial,
kemudian dicatat di dalam kartu aktiva tetap, DDAT dan bukti
memorial selanjutnya dikirim ke bagian jurnal untuk dicatat di dalam
A. Jenis Penelitian
Dalam kegiatan pengumpulan data-data yang relevan, dalam penyusunan
skripsi ini penulis meggunakan jenis penelitian deskriptif . Menurut Nawawi,
(2001:36) penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya.
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Bank Sumut Medan yang berlokasi di Jl. Imam
Bonjol No.18 Medan, dan waktu penelitian dimulai bulan pada Mei 2008
sampai dengan selesainya skripsi ini.
2. Jenis dan sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Sumber data berasal dari :
a. Data primer yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara) seperti hasil wawancara.
b. Data sekunder yaitu data yang telah diolah, diperoleh dari perusahaan
dan juga dari buku-buku literatur seperti struktur organisasi
perusahaan, Laporan Keuangan, daftar aktiva tetap dan data yang
3. Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah pihak-pihak yang
berkaitan dan memiliki data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
yaitu Divisi Umum yang berkaitan dengan pengelolaan data aktiva tetap
dan Divisi Teknologi Informasi dan Akuntansi bidang Akuntansi yang
menyusun laporan keuangan dan akuntansi perusahaan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dan skunder yang digunakan penulis adalah
sebagai berikut:
a. Observasi, dengan melihat dokumen yang ada di perusahaan terhadap
kegiatan yang berhubungan dengan aktiva tetap.
b. Wawancara, merupakan pengumpulan data melalui tanya jawab
dengan pihak pengelola data aktiva tetap.
c. Dokumentasi, merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara membaca buku-buku dan literatur mengenai teori-teori, konsep
dasar akuntansi dan hal lainnya yang berhubungan dengan masalah
penyusutan aktiva tetap.
5. Metode Analisis Data
Dalam hal penganalisaan data yang telah dikumpulkan untuk penelitian
skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif deduktif dimana data
yang dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan dianalisi dan
B. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Sumut Medan
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4
Nopember 1961 dengan Akte Notaris Rusli Nomor 22 dalam bentuk
Perseroan Terbatas. Berdasarkan Undng-Undang Nomor 13 Tahun 1962
tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuk usaha
dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesuai dengan
Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1965, dengn
modal dasar sebesar Rp. 100 juta dan saham dimiliki oleh Pemerintah
Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II
se-Sumaera Utara. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan
kebutuhan, terjadi beberapa kali perubahan Peraturan Daerah untuk
meningkatkan Modal Disetor.
Pada tanggal 16 April 1999 bentuk Badan Hukum dirubah kembali
menjadi Perseroan Terbatas sesuai dengan Akte Pendirian Perseroan
Terbatas No. 38 Tahun 1999 Notaris Alina Hanum Nasution SH yang
telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor C8224 HT. 01.01 TH’99, dan telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999, dengan Modal
Dasar sebesar Rp. 400 milyar. Dasar perubahan Bentuk Hukum dan Modal
Dasar sebelumnya telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Tingkat I
perkembangan selanjutnya dengan Akte Nomor 31 tanggal 15 Desember
1999 Modal Dasar ditingkatkan menjadi Rp. 500 milyar.
PT. Bank Sumut masih tetap memfokuskan penyaluran kreditnya
kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang produktif
sehingga dapat menstimulus aktivitas ekonomi di daerah dan tetap
melakukan pemberian kredit kepada kontraktor untuk pembangunan
proyek pemerintah, para pengusaha dan kredit yang pengembaliannya
bersumber dari penghasilan tetap seperti kredit kepada pegawai negeri
sipil dan swasta.
2. Bentuk dan Arti Logo Bank Sumut
Bentuk Logo menggambarkan dua elemen dalam bentuk huruf
“U” yang saling berkait bersinergy membentuk huruf “S” yang merupakan
kata awal “Sumut”. Sebuah penggambaran bentuk kerjasama yang sangat
erat antara Bank SUMUT dengan masyarakat Sumatera Utara
sebagaimana visi Bank SUMUT.
Jenis huruf “Platino Bold” sederhana dan mudah dibaca. Penulisan Bank
dengan huruf kecil dan SUMUT dengan huruf kapital guna lebih
mengedepankan Sumatera Utara, sebagai gambaran keinginan dan
3. Visi dan Misi Bank Sumut
Visi Bank Sumut adalah menjadi bank andalan untuk membantu dan
mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di
segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam
rangka peningkatan taraf hidup rakyat.
Misi Bank Sumut adalah mengelola dana Pemerintah dan Masyarakat
secara profesional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance
(prinsip kehati-hatian).
4. Fungsi Bank Sumut
Fungsi Bank Sumut adalah sebagai alat kelengkapan Otonomi Daerah
di daerah Perbankan, PT. Bank Sumut berfungsi sebagai penggerak dan
pendorong laju pembangunan di daerah, bertindak sebagai Pemegang Kas
Daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah
satu sumber Pendapatan Asli Daerah dengan melakukan kegiatan usaha
sebagai Bank Umum seperti dimaksudkan pada Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992, tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
5. Struktur Organisasi dan Job Description
Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis
mengenai penetapan tugas-tugas dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan
dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara
maksimal.
Struktur organisasi PT. Bank Sumut adalah sebagai berikut:
a. Kantor Pusat
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);
2. Dewan Komisaris (Dekom)
Dewan Komisaris dipilih dan diangkat oleh RUPS.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komsaris dapat menerima
saran dan pertimbangan dari Penasehat Dewan Komisaris.
Untuk tugas-tugas administrasi, Dewan Komisaris dibantu oleh
seorang Sekretaris Dewan Komisaris.
3. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Dewan Pengawas Syariah dipilih dan diangkat oleh RUPS.
Dewan Pengawas Syariah adalah badan independen yang
ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada bank,
sehubungan dengan unit usaha syariah.
4. Direksi
Direksi terdiri dari:
Direktur Utama
Direktur Kepatuhan.
5. Divisi
Divisi Perencanaan
Divisi Kepatuhan & Manajemen Risiko
Divisi Sumber Daya Manusia
Divisi Teknologi Informasi & Akuntansi
Divisi Umum
Divisi Treasury
Divisi Kredit
Divisi Penyelamatan Kredit
Divisi Usaha Syariah
6. Sekretaris Direksi
7. Kantor Cabang Utama
Kantor Cabang Utama terdiri dari
Pemimpin Cabang Utama;
Wakil Pemimpin Cabang terdiri dari
Bagian;
Seksi;
8. Kantor Cabang
Kantor Cabang terdiri dari
Pemimpin Cabang;
Seksi;
9. Kantor Cabang Syariah
10.Kantor Cabang Pembantu
11.Kantor Kas
12.Kas Mobil/Payment Point
Tugas-Tugas Kepala Divisi Bank Sumut Medan
1. Tugas Pemimpin Divisi Pengawasan
a. Merumuskan kebijakan Bank dalam mengamankan dan
menyelamatkan harta Bank.
b. Merumuskan kebijakan Bank dalam mengawasi dan membina
seluruh unit kerja Bank untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
c. Merumuskan program kerja audit tahunan dan audit khusus.
d. Mengusulkan kepada Direksi Rencana Kerja dan ANggaran Divisi
Pengawasan untuk dimasukkan ke dalam Rencana ANggaran
Tahunan, Menengah dan Panjang Bank.
e. Melaporkan kepada Direksi atas temuan hasil pemeriksaan.
f. Mengevaluasi efektivitas pelaksanaan ketentuan yang berlaku.
g. Membentuk Tim Audit untuk melaksanakan tugas audit tahunan
dan audit khusus.
h. Mengevaluasi efektifitas pelaksanaan penerapan manajemen risiko.
i. Membina pejabat, staf dan pegawai dalam lingkungan Divisi
Pengawasan gun meningkatkan keterampilan kerja, pengetahuan
dan sikap kerja.
j. Mengusulkan pendidikan dan latihan yang dibutuhkan dalam
rangka pengembangan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
dari pejabat/staf/pegawai di Divisi Pengawasan.
k. Melakukan koordinasi dan supervisi atas pekerjaan-pekerjaan yang
l. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja lainnya.
m. Mewakili Bank dalam mengadakan hubungan/kerjasama dengan
pihak lain berkaitan pelaksanaan fungsi Divisi Pengawasan.
n. Melaksanakan tugas-tugas lainnya sesuai dengan keperluannya.
2. Tugas Pemimpin Divisi Perencanaan
a. Merumuskan rencana strategic Bank sesuai kebijakan umum
Direksi untuk dituangkan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan, Rencana Jangka Menengah dan Rencana Jangka Panjang.
b. Merumuskan kebijakan Bank untuk pengembangan usaha Bank.
c. Melakukan penelitian dan pengembangan untuk kemajuan usaha
Bank.
d. Merumuskan kebijakan dan strategi Bank untuk pembinaan
cabang.
e. Mengajukan usulan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Bank,
Rencana Jangka Menengah dan Rencana Jangka Panjang.
f. Mengajukan usul dan saran kepada Direksi tentang
langkah-langkah antisipasi yang perlu dilaksanakan dalam usaha
memperbaiki dan meningkatkan kinerja Bank berdasarkan hasil
evaluasi performance Bank.
g. Merencanakan kerjasama dengan Lembaga Pemerintah dan pihak
h. Membina pejabat, staf dan pegawai dalam lingkungan Divisi
Perencanaan, Pengembangan dan Pembinaan Cabang guna
meningkatkan keterampilan kerja, pengetahuan dan sikap kerja.
i. Mengusulkan pendidikan dan latihan yang dibutuhkan dalam
rangka pengembangan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
dari pejabat staf/pegawai di Divisi Perancanaan, Pengembangan
dan Pembinaan Cabang.
j. Melakkan koordinasi dan supervisi atas pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan oleh masing-masing Kepala Bidangnya.
k. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja lainnya.
l. Mewakili Bank dalam meringankan hubungan/kerjasama dengan
pihak lain berkaitan pelaksanaan fungsi Divisi Perencanaan,
Pengembangan dan Pembinaan Cabang.
m. Melaksanakan tugas-tugas lainnya sesuai dengan keperluannya.
3. Tugas Pemimpin Divisi Kepatuhan dan Manajemen Resiko
a. Memberikan pertimbangan dalam penataan kebijakan/ketentuan
Bank agar tidak bertentangan dengan peraturan dan perundangan
eksternal yang sederajat maupun lebih tinggi.
b. Memantau kebijakan kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan baik
internal maupun eksternal yang berlaku.
c. Mengusulkan kepada Direksi Rencana Kerja dan Anggaran Divisi
Kepatuhan untuk dimasukkan ke dalam Rencana Kerja dan
d. Memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada Direksi atas
keputusan yang bertentangan dengan kepatuhan dan risiko-risiko
yang mungkin terjadi.
e. Memantau dan menjaga kepatuhan Bank terhadap perjanjian dan
komitmen yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia dan
pihak lain.
f. Memantau pelaksanaan strategi Manajemen Risiko yang telah
disetujui oleh Direksi.
g. Memantau posisi risiko secara keseluruhan (composite), per jenis
risiko dan per jenis aktivitas fungsional serta melakukan stress
testing.
h. Mengkaji ulang secara berkala terhadap proses Manajemen Risiko.
i. Melakukan kajian usulan aktivitas dan atau produk baru.
j. Mengevaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang
digunakan untuk mengukur risiko, bagi Bank yang menggunakan
model untuk keperluan intern (internal model).
k. Menyusun dan menyampaikan laporan profit/komposisi risiko
kepada Direktur Utama atau Direktur yang ditugaskan secara
khusus dan Komite Manajemen Risiko secara berkala.
l. Bekerjasama dengan Satuan Pengawasan Intern memantau kondisi
dan situasi yang memungkinkan terjadinya tindakan yang
m. Berperan aktif dalam Komite Manajemen Risiko sebagai Sekretaris
Komite, antara lain mempersiapkan agenda acara rapat komite
yang akan dibahas.
n. Membina pejabat, staf dan pegawai dalam lingkungan Divisi
Kepatuhan guna meningkatkan keterampilan kerja, pengetahuan
dan sikap kerja.
o. Mengusulkan pendidikan dan latihan yang dibutuhkan dalam
rangka pengembangan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
dari pejabat/staf/pegawai di Divisi Kepatuhan;
4. Tugas Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia
a. Merumuskan kebutuhan Sumber Daya Manusia jangka pendek
maupun jangka panjang.
b. Merumuskan strategi dan rencana pengembangan Sumber Daya
Manusia yang profesional.
c. Merumuskan dan mengembangkan budaya kerja perusahaan
(corporate culture).
d. Merumuskan penyelesaian atas masalah ketenaga kerjaan Bank.
e. Mengusulkan kepada Direksi Rencana Kerja dan Anggaran Divisi
Sumber Daya Manusia untuk dimasukkan ke dalam Rencana
Anggaran Tahunan, Menengah dan Panjang Bank.
f. Membina pejabat, staf dan pegawai dalam lingkungan Divisi
Sumber Daya Manusia guna meningkatkan keterampilan kerja,
g. Mengusulkan pendidikan dan latihan yang dibutuhkan dalam
rangka pengembangan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
dari pejabat/staf/pegawai di Divisi Sumber Daya Manusia.
h. Melakukan koordinasi dan supervisi atas pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan oleh masing-masing Kepala Bidangnya.
i. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja lainnya.
j. Mewakili Bank dalam mengadakan hubungan/kerjasama dengan
pihak lain berkaitan pelaksanaan fungsi Divisi Sumber Daya
Manusia.
k. Melaksanakan tugas-tugas lainnya sesuai dengan keperluannya.
5. Tugas Pemimpin Divisi Teknologi Informasi & Akuntansi
a. Merumuskan kebijakan Bank dalam penerapan sistem administrasi
keuangan yang handal dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.
b. Merumuskan kebijakan pengembangan dibidang teknologi sistem
informasi dengan tetap memperhatikan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia dan atau lembaga yang berkompeten lainnya .
c. Mengusulkan kepada Direksi Rencana Kerja dan Anggaran Devisi
Administrasi keuangan untuk dimasukkan ke dalam Rencana Kerja
dan Anggaran Tahunan, Menengah dan Panjang Bank.
d. Menyampaikan saran-saran kepada Direksi sebagai bahan
pertimbangan dalam menetapkan kebijaksanaan / keputusan dalam
e. Membina pejabat, staf dan pegawai dalam lingkungan Devisi
Administrasi Keuangan guna meningkatkan keterampilan kerja,
pengetahuan dan sikap kerja.
f. Mengusulkan pendidikan dan latihan yang dibutuhkan dalam
rangka pengembangan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
dari pejabat / staf / pegawai di Divisi Administrasi Keuangan.
g. Melakukan koordinasi dan supervisi atas pekerjaan – pekerjaan
yang dilakukan oleh masing-masing Kepala Bidangnya.
h. Melakukan koordinasi dengan unit – unit keda lainnya.
i. Mewakili Bank dalam mengadakan hubungan / kerjasama dengan
pihak lain berkaitan pelaksanaan fungsi Divisi Administrasi
Keuangan.
j. Melakukan tugas-tugas lainnya sesuai dengan keperluannya.
6. Tugas Pemimpin Divisi Umum
a. Melakukan penyidikan, perawatan serta pengamanan terhadap
penggunaan sarana dan prasana kerja Bank secara efektif dan
efisien.
b. Mengusulkan kepada Direksi Rencana Kerja dan Anggaran Divisi
Umum untuk dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Anggaran
Tahunan, Menengah dan Panjang Bank.
c. Mengkoordinir seluruh unit kerja menyangkut pengadaan sarana
d. Menyediakan dana kas kecil (petty cash), perangko dan materi
sesuai dengan ketentuan.
e. Membina pejabat, staf dan pegawai dalam lingkungan Divisi
Umum guna meningkatkan keterampilan kerja, pengetahuan dan
sikap kerja.
f. Mengusulkan pendidikan dan latihan yang dibutuhkan dalam
rangka / pengembangan pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan dari pejabat / staf / pegawai di Devisi Umum.
g. Melakukan koordinasi dan supervisi atas pekerjaan – pekerjaan
yang dilakukan oleh masing-masing Kepala Bidangnya.
h. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja lainnya.
i. Mewakili Bank dalam mengadakan hubungan / kerjasama dengan
pihak lain berkaitan pelaksanaan fungsi Divisu Umum.
j. Melaksanakan tugas-tugaas lainnya sesuai dengan keperluannya.
7. Tugas Pemimpin Divisi Treasury
a. Merumuskan kebijaksanaan Bank dibidang pendanaan, produk dan
jasa bank ke dalam ketentuan – ketentuan.
b. Merumuskan ketentuan – ketentuan yang menyangkut
penghimpunan dana dan penempatan dana selain kredit serta
produk dan jasa bank yang berbasis kepatuhan dan prinsip