ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS AKUT
(ISPaA) PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KECAMATAN
MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
ESTER HARIANJA 051000090
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS AKUT
(ISPaA) PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KECAMATAN
MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
ESTER HARIANJA 051000090
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS AKUT
(ISPaA) PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KECAMATAN
MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
ESTER HARIANJA 051000090
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 September 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH Drs. Jemadi, M.Kes
NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19640404 199203 1 005
Penguji II Penguji III
Prof. dr. Nerseri Barus, MPH drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 19450817 197302 2 001 NIP. 19590818 198503 2 002
Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia dan morbiditasnya sangat tinggi pada kelompok anak-anak. Pada tahun 2009, didapat prevalens rate ISPaA pada balita di Puskesmas Medan Tuntungan 52,72%.
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas (ISPaA) pada anak balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010. Populasi adalah semua anak balita berusia 12-59 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani. Sampel adalah anak balita berusia 12-59 bulan di lingkungan 1, 2 dan 3 yang berjumlah 110 orang. Teknik pengambilan sampel diambil secara purposive. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.
Didapatkan prevalens rate Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut 58,2%.Proporsi anak balita berdasarkan umur dan jenis kelamin terbanyak adalah kelompok umur 12-17 bulan dan berjenis kelamin laki-laki yaitu 14,5%, tidak ASI eksklusif yaitu 78,2%, lengkap mendapat vitamin A (2 kali) yaitu 90%, tidak mendapat imunisasi lengkap yaitu 51,8%, status gizi baik yaitu 69,1%, pendidikan ibu terbanyak adalah tamatan SLTA/sederajat yaitu 58,2%, pekerjaan ibu sebagai IRT yaitu 46,4%, tidak padat penghuni yaitu 94,5%, ada anggota keluarga yang merokok yaitu 86,4%, bahan bakar memasak kayu bakar/minyak tanah yaitu 55,5%.
Hasil analisis bivariat didapat 3 variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) yaitu : Umur37-59 bulan (p=0,005, RP=1,748), Tidak ASI Eksklusif (p=0,000, RP=2,698), dan Ada perokok di dalam rumah (p=0,001, RP=3,21). Hasil analisis multivariat didapat 3 variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPaA pada anak balita yaitu Umur 37-59 bulan, Tidak ASI Eksklusif dan Ada perokok dalam rumah dengan persamaan regresi : Y = -9,528 + 2,814X1 + 1,354X2 + 1,910X3.
Perlunya peningkatan kegiatan penyuluhan oleh petugas kesehatan kepada masyarakat mengenai pentingnya ASI Eksklusif serta peningkatan perilaku hidup sehat seperti tidak merokok di dalam rumah.
Kata kunci : Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut, Anak Balita, Cross sectional
ABSTRACT
Upper Acute Respiratory Tract Infection (ISPaA) is an important public health problem worldwide and the morbidity is very high in the group of children. In 2009, found prevalence rate of 52.72% in Community Health Center Medan Tuntungan.
The research is analytical by using cross sectional design. The purpose of this study was to find out of several factors related to the incidence of Upper Acute Respiratory Tract Infections (ISPaA) in children under five in Kemenangan Tani region district of Medan Tuntungan year 2010. The population is children aged 12-59 months in the Kemenangan Tani region . Samples were children aged 12-12-59 months of the family who lived in lingkungan 1, 2 and 3 in the Kemenangan Tani region, which amounts to 110 persons. The technique of purposive sampling. Data analysis was performed by univariate, bivariate and multivariate.
Found prevalence rates for Upper Acute Respiratory Tract Infection is 58,2%. Proportion of children under five years by age and sex was the most 12-17 month age group and gender to male is 14.5%, not exclusive breast feeding is 78.2%, complete a vitamin A (2 times) is 90%, do not get full immunization is 51.8%, good nutritional status is 69.1%, the highest maternal education is high school graduate or equivalent is 58.2%, mothers work as IRT is 46,4%, not over crowded 94.5%, there are family members who smoke is 86.4%, firewood cooking fuel and kerosene that is 55.5%.
Results of bivariate analysis found 3 variables that have a relationship significant association with occurrence of Upper Acute Respiratory Tract Infection (ISPaA), namely: age 37-59 month (p = 0.005, RP = 1,748), not exclusive breast feeding (p = 0.000, RP = 2.698), and presence of smokers in the house (p = 0.001, RP = 3.21). Multivariate analysis found three variables associated with the incidence in children under five are ISPaA Age 37-59 month, not exclusive breastfeeding and the presence of smokers in the house with the regression equation: Y = -9,528 + 2,814X1 + 1,354X2 + 1,910X3..
Necessity of intensifying activities to counseling by health workers about the importance of exclusive breast community and increase healthy behavior such as not smoking in the house.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : ESTER HARIANJA
Tempat/tanggal lahir : Harianja / 25 Februari 1987
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 3 (tiga) dari 4 (empat) bersaudara
Alamat Rumah : Simpang Tiga Harianja, Kecamatan Pangaribuan
Kabupaten Tapanuli Utara
Riwayat Pendidikan : SD Negeri No.175761 Pangaribuan (1993-1999)
: SMP Negeri 1 Pangaribuan (1999-2002)
: SMU Negeri 1 Pangaribuan (2002-2005)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) Pada Anak Balita Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.”
Dalam penulisan SKRIPSI ini, banyak bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu drh. Hiswani , M.Kes selaku dosen penasehat akademik.
3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan.
5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan masukan.
6. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen
7. Bapak Adil Maulana Siregar, S.Sos, M.Si selaku Kepala Lurah Kemenangan Tani
dan staff yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian
dan memperoleh data-data.
8. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan pengajaran selama penulis mengikuti
proses perkuliahan di FKM-USU, beserta seluruh pegawai.
9. Ayahanda L.D. Harianja, S.Pd, Ibunda H. Simanjuntak yang selalu mendoakan
dan telah memberikan kasih dan sayangnya dalam membesarkan, mendidik, dan
juga memberikan semangat. K’Nova, S.S, K’Chaty, SKM, dan adikq Marta serta
seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
10.Teman-teman peminatan Epidemiologi dan rekan-rekan stambuk 2005,
teman-teman seperjuangan dalam Sonepid (Dessy, Hesty, Asny, Nduma, Melvida,
K’Novel, Mena, Cristin, Erik, Desnal, Sandro, Hendra, n B’Doni), teman-teman
dalam KK B2B (K’Fina, Vae, Liya, Yanti dan Eka), Kelompok Ezer Kenegdo
(Agnes, Ririn, Eva), teman-temanku Irma, Faria, Nency serta semua pihak yang
telah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Juli 2010
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... iia Abstract ... iib Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar... xii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah. ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
2.2. Klasifikasi ISPA ... 6
2.2.1. Klasifikasi ISPA Berdasarkan Lokasi Anatomi... 6
2.2.2. Klasifikasi ISPA Berdasarkan Kelompok Umur... 7
2.3. Etiologi ISPA ... 8
2.6. Epidemiologi Penyakit ISPA ... 11
2.6.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit ISPA... 12
2.6.2. Determinan Penyakit ISPA ... 14
2.7. Pencegahan Penyakit ISPA ... 22
2.7.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) ... 23
2.7.2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)... 23
2.7.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) ... 24
BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 26
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30
4.1. Jenis Penelitian ... 30
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
4.2.1. Lokasi Penelitian... 30
4.2.2. Waktu Penelitian ... 30
4.3. Populasi dan Sampel ... 31
4.3.1. Populasi Penelitian ... 31
4.3.2. Sampel Penelitian... 31
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 32
4.5.1. Data Primer ... 32
4.5.2. Data Sekunder ... 32
4.5. Teknik Analisa Data... 33
4.5.1. Analisis Univariat ... 33
4.5.2. Analisis Bivariat... 33
4.5.3. Analisis Multivariat... 34
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 35
5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 35
5.1.1. Geogrrafis... 35
5.1.2. Demografi ... 35
5.2. Analisis Univariat ... 38
5.2.1. Kejadian Infeksi Saluran Pernfasan atas Akut ... 39
5.2.2. Deskriptif Faktor Anak Balita... 40
5.2.3. Deskriptif Faktor Ibu... 44
5.2.4. Deskriptif Faktor Lingkungan Rumah ... 45
5.3. Analisis Bivariat... 46
5.3.1. Hubungan Umur Dengan Kejadian ISPaA Pada Anak Balita .... 46
5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian ISPaA Pada Anak Balita ... 47
5.3.3. Hubungan Status ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPaA Pada Anak Balita... 47
5.3.4. Hubungan Pemberian Vitamin A Dengan Kejadian ISPaA Pada Anak Balita... 48
5.3.5. Hubungan Status Imunisasi Lengkap Dengan Kejadian ISPaA Pada Anak Balita ... 49
5.3.6. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian ISPaA Pada Anak Balita ... 50
5.3.7. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian ISPaA Pada Balita Anak ... 51
5.3.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian ISPaA Pada Anak Balita ... 52
5.3.10. Hubungan Bahan Bakar Memasak Dengan Kejadian ISPaA
Pada Anak Balita... 54
5.3.11. Hubungan Keberadaan Perokok Dengan Kejadian ISPaA Pada Anak Balita... 55
5.4. Analisis Multivariat... 56
BAB 6 PEMBAHASAN... 58
6.1. Analisis Univariat ... 58
6.1.1. Prevalens Rate ISPaA ... 58
6.1.2. Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin ... 59
6.2. Analisis Bivariat... 60
6.2.1. Hubungan Umur Dengan Kejadian ISPaA ... 60
6.2.2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian ISPaA ... 61
6.2.3. Hubungan Status ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPaA ... 62
6.2.4. Hubungan Pemberian Vitamin A Dengan Kejadian ISPaA... 64
6.2.5. Hubungan Status Imunisasi Dengan Kejadian ISPaA ... 65
6.2.6. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian ISPaA ... 66
6.2.7. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian ISPaA ... 68
6.2.8. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian ISPaA... 69
6.2.9. Hubungan Kepadatan Hunian Ruang Tidur Dengan Kejadian ISPaA ... 70
6.2.10.Hubungan Bahan Bakar Memasak dengan Kejadian ISPaA ... 71
6.2.11.Hubungan Keberadaan Perokok Dengan Kejadian ISPaA ... 72
6.3. Analisis Multivariat... 73
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN... 76
7.1. Kesimpulan ... 76
7.2. Saran... 77
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Kemenangan Tani Tahun 2009 ... 35
Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Kemenangan Tani Tahun 2009 ... 36
Tabel 5.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Kemenangan Tani Tahun 2009 ... 36
Tabel 5.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Kemenangan Tani Tahun 2009 ... 37
Tabel 5.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku di Kelurahan Kemenangan Tani Tahun 2009 ... 37
Tabel 5.6. Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Tuntungan Tahun 2009 ... 38
Tabel 5.7. Distribusi Prevalensi Anak Balita Berdasarkan Kejadian ISPaA di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 .... 39
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010... 40
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010... 41
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 .... 41
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kemenangan Tani Tahun 2010 ... 42
Tabel 5.12. Distibusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pemberian Vitamin A di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 .... 42
Tabel 5.13.Distibusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status Imunisasi di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 .... 43
Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010... 43
Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Responden Menurut Deskriptif Faktor Lingkungan Rumah di Kelurahan Kemenangan Tani Tahun 2010... 45
Tabel 5.17. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Umur Anak Balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 46
Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 47
Tabel 5.19. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Status ASI Eksklusif Anak Balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 47
Tabel 5.20. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Pemberian Vitamin A Anak Balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 48
Tabel 5.21. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Status Imunisasi di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 49
Tabel 5.22. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010... 50
Tabel 5.23. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 51
Tabel 5.24. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010... 52
Tabel 5.25. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Kepadatan Hunian di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010... 53
Tabel 5.26. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Bahan Bakar Untuk Memasak di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 54
Tabel 5.27. Tabulasi Silang Kejadian ISPaA Berdasarkan Keberadaan Perokok di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 55
DAFTAR GAMBAR
Tabel 6.1. Diagram Pie Prevalens Rate ISPaA Pada Anak Balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010... 58
Tabel 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 59
Tabel 6.3. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA Pada Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 60
Tabel 6.4. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA Pada Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 61
Tabel 6.5. Diagram Bar Prevalens Kejadian ISPaA Pada Anak Balita Berdasarkan Status ASI Eksklusif di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 62
Tabel 6.6. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA pada Anak Balita Berdasarkan Pemberian Vitamin A di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 64
Tabel 6.7. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA pada Anak Balita Berdasarkan Status Imunisasi di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 65
Tabel 6.8. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA pada Anak Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 66
Tabel 6.9. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA pada Anak Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 68
Tabel 6.10. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA pada Anak Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan TuntunganTahun 2010 ... 69
Tabel 6.12. Diagram Bar Prevalens Rate ISPaA pada Anak Balita Berdasarkan Bahan Bakar Untuk Memasak di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Master Data
Lampiran 3. Output SPSS
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian
ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia dan morbiditasnya sangat tinggi pada kelompok anak-anak. Pada tahun 2009, didapat prevalens rate ISPaA pada balita di Puskesmas Medan Tuntungan 52,72%.
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas (ISPaA) pada anak balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010. Populasi adalah semua anak balita berusia 12-59 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani. Sampel adalah anak balita berusia 12-59 bulan di lingkungan 1, 2 dan 3 yang berjumlah 110 orang. Teknik pengambilan sampel diambil secara purposive. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dan multivariat.
Didapatkan prevalens rate Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut 58,2%.Proporsi anak balita berdasarkan umur dan jenis kelamin terbanyak adalah kelompok umur 12-17 bulan dan berjenis kelamin laki-laki yaitu 14,5%, tidak ASI eksklusif yaitu 78,2%, lengkap mendapat vitamin A (2 kali) yaitu 90%, tidak mendapat imunisasi lengkap yaitu 51,8%, status gizi baik yaitu 69,1%, pendidikan ibu terbanyak adalah tamatan SLTA/sederajat yaitu 58,2%, pekerjaan ibu sebagai IRT yaitu 46,4%, tidak padat penghuni yaitu 94,5%, ada anggota keluarga yang merokok yaitu 86,4%, bahan bakar memasak kayu bakar/minyak tanah yaitu 55,5%.
Hasil analisis bivariat didapat 3 variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) yaitu : Umur37-59 bulan (p=0,005, RP=1,748), Tidak ASI Eksklusif (p=0,000, RP=2,698), dan Ada perokok di dalam rumah (p=0,001, RP=3,21). Hasil analisis multivariat didapat 3 variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPaA pada anak balita yaitu Umur 37-59 bulan, Tidak ASI Eksklusif dan Ada perokok dalam rumah dengan persamaan regresi : Y = -9,528 + 2,814X1 + 1,354X2 + 1,910X3.
Perlunya peningkatan kegiatan penyuluhan oleh petugas kesehatan kepada masyarakat mengenai pentingnya ASI Eksklusif serta peningkatan perilaku hidup sehat seperti tidak merokok di dalam rumah.
Kata kunci : Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut, Anak Balita, Cross sectional
ABSTRACT
Upper Acute Respiratory Tract Infection (ISPaA) is an important public health problem worldwide and the morbidity is very high in the group of children. In 2009, found prevalence rate of 52.72% in Community Health Center Medan Tuntungan.
The research is analytical by using cross sectional design. The purpose of this study was to find out of several factors related to the incidence of Upper Acute Respiratory Tract Infections (ISPaA) in children under five in Kemenangan Tani region district of Medan Tuntungan year 2010. The population is children aged 12-59 months in the Kemenangan Tani region . Samples were children aged 12-12-59 months of the family who lived in lingkungan 1, 2 and 3 in the Kemenangan Tani region, which amounts to 110 persons. The technique of purposive sampling. Data analysis was performed by univariate, bivariate and multivariate.
Found prevalence rates for Upper Acute Respiratory Tract Infection is 58,2%. Proportion of children under five years by age and sex was the most 12-17 month age group and gender to male is 14.5%, not exclusive breast feeding is 78.2%, complete a vitamin A (2 times) is 90%, do not get full immunization is 51.8%, good nutritional status is 69.1%, the highest maternal education is high school graduate or equivalent is 58.2%, mothers work as IRT is 46,4%, not over crowded 94.5%, there are family members who smoke is 86.4%, firewood cooking fuel and kerosene that is 55.5%.
Results of bivariate analysis found 3 variables that have a relationship significant association with occurrence of Upper Acute Respiratory Tract Infection (ISPaA), namely: age 37-59 month (p = 0.005, RP = 1,748), not exclusive breast feeding (p = 0.000, RP = 2.698), and presence of smokers in the house (p = 0.001, RP = 3.21). Multivariate analysis found three variables associated with the incidence in children under five are ISPaA Age 37-59 month, not exclusive breastfeeding and the presence of smokers in the house with the regression equation: Y = -9,528 + 2,814X1 + 1,354X2 + 1,910X3..
Necessity of intensifying activities to counseling by health workers about the importance of exclusive breast community and increase healthy behavior such as not smoking in the house.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu agar terciptanya kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan
yang menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat.1
Status kesehatan di masyarakat dapat dilihat dari tingkat kematian
(mortalitas), kesakitan (morbiditas) dan faktor risiko. Tingkat kematian secara umum
berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi
akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian.2
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun lebih dari sebelas juta anak meninggal karena menderita sakit dan kurang gizi.Tujuh dari sepuluh
penyebab kematian anak di negara berkembang dapat disebabkan oleh lima penyebab
utama atau kombinasinya yaitu : ISPA, diare, campak, malaria dan kurang gizi. 2
Menurut World Health Organization (WHO), ISPA adalah penyebab utama kematian anak Balita di dunia yang menyebabkan kematian lebih dari dua juta anak
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2003 didapatkan bahwa ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada
anak di negara sedang berkembang dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 26,67%.4
Di Indonesia, ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian
pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga berada pada daftar 10 penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit tahun 2006, dengan proporsi
9,32%.5
Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas 2001), menunjukkan bahwa
PMR akibat ISPA di Indonesia pada balita 28% artinya bahwa dari 100 balita yang
meninggal, 28 disebabkan oleh penyakit ISPA.3
Berdasarkan profil kesehatan propinsi Sumatera Utara tahun 2006, ditemukan
41.373 balita menderita ISPA/pneumonia dengan cakupan penemuan sebesar
33,44%.6
Berdasarkan profil kesehatan kota Medan tahun 2008, infeksi akut lain pada
saluran pernafasan bagian atas merupakan penyakit yang terbanyak di kota Medan
yaitu sebanyak 389.078 kasus (proporsi 49,8%).7
Berdasarkan hasil penelitian Mustafa di Kota Banda Aceh pasca gempa bumi
dan gelombang tsunami tahun 2005 dengan desain cross sectional dadapatkan prevalensi ISPA pada balita sebesar 51,0%.8
Berdasarkan hasil penelitian Ria Resti Gulo di Kelurahan Ilir Gunung Sitoli
Dari profil Puskesmas Medan Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan
tahun 2009 pada data sepuluh penyakit terbesar diperoleh bahwa penyakit ISPA
berada pada urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak.10
Berdasarkan catatan bulanan P2 ISPA Puskesmas Medan Tuntungan
Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009, diperoleh 824 balita penderita Infeksi
Saluran Pernafasan atas Akut (batuk pilek saja) dari 1.563 balita (prevalens rate
52,72%).10
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
analisis beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di
Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada
anak balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun
2010.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas (ISPaA) pada anak balita di
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalens rate kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) pada anak balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan
Medan Tuntungan Tahun 2010.
b. Untuk mengetahui hubungan karakteristik anak balita meliputi : umur, jenis
kelamin, status ASI Eksklusif, pemberian vitamin A, status imunisasi lengkap,
dan status gizi dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut
(ISPaA) pada anak balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan
Tuntungan Tahun 2010.
c. Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu balita meliputi pendidikan dan
pekerjaan ibu dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA)
pada anak balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan
Tuntungan Tahun 2010.
d. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan rumah meliputi kepadatan
hunian ruang tidur, keberadaan perokok dan bahan bakar untuk memasak
dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) pada anak
balita di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun
2010.
e. Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kejadian Infeksi
Saluran Nafas Akut bagian Atas (ISPaA) pada anak balita di Kelurahan
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Tuntungan dalam program
pencegahan ISPA.
1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian
selanjutnya.
1.4.3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan di FKM-USU dan juga sebagai salah satu syarat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi ISPA11
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Istilah ini
merupakan padanan istilah Inggris Acute Respiratory Infections (ARI) yang diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam Lokakarya Nasional ISPA di
Cipanas.
Istilah ISPA ini mengandung 3 unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan
akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran Pernafasan
adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti
sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah
(termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ini diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung dari 14 hari.
2.2. Klasifikasi ISPA4
2.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomik:
a. Infeksi Saluran Nafas Akut bagian Atas (ISPaA), yaitu infeksi yang menyerang
hidung sampai epiglotis, misalnya rhinitis akut, faringitis akut, sinusitis akut dan
b. Infeksi Saluran Nafas Akut bagian Bawah (ISPbA).
Dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas mulai dari bagian bawah epiglotis
sampai alveoli paru misalnya trakhetis, bronkhitis akut, pneumoni dan
sebagainya.
Gambar 2.2.1. Anatomi Saluran Pernafasan Berdasarkan Lokasi Anatomik 2.2.2. Klasifikasi Berdasarkan Umur
a. Kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas :
a.1. Pneumonia berat : bila disertai dengan tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika
sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau
sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau
atau lebih, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral(pada lidah), serangan
apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.
a.2. Bukan pneumonia : jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per
menit dan tidak terdapat tanda pneumonia berat.
b.Kelompok umur 2 bulan - <5 tahun diklasifikasikan atas :
b.1. Pneumonia berat : Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam.
b.2. Pneumonia : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, adanya
nafas cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 – <12 bulan dan 40
kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.
b.3. Bukan pneumonia : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam,
tidak ada nafas cepat, frekuensi nafas kurang dari 50 kali per menit pada anak
umur 2 – <12 bulan dan kurang dari 40 kali permenit 12 bulan – <5 tahun.
2.3. EtiologiISPA
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinebakterium.11
Virus penyebab ISPA terbesar adalah virus pernafasan antara lain adalah
Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus sp, Candida albicans, Histoplasma, dan lain-lain. Selain itu juga ISPA dapat disebabkan oleh karena Aspirasi seperti : makanan, asap kendaraan bermotor, Bahan Bakar Minyak/BBM
biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian,
mainan plastik kecil, dan lain-lain).13
Infeksi Saluran Nafas Akut bagian Atas (ISPaA) seperti Faringitis dan
Tonsilitis akut dapat disebabkan oleh karena infeksi virus, bakteri ataupun jamur.
Setengah dari infeksi ini disebabkan oleh virus yaitu virus influenza, parainfluenza,
adeno virus, respiratory syncytial virus dan rhino virus. 14
2.4. Cara Penularan ISPA 15
Bibit penyakit ISPA berupa jasad renik ditularkan melalui udara. Bibit
penyakit tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan menimbulkan
infeksi. Penyakit ISPA dapat juga ditularkan melalui kontak dengan orang yang
kebetulan mengandung bibit penyakit, baik yang sedang jatuh sakit maupun karier.
Oleh karena salah satu penularan melalui udara yang tercemar dan masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pernafasan inilah maka penyakit ISPA termasuk
golongan Air Borne Disease. Penularan penyakit melalui udara ini dapat terjadi dalam bentuk droplet nuklei dan dust.
Droplet nuklei adalah partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang mengering. Pembentukannya dapat melalui berbagai cara, antara lain dengan melalui
evaporasi droplet yang dibatukkan atau yang dibersihkan ke udara. Droplet nuklei
laboratorium. Karena ukurannya yang sangat kecil, bentuk ini dapat tetap berada di
udara untuk waktu yang cukup lama dan dapat diiisap pada waktu bernafas dan
masuk ke alat pernafasan.
Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil dari resuspensi partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu
lantai/tanah.
2.5. Tanda dan Gejala Klinis ISPA16
ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli. Infeksi
Saluran Nafas Akut bagian Atas (ISPaA) merupakan bagian dari ISPA, yaitu infeksi
yang menyerang hidung sampai epiglotis, misalnya rhinitis akut, faringitis akut,
sinusitis akut dan sebagainya. Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak dapat
menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas,
sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.
2.5.1. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada
waktu berbicara atau menangis)
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
2.5.2. Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur b. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
2.5.3. Gejala dari ISPA Berat
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f. Tenggorokan berwarna merah
2.6. Epidemiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Epidemiologi ISPA mempelajari frekuensi, distribusi penyakit ISPA serta
2.6.1. Distribusi dari Frekuensi
Dalam epidemiologi, distribusi dibedakan atas 3 macam yaitu menurut
ciri-ciri orang (person), tempat (place) dan menurut waktu (time).17 a. Menurut Orang ( person)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian tersering pada anak di negara sedang berkembang. Daya tahan tubuh anak
sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistim pertahanan tubuhnya belum kuat.
Kalau di dalam satu rumah seluruh anggota keluarga terkena pilek, anak-anak akan
lebih mudah tertular. Dengan kondisi tubuh anak yang masih lemah, proses
penyebaran penyakit pun menjadi lebih cepat.4
Di Indonesia, ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian
pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga berada pada daftar 10 penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit tahun 2006, dengan persentase
9,32%.5
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk dengan menganalisa data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 1998, didapatkan bahwa prevalensi penyakit
ISPA berdasarkan umur balita adalah untuk usia <6 bulan (4,5%), 6-11 bulan
(11,5%), 12-23 bulan (11,8%), 24-35 bulan (9,9%), 36-47 bulan (9,2%), 48-59 bulan
(8,0%).18
ISPaA merupakan penyakit yang morbiditasnya sangat tinggi pada kelompok
anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita diperkirakan 3-6 kali per tahun
(rata-rata 4 kali per tahun), sehingga penyakit saluran pernafasan akut merupakan
b. Menurut Tempat (place)
Dari pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan ISPA
di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh
tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih
tinggi daripada di desa.13
Menurut penelitian Djaja, dkk (2001) didapatkan prevalensi ISPA di
perkotaan (11,2%) lebih tinggi daripada di pedesaan (8,4%). Prevalensi di Jawa-Bali
(10,7%) lebih tinggi daripada di luar Jawa-Bali (7,8%).18
c. Menurut Waktu (time)
Berdasarkan data SKRT 1986-2001, diketahui proporsi kematian ISPA di
Indonesia yaitu pada bayi (umur 0-<1 tahun) di tahun 1986 sebesar 18,85%, tahun
1992 sebesar 36,40%, tahun 1995 sebesar 32,10% dan tahun 2001 sebesar 27,60%
dan pada balita (umur 1-4 tahun) di tahun 1986 sebesar 22,80%, tahun 1992 sebesar
18,20%, tahun 1995 sebesar 38,80% dan tahun 2001 sebesar 22,80%.5
Hasil survei program P2ISPA di 12 propinsi di Indonesia (Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat) selama kurun waktu 2000-2002 kasus
ISPA terlihat berfluktuasi, tahun 2000 dengan proporsi 30,1% (479.283 kasus), tahun
2001 proporsi 22,6% (620.147 kasus) dan tahun 2002 proporsi menjadi 22,1%
2.6.2. Determinan PenyakitISPA a. Faktor Agent ( Bibit Penyakit)
Agent dalam hal penyebab penyakit ISPA adalah bakteri ataupun virus yang
menginfeksi sistem pernafasan yang terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan
riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinebakterium.11
Virus penyebab ISPA terbesar adalah virus pernafasan antara lain adalah
groupMixovirus (Orthomyxovirus ; sub group Influenza virus , Paramyxovirus ; sub group Para Influenza virus dan Metamixovirus ; sub group Respiratory sincytial virus/RS-virus), Adenovirus, Picornavirus, Coronavirus, Mixoplasma, Herpesvirus.12
Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus sp, Candida albicans, Histoplasma, dan lain-lain. Selain itu juga ISPA dapat disebabkan oleh karena Aspirasi seperti : makanan, asap kendaraan bermotor, Bahan Bakar Minyak/BBM
biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian,
mainan plastik kecil, dan lain-lain).13
Infeksi Saluran Nafas Akut bagian Atas (ISPaA) seperti Faringitis dan
Tonsilitis akut dapat disebabkan oleh karena infeksi virus, bakteri ataupun jamur.
Setengah dari infeksi ini disebabkan oleh virus yaitu virus influenza, parainfluenza,
b. Faktor Host (Manusia)
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya ISPA. Oleh
sebab itu kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan
memberikan gambaran klinik yang lebih berat dan jelek, hal ini disebabkan karena
ISPA pada bayi dan anak balita umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta
belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara alamiah. Sedangkan
orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat
pengalaman infeksi yang terjadi sebelumnya.20
Berdasarkan hasil penelitian Maya di RS Haji Medan (2004), didapatkan
bahwa proporsi balita penderita pneumonia yang rawat inap dari tahun 1998 sampai
tahun 2002 terbesar pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun adalah 91,1% 21,
demikian juga penelitian Maafdi di RS Advent Medan Tahun 2006, didapatkan
bahwa proporsi balita penderita pneumonia terbesar pada kelompok umur 2 bulan -
<5 tahun sebesar 82,1%, sementara kelompok umur <2 bulan sebesar 17,9%.22
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan Pedoman Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional
Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005-2009, anak laki-laki memiliki resiko
lebih tinggi daripada anak perempuan untuk terkena ISPA.3
Berdasarkan hasil penelitian Taisir di Kabupaten Aceh Selatan (2005),
didapatkan insiden rate ISPA berdasarkan jenis kelamin pada balita laki-laki 43,3%
secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Lhok Bengkuang tahun 2005.23
3. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih
dan sehat serta praktis karena mudah diberikan setiap saat. ASI dapat mencukupi
kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai berusia 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa
memberikan makanan/cairan lain.24
ASI selain mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi juga
merupakan makanan bayi yang paling aman, tidak memerlukan biaya tambahan dan
tidak kalah pentingnya ASI mengandung zat-zat kekebalan/anti infeksi yang tidak
dipunyai oleh susu botol. ASI sangat berkhasiat untuk melindungi tubuh bayi
terhadap pelbagai penyakit infeksi.24
Penelitian Ria Resti (2008) dengan desain cross sectional, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status ASI eksklusif dengan kejadian
ISPA pada balita dengan nilai p=0,011. Hal ini menunjukkan bahwa insidens rate
ISPA lebih tinggi pada anak balita yang tidak ASI eksklusif dengan yang ASI
eksklusif. 9
Penelitian Ike Suhandayani (2006) dengan desain case control, didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA
pada balita dengan nilai p=0,01. Hasil uji statistik diperoleh nilai OR= 2,6 (CI 95%;
mendapat ASI Eksklusif dibandingkan dengan anak balita yang tidak menderita
ISPA.25
4. Pemberian Vitamin A 26,27
Vitamin A adalah zat gizi yang penting dan tidak dapat disintesa tubuh
sehingga perlu di penuhi dari luar melalui makanan atau tablet. Vitamin A esensial
untuk kesehatan dan kelangsungan hidup karena dapat meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit infeksi.
Pada keadaan menderita ISPA, suplai Vitamin A dalam hati cepat terkuras.
Keadaan ini akan menyebabkan perubahan pada jaringan epitel paru-paru sehingga
mudah mengalami keratinisasi. Keadaan ini lah yang mudah dimasuki oleh kuman
penyebab ISPA. Untuk mengembalikannya ke kondisi normal maka perlu konsumsi
zat gizi terutama Vitamin A. Perbedaan kematian antara anak yang kekurangan
dengan yang tidak kekurangan Vitamin A kurang lebih sebesar 30%.
Vitamin A dosis tinggi, baik yang biru maupun merah, tidak diperjual belikan
dan diberikan secara gratis di posyandu. Sebagai upaya pencegahan di daerah
bencana, satu kapsul vitamin A biru dengan dosis 100.000 IU diberikan kepada
seluruh bayi berusia 6-11 bulan, kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis
200.000 IU untuk seluruh balita usia 12-59 bulan, dan anak usia 5-12 tahun.
Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan
menyebabkan peningkatan titer antibodi yang spesifik dan tampaknya tetap berada
dalam nilai yang cukup tinggi. Bila antibodi yang ditujukan terhadap bibit penyakit
adanya perlindungan terhadap bibit penyakit yang bersangkutan untuk jangka yang
tidak terlalu singkat.
Karena itu usaha massal pemberian vitamin A dan imunisasi secara berkala
terhadap anak-anal prasekolah seharusnya tidak dilihat sebagai dua kegiatan terpisah.
Keduanya haruslah dipandang dalam suatu kesatuan yang utuh, yaitu meningkatkan
daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap anak Indonesia sehingga mereka dapat
tumbuh, berkembang dan berangkat dewasa dalam keadaan yang sebaik-baiknya.
Berdasarkan penelitian Siti Halati (2004) dengan desain cross sectional,
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pemberian Vit A dengan
kejadian ISPA pada balita dengan nilai p=0,045 di Jawa Tengah. Hal ini
menunjukkan bahwa insidens rate ISPA lebih tinggi pada anak balita yang tidak
diberi vitamin A dengan yang diberi vitamin A. Berbeda dengan di Sulawesi Selatan
didapat tidak ada hubungan yang bermakna antara pemberian vitamin A dengan
kejadian ISPA pada balita dengan nilai p=0,224.28
5. Status Imunisasi Lengkap
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal
atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain.29
Imunisasi bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit seperti,
POLIO (lumpuh layu), TBC, difteri, liver, tetanus, pertusis. Bahkan imunisasi juga
dapat mencegah kematian dari akibat penyakit-penyakit tersebut. Jadwal pemberian
0-11 bulan, DPT 3x : 2-0-11 bulan, POLIO 4x : 0-0-11 bulan, Campak 1x : 9-0-11 bulan,
Hepatitis B 3x : 0-11 bulan. Selang waktu pemberian imunisasi yang lebih dari 1x
adalah 4 minggu.30
Penelitian Agustama (2005) dengan desain cross sectional, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi balita dengan kejadian ISPA di
kota Medan dengan nilai p=0,000 dan di kota Deli Serdang dengan nilai p=0,000.
Ratio Prevalens berdasarkan status imunisasi di kota Medan yaitu 0,5 sedangkan Deli Serdang 0,7.( RP<1 berarti status imunisasi merupakan faktor proteksi).31
6. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab
utama kematian terutama pada anak di bawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak
yang meninggal karena penyakit infeksi biasanya didahului oleh keadaan gizi yang
kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat
memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.32
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah makanan dan
penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan baik
tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya.
Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan
tubuhnya pasti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya. Gizi kurang
menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan
Hasil penelitian Mustafa di kota Banda Aceh (2006), dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA pada anak balita dengan nilai p=0,038.8
c. Faktor Lingkungan (Environment) 1.Kepadatan Hunian Rumah
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuni tidaklah sehat
karena dapat menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen dan CO2 meningkat dalam
ruangan sehingga memudahkan penularan penyakit infeksi. Kepadatan hunian dapat
mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah, dimana semakin banyak jumlah
penghuni maka akan semakin cepat udara di dalam rumah mengalami pencemaran.34
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 829/MENKES/SK/VIII/1999
tentang persyaratan kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur
minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur, kecuali anak
di bawah umur 5 tahun. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah
penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.35
Penelitian Bambang Irianto (2006) dengan desain cross sectional, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian rumah
yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p =
2.Keberadaan Perokok37
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain
Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan
prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau
97.560.002 penduduk. Prevalensi perokok pasif pada laki-laki 32,67% atau
31.879.188 penduduk dan pada perempuan 67,33% atau 65.680.814 penduduk.
Sedangkan prevalensi perokok aktif pada laki-laki umur 10 tahun ke atas adalah
sebesar 54,5%, pada perempuan 1,2%.
Prevalensi perokok pasif pada balita sebesar 69,5%, pada kelompok umur 5-9
tahun sebesar 70,6% dan kelompok umur muda 10-14 tahun sebesar 70,5%.
Tingginya prevalensi perokok pasif pada balita dan umur muda disebabkan karena
mereka masih tinggal serumah dengan orang tua ataupun saudaranya yang merokok
dalam rumah.
Penelitian Ike Suhandayani (2006) dengan desain case control, didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keberadaan anggota keluarga yang
merokok dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0,000. . Hasil uji statistik
diperoleh nilai OR = 4,63 (95% CI = 2,04 – 10,52) yang artinya anak balita yang menderita ISPA kemungkinan 4,63 ada anggota keluarganya yang merokok
3.Bahan Bakar Memasak
Salah satu penyebab ISPA adalah pencemaran kualitas udara di dalam
ruangan seperti pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan asap
rokok.
Berdasarkan hasil penelitian Chahaya, dkk di Kabupaten Deli Serdang (2004),
didapatkan bahwa pemakaian bahan bakar minyak tanah mempunyai resiko 10 kali
lebih besar untuk terjadinya ISPA pada balita. Hal ini dimungkinkan karena ibu balita
pada saat memasak di dapur menggendong anaknya, sehingga bahan bakar tersebut
terhirup oleh balita. Pemaparan yang terjadi dalam rumah juga tergantung pada
lamanya orang berada di dapur atau ruang lainnya yang telah terpapar oleh bahan
pencemar. Kebanyakan ibu dan anak-anak potensial mempunyai resiko lebih tinggi
menderita gangguan pernafasan karena lebih sering berada di dapur.34
Penelitian Calvin S. Wattimena (2004) dengan desain cross sectional, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara bahan bakar memasak
dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0,001.38
2.7. Pencegahan Penyakit ISPA
Penyelenggaraan Program P2 ISPA dititikberatkan pada penemuan dan
pengobatan penderita sedini mungkin dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat
terutama kader, dengan dukungan pelayanan kesehatan dan rujukan secara terpadu di
2.7.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan
(health promotion) dan pencegahan khusus (spesific protection) terhadap penyakit tertentu.15
Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu :
a Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan
dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat
meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa
penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi,
penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan,
penyuluhan bahaya rokok.
b Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angka
kesakitan ISPA.
c Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi malnutrisi, defisiensi vitamin A.
d Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah.
e Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani masalah
polusi di dalam maupun di luar rumah.39
2.7.2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) 16
Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedini
mungkin.Upaya pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA yaitu :
a. Pneumonia berat : dirawat di Rumah Sakit, diberikan antibiotik parenteral dan
b. Pneumonia : diberi obat antibiotik kontrimoksasol, dapat juga menggunakan obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksilin atau penisilin prokain apabila
keadaan penderita menetap setelah diberikan obat antibiotik kotrimoksasol.
c. Bukan Pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah.
Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA adalah :
a. Mengatasi panas (demam)
Untuk balita demam, diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Pemberian makanan dan minuman
Memberikan makanan yang cukup tinggi gizi sedikit-sedikit tetapi sering,
memberi ASI lebih sering. Usahakan memberikan cairan (air putih, air buah)
lebih banyak dari biasanya.
c. Nasehati ibu untuk menjaga agar bayi tetap hangat.
2.7.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)4
Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita penderita ISPA agar tidak
bertambah parah dan mengakibatkan kematian.
a. Pneumonia Sangat Berat : jika anak semakin memburuk setelah pemberian kloram
fenikol selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin
ditambah gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.
b. Pneumonia Berat : jika anak tidak membaik setelah pemberian benzilpenisilin
kemudian periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol. Jika anak
masih menunjukkan tanda pneumonia setelah 10 hari pengobatan antibiotik maka
cari penyebab pneumonia persistensi.
c. Pneumonia : Coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa adanya
tanda-tanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan
membaik. Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat minum, terdapat
penarikan dinding dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan
ini yaitu rawat, obati sebagai pneumonia berat atau pneumonia sangat berat. Jika
anak tidak membaik sama sekali tetapi tidak terdapat tanda pneumonia berat atau
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
FAKTOR ANAK BALITA
- Umur
- Jenis kelamin
- Status ASI Eksklusif - Pemberian Vitamin A - Status Imunisasi Lengkap - Status gizi
FAKTOR IBU - Pendidikan - Pekerjaan
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan
Atas Akut (ISPaA) Pada Anak Balita
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) adalah penyakit infeksi saluran
pernafasan dengan tanda-tanda klinis pada balita dalam waktu periode 1 bulan
terakhir, dapat dikategorikan atas :
1. ISPaA (batuk dan atau pilek, disertai demam atau tidak)
2. Tidak ISPaA (apabila tidak terdapat salah satu dari tanda-tanda di atas)
3.2.2. Responden adalah ibu yang mempunyai anak balita usia 12 - 59 bulan yang
berdomisili di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan
Tahun 2010.
3.2.3. Umur balita adalah usia balita sejak 12 bulan sampai dengan usia 59 bulan,
dikategorikan atas :
1. 37-59 bulan 2. 12-36 bulan
3.2.3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin anak balita yang merupakan objek
penelitian, dikategorikan atas :
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.4. Status ASI Eksklusif adalah riwayat diberikannya ASI saja kepada anak balita
hingga berumur 6 bulan, yang dikategorikan atas :
1. Tidak ASI Eksklusif.
2. ASI Eksklusif, bila anak balita mempunyai riwayat mendapatkan ASI saja sebagai makanan hingga berumur 6 bulan.
3.2.5. Pemberian Vitamin A adalah pemberian vitamin A dosis tinggi dari program
kesehatan kepada balita usia 12-59 bulan pada satu tahun terakhir. Bukti balita
responden melalui kuesioner. Pemberian vitamin A ini dapat dibagi ke dalam
2 kategori, yaitu :
1. Tidak lengkap mendapatkan vitamin A dosis tinggi (1 kali setahun) 2. Lengkap mendapatkan vitamin A dosis tinggi (2 kali setahun)
3.2.6. Status imunisasi adalah jenis imunisasi yang sudah didapatkan oleh anak
balita sesuai dengan batas waktu pemberian usia bayi dan frekuensi
mendapatkannya yaitu, BCG : 11 bulan, DPT 3x : 2-11 bulan, Polio 4x :
0-11 bulan, Campak 1x : 9-0-11 bulan, Hepatitis B 3x : 0-0-11 bulan, dikategorikan
atas :
1. Tidak lengkap, bila anak balita tidak mendapatkan imunisasi yang seharusnya diperolehnya sesuai umur.
2. Lengkap, bila anak balita sudah mendapatkan imunisasi yang lengkap, (BCG : 0-11 bulan, DPT 3x : 2-11 bulan, Polio 4x : 0-11 bulan, Campak 1x : 9-11 bulan, Hepatitis B 3x : 0-11 bulan).
3.2.7. Status gizi balita adalah keadaan gizi anak balita saat dilakukan penelitian
dilihat dari pengukuran antropometri berdasarkan (BB/U).
Menurut WHO- NCHS dibedakan atas40 :
1. Gizi lebih, bila nilai Z – Score > +2 SD
2. Gizi baik, bila nilai Z – Score terletak antara antara -2 SD ≤ Z <+2 SD 3. Gizi kurang, bila nilai Z – Score terletak anrtara Z < - 2SD
4. Gizi buruk, bila nilai Z – Score < - 3 SD
Selanjutnya untuk analisa statistik, status gizi dikategorikan menjadi :
1. Status gizi kurang , jika anak mempunyai status gizi kurang dan gizi buruk 2. Status gizi baik, jika anak mempunyai status gizi baik dan gizi lebih
3.2.8. Pendidikan Ibu adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh
1. Tidak Sekolah/tidak tamat SD 2. Tamat SD
3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA 5. Tamat Akademi/PT
Untuk analisa statistik, pendidikan ibu dikategorikan menjadi :
1. Pendidikan rendah, jika pendidikan responden tidak sekolah, SD dan SLTP.
2. Pendidikan tinggi, jika pendidikan responden SLTA dan
Akademik/Perguruan Tinggi.
3.2.9. Kepadatan hunian ruang tidur adalah kepadatan penghuni dalam ruangan tidur
anak balita, yang dibedakan atas :
1. Padat, jika kepadatan penghuni < 4 m2/orang 2. Tidak padat jika kepadatan penghuni ≥ 4 m2/orang
3.2.10.Bahan bakar untuk memasak adalah bahan bakar yang digunakan saat
memasak setiap hari, dikategorikan atas :
1. Kayu bakar/minyak tanah 2. Listrik,Gas/Elpiji
3.2.11. Keberadaan perokok adalah keberadaan perokok dalam rumah yang
dikategorikan atas :
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan menggunakan desain
cross sectional.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan
Medan Tuntungan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan
Bulanan Program P2-ISPA Puskesmas Medan Tuntungan sepanjang tahun 2008
sampai dengan 2009 didapatkan bahwa penemuan penyakit penderita ISPA setiap
bulannya lebih dari 10% dari jumlah penduduk usia balita. Selain itu, pada lokasi ini
belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis beberapa faktor yang berhubungan
dengan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) di Kelurahan
Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2010 sampai Agustus 2010.
Penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul proposal, penelusuran
kepustakaan, survei pendahuluan, penyusunan proposal, penelitian, pengolahan dan
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh anak balita berusia 12-59 bulan yang ada di
Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah sebagian anak balita berusia 12-59 bulan yang ada di
Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan dengan penghitungan
besar sampel minimal di bawah ini.
a. Besar Sampel41
Besar sampel dihitung dengan rumus penghitungan besar sampel minimal
dibawah ini yaitu :
n =
Keterangan:
n = besar sampel minimal
p = proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi = 50% d = tingkat ketepatan absolut (presisi) = 0,1
z = standar deviasi normal sesuai dengan dengan derajat kemaknaan 95%.
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel minimal adalah :
n =
Untuk mengantisipasi adanya kekurangan sampel maka besar sampel minimal
ditambah 10% dari minimal sampel
sehingga besar sampel (n) = 96 + 9,6
n = 106 orang digenapkan menjadi 110 orang.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Pemilihan lingkungan diambil secara purposive. Berdasarkan jumlah balita di atas, maka seluruh anak balita yang mencakup lingkungan 1, 2 dan sisanya dari
lingkungan 3 diambil sebagai sampel penelitian karena telah memenuhi syarat
penghitungan besar sampel minimal.
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari ibu balita dengan metode wawancara langsung ke rumah-rumah dengan menggunakan kuesioner tertutup.
Data-data tersebut adalah Data-data karakteristik ibu ( pendidikan dan pekerjaan ibu),
karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status ASI Eksklusif, pemberian vitamin A,
status imunisasi lengkap dan status gizi) dan faktor lingkungan (kepadatan hunian
ruang tidur, keberadaan perokok dan bahan bakar memasak).
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari:
a. Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan tentang laporan kesakitan Infeksi
b. Data umum, sebagai data demografi dan geografi lokasi penelitian diperoleh dari
kantor Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.
4.5. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan
komputer yaitu program SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Jenis analisis yang dilakukan adalah:
4.5.1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi atau
besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.
4.5.2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat) dengan menghitung Rasio Prevalens. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), sehingga apabila ditemukan hasil analisis
statistik p<0,05 maka variabel tersebut dinyatakan berhubungan secara signifikan.
Pengukuran rasio prevalens dilakukan dengan menggunakan rumus : 42
RP = A/(A+B) : C/(C+D) Keterangan :
A/(A+B) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko
yang mengalami InfeksiSaluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA)
C/(C+D) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami
4.5.3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas
terhadap penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) yang mempunyai
kemaknaan statistik pada analisis bivariat, melalui analisis regresi logistik berganda
(Multiple Logistic Regression) untuk mencari faktor risiko yang paling dominan pada beberapa variabel yang dilakukan secara bersama-sama terhadap penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA). Tahapan analisis multivariat yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam model.
Variabel yang dipilih atau yang dianggap berpengaruh terhadap kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) adalah variabel yang mempunyai nilai
p<0,25.43
2. Penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernafasan
Atas Akut (ISPaA), variabel yang akan dimasukkan adalah variabel yang
mempunyai nilai p<0,05.
Analisis regresi logistik berganda dilakukan dengan memasukkan secara
serentak variabel independen menurut kriteria kemaknaan statistik tertentu (p < 0,25). Variabel independen tersebut akan dikeluarkan kembali secara bertahap (Backward Selection) sampai tidak ada lagi variabel independen yang mempunyai nilai p > 0,05.
4.6. Penyajian Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1. Letak Geografis44
Kelurahan Kemenangan Tani terletak di Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan dengan luas wilayah 1,5 km2 dan terdiri dari 5 lingkungan.
Batas-batas wilayah Kelurahan Kemenangan Tani adalah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Simpang Selayang
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Laucih
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Namo Gajah
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Simalingkar B
5.1.2. Demografi44
Jumlah penduduk di Kelurahan Kemenangan Tani adalah 4.380 jiwa yang
terdiri dari laki-laki 2.031 jiwa (46,4%) dan perempuan 2.349 jiwa (53,6%).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Kemenangan Tani, berikut
ini ditunjukkan beberapa data demografi penduduk Kelurahan Kemenangan Tani.
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Kemenangan Tani Tahun 2009.
No Kelompok umur (Tahun) f %
1. <5 325 7,4
2. 5-10 654 14,9
3. 11-20 1.233 28,2
4. 21-30 821 18,7
5. 31-40 652 14,9
6. 41-50 463 10,6
7. >50 232 5,3