FUNGSIONALISASI POLIPROPILENA TERDEGRADASI
MENGGUNAKAN BENZOIL PEROKSIDA, ANHIDRIDA
MALEAT DAN DIVINIL BENZENA SEBAGAI
BAHAN PEREKAT PAPAN PARTIKEL
KAYU KELAPA SAWIT
DISERTASI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Studi Kimia, Konsentarsi Ilmu Kimia pada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Oleh
DARWIN YUNUS NASUTION
078103002
PROGRAM DOKTOR ILMU KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Disertasi :
FUNGSIONALISASI POLIPROPILENA TERDEGRADASI MENGGUNAKAN BENZOIL PEROKSIDA, ANHIDRIDA MALEAT DAN DIVINIL BENZENA SEBAGAI BAHAN PEREKAT PAPAN PARRTIKEL KAYU KELAPA SAWITN a ma : Darwin Yunus Nasution Nomor Pokok : 078103002
Program studi : Doktor Ilmu Kimia
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D Promotor
Dr. Ir. Tyahjono Herawan, M.Sc Eddyanto, Ph.D Co-Promotor Co-Promotor
Ketua Program Studi S3 Ilmu Kimia Dekan,
PROMOTOR
Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D
Guru Besar Kimia Bidang Kimia Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
CO-POMOTOR
Dr. Ir. Tjahjono Herawan, M.Sc.
Peneliti Madya Bidang Teknologi Pascapanen
Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
CO-PROMOTOR
Eddyanto, Ph.D
Staf Pengajar Bidang Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
TIM PENGUJI
Ketua : Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D Guru Besar Kimia Bidang Kimia Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Anggota :
Dr. Ir. Tjahjono Herawan, M.Sc.
Peneliti Madya Bidang Teknologi Pasca Panen Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Eddyanto, Ph.D
Staf Pengajar Bidang Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan
Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil Guru Besar Kimia Bidang Kimia Analitik
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc. Guru Besar Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Yunazar Manjang
Guru Besar Kimia Bidang Kimia Organik
PERNYATAAN ORISINALITAS
Disertasi ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : Darwin Yunus Nasution
NIM : 078103002
Tanda Tangan :
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Darwin Yunus Nasution
NIM : 078103002
Program Studi : Doktor Ilmu Kimia
Jenis Karya : Disertasi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ( Non-exclusive
Royalty Free Right) atas disertasi saya yang berjudul :
FUNGSIONALISASI POLIPROPILENA TERDEGRADASI MENGGUNAKAN BENZOIL PEROKSIDA, ANHIDRIDA
MALEAT DAN DIVINIL BENZENA SEBAGAI BAHAN PEREKAT PAPAN PARTIKEL
KAYU KELAPA SAWIT
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media
/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan
disertasi saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : Januari 2011
Yang Menyatakan
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis sampaikan ke khadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmad dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan disertasi ini.
Pada kesempatan ini ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya
sampaikan kepada Bapak Komisi Pembimbing, yaitu Bapak Prof. Basuki
Wirjosentono, MS, Ph.D selaku Promotor, Bapak Dr.Ir. Tyahjono Herawan, M.Sc
selaku Co-Promotor dan Bapak Eddyanto, Ph.D sebagai Co-Promotor atas segala
bantuan, arahan dan bimbingan selama perencanaan penelitian , pelaksanaan
penelitian sampai penyelesaian disertasi ini.
Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada
yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.
& H., M.Sc. (C.T. M), Sp.A. (K) yang telah memberikan kesempatan pada
saya untuk mengikuti program pendidikan Doktor dalam bidang Ilmu
Kimia pada FMIPA USU dan memberikan bantuan pendidikan.
2. Dekan FMIPA USU, Dr. Sutarman, M.Sc atas bantuan dan izin belajar
untuk mengikuti Program S3 Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam USU
3. Ketua Program Studi S2 dan S3 Ilmu Kimia FMIPA USU, Prof. Basuki
Wirjosentono, MS, Ph.D dan Bapak Sekretaris Program S2 dan S3 Ilmu
Kimia Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc. atas segala fasilitas dan
bantuan yang diberikan kepada penulis.
4. Tim Penguji, Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D., Dr. Ir. Tjahjono
Herawan, M.Sc. , Eddyanto, Ph.D., Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc,
M.Phil., Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc., Prof. Dr. Yunazar Manjang,
atas kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan penilaian
5. Ketua, Sekretaris beserta seluruh staf dosen dan pegawai Departemen
Kimia FMIPA USU atas segala dorongan moril, saran dan bantuan yang
diberikan
6. Kepala Laboratorium Kimia Polimer dan Laboratorium Penelitian FMIPA
USU atas segala fasilitas dan bantuan yang diberikan.
7. Semua pihak yang telah turut membantu dan berjasa dalam penyelesaian
penelitian dan penulisan disertasi ini sehingga dapat diselesaikan yang
tidak dapat penulis ucapkan satu per satu
Akhirnya secara khusus ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta , Ayahanda Almarhum N.A Nasution dan
Ibunda Almarhumah M. Harahap, istri tersayang, Dra. Sri Zuhrini, putri-putri tercinta
Dini Rizky Nastiti dan Dear Putri Saptanopa dan seluruh keluarga yang telah
memberikan bantuan moril maupun doa restu sehingga disertasi ini selesai.
Medan, Januari 2011
Penulis,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sibolga pada tanggal 10 Agustus 19955 dan merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara. Tamat dari SMA Negeri II Padang Sidimpuan pada tahun 1973 penulis melanjutkan pendidikan pada Jurusan Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1982. Pada tahun 1984 penulis mengikuti pendidikan S2 dalam bidang Kimia Fisika di Institut Teknologi Bandung dan lulus pada tahun 1988. Penelitian Tesis yang dilakukan adalah mengenai Degradasi Polimer Polivinil Klorida.
Pada saat ini penulis bekerja sebagai Staf Pengajar pada Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Mata kuliah yang diajarkan adalah Kimia Fisika II , Kimia Fisika III, Kimia Korosi dan Elektrokimia dan Gejala Transport. Jabatan fungsional dan golongan terakhir adalah Lektor Kepala/ IV C.
Pengalaman seminar/publikasi dalam dua tahun terakhir ini yang berkaitan dengan disertasi adalah :
1. Sebagai pemakalah pada International & Seminar on Chemistry and Polymer 2009, tanggal 19-20 Mei 2009 , Medan, Indonesia dengan Judul : Functionalization of polypropylene with maleic anhydride by free radical grafting reaction
2. Sebagai Pemakalah pada Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang Ilmu MIPA pada tanggal 10-11 Mei 2010 di Pakan Baru, Riau dengan Judul : Pengaruh konsentrasi benzoil peroksida terhadap degradasi polipropilena.
Pengalaman training / short courses :
1. Short course tentang pemakaian/operasional Instrumen-Instrumen spektrofotometer di University Teknologi Malaysia, Johor tahun 2006
2. Short course tentang Characterization and Degradation of Polyolefine , in Aston University, Birmingham, UK, 2003
FUNGSIONALISASI POLIPROPILENA TERDEGRADASI MENGGUNAKAN BENZOIL PEROKSIDA, ANHIDRIDA MALEAT DAN DIVINIL BENZENA
SEBAGAI BAHAN PEREKAT PAPAN PARTIKEL KAYU KELAPA SAWIT
ABSTRAK
FUNCTIONALISATION OF DEGRADATED POLYPROPYLENE BY USING BENZOYL PEROXIDE, MALEIC ANHYDRIDE AND DIVINYL BENZENE
AS A ADHESIVE ON PALM OIL TRUNK PARTICLEBOARD
ABSTRACT
Research about use of maleic anhydride – graft – degradated polypropylene (PPd-g-MA), benzoyl peroxide and divinyl benzene as a palm oil trunk particleboard adhesive have been done. The research have been done in three phases. In the first phase, polypropylene is degradated at 170 0C by using benzoyl peroxide as a initiator in various concentrations to produce a substance that called degradated polypropylene (PPd). PPd was tested for intrinsic viscosity, molecular mass and melting point. The result shows that intrinsic viscosities and molecular masses of PPd are lower than before degradation process while its melting points remain constant. The PPd with molecular mass 194,894 g/mol is chosen as sample to be functionalized in second phase. In the second phase, PPd is functionalized with maleic anhydride in various concentration by using benzoyl peroxide as a inisiator to produce maleic anhydride – graft – degradated polypropylene (MA). PPd-g-MA was tested for degree of grafting, melting points and analysis of FTIR spectra. The PPd-g-MA with the higher degree of grafting is chosen as sample to be used as particleboard adhesive in third phase. The third phase is production of palm oil trunk particleboard by using PPd-g-MA, benzoyl peroxide and divinyl benzene as a adhesive. In the production the particleboard there are two kinds of particleboard composition, that is composition 1 and composition 2. Particleboards are tested for physical and mechanical properties according to SNI 03-2105-2006 including density, water absorption, swelling, modulus of rupture (MoR) and modulus of elastisity (MoE). Testing for chemical interaction by analysis of FTIR spectra and scanning electron microscopy (SEM). The result show that in the second composition, the particleboard with ratio palm oil wood : PPd-g-MA : Divinylbenzene: Benzoyl Peroxide: Polypropylene 60 : 30 : 10 : 2 : 10 is the particleboard that is able to fulfill requirement of the SNI-03-2105-206 with values of MoR = 182,40 kgf/cm2, MoE = 22798,12 kgf/cm2, density = 0,68 g/cm3, water absorption = 0,64 % and swelling = 1,89 % while in the first composition, the particleboard with ratio palm oil wood : PPd-g-MA : Divinylbenzene: Benzoyl Peroxide 60 : 30 : 10 : 2 is the particleboard that has the best physical and mechanical properties with the values of MoR = 176,40 kgf/cm2, MoE = 7229,02 kgf/cm2, density = 0,67 g/cm3, water absorption = 0,80 % and swelling = 2,09 % , but it is not able to fulfill requirement of SNI - 03 - 2105-2006 if it is considered from MoE.
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMA KASIH i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR SINGKATAN xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 6
1.3 Tujuan.Peneltian 6
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.5 Metodologi Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Poliropropilena 10
2.2. Degradasi Polipropilena dengan Benzoil
Peroksida
12
2.3. Fungsionalisasi Polipropilena 13
2.4. Metode Grafting 16
2.5. Interaksi Antara Polipropilena-PPd-g-MA-Serbuk
Kayu 18
2.7. Kayu Kelapa Sawit 22
2.8. Grafting Divinil Benzena pada Polipropilena 24
2.9. Ketahanan Lentur dan Modulus Elastisitas Lentur
2.10. Scanning Electron Microscopy (SEM) 22
2.11. Viskositas Intrinsik 23
2.12. Spektroskopi Infra Merah 23
BAB III METODE PENELITIAN 29
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 29
3.2. Bahan-bahan 29
3.3. Alat-alat 29
3.4. Prosedur 30
3.4.1. Degradasi polipropilena dengan benzoil
Peroksida 30
3.4.1.1. Penentuan viskositas intrinsik PPd 31
3.4.1.2. Penentuan bobot molekul PPd 32
3.4.1.3. Penentuan titik leleh PPd 32
3.4.2 Functionalisasi PPd dengan Anhidroda Maleat 33
3.4.4.1. Pemurnian PPd-g-AM 33
3.4.2.2. Penentuan Derajat Grafting PPd-g-AM 34
3.4.2.3. Uji Spektroskopi Infra Merah PPd-g-AM 34
3.4.2.4. Penentuan Titik Leleh PPd-g-AM 34
3.4.3. Pembuatan Papan Partikel 34
3.4.3.1. Penyediaan Serbuk Kelapa Sawit 34
3.4.3.2. Penyediaan Papan Partikel 35
3.4.3.3. Uji Kerapatan Papan Partikel 36
3.4.3.4. Uji Kadar Air Papan Partikel 36
3.4.3.6. Uji Keteguhan Lentur Kering dan
Modulus Elastisitas 37
3.4.4. Bagan Pengambilan Data 39
3.4.4.1. Degradasi Termal Polipropilena Dengan
Benzoil Peroksida 39
3.4.4.2. Fungsionalisai Anhidrida Maleat pada
Polipropilena 40
3.4.4.2.1. Pemurnian PPd-g-AM 40
3.4.4.2.2. Analisis FTIR 41
3.4.4.2.3. Penentuan Titik Leleh 41
3.4.4.3. Pengujian Papan Partikel Komposisi 1 42
3.4.4.4. Pengujian Papan Partikel Komposisi 2 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44
4.1. Degradasi PP dengan Benzoil Peroksida 44
4.1.1. Viskositas Intrinsik 44
4.1.2. Bobot Molekul 46
4.1.3. Titik Leleh PPd 47
4.2 Grafting PPd dengan Anhidrida Maleat 48
4.2.1. Derajat Grafting PPd-g-AM 48
4.2.2. Spektrum FTIR dari PPd-g-AM Derajat Tertinggi 49
4.2.3. Hasil Penentuan Titik Leleh 54
4.3 Pembuatan Papan Partikel 55
4.3.1. Keteguhan Lentur Kering dan Modulus Elastisitas
Kering 55
4.3.2. Kadar Air, Densitas dan Pengembangan Tebal 57
4.3.3. Analisis SEM Papan Partikel 60
4.3.5. Perkiraan Mekanisme Reaksi 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74
5.1. Kesimpulan 74
5.2. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 76
LAMPIRAN 82
DAFTAR TABEL
Halaman
Nomor Tabel Judul Tabel
Tabel 1.1 Komposisi Papan Partikel 1 8
Tabel 1.2 Komposisi Papan Partikel 2 9
Tabel 2.1 Beberapa Sifat Penting Kayu Kelapa Sawit 22
Tabel 3.1 Komposisi Sample 30
Tabel 3.2 Komposisi Sample PPd 33
Tabel 3.3 Komposisi Papan Partikel 1 35
Tabel 3.2 Komposisi Papan partikel 2 36
Tabel 4.1 Viskositas Intrinsik PPd Pada berbagai Perbandingan
Konsentrasi PP dan BPO
44
Tabel 4.2 Perhitungan viskositas intrinsik untuk sample PP 44
Tabel 4.3 Bobot Molekul PPd Pada berbagai Perbandingan
Konsentrasi PP dan BPO
46
Tabel 4.4 Titik Leleh PPd Pada berbagai Perbandingan
Konsentrasi PP dan BPO
48
Tabel 4.5 Hasil Derajat Grafting PPd-g-AM 49
Tabel 4.6 Bilangan Gelombang Poliropilena 50
Tabel 4.7 Bilangan Gelombang PPd-g-AM Sebelum Pemurnian 51
Tabel 4.8 Bilangan Gelombang PPd-g-AM Setelah Pemurnian 52
Tabel 4.9 Bilangan Gelombang Anhidrida Maleat 53
Tabel 4.10 Hasil Uji Ketahanan Lentur Kering dan Modulus
Papan Partikel Komposisi 1 55
Tabel 4.11 Hasil Uji Ketahanan Lentur Kering dan Modulus
Papan Partikel Komposisi 2
57
Tabel 4.12 Kadar Air, Kerapatan dan Pengembangan Tebal
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor Gambar Judul Gambar
Gambar.2.1 Reaksi Polimerisasi Polipropilena 11
Gambar 2.2 Struktur Taktisitas Polipropilena 11
Gambar 2.3 Mekanisme Pemutusan Rantai PP Karena Adanya
Suatu Peroksida 13
Gambar 2.4 Struktur Kopolimer Graft 14
Gambar 2.5 Mekanisme Reaksi Grafting Polipropilena dengan
anhidrida Maleat dengan Adanya Inisiator Peroksida
15
Gambar 2.6 Reaki Gugus Anhidrida Maleat PPd-AM dengan Gugus
Hidroksil Kayu
20
Gambar 2.7 Belitan PP pada PPd-g-AM dalam Papan Partikel 20
Gambar 2.8 Struktur Molekul Selulosa 23
Gambar 2.9 Reaksi Antara Polipropilena Dengan Divil Benzena 25
Gambar 3.1 Uji Keteguhan Lentur Kering dan Modulus Elastisitas
Lentur
38
Gambar 4.1 Grafik Perubahan Viskositas Intrinsik PPd dengan
Penambahan Konsentrasi BPO
45
Gambar 4.2 Grafik Perubahan Bobot Molekul PPd dengan
Penambahan Konsentrasi BPO
47
Gambar 4.3 Spektrum FTIR dari PP Murni 50
Gambar 4.4 Spektrum FTIR dari PPd-g-AM Derajat Grafing
Tertingg Sebelum pemurnian
51
Gambar 4.5 Spektrum FTIR dari PPd-g-AM Derajat Grafing
Tertinggi Sesudah Pemurnian
52
Tertinggi Sesudah Pemurnian
Gambar 4.7 Hubunngan Antara Jumlah PPd-g-AM dengan MoR
Papan Partikel Kayu Kelapa Sawit 59
Gambar 4.8 Hubunngan Antara Jumlah PPd-g-AM dengan MoE
Papan Partikel Kayu Kelapa Sawit 59
Gambar 4.9 Foto SEM Papan Partikel Serbuk KKS + PPd-g-AM
+PP + BPO 60 : 30 :10 :2 60
Gambar 4.10 Foto SEM Papan Partikel Serbuk KKS + PPd-g-AM
+PP + DVB + BPO 60 : 30 :10 : 10 :2 60
Gambar 4.11 Foto SEM Papan Partikel Serbuk KKS + PPd-g-AM +
BPO + DVB 60 : 30 :10 :2 61
Gambar 4.12 Foto SEM papan partikel serbuk KKS +PP +BPO
60 : 30 : 2 62
Gambar 4.13 Spektum FTIR Serbuk Kering Kayu Kelapa Sawit 63
Gambar 4.14 Spektrum FTIR Papan Partikel dengan Komposisi KKS
: PPd-g-AM : BPO 60 : 30 : 2 64
Gambar 4.15 Foto SEM Papan Partikel Serbuk KKS + PPd-g-AM +
DVB + BPO 60 : 30 :10 :2 65
Gambar 4.16 Foto SEM Papan Partikel Serbuk KKS + PPd-g-AM
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Arti/Kepanjangan
DTA Differential Themal Analysis
KKS Kayu Kelapa Sawit
MoR Modulus of Rupture
MoE Modulus of Elasticity
BPO Benzoil Peroksida
PP Polipropilena
PPd Polipropilena Terputus Rantai/Terdegradasi
PPd-g-AM Polipropilena Terputus rantai-graft-Anhidrida Maleat
SEM Scanning Electron Microscopy
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran Judul Lampiran
1.1 Viskositas Polipropilena 83
1.2 Viskositas ( 28 g Polipropilena + 1,5 g Benzoil Peroksida 83
1.3 Viskositas ( 27 g Polipropilena + 3,0 g Benzoil Peroksida 84
1.4 Viskositas ( 25,5 g Polipropilena + 4,5 g Benzoil Peroksida 84
1.5 Viskositas ( 24 g Polipropilena + 6,0 g Benzoil Peroksida 84
1,6 Viskositas ( 22,5g Polipropilena + 7,5 g Benzoil Peroksida 85
2,0 Contoh Perhitungan Derajat Grafting 85
3.1 Diagram DTA Polipropilena Dengan Perlakuan Panas 86
3.2 Diagram DTA Polipropilena Dengan Tanpa Perlakuan
Panas
86
3.3 Diagram DTA ( 28 g Polipropilena + 1,5 g Benzoil
Peroksida )
87
3.4 Diagram DTA ( 27 g Polipropilena + 3,0 g Benzoil
Peroksida )
87
3.5 Diagram DTA ( 25,5 g Polipropilena + 4,5 g Benzoil
Peroksida )
88
3.6 Diagram DTA ( 24 g Polipropilena + 6,0 g Benzoil
Peroksida )
88
3.7 Diagram DTA ( 22,5g Polipropilena + 7,5 g Benzoil
Peroksida )
89
4.1 Data Sifat Mekanik Papan Partikel Komposisi 1 89
4.2 Data Sifat Mekanik Papan Partikel Komposisi 2 90
4.3 Data Kerapatan, Daya Serap Air dan Pengembangan Tebal 90
4.4 Contoh Perhitungan MoR 91
5.1 Gambar Alat Universal Testing Mechine 93
FUNGSIONALISASI POLIPROPILENA TERDEGRADASI MENGGUNAKAN BENZOIL PEROKSIDA, ANHIDRIDA MALEAT DAN DIVINIL BENZENA
SEBAGAI BAHAN PEREKAT PAPAN PARTIKEL KAYU KELAPA SAWIT
ABSTRAK
FUNCTIONALISATION OF DEGRADATED POLYPROPYLENE BY USING BENZOYL PEROXIDE, MALEIC ANHYDRIDE AND DIVINYL BENZENE
AS A ADHESIVE ON PALM OIL TRUNK PARTICLEBOARD
ABSTRACT
Research about use of maleic anhydride – graft – degradated polypropylene (PPd-g-MA), benzoyl peroxide and divinyl benzene as a palm oil trunk particleboard adhesive have been done. The research have been done in three phases. In the first phase, polypropylene is degradated at 170 0C by using benzoyl peroxide as a initiator in various concentrations to produce a substance that called degradated polypropylene (PPd). PPd was tested for intrinsic viscosity, molecular mass and melting point. The result shows that intrinsic viscosities and molecular masses of PPd are lower than before degradation process while its melting points remain constant. The PPd with molecular mass 194,894 g/mol is chosen as sample to be functionalized in second phase. In the second phase, PPd is functionalized with maleic anhydride in various concentration by using benzoyl peroxide as a inisiator to produce maleic anhydride – graft – degradated polypropylene (MA). PPd-g-MA was tested for degree of grafting, melting points and analysis of FTIR spectra. The PPd-g-MA with the higher degree of grafting is chosen as sample to be used as particleboard adhesive in third phase. The third phase is production of palm oil trunk particleboard by using PPd-g-MA, benzoyl peroxide and divinyl benzene as a adhesive. In the production the particleboard there are two kinds of particleboard composition, that is composition 1 and composition 2. Particleboards are tested for physical and mechanical properties according to SNI 03-2105-2006 including density, water absorption, swelling, modulus of rupture (MoR) and modulus of elastisity (MoE). Testing for chemical interaction by analysis of FTIR spectra and scanning electron microscopy (SEM). The result show that in the second composition, the particleboard with ratio palm oil wood : PPd-g-MA : Divinylbenzene: Benzoyl Peroxide: Polypropylene 60 : 30 : 10 : 2 : 10 is the particleboard that is able to fulfill requirement of the SNI-03-2105-206 with values of MoR = 182,40 kgf/cm2, MoE = 22798,12 kgf/cm2, density = 0,68 g/cm3, water absorption = 0,64 % and swelling = 1,89 % while in the first composition, the particleboard with ratio palm oil wood : PPd-g-MA : Divinylbenzene: Benzoyl Peroxide 60 : 30 : 10 : 2 is the particleboard that has the best physical and mechanical properties with the values of MoR = 176,40 kgf/cm2, MoE = 7229,02 kgf/cm2, density = 0,67 g/cm3, water absorption = 0,80 % and swelling = 2,09 % , but it is not able to fulfill requirement of SNI - 03 - 2105-2006 if it is considered from MoE.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkebunanan kelapa sawit merupakan salah satu sumber daya alam penting
di Indonesia yang memberikan manfaat langsung berupa minyak sawit mentah. Usia
produktif pohon kelapa sawit adalah sekitar 20-25 tahun, setelah itu diremajakan
Biasanya pohon-pohon kelapa sawit hasil peremajaan ini dibiarkan membusuk atau
dibakar dan kurang dimanfaatkan sebagai suatu sumber kayu alternatif, meskipun
sudah ada usaha untuk menggunakannya tetapi hasilnya belum memuaskan. Menurut
data, pada saat ini luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kira-kira 7,5 juta
Ha (Kementerian Pertanian, 2010) . Dalam satu Ha lahan kebun kelapa sawit
terdapat 120-130 pohon kelapa sawit. Diperkirakan mulai pada tahun 2008 - 2015
sekitar 100.000 Ha perkebunan kelapa sawit akan diremajakan setiap tahun dan hal
ini berarti akan tersedia 11,7 juta m3 kayu kelap sawit per tahun (Prayitno, T.A) .
Jadi ketersediaan kayu kelapa sawit akan selalu ada sepanjang tahun karena
peremajaan dilakukan terus menerus.
Kebutuhan kayu dunia dan khususnya di Indonesia yang terus meningkat dari
tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, akan tetapi
kemampuan pasokannya hanya separuhnya. Untuk menutupi kekurangan kayu
tersebut sangat memungkinkan terjadi penebangan hutan alami secara illegal. Bila
mana kekurangan kebutuhan kayu tersebut dapat digantikan dengan kayu kelapa
sawit maka diharapkan kelestarian hutan di Indonesia dapat dipelihara dan kontribusi
negara kita terhadap pemanasan global akan berkurang.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menjadikan limbah kayu kelapa sawit
tersebut menjadi kayu alternatif. PT. Inhutani telah membuat papan dari kayu kelapa
sawit dengan cara densifikasi (PT. Inhutani, 2007). Cara lain dalam memanfaatkan
pengempaan panas campuran partikel atau serbuk kayu dengan perekat organik dan
bahan lainnya. Indra Mawardi (2009) memanfaatkan kayu kelapa sawit untuk
membuat papan partikel dengan menggunakan perekat berbasis polistitena.
Dilaporkan bahwa sifat fisis dan mekanis papan partikel mengalami peningkatan
dengan bertambahnya jumlah bahan perekat. Diaz, F.M (2005), dkk telah meneliti
hubungan antara compaction dengan sifat-sifat mekanik papan partikel kayu pinus
dengan bahan perekat urea formaldehida Dilaporkan semakin tinggi compaction
semakin baik sifat mekaniknya. Prayitno dan Darnoko telah meneliti pembuatan
papan partikel dari kayu kelapa sawit dengan menggunakan perekat urea formaldehid.
Dilaporkan bahwa papan partikel yang dihasilkan belum cukup baik karena
rongga-rongga masih terdapat diantara partikel kayu (Prayitno dan Darnoko, 1994).
Pembuatan papan partikel kayu kelapa sawit dengan menggunakan gambir sebagai
perekat juga telah dilakukan oleh Anwar Kasim, dkk dan disebutkan perlu
penambahan pendispersi agar bahan perekat dapat masuk ke antara partikel kayu
(Anwar Kasim, 2007). Penelitian lain tentang pembuatan papan partikel dari kayu
kelapa sawit adalah dengan menggunakan campuran matriks polietilena dan bahan
perekat urea formaldehida, walapun hasilnya belum cukup baik namum mutunya
menunjukkan peningkatan. Juga disini dilaporkan bahwa interaksi antara perekat
dengan partikel kayu hanya interaksi fisik (Rusphiandri, 2001) Penelitian lain
mengenai pemanfaatan batang kayu kelapa sawit adalah pembuatan kayu
termoplastik dengan pengolahan teknik impregnasi reaktif dengan menggunakan
poliolefin daur ulang dan disebutkan impregnasi poliolefin pada kayu kelapa sawit
hanya terjadi disekitar permukaan kayu dan tidak sampai jauh masuk kedalam kayu
(Wirjosentono, B, 2001)
Beberapa peneliti sudah mencoba menggunakan bermacam-macam perekat
papan partikel, seperti penggunaan kitosan sebagai perekat papan partikel ampas tebu
( Kenji Umemura, dkk) dan penggunaan serbuk kulit kayu akasia sebagai perekat
papan partikel ( Subyakto dan Bambang, P, 2003). Sejauh ini berdasarkan penelitian
digunakan pada papan partikel adalah bahan perekat termostet seperti senyawa
isosianat, urea formaldehida, fenol formaldehida dan melamin urea formaldehida.
Penggunaan senyawa isosianat dan formaldehida sebagai bahan perekat mempunyai
beberapa kekurangan dan keburukan antara lain :
1. Antara partikel kayu dan bahan perekat hanya terjadi interaksi fisik (
gaya-gayaantar molekul seperti ikatan hidrogen, ikatan Van der Waals, gaya-gaya dispersi
ataupun gaya-gaya dipol) dan tidak mampu berikatan secara kimia sehingga
mempengaruhi kekuatan kayu (Rusphiandri, 2001)
2. Terjadinya emisi formaldehida dari papan partikel (Ponessa, JT, 1999). Adanya
emisi formaldehida sebesar 0,3 ppm dari papan partikel akan menimbulkan efek
negatif terhadap kesehatan seperti timbulnya penyakit saluran pernafasan, asma, sakit
kepala, mata berair , dan bahkan diduga formaldehida bersifat karsinogen ( Cockcrop,
D, 2006, Laurier, B. 2010)
3. Urea formadehida tidak mampu mengisi seluruh celah-celah pada papan partikel
sehingga masih terdapat rongga-rongga atau kekosongan dalam papan partikel (Dias,
FM, 2005 dan Prayitno, T dan Darnoko,1994)
Pada penelitian ini dibuat bahan perekat polipropilena terdegradasi –
anhidrida maleat (PPd-g-AM) dari propilena (PP) dan akan digunakan sebagai
bahan perekat papan partikel serbuk kayu kelapa sawit dan papan partikel
polipropilena-serbuk kayu kelapa sawit . Diharapkan bahan perekat PPd-g-AM ini
dapat membentuk ikatan ester dengan selulosa dan menjadi sefasa dengan
polipropilena sehingga dihasilkan papan partikel yang kualitasnya lebih baik. Proses
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tahapan pertama adalah
mendegradasi polipropilena (PP) dengan cara mereaksikan PP dengan benzoil
peroksida (BPO) pada suhu pengolahannya untuk memperoleh polipropilena bobot
molekul yang lebih kecil dan viskositas intrinsik yang lebih rendah yang selanjutnya
disebut sebagai polipropilena terdegradasi (PPd). Tahapan kedua adalah
fungsionalisasi PPd secara grafting dengan anhidrida maleat dengan adanya inisiator
terdegradasi-anhidrida maleat (PPd-g-AM). Tahapan ketiga adalah pembuatan papan partikel
serbuk kayu kelapa sawit dengan menggunakan campuran PPd-g-AM, benzoil
peroksida dan divinil benzena sebagai bahan perekat.
Penggunaan PPd-g-AM, benzoil peroksida dan divinil benzena sebagai bahan
perekat papan partikel mempunyai keunggulan karena :
1. PPd-g-AM bersifat lebih polar dan dapat membentuk ikatan kimia dengan gugus
hidroksil selulosa partikel kayu kelapa sawit sehingga dihasilkan papan partikel
lentur dan kuat
2. PPd-g-AM tidak mengalami emisi dari papan partikel karena PPd-g-AM bukan
merupakan senyawa organik mudah menguap (volatile organic compound)
3. PPd-g-AM relatif tidak menggangu kesehatan dan harganya lebih murah
4. PPd-g-AM bersifat termoplastik, rantai lebih pendek, titik leleh lebih rendah
sehingga mampu mengisi rongga-rongga yang tidak mampu diisi bahan perekat
formaldehida.
5. PPd-g-AM dapat membentuk ikatan silang dengan selulosa maupun dengan
divinil benzena dengan adanya benzoil peroksida.
Usaha – usaha yang telah dilakukan oleh para peneliti untuk meningkatkan
daya adesi atau kompabilitas antara bahan yang mengandung serat selulosa dengan
polimer poliolefina, antara lain dengan memodifikasi polimer dengan cara
memasukkan gugus fungsi polar kepada rantai polimer sehingga meningkatkan
polaritasnya, penambahan suatu coupling agent atau dengan melakukan perlakuan
secara kimia terhadap serat selulosa (Goselin, R, 2006), (Douglas,D, 2006), (Nicole,
M, 2003) dan (marek, G, 2007). Mousa, G dan Solaiman, R telah memodifikasi
polietilena dengan cara grafting anhirida maleat pada rantai polietilena dengan
menggunakan berbagai inisiator seperti benzoil peroksida, azobissobutironitil dan
dikumil peroksida dalam berbagai pelarut (Mousa, G dan Solaiman, R, 2003).
Modifikasi poliropilena dengan anhidrida maleat melalui reaksi grafting dengan
adanya inisiator telah dilaporkan (Dean,S, 2001, (Bettini,S.H, 1999),
coupling agent m anhidrida maleat pada komposit poliolefin-serbuk/serat kayu sudah
banyak dilaporkan dan disimpulkan bahwa adanya coupling agent anhidrida maleat
dapat meningkatkan kekuatan komposit (Lu,J.Z, 2005). Pedro, J dkk telah melakukan
penelitian mengenai pengaruh perlakuaan serat selulosa Henequen dengan xylene dan
penggunaan coupling agent silane terhadap sifat mekanik komposit LDPE-serat
Henequen. Dilaporkan bahwa kekuatan tarik komposit meningkat 50 % dan Young
modulus bertambah 200 % ( Fedro, J, 1996). Debasish, De, juga telah meneliti efek
perlakuan kimia terhadap serat rumput (grass fiber) dengan larutan natrium
hidroksida pada berbagai konsentrasi terhadap sifat mekanik, daya serap air dan tebal
swelling komposit serat rumput – resin formaldehid. Disebutkan bahwa perlakuan
dengan perendaman serat dalam larutan NaOH dapat meningkatkan kekuatan tarik,
menurunkan daya serat air dan menurunkan ketebalan swelling komposit (De, D,
Adhikari, 2007) Sampai sejauh ini belum dilaporkan adanya penelitian mengenai
fungsionalisasi terhadap polipropilena terputus rantai dengan maleat anhidrida dan
penggunaannya sebagai perekat papan
Penelitian ini perlu untuk dilakukan untuk memperoleh bahan perekat papan
partikel yang mampu berinteraksi dengan baik terhadap polipropilena dan serbuk
kayu kelapa sawit. Selanjutnya, berdasarkan kenyataan bahwa Indonesia masih
kekurangan bahan kayu untuk furniture dan dilain pihak limbah batang kayu kelapa
sawit yang merupakan serat selulosa , jumlahnya banyak dan tersedia sepanjang
tahun belum dimanfaatkan dengan efisien. Selain itu, papan partikel ini prospek
penggunaannya cukup baik, proses pengolahannya relatif mudah dan ekonomis
karena harga kayu kelapa sawit lebih murah dibandingkan dengan filler anorganik,
seperti kalsium karbonat.
Diharapkan dengan penelitian ini limbah kayu kelapa sawit dapat dijadikan
sebagai kayu alternatif, khususnya untuk pembuatan furniture sekolah-sekolah
maupun perkantoran yang berdampak pada berkurangnya pengerusakan hutan akibat
pengambilan kayunya sehingga kontribusi Indonesia terhadap pemanasan global
1.2 Permasalahan
1. Bagaimanakah karasteristik polipropilena setelah terdegradasi pada suhu
pengolahan dengan benzoil peroksida
2. Bagaimanakah karasteristik senyawa polipropilena terdegradasi – graft – anhidrida
maleat ( PPd-g- AM) yang terbentuk sebagai hasil fungsionalilasi polipropilena
terdegradasi (PPd) dengan anhidrida maleat (AM)
3. Apakah PPd-g-AM, benzoil peroksida dan divinil benzena dapat digunakan
sebagai perekat pada pembuatan papan partikel serbuk kayu kelapa sawit
4. Apakah PPd-g-AM, benzoil peroksida dan divinil benzena dapat dapat digunakan
sebagai perekat pada pembuatan papan partikel kayu polipropilena - serbuk kayu
kelapa sawit
5. Bagaimanakah karasteristik papan partikel serbuk kayu kelapa sawit dengan
perekat PPd-g-AM , benzoil peroksoda dan divinil benzena
6. Bagaimanakah karasteristik papan partikel polipropilena - serbuk kayu kelapa
sawit dengan perekat PPd-g-AM, benzoil peoksida dan divinil benzena
1.3.Tujuan
Adapun tujuan adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui karasteristik polipropilena terdegradasi (PPd) sebagai hasil dari
degradasi poliproplena dengan benzoil peroksida pada suhu 170 0C
2. Untuk mengetahui karasteristik senyawa polipropilena terdegradsi – graft –
anhidrida maleat ( PPd-g-AM) yang terbentuk sebagai hasil funsionalilasi
polipropilena terdegradasi (PPd) dengan anhidrida maleat (AM)
3. Untuk mengetahui apakah PPd-g-AM, benzoil peroksida dan divinil benzena dapat
digunakan sebagai perekat pada pembuatan papan partikel serbuk kayu kelapa sawit
4. Untuk mengetahui apakah PPd-g-AM, benzoil peroksida dan divinil benzena dapat
digunakan sebagai perekat pada pembuatan papan partikel polipropilena - serbuk
5. Menentukan karasteristik papan partikel serbuk kayu kelapa sawit dengan perekat
PPd-g-AM , benzoil peroksida dan divinil bnezena
6. Menentukan karasteristik papan partikel polipropilena - serbuk kayu kelapa sawit
dengan perekat PPd-g-AM, benzoil peroksida dan divinil bnezena
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penyediaan
bahan perekat papan partikel dan khususnya sebagai perekat papan partikel kayu
kelapa sawit. Selain itu juga diharapkan papan partikel yang dihasilkan dapat
merupakan suatu bahan alternatif untuk membantu mengatasi kebutuhan kayu
domestik yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selanjutnya diharapkan dapat
membantu mengurangi masalah limbah padat perkebunan kelapa sawit khususnya
limbah batang kelapa sawit.
1.5 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dalam tahapan-tahapan seperti berikut ini :
Tahap 1. Degradasi polipropilena (PP) dengan benzoil peroksida (BPO) dalam. Pada
tahap 1 ini dihasilkan polipropilena terdegradasi yang disingkat dengan PPd.
Variabel bebas : Perbandingan PP dan BPO ( 95 : 5, 90 : 10, 85:15, 80 : 20,
75 : 25)
Variabel terikat : Viskositas, bobot molekul dan titik leleh PPd
Variabel tetap : Suhu 170 0C dan waktu 15 menit
Tahap 2. Fungsionalisasi PPd dengan AM dalam internal mixer dengan inisiator BPO
menghasilkan (PPd-g-AM). Sampel yang difungsionalisasi adalah PPd dari hasil
degradasi PP tahap 1 dengan perbandingan PP : BPO (85 : 15) % yang mempunyai
bobot molekul 194,849 g/mol.
Variabel bebas : Perbandingan PPd : AM : BPO ( 97: 1 : 2, 95 : 3 : 2 , 93 : 5 : 2, 91:
7 : 2, 89 : 9 :2) %
leleh PPd-g-AM
Variabel tetap : Konsentrasi BPO (2 %) ,suhu (170 0C) dan waktu 15 menit
Tahap 3. Pembuatan papan partikel.
Pada tahap 3 ini , campuran PPd-g-AM, benzoil peroksida dan divinil benzena
yang digunakan sebagai perekat papan partikel. PPd-g-AM yang digunakan adalah
PPd-g-AM hasil grafting tahap 2 yang mempunyai derajat grafting tertinggi, yaitu
9,73 % (perbandingan PPd : AM : BPO adalah 95 : 3 : 2).
Papan partikel dibuat dalam dua macam komposisi, yaitu
Komposisi 1 adalah sebagai berikut :
Variabel bebas : Perbandingan PPd-g-AM : Serbuk KKS
Variabel terikat : Kadar air, kerapatan, pengembangan tebal, keteguhan lentur kering
(MoR) dan modulus elatisitas lentur (MoE) papan partikel
Variabel tetap : Berat BPO (2 g) , DVB (10 g), suhu pengempaan (170 0C) dan
[image:31.612.119.522.464.616.2]waktu pengempaan 15 menit dan tekanan 40 bar.
Tabel 1.1 Komposisi 1 (satu) Papan Partikel
No Komposisi Papan Partikel
Serbuk KKS (g) PPd-g-AM (g)
DVB (g)
BPO (g)
1 80 10 10 2
2 70 20 10 2
3 60 30 10 2
4 50 40 10 2
5 40 50 10 2
6 30 60 10 2
7 80 10 0 2
Komposisi 2 (dua) adalah sebagai berikut :
Variabel terikat : Kadar air, kerapatan, pengembangan tebal, keteguhan lentur kering
dan modulus elatisitas lentur papan partikel
Variabel tetap : Berat BPO (2 g) , DVB (10 g) , PP (10 g) suhu pengempaan (170
0
[image:32.612.112.536.236.390.2]C) dan waktu pengempaan 15 menit dan tekanan 40 bar.
Tabel 1.2 Komposisi 2 (dua) Papan Partikel
No Komposisi Papan Partikel
Serbuk KKS (g)
PPd-g-AM (g)
DVB (g)
BPO (g)
PP (g)
1 80 10 10 2 10
2 70 20 10 2 10
3 60 30 10 2 10
4 50 40 10 2 10
5 40 50 10 2 10
6 30 60 10 2 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polipropilena.
Polipropilena adalah suatu polimer termoplastik dan dipakai dalam
bermacam-macam penggunaan seperti kemasan makanan, kemasan air minum,
tekstil, alat-alat laboratorium, komponen automotif, pengeras suara, mainan
anak-anak, botol dan sebagainya. Polipropilena menempati urutan kedua polimer yang
paling populer setelah polietilena. Polimer ini mempunyai derajat kristalinitas antara
LDPE dan HDPE dan kekuatannya lebih rendah dibandingkan dengan HDPE dan
fleksibilitasnya lebih rendah dari LDPE. Density adalah antara 0,85-0,95 g/cm 3 ,
temperatur transisi gelas, Tg = -150C, nomor Chemical Abstract Service ( CAS)
9003-07-0, titik leleh 1700C dan rumus molekul (C3H6)n. Polipropilena mempunyai
nama kimia poli (1-metiletilena). Nama lain dari polimer ini adalah polipropena,
polipropena, polimer propena dan homopolimer 1- propena. Monomer dari
polipropilena adalah propilena atau propena. (http : WWW. Wikipedia.org.2008)
Polimerisasi propilena menjadi polipropilena berlangsung secara adisi dengan
mekanisme radikal bebas dengan adanya suatu inisiator peroksida atau melalui
mekanisme senyawa komplek dengan adanya katalis Ziegler-Natta. Katalis ini
mampu mengarahkan monomer ke orientasi spesifik sehingga menghasilkan
polipropilena isotaktik dengan derajat kristalinitas yang tinggi. Kristalinitas yang
tinggi pada polipropilena mengakibatkan polimer ini mempunyai daya regang tinggi
dan kaku.
Polimerisasi propilena secara radikal bebas umumnya akan menghasilkan
polipropilena ataktik dengan derajat kristalinitas rendah dan cendrung amorf, hal ini
disebabkan tingginya reaktifitas hidrogen alilik. Tahapan reaksi polimerisasi
polipropilena meliputi tahap inisiasi, propagasi dan terminasi.
CH3= CH-CH3 [ —CH2-CH—] n
Propilena CH3
Polipropilena
Gbr . 2.1 : Reaksi polimerisasi propilena
Berdasarkan struktur rantainya polipropilena terdapat tiga susunan gugus
metil terhadap bidang utama rantai-rantai karbon, dengan kata lain terdapat tiga
isomer ruang (taktisitas) :
Ataktik : Gugus-gugus metil tertata secara acak pada rantai polipropilena.
Isotaktik : Gugus-gugus metil berada pada pada sisi yang sama
Sindiotaktik : Gugus-gugus metil tertata secara berselang seling pada kedua sisi
rantai (Hans,Elias.G, 1977)
Isotaktik
Sindiotaktik
Ataktik
Polipropilena mempunyai konduktivitas panas rendah, kekuatan benturan
yang tinggi, tahan terhadap pelarut organik. Terhadap termal polipropilena kurang
stabil hal ini adalah karena adanya hidrogen tertier yang labil. Pencampuran
polipropilena dengan bahan pengisi dan penguat memungkinkan polipropilena mejadi
bahan yang tahan terhadap tekanan meskipun pada suhu tinggi. Kerapuhan pada suhu
rendah juga dapat dihilangkan dengan menggunakan bahan pengisi dan penguat
(Gacther, 1990)
2.2 Degradasi Polipropilena dengan Benzoil Peroksida.
Polipropilena adalah suatu polimer atau makromolekul rantai panjang yang
mempunyai derajat polimer tinggi . Polipropilena termasuk polimer termoplastik
yang akan lunak bila dipanaskan dan kembali mengeras bila dingin. Pada pemanasan
pada suhu pengolahannya dengan adanya suatu initsiator peroksida, seperti benzoil
peroksida polimer ini akan mengalami degradasi , yaitu terjadi pemutusan pandai
rantai utama.
Pada penelitian ini degradasi polipropilena dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh polipropilena yang mempunyai bobot molekul lebih rendah dan rantai
lebih pendek. Polipropilena bobot molekul rendah dan rantai lebih pendek ini
diharapkan setelah digrafting dengan anhidrida maleat lebih mudah bereaksi dengan
gugus hidroksil selulosa dan masuk keantara serat-serat selulosa dalam papan
partikel.
Pada tahap awal reaksi karena pengaruh panas, inisiator benzoil peroksida
terdekomposisi secara homolitik membentuk radikal, RO•. Selanjutnya radikal ini
akan menarik sebuah atom hidrogen dari molekul polipropilena sehingga terbentuk
makromolekul radikal tertier, 3P•. Kemudian makromolekul radikal tertier ini
mengalami pemutusan rantai pada posisi ß sehingga rantai polipropilena makin
pendek, bobot molekul turun dan viskositas intrinsik turun dan proses ini akan terus
berlanjut bila tidak ada terminasi rantai sesuai dengan mekanisme reaksi berikut
Terminasi
3
P• +
2P
t•
3P
2P
t(4)
Gbr. 2.3 : Reaksi dedgradasi polipropilena oleh suatu peroksida
2.3 Fungsionalisasi Polipropilena
Polipropilena mempunyai kedudukan penting diantara polimer sintesis karena
aplikasi komersialnya. Kekurangan dari polipropilena adalah sensitif terhadap foto
oksidasi, sukar diwarnai dan permukaannya bersifat hirofobik sehingga membatasi
pemakaiannya dalam beberapa bidang penting secara teknologi. Kekurangan ini dapat
diatasi dengan fungsionalisasi dengan teknik grafting, yaitu mencangkokkan
monomer maupun polimer ke rantai poliproplena. Dengan teknik ini polipropilena
memperoleh sifat-sifat tambahan yang diperlukan untuk aplikasi khusus tanpa
mengubah sifat-sifat asli yang diinginkan. Fungsionalisasi polipropilena dengan suatu
gugus reaktif polar merupakan suatu cara yang efektif untuk meningkatkan polaritas
Dekomposisi peroksida
Penarikan atom hidrogen
polipropilena sehingga affinitasnya dengan bahan polar lain semakin bertambah.
Adanya gugus reaktif polar pada polipropilena akan memperbaiki adesi antar
permukaan antara komponen polipropilena dengan komponen selulosa dalam papan
partikel. Teknik grafting dapat dilakukan dalam larutan maupun dalam keadaan cair
(molten state).
Polimer graft adalah suatu polimer yang terdiri dari satu atau lebih spesi,
terikat sebagai rantai samping pada rantai utama dan mempunyai susunan atau
konfigurasi yang berbeda dari susunan dan konfigurasi rantai utama. Struktur paling
sederhana dari suatu kopolimer graft adalah
—MMMMMMXMMMMMM—
G
Gbr. 2.4 : Struktur kopolimer graft.
Rangkaian unit monomer M adalah rantai utama, G adalah rantai samping (graft) dan
X adalah unit pada rantai utama tempat G terikat. Pada polimer graft rantai utama dan
rantai samping dapat berupa unit homopolimer atau kopolimer.
Reaksi grafting ini pada umumnya diinisiasi oleh suatu radikal peroksida yang
mentrasfer aktifitasnya ke rantai polimer (Dean,S 2001, Garcia, M 1997, Russel,
2002, Keener, 2004)
Funsionalisasi polipropilena dengan maleat anhidrida berlangsung secara
grafting dalam internal mixer pada suhu titik leleh polipropilena dengan adanya
benzoil peroksida sebagai sumber radikal bebas. Tahapan reaksi meliputi
dekomposisi inisiator membentuk radikal bebas, penarikan sebuah atom hidrogen
oleh radikal bebas dari polipropilena, pemutusan rantai polipropilena, reaksi grafting
maleat anhidrida pada polipropilena, transfer rantai dan terminasi. Menurut Bettini,
Gbr : 2.5 Mekanisme reaksi grafting polipropilena dengan anhidrida maleat Grafting anhidrida maleat
Grafting anhidrida maleat
Transfer rantai
Terminasi secara kombinasi
Derajat grafting dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan menggunakan larutan
basa dalam metanol atau etanol seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida,
dengan indikator phenolptalein. Perlu diperhatikan sebelum titrasi dilakukan harus
ditambahkan beberapa tetes air agar gugus anhidrida terbuka menjadi karboksilat.
Untuk melihat apakah grafting anhidrida maleat telah terjadi dapat diketahui dengan
membandingkan spektrum FTIR nya dengan spektrum FTIR polipropilena murni.
Salah satu indikasi telah terjadi grafting ditandai dengan munculnya serapan karbonil
yang khas pada bilangan gelombang sekitar 1720 cm-1 ( Eddyanto, 2007)
2.4 Metode-metode Grafting
Pembentukan kopolimer graft biasanya melibatkan difusi melewati batas fasa
antara monomer dan polimer. Ada empat macam metode grafting ( mekanisme)
yang umum dilakukan, yaitu ( Hans, R.K, Oscar, N, 2005)
1. Mekanisme radikal bebas
Metode polimerisasi radikal bebas adalah metode tertua dan paling banyak dipakai
untuk mensistesis polimer graft karena relatif sederhana. Ada lima macam metode
grafting suatu polimer secara mekanisme radikal bebas.
a. Metode kimia
Sumber radikal bebas diperoleh dari suatu inisiator seperti benzoil peroksida atau
azobisobutironitril (AIBN). Inisiator akan terdekomposisi menghasilkan radikal
bebas. Selanjutnya dikal bebas ini menarik satu atom hidrogen dari polimer sehingga
dihasilkan polimer radikal. Kemudian polimer radikal akan bereaksi dengan
monomer ( senyawa yang akan digraft pada rantai polimer) membentuk polimer
graft.
b. Metode fotografting
Gugus kromofor yang ada pada polimer menyerap radiasi elektromagnetik pada
daerah visible dan ultra violet. Hal ini akan memustuskan ikatan dan terbentuknya
tidak langsung diinisiasi dengan menggunakan fotosensitizer yang menyerap sinar
dan mentransfer energi sinar tersebut ke spesi lain dalam sistem.
c. Metode grafting radiasi.
Pada metode ini radikal dihasilkan akibat adanya pemutusan rantai utama oleh
energi radiasi yang tinggi ( radiasi gamma). Keburukan cara ini adalah ikatan silang
dan degradasi polimer dapat terjadi bersamaan dengan grafting.
d. Metode grafting plasma
Paparan ( exposure) polimer terhadap glow discharge menghasilkan radikal
bebas pada rantai utama yang selanjutnya mengadisi monomer. Pada discharge suhu
rendah sistem terdiri dari elektron, atom, ion-ion, atom dan molekul tereksitasi..
Partikel-partikel ini menyebabkan terjadinya efek radiasi pada permukaan maupun
pada bagian dalam zat.
e. Metode grafting mekanokimia
Gabungan gaya mekanik dan ultasonik dapat menyebabkan polimer terdegradasi,
dan umumnya akan menghsilkan radikal bebas. Degradasi mekanik dapat dilakukan
dengan cara mastikasi, miling, ekstrusi atau pengadukan. Radikal yang dihasilkan
akan mengadisi monomer membentuk polimer graft.
2. Mekanisme ion
a. Metode anion
Polimerisasi anion menjadi suatu metode yang sangat baik untuk membuat
polimer blok dan graft. Polimer graft diinisiasi oleh anion-anion yang dihasilkan oleh
reaksi antara basa dengan poroton asam pada rantain utama. Pembawa rantai adalah
muatan negatif
b. Metode kation
Inisiasi reaksi antara alkil halida labil dan asam-asam lewis digunakan untuk
grafting kation pada polimer terhalogenasi. Pembawa rantai adalah suatu makro
3. Mekanisme koordinasi
Streospesifik inisiator dapat memberikan polimer streoblock yang mengandung
urutan isotaktik dan heterotaktik. Greber menggrafting olefin pada
polistirena-butadiena menggunakan sistem inisiator Ziegler-Natta dimana dietil aluminium
hidrida bereaksi denga gugus pendant membentuk makromolekul trialkilaluminium.
4 Mekanismen koupling
Polimer mengadung hidrogen aktif dapat dipakai untuk sintesis polimer graft.
Polimer graft juga dapat dibuat dengan koupling dua atau lebih polimer yang
mengadung gugus fungsi yang sesuai.
2.5 Interaksi antara polipropilena-PPd-g-AM - Serbuk kayu
Interaksi antara polimer dengan serbuk kayu dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu interaksi fisik dan interaksi kimia. Pada interaksi fisik yang terjadi hanya ikatan
sekunder, yang terbentuk antara molekul polimer dengan molekul bahan filler
Interaksi ini termasuk ikatan hidrogen, ikatan van der waals, gaya-gaya dispers dan
gaya-gaya dipol. Dalam interaksi ini sturuktur molekul polimer dan sturuktur molekul
serbuk kayu tetap dipertahankan. Pada interaksi kimia, akan terbentuk suatu ikatan
antara gugus fungsi polimer dan gugus fungsi bahan aditif sehingga membentuk
kopolimer. Terbentuknya ikatan ini dapat diketahui dari analisis spektrum FTIR,
yaitu adanya pembentukan gugus fungsi baru atau hilangnya gugus fungsi pada
polimer dan bahan aditif. Bila ditinjau dari sudut kekuatan ikatan maka interaksi
kimia jauh lebih kuat daripada interaksi fisik. (Singh,R.P, 1992)
Polipropilena dengan tepung kelapa sawit merupakan dua bahan polimer
yang sukar bercampur, karena derajat kepolaran yang berbeda dan daya adesinya
yang lemah. Untuk mendapatkan campuran yang homogen, pengolahannya tidak
dapat dilakukan dengan cara konvensional, yang hanya menghasilkan interaksi fisik
kompabilitas komposit, yaitu kokristalisasi, penambahan bahan perekat , pengikatan
silang dan pembentukan kopolimer. Keempat proses ini dilakukan dalam mesin
pengolah yang sekaligus berfungsi sebagai reaktor modifikasi. Cara ini disebut
Teknik Pengolahan Reaktif.(Caulfield,D.F 2005, Hans, Elias,G 1977, Paul Fowler,
2006 Khairijah, H.B, 2005)
Buruknya interaksi antara segmen-segmen molekul yang dicampur
menyebabkan tingginya tegangan antarmuka antara polipropilena dan serbuk kayu
kelapa sawit sehingga mengakibatkan serbuk kelapa sawit sulit terdispersi pada
matrik Keadaan ini menyebabkan kerapuhan campuran dan ini disebut kegagalan
mekanik dan cara menanggulanginya disebut kompabilitasi (Bledzi,A.K 1999,
Amash, A 1998, Maloney,TM, 1993)
Untuk mendapatkan kompabilitas dan kekuatan papan partikel yang baik ,
salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menambahkan bahan perekat. Dalam
hal ini bahan perekat yang digunakan adalah PPd-g-AM. Bahan perekat PPd-g-AM
dibuat dengan cara grafting ( mencangkokkan ) suatu gugus reaktif anhidrida maleat
ke rantai utama molekul polipropilena dalam internal mixer pada suhu titik lelehnya
(170o C) dengan adanya suatu inisiator benzoil peroksida. Sebelum dilakukan grafting
anhidrida maleat pada polipropilena, polipropilena terlebih dahulu didegradasi
dengan benzoil peroksida untuk memperoleh polipropilena yang mempunyai bobot
molekul lebih kecil dan rantai lebih pendek dengan tujuan agar PPd-g-AM yang
terbentuk mempunyai titik leleh lebih rendah. Terikatnya gugus anhidrida malet
pada molekul polipropilena (terbentuknya PPd-g-MA) , maka polaritas PPd-g-MA
semakin meningkat sehingga akan menambah reaktifitasnya sebagai bahan perekat
antara serbuk kayu kelapa sawit ( selulosa ) dengan matrik polipropilena. Selanjutnya
diperediksi akan terjadi ikatan ester antara gugus anhidrida maleat dengan gugus
hidroksil dari selulosa kayu kelapa sawit dan ini akan meningkatkan sifat-sifat
mekanik papan partikel . Reaksi antara bahan perekat PPd-g-AM dengan serat
selulosa dan belitan rantai polipropilena ditunjukkan pada gambar 2.6 dan gambar
Gbr. 2.6 : Reaksi gugus anhidrida dalam PPd-g-AM dengan gugus hidroksil kayu (Caulfield, D.F 2005)
Gbr. 2.7. Belitan ( entanglement ) Poliprolena (PP) pada PPd-g- AM dalam papan partikel (Caulfield,D.F 2005)
Permukaan serat
lignoselulosa PPd – g - Ma
serat
2.6 Papan Partikel
Papan partikel adalah suatu bahan buatan yang diproses melalui
percampuran atau penggabungan komponen kayu dalam bentuk serat, partikel
maupun serbuk dengan bahan perekat dan bahan aditif lainnya seperti pewarna,
penstabil dan sebagainya kemudian dikempa panas sehingga memiliki sifat seperti
kayu (Amash, A 1998). Serbuk kayu yang digunakan dapat berasal dari serbuk
penggergajian, limbah pertukangan dan limbah perkebunan sehingga tidak
memerlukan sumber kayu dan plastik dapat diperoleh hasil plastik daur ulang. Pada
umumnya proses pembuatan papan partikel mencakup pembuatan partikel,
pengelompokan ukuran partikel, pengeringan partikel, pencampuran partikel dan
perekat, pencetakan, pengempaan, pendinginan, penghalusan dan penimpanan. Mutu
papan partikel ditentukan oleh jenis kayu, jumlah zat ekstraktif, rapat massa kayu,
ukuran partikel, perekat dan cara pengolahan. (Tomimura, 1992)
Bentuk partikel yang digunakan dalam pembuatan partikel dapat
mermacam-macam seperti bentuk : serbuk, serpih ( flake), hasil ketaman (shaving), potongan
kecil (chips), untai (strand), sliver, dan wafer.
Jenis-jenis papan partikel dapat dibedakan berdasarkan :
a. Kekuatan : Ada tiga kelompok kekuatan papan partikel, yaitu tinggi, sedang
dan rendah
b. Bentuk : Bentuk yang umum adalah datar, melengkung dan tertentu
(cetakan)
c. Macam perekat : Penggolongan berdasarkan jenis perekat, yaitu tipe U (urea
formaldehid, tipe M ( melaminformaldehid) dan tipe P ( fenol formaldehid)
d. Kerapatan : Berdasarkan kerapatan papan partikel dikelompokkan dengan
kerapatan rendah, sedang dan tinggi.
1. Papan partikel berkerapatan rendah ( Low Density Particleboard ),
yaitu papan yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4 g/cm3
2. Papan partikel berkerapatan rendah ( Medium Density Particleboard ),
3. Papan partikel berkerapatan rendah ( High Density Particleboard ),
yaitu papan yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 g/cm3
e. Susunan partikel : Berdasarkan penyusunan partikel, papan partikel dibagi
menjadi papan partikel homogen, berlapis tiga dan bertingkat.
f. Arah partikel : Arah partikel berbentuk acak, sejajar dan berselang-seling.
2.7. Kayu Kelapa Sawit
Pohon kelapa sawit ( Elais guinensis Jaqc) termasuk dalam Palmales, famili
cocoideae. Ketinggian tanaman ini dapat mencapai 12 meter dan tumbuh tegak lurus
dengan diameter berkisar antara 45 - 60 cm. Usia produktif tanaman kelapa sawit
bisa mencapai 25 tahun. Kayu kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara
bagian pangkal batang dan bagian ujung, bagian tengah batang, inti dan bagian
tepinya. Beberapa sifat kayu kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut (Bakar, E.S
2003)
Tabel 2.1 : Beberapa sifat-sifat penting kayu kelapa swit :
No Sifat-Sifat Penting Kayu
Kelapa Sawit
Bagian Dalam Batang
Tepi Tengah Inti
1 Kerapatan ( g/cm 3) 0,35 0,28 0,20
2 Kadar air (%) 156 257 365
3 Kekuatan lentur ( kg/cm 2) 29,99 11,42 6,98
4 Keteguhan lentur (kg/cm 2) 295 129 67
5 Susut volume (%) 26 39 48
6 Kelas awet V V V
7 Kelas Kuat III-V V V
Sumber : Bakar (2003)
Komponen utama yang terkandung pada batang kelapa sawit adalah
selululosa, lignin, air, pati dan abu. Kadar air dan pati yang tinggi menyebabkan
kestabilan dimensi kayu , sifat fisik, sifat mekanik rendah sehingga mudah patah,
retak dan berjamur (Eero sjostrom 1993). Dalam kayu kelapa sawit kering pada
ketinggian sampai 6 meter terdapat kandungan selulosa (39,77 %), pentosa (21,53
%), lignin (18,10 %), air (12,05 %) abu (2,20 %), SiO2 (0,71%) (Manurung, E.D
2001)
Kayu kelapa sawit mempunyai sifat yang tidak seragam mulai dari bagian luar
sampai ke bagian dalam, demikian juga mulai dari pangkal bawah sampai ke bagian
atas batang. Secara umum kekurangan kayu kelapa sawit dibandingkan dengan kayu
lainnya adalah kandungan air dan zat pati yang tinggi, dalam pngolahan mudah
menumpulkan pisau dan gergaji, kualitas permukaan kayu yang rendah dan
keawetannya rendah. Masalah lain dalam pemanfatannya adalah sifatnya yang sangat
higroskopis. Walaupun kayu kelapa sawit sudah dikeringkan, akan tetapi kayu ini
masih dapat lagi mnyerap air kembali hingga 20 % (Balfas, 2003)
Selulosa yang merupakan komponen utama dalam kayu kelapasawit dan
mempunya struktur sebagai berikut ( Eero Sjostrom, 1993)
Gbr : 2.8 Struktur molekul selulosa
Selulosa adalah suatu polisakarida homopolimer yang tersusun dari unit-unit
ß-D-glukopiranosa yang diikat dengan ikatan ß (1,4) glukosida. Molekul-molekul
secara intra dan antarmolekul. Molekul-molekul selulosa bergabung bersama-sama
membentuk mikrofibril yang terdiri dari bagian sangat teratur (kristalin) yang
berselang seling dengan bagian tidak teratur (amorf). Mikrofibril membentuk fibril
dan akhirnya serat selulosa. Sebagai konsekuensi dari struktur fibril dan ikatan
hidrogen yang kuat selulosa mempunyai kekuatan tarik tinggi dan tidak larut dalam
kebanyakan pelarut.
Struktur kristalin selulosa dikarakterisasi secara analisis difraksi sinar-X dan
dengan metode yang didasarkan pada absorpsi radiasi infra merah terpolarisasi
Selulosa tidak larut dalam air, kristalin dan mempunyai bobot molekul tinggi.
Adanya gugus hidroksil menyebabkan selulosa dapat membentuk ikatan hidrogen
baik secara intra maupun antarmolekul. Teradapat dua ikatan hidrogen dalam setiap
rantai selulosa, yaitu dari O(6) pada sutu glukosa ke O(2)H pada glukosa didekatnya
dan juga dari O(3)H ke oksigen cincin. Rantai selulosa liner adalah merupakan
bentuk satu dimensi dan rantai ini akan membentuk ikatan hidrogen dengan rantai
selulosa liner lain membentuk selulosa dua dimensi. Ikatan hidrogen antar rantai ini
terjadi melalui O(3) pada suatu rantai ke posisi O(6) pada rantai lain. Selanjutnya
struktur-struktur selulosa dua dimensi ini akan diikat dengan ikatan Van der Waals
membentuk struktur tiga dimensi yang disebut dengan struktur kristalin mikrofibril
(Eero Sjostroms, 1993).
2.8. Grafting Divinil Benzena pada Polipropilen.
Reaksi grafting divinil benzena pada polipropilena dapat terjadi selama proses
pembuatan papan partikel. Mekanisme reaksi diperkirakan berlangsung melalui
mekanisme radikal bebas. Reaksi diawali dengan dekomposisi inisiator oleh termal
sehingga terbentukan radikal bebas. Selanjutnya radikal bebas ini akan menyerang
ikatan rangkap dari divinil benzena dan terbentuk radikal divinil benzena. Kemudian
radikal divinil bnzena ini berikatan dengan polipropilena dan terbentuk ikatan silang.
Adanya ikatan silang ini akan menambah kekuatan sifat mekanik papan partikel
Menurut (Eddyanto, 2007) reaksi pengikatan silang antara rantai polipropilena
dengan molekul-molekul divinil benzena berlangsung seperti gambar 2.9. Disamping
terjadinya reaksi pengikatan silang, reaksi polimerisasi divinil benzena membentuk
homopolimer sangat mungkin terjadi karena adanya inisiator benzoil peroksida
sebagai sumber radikal bebas dan reaksi ini tidak diharapkan.
Gbr. 2.9 : Reaksi antara polipropilena dengan divinil benzena.
2.9. Ketahanan Lentur Kering dan Modulus Elastisitas Lentur
Ketahanan lentur kering adalah merupakan sifat mekanik sutu bahan. Sifat
mekanik bahan adalah hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban
yang bekerja. Sifat mekanik berkaitan dengan kekuatan, kekerasan dan kekuatan.
Pengujian ketahanan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan papan patikel
terhadap pembebanan pada tiga titik lentur dan juga untuk mengetahui keelastisan
bahan. Ketahanan lentur adalah tegangan terbesar yang dapat diterima bahan akibat
pembebanan luar tanpa bahan tersebut mengalami deformasi yang besar. Besarnya
kekuatan lentur bergantung pada bahan dan kuatnya beban. Pada pengujian lentur,
bagian atas spesimen akan mengalami tekanan dan bagian bawah bahan akan
CH CH2
CH
CH2
CH CH3
CH
CH3
T-101, 180 oC
TR, 15 min.
PP-g-DVB DVB
PP
+
1576,15951630
mengalami tegangan tarik. Kekuatan lentur dihitung dengan persamaan menurut SNI
03-2015-2006.
2.10. Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM merupakan salah satu jenis mikroskop elektron yang menggunakan berkas
elektron untuk menggambarkan profil permukaan suatu bahan. Pada dasarnya kerja
dari SEM adalah dengan cara menembakkan arus elektron berenergi tinggi pada
permukaan bahan yang dikenai arus elektron tersebut akan memantulkan berkas
tersebut kesegala arah dengan intensitas yang berbeda-beda. Detektor akan
mendeteksi lokasi dan arah permukaan yang memantulkan elektron dengan
intensitas yang paling tinggi dan memberi informasi mengenai profil permukaan
tersebut. Permukaan bahan yang ditembak dengan berkas elektron diamati dengan
scanning. Berdasarkan arah pantulan berkas elektron pada berbagai titik, maka profil
permukaan dapat dibangun dengan program komputer. SEM memiliki resolusi yang
lebih tinggi dari pada mikroskopi optik, hal ini disebabkan panjang gelombang optik
lebih panjang dari pada panjang gelombang de Boglie. Agar SEM memberikan
gambar yang baik maka permukaan bahan terebut harus dapat memantulkan elektron
atau dapat melepaskan elektron sekunder. Pada umumnya bahan yang demikian
adalah logam. Untuk bahan yang bukan logam, agar profil permukaannya dapat
diamati, maka bahan tersebut harus dilapisi dengan film tipis logam. Metode
pelapisan yang umum adalah cara evaporasi dan sputtering.
2.11 Viskositas Intrinsik.
Viskositas larutan polimer dapat memberikan informasi tentang
volume,bentuk,kelenturan molekul, berat molekul maupun interaksi antara polimer
dan molekul-molekul pelarut. Interpretasi sifat dasar viskositas larutan polimer encer
didasarkan pada analisa sifat-sifat hidrodinamikanya, yaitu sifat-sifat yang
berhubungan dengan gerakan-gerakan molekul dalam larutan. Gerak translasi relatif
terarah (difusi) atau gerakan pada medan sentrifugal ( pengendapan). Pada aliran
laminar dengan kecepatan gradien tertntu sebagian makro molekul bergerak dengan
kecepatan yang berbeda, tergantung apakah makro molekul berada pada zona liran
cepat atau pada aliran lambat. Akibatnya, makro molekul mengalami gaya kopel yang
membuatnya berotasi dalam aliran. Gerak translasi dan rotasi makro molekul
meenyebabkan gesekan antara segmen-segmen makro molekul dan molekul-molekul
pelarut yang mengakibatkan viskositas larutan lebih tinggi dari pada pelarutnya.
Pertambahan viskositas karena rotasi makromolekul ditetapkan sebagai viskositas
intrinsik (Tager, A). Hubungan antara berat molekul dengan viskositas intrinsik
adalah dinyatakan dengan persamaan Mark-Kuhn-Houwink
[ ]
η =KMa(2.1 )
[ ]
η = Viskositas intrinsikK dan a = tetapan
Viskositas larutan polimer ditentukan dengan menggunakan viskosimeter Oswald
2.12 Spektroskopi Infra Merah
Untuk dapat mengidentifikasi data infra merah polimer, persyaratan yang
harus dipenuhi adalah zat tersebut harus homogen secara kimia. Spektrum infra
merah suatu zat polimer pada dasarnya adalah serapan-serapan monomer dan
pengaruh kopling antara monomer-monomer diabaikan. Seringkali suatu polimer
mempunyai spektrum yang lebih sederhana dari pada spektrum
monomer-monomernya, meskipun polimer dapat mengadung 10 4 atom. Hal ini disebabkan
tidak ada perubahan tetapan gaya pada kelompok-kelompok atom sejenis. Atom-atom
dalam kelompok ini akan selalu bervibrasi pada frekuensi yang sama dan tidak
tetapan gaya pada kelompok tidak berubah dipenuhi. Faktor ini merupakan hal yang
sangat penting untuk karaktererisasi spektrum infra merah.
Bila sinar infra merah dilewatkan melalui sample, maka sejumlah frekuensi
diserap sedangkan frekuensi lain diteruskan tanpa diserap. Spektrum infra merah akan
dihasilkan bila dilukiskan persen seapan dengan frekuensi. Molekul hanya menyerap
sinar infra merah jika dalam molekul ada transisi energi sebesar hν. Transisi yang
terjadi di dalam serapan infra merah berkaitan dengan perubahan vibrasi molekul.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia polimer Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera
Utara. Pengambilan spektrum FT-IR dilakukan di Laboratorium Bea Cukai Belawan
dan Laboratorium Universitas Gajah Mada. Pengujian titik leleh dengan DTA
dilakukan di laboratorium PTKI Medan. Pengujian keteguhan lentur kering dan
modulus elastis lentur dilakukan di laboratorium penelitian FMIPA USU Medan dan
pengujian SEM dilakukan di Laboratorium Geologi Bandung. Penelitian ini
dilaksanakan mulai dari Mei 2009 sampai dengan Desember 2010
3.2 Bahan Kimia
Polipropilena Yuhwa, Korea Ltd
Benzoil peroksida Merck
Xylena Merck
Divinil benzena Merck
Anhidrida Maleat Merck
Aseton Merck
Etanol Merck
Kalium Hidroksida Merck
Metanol Merck
3.3 Alat-alat
Internal mixer HELES CR 52
Spektrofotometer FTIR Perkin Elmer dan
Neraca analitis Metles AE 2000
Oven Memmert
Hydraulic press -
Universal Testing Machine Type SC-2DE, CAP
2000 kgf
Pengaduk magnet Cimarec
Waterbath Memmert
Viskometer Oswald Pyrex
Analytical Scanning Electron Microscope JEOL type JSM-6360LA
Pompa vakum Welch-duo-seal
3.4 Prosedur
3.4.1. Degradasi Termal Polipropilena dengan Benzoil Peroksida
Pada penelitian ini degradasi polipropilena dilakukan dalam internal mixer
dengan mereaksikannya dengan benzoil peroksida pada suhu titik lelehnya (170 0C).
[image:53.612.119.511.478.613.2]Komposisi sample dibuat seperti tercantum dalam tabel 3.1
Tabel 3.