TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA
MENCEGAH FLEBITIS
Oleh :
ADE INDRIYA
080100206
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA
MENCEGAH FLEBITIS
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
ADE INDRIYA
NIM: 080100206
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tentang Teknik Pemasangan dan Perawatan Kateter Intravena Mencegah Flebitis
Nama : Ade Indriya
NIM : 080100206
Pembimbing Penguji I
(dr. Akhyar H. Nasution, Sp.An. KAKV) ( dr. Elmeida Effendy, Sp. KJ) NIP: 19600701198702-1-002 NIP: 19720501199903-2-004
Penguji II
(dr. Sri Amelia, M. Kes) NIP: 19740913200312-2-001
Medan, 11 Januari 2012 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Terapi intravena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atu vitamin ke dalam tubuh pasien. Lebih dari 80% pasien rawat akut mendapatkan terapi intravena sebagai bagian rutin dari perawatan di rumah sakit. Di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pemasangan terapi intravena sebagian besar adalah seorang perawat. Tidak jarang terjadi masalah atau komplikasi dari pemasangan terapi intravena ini, salah satu komplikasinya tersering adalah flebitis. Kejadian flebitis di berbagai rumah sakit di indonesia sekitar 20-80%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara tentang pemasangan terapi intravena mencegah flebitis
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, penedekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study dan pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik Total Sampling.
Dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang , diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang pemasangan terapi intravena mencegah flebitis berada dalam kategori baik yaitu sebesar 74,6% dan kategori sedang diperoleh sebesar 25,4%.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara berada pada kategori baik.
ABSTRACT
Intravenous therapy is one of the treatments used to inject the medicine or vitamin into patient’s body. More than 80 percent of acute hospitalized patient get intravenous therapy as a routine hospital treatment. In a hospital, a nurse is responsible for the installation of intravenous therapy. Oftentimes, problems or complications occur from this intravenous therapy installation, one of the complications is phlebitis. Phlebitis case in various hospitals in Indonesia happens around 20 to 80 percents. The aim of this research is to figure out the level of understanding of nursing faculty student in University of North Sumatera regarding the installation of intravenous therapy to prevent phlebitis.
This research used a descriptive research method, the approach used for the research design is cross sectional study and sampling using Total Sampling technique.
With the total sample of 59 individuals, the result shows that the respondent’s level of understanding about the installation of intravenous therapy prevent phlebitis belongs to the Well category, which is 74 % and the Medium category which is 25.4 %.
From the result mentioned above, we can conclude that the level of understanding of the nursing faculty students in University of North Sumatera belongs to the Well category.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana
kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tentang Pemasangan dan Perawatan
Kateter Intravena”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Akhyar H.Nasution Sp.An.KAKV, selaku dosen pembimbing
yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu dr. Elmeida Effendi Sp.KJ dan Ibu dr. Sri Amelia M.Kes , selaku
dosen penguji yang telah memberikan penilaian terhadap penulis, sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu dr. Nurfida Khairina Arrasyid M.Kes sebagai dosen pembimbing
akademik yang selama ini telah banyak memberi motivasi dan dukungan
kepada saya dalam perkuliahan dan selama pembuatan penelitian ini.
5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
6. Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan dan staf yang telah membantu
saya menyelesaikan karya tulis ini.
7. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan
dan ibunda Hj. Ramilla Napitupulu atas doa, perhatian, dan dukungan
yang tidak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya. Juga
kepada saudaraku bang Wirya Dinata, kak dr.Goestrya Ernesty, bang
Aditiya Warman terima kasih atas dukungan dan perhatian yang diberikan.
8. Sahabat-sahabat saya, Haris, Bebe, Nurul, Debbie, Wulan, Devie, Meme
yang setia menemani dan memerikan motivasi kepada saya.
9. Teman-teman saya, Tical, Tami, Ratna, Astrid, Rizal, Ichan, Febrine telah
banyak membantu saya dan teman-teman lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
10.Serta terima kasih juga kepada teman-teman satu bimbingan, Edwin
Silitonga dan Ibrahim Tanaka atas kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga
karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 17 Desember 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN...1
1.1.Latar Belakang ...1
1.2.Rumusan Masalah...2
1.3.Tujuan Penelitian ...3
1.4.Manfaat Penelitian ...3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...4
2.1.Terapi Intravena...4
2.1.1. Definisi Terapi Intravena ...4
2.1.2. Alat dan Bahan Terapi Intravena...4
2.1.3. Ukuran Kateter Intravena ...5
2.1.4. Pemilihan Akses Vena ...5
2.1.5. Faktor yang mempengaruhi Pemilihan Penusukan Vena ...8
2.1.6. Persiapan Psikologis ...8
2.1.7. Tehnik Pemasangan Infus ...9
2.1.8. Komplikasi Terapi Intravena ...10
2.1.9. Perhitungan Kecepatan Cairan Intravena ...10
2.2.Flebitis...11
2.2.1. Definisi ...11
2.2.2. Jenis-Jenis Flebitis...11
2.2.3. Pencegahan Terjadinya Flebitis ...13
2.2.4. Penanganan ...13
2.2.5. Pola Pengobatan ...14
2.3.Konsep Dasar Pengetahuan ...14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...19
3.2.Definisi Operasional ...19
BAB 4 METODE PENELITIAN ...21
4.1.Jenis Penelitian ...21
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ...21
4.2.1. Waktu Penelitian ...21
4.2.2. Tempat Penelitian ...21
4.3.Populasi dan Sampel ...21
4.3.1. Populasi ...21
4.3.2. Sampel ...21
4.4.Teknik Pengumpulan Data ...22
4.4.1. Data Primer ...22
4.4.2. Data Sekunder ...22
4.5.Pengolahan dan Analisisi Data ...22
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...23
5.1. Hasil Penelitian ... ..23
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... ..23
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel...23
5.2. Pembahasan ... ..24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...27
6.1. Kesimpulan ... ..27
6.2. Saran ... ..27
DAFTAR PUSTAKA...28
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Vena pada Tangan 7
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Ukuran, warna dan kecepatan aliran dari Kateter Intravena 5
3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur
19
5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Mahasiswa berdasarkan Tingkat Pengetahuan
23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Surat Persetujuan
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
ABSTRAK
Terapi intravena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atu vitamin ke dalam tubuh pasien. Lebih dari 80% pasien rawat akut mendapatkan terapi intravena sebagai bagian rutin dari perawatan di rumah sakit. Di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pemasangan terapi intravena sebagian besar adalah seorang perawat. Tidak jarang terjadi masalah atau komplikasi dari pemasangan terapi intravena ini, salah satu komplikasinya tersering adalah flebitis. Kejadian flebitis di berbagai rumah sakit di indonesia sekitar 20-80%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara tentang pemasangan terapi intravena mencegah flebitis
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, penedekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study dan pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik Total Sampling.
Dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang , diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang pemasangan terapi intravena mencegah flebitis berada dalam kategori baik yaitu sebesar 74,6% dan kategori sedang diperoleh sebesar 25,4%.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara berada pada kategori baik.
ABSTRACT
Intravenous therapy is one of the treatments used to inject the medicine or vitamin into patient’s body. More than 80 percent of acute hospitalized patient get intravenous therapy as a routine hospital treatment. In a hospital, a nurse is responsible for the installation of intravenous therapy. Oftentimes, problems or complications occur from this intravenous therapy installation, one of the complications is phlebitis. Phlebitis case in various hospitals in Indonesia happens around 20 to 80 percents. The aim of this research is to figure out the level of understanding of nursing faculty student in University of North Sumatera regarding the installation of intravenous therapy to prevent phlebitis.
This research used a descriptive research method, the approach used for the research design is cross sectional study and sampling using Total Sampling technique.
With the total sample of 59 individuals, the result shows that the respondent’s level of understanding about the installation of intravenous therapy prevent phlebitis belongs to the Well category, which is 74 % and the Medium category which is 25.4 %.
From the result mentioned above, we can conclude that the level of understanding of the nursing faculty students in University of North Sumatera belongs to the Well category.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit akan di lakukan
pemasangan kateter intravena. Pemasangan kateter intravena adalah salah satu
cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam
tubuh pasien. Namun tidak jarang banyak dampak yang terjadi pada pemasangan
terapi ini. Baik dalam proses pemasangan maupun dalam proses perawatannya.
Lebih dari 80 % pasien rawat akut mendapatkan pemasangan kateter
intravena sebagai bagian rutin dari perawatan di rumah sakit. Tidak jarang terjadi
masalah atau komplikasi dari pemasangan kateter intravena ini. Mayoritas
masalah yang berhubungan dengan intervena (IV) terletak pada sistem infus atau
tempat penusukan vena. Infeksi ataupun komplikasi lokal bisa terjadi akibat
pemasangan infus. Adanya terapi ini sering menyebabkan terjadinya komplikasi
antara lain yaitu flebitis. Biasanya disebabkan karena teknik pemasangan, kondisi
pasien, kondisi vena, jenis pH obat dan cairan, filtrasi, serta ukuran, panjang serta
materi (bahan) selang infus (Steven and Anderson, 2003 dalam Gayatri dan
handiyani, 2007).
Kejadian flebitis di rumah sakit bekisar antara 20-80 %. Di Indonesia
belum ada angka yang pasti tentang prevalensi flebitis mungkin disebabkan
penelitian yang berkaitan dengan terapi intravena dan publikasinya masih jarang.
Contohnya angka kejadian flebitis di salah satu rumah sakit di Jakarta didapatkan
10 %. Angka tersebut memang tidak terlalu besar namun masih di atas standart
yang ditetapkan oleh Intravenous Nurses Society (INS) 5% (Pujasari dan
Sumawarti, 2002).
Di Sumatera Utara telah dilakukan penelitian sebelumnya melalui rekam
lebih 20 orang yang mengalami flebitis dari 98 orang (19,6%) pasien yang
dilakukan pemasangan infus (Masdalifa, 2006)
Secara sederhana flebitis adalah peradangan. Flebitis berat hampir selalu
diikuti dengan bekuan darah, atau trombus pada vena yang sakit. Kondisi
demikian dikenal sebagai Tromboflebitis. Adapun gejala klinis lainnya yang
ditemukan pada kasus flebitis adalah nyeri, nyeri tekan, bengkak, pengerasan,
eritema, hangat dan tampak vena seperti tali. Semua ini diakibatkan peradangan,
infeksi dan/atau trombosis.
Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya flebitis adalah
faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan, faktor mekanis seperti bahan,
ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi, faktor pasien yang dapat mempengaruhi
angka flebitis mencakup usia, jenis kelamin dan kondisi dasar (yakni: diabetes
melitus, infeksi, luka bakar). Suatu penyebab yang sering luput perhatian adalah
adanya mikropartikel dalam larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan
penggunaan filter. Maka dalam hal ini, perawat yang bertanggung jawab terhadap
terapi intravena harus memperhatikan faktor-faktor di atas sebelum melakukan
terapi agar tidak timbul komplikasi yang merugikan pasien (Sugiarto A, 2007).
Dalam teknik pemasangan kateter intravena selalu diinstruksikan oleh
dokter tapi perawatlah yang bertanggung jawab pada pemberian dan
mempertahankan perawatan kateter intravena tersebut pada pasien. Perawat juga
bertanggung jawab memasang, memonitor serta mengajarkan pada pasien hal-hal
yang berkaitan dengan terapi intravena. Fungsi perawat lainnya adalah membantu
individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang
dilakukan oleh dokter. Menurut Undang-Undang RI. No 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan atau kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang
diperoleh melalui pendidikan perawatan (Ali Z, 2001).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk menjawab
mengetahui tehnik pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah
terjadinya flebitis?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa
keperawatan Universitas Sumatera Utara tentang tehnik pemasangan dan
perawatan kateter intravena mencegah flebitis.
1.3.2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan
Universitas Sumatera Utara tentang
1. Teknik pemasangan dan perawatan kateter intravena atau infus yang benar.
2. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemasangan dan perawatan
intravena.
3. komplikasi yang bisa terjadi akibat pemasangan kateter intravena.
4. faktor yang menyebabkan flebitis.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat yaitu :
1. Memberikan evaluasi tentang pengetahuan mahasiswa keperawatan
Universitas Sumatera Utara apakah diperlukan bimbingan lebih dalam
mencegah komplikasi tersebut.
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa keperawatan Universitas
Sumatera Utara tentang pencegahan flebitis akibat terapi intravena.
3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan mengenai pencegahan terjadinya
komplikasi akibat pemasangan kateter intravena.
4. Memberikan masukan kepada rumah sakit untuk mengambil kebijakan baru
dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terapi Intravena 2.1.1. Definisi
Pemasangan kateter intravena adalah menempatkan cairan steril melalui
jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit
(natrium, kalsium, kalium), nutrien (biasanya glukosa), vitamin atau obat.
Pemasangan kateter intravena digunakan untuk memberikan cairan ketika
pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan
garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau
glukosa yang diperlukan untuk metabolisme, atau untuk memberikan medikasi.
(World Health Organization, 2005).
2.1.2. Alat dan Bahan
Dalam melakukan pemasangan infus dibutuhkan alat dan bahan yang
sebelumnya harus dipersiapkan terlebih dahulu.
1. Sarung tangan nonsteril.
2. Kateter plastik yang menyelubungi jarum (jarum infus).
3. Larutan IV untuk cairan.
4. Papan lengan (pilihan).
5. Slang infus.
6. Tiang IV (yang diletakkan di tempat tidur atau berdiri sendiri dengan roda)
atau pompa IV.
7. Paket atau perlengkapan pemasangan IV, termasuk torniket (atau manset
tekanan darah); plester-dengan lebar 2,5 cm (atau lebar plester 5 cm),
potong); kapas alkohol (atau antiseptik yang telah direkomendasikan oleh
institusi, seperti povidone); balutan kasa berukuran 5x5 cm; plester perekat ;
label perekat.
9. Handuk atau penglindung linen (Smith dan Johnson Y, 2010).
2.1.3. Ukuran Kateter Intravena
Untuk pemilihan kateter, pilihlah alat dengan panjang terpendek, diameter
terkecil yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar.
[image:19.595.107.519.236.409.2]Warna,Ukuran Kateter dan Kecepatan Alirannya
Tabel 2.1 (Scales K, 2005)
2.1.4. Pemilihan Akses Vena Anatomi
Pembuluh darah yaitu arteri dan vena terdiri dari beberapa
lapisan,masing-masing dengan struktur dan fungsi khusus.
1. Tunika intima
Merupakan lapisan paling dalam dan berkontak langsung dengan aliran
vena. Lapisan ini dibentuk oleh lapisan tunggal sel-sel endotel yang
menyediakan permukaan yang licin dan bersifat nontrombogenik. Pada
lapisan ini terdapat katup, tonjolan semilunar, yang membantu mencegah
refluks darah.
Kerusakan lapisan ini dapat terjadi akibat kanulasi traumatik, iritasi oleh
alat yang kaku atau besar, serta cairan infus dan partikel yang bersifat
iritan.
2. Tunika media Gauge size Catheter length(mm) Catheter colour Flow rate ml/min(H2O) Flow rate l/hr(H2O) Flow rate ml/min(blood)
22 25 Blue 42 2.5 24
20 32 Pink 67 4.0 41
18 32 Green 103 6.2 75
18 45 Green 103 6.2 63
16 45 Grey 236 14.2 167
Merupakan lapisan tengah, terdiri dari jaringan ikat yang mengandung
serabut muskular dan elastis. Jaringan ikat ini memungkinkan vena
mentoleransi perubahan tekanan dan aliran dengan menyediakan rekoil
elastis dan kontraksi muskular.
3. Tunika adventisia
Merupakan lapisan terluar, terdiri dari serabut elastis longitudinal dan
jaringan ikat longgar (Dougherty L, 2008).
Vena perifer atau superfisial terletak di dalam fasia subkutan dan
merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena.
1. Metakarpal (gambar 2.1)
Titik mulai yang baik untuk kanulasi intravena.
2. Sefalika (gambar 2.1)
Berasal dari bagian radial lengan. Sefalika aksesorius dimulai pada pleksus
belakang lengan depan atau jaringan vena dorsalis.
3. Basilika (gambar 2.1)
Dimulai dari bagian ulnar jaringan vena dorsalis, meluas ke permukaan
anterior lengan tepat di bawah siku di mana bertemu vena mediana kubiti.
4. Sefalika mediana (gambar 2.2)
Timbul dari fossa antekubiti.
5. Basilika mediana (gambar 2.2)
Timbul dari fossa antekubiti, lebih besar dan kurang berliku-liku daripada
sefalika.
6. Anterbrakial mediana (gambar 2.2)
Timbul dari pleksus vena pada telapak tangan, meluas ke arah atas
Lokasi Insersi pada Vena Ekstremitas Atas
Gambar 2.1 Gambar 2.2
(Sumber: Scales K, 2005)
Pemilihan
Adapun pemilihan vena untuk tempat insersi dilakukan sebelum
melakukan pemasangan infus berbeda-beda(Weinstein, 2001).
1. Pada orang dewasa pemasangan kanula lebih baik pada tungkai atas dan
pada tungkai bawah
2. Vena tangan paling sering digunakan untuk terapi IV yang rutin.
3. Vena depan, periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan dibuat.
4. Vena lengan atas, juga digunakan untuk terapi IV.
5. Vena ekstremitas bawah, digunakan hanya menurut kebijaksanaan
institusi.
6. Vena kepala, digunakan sesual kebijaksanaan institusi, sering dipilih pada
[image:21.595.145.507.122.422.2]2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Sisi Penusukan Vena
Pemilihan tempat insersi untuk penusukan vena juga harus teliti karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat insersi yang bisa
menyebabkan terjadinya komplikasi.
a. Umur pasien; misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat
penting dan mempengaruhi berapa lama IV perifer berakhir.
b. Prosedur yang diantisipasi; misalnya jika pasien harus menerima jenis
terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan,
pilih sisi yang tidak terpengaruhi apapun.
c. Aktivitas pasien; misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak dan perubahan
tingkat kesadaran.
d. Jenis IV: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering
memaksa tempat-tempat yang optimus (mis: hiperalimentasi adalah
sangat mengiritasi vena-vena perifer).
e. Terapi IV sebelumnya; flebitis sebelumnya membuat vena tidak baik
untuk digunakan: Kemoterapi membuat vena menjadi buruk (mudah
pecah ata sklerosis).
f. Sakit sebelumnya; misalnya jangan digunakan ekstrimitas yang sakit
pada pasien stroke.
g. Kesukaan pasien; jika mungkin pertimbangkan kesukaan alami pasien
untuk sebelah kiri atau kanan.
h. Torniquet; gunakan 4 sampal 6 inci diatas sisi pungsi yang diinginkan. i. Membentuk genggaman; minta pasien membuka dan menutup genggaman
berulang-ulang.
j. Posisi tergantung; gantung lengan pada posisi menggantung (misalnya
dibawah batas jantung).
k.
2.1.6. Persiapan Psikologis Pada pasien
Kondisi pasien perlu diperhatikan sebelum dilakukannya pemasangan
pemasangan guna agar pasien tidak cemas saat dilakukan pemasangan infus,
adapun persiapan psikologis pada pasien (Weinstein, 2001).
a. Jelaskan prosedur sebelum melakukan dan berikan penyuluhan jika
diperlukan.
b. Berikan instruksi tentang perawatan dan keamanan IV.
c. Gunakan terapi bermain untuk anak kecil.
d. Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan atau masalah.
2.1.7. Pemasangan infus
Pelaksanaan dalam pemasangan infus harus dilaksanakan sebaik-baiknya
guna menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan (Smith dan
Johnson Y, 2010).
Berikut cara umum dalam pemasangan infus:
1. Persiapkan alat dan bahan seperti tiga buah potongan plester sepanjang 2,5
cm. Belah dua salah satu plester sampai ke bagian tengah, jarum atau
kateter, kapas alkohol atau antiseptik.
2. Sambungkan cairan infus dengan infus set terlebih dahulu dan periksa
tidak ada udara pada infus set.
3. Pasang torniket pada daerah proksimal vena yang akan dikaterisasi 60-80
mmHg.
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
5. Pilih vena yang akan dilakukan pemasangan, untuk anak-anak lakukan
teknik transiluminasi untuk mendapatkan vena.
6. Dengan kapas alkohol atau antiseptik yang tepat, bersihkan tempat insersi
dan biarkan hingga mengering.
7. Dorong pasien untuk tarik nafas dalam agar pasien relaksasi dan nyaman.
8. Masukkan kateter ke vena sejajar dengan bagian terlurus vena, tusuk kulit
dengan sudut 30-45 derajat, setelah keluar darah pada ujung kateter, tarik
sedikit jarum pada kateter, dorong kateter sampai ujung, dan ditekan ujung
kateter dengan 1 jari.
10. Sambungkan kateter dengan cairan infus.
11. Lakukan fiksasi dengan plester atau ikat pita.
12. Lakukan monitoring kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya
tempat insersi)
13. Mencatat waktu, tanggal dan pemasangan ukuran kateter
2.1.8. Komplikasi terapi intravena
Teknik pemasangan terapi intravena harus dilakukan sebaik-baiknya,
adapun faktor-faktor yang bisa menyebabkan terjadinya komplikasi harus dapat
dicegah semaksimal mungkin. Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada
pemasangan infus (Weinstein, 2001).
1. Flebitis disebabkan oleh alat intravena, obat-obatan, dan/atau infeksi
2. Infiltrasi disebabkan oleh alat intravena keluar dari vena, dengan
kebocoran cairan kedalam jaringan sekitarnya.
3. Emboli udara disebabkan karena masuknya udara kedalam sistem vaskular
4. Emboli dan kerusakan kateter disebabkan karena kateter rusak pada
hubungan dan kehilangan potongan kateter ke dalam sirkulasi.
5. Kelebihan dan bebn sirkulasi disebabkan karena infus cairan terlalu cepat
(anak-anak dan lansia lebih rentan).
6. Reaksi pirogenik disebabkan karena kontaminasi peralatan interavena dan
larutan yang digunakan degan bakteri.
2.1.9. Perhitungan kecepatan cairan intravena
Jenis dan jumlah cairan yang akan diberikan kepada pasien adalah atas
peresepan dari seorang dokter. Set pemberian yang digunakan untuk jumlah tetes
per ml, disebut faktor tetes. Sangat penting untuk memberikan infus dalam
periode waktu yang tepat untuk mencegah kelebihan atau kekurangan infus.
(Johnson R dan Taylor W, 2004).
Jenis infus set yang digunakan dalam pemasangan terapi intravena ada dua
yaitu makro drip dan mikro drip. Kedua jenis infus set ini memiliki jumlah tetes
1. Makro drip: 20 tetes/cc
2. Mikro drip: 60 tetes/cc
Rumus di bawah ini digunakan untuk mengitung jumlah tetesan cairan
yang dibutuhkan seorang pasien permenit:
Volume cairan yang dibutuhkan (ml) x jumlah tetesan/ml (faktor tetes)
Waktu pemberian infus yang diperlukan dalam menit
2.2 Flebitis
2.2.1. Definisi Flebitis
Flebitis adalah peradangan pada dinding vena akibat alat intravena,
obat-obatan, atau infeksi. Tanda dan gejala yang timbul adalah kemerahan, bengkak,
nyeri tekan, atau nyeri pada sisi intravena. Pasien juga dapat mengalami jalur
kemerahan pada lengannya (Weinsten, 2001).
Flebitis berat ditandai dengan adanya peradangan dinding vena dan
biasanya disertai pembentukan bekuan darah, hal ini disebut Tromboflebitis
(Smeltzer S.C dan Bare B.G, 2002).
2.2.2. Jenis-jenis flebitis
Ada tiga klasifikasi dari flebitis dan berikut jenis-jenis flebitis serta
tindakan perawatan untuk mencegah flebitis.
1. Flebitis Mekanik
Flebitis jenis ini berkenaan dengan pemilihan vena dan penempatan
kanula, ukuran kanula yang terlalu besar dibandingkan dengan ukuran
vena, fiksasi kanula yang tidak adekuat, manipulasi berlebihan terhadap
sistem dan pergerakan ekstremitas yang tidak terkontol. flebitis mekanik
terjadi cedera pada tunika intima vena.
Tindakan keperawatan untuk mencegah flebitis adalah:
a. Lakukan teknik insersi kanula secara benar. Untuk menghindari cedera
pada saat pemasangan kanula perawat harus memiliki pengetahuan dasar
dan pengalaman yang memadai dalam pemberian terapi intravena.
mendapatkan penyuluhan khusus tentang terapi IV atau sudah
mendapatkan sertifikat spesialis.
b. Lakukan pemilihan lokasi secara benar, hindari vena pada area fleksi atau
lipatan atau ekstreminitas dengan pergerakan maksimal. Pilih vena yang
besar, lurus, panjang dan tidak rapuh. Vena yang dianjurkan adalah vena
metakarpal, vena sefalika, vena basalika, vena ante brakial medialis.
Hindari pemilihan vena yang sudah mengeras (hematom).
c. Lakukan pemilihan kanula secara tepat. Gunakan kanula dengan ukuran
paling pendek dan diameter paling kecil. Sesuaikan dengan umur,
keperluan dan lamanya terapi semakin besar nomor, maka semakin kecil
ukuran panjang dan diameter. Ukuran sediaan kanula dan mulai 16, 18, 20,
22, 24 dan 24 digunakan untuk neonatus, bayi dan anak. No. 16. 18, 20
digunakan pada dewasa.
d. Perhatikan stabilitas kanula, dapat dilakukan dengan fiksasi kanula yang
adekuat dengan menggunakan yang kurang kuat memungkinkan gerakan
keluar masuknya kanula dan goresan ujung kanula pada lumen vena.
2. Flebitis Kimiawi
Flebitis ini berkenaan dengan respon tunika intima terhadap osmolaritas
cairan infus. Respon radang dapat terjadi karena pH dan osmolaritas atau
obat juga karena sifat kimia bahan kanula yang digunakan.
a. Pastikan pH dan osmolaritas cairan atau obat, pH normal darah adalah
7,35-7,45 sehingga pH dan osmolaritas cairan atau obat yang Iebih rendah
atau tinggi menjadi faktor predisposisi iritasi vena. Lakukan pengenceran
maksimal pada pemberian obat injeksi, karena campuran obat dapat dapat
meningkatkan resiko flebitis. Perhatikan kecepatan tetesan infus, tetesan
lambat menyebabkan absorbsi lambat dengan hemodilusi yang lebih kecil.
b. Gunakan produk kanula yang non flebitogenik, meskipun belum dapat
dipastikan jenis apa yang betul-betul mencegah flebitis. Pilih kanula yang
bersifat elastis dan permukaannya lembut.
3. Flebitis Bakterial
Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan adalah:
a. Cuci tangan sebeluin dan sesudah melakukan tindakan. Prosedur baku
dalam pemasangan adalah menggunakan sarung tangan pada saat
melakukan pungsi vena.
b. Gunakan kassa dan sarung tangan bersih. Periksa keutuhan kemasan infus
set dan cairan serta tanggal kadaluarsanya.
c. Lakukan persiapan area dengan teknik aseptik dan antiseptik.
d. Observasi secara teratur tanda-tanda flebitis minimal tiap 24 jam.
e. Bersihkan dan ganti balutan infus tiap 24 jam atau kurang bila balutan
rusak.
Ganti sistem infus setiap 48-72 jam dan tandai tanggal pemasangan serta
penggantian balutan (Pujasari, 2002 dalam Sugiarto, 2007).
2.2.3. Pencegahan terjadinya flebitis
Beberapa cara untuk mencegah timbulnya flebitis pada pemasangan terapi
intravena adalah:
1. Menggunakan teknik aseptik yang ketat pada pemasangan dan manipulasi
sistem intravena keseluruhan.
2. Plester hubungan kanula dengan aman untuk menghindari gerakan dan
iritasi vena selanjutnya.
3. Mengencerkan obat-obatan yang mengiritasi jika mungkin; obat-obatan
terlarut dalam jumlah larutan maksimum.
4. Rotasi sisi intravena setiap 48-72 jam untuk membatasi iritasi dinding vena
oleh kanula atau obat-obatan.
5. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi.
6. Observasi tanda atau reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain.
2.2.4. Penanganan flebitis
Penangan awal yang dilakukan jika ada timbul tanda-tanda flebitis adalah
1. Lepaskan alat intravena.
3. Beritahu dokter.
4. Berikan kompres panas pada ekstremitas.
5. Kaji nadi distal terhadap area yang flebitis.
6. Hindari pemasangan intravena berikutnya di bagian distal vena yang
meradang (Weinstein, 2001).
2.2.5. Pola pengobatan
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk
mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen).
Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal,
dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi
selama beberapa hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena
dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan
pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih
spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai
berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk
mencegah pembentukan gumpalan baru, trombolitik untuk melarutkan bekuan
yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk
mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika ada infeksi) (Sambas S.A,
2011).
2.3. Konsep Dasar Pengetahuan 2.3.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengrabaan, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan,yaitu:
1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yaitu orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. kata kerja untuk mengukur orang tahun
tentang apa yang dipelajari misalnya adalah menyebutkan atau
menyatakan.
2. Memahami (comprehension)
memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu strukstur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang sudah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dan kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmojo,2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmojo,
2003, ada dua faktor internal dan eksternal:
Faktor Internal
1. Umur
Singgih D. Gunarsono (1990), mengemukaan bahwa semakin tua umur
seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan
tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini
tidak secepat seperti ketika umur belasan tahun, selain itu Abu Ahmad
(1990), juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu
2. Intelegensi
Sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak
menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi bagi
sesorang merupakan salah satu modal berfikir dan mengolah berbagai
informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan
(Khayan, 1997).
3. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan tertentu, sehingga sasaran pendidikan itu dapat
berdiri sendiri. Sedangkan menurut (Weed Harry. 1996), menyebutkan
bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh.
4. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memperoleh
pengalaman yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmojo, 2003).
Faktor Eksternal
1. Informasi
Menurut (Wied Harry : 1996), informasi memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang itu mempunyai pendidikan
yang rendah jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media
misalnya: TV, radio atau surat kabar maka hal ini akan meningkatkan
pengetahuan seseorang.
2. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang, lingkungan memberikan pengaruh sosial pertama bagi
sesorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga
seseorang akan memperoleh pengalaman yang berpengaruh pada cara
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Tingkat pengetahuan
pemasangan dan
perawatan kateter
intravena
3.1Skema Kerangka Konsep
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran
atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmojo, 2005).
1. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dari mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara tentang pemasangan terapi intravena mencegah timbulnya flebitis.
2. Mahasiswa keperawatan
Calon perawat yang memiliki ilmu dasar tentang teknik pemasangan terapi
intravena mencegah timbulnya flebitis.
3. Terapi intravena
Terapi yang digunakan dalam proses perawatan kesehatan dengan
memasukkan sejumlah cairan melalui jarum langsung ke tubuh seorang
pasien.
4. Flebitis
Salah satu komplikasi yang terjadi dalam pemasangan kateter intravena
dengan timbulnya tanda peradangan pada dinding vena.
Tabel 3.1 Variabel, Definisi operasional, Alat ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur
Variabel Definisi Operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala Ukur
Pengetahuan Pengetahuan
mahasiswa
keperawatan tentang
pemasangan dan
perawatan kateter
intravena mencegah
flebitis
Kuesioner Baik, apabila menjawab
benar >75%
Sedang, apabila
menjawab
benar 40-75%
Kurang, menjawab
benar <40%
Ordinal
Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan
sistem skoring, yaitu:
- Skor 11 hingga 15 :Baik
- Skor 6 hingga 10 :Sedang
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study yang menggambarkan tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan S1 Universitas Sumatera Utara Semester 2008 angkatan akhir
tentang pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah flebitis.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan
November 2011.
4.2.2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, alasannya karena mahasiswa masih melakukan proses
pembelajaran di tempat ini.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan S1 Universitas
Sumatera Utara semester 2008 angkatan akhir yang masih aktif melakukan proses
pembelajaran di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah seluruh populasi (total populasi) mahasiswa keperawatan
S1 Universitas Sumatera Utara semester 2008 angkatan akhir yang masih aktif
4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari jawaban kuesioner responden
mengenai pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah terjadinya
flebitis.
4.4.2. Data Sekunder
Data senkunder adalah data yang didapatkan dari pihak fakultas
keperawatan Universitas Sumatera Utara yang berhubungan dengan jumlah
mahasiswa keperawatan S1 semester 2008 angkatan akhir yang masih aktif.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik
komputerisasi, menggunakan program komputer SPSS 17.0 (Statistical Product and Service Solutions) dan akan disajikan dalam tabel dan diagram.
SPSS merupakan paket program statistik yang berguna untuk mengolah
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara yang terletak di dalam lingkungan kampus Universitas Sumatera
Utara. Fakultas Keperawatan berada di jalan Prof. Maas 3, dan Universitas
Sumatera Utara berada di Jalan Dr. Mansur No. 9.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Terdapat 59 mahasiswa yang ikut serta dalam penelitian ini. Dari
keseluruhan mahasiswa, gambaran karakteristik yang diamati adalah tingkat
pengetahuan.
5.1.2.1. Tingkat Pengetahuan
Data lengkap mengenai distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
[image:37.595.112.490.527.613.2]mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Mahasiswa berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Jumlah %
Baik 44 74.6
Sedang 15 25.4
Total 59 100.0
Dari tabel 5.1. terlihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa yang
paling banyak ialah baik yakni berjumlah 44 orang (74.6%) dan tingkat
Tabel 5.2. Distribusi Jawaban Mahasiswa
No. Pertanyaan Benar Salah
N % N %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Indikasi pemasangan infus
Definisi intravena
Kondisi dilakukannya terapi intravena
Komplikasi pemasangan infus
Pengertian flebitis
Klasifikasi flebitis
Pengaruh kejadian flebitis
Gejala flebitis
Penyebab flebitis
Radang infeksi bakteri
Tindakan mencegah flebitis
Tindakan keperawatan
Pemilihan kanula
Prosedur pemasangan infus
Perawatan infus 57 49 53 46 34 42 40 56 51 55 41 56 46 58 50 96.6 83,0 89,8 77.9 57.6 71.2 67.7 94.9 86.4 93.2 69.5 94.9 77.9 98.3 84.7 2 10 6 13 25 17 19 3 8 4 18 3 13 1 9 3.4 16.9 10.2 22.0 42.4 28.8 32.2 5.1 13.5 6.8 30.5 5.08 22.0 1.7 15.3
Dari tabel 5.2. di atas terlihat bahwa pertanyaan yang paling banyak benar
ialah pertanyaan keempat belas yakni berjumlah 58 orang (98,3%) dan pertanyaan
kedua belas yakni 56 orang (94,9%). Pertanyaan yang paling banyak salah adalah
pertanyaan kelima yakni 25 orang (42,4%).
5.2. Pembahasan
Pemasangan kateter intravena lazimnya dilakukan dalam penanganan pada
pasien di rumah sakit. Dalam pemasangan kateter intravena dibutuhkan
orang-orang yang sudah terlatih, sebagian besar yang melakukan tindakan pemasangan
terapi intravena di rumah sakit adalah seorang perawat tapi atas perintah seorang
Berdasarkan data diatas pada tabel 5.1. dapat dijelaskan bahwa tingkat
pengetahuan mahasiswa keperawatan dalam pemasangan kateter intravena yaitu
baik sebanyak 44 orang (74,6%).
Menurut data yang diperoleh peneliti, kebanyakan mahasiswa sudah
memiliki pengetahuan dengan kategori baik tetapi masih ada beberapa mahasiswa
yang memiliki pengetahuan dengan kategori sedang yaitu sebanyak 15 orang
(25,4%). Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan
berdasarkan umur, tingkat pendidikan maupun jenis kelamin karena data yang
diperoleh berasal dari responden yang masih dalam kategori umur dan tingkat
pendidikan yang setara.
Menurut penelitian sebelumnya yang meneliti tentang tingkat pengetahuan
perawat dalam memasang dan merawat kateter intravena mencegah timbulnya
flebitis di Ruang Mawar RSUD Mojokerto, dari 15 orang sampel didapat hasil
bahwa tingkat pengetahuan baik sebanyak 9 orang (60%), tingkat pengetahuan
sedang sebanyak 4 orang (27%) dan tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 2
orang (13%) (Sugiarto, 2007).
Pengetahuan dan tindakan dalam melakukan suatu pekerjaan harusnya
sejalan agar mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan. Pengetahuan yang
didapat tersebut harusnya di terapkan sesuai ilmu yang telah di pelajari
sebelumnya (Notoadmojo, 2007).
Selain pengetahuan, sikap dan tindakan juga berpengaruh dalam proses
pelaksanaan pemasangan terapi intravena. Sikap dan tindakan perawat yang
kurang hati-hati, kurang teliti, dan ragu-ragu dalam melakukan pemasangan terapi
intravena bisa menjadi alasan terjadinya kejadian flebitis di rumah sakit. Semakin
baik (hati-hati, teliti, dan tidak ragu-ragu) sikap dan tindakan seorang perawat di
dalam pemasangan terapi intravena akan semakin kecil tingkat kejadian flebitis
pada pasien.
Menurut penelitian sebelumnya yang telah ada tentang kejadian flebitis di
salah satu rumah sakit di Sumatera Utara yaitu Rumah Sakit Haji Medan bahwa
tingkat kejadian flebitis akibat pemasangan terapi intravena cukup tinggi di tahun
(52%) dan yang tidak mengalami flebitis sebanyak 48 orang (48%) (Masdalifa,
2006).
Dari ketiga penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
perawat ataupun calon perawat dan tingkat kejadian flebitis yang cukup tinggi di
rumah sakit tidak sejalan. Pengetahuan perawat dalam pemasangan kateter
intravena mencegah flebitis sudah cukup baik sedangkan angka kejadian flebitis
akibat pemasangan kateter intravena masih cukup tinggi. Hal ini diduga bahwa
perawat yang bekerja di rumah sakit belum begitu memahami dalam melakukan
pemasangan terapi intravena, meskipun pengetahuannya sudah cukup baik tapi
tidak diterapkan dalam melakukan tindakan tersebut. Maka, seharusnya dilakukan
pemantauan lebih khusus lagi dalam sikap dan tindakan seorang perawat
melakukan pemasangan dan perawatan kateter intravena mencegah timbulnya
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah penulis lakukan, kesimpulan yang didapat
adalah:
Mahasiswa mempunyai pengetahuan dengan kategori baik sebesar 74.6%
dan pengetahuan dengan kategori sedang sebesar 25.4% serta tidak ada
mahasiswa yang mempunyai pengetahuan dengan kategori kurang.
6.2. Saran
Walaupun kebanyakan mahasiswa sudah memiliki pengetahuan yang baik,
peneliti menyarankan agar:
1. Masih perlunya ditingkatkan pengetahuan tentang pemasangan dan
perawatan kateter intravena, karena angka kejadian timbulnya komplikasi
dalam pemasangan intravena masih cukup banyak sehingga diharapkan
pengetahuan yang baik dalam melakukan tindakan tersebut untuk
mencegah timbulnya komplikasi.
2. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang pengetahuan
pemasangan terapi itravena mencegah flebitis hendaknya menggunakan
metode penelitian yang lain dengan jumlah sampel yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H.A., 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika, 10-15.
Dougherty, L., 2008. Akses Vena Sentral: Perawatan dan Tata Laksana. Jakarta: Erlangga, 6-21.
Gayatri, D., Handayani, H., 2007. Hubungan Jarak Pemasangan Terapi Intravena Dari Persendian Terhadap Waktu Terjadinya Flebitis. Jurnal Keperawatan Universitas Indonesia, Volume 11, No.1, hal 1-5. Available from:
repository.ui.ac.id/.../6700d2fb60561ed49a0e7b1dc8723c59f6dd9a32.pdf
[accessed 25 Maret 2011]
Johnson, R., Taylor, W., 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC, 321-329.
Masdalifa, 2006. Analisis Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus Terhadap Kejadian Phlebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6809 [accessed
20 Maret 2011].
Notoatmojo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Edisi ke-3. Jakarta: PT.Rineka Cipta, 127-130.
Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 139-142
Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik. Ed-6. Jakarta: EGC, 452-480
Sugiarto, A., 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam (Memasang dan Merawat Infus) Terhadap Kejadian Flebitis di Bapelkes Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Available from: http://skripsi-d-3-perawat.blogspot.com/ [accessed 25 Maret 2011].
Scales, K., 2005, Vascular access: a guide to peripheral venous canulation. Available from: http://www.medifix.org./Files/ivc%20guide%20to%20cannul
ate.pdf [Accessed 20 Maret 2011].
Smith, J., Johnson, J.Y. 2010. Prosedur Klinis Keperawatan. Ed-5. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed-8.Jakarta: EGC. Hal: 909.
Weinstein, S.M., 2001. Terapi Intravena. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ade Indriya
Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Januari 1991
Agama : Islam
Alamat : TASBI blok J No. 12, Medan
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Swasta Bhayangkari Medan (1997-2003)
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan (2003-2006)
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan (2006-2008)
Riwayat Pelatihan : -
Riwayat Organisasi :
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN
Saya yang bernama Ade Indriya adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tentang
Pemasangan Terapi Intravena Mencegah Flebitis”. Penelitian ini dilakukan
sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan
mengajar pada semester ketujuh.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan anda menjadi responden
dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur. Partisipasi anda dalam
penelitian ini bersifat sukarela sehingga anda bebas mengundurkan diri setiap saat
tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan
akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika anda bersedia
menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.
Atas perhatian dan kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini
saya ucapkan terimakasih.
Medan, 2011
Peneliti,
LAMPIRAN 3
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta saya memahami sepenuhnya tentang penelitian,
Judul Penelitian :Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tentang Pemasangan dan Perawatan Kateter Intravena Mencegah Flebitis
Nama Peneliti Utama : ADE INDRIYA
Jenis Penelitian : Deskriptif dengan desain Cross Sectional
Jangka Waktu Penelitian : Oktober-November 2011
Instansi Penelitian : Fakultas Keperawatan USU
Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut secara sukarela sebagai subjek penelitian.
( )
LAMPIRAN 4
KUESIONER PENELITIAN
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan USU Tentang Pemasangan Terapi Intravena Mencegah Flebitis
A. Karakteristik Responden
1. Nomor Responden* :
2. Nama :
3. Umur :
4. Tingkat Pendidikan** :
1. Stambuk 2007
2. Stambuk 2008
Keterangan *)diisi oleh peneliti **)pilih salah satu sesuai status anda
B. Pengetahuan
1. Manakah yang benar dalam indikasi pemasangan infus?
a. Dilakukan atas dasar setia pada pasien yang masuk RS
b. Hanya dilakukan untuk tindakan pengobatan dan atau kepentingan
diagnostik
c. Setiap tindakan saat pasien berobat
2. Manakah yang paling tepat dari definisi Pemasangan kateter intravena?
a. Memasukkan sejumlah cairan ke dalam kulit
b. Memberikan pengobatan dengan sejumlah cairan pada pasien
3. Kondisi apa saja yang menyebabkan dilakukannya pemasangan kateter
intavena pada pasien?
a. Tidak dapat menelan, tidak sadar
b. Dehidrasi, syok
c. A dan B benar
4. Manakah dari dibawah ini yang juga merupakan komplikasi dari pemasangan
infus
a. Infiltrasi
b. Emboli udara
c. A dan B benar
5. Menurut anda apa pengertian flebitis?
a. Flebitis adalah peradangan pada tunika intima vena yang merupakan
komplikasi pada pemberian terapi intravena
b. Flebitis adalah peradangan pada aliran darah vena yang merupakan
komplikasi pada pemberian terapi intravena
c. Flebitis adalah peradangan pada aliran darah arteri yang merupakan
komplikasi pada pemberian terapi intravena
6. Klasifikasi flebitis berdasarkan penyebab yaitu?
a. Flebitis mekanik, kimiawi, bakterial
b. Flebitis mekanik, kimiawi, infeksi
c. Flebitis biologis, mekanik, kimiawi
7. Yang benar dalam mempengaruhi kejadian flebitis adalah
a. Pengenceran obat injeksi yang tidak maksimal terutama antibiotik
b. Fiksasi yang kurang adekwat
8. Tanda-tanda gejala flebitis adalah?
a. Bengkak, tidak ada nyeri
b. Tidak ada bengkak, hanya nyeri
c. Bengkak, kemerahan sepanjang vena, nyeri
9. Manakah yang bisa menyebabkan terjadinya flebitis?
a. Cemas, kebersihan dari pemasangan infus, tetesan infus
b. Cemas, penusukan jarum
c. Gugup fiksasi
10.Merupakan radang pada vena yang berkaitan dengan infeksi bakteri adalah?
a.Flebitis mekanik
b.Flebitis bakteri
c.Flebitis kimiawi
11.Yang salah dalam tindakan keperawatan untuk mencegah flebitis adalah?
a. Memberikan kanula yang lebih besar dari vena
b. Melakukan teknik insersi kanula secara benar
c. Melakukan pemilihan lokasi secara benar dan pemilihan kanula yang tepat
memperbaiki stabilisasi kanula
12.Yang benar dalam tindakan keperawatan adalah?
a. Tidak perlu menggunakan sarung tangan, hanya mencuci tangan saja
b. Membersihkan dan ganti balutan infus setiap lebih 48 jam
c. Menggunakan kasa dan sarung tangan bersih, melakukan persiapan area
dengan teknik aseptik dan antisepti
13.Yang benar tentang pemilihan kanula untuk infus perifer?
a.Kanula plastik boleh digunakan untuk infus secara rutin, pemasangan tidak
boleh >48-72 jam
b.Kanula plastik boleh digunakan untuk infus secara rutin, pemasangan
c.Kanula plastik boleh digunakan untuk infus secara rutin, pemasangan 24
jam
14.Prosedur yang salah setelah pemasangan infus?
a. Menutup dengan kasa steril
b. Tidak perlu mencantumkan tanggal pemasangan
c. Perlu mencantumkan tanggal pemasangan
15.Perawatan terhadap infus di bawah ini benar, kecuali?
a. Tempat tusukan hanya diperiksa dalam waktu 1 minggu sekali
b. Tempat tusukan diperiksa setiap hari hanya dengan cara meraba daerah
vena tersebut
Lampiran 5
jenis kelamin sampel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki laki 6 10.2 10.2 10.2
perempuan 53 89.8 89.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
umur sampel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20 3 5.1 5.1 5.1
21 46 78.0 78.0 83.1
22 10 16.9 16.9 100.0
Total 59 100.0 100.0
Interpretasi Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sedang 15 25.4 25.4 25.4
Baik 44 74.6 74.6 100.0
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 7.35 27.713 .839 .938
P2 7.30 27.800 .817 .938
P3 7.35 27.713 .839 .938
P4 7.35 28.134 .755 .940
P5 7.10 30.095 .420 .947
P6 7.30 27.800 .817 .938
P7 7.35 28.134 .755 .940
P8 7.30 28.326 .713 .941
P9 7.10 30.095 .420 .947
P11 7.30 28.326 .713 .941
P12 7.30 27.800 .817 .938
P13 7.25 29.039 .579 .944
P16 7.30 27.800 .817 .938
P19 7.30 28.326 .713 .941
DATA INDUK
Nama Usia
Jenis
Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Ptotal Katego
YMD 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik
FRS 21 perempuan 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 10 Sedan ENS 21 perempuan 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik CHR 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik SEM 21 laki laki 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik ELH 20 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik ISM 21 perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik NVT 22 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik ESS 21 perempuan 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik JRP 22 perempuan 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 11 Sedan DS0 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 10 Sedan
HEB 21 perempuan 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 10 Sedan
DSN 22 perempuan 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 Baik TLN 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik EMS 21 perempuan 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik RTM 21 perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik AGS 22 laki laki 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik
DLU 20 perempuan 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9 Sedan
TTP 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
DNA 21 perempuan 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 8 Sedan
SDR 21 perempuan 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 9 Sedan
WNR 21 laki laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Baik
NPS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik SOS 21 perempuan 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Baik LMR 21 perempuan 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik
MDS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 8 Sedan
DPS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik MLT 22 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 Baik SDS 21 perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 Baik ANG 21 laki laki 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik
DVA 21 perempuan 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Sedan
ELV 21 perempuan 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik IRM 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik CTI 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik SEN 22 perempuan 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik NRL 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik MLU 21 perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik AIS 21 perempuan 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedan
NHZ 21 perempuan 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedan
RAH 22 perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik EST 21 perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 Baik ELV 22 perempuan 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sedan
IKS 21 perempuan 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 7 Sedan