ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
YUSLIZAR USMAN
087018066/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
S
EK O L
A
H
P A
S C
A S A R JA N
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
YUSLIZAR USMAN
087018066/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Yuslizar Usman
Nomor Pokok : 087018066
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui, Komisi Pembimbing:
(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) Ketua
(Prof. Dr. Ramli, M.S) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 11 Februari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Murni Daulay, SE. M.Si
Anggota : 1. Prof. Dr. Ramli, M.S
2. Dr. Rahmanta, M.Si
3. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul: “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
EKONOMI KOTA MEDAN”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh
siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 11 Februari 2011 Yang membuat pernyataan,
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN
Yuslizar Usman, Dr. Murni Daulay, SE. M.Si dan Prof. Dr. Ramli, M.S
ABSTRAK
Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa, salah satu indikator yang paling sering untuk menilai pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Kota Medan juga berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, Tenaga Kerja sebagai variabel bebas dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel terikat. Data penelitian diestimasi dengan menggunakan regresi linier berganda dengan memakai metode
Ordinary Least Square.
Hasil Penelitian menunjukkan Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, Tenaga Kerja memiliki pengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi kota Medan secara serempak. Secara parsial Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, dan Tenaga Kerja, berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, dengan Konsumsi Rumah Tangga yang memiliki pengaruh paling dominan.
ANALYZE OF FACTORS ECONOMIC DEVELOPMENT INFLUENCE AT MEDAN CITY
Yuslizar Usman, Dr. Murni Daulay, SE. M.Si and Prof. Dr. Ramli, M.S
ABSTRACT
Economic development is a way to increase the standard living level of one country, one of the indicators to measure the economic development is economic growth. Medan is also trying to increase its economic growth.
This research used Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s
Price Index, Capital Expenditure, Man Power as independent variables and Economic Growth as dependent variable. Data was estimated using multiple linier regression and Ordinary Least Square method.
The result showed Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s
Price Index, Capital Expenditure, Man Power had positive impact on Economic
Growth simultaneously, and partially. Consumer’s Price Index had the most impact
on Economic Growth, partially.
Keywords: Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s Price Index,
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur terhadap Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir penyusunan tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian
yang dilakukan penulis adalah: “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.
Selama melakukan penulisan tesis penulis banyak memperoleh bantuan moril
dan materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Magister
Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan
selaku Pembanding I atas arahan dan bimbingannya selama masa perkuliahan dan
4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, dan Bapak Prof. Dr. Ramli, M.S selaku
Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan hingga
selesainya tesis ini.
5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si, Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si, dan Drs. Rujiman,
M.A selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan-masukan demi
penyempurnaan tesis ini.
6. Seluruh Staf Pengajar Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
7. Orang tua penulis, (Alm) H. Usman Yasin dan Hj. Siti Aidar yang memberikan
perhatian, motivasi, saran serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini.
8. Khusus kepada Suami penulis H. Armen Yuni Nst. SE yang selama penulisan ini
banyak membantu dan memberi semangat, penulis ucapkan terima kasih, dan
putra dan putri penulis, M. Aris Fitrah Nst, Dewi Meilindatari Nst, dan Nurfairuz
Diba Nst. Terima kasih atas motivasi yang telah diberikan.
9. Rekan-rekan mahasiswa atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca. Semoga Allah
SWT memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita. Amin.
Medan, Februari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Yuslizar Usman
2. Agama : Islam
3. Tempat/Tgl. Lahir : Tebing Tinggi, 14 November 1963
4. Pekerjaan : PNS Pemko Medan
5. Nama Orang Tua
Ayah : (Alm) H. Usman Yasin
Ibu : Hj. Siti Aidar
6. Pendidikan
a. SD. Negeri No. 2 Binjai : Lulus Tahun 1975
b. SMP. Negeri 2 Binjai : Lulus Tahun 1979
c. SMA Negeri 2 Binjai : Lulus Tahun 1982
d. Fakultas Ekonomi UDA : Lulus Tahun 1988
e. Fakultas Sastra USU : Lulus Tahun 1995
f. Program Studi Ekonomi Pembangunan
DAFTAR ISI
1.2 Perumusan Masalah Penelitian……….. 5
1.3 Tujuan Penelitian………... 5
2.6.1 Konsep Tenaga Kerja/Penduduk Usia Kerja (PUK)... 23
2.6.2 Angkatan Kerja... 24
2.7 Penelitian Terdahulu………... 25
2.8 Kerangka Pemikiran………... 27
2.9 Hipotesis Penelitian………... 27
BAB III METODE PENELITIAN……… 29
3.4.3 Uji F-statistik atau Uji Serempak……… 31
4.1.1 Indikator Makro Ekonomi Pembangunan Kota Medan...… 35
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan PDRB Harga Konstan 2000
(Milyar Rupiah)... 38
4.2. Perkembangan Investasi Asing di Kota Medan 1991-2008 dalam Milyar Rupiah... 39
4.3. Perkembangan PMDN Kota Medan dalam Milyar Rupiah... 42
4.4. Konsumsi Rumah Tangga Kota Medan Periode 1991-2008 dalam Ribu Rupiah... 48
4.5. Belanja Modal Kota Medan 1991-2008 dalam Milyar Rupiah... 49
4.6. Perkembangan Tenaga Kerja Medan 1991-2008 dalam Satuan Jiwa... 52
4.7. Hasil Estimasi Model Penelitian... 54
4.8. Uji Heteroskedastisitas... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran……….. 27
4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan 1991-2008... 38
4.2. Perkembangan Investasi Asing di Kota Medan 1991-2008... 41
4.3. Perkembangan PMDN di Kota Medan 1991-2008... 44
4.4. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Kota Medan 1991-2008 . 47 4.5. Perkembangan Belanja Modal Kota Medan 1991-2008... 50
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN
Yuslizar Usman, Dr. Murni Daulay, SE. M.Si dan Prof. Dr. Ramli, M.S
ABSTRAK
Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa, salah satu indikator yang paling sering untuk menilai pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Kota Medan juga berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, Tenaga Kerja sebagai variabel bebas dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel terikat. Data penelitian diestimasi dengan menggunakan regresi linier berganda dengan memakai metode
Ordinary Least Square.
Hasil Penelitian menunjukkan Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, Tenaga Kerja memiliki pengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi kota Medan secara serempak. Secara parsial Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, dan Tenaga Kerja, berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, dengan Konsumsi Rumah Tangga yang memiliki pengaruh paling dominan.
ANALYZE OF FACTORS ECONOMIC DEVELOPMENT INFLUENCE AT MEDAN CITY
Yuslizar Usman, Dr. Murni Daulay, SE. M.Si and Prof. Dr. Ramli, M.S
ABSTRACT
Economic development is a way to increase the standard living level of one country, one of the indicators to measure the economic development is economic growth. Medan is also trying to increase its economic growth.
This research used Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s
Price Index, Capital Expenditure, Man Power as independent variables and Economic Growth as dependent variable. Data was estimated using multiple linier regression and Ordinary Least Square method.
The result showed Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s
Price Index, Capital Expenditure, Man Power had positive impact on Economic
Growth simultaneously, and partially. Consumer’s Price Index had the most impact
on Economic Growth, partially.
Keywords: Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s Price Index,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum
berkembang dengan jalan capital investment dan human investment dan bertujuan
untuk meningkatkan kemakmuran penduduk atau income per kapita. Pembangunan
ekonomi juga merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa
yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan perkapita riil. Oleh
karena itu tujuan pembangunan ekonomi di samping untuk meningkatkan pendapatan
nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan ekonomi dapat
memberikan kepada manusia kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam
sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu
tindakan tertentu.
Pemberlakuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pelimpahan
sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan
urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional negara Republik
Indonesia dan pemberlakuan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, diharapkan
bisa memotifasi peningkatan kreativitas dan inisiatif untuk lebih menggali dan
dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan terarah agar pembangunan di setiap daerah
dapat benar-benar sesuai dengan prioritas dan potensi daerah.
Kegiatan pembangunan nasional tidak lepas dari peran seluruh Pemerintah
daerah yang telah berhasil memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di daerah
masing-masing dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Sebagai upaya
memperbesar peran dan kemampuan daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah
dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan operasional rumah tangga.
Pemerintah daerah memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di daerah
itu dan dituntut untuk bisa lebih mandiri. Terlebih dengan diberlakukannya otonomi
daerah, maka pemerintah daerah harus bisa mengoptimalkan pemberdayaan semua
potensi yang dimiliki dan perlu diingat bahwa pemerintah daerah tingkat satu tidak
boleh terlalu mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat seperti pada tahun-tahun
sebelumnya.
Belanja Modal (BM) merupakan belanja yang dipergunakan untuk jangka
waktu lebih dari satu tahun atau disebut jangka panjang untuk mendapatkan aset tetap
pemerintah daerah, yakni: peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya
dengan cara membeli yang umumnya dilakukan dengan proses lelang atau tender
yang cukup rumit (Halim dan Abdullah, 2006).
Belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga digunakan
diantaranya untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur di dalam sektor
pendidikan, kesehatan dan transportasi sehingga masyarakat pun turut menikmati
dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas di berbagai sektor tersebut, produktivitas
masyarakat pun menjadi semakin tinggi dan pada akhirnya terjadi peningkatan
pertumbuhan ekonomi (Harianto dan Adi, 2007). Seperti yang dikemukakan juga
oleh Lin dan Liu (2000) bahwa pemerintah perlu untuk meningkatkan investasi
modal guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Tetapi otonomi daerah yang saat ini sudah berjalan di tiap kabupaten dan kota
di Indonesia tetap menimbulkan persoalan baru, karena ternyata potensi fiskal
pemerintah daerah yang satu dengan daerah yang lainnya masih sangat beragam. Hal
ini disebabkan oleh kesiapan fiskal dari masing-masing daerah yang berbeda-beda
dalam pelaksanaan otonomi daerah (Nordiawan, 2006). Perbedaan yang terjadi ini
akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula. Hal ini disebabkan
karena dengan adanya peningkatan PAD, maka dana yang dimiliki oleh pemerintah
daerah tersebut akan lebih tinggi, sehingga pemerintah daerah akan berinisiatif untuk
lebih menggali potensi-potensi daerah dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi (Harianto dan Adi, 2007).
Pembangunan daerah secara menyeluruh dan berkesinambungan akan lebih
sulit dilakukan pemerintah daerah apabila tanpa adanya dukungan dari pihak swasta.
Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah daerah perlu membuat kebijakan yang
mendukung penanaman modal yang saling menguntungkan baik bagi pemerintah
daerah, pihak swasta maupun terhadap masyarakat daerah. Tumbuhnya iklim
investasi yang sehat dan kompetitif diharapkan akan memacu perkembangan investasi
Modal pembangunan yang penting selain keuangan daerah dan investasi
adalah sumber daya manusia. Partisipasi aktif dari seluruh masyarakat akan
mempercepat pembangunan daerah karena rasa kepemilikan yang lebih besar
terhadap daerah. Hasil yang dicapai dalam pembangunan juga akan lebih cepat
dirasakan untuk daerah sendiri sehingga nantinya dapat erangsang kesadaran
masyarakat membangun wilayah lokal masing-masing. Untuk mendukung
pelaksanaan pembangunan memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas
di samping terpenuhinya kuantitas permintaan tenaga kerja.
Pembangunan daerah diharapkan akan membuka lapangan pekerjaan baru
yang sesuai dengan kemampuan daerah untuk menyerap tenaga kerja lokal untuk
kepentingan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Penggalian pendapatan daerah, peningkatan peran serta swasta dan
peningkatan partisipasi tenaga kerja lokal sebagai modal pembangunan daerah
diharapkan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan daerah. Pemerintah
daerah harus melaksanakan pendekatan perencanaan pembangunan daerah dari
bawah ke atas (bottom up) agar pembangunan yang dilaksanakan daerah merupakan
keinginan bersama dan sesuai dengan potensi yang ada agar kesinambungan
pembangunan dapat tercapai.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tingkat investasi, pendapatan asli
daerah, belanja modal dan tenaga kerja mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Apabila nilai dari masing-masing variabel meningkat maka peningkatan
penurunan dari variabel-variabel tersebut penurunan juga terjadi terhadap PDRB, dari
fenomena tersebut di atas maka perlu adanya suatu penelitian yang diharapkan dapat
memberikan rekomendasi demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Hal ini yang
melatarbelakangi penelitian dengan judul “Analisis Faktor faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi kota Medan”.
1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka ada rumusan masalah yang dapal diambil
sebagai kajian dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Apakah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT), Belanja Modal (BM), dan Tenaga
Kerja (TK) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan secara
serempak?
2. Apakah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT), Belanja Modal (BM), dan Tenaga
Kerja (TK) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan secara
parsial?
1.3. Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis Apakah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman
Modal (BM), dan Tenaga Kerja (TK) berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kota Medan secara serempak.
2. Untuk menganalisis apakah Apakah Penanaman Modal Asing (PMA),
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT),
Belanja Modal (BM), dan Tenaga Kerja (TK) berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan secara parsial.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan kelak berguna bagi:
1. Pemerintah atau pembuat Kebijakan, sebagai masukan dalam hal membuat
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan Pertumbuhan Ekonomi.
2. Peneliti/akademisi lainnya, sebagai masukan/rujukan dalam melakukan
penelitian lain yang berhubungan dengan tingkat investasi PMA/PMDN,
konsumsi rumah tangga, belanja modal, tenaga kerja dan pertumbuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian akan
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena
pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oIeh
masyarakat (Basri, 2002), dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan
pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari pada tahun
sebelumnya. Dengan kata lain perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika
pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil
masyarakat pada tahun sebelumnya (Basri, 2002).
Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada
menggunakan data Produk Domestik Bruto (GDP) atau pendapatan atau nilai akhir
pasar (total market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and
services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu
(biasanya satu tahun).
Kuznets dalam Hariyanto (2005) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara dalam
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya;
kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian
kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.
2.1.1. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain:
2.1.1.1. Teori pertumbuhan klasik
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John
Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta
teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh
pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas
tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Teori yang
menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk
disebut dengan teori penduduk optimal.
Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan
hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi
yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa pada
keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.
Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal.
Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah
penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan
menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi (Ricardo dalam Hariani, 2008).
2.1.1.2. Teori pertumbuhan Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Harrod
(1948) di Inggris dan Domar (1957) di Amerika Serikat. Diantara mereka
menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama,
sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori
Harrod-Damar. Teori ini melengkapi teori Keynes, di mana Keynes melihatnya dalam jangka
pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-Damar melihatnya dalam jangka penjang
(kondisi dinamis). Teori Harrod-Damar didasarkan pada asumsi:
1. Perekonomian bersifat tertutup.
2. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.
3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to
scale).
4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan
Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat mencapai
pertumbuhan yang kuat (steady growth) dalam jangka panjang. Asumsi yang
dimaksud di sini adalah kondisi di mana barang modal telah mencapai kapasitas
penuh, tabungan memiliki proporsional yang ideal dengan tingkat pendapatan
nasional, rasio antara modal dengan produksi (Capital Output Ratio/COR) tetap
perekonomian terdiri dari dua sektor (y = C + I).
Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis
dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh
kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi
syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut:
g = K = n
Di mana:
g : Growth (tingkat pertumbuhan output)
K : Capital (tingkat pertumbuhan modal)
n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Harrod-Domar dalam Hariani (2008) teorinya berdasarkan mekanisme pasar
tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa
pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan
2.1.1.3. Teori pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow (1970) dan Swan
(1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi
kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.
Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur
kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow, dan Swan menggunakan
model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan
tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang
baik dalam model Solow Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi
antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio
modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.
Solow-Swan dalam Hariani (2008) melihat bahwa dalam banyak hal,
mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu
terlalu banyak mencampuri/mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya
sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari
tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan
peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan
teknik, sehingga produktivitas kapital meningkat. Dalam model tersebut, masalah
teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.
Teori Neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi
selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna,
kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan
termasuk perpindahan orang, barang, dan modal. Harus dijamin kelancaran arus
barang, modal, tenaga kerja, dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus
diusahakan, terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Hal khusus yang perlu dicatat adalah
bahwa model neoklasik mengasumsikan I=S. Hal ini berarti kebiasaan masyarakat
yang suka memegang uang tunai dalam jumlah besar dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi.
Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya
suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat saving
yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.
2.1.1.4. Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan
mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha
(entrepreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani
mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada.
Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja
tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.
Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi
tersebut maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi.
selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk menghasilkan
lebih banyak lagi sehingga produksi agregat akan bertambah.
Maka menurut Schumpeter dalam Hariani (2008) penanaman modal atau
investasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni penanaman modal otonomi
(autonomous investment) yakni penanaman modal untuk melakukan inovasi. Jenis
investasi kedua yaitu penanaman modal terpengaruh (induced investment) yakni
penanaman modal yang timbul sebagai akibat kegiatan ekonomi setelah munculnya
inovasi tersebut.
Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu
perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk melakukan inovasi semakin
berkurang, hal ini disebabkan oleh karena masyarakat telah merasa mencukupi
kebutuhannya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat
jalannya dan pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang (stationery
state). Namun keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan
pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu
dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan dalam pandangan
klasik, keadaan tidak berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada
kondisi tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.
2.1.1.5. Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi
Teori ini dimunculkan oleh Rostow yang memberikan lima tahap dalam
pertumbuhan ekonomi. Analisis ini didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan
dalam corak kegiatan ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan hubungan sosial
dalam suatu masyarakat dan negara.
Rostow dalam Hariani (2008) menyebutkan tahapan tersebut yakni:
1. Tahap masyarakat tradisionil.
2. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas.
3. Tahap tinggal landas.
4. Tahap gerak menuju kematangan.
5. Tahap era konsumsi tinggi secara massa.
2.1.2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor
ekonomi dan faktor non ekonomi (Todaro, 2000).
a. Faktor Ekonomi
Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang
mempengaruhi pertumbuhan, jatuh atau bangunnya perekonomian adalah
konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut.
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah
sumber daya alam atau tanah. Tanah sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi
mencakup sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya,
kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam
pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber daya alam secara melimpah merupakan
Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi.
Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal
atau pembentukan modal. Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk
barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan
pendapatan nasional.
Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi
berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi. Organisasi
bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan
produktivitasnya. Dalam ekonomi modern para wiraswastawan tampil sebagai
organisator dan pengambil resiko dalam ketidakpastian.
Perubahan teknologi dianggap sebagai sektor paling penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode
produksi yang telah menaikkan produktivitas buruh, modal, dan sektor produksi lain.
Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas.
Keduanya membawa perekonomian kearah ekonomi skala besar yang selanjutnya
membantu perkembangan industri.
b. Faktor Non Ekonomi
Faktor non ekonomi bersama sektor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan
perekonomian. Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Misalnya saja pendidikan dan kebudayaan barat yang menanamkan semangat yang
menghasilkan berbagai penemuan baru, juga merubah cara pandang, harapan,
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan
ekonomi, baik jumlah dan efisiensi mereka. Faktor politik dan administratif yang
kokoh juga membantu pertumbuhan ekonomi modern.
2.2. Penanaman Modal Asing
Penanaman Modal Asing merupakan usaha yang dilakukan pihak asing dalam
rangka menanamkan modalnya di suatu negara dengan tujuan untuk menciptakan
suatu produksi. Penanaman Modal Asing terbagi atas 2 yaitu:
1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment). FDI
langsung dilakukan oleh pihak asing atau dapat dikatakan sebagai investasi
perusahaan secara penuh, di mana pengelolaan baik manajemen ataupun
sebagian tenaga kerja ditentukan oleh pihak asing. Jenis penanaman modal
asing ini biasanya dilakukan oleh prusahaan raksasa yang tergabung dalam
Multi National Country yaitu perusahaan yang memiliki dan mengendalikan
berbagai kegiatan produktif dilebih dari satu negara. Penanaman modal secara
langsung meliputi transfer modal ataupun pendirian pabrik dan biasanya
menggunakan teknik teknik produksi asal investor, jasa manajerial, pemasaran
dan iklan yang ditentukan oleh penanam modal asing tersebut. Investasi Asing
Langsung berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara de
facto dan de jure melakukan pengawasa atas aset yang ditanam di negara
di mana penanam modal menginvestasikan modalnya, dengan cara investasi
pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor modal,
pembentukan satu perusahaan investo memiliki saham mayoritas,
pembentukan suatu perusahaan di negara pengimpor hanya dibiayai oleh
perusahaan perusahaan yang terletak di negara investor untuk secara khusus
di negara lain, atau menaruh aset tetap di negara lain oleh perusahaan dari
negara investor.
2. Joint Venture (JV). JV merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh
dua atau lebih pihak yang merupakan badan hukum di mana masing masing
pihak memasukkan sejumlah modal tertentu, dengan pembagian resiko dan
keuntungan berdasarkan proporsi modal tersebut. Jadi JV merupakan
kerjasama antara pemilik modal asing dengan modal nasional. Tentang
pengelolalaan perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dan dengan
memperhatikan ketentuan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah,
investor asing dapat hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen
dan pengelalaan perusahaan dan tenaga kerja.
2.3. Penanaman Modal Dalam Negeri
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri (Pasal 1,
Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk:
1. Penanaman modal dalam negeri langsung (Domestic Direct Investment), yaitu
penanaman modal oleh pemilik modal itu sendiri.
2. Penanaman modal dalam negeri tidak langsung (Domestic Indirect
Investment), yaitu melalui pembelian obligasi, surat surat kertas
perbendaharaan negara, emisi smisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan
oleh perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang
kurangnya satu tahun.
2.4. Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk
memuaskan keinginan memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga ialah belanja yang dilakukan oleh rumah tangga
untuk membeli berbagai kebutuhan dalam satu tahun tertentu.
Konsumsi rumah tangga meliputi semua pengeluaran barang dan jasa (baik
barang tahan lama maupun barang tidak tahan lama) dikurangi hasil penjualan netto
(penjualan dikurangi pembelian) barang-barang bekas atau tidak terpakai yang
dilakukan oleh suatu rumah tangga. Selain untuk pengeluaran untuk bahan makanan,
minuman, pakaian, bahan bakar dan jasa-jasa, termasuk juga barang yang tidak
adanya (tidak diproduksi kembali seperti karya seni, barang antik dan lain-lain).
Pendapatan rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membeli
rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhannya. Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga
digolongkan sebagai konsumsi (rumah tangga). Kegiatan rumah tangga untuk
membeli rumah digolongkan sebagai investasi (Supriana, 2008).
Konsep yang dipakai dalam perhitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga
adalah:
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada wilayah domestik
region.
2. Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada rumah-rumah
penduduk suatu region.
Pengertian konsep Pertama adalah pengeluaran oleh anggota rumah tangga
di suatu region, tidak terkecuali oleh penduduk atau bukan penduduk region tersebut.
Sehingga dalam hal ini semua pengeluaran oleh rumah tangga staf kedutaan asing,
staf perwakilan daerah, anggota militer dan lain-lain berada di suatu wilayah, serta
pengeluaran turis asing adalah pengeluaran rumah tangga dalam wilayah domestik
regional tersebut.
Pengertian kedua pengeluaran konsumsi pemerintah dalam wilayah domestik
dengan pembelian langsung oleh rumah tangga penduduk di luar region, dikurangi
dengan pengeluaran rumah tangga bukan penduduk yang dilakukan oleh wilayah
2.5. Belanja Modal
Belanja Modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya lebih
dari satu tahun anggaran yang akan menambah aset atau kekayaan daerah (Halim,
2004). Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 02 menyatakan belanja modal adalah
belanja yang dikeluarkan dalam rangka membeli dan atau mengadakan barang modal
(Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005). Selanjutnya di dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 belanja modal adalah sebagai
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian atau pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan (Republik Indonesia,
2006). Jadi dapat disimpulkan belanja dapat dikategorikan sebagai belanja modal
jika:
a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset
lainnya yang dengan demikian menambah aset pemerintah.
b. Aset tetap atau aset lainnya tersebut mempunyai nilai manfaat jangka panjang
(lebih dari satu tahun).
c. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
Belanja Modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah
daerah, yakni: peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara
teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan cara
membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lain, dan membeli. Namun,
dilakukan dengan proses lelang atau tender yang cukup rumit (Abdullah dan Halim,
2006).
Alokasi belanja modal di dasarkan pada kebutuhan, hal ini mengandung arti
bahwa tidak semua satuan kerja atau unit organisasi di pemerintahan daerah
melaksanakan kegiatan atau proyek pengadaan aset tetap. Sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) masing-masing satuan kerja, ada satuan kerja yang memberikan
pelayanan kepada publik berupa penyediaan sarana dan prasarana fisik, seperti
fasilitas pendidikan (gedung sekolah, peralatan laboratorium, mobiler), kesehatan
(rumah sakit, peralatan kedokteran, mobil ambulans), jalan raya, dan jembatan,
sementara satuan kerja lain hanya memberikan pelayanan jasa langsung berupa
pelayanan administrasi (catatan sipil, pembuatan kartu identitas kependudukan),
pengamanan, pemberdayaan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan pendidikan.
Belanja modal mencakup jenis belanja berdasarkan Kepmendagri No.
29/2002; Permendagri No. 13/2006; PP No. 24/2005 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Tanah.
b. Belanja Peralatan dan Mesin.
c. Belanja Gedung dan Bangunan.
d. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan.
e. Belanja Aset Tetap Lainnya.
Belanja ini diperinci sebagai berikut:
a. Belanja Modal Tanah.
b. Belanja Modal Jalan dan Jembatan.
c. Belanja Modal Bangunan Air (Irigasi).
d. Belanja Modal Instalasi.
e. Belanja Modal Jaringan.
f. Belanja Modal Bangunan Gedung.
g. Belanja Modal Monumen.
h. Belanja Modal Alat-alat Besar.
i. Belanja Modal Alat-alat Angkutan.
j. Belanja Modal Alat-alat Bengkel.
k. Belanja Modal Alat-alat Pertanian.
l. Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga.
m. Belanja Modal Alat-alat Studio dan Alat-alat Komunikasi.
n. Belanja Modal Alat-alat Kedokteran.
o. Belanja Modal Alat-alat Laboratorium.
p. Belanja Modal Buku atau Perpustakaan.
q. Belanja Modal Barang Bercorak Kesenian, Kebudayaan.
r. Belanja Modal Hewan, Ternak, serta Tanaman.
2.6. Tenaga Kerja
2.6.1. Konsep Tenaga Kerja/Penduduk Usia Kerja (PUK)
Pengertian tenaga kerja sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
pengelompokan penduduk usia kerja, karena kebanyakan pengertian tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batasan umur, jadi penduduk usia kerja
dapat disebut sebagai tenaga kerja (Suroto, 2003). Pengertian tenaga kerja dikaitkan
dengan asal katanya adalah tenaga yang berarti potensi atau kapasitas untuk
menimbulkan gerak atau perubahan tempat suatu masa, dan kerja yang berarti
banyaknya tenaga yang dikeluarkan dalam suatu kurun waktu untuk menghasilkan
sesuatu. Dengan demikian tenaga kerja berarti kemampuan manusia untuk
mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa, baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain (Setianingrum, 2008).
Pengertian penduduk usia kerja dari masing-masing negara berbeda-beda.
India menggunakan batasan umur 14 sampai 60 tahun. Jadi penduduk yang termasuk
usia kerja adalah mereka yang berusia 14 sampai 60 tahun, sedangkan mereka yang
berumur di bawah 14 atau di atas 60 tahun tidak digolongkan sebagai penduduk usia
kerja. Amerika Serikat pada awalnya menggunakan batasan umur minimum 14 tahun
tanpa batas umur maksimum, kemudian sejak tahun 1967 batas umur minimum
dinaikkan menjadi 16 tahun. Jadi penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia
16 tahun keatas, sedangkan penduduk yang berusia di bawah 16 tahun tidak termasuk
penduduk yang termasuk usia kerja adalah penduduk yang usianya antara 15 sampai
64 tahun (Simanjuntak, 2005).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Indonesia mengelompokkan penduduk yang termasuk usia kerja
adalah penduduk yang berumur minimal 15 sampai dengan 65 tahun.
2.6.2. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang
mempunyai pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan. Atau dengan kata lain
angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan
pekerjaan tapi secara aktif atau pasif mencari suatu pekerjaan. Kata “mampu” di sini
menunjuk pada 3 hal. Pertama, mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani sudah
cukup kuat. Kedua, mampu mental, yaitu mempunyai mental sehat. Ketiga, secara
yuridis cukup mampu dan tidak kehilangan. Kebebasan untuk memilih dan
melakukan pekerjaan.
Sedangkan kata “berada” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif,
maupun secara pasif mencari pekerjaan. Di sini tidak ada unsur paksaan dan adanya
adalah kebebasan pribadi untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
telah banyak dilakukan antara lain:
Hanum (2004) dengan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) selama kurun
waktu tahun 1981-2001. Variabel independen dalam penelitian ini adalah adalah
kesempatan kerja, penanaman modal, pengeluaran pemerintah, dan ekspor.
Penelitian ini menemukan bahwa keseluruhan variabel independen yang dipilih
mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi Provinsi NAD sebesar 89,62
persen dan sisanya sebesar 10,38 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar
penelitian ini. Analisa secara serentak (simultan) musing-musing variabel independen
memberi pengaruh yang sangat signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen.
Analisis secara parsial menunjukkan hanya variabel pengeluaran daerah dan investasi
yang memberi pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi NAD.
Sedangkan kesempatan kerja dan ekspor tidak memberikan pengaruh yang berarti.
Dobronogov dan Iqbal (2005) dalam penelitian yang berjudul Economic
Growth in Egypt: Constraints and Determinants, penelitian bertujuan untuk
mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hambatan ekonomi
Mesir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah, kredit kepada
yang signifikan terhadap pertumbuhan Mesir, sedangkan yang menjadi penghambat
bagi pertumbuhan ekonomi adalah intermediasi keungan yang tidak efisien.
Bachtiar, (2005) dalam penelitian yang berjudul Analisis Pertumbuhan
Ekonomi di Kota Pasuruan, penelitian ini menganalisis tentang pertumbuhan
ekonomi di Kota Pasuruan selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan 2004.
Hasil penelitian untuk pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Pasuruan
selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 mengalami kenaikan dari
tahun ke tahunnya. Alokasi tenaga kerja paling tinggi terdapat pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang berkisar antara 30,01% sampai 30,10%,
sedangkan alokasi tenaga kerja paling rendah adalah pada sektor pertambangan dan
penggalian yang menyerap tenaga kerja secara konstan sebesar 0,33% dari jumlah
tenaga kerja yang ada di Kota Pasuruan. Pengaruh alokasi tenaga kerja pada tiap
sektor ekonomi terhadap jumlah nilai Produk Domestik Regional Bruto sektor-sektor
ekonomi di Kota Pasuruan adalah signifikan.
Laili (2007) dalam penelitian yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi DIY Tahun 1990-2004, bertujuan untuk
menganalisis pengaruh dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Ekspor,
Pariwisata, dan Jumlah Perusahaan di Sektor Industri terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di DIY tahun 1990 – 2004. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Ekspor, Pariwisata, Jumlah Perusahaan
2.8. Kerangka Pemikiran
Besarnya pertumbuhan ekonomi Kota Medan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri,
Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, dan Tenaga Kerja.
Hubungan antara Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri,
Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, dan Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan
Ekonomi Kota Medan dapat digambarkan pada bagan berikut ini:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
2.9. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut:
3. Secara serempak, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT), Belanja Modal (BM), dan
Tenaga Kerja (TK) memiliki pengaruh positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kota Medan. PMA
Konsumsi RT PMDN
Belanja Modal
Pertumbuhan Ekonomi
4. Secara parsial, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT), Belanja Modal (BM) dan
Tenaga Kerja (TK) memiliki pengaruh positif terhadap Pertumbuhan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan
menguji hipotesa penelitian. Dalam penelitian ini digunakan cara sebagai berikut:
3.1. Jenis Variabel
Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian adalah variabel Penanaman
Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja
Modal, Tenaga Kerja, dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan.
3.2 Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mulai
dari tahun 1991-2008 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Utara dan berbagai sumber lainnya yang relevan seperti jurnal, internet, buletin, buku,
dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
3.3. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan periode tahun 1991-2008, dengan menggunakan
Regresi linear berganda dibantu dengan menggunakan software eviews 5.1, adapun
fungsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
PDRB = f { PMA, PMDN, KRT, BM, TK } ... (1)
Selanjutnya dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika sebagai berikut:
Di mana:
PDRB = Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan (Persen)
PMA = Penanaman Modal Asing di Kota Medan (Milyar Rupiah)
PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri (Milyar Rupiah)
KRT = Konsumsi Rumah Tangga (Rp/Tahun)
BM = Belanja Modal (Milyar Rupiah)
TK = Tenaga Kerja (jiwa)
á1 - á3 = Koefisien Regresi
á0 = Intercept
å = Error Term
3.4. Pengujian Statistik
3.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan variabel-variabel
bebas menerangkan variabel tidak bebas pada model secara bersama-sama.
30
Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin besar nilai R2, maka
semakin besar pula kemampuan variabel-variabel bebas menerangkan variabel tidak
bebas.
3.4.2. Uji t-statistik atau Uji Parsial
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam
model secara terpisah mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas
untuk tingkat kepercayaan = dan df = n-k dengan hipotesa:
H0 : variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas, jika t-hitung< t-tabel
maka H0 diterima.
H1 : variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas, jika t-hitung > t-tabel maka
H1 diterima.
3.4.3. Uji F- statistik atau Uji Serempak
Uji ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas secara
bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas dengan hipotesis, dengan tingkat
keyakinan= dan df= (k-1) (N-k).
H0 : semua variabel bebas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel tidak
bebas, H0 diterima jika F-hitung < F-tabel
H1 : semua variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas,
3.5. Uji Asumsi Klasik
3.5.1 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Menurut Ghozali (2005)
bahwa, jika variabel independen saling berkorelasi maka, variabel ini tidak ortogonal.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat
dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), jika nilai tolerance < 0,10
atau nilai VIF > 10 berarti terdapat multikolinearitas.
3.5.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada data yang
penyimpangannya terlalu jauh (outlayer). Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilihat dari tingkat signifikansi untuk masing-masing variabel independen. Jika
variabel independen signifikan secara statistik (á lebih kecil dari 5%) terhadap nilai
residual yang diperlakukan sebagai variabel dependen, maka variabel independen
3.5.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatan tersusun dalam rangkaian waktu (times
series) dan dalam rangkaian ruang (cross section).
Untuk mengetahui dan menguji ada tidaknya autokorelasi dalam model
analisis regresi, bisa digunakan cara pengujian statistik Durbin Watson (DW).
Santoso (2000) mengemukakan secara umum untuk mendeteksi adanya
autokorelasi bisa diambil patokan:
1. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-varibel penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauhmana
aktivitas ekonomi akan menghasikan tambahan pendapatan masyarakat pada
suatu periode tertentu dan perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan
jika seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun
tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya, dan dinyatakan dalam satuan
2. Penanaman Modal Asing ialah total investasi pihak asing yang dilakukan
di Kota Medan dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau nilai tambah
produksi, dan dinyatakan dalam satuan Milyar Rupiah.
3. Penanaman Modal Dalam Negeri ialah total investasi yang berasal dalam
negeri yang dilakukan di Kota Medan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan atau nilai tambah produksi, dan dinyatakan dalam satuan Milyar
Rupiah.
4. Konsumsi Rumah Tangga ialah kegiatan membeli barang dan jasa yang
dilakukan oleh rumah tangga dalam satu tahun tertentu, dinyatakan dalam
Rupiah/tahun.
5. Belanja Modal ialah pengeluaran anggaran yang dugunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap
tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan
kerja bukan untuk dijual, dinyatakan dalam Milyar Rupiah.
6. Tenaga Kerja ialah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau
lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa, dinyatakan dalam
BAB IV
HASIL DAN ANALISA PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Indikator Makro Ekonomi Pembangunan Kota Medan
Indikator kinerja makro yang digunakan untuk mengukur pencapaian
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan Kota Medan dibagi dalam dua
bidang, yaitu:
1. Indikator Kinerja Makro untuk bidang ekonomi.
2. Indikator Kinerja Makro untuk bidang kesejahteraan rakyat.
Salah satu indikator kinerja makro untuk bidang ekonomi yang sering
digunakan secara luas adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kota
Medan merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan (nilai
barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya atau sering disebut
dengan biaya antara) oleh berbagai unit produksi di wilayah Kota Medan, dalam
jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam
sembilan lapangan usaha yaitu:
1. Pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan
perikanan).
2. Pertambangan dan penggalian.
3. Industri pengolahan (manufaktur).
5. Konstruksi.
6. Perdagangan, hotel dan restoran/rumah makan.
7. Transportasi dan komunikasi.
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
9. Jasa perorangan dan kemasyarakatan, termasuk jasa pelayanan pemerintah.
Indikator kinerja lain yang terkait dengan besaran Produk Domestik Regional
Bruto adalah PDRB per kapita dan tingkat pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi,
inflasi, ekspor dan impor serta investasi. PDRB per kapita dihitung dengan cara
membagi jumlah PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB
per kapita memperlihatkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing
penduduk, yang dapat menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk Kota Medan.
Sementara itu, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan persentase kenaikan atau
penurunan PDRB-harga konstan suatu tahun, dibandingkan harga tahun sebelumnya.
Selaras dengan indikator kinerja PDRB, kedua indikator kinerja makro ini juga
menggambarkan keberhasilan atau kinerja pembangunan kota, dalam mewujudkan
kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat Kota Medan.
Berbeda dengan indikator kinerja makro bidang ekonomi, maka indikator
kinerja makro untuk bidang kesejahteraan rakyat mencakup indikator kinerja
pembangunan Kota Medan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, ditinjau dari
aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan distribusi
4.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan
Pertumbuhan ekonomi kota Medan mengalami peningkatan yang pesat dari
tahun ke tahun, hal ini disebabkan dari kondisi geografis Kota Medan yang strategis
di mana di dekat Kota Medan terdapat jalur Selat Malaka di mana Medan merupakan
pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik
perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor), hal ini menjadikan Medan
sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat. Medan juga merupakan kota ketiga
terbesar di Indonesia yang memiliki sarana dan prasarana yang mendukung bagi
tumbuh dan berkembangnya industri.
Tabel 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan PDRB Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)
Tahun Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan (Persen)
Tabel 4.1 menunjukkan pada awal tahun 1990-an pertumbuhan ekonomi kota
Medan sangat bagus tetapi pada masa krisis ekonomi pertumbuhan ekonomi kota
medan mengalami sedikit penurunan, apabila kita bandingkan dengan keadaan
perekonomian kota-kota di Pulau Jawa penurunan pertumbuhan ekonomi Kota
Medan pada masa krisis ekonomi tidaklah serendah yang dialami oleh Pulau Jawa,
hal ini disebabkan walaupun mengalami krisis, Kota Medan pertumbuhan ekonomi
kota Medan masih disokong oleh daerah sekitar Kota Medan yaitu Kabupaten Deli
Serdang yang memiliki wilayah perkebunan yang cukup luas di mana imbas krisis
ekonomi tidak begitu parah dirasakan oleh Kota Medan, karena pendapatan dari
masyarakat sekitar Kota Medan pada umumnya dihabiskan di Kota Medan, bukan
hanya kabupaten di sekitar Kota Medan, banyak pendapatan Kota Medan berasal dari
luar Provinsi Sumatera Utara, di mana banyak sekali orang-orang dari Provinsi Aceh
datang ke Kota Medan untuk membelanjakan pendapatannya di Kota Medan
sehingga pertumbuhan usaha di Medan selama era krisis ekonomi tidak seperti
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010
Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan 1991-2008
4.1.3. Penanaman Modal Asing di Kota Medan
Medan sebagai kota yang terbesar ketiga di Indonesia memiliki sarana dan
prasarana yang cukup menarik para investor asing untuk berinvestasi di Kota Medan.
Di samping sarana dan prasarana yang mendukung Kota Medan memiliki kelebihan
dari kota-kota lain yang ada di Indonesia, di mana heterogenitas penduduk Kota
Medan membawa berkah bagi kota ini, penduduk yang beragam etnis tidak begitu
perduli dengan keadaan politik, yang sedang terjadi di Indonesia pada umumnya hal
ini membuat Kota Medan semakin kondusif bagi para investor asing.
Tabel 4.2. Perkembangan Investasi Asing di Kota Medan 1991 – 2008 dalam
Milyar Rupiah
Tahun PMA Persentase Perubahan
1991 8.49
1. Keringanan bea masuk, impor barang-barang modal (mesin, bahan baku, dan
lain-lain) sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. 135/km 05/2000.
2. Pembebasan PPn atas impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang
3. Memberikan visa izin tinggal sementara dan atau izin tinggal terbatas bagi
perusahaan yang ingin memperkerjakan tenaga kerja asing, melalui Ditjen
Imigrasi/Kantor Imigrasi setempat.
4. Menggalang kerjasama perdagangan dan investasi dalam wadah-wadah regional
seperti IMT-GT, sister city dan lain-lain.
5. Peningkatan pelayanan pada pintu-pintu masuk khususnya bandara dan
pelabuhan, sehingga menciptakan budaya yang maju.
6. Melakukan koordinasi secara terus menerus dengan kepolisian dan TNI untuk
memberikan rasa aman dan tenteram bagi seluruh pelaku bisnis baik domestik
maupun asing yang ada di Kota Medan.
Serta berbagai langkah yang telah, sedang dan akan dilanjutkan oleh Pemko
Medan tersebut diharapkan juga menghapus perbedaan perlakuan antara investor
asing dan lokal, sehingga investor asing dapat memiliki akses yang sama termasuk
dari lembaga perbankan domestik/lokal (menyamakan perlakuan terhadap investor).
Selain itu, diharapkan regulasi lebih berpihak kepada pasar serta transparan dengan
mengusahakan mengurangi jumlah larangan yang terdapat pada negative investment
list.
Perkembangan investasi asing di Kota Medan secara grafis ditunjukkan pada
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010
Gambar 4.2. Perkembangan Investasi Asing di Kota Medan 1991-2008
Gambar 4.2 terlihat terjadinya krisis ekonomi pada periode 1997-1998 tidak
mengakibatkan turunnya investasi asing langsung di Kota Medan, imbas dari krisis
ekonomi justru baru dirasakan pada periode 2000-2001 di mana terjadi penurunan
yang signifikan pada jumlah investasi asing di Kota Medan. Setelah tahun 2001
terjadi kenaikan yang cukup bagus di Kota Medan, investasi asing terus mengalami
kenaikan hingga tahun 2008.
4.1.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Berbagai terobosan dilakukan Pemerintah Kota Medan di sektor investasi
untuk dapat menarik minat para investor dari dalam maupun luar negeri mulai dari
yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Berbagai langkah debirokrasi dan
deregulasi terus dilanjutkan untuk menciptakan efisiensi berusaha dan berinvestasi
termasuk konsistensi aturan dan kepastian hukum untuk meminimalisir
ketidakpastian berusaha bagi investasi asing.
Tabel 4.3. Perkembangan PMDN Kota Medan dalam Milyar Rupiah
Tahun PMDN Persentase Perubahan
1991 167.04
(Investasi) di Kota Medan secara berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan
yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh letak geografis dan potensi
kebijakan-kebijakan yang bersahabat dengan pasar, sehingga menciptakan iklim dan
lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.
Langkah-langkah proaktif dan inovasi yang ditempuh, dengan
mengembangkan kemitraan strategia diantara sesama pelaku usaha dengan
Pemerintah Kota, kenyataan secara signifikan mampu menumbuhkan minat
berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di Kota Medan,
di berbagai bidang lapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi
yang sama dari seluruh stakeholders, tentang perlunya menarik investasi lebih besar
untuk menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang lebih besar di Kota
Medan, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak, sekaligus