• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

YUSLIZAR USMAN

087018066/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

EK O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUSLIZAR USMAN

087018066/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Yuslizar Usman

Nomor Pokok : 087018066

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si) Ketua

(Prof. Dr. Ramli, M.S) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 11 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, SE. M.Si

Anggota : 1. Prof. Dr. Ramli, M.S

2. Dr. Rahmanta, M.Si

3. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul: ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN

EKONOMI KOTA MEDAN”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 11 Februari 2011 Yang membuat pernyataan,

(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN

Yuslizar Usman, Dr. Murni Daulay, SE. M.Si dan Prof. Dr. Ramli, M.S

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa, salah satu indikator yang paling sering untuk menilai pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Kota Medan juga berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, Tenaga Kerja sebagai variabel bebas dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel terikat. Data penelitian diestimasi dengan menggunakan regresi linier berganda dengan memakai metode

Ordinary Least Square.

Hasil Penelitian menunjukkan Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, Tenaga Kerja memiliki pengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi kota Medan secara serempak. Secara parsial Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, dan Tenaga Kerja, berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, dengan Konsumsi Rumah Tangga yang memiliki pengaruh paling dominan.

(7)

ANALYZE OF FACTORS ECONOMIC DEVELOPMENT INFLUENCE AT MEDAN CITY

Yuslizar Usman, Dr. Murni Daulay, SE. M.Si and Prof. Dr. Ramli, M.S

ABSTRACT

Economic development is a way to increase the standard living level of one country, one of the indicators to measure the economic development is economic growth. Medan is also trying to increase its economic growth.

This research used Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s

Price Index, Capital Expenditure, Man Power as independent variables and Economic Growth as dependent variable. Data was estimated using multiple linier regression and Ordinary Least Square method.

The result showed Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s

Price Index, Capital Expenditure, Man Power had positive impact on Economic

Growth simultaneously, and partially. Consumer’s Price Index had the most impact

on Economic Growth, partially.

Keywords: Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s Price Index,

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur terhadap Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir penyusunan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian

yang dilakukan penulis adalah: “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan”.

Selama melakukan penulisan tesis penulis banyak memperoleh bantuan moril

dan materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Magister

Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan

selaku Pembanding I atas arahan dan bimbingannya selama masa perkuliahan dan

(9)

4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, dan Bapak Prof. Dr. Ramli, M.S selaku

Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan hingga

selesainya tesis ini.

5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si, Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si, dan Drs. Rujiman,

M.A selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan-masukan demi

penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh Staf Pengajar Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Orang tua penulis, (Alm) H. Usman Yasin dan Hj. Siti Aidar yang memberikan

perhatian, motivasi, saran serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini.

8. Khusus kepada Suami penulis H. Armen Yuni Nst. SE yang selama penulisan ini

banyak membantu dan memberi semangat, penulis ucapkan terima kasih, dan

putra dan putri penulis, M. Aris Fitrah Nst, Dewi Meilindatari Nst, dan Nurfairuz

Diba Nst. Terima kasih atas motivasi yang telah diberikan.

9. Rekan-rekan mahasiswa atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat

(10)

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,

namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca. Semoga Allah

SWT memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita. Amin.

Medan, Februari 2011

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Yuslizar Usman

2. Agama : Islam

3. Tempat/Tgl. Lahir : Tebing Tinggi, 14 November 1963

4. Pekerjaan : PNS Pemko Medan

5. Nama Orang Tua

Ayah : (Alm) H. Usman Yasin

Ibu : Hj. Siti Aidar

6. Pendidikan

a. SD. Negeri No. 2 Binjai : Lulus Tahun 1975

b. SMP. Negeri 2 Binjai : Lulus Tahun 1979

c. SMA Negeri 2 Binjai : Lulus Tahun 1982

d. Fakultas Ekonomi UDA : Lulus Tahun 1988

e. Fakultas Sastra USU : Lulus Tahun 1995

f. Program Studi Ekonomi Pembangunan

(12)

DAFTAR ISI

1.2 Perumusan Masalah Penelitian……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian………... 5

2.6.1 Konsep Tenaga Kerja/Penduduk Usia Kerja (PUK)... 23

2.6.2 Angkatan Kerja... 24

2.7 Penelitian Terdahulu………... 25

2.8 Kerangka Pemikiran………... 27

2.9 Hipotesis Penelitian………... 27

BAB III METODE PENELITIAN……… 29

(13)

3.4.3 Uji F-statistik atau Uji Serempak……… 31

4.1.1 Indikator Makro Ekonomi Pembangunan Kota Medan...… 35

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan PDRB Harga Konstan 2000

(Milyar Rupiah)... 38

4.2. Perkembangan Investasi Asing di Kota Medan 1991-2008 dalam Milyar Rupiah... 39

4.3. Perkembangan PMDN Kota Medan dalam Milyar Rupiah... 42

4.4. Konsumsi Rumah Tangga Kota Medan Periode 1991-2008 dalam Ribu Rupiah... 48

4.5. Belanja Modal Kota Medan 1991-2008 dalam Milyar Rupiah... 49

4.6. Perkembangan Tenaga Kerja Medan 1991-2008 dalam Satuan Jiwa... 52

4.7. Hasil Estimasi Model Penelitian... 54

4.8. Uji Heteroskedastisitas... 59

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran……….. 27

4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan 1991-2008... 38

4.2. Perkembangan Investasi Asing di Kota Medan 1991-2008... 41

4.3. Perkembangan PMDN di Kota Medan 1991-2008... 44

4.4. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Kota Medan 1991-2008 . 47 4.5. Perkembangan Belanja Modal Kota Medan 1991-2008... 50

(16)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MEDAN

Yuslizar Usman, Dr. Murni Daulay, SE. M.Si dan Prof. Dr. Ramli, M.S

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa, salah satu indikator yang paling sering untuk menilai pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Kota Medan juga berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, Tenaga Kerja sebagai variabel bebas dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel terikat. Data penelitian diestimasi dengan menggunakan regresi linier berganda dengan memakai metode

Ordinary Least Square.

Hasil Penelitian menunjukkan Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, Tenaga Kerja memiliki pengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi kota Medan secara serempak. Secara parsial Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, dan Tenaga Kerja, berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, dengan Konsumsi Rumah Tangga yang memiliki pengaruh paling dominan.

(17)

ANALYZE OF FACTORS ECONOMIC DEVELOPMENT INFLUENCE AT MEDAN CITY

Yuslizar Usman, Dr. Murni Daulay, SE. M.Si and Prof. Dr. Ramli, M.S

ABSTRACT

Economic development is a way to increase the standard living level of one country, one of the indicators to measure the economic development is economic growth. Medan is also trying to increase its economic growth.

This research used Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s

Price Index, Capital Expenditure, Man Power as independent variables and Economic Growth as dependent variable. Data was estimated using multiple linier regression and Ordinary Least Square method.

The result showed Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s

Price Index, Capital Expenditure, Man Power had positive impact on Economic

Growth simultaneously, and partially. Consumer’s Price Index had the most impact

on Economic Growth, partially.

Keywords: Foreign Investment, Domestic Investment, Consumer’s Price Index,

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum

berkembang dengan jalan capital investment dan human investment dan bertujuan

untuk meningkatkan kemakmuran penduduk atau income per kapita. Pembangunan

ekonomi juga merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa

yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan perkapita riil. Oleh

karena itu tujuan pembangunan ekonomi di samping untuk meningkatkan pendapatan

nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan ekonomi dapat

memberikan kepada manusia kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam

sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu

tindakan tertentu.

Pemberlakuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pelimpahan

sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan

urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional negara Republik

Indonesia dan pemberlakuan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, diharapkan

bisa memotifasi peningkatan kreativitas dan inisiatif untuk lebih menggali dan

(19)

dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan terarah agar pembangunan di setiap daerah

dapat benar-benar sesuai dengan prioritas dan potensi daerah.

Kegiatan pembangunan nasional tidak lepas dari peran seluruh Pemerintah

daerah yang telah berhasil memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di daerah

masing-masing dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Sebagai upaya

memperbesar peran dan kemampuan daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah

dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan operasional rumah tangga.

Pemerintah daerah memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di daerah

itu dan dituntut untuk bisa lebih mandiri. Terlebih dengan diberlakukannya otonomi

daerah, maka pemerintah daerah harus bisa mengoptimalkan pemberdayaan semua

potensi yang dimiliki dan perlu diingat bahwa pemerintah daerah tingkat satu tidak

boleh terlalu mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat seperti pada tahun-tahun

sebelumnya.

Belanja Modal (BM) merupakan belanja yang dipergunakan untuk jangka

waktu lebih dari satu tahun atau disebut jangka panjang untuk mendapatkan aset tetap

pemerintah daerah, yakni: peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya

dengan cara membeli yang umumnya dilakukan dengan proses lelang atau tender

yang cukup rumit (Halim dan Abdullah, 2006).

Belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga digunakan

diantaranya untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur di dalam sektor

pendidikan, kesehatan dan transportasi sehingga masyarakat pun turut menikmati

(20)

dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas di berbagai sektor tersebut, produktivitas

masyarakat pun menjadi semakin tinggi dan pada akhirnya terjadi peningkatan

pertumbuhan ekonomi (Harianto dan Adi, 2007). Seperti yang dikemukakan juga

oleh Lin dan Liu (2000) bahwa pemerintah perlu untuk meningkatkan investasi

modal guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Tetapi otonomi daerah yang saat ini sudah berjalan di tiap kabupaten dan kota

di Indonesia tetap menimbulkan persoalan baru, karena ternyata potensi fiskal

pemerintah daerah yang satu dengan daerah yang lainnya masih sangat beragam. Hal

ini disebabkan oleh kesiapan fiskal dari masing-masing daerah yang berbeda-beda

dalam pelaksanaan otonomi daerah (Nordiawan, 2006). Perbedaan yang terjadi ini

akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula. Hal ini disebabkan

karena dengan adanya peningkatan PAD, maka dana yang dimiliki oleh pemerintah

daerah tersebut akan lebih tinggi, sehingga pemerintah daerah akan berinisiatif untuk

lebih menggali potensi-potensi daerah dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi (Harianto dan Adi, 2007).

Pembangunan daerah secara menyeluruh dan berkesinambungan akan lebih

sulit dilakukan pemerintah daerah apabila tanpa adanya dukungan dari pihak swasta.

Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah daerah perlu membuat kebijakan yang

mendukung penanaman modal yang saling menguntungkan baik bagi pemerintah

daerah, pihak swasta maupun terhadap masyarakat daerah. Tumbuhnya iklim

investasi yang sehat dan kompetitif diharapkan akan memacu perkembangan investasi

(21)

Modal pembangunan yang penting selain keuangan daerah dan investasi

adalah sumber daya manusia. Partisipasi aktif dari seluruh masyarakat akan

mempercepat pembangunan daerah karena rasa kepemilikan yang lebih besar

terhadap daerah. Hasil yang dicapai dalam pembangunan juga akan lebih cepat

dirasakan untuk daerah sendiri sehingga nantinya dapat erangsang kesadaran

masyarakat membangun wilayah lokal masing-masing. Untuk mendukung

pelaksanaan pembangunan memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas

di samping terpenuhinya kuantitas permintaan tenaga kerja.

Pembangunan daerah diharapkan akan membuka lapangan pekerjaan baru

yang sesuai dengan kemampuan daerah untuk menyerap tenaga kerja lokal untuk

kepentingan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Penggalian pendapatan daerah, peningkatan peran serta swasta dan

peningkatan partisipasi tenaga kerja lokal sebagai modal pembangunan daerah

diharapkan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan daerah. Pemerintah

daerah harus melaksanakan pendekatan perencanaan pembangunan daerah dari

bawah ke atas (bottom up) agar pembangunan yang dilaksanakan daerah merupakan

keinginan bersama dan sesuai dengan potensi yang ada agar kesinambungan

pembangunan dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tingkat investasi, pendapatan asli

daerah, belanja modal dan tenaga kerja mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi. Apabila nilai dari masing-masing variabel meningkat maka peningkatan

(22)

penurunan dari variabel-variabel tersebut penurunan juga terjadi terhadap PDRB, dari

fenomena tersebut di atas maka perlu adanya suatu penelitian yang diharapkan dapat

memberikan rekomendasi demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Hal ini yang

melatarbelakangi penelitian dengan judul “Analisis Faktor faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka ada rumusan masalah yang dapal diambil

sebagai kajian dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT), Belanja Modal (BM), dan Tenaga

Kerja (TK) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan secara

serempak?

2. Apakah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT), Belanja Modal (BM), dan Tenaga

Kerja (TK) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan secara

parsial?

1.3. Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis Apakah Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman

(23)

Modal (BM), dan Tenaga Kerja (TK) berpengaruh terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Kota Medan secara serempak.

2. Untuk menganalisis apakah Apakah Penanaman Modal Asing (PMA),

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT),

Belanja Modal (BM), dan Tenaga Kerja (TK) berpengaruh terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan secara parsial.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan kelak berguna bagi:

1. Pemerintah atau pembuat Kebijakan, sebagai masukan dalam hal membuat

kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan Pertumbuhan Ekonomi.

2. Peneliti/akademisi lainnya, sebagai masukan/rujukan dalam melakukan

penelitian lain yang berhubungan dengan tingkat investasi PMA/PMDN,

konsumsi rumah tangga, belanja modal, tenaga kerja dan pertumbuhan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan

kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan

jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam

melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian akan

menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena

pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor

produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan

menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oIeh

masyarakat (Basri, 2002), dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan

pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil

terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari pada tahun

sebelumnya. Dengan kata lain perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika

pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil

masyarakat pada tahun sebelumnya (Basri, 2002).

Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada

(25)

menggunakan data Produk Domestik Bruto (GDP) atau pendapatan atau nilai akhir

pasar (total market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and

services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu

(biasanya satu tahun).

Kuznets dalam Hariyanto (2005) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi

sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara dalam

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya;

kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian

kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

2.1.1. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain:

2.1.1.1. Teori pertumbuhan klasik

Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John

Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor,

yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta

teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh

pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas

tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Teori yang

menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk

disebut dengan teori penduduk optimal.

Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan

(26)

hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi

yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa pada

keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.

Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal.

Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah

penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan

menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi (Ricardo dalam Hariani, 2008).

2.1.1.2. Teori pertumbuhan Harrod-Domar

Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Harrod

(1948) di Inggris dan Domar (1957) di Amerika Serikat. Diantara mereka

menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama,

sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori

Harrod-Damar. Teori ini melengkapi teori Keynes, di mana Keynes melihatnya dalam jangka

pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-Damar melihatnya dalam jangka penjang

(kondisi dinamis). Teori Harrod-Damar didasarkan pada asumsi:

1. Perekonomian bersifat tertutup.

2. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.

3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to

scale).

4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan

(27)

Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat mencapai

pertumbuhan yang kuat (steady growth) dalam jangka panjang. Asumsi yang

dimaksud di sini adalah kondisi di mana barang modal telah mencapai kapasitas

penuh, tabungan memiliki proporsional yang ideal dengan tingkat pendapatan

nasional, rasio antara modal dengan produksi (Capital Output Ratio/COR) tetap

perekonomian terdiri dari dua sektor (y = C + I).

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis

dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh

kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi

syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut:

g = K = n

Di mana:

g : Growth (tingkat pertumbuhan output)

K : Capital (tingkat pertumbuhan modal)

n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Harrod-Domar dalam Hariani (2008) teorinya berdasarkan mekanisme pasar

tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa

pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan

(28)

2.1.1.3. Teori pertumbuhan Neoklasik

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow (1970) dan Swan

(1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi

kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.

Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur

kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow, dan Swan menggunakan

model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan

tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang

baik dalam model Solow Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi

antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio

modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.

Solow-Swan dalam Hariani (2008) melihat bahwa dalam banyak hal,

mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu

terlalu banyak mencampuri/mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya

sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari

tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan

peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan

teknik, sehingga produktivitas kapital meningkat. Dalam model tersebut, masalah

teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.

Teori Neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi

selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna,

(29)

kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan

termasuk perpindahan orang, barang, dan modal. Harus dijamin kelancaran arus

barang, modal, tenaga kerja, dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus

diusahakan, terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Hal khusus yang perlu dicatat adalah

bahwa model neoklasik mengasumsikan I=S. Hal ini berarti kebiasaan masyarakat

yang suka memegang uang tunai dalam jumlah besar dapat menghambat

pertumbuhan ekonomi.

Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya

suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat saving

yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.

2.1.1.4. Teori Schumpeter

Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan

mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha

(entrepreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani

mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada.

Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja

tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.

Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi

tersebut maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi.

(30)

selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk menghasilkan

lebih banyak lagi sehingga produksi agregat akan bertambah.

Maka menurut Schumpeter dalam Hariani (2008) penanaman modal atau

investasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni penanaman modal otonomi

(autonomous investment) yakni penanaman modal untuk melakukan inovasi. Jenis

investasi kedua yaitu penanaman modal terpengaruh (induced investment) yakni

penanaman modal yang timbul sebagai akibat kegiatan ekonomi setelah munculnya

inovasi tersebut.

Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu

perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk melakukan inovasi semakin

berkurang, hal ini disebabkan oleh karena masyarakat telah merasa mencukupi

kebutuhannya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat

jalannya dan pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang (stationery

state). Namun keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan

pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu

dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan dalam pandangan

klasik, keadaan tidak berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada

kondisi tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.

2.1.1.5. Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi

Teori ini dimunculkan oleh Rostow yang memberikan lima tahap dalam

pertumbuhan ekonomi. Analisis ini didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan

(31)

dalam corak kegiatan ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan hubungan sosial

dalam suatu masyarakat dan negara.

Rostow dalam Hariani (2008) menyebutkan tahapan tersebut yakni:

1. Tahap masyarakat tradisionil.

2. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas.

3. Tahap tinggal landas.

4. Tahap gerak menuju kematangan.

5. Tahap era konsumsi tinggi secara massa.

2.1.2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor

ekonomi dan faktor non ekonomi (Todaro, 2000).

a. Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang

mempengaruhi pertumbuhan, jatuh atau bangunnya perekonomian adalah

konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut.

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah

sumber daya alam atau tanah. Tanah sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi

mencakup sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya,

kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam

pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber daya alam secara melimpah merupakan

(32)

Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi.

Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal

atau pembentukan modal. Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk

barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan

pendapatan nasional.

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi

berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi. Organisasi

bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan

produktivitasnya. Dalam ekonomi modern para wiraswastawan tampil sebagai

organisator dan pengambil resiko dalam ketidakpastian.

Perubahan teknologi dianggap sebagai sektor paling penting dalam proses

pertumbuhan ekonomi. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode

produksi yang telah menaikkan produktivitas buruh, modal, dan sektor produksi lain.

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas.

Keduanya membawa perekonomian kearah ekonomi skala besar yang selanjutnya

membantu perkembangan industri.

b. Faktor Non Ekonomi

Faktor non ekonomi bersama sektor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan

perekonomian. Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Misalnya saja pendidikan dan kebudayaan barat yang menanamkan semangat yang

menghasilkan berbagai penemuan baru, juga merubah cara pandang, harapan,

(33)

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan

ekonomi, baik jumlah dan efisiensi mereka. Faktor politik dan administratif yang

kokoh juga membantu pertumbuhan ekonomi modern.

2.2. Penanaman Modal Asing

Penanaman Modal Asing merupakan usaha yang dilakukan pihak asing dalam

rangka menanamkan modalnya di suatu negara dengan tujuan untuk menciptakan

suatu produksi. Penanaman Modal Asing terbagi atas 2 yaitu:

1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment). FDI

langsung dilakukan oleh pihak asing atau dapat dikatakan sebagai investasi

perusahaan secara penuh, di mana pengelolaan baik manajemen ataupun

sebagian tenaga kerja ditentukan oleh pihak asing. Jenis penanaman modal

asing ini biasanya dilakukan oleh prusahaan raksasa yang tergabung dalam

Multi National Country yaitu perusahaan yang memiliki dan mengendalikan

berbagai kegiatan produktif dilebih dari satu negara. Penanaman modal secara

langsung meliputi transfer modal ataupun pendirian pabrik dan biasanya

menggunakan teknik teknik produksi asal investor, jasa manajerial, pemasaran

dan iklan yang ditentukan oleh penanam modal asing tersebut. Investasi Asing

Langsung berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara de

facto dan de jure melakukan pengawasa atas aset yang ditanam di negara

di mana penanam modal menginvestasikan modalnya, dengan cara investasi

(34)

pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor modal,

pembentukan satu perusahaan investo memiliki saham mayoritas,

pembentukan suatu perusahaan di negara pengimpor hanya dibiayai oleh

perusahaan perusahaan yang terletak di negara investor untuk secara khusus

di negara lain, atau menaruh aset tetap di negara lain oleh perusahaan dari

negara investor.

2. Joint Venture (JV). JV merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh

dua atau lebih pihak yang merupakan badan hukum di mana masing masing

pihak memasukkan sejumlah modal tertentu, dengan pembagian resiko dan

keuntungan berdasarkan proporsi modal tersebut. Jadi JV merupakan

kerjasama antara pemilik modal asing dengan modal nasional. Tentang

pengelolalaan perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dan dengan

memperhatikan ketentuan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah,

investor asing dapat hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen

dan pengelalaan perusahaan dan tenaga kerja.

2.3. Penanaman Modal Dalam Negeri

Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik indonesia yang dilakukan oleh

penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri (Pasal 1,

(35)

Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk:

1. Penanaman modal dalam negeri langsung (Domestic Direct Investment), yaitu

penanaman modal oleh pemilik modal itu sendiri.

2. Penanaman modal dalam negeri tidak langsung (Domestic Indirect

Investment), yaitu melalui pembelian obligasi, surat surat kertas

perbendaharaan negara, emisi smisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan

oleh perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang

kurangnya satu tahun.

2.4. Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk

memuaskan keinginan memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga ialah belanja yang dilakukan oleh rumah tangga

untuk membeli berbagai kebutuhan dalam satu tahun tertentu.

Konsumsi rumah tangga meliputi semua pengeluaran barang dan jasa (baik

barang tahan lama maupun barang tidak tahan lama) dikurangi hasil penjualan netto

(penjualan dikurangi pembelian) barang-barang bekas atau tidak terpakai yang

dilakukan oleh suatu rumah tangga. Selain untuk pengeluaran untuk bahan makanan,

minuman, pakaian, bahan bakar dan jasa-jasa, termasuk juga barang yang tidak

adanya (tidak diproduksi kembali seperti karya seni, barang antik dan lain-lain).

Pendapatan rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membeli

(36)

rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk

memenuhi kebutuhannya. Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga

digolongkan sebagai konsumsi (rumah tangga). Kegiatan rumah tangga untuk

membeli rumah digolongkan sebagai investasi (Supriana, 2008).

Konsep yang dipakai dalam perhitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga

adalah:

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada wilayah domestik

region.

2. Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada rumah-rumah

penduduk suatu region.

Pengertian konsep Pertama adalah pengeluaran oleh anggota rumah tangga

di suatu region, tidak terkecuali oleh penduduk atau bukan penduduk region tersebut.

Sehingga dalam hal ini semua pengeluaran oleh rumah tangga staf kedutaan asing,

staf perwakilan daerah, anggota militer dan lain-lain berada di suatu wilayah, serta

pengeluaran turis asing adalah pengeluaran rumah tangga dalam wilayah domestik

regional tersebut.

Pengertian kedua pengeluaran konsumsi pemerintah dalam wilayah domestik

dengan pembelian langsung oleh rumah tangga penduduk di luar region, dikurangi

dengan pengeluaran rumah tangga bukan penduduk yang dilakukan oleh wilayah

(37)

2.5. Belanja Modal

Belanja Modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya lebih

dari satu tahun anggaran yang akan menambah aset atau kekayaan daerah (Halim,

2004). Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 02 menyatakan belanja modal adalah

belanja yang dikeluarkan dalam rangka membeli dan atau mengadakan barang modal

(Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005). Selanjutnya di dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 belanja modal adalah sebagai

pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian atau pengadaan atau

pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua

belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan (Republik Indonesia,

2006). Jadi dapat disimpulkan belanja dapat dikategorikan sebagai belanja modal

jika:

a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset

lainnya yang dengan demikian menambah aset pemerintah.

b. Aset tetap atau aset lainnya tersebut mempunyai nilai manfaat jangka panjang

(lebih dari satu tahun).

c. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

Belanja Modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah

daerah, yakni: peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara

teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan cara

membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lain, dan membeli. Namun,

(38)

dilakukan dengan proses lelang atau tender yang cukup rumit (Abdullah dan Halim,

2006).

Alokasi belanja modal di dasarkan pada kebutuhan, hal ini mengandung arti

bahwa tidak semua satuan kerja atau unit organisasi di pemerintahan daerah

melaksanakan kegiatan atau proyek pengadaan aset tetap. Sesuai dengan tugas pokok

dan fungsi (tupoksi) masing-masing satuan kerja, ada satuan kerja yang memberikan

pelayanan kepada publik berupa penyediaan sarana dan prasarana fisik, seperti

fasilitas pendidikan (gedung sekolah, peralatan laboratorium, mobiler), kesehatan

(rumah sakit, peralatan kedokteran, mobil ambulans), jalan raya, dan jembatan,

sementara satuan kerja lain hanya memberikan pelayanan jasa langsung berupa

pelayanan administrasi (catatan sipil, pembuatan kartu identitas kependudukan),

pengamanan, pemberdayaan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan pendidikan.

Belanja modal mencakup jenis belanja berdasarkan Kepmendagri No.

29/2002; Permendagri No. 13/2006; PP No. 24/2005 adalah sebagai berikut:

a. Belanja Tanah.

b. Belanja Peralatan dan Mesin.

c. Belanja Gedung dan Bangunan.

d. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan.

e. Belanja Aset Tetap Lainnya.

(39)

Belanja ini diperinci sebagai berikut:

a. Belanja Modal Tanah.

b. Belanja Modal Jalan dan Jembatan.

c. Belanja Modal Bangunan Air (Irigasi).

d. Belanja Modal Instalasi.

e. Belanja Modal Jaringan.

f. Belanja Modal Bangunan Gedung.

g. Belanja Modal Monumen.

h. Belanja Modal Alat-alat Besar.

i. Belanja Modal Alat-alat Angkutan.

j. Belanja Modal Alat-alat Bengkel.

k. Belanja Modal Alat-alat Pertanian.

l. Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga.

m. Belanja Modal Alat-alat Studio dan Alat-alat Komunikasi.

n. Belanja Modal Alat-alat Kedokteran.

o. Belanja Modal Alat-alat Laboratorium.

p. Belanja Modal Buku atau Perpustakaan.

q. Belanja Modal Barang Bercorak Kesenian, Kebudayaan.

r. Belanja Modal Hewan, Ternak, serta Tanaman.

(40)

2.6. Tenaga Kerja

2.6.1. Konsep Tenaga Kerja/Penduduk Usia Kerja (PUK)

Pengertian tenaga kerja sebenarnya tidak berbeda jauh dengan

pengelompokan penduduk usia kerja, karena kebanyakan pengertian tenaga kerja dan

bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batasan umur, jadi penduduk usia kerja

dapat disebut sebagai tenaga kerja (Suroto, 2003). Pengertian tenaga kerja dikaitkan

dengan asal katanya adalah tenaga yang berarti potensi atau kapasitas untuk

menimbulkan gerak atau perubahan tempat suatu masa, dan kerja yang berarti

banyaknya tenaga yang dikeluarkan dalam suatu kurun waktu untuk menghasilkan

sesuatu. Dengan demikian tenaga kerja berarti kemampuan manusia untuk

mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa, baik

untuk diri sendiri maupun untuk orang lain (Setianingrum, 2008).

Pengertian penduduk usia kerja dari masing-masing negara berbeda-beda.

India menggunakan batasan umur 14 sampai 60 tahun. Jadi penduduk yang termasuk

usia kerja adalah mereka yang berusia 14 sampai 60 tahun, sedangkan mereka yang

berumur di bawah 14 atau di atas 60 tahun tidak digolongkan sebagai penduduk usia

kerja. Amerika Serikat pada awalnya menggunakan batasan umur minimum 14 tahun

tanpa batas umur maksimum, kemudian sejak tahun 1967 batas umur minimum

dinaikkan menjadi 16 tahun. Jadi penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia

16 tahun keatas, sedangkan penduduk yang berusia di bawah 16 tahun tidak termasuk

(41)

penduduk yang termasuk usia kerja adalah penduduk yang usianya antara 15 sampai

64 tahun (Simanjuntak, 2005).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, Indonesia mengelompokkan penduduk yang termasuk usia kerja

adalah penduduk yang berumur minimal 15 sampai dengan 65 tahun.

2.6.2. Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang

mempunyai pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan. Atau dengan kata lain

angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan

pekerjaan tapi secara aktif atau pasif mencari suatu pekerjaan. Kata “mampu” di sini

menunjuk pada 3 hal. Pertama, mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani sudah

cukup kuat. Kedua, mampu mental, yaitu mempunyai mental sehat. Ketiga, secara

yuridis cukup mampu dan tidak kehilangan. Kebebasan untuk memilih dan

melakukan pekerjaan.

Sedangkan kata “berada” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif,

maupun secara pasif mencari pekerjaan. Di sini tidak ada unsur paksaan dan adanya

adalah kebebasan pribadi untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan keinginan

(42)

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

telah banyak dilakukan antara lain:

Hanum (2004) dengan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) selama kurun

waktu tahun 1981-2001. Variabel independen dalam penelitian ini adalah adalah

kesempatan kerja, penanaman modal, pengeluaran pemerintah, dan ekspor.

Penelitian ini menemukan bahwa keseluruhan variabel independen yang dipilih

mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi Provinsi NAD sebesar 89,62

persen dan sisanya sebesar 10,38 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar

penelitian ini. Analisa secara serentak (simultan) musing-musing variabel independen

memberi pengaruh yang sangat signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen.

Analisis secara parsial menunjukkan hanya variabel pengeluaran daerah dan investasi

yang memberi pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi NAD.

Sedangkan kesempatan kerja dan ekspor tidak memberikan pengaruh yang berarti.

Dobronogov dan Iqbal (2005) dalam penelitian yang berjudul Economic

Growth in Egypt: Constraints and Determinants, penelitian bertujuan untuk

mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hambatan ekonomi

Mesir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah, kredit kepada

(43)

yang signifikan terhadap pertumbuhan Mesir, sedangkan yang menjadi penghambat

bagi pertumbuhan ekonomi adalah intermediasi keungan yang tidak efisien.

Bachtiar, (2005) dalam penelitian yang berjudul Analisis Pertumbuhan

Ekonomi di Kota Pasuruan, penelitian ini menganalisis tentang pertumbuhan

ekonomi di Kota Pasuruan selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan 2004.

Hasil penelitian untuk pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Pasuruan

selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 mengalami kenaikan dari

tahun ke tahunnya. Alokasi tenaga kerja paling tinggi terdapat pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang berkisar antara 30,01% sampai 30,10%,

sedangkan alokasi tenaga kerja paling rendah adalah pada sektor pertambangan dan

penggalian yang menyerap tenaga kerja secara konstan sebesar 0,33% dari jumlah

tenaga kerja yang ada di Kota Pasuruan. Pengaruh alokasi tenaga kerja pada tiap

sektor ekonomi terhadap jumlah nilai Produk Domestik Regional Bruto sektor-sektor

ekonomi di Kota Pasuruan adalah signifikan.

Laili (2007) dalam penelitian yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi DIY Tahun 1990-2004, bertujuan untuk

menganalisis pengaruh dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Ekspor,

Pariwisata, dan Jumlah Perusahaan di Sektor Industri terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di DIY tahun 1990 – 2004. Hasil analisis data menunjukkan bahwa

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Ekspor, Pariwisata, Jumlah Perusahaan

(44)

2.8. Kerangka Pemikiran

Besarnya pertumbuhan ekonomi Kota Medan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri,

Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, dan Tenaga Kerja.

Hubungan antara Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri,

Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Modal, dan Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan

Ekonomi Kota Medan dapat digambarkan pada bagan berikut ini:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

2.9. Hipotesis Penelitian

Penelitian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut:

3. Secara serempak, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT), Belanja Modal (BM), dan

Tenaga Kerja (TK) memiliki pengaruh positif terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Kota Medan. PMA

Konsumsi RT PMDN

Belanja Modal

Pertumbuhan Ekonomi

(45)

4. Secara parsial, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN), Konsumsi Rumah Tangga (KRT), Belanja Modal (BM) dan

Tenaga Kerja (TK) memiliki pengaruh positif terhadap Pertumbuhan

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam

pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan

menguji hipotesa penelitian. Dalam penelitian ini digunakan cara sebagai berikut:

3.1. Jenis Variabel

Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian adalah variabel Penanaman

Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Konsumsi Rumah Tangga, Belanja

Modal, Tenaga Kerja, dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan.

3.2 Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mulai

dari tahun 1991-2008 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera

Utara dan berbagai sumber lainnya yang relevan seperti jurnal, internet, buletin, buku,

dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

3.3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan periode tahun 1991-2008, dengan menggunakan

(47)

Regresi linear berganda dibantu dengan menggunakan software eviews 5.1, adapun

fungsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

PDRB = f { PMA, PMDN, KRT, BM, TK } ... (1)

Selanjutnya dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika sebagai berikut:

Di mana:

PDRB = Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan (Persen)

PMA = Penanaman Modal Asing di Kota Medan (Milyar Rupiah)

PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri (Milyar Rupiah)

KRT = Konsumsi Rumah Tangga (Rp/Tahun)

BM = Belanja Modal (Milyar Rupiah)

TK = Tenaga Kerja (jiwa)

á1 - á3 = Koefisien Regresi

á0 = Intercept

å = Error Term

3.4. Pengujian Statistik

3.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk mengetahui besarnya kemampuan variabel-variabel

bebas menerangkan variabel tidak bebas pada model secara bersama-sama.

30

(48)

Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin besar nilai R2, maka

semakin besar pula kemampuan variabel-variabel bebas menerangkan variabel tidak

bebas.

3.4.2. Uji t-statistik atau Uji Parsial

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam

model secara terpisah mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas

untuk tingkat kepercayaan =  dan df = n-k dengan hipotesa:

H0 : variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas, jika t-hitung< t-tabel

maka H0 diterima.

H1 : variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas, jika t-hitung > t-tabel maka

H1 diterima.

3.4.3. Uji F- statistik atau Uji Serempak

Uji ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas secara

bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas dengan hipotesis, dengan tingkat

keyakinan= dan df= (k-1) (N-k).

H0 : semua variabel bebas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel tidak

bebas, H0 diterima jika F-hitung < F-tabel

H1 : semua variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas,

(49)

3.5. Uji Asumsi Klasik

3.5.1 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Menurut Ghozali (2005)

bahwa, jika variabel independen saling berkorelasi maka, variabel ini tidak ortogonal.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat

dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), jika nilai tolerance < 0,10

atau nilai VIF > 10 berarti terdapat multikolinearitas.

3.5.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada data yang

penyimpangannya terlalu jauh (outlayer). Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilihat dari tingkat signifikansi untuk masing-masing variabel independen. Jika

variabel independen signifikan secara statistik (á lebih kecil dari 5%) terhadap nilai

residual yang diperlakukan sebagai variabel dependen, maka variabel independen

(50)

3.5.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara

anggota-anggota dari serangkaian pengamatan tersusun dalam rangkaian waktu (times

series) dan dalam rangkaian ruang (cross section).

Untuk mengetahui dan menguji ada tidaknya autokorelasi dalam model

analisis regresi, bisa digunakan cara pengujian statistik Durbin Watson (DW).

Santoso (2000) mengemukakan secara umum untuk mendeteksi adanya

autokorelasi bisa diambil patokan:

1. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.

3. Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-varibel penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauhmana

aktivitas ekonomi akan menghasikan tambahan pendapatan masyarakat pada

suatu periode tertentu dan perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan

jika seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun

tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya, dan dinyatakan dalam satuan

(51)

2. Penanaman Modal Asing ialah total investasi pihak asing yang dilakukan

di Kota Medan dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau nilai tambah

produksi, dan dinyatakan dalam satuan Milyar Rupiah.

3. Penanaman Modal Dalam Negeri ialah total investasi yang berasal dalam

negeri yang dilakukan di Kota Medan dengan tujuan mendapatkan

keuntungan atau nilai tambah produksi, dan dinyatakan dalam satuan Milyar

Rupiah.

4. Konsumsi Rumah Tangga ialah kegiatan membeli barang dan jasa yang

dilakukan oleh rumah tangga dalam satu tahun tertentu, dinyatakan dalam

Rupiah/tahun.

5. Belanja Modal ialah pengeluaran anggaran yang dugunakan dalam rangka

memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi

manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal

kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap

tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan

kerja bukan untuk dijual, dinyatakan dalam Milyar Rupiah.

6. Tenaga Kerja ialah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau

lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa, dinyatakan dalam

(52)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Indikator Makro Ekonomi Pembangunan Kota Medan

Indikator kinerja makro yang digunakan untuk mengukur pencapaian

pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan Kota Medan dibagi dalam dua

bidang, yaitu:

1. Indikator Kinerja Makro untuk bidang ekonomi.

2. Indikator Kinerja Makro untuk bidang kesejahteraan rakyat.

Salah satu indikator kinerja makro untuk bidang ekonomi yang sering

digunakan secara luas adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kota

Medan merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan (nilai

barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya atau sering disebut

dengan biaya antara) oleh berbagai unit produksi di wilayah Kota Medan, dalam

jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam

sembilan lapangan usaha yaitu:

1. Pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan

perikanan).

2. Pertambangan dan penggalian.

3. Industri pengolahan (manufaktur).

(53)

5. Konstruksi.

6. Perdagangan, hotel dan restoran/rumah makan.

7. Transportasi dan komunikasi.

8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

9. Jasa perorangan dan kemasyarakatan, termasuk jasa pelayanan pemerintah.

Indikator kinerja lain yang terkait dengan besaran Produk Domestik Regional

Bruto adalah PDRB per kapita dan tingkat pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi,

inflasi, ekspor dan impor serta investasi. PDRB per kapita dihitung dengan cara

membagi jumlah PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB

per kapita memperlihatkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing

penduduk, yang dapat menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk Kota Medan.

Sementara itu, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan persentase kenaikan atau

penurunan PDRB-harga konstan suatu tahun, dibandingkan harga tahun sebelumnya.

Selaras dengan indikator kinerja PDRB, kedua indikator kinerja makro ini juga

menggambarkan keberhasilan atau kinerja pembangunan kota, dalam mewujudkan

kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat Kota Medan.

Berbeda dengan indikator kinerja makro bidang ekonomi, maka indikator

kinerja makro untuk bidang kesejahteraan rakyat mencakup indikator kinerja

pembangunan Kota Medan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, ditinjau dari

aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan distribusi

(54)

4.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan

Pertumbuhan ekonomi kota Medan mengalami peningkatan yang pesat dari

tahun ke tahun, hal ini disebabkan dari kondisi geografis Kota Medan yang strategis

di mana di dekat Kota Medan terdapat jalur Selat Malaka di mana Medan merupakan

pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik

perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor), hal ini menjadikan Medan

sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat. Medan juga merupakan kota ketiga

terbesar di Indonesia yang memiliki sarana dan prasarana yang mendukung bagi

tumbuh dan berkembangnya industri.

Tabel 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan PDRB Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)

Tahun Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan (Persen)

(55)

Tabel 4.1 menunjukkan pada awal tahun 1990-an pertumbuhan ekonomi kota

Medan sangat bagus tetapi pada masa krisis ekonomi pertumbuhan ekonomi kota

medan mengalami sedikit penurunan, apabila kita bandingkan dengan keadaan

perekonomian kota-kota di Pulau Jawa penurunan pertumbuhan ekonomi Kota

Medan pada masa krisis ekonomi tidaklah serendah yang dialami oleh Pulau Jawa,

hal ini disebabkan walaupun mengalami krisis, Kota Medan pertumbuhan ekonomi

kota Medan masih disokong oleh daerah sekitar Kota Medan yaitu Kabupaten Deli

Serdang yang memiliki wilayah perkebunan yang cukup luas di mana imbas krisis

ekonomi tidak begitu parah dirasakan oleh Kota Medan, karena pendapatan dari

masyarakat sekitar Kota Medan pada umumnya dihabiskan di Kota Medan, bukan

hanya kabupaten di sekitar Kota Medan, banyak pendapatan Kota Medan berasal dari

luar Provinsi Sumatera Utara, di mana banyak sekali orang-orang dari Provinsi Aceh

datang ke Kota Medan untuk membelanjakan pendapatannya di Kota Medan

sehingga pertumbuhan usaha di Medan selama era krisis ekonomi tidak seperti

(56)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan 1991-2008

4.1.3. Penanaman Modal Asing di Kota Medan

Medan sebagai kota yang terbesar ketiga di Indonesia memiliki sarana dan

prasarana yang cukup menarik para investor asing untuk berinvestasi di Kota Medan.

Di samping sarana dan prasarana yang mendukung Kota Medan memiliki kelebihan

dari kota-kota lain yang ada di Indonesia, di mana heterogenitas penduduk Kota

Medan membawa berkah bagi kota ini, penduduk yang beragam etnis tidak begitu

perduli dengan keadaan politik, yang sedang terjadi di Indonesia pada umumnya hal

ini membuat Kota Medan semakin kondusif bagi para investor asing.

(57)

Tabel 4.2. Perkembangan Investasi Asing di Kota Medan 1991 – 2008 dalam

Milyar Rupiah

Tahun PMA Persentase Perubahan

1991 8.49

1. Keringanan bea masuk, impor barang-barang modal (mesin, bahan baku, dan

lain-lain) sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. 135/km 05/2000.

2. Pembebasan PPn atas impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang

(58)

3. Memberikan visa izin tinggal sementara dan atau izin tinggal terbatas bagi

perusahaan yang ingin memperkerjakan tenaga kerja asing, melalui Ditjen

Imigrasi/Kantor Imigrasi setempat.

4. Menggalang kerjasama perdagangan dan investasi dalam wadah-wadah regional

seperti IMT-GT, sister city dan lain-lain.

5. Peningkatan pelayanan pada pintu-pintu masuk khususnya bandara dan

pelabuhan, sehingga menciptakan budaya yang maju.

6. Melakukan koordinasi secara terus menerus dengan kepolisian dan TNI untuk

memberikan rasa aman dan tenteram bagi seluruh pelaku bisnis baik domestik

maupun asing yang ada di Kota Medan.

Serta berbagai langkah yang telah, sedang dan akan dilanjutkan oleh Pemko

Medan tersebut diharapkan juga menghapus perbedaan perlakuan antara investor

asing dan lokal, sehingga investor asing dapat memiliki akses yang sama termasuk

dari lembaga perbankan domestik/lokal (menyamakan perlakuan terhadap investor).

Selain itu, diharapkan regulasi lebih berpihak kepada pasar serta transparan dengan

mengusahakan mengurangi jumlah larangan yang terdapat pada negative investment

list.

Perkembangan investasi asing di Kota Medan secara grafis ditunjukkan pada

(59)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

Gambar 4.2. Perkembangan Investasi Asing di Kota Medan 1991-2008

Gambar 4.2 terlihat terjadinya krisis ekonomi pada periode 1997-1998 tidak

mengakibatkan turunnya investasi asing langsung di Kota Medan, imbas dari krisis

ekonomi justru baru dirasakan pada periode 2000-2001 di mana terjadi penurunan

yang signifikan pada jumlah investasi asing di Kota Medan. Setelah tahun 2001

terjadi kenaikan yang cukup bagus di Kota Medan, investasi asing terus mengalami

kenaikan hingga tahun 2008.

4.1.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Berbagai terobosan dilakukan Pemerintah Kota Medan di sektor investasi

untuk dapat menarik minat para investor dari dalam maupun luar negeri mulai dari

(60)

yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Berbagai langkah debirokrasi dan

deregulasi terus dilanjutkan untuk menciptakan efisiensi berusaha dan berinvestasi

termasuk konsistensi aturan dan kepastian hukum untuk meminimalisir

ketidakpastian berusaha bagi investasi asing.

Tabel 4.3. Perkembangan PMDN Kota Medan dalam Milyar Rupiah

Tahun PMDN Persentase Perubahan

1991 167.04

(Investasi) di Kota Medan secara berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan

yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh letak geografis dan potensi

(61)

kebijakan-kebijakan yang bersahabat dengan pasar, sehingga menciptakan iklim dan

lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.

Langkah-langkah proaktif dan inovasi yang ditempuh, dengan

mengembangkan kemitraan strategia diantara sesama pelaku usaha dengan

Pemerintah Kota, kenyataan secara signifikan mampu menumbuhkan minat

berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di Kota Medan,

di berbagai bidang lapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi

yang sama dari seluruh stakeholders, tentang perlunya menarik investasi lebih besar

untuk menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang lebih besar di Kota

Medan, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak, sekaligus

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan  PDRB Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)
Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan 1991-2008
Tabel 4.2. Perkembangan Investasi Asing di Kota Medan 1991 – 2008 dalam   Milyar Rupiah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya hubungan antara motivasi intrinsik dengan prestasi belajar baca tulis Al-Qur’an pada siswa Madrasah Diniyyah Al-Huda Mrisen Kecamatan Wonosalam Kabupaten

Sebagai tambahan beberapa pin masukan analog memiliki fungsi khusus yaitu pin A4 (SDA) dan pin A5 (SCL) yang digunakan untuk komunikasi Two Wire Interface (TWI) atau

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi harga BBM memberi pengaruh signifikan secara negatif terhadap penjualan pedagang tradisional Perumnas Simalingkar Medan. Hal ini

Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan jumlah pesanan yang paling ekonomis, yaitu seperti jumlah pesanan yang memenuhi

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Teks Ādiparwa yang merupakan karya sastra agama mengandung nilai- nilai ketuhanan seperti yang dijelaskan dalam kutipan di atas.Bhaṭāra Nārada datang menemui Yudhiṣṭira

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak, maka perlu dilakukan strategi untuk meningkatkan kemampuan tersebut.Salah satu strategi yang dapat

Persyaratan pada ruang meliputi aspek akustik, pencahayaan, penghawaan, dan keamanan yang ada pada ruang-ruang di dalam rental office berbasis coworking space Persyaratan ruang