• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras bagi Keluarga Miskin Di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. (Terdiri dari 6 Bab, 106 halaman, 48 Tabel, 29 Kepustakaan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Masyarakat Terhadap Program Beras bagi Keluarga Miskin Di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. (Terdiri dari 6 Bab, 106 halaman, 48 Tabel, 29 Kepustakaan)."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM BERAS BAGI

KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN DATARAN TINGGI

KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

MONICA ELISA

060902035

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Monica Elisa

Nim : 06 0902 035

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras bagi Keluarga Miskin Di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

(Terdiri dari 6 Bab, 106 halaman, 48 Tabel, 29 Kepustakaan)

Kemiskinan merupakan bentuk tidak adanya kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Masalah kemiskinan ini semakin memprihatinkan karena kehidupan perekonomian indonesia yang terus merosot, karena tingginya angka kemiskinan dan resiko rawan pangan yang terjadi di indonesia maka pemerintah menjalankan program Raskin. Berjalannya setiap program yang dibuat oleh pemerintah pasti menimbulkan respon dari masyarakat. Begitu juga dengan program Raskin yang sedang berjalan di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai. Dilatarbelakangi hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Bagi Keluarga Miskin Di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai.”

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilaksanakan di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 26 orang yang menjadi sasaran penerima manfaat dan menjadi penerima Raskin. Penelitian ini akan menggunakan teknik analisa deskriptif, yaitu dengan cara memeriksa data dari penelitian, kemudian dicari frekuensinya dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel tunggal serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif.

Kesimpulan dari penelitian yang diperoleh yaitu respon masyarakat terhadap program beras bagi keluarga miskin (raskin) dilihat melalui persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat yang dinilai positif atau negatif. Persepsi Masyarakat cenderung positif yaitu

telah mengetahui tentang program raskin, manfaat dan tujuan raskin, pengadaan raskin, program lain selain program raskin, pemahaman informasi, informasi tim dari program raskin sedangkan sikap masyarakat cenderung positif terlihat dari masyarakat yang menilai dengan baik atas adanya pelaksanaan program Raskin, informasi penyaluran raskin, sosialisasi raskin, setuju program Raskin untuk dilanjutkan dan menanggapi dengan baik bantuan dari pihak pemerintah dan partisipasi juga cenderung positif, hal ini dapat dilihat dari responden yang turut serta dalam melaksanakan, memelihara, menikmati dan menilai program Raskin dengan baik, ikut bersosialisasi dan juga membayar Raskin tepat waktu sesuai dengan petunjuk teknis yang menyatakan bahwa pembayaran raskin tidak boleh ditangguhkan dan responden terlibat dan ikut serta dalam penyebaran informasi dan ikut serta dalam musyawarah desa.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Respon Masyarakat Terhadap Program Beras bagi Keluarga Miskin (Raskin) di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah berusaha semaksimal agar hasil yang disajikan dalam skripsi ini bisa sebaik mungkin. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Hal ini terutama dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini nantinya.

Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(4)

memberikan saran, kritik dan pandangannya yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

5. Bapak Afrizon Y.S S.sos selaku Kepala Kelurahan, Ibu Upiani selaku Sekretaris Kelurahan, terutama Ibu Yani yang telah banyak membantu penulis dalam mencari data dan seluruh pegawai Kelurahan Dataran Tinggi Binjai yang membantu penulis dengan kerja sama yang baik saat melakukan penelitian.

6. Bapak Tarwan selaku kepala lingkungan IV Kelurahan Dataran Tinggi Binjai yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama penelitian 7. Teristimewa, kepada kedua orang tuaku, Bapak M.Irianto Rokyoto dan Ibu

Lina Jamilah yang telah membesarkan penulis, memberikan kasih sayang , doa, dukungan dan berbagai masukan motivasi bagi penulis, makaci ya Mom n Dad, I Luv U forever

(5)

9. Buat Saudara-saudara besarku, pipin, ka’ yessi, Emir, Hafis, Habib, Okal, Teguh, Rodah terima kasih atas segala doa, dukungan, dan perhatian dari kalian

10. Buat saudara-saudaraku yang masih kecil dan imoet-imoet, ari, airin, ojan, ocean, agil, jangan bandel kali dan semoga menjadi anak yang patuh

11. Buat Genk Queba sekaligus Sahabat-sahabat aku di kampus, Opunk (Diah), Bhebhe (Yepi), dan Dhe yang kemana-mana selalu bersama, senang dan susah bersama, suntok aja yang beda harinya, dan semoga persahabatan kita ini tetap awet sampai tua.

12. Buat teman-teman seperjuangan aku dari semester 1 sampai sekarang dikampus, ade, gugus, hammad, aulia, edo, rahmat, halim, roji, demol, nanta, manuk, ari, anwar, lista, oppie, joko dan semua yang belum tersebutkan, terimakasih buat semuanya. Sukses buat kalian semua

13. Buat sohib aku, ipeh, evi dan kiki terima kasih buat dukungan dan doanya, kapan-kapan kita fitnes lagi ya dan nongkrong bareng kayak dulu.

Akhirnya kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aminn….

Medan, December 2010

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK………..i

KATA PENGANTAR………..iii

DAFTAR ISI……….vi

DAFTAR TABEL……….ix

DAFTAR GAMBAR………...xii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiii

BAB I. PENDAHULUAN………1

1.1. Latar Belakang……….1

1.2. Perumusan Masalah……….7

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………...7

1.3.1 Tujuan Penelitian……….7

1.3.2 Manfaat Penelitian………...7

1.4. Sistematika Penulisan………..8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……….9

2.1. Respon……….9

2.2. Masyarakat……….17

2.3. Keluarga Miskin dan Kesejahteraan Sosial………...21

2.4. Program Beras Bagi Keluarga Miskin………...30

2.4.1. Pagu Dan Alokasi………...31

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.3 Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Badan Pusat Statistik………...25

Tabel 4.3.1.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan………...48

Tabel 4.3.1.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia………...49

Tabel 4.3.1.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga………….50

Tabel 4.3.1.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………...51

Tabel 4.3.1.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………..52

Tabel 4.3.1.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan……….53

Tabel 4.3.1.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………...54

Tabel 4.3.1.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku………...55

Tabel 4.4.1 Fasilitas………..56

Tabel 5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia……….60

Tabel 5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...61

Tabel 5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama………..62

Tabel 5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan………..63

Tabel 5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku………..64

Tabel 5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga……....65

Tabel 5.1.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan………..66

Tabel 5.1.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan Perbulan…...67

Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Tentang Program Raskin………68

Tabel 5.2.1.2 Distribusi Responden Tentang Manfaat Program Raskin………..70

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Tentang Dosen Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian

Skripsi

2. Surat Permohonan Izin Penelitian Kepada Kepala Lurah Dataran Tinggi Binjai

Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai

3. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian Penulisan Skripsi

(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Monica Elisa

Nim : 06 0902 035

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Beras bagi Keluarga Miskin Di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

(Terdiri dari 6 Bab, 106 halaman, 48 Tabel, 29 Kepustakaan)

Kemiskinan merupakan bentuk tidak adanya kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Masalah kemiskinan ini semakin memprihatinkan karena kehidupan perekonomian indonesia yang terus merosot, karena tingginya angka kemiskinan dan resiko rawan pangan yang terjadi di indonesia maka pemerintah menjalankan program Raskin. Berjalannya setiap program yang dibuat oleh pemerintah pasti menimbulkan respon dari masyarakat. Begitu juga dengan program Raskin yang sedang berjalan di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai. Dilatarbelakangi hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Respon Masyarakat Terhadap Program Beras Bagi Keluarga Miskin Di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai.”

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilaksanakan di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 26 orang yang menjadi sasaran penerima manfaat dan menjadi penerima Raskin. Penelitian ini akan menggunakan teknik analisa deskriptif, yaitu dengan cara memeriksa data dari penelitian, kemudian dicari frekuensinya dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel tunggal serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif.

Kesimpulan dari penelitian yang diperoleh yaitu respon masyarakat terhadap program beras bagi keluarga miskin (raskin) dilihat melalui persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat yang dinilai positif atau negatif. Persepsi Masyarakat cenderung positif yaitu

telah mengetahui tentang program raskin, manfaat dan tujuan raskin, pengadaan raskin, program lain selain program raskin, pemahaman informasi, informasi tim dari program raskin sedangkan sikap masyarakat cenderung positif terlihat dari masyarakat yang menilai dengan baik atas adanya pelaksanaan program Raskin, informasi penyaluran raskin, sosialisasi raskin, setuju program Raskin untuk dilanjutkan dan menanggapi dengan baik bantuan dari pihak pemerintah dan partisipasi juga cenderung positif, hal ini dapat dilihat dari responden yang turut serta dalam melaksanakan, memelihara, menikmati dan menilai program Raskin dengan baik, ikut bersosialisasi dan juga membayar Raskin tepat waktu sesuai dengan petunjuk teknis yang menyatakan bahwa pembayaran raskin tidak boleh ditangguhkan dan responden terlibat dan ikut serta dalam penyebaran informasi dan ikut serta dalam musyawarah desa.

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari pembangunan di indonesia adalah untuk meningkatkan tingkat hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia seperti yang diamanatkan oleh UUD tahun 1945.

Fungsi pembangunan dapat dirumuskan ke dalam tiga tugas utama yang mesti dilakukan sebuah negara-bangsa (nation state), yakni pertumbuhan ekonomi (economy growth), perawatan masyarakat (community care) dan pengembangan manusia (human growth). Fungsi perawatan masyarakat dan pengembangan manusia inilah yang sebenarnya merupakan substansi dari pembangunan kesejahteraan sosial yang menopang pembangunan ekonomi (Suharto, 2005 : 6).

Sejak era 1950-an di kalangan negara sedang berkembang dilakukan berbagai upaya untuk mencari formula yang sebaik-baiknya guna melaksanakan pengembangan masyarakat. Pada umumnya upaya yang dilakukan tersebut kemudian dinamakan proses pembangunan masyarakat tersebut, kemudian dirumuskan dan diimplementasi berbagai bentuk strategi. Tidak dapat diingkari, masing-masing negara sedang berkembang menggunakan strategi yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik khusus masyarakatnya (Soetomo, 2006 : 2).

(11)

sumber daya alam dan lingkungan hidup, perlindungan hak atas tanah, rasa aman, serta kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pembangunan. Selain itu pemenuhan hak dasar penduduk dimaksud juga dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah yaitu untuk percepatan pembangunan pedesaan, revitalisasi pembangunan perkotaan, pengembangan kawasan pesisir serta percepatan pembangunan (www.menkokesra.go.id/content/view/163/118/tanggal 08 April 2010 pukul 19.15 WIB).

Sementara itu, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dalam pembangunan yaitu masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan, bahkan sampai sekarang dapat dikatakan semakin memprihatinkan. Kemiskinan tercermin dari belum terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin. Hak-hak dasar tersebut antara lain adalah hak atas pangan, kesehatan, perumahan, pendidikan, pekerjaan, tanah, sumber daya alam, air bersih, dan sanitasi, rasa aman serta hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan publik dan proses pembangunan. Sedangkan dampak dari kemiskinan yaitu jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya akses terhadap pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, dan tidak adanya perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota dan yang lebih parah kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan secara terbatas.

(12)

meningkatnya kesejahteraan rakyat diantaranya menurunkan angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 8,2 % pada tahun 2009 (http : //www.kominfo.com// diakses tanggal 08 April 2010 pukul 17.05 Wib).

Hasil proyeksi data statistik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025. walapun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 200-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat dari penurunan karena kematian (www.kominfo.com// diakses tanggal 08 April 2010).

Di Sumatera Utara jumlah penduduk pada Tahun 2000 jumlah penduduk di Sumatera Utara meningkat yaitu mencapai dua belas juta jiwa (11.642.488). Sementara itu pada tahun 2005 jumlah penduduk meningkat lagi dengan mencapai tiga belas juta jiwa (www.datastatistikindonesia.com diakses pada tanggal 08 April 2010 pukul 20.23 Wib).

(13)

ada pada manusia adalah bawaan, dan tersusun menurut tingkatan atau bertingkat. Kebutuhan manusia yang tersusun secara bertingkat tersebut yaitu kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih dan memiliki, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Program-program yang dibuat oleh pemerintah tidaklah sedikit. Program pemerintah yang telah berjalan antara lain Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), program Bantuan untuk Keluarga Miskin (Gakin), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dana bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Semua itu upaya pemerintah dalam mencoba memerangi kemiskinan. Walaupun demikian, program-program tersebut tidak dapat juga mengatasi kemiskinan.

(14)

Program Raskin dimulai sejak tahun 1998 dengan nama Operasi Pasar Khusus (OPK) beras. Program ini merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mentransfer pendapatan kepada keluarga miskin sebagai akibat krisis (http: //menkokesra.go.id/content/view/9776/354 diakses tanggal 09 April 2010 pukul 09.05).

(15)

pasar. Jumlah subsidi Raskin 2010 sebesar Rp11,4 triliun. Jumlah tersebut menurun dari subsidi Raskin 2009 sebesar Rp12,9 triliun. Meski demikian, subsidi Raskin 2010 ini kemungkinan naik menjadi Rp13,1 triliun bila APBNP mendapat persetujuan DPR (www.wordpress.com diakses pada tanggal 4 agustus 2010 pada pukul 14.00 WIB)

Hasil penelitian program raskin sebelumnya pernah dilaksanakan di 8 (delapan) propinsi terpilih, yaitu Sumatera utara, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggrara Barat, didapatkan bahwa kuantitas Raskin yang dibeli keluarga miskin lebih sedikit dari jatah yang seharusnya, yaitu 20 kg/KK miskin, dengan alasan pemerataan sebagai akibat jumlah KK miskin lebih besar daripada jumlah beras yang didrop di desa. Harganya lebih tinggi daripada yang seharusnya, Rp 1000/kg karena alasan biaya angkut/ transportasi. Dan karena hal itu masyarakat dibeberapa provinsi tersebut kebanyakan merespon secara negatif karena kuantitas beras yang mereka dapatkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan karena adanya pengurangan jatah beras yang dilakukan oleh penyalur tim raskin (www.majalahpangan.com diakses pada tanggal 4 juni 2010 pukul 21.00 WIB)

(16)

Program Beras Bagi Keluarga Miskin di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana respon masyarakat terhadap program beras bagi keluarga miskin (Raskin) di Kelurahan Dataran Tinggi, Kecamatan Binjai Timur.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program beras bagi keluarga miskin di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

1.3.2. Manfaat Penelitian

(17)

1.4Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkarya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon

Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction). Respon atau tanggapan adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat dan respon lambat-laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang (Dzamarah, 2002 : 23).

Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas dari pembahasan persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat.

a. Persepsi menurut Morgan, King dan Robinson adalah suatu proses diterimanya suatu rangsangan (obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) dengan cara melihat dan mendengar dunia disekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat juga didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia (Adi, 2000 : 105).

Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang dimulai dari penglihatan dan pendengaran hingga terbentuk tanggapan yang terjadi pada diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya (Mahmud, 1990:55).

Penglihatan dan Pendengaran seseorang dapat dilihat melalui dengan cara mencermati, memahami dan menilai segala sesuatu yang terjadi di dalam lingkungan sehingga terbentuk tanggapan dari dirinya.

(19)

persepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkungan, karena sensori channel kita tidak mungkin memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan kita (Adi, 2000 : 14).

Menurut Adi (2000 : 15) Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah :

1. Motif dan kebutuhan

2. Preparator set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input sensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain.

3. Minat (interest).

Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah :

1. Intensitas dan ukuran (intensity and size). Misalnya makin keras suatu bunyi maka makin menarik perhatian seseorang.

2. Kontras dengan hal-hal yang baru 3. Pengulangan

4. Pergerakan

(20)

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran dan majalah.

2. Keterpaparan Informasi

(21)

b. Sikap adalah suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku dan cenderung untuk bertindak dan bereaksi terhadap rangsang (Hudaniah, 2003:95).

Menurut Hudaniah (2003 : 97) sikap dapat dilihat melalui penilaian, penerimaan/penolakan, mengharapkan/menghindari suatu objek tertentu.

1. Penilaian adalah pengetahuan/informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang bagaimana menilai objek tersebut.

Contoh: Penilaian masyarakat terhadap adanya suatu program

2. Penerimaan/Penolakan adalah berhubungan dengan rasa senang/tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan sistem nilai yang dimiliki

Contoh: Masyarakat menerima/menolak terhadap adanya suatu program 3. Mengharapkan/Menghindari adalah kesiapan seseorang untuk bertingkah laku

yang berhubungan dengan objek sikapnya.

Contoh: masyarakat mengharapkan/menghindari adanya suatu program

Teori rangsang balas (stimulus respon theory) yang sering juga disebut sebagai teori penguat dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial dan sikap. Yang artinya disini adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia mengalami rangsang tertentu. Sikap ini terjadi biasanya terhadap benda, orang, kelompok, nilai-nilai dan semua hal yang terdapat di sekitar manusia.

Mengenai sikap, Thurstone mengajukan pendapat :

(22)

institution, ideal or idea, toward which people can differ with respect to positive or

negative affect”

Dari batasan tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa Thurstone memandang sikap perasaan positif suatu individu terhadap suatu obyek psikologis yang dikatakan menyukai objek tersebut atau mempunyai sikap yang favorable terhadap obyek itu. Sedangkan individu memandang sikap sebagai suatu perasaan negatif terhadap suatu obyek psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavorable terhadap obyek tersebut. Dalam sikap yang positif reaksi seseorang cenderung untuk mendekati atau menyenangi obyek tersebut, sedangkan dalam sikap yang negatif orang cenderung untuk menjauhi atau menghindari obyek tersebut (Thurstone dalam Walgito, 1999: 109)

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

1. Sikap mempengaruhi perilaku. Dimana suatu sikap yang mengarah pada suatu obyek memberikan satu alasan untuk berperilaku mengarah pada obyek itu dengan cara tertentu

2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan beberapa pengalaman dan rajin dalam latihan

3. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap suatu saat dapat berubah, meskipun relatif sulit untuk berubah

4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi

5. Sikap tidak hanya terdapat satu jenis saja, melainkan memiliki beberapa jenis sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya

(23)

c. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara aktif (dan terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisai, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah

Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku) untuk suatu program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain ialah:

1) Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Karena semua sudah dikerjakan oleh pihak luar maka masyarakat tinggal menerima berupa hasil pembangunan misalnya gedung sekolah, pos KB, pembibitan tanaman, masyarakat tinggal menerima bibitnya. Partisipasi ini jelas mudah, namun menikmati belum berarti memelihara.

2) Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan hal ini terjadi karena pihak luar masyarakat, sudah mengerjakan persiapan, perencanaan, dan menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan, dan setelah itu baru dapat menikmati hasilnya misalnya dalam membangun jalan (pengerasan), masyarakat ikut serta meratakan jalan dan menata/merapikan batu. Pemagaran rumah, masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yang sudah disediakan,dll.

(24)

tidak mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting karena mereka merasa tidak memiliki program tersebut, misalnya biasanya masyarakat bersedia memelihara satu gedung milik umum di desa jika mereka ikut ambil bagian dalam membangunnya, bahkan ikut menyumbang sebagian bahan. Contoh lagi, masyarakat bersedia menanam dan memelihara bibit tanaman (dari proyek pembibitan) kalau masyarakat ikut berkorban atau berpartisipasi selama pembibitan dipersiapkan dan dilaksanakan.

4) Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasa program tidak sesuai dengan aspirasinya

Dari beberapa fungsi diatas maka dapat diketahui bahwa partisipasi memiliki hubungan/kaitan dengan frekuensi dan kualitas yaitu:

1. Frekuensi

Kaitan Partisipasi dengan Frekuensi ialah bahwa partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dimana keterlibatan tersebut harus memiliki frekuensi yang baik dan teratur agar masyarakat dapat melaksanakan program pembangunan dengan penuh persiapan, perencanaan, pemahaman dan evaluasi. Contoh: berperan serta dalam bersosialisasi untuk menilai suatu program 2.Kualitas

Kaitan Partisipasi dengan Kualitas ialah bahwa dalam melaksanakan suatu program harus diperlukan sikap yang berkualitas pada masyarakat tersebut dan keterlibatan masyarakat yang bertata laku dengan baik maka mereka akan menjadi terinternalisasi dengan sikap dan nilai pribadi yang kondusif terhadap kualitas.

(25)

Partisipasi masyarakat juga mengikutsertakakan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007 : 27).

Partisipasi dapat dibagi menjadi 6 pengertian yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan

2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan

3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri

4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu

5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 1999 : 64)

(26)

Partisipasi sebagai strategi dalam program pengembangan masyarakat, tapi juga menjadi hasil yang diharapkan dari pada program pengembangan masyarakat. Di dalam proses pembangunan secara keseluruhan, perluasan partisipasi dapat dipahami sebagai berikut :

1. Sebagai satu tujuan utama masyarakat, kekuatan-kekuatan sosal, dan perorang-perorangan yang terlibat dalam proses itu.

2. Sebagai sarana kaum elit, kelompok-kelompok dan perorangan untuk mencapai tujuan lain yang mereka nilai tinggi.

3. Sebagai hasil sampingan atau konsekuensi tercapainya tujuan-tujuan lain, baik oleh masyarakat secara keseluruhan oleh kaum elit, kelompok-kelompok dan perorangan di dalam masyarakat (Huntington, 1990:56)

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi penyadaran. Untuk berhasilnya program desa pembangunan tersebut, warga masyarakat dituntut untuk tidak terlibat hanya dalam aspek kognitif dan praktis tetapi juga ada keterlibatan emosional pada program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa.

2.2 Masyarakat

(27)

hukum, agama dan sosial budaya yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut, sehingga menjadi adat istiadat. Warga suatu asrama pelajar, para mahasiswa suatu akademi kedinasan atau suatu sekolah tidak dapat disebut masyarakat karena walaupun kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru, pegawai administrasi, serta para karyawan lainnya terikat serta diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma dan aturan sekolah, sistem norma itu hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas, sementara sebagai kesatuan manusia, asrama atau sekolah hanya bersifat sementara (tidak berkesinambungan). Selain ikatan adat istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain, yaitu rasa identitas bahwa mereka merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya (Koentjaraningrat, 1996 : 121)

Secara biologis masyarakat dipandang sebagai suatu badan yang hidup, tak berbeda daripada hewan dan manusia, khususnya masyarakat dipersamakan dengan organisme biologi, masyarakat dianggap mempunyai jantung. Masyarakat dapat sakit seperti tubuh manusia yang dapat menderita sakit (Shadily, 1953 : 34)

Ada beberapa hal yang cocok dengan persamaan ini tetapi masih lebih banyak yang bertentangan yaitu:

(28)

sedangkan sel hewan satu sama lain serupa baik dalam bentuk maupun sifatnya.

b. Segala rintangan atau pertentangan dalam tubuh biologi mendatangkan sakit, sedangkan pertentangan dalam masyarakat, umpamanya perdebatan dalam parlemen yang bertujuan memperbaiki negara, seringkali mendatangkan kebaikan bagi negara seluruhnya.

Koenjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat yang tertentu. Sedangkan Selo Sumardjan menyatakan bahwa masyarakat ialah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Koenjaraningrat dan Selo Sumardjan, dalam wahyu, 1996 : 59).

Teori atomistis atau individualis yang mengatakan bahwa dalam masyarakat hanya terdapat perseorangan, yang masing-masing berdiri sendiri dengan tiada perhubungan satu sama lain. Teori atomistis ini mendatangkan sifat statis dalam pelajarannya, karena dengan demikian maka hanya perseorangan yang dipentingkan, sehingga orang seolah-olah membuta terhadap proses sosial dasn pengaruhnya dalam masyarakat sebagai wujud hidup bersama secara golongan.

Menurut Fairchild, unsur atau ciri masyarakat adalah : 1. Kelompok manusia

2. Adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandaskan kepentingan bersama 3. Adanya pertahanan dan kekekalan diri

4. Adanya kesinambungan

(29)

Menurut Koenjaraningrat (1996 : 147) yang dalam ajarannya lebih memperhatikan proses masyarakat daripada bentuk masyarakat, selanjutnya membagikan proses masyarakat sebagai berikut:

1. Proses mengikat, mendekati, bersatu

2. Proses memisah, bercerai dan hidup masing-masing

3. Proses campuran atau pertengahan, yang tidak dapat dengan tegas dimasukkan dalam proses mengikat dan proses memisah

Karl Marx dalam teorinya itu memperlihatkan material deteminisme ialah kepastian untuk melihat keadaan masyarakat dari sudut materi saja. Dalam hal itu ia melupakan dan mengabaikan penghargaan moril, penghargaan akhlak dalam peradaban , agama dan sebagainya.

Menurut bahasanya penjelasan masyarakat yang telah dikemukakan diatas, tidak ada perbedaan ungkapan yang mendasar, justru yang ada yaitu mengenai persamaannya. Yang utama masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tumbuh bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama dimana mereka menciptakan nilai, norma dan kebudayaan (Setiadi, 2007 : 80).

Demikianlah akhirnya bahwa masyarakat mengandung pengertian yang sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri dari berbagai kelompok besar maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya (Wahyu, 1986 : 60).

(30)

balas/ tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat terhadap suatu program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya memberikan perlindungan melalui pendistribusian bahan pangan pokok (beras) dengan ketentuan minimal 10 kg/KK/bulan dan maksimal 20 kg/KK/bulan dengan netto 1000 kg kepada keluarga miskin yaang mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu rumah yang standart ekonominya lemah atau tingkat pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.3. Keluarga Miskin dan Kesejahteraan Sosial

Kemiskinan merupakan konsep dan fenomena berwayuh wajah, bermantra multidimensional. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan berdasarkan segi ekonomi, khususnya pendapatan berupa uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-material yang diterima seseorang. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah nilai kebutuhan minimum, baik untuk makan dan non makan, yang disebut dengan garis kemiskinan (proverty line) atau batas kemiskinan (proverty threshold). Garis kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu untuk memperoleh sejumlah uang yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos 2002 dalam Suharto, 2005 : 132).

(31)

pada banyak negara termasuk Indonesia. Sekalipun Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber minyak bumi yang cukup berlimpah namun sebagai anggota OPEC menimbulkan konsekuensi terhadap pemerintah untuk menaikkan harga jual minyak ke luar negeri maupun dalam negeri. Kenaikan harga minyak kemudian telah menyebabkan efek domino kenaikan harga-harga terhadap berbagai aspek komoditi dalam negeri yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak dan transportasi (Soekanto, 1990 : 406)

Menurut BPS, penyebab utama kenaikan jumlah orang miskin karena adanya kebijakan kenaikan harga BBM yang dinilai over dosis secara rata-rata 126% pada bulan oktober 2005. Selain itu harga beras yang terus meroket mencekik leher rakyat. Asumsi yang banyak dipakai menyebutkan bahwa orang indonesia itu miskin karena pendidikan rendah. Akses sumber daya ekonomi terbatas dan kurangnya modal. Asumsi-asumsi ini pada spektrum tertentu ada benarnya (Dyayadi, 2008 : 144).

Dalam diskursus tentang kemiskinan di dunia islam, Yusuf Al Qaradhawib telah melakukan telaah yang cukup komprehensif pada bukunya “kemiskinan di Dunia Islam (1996)” yang dikutip oleh Suwandono, Kemiskinan di Dunia Islam, (Republika, 15 September 2006). Menurutnya secara konseptual Islam memiliki dua kata merujuk kepada orang miskin yaitu :

(32)

2. Masakin, merujuk kepada kondisi dimana seseorang telah berusaha payah bekerja keras, namun hasil usahanya tersebut tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Tetapi orang tersebut tidak berputus asa untuk bekerja.

Dengan tingkat survival yang mereka capai, akan banyak ditentukan oleh spektrum bahwa manusia hidup yang lebih luas yaitu nilai-nilai dan struktur organisasi sosial dimana mereka ada didalamnya. Seseorang itu menjadi miskin juga tidak dipisahkan dari sistem sosial yang berlaku yang telah membentuk budaya kemiskinan.

Budaya kemiskinan yang dimaksud adalah sesuatu cara hidup dan cara pandang yang lemah dan gampang puas, yang dialami serta yang dilakukan bersama-sama oleh orang miskin. Dan jarang sekali mendapat tempat dalam suatu diskursus perencananaan penanggulangan kemiskinan. Dimensi ini sengaja mengada-ngada dan produk analisasi yang sengaja oleh para ilmuwan barat mungkin sekedar menjelek-jelekkan orang indonesia.

(33)

buruh. Buruh tidak cukup mendapat bayarannya untuk pekerjaannya sehingga ia tidak dapat hidup sempurna sebagai menusia (Shadily, 1953 : 202).

Kemiskinan memiliki beberapa ciri yaitu :

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan pangan)

b. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi)

c. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga)

d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya alam f. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat

g. Ketidaaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental

i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan dalam rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil)

(34)

yang diperkirakan naik menjadi 5,6 persen pada tahun depan atau lebih tinggi dari target pemerintah. Meski demikian, persentase penduduk miskin tahun depan diperkirakan justru merosot 14 persen dibandingkan tahun ini yang mencapai 15 persen. "Ini karena pembaginya adalah jumlah penduduk (www. lintasforum.blogspot.com diakses pada tanggal 4 juni 2010 pukul 21.30 WIB)

Kriteria Rumah Tangga Miskin menurut Badan Pusat Statistik

No Variabel Kriteria Rumah Tangga Miskin

1

Luas lantai bangunan tempat tinggal

Jenis lantai bangunan tempat tinggal

Jenis dinding bangunan tempat tinggal

Fasilitas tempat buang air besar sumber penerangan rumah tangga Sumber air minum

Bahan bakar untuk memasak sehari-hari

Konsumsi daging, susu/ayam

Pembelian pakaian baru untuk setiap ART dalam setahun

Kurang dari 8 m per orang

Tanah/bambu/kayu murahan

Bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester

Tidak punya/bersama-sama dengan rumah tangga lain

Bukan listrik, Sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan

Kayu bakar/arang/minyak tanah

Tidak pernah mengkonsumsi/hanya dalam satu kali dalam seminggu

(35)

9

10

11

12

13

Makanan dalam sehari untuk setiap ART

Kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas/poliklinik

Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga

Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga keluarga

Kepemilikan asset/tabungan

Hanya sekali makan/dua kali makan dalam sehari

Tidak mampu membayar untuk berobat

Petani dengan luas lahan 0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan berpendapatan dibawah Rp 600.000/ bulan.

Tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya tamat SD

Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000, seperti sepeda motor, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya

Sumber : Badan Pusat Statistik 2005

Menurut David Cox, kemiskinan dibagi dalam beberapa dimensi yaitu : a. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi

(36)

b. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan

Kemiskinan substensi (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan akibat hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan)

c. Kemiskinan sosial

Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok minoritas d. Kemiskinan Konsekuensial

Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor eksternal diluar simiskin seperti konflik dan bencana (David Cox dalam Suharto, 2005: 133).

Menuut F. Rahardi, produktivitas dan kreativitas sangat penting dalam upaya pemberantas kemiskinan penduduk kota. Secara khusus penyebab kemiskinan adalah:

1. Rendahnya tingkat pendidikan: rendahnya taraf pendidikan menyebabkan kemampuan pengembangan diri menjadi terbatas sehingga lapangan kerja menjadi sempit

2. Rendahnya tingkat kesehatan: tingkat kesehatan dan tingkat gizi yang rendah menyebabkan daya tahan fisik, daya pikir serta prakarsa menjadi rendah pula, dengan demikian produktivitas menjadi berkurang

(37)

4. Kondisi yang terisolasi, proses jual beli hasil produksi dari dan ke daerah sekitar tidak akan terjadi jika ada sarana fisik sebagai penghubung sebagai jalan dan alat transportasi. Hal ini berakibat perekonomian di daerah tersebut akan berkembang (Dyayadi, 2008 : 145)

Adapun yang menjadi karakteristik penduduk miskin menurut LP3ES adalah:

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri

3. Tingkat Pendidikan umumnya rendah

4. Banyak diantara mereka yang tidak mempunyai fasilitas

5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai

6. Makan 2 atau sekali sehari tetapi jarang makan telur atau daging (makanan bergizi)

7. Tidak bisa berobat ketika sakit

8. Memiliki banyak anak atau satu rumah dihuni banyak keluarga atau dipimpin kepala keluarga perempuan.

Jadi yang dimaksud dengan keluarga miskin adalah suatu unit masyarakat ynag terkecil yang mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu rumah yang standart ekonominya lemah atau tingkat pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar pokok seperti sandang, pangan dan papan.

(38)

menjelaskan bahwa keberhasilan suatu rezim pemerintahan atau keberhasilan pembangunan indikatornya adalah penanganan masalah kecacatan, keterlantaran, kemiskinan dan lain-lain. Dan kesejahteraan sosial dapat meningkatkan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar manusia (pangan, sandang dan papan) serta kesehatan dan pendidikan secara layak terutama bagi keluarga miskin. Oleh karenanya penanganan masalah kemiskinan terutama bagi keluarga miskin harus didekati dari berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan sosial. Jadi kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan umum. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik.

Menurut Walter A. Friedlander pengertian kesejahteraan sosial adalah :

“Sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat(Muhidin, 1992 : 1).

Menurut Elizabeth Wickenden, Kesejahteraan sosial termasuk didalamnya adalah peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat seta menjaga ketentraman dalam masyarakat.

(39)

jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila” (Adi : 2000 : 1)

Berdasarkan definisi diatas, dapat diambil kesimpulan pengertian kesejahteraan sosial sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun kehidupan spiritual.

2.4 Program Beras Untuk Keluarga Miskin

Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) adalah program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan ketahangan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras yang diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin dimana masing-masing keluarga akan menerima beras dengan ketentuan maksimal 20 kg/KK/bulan/netto dengan harga 1000/kg di titik distribusi. Tujuan Program Raskin berdasarkan Pedum adalah meningkatkan atau membuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka memenuhi kebutuhan beras sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan.

Program Raskin ditujukan kepada keluarga miskin dan rawan pangan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan pemerintah. Penerima manfaat yaitu keluarga miskin di desa/kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang menjadi penerima manfaat dari program ini adalah :

(40)

bobot pengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi. Indikator keluarga prasejahtera alasan ekonomi yaitu :

1. Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua kali sehari

2. Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian

3. Bagian lantai yang terluas dari tanah

b. Keluarga Sejahtera I (KS I) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum memenuhi indikator KS I yang ditetapkan oleh BKKBN, dengan bobot pengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi, indikatornya adalah : 1. Paling kurang seminggu sekali keluarga makan daging/ikan/telur

2. Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru

3. Luas lantai rumah paling kurang 8m untuk tiap penghuni/jiwa 2

Jadi Badan Pusat Statistik berpendapat bahwa Keluarga Prasejahtra dan Keluarga Sejahtra 1 masih merupakan kriteria rumah tangga miskin. Yang mana penghasilan keluarga tersebut masih minim dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bisa dibuktikan bahwa anggota keluarga tersebut belum mampu untuk makan dua kali sehari dan paling kurang seminggu sekali makan daging/ikan/telur dan juga luas lantai rumah paling kurang 8m . 2

2.4.1. Pagu dan Alokasi

(41)

hanya ditetapkan 17,094 juta rumah tangga atau turun drastis dari tahun 2009 yang mencapai 18,497 juta rumah tangga atau 19,1 juta pada 2008.

Sedangkan jika dari alokasi jumlah alokasi tonasi raskin 2010 hanya 2,052 juta ton atau lebih rendah dari 2009 sebesar 3,33 juta ton. Menanggapai pagu ini, Perum Bulog mengsusulkan dana alokasi subsidi raskin tahun 2010 dinaikan mencapai Rp 12,327 triliun dengan jumlah 17,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) dan jumlah alokasinya masih 15 kg per bulan dengan usulan kenaikan harga jual raskin dari Rp 1.600 per Kg menjadi 2000 per Kg dan jumlah alokasi sebanyak 3,15 juta ton. Pagu tahun 2010 relatif lebih buruk pada tahun 2009 karena banyak perubahan dari sisi alokasi maupun anggaran.(http://www.detikfinance.com) diakses pada tanggal 19 Mei 2010 pukul 18.00 WIB)

2.4.2 Penanggung jawab Raskin

Penanggung jawab pelaksanaan dan pemantauan Raskin di tingkat propinsi adalah Gubernur dan di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota. Dalam pelaksanaannya secara fungsional didukung oleh Tim Koordinasi Raskin tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri dari instansi terkait dan berbagai pihak yang dipandang perlu (Perguruan tinggi, LSM, dan institusi kemasyarakatan lainnya).

(42)

tingkatan wilayahnya turut bertanggung jawab dalam penyelesaian administrasi dan pembayaran Raskin.

Penanggung jawab data dasar untuk penetapan keluarga sasaran penerima manfaat Raskin adalah Kepala BKKBN setempat. Penanggung jawab penetapan jumlah keluarga miskin dan kuantum beras adalah Gubernur/Bupati/Walikota sesuai tingkatan wilayahnya sebagai hasil konsultasi teknis dengan instansi terkait dengan mempertimbangkan kondisi objektif daerah yang bersangkutan.

Penanggung jawab pengesahan keluarga miskin yang menerima Raskin di setiap titik distribusi adalah camat sebagai hasil musyawarah desa yang ditetapkan oleh kepala desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah Setempat. Penanggung jawab penanganan pengaduan masyarakat adalah kepala Dinas/Badan BPM bersama-sama unsur-unsur inspektorat dan pengawasan Divre/Sub Divre/Kanlog Bulog. Penentuan Pagu dan Alokasi :

a) Kuantum pagu Raskin nasional ditetapkan berdasarkan besarnya subsidi pangan (Raskin) yang disediakan pemerintah dalam APBN

b) Gubernur selaku Penanggungjawab Tim Koordinasi Program Raskin Provinsi, mengalokasikan kuantum pagu Raskin kepada masing-masing Kabupaten/Kota dengan mengacu pada data kemiskinan BPS yang ditetapkan dalam keputusan Gubernur

(43)

d) Tim Raskin Provinsi dapat mengusulkan kepada Gubernur untuk me-realokasi pagu Raskin ke Kabupaten/Kota yang dinilai tidak dapat mendistribusikan beras Program Raskin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

2.4.3 Biaya Operasional Raskin

1. Biaya Operasional Raskin disediakan untuk memenuhi kebutuhan biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan Raskin sampai dengan di titik distribusi menjadi perum Bulog

2. Pengeluaran biaya Operasional Raskin dilakukan secara efisien

3. Biaya Raskin terdiri dari biaya umum dan biaya operasional, termasuk pajak. Biaya umum antara lain digunakan untuk pembuatan, brosur, leaflet, poster dan lain-lain

4. Biaya Operasional terdiri dari biaya distribusi dan biaya pendukung. Biaya distribusi meliputi biaya angkutan, pengemasan bila diperlukan, susut, cadangan resiko. Biaya pendukung selanjutnya pembuatan laporan, honor, biaya koordinasi dan biaya rapat, biaya sosialisasi, monitoring, dan evaluasi (yang tidak dibiayai dari APBN)

5. Ongkos dari titik distribusi sampai ke penerima manfaat di alokasikan dari APBD setempat atau swadaya masyarakat

(44)

Pembiayaan distribusi beras Raskin meliputi :

a) Dari gudang Perum Bulog sampai di titik distribusi menjadi beban perum Bulog

b) Dari titik distribusi sampai RTM sasaran penerima manfaat menjadi beban Bupati/Walikota

2.4.4. Indikator Keberhasilan Program

Indikator keberhasilan pelaksanaan program Raskin adalah tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, dan tepat administrasi. Tepat sasaran penerima manfaat, Raskin hanya diberikan kepada rumah tangga sasaran penerima hasil musyawarah Desa/Kelurahan yang terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM-1) dan diberi identitas. Tepat jumlah, jumlah beras Raskin yang merupakan hak Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima manfaat adalah sebanyak 10 kg netto per RTM per bulan sesuai dengan hasil Musyawarah Desa/Kelurahan. Tepat harga, harga beras Raskin adalah sebesar Rp.1.000,00 per kg netto di titik distribusi (

www.pontianakkota.go.id/?q=news/tepat-indikator-keberhasilan-raskin diakses pada tanggal 20 juni 2010 pukul 20.00 WIB)

2.4.5. Pengaduan Masyarakat

(45)

2. Tindak lanjut pengaduan masyarakat secara teknis diselesaikan oleh masing-masing Instansi, SKPD pelaksana Program Raskin dan stakeholder sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

3. Pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan Raskin dapat berasal dari penerima Raskin atau masyarakat umum secara langsung, namun dapat juga melalui media massa (surat kabar, radio, dan televisi).

2.4.6 Pengawasan Dan Sosialisasi Program

Pengawasan pelaksanaan program Raskin dilakukan secara fungsioanal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan Masyarakat pada prinsipnya terbuka dan dilakukan melalui mekanisme kepedulian dan pengaduan melalui Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) dan media massa. Sementara itu, sosialisasi program Raskin bertujuan untuk menyebarluaskan informasi mengenai program Raskin kepada RTM sasaran penerima manfaat, masyarakat, dan pelaksana program di tingkat provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Sosialisasi program Raskin dilakukan oleh Tim Program Raskin Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan secara berjenjang dan dapat mengikut sertakan pihak lain bilamana diperlukan.

(46)

berbagai forum pertemuan sosial kemasyarakatan lainnya. Sosialisasi program Raskin merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan program Raskin, yang dapat dilakukan melalui berbagai cara mana yang paling efektif dan memungkinkan, agar masyarakat umum dan khusunya masyarakat miskin mengetahui secara persis latar belakang, kebijakan, mekanisme, hak-hak dan kewajibannya. Untuk program Raskin,sosialisasi dilakukan melalui berbagai kegiatan dan media.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan konsep dan fenomena berwayuh wajah, bermantra multidimensional. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan berdasarkan segi ekonomi, khususnya pendapatan berupa uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-material yang diterima seseorang. Kemiskinan juga merupakan masalah yang masih terus dihadapi oleh bangsa kita. Meskipun demikian pemerintah berusaha untuk mensejahterakan masyarakat miskin di Indonesia dengan berbagai program, salah satunya adalah dengan penyaluran Raskin.

Respon Masyarakat adalah tingkah laku balas/tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat dimana masyarakat dapat memahami dan menilai positif atau negatif, menerima/menolak dan juga mengharapkan/menghindari suatu program yang telah dilaksanakan namun masyarakat juga hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum, agama maupun sosial budaya yang bersifat kontiniu dan juga terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

(47)

beban finansial dan meningkatkan ketahanan pangan dan juga memberikan perlindungan kepada rumah tangga miskin melalui pendistribusian beras bersubsidi.

(48)

Untuk memperjelas alur pemikiran diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut :

Masyarakat

Respon

1. Penglihatan dan pendengaran 2. Atensi 3. Pengetahuan

1. Penilaian

2. Penolakan /penerimaan 3. Mengharapkan/

Menghindari

1. Menikmati 2. Melaksanakan 3. Memelihara 4. Menilai 5. Frekuensi 6. Kualitas Program Raskin

Partisipasi Sikap

(49)

2.6 Definisi Konsep dan Definisi Operasioanal 2.6.1 Definisi Konsep

Konsep adalah suatu makna yang berada dialam pikiran atau didunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata (Suryanto, 2008 : 49)

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Respon Masyarakat adalah Tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat dimana masyarakat dapat memahami dan menilai positif atau negatif suatu program yang telah dilaksanakan dan masyarakat juga hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum, agama maupun sosial budaya yang bersifat kontiniu dan juga terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

2. Program Raskin adalah Program pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin atau rawan pangan melalui pendistribusian bahan pangan pokok (beras), dengan ketentuan maksimal 20 kg/KK/Bulan netto dengan harga 1.000 kg (Harga dititik distribusi) 3. Keluarga Miskin adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang

(50)

Dengan demikian dapat diambil definisi konsep secara keseluruhan. Yang dimaksud dengan Respon Masyarakat Terhadap Program Raskin di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur adalah tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat terhadap suatu program pemerintah dalam upaya memberikan perlindungan melalui pendistribusian bahan pangan pokok (beras) kepada keluarga miskin yang mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu rumah yang standart ekonominya lemah atau tingkat pendapatannya relatif kurang.

2.6.2 Definisi Operasional

Definisi Operasioanal adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989 : 46).

Respon masyarakat terhadap program Raskin diukur dari :

1. Persepsi/pemahaman masyarakat mengenai program Raskin dapat diukur melalui:

a. Penglihatan dan pendengaran adalah suatu proses dimana masyarakat dapat mencermati, memahami dan menilai program raskin yang dilaksanakan oleh pemerintah

b. Atensi adalah suatu proses penyeleksian masyarakat terhadap program raskin yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan program sebelumnya yang pernah dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan.

(51)

2. Sikap masyarakat terhadap program Raskin dapat diukur melalui:

a. Penilaian adalah pengetahuan/informasi yang dimiliki masyarakat tentang program raskin. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tentang bagaimana menilai program tersebut positif/negatif. b. Penolakan atau Penerimaan adalah berhubungan dengan rasa senang/ tidak

senangnya masyarakat terhadap program raskin yang dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat menolak/menerima terhadap adanya program tersebut.

c. Mengharapkan atau Menghindari adalah kesiapan masyarakat untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan adanya program raskin yang dilaksanakan oleh pemerintah dan dalam hal ini dapat diketahui bahwa masyarakat mengharapkan/menghindari terhadap adanya program

3. Partisipasi terhadap program Raskin dapat diukur melalui :

a. Menikmati adalah masyarakat berperan serta dalam menikmati hasil program raskin dimana masyarakat tinggal menerima berupa hasil program seperti menerima bahan pangan pokok (beras), dengan ketentuan maksimal 20 kg/KK/Bulan/Netto.

b. Melaksanakan adalah masyarakat berperan serta dalam melaksanakan program raskin dengan penuh persiapan, perencanaan, pemahaman dan evaluasi agar pelaksanaan program tersebut berjalan dengan lancar

(52)

d. Menilai adalah masyarakat berperan serta dalam menilai hasil program dimana masyarakat dapat menilai positif atau negatif hasil program tersebut e. Frekuensi adalah keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan program

raskin dengan penuh persiapan, perencanaan, pemahaman dan evaluasi dimana keterlibatan harus memiliki frekuensi yang baik dan teratur.

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang sekadar untuk melukiskan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel atau jalin menjalinnya antar variabel (Faisal : 2008 : 20)

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat terhadap program Raskin di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

3.2 Lokasi Penelitian

(54)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.2 Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau kelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009 : 253). Berdasarkan pengertian diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian adalah seluruh masyarakat yang mendapat Raskin di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai yang berjumlah 102 Kepala Keluarga.

3.3.2 Sampel

(55)

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data Primer diperoleh dari penelitian lapangan yang dilakukan turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data melalui :

a) Penyebaran angket langsung (kuesioner), yaitu alat mengumpulkan data dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau angket secara tertulis yang harus diisi oleh responden

b) Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada responden guna memperoleh keterangan dalam menyimpulkan data yang terkumpul

c) Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, mencatat kejadian yang berkaitan dengan penelitian

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu dengan membuka, mencatat, mengutip, data dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, pendapat-pendapat para ahli/pakar dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dapat mendukung terlaksananya penelitian ini.

3.5 Teknik Analisa Data

(56)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Dataran Tinggi merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. Kelurahan Dataran Tinggi memiliki luas wilayah 81,06 HA dan jumlah penduduk 5380 jiwa dan terdiri dari 973 KK. Kelurahan Dataran Tinggi terdiri dari 4 lingkungan yaitu Lingkungan I, Lingkungan II, Lingkungan III dan Lingkungan IV.

Adapun batas-batas dari Kelurahan Dataran Tinggi adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Tanah Tinggi

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Timbang Langkat Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Timbang Langkat Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Tunggorono

4.2. Kondisi Geografis

(57)

4.3. Kependudukan

Jumlah penduduk Kelurahan Dataran Tinggi tahun 2010 yaitu 5380 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 973 Kepala Keluarga. Penduduk Kelurahan Dataran Tinggi mempunyai komposisi penduduk sebagai berikut:

1. Penduduk berdasarkan lingkungan 2. Penduduk berdasarkan usia

3. Penduduk berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 4. Penduduk berdasarkan jenis kelamin

5. Penduduk berdasarkan mata pencaharian 6. Penduduk berdasarkan agama

7. Penduduk berdasarkan suku

4.3.1 Penduduk Berdasarkan Lingkungan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Dataran Tinggi tahun 2010 diketahui bahwa jumlah penduduk adalah sebanyak 5380 jiwa. Penduduk tersebut tersebar dari lingkungan I sampai lingkungan IV. Data penduduk Kelurahan Dataran Tinggi berdasarkan lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.3.1.1

Data Penduduk Berdasarkan Lingkungan

No Lingkungan Frekuensi Persentase

1

(58)

Sumber : Data Kantor Kelurahan Tanah Tinggi Binjai 2009

Tabel 4.3.1.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Dataran Tinggi adalah 5380 jiwa. Data yang ada menunjukkan bahwa persebaran penduduk di kelurahan tersebut dari lingkungan I sampai lingkungan IV hampir merata. Walaupun demikian jumlah penduduk terbanyak terdapat di lingkungan 1 dengan jumlah 1699 jiwa atau 31,57 %, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di lingkungan IV yaitu 845 orang atau berjumlah 15,70 %.

4.3.2. Penduduk Berdasarkan Usia

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Dataran Tinggi berdasarkan usia adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3.2.2

Data Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1

Lebih dari 80 tahun

621

Jumlah 5380 100,00

Sumber: Data Kantor Kelurahan Dataran Tinggi Binjai 2009

(59)

25-55 tahun yaitu berjumlah 125-557 jiwa atau 28,94 %, kemudian diikuti 19-24 tahun sebanyak 1136 jiwa atau 21,11 %, sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu para lanjut usia yang berusia 80 tahun ke atas sebanyak 46 jiwa atau 0,85 %.

4.3.3. Penduduk Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Adapun Komposisi Penduduka berdasarkan jumlah anggota keluarga di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai dapat diperjelas tabel 4.3.3.1 berikut ini :

Tabel 4.3.3.3

Data Penduduk Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Persentase 1

2 3

1-3 3-5 > 5

976 1558 2876

18,14 28,95 53,45

Jumlah 5380 100,00

Sumber : Data Kantor Kelurahan Dataran Tinggi Binjai 2009

(60)

4.3.4. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai dapat diperjelas tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3.4.4

Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1

2

Laki-laki Perempuan

2621 2759

48,71 51,28

Jumlah 5380 100,00

Sumber : Data Kantor Kelurahan Dataran Tinggi Binjai 2009

(61)

4.3.5. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan mata pencaharian, masyarakat di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda, mulai dari sektor formal hingga nonformal, untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.3.5.5

Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Frekuensi Persentase 1

Jumlah 1802 100,00

Sumber : Data Kantor Kelurahan Dataran Tinggi Binjai 2009

(62)

Berdasarkan tabel 4.4 variasi jenis pekerjaan ini dipengaruhi oleh luas lahan yang ada di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai, dimana luas terbesar digunakan untuk pemukiman dan lainnya untuk lokasi pendidikan, sawah dan ladang, empang dan lain-lain. Selain itu penduduknya banyak yang bekerja diluar daerah kelurahan ini yaitu sebagai buruh atau swasta maupun negeri. Jenis pekerjaan yang dipilih penduduk juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk kelurahan ini.

4.3.6. Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Masyarakat Dataran Tinggi Binjai memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari tidak tamat SD hingga tingkat S1, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3.6.6

Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persentase 1 Tidak Tamat SD Tamat SD

Jumlah 5380 100,00

(63)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penduduk yang tamat SD (32,97) yang merupakan penduduk terbesar berdasarkan pendidikan. Sementara yang terkecil yaitu yang tidak tamat SD (6,72). Hal ini berarti bahwa penduduk sudah menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka.

4.3.7. Penduduk Berdasarkan Agama

Komposisi penduduk Kelurahan Dataran Tinggi Binjai berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3.7.7

Data Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase

1 2 3

Islam

Kristen Protestan Kristen Katholik

2817 1605 958

52,36 29,83 17,80

Jumlah 5380 100,00

Sumber : Data Kantor Kelurahan Dataran Tinggi Binjai 2009

(64)

4.3.8. Penduduk Berdasarkan Suku

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Dataran Tinggi Binjai berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3.8.8

Data Penduduk Berdasarkan Suku

No Suku Frekuensi Persentase

1

Jumlah 5380 100,00

Sumber : Data Kantor Kelurahan Dataran Tinggi Binjai 2009

Gambar

Tabel 4.3.2.2
Tabel 4.3.6.6
Tabel 4.3.7.7
Tabel 4.4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data Puskesmas Kota Yogyakarta yang diambil dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dalam data tingkat laporan kejadian anemia tahun 2013, Puskesmas

(Amir, 2017). Banyaknya materi yang harus dipelajari membuat siswa rendah akan mengingat apa saja materi yang sudah dipelajari. Hal ini menyebabkan daya ingat

Perencanaan Proses Belajar Menagajr dengan Menggunakan KIT IPA SD Pada Siswa Kelas IV.. Perencanan

Proses pembelajaran matematika agar lebih menyenangkan, dapat dilakukan dengan melalui model pembelajaran yang akan dipilih yaitu model pembelajaran Delikan

Dapat dipahami bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa di MTs Negeri 1 Bongkudai tergolong baik, ini bisa dilihat dari siswa yang semangat dalam mengerjakan

Disisi lain, inverter yang dikontrol dengan metode konduksi 180 Û menghasilkan torsi motor dengan riak yang paling buruk dibandingkan dengan dua metode PWM yang lain Seperti

Setelah nilai bias dan bobot ditentukan, input yang akan diproses dikalikan dengan bobot, dimana bobot awal yang akan digunakan ditentukan dengan setelah dikalikan,

berdasarkan Surat Kesepakatan Bersama ( SKB) tentang kekaryawanan dan Undang - Undang tenaga kerja maka saya yang bertanda tangan dibawah ini.. No