1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
memprediksi kesehatan fisik dan kesejahteraan semua orang, mulai dari masa
kanak-kanak sampai orang dewasa . Tidak adanya dukungan sosial menunjukkan beberapa
kelemahan antara individu-individu, dalam kebanyakan kasus dukungan sosial juga
dapat memprediksi buruknya kesehatan fisik dan mental pada seseorang (Clark,
2005). Menurut penelitian Richmond (2012) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa
dukungan sosial dapat menjadi faktor protektif bagi seseorang untuk mencegah
dirinya mengalami gangguan jiwa ketika menghadapi suatu masalah.
Menurut Ozbay (2007) dukungan sosial sangat diperlukan terutama untuk
kesehatan fisik dan psikologis. Secara keseluruhan, tampak bahwa dukungan sosial
yang positif dan berkualitas tinggi dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres,
membantu melindungi terhadap kesehatan psikopatologis yang terkait dengan
masalah yang dihadapi seseorang. Berbeda dengan dukungan sosial yang rendah,
dukungan sosial yang tinggi muncul untuk penyangga atau melindungi seseorang
terhadap dampak dari penyakit mental dan fisik.
Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam
mempengaruhi kejadian dan efek stress. Menurut sarafino (dalam Azima 2001)
dukungan sosial akan memperburuk kondisi seseorang. Beberapa efek negatif yang
2
diharapkan pada pasien, sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu,
dan pasien menganggap dukungan tersebut tidak diperlukan sehingga individu
merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secra emosional sehingga tidak
memperhatikan dukungan yang diberikan.
Pasien gangguan jiwa yang telah menjalani terapi atau yang sudah dipulangkan
memiliki kemungkinan untuk mengalami kekambuhan. Menurut Johnson dan
Lundstrom (2003) pasien yang sedang mengalami rawat jalan dan telah kembali ke
dalam masyarakat apabila dukungan dari masyarakat tidak ada, maka akan beresiko
untuk mengalami kekambuhan. Kekambuhan bisa disebabkan karena kurangnya
interaksi antara masyarakat dengan penderita gangguan jiwa. Menurut penelitian
Larry (2007), untuk orang-orang dengan penyakit mental ditemukan sedikit anggota
masyarakat yang mendukungngnya, masyarakat memandang rendah pasien gangguan
jiwa dan memilih tidak berteman dengan mereka. Menurut Canadian Institute For Health Information (CIHI, 2012) secara khusus , orang-orang yang mengalami depresi cenderung melaporkan lebih sedikit teman-teman yang mendukung , kurang kontak
dengan teman-teman mereka, kurang puas dengan teman-teman dan kerabat mereka.
Kondisi kesehatan jiwa di Indonesia menjadi masalah yang memprihatinkan
dan sangat serius. Hal ini ditunjukkan oleh hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
(Riskesda, 2013), menyebutkan bahwa sebanyak 1,7 per mil masyarakat Indonesia
mengalami gangguan jiwa berat. Data dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesda,
2007) juga menyebutkan angka kejadian gangguan jiwa mencapai 11,6% dan
bervariasi setiap provinsi dan /kabupaten/kota. Di Jawa Timur sendiri prevalensi
3
Tingginya angka kejadian gangguan jiwa di Indonesia juga akan diiringi dengan
tingginya angka kekambuhan. Data diperoleh dari studi pendahuluan di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang setiap ruangan di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang memiliki prosentase kekambuhan pasien sebesar 9%.
Tercatat tahun 2013 terdapat 99 pasien gangguan jiwa dari Kabupaten Malang yang
megalami kekambuhan. Penderita yang mengalami kekambuhan tersebar di 29
kecamatan. Tingginya kekambuhan ini bisa disebabkan karena berbagai faktor,
diantaranya adalah: faktor klien, faktor penanggung jawab klien, faktor dokter, faktor
keluarga, dan faktor masyarakat (Keliat 1996, dalam Yosep, 2006) Hasil studi
pendahuluan, berdasarkan wawancara dengan beberapa masyarakat di sekitar tempat
tinggal pasien gangguan jiwa yang mengalami kekambuhan di Kec. Lawang sebagian
masyarakat sering berinteraksi dengan klien, masyarakat juga sering memberikan
makanan seperti roti kepada klien. Namun sebagian masyarakat ada juga yang kurang
berinteraksi dengan pasien gangguan jiwa. Masyarakat yang kurang berinteraksi
dengan pasien gangguan jiwa menilai bahwa pasien gangguan jiwa bisa
membahayakan bagi dirinya, dan tidak bisa di ajak untuk bersosialisasi.
Menurut Abidin (2007) hasil temuan dilapangan bahwa penyebab kekambuhan
penderita gangguan jiwa lebih sering diakibatkan karena pengaruh dari stressor yang
berlebih. Beban yang ditimbulkan oleh pasien gangguan jiwa membuat penderita
tidak mampu menikmati kehidupan secara normal, baik secara individu maupun
sosial, sehingga individu sering mendapat reaksi negatif oleh masyarakat yang berada
disekitarnya. Menurut Byrne (2000) stigma negatif yang sering diberikan oleh
masyarakat pada pasien gangguan jiwa akan menyebabkan hubungan sosial antara
masyarakat dan penderita gangguan jiwa menjadi kurang. Menurut Djatmiko (dalam
4
oleh masyarakat, bahkan tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa individu
yang sakit jiwa adalah aib dan memalukan. Stigma ini sangat merugikan bagi individu
dan institusi yang berwenang di dunia kesehatan jiwa, terutama untuk kesembuhan
pasien gangguan jiwa .
Penderita gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa diharapkan pada
akhirnya akan dapat kembali ke tengah keluarga dan masyarakat untuk dapat
berperan seperti semula. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung
kesembuhan pasien gangguan jiwa menurut Kepmenkes no 220/Menkes/SK/III/
2002 adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat mendukung kesembuhan
pasien gangguan jiwa. Menurut Repper (2011) masyarakat harus terlibat dalam
dukungan sosial terutama untuk tempat tinggal yang aman dan lingkungan yang
mendukung untuk kesembuhan pasien gangguan jiwa. Menurut Nancy (2009)
orang-orang yang berada dalam jaringan dukungan sosial dapat membantu seseorang-orang
menemukan solusi untuk masalah yang dihadapinya, memvalidasi identitas individu,
mengarahkan individu untuk informasi yang berguna, dan memberikan kenyamanan
bagi individu. dan memberikan arti hidup pada seseorang.
Stigma negatif yang diberikan masyarakat kepada pasien gangguan jiwa
membuat pasien gangguan jiwa rentan untuk mengalami gejala berulang. Dukungan
sosial dari masyarakat adalah salah satu faktor yang dapat membantu menurunkan
angka kekambuhan, maka penting bagi masyarakat untuk memberikan dukungan
sosial bagi pasien ganggun jiwa. Disisi lain dukungan sosial dari masyarakat juga akan
menyebabkan pasien gangguan jiwa menjadi lebih buruk kondisinya, sehingga pasien
5
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang hubungan dukungan sosial masyarakat dengan kejadian relaps
(kekambuhan) pada pasien gangguan jiwa di Kecamatan Lawang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut
apakah dukungan sosial masyarakat berhubungan dengan kejadian relaps
(kekambuhan) pada pasien gangguan jiwa?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
dukungan sosial masyarakat dengan kejadian relaps (kekambuhan) pada pasien
gangguan jiwa.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dukungan sosial masyarakat pada pasien gangguan jiwa di Desa
Sumber Porong dan di Desa Amandanom.
2. Mengidentifikasi karakteristik responden penelitian di Desa Sumberporong dan
di Desa Amadanom.
3. Mengidentifikasi angka kejadian relaps (kekambuhan) pada pasien gangguan jiwa
6
4. Menganalisis adanya hubungan dukungan sosial masyarakat dengan kejadian
relaps (kekambuhan) pada pasien gangguan jiwa di Desa Sumber Porong dan di
Desa Amandanom.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bidang Peneliti
1. Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang pentingnya dukungan sosial
masyarakat dengan kejadian relaps (kekambuhan) pada pasien gangguan jiwa.
2. Mampu memahami lebih jelas tentang keperawatan jiwa terutama tentang
dukungan sosial.
1.4.2 Bagi Institusi
1. Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan khasanah wacana kepustakaan.
2. Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya ilmu
keperawatan jiwa.
1.4.3 Bagi Masyarakat.
1. Dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat termotivasi untuk meningkatkan
kesehatan global khususnya mengenai penyakit gangguan jiwa.
2. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya dukungan sosial pada penderita
gangguan jiwa.
3. Masyarakat dapat memberikan dukungan sosial pada pasien gangguan jiwa.
1.4.4 Bagi Profesi
Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi keperawatan jiwa khususnya
7
1.5 Keaslian Penelitian
Dukungan sosial menjadi bagian dari profesi kesehatan yang erat kaitannya
dengan pengendalian strees pada pasien gangguan jiwa karena kelebihan dari
dukungan sosial ialah dapat melindungi individu dengan melawan efek-efek negatif
dari tingkat stres yang tinggi. Sehingga dengan diberikan dukungan sosial dari
masyarakat pasien gangguan jiwa dapat mengontrol stress yang tinggi. Dari uraian
tersebut peneliti ingin meneliti tentang hubungan antara dukungan sosial masyarakat
dengan kejadian relaps (kekambuhan) pada pasien gangguan jiwa. Hal ini didukung
dengan penelitian sebelumnya terkait dengan dukungan sosial dan kekambuhan
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wulansih dan Widodo (2008) yang
meneliti tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan
kekambuhan pada pasien skizofrenia di RSJD Surakarta, Prinda (2010) yang meneliti
tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien
skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit, dan penelitian Carla (2013) yang meneliti
tentang hubungan antara ekspresi emosi keluarga pasien dengan kekambuhan
penderita skizofrenia di RS DR. SARDJITO Yogyakarta.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan Wulansih dan Widodo
(2008) yaitu terletak pada variabel dependen. Dimana variabel independen peneliti
sebelumnya adalah tingkat pengetahuan dan sikap keluarga, sedangkan penelitian
yang akan dilakukan variabel independennya adalah dukungan sosial masyarakat.
Selain itu sampel yang digunakan juga berbeda, penelitian Wulansih dan Widodo
(2008) menggunakan sampel keluarga pasien, sedangkan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal dilingkungan pasien. Perbedaan
dengan penelitian Prinda (2010) yaitu terletak pada variabel dependen. Dimana
8
penelitian yang akan dilakukan variabel dependennya adalah relaps (kekambuhan).
Selain itu sampel yang digunakan juga berbeda, penelitian Prinda (2010)
menggunakan sampel keluarga pasien, sedangkan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal dilingkungan pasien. Sedangkan
perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Carla (2013) terletak
pada variabel independen. Dimana variabel independen peneliti sebelumnya yaitu
ekspresi emosi keluarga, sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu dukungan
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT DENGAN
KEJADIAN RELAPS (KEKAMBUHAN) PADA PASIEN
GANGGUAN JIWA DI KAB. MALANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
Oleh:
AGUS WARIYANTO
NIM. 201010420311158
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT DENGAN
KEJADIAN RELAPS (KEKAMBUHAN) PADA PASIEN
GANGGUAN JIWA DI KAB. MALANG
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh: AGUS WARIYANTO NIM. 201010420311158
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Diujikan Tanggal 29 Desember 2014
Pembimbing I, Pembimbing II,
Yoyok Bekti P, M.Kep., Sp.Kom Aini Alifatin , S.Kep.,M.Kep
NIP. UMM. 112.0309.0405 NIP. UMM 112.0309.0391
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : AGUS WARIYANTO
NIM : 201010420311158
Program Studi : Ilmu Keperawatan FIKES UMM
Judul Skripsi :HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL MASYARAKAT
DENGAN KEJADIAN RELAPS (KEKAMBUHAN) PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI KABUPATEN MALANG
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang , Januari 2015
Yang membuat pernyataan
AGUS WARIYANTO
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan dukungan sosial masyarakat dengan kejadian relaps (kekambuhan) pasien gangguan jiwa di kabupaten malang”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Yoyok Bekti P, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang dan dosen pembimbing I yang telah sabar
dan bijaksana memberikan bimbingan dan masukan yang sangat bermanfaat
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Nurul Aini, S.Kep., Ns selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Aini Alifatin, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan ilmu
dan mengispirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Tutu April Ariani, S.Kp.,M.Kes selaku walikelas PSIK 2010 D yang telah
memberikan ilmu dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen dan Staf TU Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehan
Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, atas ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
6. Ayah (Tupon Riyanto), Ibu (Marsini), Kakak (Jati Akris Biantoro), dan
saudara-saudara tercinta yang mencurahkan kasih sayang, selalu mendoakan dan
memberikan dukungan moril dan materil bagi terselesaikanya skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat di PSIK angkatan 2010 khususnya PSIK-D yang turut serta
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Mohon maaf
atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat. Semoga
Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan
selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.
Malang, 20 Januari 2015
ABSTRAK
Hubungan Dukungan Sosial Masyarakat dengan Kejadian Relapse (Kekambuhan) pada Pasien Gangguan Jiwa di Kabupaten Malang
Agus Wariyanto1, Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kes., Sp.Kom,2
Aini Alifatin, S.Kp., M.Kep3
Latar Belakang: Seseorang yang mengalami gangguan jiwa mempunyai penyimpangan bentuk perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Kelainan pada seseorang ini tidak jarang mendapat stigma negatif dari masyarakat. Kondisi masyarakat inilah yang menyebabkan berkurangnya interaksi dengan pasien gangguan jiwa. Dukungan sosial dari masyarakat sangat diperlukan untuk perkembangan kesehatan pasien gangguan jiwa. Dukungan dan penerimaan dari masyarakat akan mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.
Metode Penelitian: desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan desember 2014 di Desa Sumberporong dan di Desa Amadanom (n=35). Responden dari penelitian ini adalah kepala keluarga yang tinggal paling dekat dengan pasien, diambil dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk variabel dukungan sosial adalah lembar modifikasi kuesioner social support survey, sedangkan untuk variabel kekambuhan adalah rekam medik pasien tahun 2013. Analisa data dilakukan dengan uji fisher exsact test danuji phi coefficient.
Hasil: Hasil penghitungan statistik didapat dukungan sosial tertinggi adalah dukungan emosional dengan total skor 550 dan dukungan terendah adalah dukungan instrumental dengan skor 436. Tingginya dukungan sosial masyarakat bisa disebabkan karena faktor tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat tinggal responden. Kekambuhan tertinggi terjadi di Desa Sumberporong yaitu sebanyak 16 orang. Kekambuhan pada pasien bisa disebabkan karena faktor lingkungan, jenis kelamin, dan onset pasien <40 tahun. Hasil analis uji fisher exact test di dapat p value sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan Hi diterima. Dengan nilai Phi Coefficient sebesar -723, artinya terdapat hubungan yang kuat antara ke 2 variabel dengan makna jika terjadi dukungan sosial yang tinggi maka akan diiringi dengan penurunan kekambuhan, dan jika terjadi dukungan sosial yang rendah maka akan diiringi dengan peningkatan kekambuhan.
Kesimpulan: Dukungan sosial masyarakat berhubungan dengan kejadian relaps (kekambuhan) pada pasien gangguan jiwa di Kabupaten Malang.
Kata Kunci: Gangguan Jiwa, Dukungan Sosial Masyarakat, dan Kekambuhan.
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang
3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
ABSTRACT
The Relationship Between Social Support of Society with Relapse to the Monomaniac Patient in Malang Regency
Agus Wariyanto1, Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kes., Sp.Kom,2 Aini Alifatin, S.Kp., M.Kep3
Background: Someone who suffers by monomaniac has behavior distortion which caused by emotion distortion, so as there is abnormal behavior. This abnormality sometime results in negative stigma from society. This society condition makes less interaction with monomaniac patient. Social support from society is very needed for health improvement of monomaniac patient. Support and acceptance from society will direct the individu to the health life style.
Research Method: Research design that used in this research was analytical descriptive with cross sectional approach. This research was conducted on December 2014 in Sumberporong Village and Amadanom Village (n=35). Respondent in this research was family leaders that stayed nearest to the patient which taken by purposive sampling method. Instruments used for social support variables are modified sheet social support survey, whereas for recurrence is variable patient record in 2013. Data analysis was conducted by fisher exact test
and phi coefficient test.
Result: Result from statistical calculation was obtained that the highest social support was emotional support for total score 550 and the lowest support was instrumental support with total score 436. The high social support from socity could be caused by factor of education level, type of occupation, and distance
from the house of respondent’s. The highest relapse was occurred in
Sumberporong Village for 16 people. The relapse to the patient could be caused by factor of environment, gender, and patient onset < 40 years old. Analysis result from fisher exact test was obtained p value for 0.000, thus it could be concluded that H1 accepted. With Phi Coefficient value for -723, meant that there was strong relationship between both variables with the meaning if there was high social support then there would be accompanied by relapse, and if there was low social support then there would be decrease by relaps.
Conclusion: Social support of society had relationship with relapse to the monomaniac patient in Malang Regency.
Keywords: Mental Disorders, Social Support Community, and Relapse.
1. Student of Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences, University
of Muhammadiyah Malang
2. Lecture Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences, University of
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ………... i
Lembar Persetujuan ………... ii
Lembar Pernyataan Keaslian ………... iii
Kata Pengantar ……….. iv
Intisari ……….... vi
Abstract ………. vii
Daftar Isi ………... viii
Daftar Tabel ………... xi
Daftar Gambar ………... xii
Daftar Lampiran ……… xiii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……….………. 5
1.3 Tujuan ……..……….. 5
1.3.1 Tujuan Umum ………... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ……….. 5
1.4 Manfaat ………. 6
1.5 Keaslian Penelitian ………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….... 9
2.1 Konsep Dukungan Sosial .……….. 9
2.1.1 Definisi Dukungan Sosial ..………. 9
2.1.2 Sumber-sumber Dukungan Sosial .………. 10
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial ………. 12
2.1.4 Bentuk-bentuk Dukungan Sosial Masyarakat …… 13
2.1.5 Model Kerja Dukungan Sosial……… 16
2.1.6 Alat Ukur Dukungan Sosial Masyarakat …………. 18
2.2 Konsep Kekambuhan Gangguan Jiwa……… 20
2.2.1 Definisi Kekambuhan………. 20
2.2.2 Faktor Penyebab Kekambuhan ……….. 20
2.2.3 Gejala-gejala Kekambuhan ……… 22
2.3 Hubungan antara Dukungan Sosial Masyarakat dengan Kejadian Relaps (Kekambuhan) pada Pasien Gangguan Jiwa ……… 25
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 27 3.1 Kerangka Konsep ……..………. 27
3.2 Hipotesis Penelitian ……… 30
BAB IV METODE PENELITIAN………... 31
4.1 Desain Penelitian ……….... 31
4.2 Kerangka Penelitian ………... 32
4.3.1 Populasi ………. 34
4.3.2 Sampling ……… 34
4.3.3 Sampel ………... 34
4.4 Variabel Penelitian ……….. 35
4.4.1 Variabel Independen ………... 35
4.4.2 Variabel Dependen ………. 35
4.5 Definisi Operasional ………... 35
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian ………. 36
4.7 Instrumen Penelitian ………... 37
4.7.1 Uji Validitas ……… 38
4.7.2 Uji Reliabilitas ……… 38
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ……….. 39
4.9.1 Tahap Persiapan ………. 39
4.9.2 Tahap Pelaksanaan ………. 40
4.9.3 Tahap Pengumpulan Data ……….. 40
4.9.4 Tahap Pengelolahan Data ………... 40
4.9 Analisis Data ………... 39
4.9.1 Analisa Deskriptif ...……… 41
4.9.2 Analisa Fisher ……… 42
4.9.3 Analisa Phi Coefficient ...………. 43
4.10 Etika Penelitian ………... 43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ……….. 45
5.1 Gambaran Dukungan Sosial Responden di Desa Sumber- porong dan di Desa Amadanom ………. 45
5.2 Gambaran Angka Kejadian Kekambuhan di Desa Sumber- porong dan di Desa Amadanom ………. 47
5.3 Analisa Data Hubungan Dukungan Sosial Masyarakat dengan Kejadian Relaps pada Pasien Gangguan Jiwa di Kab Malang ……… 49
BAB VI PEMBAHASAN ……… 50
6.1 Gambaran Dukungan Sosial Masyarakat pada Pasien Gangguan Jiwa di Desa Sumberporong dan di Desa Amadanom ……..………...………. 50
6.2 Gambaran Angka Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa di Desa Sumberporong dan di Desa Amadanom ………… 54
6.3 Hasil Analisa Data Hubungan Dukungan Sosial Masya- rakat dengan Kejadian Relaps (Kekambuhan) pada Pasien Gangguan Jiwa di Desa Sumberporong dan di Desa Amadanom ……… 55
6.4 Keterbatasan Penelitian ……….. 57
6.5 Implikasi Keperawatan ………... 58
BAB VII PENUTUP ………... 60
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kuesioner Social Support Survey ……….... 17
Tabel 4.1 Pengembangan variabel berdasarkan definisi operasional,
parameter, alat ukur, skala, dan hasil penelitian …………... 34
Tabel 4.2 Kisi-kisi kuesioner ………... 36
Tabel 4.3 Tabel Kontingensi 2x2 ………... 42
Tabel 5.1 Gambaran Dukungan Sosial Masyarakat di Desa Sumber-
porong dan di Desa Amadanom Tahun 2014 ………. 45
Tabel 5.2 Gambaran Dukungan Sosial Masyarakat di Desa Sumber-
porong dan Amadanom Berdasarkan Jenis Dukungan
Sosial Tahun 2014 ………... 46
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Pemberi Dukungan di Desa
Sumberporong dan di Desa Amadanom Tahun 2014 ……. 47
Tabel 5.4 Gambaran Angka Kekambuhan di Desa Sumberporong
dan di Desa Amadanom Tahun 2014 ……….. 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Rancangan Kerangka Konseptual Penelitian ……… 27
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Dukungan Sosial Masyarakat dengan Kejadian Relaps (Kekambuhan) pada Pasien Gangguan Jiwa di Kab. Malang ……… 33
Gambar 5.1 Gambaran Dukungan Sosial Responden Berdasarkan Jenis
Dukungan Sosial di Desa Sumberporong dan Di Desa
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian ... 67
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 68
Lampiran 3 Lembar Inform Concent ... 70
Lampiran 4 Lembar Kuesioner Penelitian ... 71
Lampiran 5 Uji Validitas dan Releabilitas Kuesioner ... 74
Lampiran 6 Hasil Kuesioner Karakteristik Subjek Penelitian ... 78
Lampiran 7 Hasil Kuesioner Karakteristik Responden Penelitian ... 79
Lampiran 8 Data Kasar Hasil Kuesioner Dukungan Sosial Masyarakat dengan Kejadian Relaps (Kekambuhan) pada Pasien Gangguan Jiwa di Desa Sumberporong dan di Desa Amadanom ... 79
Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas ... 81
Lampiran 10 Hasil Analisa Data ... 82
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi ... 85
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Azima, R. (2011). Pengaruh dukungan sosial terhadap partisipasi wanita usia subur dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher Rahim di kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai. Universitas Sumatera Utara.
Baihaqi,M , Sunardi, & Heryati, E. (2005). Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan - Gangguan. Bandung: PT.Refika Aditama.
Byrne, P. (2000). Stigma of mental illness and ways of diminishing it. The Royal College of Psychiatrists,APT 2000, 6:65-72.
Campbell, C & Burgess. (2012). The role of communities in advancing the goals of the movement for global mental health. Transcultural Psikiatri, 49(3-4) 379-395.
Canadian Institute For Health Information (CIHI). (2012). https://secure.cihi.ca/ free_pro-ducts/AiB_ReducingPsychological%20DistressEN-web.pdf, di peroleh 15 mei 2014.
Carla, R. (2013). Hubungan Antara Ekspresi Emosi Keluarga Pasien dengan Kekambuhan Penderita Skizofrenia di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Universitas Ghajah Mada.
Clark M.C. (2005). Relations Between Social Support and Physical Health. Diperoleh tanggal 20 juni 2014 dari http://www.personalityresearch.org/papers/ clark.html\
Cohen. S. (2004). Social Relationship and Health. Journal of American Psychological Association. 676-684
Danziger, S, Richard G, Frank, & Ellen M. (2009). Mental Illness, Work, and Income Support Programs. Am J Psychiatry. 166(4): 398–404.
Department of Human Services. (2004). Information for families and carers of people with a mental illness.
Dewi, C. (2009). Riwayat Gangguan Jiwa Pada Keluarga Dengan Kekambuhan
Skizofrenia Di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. FK Universitas Gajah Mada
Donald, C.S dan Stewart L.S (1991). The MOS Support Survey. The RAND
Corporation. 705-714
Dorland, N. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29, Jakarta:EGC.
Ernawati. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I.Jakarta.
Erlina (2010). Determinan Terhadap Terjadinya Skizofrenia. Universitas Indonesia Febriani & Ririn. (2008). Penderita Gangguan Jiwa Terus Meningkat. diakses 19 April
2014, dari http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=2145.
Forchuk, C., Martin, M.L., Chan, Y.C.L., & Jensen, E. (2005). Therapeutic
relationships: From psychiatric hospital to community. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, 12, 556–564.
Hardianto, Handoko. (2009). Gangguan Jiwa Harus Ditangani Sejak Awal. Diambil pada tanggal 19 april 2014, dari http://www.komnasham.go.id/ portal/files/suar%20edisi%201%20Juli%202009.pdf.
Hendrix, M, Carla, AG, & Nancy, AP. (2009). Social Support, Activies, and Recovery from Serious Mental Illnes: STARS Study Findings. NCBI Journal. 320-329
Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
https://depkes.go.id. Diambil pada tanggal 19 April 2014.
Johnson, L& Lundström,O. (2003). Social support in bipolar disorder: its relevance to remission and relapse. National Library of Medicine National Institutes of Health 5(2):129-37.
Keliat (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Kuntjoro. (2002). Dukungan Sosial pada Lansia. Diambil pada tanggal 25 April 2014, dari http://www.e-psikologi,.com/usia/jakarta.
Larry J.S. (2007). Shunned: desccrimination Against People with Mental Illness. Am J Psychiatry. 164:1272-1273.
Linz, S. (2013). Facilitating Social Integration for People with Severe Mental Illness. Seton Hall University Dissertations and Theses.
Maryati, K. (2012). Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Esis
Masbow. (2009). Apa itu Dukungan Sosial. Di ambil pada tanggal 25 April 2014, dari
Mental Health Branch Department of Human Services. (2004). Information for families and carers of people with a mental illness.
Mulyana, D. (2005). Mengapa kita mempelajari komunikasi?. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nancy, A & Piotrowski, Ph.D. (2009). Social support & mental health. Salem health: psycology & mental heath.
Nasir, A & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV-AIDS. Jakarta : Salemba Medika
(2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
(2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Ochocka, J., Nelson, G., Janzen, R., & Trainor, J. (2006). A longitudinal study of
mental health consumer/survivor initiatives: Part 3 – A qualitative study of impacts of participation on new members. Journal of Community Psychology, 34(3), 273–283.
Oetzel, J , Duran B, J, & Lucero J. (2007) Social Support and Social Undermining as Correlates for Alcohol, Drug, and Mental Disorders in American Indian Women Presenting for Primary Care at an Indian Health Service Hospital. Journal of Health Communication. 12:187–206.
Ozbay,F , Douglas C. Johnson, PhD& Southwick, MD. (2007). Social Support and Resilience to Stress. National Center for Biotechnology Information (NCBI). 4(5): 35-40
Priambodo, G.W. (2012). pengaruh Dukungan Sosial dan Stres Kerja terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja Karyawan PT> Prima Sentosa Jember. Universitas Jember
Purba, JM, Eka,SW, & Lailan, MN. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
Ratna, W. (2010), Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Persepektif Ilmu Keperawatan, Pustaka Rihama, Yogyakarta.
Repper, J. (2001). A review of the literature on peer support in mental health services. Journal of mental health-informa health care, 20(4): 392–411.
Rezky, D.A.(2013). Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia. Fakultas Psikologi-
Richmond, BC. (2012). Maintaining your mental health. Canadian mental health association.
Rinkesdas. (2007). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI. RSJ Lawang. (2013). Data pasien MRS dan KRS.
Setiadi, A.I. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Jakarta: Refika Aditya.
Sarafino, E.P. (2002). Health Psychology Biopcsycio Social Interaction 4th edition. United
States of America: John Weley and Son.
(2006). Health Psychology Biopcsycio Social Interaction 5th edition. United States
of America: John Weley and Son.
Solomon, P. (2004). Peer Support/Peer Provided Services Underlying Processes, Benefits, and Critical Ingredients. Psychiatric Rehabilitation Journal, 392-401. Sopiyudin, M.D. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilannya. Jakarta: Salemba
Medika.
, M.D (2010). Statistik Untuk Kedokteran dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, G.W, & Laria, M. T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Book Inc.
Sugiyono, Dr (2010).Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhita. (2005). Hubungan antara Dukungan Sosial dan Minat Berwiraswasta dengan Kecenderungan Post-power Syndrome pada Purnawirawan TNI dan POLRI. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sumadilaga, R (2010). Sosiologi. Jakarta : Quadra
Tricia, N, Carolyn, T, & Neil, S. (2008) .Challenges to relapse prevention: Psychiatric care of Indigenous in-patients. Australian e-Journal for the Advancement of Mental Health (AeJAMH), 1446-7984.
(2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Umbarson, D & Karas, J.M. Social Relationship and Health: A Flashpoint for Health Policy. NCBI Journal. S54-S66
Videbeck & Sheila, L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.