i ABSTRAK
DARMINA EKA SARI RANGKUTI. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP SWASTA KARYA BHAKTI. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian bertujuan untuk: (1) memperoleh perangkat pembelajaran yang valid, praktis dan efektif, (2) mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Model pengembangan yang digunakan adalah model 4-D yang terdiri dari empat tahap yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Subjek uji coba terbatas perangkat pembelajaran adalah siswa kelas VII SMP Swasta Karya Bhakti Medan. Hasil penelitian berupa produk perangkat pembelajaran pada materi Segiempat di kelas VII SMP. Validasi perangkat pembelajaran berdasarkan pada pendapat para validator yang telah diuji secara terbatas keterbacaan dan disimulasikan;dan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian telah diuji coba terbatas. Kepraktisan dianalisis berdasarkan: (1) observasi keterlaksanaan pembelajaran; (2) respon siswa. Efektifitas dianalisis berdasarkan: (1) ketuntasan minimum kemampuan komunikasi matematika siswa; (2) Keaktifan aktivitas siswa. Hasil menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran matematika berbasis kontekstual yang dikembangkan telah valid, praktis dan efektif. Kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan perangkat pembelajaran berbasis kontekstual yang dikembangkan berhasil mengalami peningkatan dan indikator kemampuan komunikasi matematis paling meningkat adalah indikator kemampuan komunikasi matematis keempat yaitu membuat model matematika berdasarkan ide matematika yang diperoleh.
Kata Kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Model Pembelajaran Kontekstual, Kemampuan Komunikasi Matematis
ii ABSTRACT
DARMINA EKA SARI RANGKUTI. The Development of Learning Mathematics Instrument Based Contextual Teaching and Learning to Increase Mathematical Communication Skill to Learn of students SMP Swasta Karya Bhakti Medan. Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2016.
The research aims to: (1) obtain a valid, practical and effective learning instrument, (2) determine the increasing of study mathematical communication skills using learning instrument developed. This research was a development at research. Development model used was 4-D model wich consists of four stages: defining, designing, development and disseminate. The subjects for the limited try out were the seventh grade students of SMP Swasta Karya Bhakti Medan. The product of the study was in the form of instruction kits of Square materials for the seventh grade students. Learning devices validation based on the opinion of the validator had been tried out and simulated; the instruction kits and the research instrument had been tried out. Practicality based on: (1) the obsevation succesfull of learning equipment; (2) the responses of students. Effectiveness is based on: (1) a minimum completeness mathematics communication student’s ability; (2) active activity of students. The result showed that the learning devices-aided model of problem based learning been valid, practical, and effective. Mathematical communication skills using learning instruments based on contextual learning developed has increases and indicator of mathematical communication skills most increases are indicators fourth mathematical communication skills that make a mathematical model based on the idea that mathematics.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Swasta Karya Bhakti Medan”.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Sejak mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
iv
4. Direktur, Asisten Direktur I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini
5. Kepala Sekolah dan guru bidang studi matematika SMP Swasta Karya Bhakti Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Ayahanda Drs. Darajat Rangkuti, M.Pd, Ibunda Erlina Hsb, SH dan Ir. Sofia Indriani Lbs, serta suami tercinta Wizros Aidi Hasbullah,S.Pdi dan adik-adik tercinta Ummul Mawaddah Rangkuti, S.Pd, M. Wildan Shalli Rangkuti dan Delia Nurrahma Rangkuti yang telah memberikan rasa kasih sayang, perhatian doa, dan dukungan moril maupun materil sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini.
7. Sahabat semua yang telah memberikan semangat dan inspirasi, serta rekan-rekan mahasiswa pendidikan matematika angkatan XXII khususnya untuk teman seperjuangan kelas Dikmat A-1 Tahun 2013 yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
8. Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah memberikan dukungan do’a dan motivasi yang diberikan selama ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.
Medan, November 2016
Penulis,
Darmina Eka Sari Rangkuti
v
2.1.2 Kualitas Perangkat Pembelajaran... 40
2.1.2.1 Validitas Perangkat Pembelajaran……… 41
2.1.2.2 Kepraktisan Perangkat Pembelajaran………... 44
2.1.2.3 Efektivitas Perangkat Pembelajaran………. 49
2.1.3 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran... 55
2.1.3.1 Model Thiagarajan……….. 57
2.1.4 Pembelajaran Matematika Kontekstual... 62
2.1.4.1 Pembelajaran Matematika……… 62
2.1.4.2 Pembelajaran Kontekstual……… 68
2.1.5 Teori-teori Belajar yang Relevan dengan Pembelajaran Kontekstual………... 88
2.1.6 Kemampuan Komunikasi Matematis... 99
2.1.7 Keterkaitan CTL dengan komunikasi matematis…….. 112 2.2. Penelitian yang Relevan... 113
2.3. Kerangka Konseptual………. 115
2.3.1 Perangkat Pembelajaran Kontekstual untuk Membelajarkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Valid……….. 118
2.3.2 Perangkat Pembelajaran Kontekstual untuk Membelajarkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Praktis……….. 120
2.3.3 Perangkat Pembelajaran Kontekstual untuk Membelajarkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Efektif……….. 122
2.4. Pertanyaan Penelitian………... 125
vi
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 128
3.3. Subyek dan Objek Penelitian... 128
3.4. Definisi Operasional………. 128
3.5. Prosedur dan Rancangan Penelitian... 130
3.5.1 Prosedur Penelitian……….. 130
3.6. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data……… 145
3.6.1 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran……… 145
3.6.2 Lembar Pengamatan……… 152
3.7. Teknik Analisis Data... 161
3.7.1 Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi………… 162
3.7.2 Analisis Data untuk Menjawab Pertanyaan Penelitian……... 164
3.7.3 Indikator Keberhasilan Perangkat Pembelajaran…… 174
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian……….. 176
4.2. Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran... 177
4.2.1 Deskripsi Tahap Penedefenisian………. 177
4.2.2 Deskripsi Tahap Perencanaan………. 183
4.2.3 Deskripsi Tahap Pengembangan………. 194
4.2.4 Deskripsi Tahap Penyebaran………... 239
4.3 Hasil Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis..… 239
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian……… 242
4.5 Keterbatasan Penelitian………. 249
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan………. 251
5.2 Saran……….. 252
DAFTAR PUSTAKA... 254
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penerapan Aspek Pembelajaran Kontekstual... 86
3.1 Kisi – kisi lembar validasi RPP………. 146
3.2 Kisi – kisi lembar validasi BPG…...………. 147
3.3 Kisi – kisi lembar validasi BPS………. 149
3.4 Kisi – kisi lembar validasi LKS……….... 150
3.5 Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi……….. 158
3.6 Kisi – kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis………... 159
3.7 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis………….. 160
3.8 Interprestasi Validitas Tes………. 162
3.9 Intreprestasi Reliabel Instrumen Tes……….... 164
3.10 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran……….. 169
3.11` Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa………..……….. 170
3.12 Kriteria Nilai Ketuntasan Pengetahuan Keterampilan…………...…… 172
3.13. Klasifikasi N-Gain Ternormalisasi……… 174
4.1 Sub Topik dan Jenis Kegiatan Setiap Pertemuan………. 181
4.2 Sub Topik dan Tujuan Pebelajaran Setiap Pertemuan……….. 182
4.3 Media dan Alat Bantu Pembelajaran Materi Segiempat……….. 184
4.4 Hasil Validasi RPP………. 195
4.5 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi……… 196
viii
4.7 Revisi Buku Siswa Berdasarkan Hasil Validasi……… 199
4.8 Hasil Validasi Buku Guru..……….. 200
4.9 Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Validasi……… 201
4.10 Hasil Validasi LKS……….. 203
4.11 Revisi LKS Berdasarkan Hasil Validasi…………..……… 204
4.12 Hasil Validasi Instrumen………. 205
4.13 Revisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa……… 206
4.14 Validasi Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Siswa……….. 207
4.15 Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematis Ujicoba 1………... 210
4.16 Hasil Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Ujicoba1………. 210
4.17 Rata-rata Persentase Waktu Aktivitas Siswa Ujicoba1………. 211
4.18 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran pada Ujicoba1………. 214
4.19 Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran pada Ujicoba1………. 218
4.20 Ketuntasan Pretest Kemampuan Komunikasi Ujicoba2……… 228
4.21 Ketuntasan Posttest Kemampuan Komunikasi Ujicoba2……… 229
4.22 Rata-rata Persentase Waktu Aktivitas Siswa Ujicoba2………. 230
4.23 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran pada Ujicoba2………. 232
4.24 Alasan Respon Negatif Siswa pada Ujicoba2……… 234
4.25 Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran pada Ujicoba2………. 235
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Alternatif Jawaban Komunikasi... . 7
1.2 Contoh Hasil Kerja Siswa ... 8
1.3 Contoh Bahan Ajar yang digunakan di Sekolah………. 17
2.1 Skema Pendidikan ... 27
2.2 Tahap Pendefenisian Model 4D……… . 58
2.3 Tahap Perancangan Model 4D……… 60
2.4 Tahap Pengembangan Model 4D……… 61
2.5 Tahap Penyebaran Model 4D……….. 62
3.1 Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4D ... 132
3.2 Peta Konsep Segiempat……….. 136
3.3 Diagram Alur Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual……….. 143
4.1 Hasil Analisis Konsep Materi Segiempat……… 180
4.2 Cover Buku Petunjuk Guru……….. 187
4.3 Kata Pengantar Buku Petunjuk Guru……… 187
4.4 Surat untuk Guru……… 188
4.5 Deskripsi Singkat Model Pembelajaran Kontekstual………. 189
4.6 Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran……….. 190
4.7 Materi Segiempat……… 190
4.8 Cover Buku Siswa……….. 191
x
4.10 Peta Konsep Segiempat……….. 192
4.11 Materi Segiempat……….. 193
4.12 Lembar Kerja Siswa………... 194
4.13 Klasifikasi Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematis Ujicoba1 209 4.14 Persentase Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Ujicoba1…………. 210
4.15 Grafik Persentase Waktu Aktivitas Siswa Ujicoba1………. 212
4.16 RPP sebelum Revisi……… 222
4.17 RPP setelah Revisi………. 223
4.18 LKS sebelum Revisi……….. 224
4.19 LKS setelah Revisi……… 224
4.20 Buku Siswa sebelum dan setelah Revisi……… 226
4.21 Buku Guru sebelum dan setelah Revisi………. 226
4.22 Klasifikasi Ketuntasan Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Ujicoba2………. 227
4.23 Persentase Ketuntasan Pretest Kemampuan Komunikasi Ujicoba2… 228 4.24 Klasifikasi Ketuntasan Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Ujicoba2………. 228
4.25 Persentase Ketuntasan Posttest Kemampuan Komunikasi Ujicoba2… 229 4.26 Grafik Persentase Waktu Aktivitas Siswa Ujicoba2……….. 230
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari
kehidupan. Pentingnya pendidikan, sehingga menjadi tolak ukur kemajuan suatu
bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki sumber daya manusia
yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi maupun skill. Sehingga
dengan sumber daya manusia yang berkualitas suatu bangsa akan mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Untuk
menumbuhkembangkan sumber daya manusia yang berkualitas maka diperlukan
mutu pendidikan yang berkualitas pula. Salah satu yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah pembaharuan secara berkelanjutan dalam bidang
pendidikan khususnya mata pelajaran matematika.
Istilah “Matematics is queen of science” menegaskan betapa pentingnya
peranan matematika ikut mengambil bagian dalam semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi di abad modern sekarang ini. Pendidikan matematika
merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Mukhlisin, 2010:36).
2
Dalam kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:346) pembelajaran matematika
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan:
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan-tujuan di atas terlihat bahwa pentingnya peranan
matematika dalam kehidupan. Karena pentingnya peranan matematika dalam
kehidupan manusia, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika
semakin baik. Hal ini terlihat dari berbagai upaya pemerintah seperti
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan
kompetensi guru dan berbagai usaha lainnya yang bertujuan untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas.
Namun kenyataannya kondisi yang mewarnai pembelajaran matematika
saat ini adalah seputar rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika, yang
menunjukkan bahwa mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran matematika
masih rendah yang ditandai dengan rendahnya peringkat Indonesia pada tingkat
SMP. Berdasarkan data hasil studi TIMSS 2003, Indonesia berada diperingkat
3
internasional 467. Hasil studi TIMSS 2007, Indonesia berada diperingkat Ke-36
dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata
internasional 500. Dan hasil terbaru, yaitu hasil studi TIMSS 2011, Indonesia
berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386,
sedangkan skor rata-rata internasional 500 (IEA, 2014).
Tidak bisa kita pungkiri bahwa peningkatan kualitas pendidikan Indonesia
dari tahun ke tahun masih kurang memuaskan. Data yang diperoleh Programme
For International Study Assessment (PISA) juga menunjukkan prestasi
pelaksanaan pendidikan untuk matematika masih kurang memuaskan.
Berdasarkan pemetaan yang dikeluarkan oleh PISA menyebutkan bahwa tahun
2000, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 41 negara, tahun 2003 berada pada
peringkat 38 dari 40 negara, tahun 2006 berada pada peringkat 50 dari 57 negara,
tahun 2009 berada pada peringkat 61 dari 65 negara, tahun 2012 berada pada
peringkat 64 dari 65 negara dan 2015 perkembangan pendidikan Indonesia masih
cenderung stagnan. Menurut data terakhir yang dikeluarkan PISA untuk
matematika pada tahun 2015, Indonesia berada dalam peringkat 69 dari 76 negara
yang diteliti.
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia. Salah satunya adalah proses pembelajaran yang selama ini terjadi
belum maksimal, media pembelajaran serta pendekatan yang digunakan kurang
efektif. Selain itu bahan ajar yang digunakan hanya sebatas buku paket. Padahal
pada kurikulum tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
4
Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI), yang mana baik SKL maupun SI
mengutamakan kompetensi siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum KTSP
tersebut yaitu guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dituntut
mempunyai kemampuan mengelola dan mengembangkan bahan ajar sebagai salah
satu sumber belajar. Hal ini diperkuat dengan peraturan pemerintah nomor 19
tahun 2005 pasal 20 yang menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, salah satu kewajiban guru adalah merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran.
Untuk menjawab kebutuhan ini tentu diperlukan adanya upaya
peningkatan kualitas dan mutu pendidikan, baik dari segi pendidik, sarana
pendidikan, perangkat pembelajaran maupun kebijakan-kebijakan dari pemerintah
yang menopang realisasi kebutuhan pendidikan di lapangan.
Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui
proses pendidikan adalah kemampuan komunikasi matematis. Pentingnya
komunikasi dalam pembelajaran matematika diusulkan oleh NCTM (2000:63)
yang menyatakan bahwa program pembelajaran matematika sekolah harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk (1) menyusun dan mengaitkan
mathematical thingking mereka melalui komunikasi; (2) mengkomunikasikan
mathematical thingking mereka secara logis dan jelas kepada teman-temannya,
guru, dan orang lain; (3) menganalisis dan menilai mathematical thingking dan
strategi yang dipakai orang lain; (4) menggunakan bahasa matematika untuk
5
Namun, dalam proses pembelajaran kemampuan komunikasi matematis
belum sepenuhnya dikembangkan secara serius. Komunikasi matematis
merupakan salah satu kompetensi yang perlu diupayakan peningkatannya
sebagaimana kompetensi lainnya seperti penalaran dan pemecahan masalah
(Ansari, 2012:5). Lebih jauh Ansari menjelaskan bahwa sedikitnya ada dua alasan
penting mengapa kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuh kembangkan
di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak
hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thingking), alat untuk menemukan
pola penyelesaian masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga
suatu alat berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan
cermat. Alasan kedua adalah mathematics learning as social activity yakni
sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, sebagai wahana interaksi
antar siswa, dan juga komunikasi antar guru dan siswa.
Paparan di atas menunjukkan bahwa banyak persoalan ataupun informasi
disampaikan dengan bahasa matematika, misalnya menyajikan persoalan atau
masalah ke dalam mosel matematika yang dapat berupa diagram, persamaan
matematika, grafik, ataupun tabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa
matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya
matematika sebagai bahasa sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari
bahasa yang digunakan dalam masyarakat.
Namun kenyataannya kemampuan komunikasi matematis siswa juga
masih belum memuaskan. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian Marzuki
6
matematik pada kelas model pembelajaran scientific diperoleh dari 66 siswa,
sebanyak 42 orang atau sebesar 63,63% mendapat nilai dengan kategori sangat
kurang, sebanyak 18 orang atau sebesar 27,27% mendapat nilai kategori kurang
dan sisanya sebanyak 6 orang atau sebesar 9,09% memperoleh kategori cukup.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ini juga terdapat pada siswa
SMP Swasta Karya Bhakti, dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada
siswa SMP Swasta Karya Bhakti, berdasarkan penelitian yang saya peroleh
sebagai peneliti di SMP Swasta Karya Bhakti Medan menyatakan bahwa :
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa pada mata pelajaran matematika, ini terjadi karena tingkat konsentrasi siswa yang tidak maksimal, yang mungkin disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan selama ini tidak cocok atau tidak membuat siswa termotivasi sehingga kebanyakan siswa kurang mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi tersebut.
Kemudian dari hasil survei peneliti (tanggal 31 Januari 2015) berupa
pemberian tes diagnostik kepada siswa kelas VIII SMP Swasta Karya Bhakti
Medan menunjukkan bahwa hampir 70 % dari jumlah siswa mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal permasalahan kontekstual.
Sebagai contoh yaitu: “ 1. Perhatikan foto di samping agar terlihat rapi,
foto tersebut diberi bingkai. a. Coba jelaskan bagaimana bentuk
bingkai pada foto tersebut?
b. Berdasarkan sifat dari bangun tersebut coba tuliskan pengertiannya!
2. Diketahui jajargenjang PQRS dengan titik O adalah titik potong diagonal PR
dan QS. a) Gambarkan jajargenjang tersebut?, b) Bagaimana hubungan <PSR =
7
Dari gambar tersebut, permukaan uang kertas berbentuk persegi panjang. Panjang
dan lebar dari persegi panjang tersebut berturut-turut adalah a cm dan b cm. Maka
bagaimana cara menghitung keliling dari persegi panjang tersebut? Alternatif
jawaban untuk soal tersebut disajikan pada gambar 1.1
Dari proses jawaban soal pertama seharusnya siswa terlebih dahulu menuliskan representasi ide matematika yang diperoleh, sedangkan pada soal kedua siswa seharusnya menginterpretasikan /membaca informasi dari gambar,diagram atau tabel berdasarkan ide, pikiran dan pengetahuan dengan jelas dan tepat, dan pada soal ketiga siswa sebaiknya membuat sketsa atau gambar sehingga siswa lebih mudah untuk mengerti soal tersebut. Dari membuat sketsa terlebih dahulu sehingga dapat menentukan keliling agar dapat membuat model matematikanya.
Gambar 1.1. Alternatif Jawaban Komunikasi
Soal tersebut diberikan kepada 30 siswa, 13 diantaranya tidak menjawab
soal tersebut, 15 orang menjawab dengan jawaban yang salah dan 2 orang
menjawab yang benar, dari hasilnya menunjukkan kemampuan komunikasi
matematis rendah, seperti yang dapat dilihat dari salah satu jawaban siswa berikut
8
Siswa tidak dapat membaca informasi dari gambar dengan jelas dan
tepat
Siswa tidakdapat menuliskan representasi
ide matematika yang diperoleh
Siswa tidak dapat membaca informasi dari gambar dengan jelas dan tepat
Siswa tidakdapat membuat model matematika berdasarkan ide yang
diperoleh
Gambar 1.2.Contoh Hasil Kerja Siswa
Berdasarkan jawaban siswa di atas jelas bahwa siswa belum mampu
menganalisis soal dengan baik. Pada tahap ini sulit dalam memisahkan
informasi-informasi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci, siswa tidak
mengerti apa yang diinginkan soal tersebut sehingga siswa tidak tepat dalam
menjawabnya. Siswa juga mengalami kesulitan dalam tahap menggabungkan
bagian-bagian informasi kedalam bentuk atau susunan yang baru sehingga siswa
belum mampu memecahkan masalah dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa
9
Menyadari akan rendahnya kemampuan komunikasi matematis ini, maka
dapat disimpulkan adanya masalah pada variabel ini. Untuk mengatasi masalah
tersebut, guru harus melakukan upaya-upaya diantaranya membahas masalah
tersebut secara komperhensif dalam forum MGMP, merubah paradigma
pembelajaran kepada konstruktivis, dan memperbaiki kualitas pendidikan melalui
proses pembelajaran.
Menurut Wahyudi (2010: 107) “ kualitas pendidikan ditentukan oleh
berbagai faktor dominan antara lain; guru, kempemimpinan kepala sekolah,
sarana dan prasararana sekolah termasuk kelengkapan buku, media/alat
pembelajaran, perpustakaan sekolah, tanpa terkecuali kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik”. Dari pendapat Wahyudi salah satu konponen
yang sangat penting dalam kualitas pendidikan adalah perangkat pembelajaran.
Kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan juga menentukan kualitas
pembelajaran.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis diperlukan
suatu perangkat pembelajaran yang mendukung variabel tersebut. Bertolak dari
hal tersebut adalah suatu tantangan bagi para guru untuk dapat mengembangkan
perangkat pembelajarannya sendiri. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
yang berkaitan dengan standar nasional pendidikan mengisyaratkan bahwa guru
diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian
dipertegas melalui Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses.
Untuk memenuhi standar proses tersebut maka pembelajaran harus direncanakan,
10
Cara merancang pembelajaran yang dimaksud adalah merancang
perangkat pembelajaran yang nantinya akan dijalankan untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang mendukung
siswa untuk mencapai standar kompetensi yang diinginkan. Perangkat
pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik sasaran
(Depdiknas, 2008:12). Perangkat yang tidak sesuai akan mengakibatkan
pencapaian tujuan pembelajaran yang kurang maksimal, khususnya pembelajaran
matematika.
Perangkat pembelajaran merupakan bagian terpenting dari sebuah proses
pembelajaran. UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa perangkat
pembelajaran merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa isi dalam perangkat
pembelajaran harus dirancang berdasarkan sebuah tujuan. Dalam perangkat
pembelajaran juga akan dimuat bagaimana cara yang akan kita gunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dengan kata lain, perangkat
pembelajaran bukan hanya sangat penting, tetapi merupakan inti dari sebuah
proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang baik, apabila digunakan juga
dengan sangat baik akan memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran dengan
sangat baik pula.
Perencanaan program pembelajaran menurut Hamzah dan Muhlisrarini (
11
terlakasananya dengan efektif suatu pembelajaran. Salah satu perencanaan
pembelajaran adalah menyusun perangkat pembelajaran. Suhadi (dalam siregar,
2013:8) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran adalah sekumpulan
sumber belajar yang memungkinkan guru dan siswa melakukan kegiatan
pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi silabus, bahan/buku ajar,
sumber dan media pembelajaran, model pembelajran, isntrument penilaian, serta
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pentingnya perangkat pembelajaran
dalam dalam kegiatan belajar sehingga pengembangannya merupakan hal yang
sangat dituntut kepada setiap guru.
Perangkat pembelajaran yang berkualitas adalah perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Dari pernyataan Akker (dalam
Rochmad, 2012:68) disimpulkan bahwa kriteria kualitas suatu perangkat yaitu
kevalidan (validity), kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness).
Sehingga dapat dinyatakan bahwa perangkat yang berkualitas adalah memenuhi
ketiga aspek tersebut. Selanjutnya dari pernyataan Tati, dkk. (2009:78)
disimpulkan bahwa validitas diperoleh dari validasi perangkat oleh pakar (expert)
dan teman sejawat berisikan validasi isi (content), konstuk dan bahasa.
Selanjutnya kepraktisan berarti bahwa perangkat pembelajaran dapat diterapkan
oleh guru sesuai dengan yang direncakan dan mudah dipahami oleh siswa.
Sedangkan keeefektifan dilihat dari hasil penilaian autentik yang meliputi
penilaian terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar.
Namun masih banyak sekarang ini pendidik ataupun guru yang kesulitan
12
tuntutan yang diharapkan. Masih banyak guru matematika khususnya di Sumatera
Utara yang mengalami kesulitan dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran
untuk digunakan ketika mengajar. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 2
orang guru matematika di SMP Swasta Karya Bhakti diperoleh informasi bahwa
guru jarang membuat rencana pembelajaran sendiri. Menurut ibu Maya sebagian
guru sudah memiliki perangkat pembelajaran namun belum dimplementasikan
dengan baik dan benar. Selanjutnya menurut ibu Ayu buku pegangan yang
digunakan dalam proses pembelajaran tidak mengarah kepada
permasalahan-permasalahan yang kontekstual dan soal-soal yang digunakan dalam buku
pegangan tersebut adalah soal-soal yang rutin, dan LKS yang digunakan
cenderung pada LKS siap pakai yang isinya mengarah pada kesimpulan materi
dan tidak sinkron dengan buku pegangan yang digunakan.
Hal tersebut sejalan dengan hasil temuan Effendi (2008:8) bahwa
guru-guru yang mengalami kesulitan dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran
untuk jenjang SD sebanyak 18.9%, SMP 40%, SMA 15.8% dan SMK sebanyak
25.3%. Lebih jauh Effendi menjelaskan bahwa untuk guru-guru di sekolah negeri
sebanyak 16.3% mengalami kesulitan membuat perencanaan perangkat
pembelajaran, sedangkan untuk guru-guru di sekolah swasta 11.8%. Kondisi
lainnya adalah guru yang merancang perangkat pembelajaran, akan tetapi
perangkat yang dihasilkan kurang sesuai dengan tuntutan perkembangan.
Misalnya perangkat yang dirancang dengan kurangnya penggunaan model yang
relevan, ataupun juga perangkat yang dirancang untuk sebuah pembelajaran yang
13
Dewasa kini sebenarnya sudah banyak penelitian yang berorientasi kepada
terciptanya proses pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan suatu tujuan
yang telah ditentukan. Misalnya pengembangan perangkat pembelajaran, ataupun
penelitian tentang penggunaan model pembelajaran. Pertanyaannya adalah
bagaimana cara mendesain hal tersebut dalam suatu proses pembelajaran. Ketika
seorang guru merencanakan suatu pembelajaran menggunakan suatu perangkat
yang telah di uji, tentunya penggunaan model pembelajaran yang tepat juga akan
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Tentunya aspek-aspek tersebut
harus direncanakan secara bersama-sama agar tujuan pembelajaran dapat
benar-benar tercapai dengan baik.
Dalam pembelajaran, dewasa ini ada kecenderungan bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah, yaitu belajar akan
lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya (Depdiknas,
2003:1). Pembelajaran inilah yang sering kita sebut pembelajaran berbasis
kontekstual. Pada pembelajaran kontekstual ditekankan bahwa materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dari pengemasan materi, contoh dan
permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari siswa.
Pada pembelajaran berbasis kontekstual, guru tidak serta merta
memberikan solusi dari setiap masalah. Akan tetapi siswa diberikan peluang
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan bimbingan guru, yaitu
dengan guru memancing dengan pertanyaan – pertanyaan sehingga siswa akan
dengan aktif untuk mengkonstruksi, menemukan dan memahami konsep – konsep
14
mengkomunikasikan ide, gagasan, atau pemikiran dalam pemecahan masalah
yang disajikan.
Pembelajaran kontekstual dapat pula dimulai dengan melakukan kerja
kelompok antar siswa. Pembelajaran kontekstual menyarankan kepada siswa
untuk mencari atau menentukan sumber- sumber pengetahuan yang relevan.
Pembelajaran berbasis kontekstual diajak untuk membentuk suatu pengetahuan
dengan sedikit bimbingan atau arahan guru. Hal ini sejalan dengan teori belajar
bruner yang dikenal sebagai teori belajar penemuan. Menurut Hosnan (2014:35)
dapat disimpulkan terdapat 4 hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner
yaitu : (1) individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia
menggunakan pikirannya, (2) dengan melakukan proses-proses kognitif dalam
proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang
merupakan suatu penghargaan intrinsik, (3) salahsatunya cara agar seseorang
dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan, (4) dengan melakukan penemuan maka
akan memperkuat retensi ingatan. Keempat hal di atas adalah bersesuaian dengan
proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran kontekstual.
Sejalan dengan pentingnya penerapan model pembelajaran yang relevan
maka pengembangan perangkat perangkat pembelajaran juga merupakan hal yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Menurut Trianto (2011:201)
“perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar
mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
15
media pembelajaran serta buku ajar siswa”. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perangkat pembelajaran meliputi sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan
pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa perangkat
pembelajaran adalah RPP, LKS, dan Buku Siswa.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut Permendiknas No.
41 Tahun 2007 adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara lebih
rinci mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya pencapaian kompetensi dasar. RPP memuat langkah-langkah yang
akan dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian guru dapat
mempertahankan situasi agar siswa dapat memusatkan perhatian dalam
pembelajaran yang telah dirancangnya.
Hasil pengamatan dan analisis terhadap RPP yang dipakai di SMP Swasta
Karya Bhakti, masih terdapat beberapa kekurangan: Pertama, RPP yang
digunakan guru bukan merupakan hasil rancangan sendiri, melainkan hasil meniru
dari guru lain yang masih bersifat umum, belum divalidasi dan kurang sesuai
dengan karakteristik siswa SMP Swasta Karya Bhakti. Kedua, langkah-langkah
pembelajaran tidak mengacu pada model pembelajaran yang tercantum dalam
RPP namun masih bersifat teacher centered. Langkah-langkah pembelajaran tidak
memuat alokasi waktu yang jelas pada setiap prosesnya. Ketiga, masalah-masalah
untuk menilai hasil belajar masih minim dan tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta kurang mendukung pengembangan kemampuan komunikasi
matematis siwa. Keempat, tidak adanya rubrik penskoran pada penilaian hasil
16
Kelemahan selanjutnya terkait media atau sumber belajar. Sumber belajar
pun banyak sekali macamnya, seperti buku ajar/buku kerja, buku panduan, buku
belajar mandiri dan lain sebagainya. Tetapi tidak semua sekolah mempunyai
sumber belajar yang memadai. Sumber belajar yang digunakanpun sangat
terbatas. Biasanya buku yang digunakan adalah buku dari penerbit atau buku
paket. Jika kita melihat buku pelajaran matematika yang sudah ada, buku tersebut
belum termasuk dalam kategori buku berbasis kontekstual. Hal ini dikarenakan
buku tersebut belum memenuhi aspek – aspek yang ada dalam pembelajaran
kontekstual, yaitu aspek konstruktivisme, penemuan, bertanya, masayarakat
belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya.
Pengembangan buku ajar yang baik harus memenuhi kriteria valid dan
efektif. Menurut Akbar (2013:34) buku ajar yang baik adalah: (1) akurat (akurasi);
(2) sesuai (relevansi); (3) komunikatif; (4) lengkap dan sistematis; (5) berorientasi
pada student cenetered; berpihak pada ideologi bangsa dan negara; (7) kaidah
bahasa benar, buku ajar yang ditulis menggunakan ejaan, istilah dan struktur
kalimat yamg tepat; (8) terbaca, buku ajar yang keterbacaannya tinggi
mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca.
Buku siswa yang digunakan di SMP Swasta Karya Bhakti masih beberapa
kelemahan anatara lain : Pertama, materi yang disajikan belum melatih
kemampuan komunikasi matematis siwa serta materi disajikan langsung. Kedua,
contoh soal yang ada pada buku siswa tidak melatih kemampuan komunikasi
17
sekolah, buku tersebut lebih berpusat pada pemahaman konsep siswa, Seperti
contoh pada gambar 1.3.
Gambar 1.3 Contoh bahan ajar yang digunakan di sekolah
Buku tersebut lebih memuat untuk pemahaman konsep siswa. Siswa
diberikan konsep tanpa siswa mencari sendiri konsep tersebut. Terlebih dalam
pembelajaran, guru acap kali langsung memberikan rumus tanpa memberikan
konsep dasarnya dan berikan soal – soal rutin. Hal ini membuat siswa tidak dapat
mengkonstruksi materi yang disampaikan dan apabila diberikan permasalahan
yang berbeda siswa menjadi bingung dan kesulitan dalam memecahkannya.
Memberi contoh dan non contoh
dari konsep
Menyatakan ulang sebuah
18
Kelemahan selanjutnya lembar kerja siswa (LKS). LKS merupakan salah
satu yang mendukung buku siswa. Penggunaan LKS tersebut sejalan dengan
panduan pengembangan bahan ajar yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:13) salah satu
jenis bahan ajar adalah lembar kegiatan siswa (LKS) yakni lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, berupa petunjuk dan
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan adanya lembar
kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran,
bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan
suatu tugas tertulis. Artinya, dengan menggunakan LKS tersebut konsep
pembelajaran yang lebih mengedepankan siswa berperan aktif dan guru hanya
sebagai fasilitator akan dapat terwujud dengan baik.
Pentingnya penggunaan LKS yang sesuai dalam pembelajaran masih
sering diabaikan oleh para guru. Sering kali guru salah menggunakan LKS karena
digunakan di akhir pembelajaran sebagai latihan untuk memperdalam materi.
Seharusnya guru dapat memanfaatkan LKS sebagai latihan untuk
mengembangkan kemampuan matematika siswa, seperti komunikasi matematis.
Pada pembelajaran Matematika kelas VII SMP Swasta Karya Bhakti T.A
2015/2016 khususnya materi geometri diperoleh fakta bahwa LKS yang
digunakan cenderung pada LKS siap pakai yang isinya mengarah pada
kesimpulan materi dan tidak sinkron dengan buku pegangan yang digunakan.
19
buku siswa serta kemampuan matematika siswa. LKS yang dikembangkan harus
memiliki kriteria valid dan efektif agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Kelemahan-kelemahan ini menunjukkan perangkat pembelajaran yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran belum memenuhi kriteria valid,
praktis dan efektif. Oleh sebab itu wajarlah jika kemampuan komunikasi
matematis siswa masih rendah. Dengan mengembangkan perangkat pembelajaran
yang memenuhi kriteria tersebut di atas diharapkan menjadi solusi untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Beberapa pernyataan di atas menegaskan bahwa sebuah pembelajaran
harus dirancang berdasarkan perangkat pembelajaran yang telah memenuhi
kriteria valid, praktis dan efektif dengan menggunakan sebuah model
pembelajaran yang juga menunjang aktivitas dan pengalaman siswa di dalam
proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
dimana siswa bukan hanya sekadar memahami matematika tetapi juga memiliki
kemampuan untuk melakukan komunikasi matematis. Maka dari pada itu
direncanakan sebuah penelitian untuk mengembangkan perangkat pembelajaran
yang tepat dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis
kontekstual yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat
20
1. Peningkatan kualitas pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun masih
belum memuaskan.
2. Guru mendominasi pembelajaran sehingga siswa tidak terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran.
3. Guru belum membuat RPP sendiri untuk pembelajaran di kelasnya.
4. Guru tidak menggunakan Lembar Kerja Siswa dalam pembelajaran.
5. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
6. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa.
7. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum memenuhi
standarisasi kualitas pembelajaran yakni valid, praktis dan efektif.
8. Perangkat pembelajaran matematika relatif belum berorientasi pada model
pembelajaran berbasis kontekstual yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa.
9. Buku pegangan yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak
mengarah kepada permasalahan-permasalah yang kontekstual dan
soal-soal yang digunakan dalam buku pegangan tersebut adalah soal-soal-soal-soal yang
rutin.
10. LKS yang digunakan cenderung pada LKS siap pakai yang isinya
mengarah pada kesimpulan materi dan tidak sinkron dengan buku
pegangan yang digunakan.
21
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar diperoleh suatu kedalaman
pada penarikan kesimpulan, maka diperlukan adanya batasan masalah yang
bertujuan untuk tercapainya ketepatan sasaran dan tujuan.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum memenuhi
standarisasi kualitas pembelajaran yakni valid, praktis dan efektif..
2. Perangkat pembelajaran matematika relatif belum berorientasi pada model
pembelajaran berbasis kontekstual yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa.
3. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran matematika yang
dikembangkan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual?
2. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran matematika yang
dikembangkan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual?
3. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran matematika yang
dikembangkan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual?
4. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
setelah penerapan perangkat pembelajaran berbasis kontekstual yang
22
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika berbasis kontekstual untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Adapun tujuan khusus penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui validitas perangkat pembelajaran yang
dikembangkan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual.
2. Untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual.
3. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang
dikembangkan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual.
4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang diajarkan dengan mengunakan perangkat pembelajaran
berbasis kontekstual.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang
merupakan masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran. Manfaat
yang diperoleh sebagai berikut:
1. Bagi siswa, akan memberikan sebuah pengalaman yang nyata dalam
belajar matematika pada pokok bahasan geometri berdasarkan perangkat
yang dirancang berbasis kontekstual dengan fokus pada peningkatan
23
2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika untuk memperkaya
wawasan dalam merancang perangkat pembelajaran yang sesuai dan
berguna untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada
siswa, khususnya pada pembelajaran berbasis kontekstual.
3. Bagi Kepala sekolah dapat menjadi bahan pertimbangan dan referensi
bagi setiap tenaga pendidik disekolah tersebut untuk menerapkan
perangkat pembelajaran berbasis kontekstual.
4. Menjadi bekal pengetahuan bagi penulis sebagai calon guru dalam
melengkapi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan program pasca
sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Medan serta acuan
dalam pengembangan perangkat pembelajaran matematika lainnya lebih
lanjut
5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar bagi pembelajaran dan
251
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pengembangan perangkat matematika berbasis kontekstual untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diuraikan dalam penelitian ini adalah:
1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan pembelajaran berbasis kontekstual dalam meningkatkan komunikasi matematis siswa sudah memenuhi kriteria valid yakni untuk Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Buku Pegangan Guru (BPG), Buku Siswa (BS) meliputi aspek kelayakan format, bahasa dan isi serta tes kemampuan komunikasi matematis siswa berada dalam katagori valid.
2. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan pembelajaran berbasis kontekstual dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa sudah praktis digunakan yakni telah memenuhi kriteria praktis yang dilihat dari rata-rata keterlaksanaan pembelajaran berada pada katagori terlaksana dengan baik, dan rata-rata respon siswa mengenai perangkat pembelajaran berada pada kategori baik. Jadi rata-rata keterlaksanaan, dan rata-rata respon siswa telah memenuhi indikator kepraktisan perangkat pembelajaran sehingga perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dikatakan praktis.
252
dilihat dari hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu ≥ 85% dari jumlah siswa dan aktivitas siswa berada pada kriteria batasan keefektifan pembelajaran sehingga masuk kategori efektif. Dari semua hasil yang diperoleh pada uji coba lapangan disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah efektif, sehingga diperoleh Draft Final yaitu perangkat pembelajaran yang layak
digunakan.
4. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan pembelajaran berbasis kontekstual dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Peningkatan yang tertinggi terdapat pada indikator keempat yaitu membuat model matematika berdasarkan ide matematika yang diperoleh, sedangkan peningkatan terendah terdapat pada indikator pertama yakni, menuliskan representasi ide matematika yang diperoleh (bahasa atau simbol matematika). Dilihat dari N-Gain untuk setiap siswa sebagian besar mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matematis, artinya perangkat pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual sudah memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
253
2. Para guru yang hendak menggunakan model pembelajaran berbasis kontekstual hendaknya agar lebih memperhatikan penggunaan waktu pertemuan siswa dalam mengerjakan masalah yang disajikan agar sesuai dengan jadwal yang disediakan. 3. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan
pembelajaran yang sama dengan penelitian ini, disarankan untuk meminimalisir kelemahan-kelamahan yang terdapat dalam penelitian.
4. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang mengukur dan kemampuan komunikasi matematis siswa agar dapat lebih memperhatikan kemampuan siswa pada indikator membuat model matematika berdasarkan ide matematika yang diperoleh.
5. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis agar lebih memperhatikan penyetaraan tiap indikator dalam tingkat porsi yang sama, baik dalam perlakuan dalam pembelajaran maupun tingkat kesukaran tes kemampuan komunikasi.