EFEK KONSUMSI MIE MENGANDUNG BORAKS TERHADAP HISTOPATOLOGI INTESTINUM TENUE (JEJENUM) PADA
TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN
Oleh:
Azum Rizki Mubarok NIM 4123220004 Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pasarmatanggor pada tanggal 29 November 1993.
Ayah bernama Amirin Hasibuan dan Ibu bernama Nurmalan Siagian dan penulis
merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk
SD Negeri 102590 Pasarmatanggor dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006,
penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Batangonang dan lulus pada tahun
2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1
Batangonang dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, Penulis diterima di
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Kegiatan di Universitas Negeri Medan yang pernah diikuti yaitu Asisten
Laboratorium pada mata kuliah Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan,
Praktikum Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi, dan Praktikum Etno Botani.
Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Veteriner
Medan, Sumatera Utara. Penulis turut serta juga dalam program pengabdian
masyarakat bernama Sekolah Masyarakat Terpadu (SMART) dan sempat
menjabat sebagai ketua panitia pelaksanaan aksi english club di salah satu desa
Kabupaten Langkat.
iii
EFEK KOMSUMSI MIE MENGANDUNG BORAKS TERHADAP HISTOPATOLOGI INTESTINUM TENUE (JEJENUM) PADA TI KUS
PUTIH (R attus nor vegi cus ) JANTAN Azum Rizki Mubarok (NIM 4123220004)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan histopatologi (jejenum) pada (Rattus norvegicus) jantan akibat mengkomsumsi mie mengandung boraks selama 4 minggu. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental. Metode yang digunakan adalah pemberian mie berboraks lewat pakan pelet sebanyak 20g/hari dengan kadar yang berbeda yaitu 25%, 50%, 75% dan 100% pada 25 ekor tikus dengan lima kali pengulangan. Parameter yang diamati adalah berat badan tikus kemudian histopatologi jejenum usus yakni tunika mukosa, submukosa, muscularis dan serosa. Sayatan histologi jejenum yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengkomsumsi mie mengandung boraks dapat menyebabkan tingkat
histopatologi berupa bengkak keruh, nekrosis (inti sel piknosis), erosi vili dan hemoragi.
iv
THE EFFECT NOODLES CONSUMPTION CONTAIN BORAX FOR HISTOPATHOLOGY OF TENUE INTESTINE (JEJENUM) THE MALE
WHITE RAT (Rattus norvegicus)
Azum Rizki Mubarok (NIM 4123220004)
ABSTRACT
This study aimed to examine histopathological changes (jejenum) at (Rattus norvegicus) manly due to consuming the noodles contain borax for 4 weeks. This research is experimental. The method used is the provision of feed pellets noodles berboraks through as much as 20g / day at different levels, namely 25%, 50%, 75% and 100% in 25 mice with five repetitions. Parameters measured were body weight of rats after intestinal histopathology jejenum the tunica mucosa, submucosa, muscularis and serosa. Histological incision jejenum were analyzed using qualitative descriptive. The results showed that consuming the noodles contain borax can cause swelling rate of histopathological form turbid, necrosis (cell nucleus piknosis), villi erosion and hemorrhage.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan berkah-Nya, penulis diberi kesehatan, kesempatan dan pengetahuan
sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang direncanakan.
Adapun judul skripsi ini adalah “Efek Komsumsi Mie Mengandung Boraks Terhadap Histopatologi Intestinum Tenue (Jejenum) pada Tikus (Rattus norvegicus) Jantan ” yang mana disusun untuk memperoleh gelar sarjana
Sains, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan. Kiranya dapat memberikan manfaat bagi rekan mahasiswa dan
masyarakat pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Dra. Meida Nugrahalia, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak membantu dan memberikan bimbingan, saran-saran, serta semangat
kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Diky Setya
Diningrat, S.Si., M.Si, Ibu Dra. Adriana Y.D Lbn.gaol M.Kes, dan Ibu Dra.
Erlintan Sinaga, M.Kes. selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan
saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada bapak Dr. Asrin
Lubis, M.Pd. selaku Dekan FMIPA dan staf-stafnya. Kepada Bapak Drs.
Nusyirwan, M.Si. selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan
bimbingan selama perkuliahan dan semua Dosen di Jurusan Biologi yang telah
banyak membimbing selama perkuliahan.
Teristimewa kepada keluarga penulis yang sangat dicintai dan sayangi
yaitu Ayahanda Amirin Hasibuan Amd dan Ibunda Nurmalan Siagian S.Pd yang
setiap saat memberikan kasih sayang dan dukungan dalam doa dan material.
Terima kasih juga kepada Kakanda Sofia Putri Hasian, Amd. dan Abangda
Brigadir Erich Sumantho Hasibuan dan Shadam Husein Hasibuan, Amd. yang
vi
diluar kampus. Dan terima kasih kepada Rosalia Harahap yang telah bersedia
berbagi waktu memotivasi penulis selama menyusun skripsi ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini,
namun penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun guna perbaikan dalam skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan
banyak terima kasih semoga skripsi ini berguna untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan.
Medan, September 2016
viii
BAB III. METODE PENELITIAN 18
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 18
3.2. Populasi dan Sampel 18
3.2.1. Perhitungan Besar Sampel 18
3.3. Alat dan Bahan Penelitian 19
3.3.1. Alat Penelitian 19
3.5.3. Pembedahan Hewan Uji dan Kontrol 22
3.5.4. Pembuatan Preparat Histologis 23
3.5.5. Parameter yang Diamati 23
3.5.6. Pengamatan Histologi 23
3.6. Teknik Analisis Data 24
3.7. Alur Penelitian 25
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN 26
4.1. Hasil Penelitian 26
4.1.1. Histopatologi Jejenum 26
4.1.2. Kelompok Kontrol 27
BAB V. KESIMPULAN dan SARAN 35
5.1 Kesimpulan 35
5.2 Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur kimia Boraks 8
Gambar 2.2. Anatomi Organ Pencernaan 11
Gambar 2.3. Anatomi Usus halus 12
Gambar 2.4. Anatomi Jejenum 13
Gambar 2.5. Tingkat Histopatologi Bengkak Keruh 15
Gambar 2.6. Tingkat Histopatologi Kongesti 15
Gambar 2.7. Tingkat Histopatologi Nekrosis 16
Gambar 2.8. Tingkat Histopatologi Erosi Vili 16
Gambar 2.9. Tingkat Histopatologi Hemoragi 16
Gambar 4.1. Histologi Usus normal (Dokumentasi Pribadi) 27
Gambar 4.2. Histopatologi Bengkak Keruh (Dokumentasi Pribadi) 28
Gambar 4.3. Histopatologi Tingkat Nekrosis (Dokumentasi Pribadi) 29
Gambar 4.4. Histopatologi Tingkat Erosi Vili (Dokumentasi Pribadi) 30
Gambar 4.5. Histopatologi Tingkat Hemoragi (Dokumentasi Pribadi) 31
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Data Biologis Tikus Putih (Rattus norvegicus L) 10
Tabel 3.1. Alat yang Digunakan dalam Penelitian 19
Tabel 3.2. Bahan yang Digunakan dalam Penelitian 20
Tabel 3.3. Model Tabel Penelitian 21
Tabel 3.4. Tabel Pengamatan Penelitian 24
Tabel 4.1. Hasil Tingkat Histopatologi 26
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Mie Mengandung Boraks 42
Lampiran 2. Data Hasil Jenis Kerusakan Histopatologi 43
Lampiran 3. Formula Perhitungan Penambahan Berat Badan Tikus 44
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian 45
Lampiran 5. Data Berat Badan Tikus 49
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian 50
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saat ini boraks sering menjadi bahan pemberitaan karena disalahgunakan
untuk bahan campuran makanan. Boraks (NA2B4O7.10H2O) merupakan suatu zat
yang bersifat basa mempunyai pH 8,2, tidak berbau, berbentuk kristal putih dan
tidak mudah terbakar. Zat ini mengandung 99% sodium tetraborat decyhydrate
yang cukup berbahaya jika terkomsumsi manusia (MSDS, 2000). Hasil survei
pangan Badan POM RI tahun 2001-2003, menunjukkan bahwa dari 1.222
makanan (mie, bakso dan makanan ringan) terdapat 129 sampel mengandung
boraks. Kandungan boraks paling banyak ditemukan pada mie basah (B POM,
2004).
Penggunaan boraks bertujuan agar makanan menjadi lebih kenyal, terlihat
lebih menarik dan awet. Hasil penelitian Rusli (2009), menunjukkan bahwa uji
kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis terhadap 5 sampel mie
basah terdapat 4 sampel yang mengandung boraks dengan kadar boraks yang
berbeda yaitu, Ciputat I sebesar 3,76112 µ g/mL, Ciputat II 108,592 µg/mL,
Parung 117,9461 µ g/mL dan Tangerang 6,275 µ g/mL.
Berdasarkan informasi tersebut diatas maka peneliti melakukan observasi
pada bulan Oktober 2015, dengan uji sederhana menggunakan cairan kunyit.
Menurut Roth (1978), cairan kunyit yang mengandung kurkumin dapat
mendeteksi boraks secara kualitatif. Dari 60 jenis mie basah dan kering yang
didapat dari 4 pasar besar di Kota Medan, (yaitu Pasar Pagi (Tanjung Rejo), Pasar
Gambir (Tembung), Pasar Brayan dan Pasar Bawah (Jl.Aksara),) yang diuji
boraks di Laboratorium Biologi Unimed, diketahui bahwa 41% mie yang
diperdagangkan di pasar-pasar Kota Medan terindikasi mengandung boraks.
Mie yang terindikasi mengandung boraks mengalami perubahan warna
kuning menjadi merah. 11% terlihat jelas mencolok berubah menjadi merah
keunguan, 25% berwarna kuning kunyit dengan tingkat level 1-2 dan 56% tidak
2
bahwa mie lidi dengan merk dagang (X) ternyata terindikasi boraks dengan
perubahan warna tertinggi yaitu level 5 (merah keunguan).
Mengutip pernyataan dari Miftahudin dan Octavia (2012), dari data WINA
(2012), konsumsi mie instan di Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia
setelah negara Cina. Pada tahun 2007, konsumsi mie instan di Indonesia mencapai
14,9 miliar bungkus dan menurun pada tahun 2008 menjadi 13,7 miliar bungkus.
Kemudian pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 13,9 miliar bungkus. Pada
tahun 2010, konsumsi mie di Indonesia mencapai 14,4 miliar bungkus (63
kemasan/tahun/orang) dan terus meningkat hingga tahun 2012 menjadi 16,5 miliar
bungkus. Konsumsi mie instan di Indonesia mecapai 18,1 miliar bungkus pada
tahun 2013. Jadi dapat diasumsikan bahwa, konsumen mie di Indonesia semakin
meningkat. Begitu besarnya produk mie yang dikomsumsi masyarakat, maka
dapat digambarkan potensi bahaya mie, bila didalamnya terkandung bahan
pengawet boraks.
Terlalu seringnya manusia mengkomsumsi makanan yang mengandung
bahan pengawet dapat membahayakan organ-organ pencernaan. Menurut
Dourson, dkk (2003), bahaya yang ditimbulkan akibat pengaruh boraks secara
langsung maupun residu yang ditinggalkannya dapat mengakibatkan kerusakan
infertilitas organ testis maupun ovarium, memacu pertumbuhan sel kanker,
merusak hati, lambung, usus besar dan usus halus (duodenum, jejenum dan
ileum).
Pada penelitian ini, jejenum dipilih sebagai organ yang diteliti dengan
pertimbangan bahwa jejenum merupakan organ yang paling sensitif terhadap zat
toksik dan lapisan permukaan epitelnya lebih luas sehingga mampu menyerap
lebih banyak nutrisi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui efek histopatologi
mie yang positif mengandung boraks terhadap (jejenum) hewan tikus putih
3
1.2 Identifikasi masalah
1. Bahaya mengkomsumsi makanan mengandung boraks pada kurun waktu
tertentu terhadap organ-organ pencernaan.
2. Efek mengkomsumsi mie yang mengandung boraks terhadap histopatologi
intestinum tenue (jejenum).
1.3 Batasan masalah
1. Bahan makanan yang mengandung pengawet dibatasi hanya dari jenis mie
kering.
2. Bahan tambahan pangan yang dicampurkan pada makanan adalah jenis
boraks.
3. Efek mengkomsumsi mie berboraks selama 4 minggu terhadap struktur
histopatologinya pada usus halus.
4. Efek mie mengandung boraks terhadap histopatologi jejenum, khususnya
pada tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muscularis dan tunika
serosa.
1.4 Rumusan masalah
1. Apakah pemberian mie mengandung boraks selama 4 minggu berpengaruh
terhadap kerusakan struktur anatomis intestinum tenue (jejenum) tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan?
2. Bagaimanakah efek pemberian mie mengandung boraks terhadap
histopatologi pada setiap tunika di jejenum tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan?
1.5 Tujuan
1. Untuk melihat perubahan histopatologi intestinum tenue (jejenum) akibat
mengkomsumsi mie mengandung boraks selama 4 minggu.
2. Untuk mengetahui dampak pemberian mie berboraks pada setiap tunika
4
1.6Manfaat
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
biologi serta terapannya.
2. Sebagai sumber informasi mengenai bahaya makanan yang mengandung
boraks terhadap proses penyerapan intestinum tenue (jejenum).
3. Memberi gambaran yang jelas pada setiap tunika intestinum tenue
36 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Mengkonsumsi mie mengandung boraks selama empat minggu
berpengaruh terhadap penambahan berat badan dan memberikan efek
kerusakan tingkat sel usus (jejenum) pada lapis mukosa berupa bengkak
keruh, nekrosis (inti sel piknosis), erosi vili dan hemoragi.
2. Efek mie mengandung boraks terhadaap struktur histologi jejenum tikus
khusunya tunika submukosa, muscularis dan serosa tidak ada ditemukan
bentuk kerusakan.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga didapatkan data yang lebih
lengkap tentang efek, dosis, dan lama pemberian mie mengandung boraks
yang tepat bagi manusia sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
mengenai efek merugikan dari mengkomsumsi makanan berboraks.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan
percobaan yang tingkat spesiesnya lebih tinggi dari tikus putih misalnya
marmut, atau kelinci.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode lewat
pakan yang lain untuk mendapatkan kadar boraks yang tepat sehingga
37
DAFTAR PUSTAKA
Anggrehini, S, 2008. Keamanan Pangan Kaitannya dengan Penggunaan Bahan Tambahan dan Kontaminan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Arimbi. 2010. Buku Ajar Patologi Veteriner : Respon Sel dan Jaringan Terhadap Jejas serta Gangguan Hemodinamik. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. 13-83
Asri, A, 2015. Gambaran Histopatologi Usus Ikan Dui Dui (Dermogenys
Megarrhamphus) di Danau Matano Luwu Timur Sulawesi Selatan yang Tercemar Logam Berat Nikel (Ni) dan Besi (Fe). FKH Universitas Hasanuddin, Makassar.
Aulanni’am, Pratama A.Y, Masdiana C, 2012. Gambaran Histopatologi dan
Jumlah Mikroflora Jejenum Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Terpapar Indometasin dan Mendapat Suplenmentasi Bakteri Asam Laktat (BAL), Brawijaya
Asterina, Elmatris, Endrinaldi, 2008. Identifikasi dan Penentuan Kadar Boraks Pada Mie Basah yang Beredar Dibeberapa Pasar di Kota Padang, Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.32. Juli - Desember 2008. Universitas Andalas, Padang.
Azas, Q. S, 2013. Analisis Kadar Boraks Pada Kurma yang Beredar di Pasar Tanah Abang dengan Menggunakan Spektofotometri UV-VIS, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jakarta.
B POM RI, 2004. Implementationof Food Watch Program.
B POM RI, 2012. Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88.
Bezabeh, M., A. Tesfaye, B. Ergicho, M. Erke, S. Mengistu, A. Bedane, A. Desta. 2004. General Pathology : Lecture Notes For Health Science Students. Jimma University, Gondar University, Haramaya University, Dedub University. Ethiopia. 68-69
Bestari, R, 2013. Laporan Praktikum Histoteknik, Jakarta
Cunningham, J.G. and B.G. Klein. 2007. Textbook of Veterinary Physiology. Michigan State University, Virginia Polytechnic Institute and State University. USA. 300-409.
Elziyad, M. T, P, Widjaja Rai, M. D, Plumeriastuti, H, 2013. Pengaruh Boraks
terhadap Gambaran Histopatologi Duodenum Tikus Putih (Rattus
38
Dieter, M.P. 1994. Toxicity and carcinogenicity studies of boric acid in male and female B6C3F1 mice. Environ. Health Persp. 102(Suppl 7):93-97.
Dourson, M., A. Maier, B. Meek, F., Bareille, R., Baquey. 2003. Boron tolerable intake re-evaluation of toxicokinetics for data derived uncertainty factors. Biol. Trace Elem. Res. 66(1-3):453-463.
Habsah, 2012. Gambaran Pengetahuan Pedagang Mi Basah Terhadap Perilaku Penamabahan Boraks dan Formalin Pada Mi Basah di Kantin-kantin Universitas X Depok tahun 2012, FKM UI.
Harjana, T. 2009. Pemanfaatan Daun Pepaya (Carica Papaya L) Untuk
Pertumbuhan dan Efeknya Pada Gambaran Histologi Usus Halus Tikus
Putih (Rattus Norvegicus). Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Heindel, J. J, Price, C. J, and Schwetz, B. A, 1994. The Developmental Toxicity
of Boric Acid in Mice, Rats, and Rabbits. Environmental Health
Perspectives.
Hunt, C. D, 2007. Dietary Boron: Evidence For Essentiality and Homeostaticcontrol in Humans and Animals. F. Xu et al. (ed), Advances in Plant and Animal Boron Nutrition, 251-267.0 2007 US Government.
Kusharto, C.M, 2005. Mekanisme Penyerapan Zat Gizi Makro di Usus Halus, Project Group Anatomi Fisiologi,Bogor
Kusumawati, D, 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba, Gadjah Mada University Press, h. 3-7, Yogyakarta.
Koswara S, 2009. Tekhnologi Pengolahan Mie, Ebook Pangan, Jakarta.
Kristianingrum, S, 2008. Metode Analisis Pengawet Bahan Pangan. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA, Yogyakarta.
Leeson, C, 1996., Buku Ajar Histologi. Jakarta
Maria, T, 2010. Analisis Kandungan Boraks dalam Mie Basah yang Beredar di Kota Makasar, Jurnal Chemica Vo/. 11 Nomor 1 Juni 2010, 57 –
64, Makasar.
39
Mohammad, M, 2001. Tekhnik Pembuatan Preparat Histopatologi Dari Jaringan
Hewan Dengan Pewarnaan Hematoksilin Dan Eosin (H&E). Balai
Penelitian Veteriner, Jl. R.E Martadinata 30, Bogor.
MSDS, 1999, Borax, Inc, 265124, U.S.
Nielsen, N. F, 1994. Biochemical and Physiologic Consequences of Boron Deprivation in Humans. Environmental Health Perspectives
Nuraida, L, 2008. Keamanan Pangan Industri Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Industri Rumah Tangga (IRT) Pangan, Disampaikan pada Pra-WNPG IX, Jakarta, 17 Juni 2008.
Nurmaini, 2001. Pencemaran Makanan Secara Kimia dan Biologis. Digitized By USU Digital Library, FKM USU, Medan.
Parmaningrum, R. Tuti, Marwati, S, 2013. Tester Kit Untuk Uji Boraks Pada
Pratama, S, Prasetyo, A, Subagio, A, 2013. Pengaruh Ekstrak Galaktomannan dari Daging Kelapa (Cocos nucifera L) terhadap LDL Serum Tikus Wistar Jantan Hiperkolesterolemia, Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, Jember
Puspitasari, A, Dyah, 2008. Gambaran Histopatologi Lambung Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Akibat Pemberian Asam Asetil Salisilat. FKH IPB, Bogor.
Purwaningsih, Y, 2008. Ketahanan Pangan Situasi, Permasalahan, Kebijakan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 1, Juni 2008, hal. 1 – 27, Surakarta.
Respati, A. N, 2010. Pengaruh Penggunaan Pasta Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Untuk Subsitusi Tepung Terigu dengan Penambahan Tepung Angkak dalam Pembuatan Mie Kering, Universitas Sebelas Maret, Semarang.
40
Roth C, 1978. Kajian Karakteristik Mie Kering dengan Substitusi Bekatul. Fakulats Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Simbolon, I.S, Lubis, T.M, Adam, M, 2013, Presentasi Spermatozoa Hidup Pada Tikus Wistar dan Sprague-Dawlae, Jurnal Medika Veterinaria Vol. 7 No. 2, Aceh.
Srinivasulu, B, Dev, P, Bhadra dan Murthy, P. Physico-Chemical Standardization of Tankana (Borax): An Ayurvedic Mineral Drug. Vol. 1 No. 6 2012 The
Sugiyatmi, S, 2006. Bahan Toksik Boraks dan Pewarna Pada Makanan Jajanan
Trdisional yang Dijual di Pasar-pasar Kota Semarang, Semarang.
Sultan P, 2013. Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks Pada Jajanan Bakso di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar, Makassar.
Sutriswaty, R, Endang dan Harimurti Sri, 2009. Morfologi Usus Ayam Broiler yang Disuplementasi dengan Probiotik Strain Tunggal dan Campuran, AGRITECH, Vol. 29, No. 3, Agustus 2009, Yogyakarta.
Tatukude, R. L, Lilio, T, dan Lintong M. P, 2014. Gambaran Histopatologi Hati Tikus Wistar yang Diberikan Boraks. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 2, Nomor 3, November 2014.
The EFSA Journal (2004) 80, 1-22. Opinion of the Scientific Panel on Dietetic Products, Nutrition and Allergies on a request from the Commission related to the Tolerable Upper Intake Level of Boron (Sodium Borate and Boric Acid)
Wariyah, C, dan Dewi Sri C.H, 2013. Penggunaan Pengawet dan Pemanis Buatan pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (Pjas) di Wilayah Kabupaten Kulon Progo-Diy. AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013
41
Winarto, E.P, Ivone, J, Saanin, S.N.J., 2009. Prevalensi Kanker Kolorektal di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2005 – Desember 2007. Jurnal Kristen Maranatha, 8(2): 138-14, Bandung.
Wolfensohn, S, E, Dan Lloyd, M, H, 2003. Handbook of Laboratory Animal Management and Welfare, 3rd edition, Blackwell Science, Oxford, h. 85- 86.
Wuragil R, Lia 2007. Gambaran Histopatologi Pencernaan Tikus pada Pemberian Fraksi Asam Amino Non-Protein dan Fraksi Polifenol Lamtoro Merah (Acacia Villosa). FKH IPB, Bogor.