MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (STUDI KASUS : PT. GATRA MAPAN)
TUGAS AKHIR
Nama : MUHAMMAD REZA BUDIYANTO
NIM : 06.41010.0285
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
2013
STIKOM
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN KOMPONEN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (STUDI KASUS : PT. GATRA MAPAN)
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Sarjana Komputer
Oleh:
Nama : MUHAMMAD REZA BUDIYANTO
NIM : 06.41010.0285
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
2013
STIKOM
Kesuksesan yang absolut adalah buah dari perjuangan, do’a, dan keyakinan
yang terus-menerus.
STIKOM
Kupersembahkan untukmu:
Ayah Ibu Kakak tercinta yang selalu mendo’akanku
Seluruh keluarga yang selalu mendukungku
Teman- teman yang selalu memberikan semangat dan sukacita
STIKOM
vi
PT. Gatra Mapan merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang manufaktur. Perusahaan ini menghasilkan produk jadi yaitu berbagai jenis
furniture. Dalam usahanya untuk selalu tepat dalam memenuhi pesanan dari
pelanggan, perusahaan perlu meningkatkan kinerjanya dalam hal perencanaan.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah perencanaan kebutuhan bahan baku
untuk produksi masih dilakukan secara manual oleh bagian PPIC. Hal ini
menyebabkan terjadinya kesalahan perhitungan perencanaan kebutuhan bahan
baku yang mengakibatkan terjadinya ketidak tepatan jumlah maupun jadwal
ketersediaan salah satu komponen bahan baku sehingga dapat menghambat
jalannya proses produksi yang secara tidak langsung juga mengurangi kepuasan
pelanggan karena keterlambatan kedatangan barang sampai ke pelanggan.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan usaha untuk
mengatasi agar tidak terjadi ketidaktersediaan komponen bahan baku. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Material Requirment Planning
(MRP). Metode perencanaan tersebut bertujuan untuk menghitung jumlah dan
jadwal kedatangan bahan baku menggunakan teknik lot sizing lot for lot.
Dengan pengembangan sistem informasi perencanaan kebutuhan bahan
baku menggunakan perhitungan Material Requirement Planning (MRP) ini,
perusahaan dapat melakukan perencanaan kebutuhan komponen bahan baku yang
tepat, baik dari segi jumlah maupun jadwal dibutuhkannya sehingga kegiatan
produksi tidak terhambat.
Kata kunci: Perencanaan, Material Requirement Planning
STIKOM
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan... ... 4
1.5 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Material Requirement Planning ... 6
2.1.1Material Requirement Planning Input ... 7
2.1.2Proses Material Requirement Planning ... 7
2.1.3Komponen – Komponen Material Requirement Planning ..…..7
2.1.4Material Requirement Planning Output….………... ....…9
2.1.5Lot Sizing………...……….…...…..9
2.2 Sistem Informasi ... 11
2.2.1Sistem ... 11
2.2.2 Informasi ... 11
STIKOM
x
Halaman
2.2.3 Sistem Informasi ... 12
2.3 Analisis dan Perancangan Sistem………..14
2.4 Testing dan Implementasi Sistem....…...………...15
2.4.1 White Box Testing ... 16
2.4.2 Black Box Testing ... 16
2.5 Konsep Dasar Basis Data... ... 17
2.5.1 Database ... 17
2.5.2 Sistem Basis Data ... 17
2.5.3 Database Management System ... 18
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 22
3.1 Analisis Sistem ... 21
3.1.1 Identifikasi Masalah ... 21
3.1.2 Analisis Masalah Yang Sedang Berjalan ... 23
3.1.3 Analisis Kebutuhan Sistem ... 27
3.2 Perancangan Sistem ... 28
3.2.1 System Flow ... 29
3.2.2 DataFlow Diagram ... 47
3.2.3 Entity Relationship Diagram ... 56
3.2.4 Struktur Data ... 60
3.3 Perancangan Desain Input dan Output ... 68
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 90
4.1 Implementasi ... 90
4.1.1 KebutuhanPerangkat Keras ... 90
STIKOM
xi
Halaman
4.1.2 KebutuhanPerangkat Lunak ... 90
4.1.3 Instalasi Program dan Pengaturan Sistem ... 91
4.2 Pembuatan dan Implementasi Program ... 91
4.3 Pengoperasian Program ... 91
4.4 Evaluasi ... 107
BAB V PENUTUP... 122
5.1 Kesimpulan ... 122
5.2 Saran ...122
DAFTAR PUSTAKA ... 123
LAMPIRAN ... 124
STIKOM
1
1.1Latar Belakang Masalah
Perencanaan, pengendalian, dan pemeliharaan persediaan barang-barang
fisik merupakan suatu masalah yang lazim di semua perusahaan. Untuk
kebanyakan perusahaan manufaktur, persediaan merupakan persentase yang
cukup besar dari modal kerja. Perusahaan yang memproduksi barang-barang,
terutama barang rakitan sangatlah perlu untuk memperhatikan penyediaan bahan
baku yang merupakan komponen penyusun produk akhir barang tersebut. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah dari segi jumlah yang dibutuhkan untuk
masing-masing komponen bahan baku serta jadwal dibutuhkannya. Karena apabila terjadi
kekurangan atau keterlambatan pada saat komponen bahan baku tersebut
dibutuhkan, maka akan mengakibatkan keterlambatan proses produksi. Hal
tersebut dapat berakibat tidak baik untuk proses pemenuhan pesanan yang telah
disepakati dengan pelanggan dan akan berakibat menurunnya customer
satisfaction atau kepuasan pelanggan.
PT. Gatra Mapan merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang
berlokasi di Jl. Tunjung Tirto 1, Singosari, Malang Jawa Timur. Perusahaan ini
bergerak dalam bidang manufaktur pembuatan furniture dengan hasil produksinya
adalah berbagai macam meja (table), meja kopi (coffee table), meja televisi (TV
table), lemari (clipboard), buffet (sideboard), dan rak buku (bookcase) yang
semuanya merupakan Livingroom Furniture, atau furniture yang ditempatkan di
ruang tengah atau ruang keluarga di dalam rumah. Proses bisnis di perusahaan
STIKOM
tersebut selama ini adalah bahwa perusahaan akan melaksanakan proses produksi
jika ada pesanan dari pihak distributor. Setelah menerima pesanan dari pihak
distributor, maka bagian marketing mencatat sales order dari distributor untuk
disimpan sebagai arsip penjualan. Dari sales order yang ada, bagian Production
Planning and Inventory Control (PPIC) akan membuat Bill Of Material dan
kemudian melakukan perencanaan kebutuhan penggunaan bahan baku.
Perencanaan jumlah kebutuhan masing-masing komponen bahan baku serta
jadwal kebutuhannya hanya berdasarkan perhitungan yang dilakukan bagian PPIC
secara manual.
Dengan perhitungan secara manual di perusahaan sekarang ini, seringkali
terjadi kesalahan perhitungan perencanaan kebutuhan komponen bahan baku,
baik dalam hal jumlah maupun jadwal kedatangan komponen bahan baku
tersebut. Disamping itu, perhitungan secara manual yang dilakukan oleh
perusahaan memakan waktu yang cukup lama karena banyaknya jenis barang
pesanan pelanggan. Produk yang dihasilkan oleh PT. Gatra Mapan ini hampir
semuanya merupakan barang yang terdiri atas susunan komponen bahan baku,
yang membentuk sub-rakitan (sub-assembly) dan antar sub-rakitan kemudian
diproses menghasilkan barang jadi. Sehingga apabila terjadi ketidak tepatan salah
satu komponen bahan baku, baik dari jumlah maupun jadwal ketersediaannya,
maka akan mengganggu jalannya proses produksi atau keterlambatan proses
produksi, dan mengakibatkan keterlambatan pengiriman barang jadi kepada
pelanggan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab kerugian bagi
pihak perusahaan. Maka dari itu perusahaan membutuhkan suatu sistem yang
STIKOM
dapat melakukan perhitungan jumlah dan jadwal kebutuhan komponen bahan
baku yang tepat dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan usaha untuk mengatasi agar
tidak terjadi ketidaktersediaan komponen bahan baku pada saat dibutuhkan untuk
proses produksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan solusi melakukan
perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dengan metode tertentu. Metode
yang akan digunakan untuk perencanaan kebutuhan komponen bahan baku
tersebut adalah menggunakan Material Requirement Planning (MRP).
Perhitungan metode ini berdasarkan pada kebutuhan produk setiap periode
tertentu yang disebut Jadwal Induk Produksi atau Master Production Schedule
(MPS), struktur produk yang dinyatakan dengan Bill Of Material (BOM), dan
persediaan yang masih ada (On Hand Inventory). Hasil yang diharapkan dari
perhitungan MRP dengan menggunakan salah satu teknik lot sizing yang ada,
yaitu perusahaan dapat melakukan perencanaan kebutuhan komponen bahan baku
yang tepat, baik dari segi jumlah maupun jadwal dibutuhkannya.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat dirumuskan
masalah Tugas Akhir ini yaitu bagaimana merancang bangun sistem informasi
perencanaan kebutuhan komponen bahan baku yang dapat menentukan jumlah
dan jadwal pemesanan sesuai dengan kebutuhan perusahaan ?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah pada sistem
yang dibuat adalah sebagai berikut:
STIKOM
1. Menggunakan metode Lot For Lot sebagai teknik lot sizing.
2. Supplier dianggap selalu memiliki bahan baku yang dipesan
3. Sistem diasumsikan sudah memiliki data Gross Requirement (tanpa
perhitungan dari metode peramalan)
4. Tidak membahas retur bahan baku atau bahan baku yang rusak.
5. Tidak membahas masalah keuangan ataupun akuntasi.
1.4Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penyusunan Tugas Akhir ini adalah menganalisis dan merancang sistem informasi
perencanaan kebutuhan komponen bahan baku menggunakan metode lot sizing
pada Material Requirement Planning (MRP) sehingga diharapkan akan diperoleh
sistem perencanaan kebutuhan komponen bahan baku yang lebih tepat untuk
produk-produk yang dihasilkan oleh PT.Gatra Mapan.
1.5Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, akan dijelaskan juga sistematika
penyusunan sesuai prosedur yang ada. Sistematika penulisan yang digunakan
dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan dari karya tulis tugas akhir yang
membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan sistematika penulisan.
STIKOM
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi landasan teori yang digunakan untuk menyelesaikan tugas
akhir ini. Landasan teori pada bab ini membahas tentang teori-teori
yang mendukung rancang bangun sistem perencanaan kebutuhan
komponen bahan baku pada PT. Gatra Mapan.
BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini berisi tentang proses bisnis sistem perencanaan kebutuhan
komponen bahan baku, analisis sistem, dan perancangan sistem
untuk menyelesaikan permasalahan yang dibahas dalam tugas
akhir ini.
BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Bab ini membahas implementasi sistem, dilanjutkan dengan
evaluasi kinerja sistem dengan membandingkan tujuan yang
hendak dicapai dengan sistem yang telah ditetapkan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari pembuatan sistem
dan saran-saran untuk pengembangan sistem.
STIKOM
6
2.1 Material Requirement Planning
Terdapat lima tingkatan terbesar di dalam sistem perencanaan dan
control pada manufaktur (Arnold at all, 2001:18), yaitu:
1. Business Plan Strategy.
2. Rencana produksi (Rencana sales dan operasi).
3. Master Production Schedule.
4. Material Requirement Planning.
5. Kontrol pembelian dan aktivitas produksi.
Material Requirement Planning yang merupakan salah satu tingkatan
terbesar dalam sistem perencanaan dan kontrol pada manufaktur adalah suatu
metode untuk menentukan apa, kapan dan berapa jumlah material yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan perencanaan produksi. Sistem ini
menyediakan suatu sistem penjadwalan yang tepat, sistem pengontrolan material
yang efektif, dan suatu mekanisme penjadwalan ulang untuk merevisi suatu
rencana ketika suatu perubahan terjadi. Sistem ini menjaga inventori pada tingkat
yang terendah sementara menjaga ketersediaan material ketika dibutuhkan.
Perencanaan kebutuhan material di suatu perusahaan manufaktur tergantung dari
inventory, demand dan supply.
STIKOM
2.1.1 Material Requirement Planning Input
Ada tiga hal besar yang merupakan input dari Material Requirement
Planning (Tersine, 1984), yaitu :
1. Master Production Schedule (jadwal induk produksi), berisi rencana produksi
dari barang jadi yang diproduksi.
2. Item Master (status persediaan), berisi status dari material yang terdapat pada
inventori baik yang on hand ataupun on-order.
3. Bill Of Material, adalah berisi informasi mengenai item atau rakitan apa saja
yang diperlukan untuk dapat menghasilkan barang jadi.
2.1.2 Proses Material Requirement Planning
Adapun proses dari Material Requirement Planning antara lain:
1. Netting adalah proses mencari jumlah kebutuhan bersih dari komponen, yang
didapat dengan menggunakan kebutuhan kotor dengan inventory yang ada dan
penerimaan yang terjadi.
2. Lot Sizing adalah proses mendapatkan jumlah ukuran lot untuk mendapatkan
Net Riquirement (NR).
3. Offsetting adalah proses menetapkan waktu kapan suatu order harus dilakukan
(berhubungan dengan Lead Time).
4. Explosion adalah menghitung kebutuhan komponen-komponen yang
mempunyai level di bawahnya (berikutnya).
2.1.3 Komponen – Komponen Material Requirement Planning
Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam perhitungan Material
Requirement Planning yaitu sebagai berikut:
STIKOM
1. GR (Gross Requirement = Kebutuhan Kotor) adalah total permintaan dari
suatu item atau bahan baku untuk masing-masing periode waktu.
a. Untuk Produk Akhir (Independent demand item), diperoleh dari Master
Production Schedule (MPS).
b. Untuk komponen penyusun (dependent demand), diperoleh dari item
induk atau item yang memiliki level di atasnya dikalikan dengan
kelipatan tertentu sesuai dengan struktur produk dan kebutuhannya.
2. SR (Schedule Order Receipt = Jadwal penerimaan) adalah jumlah item yang
akan diterima pada suatu periode sebagai order yang telah dipesan dari
supplier maupun dari order produksi.
3. OHI (On Hand Inventory = Persediaan awal) adalah jumlah persediaan yang
ada pada suatu periode waktu tertentu.
4. NR (Net Requirement = Kebutuhan Bersih) adalah jumlah kebutuhan yang
sebenarnya (bersih) yang dibutuhkan pada masing-masing periode untuk
memenuhi kebutuhan item pada Gross Requirement.
5. POR (Planned Order Receipts = Rencana Penerimaan) adalah jumlah dari
pemesanan yang direncanakan (belum tiba) dalam suatu periode dan akan ada
dengan sendirinya jika terdapat kebutuhan bersih (NR). Jumlah POR
bergantung pada Ukuran Lot yang digunakan.
6. PORel (Planned Order Release = Rencana Pemesanan) adalah merupakan
informasi terpenting dari sistem MRP yang menunjukkan item apa , berapa
banyak , dan kapan dibutuhkan. Nilainya sama dengan nilai POR dengan
memperhitungkan Lead Time (LT).
STIKOM
2.1.4 Material Requirement Planning Output
Berdasarkan dari ketiga input material requirement planning yang telah
disebutkan di atas, maka output dari material requirement planning adalah
Planned Order Releases (Tersine, 1984:291) yang terdiri atas:
1. MRP Report yaitu berupa Matrik MRP , yang dapat memberikan informasi
kepada perencana tentang item-item yang perlu mendapatkan perhatian segera
dan merekomendasikan tindakan yang perlu diambil.
2. Purchase Order yang berisi berapa banyak kebutuhan yang harus dipesan oleh
departemen purchasing kepada supplier.
3. Work Order / Production memproduksi material (sub-assembly) yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bila perusahaan mampu memproduksi
sendiri sub-assembly nya.
2.1.5 Lot Sizing
Lot sizing adalah perencanaan jumlah pemesanan, dimana harus
dipertimbangkan sistem lot size yang akan menghasilkan jumlah pemesanan
minimum tetapi memenuhi aspek ekonomis. Beberapa alternatif dalam
menentukan lot sizing (Arnold at all, 2001:256):
1. Lot for Lot (L4L) : yaitu memenuhi kebutuhan bahan atau komponen sesuai
dengan yang diperlukan (net requirements) , sehingga diperoleh biaya simpan
menjadi nol.
2. Economic Order Quantity (EOQ) : pendekatan menggunakan konsep
meminimalisasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap
berdasarkan hitungan minimasi tersebut.
STIKOM
EOQ = √
Dimana : D = Pemakaian tahunan
S = Biaya penyetelan
H = Biaya penyimpanan (pengiriman) per tahun per unit
3. Period Order Quantity (POQ) : yaitu dengan cara menentukan jumlah periode
permintaan yang harus dipenuhi (tidak termasuk permintaan nol) untuk setiap
kali pemesanan.
POQ = EOQ / D
Dimana : D = Pemakaian tahunan
4. Algoritma Silver Meal : yaitu mencoba mengkombinasikan beberapa periode
perencanaan untuk memperoleh rata-rata total biaya yang minimum. Rata-rata
biaya di sini adalah Jumlah Order Cost dan Holding Cost dari n periode dibagi
dengan n.
5. Least Unit Cost (LUC) : Metode Lot sizing heuristik LUC menetapkan lot size
yang memperhitungkan sejumlah periode demand sedemikian sehingga total
biaya per unit minimum. Jika suatu order tiba atau datang pada awal periode
pertama dan mampu memenuhi kebutuhan sampai akhir periode T maka:
Total biaya per unit =
Periode pengisian kembali (replenishment period) direncanakan pada periode
pertama dan selanjutnya pada periode-periode dimana total biaya per unit naik
untuk pertama kalinya.
STIKOM
6. Part Period Balancing (PPB) : Teknik PPB berusaha menyeimbangkan biaya
setup dan biaya holding dengan penggunaan Economic Part Period (EPP).
EPP didefinisikan sebagai rasio dari biaya setup terhadap biaya holding.
Teknik PPB mengkombinasikan periode-periode kebutuhan sehingga jumlah
part period mendekati nilai EPP.
2.2Sistem Informasi 2.2.1 Sistem
Menurut Fitz Gerald dalam Jogiyanto (2005:1), suatu sistem adalah suatu
jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu
sasaran tertentu. Sedangkan Hall (2007:6), mengatakan bahwa sistem adalah
kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan
yang berfungsi dengan tujuan yang sama. Banyak komponen yang dimaksud
adalah sebuah sistem harus berisi lebih dari satu bagian.
Tujuan umum dari suatu sistem adalah menghubungkan berbagai bagian
dari sistem tersebut. Meskipun tiap bagian berfungsi secara independen dari yang
lainnya, semua bagian tersebut melakukan tujuan yang sama. Jika komponen
tertentu tidak memberikan kontribusinya pada tujuan bersama, maka komponen
tersebut bukanlah bagian dari sistem.
2.2.2 Informasi
McFadden,dkk dalam Kadir (2003:31) mendefinisikan informasi sebagai
data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan
seseorang yang menggunakan data tersebut. Sedangkan menurut Davis dalam
STIKOM
Kadir (2003:31), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk
yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat
ini atau saat mendatang.
Burch dan Grudnitski dalam Kadir (2003:32) menggambarkan siklus
informasi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 Siklus Informasi. Mulai dari
pengolahan data menjadi informasi dan pemakaian informasi untuk mengambil
keputusan, hingga akhirnya dari tindakan hasil pengambilan keputusan tersebut
dihasilkan data kembali.
Gambar 2.1 Siklus Informasi
2.2.3 Sistem Informasi
Menurut Leitch dan Davis dalam Jogiyanto (2005:11), sistem informasi
adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan
strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan
laporan-laporan yang diperlukan. Sedangkan Gelinas, Oram dan Wiggins dalam Kadir
(2003:11) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu sistem buatan manusia
yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan
Masukan (data)
Proses (model)
Keluaran (informasi)
Data (ditangkap)
Hasil Tindakan Tindakan Keputusan
Penerima Basis
Data
STIKOM
manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan dan mengelola data serta
menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai.
Komponen dari sistem informasi adalah hardware, software, data,
manusia dan prosedur. Kegiatan dari suatu sistem informasi mencakup kegiatan
input, proses, output, penyimpanan dan control.
Sistem informasi dapat dikembangkan menjadi beberapa jenis, dengan
tujuan yang berbeda-beda tergantung pada kebutuhan bisnis (Kendall, 2003:2).
Jenis-jenis sistem tersebut diantaranya adalah, Transaction Processing Systems
(TPS), Office Automation Systems (OAS), Knowledge Work Systems (KWS),
Management Information Systems (MIS), Decission Support Systems (DSS),
Artificial Intelligent (AI), Computer Supported Collaborative Work Systems
(CSCWS), Group Decission Support Systems (GDSS) dan Executive Support
Systems (ESS). Skema pengembangan sistem informasi dapat dilihat pada Gambar
2.2
Gambar 2.2 Skema Pengembangan Sistem Informasi
ESS GDSS CSCWS
Sistem Ahli Decission Support Systems Sistem Informasi Manajemen
Knowledge Work Systems Office Automation Systems
Transaction Processing Systems
STIKOM
2.3 Analisis dan Perancangan Sistem
Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam
bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang
terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan
perbaikan-perbaikannya.
Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem
(system planning) dan sebelum tahap desain sistem (system design). Tahap
analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di
dalam tahap ini juga akan menyebabkan kesalahan di tahap selanjutnya.
Dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus
dilakukan oleh analis sistem sebagai berikut:
1. Identify, merupakan langkah awal yang dilakukan dalam analisis sistem.
Mendefinisikan masalah yang menyebabkan sasaran dari sistem tidak tercapai
yang kemudian untuk dipecahkan.
2. Understand, memahami kerja dari sistem yang ada dengan cara mempelajari
secara terinci bagaimana sistem yang ada beroperasi sebelum mencoba untuk
menganalisi permasalahan, kelemahan, dan kebutuhan dari pemakai sistem
untuk dapat memberikan rekomendasi pemecahannya.
3. Analyze, langkah ini dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh dari
hasil penelitian yang telah dilakukan.
4. Report, laporan ini dibuat sebagai dasar untuk pemecahan masalah dan
pencarian solusi dari permasalahan yang ada.
STIKOM
Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telah
mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba waktunya
sekarang bagi analis sistem untuk memikirkan bagaimana membentuk sistem
tersebut. Tahap ini disebut dengan desain sistem.
Analisa dan Perancangan Sistem dipergunakan untuk menganalisis,
merancang, dan mengimplementasikan peningkatan-peningkatan fungsi bisnis
yang dapat dicapai melalui penggunaan sistem informasi terkomputerisasi.
(Kristanto, 2003).
2.4 Testing dan Implementasi Sistem
Menurut Standar ANSI/IEEE 1059, testing adalah proses menganalisa
suatu entitas software untuk mendeteksi perbedaan antara kondisi yang ada
dengan kondisi yang diinginkan (defects/error/bugs) dan mengevaluasi fitur-fitur
dari entitas software.
Menurut Romeo (2003:3), testing software adalah proses
mengoperasikan software dalam suatu kondisi yang dikendalikan untuk:
1. Verifikasi. Apakah telah berlaku sebagaimana yang ditetapkan (menurut
spesifikasi)?
2. Mendeteksi error.
3. Validasi. Apakah spesifikasi yang ditetapkan telah memenuhi keinginan atau
kebutuhan pengguna yang sebenarnya?
Menurut Romeo (2003:33), Test Case merupakan tes yang dilakukan
berdasarkan pada suatu inisialisasi, masukan, kondisi ataupun hasil yang telah
ditentukan sebelumnya. Metode testing ini dibagi menjadi dua, yaitu White Box
Testing dan Black Box Testing.
STIKOM
2.4.1 White Box Testing
White box testing atau glass box testing atau clear box testing adalah suatu
metode disain test case yang menggunakan struktur kendali dari disain prosedural.
Metode disain test case ini dapat menjamin:
1. Semua jalur (path) yang independen/terpisah dapat dites setidaknya sekali tes.
2. Semua logika keputusan dapat dites dengan jalur yang salah atau jalur yang
benar.
3. Semua loop dapat dites terhadap batasannya dan ikatan operasionalnya.
4. Semua struktur internal data dapat dites untuk memastikan validasinya.
2.4.2 Black Box Testing
Black box testing atau behavioral testing atau specification-based
testing, input/output testing atau functional testing dilakukan tanpa sepengetahuan
detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. Black box testing
berfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan spesifikasi
kebutuhan dari software.
Menggunakan black box testing, perekayasa software dapat
menggunakan sekumpulan kondisi masukan yang dapat secara penuh memeriksa
keseluruhan kebutuhan funsional pada suatu program. Kategori error dapat
diketahui melalui black box testing, antara lain:
1. Fungsi yang hilang atau tidak benar.
2. Error dari antar-muka.
3. Error dari struktur data atau akses eksternal database.
4. Error dari kinerja atau tingkah laku.
5. Error dari inisialisasi dan terminasi.
STIKOM
2.5 Konsep Dasar Basis Data 2.5.1 Database
Menurut Marlinda (2004:1), database adalah suatu susunan/kumpulan data
operasional lengkap dari suatu organisasi/perusahaan yang diorganisir/dikelola
dan disimpan secara terintegrasi dengan menggunakan metode tertentu
menggunakan komputer sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang
diperlukan pemakainya.
Penyusunan suatu database digunakan untuk mengatasi masalah-masalah
pada penyusunan data yaitu redundansi dan inkonsistensi data, kesulitan
pengaksesan data, isolasi data untuk standarisasi, multiple user (banyak pemakai),
masalah keamanan (security), masalah integrasi (kesatuan), dan masalah data
independence (kebebasan data).
2.5.2 Sistem Basis Data
Menurut Marlinda (2004:1), sistem basis data adalah suatu sistem
menyusun dan mengelola record-record menggunakan komputer untuk
menyimpan atau merekam serta memelihara dan operasional lengkap sebuah
organisasi/perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang
diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan.
Pada sebuah sistem basis data terdapat komponen-komponen utama yaitu
Perangkat Keras (Hardware), Sistem Operasi (Operating Sistem), Basis Data
(Database), Sistem (Aplikasi atau Perangkat Lunak) Pengelola Basis
Data(DBMS), Pemakai (User), dan Aplikasi (Perangkat Lunak) lain (bersifat
opsional).
Keuntungan sistem basis data adalah:
STIKOM
1. Mengurangi kerangkapan data, yaitu data yang sama disimpan dalam berkas
data yang berbeda-beda sehingga update dilakukan berulang-ulang.
2. Mencegah ketidakkonsistenan.
3. Keamanan data dapat terjaga, yaitu data dapat dilindungi dari pemakai yang
tidak berwenang.
4. Integritas dapat dipertahankan.
5. Data dapat dipergunakan bersama-sama.
6. Menyediakan recovery.
7. Memudahkan penerapan standarisasi.
8. Data bersifat mandiri (data independence).
9. Keterpaduan data terjaga, memelihara keterpaduan data berarti data harus
akurat. Hal ini sangat erat hubungannya dengan pengontrolan kerangkapan
data dan pemeliharaan keselarasan data.
Selain memiliki keuntungan, Sistem Basis Data juga memiliki kerugian.
Kerugian sistem basis data adalah:
1. Diperlukan tempat penyimpanan yang besar.
2. Diperlukan tenaga yang terampil dalam mengolah data.
3. Perangkat lunaknya mahal.
4. Kerusakan sistem basis data dapat mempengaruhi departemen yang terkait.
2.5.3 Database Management System (DBMS)
Menurut Marlinda (2004:6), Database Management System (DBMS)
merupakan kumpulan file yang saling berkaitan dan program untuk pengelolanya.
Basis Data adalah kumpulan datanya, sedang program pengelolanya berdiri
STIKOM
sendiri dalam suatu paket program yang komersial untuk membaca data,
menghapus data, dan melaporkan data dalam basis data.
Bahasa-bahasa yang terdapat dalam DBMS adalah:
1. Data Definition Language (DDL)
Pola skema basis data dispesifikasikan dengan satu set definisi yang
diekspresikan dengan satu bahasa khusus yang disebut DDL. Hasil kompilasi
perintah DDL adalah satu set tabel yang disimpan di dalam file khusus yang
disebut data dictionary/directory.
2. Data Manipulation Language (DML)
Bahasa yang memperbolehkan pemakai mengakses atau memanipulasi
data sebagai yang diorganisasikan sebelumnya model data yang tepat.
3. Query
Pernyataan yang diajukan untuk mengambil informasi. Merupakan
bagian DML yang digunakan untuk pengambilan informasi.
DBMS memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Data Definition. DBMS harus dapat mengolah pendefinisian data.
2. Data Manipulation. DBMS harus dapat menangani permintaan-permintaan
dari pemakai untuk mengakses data.
3. Data Security dan Integrity. DBMS dapat memeriksa security dan integrity
data yang didefinisikan oleh DBA.
4. Data Recovery dan Concurrency
a. DBMS harus dapat menangani kegagalan-kegagalan pengaksesan basis
data yang dapat disebabkan oleh kesalahan sistem, kerusakan disk, dan
sebagainya.
STIKOM
b. DBMS harus dapat mengontrol pengaksesan data yang konkuren yaitu
bila satu data diakses secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemakai
pada saat yang bersamaan.
5. Data Dictionary. DBMS harus menyediakan data dictionary.
STIKOM
21
3.1 Analisis Sistem
Dalam merancang suatu sistem informasi perencanaan kebutuhan
komponen bahan baku dibutuhkan tahapan-tahapan perancangan sistem. Berikut
merupakan tahapan perancngan sistem informasi perencanaan kebutuhan
komponen bahan baku.
3.1.1 Identifikasi Masalah
Dalam proses bisnis yang sedang berjalan perlu dilakukan suatu
identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang timbul dapat
diketahui dengan melihat bagaimana proses bisnis berjalan selama ini. Dalam
penelitian ini diberkan contoh sebuah barang jadi yang lain. Produk barang jadi
yang dimaksud adalah Berchman Book Case. Gambar untuk produk dan struktur
produk tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 dan gambar 3.2.
Gambar 3.1 Berchman Book Case
STIKOM
Gambar 3.2 Struktur Produk Berchman Book Case
Dalam Produksi Berchman Book Case, berdasarkan struktur produk yang
digambarkan pada Gambar 3.2, produk tersebut memiliki struktur produk dimana
setiap komponennya memiliki jumlah kebutuhan masing-masing yang harus
dipenuhi saat dibutuhkan. Setiap komponen juga memiliki lead time, yaitu selang
waktu yang dibutuhkan mulai dari waktu awal produksi/permintaan sampai
barang tersebut selesai produksi/tiba untuk segera digunakan. Lead time tersebut
menyebabkan setiap komponen membutuhkan perencanaan yang matang sebelum
memulai produksi, untuk memilihara ketersediaan komponen saat produksi.
Dalam proses produksi di perusahaan selama ini, proses produksi dilakukan jika
ada pesanan dari pihak distributor. Setelah menerima pesanan dari pihak
distributor, maka bagian marketing mencatat sales order dari distributor untuk
disimpan sebagai arsip penjualan. Dari sales order yang ada, bagian Production
Planning and Inventory Control (PPIC) akan membuat Bill Of Material dan
kemudian melakukan perencanaan kebutuhan penggunaan bahan baku.
Perencanaan jumlah kebutuhan masing-masing komponen bahan baku serta
Bookcase Berchman (1)
Rakitan A Rakitan B Rakitan C Rakitan D Pen Dowel 8mm (60)
Sekrup Tapping 4 x ¾ (20) 0.15mm PVC Sheet (Putih) (2,9) m2 0.15mm PVC Sheet (Hitam) (2,18) m2 0.15mm PVC Sheet (Hitam) (2) m2 0.15mm PVC Sheet (Putih) (0,9) m2 0.35mm PVC Edge (Putih) (12,4) m 0.35mm PVC Edge (Hitam) (8,7) m 0.35mm PVC Edge (Hitam) (10,3) m 0.35mm PVC Edge (Putih) (4,9) m 25mm PB
53cm x 29cm (3) 25mm MDF
57cm x 29cm (6)
35mm MDF 126cm x 29cm
(4) 35mm MDF
188cm x 29cm (2)
STIKOM
jadwal kebutuhannya hanya berdasarkan perhitungan yang dilakukan bagian PPIC
secara manual. Perhitungan secara manual di perusahaan sekarang ini, seringkali
terjadi kesalahan perhitungan perencanaan kebutuhan komponen bahan baku,
baik dalam hal jumlah maupun jadwal kedatangan komponen bahan baku
tersebut. Disamping itu, perhitungan secara manual yang dilakukan oleh
perusahaan memakan waktu yang cukup lama karena banyaknya jenis barang
pesanan pelanggan. Berdasarkan permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa,
jika terjadi kesalahan perhitungan perencanaan bahan baku yang mengakibatkan
terjadinya ketidak tepatan salah satu komponen bahan baku, baik dari jumlah
maupun jadwal ketersediaannya, maka akan mengganggu jalannya proses
produksi atau keterlambatan proses produksi, dan mengakibatkan keterlambatan
pengiriman barang jadi kepada pelanggan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu
faktor penyebab kerugian bagi pihak perusahaan. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut dibutuhkan sebuah sistem informasi untuk menghitung perencanaan
kebutuhan bahan baku. Namun perlu juga dilakukan analisis terhadap sistem yang
sedang berjalan.
3.1.2 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan
Untuk mengetahui aliran data dan proses bisnis yang sedang berjalan
dilakukan sebuah analisis terhadap proses bisnis yang sedang berjalan. Analisis
dilakukan dengan wawancara bersama bagian Production Planning And Inventory
Control (PPIC) PT. Gatra Mapan Malang. Dari wawancara tersebut diketahui
bagaimana proses produksi dan kebutuhan bahan baku pada PT. Gatra Mapan
dalam bentuk document flow.
STIKOM
A. Document Flow Permintaan Bahan Baku
Pada document flow permintaan, dijelaskan bahwa sales order dari
pelanggan yang dalam hal ini adalah distributor akan diberikan dari pihak
marketing ke bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control). Bagian
PPIC akan membuat Bill Of Material sesuai dengan produk yang diminta oleh
pelanggan. Dari data Bill Of Material akan dibuat data rencana produksi yang
akan diberikan ke bagian produksi sebagai acuan melakukan kegiatan proses
produksi. Adapun penjelasan document flow permintaan yang ditunjukkan pada
[image:32.595.45.524.155.727.2]gambar 3.1
Gambar 3.3 Document Flow Permintaan Bahan Baku Document Flow Permintaan Bahan Baku
Marketing
Distributor PPIC Produksi
B. Document Flow Persediaan Bahan Baku
Pada document flow persediaan, proses produksi ditentukan oleh ada atau
tidaknya bahan baku yang ada di gudang. Bagian PPIC akan melakukan
pengecekan bahan baku. Jika bahan baku mencukupi maka bagian gudang akan
membuat data realisasi pemakaian bahan. Bagian produksi akan melakukan
produksi menggunakan bahan baku berdasarkan data realisasi pemakaian bahan
dari bagian gudang. Sedangkan jika bahan baku tidak mencukupi maka PPIC akan
membuat Purchase Request atau permintaan pembelian ke bagian pembelian.
[image:33.595.42.523.233.708.2]Adapun penjelasan document flow persediaan yang ditunjukkan oleh Gambar 3.2
Gambar 3.4 Document Flow Persediaan Bahan Baku
Document Flow Persediaan
PPIC Gudang Pembelian Produksi
C. Document Flow Pembelian
Pada document flow pembelian dijelaskan bahwa bagian PPIC
melakukan pengecekan bahan baku. Bila bahan baku tidak mencukupi untuk
melakukan produksi maka bagian PPIC akan membuat permintaan pembelian
(Purchase Request) ke bagian pembelian. Bagian Pembelian kemudian membuat
pesanan pembelian (Purchase Order) untuk diberikan ke supplier. Adapun
[image:34.595.53.542.172.719.2]penjelasan document flow pembelian yang ditunjukkan oleh Gambar 3.3
Gambar 3.5 Document Flow Pembelian
Document Flow Pembelian
PPIC Bagian Pembelian Supplier Gudang
Start
Data Rencana Produksi
Ada Bahan ?
3.1.3 Analisis Kebutuhan Sistem
Menganalisis sistem adalah langkah awal untuk membuat suatu sistem
baru. Dalam langkah ini, dilakukan analisis terhadap permasalahan yang terdapat
pada PT. Gatra Mapan Malang dalam menangani perencanaan kebutuhan bahan
baku. Untuk dapat membuat sistem baru, terlebih dahulu harus diketahui alur
proses bisnis yang masih digunakan sampai saat ini yang kemudian akan dibuat
sebuah analasis.
Dalam menganalisis sistem yang sedang berjalan, dilakukan analisis
terhadap semua kebutuhan sistem, baik kebutuhan masukan, proses dan, keluaran
serta data store. Analisis terhadap kebutuhan sistem ini berguna untuk
mempermudah dalam pembuatan desain sistem yang baru bagi perusahaan dengan
melihat alur proses sistem yang sedang berjalan saat ini.
Analisis kebutuhan masukan berisi tentang kemungkinan masukan yang
akan diberikan pengguna sistem untuk diolah didalamnya. Kebutuhan akan
masukan ini akan dikelompokkan per proses, yaitu mengelola data master
customer, master supplier, master bahan baku, master barang setengah jadi,
master produk jadi, dan master BOM. Kemudian kebutuhan masukan proses
transaksi yaitu proses transaksi order barang, transaksi pembelian, transaksi
produksi harian, dan produksi keluar. Adapun kebutuhan masukan proses
perencanaan yaitu proses simulasi BOM tree dan simulasi MRP. Dari hasil
perencanaan tadi akan menghasilkan proses pembuatan laporan. Proses mencetak
laporan terdiri dari mencetak laporan rekapitulasi bahan baku, laporan rekapitulasi
produk, laporan produk masuk, laporan bahan baku masuk, dan laporan order
barang.
STIKOM
3.2 Perancangan Sistem
Gambar 3.6 Block Diagram Sistem Informasi Perencanaan
Kebutuhan Komponen Bahan Baku
Tahap awal dari pembuatan sistem ini yaitu memasukkan data order yang
yang disebut data permintaan pelanggan dan data Bill Of Material pada periode
tertentu. Data order barang dan data Bill Of Material pada produk tertentu dalam
suatu periode akan dijadikan sebagai input dalam proses MPS (Master
Production Schedule). Langkah selanjutnya adalah proses perencanaan dengan
menentukan kebutuhan komponen bahan baku menggunakan metode MRP
(Material Requirement Planning). Proses perhitungan MRP sendiri menggunakan
metode Lot Sizing yaitu Lot For Lot.
Setelah menentukan perencanaan MRP menggunakan Lot For Lot, akan
diperoleh laporan-laporan yang berhubungan dengan pembelian bahan baku dari
supplier serta jumlah produk yang akan diproduksi. Perusahaan akan mengetahui
jumlah kebutuhan bahan baku yang akan dipesan serta jumlah produk yang akan
diproduksi sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan (lead time).
Proses Output
Laporan Produk Masuk
Data On Hand Inventory Data BOM Perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dengan perhitungan Lot Size pada
3.2.1 System Flow
Dalam perancangan sistem dibuat berupa system flow ini
menggambarkan alur dari sistem informasi perencanaan kebutuhan komponen
bahan baku dengan menggunakan metode Lot Sizing pada MRP. System Flow
dibuat berdasarkan analisa dan kebutuhan pengguna dalam hal ini PT. Gatra
Mapan Malang.
a. System flow mengelola Master Customer
System flow mengelola master customer menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master customer, dimulai dari input data customer, kemudian
menyimpan data customer pada tabel master customer. Jika ingin mengubah
data customer, sistem akan mengambil data customer, kemudian user akan
memasukkan data perubahan customer, lalu menyimpan data perubahan
[image:37.595.41.543.150.732.2]customer kembali ke tabel customer.
Gambar 3.7 System Flow Mengelola Master Customer
System Flow Mengelola Master Customer
Marketing
Ph
as
e
Start
Data Customer
Input Data Customer
Maintenance Data Customer
End Customer
STIKOM
b. System flow mengelola Master Supplier
System flow mengelola master supplier menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master supplier, dimulai dari input data supplier, kemudian
menyimpan data supplier pada tabel master supplier. Jika ingin mengubah data
supplier, sistem akan mengambil data supplier kemudian user akan
memasukkan data perubahan supplier, lalu menyimpan data perubahan
supplier kembali ke tabel supplier.
Gambar 3.8 System Flow Mengelola Master Supplier
c. System flow mengelola Master Tipe
System flow mengelola master tipe menggambarkan aliran proses pengelolaan
data master tipe, dimulai dari input data tipe, kemudian menyimpan data tipe
pada tabel master tipe. Jika ingin mengubah data tipe, sistem akan mengambil
System Flow Mengelola Master Supplier
Pembelian
P
h
a
se
Start
Data Supplier
Input Data Supplier
Maintenance Data Supplier
End Supplier
STIKOM
data tipe, kemudian user akan memasukkan data perubahan tipe, lalu
menyimpan data perubahan tipekembali ke tabel tipe produk.
Gambar 3.9 System Flow Mengelola Master Tipe
d. System flow mengelola Master Bahan Baku
System flow mengelola master bahan baku menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master bahan baku, dimulai dari input data bahan baku,
kemudian menyimpan data bahan baku pada tabel master bahan baku. Jika
ingin mengubah data bahan baku, sistem akan mengambil data bahan baku
kemudian user akan memasukkan data perubahan bahan baku, lalu menyimpan
data perubahan bahan bakukembali ke tabel bahan baku.
System Flow Mengelola Master Tipe Produk
PPIC
P
h
as
e
Start
Tipe Produk
Input Data Tipe Produk
Maintenance Data Tipe
Produk
End Tipe Produk
STIKOM
Gambar 3.10 System Flow Mengelola Master Bahan Baku
e. System flow mengelola Master Barang Setengah Jadi
System flow mengelola master barang setengah jadi menggambarkan aliran
proses pengelolaan data master barang setengah jadi. Dimulai dari input data
barang setengah jadi yang juga membutuhkan data dari tabel bahan baku.
Kemudian data barang setengah jadi yang telah dimasukkan datanya akan
disimpan pada tabel master barang setengah jadi. Jika ingin mengubah data
barang setengah jadi, sistem akan mengambil data barang setengah jadi
kemudian user akan memasukkan data perubahan barang setengah jadi, lalu
menyimpan data perubahan barang setengah jadi kembali ke tabel barang
setengah jadi.
System Flow Mengelola Master Bahan Baku
PPIC
P
h
ase
Start
Data Bahan Baku
Input Data Bahan Baku
Maintenance Data Bahan
Baku
End Bahan
Baku
STIKOM
Gambar 3.11 System Flow Mengelola Master Barang Setengah Jadi
f. System flow mengelola Master Produk
System flow mengelola master produk menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master produk. Dimulai dari input data produk yang juga
membutuhkan data dari tabel tipe produk. Kemudian data produk yang telah
dimasukkan datanya akan disimpan pada tabel master produk jadi. Jika ingin
mengubah data produk, sistem akan mengambil data produk kemudian user
akan memasukkan data produk, lalu menyimpan data produkkembali ke tabel
produk jadi.
System Flow Mengelola Master Barang Setengah Jadi
PPIC
P
h
a
se
Start
Data Barang Setengah
Jadi
Input Data Barang Setengah Jadi
Maintenance Data Barang Setengah Jadi
End Barang Setengah
Jadi
Bahan Baku
STIKOM
Gambar 3.12 System Flow Mengelola Master Produk jadi
g. System flow mengelola Master Bill Of Material (BOM)
System flow mengelola master bill of material menggambarkan aliran proses
pengelolaan data master bill of material. Dimulai dari proses mengambil data
dari tabel produk jadi. Selanjutnya input data bill of material, dimana data-data
bill of material diambil dari tabel bahan baku dan tabel barang setengah jadi.
Kemudian data bill of material tadi disimpan di tabel BOM dan tabel detail
BOM. Jika ingin mengubah data bill of material, sistem akan mengambil data
produk dari tabel produk jadi kemudian user akan memasukkan data update
BOM yang diambil dari tabel bahan baku dan tabel barang setengah jadi, lalu
menyimpan data bill of material kembali ke tabel BOM and tabel detail BOM.
System Flow Mengelola Master Produk
PPIC
Ph
as
e
Start
Data Produk
Input Data Produk
Maintenance Data Produk
End Produk
Jadi
Tipe Produk
STIKOM
Gambar 3.13 System Flow Mengelola Master Bill Of Material
h. System flow mengelola Transaksi Order Barang
System flow mengelola transaksi order barang menggambarkan aliran proses
pengelolaan data transaksi order barang. Dimulai dari input data sales order
yang diberikan oleh bagian marketing. Dari data sales order, bagian PPIC
melakukan input data yang diambil dari tabel customer dan tabel produk jadi.
Selanjutnya, data yang telah di input akan disimpan pada tabel order barang.
System Flow Mengelola Master Bill Of Materials
PPIC
Ph
as
e
Start
Input Data BOM
Maintenance Data BOM
End Produk
Jadi
Material
Barang Setengah
Jadi
BOM Produk
Detail BOM Data BOM
STIKOM
Gambar 3.14 System flow Mengelola Transaksi Order Barang
i. System flow mengelola Transaksi Pembelian
System flow mengelola transaksi pembelian menggambarkan aliran proses
pengelolaan data transaksi pembelian. Dimulai dari input data purchase request
yang diberikan oleh bagian PPIC. Dari data purchase request, bagian
pembelian melakukan input data yang diambil dari tabel supplier dan tabel
Material. Selanjutnya, data supplier dan material yang telah di input sebagai
data pembelian akan disimpan pada tabel pembelian.
System Flow Mengelola Transaksi Order Barang
PPIC Marketing
P
h
ase
Start
Input Data Order Barang
Simpan Data Order Barang
End Sales Order
Customer Produk
Jadi
Order Barang
STIKOM
Gambar 3.15 System Flow Mengelola Transaksi Pembelian
j. System flow mengelola Penjadwalan Order
System flow mengelola penjadwalan order menggambarkan aliran proses
pengelolaan penjadwalan order. Dimulai dari mengambil data order barang dari
tabel order barang. Selanjutnya input data penjadwalan order dari data order
barang. Kemudian data penjadwalan order yang telah di input, disimpan pada
tabel monitoring. Setelah disimpan pada tabel monitoring, user dapat melihat
tampilan jadwal order dilayar monitor.
System Flow Mengelola Transaksi Pembelian
Pembelian PPIC
P
h
as
e
Input Data Pembelian
Simpan Data Order Pembelian
End Ambil Data Supplier dan Data Material Start
Kebutuhan Bahan Baku
Pembelian Supplier
Bahan Baku
Input Kebutuhan Bahan Baku
STIKOM
Gambar 3.16 System Flow Mengelola Penjadwalan Order
k. System flow mengelola Produksi Harian
System flow mengelola produksi harian menggambarkan aliran proses
pengelolaan produksi harian. Dimulai dari mengambil data barang setengah
jadi dan data produk jadi. Selanjutnya input data produksi harian dari data
produk jadi dan data barang setengah jadi. Kemudian data produksi harian
yang telah di input, disimpan pada tabel data simpan.
System Flow Mengelola Penjadwalan Order PPIC
Start
Simpan Data Penjadwalan
Order
End Jadwal Order
Barang Cek Jadwal
Order
Order Barang
Monitoring Laporan
Order Produk
STIKOM
Gambar 3.17 System Flow Mengelola Produksi Harian
l. System flow mengelola Order Closing / Produk Keluar
System flow mengelola order closing / produk keluar menggambarkan aliran
proses pengelolaan order closing. Dimulai dari mengambil data order barang
dari tabel order barang. Selanjutnya input data order closing dari data order
barang. Kemudian data order barang yang telah di input, disimpan pada tabel
produk keluar.
System Flow Mengelola Produksi Harian Produksi
Start
Input Data Produksi Harian
Simpan Data Produksi
Harian
End Ambil Data Produk Jadi,
Barang Setengah Jadi Barang
Setengah Jadi
Produk Jadi
Data Simpan
STIKOM
Gambar 3.18 System Flow Mengelola Order Closing
m. System flow mengelola Perencanaan Simulasi BOM Tree
System flow mengelola perencanaan simulasi BOM tree menggambarkan aliran
proses pengelolaan perencanaan simulasi BOM tree. Dimulai dari mengambil
data produk jadi dari tabel produk jadi. Selanjutnya input data simulasi BOM
tree dari data produk jadi. Kemudian data simulasi BOM tree yang telah di
input, dapat ditampilkan pada layar monitor.
System Flow Mengelola Order Closing
Marketing
Start
Input Data Order Closing
Simpan Data Order Closing
End
Order Barang
Produk Keluar Data Order
Barang
STIKOM
Gambar 3.19 System Flow Mengelola Perencanaan Simulasi BOM Tree
m. System flow mengelola Perencanaan Simulasi MRP
System flow mengelola perencanaan simulasi MRP menggambarkan aliran
proses pengelolaan perencanaan simulasi MRP. Dimulai dari mengambil data
barang setengah jadi, data produk jadi, dan data bahan baku dari tabel
masing-masing. Selanjutnya input data perencanaan simulasi MRP dari data produk
jadi, barang setengah jadi, dan bahan baku. Kemudian data simulasi MRP yang
telah di input, disimpan pada tabel MRP.
System Flow Mengelola Simulasi BOM Tree PPIC
Start
Menampilkan Simulasi BOM
Tree
End Simulasi Bom
Tree
Menampilkan Detail Data
Detail Data BOM
Produk Jadi
Data Simpan Barang Setengah
Jadi
Bahan Baku
STIKOM
Gambar 3.20 System Flow Mengelola Perencanaan Simulasi MRP
n. System flow mencetak laporan rekapitulasi produk
System flow mencetak laporan rekapitulasi produk menggambarkan aliran
proses mencetak laporan rekapitulasi produk. Dimulai dari menampilkan
laporan rekapitulasi produk dari tabel data simpan. Setelah laporan ditampilkan
kemudian laporan dicetak untuk diberikan kepada pemilik perusahaan.
System Flow Mengelola Simulasi MRP
PPIC
Start
Input Data Simulasi MRP
Simpan Data Simulasi
MRP
End Ambil Data Produk Jadi,
Barang Setengah Jadi,
Bahan Baku Barang
Setengah Jadi
Bahan Baku
Produk Jadi
MRP
STIKOM
Gambar 3.21 System flow Mencetak Laporan Rekapitulasi Produk
o. System flow mencetak laporan rekapitulasi material
System flow mencetak laporan rekapitulasi material menggambarkan aliran
proses mencetak laporan rekapitulasi material. Dimulai dari menampilkan
laporan rekapitulasi material dari tabel data simpan. Setelah laporan
ditampilkan kemudian laporan dicetak untuk diberikan kepada pemilik
perusahaan.
Sistem Flow Cetak Laporan Rekapitulasi Produk
PPIC Pemilik
P
h
a
s
e
Menampilkan Laporan Rekap Produk
Rekapitulasi Produk
Data Simpan Start
Cetak Rekapitulasi
Produk
Rekapitulasi Produk
Rekapitulasi Produk
Start
STIKOM
Gambar 3.22 System flow mencetak laporan rekapitulasi material
p. System flow mencetak laporan rekapitulasi produk per pesanan
System flow mencetak laporan rekapitulasi produk per pesanan
menggambarkan aliran proses mencetak laporan rekapitulasi produk per
pesanan. Dimulai dari menampilkan laporan rekapitulasi produk per pesanan
dari tabel data simpan. Setelah laporan ditampilkan kemudian laporan dicetak
untuk diberikan kepada pemilik perusahaan.
Sistem Flow Cetak Laporan Rekapitulasi Material
PPIC Pemilik
P
h
a
se
Menampilkan Laporan
Rekap Material
Rekapitulasi Material
Data Simpan Start
Cetak Rekapitulasi
Material
Rekapitulasi Material
Rekapitulasi Material
Start
STIKOM
Gambar 3.23 System flow mencetak laporan rekapitulasi produk per pesanan
q. System flow mencetak laporan rekapitulasi material per pesanan
System flow mencetak laporan rekapitulasi material per pesanan
menggambarkan aliran proses mencetak laporan rekapitulasi material per
pesanan. Dimulai dari menampilkan laporan rekapitulasi material per pesanan
dari tabel data simpan. Setelah laporan ditampilkan kemudian laporan dicetak
untuk diberikan kepada pemilik perusahaan.
Sistem Flow Cetak Laporan Rekapitulasi Produk Per Pesanan
PPIC Pemilik
P
h
a
se
Menampilkan Laporan Rekap Produk
Per Pesanan
Rekapitulasi Produk Per
Pesanan
Data Simpan Start
Cetak Rekapitulasi
Produk Per Pesanan
Rekapitulasi Produk Per Pesanan
Rekapitulasi Produk Per Pesanan
Start
STIKOM
Gambar 3.24 System flow mencetak laporan rekapitulasi material per pesanan
r. System flow mencetak laporan order barang
System flow mencetak laporan order barang menggambarkan aliran proses
mencetak laporan order barang. Dimulai dari menampilkan laporan order
barang dari tabel order barang. Setelah laporan ditampilkan kemudian laporan
dicetak untuk diberikan kepada pemilik perusahaan.
Sistem Flow Cetak Laporan Rekapitulasi Material Per Pesanan
PPIC Pemilik
P
h
a
se
Menampilkan Laporan
Rekap Material Per
Pesanan
Rekapitulasi Material Per
Pesanan
Data Simpan Start
Cetak Rekapitulasi Material Per
Pesanan
Rekapitulasi Material Per Pesanan
Rekapitulasi Material Per Pesanan
Start
STIKOM
Gambar 3.25 System flow mencetak laporan order barang
3.2.2 Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD) adalah gambaran aliran informasiyang
terlibat dalam suatu prosedur yang terdpat dalam suatu sistem. Diagram ini
menjelaskan lebih lanjut suatu proses yang terdapat pada diagram berjenjang pada
alur data yang terjadi di setiap proses. DFD berfungsi untuk menggambarkan
aliran data yang terjadi di dalam sistem dari tingkat tertinggi sampai ke tingkat
yang terendah seeing memungkinkan untuk dilakukan proses dekomposis
(decompose), partisi atau pembagin sistem ke dalam bagian-bagian yang lebih
kecil dan lebih sederhana.
Sistem Flow Cetak Laporan Order Barang
PPIC Pemilik
P
h
as
e
Menampilkan Laporan Order Barang
Laporan Order Barang
Order Barang Start
Cetak Laporan Order Barang
Laporan Order Barang
Laporan Order Barang
Start
STIKOM
A. Context Diagram
Context diagram adalah merupakan diagram pertama dalam rangkaian
suatu DFD yang menggambarkan entitas-entitas yang berhubungan dengan suatu
sistem. Pada context diagram sistem informasi perencanaan kebutuhan komponen
bahan baku dengan menggunakan MRP, terdapat 5 external entity, yaitu:
Production Planning and Inventory Control (PPIC), Marketing, Pembelian,
Produksi, dan Pemilik. Masing-masing dari entity tersebut memberikan input dan
oleh sistem akan diberika output yang berupa laporan atau dokumen yang lain.
Pada Gambar 3.18 merupakan gambaran context diagram dari sistem
informasi perencanaan kebutuhan komponen bahan baku dengan metode MRP
yang menjelaskan alur sistem dan data dari entitas-entitas, serta informasi yang
didapat dari proses-proses yang terjadi di dalam sistem.
Gambar 3.26 Context Diagram Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan
Komponen Bahan Baku Dengan Metode MRP
Data Order Customer
Data Jumlah Produks i
Data Produk Keluar Data Order
Data Bahan Baku yang Telah Dibeli Data Supplier
Laporan Rekapitulas i Produk Laporan Rekapitulas i Bahan Baku
Data Produk yang Dijual Data Rencana Produks i
Data Konfirmasi Order Terjadwal
Data Produk Dijual
Data Barang Diproduksi
Laporan Bahan Baku M asuk Laporan Produks i Masuk
Laporan Order Barang Purchase Order
Data Cus tomer Data Barang Seteng ah J adi Data Bahan Baku Baru
BOM PPIC Marketing Pembelian Pemilik 0
Sis tem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku
+
Produksi
STIKOM
[image:56.595.45.512.228.704.2]B. Diagram Berjenjang
Diagram berjenjang merupakan alat perancngan sistem yang dapat
menampilkan seluruh proses yang terdapat pada suatu aplikasi tertentu dengan
jelas dan terstruktur. Pada analisa sistem perencanaan kebutuhan komponen bahan
baku dengan metode MRP terdapat beberapa proses utama, yaitu mengelola
master, mengelola transaksi, pernecanaan, dan mengelola laporan. Empat proses
yang dijabarkan kembali menjadi beberapa subproses. Dari diagram berjenjang
berikut ini akan terlihat subproses dari proses tersebut di atas. Sebuah proses yang
terbentuk merupakan penjabaran dari masing-masing proses di atasnya dan semua
telah tergambar jelas pada context diagram sebelumnya. Adapun secara garis
besar, diagram berjenjang yang membangun sistem dapat digambarkan pada
Gambar 3.19
Gambar 3.27 Diagram Berjenjang Level 1Sistem Informasi Perencanaan
Kebutuhan Komponen Bahan Baku Dengan Metode MRP Sistem Informasi
Perencanaan Kebutuhan Komponen
Bahana Baku 0
Mengelola Data Master
1
Mengelola Data Transaksi
2
Mengelola Data Perencanaan
3
Mengelola Laporan 4
STIKOM
Gambar 3.28 Diagram Berjenjang Proses 1 Mengelola Data Master
[image:58.595.42.556.95.681.2]Gambar 3.29 Diagram Berjenjang Proses 2 Mengelola Data Transaksi
Gambar 3.30 Diagram Berjenjang Proses 3 Mengelola Data Perencanaan Mengelola Data Master 1 Mengelola Master Barang Setengah Jadi 1.1 Mengelola Master Customer 1.2 Mengelola Master Bahan Baku 1.4 Mengelola Master BOM 1.3 Mengelola Master Produk Jadi 1.5 Mengelola Master Supplier 1.6 Mengelola Data Transaksi 2 Pembelian 2.1 Order Barang 2.2 Produksi Harian 2.3 Produksi Keluar 2.4 Mengelola Data Perencanaan 3 Proses Simulasi MRP 3.1
BOM Tree dan Matrix MRP
3.2
STIKOM
Gambar 3.31 Diagram Berjenjang Proses 4 Mengelola Laporan
C. DFD Level 0 Sistem Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku dengan Metode MRP
Setelah context diagram maka digambarkan diagram yang lebih rinci,
yang disebut dengan DFD level 0. DFD level 0 membentuk semuaaliran proses
input dan output yang ada pada context diagram sebelumnya. Tiap-tiap proses
tersebut akan membentuk hubungan yang saling terkait sehingga membentuk
aliran proses yang menggambarkan proses dari sistem informasi perencanaan
kebutuhan komponen bahan baku dengan metode MRP. Pada DFD Level 0 terdiri
dari 4 proses, yaitu: proses mengelola data master, mengelola data transaksi,
mengelola data perencanaan, dan mengelola laporan. Pada level ini digambarkan
semua proses yang dilakukan pada sistem informasi perencanaan kebutuhan
komponen bahan baku menggunakan metode MRP pada Gambar 3.24
Mengelola Laporan 4
Membuat Laporan Rekapitulasi Bahan Baku
4.1
Membuat Laporan Rekapitulasi
Produk 4.2
Membuat Laporan Pembelian
4.3
Membuat Laporan Order
Barang 4.4
Membuat Laporan Produk Masuk
4.5
STIKOM
Gambar 3.32 DFD Level 0Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan Komponen Bahan Baku Dengan Metode MRP
[Data Order Customer]
Meng gunakan Data