SUNTINGAN TEKS DAN ANALISIS STRUKTUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh ARDIYANTO
C0204008
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
SUNTINGAN TEKS DAN ANALISIS STRUKTUR
Disusun oleh
ARDIYANTO C0204008
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Indonesia
commit to user
SUNTINGAN TEKS DAN ANALISIS STRUKTUR
Disusun oleh
ARDIYANTO C0204008
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal 8 Juli 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum.
NIP. 196412311994032005 ...
Sekretaris Asep Yudha Wirajaya, S.S.
NIP. 197608122002121002 ...
Penguji I Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag.
NIP. 196206101989031001 ...
Penguji II Drs. Sholeh Dasuki, M.S.
NIP. 196010051986011001 ...
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
commit to user
Nama : ArdiyantoNIM : C0204008
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Hikayat Nabi:
Suntingan Teks dan Analisis Struktur adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 9 Juni 2011
Yang membuat pernyataan,
commit to user
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan maka apabila engkau telah
selesai (dari satu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”
commit to user
PERSEMBAHANKarya ini bukan hanya tulisan semata. Di dalamnya,
aku mendapat pemahaman baru. Dengannya, aku
belajar tentang waktu. Tidak hanya sendiri, ada
orang-orang yang selalu menjadi pemompa
semangatku. Pada mereka aku berikan karya ini
setelah untuk Allah, tentunya. Mereka adalah:
Orang tua yang selalu mengantarku menuju jalan
harapan dan membekaliku dengan doa.
Fenny Hendras atas segala rasa, doa, dan
semangatnya.
Siapapun yang berharap akan kesuksesanku.
commit to user
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul Hikayat Nabi: Suntingan Teks dan Analisis
Struktur.
Penulis juga sangat berterima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan
dorongan yang telah diberikan oleh semua pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak, yaitu
sebagai berikut.
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin untuk
melakukan penyusunan skripsi.
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku ketua Jurusan Sastra Indonesia dan
pembimbing skripsi yang selalu memberikan petunjuk dan dorongan
hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Drs. Wiranta, M.S., selaku dosen pembimbing akademis.
4. Bapak dan ibu dosen Sastra Indonesia. Terima kasih atas segala bimbingan
dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama masa studi.
5. Pak’e, Mamak, Mbak Kus, Mas Yuli dan Nabila yang selalu memberikan
dorongan pada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih atas doanya. Kalianlah yang selalu menjadi semangat bagi penulis
commit to user
atas semua cambukannya, motivasi, semangat, dan segala rasa, senyum
dan tawa yang selalu ada, selalu hadir sehangat mentari pagi.
7. Sahabat-sahabat penulis, Joko kasino, Narendra Titis, Ridwan Sefri, Dedi
Rohmadi, Deni Bento, Erwan Fajar, Ardian Friatna, Diki, Tiur
teman-teman Kos Jeruk terima kasih atas perhatianya selama ini. Kalian adalah
sahabat dan saudaraku.
8. Segenap keluarga besar Marching Band Sebelas Maret Surakarta atas
semua pengalaman yang tidak terlupakan, kebersamaan, semangat,
perjuangan, dan ilmu yang tak ternilai.
9. Teman-teman seangkatan dan adik-adik tingkat yang telah memberi warna
pada penulis selama masa kuliah.
10.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya mahasiswa Sastra Indonesia. Terima kasih.
Surakarta, 9 Juni 2011
commit to user
JUDUL ... i
PERSETUJUAN ...ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR SINGKATAN ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
commit to user
A. Penelitian Terdahulu ... 8
B. Suntingan Teks ... 10
C. Struktur Hikayat ... 13
D. Kerangka Pikir ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
A. Metode Penelitian ... 17
B. Sumber Data ... 17
C. Metode Edisi Standar ... 17
D. Metode Struktural ... 18
E. Teknik Pengumpulan Data ... 19
F. Teknik Pengolahan Data ... 19
G. Teknik Penarikan Kesimpulan ... 20
BAB IV SUNTINGAN TEKS ... 21
A. Inventarisasi Naskah ... 21
B. Deskripsi Naskah ... 23
C. Ikhtisar Isi Teks ... 31
D. Kritik Teks ... 34
E. Suntingan Teks ... 44
F. Ejaan dan Bahasa ... 58
G. Daftar Kosakata ... 62
BAB V ANALISIS STRUKTUR ... 67
A. Tema ... 67
commit to user
A. Simpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
commit to user
Tabel 1 : Tabel Keadaan Naskah ... 24
Tabel 2 : Tabel Lakuna ... 35
Tabel 3 : Tabel Adisi... 35
Tabel 4 : Tabel Ditografi ... 36
Tabel 5 : Tabel Substitusi ... 37
commit to user
1. BM : Bahasa Melayu
2. br. : Baris
3. cm : Sentimeter
4. EYD : Ejaan yang Disempurnakan
5. H : Hijriah
6. h. : Halaman
7. HN : Hikayat Nabi
8. KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
9. l : Lebar
10.M : Masehi
11. Ml. : Melayu
12.No. : Nomor
13.p : Panjang
14. s.d. : Sampai dengan
commit to user
Lampiran 1 : Sinopsis ... 88
commit to user
Ardiyanto. C0204008. 2011. Hikayat Nabi Suntingan Teks dan Analisis Struktur. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana suntingan teks Hikayat Nabi (HN)? (2) Bagaimana struktur teks HN?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyediakan suntingan teks HN yang baik dan benar. (2) Mengungkapkan teks HN dari segi tema dan amanat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode yang digunakan antara lain metode edisi standar dan struktural. Sumber data yang digunakan adalah naskah HN dengan nomor Ml. 205 yang diperoleh dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Teori yang digunakan untuk menganalisis teks HN adalah teori struktural.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
Di antara bangsa-bangsa di Asia Tenggara, bangsa Indonesia beruntung
karena mewarisi khasanah sastra lama dalam jumlah yang besar (Achadiati Ikram,
1997:28). Tidak kurang dari 5000 naskah dengan 800 teks tersimpan dalam
museum dan perpustakaan di beberapa negeri. Teks-teks tersebut menyimpan
informasi masa lampau yang berkaitan dengan berbagai hal seperti hukum, adat
istiadat, sejarah, kehidupan sosial, obat-obatan, kehidupan beragama, filsafat,
moral, dan sebagainya (Siti Baroroh Baried, et. al., 1994:9).
Masuknya agama Islam ke wilayah Nusantara telah banyak disorot oleh
para peneliti dari berbagai seginya, antara lain tentang tanggal terjadinya,
bagaimana, serta tempat awal mula kejadiannya. Apabila membaca karya sastra
peninggalan dari kurun masa itu, dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan
Islam terjadi dengan damai, lambat laun, dan dengan daerah persebaran yang amat
luas seperti yang dapat disaksikan hingga sekarang.
Konflik dengan agama lama hanya terjadi dalam bentuk polemik dan
karena pada masa itu pengetahuan menulis hanya menjadi milik beberapa orang,
maka penyebaran Islam tidak dapat meluas. Dalam berbagai bentuk penetrasinya
Islam di Nusantara benar-benar merupakan agama perdamaian. Diterimanya
agama Islam oleh sebagaian besar penduduk Nusantara membawa serta akulturasi
dengan masyarakat pribumi. Islam diterima tidak hanya sebagai agama, tetapi
juga dengan berbagai unsur bawaan: bahasa arab dengan tulisannya, kesusastraan
commit to user
Salah satu rukun Islam ialah percaya kepada rasul-rasul Allah. Sebagai
nabi yang terakhir, Nabi Muhammad adalah nabi pilihan yang sangat disanjung
tinggi oleh umat Islam. Perbuatanya juga menjadi contoh dan teladan orang yang
beriman. Tidak heran kalau cerita Nabi Muhammad menjadi cerita yang popular
sekali (Liaw Yock Fang, 1991:236).
Cerita tentang Nabi Muhammad dibagi menjadi tiga jenis. Jenis yang
pertama ialah cerita yang mengisahkan riwayat Nabi Muhammad dari kelahiranya
hingga wafatnya. Cerita semacam ini berasal dari sastra sirah (riwayat hidup Nabi
Muhammad) yang disusun sesudah wafatnya Nabi Muhammad. Di dalam cerita
Nabi Muhammad sudah dimasukkan cerita-cerita khayalan demi
mengagung-agungkan Nabi Muhammad. Jenis kedua adalah cerita yang menceritakan
mukjizat Nabi Muhammad. Cerita ini juga berasal dari sirah dan kumpulan
hadis-hadis yang terkenal. Cerita jenis ini juga mengagung-agungkan kemuliaan Nabi
Muhammad sebagai nabi akhir zaman. Jenis ketiga ialah cerita maghazi. Maghazi
ialah cerita peperangan Nabi Muhammad untuk mengembangkan agama Islam.
Cerita ini timbul tidak lama sesudah wafatnya Nabi Muhammad.(Liaw Yock
Fang, 1991:237).
Hikayat adalah nama jenis sastra yang menggunakan bahasa Melayu
sebagai wahananya. Kata hikayat diturunkan dari bahasa Arab ’hikayat’ yang
artinya cerita, kisah, dongeng. Kata tersebut berasal dari bentuk kata kerja ’haka’
yang artinya menceritakan, mengatakan kepada orang lain (Hava dalam Sulastin
commit to user
Selain itu, hikayat merupakan karya sastra lama Melayu berbentuk prosa
yang berisi cerita, undang-undang dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan,
historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara,
pembangkit semangat juang atau sekedar untuk meramaikan pesta (Anton M.
Moeliono, 2003:401).
Salah satu naskah Melayu produk masa lampau yang terdapat di Indonesia
adalah Hikayat Nabi. Naskah Hikayat Nabi (selanjutnya disingkat HN)
merupakan salah satu karya sastra lama yang bercorak Islam, berbentuk prosa
yang menceritakan gambaran kehidupan Nabi Muhammad dari kelahiranya, nabi
menerima wahyu, dan perjalanan Isra Mikraj. Naskah HN tersimpan di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, dengan nomor ML 205.
Berdasarkan penggolongan Liaw Yock Fang HN termasuk dalam jenis
pertama dan kedua yaitu cerita yang mengisahkan riwayat Nabi Muhammad dari
kelahiranya hingga wafatnya dan menceritakan mukjizat Nabi Muhammad. Hal
ini disebabkan karena dalam HN selain menceritakan riwayat hidup yaitu masa
kecil Nabi Muhammad sampai dengan nabi menerima wahyu diceritakan pula
tentang perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad.
Naskah HN tercatat dalam Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid
4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Behrend, 1998) dengan nomor Ml.
205. Dalam katalog Indonesian and Malayan Traditional Manuscripts Held In
Public Collections in Australia tahun 1982 oleh George Miller yang diterbitkan
commit to user
berjudul Hikayat Nabi yang berkode W.77 (Rol 372.05) tetapi setelah diteliti
lebih seksama ternyata naskah ini berisi tentang cerita Nabi Adam.
Ada beberapa alasan terkait dengan pemilihan teks HN sebagai bahan
penelitian.
1. Teks HN dari segi bahasa sangat menarik karena menggunakan
bahasa Melayu Minangkabau atau bahasa Melayu dialek
Minangkabau. Tidak semua orang bisa memahami bahasa Melayu
Minangkabau. Sehingga penelitian ini nantinya diharapkan dapat
membantu dalam penelitian filologi selanjutnya khususnya
teks-teks berbahasa Melayu Minangkabau dan dapat menambah
pembendaharaan katanya.
2. Kondisi naskah yang tidak mungkin bertahan lama sehingga
penyelamatan naskah harus segera dilakukan.
3. Teks ditulis dengan huruf Jawi yang kurang dipahami oleh
masyarakat. Agar keberadaannya dapat diketahui dan isinya dapat
dipahami, suntingan terhadap HN perlu dilakukan.
4. Sampai saat ini, naskah HN belum pernah dikaji sebelumnya. Hal
ini didasarkan atas pencarian informasi yang dilakukan pada
beberapa universitas yaitu di UNS dan UGM. Pencarian
berdasarkan studi pustaka pada Direktori Edisi Naskah Nusantara
commit to user
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan dalam sebuah penelitian agar analisis
yang dilakukan dapat lebih mendalam dan terarah. Pembatasan masalah penelitian
ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Penyuntingan teks yang meliputi kegiatan inventarisasi naskah, deskripsi
naskah, ikhtisar isi teks, dan kritik teks.
2. Analisis struktur teks yang dibatasi tema dan amanat.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah suntingan teks HN?
2. Bagaimanakah struktur teks HN?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menyajikan suntingan teks HN yang baik dan benar; baik dalam arti teks
mudah dipahami pembaca pada umumnya dan benar dalam arti kebenaran isi
teks tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Mengungkapkan struktur teks HN dengan pendekatan struktural yaitu tema
commit to user
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis, yaitu penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang filologi. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat menambah perbendaharaan hasil
penelitian terhadap naskah lama dengan suntingan yang baik dan benar.
sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya atau oleh ilmu-ilmu lain seperti Linguistik.
2. Manfaat praktis, yaitu penelitian ini dapat memperkenalkan keberadaan
naskah HN sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seperti akidah,
ibadah, dan akhlak dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
F. Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II merupakan landasan teori yang dipakai sebagai titik awal peneliti
dalam menganalisis data. Bab ini berisi penelitian terdahulu, teori penyuntingan
teks, teori analisis struktur dan kerangka pikir.
Bab III merupakan metode penelitian. Bab ini berisi metode yang
digunakan dalam penelitian yang meliputi sumber data, metode edisi teks, metode
analisis teks, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik
commit to user
Bab IV merupakan suntingan teks. Bab ini meliputi deskripsi naskah yang
memaparkan tentang hal ikhwal naskah, ikhtisar isi teks yang memaparkan isi
teks secara ringkas, pedoman transliterasi yang dipergunakan dalam penyuntingan
teks, kritik teks yang berisi perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap teks,
suntingan teks, ejaan, bahasa, dan daftar kata.
Bab V merupakan analisis isi. Bab ini berisi analisis struktur HN yang
meliputi tema dan amanat.
BabVI merupakan penutup yang berisi simpulan sebagai gambaran hasil
commit to user
8BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai penelitian ini adalah Kajian Filologis
dan Nilai-nilai Islam dalam Hikayat Raja Rahib oleh Syarakh Padmawati tahun
2007 mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang. Sumber data penelitian dalam skripsi ini adalah
naskah Hikayat Raja Rahib (HRR) dengan kode naskah W 74, tebal naskah 21
halaman, beraksara Arab, berbahasa Melayu-Minangkabau, yang merupakan
naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) yang terletak di
Jalan Salemba Raya 28A Jakarta.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana suntingan
teks HRR, (2) apa sajakah nilai-nilai Islam yang terkandung dalam HRR sehingga
dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
menyajikan suntingan teks HRR sehingga dapat dibaca dan dinikmati oleh
pembaca dan mengungkap nilai-nilai Islam yang terkandung dalam teks HRR
sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Adapun metode penelitian
yang digunakan adalah metode edisi standar.
Hikayat “Asal kejadian Negeri Banjarmasin”: Suntingan Teks,
Analisis Struktur, dan Fungsi oleh Joko Suyanto mahasiswa Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2006.
Hikayat Asal Kejadian Negeri Banjarmasin (selanjutnya disingkat HAKNB)
berdirinya sebuah negeri bernama Negeri Banjarmasin dan raja yang
memerintahnya. HAKNB tercatat dalam Katalog Induk Naskah-Naskah
Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Behrend, 1998)
dengan nomor Ml. 44. HAKNB merupakan salah satu naskah warisan leluhur
yang perlu dilestarikan dan diselamatkan dari kepunahan dengan cara
ditransliterasikan dan disajikan dalam bentuk suntingan agar lebih mudah
dipahami dan dipetik manfaatnya.
Sumber data penelitian ini berupa naskah HAKNB yang bernomor
Ml. 44 yang diperoleh dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Metode
yang digunakan dalam penyuntingan teks adalah metode standar. Teks HAKNB
disunting dengan mengadakan perbaikan atau pembetulan dari
kesalahan-kesalahan yang kemudian dicatat dalam aparat kritik.
Analisis struktur HAKNB menggunakan kajian struktur prosa yang
meliputi tema, penokohan, latar dan alur. Tema yang dikemukakan dalam
HAKNB adalah ”asal mula berdirinya negeri Banjarmasin,” yang juga digunakan
sebagai judul teks. Penokohan ditonjolkan secara dramatik, terdapat tokoh utama
dan tokoh bawahan. Dalam hal latar, dipaparkan latar yang meliputi aspek tempat,
aspek waktu dan aspek suasana. Alur dalam cerita HAKNB merupakan alur maju
(progresif), peristiwanya terjadi secara kronologis, berjalan beruntun dari awal,
B. Suntingan Teks
Menyunting dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1106) berarti
menyiapkan naskah siap cetak atau terbit dengan memperhatikan segi sistematika
penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur). Sebuah
suntingan yang tepat akan menghasilkan suntingan teks yang baik. Hal ini
dikarenakan salah satu tujuan penyuntingan teks adalah agar teks dapat dibaca
dengan mudah oleh kalangan yang lebih luas (Edwar Djamaris, 2002:30). Tugas
seorang filolog adalah agar sebuah teks dapat dimengerti. Upaya filolog juga
bertugas untuk menyediakan teks yang diperkirakan mendekati aslinya. Edward
Djamaris berpendapat agar tujuan itu tercapai diperlukan beberapa langkah, antara
lain inventarisasi naskah, deskripsi naskah, penyuntingan teks dan kritik teks
(2002:9).
Menyunting dalam filologi adalah menyediakan naskah yang mendekati
aslinya, yaitu naskah yang baik dan benar. Baik, berarti mudah dibaca dan
dipahami karena sudah ditransliterasikan dan ejaannya sudah disesuaikan dengan
bahasa sasaran. Benar, berarti bahwa kebenaran isi teks dapat
dipertanggungjawabkan karena sudah dibersihkan dari kesalahan (Sholeh Dasuki,
1996:60).
Beberapa langkah yang dilakukan dalam penyuntingan pada naskah
1. Inventarisasi Naskah
Inventarisasi naskah adalah mencari naskah yang akan dijadikan objek
penelitian. Pencarian naskah ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui
katalog atau terjun langsung ke lapangan. Katalog adalah daftar naskah yang ada
di suatu lembaga tertentu. Naskah yang terdaftar di katalog adalah naskah yang
dimiliki oleh suatu museum atau lembaga tertentu. Pencariannya dilakukan
dengan melihat judul dan semua keterangan tentang naskah yang ada dalam
katalog. Namun, tidak semua naskah tersimpan di museum atau lembaga resmi.
Ada juga yang masih menjadi koleksi pribadi masyarakat tertentu sehingga untuk
mendapatkannya, peneliti harus terjun langsung ke lapangan. Pencarian naskah di
lapangan dilakukan dengan mendatangi orang-orang yang diduga masih
menyimpan naskah-naskah klasik yang akan diteliti.
Selain kedua cara di atas, pencarian juga perlu dilakukan dengan membaca
sejumlah artikel yang berisi tentang penemuan dan informasi lainnya mengenai
naskah. Hal ini dilakukan karena beberapa katalog kadang belum lengkap dengan
adanya penemuan naskah-naskah baru (Bani Sudardi, 2003:47).
2. Deskripsi Naskah
Deskripsi naskah adalah penggambaran seluk-beluk naskah secara
terperinci. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran selengkap-lengkapnya
tentang naskah yang akan diteliti sehingga dapat diketahui karakternya. Deskripsi
naskah meliputi beberapa hal, yaitu judul naskah; tempat penyimpanan; nomor
naskah; ukuran halaman; jumlah halaman; jumlah baris; panjang baris; huruf dan
penyalin, tempat, dan tanggal penulisan naskah; keadaan naskah; pemilik naskah;
pemerolehan naskah; gambar atau ilustrasi; isi naskah; dan catatan-catatan lain
yang ada tentang naskah (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, 1994:38—42).
3. Suntingan Teks
Untuk menyediakan suntingan teks, diperlukan metode penyuntingan teks.
Metode ini harus disesuaikan dengan karakter naskah yang akan diteliti. Metode
yang digunakan untuk menyunting naskah tunggal adalah metode edisi naskah
tunggal. Salah satunya adalah dengan edisi standar, yaitu penyuntingan dengan
disertai pembetulan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakkonsistenan. Ejaan
yang digunakan ialah ejaan yang baku (standar). Kesalahan-kesalahan diberi
komentar yang dicatat dalam aparat kritik (Bani Sudardi, 2003:59—61).
Suntingan teks berkaitan dengan transliterasi dan transkripsi. Transliterasi
artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad
yang lain, sedangkan transkripsi adalah salinan atau turunan tanpa mengganti
jenis tulisan (hurufnya tetap sama) (Siti Baroroh Baried, et. al., 1985:65).
4. Kritik Teks
Secara khusus tugas pokok penelitian filologi itu disebut kritik teks.
Kritiks adalah perbandingan, pertimbangan, dan penentuan teks yang asli atau
teks yang autoritatif, serta pembetulan perbaikan, pembersihan teks dari
kesalahan. Sebagai pertanggungjawaban perbaikan teks itu, semua perbedaan teks
itu dicatat dalam sebuah catatan yang biasa disebut aparat kritik (apparatus
kandungan teks yang tersimpan dalam naskah untuk mendapatkan teks yang
paling mendekati aslinya (Bani Sudardi, 2003:55).
C. Struktur Hikayat
Penelitian struktur menolong pembaca memahami tujuan pengarang, isi
cerita, dan latar belakangnya, sebab tiap-tiap hasil sastra itu tidak hanya
berasal-usul, tetapi juga mempunyai sejarah terjadinya. Analisis struktur yang
menerangkan hubungan bagian yang satu terhadap bagian yang lain dan terhadap
keseluruhannya, dan sebaliknya akan mengungkapkan segala gejala yang menurut
pandangan tertentu tidak masuk akal (Sulastin Sutrisno, 1983:361).
Hikayat sebagai karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi
cerita, undang-undang dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis,
atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat
juang atau sekedar untuk meramaikan pesta (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2002:401).
Suatu cerita dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sistem nilai
atau sistem budaya masyarakat pada suatu tempat dalam suatu masa. Perbuatan
yang dipuji dan dicela, pandangan hidup yang dianut dan dijauhi, sesuatu yang
digemari dan dijunjung tinggi (Sulastin Sutrisno, 1983:34).
M. Saleh Saad berpendapat, ”unsur-unsur pembentuk cerita rekaan itu
adalah alur, penokohan, latar dan pusat pengisahan” (Lukman Ali, 1967:120).
Rene Wellek dan Austin Warren berpendapat, unsur-unsur itu meliputi alur,
1. Tema
Matje dalam Sulastin Sutrisno mengatakan bahwa ”tema itu menunjukkkan
dengan singkat inti atau peristiwa yang merupakan bahan suatu karya sastra”
(Sulastin Sutrisno, 1983:92). Tema pada hakikatnya adalah makna yang
terkandung dalam cerita atau disebut juga dengan makna cerita. Makna cerita
dalam sebuah karya sastra mungkin saja lebih dari satu, sehingga dapat mengenal
adanya tema utama dan tema tambahan. Tema utama (tema mayor) yaitu makna
pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu, sedangkan
makna yang hanya terdapat pada bagian tertentu cerita disebut sebagai makna
bagian atau makna tambahan. Makna bagian atau makna tambahan inilah yang
disebut sebagai tema minor (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 82-83).
Untuk menentukan tema sebuah karya satra fiksi, tema haruslah
disimpulkan dari keseluruhan cerita. Menentukan tema pokok sebuah cerita pada
hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai di
antara sejumlah makna yang ditafsirkan ada dikandung oleh karya sastra yang
bersangkutan.
2. Amanat
Amanat merupakan pemecahan atau jawaban yang dipersoalkan dalam
cerita (Sudiro Satoto, 1992: 6). Amanat adalah pesan yang hendak atau ingin
disampaikan pengarang lewat karyanya kepada pembaca (Dick Hartoko dan B.
Rahmanto, 1986: 10).
Unsur amanat sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari
senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur
kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia (Nurgiyantoro, 1995:
322).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa amanat adalah
pesan yang terkandung dalam suatu cerita yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca. Dengan adanya amanat tersebut diharapkan pembaca dapat
mengambil hal-hal positif dari cerita itu untuk bahan acuan dalam bertingkah
D. Kerangka Pikir
Penyelamatan dan Pengembangan Warisan
Budaya Bangsa
Naskah HN
Metode Edisi Standar
Teks HN Suntingan
Teks HN
commit to user
17BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Semua penelitian
kualitatif selalu menggunakan metode deskriptif (Zaini Hasan, 1990:16). Metode
deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan uraian dan menjabarkan apa
yang menjadi masalah, menganalisis, dan menafsirkan data yang ada (Winarno
Surakhmad, 1985:139).
B. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah naskah Melayu lama yang berjudul
Hikayat Nabi. Teks HN ditulis dalam bahasa Melayu yang mendapat pengaruh
bahasa Minangkabu dengan menggunakan huruf Arab Melayu (Jawi). Saat ini
naskah HN tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan
nomor ML 205.
C. Metode Edisi Standar
Setelah naskah diinventarisasi dengan membaca katalog, dapat diketahui
bahwa naskah HN merupakan naskah tunggal. Metode penyuntingan naskah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode edisi standar. Edisi standar ialah
menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan
ketidakajegan, sedang ejaanya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
Diadakan pembagian kata, pembagian kalimat, digunakan huruf besar, pungtuasi,
dan diberikan pula komentar mengenai kesalahan-kesalahan teks (Siti Baroroh
Setiap perbaikan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan, misalnya
dengan memberikan penjelasan di dalam pengantar suntingan, memakai catatan
kaki (footnote), dan sebagainya agar dapat memberikan kesempatan pada
pembaca atau peneliti lain untuk memberikan penilaian dan alternatif terhadap
setiap perbaikan sehingga pertanggungjawaban atau setiap perbaikan yang
dilakukan oleh penyunting akan memberikan tambahan kualitas keilmiahan yang
menurut pertimbangan keilmiahan dirasa lebih tepat (Sholeh Dasuki, 1996:61).
D. Metode Struktural
Karya sastra merupakan struktur. Struktur di sini dalam arti karya sastra itu
merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem yang antara unsur-unsurnya
terjadi hubungan saling timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan
unsur-unsur dalam sastra bukan hanya merupakan kumpulan atau tumpukan hal-hal atau
benda-benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terkait, saling
berkaitan, dan saling bergantung (Rahmat Djoko Pradopo, 1997: 118-119).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
struktural. Pendekatan struktural dalam penelitian ini akan membahas beberapa
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data (inventarisasi naskah) dilakukan dengan studi pustaka,
yaitu dengan membaca katalog. Katalog yang dimaksud adalah Katalog Induk
Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
(Behrend, 1998). Dari pembacaan katalog ini, penulis mendapat informasi tentang
naskah HN yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Untuk
memudahkan penelitian, naskah HN yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa print out dari naskah aslinya yang sudah dimikrofilmkan.
F. Teknik Pengolahan Data
Dalam mengolah data, penulis menggunakan beberapa tahapan, yaitu
sebagai berikut.
1. Tahap deskripsi
Setelah penulis mendapatkan naskah, langkah selanjutnya adalah
mendeskripsikan naskah, yaitu menjelaskan atau memberi gambaran tentang
seluk-beluk naskah untuk mengetahui karakter naskah.
2. Tahap analisis
Setelah naskah dideskripsikan, langkah selajutnya adalah melakukan
suntingan teks. Metode suntingan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode standar. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam edisi standar menurut Edwar
Djamaris (2006:28) adalah (a) mentransliterasikan teks, (b) membetulkan
tafsiran (informasi di luar teks), (e) membagi teks dalam beberapa bagian, dan (f)
menyusun daftar kata sukar.
Selain itu, teks dianalisis dengan mendeskripsikan struktur yang bertujuan
untuk memudahkan pembaca dalam memahami teks. Analisis struktur yang dikaji
adalah tema dan amanat.
3. Tahap evaluasi
Data yang sudah dianalisis, belum dapat ditarik simpulan begitu saja.
Data-data tersebut harus diteliti kembali agar dapat diperoleh penilaian yang
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
G. Teknik Penarikan Simpulan
Setelah hasil penelitian diperoleh, langkah terakhir adalah penarikan
simpulan. Dalam penelitian ini, penarikan simpulan dilakukan secara induktif,
yaitu penarikan simpulan dengan berpikir berdasarkan pengetahuan yang bersifat
commit to user
83PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap teks HN yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Beberapa kesalahan penulisan yang terdapat dalam suntingan teks HN.
a. Lakuna, yaitu pengurangan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa,
kalimat, dan paragraf. Pada suntingan teks HN, terdapat 8 kasus
pengurangan huruf atau suku kata.
b. Adisi, yaitu penambahan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat,
dan paragraf. Pada suntingan teks HN terdapat 2 kasus penambahan huruf
atau suku kata dan 11 kasus penambahan kata.
c. Ditografi, yaitu perangkapan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa,
kalimat, dan paragraf. Pada suntingan teks HN terdapat 1 kasus
perangkapan kata dan 1 kasus perangkapan kalimat
d. Substitusi, yaitu penggantian huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa,
kalimat, dan paragraf. Pada suntingan teks HN terdapat 18 kasus
penggantian huruf atau suku kata.
e. Penulisan kata yang menunjukkan ciri ragam Bahasa Melayu
Minangkabau yaitu kata ditransliterasikan dangan. Kata dangan
ditransliterasikan sebagaimana adanya. Penggunaan huruf ﺶ (sy) dalam
beberapa kata yang di dalam ejaan sekarang ditulis dengan s, dan
penambahan huruf h pada kata yang dimulai dengan vokal misalnya pada
commit to user
84 amanat.a. Tema utama dalam HN adalah tentang perintah salat dari Allah SWT yang
disampaikan kepada nabi Muhammad melalui sebuah perjalanan Isra
Mikraj.
b. Amanat dalam HN meliputi akidah, ibadah dan akhlak. Akidah yang
terkandung dalam teks HN adalah iman kepada malaikat, iman kepada
rasul, iman kepada takdir, dan iman kepada hari kiamat. Ibadah yang
terkandung dalam teks HN adalah salat, berdakwah, dan berdoa. Ajaran
tentang akhlak dalam teks HN adalah bertobat.
B. Saran
Penelitian ini merupakan salah satu upaya penyelamatan dan
pengembangan warisan budaya bangsa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperluas wawasan keislaman. Perlu diadakan kajian lagi dari berbagai disiplin
ilmu terhadap naskah ini sebagai upaya untuk mengenalkan keberadaannya
kepada khalayak ramai. Sehingga diharapkan mampu meningkatkan rasa cinta
commit to user
BAB V
ANALISIS STRUKTUR
A.Tema
Pada hakikatnya tema merupakan makna yang dikandung cerita, atau secara
singkat: makna cerita. Tema pokok cerita atau tema mayor (artinya: makna pokok
cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu) tersirat dalam
sebagian besar atau dalam keseluruhan cerita. Tema tambahan atau tema minor
adalah makna cerita yang hanya terdapat pada bagian-bagian cerita tertentu saja.
Makna-makna tambahan tersebut bukan sesuatu yang berdiri sendiri, terpisah dari
makna pokok cerita yang bersangkutan. Akan tetapi, bersifat mempertegas
eksistensi makna utama (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 82-83).
Menentukan tema pokok sebuah cerita pada hakikatnya merupakan aktivitas
memilih, mempertimbangkan, dan menilai di antara sejumlah makna yang
ditafsirkan ada dikandung oleh karya yang bersangkutan. Dalam HN ditemukan
adanya tema mayor dan tema minor. Untuk mengetahui tema pokok dalam sebuah
cerita biasanya dapat ditemukan apabila sebuah motif dalam cerita itu diulang
berkali-kali, sehingga karenanya sangat melekat dalam ingatan pembaca (Maatje
dalam Sulastin Sutrisno, 1983:331).
a. Tema Mayor
Tema mayor atau makna pokok (utama) yang terkandung dalam HN adalah
“perintah salat dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui
commit to user
bābul ‘ālamin berilah keringanan umat aku daripada sembahyang lima puluh waktu. Maka berkata Tuhan kita, “Hai Muhammad kasih aku,
bermula sembahyang semuhanya lima waktu pada sehari dan
semalam”. Maka turunlah engkau hai Muhammad kepada dunia, maka diambilah oleh Jibril tangan nabi. Lalu berdiri berjalan sekali maka dirujuk oleh nabi kita Buroq itu. Dijbril itu mengantarkan hingga pintu langit yang di bawah sekali. Maka bersepaham Nabi Muhammad serta Jibril (HN: h.11).
Lalu turun Nabi Muhammad kepada dunia [lalu saja kapan]1 masjid belum lagi tiba akan sembahyang, maka duduklah Muhammad kepada tempat dahulu tatkala naik kepada langit. Maka habis telah Nabi Muhammad karena hari belum lagi tinggi, Muhammad sudah kembali daripada langit yang tujuh. <Maka tiba orang akan sembahyang>2 maka tiba orang akan sembahyang, maka berdirilah nabi membaca takbir maimamkan sekalian orang. nabi sudah sembahyang maka bacuritalah nabi daripada olehnya naik kepada langit lalu turun kepada bumi didapatnya m[en]atahari3 belum lagi tinggi. Maka diam semuhanya mendengar cerita Nabi Muhammad, mengatakan sungguh semuhanya (HN: h.11).
Dari kutipan di atas, dapat diambil sebuah tema mayor bahwa puncak dari
perjalanan itu adalah diterimanya perintah salat wajib. Mulanya diwajibkan salat
lima puluh kali sehari-semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi Muhammad
meminta keringanan dan diberinya pengurangan sepuluh-sepuluh setiap meminta.
Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam.
b. Tema Minor
Tema minor atau makna tambahan yaitu makna yang terdapat pada
bagian-bagian tertentu dalam cerita. Dalam HN tema minor yang ditemukan
adalah sebagai berikut.
commit to user
Muhammad itu dua tahun /h/ampirnya4 pergih berjalan-jalan di atas bukit Jabal Nur namanya bukit, serta Dhamirah bawa berjalan bertemu dua orang rupa hulubalang. Pada tanganya itu suatu pedang d.k.y.p.t5 nabi. Kedua belah tangan dibelahnya dadah dikeluarkan hati jantung, lalu dibasuhnya dimasukkan pula kembali (HN: h.3).
Kemudian Jibril mengeluarkan hati Nabi Muhammad lalu menyucinya tiga
kali, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan
penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril.
Penyucian hati ini bukan berarti hati nabi kotor. Nabi sudah diciptakan
oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulia, hal ini tidak lain untuk
menambah kebersihan dan kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan
menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan penuh hikmah
serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah.
2) Nabi Muhammad mengalami sebuah perjalanan yang disebut Isra Mikraj.
Maka sampailah umur nabi tiga puluh musim. Maka turunlah Jibril disoalkan Tuhan membawa Buroq di dalam syorga akan /m/embawa6 nabi kita Muhammad mengitari. Lalu bertemu dangan nabi kita, “Assallamu’alaikum”, kata Jibril, “Alaikum sallam” bunyi jawabnya. Berkata wahai Muhammad, “Aku ini disoalkan Tuhan membawa engkau naik ke langit melihat langit dangan berpangkat”. Lalu berkata <Nabi //(5)Nabi>7 Muhammad, “Dangan apa aku naik ke langit?”, berkata Jibril kepada Nabi Muhammad, “Inilah Buroq aku bawakan”. Bersikaplah nabi akan berjalan, lalu naiklah mari. Buroq itu lalu berjalan ke Baitul Makdis tempat nan di jalang. Tiba di sana nan dipautkan Buroq oleh nabi kita kepada tempat pautan sekalian anbiya. Maka sembahyang nabi kita dua rakaat sudah sembahyang. Keluarlah nabi di dalam masjid bertemu di luar oleh Jibril. Bakata Jibril kepada Nabi Muhammad, “Engkau di atas langit dangan hamba bawa taulah”. Naiklah nabi ke atas Buroq terbanglah Buroq dangan sinar bertemu di hantara langit dangan bumi lautan yang amat lebar di dalamnya pusara menjadi nabi nasikh (HN: h.5-6).
4 Tertulis ng.m.p.r.ny 5 Tertulis 6 Tertulis p.m.b.w 7
commit to user
dangan pintu langit yang pertama. Berhadapan berkata Jibril kepada orang di atas langit, “Wahai bukakan pintu!”. Berkata malaikat yang menjaga pintu, “Siapa engkau?”, aku Jibril disoalkan Tuhan membawa Muhammad naik ke Hadirat Tuhan (HN: h.6).
Maka naik pula nabi kita kepada langit yang kedua bertemu dangan pintu langit yang kedua. Maka tiada juga Jibril kepada malaikat berkata, “Malaikat siapa engkau yang di bawah pintu ini?”, “Aku Jibril disoalkan Tuhan membawa Muhammad naik kemari”. Lalu dibukakan pintu langit, bertemu dangan Isa alaihi sallam (HN: h.7).
Kemana orang pula serta kami kepada langit yang kelima, maka mintak buka Jibril kepada orang di atas pintu. Berkata orang di atas pintu, “siapa engkau?”, “Aku Jibril disuruhkan Tuhan membawa Muhammad naik ke Hadirat Tuhan”. Maka dibukakan malaikat pintu langit tiba-tiba bertemu dangan Musa (HN: h.8)
Jibril b.n.k.r10 mamapah Muhammad naiklah nabi kepada langit yang keenam mintak buka Jibril kepada malaikat bertanya malaikat, “siapa engkau?”, “Aku Jibril serta Muhammad”. Malaikat b.n.k.r11 membuka pintu tiba. Muhammad bertemu dangan Harun maka mengucapkan keduanya (HN: h.9)
Kemudian dibuka orang pintu langit nan tujuh lalu bertemu nabi kita dangan Nabi Ibrahim maka berucab mengucab keduanya. Bermula Nabi Ibrahim bersinar di bawah kami Sijratul Muntaha namanya. Bermula daunnya seperti telinga gajah dan buahnya seperti hujung bukit kapa gadingnya. Maka masuklah Muhammad serta Ibrahim ke dalam Baitul Makmur, maka sembahyang dua rokaat. Bermula sekalian malaikat tujuh puluh ribupun tiap-tiap hari masuk ke dalam Baitul Makmur, tidak berkeputusan selama-lamanya (HN:h.10)
Dari kutipan teks HN tersebut, diceritakan perjalanan Nabi Muhammad
bersama malaikat Jibril dari langit pertama sampai langit tujuh dengan
menggunakan Buroq. Dalam perjalanan sampai langit tujuh diceritakan pula
setiap kejadian dari tiap langitnya. Di langit yang pertama Nabi Muhammad
bertemu dengan Nabi Adam, di langit yang kedua bertemu dengan Nabi Isa, di
langit yang keempat bertemu dengan Nabi Yusuf, di langit yang kelima bertemu
commit to user
yang ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim.Kata Isra Mikraj ini dapat dibagi pada dua kata yaitu Isra dan Mikraj. Isra
berarti perjalanan Rasulullah dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, sedangkan
Mikraj berarti perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa naik ke tiap langit sampai
Sidratul Muntaha. Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk memperjalankan
Rasulullah dari Masjidil Haram (Makah) ke Masjidil Aqsa (Palestina) untuk
kemudian menuju Sidratul Muntaha. Peristiwa ini berlangsung hanya dalam
waktu semalam, sebuah waktu yang sangat pendek.
B. Amanat
Amanat sangat berkaitan erat dengan tema. Amanat merupakan pesan
yang ingin disampaikan kepada pembaca lewat karya yang diciptakanya. Dengan
adanya amanat ini diharapkan pembaca dapat mengambil hal-hal yang positif dari
cerita yang bersangkutan untuk bahan acuan dalam bertingkah laku. Amanat
dalam teks HN dibagi menjadi tiga unsur, yaitu akidah, ibadah dan akhlak. Ketiga
unsur ini pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran Islam. Ketiga
unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Akidah merupakan
sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Ibadah adalah kewajiban
dan tujuan hidup dari perputaran roda sejarah manusia di dunia. Akhlak adalah
commit to user
rasul, iman kepada malaikat, iman kepada takdir, dan iman kepada hari kiamat.
Ajaran ibadah yang terkadung dalam teks HN ialah salat, berdoa, dan berdakwah.
Ajaran tentang akhlak dalam teks HN meliputi akhlak baik yaitu bertobat.
a. Akidah
1) Iman Kepada Rasul Allah
Allah menurunkan wahyunya kepada manusia tidak secara langsung
melainkan memilih di antara manusia dan dijadikan-Nya sebagai utusanNya.
Rasulullah yang menerima dan ditugaskan untuk menerangkan wahyu Allah
kepada ummatnya. Karena manusia memerlukan contoh perilaku yang
dikehendaki Allah, karena itu Allah mengangkat salah seorang dari manusia
sebagai rasul-Nya.
Rasul adalah manusia yang dipilih Allah dan diberi kuasa untuk
menerangkan segala sesuatu yang datang dari Allah. Beriman kepada rasul
merupakan tuntutan iman kepada Allah, dan Allah menyuruhnya untuk
mengimaninya. Iman kepada Rasul Allah dapat dilihat dalam kutipan kalimat
berikut.
Pembanding Muhammad pada waktu adanya suda tiba segala anak-anakan biduodari di dalam Negeri Makah. Muhammad itu sudahlah
zhahir sekalian berhala habis terjatuh daripada masjidnya dan bergerak kursinya raja kebesaran di luar Negeri Makah. Maka jatuhlah raja ke bawah kursi karena kebesaran Muhammad dan padam api di Negeri Parsi dan panaslah sekalian isi dunia tidak tahu (HN: h.1).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa nabi Muhammad
adalah utusan Allah yang membawa kabar gembira dan pemberi peringatan
kepada umat Islam. Iman kepada rasul dalam kutipan di atas terdapat dalam
commit to user
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” (Kami telah mengutus mereka)
sebagai rasul-rasul pembawa berita genbira dan pemberi peringatan, supaya tiada
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah (diutusnya) rasul-rasul itu. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Terjemahan QS. AN-Nisa: 165).
2) Iman Kepada Malaikat Allah
Allah menciptakan malaikat, yaitu makhluk gaib yang melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan Allah. Ia diciptakan Allah dari cahaya. Seorang
muslim wajib mengimani adanya malaikat sebagai makhluk Allah di samping
manusia, jin dan iblis. Keyakinan terhadap adanya malaikat, bukan hanya sebatas
mengetahui nama dan tugas malaikat, melainkan melahirkan dampaknya pada
perilaku. Setiap manusia akan selalu berhati-hati, sebab apapun perbuatannya
akan dicatat oleh malaikat dan diminta pertanggungjawabannya.
Penggambaran keimanan atau keyakinan terhadap malaikat dalam teks
HN dapat dilihat pada kutipan berikut.
Turunlah Jibril disu/r/ukan12 Tuhan membawa suatu tongkat di dalam syorga tempatnya, diberikan kepada nabi kita lalu diambilah. Maka kata Jibril, “Ini tongkat aku bawakan di dalam syorga, berapa mukjizat engkau hujamkan tongkat ini kepada bumi?”. (HN: h.4). “Maka berkata Djibril kepada Muhammad, “Hamba ini rosulkan Tuhan kepada engkau membawa himbaulah engkau Muhammad
rasulallah”. Lalu kepada umat engkau sampai sekarang menjadi
rasulallah” (HN: h.5).
Maka sampailah umur nabi tiga puluh musim. Maka turunlah Jibril disoalkan Tuhan membawa Buroq di dalam suroga akan /m/embawa13 nabi kita Muhammad mengitari. Lalu bertemu dangan nabi kita, “Assallamu’alaikum”, kata Jibril, “Alaikum sallam” bunyi jawabnya. Berkata wahai Muhammad, “Aku ini disoalkan Tuhan
12
Terbaca ‘disulukan’
Kata ‘disulukan’ dalam Bahasa Minangkabau tidak ada dan diedisikan dengan kata ‘disurukan’. 13
commit to user
(HN : h.5).Pada kutipan di atas jelas bahwa malaikat benar-benar ada. Malaikat
Djibril diperintahkan Allah untuk membawa mukjizat kepada nabi Muhammad.
Hal itu berarti bahwa malaikat wajib kita yakini keberadaannya. Ajaran iman
kepada malaikat terdapat dalam Q.S. At-Tahrim (66) ayat 6 yang artinya sebagai
berikut. “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari
siksa api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (Terjemahan Q.S. At-Tahrim, 66:6).
Selain Q.S. At-Tahrim di atas, juga terdapat dalam surat Al-A’raaf (7) ayat
206 yang artinya sebagai berikut. “Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di
sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka bertasbih
memujiNya dan hanya kepadaNya mereka bersujud” (Terjemahan Q.S. Al-A’raaf,
7:206). Kedua kutipan surat Al-Quran di atas menjelaskan bahwa agar manusia
beriman kepada malaikat Allah. Mereka diperintahkan untuk menjaga dan
menjauhkan diri dan keluarganya agar tidak mendapat siksa neraka. Malaikat
yang sifatnya sangat kasar dan keras. Malaikat selalu tunduk dan mengerjakan apa
yang diperintahkan Allah. Malaikat juga senantiasa bertasbih, memuji,
menyembah, dan bersujud kepada-Nya. Oleh karena itu sangat jelas bahwa
commit to user
Takdir atau Qadla dan Qadar adalah ketentuan Allah bagi manusia yang
menunjukkan ke-Maha Kuasaan Allah dalam menentukan nasib manusia. Allah
Maha Kuasa untuk menentukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Oleh sebab itu,
setiap muslim harus yakin dan percaya bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha
Mengetahui tentang nasib seluruh makhluk. Allah sudah menentukan nasib setiap
makhluknya, tetapi tak seorangpun makhluk yang mengetahui nasibnya. Allah
Maha Kuasa dan Maha Berkehendak. Jika Allah menghendaki maka Allah Maha
Kuasa untuk mengubah nasib makhluk-Nya, jika ia berusaha untuk mengubahnya.
Penggambaran iman kepada Takdir Allah ini dapat dilihat pada kutipan
berikut.
Maka rubah panasnya[lah]14 Muhammad melihat gadingnya. B.r.s.w.g.y.r.w.l.h15 Jibril mamapah, dialah sembah nabi kita Muhammad. Maka bertanya kepada Jibril ini, “Malaikat apa namanya?” maka berkata Jibril, “Bermula malaikat ini Mikail namanya, kerjanya manilik suratan baik //(10) dan jahat untung manusia kepada Laukh Maukhfud”. [pa]16 Tidak lupa sekejap mata, maka datanglah nabi kita ke bawah Tiang Ars Allah. Maka sujudlah Nabi Muhammad mangadap kepada hadirat Tuhan rabbil’ alamin.
Ajaran iman kepada takdir Allah diperkuat dan dibuktikan dalam Q.S.
Al-Hadid ayat 22 dan Ar-Ra’ad ayat 11 sebagai berikut. “Tidak ada bencana yang
menimpa di bumi dan (tidak pula pada) dirimu sendiri kecuali telah (ditentukan)
di dalam kita sebelum Kami wujudkan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah” (Terjemahan Q.S. Al-Hadid, 57:22). “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah nasib yang menimpa suatu kaum hingga mereka mengubah
apa yang ada pada diri mereka” (Terjemahan Q.S.Ar-Ra’ad, 13:11).
14
Terbaca ‘panasnyalah’ 15
Tertulis 16
commit to user
mudah bagiNya untuk menentukan dan mewujudkan segala yang ada di bumi
termasuk juga sebuah bencana. Allah Maha Berkehendak mendatangkan bencana
pada diri manusia. Dan Allah tidak akan mengubah apa yang telah ditentukannya
kecuali mereka berusaha mengubah nasibnya sendiri.
Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah
kecewa atau putus asa, sebab apa yang menimpa setelah segala usaha dilakukan
merupakan takdir Allah, dan Allah akan selalu memberikan yang terbaik sesuai
dengan sifatNya yang Maha Pengasih dan Penyayang.
4) Iman Kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari kiamat adalah meyakini datangnya hari akhir. Iman
kepada hari kiamat merupakan rukun iman yang kelima. Dengan iman kepada hari
akhir akan menjadikan seseorang akan selalu bersikap hati-hati dalam melakukan
perbuatannya. Perbuatan tersebut senantiasa mengingat kehidupan di akhirat
sehingga terciptalah antara kehidupan dunia dan akhirat. Dalam teks HN amanat
tentang iman kepada hari kiamat dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
Lalu dibukakan pintu langit, bertemu dangan Isa alaihi sallam. Maka mengucab berucab keduanya, lalulah pula Muhammad di sanan bertemu malaikat habis berdiri semuhanya bersaf-saf dangan beberapa banyaknya. Allah taala juga nan tahu akan bilangannya, bertanya b.ng.y17 itu bak buni guruh hampir /k/iyamat18. Bertanya Muhammad kepada Jibril, “Berapa lamanya berdiri malaikat disini?”, kata Jibril, “Hingga kiyamat “. Maka berhenti, inilah akibat kepada Tuhanya (HN: h.7).
17
Tertulis 18
commit to user
ayat 114 sebagai berikut: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan
manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji” (Terjemahan Q.S. Ali Imran, 3:9).
“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada
yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada
(mengerjakan) perbagai kebajikan, mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”
(Terjemahan Q.S. Ali Imran, 3:114).
Kedua kutipan surat Al-Quran di atas menjelaskan bahwa akan
benar-benar datang hari akhir dan pembalasan tanpa ada keraguan sedikitpun. Dan Allah
menyuruh setiap muslim untuk segera berbuat kebaikan dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar agar termasuk golongan orang yang saleh. Dengan
begitu mereka di hari pembalasan nanti akan mendapatkan rahmat dari Allah.
b. Akhlak
Akhlak merupakan pola tingkah laku yang baik maupun buruk. Bertobat
merupakan bentuk aspek akhlak yang terpuji. Kesadaran seseorang setelah
melakukan perbuatan yang salah dalam pengakuan dosa-dosanya menyebabkan
munculnya perbuatan taubat. Aspek akhlak dalam nilai Islam mengajarkan untuk
bertobat, mengakui segala kesalahan yang kita perbuat dan berjanji serta berusaha
tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak luput dari salah dan manusia
memiliki kelemahan yang jauh dari kesempurnaan. Ajaran untuk bertobat terdapat
commit to user
Didapatinya parampuan sedang bermasak perpeti. Maka bermenung sajalah, Abas berkata, kepada parampuan, “Apa sebab tiap juga masak burung itu”. Bakata parampuan, “Wahai suamiku sebentar ini aku pergi //(13) mesti bagaimanakah masak burung perpeti, pada(hal)19 aku sekarang dipanggil Nabi kita. Akan diperjamukan Nabi sudah tiba. Maka taubatlah Abas kepada Nabi sekarang itu adanya (HN: h.13).
Ajaran bertobat dan senantiasa menakui dosa dan salah serta berusah
memperbaikinya terdapat dalam Q.S Ar-Ruum (30) ayat 31 yang bunyi artinya
sebagai berikut. “Dengan kembali bertobat Nya dan bertakwalah
kepada-Nya serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah” (Terjemahan Q.S. Ar-Ruum: 31). Surat di atas
memerintahkan kepada hambaNya untuk bersegera dalam bertobat. Bertobat bisa
dilaksanakan dengan salat sunat tobat dua rakaat.
Dengan penuh penyesalan dan minta ampunan kepada Allah tanpa
mempersekutukanNya. Dalam melaksanakan taubat ini disertai keyakinan bahwa
Tuhan mengampuni dosa-dosa hambaNya yang bertobat dan memohon ampun
kepadaNya. Hal ini seperti tersebut dalam Q.S. An-Nahl (16) ayat 119 yang bunyi
artinya sebagai berikut. “Kemudian sesungguhnya (Tuhanmu) mengampuni bagi
orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian
mereka bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya): sesunguhnya Tuhanmu
sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Terjemahan
Q.S. An-Nahl: 119).
19
commit to user
1) Perintah salatPada peristiwa Isra Mikraj, Allah memberikan perintah salat wajib. Salat
subuh adalah salat yang pertama kali diperintahkan. Karena peristiwa Isra Mikraj
sendiri terjadi pada saat malam hari. Subuhnya Rasulullah sudah tiba kembali di
tempat semula. Mungkin ini juga hikmah bagi kita semua, karena salat Subuh
adalah salat yang sulit untuk di laksanakan, di mana saat itu banyak manusia yang
masih terlelap dalam tidurnya. Sebelum diperintahkannya salat wajib 5 waktu ini,
Rasulullah melaksanakan salat sebagaimana Nabi Ibrahim. Dalam teks HN
perintah ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Bermula Nabi Ibrahim bersinar di bawah Sidratil Muntaha namanya. Bermula daunya seperti telinga gajah dan buahnya seperti hujung bukit kapa gadingnya. Maka masukklah Muhammad serta Ibrahim ke dalam Baitul Makmur, maka sembahyang dua rokaat (HN: h.10). Demikian buni serunya ya Allah ya Tuhanku ya Nabiya ya muwali
bābul ‘ālamin berilah keringanan umat aku daripada sembahyang lima puluh waktu. Maka berkata Tuhan kita, “Hai Muhammad kasihan aku bermula sembahyang semuhanya lima waktu pada sehari dan semalam”. Maka turunlah engkau hai Muhammad kepada dunia, maka diambillah oleh Jibril tangan Nabi. Lalu berdiri berjalan sekali maka dirujuk oleh Nabi kita Buroq itu. Dijbril itu mengantarkan hingga pintu langit yang di bawah sekali maka bersepaham Nabi Muhammad (HN: h.11).
Lalu turun Nabi Muhammad kepada dunia,[lalu saja kapan]20 masjid belum lagi tiba akan sembahyang, maka duduklah Muhammad kepada tempat dahulu tatkala naik kepada langit. Maka j.b.r.t.l.h21 Nabi Muhammad karena hari belum lagi tinggi, Muhammad sudah kembali daripada langit yang tujuh. <Maka tiba orang akan sembahyang>22 maka tiba orang akan sembahyang, maka berdirilah Nabi membaca takbir maimamkan sekalian orang. Nabi sudah sembahyang maka caritalah Nabi daripada olehnya naik kepada langit lalu turun kepada bumi didapatnya m[en]atahari23 belum lagi tinggi. Maka diam
20 Kelebihan penulisan 21 Tertulis 22
Penulisan rangkap oleh penyalin dan sudah dikoreksi oleh penyalin 23
commit to user
semuhanya (HN: h.11).Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam menjadi tulang punggung
perjuangan penyebaran agama Islam ke seantero dunia, dan berperan
menunjukkan keluhuran agama Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin
(rahmat bagi sekalian alam). Salat sebagai tiang agama merupakan aspek paling
fundamental yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah untuk dijadikan jalan
bertemu dan mendekatkan diri pada Allah di dunia. Pelaksanaan salat merupakan
sebuah kewajiban religius yang harus dilakukan setiap umat Islam. Dalam hal ini
HN menjelaskan tentang perintah salat itu. Allah berkehendak agar Nabi
Muhammad dapat menyampaikan perintah salat kepada seluruh umat muslimin
dan meyakinkan pada mereka bahwa pelaksanaan salat merupakan penjagaan
terhadap tegaknya agama Islam.
2) Berdoa
Berdoa merupakan bentuk ibadah yang menunjukkan permohonan dari
harapan-harapan seseorang kepada Tuhannya. Pada dasarnya, Tuhan adalah dekat
di hati kita ketika berdoa. Berdoa inilah merupakan kegiatan hubungan antara
Tuhan dengan hambaNya. Perintah untuk berdoa kepada Tuhan inilah yang
dianjurkan dan pasti Tuhan akan mengabulkan permohonan dari orang yang
berdoa walaupun tidak langsung, mungkin suatu hari.
Demikian buni serunya ya Allah ya Tuhanku ya Nabiya ya muwali
commit to user
berdoa karena Tuhan akan mengabulkan permohonan dari orang yang berdoa.
Perintah berdoa terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 186 yang artinya sebagai
berikut. “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah) bahwasannya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepadaKu maka hendaknya mereka itu memenuhi
(segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu
dalam kebenaran” (Terjemahan Q.S. Al-Baqarah: 186).
Surat di atas menjelaskan bahwa Tuhan memang dekat dengan
hamba-Nya. Dia akan mengabulkan permohonan hamba-Nya jika hamba-Nya mau
berdoa dan memenuhi segala perintahNya dan tetap beriman kepada-Nya. Dengan
begitu mereka akan selalu di jalan-Nya, yakni dalam jalan yang benar sehingga
akan selalu dalam lindungan-Nya. Jadi berdoa sangat dianjurkan agar mereka
tidak dalam kesombongan terhadap Tuhannya karena menganggap dirinya kuat
dan tidak memohon pertolongan Tuhan.
3) Berdakwah
Berdakwah merupakan bentuk ibadah yang merupakan kewajiban seorang
muslim untuk menyampaikan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Dia wajib
menyeru kebajikan jika dia mengetahui dan juga wajib mencegah dan melarang
kejahatan atau keburukan jika dihadapannya penuh dengan kemaksiatan. Dengan
berpegang kitab suci Al-Quran, seorang muslim menyampaikan kebenaran dan
kitab suci ini sesuatu yang dapat menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman. Penggambaran tentang ajaran berdakwah terdapat dalam kutipan berikut.
commit to user
kepada langit lalu turun kepada bumi didapatnya m[en]atahari belum lagi tinggi. Maka diam semuhanya mendengar cerita Nabi
Muhammad, mengatakan sungguh semuhanya(HN: h.11).
Berdakwah selalu dilakukan oleh rasul. Rasul juga pernah memerintahkan
umatnya untuk selalu berdakwah. Perintah rasul ini terdapat dalam Q.S. Al-A’raaf
(7) ayat 157 yang artinya sebagai berikut. “Nabi itu (Muhammad) memerintahkan
manusia mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
bagi mereka yang buruk-buruk dan membuang mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka” (Terjemahan Q.S. Al-A’raaf, 7:157).
Berdasarkan surat di atas, jelas bahwa seorang muslim diperintahkan
mengerjakan hal yang baik dan melarang mereka mengerjakan hal yang buruk.
Tidak hanya memerintahkan dan melarang, melainkan menghalalkan yang
baik-baik dan mengharamkan yang buruk-buruk. Jika mereka mengerjakan perintahnya
maka beban yang ada akan hilang dan terasa ringan dalam menjalani hidup.
24
commit to user
SUNTINGAN TEKS
A. Inventarisasi Naskah
Langkah pertama dalam penyuntingan teks adalah inventarisasi naskah.
Inventarisasi naskah adalah mencatat informasi tentang naskah yang akan
dijadikan objek penelitian. Dalam penelitian ini, inventarisasi naskah dilakukan
dengan studi katalog, yaitu mencari informasi tentang naskah yang akan diteliti
melalui katalog naskah. Katalog yang digunakan adalah katalog-katalog naskah
yang menyimpan informasi tentang keberadaan naskah Melayu. Katalog-katalog
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Katalogus koleksi naskah Melayu Museum Pusat oleh Amir Sutaarga tahun
1972 dan diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Proyek
inventarisasi dan dokumen kebudayaan Nasional Dirjen Kebudayaan Jakarta.
2. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 5-A Jawa Barat: Koleksi Lima
Lembaga oleh Edi S. Ekadjati dan Undang A. Darsa tahun 1999 diterbitkan
Yayasan Obor Indonesia-Ecole Francaise D’Extreme Jakarta.
3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 disusun oleh Jennifer Lindsay
pada tahun 1994.
4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3A disusun ole T.E Behrend
dan Titik Pudjiastuti pada tahun 1997.
5. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia disunting oleh T.E Behrend tahun 1998 dan diterbitkan
commit to user
diterbitkan Komunitas Bambu Jakarta.7. Supplement-Catalogus Maleische En Minangkabausche Handschriften oleh
PH. S. Van Ronkel tahun 1921 diterbitkan Boekhandel en Drukkerij Voorheen
E.J. Brill Leiden.
8. Juynboll, H.H. 1899. Catalogus van de Maleische en Sundaneesche
Handschriften der Leidsche Universiteits-Bibliotheek. Leiden: E.J. Brill.
9. Katalogus Naskah Melayu Bima II disusun oleh S.W.R Mulyadi dan H.S
Maryam R. Solahiddin pada tahun 1992.
10. Katalog Ringkas Manuskrip Melayu di Perpustakaan Negara Malaysia tahun
1984 diterbitkan oleh Perpustakaan Negara Malaysia.
11. Katalog dari The Indonesian Association for Nusantara Manuscript
(Masyarakat Pernaskahan Nusantara).
Dari beberapa katalog tersebut, naskah HN terdapat pada Katalog Induk
Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
yang disusun oleh Behrend pada tahun 1998 dengan nomor Ml. 205. Berdasarkan
studi katalog tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa naskah HN merupakan
naskah tunggal. Dalam rangka menguatkan bahwa naskah HN merupakan naskah
tunggal harus dilakukan studi lapangan, tetapi karena keterbatasan kemampuan
commit to user
Setelah naskah didapat, langkah selanjutnya dalam penyuntingan teks
adalah mendeskripsikan naskah. Deskripsi naskah dalam penelitian ini meliputi
judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, keadaan