• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pematahan dormansi terhadap persentase daya kecambah dan pertumbuhan vegetatif tanaman mucuna.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh pematahan dormansi terhadap persentase daya kecambah dan pertumbuhan vegetatif tanaman mucuna."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA

KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF

TANAMAN MUCUNA (Mucuna bracteata D.C)

SKRIPSI

Oleh:

AINUL FAHRIN SIREGAR 050301028

BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA

KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF

TANAMAN MUCUNA (Mucuna bracteata D.C)

SKRIPSI

Oleh:

AINUL FAHRIN SIREGAR 050301028

BDP-AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Diketahui Oleh:

Komisi Pembimbing

(Ir. Irsal, MP) (Ir. Asil Barus, MS)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACT

AINUL FAHRIN SIREGAR: Dormancy breaking effect on the percentage of germination and vegetative growth of Mucuna plants. supervised by IRSAL and

ASIL BARUS. Duplication of generative Mucuna bracteata is possible but requires

special treatment to germinate. This study aims to determine the effect of breaking dormancy and germination percentage of the power plant Mucuna vegetative growth. For that one study has been conducted in the laboratory and experimental field of Rubber Research Center Sungei Putih (± 54 m asl.) in June - August 2009 using of factorial randomized block design of non-control, hot water soaking, cutting and soaking husks sulfuric acid. The observed parameters are the percentage of the sprouts, vine length, number of stems, crown wet weight, dry weight of canopy, wet weight of roots and root dry weight.

The results showed that dormancy breaking have real impact on all parameters except the weight of wet canopies.

(4)

ABSTRAK

Ainul Fahrin Siregar: Pengaruh pematahan dormansi terhadap persentase daya kecambah dan pertumbuhan vegetatif tanaman mucuna. Dibimbing oleh Irsal dan Asil Barus.

Perbanyakan mucuna bracteata secara generatif dapat dilakukan tetapi memerlukan perlakuan khusus untuk berkecambah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pematahan dormansi terhadap persentase daya kecambah dan pertumbuhan vegetatif tanaman mucuna. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium dan kebun percobaan Balai Penelitian Karet Sungei Putih (± 54 m dpl) pada Juni – Agustus 2009 menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial yaitu kontrol, perendaman air panas, pengguntingan kulit biji dan perendaman asam sulfat. Parameter yang diamati adalah persentase daya kecambah, panjang sulur, jumlah tangkai daun, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali berat basah tajuk.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ainul fahrin siregar lahir di serbalawan pada tanggal 30 april 1987. Putra dari Alm Nasrif Siregar dan Purnama Hutapea. Penulis merupakan putra ketiga dari enam bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negri 1, Dolok Batu Nanggar dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleki Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebahai anggota himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian, anggota himadita nursery dan Majelis Musyawarah Universitas.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karuniaNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pematahan Dormansi Terhadap Daya Kecambah dan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Mucun (Mucuna bracteata DC.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.`

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ir. Irsal, MP (ketua), Ir. Asil Barus, MS (Anggota) dan Dr. Ir. Sumarmadji, MS (Pembimbing Lapangan) selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan yang berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian hingga akhir penelitian.

Penulis menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaanHasil Penelitian ini.

Medan, Maret 2010

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAC ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR

...

viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... ... 4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6 Tanah 7 Perbanyakan Mucuna bracteata... 8

Perkecambahan ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 13

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Media Tanam ... 15

Seleksi Biji ... 15

Perendaman Biji ... 15

Pemotongan Kulit Biji ... 15

Persemaian Biji ... 15

Penanaman ... 16

Pemeliharaan ... 16

Penyiraman ... 16

Penyiangan ... 16

PENGAMATAN PARAMETER

Persentase Daya Kecambah (%) ... 17

Panjang Sulur (cm) ... 17

Jumlah Tangkai Daun (Tangkai) ... 17

Berat Basah Tajuk (g) ... 17

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 19

Persentase Daya Kecambah (%) ... 20

Panjang Sulur (cm) ... 20

Jumlah Tangkai Daun (Tangkai) ... 21

Berat Basah Tajuk (g) ... 23

Berat Kering Tajuk (g) ... 23

Berat Basah Akar (g) ... 25

Berat Kering Akar (g) ... 26

Pembahasan ... 28

KESIMPULAN

Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Rataan persentase daya kecambah pada perlakuan pengaruh pematahan

dormansi 8-10 hari setelah tanam ... 19

2. Rataan panjang sulur pada perlakuan pematahan dormansi 1-10 minggu setelah tanam ... 20

3. Rataan jumlah tangkai daun pada perlakuan pematahan dormansi 2-10 minggu setelah tanam ... 22

4. Rataan berat basah tajuk (g) pada perlakuan pematahan dormansi ... 23

5. Rataan berat kering tajuk (g) pada perlakuan pematahan dormansi ... 24

6. Rataan berat basah akar (g) pada perlakuan pematahan dormansi ... 25

(10)

DAFTAR GAMBAR HISTOGRAM

No Hal

1. Histogram Persentase daya kecambah pada perlakuan pematahan

dormansi ... 20

2. Histogram panjang sulur (cm) 1-10 minggu setelah tanam pada perlakuan pematahan dormansi ... 21

3. Histogram jumlah tangkai daun (Tangkai) 1-10 minggu setelah tanam pada perlakuan pematahan dormansi ... 22

4. Histogram berat basah tajuk (g) pada perlakuan Pematahan dormansi ... 23

5. Histogram berat kering tajuk (g) pada perlakuan Pematahan dormansi ... 24

6. Histogram berat basah akar (g) pada perlakuan pematahan dormansi ... 26

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Data pengamatan Persentase daya kecambah 8 hari setelah tanam ... 38

2. Sidik ragam persentase daya kecambah 8 hari setelah tanam ... 38

3. Data pengamatan Persentase daya kecambah 9 hari setelah tanam ... 38

4. Sidik ragam persentase daya kecambah 8 hari setelah tanam ... 38

5. Data pengamatan Persentase daya kecambah 10 hari setelah tanam ... 39

6. Sidik ragam persentase daya kecambah 10 hari setelah tanam ... 39

7. Data pengamatan panjang sulur 1 minggu setelah tanam ... 40

8. Sidik ragam panjang sulur 1 minggu setelah tanam... ... ..40

9. Data pengamatan panjang sulur 2 minggu setelah tanam ... 40

10. Sidik ragam panjang sulur 2 minggu setelah tanam ... 40

11. Data pengamatan panjang sulur 3 minggu setelah tanam ... 41

12. Sidik ragam panjang sulur 3 minggu setelah tanam ... 41

13. Data pengamatan panjang sulur 4 minggu setelah tanam ... 41

14. Sidik ragam panjang sulur 4 minggu setelah tanam ... 41

15. Data pengamatan panjang sulur 5 minggu setelah tanam ... 42

16. Sidik ragam panajang sulur 5 minggu setelah tanam ... 42

17. Data pengamatan panjang sulur 6 minggu setelah tanam ... 42

18. Sidik ragam panjang sulur 6 minggu setelah tanam ... 42

19. Data pengamatan panjang sulur 7 minggu setelah tanam ... 43

20. Sidik ragam panjang sulur 7 minggu setelah tanam ... 43

(12)

23. Data pengamatan panjang sulur 9 minggu setelah tanam ... 44

24. Sidik ragam panjang sulur 9 minggu setelah tanam ... 44

25. Data pengamatan panjang sulur 10 minggu setelah tanam ... 44

26. Sidik ragam panjang sulur 10 minggu setelah tanam ... 44

27. Data pengamatan jumlah tangkai 2 minggu setelah tanam ... 45

28. Sidik ragam jumlah tangkai 2 minggu setelah tanam ... 45

29. Data pengamatan jumlah tangkai 3 minggu setelah tanam ... 45

30. Sidik ragam jumlah tangkai 3 minggu setelah tanam ... 45

31. Data pengamatan jumlah tangkai 4 minggu setelah tanam ... 46

32. Sidik ragam jumlah tangkai 4 minggu setelah tanam ... 46

33. Data pengamatan jumlah tangkai 5 minggu setelah tanam ... 46

34. Sidik ragam jumlah tangkai 5 minggu setelah tanam ... 46

35. Data pengamatan jumlah tangkai 6 minggu setelah tanam ... 47

36. Sidik ragam jumlah tangkai 6 minggu setelah tanam ... 47

37. Data pengamatan jumlah tangkai 7 minggu setelah tanam ... 47

38. Sidik ragam jumlah tangkai 7 minggu setelah tanam ... 47

39. Data pengamatan jumlah tangkai 8 minggu setelah tanam ... 48

40. Sidik ragam jumlah tangkai 8 minggu setelah tanam ... 48

41. Data pengamatan jumlah tangkai 9 minggu setelah tanam ... 48

42. Sidik ragam jumlah tangkai 9 minggu setelah tanam ... 48

43. Data pengamatan jumlah tangkai 10 minggu setelah tanam ... 49

44. Sidik ragam jumlah tangkai 10 minggu setelah tanam ... 49

45. Data pengmatan berat basah tajuk ... 50

(13)

47. Data pengmatan berat kering tajuk ... 51

48. Sidik ragam berat kering tajuk ... 51

49. Data pengmatan berat basah akar ... 52

50. Sidik ragam berat basah akar ... 52

51. Data pengmatan berat kering akar ... 53

52. Sidik ragam berat kering akar ... 53

53. Kegiatan penelitian ... 54

54. perlakuan perendaman benih ... 55

55. perkecambahan benih pada 8 hari setelah tanam ... 56

56. pertumbuhan mucuna di pembibitan ... 57

57. Bagan penelitian ... 58

(14)

ABSTRACT

AINUL FAHRIN SIREGAR: Dormancy breaking effect on the percentage of germination and vegetative growth of Mucuna plants. supervised by IRSAL and

ASIL BARUS. Duplication of generative Mucuna bracteata is possible but requires

special treatment to germinate. This study aims to determine the effect of breaking dormancy and germination percentage of the power plant Mucuna vegetative growth. For that one study has been conducted in the laboratory and experimental field of Rubber Research Center Sungei Putih (± 54 m asl.) in June - August 2009 using of factorial randomized block design of non-control, hot water soaking, cutting and soaking husks sulfuric acid. The observed parameters are the percentage of the sprouts, vine length, number of stems, crown wet weight, dry weight of canopy, wet weight of roots and root dry weight.

The results showed that dormancy breaking have real impact on all parameters except the weight of wet canopies.

(15)

ABSTRAK

Ainul Fahrin Siregar: Pengaruh pematahan dormansi terhadap persentase daya kecambah dan pertumbuhan vegetatif tanaman mucuna. Dibimbing oleh Irsal dan Asil Barus.

Perbanyakan mucuna bracteata secara generatif dapat dilakukan tetapi memerlukan perlakuan khusus untuk berkecambah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pematahan dormansi terhadap persentase daya kecambah dan pertumbuhan vegetatif tanaman mucuna. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium dan kebun percobaan Balai Penelitian Karet Sungei Putih (± 54 m dpl) pada Juni – Agustus 2009 menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial yaitu kontrol, perendaman air panas, pengguntingan kulit biji dan perendaman asam sulfat. Parameter yang diamati adalah persentase daya kecambah, panjang sulur, jumlah tangkai daun, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali berat basah tajuk.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mucuna bracteata merupakan tanaman penutup tanah yang juga merupakan tanaman yang relatif baru penggunaannya di perkebunan. Tanaman penutup tanah ini pada mulanya banyak dijumpai di negara bagian Tripura India Utara, yang di introduksi oleh Golden Hope dari Malaysia pada 1991. Tanaman ini merupakan tanaman yang memenuhi persyaratan sebagai tanaman penutup tanah (Harahap dan Subronto, 2004).

Mucuna bracteata merupakan kacangan penutup tanah yang dinilai relatif lebih mampu menekan pertumbuhan gulma pesaing, selain itu memiliki keunggulan antara lain pertumbuhan yang cepat serta menghasilkan biomassa yang tinggi, mudah ditanam dengan input yang rendah, tidak disukai ternak karena daunnya mengandung fenol yang tinggi, toleran terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki perakaran yang dalam sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat sehingga menambah kesuburan tanah dan mengurangi laju erosi tanah, serta leguminosa yang dapat menambat N bebas dari udara (Harahap et al., 2008).

(17)

Biji Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman dari famili leguminosae yang memiliki masa dormansi yang cukup lama. Dormansi ini disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji. Lapisan kulit yang keras menghambat penyerapan air dan gas ke dalam biji sehingga proses perkecambahan tidak terjadi. Selain itu, kulit benih juga menjadi penghalang munculnya kecambah pada proses perkecambahan (Wirawan dan Wahyuni, 2002).

Kendala yang masih dihadapi dalam perbanyakan Mucuna bracteata melalui biji adalah perbanyakan melalui biji menghasilkan persentase daya kecambah sangat rendah, dikarenakan biji Mucuna bracteata memiliki kulit yang keras sehingga dalam perbanyakan melalui biji memerlukan perlakuan khusus seperti pengguntingan kulit biji (skarifikasi), perendaman dengan air panas dan perendaman dengan asam sulfat pekat dengan konsentrasi 85% selama 30 menit (Sebayang et al., 2002).

Perbanyakan secara generatif hampir tidak menyesuaikan waktu tanam, untuk itu perbanyakan secara generatif atau biji dapat dilakukan, hanya saja perlu dilakukan tindakan perlakuan pada biji antara lain dengan mempercepat masa dormansi biji. Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan dengan mekanis (skarifikasi dan pengguntingan kulit) dan kimiawi dengan cara penggunaan

larutan asam sulfat pekat H2SO4 dengan konsentrasi 85%

(Harahap dan Subronto, 2004).

Dormansi dapat diatasi dengan perlakuan pemarutan atau penggoresan (skarifikasi) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit

(18)

Pematahan dormansi biji Mucuna bracteata dengan penggunaan asam sulfat pekat (H2SO4) pada hasil penelitian Nadampadom Rubber Research India

menunjukkan bahwa persentase daya kecambah biji Mucuna bracteata adalah 50%.

Perlakuan perendaman dengan air panas adalah salah satu cara untuk mempersingkat masa dormansi biji. Perlakuan ini sering digunakan pada benih leguminosae salah satunya pada benih Centrosema pubescens. Pematahan dormansi pada biji Centrosema pubescens dengan perlakuan perendaman air panas dengan suhu 750C selama 2 jam diperoleh persentase daya kecambah sebesar 29% pada hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium Universitas Brawijaya.

Tujuan Percobaan

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pematahan dormansi

terhadap daya kecambah dan pertumbuhan vegetatif tanaman mucuna (Mucuna bracteata DC.).

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh perendaman air panas, pengguntingan kulit dan perendaman asam sulfat (H2SO4) terhadap persentase daya kecambah tanaman mucuna

(Mucuna bracteata DC.).

2. Diduga perlakuan perendaman air panas, pengguntingan kulit dan perendaman asam sulfat (H2SO4) berpengaruh terhadap pertumbuhan

(19)

Kegunaan Penelitian

 Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

 Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Germplasm Resources Information Network America tanaman

Mucuna bracteata memiliki Taksonomi sebagai berikut: Kingdom: Plantae

Divisio: Spermatophyta Subdivisio: Angiospermae Ordo: Fabales

Famili: Fabaceae Genus: Mucuna

Species: Mucuna bracteata D.C. (http//www.wikipedia, 2007).

Mucuna bracteata memiliki perakaran tunggang yang berwarna putih kecoklatan, dan memiliki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat banyak, pada nodul dewasa terdapat kandungan leghaemoglobin yaitu hemeprotein monomerik yang terdapat pada bintil akar leguminosae yang terinfeksi oleh bakteri Rhizobium. Laju pertumbuhan akar relatif cepat pada umur di atas tiga tahun dimana pertumbuhan akar utamanya dapat mencapai 3 meter ke dalam tanah (Harahap dan Subronto, 2004).

Batang tanaman ini berwarna hijau kecoklatan umumnya batang tumbuh

menjalar, merambat dan membelit. Diameter batang dewasa dapat mencapai 0,4 - 1,5 cm dan pada umumnya memiliki buku-buku dengan panjang dapat

(21)

bertekstur cukup lunak, lentur dan mengandung serat dan berair. (Mugnisjah dan Setiawan, 1991).

Daun berbentuk oval berwarna hijau dan muncul di setiap ruas batang. Jika suhu meningkat maka helaian daun dapat menutup sehingga mengurangi respirasi pada permukaan daun (Harahap et al., 2001).

Bunga tanaman Mucuna bracteata berbentuk tandan menyerupai anggur. Panjang tangkai bunga dapat mencapai 20 - 35 cm dan termasuk ke dalam jenis monoceous. Bunga berwarna biru terong dan dapat mengeluarkan bau yang

menyengat sehingga dapat menarik perhatian kumbang penyerbuk (Harahap dan Subronto, 2004).

Polong Mucuna pada awalnya berwarna hijau dengan bulu-bulu kecoklatan yang dapat menyebabkan gatal pada kulit, polong yang siap di panen adalah polong yang sudah berubah menjadi coklat tua. Polong siap dipanen sekitar 50 hari setelah terbentuk dari bakal polong (Edy et al., 2007).

Biji berbentuk bulat oval berwarna hitam dan pada umumya memiliki kulit biji yang tebal sehingga perbanyakan melalui biji dapat dilakukan dengan perlakuan benih melalui skarifikasi dan penggunaan larutan kimia. Bobot biji dapat mencapai 0,5 - 1 g/biji (Purwanto, 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim

(22)

jika berada di bawah 1000 m dpl maka pertumbuhan akan jagur tetapi tidak dapat terjadi pembentukan bunga (Harahap dan Subronto, 2004).

Untuk dapat melakukan pembungaan tanaman ini memerlukan suhu harian berkisar antara 120C - 180C. Apabila suhu berada diatas 180C maka pembungaan akan sulit terjadi (Mugnisjah dan Setiawan, 1991).

Curah hujan yang dibutuhkan agar pertumbuhan tanaman

Mucuna bracteata dapat tumbuh dengan baik berkisar antara 1000 - 2500 mm/tahun dan 3 - 10 merupakan hari hujan setiap bulannya dengan kelembaban tanaman ini adalah 80%. Jika kelembaban terlalu tinggi akan berakibat bunga menjadi busuk. Untuk panjang penyinaran, Mucuna membutuhkan lama penyinaran antara 6 - 7 jam/hari (Harahap dan Subronto, 2004).

Tanah

Tanaman Mucuna dapat tumbuh baik hampir setiap jenis tanah, pertumbuhan akan lebih baik apabila tanah mengandung bahan organik yang cukup tinggi, gembur dan tidak jenuh. Apabila Mucuna ditanam pada tanah yang tergenang akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terganggu. Untuk pertumbuhan Mucuna bracteata secara umum dapat tumbuh baik pada kisaran pH 4,5 - 6,5 (Harahap dan Subronto, 2004).

(23)

Perbanyakan Mucuna bracteata

Mucuna bracteata dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu perbanyakan secara generatif dan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan dengan cara vegetatif dapat dilakuakan dengan stek dan penyusuan. Perbanyakan vegetatif melalui stek berdasarkan hasil penelitian di kebun Tinjoan memiliki kelemahan yaitu perbanyakan ini sangat rentan terhadap kematian (tingkat kematian di atas 90%). Kegagalannya disebabkan sulitnya mendapatkan bahan stek yang baik, berupa ruas yang bulu akarnya mulai muncul, kurangnya penyesuaian aklimatisasi setelah

stek dipotong dari tanaman induknya untuk dipindahkan ke lapangan (Sebayang et al., 2002).

Perbanyakan secara generatif pada Mucuna bracteata memiliki keunggulan antara lain perbanyakan dengan cara ini dapat dilakukan pada awal atau akhir musim hujan, sehingga perbanyakan ini dapat dilakukan tanpa menyesuaikan waktu tanam. Hasil perbanyakan generatif ini memiliki perakaran

yang cukup baik sehingga pada saat pemindahan bibit di lapangan dapat tumbuh dengan baik (Harahap dan Subronto, 2004).

(24)

lebih baik yaitu 90% untuk biji Mucuna bracteata dari Sibosur dan 80% untuk biji

Mucuna bracteata dari Berastagi.

Perbanyakan generatif memiliki kelemahan antara lain perbanyakan melalui biji menghasilkan persentase daya kecambah sangat rendah, dikarenakan biji Mucuna bracteata memiliki kulit yang keras sehingga dalam perbanyakan melalui biji memerlukan perlakuan khusus seperti pengguntingan kulit biji (skarifikasi), perendaman dengan air panas dan perendaman dengan asam sulfat pekat dengan konsentrasi 85% selama 30 menit (Sebayang et al., 2002).

Perkecambahan Biji

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula (Sudjadi, 2006).

Perkecambahan merupakan suatu proses di mana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang

kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis (Salisbury dan Ross, 1995).

(25)

kegiatan sel-sel dan enzim serta naiknya respirasi benih. Tahap ketiga terjadinya peruraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk- bentuk terlarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat merupakan asimilasi dari bahan yang telah diuraikan dari karbohidart, lemak dan protein ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan sel-sel baru. Tahap kelima merupakan pertumbuhan dari kecambah melalui proses

pembelahan, pembesaran dan pembagian sel pada titik tumbuh tunas (Utomo, 2002).

Proses perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu, dan cahaya. Oksigen dipakai dalam proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan hormon auksin dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi. Karena itu di tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang. (Syamsuri, 2004).

(26)

Salah satu faktor penghambat perkecambahan adalah dormansi benih. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh kulit benih yang keras dan keadaan fisiologis embrio. Benih yang dorman dan benih yang mati dapat diketahui melalui uji perkecambahan. Bila volume benih pada akhir perkecambahan sama dengan keadaan sebelum dikecambahkan maka benih dalam keadaan dorman. Sebaliknya, bila volume benih menunjukkan perubahan, misalnya mengecil,

ditumbuhi cendawan atau bila dipijat terasa lembek, berarti benih tersebut mati (Saenong et al., 1989).

Tanaman leguminosae adalah salah satu jenis tanaman yang mempunyai dormansi benih yang disebabkan oleh faktor fisik benih karena memiliki kulit biji yang keras. Dormansi dari jenis leguminosae sangat beragam, untuk jenis mucuna masa dormansi benih berkisar antara satu sampai dua bulan (Purwanto, 2007).

Pretreatment atau perawatan awal pada benih, merupakan salah satu upaya yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam (http://elisa. ugm. ac. id, 2007).

(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Karet Sungei Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, dengan ketinggian tempat ± 54 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji Mucuna bracteata

yang telah diseleksi sebagai bahan percobaan, air panas dan asam sulfat sebagai bahan perlakuan untuk pemecahan dormansi biji, pasir sebagai bahan media tanam perkecambahan di laboratorium dan top soil sebagai media tanam di lapangan.

(28)

Metode Percobaan

Metode percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan perlakuan:

A0: Tidak diberi perlakuan (Kontrol).

A1: Perendaman Air Panas 750C.

A2: Pemotongan Kulit Biji.

A3: Perendaman Asam Sulfat (85%).

Setiap perlakuan diulang 3 kali

Jumlah Blok = 3 Blok. Jumlah Plot = 12 Plot. Jumlah Tanaman Perplot = 5 Tanaman. Jumlah Tanaman Sampel Perplot = 4 Tanaman. Jumlah Seluruh Tanaman = 60 Tanaman. Jumlah Seluruh Tanaman Sampel = 48 Tanaman.

Data hasil percobaan dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut:

Yij = μ + рi + τj+ εij

dimana:

Yij: Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan perlakuan ke-j. μ: Nilai tengah umum.

ρi: Pengaruh blok ke-i.

τj: Pengaruh blok ke-i yang mendapat perlakuan ke-j.

(29)
(30)

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah pasir sebagai media tanam pada saat perkecambahan dan top soil sebagai media tanam di lapangan yang diisi ke dalam polibeg berukuran 12 x 15 cm dan dilakukan pada minggu pertama.

Seleksi Biji

Seleksi biji dilakukan dengan cara melihat kemurnian biji yang dapat dilihat dengan cara daya kecambah dan daya tumbuh tinggi, kadar air rendah, bebas dari hama dan penyakit dan berat bobot antara 0,5 _ 1 g/biji. Seleksi biji dilakukan pada minggu pertama.

Perendaman Biji

Perendaman biji dilakukan dalam air panas yang telah diukur dengan termometer dengan suhu 750C selama 2 jam, dan dengan asam sulfat (H2SO4)

pekat 85% selama 30 menit. Perlakuan perendaman tersebut dilakukan pada minggu pertama penelitian .

Pemotongan Kulit Biji

Pemotongan kulit biji dilakukan dengan menggunakan gunting kuku yaitu memotong pada sisi biji. Perlakuan pemotongan biji tersebut dilakukan pada minggu pertama.

Persemaian Biji

(31)

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara meletakkan kecambah ke dalam polibeg yang telah diisi dengan top soil, kecambah dimasukkan pada lubang tanam dengan kedalaman ± 3 cm, kemudian menutup lubang tanam dengan top soil. Penanam dilaksanakan pada minggu kedua penelitian.

Pemeliharaan

Pemeliharaan Mucuna bracteata di lapangan dilakukan dengan dua cara yaitu penyiraman dan penyiangan.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari setelah penanaman pada pagi dan sore hari. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

Penyiangan

(32)

PENGAMATAN PARAMETER

Persentase Perkecambahan ( % )

Persentase perkecambahan dilakukan dengan menghitung jumlah benih yang tumbuh dari jumlah benih yang ditanam. Persentase perkecambahan dihitung pada 8 - 10 hari setelah persemaian biji. Dilakukan dengan menggunakan rumus persentase perkecambahan yaitu:

Persentase perkecambahan =

Panjang Sulur (cm)

Panjang sulur diukur dari titik tumbuh hingga ujung sulur dengan menggunakan meteran yang dilakukan pada minggu pertama setelah penanaman ke polibeg hingga minggu kesepuluh setelah tanam.

Jumlah Tangkai Daun (Tangkai)

Jumlah tangkai daun dihitung pada minggu kedua setelah penanaman di polibeg hingga minggu kesepuluh setelah tanam.

Berat Basah Tajuk (g)

Berat basah tajuk ditimbang pada akhir penelitian dengan menggunakan timbangan analitik yaitu pada minggu kesepuluh setelah penanaman di lapangan.

Berat Kering Tajuk (g)

Berat kering tajuk ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik yang dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada minggu kesepuluh setelah penanaman yang sebelumnya telah dikering ovenkan dengan suhu 700C selama 24 jam.

Jumlah benih yang berkecambah

(33)

Berat Basah Akar (g)

Berat basah akar ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik yang dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada minggu kesepuluh setelah penanaman di lapangan.

Berat Kering Akar (g)

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data dan statistik menunjukkan bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap parameter persentase daya kecambah, tinggi tanaman, jumlah tangkai daun, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah tajuk.

Persentase Daya Kecambah (%)

Hasil pengamatan dan sidik ragam pada lampiran 1 sampai 6 dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap persentase daya kecambah 8, 9, 10 hari setelah tanam (HST).

[image:34.595.110.512.416.524.2]

Data persentase daya kecambah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan persentase daya kecambah pada perlakuan pematahan dormansi 8, 9, 10 hari setelah tanam (HST)

Perlakuan Persentase daya kecambah (%) pada umur (HST)

8 9 10

A0 5,00c 16,33c 18,33c

A1 13,33bc 21,67c 31,33c

A2 42,00a 64,33a 74,33a

A3 30,00ab 39,33b 57,00ab

BNJ 23,95 16,68 25,41

Keterangan: Data yang diikuti notasi yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata

jujur (BNJ) α = 0,05 (atau 5 %)

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase daya kecambah tertinggi pada pengamatan 10 hari setelah tanam (HST) pada perlakuan pematahan dormansi terdapat pada perlakuan A2 (Pengguntingan kulit biji) yaitu 74,33% dan

(35)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

8 HST 9 HST 10 HST

P e rs en ta se D aya K eca m b a h (% ) A0 A1 A2 A3

[image:35.595.130.503.137.281.2]

Histogram persentase daya kecambah terhadap perlakuan pematahan dormansi dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Perbedaan persentase daya kecambah terhadap pengaruh pematahan dormansi

Panjang Sulur (cm)

Hasil pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 7 sampai 26, dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 minggu setelah tanam (MST), tetapi berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 10 MST.

[image:35.595.87.546.588.723.2]

Data panjang sulur pada perlakuan pematahan dormansi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan panjang sulur pada perlakuan pematahan dormansi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 minggu setelah tanam (MST)

Perlakuan Panjang sulur (cm) Minggu setelah tanam (MST)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A0 1,65b 2,29c 3,76c 5,58c 6,58d 7,66d 8,62d 8,34cd 10,82d 14,37

A1 1,59b 3,18bc 4,65c 6,63c 9,59c 12,96c 15,89c 19,22bc 20,24c 26,51

A2 2,78a 5,88a 8,83a 12,60a 16,08a 19,05a 32,76a 45,84a 60,17a 76,96

A3 1,88b 4,17b 6,54b 9,47b 13,02b 16,14b 22,37b 28,78b 34,81b 44,39

(36)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa panjang sulur tertinggi dari empat perlakuan pematahan dormansi pada pengamatan 10 MST terdapat pada perlakuan A2 (Pengguntingan kulit biji) yaitu 76,96 cm dan panjang sulur terendah pada

perlakuan A0 (Kontrol) yaitu 14,34 cm.

[image:36.595.121.504.255.417.2]

Histogram panjang sulur karena pengaruh pematahan dormansi dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Perbedaan panjang sulur M. bracteata terhadap perlakuan pematahan dormansi

Jumlah Tangkai Daun (Tangkai)

(37)

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST

Ju m lah T a n g kai D a u n (T an g kai ) A0 A1 A2 A3

[image:37.595.105.542.168.308.2]

Data jumlah tangkai daun pada perlakuan pematahan dormansi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah tangkai daun pada perlakuan pematahan dormansi

Perlakuan Jumlah tangkai daun (Tangkai) Minggu setelah tanam (MST)

2 3 4 5 6 7 8 9 10

A0 1,00d 1,83ab 2,00c 2,17c 2,75 2,58b 2,67b 1,94 4,25c

A1 1,33c 1,33c 2,50c 3,33a 3,33 3,17ab 3,00ab 2,01 4,17cd

A2 2,00a 2,00a 2,17c 2,75abc 3,08 4,42a 4,67a 2,20 6,50a

A3 1,58b 2,00a 2,75ab 3,25ab 3,25 3,83ab 3,92ab 2,05 6,25b

BNJ 0,24 0,31 0,54 1,07 1,23 1,64 2,03 0,56 0,36

Keterangan: Data yang diikuti notasi yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata

jujur (BNJ) α = 0,05 (atau 5 %)

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari empat perlakuan pematahan dormansi parameter jumlah tangkai daun tertinggi pada pengamatan 10 MST terdapat pada perlakuan A2 (Pengguntingan kulit biji) yaitu 6,50 dan jumlah

tangkai daun terendah pada perlakuan A1 (Perendaman air panas) yaitu 4,17.

Histogram jumlah tangkai daun karena pengaruh pematahan dormansi dapat dilihat pada gambar 5.

[image:37.595.125.505.507.679.2]
(38)

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

Kontrol Perendaman Air

panas Pengguntingan Kulit Biji Perendaman Asam Sulfat Perlakuan Berat Bas a h T a ju k ( g )

Berat Basah Tajuk (g)

Hasil pengamatan dan sidik ragam berat basah tajuk dapat dilihat lampiran 45 sampai 46, dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah tajuk.

[image:38.595.132.484.471.634.2]

Data berat basah tajuk pada perlakuan pematahan dormansi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan berat basah tajuk pada perlakuan pematahan dormansi

Perlakuan

Berat basah tajuk (g)

Rataan Blok

1 2 3

A0 3,68 3,53 3,90 3,70

A1 7,03 7,20 7,58 7,27

A2 10,98 10,63 12,43 11,35

A3 8,83 9,18 9,50 9,17

Histogram berat basah tajuk terhadap pengaruh pematahan dormansi dapat dilihat pada gambar 7.

Berat Kering Tajuk (g)

(39)

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

Kontrol Perendaman Air panas Pengguntingan Kulit Biji Perendaman Asam Sulfat Perlakuan Be ra t Ke ri ng Ta ju k ( g )

[image:39.595.112.512.166.299.2]

Data berat kering tajuk pada perlakuan pematahan dormansi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Berat kering tajuk pada perlakuan pematahan dormansi

Perlakuan

Berat kering tajuk (g)

Rataan Blok

1 2 3

A0 2,25 2,20 2,35 2,27d

A1 5,00 4,70 5,00 4,90c

A2 7,68 7,85 9,53 8,35a

A3 5,43 5,90 6,23 5,85b

BNJ 0.21

Keterangan: Data yang diikuti notasi yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata

jujur (BNJ) α = 0,05 (atau 5 %)

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan pematahan dormansi pada parameter berat kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan A2 (Pengguntingan

kulit biji) yaitu 8,35 g dan berat kering tajuk terendah pada perlakuan A0 (Kontrol)

yaitu 2,27 g.

Histogram berat kering tajuk terhadap pengaruh pematahan dormansi dapat dilihat pada gambar 7.

[image:39.595.124.486.485.655.2]
(40)

Berat Basah Akar (g)

Hasil pengamatan dan sidik ragam berat basah akar dapat dilihat pada lampiran 49 sampai 50, dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap berat basah akar.

[image:40.595.111.511.306.436.2]

Data berat basah akar pada perlakuan pematahan dormansi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan berat basah akar pada perlakuan pematahan dormansi

Perlakuan

Berat basah akar (g)

Rataan Blok

1 2 3

A0 0,88 0,73 0,70 0,77c

A1 1,78 0,90 0,90 1,19bc

A2 3,73 1,85 3,20 2,93a

A3 1,73 3,20 2,03 2,32b

BNJ 0,62

Keterangan: Data yang diikuti notasi yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata

jujur (BNJ) α = 0,05 (atau 5 %)

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan pematahan dormansi pada parameter berat basah akar tertinggi terdapat pada perlakuan A2 (Pengguntingan

kulit biji) yaitu 2,93 g dan berat basah akar terendah pada perlakuan A0 (Kontrol)

(41)

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50

Kontrol Perendaman Air

panas

Pengguntingan Kulit Biji

Perendaman Asam Sulf at

Perlakuan B er at B asa h A kar ( g )

[image:41.595.121.482.166.325.2]

Histogram berat basah akar terhadap pengaruh pematahan dormansi dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Perbedaan berat basah akar M. bracteata pada perlakuan pematahan dormansi

Berat Kering Akar (g)

Hasil pengamatan dan sidik ragam berat kering akar dapat dilihat pada lampiran 51 sampai 52, dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap berat kering akar.

Data berat kering akar pada perlakuan pematahan dormansi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan berat kering akar pada perlakuan pematahan dormansi

Perlakuan

Berat kering akar (g)

Rataan Blok

1 2 3

A0 0,20 0,38 0,30 0,29c

A1 0,38 0,35 0,40 0,38c

A2 1,10 1,38 1,45 1,31a

A3 0,58 0,90 0,68 0,72b

BNJ 0,11

[image:41.595.111.510.568.699.2]
(42)

0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 Kontrol Perendaman Air panas Pengguntingan Kulit Biji Perendaman Asam Sulfat Perlakuan Ber a t Ke ri n g Ak a r ( g )

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan pematahan dormansi pada parameter berat kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan A2 (Pengguntingan

kulit biji) yaitu 1,31 g dan berat kering akar terendah pada perlakuan A0 (Kontrol)

yaitu 0,29 g.

[image:42.595.127.481.248.403.2]

Histogram berat kering akar terhadap pengaruh pematahan dormansi dapat dilihat pada gambar 9.

(43)

Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap parameter persentase daya kecambah, panjang sulur, jumlah tangkai daun, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah tajuk.

Pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap persentase daya kecambah hal ini dikarenakan perlakuan pematahan dormansi dapat meningkatkan perkecambahan biji. Persentase perkecambahan tertinggi pada pengamatan 10 hari setelah tanam terdapat pada perlakuan pemotongan kulit biji (A2) yaitu 74,33%.

Hal ini sesuai dengan Kartasapoetra (2003) bahwa dormansi dapat diatasi dengan perlakuan pemarutan atau penggoresan (skarifikasi) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit benih agar dapat menyerap air dan udara. Hal ini juga sesuai dengan Harahap dan Subronto (2004) bahwa dalam perbanyakan Mucuna bracteata secara generatif hampir tidak menyesuaikan waktu tanam, untuk itu perbanyakan secara generatif atau biji dapat dilakukan hanya saja perlu dilakukan tindakan perlakuan pada biji antara lain dengan mempercepat masa dormansi biji. Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan dengan mekanis (skarifikasi atau pengguntingan kulit) dan kimiawi dengan cara penggunaan larutan asam sulfat pekat H2SO4 dengan konsentrasi 85%.

(44)

adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih dan tidak terjadinya respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih. Hal ini sesuai dengan Wirawan dan Wahyuni (2002) bahwa kulit benih yang keras menjadi penghalang masuknya air atau gas ke dalam benih dalam proses perkecambahan sehingga proses perkecambahan tidak terjadi. Selain itu, kulit benih juga menjadi penghalang munculnya kecambah pada proses perkecambahan. Hal ini sesuai dengan Sutopo (2002) bahwa tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma.

Hasil analisis data diperoleh persentase daya kecambah tertinggi pada pengamatan 10 hari setelah tanam pada perlakuan perendaman air panas (A1)

masih tergolong rendah yaitu 31,33%. Hal ini diduga karena faktor pemberian air panas kurang efektif sehingga kulit luar belum cukup lunak untuk dapat ditembus oleh air, Kulit biji yang impermeabel menyebabkan air dan oksigen tidak dapat masuk ke dalam biji dan merangsang embrio untuk tumbuh. Hal ini sesuai dengan

(45)

kelompok biji yang berbeda pada spesies tanaman yang sama. Perbedaan ketebalan, struktur anatomi dan morfologi kulit biji serta kualitas biji tampaknya merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap variasi ini.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa 68,77% benih pada perlakuan perendaman dengan air panas tidak berkecambah hal ini diduga perendaman dengan air biasa dalam hal ini aquadest tidak tumbuh diduga disebabkan oleh keadaan anatomi biji yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutopo, (2004) bahwa Rendahnya proses perkecambahan pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis dan fisiologis benih, Keadaan fisiologis dari benih yang dapat menyebabkan rendahnya perkecambahan benih adalah “immaturity” atau kekurangmasakan benih pada saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan.

Hasil analisis data diperoleh persentase daya kecambah pada pengamatan 10 hari setelah tanam pada perlakuan perendaman dengan asam sulfat (H2SO4)

(46)

mencegah absorbsi air akan dilarutkan dan akhirnya membentuk substansi warna hitam, Sehingga proses penyerapan air oleh biji dapat terjadi. Hal ini juga sesuai

dengan Harahap dan Subronto (2004) bahwa dalam perbanyakan

Mucuna bracteata secara generatif hampir tidak menyesuaikan waktu tanam, untuk itu perbanyakan secara generatif atau biji dapat dilakukan hanya saja perlu dilakukan tindakan perlakuan pada biji antara lain dengan mempercepat masa dormansi biji. Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan dengan kimiawi, dengan cara penggunaan larutan asam sulfat pekat H2SO4 dengan konsentrasi

85%. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Nadampadom Rubber Estate (2004) penggunaan asam sulfat (H2SO4) dapat

meningkatkan persentase perkecambahan pada biji Mucuna bracteata dengan hasil terbaik 50 – 70%. Penggunaan perlakuan asam sulfat pada perlakuan pematahan dormansi menyebabkan beberapa benih tidak megalami proses perkecambahan karena biji yang berada dalam kondisi asam akan mematikan pertumbuhan kotiledon sehingga benih tidak dapat melakukan proses perkecambahan. Diduga Asam sulfat pekat dapat mempengaruhi kandungan air dalam benih sehingga benih dalam kandungan hipertonik tinggi dapat menyebabkan terjadinya plasmolisis pada benih sehingga menyebabkan benih menjadi keriput dan mati.

Pematahan dormansi juga berpengaruh nyata terhadap panjang sulur. Panjang sulur tertinggi pada pengamatan 10 minggu setelah tanam terdapat pada perlakuan pengguntingan kulit biji (A2) yaitu 76,96 cm. Hal ini terjadi karena

(47)

Pretreatment atau perawatan awal pada benih yaitu merupakan salah satu upaya yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Mucuna bracteta juga memiliki keunggulan antara lain pertumbuhan yang cepat. Hal ini sesuai dengan Sebayang et al. (2002) bahwa dari hasil pengamatan pertumbuhan Mucuna bractaeta di pembibitan, pada minggu kelima setelah tanam pertambahan panjang sulur Mucuna bracteata dapat mencapai 20 cm. Pertumbuhan di lapangan sedikit terhambat diduga faktor lingkungan menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan antara lain curah hujan. Curah hujan yang sedikit selama pertumbuhan di lapangan memnyebabkan pertumbuhan Mucuna bracteata sedikit terhambat hal ini sesuai dengan Harahap dan Subronto (2004) bahwa pertumbuhan Mucuna bracteata yang baik memerlukan curah hujan yang cukup tinggi yaitu 1000 – 2500 mm/tahun. Curah hujan yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan Mucuna bracteata di lapangan

Hasil pengamatan pada 7 MST dan 8 MST pada parameter panjang sulur dapat dilihat bahwa terjadi penurunan rata-rata panjang sulur pada perlakuan A0

(Kontrol) hal ini disebabkan pada 8 MST pertumbuhan panjang sulur terhenti karena mengalami kekeringan sehingga pertambahan panjang sulur menjadi berkurang.

Perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkai daun. Dimana jumlah tangkai daun tertinggi pada pengamatan 10 minggu setelah tanam terdapat pada perlakuan pengguntingan kulit biji (A2) yaitu

(48)

terbentuk. Hal ini sesuai dengan Schmidt (2000) bahwa Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji

dan pertumbuhan yang seragam. Selain itu pertumbuhan tangkai

Mucuna bracteata juga relatif lebih cepat hal ini sesuai dengan pernyataan Sebayang et al. (2002) bahwa pertumbuhan jumlah helai daun Mucuna bracteta

pada minggu kelima dapat mencapai 14 helai daun.

Hasil pengamatan pada 7 MST, 8 MST dan 9 MST pada parameter jumlah tankai daun dapat dilihat bahwa terjadi penurunan rata-rata jumlah daun pada semua perlakuan hal ini disebabkan pertumbuhan tangkai daun terhenti karena mengalami kekeringan sehingga pertambahan tangkai daun menjadi berkurang menjadi berkurang.

Perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap berat basah akar, Berat kering akar dan berat kering tajuk di mana pada Tabel pengamatan berat basah akar tetinggi terdapat pada perlakuan pengguntingan kulit biji (A2)

yaitu 2,93 g, berat kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan pengguntingan kulit biji (A2 ) yaitu 1,31 g dan berat kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan

pengguntingan kulit (A2) yaitu 8,35 g. Perlakuan pengguntingan kulit (skarifikasi)

(49)

memiliki keunggulan lainnya dibandingkan LCC lainnya antara lain adalah

pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Hal ini sesuai dengan Sebayang et al. (2002) bahwa Mucuna bracteata memiliki keunggulan lainnya

dibandingkan dengan LCC konvensional lainnya di antaranya adalah pertumbuhan yang cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Harahap dan Subronto (2004) bahwa Mucuna bracteata

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Secara umum perlakuan pematahan dormansi biji berpengaruh nyata terhadap persentase daya kecambah dan pertumbuhan vegetatif tanaman Mucuna yaitu panjang sulur, jumlah tangkai daun, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering tajuk. Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah tajuk. 2. Penggguntingan kulit biji merupakan perlakuan terbaik yaitu dapat

meningkatkan persentase daya kecambah hingga 74,33%, panjang sulur 79,6 cm, jumlah tangkai daun 6,50 tangkai, berat kering tajuk 8,35 g, berat basah akar 2,93 g dan berat kering tajuk 1,31 g.

Saran

Perlakuan pematahan dormansi yang sesuai untuk perbanyakan

Mucuna bractetata secara generatif adalah perlakuan dengan pengguntingan kulit biji.

Disarankan tindakan pengguntingan kulit perlu disempurnakan dengan cara yang lebih mudah, praktis dan cepat.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Cavanagh. R. 1987. Gemination of hard seeds species (order Fabales). Inkata Press, Melbourn.

Dongoran. B. E. 2006. Membangun dan mengelola LCC dan sistem panen di PT. Socfindo. Jurnal penelitian PT. Socfindo. Hal 1

Edy. P. R, Sriwijaya, A. Susanto, I. Y. Harahap, G. Simangunsong, A. F. Lubis, A. E. Prasetyo, A. P. Dongoran. 2007. Mucuna bracteata sebagai tanaman pengendali gulma. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Seri Buku Saku 27. Hal 11.

Harahap,I.Y. dan Subronto. 2004. Penggunaan Kacangan Penutup Tanah Mucuna Bracteata Pada Pertanaman Kelapa Sawit. Medan. Warta Vol 10. Hal 1-6 Harahap,I.Y, Taufiq. C, Hidayat. Dan G. Simangunsong. 2008. Mucuna Bracteata.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Hal 1-7.

http://Wikipedia/Species/Mucuna Bracteata, 2007. diakses pada tanggal 13 Oktober pukul 22:08.

http://elisa. ugm. ac. id, 2007. Dormansi dan Perkecambahan Biji, diakses pada tanggal 13 Oktober 2009 pukul 22:53.

Mugnisjah.W.Q dan A. Setiawan. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta. Purwanto.I. 2007. Mengenal Lebih DekatLeguminosae. Kanisius, Jakarta.

Saenong, S., E. Murniati, dan F.A. Bahar. 1989. Dormansi Benih Padi. hlm. 403-412. Dalam M. Ismunadji, M. Syam, dan Yuswadi (Ed.). Padi. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995. Plant Physiology. CBS Publishers and Distributors. India.

Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Terjemahan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. Jakarta. 295 -361.

(52)

Siagian, N. 2003. Potensi dan Pemanfaatan Mucuna Bracteata Sebagai Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih, Medan. Vol 24(1). Hal 5-12.

Siregar. H. S. 2005. Mucuna bracteata Tanaman Penutup Tanah Unggul. perkebunankaret.blogspot.com

Sudjadi. B. 2006. Biologi dan sains. Yudhistira, Jakarta.

Sumarmadji a. 1986. Penutup Tanah Kacangan dan Produktifitas Tanaman Karet. Warta Pusat Penelitian Karet Sungei Putih, Medan. Vol 20 (1-3). Hal 30. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press, Jakarta.

Syamsuri.2004. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Utomo. B. 2006. Ekologi benih. USU Press, Medan. Karya ilmiah. Hal 32.

(53)

Lampiran 1. Persentase daya kecambah 8 HST

Perlakuan

Blok

Total Rataan 1 2 3

A0 1,87 2,74 2,35 6,95 2,32

A1 3,08 3,94 4,06 11,08 3,69

A2 6,75 7,58 4,95 19,28 6,43

A3 5,34 5,70 5,52 16,56 5,52

Total 17,04 19,96 16,88 53,88 17,96 Rataan 4,26 4,99 4,22 13,47 4,49 Lampiran 2. Sidik ragam persentase daya kecambah 8 HST

sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 1,50 0,75 1,44 tn 5,14 Perlakuan 3 30,48 10,16 19,49 * 4,76

Error 6 3,13 0,52

Total 11 35,12

Lampiran 3. Persentase daya kecambah 9 HST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 3,54 3,54 3,54 10,61 3,54

A1 3,81 4,95 5,24 14,00 4,67

A2 8,40 7,52 8,22 24,13 8,04

A3 6,12 6,60 6,21 18,92 6,31

Total 21,86 22,60 23,20 67,66 22,55 Rataan 5,47 5,65 5,80 16,92 5,64 Lampiran 4. Sidik ragam persentase daya kecambah 9 HST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,23 0,11 0,45 tn 5,14 Perlakuan 3 34,79 11,60 46,82* 4,76

Error 6 1,49 0,25

Total 11 36,50

(54)

Lampiran 5. Persentase daya kecambah 10 HST

Perlakuan

Blok

Total Rataan 1 2 3

A0 3,81 4,30 4,85 12,96 18,33

A1 4,42 5,34 6,89 16,65 31,33

A2 9,14 8,22 8,57 25,93 74,33

A3 7,18 7,91 7,65 22,73 57,00

Total 24,54 25,76 27,96 78,26 181,00 Rataan 6,13 6,44 6,99 19,57 15,08 Lampiran 6. Sidik ragam persentase daya kecambah 10 HST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 1,51 0,75 1,57tn 5,14 Perlakuan 3 34,23 11,41 23,82* 4,76

Error 6 2,87 0,48

Total 11 38,61

FK = 510,39 KK = 3,54

Lampiran 7. Panjang sulur (cm) 1 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 1,88 1,33 1,73 4,94 1,65

A1 1,45 1,68 1,65 4,78 1,59

A2 3,00 2,93 2,40 8,33 2,78

A3 1,70 1,98 1,95 5,63 1,88

Total 8,03 7,92 7,73 23,68 7,89 Rataan 2,01 1,98 1,93 1,97 0,66

(55)

Lampiran 8. Sidik ragam panjang sulur 1 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,01 0,01 0,08 tn 5,14 Perlakuan 3 2,72 0,91 12,24* 4,76

Error 6 0,44 0,07

Total 11 3,17

FK = 46,73 KK = 13,78

Lampiran 9. Panjang sulur (cm) 2 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 2,28 2,15 2,45 6,88 2,29

A1 2,90 3,33 3,30 9,53 3,18

A2 6,88 5,63 5,13 17,64 5,88

A3 4,28 4,00 4,23 12,51 4,17

Total 16,34 15,11 15,11 46,56 15,52 Rataan 4,09 3,78 3,78 3,88 1,29 Lampiran 10. Sidik ragam panjang sulur 2 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,25 0,13 0,48 tn 5,14 Perlakuan 3 21,29 7,10 26,98 * 4,76

Error 6 1,58 0,26

Total 11 23.119

FK = 180,65 KK = 13,22 Lampiran 11. Panjang sulur (cm) 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 4,28 3,35 3,65 11,28 3,76

A1 4,23 5,20 4,53 13,96 4,65

A2 9,43 8,60 8,45 26,48 8,83

A3 6,25 6,63 6,75 19,63 6,54

(56)

Lampiran 12. Tabel sidik ragam panjang sulur 3 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,08 0,04 0,16tn 5,14 Perlakuan 3 45,31 15,10 58,27 * 4,76

Error 6 1,55 0,26

Total 11 46,95

FK = 424,24 KK = 8,56 Lampiran 13. Panjang sulur (cm) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 5,48 5,55 5,70 16,73 5,58

A1 6,80 6,08 7,00 19,88 6,63

A2 13,35 12,28 12,18 37,81 12,60

A3 9,68 9,78 8,95 28,41 9,47

Total 35,31 33,69 33,83 102,83 34,28 Rataan 8,83 8,42 8,46 8,57 2,86 Lampiran 14. Sidik ragam panjang sulur 4 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,40 0,201 0,90 tn 5,14 Perlakuan 3 89,44 29,81 133,25* 4,76

Error 6 1,34 0,22

Total 11 91.19

FK = 881,17 KK = 5,52 Lampiran 15. Panjang sulur (cm) 5 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 6,93 6,45 6,35 19,73 6,58

A1 9,45 9,38 9,95 28,78 9,59

A2 16,35 15,50 16,40 48,25 16,08

A3 13,55 13,35 12,15 39,05 13,02

(57)

Lampiran 16. Sidik ragam panjang sulur 5 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,39 0,19 0,70 tn 5,14 Perlakuan 3 153,15 51,05 184,77 * 4,76

Error 6 1,66 0,28

Total 11 155,9

FK = 1537,03 KK = 4,64 Lampiran 17. Panjang sulur (cm) 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 8,40 7,25 7,33 22,98 7,66

A1 13,78 12,20 12,90 38,88 12,96

A2 19,13 20,48 17,53 57,14 19,05

A3 16,80 16,80 14,83 48,43 16,14

Total 58,11 56,73 52,59 167,43 55,81 Rataan 14,53 14,18 13,15 13,95 4,65 Lampiran 18. Sidik ragam panjang sulur 6 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 4,13 2,06 2,53 tn 5,14 Perlakuan 3 213,99 71,33 87,33 * 4,76

Error 6 4,90 0,82

Total 11 223,020

FK = 2336,07 KK = 6,48 Lampiran 19. Panjang sulur (cm) 7 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 9,43 8,10 8,33 25,86 8,62

A1 15,75 15,65 16,28 47,68 15,89

A2 29,30 30,50 38,48 98,28 32,76

A3 21,48 25,08 20,55 67,11 22,37

(58)

Lampiran 20. Sidik ragam panjang sulur 7 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 7,41 3,71 0,40 tn 5,14 Perlakuan 3 944,32 314,77 34,29 * 4,76

Error 6 55,08 9,18

Total 11 1006,80

FK = 4757,30 KK = 15,22 Lampiran 21. Panjang sulur (cm) 8 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 10,23 7,75 7,03 25,01 8,34

A1 18,40 19,40 19,85 57,65 19,22

A2 41,63 41,45 54,43 137,51 45,84

A3 27,53 31,70 27,10 86,33 28,78

Total 97,79 100,30 108,41 306,50 102,17 Rataan 24,45 25,08 27,10 25,54 8,51 Lampiran 22. Sidik ragam panjang sulur 8 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 15,41 7,70 0,40 tn 5,14 Perlakuan 3 2275,11 758,37 39,56 4,76

Error 6 115,03 19,17

Total 11 2405.543

FK = 7828,52 KK = 17,14 Lampiran 23. Panjang sulur (cm) 9 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 3,86 3,18 2,99 10,03 3,34

A1 4,09 4,57 4,95 13,61 4,54

A2 7,38 7,31 8,61 23,30 7,77

A3 5,51 6,26 6,03 17,80 5,93

Total 20,84 21,32 22,58 64,74 21,58

(59)

Lampiran 24. Sidik ragam panjang sulur 9 MST

SK db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,40 0,20 0,69 5,14

Perlakuan 3 32,58 10,86 37,22 4,76

Error 6 1,75 0,29

Total 11 34,74

FK = 349,27 KK = 10,01 Lampiran 25. Panjang sulur (cm) 10 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 3,99 3,79 3,71 11,50 3,83

A1 4,80 5,19 5,58 15,56 5,19

A2 8,37 8,14 9,80 26,31 8,77

A3 6,34 6,90 6,84 20,08 6,69

Total 23,51 24,01 25,93 73,45 24,48 Rataan 5,88 6,00 6,48 6,12 2,04 Lampiran 26. Sidik ragam panjang sulur 10 MST

SK db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,81 0,41 0,01 tn 5,14 Perlakuan 3 40,37 13,46 0,20 tn 4,76

Error 6 408,36 68,06

Total 11 42,51

FK = 449,55 KK = 134,79

Lampiran 27. Jumlah tangkai daun (Tangkai) 2 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00

A1 1,25 1,25 1,50 4,00 1,33

A2 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00

A3 1,50 1,50 1,75 4,75 1,58

(60)

Lampiran 28. Sidik ragam jumlah tangkai daun (Tangkai) 2 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,04 0,02 3,00tn 5,14

Perlakuan 3 1,60 0,53 76,75 * 4,76

Error 6 0,04 0,01

Total 11 1,68

FK = 26,26 KK = 5,63

Lampiran 29. Jumlah tangkai daun (Tangkai) 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 1,75 1,75 2,00 5,50 1,83

A1 1,25 1,50 1,25 4,00 1,33

A2 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00

A3 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00

Total 7,00 7,25 7,25 21,50 7,17 Rataan 1,75 1,8125 1,8125 1,7917 0,60 Lampiran 30. Sidik ragam jumlah tangkai daun (Tangkai) 3 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,01 0,01 0,43 tn 5,14 Perlakuan 3 0,90 0,30 24,57 * 4,76

Error 6 0,07 0,01

Total 11 0,979

FK = 38,52 KK = 6,153 Lampiran 31. Jumlah tangkai daun (Tangkai) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00

A1 2,25 2,50 2,75 7,50 2,50

A2 2,25 2,00 2,25 6,50 2,17

A3 2,5 3,00 2,75 8,25 2,75

(61)

Lampiran 32. Sidik ragam jumlah tangkai daun (Tangkai) 4 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,07 0,04 1,00 tn 5,14 Perlakuan 3 1,02 0,34 9,29 * 4,76

Error 6 0,22 0,04

Total 11 1,31

FK = 66,51 KK = 8,11 Lampiran 33. Jumlah tangkai daun (Tangkai) 5 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 2,25 2,25 2,00 6,50 2,17

A1 3,75 2,75 3.50 10,00 3,33

A2 2,75 2,50 3,00 8,25 2,75

A3 3,50 3,50 2.75 9,75 3,25

Total 12,25 11,00 11,25 34,50 11,50 Rataan 3,06 2,75 2.81 2,88 0,96 Lampiran 34. Sidik ragam jumlah tangkai daun (Tangkai) 5 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,22 0,11 0.76 tn 5,14 Perlakuan 3 2,60 0,87 6.02 * 4,76

Error 6 0,87 0,11

Total 11 3,69

FK = 99,19 KK = 13,20 Lampiran 35. Jumlah tangkai daun (Tangkai) 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 2,75 3,00 2,50 8,25 2,75

A1 3,75 2,75 3,50 10,00 3,33

A2 3,50 2,50 3,25 9,25 3,08

A3 3,50 3,50 2,75 9,75 3,25

(62)

Lampiran 36. Sidik ragam jumlah tangkai daun (Tangkai) 6 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,45 0,22 1,18 tn 5,14 Perlakuan 3 0,60 0,20 1,06 tn 4,76

Error 6 1,14 0,19

Total 11 2,18

FK = 115,63 KK = 14,01 Lampiran 37. Jumlah tangkai daun (Tangkai) 7 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 3,00 2,25 2,50 7,75 2,58

A1 3,75 2,75 3,00 9,50 3,17

A2 4,50 3,75 5,00 13,25 4,42

A3 3,50 4,50 3,50 11,50 3,83

Total 14,75 13,25 14,00 42,00 14,00 Rataan 3,69 3,31 3,50 3,50 1,17 Lampiran 38. Sidik ragam jumlah tangkai daun (Tangkai) 7 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,281 0,14 0,42 tn 5,14 Perlakuan 3 5,708 1,90 5,68 * 4,76

Error 6 2,010 0,34

Total 11 8,00

FK = 147,00 KK = 16,54 Lampiran 39. Jumlah tangkai daun (Tangkai) 8 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 3,00 2,25 2,75 8,00 2,67

A1 2,75 2,50 3,75 9,00 3,00

A2 4,75 3,75 5,50 14,00 4,67

A3 3,50 4,75 3,50 11,75 3,92

(63)

Lampiran 40. Sidik ragam jumlah tangkai daun (Tangkai) 8 MST

Sk db JK KT Fhit F.05

Blok 2 0,66 0,33 0,64 tn 5,14 Perlakuan 3 7,39 2,46 4,78 * 4,76

Error 6 3,09 0,52

Total 11 11,14

FK = 152,30 KK = 20,16 Lampiran 41. Jumlah tangkai daun (Tangkai) 9 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 1,87 1,94 2,00 5,81 1,94

A1 1,94 1,80 2,29 6,03 2,01

A2 2,24 2,06 2,29 6,59 2,20

A3 2,00 2,29 1,87 6,16 2,05

Total 8,04 8,09 8,45 24,59 8,20 Rataan 2,01 2,02 2,11 2,05 0,68 Lampiran 42. Sidik ragam jumlah tangkai Daun (Tangkai) 9 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,03 0,01 0,32 tn 5,14 Perlakuan 3 0,11 0,04 0,93 tn 4,76

Error 6 0,23 0,04

Total 11 0,37

FK = 50,38 KK = 9,60 Lampiran 43. Jumlah tangkai daun (Tangkai) 10 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 2,29 2,12 2,12 6,53 2,18

A1 2,12 2,12 2,24 6,48 2,16

A2 2,69 2,55 2,69 7,93 2,64

A3 2,40 2,74 2,65 7,78 2,59

(64)

Lampiran 44. Sidik ragam jumlah tangkai daun (Tangkai) 10 MST

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,01 0,00 0,17 tn 5,14 Perlakuan 3 0,61 0,20 12,49 * 4,76

Error 6 0,10 0,02

Total 11 0,72

FK = 68,78 KK = 5,35

(65)

Lampiran 45. Berat basah tajuk (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 2,04 2,01 2,10 6,15 2,05

A1 2,74 2,77 2,84 8,36 2,79

A2 3,39 3,34 3,60 10,32 3,44

A3 3,05 3,11 3,16 9,33 3,11

Total 11,23 11,23 11,70 34,16 11,39 Rataan 2,81 2,81 2,92 2,85 0,95 Lampiran 46. Sidik ragam berat basah tajuk (g)

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,04 0,02 0,001tn 5,14 Perlakuan 3 3,18 1,06 0,07 tn 4,76

Error 6 94,02 15,67

Total 11 3,23

(66)

Lampiran 47. Berat kering tajuk (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 1,60 1,64 1,69 4,93 1,64

A1 2,35 2,28 2,35 6,97 2,32

A2 2,86 2,89 3,17 8,92 2,97

A3 2,44 2,53 2,59 7,56 2,52

Total 9,24 9,34 9,79 28,38 9,46 Rataan 2,31 2,34 2,45 2,37 0,79 Lampiran 48. Sidik ragam berat kering tajuk (g)

Sk db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,04 0,02 3,87 tn 5,14 Perlakuan 3 2,74 0,91 163,81 * 4,76

Error 6 0,03 0,01

Total 11 2,82

(67)

Lampiran 49. Berat basah akar (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 1,17 1,11 1,10 3,38 1,13

A1 1,51 1,18 1,18 3,88 1,29

A2 2,06 1,53 1,92 5,51 1,84

A3 1,49 1,92 1,59 5,01 1,67

Total 6,23 5,75 5,79 17,78 5,93 Rataan 1,56 1,44 1,45 1,48 0,49 Lampiran 50. Sidik ragam berat basah akar (g)

SK db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,04 0,02 0,375 tn 5,14 Perlakuan 3 0,97 0,32 6,736 * 4,76

Error 6 0,29 0,05

Total 11 1.30

(68)

Lampiran 51. Berat kering akar (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

A0 0,84 0,94 0,89 2,67 0,89

A1 0,94 0,92 0,95 2,81 0,94

A2 1,33 1,37 1,40 4,10 1,37

A3 1,04 1,18 1,09 3,31 1,10

Total 4,15 4,41 4,33 12,89 4,30 Rataan 1,04 1,10 1,08 1,07 0,36 Lampiran 52. Sidik ragam berat kering akar (g)

SK db JK KT F.hit F.05

Blok 2 0,009 0,005 3,034 tn 5,14 Perlakuan 3 0,419 0.140 92,265 * 4,76

Error 6 0,009 0.002

Total 11 0,438

(69)

Lampiran 53. Pelaksanaan Kegiatan penelitian

Seleksi Biji

(70)

Lampiran 54. Perlakuan Perendaman Benih

Perendaman biji dengan air biasa (Kontrol)

Perendaman dengan air panas, asam sulfat dan air biasa

Aquadest

Air Panas Aquades Asam Sulfat

Kontrol

Air Panas

Pengguntingan kulit biji

(71)

Biji mucuna bracteata Pengguntingan Kulit biji

Kontrol Perendaman Air Panas

(72)

Lampiran 56. Pertumbuhan Mucuna di pembibitan

(73)

Lampiran 57. Bagan Penelitian

Blok I Blok II Blok III

50 cm

Keterangan:

Jarak antar plot: 50 cm.

Jarak antar blok: 75 cm.

Jarak pinggir ke polibeg: 10 cm.

Jarak antar polibeg: 50 cm.

Ukuran plot: 250 cm x 200 cm.

A2.3

A1.1

S U

75 cm

A0.2

A3.1

A3.1

A0.1

A1.2

A2.1

(74)

LAMPIRAN 58. BAGAN KEGIATAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

ersiapan Media Tanam X

Seleksi Biji X

Perendaman Biji X

Pemotongan Kulit Biji X

Penanaman X

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiangan X X X X X X X X X X X

PENGAMATAN PARAMETER

Persentase Perkecambahan ( % ) X X X X X X X X X X

Panjang Sulur (cm) X X X X X X X X X X

Jumlah Tangkai Daun (Tangkai) X X X X X X X X X

Berat Basah Tajuk (g) X

Berat Kering Tajuk (g) X

Berat Basah Akar (g) X

Gambar

Tabel 1. Rataan persentase daya kecambah pada perlakuan pematahan dormansi 8, 9, 10  hari setelah tanam (HST)
Gambar 1. Perbedaan persentase daya kecambah terhadap pengaruh pematahan             dormansi
Gambar 3. Perbedaan panjang sulur M. bracteata terhadap perlakuan pematahan dormansi
Tabel 3. Rataan jumlah tangkai  daun pada perlakuan pematahan dormansi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian fosfor berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun, panjang tangkai daun, luas daun, jumlah sulur primer, panjang sulur primer, jumlah sulur sekunder, bobot

Tabel 14 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan pematahan dormansi benih Angsana berpengaruh sangat nyata terhadap parameter daya berkecambah, nilai perkecambahan, kecepatan

Berdasarkan hasil pengamatan pematahan dormansi dengan perendaman air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter persentase perkecambahan (%), indeks vigor, kecambah normal (%),

Perlakuan perendaman pada larutan KNO 3 dan HCl memberikan hasil yang berbeda terhadap perkecambahan. Penggunaan bahan kimia dapat memecahkan dormansi pada benih,

Berdasarkan hasil sidik ragam dengan menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) bahwa pematahan dormansi secara fisik memberikan pengaruh yang nyata tetapi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan asam sulfat terhadap pematahan dormansi biji sengon

Hal ini dikarenakan benih yang diskarifikasi dengan cara pengguntingan kulit biji dapat menyerap air dan udara masuk ke dalam benih sehingga proses respirasi dapat

Pengaruh air kelapa terhadap imbibisi pematahan dormansi biji karet Hevea brasiliensis yang dilakukan selama 1 bulan setelah dilakukan penyamaian, menujukkan bahwa memiliki perbedaan