PENGARUH UMUR PANEN DAN PEMBERIAN FOSFOR
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.)
SKRIPSI
Oleh: MIRNA SARI
080301002
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH UMUR PANEN DAN PEMBERIAN FOSFOR
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.)
SKRIPSI
Oleh:
MIRNA SARI 080301002
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pengaruh Umur Panen dan Pemberian Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.)
Nama : Mirna Sari
Nim : 080301002
Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Agronomi
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc.) (Ir. Ratna Rosanti Lahay, M.P.
Ketua Anggota
)
Mengetahui,
(Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc., Ph.D. Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
MIRNA SARI: Pengaruh Umur Panen dan Pemberian Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.). Dibimbing oleh J. A. NAPITUPULU dan RATNA ROSANTI LAHAY.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur panen dan pemberian fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan. Penelitian dilaksanakan di Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang (± 11 mdpl) pada Januari-Juli 2012 menggunakan rancangan petak terpisah 2 faktor yaitu umur panen sebagai petak utama (8,10,12 minggu) dan pemberian fosfor sebagai anak petak (0,18,36,54 kg P2O5/ha). Parameter yang
diamati adalah jumlah daun, luas daun, panjang tangkai daun, jumlah sulur primer, panjang sulur primer, jumlah stolon, jumlah sulur sekunder, bobot segar per sampel, bobot segar per plot, bobot kering per sampel dan bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan umur panen berpengaruh tidak nyata pada semua parameter. Pemberian fosfor berpengaruh nyata pada jumlah stolon. Interaksi antara umur panen dan pemberian fosfor berpengaruh nyata pada luas daun, panjang sulur primer dan jumlah sulur primer.
ABSTRACT
MIRNA SARI : The Effect of Harvesting Time and Phosphor Application to Growth and Production of Indian Pennywort (Centella asiatica (L.) Urb.). Supervised by J. A. NAPITUPULU and RATNA ROSANTI LAHAY.
This research is aim to find out the effect of harvesting time and phosphor application to growth and production of Indian Pennywort. It was conducted at Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang about 11 m above sea level from January until July 2012 by using a split plot design with factors, they are harvesting time as the main plot (8,10,12 weeks) dan phosphor application as the sub plot (0,18,36,54 kg P2O5/ha). The parameters observed were
number and leave area, petiole length, number and length of primary vines, number of stolon, number of secondary vines, fresh and dry weight per sample, fresh and dry weight per plot. The results showed that harvesting time not showed significant effects on any parameters. Phosphor application showed significant effects on number of stolon. Interaction between harvest time and phosphor application showed significant effects on leave wide, length of primary vines and number of primary vines.
RIWAYAT HIDUP
Mirna Sari, lahir pada tanggal 5 Maret 1990 di Banda Aceh, Kelurahan
Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Kotamadya Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, anak ke-2 dari 4 bersaudara, puteri dari ayahanda Marzuki Ismail dan Ibunda Ratna Wati.
Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun 1996-2002 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Lhokseumawe; tahun 1996-
2002-2005 menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Lhokseumawe; tahun 2002-2005-2008 menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Lhokseumawe dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun
2008 melalui jalur undangan Panduan Minat dan Keterampilan (PMDK) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Laboratorium Perbanyakan Tanaman pada tahun ajaran 2010-2011 dan tahun ajaran 2011-2012 dan asisten Budidaya Tanaman Hortikultura pada tahun 2011-2012. Penulis
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Umur Panen dan Pemberian Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urb.) yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Terlebih dahulu penulis menyatakan permohonan maaf dimana penelitian ini sebaiknya sampai kepada pengujian kandungan asiatikosida yaitu senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam pegagan, namun karena keterbatasan waktu yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pengujian tersebut cukup lama dan jumlah biaya yang cukup
besar dalam analisanya, maka penulis hanya dapat meneliti sampai pertumbuhan dan produksi pegagan saja.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Ratna Rosanti Lahay, M.P. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberi banyak saran, bimbingan, arahan dan kepercayaan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Ir. Noverita Sprinse Vinolina, M.P. atas kerjasama,
bimbingan dan arahannya dimana penelitian ini merupakan bagian dari penelitian beliau.
yang telah memberi dukungan serta motivasi baik moril maupun materil serta atas semua perjuangan yang diberikan selama ini, teman-teman Militan ’08, adik-adik
AET 2009 – 2011 dan pihak lainnya yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak
yang berkepentingan.
Medan, April 2013
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 5
Hipotesis Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 6
Syarat Tumbuh ... 7
Sifat dan Manfaat ... 8
Umur Panen ... 9
Fosfor ... 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat ... 13
Metode Penelitian ... 13
PELAKSANAAN PENELITIAN Penyiapan Lahan ... 16
Pengapuran ... 16
Penyiapan Bahan Tanaman ... 16
Penjarangan ... 17
Pemupukan ... 17
Pemeliharaan Tanaman ... 17
Aplikasi Metil Jasmonat ... 18
Panen ... 18
Pengamatan Parameter ... 19
Luas Daun (cm2) ... 19
Panjang Tangkai Daun (cm) ... 19
Jumlah Sulur Primer (sulur) ... 19
Panjang Sulur Primer (cm) ... 19
Jumlah Stolon (stolon) ... 20
Jumlah Sulur Sekunder (sulur) ... 20
Bobot Segar per Sampel (g) ... 20
Bobot Segar per Plot (g) ... 20
Bobot Kering per Sampel (g) ... 20
Bobot Kering per Plot (g) ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21
Pembahasan ... 54
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 62
Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
Hal. 1. Rataan jumlah daun tanaman induk (helai) pada perlakuan
umur panen dan pemberian fosfor 1 – 12 MST ... 21
2. Rataan total luas daun tanaman induk pegagan (cm2) pada
Perlakuan umur panen dan pemberian fosfor pada 1 – 12 MST ... 25
3. Rataan total luas daun pegagan setelah transformasi (X + 0,5)1/2 pada
interaksi perlakuan umur panen dan pemberian fosfor umur 2 MST ... 28
4. Rataan panjang tangkai daun pegagan pada perlakuan umur panen
dan pemberian fosfor 3 – 12 MST ... 30 5. Rataan jumlah sulur primer pegagan pada perlakuan
umur panen dan pemberian fosfor 3 – 12 MST ... 34 6. Rataan jumlah sulur primer setelah transformasi (X + 0,5)1/2 pada
interaksi perlakuan umur panen dan pemberian fosfor umur 5 MST ... 36 7. Rataan panjang sulur primer pegagan pada perlakuan
umur panen dan pemberian fosfor 3 – 12 MST ... 39 8. Rataan panjang sulur primer pegagan pada interaksi antara perlakuan
umur panen dan pemberian fosfor pada umur 3 MST ... 41 9. Rataan jumlah stolon pegagan pada perlakuan umur panen dan
pemberian fosfor 3 – 12 MST ... 44
10. Rataan jumlah sulur sekunder pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor 5 – 12 MST ... 48
11. Rataan bobot segar per sampel tanaman pegagan pada perlakuan
umur panen dan pemberian fosfor ... 51
12. Rataan bobot segar per plot tanaman pegagan pada perlakuan
umur panen dan pemberian fosfor ... 52
13. Rataan bobot kering per sampel tanaman pegagan pada perlakuan
umur panen dan pemberian fosfor ... 53 14. Rataan bobot kering per plot tanaman pegagan pada perlakuan
DAFTAR GAMBAR
Hal. 1. Grafik perkembangan jumlah daun tanaman induk (helai)
hingga 12 MST pada perlakuan umur panen ... 22 2. Grafik perkembangan jumlah daun tanaman induk (helai)
hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor ... 23 3. Grafik perkembangan total luas daun tanaman induk (cm2)
hingga 12 MST pada perlakuan umur panen ... 25 4. Grafik perkembangan total luas daun tanaman induk (cm2)
hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor ... 26 5. Kurva respon luas daun (cm2) pada umur 2 MST terhadap
perlakuan pemberian fosfor pada berbagai umur panen ... 28 6. Kurva respon luas daun (cm2) pada umur 2 MST terhadap
perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor ... 29 7. Grafik perkembangan panjang tangkai daun (cm) hingga 12 MST
pada perlakuan umur panen ... 31
8. Grafik perkembangan panjang tangkai daun (cm) hingga 12 MST
pada perlakuan pemberian fosfor ... 32
9. Grafik perkembangan jumlah sulur primer (sulur) hingga 12 MST
pada perlakuan umur panen ... 34
10. Grafik perkembangan jumlah sulur primer (sulur) hingga 12 MST
pada perlakuan pemberian fosfor ... 35
11. Kurva respon jumlah sulur primer (sulur) umur 5 MST terhadap
perlakuan pemberian fosfor pada berbagai umur panen ... 37 12. Kurva respon jumlah sulur primer (sulur) umur 5 MST terhadap
perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor ... 38 13. Grafik perkembangan panjang sulur primer (cm) hingga 12 MST
pada perlakuan umur panen ... 40 14. Grafik perkembangan panjang sulur primer (cm) hingga 12 MST
pada perlakuan pemberian fosfor ... 40 15. Kurva respon panjang sulur primer (cm) umur 3 MST terhadap
16. Kurva respon panjang sulur primer (cm) umur 3 MST terhadap
perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor ... 43
17. Grafik perkembangan jumlah stolon (stolon) hingga 12 MST
pada perlakuan umur panen ... 45 18. Grafik perkembangan jumlah stolon (stolon) hingga 12 MST
pada perlakuan pemberian fosfor ... 45 19. Kurva respon jumlah stolon (stolon) umur 5 MST
pada perlakuan pemberian fosfor ... 47 20. Grafik perkembangan jumlah sulur sekunder (sulur) hingga 12 MST
pada perlakuan umur panen ... 48 21. Grafik perkembangan jumlah sulur sekunder (sulur) hingga 12 MST
DAFTAR LAMPIRAN
Hal. 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST ... 68 2. Contoh lengkap Sidik ragam Jumlah Daun Umur 1 MST ... 68
3. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur
1 – 12 MST ... 69
4. Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 1 – 12 MST ... 69 5. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Luas Daun (cm2)
Umur 1 – 12 MST ... 70 6. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Luas Daun (cm2) Umur
1 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 71 7. Rangkuman Daftar Sidik Ragam Luas Daun Umur 1 – 12 MST
setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 71 8. Daftar Sidik Ragam Luas Daun Interaksi Umur 2 MST dengan
Umur Panen pada Pemberian Fosfor setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 72
9. Daftar Sidik Ragam Luas Daun Interaksi Umur 2 MST dengan
Pemberian Fosfor pada Umur Panen setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 73
10. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Panjang Tangkai Daun (cm)
Umur 3 – 12 MST ... 74
11. Rangkuman Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Umur 3 – 12 MST ... 74 12. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Sulur Primer (sulur)
Umur 3 – 12 MST ... 75 13. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Sulur Primer (sulur)
Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 76 14. Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Sulur Primer Umur 3 – 12 MST
setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 76 15. Daftar Sidik Ragam Jumlah Sulur Primer Interaksi Umur 5 MST dengan
Umur Panen pada Pemberian Fosfor setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 77
17. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Panjang Sulur Primer (cm)
Umur 3 – 12 MST ... 79
18. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Panjang Sulur Primer (cm) Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 80
19. Rangkuman Sidik Ragam Panjang Sulur Primer Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 80
20. Daftar Sidik Ragam Panjang Sulur Primer Interaksi Umur 3 MST dengan Umur Panen pada Pemberian Fosfor setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 81
21. Daftar Sidik Ragam Panjang Sulur Primer Interaksi Umur 3 MST dengan Pemberian Fosfor pada Umur Panen setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 82
22. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Stolon (stolon) Umur 3 – 12 MST ... 83
23. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Stolon (stolon) Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 84
24. Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Stolon Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 84
25. Daftar Sidik Ragam Jumlah Stolon pada Pemberian Fosfor Umur 5 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 85
26. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Sulur Sekunder (sulur) Umur 5 – 12 MST ... 86
27. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Sulur Sekunder (sulur) Umur 5 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 87
28. Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Sulur Sekunder Umur 5 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 87
29. Rangkuman Data Pengamatan Rataan Bobot (g) ... 88
30. Rangkuman Data Pengamatan Rataan Bobot (g) setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ... 88
31. Rangkuman Daftar sidik ragam bobot (g) hasil transformasi (X + 0,5)1/2 ... 89
32. Bagan Lahan Penelitian ... 91
33. Analisis Tanah Lahan Penelitian ... 92
35. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 94
36. Temperatur Cuaca Harian ... 95
37. Foto Lahan Penelitian ... 96
ABSTRAK
MIRNA SARI: Pengaruh Umur Panen dan Pemberian Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.). Dibimbing oleh J. A. NAPITUPULU dan RATNA ROSANTI LAHAY.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur panen dan pemberian fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan. Penelitian dilaksanakan di Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang (± 11 mdpl) pada Januari-Juli 2012 menggunakan rancangan petak terpisah 2 faktor yaitu umur panen sebagai petak utama (8,10,12 minggu) dan pemberian fosfor sebagai anak petak (0,18,36,54 kg P2O5/ha). Parameter yang
diamati adalah jumlah daun, luas daun, panjang tangkai daun, jumlah sulur primer, panjang sulur primer, jumlah stolon, jumlah sulur sekunder, bobot segar per sampel, bobot segar per plot, bobot kering per sampel dan bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan umur panen berpengaruh tidak nyata pada semua parameter. Pemberian fosfor berpengaruh nyata pada jumlah stolon. Interaksi antara umur panen dan pemberian fosfor berpengaruh nyata pada luas daun, panjang sulur primer dan jumlah sulur primer.
ABSTRACT
MIRNA SARI : The Effect of Harvesting Time and Phosphor Application to Growth and Production of Indian Pennywort (Centella asiatica (L.) Urb.). Supervised by J. A. NAPITUPULU and RATNA ROSANTI LAHAY.
This research is aim to find out the effect of harvesting time and phosphor application to growth and production of Indian Pennywort. It was conducted at Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang about 11 m above sea level from January until July 2012 by using a split plot design with factors, they are harvesting time as the main plot (8,10,12 weeks) dan phosphor application as the sub plot (0,18,36,54 kg P2O5/ha). The parameters observed were
number and leave area, petiole length, number and length of primary vines, number of stolon, number of secondary vines, fresh and dry weight per sample, fresh and dry weight per plot. The results showed that harvesting time not showed significant effects on any parameters. Phosphor application showed significant effects on number of stolon. Interaction between harvest time and phosphor application showed significant effects on leave wide, length of primary vines and number of primary vines.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini prospek pengembangan produk tanaman obat semakin meningkat, hal ini sejalan dengan perkembangan industri obat modern dan obat tradisional yang juga terus
meningkat. Kondisi ini turut dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang semakin tinggi mengenai manfaat tanaman sebagai obat. Masyarakat semakin
sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan obat-obatan alami. Hal tersebut menuntut ketersediaan bahan baku bermutu dan berkelanjutan.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil tanaman obat yang
sangat potensial dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Menurut
Djauhariya dan Hernani (2004), keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire. Kardono et al. (2003) menambahkan di hutan tropika Indonesia tumbuh sekitar 25.000 – 30.000 spesies
tumbuhan berbunga dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat. Hal ini merupakan suatu peluang yang sangat besar untuk
menghasilkan berbagai produk herbal medicine maupun health food. Namun sampai saat ini baru sekitar 383 jenis tanaman obat yang sudah digunakan dalam industri obat tradisional.
Pegagan merupakan salah satu tanaman obat yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Gabungan Pengusaha Jamu
sedang dikembangkan dan diteliti di Indonesia. Menurut De Padua et al. (1999) pegagan telah banyak dimanfaatkan sebagai sayuran/lalap di berbagai negara di
Asia Tenggara, India dan Srilangka. Di Thailand, Kamboja, Laos dan Vietnam daun pegagan dibuat sebagai minuman jus yang ditambah sedikit gula untuk mengatasi rasa pahit. Masyarakat Sunda sudah sejak lama mengkonsumsi pegagan
sebagai lalapan.
Pegagan sering dianggap sebagai gulma yang kurang diperhatikan
manfaatnya, padahal secara empiris pegagan mengandung sejumlah senyawa yang banyak digunakan sebagai bahan simplisia obat. Kandungan kimia yang sudah diketahui antara lain beberapa senyawa saponin termasuk asiatikosida (Matsuda,
et al., 2001). Senyawa bioaktif asiatikosida dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan berguna dalam pengobatan kusta dan TBC
(Mangas, et al., 2008).
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional baik dalam bentuk bahan segar, kering maupun yang sudah dalam
bentuk ramuan (jamu). Di Australia telah dibuat obat dengan nama “Gotu Cola” yang bermanfaat sebagai anti pikun dan juga sebagai anti stres. Secara empirik,
pegagan bermanfaat sebagai penyembuh luka, radang, reumatik, asma, wasir, tuberkulosis, lepra, disentri, demam dan penambah nafsu makan. Di Cina, pegagan bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi darah, bahkan dianggap lebih
bermanfaat dibandingkan Ginkgo biloba atau ginseng (Januwati dan Yusron, 2005).
Sampai saat ini pegagan dipanen dari alam. Untuk mendukung
saatnya pegagan dibudidayakan karena banyak jamu racikan yang mengandung herba pegagan. Kebutuhan pegagan mencapai 100 ton, salah satunya seperti PT.
Sidomuncul yang kebutuhannya mencapai 2-3 ton per bulan. Komoditas pegagan, herba liar yang tumbuh di pekarangan, kebun, atau dibawah tegakan hutan, yang dibutuhkan pabrik lokal 25 ton per tahun hanya sanggup dipasok sebesar 4 ton per
tahun. Tidak hanya tumbuhan liar yang masih diburu dari alam bebas, beberapa tanaman biofarmaka yang telah dibudidayakan pun banyak yang belum mampu
memenuhi permintaan pasar domestik (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2005).
Permasalahan dalam pengembangan produk yang berasal dari tanaman pada umumnya dan pegagan pada khususnya adalah tidak terjaminnya mutu dan
pasokan. Kualitas bahan baku sangat bervariasi, hal ini dapat disebabkan oleh teknik budidaya yang dilakukan, seperti bagaimana dan kapan tanaman itu akan
dipanen. Faktor yang menentukan tinggi rendahnya kuantitas dan kualitas produksi secara umum adalah penentuan umur panen yang tepat. Menurut Franklin et al. (1991) waktu panen yang tepat yaitu ketika suatu organ tanaman
telah berkembang optimal. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (2010) menyatakan waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang
mengandung bahan berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu. Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu tertentu.
Untuk menjamin bahwa produk yang digunakan berkualitas tinggi dan mengandung komponen/bahan kimia yang tepat, perlu dilakukan penelitian teknik
supaya akar tanaman mudah menyerap unsur hara untuk mendukung pertumbuhan awal yang baik dan optimal sehingga diharapkan perolehan produksi biomas yang
tinggi.
Menurut penelitian Noverita (2010) ada pengaruh fosfor terhadap pertumbuhan dan senyawa bioaktif pada tanaman pegagan. Senyawa fosfat yang
kaya energi menjadi perantara transfer energi fosforilasi dalam proses pertumbuhan organ tanaman sebagai perantara dalam menghasilkan metabolit
sekunder (Salisbury dan Ross, 1995).
Peningkatan ketersediaan fosfor dapat diusahakan dengan pemberian pupuk P2O5. Ghulamahdi, dkk. (2007) menyatakan di dataran tinggi, pemberian
fosfor menurunkan panjang tangkai bunga induk, meningkatkan nilai warna daun, bobot tangkai daun, sulur daun, bobot panen dan senyawa bioaktif asiatikosida.
Bobot panen tertinggi diperoleh pada perlakuan 72 Kg P2O5/ha, sedangkan
kandungan asiatikosida tertinggi diperoleh pada perlakuan 36 Kg P2O5/ha.
Pegagan masih dikategorikan sebagai tumbuhan liar yang belum
mengalami domestikasi menjadi tanaman budidaya, sehingga perlu dilakukan pengamatan awal mengenai perilaku tumbuh dari tanaman itu sendiri. Pengamatan
mengenai perilaku tumbuh dari pegagan bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih lanjut untuk perbaikan sistem budidaya pegagan yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh pengaruh umur panen dan pemberian fosfor terhadap
yang sesuai untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan mendapatkan produksi yang tinggi.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk dapat menentukan umur panen yang tepat dan
dosis pemberian fosfor yang sesuai terhadap pertumbuhan dan produksi
pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.). Hipotesis Penelitian
- Ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) akibat perbedaan umur panen.
- Ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) akibat perbedaan tingkat pemberian fosfor.
- Ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) akibat interaksi umur panen dan
pemberian fosfor.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan untuk mendapatkan informasi tentang umur panen yang tepat dan dosis pemberian fosfor yang diharapkan mampu memberikan pertumbuhan dan produksi yang optimal dalam
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Pegagan dikenal dengan nama latin Centella asiatica atau Hydrocotyle asiatica. Nama ini diturunkan dari bahasa latin Hydro yang berarti air karena tanaman ini sangat suka lingkungan yang lembab dan Cotyle yang berarti
mangkuk karena daunnya yang sedikit berbentuk cekung. Pegagan diklasifikasikan ke dalam famili Umbelliferae (Apiaceae), genus Centella dengan
nama spesies Centella asiatica L. (Urb.) (Winarto dan Surbakti, 2003). Tanaman ini berasal dari Asia Tropik. Pegagan dikenal secara internasional dengan nama Asiatic Pennywort, Indian Pennywort atau Gotu Cola (Heyne, 1987).
Tanaman ini mempunyai banyak nama lokal di Indonesia antara lain daun tapak kuda, pegagan (Sumatera); gagan-gagan, gangganan, kerok batok,
pantegowang, panigowang, rendeng (Jawa); antanan gede, calingan rambat (Sunda); kostekosan (Madura); daun tongke-tongke (Bugis); kori-kori (Halmahera); pegaga (Sulawesi), sarowati (Maluku) dan sandanan (Papua)
(Winarto dan Surbakti, 2003).
Tanaman pegagan merupakan herba menahun tidakberbatang dengan akar
rimpang pendek serta akar merayap (menjalar) stolon panjang bisa mencapai 2,5 m (De Padua, et al. 1999). Stolon tumbuh menjalar horizontal di ataspermukaan tanah dan berbuku-buku. Dari buku-buku yang menyentuh tanah akankeluar akar
dan tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Daun pegagan tersusun secara basalis (roset) dengan 2-10 daun tunggal per tanaman berbentuk seperti
bagian dalam berlubang serta bagian pangkal melekuk ke dalam dan melebar seperti pelepah (Santa dan Prayogo, 1992).
Bunga tersusun dalam karangan berupa payung yang muncul dari ketiak daun. Pada tiap karangan terdapat tiga buah bunga. Kelopak bunga berwarna hijau dan mahkota bunga berwarna merah. Buah berukuran kecil, berwarna kuning
coklat dan berbentuk lonjong. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan biji dan sulur batang atau stolon (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Syarat Tumbuh
Daerah pertumbuhan tanaman pegagan tersebar mulai dari dataran rendah
sampai dataran tinggi yangmencapai ketinggian 2.500 m di atas permukaan laut (dpl)
(Winarto dan Surbakti, 2003). Januwati dan Yusron (2005) bahwa melaporkan
ketinggian tempat optimum untuk tanaman pegagan adalah 200 - 800 m dpl., akan tetapi di atas 1.000 m dpl. produksi dan mutunya akan menjadi lebih rendah. Pegagan tidak tahan terhadap tempat terlalu kering, curah hujan tinggi, intensitas
cahaya 30 – 40% dan dapat tumbuh di semua jenis tanah. Pegagan tumbuh baik di tempat yang teduh atau ternaungi.Pada tempat seperti ini, tanaman akan tumbuh
dengan helaian daun lebih besar dan tebal dibandingkan di tempat terbuka, sedangkan pada tempat yang kurang cahaya helaian daunnya akan menipis dan berwarna pucat. Selain itu, untuk memperoleh daun yang lebar diperlukan
kelembaban dan kesuburan tanah yangcukup.
Widowati et al. (1992) menambahkan tanaman ini dapat tumbuh di
Tanaman ini tersebar di daerah beriklim tropis. Pegagan menghendaki kondisi tanah yang subur, kelembaban udara yang diinginkan antara 70-90 %
dengan rata-rata temperatur udara antara 20 - 25ºC dan tingkat keasaman tanah (pH) netral antara 6 – 7 (Winarto dan Surbakti, 2003).
Sifat dan Manfaat
Tumbuhan ini bersifat manis: sejuk, anti infeksi, anti racun, penurun panas (antipiretika), peluruh air seni (diuretikum), anti lepra, anti sifilis sekaligus
merevitalisasi sel kulit. Daun; sebagai astringensia dan tonikum. Pegagan dikenal untuk merevitalisasi sel tubuh dan untuk kesuburan wanita. Memperbaiki sirkulasi
darah dengan merevitalisasi pembuluh darah (mempertinggi permeabilitas kapiler)
(Redaksi Karyasari, 2006).
Pegagan mengandung senyawa asiatikosida, thankunisida,
isothankunisida, madecassosida, brahmosida, brahminosida, asam brahmik, asam madasiatik, meso-inositol, centellose, karotenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine, zat lemak dan tanin.
Senyawa glikosida triterpenoid yang disebut asiatikosida dan senyawa sejenis, berkhasiat sebagai anti lepra, sebagai penyembuh luka, radang tenggorokan
(Wikipedia, 2007).
Pegagan telah dikenal sebagai obat untuk revitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh. Tak kalah penting,
pegagan bias dikonsumsi sebagai brain tonic atau obat anti lupa bagi orang dewasa dan manula. Pegagan juga bersifat menyejukkan atau mendinginkan,
kantuk bagi penderita sulit tidur, memenangkan saraf, memperbanyak sel-sel darah merah, serta menyembuhkan gangguan ringan di hati dan limpa yang
membengkak (Winarto dan Surbakti, 2003). Umur Panen
Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya
tanaman obat. Penentuan tingkat kemasakan yang tepat pada saat umur panen merupakan salah satu aspek agronomi penting untuk memperoleh produk yang
berkualitas tinggi. Setiap jenis tanaman memiliki waktu panen yang berbeda. Derajat kematangan pada waktu pemanenan hasil sangat menentukan mutu hasil akhir yang diperoleh.
Yuliani et al. (1992) menyatakan bahwa pada tanaman obat derajat kematangan berhubungan dengan jumlah kandungan zat berkhasiat. Dengan
demikian pada saat pemungutan hasil dari setiap organ tanaman perlu diperhatikan waktu yang tepat. Selanjutnya Sutedjo (1990) menambahkan cara melakukan panen bagian-bagian tanaman yang berkhasiat obat harus dilakukan
dengan perlakuan tertentu agar kandungan zat berkhasiatnya tidak merosot, sehingga dengan perlakuan-perlakuan tersebut akan dihasilkan simplisia yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dikehendaki oleh para konsumen.
Pemanenan dilakukan terhadap pegagan yang berdaun segar, berukuran lebar dan tidak terserang hama atau penyakit. Waktu panen yang terlalu cepat
sebaiknya tidak dilakukan karena pembentukan zat-zat yang terkandung di dalam pegagan belum sempurna. Sebaliknya, panen yang terlambat dapat mengakibatkan
penuaan (senescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah terdegradasi.
Panen pegagan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 3 – 4 bulan, dengan cara memangkas bagian daun dan batangnya. Selang pemanenan dengan panen selanjutnya sekitar dua bulan. Hasil produksi total sekitar 15 - 25 ton /ha
segar atau setara 1,5 - 2,5 ton/ha kering (Januwati dan Yusron, 2005).
Pemanenan pegagan yang ditanam di bedengan dapat dilakukan sebanyak
3 kali dengan cara memotong tanaman dari pangkal daun. Pemotongan dilakukan dengan alat yang bersih dan tajam. Di samping itu harus dihindari terjadinya pelukaan di permukaan batang yang dipotong. Sulur tetap dibiarkan tumbuh
sampai panen terakhir. Jadi selama periode panen tersebut dapat dilakukan pemanenan sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, pemanenan pegagan yang
ditanam dalam polibag sebaiknya dilakukan sekali saja. Hal ini disebabkan jumlah dan ukuran hara di media tanam (polibag) terbatas (Winarto dan Surbakti, 2003).
Fosfor
Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman, yang berperan penting pada berbagai proses kehidupan seperti
fotosintesis, metabolisme karbohidrat dan proses aliran energi dalam tanaman (Satari, 1987). Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi dan
berbagai proses metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian nukleotida (RNA dan DNA) dan fosfolipida penyusun membran (Lakitan, 2008).
ion ini dipengaruhi oleh pH tanah (Novizan, 2005). Soepardi (1983) dan Leiwakabessy (1988) menambahkan bahwa, pada pH yang rendah absorsi ion
orthofosfat primer lebih dominan dibandingkan dengan ion orthofosfat sekunder. Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ion H2PO4- atau HPO42-, tergantung
pH larutan tanah. Pada pH 7.22 jumlah ion H2PO4- sama dengan HPO42-, di bawah
pH 6.5 sebagian besar dalam bentuk ion H2PO4- dan di atas pH 7.22 sebagian
besar dalam bentuk ion HPO42-. Tanaman menyerap ion H2PO4- lebih cepat dari
pada ion HPO42-. Senyawa fosfat organik dapat diserap tanaman, akan tetapi
dalam jumlah kecil (Tisdale et al., 1985).
Fosfor berperan dalam pembentukan lemak dan albumin, penyusun asam
nukleat, fosfolipid, koenzim NAD dan NADP, penyusun ATP, melawan pengaruh buruk nitrogen, perkembangan akar halus dan akar rambut serta ketahanan
terhadap penyakit. Kadar fosfor rendah bagi tanaman berakibat kahat P sehingga mengurangi sintesis protein, sebab fosfor adalah sumber energi untuk mengubah asimilat menjadi nukleoprotein. Kekahatan ini menyebabkan terjadinya
penimbunan gula pada bagian vegetatif tanaman yang mendorong pembentukan antosianin sehingga warna daun berubah menjadi hijau tua. Daun tua berwarna
coklat gelap saat gugur (Salisbury dan Ross, 1995). Ismunadji et al. (1991) menyatakan bahwa tanaman yang kahat P tumbuhnya kerdil karena selnya tidak dapat membelah, pertumbuhan terhambat dan hasil rendah dengan mutu jelek.
Fosfor berperan dalam pembelahan sel, pembentukan bunga, buah dan biji, kematangan tanaman dan meningkatkan kualitas tanaman. Selain itu fosfor juga
dan kofaktor atau penyusun enzim, serta berperan dalam proses fisiologi (Soepardi, 1983).
Havlin (2005) menyatakan bahwa kahat P pada tanaman muda menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Fosfor di dalam tanaman bersifat mobil sehingga jika terjadi kekahatan, fosfor dari daun akan dipindahkan ke daun
yang lebih muda. Hal ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan tanaman tidak mampu berproduksi secara optimal. Kadar fosfor di dalam tanaman
0,1-0,5% lebih rendah dari kadar nitogen dan kalium. Marschner (1985) menyatakan bahwa kebutuhan fosfor untuk pertumbuhan optimum tanaman berkisar 0,3-0,5% dari berat kering tanaman selama pertumbuhan vegetatif, pada konsentrasi lebih
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang yang berada pada ketinggian ±11 m di atas permukaan laut pada bulan Januari sampai Juli 2012.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pegagan aksesi Pantai
Labu Deli Serdang, pupuk TSP-46, Urea, KCl, dolomit, kompos, metil jasmonat, fungisida Dithane M-45 dan air.
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, garu,
sekop kecil, tugal, tali plastik, sendok plastik, gembor, gayung, handsprayer, meteran, gunting/cutter, pacak sampel, label, plakat nama, tampah, ember,
termometer, kantong plastik, amplop kuning, timbangan digital, oven, Leaf Area Meter, kamera digital, kalkulator dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:
Faktor I = Umur Panen (U) sebagai petak utama dengan 3 taraf: U1 = umur panen 8 minggu
U2 = umur panen 10 minggu
U3 = umur panen 12 minggu
Faktor II = Pemberian Fosfor (F) sebagai anak petak dengan 4 taraf:
F0 = 0 kg P2O5/ha (kontrol)
F2 = 36 kg P2O5/ha (7,8 g TSP/plot)
F3 = 54 kg P2O5/ha (11,7 g TSP/plot)
Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu: U1F0 U2F0 U3F0
U1F1 U2F1 U3F1
U1F2 U2F2 U3F2
U1F3 U2F3 U3F3
Dimana,
Jumlah Ulangan : 3 Ulangan Jumlah Plot : 36 Plot
Ukuran Plot : 1,0 m x 1,0 m Jumlah tanaman per Plot : 4 tanaman
Jumlah seluruh tanaman : 144 tanaman Jumlah sampel per Plot : 2 tanaman Jumlah seluruh sampel : 72 tanaman
Jarak antar plot : 50 cm Jarak antar blok : 100 cm
Luas Lahan : 120 m2
Bagan lahan penelitian keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 25.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier yaitu :
Yijk = µ + ρi+ αj + βk + (αβ)jk + εijk
Yijk = Nilai pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan umur panen pada
µ = Nilai tengah.
ρi = Pengaruh blok taraf ke-i.
αj = Pengaruh dari perlakuan umur panen pada taraf ke-j.
βk = Pengaruh dari perlakuan pemberian fosfor pada taraf ke-k.
(αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan umur panen pada taraf ke-j dan
perlakuan pemberian fosfor pada taraf ke-k.
εijk = Pengaruh sisa blok ke-i pada perlakuan umur panen taraf ke-j dan
perlakuan pemberian fosfor pada taraf ke-k.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan
analisis ragam (uji F) pada taraf 5 %. Jika terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan melakukan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s multiple
PELAKSANAAN PENELITIAN Penyiapan Lahan
Kegiatan dilakukan dengan pembersihan lahan dari gulma dan pengolahan tanah serta pengambilan sampel tanah untuk analisis kimia tanah di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, hasil analisis kimia tanah
pada Lampiran 26. Selanjutnya dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 1,0 m x 1,0 m dengan jarak antar blok 100 cm, jarak antar petak utama 100 cm dan jarak
antar plot 50 cm sebanyak 36 plot. Pengapuran
Pengapuran dilakukan satu minggu sebelum penanaman bahan tanaman
untuk menaikkan pH dari 4,35 (hasil analisis tanah). Pengapuran dilakukan dengan menaburi dolomit di atas plot-plot percobaan lalu dicampur merata dengan
tanah. Dosis dolomit yang dibutuhkan adalah 1,5 ton/ha atau 150 g/plot. Penyiapan Bahan Tanaman
Kegiatan diawali dengan pengambilan bahan tanaman yaitu pegagan dari
aksesi Pantai Labu Deli Serdang sebagai tanaman induk. Penanaman tanaman induk tersebut dilakukan pada plot lahan percobaan satu minggu setelah
pengolahan tanah. Sebelum penanaman, setiap lubang tanam diberi kompos sebanyak 50 g per lubang tanam atau 200 g per plot, kemudian ditanami bahan tanaman pegagan tersebut sebanyak 4 tanaman per plot percobaan dengan jarak
tanam 40 x 40 cm. Tanaman induk ditumbuhkan selama dua bulan sampai terbentuk stolon I pada tiap plot percobaan yang digunakan sebagai bibit tanaman
Penjarangan
Penjarangan merupakan bagian dari penanaman tanpa memindahkan
tanaman karena akan rentan terhadap kematian bibit. Dilakukan setelah dua bulan tanaman induk ditumbuhkan, dengan cara memangkas/membongkar tanaman induk lalu meninggalkan stolon I yang telah tumbuh pada tiap plot percobaan
yang telah memenuhi kriteria. Sehingga total populasi bibit adalah 144 tanaman. Jarak tanam tidak lagi ditentukan karena bibit dibiarkan tumbuh ditempat dimana
stolon I awal berkembang dan mengalami stres jika dipindahkan untuk disesuaikan jarak tanam.
Pemupukan
Adapun pemupukan yang dilakukan (perhitungan pupuk dapat dilihat pada Lampiran 28) adalah TSP diberikan sekaligus pada saat tanam sesuai dengan
perlakuan yaitu F0 tanpa pemberian fosfor; F1 sebanyak 18 kg P2O5/ha atau 3,9 g
TSP/plot; F2 sebanyak 36 kg P2O5/ha atau 7,8 g TSP/plot; F3 sebanyak 54 kg
P2O5/ha atau 11,7 g TSP/plot. Urea dengan dosis 300 kg/ha diberikan tiga kali
yaitu sepertiga atau 10 g/plot pada saat tanam; sepertiga pada 20 Hari Setelah Tanam (HST) dan sepertiga pada 40 HST. KCl dengan dosis 220 kg/ha diberikan
dua kali yaitu setengah atau 11 g/plot pada saat tanam dan setengah pada 40 HST. Pupuk pada setiap aplikasi dicampur dan diaplikasikan sekitar 5 cm dari lubang tanam.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman selama penelitian meliputi: penyiraman,
dilakukan. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya tidak baik. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan
yang sama pertumbuhannya dengan tanaman di lapangan. Penyiangan gulma dilakukan 1 minggu sekali yaitu dengan mencabut langsung dengan tangan atau menggunakan cangkul. Mulai umur 11 sampai 12 MST tanaman terserang
penyakit layu, pemberantasannya dilakukan dengan menyemprotkan Dithane M-45 dengan dosis 3 g/l air ke bagian tanaman yang terserang penyakit sedangkan
hama terdapat hama ulat pemakan daun namun tidak terlalu mengganggu selama penelitian.
Aplikasi Metil Jasmonat
Penggunaan metil jasmonat (sejenis hormon pertumbuhan) awalnya diberikan untuk dapat memacu biosintesis kandungan bioaktif tanaman pegagan,
namun dengan adanya keterbatasan / kendala dalam menganalisis kandungan senyawa asiatikosida pegagan pada hasil akhir penelitian, maka penggunaan metil jasmonat hanya bertujuan sebagai bagian dari perlakuan perawatan tanaman
dengan cara disemprot merata ke tanaman sebanyak ± 10cc/tanaman dengan konsentrasi 100 µm dan diberikan pada 50 HST.
Panen
Panen dilakukan sekali per tanaman sesuai dengan perlakuan yaitu panen saat umur tanaman 8 minggu (U1), 10 minggu (U2), dan 12 minggu (U3) dengan
Pengamatan Parameter Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan dengan menghitung total jumlah daun per sampel pada tanaman induk saja. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka penuh dan belum menguning. Pengamatan dilakukan
tiap 1 minggu mulai dari 1 Minggu Setelah Tanam (MST) sampai panen. Luas Daun (cm2)
Pengamatan luas daun dilakukan dengan mengukur total luas daun per sampel yang telah membuka sempurna dan belum menguning pada tanaman induk saja. Pengamatan dilakukan tiap 1 minggu mulai dari 1 MST sampai panen.
Panjang Tangkai Daun (cm)
Pengamatan panjang tangkai daun tanaman dilakukan dengan mengukur
rataan panjang tangkai daun mulai dari pangkal hingga ujung tangkai daun pada tanaman induk saja. Pengamatan dilakukan tiap 1 minggu mulai dari 3 MST sampai panen.
Jumlah Sulur Primer (sulur)
Pengamatan jumlah sulur primer tanaman dilakukan dengan menghitung
total jumlah sulur primer yang tumbuh pada tanaman secara keseluruhan. Pengamatan dilakukan tiap 1 minggu mulai dari 3 MST sampai panen.
Panjang Sulur Primer (cm)
Pengamatan panjang sulur primer tanaman dilakukan dengan mengukur total panjang semua sulur primer yang tumbuh pada tanaman secara keseluruhan.
Jumlah Stolon (stolon)
Pengamatan jumlah stolon tanaman dilakukan dengan menghitung total
jumlah stolon yang terbentuk pada semua sulur dari tanaman secara keseluruhan. Pengamatan dilakukan tiap 1 minggu mulai dari 3 MST sampai panen.
Jumlah Sulur Sekunder (sulur)
Pengamatan jumlah sulur sekunder tanaman dilakukan dengan menghitung total jumlah sulur sekunder yang terbentuk pada setiap sulur primer secara
keseluruhan. Pengamatan dilakukan tiap 1 minggu mulai dari 5 MST sampai panen.
Bobot Segar per Sampel (g)
Bobot segar per sampel diperoleh dengan cara menimbang bobot segarper tanaman sebagai sampel yang telah dipanen.
Bobot Segar per Plot (g)
Bobot segar per plot diperoleh dengan cara menimbang bobot segar tanaman yang telah dipanenper plot percobaan.
Bobot Kering per Sampel (g)
Bobot kering per sampel diperoleh dengan cara menimbang bobot kering
tanaman yang telah dipanen per sampel tanaman percobaan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 60ºC selama 3 hari.
Bobot Kering per Plot (g)
Bobot kering per plot diperoleh dengan cara menimbang bobot kering tanaman yang telah dipanen per plot percobaan. Pengeringan dilakukan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Jumlah Daun (helai)
Data pengamatan jumlah tanaman induk daun pegagan 1 – 12 MST dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.
[image:39.595.112.561.333.504.2]Rataan jumlah daun pada perlakuan umur panen dan berbagai tingkat pemberian fosfor hingga 12 MST disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Jumlah Daun Tanaman Induk (helai) pada Perlakuan Umur Panen dan Pemberian Fosfor pada 1 - 12 MST
Perlakuan Jumlah Daun (helai) minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
U1 = 8 MST 3,92 4,58 6,42 9,08 13,50 18,00 24,42 36,83
U2 = 10 MST 4,17 5,83 6,67 9,08 14,83 20,58 30,25 29,58 30,83 24,08
U3 = 12 MST 3,75 5,42 6,33 10,42 11,58 18,83 27,92 27,83 31,25 25,08 19,08 20,17
F0 = 0 kg/ha 3,89 4,89 6,00 9,11 14,22 21,89 29,33 32,67 32,22 31,00 27,67 27,89
F1 = 18 kg/ha 4,22 5,44 7,00 11,11 12,44 20,78 26,00 26,00 28,78 28,22 26,11 26,44
F2 = 36 kg/ha 4,00 5,33 5,44 8,56 13,33 15,44 26,89 37,11 42,44 31,22 30,67 31,89
F3 = 54 kg/ha 3,67 5,44 7,44 9,33 13,22 18,44 27,89 29,89 28,44 24.22 22.22 21.89
Dari hasil pengamatan dapat dibuat gambar perkembangan pertumbuhan
Gambar 1. Grafik perkembangan jumlah daun tanaman induk (helai) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah daun tanaman induk pegagan pada perlakuan U1, U2 dan U3 tidak memiliki perbedaan yang jelas
hingga 7 MST, pada 7 MST pertambahan jumlah daun U1 sedikit melambat
dibandingkan U2 dan U3, hal ini diduga pertumbuhan tanaman pada perlakuan U1
tidak sebagus perlakuan U2 dan U3, namun pada 8 MST pertambahan jumlah daun
U1 paling tinggi diikuti U2 dan U3, hal ini mungkin disebabkan oleh penyerapan
unsur hara U1 yang tinggi dan pertumbuhan yang lebih baik daripada minggu
sebelumnya, kemudian U1 dipanen. Pada perlakuan U2 pertumbuhan menurun
sedikit pada 8 MST, meningkat lagi pada 9 MST kemudian umur 10 MST U2
dipanen, sedangkan perlakuan U3 titik pertumbuhan paling tinggi pada 9 MST lalu
menurun hingga 12 MST akhirnya pertambahan melambat lalu dipanen.
Sedangkan pada perlakuan pemberian fosfor digambarkan pada Gambar 2
sebagai berikut.
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ju
m
lah
Dau
n
(
h
el
ai
)
Umur Tanaman (MST)
Gambar 2. Grafik perkembangan jumlah daun tanaman induk (helai) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah daun tanaman
induk pegagan pada tiap perlakuan fosfor tidak memiliki perbedaan yang jelas hingga 7 MST, pertumbuhan terus meningkat hingga paling tinggi pada 8 MST
kemudian mulai menurun. Pada perlakuan F2 dan F1 terlihat perbedaan yang
cukup jelas pada 9 MST, hal ini diduga merupakan titik tertinggi dimana pertumbuhan tanaman sangat pesat dan aktifitas perakaran meningkat sehingga
penyerapan larutan hara tinggi pada perlakuan F2 tersebut. Pada perlakuan F0 dan
F3 mulai 9 MST cenderung terjadi penurunan hingga umur 12 MST, sedangkan
perlakuan F1 dan F2 penurunan mulai terjadi pada 10 MST namun sedikit
meningkat pada 12 MST, akhirnya pertambahan melambat.
Penurunan jumlah daun diduga karena pada umur 8 MST (2 bulan) daun
sudah mulai banyak yang menguning, layu dan mati (dari hasil penelitian tersendiri diketahui usia daun pegagan adalah sekitar 2 bulan). Daun yang
menguning dan layu tidak ikut dihitung dalam jumlah daun sehingga perbandingan daun yang layu dan menguning lebih banyak daripada daun yang
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ju
m
lah
Dau
n
(
h
el
ai
)
Umur Tanaman (MST)
terbuka sempurna dan tidak kuning. Selain itu diduga semakin bertambahnya umur, perkembangan tanaman diarahkan ke pembentukan organ lain seperti
jumlah sulur, panjang sulur dan jumlah stolon untuk memperluas pertumbuhan tanaman agar tercukupi kebutuhan unsur haranya dan dapat bersaing dengan tanaman lain.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur panen dan pemberian fosfor serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun
pada umur 1 – 12 MST.
Meskipun tidak dipengaruhi secara nyata tetapi terdapat kecenderungan bahwa jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan umur panen 8 minggu (U1)
dan paling sedikit pada umur panen 12 minggu (U3). Demikian juga pada
pemberian fosfor meskipun tidak dipengaruhi secara nyata tetapi menunjukkan
kecenderungan bahwa jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan F2 dengan
pemberian fosfor 36 kg P2O5/ha (F2) dan paling sedikit pada F3 (54 kg P2O5/ha).
Luas Daun (cm2)
Data pengamatan total luas daun tanaman induk pegagan 1 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 5. Data pengamatan total luas daun setelah
transformasi (X + 0,5)1/2 dapat dilihat pada Lampiran 6. Daftar sidik ragam total luas daun setelah transformasi dapat dilihat pada Lampiran 7 sedangkan daftar sidik ragam interaksi pada umur 2 MST dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 2. Rataan Total Luas Daun Tanaman Induk Pegagan pada Perlakuan Umur Panen dan Pemberian Fosfor pada 1 – 12 MST
Perlakuan Luas Daun (cm
2) minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
U1 = 8 MST 33,90 39,45 59,89 85,44 126,74 204,84 215,54 324,46
U2 = 10 MST 4,.32 64,66 65,60 81,08 172,81 223,33 301,98 281,56 205,69 152,41
U3 = 12 MST 31,59 47,20 56,89 101,10 108,93 195,58 253,31 228,61 272,02 202,42 147,26 125.,16
F0 = 0 kg/ha 33,58 47,62 50,39 88,37 150,05 238,92 253,40 266,26 258,19 239,18 206,71 199,85
F1 = 18 kg/ha 36,16 47,04 59,45 88,90 109,67 169,81 192,32 216,42 177,23 200,07 189,31 170,37
F2 = 36 kg/ha 36,82 48,88 50,49 78,91 134,08 212,02 238,55 339,89 367,75 275,17 273,97 277,85
F3 = 54 kg/ha 35,85 58,20 82,86 100,65 150,85 210,92 343,50 290,27 266,39 191,31 162,19 154,63
Dari hasil pengamatan dapat dibuat gambar perkembangan pertumbuhan tanaman. Perkembangan total luas daun tanaman induk pegagan hingga 12 MST
pada perlakuan umur panen digambarkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik perkembangan total luas daun tanaman induk (cm2) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen
Gambar 3 memperlihatkan bahwa perkembangan luas daun pegagan tiap
perlakuan terus meningkat dan paling tinggi pada 7 MST, kecuali pada U1 titik
pertumbuhan tertinggi pada umur 8 MST kemudian dipanen. Pada perlakuan U2
mulai 8 MST cenderung terjadi penurunan hingga umur 10 MST lalu U2 dipanen. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
L u as D au n ( cm 2)
Umur Tanaman (MST)
U1
U2
Namun perlakuan U3 meningkat sampai 9 MST kemudian kembali terjadi
penurunan hingga umur 12 MST lalu dipanen. Penurunan ini disebabkan oleh
karena pada umur 8 MST (2 bulan) daun sudah mulai banyak yang menguning, layu dan mati karena umur panen pegagan adalah sekitar 2 bulan (8 minggu).
Sedangkan perkembangan total luas daun tanaman induk pegagan hingga
12 MST pada perlakuan pemberian fosfor ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik perkembangan total luas daun tanaman induk (cm2) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa perkembangan luas daun pegagan pada
tiap perlakuan fosfor tidak berbeda jelas hingga 6 MST. Pada perlakuan F0, F1
pertumbuhan cenderung meningkat hingga paling tinggi pada 8 MST kemudian
menurun seiring pertambahan umur tanaman, kecuali perlakuan F3 pertumbuhan
tertinggi terjadi hanya sampai 7 MST kemudian menurun hingga 12 MST. Sedangkan perlakuan F2 masih meningkat sampai 9 MST lalu menurun mulai 10
MST dan pertambahannya melambat hingga 12 MST. Pada perlakuan F0 dan F1
mulai umur 9 MST cenderung terjadi penurunan hingga 12 MST karena daun
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
L
u
as
D
au
n
(cm
2)
Umur Tanaman (MST)
sudah mulai kuning, layu dan mati disebabkan umur panen pegagan adalah sekitar 2 bulan (8 minggu).
Penurunan perkembangan luas daun diduga bahwa semula pertumbuhan tanaman meningkat mengikuti umur tanaman pegagan sehingga daun mengalami proses diferensiasi dan pertumbuhan secara aktif dimana terjadi pertambahan
ukuran luas daun untuk mendukung daun memperoleh cahaya penuh sehingga dapat aktif berfotosintesis. Namun memasuki fase penuaan daun-daun mulai
menguning dan layu sehingga daun-daun yang semula diukur dan telah menguning tersebut tergantikan oleh daun-daun muda yang ukurannya lebih kecil sehingga mengurangi total luas daun.
Hasil sidik ragam pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa berbagai perlakuan umur panen maupun pemberian fosfor berpengaruh tidak nyata
terhadap total luas daun tanaman induk pada umur 1 – 12 MST. Interaksi dari perlakuan umur panen dan pemberian fosfor berpengaruh nyata hanya pada umur 2 MST.
Rataan total luas daun setelah transformasi (X + 0,5)1/2 pada interaksi antara perlakuan umur panen dan berbagai tingkat pemberian fosfor 2 MST
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Total Luas Daun Pegagan setelah transformasi (X + 0,5)1/2 pada Interaksi Perlakuan Umur Panen dan Pemberian Fosfor Umur 2 MST
Umur Panen Pemberian Fosfor Rataan
F0 F1 F2 F3
U1 5,174c 6,100bc 6,706bc 6,793bc 6,193
U2 7,088bc 7,160bc 7,304bc 9,852a 7,851
U3 7,886b 7,171bc 6,738bc 5,233c 6,757
Rataan 6,716 6,810 6,916 7,293
Dari Tabel 3 dapat dilihat total luas daun terluas terdapat pada kombinasi perlakuan U2F3 (9,852 cm2) yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan
lainnya. Sedangkan hasil terendah terdapat pada kombinasi perlakuan U1F0 (5,174
cm2) yang hanya berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan U3F0 dan U2F3.
Kurva respon luas daun (cm2) umur 2 MST terhadap perlakuan pemberian
[image:46.595.149.471.271.463.2]fosfor pada berbagai umur panen dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kurva respon luas daun tanaman induk (cm2) pada umur 2 MST terhadap perlakuan pemberian fosfor pada berbagai umur panen
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa kurva respon luas daun pegagan umur 2 MST terhadap umur panen pada berbagai perlakuan pemberian fosfor dimana
pengaruh fosfor pada U2 (10 minggu) menunjukkan hubungan persamaan linier
positif, dimana dengan pemberian fosfor yang semakin tinggi mengakibatkan
peningkatan luas daun. Pada U1 (8 minggu) kurva respon tidak nyata. Pengaruh
fosfor pada U3 (12 minggu) adalah linier negatif dimana semakin banyak
pemberian fosfor mengakibatkan luas daun yang semakin menurun.
ŶU2 = 6,5855 + 0,0469F, r = 0,66
ŶU3 = 8,0156 - 0,0466F, r = -0,93
4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0
0 18 36 54
L u as D au n ( cm 2) Um u r 2 M ST tr an sf o rm as i √x + 0 ,5
Pemberian Fosfor (kg P2O5/ha)
U2
Sedangkan kurva respon luas daun (cm2) umur 2 MST terhadap perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk
daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Gambar 6. Kurva respon luas daun tanaman induk (cm2) pada umur 2 MST terhadap perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa kurva respon luas daun pegagan umur 2 MST terhadap umur panen pada berbagai perlakuan tingkat pemberian fosfor dimana umur panen pada F0 menunjukkan hubungan linier positif yang artinya
dengan bertambahnya umur panen akan meningkatkan luas daun. Pada F1 dan F2
kurva respon tidak nyata. Sedangkan pengaruh umur panen pada F3 adalah
kuadratik positif bahwa pertambahan umur panen mengakibatkan peningkatan luas daun sampai sekitar 9,89 cm2 yaitu 9,8 MST pada F3.
ŶF0 = -0,0638 + 0,678U, r = 0,94
ŶF3 = - 82,219 + 18,804U - 0,9597U2 , R² = 1 Ŷ max = 9,89 pada U = 9,8 MST
4,0 6,0 8,0 10,0 12,0
6 8 10 12
L u as D au n ( cm 2) Um u r 2 M ST tr an sf o rm as i √x + 0 ,5
Umur Panen (MST)
F0
[image:47.595.135.479.183.406.2]Panjang Tangkai Daun (cm)
Data pengamatan panjang tangkai daun umur 3 – 12 MST dapat dilihat
pada Lampiran 10. Daftar sidik ragam panjang tangkai daun dapat dilihat pada Lampiran 11.
Rataan panjang tangkai daun pada perlakuan umur panen dan berbagai
[image:48.595.118.531.305.484.2]tingkat pemberian fosfor umur 3 – 12 MST disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Panjang Tangkai Daun Pegagan pada Perlakuan Umur Panen dan Pemberian Fosfor 3 – 12 MST
Perlakuan Panjang Tangkai Daun (cm) minggu ke-
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
U1 = 8 MST 4.28 3.82 4.15 3.78 3.93 4.02
U2 = 10 MST 4.65 4.29 3.71 4.40 4.33 4.40 4.23 3.80
U3 = 12 MST 4.05 3.93 3.50 3.87 3.62 3.57 4.00 3.10 3.60 3.62
F0 = 0 kg/ha 4.12 4.19 3.67 4.02 4.14 3.37 3.64 3.40 3.74 3.63
F1 = 18 kg/ha 4.13 3.87 4.14 3.91 3.71 3.84 4.25 3.62 3.62 3.79
F2 = 36 kg/ha 4.24 3.61 3.58 3.95 3.90 4.23 4.22 4.02 4.31 4.27
F3 = 54 kg/ha 4.82 4.38 3.76 4.19 4.10 4.55 4.23 3.53 3.56 3.56
Gambar 7. Grafik perkembangan panjang tangkai daun (cm) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa perkembangan panjang tangkai daun pegagan pada perlakuan U1 pertumbuhan sedikit menurun di 4 MST kemudian
meningkat di 5 MST, namun sedikit menurun di 6 MST dan kembali meningkat
sampai 8 MST lalu panen. Pada perlakuan U2 pertumbuhan menurun hingga 5
MST, meningkat lagi pada umur 6 MST lalu terjadi pertambahan melambat dan
menurun hingga 10 MST lalu panen. Sedangkan pada perlakuan U3 juga menurun
sampai 5 MST, lalu meningkat di 6 MST dan sedikit menurun di 7 dan 8 MST, kembali meningkat di 9 MST namun menurun di 10 MST hingga akhirnya
meningkat di umur 11 dan 12 MST kemudian dipanen.
Sedangkan grafik pertumbuhan pegagan pada perlakuan pemberian fosfor
digambarkan pada Gambar 8 sebagai berikut.
0 1 2 3 4 5 6
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
P
an
jan
g
T
an
g
k
ai D
au
n
(
cm
)
Umur Tanaman (MST)
Gambar 8. Grafik perkembangan panjang tangkai daun (cm) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor
Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa perkembangan panjang tangkai daun pegagan pada perlakuan F0, F2 dan F3 terjadi penurunan di umur 5 MST, kecuali
pada perlakuan F1 pertumbuhan tertinggi pada pada 5 MST. Perlakuan F0 kembali
meningkat sampai umur 7 MST, menurun di 8 MST kemudian meningkat lagi di 9 dan pertambahan melambat sampai 12 MST. Sedangkan perlakuan F1 menurun di
6 dan 7 MST lalu meningkat pada 9 MST dengan pertambahan yang lambat sampai umur 12 MST. Perlakuan F2 terjadi peningkatan pada umur 6 sampai 9
MST, menurun di 10 MST lalu kembali meningkat hingga 12 MST. Sedangkan
perlakuan F3 mulai umur 6 MST pertumbuhan meningkat hingga paling tinggi
sampai 8 MST namun mulai menurun hingga 10 MST dan akhirnya sedikit
meningkat sampai umur 12 MST.
Perkembangan pertumbuhan panjang tangkai daun yang tidak stabil ini diduga karena tumbuhnya daun-daun baru yang memiliki tangkai daun yang lebih
pendek, menggantikan daun dengan tangkai daun yang panjang yang sudah mulai menguning dan layu sehingga mengurangi rataan panjang tangkai daun. Selain itu
diduga terjadinya gangguan yang ditimbulkan oleh lingkungan tumbuh yang tidak
0 1 2 3 4 5 6
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
P an jan g T an g k ai D au n ( cm )
Umur Tanaman (MST)
kondusif seperti terjadinya serangan penyakit virus dan cuaca ekstrim pada minggu-minggu tertentu (temperatur cuaca harian dapat dilihat pada Lampiran 29)
sehingga pertumbuhan tanaman terganggu seperti tanaman mengalami kelayuan dan kekeringan, pertumbuhan melambat, panjang tangkai daun tidak berkembang.
Hasil sidik ragam pada Lampiran 11 menunjukkan bahwa berbagai
perlakuan umur panen dan pemberian fosfor maupun interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tangkai daun pada umur 3 – 12 MST.
Meskipun tidak dipengaruhi secara nyata tetapi terdapat kecenderungan bahwa panjang tangkai daun terpanjang terdapat pada perlakuan umur panen 10 minggu (U2) dan paling rendah pada umur panen 12 minggu (U3). Demikian juga
pada pemberian fosfor meskipun tidak dipengaruhi secara nyata tetapi menunjukkan kecenderungan panjang tangkai daun terpanjang terdapat pada
perlakuan F2 dan F3, rata-rata paling rendah pada perlakuan F0 atau tanpa
pemberian pupuk.
Jumlah Sulur Primer (sulur)
Data pengamatan jumlah sulur primer pada umur 3 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 12. Data pengamatan jumlah sulur primer setelah transformasi
(X + 0,5)1/2 dapat dilihat pada Lampiran 13. Daftar sidik ragam jumlah sulur primer setelah transformasi dapat dilihat pada Lampiran 14 sedangkan daftar sidik ragam interaksi pada umur 5 MST dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 5. Rataan Jumlah Sulur Primer Pegagan pada Perlakuan Umur Panen dan Pemberian Fosfor 3 – 12 MST
Perlakuan Jumlah Sulur Primer(sulur) minggu ke-
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
U1 = 8 MST 1.46 2.92 4.67 8.42 9.17 9.92
U2 = 10 MST 1.71 2.00 5.42 8.17 7.67 9.42 12.00 14.08
U3 = 12 MST 1.71 3.25 5.17 5.08 8.17 8.58 11.25 13.33 12.83 14.00
F0 = 0 kg/ha 1.78 2.89 4.89 7.78 9.67 9.44 11.78 13.67 14.22 14.56
F1 = 18 kg/ha 1.67 2.11 4.56 5.89 7.89 9.78 11.00 12.78 11.22 12.11
F2 = 36 kg/ha 1.28 2.67 4.89 7.22 8.22 8.89 11.22 12.44 12.44 12.67
F3 = 54 kg/ha 1.78 3.22 6.00 8.00 7.56 9.11 10.22 10.89 11.22 11.33
[image:52.595.117.530.416.588.2]Dari data pengamatan dapat dibuat gambar perkembangan pertumbuhan tanaman. Grafik perkembangan pada perlakuan umur panen disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik perkembangan jumlah sulur primer (sulur) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen
Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah sulur primer pegagan pada perlakuan U1 cenderung terus meningkat dan paling tinggi pada
umur 8 MST kemudian panen. Pada perlakuan U2 mulanya meningkat sampai
umur 6 MST kemudian sedikit menurun di 7 MST lalu kembali meningkat pada
0 1 2 3 4
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ju
m
la
h
Su
lu
r Pri
m
er
(s
u
lu
r)
Umur Tanaman (MST)
U1
U2
umur 8 MST hingga pertumbuhan paling tinggi pada 10 MST kemudian panen. Sedangkan pada perlakuan U3 pertumbuhan cenderung terus meningkat sampai 10
MST (sedikit menurun di 6 MST) sedikit menurun di 11 MST dan meningkat di umur 12 MST kemudian panen.
Sedangkan pada perlakuan pemberian fosfor ditampilkan pada Gambar 10
sebagai berikut:
Gambar 10. Grafik perkembangan jumlah sulur primer (sulur) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor
Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah sulur primer
pegagan pada perlakuan F0 cenderung terjadi peningkatan sampai umur 7 MST
namun sedikit menurun di 8 MST kemudian kembali meningkat hingga umur 12
MST. Pada perlakuan F1 dan F2 pertumbuhan cenderung meningkat hingga paling
tinggi umur 10 MST seiring dengan pertambahan umur tanaman kemudian mulai 11 MST menurun dan sedikit meningkat di 12 MST. Sedangkan pada perlakuan
F3 peningkatan terjadi sampai umur 6 MST, sedikit menurun di 7 MST kemudian
kembali meningkat sampai 12 MST.
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah sulur primer pegagan cenderung meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman. Semakin
0 1 2 3 4
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ju
m
la
h
Su
lu
r Pri
m
er
(s
u
lu
r)
Umur Tanaman (MST)
[image:53.595.116.523.256.449.2]bertambah umur tanaman semakin meningkat pula pertumbuhan organ vegetatif tanaman yaitu sulur primer. Hal ini diduga bahwa hasil fotosintat meningkat dan
difungsikan untuk pembentukan jumlah sulur sehingga mendukung pertambahan jumlah sulur primer untuk meningkatkan serapan hara untuk pertumbuhan tanaman dan dapat bersaing dengan tanaman lain.
Hasil sidik ragam pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa perlakuan umur panen dan pemberian fosfor berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah sulur primer
umur 3 – 12 MST. Interaksi dari umur panen dan pemberian fosfor berpengaruh nyata hanya pada umur 5 MST. Rataan jumlah sulur primer pada interaksi antara perlakuan umur panen dan berbagai tingkat pemberian fosfor 5 MST disajikan
[image:54.595.113.533.431.533.2]pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Jumlah Sulur Primer setelah transformasi (X + 0,5)1/2 Pada Interaksi Perlakuan Umur Panen dan Pemberian Fosfor umur 5 MST
Umur Panen Pemberian Fosfor Rataan
F0 F1 F2 F3
U1 1,739c 2,244abc 2,281abc 2,507ab 2,193
U2 2,178abc 2,108abc 2,219abc 2,768a 2,318
U3 2,731a 2,264abc 2,318abc 1,967bc 2,320
Rataan 2,216 2,205 2,273 2,414
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf bernotasi yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan.
Dari Tabel 6 dapat dilihat jumlah sulur primer nyata terbanyak terdapat pada kombinasi perlakuan U2F3 (2,768 sulur) yang hanya berbeda nyata dengan
U1F0 dan U3F3 sedangkan U1F0 memberikan hasil terendah (1,739 sulur) yang
berbeda nyata dengan U3F0, U1F3 dan U2F3.
Kurva respon jumlah sulur primer (sulur) umur 5 MST terhadap perlakuan
Gambar 11. Kurva respon jumlah sulur primer (sulur) umur 5 MST terhadap perlakuan pemberian fosfor pada berbagai umur panen
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa kurva respon jumlah sulur primer
(sulur) umur 5 MST terhadap umur panen pada berbagai perlakuan pemberian fosfor dimana pengaruh fosfor pada U1 (8 minggu) menunjukkan hubungan linier
positif, artinya dengan pemberian fosfor yang semakin tinggi mengakibatkan
peningkatan jumlah sulur primer. Pada U2 (10 minggu) kurva respon tidak nyata.
Pengaruh fosfor pada U3 (12 minggu) adalah linier negatif bahwa semakin banyak
pemberian fosfor mengakibatkan jumlah sulur primer yang semakin berkurang. Sedangkan kurva respon jumlah sulur primer (sulur) umur 5 MST terhadap perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor dapat dilihat pada Gambar
12. Untuk daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 16. ŶU1 = 1,8413 + 0,013F, r = 0,87
ŶU3 = 2,6558 - 0,0124F, r = -0,84
1,5 2,0 2,5 3,0
0 18 36 54
Ju m lah S ul ur Pri m er Um u r 5 M ST tr an sf o rm as i √x + 0 ,5
Pemberian Fosfor (kg P2O5/ha)
U1
Gambar 12. Kurva respon jumlah sulur primer (sulur) umur 5 MST terhadap perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor
Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa kurva respon jumlah sulur primer
(sulur) umur 5 MST terhadap pemberian fosfor pada berbagai perlakuan umur panen dimana pengaruh umur panen pada F0 menunjukkan hubungan linier positif
artinya bertambahnya umur panen akan meningkatkan jumlah sulur primer.
Sedangkan pada F1, F2 dan F3 kurva respon tidak nyata.
Panjang Sulur Primer (cm)
Data pengamatan panjang sulur primer pada umur 3 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 17. Data pengamatan panjang sulur primer setelah transformasi (X + 0,5)1/2 dapat dilihat pada Lampiran 18. Daftar sidik ragam
panjang sulur primer setelah transformasi dapat dilihat pada Lampiran 19 sedangkan daftar sidik ragam interaksi pada umur 5 MST dapat dilihat pada
Lampiran 20.
Rataan panjang s