• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dalam Pemenuhan Kebutuhan Ibu Nifas Terhadap Konseling Keluarga Berencana (KB) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dalam Pemenuhan Kebutuhan Ibu Nifas Terhadap Konseling Keluarga Berencana (KB) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN IBU NIFAS TERHADAP KONSELING KELUARGA BERENCANA (KB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA

KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2009

ROLIES FEBRISA W.T

085102086

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Rolies Febrisa W.T

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dalam Pemenuhan Kebutuhan Ibu Nifas Terhadap Konseling Keluarga Berencana (KB) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009

Xii + 52 hal + 9 tabel + 1 skema + 15 lampiran

Abstrak

Masalah pertumbuhan penduduk banyak menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) yang diakibatkan oleh kesuburan yang tidak terkendali. Dengan adanya masalah tersebut maka dibentuklah program Keluarga Berencana (KB). Masih lemahnya kemampuan SDM Kesehatan dalam membuat perencanaan pelayanan kesehatan serta sikap perilaku mereka dalam mengantisipasi permasalahan kesehatan yang terjadi khususnya program KB, ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling Keluarga Berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan besar sampel sebanyak 36 orang yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2009 sampai dengan Mei 2009. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, kuesioner pengetahuan, dan kuesioner sikap. Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengatahuan menunjukkan mayoritas bidan memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 24 orang (66,7%) tentang konseling KB, pengetahuan baik sebanyak 8 orang (22,2%) tentang konseling KB, dan minoritas pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (11,1%) tentang konseling KB. Hasil penelitian berdasarkan sikap menunjukkan mayoritas bidan memiliki sikap yang postif sebanyak 27 orang (75%) tentang konseling KB dan minoritas sikap negatif sebanyak 9 orang (25%) tentang konseling KB. Sedangkan hasil analisa chi square dengan nilai signifikan ρ=0,045, sehingga (ρ<0,05) atau dapat disimpulkan bahwa hipotesa dapat diterima, artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Diharapkan bidan mengetahui pemenuhan kebutuhan ibu nifas dalam upaya melakukan pemberian konseling keluarga berencana sehingga bidan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kontrasepsi dengan baik.

Kata Kunci : Hubungan, pengetahuan, sikap, bidan, pemenuhan kebutuhan ibu nifas, konseling KB.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dalam Pemenuhan Kebutuhan Ibu Nifas Terhadap Konseling Keluarga Berencana (KB) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009”.

Dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU. 2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik

FK USU.

3. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

4. Seluruh dosen, staf, dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik FK USU.

5. Kepala Puskesmas Helvetia beserta seluruh staf, yang telah memberikan data yang diperlukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Orang tua tercinta, Ayahanda Drs. C.K Tampubolon dan Ibunda R.Aritonang yang telah memberikan kasih sayang, dorongan doa, moril dan material selama penulis menjalani pendidikan.

(4)

8. Semua pihak yang mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan karya tuli ilmiah ini dengan sebaik-baiknya, namun peneliti tidak menutup diri dari kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Mudah-mudahan isi dan makna proposal karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2009

Penulis

(5)

DAFTAR ISI JUDUL KTI………i LEMBARAN PENGESAHAN……….ii LEMBARAN PERNYATAAN……….iii ABSTRAK………...iv KATA PENGANTAR………v DAFTAR ISI………...vii DAFTAR TABEL...ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan...4

D. Manfaat Penelitian...5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan...6

B. Sikap...7

C. Bidan...11

D. Ibu Nifas...12

E. Konseling...14

F. Keluarga berencana...17

BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep...29

B. Hipotesis...29

C. Defenisi Operasional...30

BAB IV. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...31

B. Populasi dan Sampel...31

C. Tempat Penelitian...31

D. Waktu Penelitian...32

E. Etika Penelitian...32

F. Instrumen Penelitian...32

G. Prosedur Pengumpulan Data...35

H. Aspek Pengukuran...36

I. Analisa data...37

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...38

1. Karakteristik responden...39

2. Tingkat Pengetahuan Bidan terhadap Konseling KB...46

3. Sikap Bidan terhadap Konseling KB...47

(6)

B. Pembahasan...48

1. Karakteristik responden...49

2. Tingkat Pengetahuan Bidan terhadap Konseling KB...50

3. Sikap Bidan terhadap Konseling KB...50

4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan terhadap Konseling KB...52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...53

B. Saran...54 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan Tabel 3.1. Defenisi Operasional

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Sikap Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan bidan dalam pemenuhan

kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB)

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB)

Tabel 5.6. Tabulasi Silang tingkat pengetahuan dengan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB)

(8)

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Rolies Febrisa W.T

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dalam Pemenuhan Kebutuhan Ibu Nifas Terhadap Konseling Keluarga Berencana (KB) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009

Xii + 52 hal + 9 tabel + 1 skema + 15 lampiran

Abstrak

Masalah pertumbuhan penduduk banyak menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) yang diakibatkan oleh kesuburan yang tidak terkendali. Dengan adanya masalah tersebut maka dibentuklah program Keluarga Berencana (KB). Masih lemahnya kemampuan SDM Kesehatan dalam membuat perencanaan pelayanan kesehatan serta sikap perilaku mereka dalam mengantisipasi permasalahan kesehatan yang terjadi khususnya program KB, ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling Keluarga Berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan besar sampel sebanyak 36 orang yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2009 sampai dengan Mei 2009. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, kuesioner pengetahuan, dan kuesioner sikap. Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengatahuan menunjukkan mayoritas bidan memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 24 orang (66,7%) tentang konseling KB, pengetahuan baik sebanyak 8 orang (22,2%) tentang konseling KB, dan minoritas pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (11,1%) tentang konseling KB. Hasil penelitian berdasarkan sikap menunjukkan mayoritas bidan memiliki sikap yang postif sebanyak 27 orang (75%) tentang konseling KB dan minoritas sikap negatif sebanyak 9 orang (25%) tentang konseling KB. Sedangkan hasil analisa chi square dengan nilai signifikan ρ=0,045, sehingga (ρ<0,05) atau dapat disimpulkan bahwa hipotesa dapat diterima, artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Diharapkan bidan mengetahui pemenuhan kebutuhan ibu nifas dalam upaya melakukan pemberian konseling keluarga berencana sehingga bidan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kontrasepsi dengan baik.

Kata Kunci : Hubungan, pengetahuan, sikap, bidan, pemenuhan kebutuhan ibu nifas, konseling KB.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesadaran dunia tentang bahaya pertumbuhan penduduk yang besar dan cepat telah mengundang pemimpin dunia untuk mempersoalkan penduduk dunia yang makin membahayakan. Masalah pertumbuhan penduduk ini banyak menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) yang diakibatkan oleh kesuburan yang tidak terkendali. Dengan adanya masalah tersebut maka dibentuklah program Keluarga Berencana (KB).

Menurut Departemen Kesehatan dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia AKI di Indonesia tahun 2007 mencapai 248 kematian ibu per 100 ribu kelahiran hidup. Diharapkan tahun 2010, AKI turun menjadi 226 per 100 ribu kelahiran. Di Indonesia setiap tahun terjadi 13.815 kematian ibu atau setiap hari terjadi 38 kematian ibu atau setiap jam ada ibu hamil, bersalin, dan nifas yang meninggal karena berbagai penyebab. Sedangkan di Sumatera Utara setiap tahun terjadi 132 kematian ibu (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007).

(10)

Program Keluarga Berencana Nasional dimana visinya adalah mewujudkan “ Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Berdasarkan visi dan misi tersebut, Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk.

Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang merupakan salah satu di dalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.

Banyaknya akseptor baru KB di kota Medan tahun 2006 sebanyak 82,09% dari 292.411 pasangan usia subur. Pencapaian akseptor KB aktif di kota Medan sebanyak 93,06% dari 196.243 target. Akseptor KB baru menurut alat kontrasepsi yang digunakan, seperti : pil sebanyak 12.857, Intra Uterine Device (IUD) sebanyak 2.586, kondom sebanyak 1.241, suntik sebanyak 14.697, lain-lain sebanyak 2.252 (BKKBN Kota Medan, 2007).

(11)

samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang tua. Untuk ini semua, konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (Saifuddin, et al. 2004).

Untuk menunjang pelayanan kontrasepsi yang berkualitas diperlukan tenaga pengelola dan pelaksana yang terampil dalam memberikan penjelasan yang bermutu serta tidak meragukan (Murad, et al. 1998).

Tenaga Kesehatan khususnya bidan merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan yang pada satu sisi adalah unsur penunjang utama dalam pelayanan kesehatan, pada sisi lain, ternyata kondisinya saat ini masih jauh dari kurang, baik pada kuantitas maupun kualitasnya. Disini perlu perhatian pemerintah pada peningkatan dan pemberdayaan SDM Kesehatan secara profesional. Utamanya dalam pembentukan sikap dan perilaku profesional SDM Kesehatannya melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Disamping itu, masalah yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah mengenai SDM Kesehatan ini adalah kurang efisien, efektif, dan profesionalisme dalam menanggulangi permasalahan kesehatan. Masih lemahnya kemampuan SDM Kesehatan dalam membuat perencanaan pelayanan kesehatan serta sikap perilaku mereka dalam mengantisipasi permasalahan kesehatan yang terjadi, ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat (Roesmono, 2006).

Oleh karena itu dalam pelayanan kontrasepsi, para pengelola dan pelaksana pelayanan kontrasepsi perlu memberikan konseling secara akrab dengan kliennya guna memantapkan penerimaan pelayanan kontrasepsinya (Murad, et al. 1998).

(12)

peka terhadap adat setempat. Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam penyediaan asuhan masa nifas (Wijono, 2003).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling Keluarga Berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling Keluarga Berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling Keluarga Berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

(13)

b. Mengetahui sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling Keluarga Berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009.

c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling Keluarga Berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Bahan masukan untuk pembuatan atau perbaikan kebijakan pengelolaan tenaga kesehatan kususnya bidan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kontrasepsi khususnya pemberian konseling keluarga berencana.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi pustaka dan informasi ilmiah serta bisa sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Penelitian Kebidanan

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, media massa, maupun lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominasi yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

2. Tingkat Pengetahuan a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

(15)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sisntesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo. 1997).

B. SIKAP

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

(16)

4. Kecenderungan untuk bertindak.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1. Menerima

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).

Sikap dan perilaku seseorang dibatasi oleh hukum dan moral. Hukum membatasi sisi lahiriahnya, sedangkan moral membatasi sisi sikap batiniahnya. Disamping itu, sikap dan perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh kecerdasan emosinal orang itu sendiri.Kecerdasan emosinal adalah kemempuan seseorang dalam mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi atau masalah yang menyenangkan maupun menyakitkan.

(17)

organisasi/ institusi yang ada, sangat membutuhkan SDM kesehatan yang mempunyai sikap dan perilaku sebagai berikut :

1. Memperlakukan pelanggan sebagai mitra seumur hidup.

2. Mampu menciptakan strategi pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan profesi dan kompetensinya.

3. Hargai keluhan pelanggan dengan kebaikan, simpati dan pemecahan masalah.

4. Perlakukan setiap pelanggan sebagai sesuatu yang unik dan khusus. 5. Lakukan doktrin Informed Consent secara ikhlas.

6. Laksanakan tindakan rekam medik sesuai dengan ketentuan yang ada. 7. Dapat mengetahui kepuasan pelanggan melalui sisi mata pelanggan memandang

kepuasan yang didapat.

8. Paham, mengerti, dan mempu melaksanakan seni pelayanan pelanggan yang berkualitas sesuai dengan etika dan hukum yang berlaku.

9. Tetapkan sasaran-sasaran kualitas pelayanan dan penghargaan yang akan diberikan.

10.Mau terjun langsung ke lapangan dan melihat apa yang terjadi. 11.Bersikap sabar dan tidak mudah puas dengan hasil yang didapat.

12.Mau mendengar dan mensikapi terhadap gagasan yang timbul terhadap pelayanan yang berkualitas (Roesmono, 2008).

Bagaimana sikap petugas kesehatan dalam melakukan konseling yang baik terutama bagi calon klien KB baru?

(18)

Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap klien, dan menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien dengan orang lain.

2. Interaksi antara petugas dan klien

Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah dengan cara memahami bahwa klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan.

3. Memberikan informasi yang baik kepada klien

Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien.

4. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan

(19)

Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya, dan harus tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan penggunaan kontrasepsi.

6. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat.

Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya. Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip charts, poster, pamflet, atau halaman bergambar (Saifuddin, et al. 2003).

C. BIDAN

1. Pengertian Bidan

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

(20)

dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya.

2. Etika Pelayanan Kontrasepsi dalam Kebidanan

Kontrasepsi dan Keluarga Berencana menentukan kapan, berapa banyak dan jarak (interval) untuk mempunyai anak. Dalam merencanakan jumlah anak, seorang ibu telah merundingkan dengan suaminya dan telah menetapkan metode kontrasepsi apa yang akan digunakan. Oleh karena itu keputusan untuk memilih kontrasepsi ada pada wanita.

Dengan demikian, keputusan yang diambil oleh klien ini berada di luar kompetensi bidan. Jika klien belum mempunyai keputusan karena disebabkan ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi yang akan digunakan, menjadi kewajiban bidan untuk memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien, dengan memberikan beberapa alternatif sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki (Sofyan, et al. 2005).

D. IBU NIFAS

1. Pengertian

Ibu nifas adalah seorang wanita yang mengalami perubahan organ alat kelamin, khususnya rahim, dimulai dari sesudah lahirnya plasenta perlahan-lahan kembali ke keadaan sebelum hamil dan mencakup 6 minggu berikutnya (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2003).

(21)

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

a. Kunjungan I

Pada waktu 6-8 jam setelah persalinan Tujuan :

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga tentang keadaannya.

4) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 5) Pemberian Air Susu Ibu awal.

6) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

7) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

b. Kunjungan II

Pada waktu 6 hari setelah persalinan Tujuan :

(22)

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III

Pada waktu 2 minggu setelah persalinan. Sama seperti diatas ( 6 hari setelah persalinan ) d. Kunjungan IV

Pada waktu 6 minggu setelah persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami. 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Manuaba, 1998).

E. KONSELING

1. Pengertian Konseling

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, et al. 2004).

2. Tujuan Konseling oleh Bidan adalah :

a. Agar calon peserta KB memahami manfaat KB bagi dirinya.

(23)

Interaksi atau konseling yang berkualitas antara klien dan konselor (tenaga medis) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan bagi keberhasilan program KB. Sangat mudah dimengerti jika hal itu membuat tingkat keberhasilan KB di Indonesia menurun.

Klien yang mendapatkan konseling dengan baik akan cenderung memilih alat kontrasepsi dengan benar dan tepat. Pada akhirnya hal itu juga akan menurunkan tingkat kegagalan KB dan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.

Untuk meraih keinginan tersebut, tentunya sangat diperlukan tenaga-tenaga konselor yang profesional. Mereka bukan hanya harus mengerti seluk-beluk masalah KB, tetapi juga memiliki dedikasi tinggi pada tugasnya serta memiliki kepribadian yang baik, sabar, penuh pengertian, dan menghargai klien.

Dengan demikian, konseling akan benar-benar menghasilkan keputusan terbaik seperti yang diinginkan klien, bukan sekedar konsultasi yang menghabiskan waktu dan biaya.

Siswanto mengatakan, di Indonesia, konseling yang berkualitas masih sangat minim bahkan masih sangat sulit sekali menemukan klinik yang secara khusus menyediakan konseling yang memenuhi standar. Selain itu, ia menambahkan, ketidakseimbangan antara jumlah klien dan tenaga medis yang bertugas sebagai konselor juga akan mempengaruhi keberhasilan konseling.

(24)

memunculkan jarak dengan klien sehingga akan sulit terjalin interaksi yang sebenarnya (Erlina, 2008).

Kenali klien dengan baik dengan sikap ramah, respek, tumbuhkan rasa saling percaya. Konselor dapat menunjukkan bahwa klien dapat berbicara terbuka sekalipun hal yang sensitive. Jawablah pertanyaan yang diajukannya secara lengkap dan terbuka. Jaga kerahasiaan dan jangan membicarakannya kepada orang lain.

Interaksi dengarkan, pelajari dan respon klien. Karena tiap klien itu berbeda, mengerti benar apa yang dibutuhkannya, penuh perhatian, dan mengerti keadaanya. Oleh karena itu, dorong klien untuk bicara dan menjawab tiap pertanyaan yang diajukan secara terbuka.

Pelajari informasi yang dibutuhkan klien, sesuaikan dengan tahap kehidupan yang dilaluinya. Contoh, pasangan muda tentunya ingin mengetahui lebih banyak tentang metoda sementara guna menunda kehamilan; wanita usia tua dengan informasi kontrasepsi mantap. Oleh karenanya, konselor memberikan informasi yang akurat dengan bahasa yang dimengerti klien.

Hindarkan informasi berlebihan, karena klien tidak dapat menggunakan semua informasi tentang tiap metode KB. Informasi berlebih membuat klien sulit mengingat informasi pentingnya. Jangan menyita banyak waktu dalam menyampaikan pesan/informasi.

(25)

memikirkan metoda lain juga dan bandingkanlah. Dengan cara ini memberi keyakinan atas metoda pilihannya. Jika tidak ada pertimbangan medis, klien dapat menggunakan metodanya. Yang penting ialah klien menggunakan dalam waktu lama (konsisten) dan efektif (Heti, 2007).

3. Langkah-Langkah Konseling KB (Saifuddin, et al. 2003). Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut :

a. SA: SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. b. T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.

c. U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.

d. TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya

e. J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. f. U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.

F. KELUARGA BERENCANA

Pada umumnya klien pascapersalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin tambahan anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pasca persalinan.

1. Klien Pascapersalinan Dianjurkan

(26)

pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.

b. Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.

c. Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi (Saifuddin, B.A. 2003)

2. Resiko Kehamilan

Di antara wanita-wanita yang tidak menggunakan perlindungan pada waktu sanggama selama amenore laktasi dan menggunakan kontrasepsi pada waktu haid sudah kembali, 1,7% wanita menjadi hamil pada 6 bulan pertama menyusui, 7% wanita menjadi hamil setelah 12 bulan, dan 13% wanita menjadi hamil setelah 24 bulan.

Efek penjarangan kelahiran maksimal dari menyusui dicapai jika ibu menyusui penuh atau hampir penuh menyusui dan tetap amenoreik. Apabila kedua kondisi ini dipenuhi menyusui memberikan perlindungan terhadap kehamilan sebesar lebih dari 98% selama 6 bulan pertama.

(27)

3. Metode Kontrasepsi Pascapersalinan Tabel 2.1

Metode Kontrasepsi Pascapersalinan Metode

Kontrasepsi

Waktu Pascapersalinan Ciri-ciri Khusus Catatan

MAL  Mulai segera

pascapersalinan

 Evektivitas tinggi sampai 6

bulan pascapersalinan/

belum dapat haid

 Manfaat kesehatan

bagi ibu dan bayi.

 Memberikan waktu

untuk memilih

metode kontrasepsi

lain.

 Harus benar-benar

ASI eksklusif.

 Efektivitas

berkurang jika mulai

suplementasi.

Kontrasepsi

Kombinasi

Jika menyusui :

- Jangan dipakai sebelum

6-8 minggu

- Sebaiknya tidak dipakai

dalam waktu 6 minggu-6

bulan pascapersalinan.

Selama 6-8 minggu

pascapersalinan, kontrasepsi kombinasi akan mengurangi ASI dapat mempengaruhi  Kontrasepsi kombinasi merupakan pilihan

terakhir pada klien

menyusui.

Jika pakai MAL tunda

sampai 6 bulan

Jika tidak menyusui dapat

dimulai 3 minggu

pascapersalinan.

tumbuh kembang bayi

Selama 3 minggu

pascapersalinan kontrasepsi kombinasi meningkatkan risiko masalah pembekuan darah.

 Jika klien tidak

 Dapat diberikan pada

klien dengan riwayat

preeklamsia atau

hipertensi dalam

kehamilan

 Sesudah 3 minggu

pascapersalinan tidak

meningkatkan risiko

(28)

Metode

Kontrasepsi

Waktu Pascapersalinan Ciri-ciri Khusus Catatan

dapat haid dan sudah

berhubungan

seksual, mulailah

kontrasepsi

kombinasi setelah

yakin tidak ada

kehamilan.

Kontrasepsi

Progestin

Sebelum 6 minggu

pascapersalinan, klien

menyusui jangan

menggunakan kontrasepsi

progestin.

Jika menggunakan MAL,

kontrasepsi progestin dapat

 Selama 6 minggu

pertama pascapersalinan, progestin mempengaruhi tumbuh kembang bayi.

 Perdarahan ireguler

dapat terjadi.

ditunda sampai 6 bulan.

 Jika tidak menyusui, lebih

dari 6 minggu

pascapersalinan, atau sudah

dapat haid, kontrasepsi

progestin dapat dimulai

setelah yakin tidak ada

kehamilan.

 Tidak ada pengaruh

(29)

Metode

Kontrasepsi

Waktu Pascapersalinan Ciri-ciri Khusus Catatan

AKDR Dapat dipasang langsung

pascapersalinan, sewaktu

seksio sesarea, atau 48 jam

pascapersalinan.

Jika tidak, insersiditunda

sampai 4-6 minggu

pascapersalinan.

Jika laktasi/ haid sudah

dapat, insersi dilakukan

sesudah yakin tidak hamil.

 Tidak ada pengaruh

terhadap ASI.

 Efek samping lebih

sedikit pada klien

yang menyusui.

 Insersi postplasental

memerlukan petugas

terlatih khusus.

 Konseling perlu

dilakukan sewaktu

asuhan antenatal.

 Angka pencabutan

AKDR tahun

pertama lebih tinggi

pada klien menyusui.

 Sesudah 4-6 minggu

pascapersalinan

teknik sama dengan

pemasangan waktu

inerval.

Diafragma Sebaiknya tunggu sampai 6

minggu pascapersalinan.

 Tidak ada pengaruh

terhadap laktasi.

 Perlu pemeriksaan

dalam oleh petugas.

 Penggunaan

spermisida

membantu mengatasi

masalah keringnya

(30)

Metode

Kontrasepsi

Waktu Pascapersalinan Ciri-ciri Khusus Catatan

KB alamiah Tidak dianjurkan sampai

siklus haid kembali teratur.

 Tidak ada pengaruh

terhadap laktasi

 Lendir servik tidak

keluar.

 Suhu basal tubuh

kurang akurat jika

klien sering

terbangun waktu

malam untuk

menyusui.

Tubektomi Dapat dilakukan dalam 48

jam pascapersalinan.

Jika tidak, tunggu sampai 6

minggu pascapersalinan.

 Tidak ada pengaruh

terhadap laktasi.

 Minilaparotomi

pascapersalinan

paling mudah

dilakukan dalam 48

jam pascapersalinan.

 Perlu anastesi lokal.

 Konseling sudah

harus

dilakukansewaktu

asuhan antenatal.

1. Jenis Metode Kontrasepsi

a. Metode Amenore Laktasi (MAL) Keuntungan :

1) Evektivitas tinggi. 2) Segera efektif

3) Tidak menggangu sanggama.

(31)

5) Tidak perlu pengawasan medis. 6) Tidak perlu obat atau alat.

7) Tanpa biaya (Saifuddin, et al. 2003). b. Pil KB

Macam-macam pil KB

1) Pil kombinasi: sejak semula telah terdapat kombinasi komponen progesteron-estrogen.

2) Pil sekuensial: pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem hormonal tubuh.

3) Dua belas pil pertama hanya mengandung estrogen. 4) Pil ketiga belas dan seterusnya merupakan kombinasi. Keuntungan memakai pil KB:

1) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100%. 2) Dapat dipakai pengobatan beberapa masalah:

a) Ketegangan menjelang menstruasi. b) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur. c) Nyeri saat menstruasi.

d) Pengobatan pasangan mandul.

3) Dapat meningkatkan libido (Manuaba, 1998).

4) Bisa mencegah kehamilann di luar rahim, kanker rahim, kanker indung telur, kista penyakit payudara.

5) Kesuburan segera kembali setelah dihentikan (DKT Indonesia, 2008). Kerugian memakai pil KB:

(32)

2) Dalam waktu panjang menekan fungsi ovarium. 3) Penyulit ringan:

a) Berat badan bertambah. b) Rambut rontok.

c) Tumbuh akne.

d) Mual sampai muntah.

4) Mempengaruhi fungsi hati dan ginjal. c. Suntikan KB

Dua farmasi menemukan suntikan KB hampir bersamaan: 1) Upjohn company (1958)

a) Depo provera yang mengandung medroxyprogesteron acetat 150 mgr. b) Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetat 50 mgr dan

komponen nestrogen. 2) Schering AG (1957)

Norigest 200 mgr yang merupakan derivat testosteron. Keuntungan suntikan KB:

1) Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu. 2) Tingkat efektivitasnya tinggi.

3) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas 4) Pengawasan medis yang ringan.

5) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.

(33)

Kerugian suntikan KB:

1) Perdarahan yang tidak menentu. 2) Terjadi amenorea berkepanjangan. 3) Masih terjadi kemungkinan hamil.

d. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit/Implan (Susuk KB)

Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mgr Levonolgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir servik dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan menyebabkan situasi endometerium tidak siap menjadi tempat nidasi.

Keuntungan metode susuk KB: 1) Dipasang selama lima tahun. 2) Kontol medis ringan.

3) Penyulit medis tidak terlalu tinggi. 4) Biaya ringan.

Kerugian metode susuk KB:

1) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur.

2) Berat badan bertambah.

3) Menimbulkan akne, ketegangan payudara. 4) Liang senggama terasa kering.

(34)

Keinginan peserta KB untuk mencabut susuk KB dengan alasan ingin punya anak lagi dan terjadi perdarahan/ gangguan menstruasi.

e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Cara kerja AKDR adalah menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu atau mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi, serta memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Keuntungan AKDR:

1) Dapat mencegah kehamilan paling tidak 10 tahun. 2) Tidak mempengaruhi hubungan seks.

3) Tidak terpengaruh obat-obatan.

4) Bisa segera subur kembali, bila dilepas.

5) Tidak mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI.

6) Membantu mencegah kehamilan ektopik (DKT Indonesia, 2008). Kerugian AKDR:

1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ. 2) Terdapat perdarahan: spotting dan menometroragia.

3) Leokorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah.

4) Dapat terjadi infeksi.

(35)

6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual (Manuaba, 1998).

Jangan lupa melakukan pemeriksaan ulang. Apakah itu 2 mingggu sekali, 1-2 bulan sekali, atau setiap 6 bulan sampai 1 tahun setelah pemasangan. Untuk AKDR tanpa bahan aktif Copper, pemakaiannya dapat berlangsung sampai menjelang menopause. Sedangkan kontrasepsi dengan bahan aktif Copper dapat terus berlangsung, 3-4 tahun harus diganti (Erlina, 2008).

f. Tubektomi.

Pada wanita sterilisasi lazimnya dilakukan dengan memotong dan mengambil sebagian saluran telur (tuba). Kadang-kadang prosedur sterilisasi tidak dilakukan dengan memotong tuba tetapi cukup dengan mengikatnya (membuat buntu).

Keuntungan tubektomi:

1) Cara KB yang paling efektif.

2) Paling aman, bebas dari efek samping asal semua prosedur operasi terpenuhi.

3) Tidak membutuhkan kunjungan ulang yang terjadwal. 4) Tidak mengganggu hubungan seksual.

Kerugian tubektomi: 1) Sifatnya permanen.

(36)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan dugaan adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009 dapat digambarkan sebagai berikut:

B. Hipotesa

Hipotesa alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah ”Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB)”. Ada perbedaan proporsi sikap antara tingkat berpengetahuan bidan yang kurang, cukup dan baik.

Pengetahuan : - Baik - Cukup - Kurang

Sikap : - Positif - Negatif

(37)
[image:37.595.105.531.178.609.2]

C. Defenisi Operasional

Tabel 3.1

Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui bidan dalam

pemenuhan kebutuhan

ibu nifas terhadap

konseling keluarga

berencana (KB)

kuesioner - 80%-100%

- 50%-70%

- 20% -40%

- Baik

- Cukup

- Kurang

Ordinal

2. Sikap Pandangan atau

perasaan, penilaian

positif atau penolakan

terhadap upaya-upaya

yang dilakukan dalam

pemenuhan kebutuhan

ibu nifas akan konseling

keluarga berencana

(KB).

kuesioner - 31-50%

- 10-30%

Sikap positif

Sikap negatif

(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap bidan tentang KB serta hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009 yang berjumlah 36 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

C. Tempat Penelitian

(39)

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009.

E. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan izin dari Ketua Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dengan mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Puskesmas Helvetia

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden bahwa partisipasi responden yang diteliti tersebut bersifat sukarela, responden berhak mengundurkan diri dari penelitian. Peneliti akan membagi lembar persetujuan (informed consent) yang dilanjutkan dengan pengisian kuesioner.

Anominity (tanpa nama), yaitu untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden, lembar tersebut hanya diberi nomor dan kode tertentu.

Confidentiality (kerahasiaan), informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan digunakan hanya untuk keperluan penelitian (Nursalam, 2003)

F. Instrumen Penelitian

(40)

Bagian instrumen kedua dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner ini berisi pernyataan untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang konseling keluarga berencana (KB). Bagian ini terdiri dari 10 pernyataan, 5 (lima) pernyataan positif dan 5 (lima) pernyataan negatif, dengan pilihan jawaban benar/salah. Untuk pernyataan positif, jawaban ”benar” diberi skor 1 (satu) dan jawaban ”salah” diberi skor 0. Sedangkan untuk pernyataan yang negatif, jawaban ”benar” diberi skor 0 dan jawaban ”salah” diberi skor 1.

rentang

Berdasarkan rumus statistika p = menurut Sudjana (1992), Banyak kelas

dimana p merupakan panjang kelas, rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) sebesar 10 dan kategori kelas untuk pengetahuan (pengetahuan baik, cukup, kurang), didapatlah panjang kelas sebesar 3 (tiga).

Menggunakan p=3 dan nilai terendah 2 sebagai batas kelas interval pertama, data pengetahuan bidan tentang konseling KB dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut :

8 – 10 = Pengetahuan baik 5 – 7 = Pengetahuan cukup 2 – 4 = Pengetahuan kurang

(41)

Bobot nilai yang diberikan bagi pernyataan positif untuk jawaban SS=5, S=4, TPP=3, TS=2, STS=1, begitu juga sebaliknya bagi pernyataan negatif.

Berdasarkan rumus statistika diatas, rentang kelas sebesar 50 dan 2 kategori kelas (positif dan negatif), maka didapatlah panjang kelas sebesar 25. Menggunakan p=25 dan nilai terendah 10 sebagai batas kelas interval pertama, data sikap bidan terhadap konseling KB dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut :

31 – 50 = Sikap Positif 10 – 30 = Sikap Negatif

Peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas pada instrumen penelitian. Validitas adalah suatu proses yang menunjukkan alat-alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang kita ukur. Dalam menguji validitas instrumen penelitian menggunakan menggunakan rumus alpha dengan bantuan sistem komputerisasi dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung.

Menentukan nilai r tabel dilihat melalui tabel r (pada lampiran) dengan menggunakan df = n-2 = 20-2=18. Pada tingkat kemaknaan 5%, didapat angka r tabel = 0,468. Menentukan nilai r hasil perhitungan dapat dilihat pada kolom Corrected item-Total Correlation”. Maka instrumen valid bila masing-masing pernyataan dibandingkan nilai r hasil dengan nilai r tabelnya, dengan ketentuan r hasil > r tabel.

(42)

Kuesioner berdasarkan pengetahuan bidan di uji dengan bantuan sistem komputerisasi menggunakan Cronbach Alpa dengan reabilitas = 0,928. Kuesioner berdasarkan sikap bidan di uji dengan menggunakan Cronbach Alpa dengan bantuan komputerisasi dengan reabilitas = 0,936 (Sutanto, 2001).

G. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu :

1. Mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari program D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada kepala Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia.

3. Menyatakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela.

4. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

5. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.

6. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner.

(43)

H. Aspek Pengukuran

Sebelum menentukan kategori baik, cukup, kurang terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan patokan penelitian, yaitu :

1. Skor untuk jawaban yang salah adalah : 0 (skor minimum dari setiap aspek jawaban dikali jumlah skor yang ditetapkan).

2. Skor untuk jawaban yang benar adalah : 1 (skor maksimum dari setiap aspek jawaban dikali jumlah skor yang ditetapkan).

X

Rumus : S = x 100% r

Keterangan: S = Skor

X = Jumlah jawaban yang benar r = Jumlah soal

2.1. Setelah dijumlahkan hasil jawaban responden, maka tentang kategori pengetahuan (Arikunto, 2002) adalah :

2.1.1. Baik : apabila mampu mendapat skor 8-10 soal (80-100%). 2.1.2. Cukup : apabila mampu mendapat skor 5-7 soal (50-70%). 2.1.3. Kurang : apabila mampu mendapat skor 2-4 soal (20-40%).

2.2. Setelah dijumlahkan hasil jawaban responden, maka tentang kategori sikap (Arikunto, 2002) adalah :

(44)

I. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 2002). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat akan digunakan untuk menganalisa pengetahuan bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB). Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk melihat tingkat pengetahuan tentang konseling KB digambarkan dalam kategori baik, cukup, kurang. Hasil analisa data berdasarkan sikap bidan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk melihat sikap bidan tentang konseling KB digambarkan dalam kategori positif dan negatif pembagian rentang kelas menggunakan rumus menurut Sudjana (1992).

2. Analisa Bivariat

Untuk melihat hubungan antara dua variabel maka dilakukan uji statistik secara komputerisasi. Untuk menguji hubungan antar variabel digunakan uji statistik Chi Square.

Untuk uji hipotesa yang digunakan adalah Chi Square tes dengan kemaknaan signifikan 0,05 dengan df =2 untuk mengetahui apakah ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB).

(45)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) terhadap 36 bidan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009.

A. Hasil Penelitian

(46)
[image:46.595.142.533.185.437.2]

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (N=36) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kecamatan Medan Helvetia

Karakteristik Frekuensi Persentase

Umur

- 22-31 tahun - 32-41 tahun - 42-52 tahun

8 22 6 22.2 61.1 16.7 Lama Bekerja - <5 tahun - 5-10 tahun - >10 tahun

2 19 15 5.6 52.8 41.6 Pendidikan - DI - DIII - DIV 4 30 2 11.1 83.3 5.6

Dari tabel diatas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur adalah berumur antara 22-31 tahun sebanyak 8 orang (22,2%), berumur antara 32-41 tahun sebanyak 22 orang (61,1%) dan berumur 42-52 tahun sebanyak 6 orang (16,7%). Hal ini berarti mayoritas umur responden 32-41 tahun sebanyak 22 orang (61,1%).

(47)
[image:47.595.137.532.339.684.2]

Dari tabel diatas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah berpendidikan DI sebanyak 4 orang (11,1%), berpendidikan DIII sebanyak 30 orang (83,3%), dan DIV sebanyak 2 orang (5,6%). Hal ini berarti bahwa mayoritas berpendidikan DIII sebanyak 30 orang (83,3%)

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Tingkat Pengetahuan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia

kecamatan Medan Helvetia

No Pertanyaan Penilaian Jawaban

Benar Salah Total

F % F % F %

1. MAL adalah kontrasepsi yang sangat

efektif.

14 38.9 22 61.1 36 100

2. MAL efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan ibu belum mendapat haid.

35 97.2 1 2.8 36 100

3. Ibu nifas lebih cocok memakai kontrasepsi pil progestin.

30 83.3 6 16.7 36 100

4. Ibu menyusui dibawah 6 minggu

pascapersalinan dapat memakai alat

kontrasepsi suntik kombinasi.

25 69.4 11 30.6 36 100

5. Efek penjarangan kelahiran akan maksimal jika ibu hampir penuh menyusui.

4 11.1 32 88.9 36 100

6. Ibu dianjurkan berhenti menyusui bila

memakai kontrasepsi

36 100 - - 36 100

7. Implan dipakai oleh ibu dalam usia

reproduksi

(48)

No Pertanyaan Pertanyaan

Benar Salah Total

F % F % F %

8. Ibu nifas yang menyusui tidak boleh

menggunakan implan.

17 47.2 19 52.8 30 100

9. Ibu nifas dapat menggunakan AKDR Cu. 34 94.4 2 5.6 30 100

10 Ttubektomi dipakai dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu pascapersalinan.

31 86,1 5 13.9 30 100

[image:48.595.137.532.119.278.2]

Berdasarkan tabel diatas distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner tingkat pengetahuan dari 36 responden yang paling banyak menjawab salah adalah untuk pernyataan nomor satu ada 14 orang (38,9%) menjawab benar dan sebanyak 22 orang (61,1%) menjawab salah, pernyataan nomor lima ada 4 orang (11,1%) menjawab benar dan sebanyak 32 orang (88,9%) menjawab salah, pernyataan nomor tujuh ada 12 orang (33,3%) menjawab benar dan sebanyak 24 orang (66,7%) menjawab salah, pernyataan nomor delapan ada 17 orang (47,2%) menjawab benar dan sebanyak 19 orang (52,8%) menjawab salah.

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner Sikap di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kecamatan Medan Helvetia

No Pernyataan SS S TPP TS STS

F % F % F % F % F %

1 Bidan yang menentukan alat kontrasepsi.

(49)

No Pernyataan SS S TPP TS STS

F % F % F % F % F %

2 Bidan tidak boleh

menginformasikan KB

secara berlebihan.

- - 12 33.3 - - 4 11.1 20 55.6

3 Bidan memberitahukan waktu kunjungan ulang

setelah pemberian alat

kontrasepsi.

21 58.4 12 33.3 3 8.3 - - - -

4 Bidan menjelaskan

manfaat dan efek

samping alat

kontrasepsi.

21 58.3 14 38.9 1 2.8 - - - -

5 Bidan mendapat

pelatihan bila

memberikan konseling

KB.

8 22.2 22 61.1 6 16.7 - - - -

6 Bidan tidak akan

menceritakan rahasia

klien.

10 27.8 10 27.8 - - 15 41.6 1 2.8

7 Bidan melakukan

konseling dengan

menyediakan metode

secara terbatas.

7 19.4 2 5.6 6 16.7 17 47.2 4 11.1

8 Bidan yang terlatih

yang harus memasang

pelepasan IUD

(50)

No Pernyataan SS S TPP TS STS

F % F % F % F % F %

9 Kontrol ulang pada

pemasangan IUD dapat

dilakukan oleh bidan

yang berbeda.

20 55.5 13 36.1 1 2.8 2 5.6 - -

10 Bidan menghargai

keputusan yang dipilih.

13 36.1 22 61.1 1 2.8 - - - -

(51)
[image:51.595.151.524.245.363.2]

2. Tingkat pengetahuan Bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kecamatan Medan Helvetia

Tabel 5.4.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja

Puskesmas Helvetia kecamatan Medan Helvetia

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Kurang 4 11.1

Cukup 24 66.7

Baik 8 22.2

Total 36 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tingkat pengetahuan bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) dari 36 responden mayoritas memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 24 orang (66,7%) dan minoritas pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (11,1%).

3. Sikap Bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kecamatan Medan Helvetia

Tabel 5.5.

Distribusi frekuensi sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia

kecamatan Medan Helvetia

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Negatif 9 15

Positif 27 75

(52)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) dari 36 responden mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 27 orang (75%), dan minoritas sikap negatif sebanyak 9 orang (15%).

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan Tabel 5.6.

Tabulasi Silang tingkat pengetahuan dengan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kecamatan Medan Helvetia Tingkat

Pengetahuan

Sikap

Jumlah Persentase (%)

Negatif Positif

F % F %

Kurang 3 8.3 1 2.8 4 11.1

Cukup 5 13.9 19 52.8 24 66.7

Baik 1 2.8 7 19.4 8 22.2

Total 9 25 27 75 36 100 χ = 6.22 ρ = 0.045

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 36 responden, ada 19 orang (52,8%) yang berpengetahuan cukup memiliki sikap positif sedangkan ibu yang berpengetahuan baik ada 7 orang (19,4%) yang bersikap positif.

(53)
[image:53.595.114.526.117.230.2]

Tabel 5.7. Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.222(a) 2 .045

Likelihood Ratio 5.398 2 .067

Linear-by-Linear Association 4.038 1 .044

N of Valid Cases 36

a 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana tingkat pengetahuan bidan terhadap konseling keluarga berencana, sikap bidan terhadap konseling keluarga berencana, serta hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB).

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 36 responden, diketahui mayoritas bidan berumur antara 32-41 tahun sebanyak 22 orang (61,1%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo, (2003) bahwa umur seseorang berpengaruh terhadap kehidupannya. Menurut UNFD (2001) umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya umur maka pengetahuan akan bertambah. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan kenyataan dimana umur bidan mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap konseling keluarga berencana (KB).

(54)

pekerjaan dan lama bekerja yang dilakukan seseorang memberikan pengaruh terhadap hal lain. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan kenyataan dimana lama bekerja bidan mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap konseling keluarga berencana (KB).

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas bidan berpendidikan DIII sebanyak 30 orang (83,3%). Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock, (2004) bahwa pendidikan berperan penting dalam menentukan kwalitas manusia, dan akan dianggap lebih berpengetahuan apabila mengecap pendidikan. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan kenyataan dimana pendidikan bidan mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap konseling keluarga berencana (KB).

2. Tingkat pengetahuan bidan terhadap konseling keluarga berencana

Menurut Suhartono, (2005) pengetahuan adalah proses mengetahui dan menghasilkan sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Menurut Salam, (1997) pengetahuan adalah ungkapan apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan.

(55)

3. Sikap bidan terhadap konseling keluarga berencana

Sikap yang terdapat pada individu akan memberikan warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Menurut Notoatmodjo, (2003) sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi individu. Reaksi evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai positif-negatif yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. Dalam sikap positif, tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu (Azwar, 2005).

(56)

4. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan

kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di

wilayah kerja Puskesmas Helvetia kecamatan Medan Helvetia.

Berdasarkan hasil analisa statistik yang diperoleh maka peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis ini diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia.

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 36 bidan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kecamatan Medan Helvetia sebagai berikut :

1. Mayoritas bidan memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 24 orang (66,7%) tentang konseling KB dan minoritas pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (11,1%) tentang konseling KB.

2. Sikap bidan terhadap konseling keluarga berencana mayoritas responden memiliki sikap yang postif sebanyak 27 orang (75%) tentang konseling KB dan minoritas sikap negatif sebanyak 9 orang (25%) tentang konseling KB.

(58)

B. Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan bidan mengetahui pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling keluarga berencana dalam upaya melakukan pemberian konseling keluarga berencana sehingga bidan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kontrasepsi dengan baik.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan adanya peningkatan dan pengembangan pendidikan kebidanan khususnya yang berkaitan dengan pelayanan KB.

3. Bagi Penelitian Kebidanan

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Andalan Alat Kontrasepsi. (2008). Tentang KB, Jakarta: DKT Indonesia.

Budiarto, E. Biostatistika Untuk kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC. Kepala Dinas kesehatan Propinsi Sumatera Utara. (2007). Kebijakan Program kesehatan

Ibu dan Anak dalam Rangka Akselerasi Penurunan AKI, AKB, AKBAL.

Manuaba. (1998). Penyakit Kandungan dan keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.

Menteri kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.900/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan, Jakarta.

Murad, J. (1998). Panduan Tehnik Konseling Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: BKKBN. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Prayitno, H., et al. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta.

Saifuddin, B.A. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Siswosudarmo, et al. (2001). Teknologi Kontrasepsi. Jakarta.

(60)

Suprijadi. (2003). Asuhan Kebidanan Post Partum Tenaga Kesehatan, Jakarta : PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO.

Sutanto. (2001). Analisis Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Wijono, W. (2003). Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan

Bidan Indonesia.

BKKBN Kota Medan. (2007), Banyaknya Akseptor Baru Keluarga Berencana Menurut Kecamatan. http://www.pemko-medan.com.pdf.

Erlina. (2008). http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi.

Erlina. (2008). http://www.kuliahbidan.wordpress.com) Juli. (2007). http://www.kesrepro.info).

(61)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN IBU NIFAS TERHADAP KONSELING KELUARGA BERENCANA (KB)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KECAMATAN MEDAN HELVETIA

TAHUN 2008

I. Identitas Responden

No responden :

Umur : tahun

Lama bekerja : tahun

Pendikan terakhir :

Petunjuk Pengisian:

B. Bacalah pernyataan berikut dengan baik kemudian pilih salah satu jawaban yang

tersedia dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai.

C. Untuk mendapatkan data yang akurat, saya mohon pada ibu untuk mengisi kuesioner ini

dengan kemampuan ibu yang sebenarnya, oleh karenanya jangan ragu-ragu dalam

menjawab, jawablah dengan jujur, karena jawaban ibu sangat membantu.

II. Pengetahuan

No Pernyataan Benar Salah

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi yang sangat

efektif bagi ibu nifas.

2. MAL efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat

cukup asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan dalam 6 bulan

(62)

No Pernyataan Benar Salah

3. Ibu nifas dengan menyusui lebih cocok memakai kontrasepsi pil

progestin dari pada pil kombinasi.

4. Pada ibu menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan dapat

menggunakan alat kontrasepsi suntik kombinasi yang sebulan sekali.

5. Efek penjarangan kelahiran akan maksimal jika ibu hampir penuh

menyusui.

6. Ibu pascapersalinan dianjurkan menghentikan pemberian ASI bila

memulai suatu metode kontrasepsi.

7. Kontrasepsi implan dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.

8. Pada ibu nifas yang menyusui tidak boleh menggunakan metode

kontrasepsi implan karena tidak aman dipakai.

9. Ibu nifas dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.

10. Metode kontrasepsi tubektomi dapat dipakai dalam waktu 2 hari atau

setelah 6 minggu atau 12 minggu pascapersalinan.

III. Sikap

Petunjuk Pengisian:

Isilah salah satu kolom yang dianggap benar dengan tanda check list ()

No. Pernyataan Sangat Setuju

Setuju Tidak Punya Pendapat

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1. Bidan menentukan alat kontrasepsi yang

digunakan pada ibu masa nifas.

2. Bidan tidak boleh memberikan informasi

tentang KB pada ibu nifas secara

(63)

No. Pernyataan Sangat

Setuju

Setuju Tidak

Punya

Pendapat

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

3. Bidan perlu memberitahukan waktu

kunjungan ulang kepada ibu nifas setelah

pemberian alat kontrasepsi.

4. Bidan perlu menjelaskan manfaat dan

efek samping alat kontrasepsi pada ibu

nifas.

5. Bidan harus mendapat pelatihan bila

memberikan konseling KB pada ibu nifas.

6. Bidan meyakinkan klien bahwa ia tidak

akan mendiskusikan rahasia klien dengan

orang lain.

7. Sikap bidan dalam melakukan konseling

yang baik terutama bagi calon klien KB

yang baru adalah menyediakan metode

secara terbatas.

8. Bidan yang terlatih yang harus memasang

pelepasan IUD

9. Kontrol ulang pada ibu masa nifas yang

melakukan pemasangan IUD dapat

dilakukan oleh bidan yang berbeda.

10. Bidan harus menghargai keputusan yang

(64)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN IBU NIFAS TERHADAP KONSELING KELUARGA BERENCANA (KB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA

KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2009

Saya adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas terhadap konseling Keluarga Berencana (KB) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia kecamatan Medan Helvetia tahun 2009.

Saya mengharapkan kesediaan saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana tidak akan member dampak yang membahayakan. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan yang akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani formulir ini.

Tanda tangan : Tanggal :

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
+4

Referensi

Dokumen terkait

a) Penggolongan produk dan mesin yang akan digunakan untuk mencetak berdasarkan dimensi produk. b) Pastikan setiap ujung dari stopper depan segaris satu dengan yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Sarjana ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh sebutan keahlian di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang

similar growth and survival in larvae reared from first feeding until day 43 with three different types of rotifer enrichment. Differences in growth of larvae were only due to the

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk.

[r]

• Data warehouse adalah sistem yang retrieves (mengambil) dan consolidates data periodically (mengkonsolidasikan data secara berkala) dari source systems (sistem sumber)

- White Board desain perkerasan lentur dengan metode MAK dan melakukan analisis perhitungan sesuai dengan parameter desain yang dipilih. Penutup

Jadual berikut menunjukkan maklumat perakaunan yang diperoleh daripada dua buah perniagaan yang terlibat dalam industri makanan segera:?. Butir Burger Aya Ki g Burger