• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Persepsi Kemampuan Teman Sibagai Opineon Leader Terhadap Postpuchase Regret

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Persepsi Kemampuan Teman Sibagai Opineon Leader Terhadap Postpuchase Regret"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEMAMPUAN TEMAN SEBAGAI

OPINION LEADER TERHADAP POSTPURCHASE REGRET

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

MARGARETH HUTABARAT

071301110

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

SKRIPSI

Hubungan antara Persepsi Kemampuan Teman sebagai Opinion Leader Terhadap

Postpurchase Regret

Dipersiapkan dan disusun oleh

MARGARETH HUTABARAT 071301110

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

Pada Tanggal 21 Januari 2007

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog

NIP. 195301311980032001

Dewan Penguji

1. Eka Danta J. Ginting, M.A., Psikolog Penguji 1

NIP. 197308192001121001 Merangkap Pembimbing ____________

2. Zulkarnain, Ph.D Penguji 2

NIP. 197312102000121001 ____________

3. Ferry Novliadi, M. Si Penguji 3

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang

berjudul:

Hubungan Antara Persepsi tentang Kemampuan Teman sebagai Opinion Leader dan

Postpurchase Regret

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil

karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan

etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya

bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2013

Margareth Hutabarat

(4)

Hubungan antara Persepsi Kemampuan Teman sebagai Opinion Leader dan

Postpurchase Regret

Margareth Hutabarat dan Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Setelah memutuskan untuk membeli produk tertentu, konsumen dapat mengalami rasa penyesalan setelah menggunakan barang tersebut. Fenomena ini disebut sebagai postpurchase regret. Salah satu yang dapat mempengaruhi rasa penyesalan ini adalah kehadiran orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader

terhadap postpurchase regret. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader dan skala postpurchase regret. Skala persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader disusun berdasarkan definisi karakteristik-karakteristik dari Hawkins, Mothersbaugh dan Best (2007) yaitu enduring products involvement, knowledge and experience, media habits, dan demographics. Skala postpurchase regret diadaptasi dari aitem-aitem dari PPCR Scale yang disusun oleh Lee dan Cotte (2009). Responden dalam penelitian ini adalah 109 konsumen yang melakukan pembelian dengan ditemani oleh orang yang dianggap sebagai opinion leader, dan mereka dikumpulkan melalui tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara opinion leader dan

postpurchase regret.

(5)

The Relationship Between Perception Friends of Opinion Leaders Ability and Postpurchase Regret.

Margareth Hutabarat and Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

After deciding to buy the product, consumers can felt regret after using the product. This phenomenon is called postpurchase regret. This regret feeling can be influenced by the presence of others. The purpose of this research to determine the relationshiop between perception friends of opinion leaders ability and postpurchase regret.The scale of perception of friends as opinion leaders abilitywas constructed based on characteristics opinion leaders by Hawkins, Mothersbaugh and Best (2007) which are enduring products involvement, knowledge and experience, media habits, dan demographics. The scale of postpurchase regret was adapted from PPCR Scale by Lee and Cotte (2009). There were 109 consumers who had made a purchase accompany by person who are considered as opinion leaders ability, and collecting through purposive sampling technique. The result that a positive and significant correlation between perception of friends as opinion leaders ability and postpurchase regret. In conclusion, consumers who have positive perception about their friends as opinion leader, they will have high regret.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat

yang dilimpahkan, kasih sayang-Nya, petunjuk dan perpanjangan tangan yang

dikirimkan untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk

memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S-1) di

Fakultas Psikologi Sumatera Utara dengan judul : “Hubungan antara Persepsi tentang Kemampuan teman sebagai Opinion Leader terhadap Postpurchase Regret.

Pengerjaan dan segala proses penyelesaian penelitian ini sudah melibatkan

orang-orang terkasih yang dengan sukarela telah memberikan dukungan dan bantuan

bagi peneliti. Untuk itu, pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, MA, psikolog, selaku dosen pembimbing

peneliti. Terima kasih untuk berbagi pengetahuan, saran, komentar,

dukungan, perhatian, kesabaran, motivasi, dan waktu yang Bapak berikan

selama membimbing peneliti. sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

3. Ibu Etty Rahmawati, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik peneliti,

terima kasih atas dukungan, bimbingan, waktu, motivasi yang dicurahkan

(7)

4. Ibu Gustiarti Leila, M.Psi, M.Kes, Psikolog, selaku dosen penguji seminar

proposal penelitian, terima kasih atas waktu dan kesediaan ibu dalam

membantu mengarahkan dan memberikan feedback kepada peneliti pada saat ujian proposal penelitian ini, sehingga peneliti bisa mendapat tambahan

pengetahuan dan mampu menyempurnakan proposal penelitian.

5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah

mengajar dan membagikan ilmu selama peneliti mengikuti proses

perkuliahan.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara. Terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah

diberikan kepada peneliti.

7. Orangtua peneliti Drs. J. Hutabarat (Papa) dan Almh. R. Manurung (Mama)

yang sudah memberikan kasih sayang yang begitu besar untuk peneliti dan

tak penah berhenti memberikan motivasi yang sangat besar dalam diri

peneliti dan menyediakan seluruh sarana dan prasarana bagi peneliti hingga

peneliti menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih yang tak terhingga buat

papa yang selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada peneliti, sudah

membesarkan peneliti dengan kasih sayang dan mendidik peneliti hingga

saat ini. Terima kasih papa karena telah menopang hidup peneliti tanpa rasa

lelah. Peneliti sangat bersyukur memiliki papa yang sangat hebat dan luar

(8)

8. Kepada abang-abang dan kakak ipar peneliti (abang Shimon, abang Rogers,

kak Sisca, dan abang Eko) terima kasih buat semangat dan dukungan yang

diberikan untuk peneliti, dan sudah mau menjadi teman bagi peneliti dalam

berbagi suka dan duka , selalu memberikan bantuan dan doa bagi peneliti

hingga proses proses penyelesaian penelitian ini.

9. Teruntuk sahabat peneliti, Sondang dan Delima, saya mengucapkan banyak

terima kasih atas bantuan, semangat, dukungan dan motivasi yang tiada henti

bagi peneliti sehingga peneliti. Terima kasih untuk setiap waktu yang

diluangkan untuk peneliti dan menemani peneliti dalam menyelesaikan

penelitian ini. Semoga persahabatan ini tak lekang oleh waktu.

10.Teruntuk kakak-kakak senior saya terutama kepada kak Yenni Roeshinta,

Suryati Sianipar, S.Psi, Efnita Sitanggang, S.Psi dan Julia Dominika, S.Psi

dan teman saya, Tetty Sinambela, S.Psi yang sudah membantu saya dalam

memotivasi dan berbagi ilmu hingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan

baik.

11.Teruntuk sahabat-sahabat peneliti, “Kita Kita Ajah” yaitu Fenny Kurniawan, S.Psi, Novita Armayanti Harahap,S.Psi, dan Maulidiny Nazlely, S.Psi,

Puspita Sary Ginting, S.Psi, Rina Melati Marpaung,S.Psi, Maria Novelita

Parhusip, S.Psi. terima kasih atas bantuan, semangat, masukan, dan

dorongan yang kalian berikan selama ini. Terima kasih juga atas keceriaan,

(9)

dunia perkuliahan ini penuh dengan warna. Semoga persahabatan ini tak

lekang oleh waktu.

12.Teman-teman seperjuangan Seminar, dan teman-teman angkatan 2007, serta

seluruh teman yang ikut terlibat dalam penelitian ini, peneliti mengucapkan

terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.

13.Buat seluruh responden dalam penelitian ini, terima kasih telah memberikan

kesediaannya menjadi sampel dalam penelitian ini yang tidak dapat saya

ucapkan satu persatu, terima kasih untuk semua bantuan dan dukungan yang

telah kalian berikan selama ini.

Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan

saudara-saudara semua. Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi

ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak guna

penyempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, 19 Desember 2012

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian………. 8

E. Sistematika Penulisan... 9

BAB II LANDASAN TEORI……… 11

A. Postpurchase Regret………..……… 11

1. Definisi Postpurchase Regret.……….. 11

2. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Postpurchase Regret... 12

3. Tipe-Tipe Regret……… 15

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Postpurchase Regret... 16

(11)

1. Definisi Opinion Leader.……….. 20

2. Karakteristik Opinion Leadership………. 21

3. Mengukur Opinion Leader……… 23

C. Persepsi tentang Kemampuan Opinion Leader... 24

D. Hubungan antara Persepsi tentang Kemampuan Teman sebagai Opinion Leader terhadap Postpurchase Regret... 26

E. Hipotesa Penelitian... . 28

BAB III METODE PENELITIAN……… 29

A. Identifikasi Variabel Penelitian………..……… 29

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian………..………. 30

1. Postpurchase Regret... 30

2. Persepsi tentang Kemampuan teman sebagai Opinion Leader... 30

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel... 31

1. Populasi Penelitian... 31

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 32

D. Metode Pengumpulan Data... . 33

1. Skala Postpurchase Regret... 34

2. Skala Persepsi tentang Kemampuan Teman sebagai Opinion Leader terhadap Postpurchase Regret... 36

E. Validitas Alat Ukur dan Reliabilitas Alat Ukur... 37

(12)

2. Uji Daya Beda Aitem... 37

3. Reliabilitas Alat Ukur... 38

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur... 39

F. Prosedur Penelitian... 42

1. Tahap Persiapan Penelitian... 42

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 44

3. Tahap Pengolahan Data... 44

G. Metode Analisa Data... 45

1. Uji Normalitas... 46

2. Uji Linearitas... 47

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN………. 48

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian………..……… 48

1. Jenis Kelamin……… 48

2. Usia……… 49

3. Tingkat Pendidikan……….. 51

B. Hasil Penelitian………..……… 53

1. Hasil Uji Asumsi……… 53

2. Hasil Utama……….. 56

3. Hasil Tambahan……….… 60

4. Pembahasan……… 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68

(13)

B. Saran... 69

1. Saran Metodologis... 70

2. Saran Praktis... 70

DAFTAR PUSTAKA... 72

(14)

DAFTARTABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Postpurchase Regret sebelum Uji Coba 35

Tabel 2. Blue Print Skala Persepsi tentang Kemampuan Opinion Leader sebelum

uji coba 36

Tabel 3. Blue Print Skala Postpurchase Regret yang digunakan dalam penelitian 40

Tabel 4. Blue Print Skala Opinion Leader yang digunakan Dalam

Peneltian... 41

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin... 48

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Usia... 50

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Tingkat Pendidikan... 51

Tabel 8. Uji Normalitas Variabel Postpurchase Regret dan Opinion Leader... 54

Tabel 9. Uji Linearitas Variabel Opinion Leader dengan Postpurchase Regret... 56

Tabel 10. Koefisien Korelasi Analisis Regresi... 57

Tabel 11. Koefisien Deteminasi... 58

(15)

Tabel 13. Deskripsi Variabel Postpurchase Regret

dan Opinion Leader... 60 Tabel 14. Kriteria Jenjang Kategorisasi Variabel

Postpurchase Regret dan Opinion Leader... 62

(16)

DAFTARGAMBAR

Gambar 1. Grafik Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 49

Gambar 2. Grafik Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia... 50

(17)

DAFTARLAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Uji Coba dan Penelitian... 75

Lampiran 2. Data Mentah Alat Ukur Opinion Leader Tahap Uji Coba... 89

Lampiran 3. Data Mentah Alat Ukur Postpurchase Regret Tahap Uji Coba... 93

Lampiran 4. Analisis Reliabilitas Data Uji Coba Alat Ukur Opinion Leader... 98

Lampiran 5. Analisis Reliabilitas Data Uji Coba Alat Ukur Postpurchase Regret... 103

Lampiran 6. Skala Penelitian... 107

Lampiran 7. Deskripsi Data Responden Penelitian... 119

Lampiran 8. Data Mentah Alat Ukur Postpurchase Regret Tahap Penelitian... 123

Lampiran 9. Data Mentah Alat Ukur Opinion Leader Tahap Penelitian ... 128

Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian... 134

Lampiran 11. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana... 136

(18)

Hubungan antara Persepsi Kemampuan Teman sebagai Opinion Leader dan

Postpurchase Regret

Margareth Hutabarat dan Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Setelah memutuskan untuk membeli produk tertentu, konsumen dapat mengalami rasa penyesalan setelah menggunakan barang tersebut. Fenomena ini disebut sebagai postpurchase regret. Salah satu yang dapat mempengaruhi rasa penyesalan ini adalah kehadiran orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader

terhadap postpurchase regret. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader dan skala postpurchase regret. Skala persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader disusun berdasarkan definisi karakteristik-karakteristik dari Hawkins, Mothersbaugh dan Best (2007) yaitu enduring products involvement, knowledge and experience, media habits, dan demographics. Skala postpurchase regret diadaptasi dari aitem-aitem dari PPCR Scale yang disusun oleh Lee dan Cotte (2009). Responden dalam penelitian ini adalah 109 konsumen yang melakukan pembelian dengan ditemani oleh orang yang dianggap sebagai opinion leader, dan mereka dikumpulkan melalui tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara opinion leader dan

postpurchase regret.

(19)

The Relationship Between Perception Friends of Opinion Leaders Ability and Postpurchase Regret.

Margareth Hutabarat and Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

After deciding to buy the product, consumers can felt regret after using the product. This phenomenon is called postpurchase regret. This regret feeling can be influenced by the presence of others. The purpose of this research to determine the relationshiop between perception friends of opinion leaders ability and postpurchase regret.The scale of perception of friends as opinion leaders abilitywas constructed based on characteristics opinion leaders by Hawkins, Mothersbaugh and Best (2007) which are enduring products involvement, knowledge and experience, media habits, dan demographics. The scale of postpurchase regret was adapted from PPCR Scale by Lee and Cotte (2009). There were 109 consumers who had made a purchase accompany by person who are considered as opinion leaders ability, and collecting through purposive sampling technique. The result that a positive and significant correlation between perception of friends as opinion leaders ability and postpurchase regret. In conclusion, consumers who have positive perception about their friends as opinion leader, they will have high regret.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam dunia pemasaran, banyak persaingan yang terjadi antara satu produsen

dengan produsen lainnya. Mereka saling berupaya untuk menarik perhatian konsumen

dengan tujuan agar barang-barang mereka berhasil terjual di pasaran. Salah satu cara

yang dilakukan produsen dalam menarik perhatian konsumen adalah dengan melalui

media iklan. Keberhasilan pemasar dalam mengubah persepsi konsumen akan

memperbesar kemungkinan konsumen untuk memilih produknya (Ginting, 2009).

Persaingan melalui segi pesan ataupun tema iklan akan mampu mempengaruhi

persepsi konsumen terhadap produk yang ditawarkan sehingga diharapkan konsumen

akan tertarik dengan produk yang ditawarkan dalam iklan dan menggunakan produk

mereka. Melalui tema iklannya, merek yang satu akan menyerang merek yang lainnya

dengan melakukan perbandingan ataupun komparatif. Tema iklan ini berupaya

merendahkan merek pesaing dan mengunggulkan kelebihannya. (Istijanto, 2007).

Pada masa sekarang ini, muncul berbagai macam tema iklan dari berbagai macam

produk dengan kategori yang sama misalnya kategori sepeda motor khususnya skuter.

Iklan pertama kali yang muncul berkaitan dengan skuter ini yaitu iklan Yamaha Mio

Sporty. Yamaha Mio Sporty mengusung tema iklan “Mio sporty, lebih bergaya, lincah,

dan gesit serta mudah dikendarai.” Seiring dengan munculnya produk Yamaha Mio,

(21)

nama Vario. Pada iklan Spin, diambil tema dengan menggunggulkan kelebihannya yaitu

“lebih bertenaga dengan mesin super CVT 125cc, gaya lebih trendi, full automatic,

lebih irit, dan pijakan lebih nyaman. Kemudian Honda Vario meluncurkan iklannya

juga yang mengambil tema “I’m Vario” dan mengatakan bahwa keunggulannya dan

kemudahannya dikendarai pada teknologi V matic dan bintang iklannya yang mengungkapkan bahwa vario adalah skuter matic yang sesungguhnya untuk konsumen seolah menyentil pesaing lain sebagai skuter yang tidak sungguh-sungguh (Istijanto,

2007). Dari iklan di atas terlihat bahwa satu kategori skuter memiliki tiga pesaing yang

masing-masing produknya memiliki kelebihan masing-masing. Dilihat dari produknya,

produk ini memiliki keterlibatan yang tinggi dengan konsumen, sehingga konsumen

memerlukan informasi yang cukup sebelum melakukan pembelian.

Membanjirnya iklan produk dengan strategi dan tema periklanan yang

bermacam-macam dan hampir semua produk kategori memiliki pesaing menyebabkan konsumen

harus membuat keputusan yang tepat. Dan untuk mencapai pengambilan keputusan

yang tidak menimbulkan keraguan sangatlah sulit. Pemasar juga sering melakukan

tindakan seperti: (1). Menekankan informasi pada harapan yang akan diperoleh dari

pembelian produk; (2). Mengupayakan terjadinya perubahan sikap; dan (3).

Memberikan janji-janji kepada calon konsumen dalam bentuk bonus, diskon dan

sebagainya (Loudon & Bitta, 1993), serta (4). Informasi yang diberikan secara umum

hanya memuat hal-hal yang bersifat positif dan menyenangkan (Schiffman & Kanuk,

(22)

Ketika konsumen membuat keputusan untuk membeli suatu barang, ada

harapan-harapan individu akan kegunaan barang tersebut. Ketika harapan-harapan individu tidak sesuai

dengan kegunaan barang yang dibeli, individu akan merasa cemas karena barang yang

dibeli ternyata tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Kondisi seperti ini dapat

mengarah kepada regret konsumen (Lee & Cotte, 2009).

Zeelenberg dan Pieters (dalam Lee & Cotte, 2009) mengatakan bahwa perasaan

regret adalah sebuah emosi negatif yang muncul dari kognitif yang bertentangan dan memotivasi orang untuk menghindari, menekan, menyangkal dan mengatur mengenai

bagaimana seharusnya mereka bisa mengalaminya.

Regret terjadi ketika individu membandingkan keputusan yang telah dia lakukan dengan alternatif keputusan lain yang ternyata lebih baik daripada keputusannya. Selain

daripada perbandingan hasil kegunaan barang dan harapan konsumen, perasaan regret

bisa terjadi ketika individu membandingkan proses pengambilan keputusan yang dia

lakukan (Lee & Cotte, 2009). Apakah individu kurang mempertimbangkan saat

memutuskan melakukan pembelian atau terlalu lama membuat pertimbangan pada saat

ingin membuat keputusan akan mempengaruhi seorang individu untuk mengalami

regret setelah melakukan pembelian.

Perasaan regret mengakibatkan munculnya rasa tanggung jawab, perasaan menyalahkan diri sendiri dan counterfactual thinking (Lee & Cotte, 2009). Saat individu melakukan keputusan untuk melakukan pembelian, maka tanggung jawab telah

(23)

tanggungjawab akan keputusan pembelian barang tersebut harus diemban sepenuhnya

oleh individu tersebut (Osei, 2009).

Regret dapat dipengaruhi secara eksternal dan internal. Faktor internal yang mempengaruhi individu berupa berupa: (1). emosi yang muncul setelah dilakukannya

evaluasi pasca pembelian (Osei, 2009), (2) munculnya rasa tanggung jawab, (3)

conterfactual thinking (Lee & Cotte, 2009). Faktor eksternal merupakan faktor-faktor

yang mempengaruhi individu dari luar, misalnya (1) jumlah alternatif barang yang

tersedia, (2) ketersediaan informasi mengenai barang, (3) adanya kehadiran orang lain

saat terjadinya proses pembelian (Osei, 2009).

Salah satu faktor eksternal dari regret adalah adanya kehadiran orang lain. Pada saat proses kehadiran orang lain seperti teman dan orang tua dapat mempengaruhi

seseorang dalam membuat keputusan dan tanggung jawab terhadap keputusan yang

telah kita ambil (Osei, 2009). Kehadiran teman merupakan salah satu figur yang

mampu mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan membeli. Hal ini seperti

yang dikemukakan Dijksterhuis, Pamela, Baaren, Rick, Wigboldus, dan Daniel (dalam

Osei, 2009) bahwa seorang individu memiliki banyak pilihan dan cenderung tepengaruh

secara interpersonal, namun pada prosesnya konsumen seringkali tidak menyadarinya.

Mangelburg, Tamara, Doney, Patricia, Bristol, dan Terry (dalam Osei, 2009)

mengatakan bahwa pengaruh ini bisa terjadi sebelum terjadinya pembelian dalam

bentuk positif atau negatif dalam bentuk komunikasi dari mulut ke mulut dan selama

(24)

Adanya penelitian yang dikemukakan oleh Osei (2009) yang mengatakan bahwa

tingkat regret yang dimiliki seseorang ketika ditemani oleh orang tua berbeda dengan ketika dia ditemani oleh teman. Saat seseorang ditemani berbelanja oleh orang tua

tingkatan regret yang dimiliki cenderung lebih rendah dibandingkan ketika ditemani oleh teman. Hal ini dikarenakan adanya tingkat tanggung jawab yang dimiliki berbeda,

yaitu ketika adanya kehadiran orang tua pada saat berbelanja, maka tanggung jawab

pembelian bisa dibagikan dengan orang tua, sehingga beban tanggung jawab yang

diemban tidak begitu berat. Sebaliknya jika adanya kehadiran teman maka tanggung

jawab terhadap keputusan pembelian sepenuhnya berada di tangan konsumen (Osei,

2009).

Walaupun tanggung jawab pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan

konsumen, pada umumnya konsumen akan percaya dengan opini yang diterima dari

orang lain dibandingkan dengan iklan yang ditayangkan oleh produsen. Hal ini

dikarenakan konsumen percaya bahwa sumber seperti teman akan memberikan atau

menyampaikan perasaan ataupun opini mereka yang sebenarnya. Akibatnya,

komunikasi via personal dari teman dapat memberikan pengaruh dalam pengambilan

keputusan seorang konsumen (Hawkins, Mothersbaugh & Best, 2007).

Adanya kehadiran teman yang dianggap memiliki informasi berupa opini dapat

mempengaruhi konsumen secara interpersonal. Anggapan ini dapat menghadirkan

persepsi di benak konsumen, yaitu sebuah proses dimana individu memilih,

(25)

Kanuk, 2007). Terbentuknya persepsi yang tepat pada konsumen menyebabkan mereka

mempunyai kesan dan memberikan penilaian yang tepat terhadap produk tersebut.

Posisi orang lain sebagai pendamping dalam berbelanja yang dianggap memiliki

kemampuan untuk membagikan informasi disebut sebagai opinion leader yaitu individu yang secara aktif menyaring dan menginterpretasi atau menyediakan produk dan

informasi produk yang relevan kepada keluarga, teman-teman dan rekan kerja. Hal ini

akan terjadi apabila seorang individu mencari informasi dari individu lainnya dan

individu menjadi sukarelawan pemberi informasi (Hawkins dkk, Mothersbaugh, dan

Best 2007).

Opinion leaders dapat terjadi pada berbagai situasi, misalnya selama istirahat makan siang saat bekerja seorang teman kerja menceritakan mengenai film yang

ditonton kemarin dan merekomendasikan untuk menontonnya, dan ketika seorang

teman menunjukkan kepada temannya hasil pengambilan gambar yang dilakukannya

ketika berlibur di Australia dan menyarankan temannya untuk menggunakan kamera

polaris filter yang mampu menghasilkan gambar yang baik pada pemandangan di luar

ruangan (Schiffmann dan Kanuk,2007).

Menurut Glock, Nicosia (dalam Ginting, 2009), seorang opinion leaders tidak hanya berperan sebagai saluran informasi namun juga sumber tekanan sosial terhadap

sejumlah pilihan dan pemberi dukungan sosial atas pilihan yang dilakukan. Menurut

(26)

langsung mempengaruhi keputusan dan sikap orang lain, dimana dia dapat bertindak

sebagai opinion leader dan opinion receiver.

Tidak semua informasi yang diberikan seorang teman sesuai dengan apa yang

diharapkan, karena informasi yang diterima konsumen dari teman bisa berbanding

terbalik dengan apa yang diterima konsumen ketika menggunakan produk tersebut.

Meskipun teman dianggap berkompeten terhadap suatu barang, namun tentunya juga

memiliki kelemahan mengenai informasi yang dimilikinya. Ketidaksesuaian antara

informasi yang diperoleh dari teman dengan kegunaan barang, individu akan merasa

cemas karena barang yang dia beli ternyata tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan.

Hal-hal seperti ini dapat menimbulkan regret pada konsumen (Lee & Cotte, 2009).

Melalui hal ini peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan persepsi

kemampuan teman sebagai opinion leader terhadap postpurchase regret.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang hendak diteliti oleh peneliti adalah mengenai apakah ada

hubungan antara persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader dengan

postpurchase regret.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara empiris hubungan persepsi

(27)

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian diharapkan diharapkan dapat menjadi masukan bagi disiplin ilmu Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya mengenai perilaku

konsumen dan proses-proses yang terjadi dalam proses pembelian suatu

barang oleh konsumen, dalam hal ini postpurchase regret. Selain itu dapat memberikan wawasan dan penambahan pemahaman teori mengenai faktor

yang ada seputar postpurchase regret, yaitu opinion leader.

b. untuk dapat dipergunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

dalam bidang psikologi industri dan organisasi, mengenai perilaku

konsumen berkaitan dengan hadirnya opinion leader dan postpurchase regret

b. Manfaat Praktis

1. Bidang pemasaran, memberikan informasi berkaitan dengan

postputchase regret dan adanya pendampingan opinion leader

setelah melakukan pembelian.

2. Orang yang menjadi opinion leader juga mengatahui informasi berkaitan dengan hadirnya mereka sebagai sumber informasi, dan

(28)

3. Bagi konsumen, untuk mengetahui informasi berkaitan dengan

hadirnya teman yang dipersepsikan sebagai opinion leader dan

postpurchase regret setelah melakukan pembelian.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan adalah struktur penulisan secara garis besar yang ada

dalam penelitian. Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan latar belakang permasalahan mengenai persepsi

kemampuan teman sebagai opinion leader terhadap postpurchase regret, perumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian.

Bab II Landasan Teori

Bab ini akan menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi

objek penelitian yang meliputi landasan teori dari postpurchase-regret dan

opinion leader

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini akan menjelaskan metode penelitian yang digunakan, identifikasi

(29)

Bab IV

Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, laporan hasil

penelitian yang meliputi hasil uji asumsi, uji normalitas, dan uji linieritas, hasil

utama penelitian, hasil tambahan, dan pembahasan

Bab V

Bab ini memuat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan

di bab sebelumnya. Selain itu bab ini akan memuat saran penyempurnaan

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Postpurchase Regret

1. Definisi Postpurchase Regret

Postpurchase (pasca pembelian) adalah evaluasi setelah pembelian yang melibatkan sejumlah konsep, antara lain harapan konsumen, kepuasan,

keraguan dan mekanisme umpan balik. Kepuasan merupakan esensi penting

dari tahap ini dan merupakan penentu untuk perilaku membeli kembali di

masa yang akan datang (Loudon & Bitta, 1993).

Tsiros & Mittal (dalam Das, 2004) mendefenisikan regret sebagai sebuah konsekuensi dari resiko pengambilan keputusan dan mungkin

muncul ketika individu membayangkan, namun pada kenyataannya, dia

telah membuat keputusan yang salah meskipun keputusan tersebut dianggap

merupakan keputusan yang tepat pada saat pengambilan keputusan

Zeelenberg dan Pieters (dalam Lee & Cotte, 2009) mengatakan bahwa

perasaan regret adalah sebuah emosi kognitif yang bertentangan yang memotivasi orang untuk menghindari, menekan, menyangkal dan mengatur

mengenai bagaimana seharusnya mereka bisa mengalaminya.

Dari sejumlah definisi di atas dapat disimpulkan bahwa postpurchase regret adalah perasaan seberapa jauh seseorang menyesal setelah melakukan pembelian melalui proses evaluasi terhadap keputusan pembelian yang

(31)

alternatif barang yang lain maupun evaluasi terhadap proses yang dinilai

terlalu lama atau terlalu singkat waktu yang disisihkan dalam pengambilan

keputusan membeli.

2. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Postpurchase Regret

Conolly dan Zeelenberg (2002) mengungkapkan ada 2 dimensi dari

postpurchase regret, yaitu (1). Perasaan menyesal setelah melakukan evaluasi terhadap hasil pembelian (outcomes regret) (2). Perasaan menyesal setelah melakukan evaluasi selama proses pembelian (process regret)

a. Outcomes Regret

i. Regret due to Foregone Alternatives

Menurut Sugden (1985) dikatakan bahwa konsumen biasanya

melakukan evaluasi dengan membandingkan apa yang mereka

terima dari produk yang mereka beli dengan apa yang seharusnya

mereka dapat dari produk tersebut. Mereka akan merasa

menyesal apabila alternatif barang lain ternyata lebih bagus

dibandingkan dengan barang yang telah mereka beli.

Zeelenberg dan Pieters (2006) mengungkapkan bahwa

perasaan menyesal berhubungan dengan pilihan dimana sifat dari

tersedianya pilihan adalah bahwa ada kemungkinan alternatif

(32)

ii. Regret due to Change in Significance

Menurut Zeithml (dalam Lee & Cotte, 2009) bahwa

orang-orang cenderung untuk menilai suatu produk berdasarkan

kegunaan dari barang tersebut dalam memenuhi keinginan

konsumen. Ketika produk tersebut sesuai dengan harapan

konsumen, maka hal ini menyiratkan bahwa produk tersebut

merupakan barang yang bermanfaat untuk dibeli.

Regret due to change in significance terjadi karena adanya persepsi konsumen terhadap berkurangnya manfaat barang dari

waktu membeli hingga beberapa saat setelah pembelian barang

dilakukan.

b. Process Regret

i. Regret due to Under-consideration

Janis & Mann (dalam Lee Cotte, 2009) Ketika individu

menerasakan regret due to under-consideration, terlepas dari hasil pembelian, mereka meragukan proses pemikiran mereka

yang membuat mereka memutuskan untuk membeli. Individu

menilai kualitas keputusan yang telah mereka buat dengan

memeriksa pelaksanaan dan isi informasi yang mereka

kumpulkan.

(33)

mengalami regret apabila mereka merasa bahwa mereka tidak membuat proses keputusan. Yang kedua, individu dapat

mengalami regret apabila mereka percaya dalam pemikiran mereka, mereka kekurangan kualitas dan jumlah informasi yang

dibutuhkan untuk membuat sebuah keputusan yang tepat

(Zeelenberg and Pieters, 2006)

ii. Regret due to Over-Consideration

Ketika individu mengalami regret due to over-consideration, terlepas dari hasil pembelian, mereka merasa menyesal karena

mereka telah menghabiskan banyak waktu dan usaha selama

proses pembelian berlangsung. Ketika individu terlalu banyak

membuat pertimbangan selama proses pembuatan keputusan,

mereka akan menyesal karena mereka telah mengumpulkan

informasi yang tidak perlu dimana mungkin atau tidak mungkin

(34)

3. Tipe-tipe Regret

Zeelenberg dan Pieters (dalam Osei, 2009) mengungkapkan ada 2 tipe

dari regret yaitu: (a) Retrospective Regret dan Prospective (anticipated) regret

a. Retrospective Regret

Ada 2 komponen yang diasosiasikan dengan Retrospective Regret, yaitu outcomes regret yang diasosiasikan dengan

outcomes evaluation dari pengambilan keputusan dan process regret yang terjadi ketika proses pengambilan keputusan dipertimbangkan menjadi sesuatu yang buruk bahkan ketika hasil

keputusan tersebut merupakan keputusan yang baik.

b. Prospective (anticipated) Regret

Regret mungkin diantisipasi pada saat keputusan pembelian dilakukan dan dengan demikian mempengaruhi dan memandu

konsumen untuk memilih. Penelitian menunjukkan bahwa

antisipasi dari kemungkinan penyesalan dimasa yang akan datang

akan meningkatkan kesukaan terhadap produk yang

(35)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Postpurchase Regret

a. Faktor Internal

i. Emosi yang muncul setelah diadakan evaluasi terhadap

pembelian.

Menurut Sugden (dalam Lee dan Cotte, 2009) dikatakan

bahwa konsumen biasanya melakukan evaluasi dengan

membandingkan apa yang mereka terima dari produk yang

mereka beli dengan apa yang seharusnya mereka dapat dari

produk tersebut. Mereka akan merasa menyesal apabila

alternatif barang lain ternyata lebih bagus dibandingkan

dengan barang yang telah mereka beli.

ii. Munculnya rasa tanggung jawab personal.

Gilovich dan Medvec (1995) menyatakan bahwa rasa

tanggung jawab personal muncul sebagai sumber dari

pengalaman regret seseorang. Seorang konsumen merasa bahwa mereka seharusnya bisa mencegah terjadinya outcome

yang negatif dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini

self blame mempengaruhi regret seseorang karena ketika individu menganggap bahwa keputusan yang dibuatnya salah,

mereka cenderung merasa harus bertanggung jawab terhadap

(36)

menyalahkan diri mereka terhadap hasil negatif tersebut dan

akhirnya mengalami regret.

iii. Conterfactual thinking

Kahneman dan Dale (1986) mendefinisikan counterfactual thinking adalah proses membandingkan kenyataan yang ada dengan kemungkinan terdapatnya alternatif lain dengan

membangun konstruk perumpamaan (skenario).

Counterfactual thinking bukanlah sebuah proses untuk mengevaluasi outcome tetapi lebih kepada proses pemikiran kita terhadap outcome tersebut. Ada dua jenis counterfactual thinking, yaitu downward CFT dan upward CFT.

Downward CFT terjadi ketika individu menganggap bahwa lingkungan bisa saja lebih buruk dari apa yang dimilikinya

sedangkan upward CFT terjadi ketika individu menganggap lingkungan dapat memberikan hasil yang lebih baik dari yang

dimilikinya. Biasanya seseorang melakukan CFT setelah

mengalami atau mendapatkan outcome yang negatif dan

(37)

b. Faktor Eksternal

i. Jumlah alternatif barang yang tersedia

Iyengar & Lepper (dalam Roese & Summerville, 2005)

mengemukakan bahwa jumlah opsi yang tersedia untuk

dipilih dapat mempengaruhi regret seseorang. Penelitian Iyengar dan Lepper (dalam Roese dan Summerville, 2005)

membuktikan bahwa individu yang dihadapkan pada pilihan

produk yang sangat untuk dinilai dan dipilih biasanya akan

menunjukkan frustasi dan menurunnya kepuasan jika

dibandingkan dengan individu yang hanya dihadapkan pada

sedikit pilihan. Dengan kata lain ketika terdapat pilihan yang

sangat luas untuk dipilih individu maka akan berkemungkinan

memunculkan regret setelah pembelian.

ii. Ketersediaan informasi mengenai alternatif lain yang tidak

dipilih.

Tsiros dan Mittal (dalam Das, 2004) menyatakan bahwa

emosi regret juga dipengaruhi oleh kesadaran individu akan alternatif lain yang lebih baik. Menurut pandangan ini,

seharusnya semua informasi mengenai foregone alternative

tersedia bagi si pembuat keputusan untuk membuat

perbandingan.

(38)

Osei (2009) menyatakan bahwa dalam situasi dimana

pembelian melibatkan kehadiran orang lain, biasanya

masukan atau preferensi orang lain tersebut dapat

mempengaruhi proses pengambilan individu secara ekstrem.

Pengaruh ini dapat menyebabkan individu menyimpang dari

pilihan awal mereka. Hal ini dapat berdampak terhadap

evaluasi pasca pembelian baik dalam outcome maupun proses pengambilan keputusannya.

iv. Ukuran kelompok dalam pengambilan keputusan.

Menurut Aron (1999), regret dapat dipengaruhi oleh ukuran kelompok dimana seorang individu mengambil keputusan.

Ketika seorang individu berada dalam kelompok yang besar,

maka akan terbentuk konformitas dan akhirnya menyebabkan

penurunan atribusi yang ditujukan terhadap anggota sebagai

individu. Dengan kata lain, dalam konteks pengambilan

keputusan di dalam kelompok besar, anggota yang tidak

setuju dengan keputusan kelompok akan mengatribusikan

outcome yang tidak baik lebih kepada kelompok daripada dirinya sendiri. Dengan demikian, individu tersebut akan

mengalami regret yang lebih kecil dibandingkan ketika berada dalam kelompok yang kecil.

(39)

B. Opinion Leader

1. Defenisi Opinion Leader

Hawkins, Mothersbaugh, dan Best (2007) mendefinisikan opinion leader sebagai individu yang secara aktif menyaring, menginterpretasi, atau menyediakan produk dan informasi brand yang relevan dengan keluarga

mereka, teman-teman, dan rekan kerja.

Rogers (dalam Windham, 2009) mendefenisikan konsep opinion leader sebagai tingkatan dimana individu mampu untuk mempengaruhi individu yang lainnya melalui sikap atau perilaku tampak dan dianggap

tepat dan dengan frekuensi yang tertentu.

Rogers dan Cartono (dalam Windham, 2009) mengkarakteristikkan

seorang opinion leader sebagai orang yang memberikan contoh sebuah nilai kepada orang-orang yang mengikutinya.

Burt (dalam Windham, 2009) mengemukakan bahwa seorang

opinion leader adalah dapat digambarkan sebagai orang-orang, melalui interaksi personal, mampu membuat gagasan-gagasan atau inovasi dan

membagikannya kepada orang-orang yang berkomunikasi dengannya.

Dari defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa opinion leader

adalah seseorang yang aktif menyaring, dan membagikan informasi kepada

orang lain mengenai pengetahuan yang dia miliki terhadap suatu produk

(40)

2. Karakteristik Opinion Leadership

Hawkins, Mothersbaugh, dan Best (2007) menyajikan karakteristik

dari opinion leaders adalah sebagai berikut:

i. Enduring product involvement

Hawkins, Mothersbaugh, dan Best (2007) mengemukakan salah

satu karakteristik seorang opinion leader yang paling menonjol adalah keterlibatan yang berjangka panjang dengan katagori produk

kemudian non opinion dari pemimpin dalam suatu grup.

Bloch dan Richins (1983); Chan dan Misra, (1990); Goldsmith

et al, (2003) (dalam Shon, 2005), mengemukakan opinion leader

menampilkan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan dan

keakraban produk. Oleh karena itu, mereka sering berbicara tentang

isu terkait dengan produk dan sangat termotivasi untuk mencari

pengetahuan terhadap produk.

ii. Knowledges and Experiences

Seorang opinion leader memiliki pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan suatu barang. Seorang individual cenderung

menjadi opinion leader mengenal dekat produk tertentu. iii. Media Habits

Chan dan Mirsa (dalam Shon, 2005) mengemukakan bahwa

(41)

Terkait dengan karakteristik ini, opinion leader mungkin akan memiliki media habits yang berbeda dari follower yang mereka miliki, selain itu mereka miliki.

Hawkins, Mothersbaugh, dan Best (2007) mengemukakan

bahwa seorang opinion leader akan memiliki keterlibatan yang tinggi dengan media, terutama media-media yang berfokus terhadap area

produk yang mereka kuasai yang menyediakan solusi dalam

mengidentifikasikan masalah berkaitan dengan produk.

iv. Demographics

Umumnya seorang opinion leader menjadi pusat jaringan interpersonal, yang terdiri dari individu-individu yang berhubungan.

(Shon, 2005).

Hawkins, Mothersbaugh, dan Best (2007) mengemukakakan

bahwa seorang opinion leader pada umumnya akan cenderung mempengaruhi seseorang yang memiliki variabel demografi yang

sama dengannya. Seorang opinion leader lebih suka berteman dibandingkan orang lain ada umumnya dan memiliki kecenderungan

untuk menyediakan dan memberikan informasi mengenai suatu

(42)

3. Mengukur Opinion Leader

Schiffman dan Kanuk (2007) mengungkapkan, dalam mengukur opinion leader, dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:

i. The self designing method

Pada metode the self designing method, responden diminta untuk mengevaluasi sejauh mana mereka mampu menyediakan informasi

kepada orang lain mengenai suatu kategori produk atau brand yang spesifik atau dinyatakan mampu mempengaruhi keputusan pembelian

dari orang lain.

ii. The sociometric method

The sociometric method mengukur komunikasi informal antara satu orang konsumen dengan konsumen lainnya . pada metode ini,

responden diminta untuk mengidentifikasikan (a) individu secara

spesifik kepada siapa mereka mengusulkan saran atau informasi

tentang produk atau brand (b) individu secara spesifik yang

menyediakan mereka saran atau informasi tentang suatu produk atau

brand.

iii. The key informant method

Opinion leader bisa diukur dengan menggunakan the use of key informant method, seorang individu yang sangat menyadari atau mengetahui tentang sifat komunikasi sosial antaranggota dari

(43)

mengidentifikasikan seorang individu dalam sebuah kelompok yang

dinilai mampu sebagai opinion leader pada kelompok konsumen yang tepat.

iv. The Objective Method

The objective method dari menentukan seorang opinion leader ini mirip seperti controlled experiment dimana dia melibatkan hadirnya produk yang baru atau informasi mengenai produk yang baru

terhadap individu yang telah dipilih dan kemudian menelusuri

jaringan komunikasi interpesonal yang tepat mengenai suatu produk.

C. Persepsi Kemampuan Opinion Leader

Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian

objektif dengan bantuan indera. Proses ini dimulai dengan perhatian, yaitu proses

pengamatan selektif. Persepsi merupakan upaya mengamati dunia, mencakup

pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian (Chaplin, 1999).

Atkinson (dalam Yusuf, 2004) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana

kita mengorganisasikan dan menafsirkn pola stimulus dengan lingkungan. Menurut

Martin (dalam Yusuf, 2004) persepsi adalah sebuah proses yang menggunakan

pengetahuan kita sebelumnya untuk mengumpulkan dan mengartikan stimulus yang

masuk melalui indera.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi

(44)

menyadari, dan memaknai stimulus yang terdapat di lingkungan maupun dalam diri

individu dengan menggunakan informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya.

Seseorang mulai membentuk persepsi di benak mereka ketika mereka telah

mengatribusikan, membentuk kesan dan mengelola kesan yang diterima mengenai

orang lain (Baron, 2006). Persepsi sosial menurut Steve dalam Baron (2006) adalah

suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba memahami orang lain.

Ketika seseorang dilihat memiliki kemampuan seperti ini akan mengatribusikan,

lalu membentuk kesan kemudian mengelola kesan yang dia terima mengenai opinion leader yang kemudian akan membentuk sebuah persepsi.

Ketika seseorang mempersepsikan mengenai seorang opinion leader berarti orang tersebut dianggap mampu memiliki kemampuan dalam keterlibatan yang tinggi

dengan barang dan memiliki keakraban dengan produk, memiliki pengetahuan yang

luas, dan memiliki keterlibatan tinggi dengan media.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi kemampuan orang lain

sebagai opinion leader adalah bagaimana seorang konsumen menilai seorang teman mampu menyaring, menginterpretasi dan membagikan informasi yang dia miliki

(45)

D. Hubungan antara Persepsi Kemampuan Teman sebagai Opinion Leader

terhadap Postpurchase Regret

Ketika konsumen memutuskan untuk membeli suatu barang, ada

harapan-harapan individu akan kegunaan barang tersebut. Di saat harapan-harapan individu tidak sesuai

dengan kegunaan barang yang dibeli, individu akan merasa cemas karena barang yang

dia beli ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kondisi seperti ini dapat

menimbulkan regret pada konsumen (Lee & Cotte, 2009).

Regret didefenisikan sebagai sebuah konsekuensi dari resiko pengambilan keputusan dan mungkin muncul ketika individu membayangkan, namun pada

kenyataannya dia telah membuat keputusan yang salah meskipun keputusan tersebut

dianggap merupakan keputusan yang tepat pada saat pengambilan keputusan (Tsiros &

Mittal dalam Das, 2004).

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya regret adalah adanya kehadiran orang lain dalam proses pembelian. Kehadiran orang lain seperti teman dan

orangtua dapat mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan dan tanggung

jawab terhadap keputusan yang telah diambil (Osei, 2009).

Dalam penelitian Osei (2009) diungkapkan bahwa tingkatan regret yang dimiliki seseorang yang ditemani oleh orang tua pada saat berbelanja cenderung lebih kecil

dibandingkan dengan adanya kehadiran teman pada saat berbelanja. Hal ini dikarenakan

pembebanan tanggung jawab yang dipikul sendiri ketika adanya kehadiran orang lain.

Meskipun tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan konsumen, kehadiran

(46)

membuat keputusan membeli. Hal ini seperti yang dikemukakan Dijksterhuis dkk

(Osei, 2009) bahwa seorang individu memiliki banyak pilihan dan cenderung

tepengaruh secara interpersonal, namun pada prosesnya konsumen seringkali tidak

menyadarinya.

Adanya kehadiran teman yang dianggap memiliki informasi berupa opini dapat

mempengaruhi konsumen secara interpersonal. Anggapan ini dapat menghadirkan

persepsi di benak konsumen, yaitu sebuah proses dimana individu memilih,

mengorganisasikan, dan menginterpretasikan sesuatu menjadi bermakna (Shiffman dan

Kanuk, 2007). Terbentuknya persepsi yang tepat pada konsumen menyebabkan mereka

mempunyai kesan dan memberikan penilaian yang tepat terhadap produk tersebut.

Ketika seseorang mempersepsikan temannya mampu memberikan informasi

mengenai produk atau brand maka temannya ini disebut sebagai opinion leader yaitu mereka yang sering dimintai nasihat dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi

(Antonides dan Raaj dalam Ginting, 2009).

Seorang opinion leader memiliki keterlibatan dan keterikatan yang tinggi dengan produk sehingga mereka tertarik untuk mendiskusikan produk dan mencari

informasi sebanyak-banyaknya mengenai sebuah produk (Bloch dan Richins, 1983;

Chan dan Misra, 1990; Goldsmith et al, 2003)

Seorang opinion leader akan lebih sering berinteraksi dengan media untuk mencari informasi yang berkaitan dengan produk untuk menambah pengetahuan yang

dia miliki mengenai suatu produk dan menginteraksikan produk tersebut dengan orang

(47)

Hadirnya teman yang dipersepsikan sebagai opinion leader dalam proses pembelanjaan, dapat membantu konsumen menerima informasi yang cukup mengenai

barang yang akan dibeli. Semakin positif persepsi yang dimiliki seorang konsumen

terhadap teman yang diyakini sebagai opinion leader maka semakin tinggi tingkat kepercayaan yang dia miliki terhadap informasi yang dimilikinya Dengan semakin

besarnya kepercayaan yang dimiliki konsumen, maka rasa regret yang dimiliki konsumen akan semakin terminimalisasi.

Dari sejumlah uraian di atas dapat terlihat bahwa seorang opinion leader akan berupaya untuk mencari sejumlah informasi yang berkaitan dengan produk tersebut. Hal

ini akan membuat tingkat kepercayaan konsumen terhadap informasi yang dia miliki

semakin besar dan memperkecil kemungkinan rasa penyesalan yang konsumen miliki.

E. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan negatif antara persepsi

kemampuan teman sebagai opinion leader terhadap postpurchase regret. Semakin positif persepsi yang dimiliki seorang konsumen terhadap teman yang dianggap sebagai

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Hadi (2000), metode penelitian merupakan salah satu elemen yang

penting dalam suatu penelitian karena metode penelitian menyangkut cara yang benar

dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode

penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu

faktor yang berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan

pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2003). Dalam hal ini, penelitian dilakukan untuk

melihat apakah kehadiran teman yang dipersepsikan sebagai opinion leader dapat memprediksi terjadinya post purchase regret.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Kriteria Variabel : Postpurchase Regret

(49)

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Postpurchase Regret

Post purchase regret adalah emosi yang berasal dari kognisi seseorang sebagai hasil dari evaluasi pasca pembelian terhadap outcome dan process pengambilan keputusan.

Postpurchase regret akan di ukur dengan menggunakan aitem-aitem PPCR Scale yang disusun Lee dan Cotte (2009)berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhi

postpurchase regret yaitu regret due to foregone alternatives, regret due to change in significance, regret due to under-consideration, dan regret due to over-consideration

Skor tinggi yang diperoleh seorang individu dalam skala mengindikasikan

bahwa subjek memiliki tingkat post purchase regret yang tinggi. Sebaliknya skor rendah yang diperoleh seorang individu dalam skala menunjukkan bahwa subjek

memiliki tingkat post purchase regret yang rendah.

2. Persepsi Kemampuan Orang lain sebagai Opinion Leader.

Persepsi kemampuan orang lain sebagai opinion leader adalah bagaimana seorang konsumen menilai seorang teman mampu menyaring, menginterpretasi dan

membagikan informasi yang dimiliki mengenai suatu barang dalam suatu interaksi

(50)

Persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader akan di ukur dengan menggunakan skala opinion leader berdasarkan karakteristik opinion leader yang dikemukakan oleh Hawkins, Motherbaugh, dan Best (2007) yaitu enduring product involvement, knowledge and experiences, media habits, dan demographics. Total skor yang diperoleh pada skala opinion leader menggambarkan tingkat persepsi kemampuan orang lain sebagai opinion leader. Semakin tinggi skor skala opinion leader maka semakin positif persepsi yang dimiliki terhadap orang lain sebagai opinion leader. Dan sebaliknya semakin rendah skor skala kemampuan opinion leader maka semakin negatif persepsi yang dimiliki terhadap orang lain sebagai opinion leader.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah

satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala atau kejadian

yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang

diperoleh dari sampel penelitian itu akan digeneralisasikan (Hadi, 2000).

Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah

melakukan pembelian dengan adanya pendampingan teman saat berbelanja. Mengingat

keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya

meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan subjek penelitian, atau yang

dikenal dengan nama sampel. Selanjutnya hasil penelitian diharapkan dapat

(51)

2. Sampel dan teknik pengambilan sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya

kurang dari jumlah populasi dan harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama

(Hadi, 2000). Sugiarto, Siagian, dan Sunaryanto (2003) berpendapat bahwa untuk

penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang

paling kecil adalah 30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain

menganggap bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah minimum. Jumlah sampel

data dalam penelitian adalah 109 orang. 109 orang subjek diharapkan dapat mewakili

karakteristik dan sifat-sifat populasinya. Menurut Azwar (2009), secara tradisional

statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 sudah cukup banyak

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Dalam teknik pengambilan sampel ini, pengambilan sampel dilakukan dengan memilih

secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan penelitian (Purwanto, 2008).

Teknik purposive sampling adalah dimana pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut

paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Hadi, 2000).

Adapun karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah :

a. Konsumen didampingi oleh teman pada saat melakukan pembelian.

b. Teman yang menemani saat melakukan pembelian merupakaan orang yang

dianggap mampu mengetahui informasi mengenai barang yang akan dibeli.

(52)

d. Barang yang dibeli sudah digunakan dan dievaluasi oleh konsumen.

Adapun prosedur pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah

pertama sekali sebelum memberikan skala kepada subjek untuk diisi, peneliti terlebih

dahulu bertanya apakah pernah berbelanja dengan adanya kehadiran teman saat proses

perbelanjaan. Setelah itu, peneliti juga bertanya apakah teman yang menemani

konsumen berbelanja merupakan oranag yang dianggap tahu mengenai barang yang

hendak dia beli. Selain itu peneliti juga menanyakan apakah produk tersebut dibeli

berdasarkan masukan dari teman yang menemaninya berbelanja. Kemudian peneliti

juga bertanya apakah subjek penelitian tersebut telah mengkonsumsi produk dan

berakibat pada penyesalan. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan kriteria pemilihan

sampel dapat diterapkan sesuai dengan tujuannya

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dipenelitian ini adalah metode

self-reports. Menurut Hadi (2000) metode self-reports berasumsi bahwa : 1. Subjek adalah orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri,

2. Apa yang dinyatakan oleh subjek dalam penelitian adalah benar dan dapat

dipercaya, dan

3. Interpretasi subjek pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya sama

(53)

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh

informasi yang relevan, akurat dan memadai. Pentingnya prosedur adalah baik buruknya

penelitian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya (Hadi, 2000).

Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur

afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek

individu. Penelitian ini menggunakan penskalaan model likert. Penskalaan ini

merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons

sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2009).

Untuk mendapatkan data penelitian ini, digunakan dua macam skala, yaitu: (1)

skala postpurchase regret dan (2) skala persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader.

1. Skala Postpurchase Regret

Skala postpurchase regret ini menggunakan model skala interval yang disusun berdasarkan penskalaan model Likert. Model Likert digunakan dengan mengikuti model

aitem aslinya dalam penelitian Lee dan Cotte (2009).

Aitem-aitem dalam skala post purchase regret disusun berdasarkan komponen-komponen post purchase regret yang dikemukakan oleh Lee dan Cotte (2009) yaitu komponen outcome regret dan process regret. post purchase outcome regret dibagi lagi ke dalam dua komponen yaitu penyesalan yang disebabkan oleh adanya alternatif lain

yang seharusnya dapat dipilih dan penyesalan yang disebabkan adanya pengurangan

(54)

yaitu penyesalan yang disebabkan adanya pertimbangan yang kurang matang dan

penyesalan yang disebabkan karena pertimbangan yang berlebihan.

Adapun aitem-aitem yang digunakan dalam skala post purchase regret tersebut diadaptasi dari aitem-aitem yang disusun oleh Lee dan Cotte (2009) dan selanjutnya

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Pada pengisian skala post purchase regret, subjek diminta untuk memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang tersedia. Adapun alternatif jawaban yang

disediakan tersebut adalah Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Netral (N),

Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Bobot penilaian untuk pernyataan adalah STS=1,

TS=2, N=3, S=4, SS=5. Dalam skala post purchase regret,

Semakin tinggi skor skala postpurchase regret maka semakin tinggi pula post purchase regret yang dimiliki oleh subjek. Dan sebaliknya semakin rendah skor skala

[image:54.595.63.529.552.726.2]

postpurchase regret maka semakin rendah pula post purchase regret yang dimiliki oleh subjek.

Tabel 1

Blue Print Skala Postpurchase Regret Sebelum Uji Coba

Aspek-Aspek Komponen Favourabel Total Bobot

Outcomes Regret Regret due to Foregone alternatives 1,5,9,13 4 25%

Regret due to Change in Significance 2,6,10,14 4 25%

Processregret Regret due to Under Consideration 3,7,11,15 4 25%

Regret due to Over Consideration 4,8,12,16 4 25%

(55)

2. SkalaPersepsi Kemampuan Teman sebagai Opinion Leader

Persepsi kemampuan teman sebagai opinion leader diukur melalui penilaian konsumen terhadap orang yang dia anggap sebagai opinion leader melalui karakteristik

opinion leader yang terdiri dari 4, yaitu enduring product involvement, knowledges and experiences, media habits, dan demographics.

Pada pengisian skala persepsi kemampuan opinion leader, subjek diminta untuk memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang tersedia. Adapun alternatif jawaban

yang disediakan tersebut adalah Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Netral

(N), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Bobot penilaian untuk pernyataan adalah

[image:55.595.84.511.554.727.2]

STS=1, TS=2, N=3, S=4, SS=5. Semakin tinggi skor skala opinion leader maka semakin positif persepsi yang dimiliki terhadap orang lain sebagai opinion leader. Dan sebaliknya semakin rendah skor skala opinion leader maka semakin negatif persepsi yang dimiliki terhadap orang lain sebagai opinion leader.

Tabel 2

Blue Print Skala Persepsi Kemampuan Opinion Leader Sebelum Uji Coba

Karakteristik Opinion Leader Favourabel Total Bobot

Enduring product involvement 1,4,5,6,9,11 6 25,93

Knowledge and experience 2,3,7,8,10,12,14,15,16,26 10 37,04

Media Habits 13,17,18,19 4 14,81

Demographics 20,21,22,23,24,25 6 22,22

(56)

E. VALIDITAS ALAT UKUR DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

1. Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur yang melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau

instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan

maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas juga dapat disebut sebagai

kecermatan pengukuran (Azwar, 2004).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi

merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis

rasional atau melalui professional judgment. Artinya, sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes

mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2004). Professional judgement

dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing.

2. Uji Daya Beda Aitem

Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara

individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang

diukur. Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan

yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam

analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau

(57)

menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem

dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien

korelasi aitem total (rix) yang dikenal pula dengan istilah parameter daya beda aitem

(Azwar, 2009).

Indeks daya beda aitem yang akan digunakan untuk aitem-aitem opinion leader

dan post purchase regret adalah nilai yang berada diatas 0,3 yang diperoleh melalui bantuan program SPSS 17.0 for Windows Evaluation Version. Fungsi perhitungan ini adalah untuk menyeleksi aitem yang layak dipakai.

Apabila aitem mempunyai koefisien korelasi lebi

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

oleh Alfarnait dapat menarik perhatian konsurnen untuk datang. Dengan adanya produk yang mendapatkan potongan harga, konsumen. tertarik untuk berbelanja dan rnembeli

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen. Subjek penelitian berjumlah 83 orang, pasien

Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang dianggap salah atau benar serta tidak ada penilaian baik dan buruk, karena itu

[r]

Untuk memahami diri sendiri ajaran jawa mengajarkan pada seseorang untuk melalui lima tahapan yaitu nanding sariro yaitu membandingkan diri sendiri dengan orang

Pengumpulan data dilakukan melalui pembagian kuesioner pada responden ibu balita untuk mendapatkan informasi terkait perilaku orang tua, serta melakukan

Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan anak terhadap kemampuan fisik yang mereka miliki dengan keterampilan gerak yang sebenarnya bagi anak usia 5-7 tahun dengan

Sepertinya orang-orang menilai saya sehagai seseorang yang tidak berharga dimata mereka, karena saya adalah seorang narapidana Saya merasa tidak berguna, karena apa yang saya lakukan