PERANCANGAN INSTALASI POMPA
SENTRIFUGAL DAN ANALISA NUMERIK
MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER CFD
FLUENT 6.1.22 PADA POMPA SENTRIFUGAL
DENGAN SUCTION GATE VALVE CLOSED 25 %
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
LUCKY I. SIANTURI NIM. 050401007
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan dihadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih serta penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.
Adapun yang menjadi pembahasan dalam tugas sarjana ini adalah mengenai “ Perancangan Instalasi Pompa Sentrifugal dan Analisa Numerik
Menggunakan Program Komputer CFD Fluent 6.1.22. Pada Pompa Sentrifugal Dengan Suction Gate Valve closed 25% “. Berbagai ilmu yang
berkaitan dengan sub program studi konversi energy seperti mesin fluida, mekanika fluida dan pompa kompresor diaplikasikan dalam menyelesaikan perencanaan instalasi, percobaaan dan simulasi pompa sentrifugal yang digunakan.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tugas sarjana ini, dan penulis mengharapkan kritik konstruksi dari pembaca demi kesempurnaan dimasa mendatang.
Dalam menyelesaikan tugas sarjana ini, penulis banyak menerima bimbingan dan dorongan berupa pemikiran , tenaga, semangat serta waktu dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda ( Ir.W.Sianturi ) dan Ibunda ( A.Kalesaran ) serta adinda ( Deny P.K.Sianturi dan Yessika Kalesaran ) yang telah banyak memberikan berbagai macam bantuan moril maupun materi hingga akhirnya tulisan ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Ir. H. A. Halim Nasution, Msc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta masukan kepada penulis.
3. Bapak Dr.Ing.Ikhwansyah Isranuri dan Bapak Tulus Burhanuddin,ST,MT. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Mesin USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini. 4. Kepada teman – teman satu tim senasib sepenanggungan penulis ( Erikson, Marshall dan Farabel ) yang terus berjuang sampai tugas sarjana ini selesai.
5. Semua teman – teman seperjuangan stambuk 2005 serta teman – teman seperjuangan penulis ( Ginting & Eben, Zp & Dolin, Ion, Ady , Berry ) dirumah kontrakan pribadi 14E.
6. Semua rekan – rekan CORNER Medan Club, MBC Crew dan Malas Pulang Group yang telah memberikan banyak bantuan moril kepada penulis.
Atas perhatian para pembaca sebelumnya, penulis mengucapakan terima kasih.
Penulis,
Lucky Imanuel Sianturi
ABSTRAK
Untuk mengalir air dari reservoir bawah ke reservoir atas maka dibutuhkan sebuah pompa untuk memindahkannya. Pompa akan bekerja secara optimal jika pompa tersebut memiliki instalasi yang sesuai dengan kemampuan pompa itu bekerja. Yang menjadi pedoman dalam membuat instalasi pompa adalah kapasitas ( Q ) dan Tinggi Tekan ( H ) yang dibutuhkan dalam memompakan air tersebut.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
SPESIFIKASI TUGAS iv
LEMBARAN EVALUASI v
KATA PENGANTAR vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR NOTASI xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 1
1.2Batasan Masalah 2
1.3Maksud dan Tujuan 3
1.4Metode Penulisan 3
1.5Sistematika Penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip – prinsip Pompa Sentrifugal 5
2.2 Klasifikasi Pompa Sentrifugal 6
2.3 Bagian – bagian Utama Pompa Sentrifugal 7
2.4 Unit Penggerak Pompa 9
2.5 Karakteristik Pompa Sentrifugal 9
2.6 Dasar – dasar Pemilihan Pompa 10
2.7 Head Pompa 11
2.7.1 Head Tekanan 13
2.7.2 Head Kecepatan 14
2.7.3 Head Statis Total 14
2.7.4 Kerugian Head ( Head Loss ) 15
2.7.4.2 Minor Head Loss 16
2.7.4.3 Total Loss 16
2.8 Kecepatan Spesifik Pompa 16
2.9 Daya Pompa 17
2.10 Aliran Fluida 17
2.11 Computational Fluid Dynamik ( CFD ) Fluent 19
2.11.1 Metode Diskritisasi CFD 19
2.11.2 Proses Simulasi CFD 20
2.11.3 Penggunaan CFD Fluent pada Pompa Sentrifugal 24
BAB III METODE PERENCANAAN
3.1 Skema Instalasi Pompa yang Direncakan 26
3.2 Penentuan Kapasitas 29
3.3 Penentuan Head Pompa pada Instalasi 30
3.3.1 Perbedaan Head Tekanan ( ∆HP ) 30 3.3.2 Perbedaan Head Kecepatan ( ∆HV ) 30 3.3.3 Perbedaan Head Statis ( ∆HS ) 32
3.3.4 Kerugian Head 32
3.3.4.1 Kerugian head sepanjang pipa hisap 32
3.3.4.2 Kerugian head sepanjang pipa tekan 38
3.4 Perhitungan Motor Penggerak pada Pompa yang akan Digunakan 40 3.5 Putaran Spesifik dan Tipe Impeller 40
3.6 Efisiensi Pompa pada Instalasi yang Dirancang 41
3.7 Daya Pompa pada Instalasi yang Dirancang 44
3.8 Spesifikasi Pompa yang Digunakan pada Instalasi 45
3.9 Ukuran – ukuran Utama Pompa 46
3.9.1 Bentuk dan ukuran impeller 46
3.9.1.1 Kecepatan dan sudut aliran fluida impeller 47
3.9.1.2 Melukis bentuk sudu 51
3.9.2 Bentuk dan ukuran rumah pompa 54
3.9.2.1 Bentuk rumah pompa 54
3.9.2.2 Luas saluran keluar ( throat ) volute 55 3.9.2.3 Penampang dan jari-jari volute 56
3.10 Pelaksanaan Perancangan 59
3.10.1 Diagram Alir Perancangan 59
3.10.2 Hasil Akhir dari Perancangan 60
BAB IV HASIL SIMULASI
4.1 Pendahuluan 62
4.2 Perhitungan Kapasitas Pompa Setelah Pengujian 62
4.3 Perhitungan Tinggi Tekan ( Head ) Pompa 63
4.3.1 Tinggi Tekan Kecepatan 64
4.3.2 Tinggi Tekan pada Pipa Isap 64
4.4 Analisa Kavitasi pada Pompa dengan Gate Valve closed 25% 69 4.4.1 NPSH ( Net Positive Suction Head ) 71 4.4.1.1 Net Positive Suction Head Available
( NPSH yang tersedia) 71 4.4.1.2 Net Positive Suction Head Required
( NPSH yang diperlukan ) 72
4.5 Permodelan Geometri dan Hasil Analisa Numerik 74 4.5.1 Proses Permodelan Pompa Sentrifugal 78 4.5.2 Proses Permodelan Impeller Pompa Sentrifugal 81 4.5.3 Proses Solving dan Postprocessing Geometri
Rumah Pompa 85
4.6 Analisa Kavitasi dan Performansi dari Pompa Sentrifugal 87 4.6.1 Analisa Kemungkinan Kavitasi yang Terjadi 87 4.6.2 Analisa Performansi dari Pompa Sentrifugal 88
4.7 Perhitungan Tinggi Tekan ( Head ) Pompa Berdasarkan
Hasil Fluent 90
4.7.1 Tinggi Tekan Kecepatan 90
4.7.2 Tinggi Tekan pada Pipa Isap 91
4.7.3 Tinggi Tekan pada Pipa Tekan 91
BAB V KARAKTERISTIK POMPA
5.1 Karakteristik Pompa Berdasarkan Hasil Perhitungan 94 5.1.1 Hubungan Head Euler dengan Kapasitas Pompa 94 5.1.2 Hubungan Efisiesnsi dan Daya dengan Kapasitas Pompa 102
5.2 Karakteristik Pompa Berdasarkan Hasil Percobaan 104 5.2.1 Hubungan Head Euler dengan Kapasitas Pompa 104
5.2.2 Hubungan Efisiesnsi dan Daya dengan Kapasitas Pompa 109
5.3 Karakteristik Pompa Berdasarkan Hasil Simulasi 110 5.3.1 Hubungan Head Euler dengan Kapasitas Pompa 110
5.3.2 Hubungan Efisiesnsi dan Daya dengan Kapasitas Pompa 115
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 122
6.2 Saran 123
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kekasaran Relative (ε) dalam Berbagai Bahan Pipa 34 Tabel 3.2 Nilai Koefisien K untuk Tipe Screwed 37 Tabel 3.3 Klasifikasi Impeler Menurut Putaran Spesifik 41 Tabel 3.4 Hubungan antara Kecepatan Spesifik dengan
Efisiensi Hidrolis 42
Tabel 3.5 Hubungan antara Kecepatan Spesifik Impeller
dengan Efisiensi Volimetris 43
Tabel 3.6 Jari-jari Busur Sudu Impeler 52
Tabel 3.7 Jari-jari dan luas volute untuk setiap penampang Tabel 4.1 Kenaikan Kehilangan Tinggi Tekan dengan Tipe
Bukaan Katup 66
Tabel 4.2 Nilai Koefisien Kopen untuk Tipe Screwed Valve 67
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Head Euler, Head Teoritis, Head Actual, dan Head System pada Berbagai Kapasitas Pompa
Berdasarkan Hasil Perhitungan 101
Tabel 5.2 Hubungan Kapasitas dengan Efisiensi dan Daya Pompa Berdasarkan Hasil
Perhitungan 104
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Head Euler, Head Teoritis, Head Actual, dan Head System pada Berbagai Kapasitas Pompa
Berdasarkan Hasil Percobaan. 109
Tabel 5.4. Hubungan kapasitas dengan Efisiensi dan Daya Pompa
Berdasarkan Percobaan 110
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Head Euler, Head Teoritis, Head Actual, dan Head System pada Kapasitas Pompa
Berdasarkan Hasil Simulasi 115
Tabel 5.6 Hubungan Kapasitas dengan Efisiensi dan Daya Pompa
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rumah Pompa Sentrifugal 7
Gambar 2.2 Kurva Pompa Aquavane 10
Gambar 2.3 Skema Instalasi Pompa 12
Gambar 2.4 Diagram alir algoritma numerik volume hingga
dengan metode SIMPLE 21
Gambar 2.5 Elemen fluida pada persamaan kekekalan massa 22 Gambar 2.6 Elemen fluida pada persamaan momentum 23 Gambar 2.7 Hasil Simulasi untuk Vektor - vektor Kecepatan yang
Terjadi 25
Gambar 2.8 Hasil Simulasi untuk Distribusi Tekanan yang Terjadi 25 Gambar 3.1 Skema Perencanaan Instalasi Pompa 28
Gambar 3.2 Stopwatch 29
Gambar 3.3 Meteran 29
Gambar 3.4 Diagram Moody 35
Gambar 3.5 Pompa Sentrifugal 45
Gambar 3.6 Bentuk impeler dan sudu yang digunakan dalam pompa 46 Gambar 3.7 Ukuran – ukuran utama pada impeler 46 Gambar 3.8 Segitiga Kecepatan pada sisi masuk ( Skala 1 cm : 1 m/s ) 48 Gambar 3.9 Segitiga kecepatan pada sisi keluar 51
Gambar 3.10 Bentuk Sudu impeler 53
Gambar 3.11 Perbandingan kecepatan pada kerongkongan rumah keong 54
Gambar 3.12 Grafik penentuan sudut volute 56
Gambar 3.13 Rumah Pompa 58
Gambar 3.14 Diagram Alir Pelaksanaan Perancangan 59 Gambar 3.15 Pandangan Depan Instalasi Pompa 60 Gambar 3.16 Pandangan Samping Instalasi Pompa 61 Gambar 4.1 Kerusakan pada Permukaan Sudu Impeller akibat Kavitasi 70 Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kecepatan spesifik, efesiensi
hidrolis serta koefisien kavitasiThoma 73 Gambar 4.3 Diagram alir simulasi pada GAMBIT 76 Gambar 4.4 Diagram alir simulasi pada FLUENT 77 Gambar 4.5 Tampilan Hasil setelah memasukan titik-titiknya 78 Gambar 4.6 Tampilan hasil dari substract face dan shaded 79
Gambar 4.7 Tampilan hasil mesh 80
Gambar 4.8 Tampilan hasil boundary condition 80
Gambar 4.9 Kurva residual iterasi 85
Gambar 4.10 Rumah pompa dalam GAMBIT 86
Gambar 4.11 Kurva residual iterasi 86
Gambar 4.12 Distribusi tekanan fluida pada rumah pompa sentrifugal 87 Gambar 4.13. Distribusi energi turbulensi yang terjadi pada
Gambar 4.14. Distribusi vektor kecepatan yang terjadi pada
pompa sentrifugal 89
Gambar 4.15. Distribusi kecepatan fluida pada impeller 89 Gambar 4.17 Grafik tekanan fluida vs jarak posisi tekanan fluida 90
Gambar 5.1 Kerugian - kerugian hidrolis 97
Gambar 5.2. Grafik Karakteristik Head Vs Kapasitas Berdasarkan
Hasil Perhitungan 116
Gambar 5.3. Grafik Karakteristik Head Vs Kapasitas Berdasarkan
Hasil Percobaan 118
Gambar 5.4 Grafik Karakteristik Head Vs Kapasitas Berdasarkan
Hasil Simulasi 119
DAFTAR NOTASI
SIMBOL KETERANGAN SATUAN
A Luas Penampang Pipa m2
b Lebar Pasak mm
b1 Lebar impeller pada sisi masuk mm
b2 Lebar impeler pada sisi keluar mm
b3 Lebar Penampang masuk saluran throat mm
Dis Diameter dalam pipa mm
Ds Diameter poros mm
Dh Diameter hub mm
D1 Diameter sisi masuk impeller mm
D2 Diameter sisi keluar impeller mm
fc Faktor koreksi -
g Gravitasi m/s2
HL Head Losses sepanjang pipa m
Hp Head pompa m
Hs Head statis m
Hthz Head Teoritis m
hf Kerugian Head mayor m
hm Kerugian head minor m
h Tinggi pasak mm
K Kerugian akibat kelengkapan pipa -
Kt Faktor Koreksi pembebanan -
k Konstanta Hidrolik -
L Panjang pipa m
Mt Momen torsi kgmm
M Massa Kg
Nm Daya Motor Listrik kW
Np Daya Pompa kW
n Putaran Pompa rpm
ns Putaran Spesifik rpm
P Tekanan Pada pompa Pa
Q Kapasitas Pompa m3/s
R Jari – Jari sudu lingkaran impeller mm
Re Bilangan Reynold -
S Jarak antara sudu mm
Sf1 Faktor keamanan kelelahan puntir -
Sf2 Faktor Keamanan alur bahan -
t Tebal sudu impeller mm
U1 Kecepatan tangensial sisi masuk impeller m/s
V Kecepatan aliran pada pipa m/s
Vo Kecepatan aliran masuk impeller m/s
Vr1 Kecepatan radial masuk impeller m/s
Vr2 Kecepatan radial keluar impeller m/s
Vthr Kecepatan pada kerongkongan rumah keong m/s
Z Jumlah sudu -
α Sudut Aliran masuk o
β Sudut tangensial o
γ Berat jenis fluida N/m3
ηp Efisiensi pompa %
υ Viskositas Kinematik m2/s
π konstanta (phi) -
ρ Kerapatan fluida kg/m3
τg Tegangan Geser kg/m2
σb Kekuatan Tarik Bahan kg/m2
ABSTRAK
Untuk mengalir air dari reservoir bawah ke reservoir atas maka dibutuhkan sebuah pompa untuk memindahkannya. Pompa akan bekerja secara optimal jika pompa tersebut memiliki instalasi yang sesuai dengan kemampuan pompa itu bekerja. Yang menjadi pedoman dalam membuat instalasi pompa adalah kapasitas ( Q ) dan Tinggi Tekan ( H ) yang dibutuhkan dalam memompakan air tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pompa adalah mesin yang mengkonversikan energi mekanik menjadi
energi tekanan. Menurut beberapa literatur terdapat beberapa jenis pompa, namun
yang akan dibahas dalam perancangan pompa ini ialah jenis pompa sentrifugal.
Pompa sentrifugal adalah jenis pompa yang sangat banyak dipakai oleh industri,
terutama industri pengolahan dan pendistribusian air. Beberapa keunggulan
pompa sentrifugal adalah: harga yang lebih murah, kontruksi pompa sederhana,
mudah pemasangan maupun perawatan, kapasitas dan tinggi tekan ( head ) yang
tinggi, kehandalan dan ketahanan yang tinggi.
Dunia industri sangat menginginkan suatu jenis pompa sentrifugal yang
dapat beroperasi maksimal dan tahan dioperasikan dalam jangka waktu yang
lama, hal ini tidak terlepas dari jenis pompa, pemasangan dan pengoperasian yang
tepat sehingga akan bekerja sesuai dengan peruntukannya. Pompa ini akan
digunakan pada instalasi yang akan dirancang di Laboratorium Mesin Fluida
Departemen Teknik Mesin dan bertujuan untuk memompakan air dari reservoir
bawah ( ground tank ) ke reservoir atas ( roof tank ).
Pompa sentrifugal yang digunakan adalah sebagai alat uji perbandingan
hasil dari real dilapangan dengan hasil dari simulasi menggunakan perangkat
lunak ( software ) yaitu program simulasi Computational Fluid Dynamic atau
sering disebut dengan CFD.
Computational Fluid Dynamic ( CFD ) dapat memberikan kekuatan untuk
mensimulasikan aliran fluida, perpindahan panas, perpindahan massa,
benda-benda bergerak, aliran multifasa, reaksi kimia, interaksi fluida dengan struktur,
software ini akan tampak bentuk virtual prototype dari system yang digunakan
atau alat yang ingin dianalisis dengan menerapkan kondisi nyata di lapangan.
CFD akan memberikan data - data, gambar - gambar, atau kurva - kurva yang
menunjukkan prediksi dari performansi keandalan sistem tersebut.
CFD yang akan digunakan ialah CFD Fluent versi 6.1.22. Fluent adalah
salah satu jenis program CFD yang menggunakan metode volume hingga. Fluent
menyediakan fleksibilitas mesh yang lengkap, sehingga dapat menyelesaikan
kasus aliran fluida dengan mesh ( grid ) yang tidak terstruktur sekalipun dengan
cara yang relative mudah. Setelah menggunakan program ini, maka akan didapat
hasil-hasil yang mendekati dengan kasus yang akan dijumpai di lapangan.
1.2. Batasan Masalah
Instalasi pompa sentrifugal yang dirancang untuk memompakan air dari
reservoir bawah ke reservoir atas dimana instalasi ini akan dibuat di Laboratorium
Mesin Fluida Departemen Teknik Mesin. Pembahasan perencanaan ini
dititikberatkan pada perancangan komponen system mekanis pompa sentrifugal
dan perhitungan prestasi pompa tersebut secara teoritis, yang secara umum terdiri
dari :
a. Penentuan skema instalasi yang akan dibuat di Laboratorium Mesin
Fluida.
b. Dalam perencanaan ini yang akan dibahas adalah perencanaan instalasi
untuk pompa akan digunakan untuk memompakan air dari reservoar
bawah ke reservoar atas.
c. Simulasi aliran fluida yang terjadi dalam sistem pemompaan dengan gate
valve closed 25%.
d. Penentuan daerah - daerah kavitasi serta analisa performansi dari pompa
sentrifugal pada analisa simulasi CFD Fluent.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari perencanaan dan simulasi ini adalah untuk mengetahui
analisa performansi dari pompa sentrifugal yang dipakai dengan menggunakan
perhitungan matematis dan bantuan simulasi komputer sehingga diketahui kavitasi
yang terjadi didalam rumah pompa ( housing pump ) pada instalasi yang
dirancang.
Tujuan dari perencanaan dan simulasi ini adalah untuk mensimulasikan
aliran fluida yang terjadi didalam rumah pompa ( housing pump ) menggunakan
software CFD Fluent 6.1.22 dengan menampilkan virtual ptototype dari pompa
sentrifugal sehingga akan diberikan data – data, gambar – gambar, atau kurva
yang menunjukkan prediksi dari performansi keandalan pompa sentrifugal yang
digunakan pada instalasi yang dirancang.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan tugas sarjana ini
adalah :
1. Survey Lapangan
Survey lapangan telah dilakukan pada Laboratorium Mesin Fluida
Departemen Teknik Mesin USU dan toko peralatan alat – alat pompa serta
toko besi.
2. Studi Literatur
Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku yang mendukung dan
3. Diskusi
Berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing dan teman-teman mahasiswa
yang lain mengenai simulasi yang dibahas.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan tugas sarjana adalah sebagai berikut:
1. BAB I : Pendahuluan, berisikan latar belakang, batasan masalah,
maksud dan tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II : Tinjauan Pustaka, berisikan teori - teori yang mendasari
tentang pompa sentrifugal.
3. BAB III : Metode Perencanaan, berisikan urutan dan cara yang
dilakukan secara jelas dan sistematis dalam perancangan sebuah
instalasi pompa sentrifugal dan melaksanakan survey dalam pemilihan
pompa sentrifugal yang digunakan pada instalasi yang akan dibuat
serta perhitungan head pompa pada instalasi yang dirancang.
4. BAB IV : Hasil Percobaan dan Simulasi, berisikan hasil analisis dari
perencanaan yang telah dilaksanakan dan serta disimulasikan supaya
mendapatkan hasil yang maksimal dengan perbandingan hasil analisa
manual dan simulasi.
5. BAB V : Karakteristik Pompa, berisikan performansi dari pompa
sentrifugal yang digunakan untuk melayani instalasi yang dirancang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan
dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.
Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan -
hambatan pengaliran. Hambatan - hambatan pengaliran itu dapat berupa
perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau hambatan gesek. Klasifikasi pompa
secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (
positive displacement pump ) dan pompa kerja dinamis ( non positive displacement pump ). Salah satu jenis pompa kerja dinamis adalah pompa
sentrifugal yang prinsip kerjanya mengubah energi kinetik ( kecepatan ) cairan
menjadi energi potensial ( dinamis ) melalui suatu impeller yang berputar dalam
casing. Pada Instalasi Pengolahan Air ( IPA ), sebagian besar pompa yang
digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya
yang timbul akibat adanya gerakan sebuah benda atau partikel melalui lintasan
lengkung ( melingkar ). Pompa sentrifugal merupakan pompa kerja dinamis yang
paling banyak digunakan karena mempunyai bentuk yang sederhana dan harga
yang relatif murah. Keuntungan pompa sentrifugal dibandingkan jenis pompa
perpindahan positif adalah gerakan impeler yang kontinyu menyebabkan aliran
tunak dan tidak berpulsa, keandalan operasi tinggi disebabkan gerakan elemen
yang sederhana dan tidak adanya katup-katup, kemampuan untuk beroperasi pada
putaran tinggi, yang dapat dikopel dengan motor listrik, motor bakar atau turbin
uap ukuran kecil sehingga hanya membutuhkan ruang yang kecil, lebih ringan dan
2.1 Prinsip -Prinsip Dasar Pompa Sentrifugal
Prinsip-prinsip dasar pompa sentrifugal ialah sebagai berikut:
1. Gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar
sehingga kecepatan fluida meningkat.
2. Kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa ( volute atau diffuser )
menjadi tekanan atau head.
2.2 Klasifikasi Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara
lain:
1. Kapasitas:
1. Kapasitas rendah : < 20 m3 / jam
2. Kapasitas menengah : 20-60 m3 / jam
3. Kapasitas tinggi : > 60 m3 / jam
2. Tekanan Discharge:
1. Tekanan Rendah : < 5 Kg / cm2
2. Tekanan menengah : 5 - 50 Kg / cm2
3. Tekanan tinggi : > 50 Kg / cm2
3. Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat:
1. Single stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing.
2. Multi stage : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri dalam satu
casing.
3. Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel dalam satu casing.
4. Posisi Poros:
1. Poros tegak
2. Poros mendatar
5. Jumlah Suction: 1. Single Suction
2. Double Suction
6. Arah aliran keluar impeller : 1. Radial flow
2. Axial flow
3. Mixed fllow
2.3 Bagian-Bagian Utama Pompa Sentrifugal
Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal dapat dilihat seperti
gambar berikut:
1. Stuffing Box
Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana
poros pompa menembus casing.
2. Packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing
pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.
3. Shaft
Shaft ( poros ) berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak
selama beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian
berputar lainnya.
4. Shaft sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan
keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage
joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.
5. Vane
Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.
6. Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai
pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor ( guide vane
), inlet dan outlet nozzel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller
dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (
single stage ).
7. Eye of Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
8. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi
energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga
cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan
9. Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang
melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan
cara memperkecil celah antara casing dengan impeller.
10. Bearing
Bearing ( bantalan ) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari
poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial.
Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar
dan tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.
2.4 Unit Penggerak Pompa
Umumnya unit penggerak pompa terdiri dari tiga jenis yaitu:
a. Motor bakar
b. Motor listrik, dan
c. Turbin
Penggerak tipe motor bakar dan turbin sangat tidak ekonomis untuk
perencanaan pompa karena konstruksinya berat, besar dan memerlukan sistem
penunjang misalnya sistem pelumasan, pendinginan dan pembuangan gas hasil
pembakaran.
Sistem penggerak motor listrik lebih sesuai dimana konstruksinya kecil
dan sederhana, sehingga dapat digabungkan menjadi satu unit kesatuan dalam
rumah pompa. Faktor lain yang membuat motor ini sering digunakan adalah
karena murah dalam perawatan dan mampu bekerja untuk jangka waktu yang
relatif lama dibanding penggerak motor bakar dan turbin.
2.5 Karakteristik Pompa Sentrifugal
Karakteristik dari pompa sentrifugal merupakan sebuah cara dimana tinggi
tekan tekanan diferensial bervariasi dengan keluaran ( output ) pada kecepatan
konstan. Karakteristik dapat juga menyertakan kurva efisiensi dan harga brake
sebagai kapasitas peningkatan total tinggi tekan, dimana tinggi tekan pompa
mampu untuk dinaikkan atau dikurangi. Umumnya sebuah pompa sentrifugal
akan menaikkan tinggi tekan terbesarnya pada suatu titik, dimana tidak ada aliran
yang sering dianggap sebagai shut off head. Jika shut off head kurang dari harga
maksimum tinggi tekan, pompa menjadi tidak stabil dan dibawah beberapa
kondisi dapat memperbesar daya dan kecepatan fluktuasi yang menyebabkan
getaran mekanis yang besar pada sistem pemipaan.
Gambar 2.2 Kurva pompa Aquavane KSB Type A32-160 2.6 Dasar-dasar Pemilihan Pompa
Dasar pertimbangan pemilihan pompa, didasarkan pada sistem
ekonomisnya, yakni keuntungan dan kerugian jika pompa tersebut digunakan dan
dapat memenuhi kebutuhan pemindahan fluida sesuai dengan kondisi yang
direncanakan.
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pompa adalah fungsi
terhadap instalasi pemipaan, kapasitas, head, viskositas, temperature kerja dan
Kondisi yang diinginkan dalam perencanaan ini adalah:
a. Kapasitas dan head pompa harus mampu dipenuhi.
b. Fluida yang mengalir secara kontinu.
c. Pompa yang dipasang pada kedudukan tetap.
d. Konstruksi sederhana.
e. Mempunyai efisiensi yang tinggi.
f. Harga awal relatif murah juga perawatannya.
Melihat dan mempertimbangkan kondisi yang diinginkan dalam perencanaan
ini, maka dengan mempertimbangkan sifat pompa dan cara kerjanya, dipilih pompa
sentrifugal dalam perencanaan ini, karena sesuai dengan sifat pompa sentrifugal, yakni:
a. Aliran fluida lebih merata.
b. Putaran poros dapat lebih tinggi.
c. Rugi-rugi transmisinya lebih kecil karena dapat dikopel langsung dengan
motor penggerak.
d. Konstruksinya lebih aman dan kecil.
e. Perawatannya murah.
2.7 Head Pompa
Head pompa adalah energi per satuan berat yang harus disediakan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi
pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang umumnya
dinyatakan dalam satuan panjang. Menurut persamaan Bernoulli yang berbunyi “
bila fluida inkompresibel mengalir sepanjang pipa yang penampangnya mempunyai beda ketinggian,perbedaan tekanan tidak hanya tergantung pada perbedaan ketinggian tetapi juga pada perbedaan antara kecepatan dimasing-masing titik tersebut ”. Dalam persamaan Bernoulli, ada tiga macam head (energi)
fluida dari sistem instalasi aliran, yaitu energi tekanan, energi kinetik dan energi
g V Z P H . 2 2 + + =
γ
Dimana:H = Head total pompa (m)
γ
P= Head tekanan (m)
Z = Head statis total (m)
g V
. 2
2
= Head kecepatan (m)
Karena energi itu kekal, maka bentuk head ( tinggi tekan ) dapat bervariasi
pada penampang yang berbeda. Namun pada kenyataannya selalu ada rugi-rugi
energi (losses).
Gambar 2.3 Skema instalasi pompa 1 3 4 2 5
A
B
No Keterangan Gambar
1 Reservoir isap
2 Pipa isap
Pada kondisi yang berbeda seperti pada gambar di atas maka persamaan Bernoulli
adalah sebagai berikut:
L A B A B A A B B L B B B B A A A A H Z Z g V g V P P H B ke A Loss H Z g V P H Z g V P + − + − + − = + + + = + + + ) ( ) . 2 . 2 ( ) ( ) ( . 2 . 2 2 2 2 2
γ
γ
γ
γ
Karena γA = γB maka:
L A B A B A B H Z Z g V V P P
H = − + − )+( − )+
. 2 ( ) ( 2 2
γ
L ST H H g V PH = ∆ + ∆ )+ + . 2 ( ) ( 2
γ
Dimana:H = Head total pompa ( m )
γ
P∆
= Head pompa karena perbedaan tekanan pada sisi isap dengan sisi tekan (
g V . 2 2 ∆
= Head yang diakibatkan karena ada perbedaan kecepatan ( m )
HST = Head statis ( m )
HL = Head loss dari A ke B ( m )
2.7.1 Head Tekanan
Head tekanan adalah perbedaan energi tekanan yang bekerja pada permukaan
zat cair pada sisi tekan dengan energi tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair
pada sisi isap. Head tekanan dapat dinyatakan dengan rumus:
γ
γ
γ
B AP P P − = Dimana:
γ
P= Head tekanan ( m )
γ
B P= Energi tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan ( m )
γ
A P= Energi tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap ( m )
2.7.2 Head Kecepatan
Head kecepatan adalah perbedaan antar energi kecepatan zat cair pada
saluran tekan dengan energi kecepatan zat cair pada saluran isap. Head kecepatan
dapat dinyatakan dengan rumus:
g V g V
H B A
Dimana:
Hk = Head kecepatan
g VB
. 2
2
= Energi kecepatan zat cair pada saluran tekan
g VA
. 2
2
= Energi kecepatan zat cair pada saluran isap
2.7.3 Head Statis Total
Head statis total adalah perbedaan tinggi antara permukaan zat cair pada
sisi tekan dengan permukaan zat cair pada sisi isap. Head statis total dapat
dinyatakan dengan rumus:
Z = Zb −Za
Dimana:
Z = Head statis total
Zb = Beda tinggi tekan statis pada sisi tekan
Za = Beda tinggi tekan statis pada sisi isap
Tanda + : Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih rendah dari sumbu
pompa.
Tanda - : Jika permukaan zat cair pada sisi isap lebih tinggi dari sumbu
pompa.
2.7.4 Kerugian Head ( Head Loss )
Kerugian energi per satuan berat fluida dalam mengaliran cairan dalam
sistem perpipaan disebut sebagai kerugian head ( head loss ). Head loss terdiri
2.7.4.1Mayor Head Loss ( Mayor Loss )
Merupakan kerugian energi sepanjang saluran pipa yang dinyatakan
dengan rumus :
g V d L f hf 2 2 = Dimana:
hf = Mayor loss ( m )
f = Faktor gesekan
L = Panjang pipa ( m )
V = Kecepatan fluida dalam pipa ( m/det )
d = Diameter dalam pipa ( m )
Harga f ( faktor gesekan ) didapat dari diagram Moody sebagai fungsi dari Angka
Reynold ( Reynolds Number ) dan Kekasaran relatif ( Relative Roughness - ε/D ), yang nilainya dapat dilihat pada grafik sebagai fungsi dari nominal diameter pipa
dan kekasaran permukaan dalam pipa ( e ) yang tergantung dari jenis material
pipa.Sedangkan besarnya Reynolds Number dapat dihitung dengan rumus :
µ
ρ
Vd = Re Dimana:Re = Reynold Number
ρ
= Massa jenis fluida (kg/m3)V = Kecepatan rata-rata aliran (m/det)
d = Diameter dalam pipa (mm)
µ
= Dynamic viscosity (N.s/m2)Apabila aliran laminar ( Re < 2100 ), faktor gesekan ( f ) dapat dicari dengan
Apabila aliran turbulen ( Re > 4000 ), faktor gesekan ( f ) dapat dicari dengan
diagram moody.
2.7.4.2Minor Head Loss ( Minor Loss )
Merupakan kerugian head pada fitting, elbow dan valve yang terdapat
sepanjang sistem perpipaan. Dapat dicari dengan menggunakan Rumus:
g v k hm
2
2
=
Dimana:
hm = Minor loss ( m )
k = Koefisien kerugian dari fitting, elbow dan valve
2.7.4.3Total Loss
Total loss merupakan kerugian total sistem perpipaan, yaitu :
h
tot=
h
f+
h
mDimana:
htot = Total loss (m)
hf = Total mayor loss (m)
2.8 Kecepatan Spesifik Pompa
Performansi pompa sentrifugal (kecuali turbin regenerative) dihubungkan pada suatu parameter yang disebut kecepatan spesifik
( specific speed ). Seperti yang didefinisikan oleh The Hydraulic Institute hal ini merupakan hubungan antara kapasitas, tinggi tekan, dan kecepatan pada efisiensi optimum yang mengklasifikasikan impeller pompa dengan respek terhadap persamaan geometris. Kecepatan spesifik merupakan sebuah bilangan aljabar yang dinyatakan sebagai:
4 3 2 1
H Q n
Ns =
Dimana:
NS = Kecepatan spesifik pompa ( m/min )
n = Putaran pompa ( rpm )
Q = Kapasitas pompa (m3/min)
H = Head total pompa (m)
2.9 Daya pompa
Daya pompa ialah daya yang dibutuhkan poros pompa untuk memutar
impeler didalam memindahkan sejumlah fluida denga kondisi yang diinginkan.
Besarnya daya poros yang dibutuhkan dapat dihitung berdasarkan ( Fritz dietzel.
Hal 243 )
NP =
Dimana:
Np = daya pompa (watt )
Hp = head pompa ( m )
ρ = rapat jenis fluida ( kg/m3
)
ηp = effisiensi pompa
2.10 Aliran fluida
Aliran dalam pemipaan akan terjadi dari titik yang mempunyai head hidrolik
yang lebih tinggi ( energi internal per satu-satuan berat air ) ke head yang lebih rendah,
dimana terjadi kehilangan energi hidrolik di sepanjang pipa.
Kehilangan energi hidrolik sepanjang pipa secara umum disebabkan oleh:
A. Kerugian Head Mayor
Kerugian head ini terjadi akibat adanya gesekan antara dinding pipa dengan
fluida yang mengalir di dalamnya. Persamaan umum yang dapat digunakan untuk
mencari head losses akibat gesekan dalam pipa dapat dilakukan dengan menggunakan:
a. Persamaan Darcy - Weisbach
b. Persamaan Hazen - Williams
Kedua persamaan diatas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
yaitu:
a. Persamaan Darcy - Weisbach
1. Memberikan hasil yang lebih baik untuk pipa yang relatif pendek.
2. Untuk sistem terdiri dari bermacam-macam pipa akan lebih rumit
perhitungannya.
3. Populer atau sering dipakai untuk perhitungan dengan beda energi
besar.
4. Persamaan ini secara teori paling bagus dan dapat digunakan ke semua
b. Persamaan Hazen - Williams:
1. Umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam pipa yang
relatf sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum.
2. Untuk sistem yang terdiri dari bermacam-macam pipa, perhitungannya
akan lebih mudah disbanding Darcy - Weisbach.
3. Persamaan Hazen - Williams paling banyak digunakan untuk
menghitung head losses, tetapi biasa digunakan untuk semua fluida
selai dari air dan digunakan hanya untuk aliran turbulen.
B. Kerugian Head Minor
Kerugian ini diakibatkan adanya perubahan dalam geometri aliran seperti
katup, belokan, perubahan diameter pipa, sambungan saluran masuk dan keluar
pipa.
2.11 Computational Fluid Dynamic (CFD) Fluent
ComputationalFluidDynamic (CFD) dapat dibagi menjadi dua kata, yaitu:
a. Computational : Segala sesuatu yang berhubungan dengan matematika dan metode numerik atau komputasi.
b. Fluid Dynamic : Dinamika dari segala sesuatu yang mengalir.
Ditinjau dari istilah di atas, CFD bisa berarti suatu teknologi komputasi yang
memungkinkan untuk mempelajari dinamika dari benda-benda atau zat-zat yang
mengalir. Secara definisi, CFD adalah ilmu yang mempelajari cara memprediksi n
fluida, perpindahan panas, reaksi kimia, dan fenomena lainnya denga
menyelesaikan persamaan-persamaan matematika (model matematika). Dan
Fluent adalah salah satu jenis program CFD yang menggunakan metode elemen
hingga dan Fluent juga menyediakan fleksibilitas mesh yang lengkap, sehingga
dapat menyelesaikan kasus aliran fluida dengan mesh (grid) yang tidak terstruktur
sekalipun dengan cara yang relatif mudah. Penggunaan CFD umumya
1. Studi konsep dari desain baru
2. Pengembangan produk secara detail
3. Analisis kegagalan atau troubleshooting
4. Desain ulang
2.11.1 Metode Diskritisasi CFD
CFD sebenarnya mengganti persamaan-persamaan diferensial parsial dari
kontinuitas, momentum, dan energi dengan persamaan-persamaan aljabar.
CFD merupakan pendekatn dari persoalan yang asalnya kontinum
(memiliki jumlah sel tak terhingga) menjadi model yang diskrit (jumlah sel
terhingga).
Perhitungan / komputasi aljabar untuk memecahkan
persamaan-persamaan diferensial ini ada beberapa metode (metode diskritisasi),
diantaranya adalah:
a. Metode beda hingga
b. Metode elemen hingga
c. Metode volume hingga
d. Metode elemen batas
e. Metode skema resolusi tinggi
Dan CFD FLUENT versi 6.1.22 sendiri menggunakan metode volume
hingga ( Finite Volume Method ) sebagai metode diskritisasinya (
Firman Tuakia, hal 8 ).
2.11.2 Proses simulasi CFD
Pada uumnya terdapat tiga thapan yang harus dilakukan ketika kita
melakukan simulasi CFD, yaitu:
a. Preprocessing
Komponen pre-processor merupakan komponen input dari permasalahan aliran ke dalam program CFD dengan menggunakan
input berikutnya ke dalam bentuk yang sesuai dengan pemecahan oleh
solver. Pada tahapan pre-processor, dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut: 1) mendefinisikan geometri daerah yang dikehendaki
(perhitungan domain); 2) pembentukan grid (mesh) pada setiap
domain; 3) pemilihan fenomena kimia dan fisik yang dibutuhkan; 4)
menetukan sifat-sifat fluida (konduktivitas, viskositas, panas jenis,
massa jenis dan sebagainya); 5) menentukan kondisi batas yang sesuai
dengan keperluan. Ketepatan aliran dalam geometri yang dibentuk
dalam CFD ditentukan oleh jumlah sel di dalam grid yang dibangun.
Semakin besar jumlah sel, ketepatan atau ketelitian dari hasil
pemecahan semakin baik. Mesh optimal tidak harus selalu seragam,
dapat dilakukan dengan memperhalus mesh pada bagian yang memiliki
variasi cukup besar dan semakin kasar untuk bagian yang relatif tidak
banyak mengalami perubahan.
b. Solving
Proses pada solver merupakan proses pemecahan secara matematika
dalam CFD dengan software FLUENT 6.1.22. Metode yang digunakan
adalah metode volume hingga (finite volume) yang dikembangkan dari
metode beda hingga (finite difference) khusus. Proses pemecahan
matematika pada solver digambarkan sebagai diagram alir metode
SIMPLE (Semi-Implicit Method for Pressure-Linked Equation)
Gambar 2.4 Diagram Alir Algoritma Numerik volume hingga dengan metode SIMPLE
Proses pemecahan matematika pada solver memiliki 3 tahapan yaitu: 1)
aproksimasi aliran yang tidak diketahui dilakukan dengan menggunakan
fungsi sederhana; 2) diskretisasi dengan mensubstitusi hasil aproksimasi ke
penyelesaian persamaan aljabar. Pada proses solver, terdapat 3 persamaan
atur aliran fluida yang menyatakan hukum kekekalan fisika, yaitu : 1) massa
fluida kekal; 2) laju perubahan momentum sama dengan resultansi gaya pada
partikel fluida (Hukum II Newton); 3) laju perubahan energi sama dengan
resultansi laju panas yang ditambahkan dan laju kerja yang diberikan pada
partikel fluida (Hukum I Termodinamika).
a. Kekekalan Massa 3 Dimensi steady state
Keseimbangan massa untuk fluida dinyatakan sebagai berikut:
Laju kenaikan massa dalam elemen fluida = Laju net aliran fluida massa ke dalam elemen batas
x y wδ δ ρ
z y uδ δ
ρ z x v δ δ ρ x δ y δ z δ x y z z w w δ δ δ ρ ρ ) ( ∂ ∂ + z y x x u
u ρ δ δ δ
ρ ) ( ∂ ∂ + x z y y v
v ρ δ δ δ
ρ )
(
[image:36.595.173.524.331.616.2]∂ ∂ +
Gambar 2.5 Elemen Fluida pada persamaan kekekalan massa
Persamaan diatas merupakan persamaan kontinuitas untuk fluida. Ruas kiri
menggambarkan laju net massa keluar dari elemen melewati batas dan
dinyatakan sebagai faktor konveksi.
b. Persamaan Momentum 3 Dimensi Steady State
Persamaan momentum dikembangkan dari persamaan Navier-Stokes
dalam bentuk yang sesuai dengan metode finite volume sebagai
berikut: x δ y δ z δ fx z y pδ δ
z y
xxδ δ
σ τzxδxδy
z x
yxδ δ
τ z y x x p
p δ )δ δ
( ∂ ∂ + z y x x xx
xx δ δ δ
σ σ ) ( ∂ ∂ + y x z z zx
zx δ δ δ
[image:37.595.124.543.321.524.2]τ τ ) ( ∂ ∂ + z x y y yx yx δ δ δ τ τ ) ( ∂ ∂ +
Gambar 2.6 Elemen fluida pada persamaan momentum
Momentum x :
\
Momentum z :
c. Persamaan energi diturunkan dari Hukum I Termodinamika yang
menyatakan bahwa : laju perubahan energi partikel fluida = laju
penambahan panas ke dalam partikel fluida ditambahkan dengan laju kerja yang diberikan pada partikel. Secara matematika dapat
ditulis sebagai berikut :
Untuk Gas ideal :
c. Postprocessing
Postprocessing adalah langkah akhir dalam analisis CFD. Hal yang
dilakukan pada langkah ini adalah mengorganisasi dan menginterpretasi
data hasil simulasi CFD yang bisa berupa gambar, kurva, dan animasi. Hasil
yang diperoleh dari proses yang berada dalam pre-processor dan solver
akan ditampilkan dalam post-processor. Tampilan tersebut dapat berupa :
1) tampilan geometri domain dan grid; 2) plot vektor; 3) plot permukaan 2
dan 3 dimensi; 4) pergerakan partikel; 5) manipulasi pandangan; 6) output
2.11.3 Penggunaan CFD Fluent pada Pompa Sentrifugal
Pada pompa sentrifugal, yang dapat dianalisa oleh CFD Fluent ini adalah
airan fluidanya, dimana dengan CFD Fluent ini kita dapat mensimulasikan
vektor - vektor kecepatan yang terjadi pada impeler dan rumah keong
pompa tersebut. CFD Fluent juga dapat mensimulasikan distribusi tekanan
yang terjadi dalam pompa tersebut. Hasil simulasi aliran fluida ini adaah
gambaran aliran fluida nantinya yang terjadi di lapangan. Pada gambar 2.7
dan gambar 2.8 merupakan contoh hasil dari simulasi pompa sentrifugal
[image:39.595.148.471.327.528.2]dengan massa alir 0,5 kg/s dan tekanan pompa 0,5 atm.
BAB III
METODE PERENCANAAN
Dalam memilih suatu pompa untuk suatu maksud tertentu, terlebih dahulu
harus diketahui kapasitas aliran serta head yang diperlukan untuk mengalirkan zat
cair yang akan di pompa pada instalasi yang akan dibuat.
Selain dari pada itu, agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi,
perlu ditaksir berapa tekanan minimum yang tersedia pada sisi masuk pompa yang
terpasang pada instalasinya. Atas dasar tekanan isap ini maka putaran pompa
dapat ditentukan.
Selanjutnya, untuk menentukan penggerak mula yang akan dipakai, harus
lebih dahulu dilakukan penyelidikan tentang jenis sumber tenaga yang dapat
dipergunakan di tempat yang bersangkutan. Pedoman dalam menentukan jenis
pompa yang digunakan adalah instalasi yang direncanakan.
3.1 Skema Instalasi Pompa Yang Direncanakan
Instalasi yang direncanakan adalah sangat sederhana. Dimana instalasi
yang direncanakan terdiri dari:
1. Roof Tank
Roof tank atau tangki atas berfungsi sebagai tangki tempat penampungan
air yang telah dipompakan dari ground tank dengan kapasitas maximum
400 liter dengan ukuran sebagai berikut:
2. Besi
Besi ini digunakan sebagai penyangga atau dudukan dari roof tank
sehingga roof tank tidak jatuh dan air dapat bersirkulasi dengan baik
dimana penyangga ini memiliki tinggi 2 meter.
3. Elbow
Pada perencanaan ini dipakai 2 jenis elbow, yaitu:
1. Elbow 90o long regular ukuran 1 inchi sebanyak 6 elbow ( satu
dipasang pada pipa isap dan lima dipasang pada pipa tekan )
2. Elow 90o long regular ukuran 1.5 inchi sebanyak 2 elbow yang
dipasang pada pipa buang.
4. Pipa
Pipa ini merupakan sarana penyaluran air dari ground tank ke roof tank.
Ada 2 jenis ukuran dari pipa yang dipakai, yaitu:
1.Pipa isap dan pipa tekan yang berukuran 1 inchi.
2.Pipa buang yang berukuran 1,5 inchi.
5. Meja
Meja yang dimaksud dalam hal ini berfungsi sebagai dudukan pompa,
agar pompa tetap kokoh saat memompakan air.
6. Pompa
Yaitu sebagai alat untuk memindahkan atau mentransfer air dari tangki
bawah ke tangki atas.
7. Ground Tank
Ground tank atau tangki bawah berfungsi sebagai sumber air yang akan
dialirkan oleh pompa dengan kapasitas maximum 400 liter yang bentuk
8. Gate Valve
Gate valve digunakan untuk mengatur kapasitas yang dipompakan. Gate
valve yang digunakan ada 2 ukuran yaitu:
1. gate valve ukuran 1.5 inchi yang dipasang pada pipa buang
2. gate vale ukuran 1 inchi yang dipasang pada pipa isap
Adapun gambar dan bentuk instalasi yang akan dirancang adalah sebagai
[image:43.595.112.535.289.649.2]berikut:
Pada instalasi dilakukan pengambilan data,dimana pengambilandata dari
pengujian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan peralatan
sebagai berikut:
1. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk menghitung lamanya pompa beroperasi
sehingga diketahui kapasitas fluida yang akan dialirkan pada pembukaan
katub isap 100%.
Gambar 3.2 Stopwach
2. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur ketinggian air sebelum dan sesudah
air dipompakan dengan waktu tertentu untuk mendapatkan beda
ketinggian fluida sehingga diperoleh kapasitas pompa dengan bukaan
[image:44.595.243.380.262.387.2]katup isap 100%.
3.2 Penentuan Kapasitas
Dalam menentukan kapasitas kita perlu memperhatikan bagaimana bentuk
instalasi yang kita rencanakan. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah
volume roof tank yang digunakan yaitu 400 liter dan tinggi air yang hendak
dipompakan yaitu setinggi 200 cm. Dengan mempertimbangkan data-data diatas
dan melihat name plate dari pompa yang digunakan pada instalasi yang akan
dirancang maka kapasitas yang ditetapkan adalah sebesar 90 ltr / mnt.
3.3 Penentuan Head Pompa pada Instalasi
Head pompa adalah besarnya energy yang diperlukan pompa untuk
memindahkan ataupun mengalirkan fluida dari keadaan awal menuju keadaan
akhir. Head total pompa yang harus disediakan pompa untuk mengalirkan jumlah
fluida seperti yang direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan
dilayani oleh pompa tersebut.
Gambar system pemipaan pada pipa isap dan pipa tekan dapat dilihat pada
gambar 3.1 . Dengan menyatakan bahwa titik A pada permukaan fluida tangki
bawah dan titik B pada permukaan fluida tangki atas, maka head pompa secara
umum dinyatakan dengan persamaan:
Hpompa = ∆HP + ∆HV + HS + HL
Dimana:
∆HP = perbedaan head tekanan ( m )
∆HV = perbedaan head kecepatan ( m )
HS = head statis ( m )
3.3.1 Perbedaan Head Tekanan ( ∆HP )
Head tekanan merupakan energy yang dibutuhkan untuk mengatasi
perbedaan tekanan pada sisi isap dengan sisi tekan. Dalam system kerja ini
tekanan air memasuki pompa adalah sama dengan tekanan keluar yaitu 1 atmosfir,
maka beda head tekanan pada sistem ini adalah nol.
3.3.2 Perbedaan Head Kecepatan ( ∆Hv )
Dalam menentukan perbedaan head kecepatan aliran maka terlebih dahulu
dicari besarnya kecepatan aliran dalam pipa. Diameter pipa isapnya biasanya
ditentukan sedemikian sehingga kecepatan alirannya 2 m/s sampai 3 m/s [Soufyan
M. Noerbambang, hal 98]. Untuk memperoleh kecepatan aliran dan diameter pipa
isap yang sesuai, perhitungan awal sementara diambil batas kecepatan rata – rata 3
m/s.
Dari persamaan kontinuitas diperoleh:
QP = VS AS
Dimana:
QP = kapasitas pompa = 90 ltr/mnt = 10 3 2
3 −
× m3 / s VS = kecepatan Aliran dalam pipa isap ( m/s )
AS = π/4 ( dis )2 = luas bidang aliran ( m2 )
dis = diameter dalam pipa ( m )
sehingga diameter pipa isap adalah:
dis = s p V Q π 4 = 3 10 2 3 4 3 × × × −
π m
= 0,02523 m
Berdasarkan ukuran pipa standart ANSI B.36.10 Schedule 40, maka pipa
nominal 1 inchi dengan dimensi pipa:
− Diameter dalam ( dis ) = 1,049 in = 0,0266 m
− Diameter luar ( dos ) = 1,318 in = 0,0335 m
Dengan ukuran pipa standart pipa tersebut, maka kecepatan aliran yang
sebenarnya sesuai dengan persamaan kontinuitas adalah:
VS = S P
A Q
=
( )
24 is P d Q π =
(
)
23 0266 , 0 10 2 3 4 π − × ×
m / s
= 2,6992 m /s
Diperoleh kecepatan aliran fluida masih sesuai.
Maka Head kecepatan aliran adalah:
HV = g V 2 2 =
(
)
81 . 9 2 6992 , 2 2× m
= 0,3713 m
Perbedaan Head Kecepatan aliran adalah nol oleh karena besarnya head kecepatan
pada sisi isap dan sisi tekan sama yaitu 0,3713 m.
3.3.3 Perbedaan Head Statis ( ∆Hs )
Head statis adalah perbedaan ketinggian permukaan air pada reservoir atas
dengan reservoir bawah seperti yang tampak pada gambar 3.1 diatas.
Dalam perencanaan ini, besarnya head statis adalah:
Hs = 2 m
Nilai head statis ini diasumsikan bahwa tinggi air pada permukaan ground
3.3.4 Kerugian Head
Kerugian head sepanjang pipa terbagi atas 2, yaitu kerugian akibat gesekan
sepanjang pipa / kerugian mayor ( hf ) dan kerugian akibat adanya kelengkapan
pada instalasi pipa / kerugian minor ( hm ). Kerugian akibat gesekan tergantung
pada kekasaran dalam pipa dan panjang pipa. Kerugian akibat kelengkapan adalah
kerugian akibat adanya perubahan arah aliran dan kecepatan aliran.
3.3.4.1 Kerugian Head sepanjang Pipa Isap ( hls )
a Kerugian Head Akibat Gesekan Pada Pipa Isap ( hfs )
Besarnya kerugian head akibat gesekan pada pipa isap menurut
Darcy-Weishbach dapat diperoleh dengan persamaan berikut [ Sularso, Haruo Tahara,
hal 28 ]:
hfs = f
g V d
L s is
s
2 2 ×
Dimana:
hfs = kerugian karena gesekan ( m )
f = factor gesekan ( diperoleh dari diagram Moody )
Ls = panjang pipa hisap = 1,08 m
dis = diameter dalam pipa = 0,0266 m
Vs = kecepatan aliran fluida = 2,6992 m/s
Untuk menentukan factor gesekan ( f ) terlebih dahulu ditentukan alirannya
apakah laminar atau turbulen dengan mencari harga bilangan Reynold ( Re ),
[Pump Handbook, hal 131 ] dimana:
υ
is sd V=
Dengan:
Re = Reynold number
υ = viskositas kinematik, dimana harganya 1,02 x 10-6 m2/s untuk
tekanan 1 atm pada suhu 200C
Sehingga diperoleh:
Re = 6
10 02 , 1 0266 , 0 6992 , 2 − ××
= 70390,9 ≥ 4000
Maka aliran yang terjadi adalah “ Turbulen “
Bahan pipa isap yang direncanakan adalah Galvanized Iron dimana bahan
pipa yang direncanakan tersebut mempunyai kekasaran sebesar 0,00015 m sesuai
[image:49.595.107.515.466.721.2]dengan table 3.1 dibawah.
Table 3.1 Kekasaran relative (ε) dalam berbagai bahan pipa Pipeline Material Absolute Rougness (ε)
Ft mm
Glass and varicus plastic
( e.g, PVC and PE pipes )
0
( hydraulically smooth )
0
( hydraulically smooth )
Drawn tubings ( e.g.
coper or aluminium pipes
or tubings )
5 x 10-6 1.5 x 10-6
Comersial steel or
wrought iron
1.5 x 10-4 4.6 x 10-2
Cast iron with asphalt
lining
4 x 10-4 0.12
Cast iron 8.5 x 10-4 0.25
Wood stave 6 x 10-4 ÷ 3 x 10-3 0.18 ÷ 0.9
Concrete 1 x 10-3 ÷ 1 x 10-2 0.3 ÷ 3.0
Riveted steel 3 x 10-3 ÷ 3 x 10-2 0.9 ÷ 9.0
Pump Handbook, Igor J. Karsik, William C. Krutzsc, Waren H. Frase, Joseph Messina
Maka kekasaran relative (ε/dis ) adalah:
is
d ε =
0266 , 0
00015 , 0
= 0,005639
Selanjutnya dicari harga faktor gesekan dengan menggunakan diagram moody.
0 x 37,5 mm
Gambar 3.4 Diagram moody
Friction factor ( f
0,04
0,03 f
15 mm
0
5 mm 0,006 = - 2,2218
e/dis = 0,005639 = -2,2487
0,004 = - 2,3979 5,75 mm
y
0
Posisi Re = 70390,9 didalam garis horisontal diagram moody dapat
dihitung dengan menginterpolasikan nilai yang ada terhadap skala jarak sehingga
diperoleh:
0,15 =
x = 31,78 mm
Nilai kekasaran relative didalam garis vertikal diagram moody dapat
diperoleh dengan menginterpolasikan nilai yang ada terhadap skala jarak sehingga
diperoleh:
0,1527 =
y = 5 mm
Nilai koefisien gesek didalam garis vertikal diagram moody dapat
diperoleh dengan menginterpolasikan nilai yang ada terhadap skala jarak sehingga
diperoleh:
log =
f = 0,033
Dari diagram moody untuk bilangan Reynold = 70390,9 dan e/ dis =
0,005639 dengan cara interpolasi maka akan diperoleh factor gesek ( f ) = 0,033,
sehingga besarnya kerugian gesek sepanjang pipa isap menurut Darcy-Weishbach
adalah:
hfs = 0,033
(
)
81 , 9 2 2,6992 0,0266
08 ,
1 2
= 0,4975 m
b Kerugian Head Akibat Perlengkapan Instalasi ( hms )
Besarnya kerugian akibat adanya kelengkapan pipa dapat diperoleh
dengan persamaan [ Pump Handbook, hal 152 ]:
hms =
g V nk s
2 2
∑
Dimana:
hms = kerugian head akibat kelengkapan pipa sepanjang jalur pipa isap
n = jumlah kelengkapan pipa
k = koefisien kerugian akibat kelengkapan pipa
Untuk mengetahui berapa besarnya kerugian head yang terjadi akibat
adanya kelengkapan pipa yang digunakan sepanjang jalur pipa isap, maka perlu
diketehui terlebih dahulu jenis kelengkapan pipa yang digunakan sepanjang jalur
pipa isap. Adapun jenis dan jumlah kelengkapan tersebut adalah sebagai berikut: − Gate valve 1 buah
− Elbow 90o long regular 1 buah
Tabel 3.2 Nilai koefisien K untuk tipe screwed
Nominal Screwed
Diameter,in ½ 1 2 4
Valve (fully open):
Globe 14 8,2 6,9 5,7
Gate 0,30 0,24 0,16 0,11
Swing check 5,1 2,9 2,1 2,0
Angle 9,0 4,7 2,0 1,0
Elbows
450 regular 0.39 0.32 0.30 0.29
900 long radius 1.0 0.72 0.41 0.23
1800 regular 2.0 1.5 0.95 0.64
Bruce R.Munson ,Fundamental Of Fluid Mechanics 5Th Edition
Sesuai data dari table diatas maka koefisien kerugian ( k ) dari gate valve
dan elbows 90o untuk jenis screwed dengan diameter nominal pipa 1 inci adalah
sebagai berikut:
Jenis perlengkapan Jumlah ( n ) K Nk
Mulut isap 1 0.4 ÷ 0.5 0.45
Gate valve 1 0.24 0.24
Elbow 90o regular 1 1.5 1.5
Total koefisien kerugian 2.19
Maka besarnya kerugian head akibat kelengkapan pipa pada pipa isap adalah
sebesar:
hms =
(
)
81 , 9 2
6992 , 2 2,19
2
× m
= 0,813 m
Dengan demikian diperoleh besar kerugian head sepanjang jalur pipa isap pompa
sebesar:
hls = hfs + hms
= 0,4975 m + 0,813 m
3.3.4.2 Kerugian Head sepanjang Pipa Tekan ( hld ) a Kerugian Head Akibat Gesekan Pipa Tekan ( hfd )
Pipa tekan dari pompa menuju roof tank direncanakan menggunakan
ukuran pipa standart ANSI B.36.10 Shcedule 40 dengan ukuran pipa nominal 1
inci dan bahan pipa adalah Galvanized iron yang sama dengan pipa hisap.
Ukuran pipa tersebut adalah:
− Diameter Dalam ( dis ) = 1,049 inci = 0,0266 m
− Diameter Luar ( dos ) = 1,318 inci = 0,0335 m
Karena bahan dan diameter pipa tekan ini sama dengan pipa hisap, maka
bilangan Reynold ( Re ) adalah 70390,9 dan factor gesekan ( f ) = 0,033 serta
panjang pipa tekan adalah 4,6 m, maka besarnya kerugian head akibat gesekan
pada pipa tekan adalah:
hfd = 0,033
(
)
81 , 9 2 6992 , 2 0266 , 0 6 , 4 2 × ×= 2,1191 m
b Kerugian Head Akibat Perlengkapan Instalasi pada pipa tekan ( hmd) Dari gambar instalasi sebelumnya telah tertera bahwa perlengkapan yang
diperlukan adalah elbow 900 regular sebanyak 5 buah.
Oleh karena jenis elbow pipa tekan sama dengan jenis elbow pada pipa
isap maka besarnya koefisien kerugian ( k ) dari instalasi pipa tekan seperti pada
tabel dibawah:
Jenis perlengkapan Jumlah ( n ) K nk
Elbow 90o regular 5 1.5 7.5
Pipa keluar 1 1 1
Maka harga kerugian head akibat perlengkapan instalasi pipa tekan adalah:
hmd =
g V nk s 2 2
∑
=(
)
81 , 9 2 6992 , 2 5 , 8 2 ×× m
= 3,156 m
Dengan demikian kerugian head pada pipa tekan ini adalah:
hld =hfd + hmd
= 2,1191 m + 3,156 m
= 5,2751 m
Maka kerugian head gesekan total adalah:
hL = hls + hld
= 1,3105 m + 5,2751 m
= 6,5856 m
Dari perhitungan sebelumnya maka dapat ditentukan head total yang
dibutuhkan untuk melayani instalasi pemipaan:
Htotal = ∆HP + ∆HV + ∆HS +∆HL
= 0 + 0 + 2 m + 6,5856 m
= 8,5856 m
Namun untuk pemakainnya dalam jangka waktu yang lama maka perlu
diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
− Kondisi permukaan p ipa yang dalam waktu jangka panjang akan semakin kasar, sehingga nantinya akan memperbesar kerugian yang terjadi.
− Kondisi – kondisi lain yang dapat mempengaruhi operasional pompa.
Maka dalam perencanaannya head pompa perlu ditambah ( 10 ÷ 25 ) %
[pump handbook, hal 248]. Dalam perencanaan ini dipilih 15 %, maka besarnya
head pompa yang akan dirancang:
Htotal = 8,5856 m x ( 1 + 0,15 )
= 9,87 m
3.4 Perhitungan Motor Penggerak pada Pompa yang akan Digunakan
Pada dasarnya pompa memerlukan penggerak mula untuk menggerakkan/
mengoperasikan pompa tersebut. Ada beberapa jenis alat penggerak motor yang
akan digunakan untuk menggerakkan pompa, antara lain: turbin uap, motor bakar,
dan motor listrik.
Dalam perencanaan ini telah ditentukan motor penggerak yang dipakai
adalah motor listrik dengan putaran motor 2850 rpm.
3.5 Putaran Spesifik dan Tipe Impeller
Impeller adalah roda atau rotor yang dilengkapi dengan sudu – sudu,
dimana sudu – sudu ini berguna untuk memindahkan mekanis poros menjadi
energy fluida. Tipe impeller suatu pompa ditentukan berdasarkan putaran spesifik
pompa tersebut [ Khetagurov, hal 205 ]:
ns = 4 3
P P
H Q n
Dimana:
ns = putaran spesifik ( rpm )
nP = putaran pompa ( rpm )
HP = head pompa ( ft ) = 9,87 m = 32,373 ft
Sehingga:
ns =
(
)
(
32,373)
34778 , 23 2850
= 1023,989 rpm
= 1024 rpm
Dari table dibawah diketahui bahwa untuk putaran spesifik, ns = 1024 rpm
maka jenis impeller yang sesuai adalah jenis Radial flow.
Tabel 3.3 Klasifikasi impeler menurut putaran spesifik
Jenis impeller ns
Radial flow 500 – 3000
Francis 1500 – 4500
Aliran campur 4500 – 8000
Aliran aksial 8000 ke atas
pump selection book, C.P Beaton, G.T Meiklejohn
3.6 Efisiensi Pompa Pada Instalasi Yang Dirancang
Efisiensi merupakan parameter yang sangat penting dalam merencanakan
pompa. Dengan kondisi sistem yang ada pompa harus dirancang sedemikian
hingga menghasilkan efisiensi yang optimal. Efisiensi pompa merupakan
perbandingan daya yang diberikan pompa kepada fluida dengan daya yang
diberikan motor listrik kepada pompa. Efisiensi total pompa dipengaruhi oleh
1. Efisiensi Hidrolis
Efisiensi hidrolis merupakan perbandingan antara head pompa sebenarnya
dengan head pompa teoritis dengan jumlah sudu tak berhingga. Besarnya efisiensi
hidrolis dapat ditentukan dengan cara interpolasi dari data dibawah ini:
Tabel 3.4 hubungan antara kecepatan spesifik dengan efisiensi hidrolis q
n ( 1 menit ) 10 15 20 30 50 100
h
η 0.86 0.91 0.94 0.96 0.97 0.98
Sumber: Turbin, Pompa dan Compresor. Fritz diesel hal: 258
Besarnya kecepatan spesifik dapat dicari dengan menggunakan persamaan
[Turbin, Pompa dan Compresor. Fritz diesel hal: 248 ]:
1 4 3 − = menit H Q n nq Dimana: q
n = kecepatan spesifik ( 1menit ) Q = kapasitas pompa ( m3 s ) n = kecepatan kerja / putar pompa
sehingga didapat:
( )
14 9,87 3 0015 . 0 2850 − = menit nq
= 19,82 1menit
Maka akan didapat nilai efisiensi hidrolis sebesar:
q
n ( 1 menit ) 15 19.82 20
h
η 0.91 ηh 0.94
(
) (
)
91 , 0 94 , 0 94 , 0 15 20 82 , 19 20 −− = −h
η = 0,9389
2. Efisiensi Volumetris
Kerugian volumetris disebabkan adanya kebocoran aliran setelah melalui
impeler, yaitu adanya aliran balik menuju sisi isap. Efisiensi volumetris dapat
ditentukan berdasarkan interpolasi antara kecepatan spesifik impeller:
Table 3.5 hubungan antara kecepatan spesifik impeller dengan efisiensi volimetris
s
n 60 to 100 100 to 150 150 to 220
v
η 0.94 to 0.97 0.97 to 0.99 0.98 to 995
( sumber: Marine Auxiliary Machinery and System,. M. Khetagurov. Hal: 253 )
Kecepatan spesifik impeller dapat dicari dengan menggunkan persamaan
(Marine AuxiliaryMachinery and System,. M. Khetagurov. Hal: 205 ):
4 3 65 , 3 H Q n s = η Dimana:
n = kecepatan impeller pompa ( rpm )
s
n = kecepatan spesifik impeler Maka: 4 3 87 , 9 0015 , 0 2850 65 , 3 = s η = 72,35
Dengan menginterpolasikan harga dibawah ini, maka akan didapat:
s
n 60 72,35 100
v
(
) (
)
94 , 0 97 , 0 97 , 0 60 100 35 , 72 100 −− = −− ηv
ηv = 0,94926
3. Efisiensi Mekanis
Besarnya efisiensi mekanis sangat dipengaruhi oleh kerugian mekanis
yang terjadi yang disebabkan oleh gesekan pada bantalan, gesekan pada cakra dan
gesekan pada paking. Besarnya efisiensi mekanis menurut M. Khetagurov
berkisar antara 0.9 – 0.97. Dalam perancangan ini diambil harga efisiensi mekanis
0.935.
Dari perhitungan diatas didapat nilai efisiensi total pompa pada instalasi
adalah:
total
η = ηh ηv ηm
= 0,9389×0,94926×0,935
= 0,833